PENGARUH SERTIFIKAT HALAL TERHADAP NILAI PENJUALAN DAN KEPUASAN KONSUMEN INDUSTRI JASA BOGA INFLIGHT CATERING (KASUS: PT AEROFOOD INDONESIA)
SARI KHAIRUNNISA
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Sertifikat Halal terhadap Nilai Penjualan dan Kepuasan Konsumen Industri Jasa Boga Inflight Catering (Kasus: PT Aerofood Indonesia) adalah benar karya saya dengan arahan Bapak Prof. Muhammad Firdaus, SP, Msi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Sari Khairunnisa NIM H54100070
ABSTRAK SARI KHAIRUNNISA. Pengaruh Sertifikat Halal terhadap Nilai Penjualan dan Kepuasan Konsumen Industri Jasa Boga Inflight Catering (Kasus: PT Aerofood Indonesia). Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di Dunia. Muslim diperintahkan melalui Alquran dan Hadis untuk mengonsumsi makanan halal, namun hanya 20% produk yang telah memiliki sertifikasi halal di Indonesia. Hal ini dikarenakan produsen menilai biaya pemberian sertifikat halal pada tiap produk dinilai terlalu memberatkan. Studi ini menganalisis pengaruh sertifikat halal terhadap nilai penjualan serta tingkat kepentingan dan kinerja pada industri jasa boga inflight catering. Penelitian ini dilaksanakan pada dua lokasi yaitu PT Aerofood Indonesia dan Bandar Udara Soekarno-Hatta Gate 2F pada menggunakan teknik purposive sampling dengan total 48 responden. Hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepeduliam makanan halal dilihat dengan menggunakan uji chi-square terdapat hubungan positif dan signifikan untuk karakteristik tingkat pendidikan dan agama. Analisis data dengan menggunakan metode importance performance analysis oleh penumpang pesawat menilai rendahnya tingkat kepentingan pada atribut adanya logo halal dan jaminan produk (halal, higienis, dan aman untuk dikonsumsi). Tingkat kepentingan terhadap jaminan produk (halal, higienis, dan aman untuk dikonsumsi) dinilai tinggi oleh perusahaan maskapai penerbangan. Hasil analisis dengan menggunakan metode OLS membuktikan bahwa sertifikat halal memiliki pengaruh positif terhadap nilai penjualan domestik dan nilai penjualan internasional. Kata kunci: Importance Performance Analysis, Makanan Halal, Nilai Penjualan, OLS (Ordinary Least Square). ABSTRACT SARI KHAIRUNNISA. Impact of Halal Certification to Total Revenue and Customer Satisfaction in Inflight Catering Services (Study case: PT. Aerofood Indonesia). Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS. Indonesia has the largest muslim population in the world. A Muslim live according to a set of rules written in the Holy Qur’an and Hadiths such as consuming halal. However, only 20% of products have halal certificate in Indonesia. It is because producers view halal certification of products as a burden and would increase the cost of production. The purpose of this study is to analyse impact of halal certification on total revenue and the relationship between customer-perceived importance of quality attributes and attribute performance on inflight catering services. This research was conducted at PT Aerofood Indonesia and Soekarno Hatta Airport Gate 2F with 48 participants selected by purposive sample. The correlation between customer behaviour towards halal food product was analysed by using chi-square test. It shows that religiosity and education level is significant to halal food awareness. In addition, the results using importance performance analysis show that passengers perceived low priority of
the attribute halal logo and product warranty (halal, food hygiene, and safe to consume). Product warranty (halal, food hygiene, and safe to consume) is perceived as high priority by airlines. Ordinary Least Square (OLS) analysis of halal certification shows a positive effect towards total revenue of both domestic and international flights. Keywords: Halal Food, Importance Performance Analysis, OLS (Ordinary Least Square), Total Revenue.
