http://karyailmiah.polnes.ac.id
PENGARUH SETTING RUANG TERHADAP STUDI GERAK MURID TK A PADA DUA SETTING SEKOLAH SEKOLAH YANG BERBEDA Zakiah Hidayati (Staf Pengajar Jurusan Desain Ps.Arsitektur Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak
ZAKIAH HIDAYATI : Studi mengenai perilaku-lingkungan dalam bidang arsitektur adalah menguji hubungan antara lingkungan dengan perilaku manusia dan aplikasi mereka dalam proses desain. Penelitian ini meneliti perilaku murid TK sebagai user utama dari bangunan sekolah TK (Taman Kanak-kanak) di dua setting sekolah yang berbeda di DIY yaitu TK Taruna Imani Sleman dan TK Tunas Bangsa Godean. Untuk menampung karakteristik murid TK yang menyukai kegiatan fisik dan pelepasan energi dalam jumlah besar, tentu diperlukan setting fisik yang dapat mewadahinya. Bagaimana setting ruang yang ideal untuk kegiatan belajar murid TK bukan hal yang mudah. Salah satu cara untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari setting ruang adalah dengan melakukan observasi atau pengamatan terhadap setting dan kegiatan yang ada di dalamnya. TK Taruna Imani dan TK Tunas Bangsa memiliki setting dan kegiatan yang berbeda. Perbedaan ini menghasilkan gerak fisik perpindahan antar ruang yang berbeda. Setting ruang yang berbeda memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu setiap bangunan yang mengakomodasi murid usia TK (4-6 tahun) sebagai user utama hendaknya memikirkan setting ruang yang tepat untuk mengakomodasi karakter murid TK yang senang menghadapi tantangan atau suasana yang berbeda, melakukan kegiatan motorik halus dan kasar, dan menyukai sosialisasi dan berkelompok. Kata kunci : gerak, murid, setting
PENDAHULUAN Murid Taman Kanak-kanak (TK) berusia 46 atau 7 tahun (usia tergantung dengan aturan pendidikan yang diterapkan di masing-masing TK) berada dalam masa usia emas (golden age). Di mana segala sesuatunya sangat berharga, baik fisik, emosi, intelektualnya. Murid Taman Kanakkanak ini memiliki energi yang besar sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang sangat tepat sehingga berkembang kemampuan motorik kasar maupun halus. Kegiatan fisik dan pelepasan energi dalam jumlah besar merupakan karakteristik aktivitas murid TK. Hal itu disebabkan oleh energi yang dimiliki murid dalam jumlah yang besar tersebut memerlukan penyaluran melalui berbagai aktivitas fisik, baik kegiatan fisik yang berkaitan dengan motorik kasar maupun gerakan motorik halus.
JURNAL EKSIS Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357
Untuk menyalurkan kegiatan murid, hampir di semua TK menyediakan ruang bermain outdoor yang berada di halaman sekolah. Peruntukannya adalah untuk bermain bagi murid. Di dalamnya tentu banyak terjadi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh murid. Bagaimana setting yang ideal untuk kegiatan belajar murid TK bukan hal yang mudah. Salah satu cara untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari setting yang ada adalah dengan melakukan observasi atau pengamatan terhadap setting dan kegiatan yang ada di dalamnya. Kita dapat mengamati bahwa sekolah TK baik itu di kota Yogyakarta maupun kota-kota lainnya, cukup banyak diselenggarakan di dalam bekas rumah tinggal/hunian. Hal ini terjadi karena menyewa/membeli rumah jelas lebih murah daripada harus membangun sekolah baru yang
Riset / 2268
nilai proyeknya semakin mahal, suasana setting rumah dianggap tak asing bagi murid TK dan jumlah murid TK dibatasi 10-25 murid per kelas dianggap cukup untuk berkegiatan dalam sebuah rumah tinggal. Namun ada pula sekolah TK yang membangun bangunan baru untuk mewadahi kegiatan belajar mengajar. Seperti contohnya TK Desa Lamasi. Ruang-ruangnya berbentuk linier dengan desain yang berlanggam tropis.
2.
Membandingkan pengaruh setting ruang terhadap perilaku gerak fisik murid TK pada dua TK yang berbeda.