PENGARUH SERTIFIKAT HALAL TERHADAP NILAI PENJUALAN DAN KEPUASAN KONSUMEN INDUSTRI JASA BOGA INFLIGHT CATERING (KASUS: PT AEROFOOD INDONESIA)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pengaruh Sertifikat Halal terhadap Nilai Penjualan dan Kepuasan Konsumen Industri Jasa Boga Inflight Catering (Kasus: PT Aerofood Indonesia) Nama : Sari Khairunnisa NIM : H54100070
Disetujui oleh
Prof. Dr. Muhammad Firdaus, SP., M.Si. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah sertifikat halal, dengan judul Pengaruh Sertifikat Halal terhadap Nilai Penjualan dan Kepuasan Konsumen Industri Jasa Boga Inflight Catering (Kasus: PT Aerofood Indonesia). Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang sejenis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Firdaus, SP., M.Si. selaku pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Adji Wibowo, Bapak Eko Riyanto beserta staff PT Aerofood Indonesia dan seluruh responden yang telah membantu selama pengumpulan data. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Papa (Sidi Hersanto), Mama (Siti Djuharina), kakak-kakak (Adji, Rosy, Adjeng, Angga), keponakan (Ibrahim, Naila, Tiara, dan Aryo) selaku keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Nadiah, Penny, Puspa, Ninda, Erlangga, Fauzi, Putri Eka, Ica, Retno, seluruh teman teman Ekonomi Syariah 47, Forum Indonesia Muda, dan Forum for Indonesia atas segala momen, pelajaran, bantuan, dan dukungannya. Temanteman satu bimbingan Abdurrahman Fathony Syaukat dan Qiyamuddin Robbani atas saran dan dukungan yang diberikan. Penulis memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014 Sari Khairunnisa
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Penjualan
5
Maksimisasi Mashlahah
6
Permintaan dan Penawaran
8
Nilai Tukar
9
Indeks Harga Saham Gabungan
9
Indeks Harga Konsumen
9
Halal
10
Sertifikat Halal
10
LPPOM MUI
11
Preferensi Konsumen
11
Kepuasan Konsumen
12
Industri Jasa Boga
12
Penelitian Terdahulu
13
Kerangka Penelitian
14
METODE
16
Jenis dan Sumber Data
16
Lokasi Penelitian
16
Metode Pengumpulan Data
16
Metode Pengolahan dan Analisis Data
17
Uji Chi Square
17
Importance Performance Analysis
18
Ordinary Least Square (OLS)
18
Pengujian Hipotesis
20
Evaluasi Model
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
Hubungan Karakteristik Penumpang dengan Tingkat Kepedulian terhadap Makanan Halal
22
Total Permintaan Makanan Halal
25
Alasan Maskapai Penerbangan dalam Memilih dan Menggunakan Industri Inflight Catering PT Aerofood Indonesia
25
Strategi untuk Meningkatkan Kepuasan Konsumen
26
Faktor-faktor Pengaruh Penjualan PT Aerofood Indonesia
33
SIMPULAN DAN SARAN
43
Simpulan
43
Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
43
LAMPIRAN
47
RIWAYAT HIDUP
67
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah penumpang pesawat udara yang melalui pelabuhan udara Soekarno-Hatta tahun 2008-2013 Jumlah penerbangan pesawat udara yang melalui pelabuhan udara Soekarno-Hatta tahun 2008-2013 Hubungan karakteristik penumpang dengan tingkat kepedulian terhadap makanan Jumlah dan proporsi perusahaan maskapai penerbangan berdasarkan permintaan makanan halal Urutan alasan memilih PT Aerofood Indonesia Model analisis regresi berganda terhadap jumlah makanan penerbangan domestik Model analisis regresi berganda terhadap nilai penjualan penerbangan domestik Model analisis regresi berganda terhadap jumlah makanan penerbangan internasional Model analisis regresi berganda terhadap nilai penjualan penerbangan internasional
2 3 24 25 25 34 36 38 41
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Kurva permintaan dan penawaran Kerangka pemikiran Diagram kartesius IPA penumpang pesawat Diagram kartesius IPA perusahaan maskapai penerbangan
8 15 26 29
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Uji normalitas jumlah makanan penerbangan domestik Uji autokolerasi jumlah makanan penerbangan domestik Uji F model jumlah makanan penerbangan domestik Uji t model jumlah makanan penerbangan domestik Uji multikolinieritas jumlah makanan penerbangan domestik Uji heteroskedastisitas jumlah makanan penerbangan domestik Uji normalitas nilai penjualan penerbangan domestik Uji autokorelasi nilai penjualan penerbangan domestik Uji F nilai penjualan penerbangan domestik Uji t nilai penjualan penerbangan domestik Uji multikolinearitas nilai penjualan penerbangan domestik Uji heteroskedastisitas nilai penjualan penerbangan domestik Uji normalitas jumlah makanan penerbangan internasional Uji autokorelasi jumlah makanan penerbangan internasional Uji F jumlah makanan penerbangan internasional