LANDASAN TEORI A.
STUDI PERILAKU-LINGKUNGAN
Ada 3 hal yang tak bisa dilepaskan dari arsitektur yaitu firmitas, venustas dan utilitas yang digaungkan oleh Vitruvius. Tiga faktor ini pun berkembang hingga kini dan memunculkan banyak istilah-istilah seperti firmness, delight dan commodity atau technology, aesthetics dan function. Ketiga hal tersebut semakin berkembang dan semakin kompleks. Ada arsitek yang memfokuskan diri pada satu hal dari ketiga faktor tersebut, tetapi ada pula yang berusaha terjun ke semua lingkup yang tersebut di atas. Melalui faktor commodity atau function kemudian lahirlah studi mengenai perilakulingkungan atau dengan bahasa lain adalah perilaku manusia dalam arsitektur. Dalam GT Moore (1979) dijelaskan mengenai studi lingkungan dan perilaku adalah bidang multidisiplin yang membahas mengenai hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik dan membahas tentang penerapan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui kebijakan, perencanaan dan desain lingkungan.
Gambar 1. Bangunan TK yang khusus direncmuridan untuk sekolah TK
Walaupun studi mengenai perilakulingkungan lahir dari pecahan commodity atau function, tetapi tetap memasukkan faktor estetika dan teknologi sebagai hal yang berkaitan dengan perilaku manusia. Gambar 2. Rumah yang diubah menjadi TK
Selain dari bentuk desain yang berbeda antara sekolah TK yang dibangun khusus dan yang menempati bangunan bekas rumah tinggal, ternyata terdapat perbedaan menyangkut kuantitas ruang belajar yang digunakan. Ada TK yang kegiatannya cenderung dominan di dalam satu ruang, ada pula yang memiliki cukup banyak ruang kelas yang digunakan setiap hari. Hal terakhir inilah yang menarik penulis untuk mengobservasi kaitan setting ruang yang berbeda terhadap perilaku gerak fisik murid TK. Gerak fisik di sini adalah gerak dalam perpindahan antar ruang belajar secara rutin, jadi bukan gerakan di dalam ruang belajar. Penulis mengamati setting di TK A Taruna Imani yang memiliki cukup banyak ruang kegiatan belajar dan TK A Tunas Bangsa yang hanya memiliki tiga ruang belajar (tetapi yang sering digunakan dua ruang). Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh setting ruang terhadap perilaku gerak fisik murid TK pada dua TK yang berbeda.
Riset / 2269
Seorang ahli psikologi arsitektur yaitu Irwin Altman dalam Moore (1979) mengatakan ada 3 komponen mengenai informasi yang berkaitan dengan studi mengenai perilaku-lingkungan yaitu : 1. Fenomena perilaku-lingkungan. Merupakan aspek-aspek perilaku manusia yang berbeda, dalam hubungan dengan lingkungan fisik sehari-hari 2. User group Kelompok pengguna yang berbeda Memiliki kebutuhan yang berbeda Menggunakan pola berbeda dipengaruhi oleh cara berbeda oleh kualitas lingkungan 3. Setting Meliputi semua skala setting: mulai dari skala ruang sampai dengan skala wilayah, negara, dan seterusnya. Setting yang sering diteliti dalam arsitektur adalah masalah peruangan dalam bangunan dan bangunan massa jamak. Dalam Nurhamsyah (2008), setting ruang adalah bagian elemen fungsional dari suatu bangunan atau lingkungan binaan yang dibentuk. Elemen fungsional yang dimaksud adalah aspek-
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357
http://karyailmiah.polnes.ac.id aspek suatu bangunan yang langsung menunjang kegiatan. Studi lingkungan-perilaku di dalam arsitektur tidak hanya mencakup masalah fungsi. Fungsi di dalam arsitektur sering hanya terkait pada kepentingan dimensional Sedangkan faktor perilaku membahas lebih jauh lagi, lebih ke psikologi pemakai bangunan, bagaimana dia (manusia) melihat atau memandang bentuk bangunan, memandang kebutuhan interaksi sosial, perbedaan budaya di dalam gaya hidup, dan arti dan simbol dari bangunan (arsitektur). Beberapa hal yang penting untuk dipahami: Interaksi antara manusia dengan lingkungan Apa sajakah kebutuhan manusia di dalam lingkungan Aplikasi pemahaman tentang perilaku di dalam proses perancangan B. POLA PERILAKU MANUSIA DAN LINGKUNGAN Pola adalah merupakan satu sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap, sedangkan perilaku adalah tanggapan atau realsi individu yang berwujud dalam gerakan dan sikap tertentu. Jadi pola perilaku adalah cara kerja atau sistem atau bentuk yang tetap dari reaksi atau tanggapan individu yang terwujud dalam gerakan atau tindakan. Menurut Barker (1968) dalam Laurens (2004), behaviour setting disebut “tatar perilaku” yaitu pola perilaku manusia yangberkaitan dengan tatanan lingkungan fisiknya. Haviland (1967) dalam Lauren (2004) bahwa tatar perilaku sama dengan “ruang kegiatan” untuk menggambarkan suatu unit hubungan antara perilaku dan lingkungan bagi perancangan arsitektur. Behaviour setting terjadi jika terdapat pertemuan antara individu dan lingkungannya apabila bangunan atau lingkungan binaan yang sudah terpakai dan ternyata digunakan dengan kegiatan yang tidak diduga oleh sang arsitek atau perubahan perilaku pengguna secara tiba-tiba dan tak terduga di dalam suatu lingkungan tertentu. Pengamatan terhadap behaviour setting dapat menjadi informasi yang berguna bagi arsitek untuk membuat wadah arsitektur dengan fungsi yang sama atau referensi bagi kegiatan redesain. C.
MODEL OBSERVASI
Terdapat beberapa model pengamatan atau observasi dan perilaku manusia yaitu (Sommer dan Sommer, 1980): 1. Place-centered map Metode atau teknik ini adalah pemetaan berdasarkan tempat di mana kegiatan berlangsung, bertujuan untuk menunjukkan
JURNAL EKSIS Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357
bagaimana orang mengatur perpindahan dirinya di dalam lokasi tertentu. Dilakukan di satu tempat spesifik baik kecil atau besar dalam satu setting yang tetap. 2. Person-centered map Menekankan pergerakan manusia pada periode waktu tertentu di mana dapat berkaitan dengan lebih dari satu tempat atau lokasi. Menunjukkan perpindahan dan aktivitas orang dalam periode waktu tertentu D. GERAK FISIK Gerak fisik adalah bagian dari body ballet (bahasa tubuh dan gerakan tubuh seseorang dalam melakukan tugas atau kegiatan tertentu. Bagian lain dari body ballet yang tersebut dalam definisi di atas adalah bahasa tubuh. (Lu‟lu‟ Purwaningrum, 2006). Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada gerak fisik saja, bukan bahasa tubuh. Gerak fisik di sini adalah gerak fisik murid TK yang dilakukan secara teratur atau rutin dalam perpindahan antar ruang belajar. E. SEKOLAH TAMAN KANAK-KANAK (TK) Hampir diseluruh dunia, pendidikan murid usia dini sangat dipentingkan. Usia murid TK berkisar 4 – 7 tahun (berbeda-beda tiap daerah atau negara). Meski kurikulum antara TK satu dengan TK lainnya berbeda tetapi sebenarnya inti kurikulum adalah sama yaitu mengajarkan tentang : 1. Hubungan personal, sosial dan emosi. 2. Komunikasi (mendengar dan berbicara). 3. Pengetahuan dasar. 4. Kreatifitas dan estetis. 5. Perkembangan fisik/jasmani. 6. Matematis Di Indonesia, pada umumnya di setiap sekolah TK pada umumnya memiliki 2 level murid berdasar usia yaitu TK A (usia 3 – 5 tahun) dan TK B (5 – 7 tahun). Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada TK A di TK Taruna Imani dan Tunas Bangsa. F. DATA UMUM 1. TK Taruna Imani - Sleman TK Taruna Imani terletak di Jalan Tegal Melati Gang Dhandang Gula No 11 Jombor Sleman, Yogyakarta. Terletak di kawasan permukiman dan agak jauh dari jalan besar. TK ini merupakan Sekolah Islam Berbakat (SIB) TK Inklusi yaitu TK yang menerima semua murid tanpa pengecualian yaitu murid normal dan berkebutuhan khusus seperti murid autis, lumpuh, kerdil, bisu tuli, dan lain-lain. Bangunan sekolah terdiri dari bangunan beton, bambu dan kayu yang sederhana. Jumlah murid TK A adalah 23 murid, termasuk didalamnya 3 murid berkebutuhan khusus.
Riset / 2270
Sekolah TK Tunas Bangsa Godean
G.
METODE OBSERVASI
Observasi dilakukan dengan place centered map dan person centered map. Untuk person centered map hanya sebagai pendukung saja, sehingga yang perilaku yang diamati adalah seorang murid normal dengan kegiatan rutin. Wawancara dilakukan terhadap pengelola atau guru, karena murid TK cenderung menjawab sekenanya saja. Misalnya ditanya tentang tempat favorit di sekolah, terkadang ada yang menjawab „di mall (?)‟ atau ada pula yang hanya diam saja.
Gambar 3 Sekolah TK Taruna Imani
Kurikulum yang diajarkan adalah perkembangan kemampuan dasar (kemampuan bahasa, daya pikir, imajinasi, motorik halus, motorik kasar) dan pembentukan perilaku (agama, disiplin, emosi, bermasyarakat) untuk mengoptimalkan 9 kecerdasan majemuk yaitu kecerdasan linguistik, matematis-logis, visual-spasial, kinestis-estetis, musikal, sosial, intrapersonal, dan naturalis. Waktu belajar dari pukul 07.30-setelah sholat Zuhur. Jumlah guru kelas 3 orang. Rincian guru untuk kegiatan ekstrakurikuler adalah terdiri dari 2 orang guru lukis (pelajaran wajib), 1 orang guru seni musik (pelajaran wajib), 1 orang guru drumband (pelajaran pilihan), 1 orang guru seni tari (pelajaran pilihan), 2 orang guru sempoa (pelajaran pilihan), 1 orang guru ngaji (pelajaran wajib), 1 orang guru komputer (pelajaran wajib). Kegiatan ekstra kurikuler di TK Taruna Imani ada yang wajib atau pilihan. 2. TK Tunas Bangsa – Godean Sekolah TK ini berada di daerah Godean KM 8, DIY. Terletak di tepi jalan besar. Bangunannya adalah bekas rumah tinggal dengan tipe besar dan halaman luas.
Waktu pengamatan selama 1 minggu dan memfokuskan pada gerak fisik rutin yang dilakukan oleh murid pada saat pindah dari ruang satu ke ruang lain berdasar jadwal pelajaran. Jadi hanya merupakan bagian dari body ballet, bukan body ballet secara utuh karena penulis tidak mengamati bahasa tubuh murid TK A. Di TK sebenarnya tak ada jadwal pelajaran yang fixed, tetapi dalam satu hari semua aspek dalam kurikulum seperti perkembangan kemampuan dasar (kemampuan bahasa, daya pikir, imajinasi, motorik halus, motorik kasar) dan pembentukan perilaku (agama, disiplin, emosi, bermasyarakat) diberikan setiap hari. Sebenarnya kedua TK ini menerapkan fullday school, tetapi tak semua murid mengikuti sistem full day, sebagian besar hanya sampai siang. Sehingga pengamatan dilakukan terhadap kegiatan yang diikuti oleh semua murid yaitu pada half day.
ANALISIS
A.
SETTING RUANG DAN KEGIATAN 1. Deskripsi ruang
Kurikulumnya pun tak jauh beda dari kurikulum di TK Taruna Imani yaitu berkaitan dengan pelajaran fisik, sosial, dan etika/agama, kemampuan dasar, dan lain-lain. Jumlah murid adalah 8 orang dengan diajar oleh 1 orang guru yang mengajarkan semua pelajaran. Waktu belajar pukul 07.30 – 11.00.
Gambar 5.Denah TK Taruna Imani Gambar 4
Riset / 2271
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357
http://karyailmiah.polnes.ac.id terkungkung di satu ruang saja dalam waktu beberapa jam untuk murid TK tentu sangat membosankan. Bentuk ruang yang linier juga memudahkan pengawasan oleh guru karena secara visual dapat terawasi semua.
Gambar 6. Denah TK Tunas Bangsa
2. Kegiatan rutin TK A – TARUNA IMANI Urutan kegiatan adalah kegiatan murid dari datang hingga pulang (07.30 – setelah Zuhur), dari hari Senin hingga Jumat. Sedang hari Sabtu diadakan kegiatan student day yang diselenggarakan di sekolah atau di luar sekolah. Waktu kegiatan dapat fleksibel, mengingat karakter murid TK yang cenderung berubah-ubah. Ruang service seperti WC/KM tidak dicantumkan karena kegiatannya tergantung kebutuhan individu masing-masing. Berdasar pengamatan ternyata pemakaian ruang-ruang belajar yang paling lama digunakan adalah hall dan ruang kelas yaitu sekitar 1 jam per kegiatan. Ruang-ruang lain digunakan dalam rentang 15 hingga 45 menit per sekali kegiatan. Tetapi pengamatan di atas belum dapat menggambarkan gerak fisik ruang yang dominan.
3. Kegiatan rutin TK A – TUNAS BANGSA
Tetapi ada juga negatifnya yaitu murid cenderung berkumpul di suatu ruang yang menghubungkan ruang belajar satu dengan ruang yang lain. Ruang antara ini adalah di halaman dan selasar. Jika udara panas, murid TK banyak menghabiskan di selasar atau di halaman yang memiliki atap. Ketika murid berkumpul tanpa ada guru, biasanya akan cenderung digunakan untuk bermain hingga memakan jam pelajaran. Sementara di TK Tunas Bangsa, yang hanya memiliki dua ruang efektif yaitu ruang kelas dan hall, tentu memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah memudahkan pengawasan karena hanya banyak berada di satu ruang, waktu lebih efisien karena belajar dan makan pun dilakukan di dalam kelas. Penggunaan hal dan halaman hanya sebelum bel berbunyi, olahraga pagi, dan istirahat. Sisi negatifnya adalah murid cenderung bosan di satu tempat saja dan mencari suasana yang berbeda seperti masuk ke tempat penitipan bayi, ke kelas playgroup, ke halaman dan lain-lain pada waktu pelajaran. 4. Gerak Fisik Pada gambar berikut, garis merah menggambarkan gerak fisik rutin murid TK. Dapat kita lihat bahwa gerak fisik murid TK Taruna Imani menjangkau area yang cukup luas dan ruang yang cukup banyak. Ini menandakan kegiatan murid cukup padat dan terselenggara di banyak ruang yang tersusun linier.
Ruang kelas sangat dominan digunakan secara kuantitas waktu. Murid-murid menghabiskan sekitar 2,5 jam per hari di ruang ini. Kejenuhan murid bisa terjadi di ruang ini tetapi bisa diatasi dengan pengajaran yang menyenangkan bagi murid dan desain ruang kelas yang menyenangkan. Sejauh pengamatan selalu ada murid yang berusaha keluar pada saat pelajaran di kelas. Biasanya mereka berlarian di hall, halaman atau mendatangi orangtua mereka yang duduk di sekitar ruang parkir. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa kegiatan di TK Taruna Imani lebih padat daripada di TK Tunas Bangsa sehingga durasi kegiatan TK Taruna Imani lebih lama 14 jam/seminggu dari pada TK Tunas Bangsa. Lamanya waktu sekolah di TK Taruna Imani bagi murid baru akan mengalami kesulitan pada awalnya. Tetapi setelah adaptasi, murid akan terbiasa dan menikmati setiap kegiatan belajar yang ada. Pergantian ruang belajar juga membuat murid cenderung tidak bosan, karena
JURNAL EKSIS Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357
Gambar 7. Denah TK Taruna Imani
Riset / 2272
Bentuk ruang yang linear dan kegiatan belajar dari TK Taruna Imani memunculkan traffic gerak fisik yang aktif dan memudahkan pengawasan dari guru kepada murid.
cahaya. Tapi hal cukup sering membuat murid TK keluar dengan bebas.
Halaman menjadi wadah aktifitas dan sirkulasi yang paling padat dibandingkan ruang lainnya. Murid berpindah tempat dan bemain banyak dilakukan di halaman. Walaupun di halaman ini diletakkan mainan motorik kasar tetapi tidak mengganggu sirkulasi murid TK A karena ukurannya yang cukup mewadahi user. Halaman ini juga dipakai oleh TK B dan SD sebagai jalur sirkulasi pada jam-jam tertentu.
Gambar 10. Traffic perpindahan murid TK Tunas Bangsa
Gambar 8. Halaman TK Taruna Imani yang menjadi pusat traffic perpindahan murid
Adanya kegiatan perpindahan ruang berakibat terciptanya area favorit untuk berkumpul murid, yang menghubungkan antar ruang belajar, yaitu pada selasar.
Gambar 11. Pusat kegiatan murid TK Tunas Bangsa
KESIMPULAN
Gambar 9. Selasar sebagai ruang favorit murid
Dalam gambar 10 berikut dapat kita lihat perpindahan gerak fisik di TK Tunas Bangsa. Traffic perpindahan antara halaman, hall dan ruang belajar berlangsung hampir seimbang. Tidak ada yang menonjol dari gerak fisik dilihat dari perpindahan antar ruang. Maka ruang favorit murid TK pun tidak dapat terlihat secara jelas. Tetapi terlihat bahwa kegiatan belajar dilakukan secara dominan dilakukan di ruang belajar. Kegiatan di ruang belajar ini mendominasi waktu dalam proses kegiatan belajar di TK Tunas Bangsa. Di ruang ini terdapat dua buah pintu. Pintu samping sering ditutup oleh guru karena untuk memudahkan pengawasan. Sementara pintu depan terbuka untuk mengalirkan udara dan
Riset / 2273
TK Taruna Imani dan TK Tunas Bangsa memiliki setting dan kegiatan yang berbeda bentuknya. Perbedaan ini menghasilkan gerak fisik perpindahan antar ruang. Di TK Taruna Imani dengan waktu sekolah yang lebih lama dari TK Tunas Bangsa dan ruang belajar yang lebih banyak, menghasilkan gerak fisik yang jauh lebih padat. Hal ini juga membuat tercipta ruang favorit yang berada di antara ruang satu dengan ruang lainnya dalam setting sekolah TK Taruna Imani yang tersusun linear dan berada dalam bangunan yang saling berseberangan. Perpindahan ini membuat murid TK tidak jenuh terhadap kegiatan karena suasana yang dihadapi cenderung berbeda. Sisi negatifnya adalah ketika proses perpindahan antar ruang sering sekali mereka berkumpul di selasar atau halaman, tidak segera masuk ke dalam ruang yang dituju, hal ini membuat pelajaran menjadi terlambat. Maka pengawasan guru tentu sangat diperlukan dalam proses ini. Sementara di TK Tunas Bangsa dengan waktu belajar dan jumlah ruang belajar yang lebih sedikit cenderung menghasilkan gerak fisik perpindahan antar ruang yang relatif tidak padat. Tingkat kebosanan sangat mungkin tercipta
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357
http://karyailmiah.polnes.ac.id mengingat ruang belajar menjadi tempat yang paling lama digunakan. Tetapi pengawasan lebih muda dilaksmuridan. Dapat dikatakan bahwa setting ruang memiliki pengaruh terhadap perilaku gerak fisik murid TK yang ada di dalamnya
DAFTAR PUSTAKA http://www.ppk.or.id/galleries/Gedung%20TK%20Si klus%205.jpg, diakses Januari 2010. http://2.bp.blogspot.com/_bssX7dhURbw/SSy_C9m gYrI/AAAAAAAABPs/OyASulJCqcs/s160 0-h/tk+putra+2.jpg, diakses Januari 2010. Nurhamsyah, M. Pengaruh Setting terhadap Perilaku Teritorilitas Pedagang di Pasar Klitikan Pakuncen. Yogyakarta. Tesis UGM. 2009. Purwaningrum, Lu‟lu‟. Studi Gerak (Place Ballet) murid usia TK B pada Tiga Tipe Kelas yang Berbeda. Tesis UGM. 2006 Sommer, R. dan Sommer, B. A Practical Guide for Behaviour Research. New York. Oxford. 1980.
JURNAL EKSIS Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357
Riset / 2274