47 47 47 47 48 48 48 48 49 49 49 49 50 50 50
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Uji t jumlah makanan penerbangan internasional Uji multikolinearitas jumlah makanan penerbangan internasional Uji heteroskedastisitas jumlah makanan penerbangan internasional Uji normalitas nilai penjualan penerbangan internasional Uji autokolerasi nilai penjualan penerbangan internasional Uji F nilai penjualan penerbangan internasional Uji t nilai penjualan penerbangan internasional Uji F nilai penjualan penerbangan internasional Uji heteroskedastisitas nilai penjualan penerbangan internasional Uji Chi-Square jenis kelamin dengan PEDULIHF Uji Chi-Square jenis kelamin dengan MAKANNHF Uji Chi-Square jenis kelamin dengan HALALSYARAT Uji Chi-Square usia dengan PEDULIHF Uji Chi-Square usia dengan MAKANNHF Uji Chi-Square usia dengan HALALSYARAT Uji Chi-Square pekerjaan dengan PEDULIHF Uji Chi-Square pekerjaan dengan MAKANNHF Uji Chi-Square pekerjaan dengan HALALSYARAT Uji Chi-Square pendidikan dengan PEDULIHF Uji Chi-Square pendidikan dengan MAKANNHF Uji Chi-Square pendidikan dengan HALALSYARAT Uji Chi-Square penghasilan dengan PEDULIHF Uji Chi-Square penghasilan dengan MAKANNHF Uji Chi-Square penghasilan dengan HALALSYARAT Uji Chi-Square agama dengan PEDULIHF Uji Chi-Square agama dengan MAKANNHF Uji Chi-Square agama dengan HALALSYARAT Kuesioner perusahaan maskapai penerbangan Kuesioner penumpang pesawat udara
50 50 51 51 51 51 52 52 52 52 53 53 53 53 53 53 54 54 54 54 54 54 55 55 55 55 55 56 62
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dimana pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia mencapai 244 814 900 jiwa dengan 84% dari total penduduk Indonesia memeluk agama Islam (BPS 2014). Agama Islam mengikat umatnya untuk mematuhi aturan-aturan yang sesuai dengan syariat Islam menurut Al-Qur’an dan Hadis. Dalam Al-Qur’an surat Quraisy ayat 3 sampai dengan ayat 4 diterangkan bahwa Allah menjadikan kecukupan kebutuhan pangan sebagai salah satu sebab utama kenyamanan dalam beribadah. Selain itu, makanan dan minuman dapat memengaruhi tubuh baik secara fisik maupun psikis. Hadis Nabi SAW menjelaskan hal ini, seperti yang diriwayatkan sahabat Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Perut adalah telaga bagi raga. Pembuluh-pembuluh darah berujung padanya. Jika perut sehat, pembuluh-pembuluh itu akan sehat. Sebaliknya, jika perut sakit, pembuluh darah pun akan ikut sakit.” (HR Thabrani) Berkenaan dengan persoalan ini, Imam Al-Ghazali mengumpamakan urusan makanan dalam agama, ibarat fondasi pada sebuah bangunan. Menurutnya, jika fondasi itu kuat dan kokoh, maka bangunan itu pun akan berdiri tegak dan kokoh. Demikian sebaliknya, apabila fondasi itu lemah dan rapuh, niscaya bangunan itu pun akan ambruk dan runtuh (Setiawan 2014). Al-Ghazali lalu mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Thabrani: “Perbaikilah makananmu, niscaya Allah akan mengabulkan doamu.” Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, manusia diberikan kewajiban untuk mengonsumsi segala sesuatu yang halal dan thoyyib. Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti “melepaskan” dan “tidak terikat”. Secara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya. Menurut Girindra (2008), kata halalan berasal dari bahasa Arab secara etimologis halla yang berarti lepas atau tidak terikat. Allah telah menegaskan dalam Al-quran QS. An-Nahl ayat 114 : “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”. (QS. 16:114) Sesuai dengan ayat di atas Allah telah memerintahkan kepada manusia untuk mengonsumsi makanan halal. Makanan yang halal adalah semua jenis makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang atau haram dan atau yang telah diproses menurut syariat agama Islam. Hal-hal yang termasuk ke dalam kriteria makanan dan minuman yang halal adalah segala jenis makanan yang tidak mengandung dan tidak terjadi kontak langsung dengan sesuatu yang dianggap haram menurut Islam baik pada tahap persiapan, pemrosesan, transportasi dan penyimpanan (Apriyantono 2001). Menurut Mohd Yusoff (2004), halal tidak mencakup aspek agama tetapi halal saat ini erat kaitannya dengan proses produksi yang memperhatikan kualitas dan kebersihan suatu produk. Indonesia memiliki simbol terhadap jaminan dan standar mutu mengenai halalnya suatu produk. Jaminan tersebut adalah sertifikat halal yang ditetapkan
2 oleh Lembaga Pengkajian Pangan dan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) yang berlandaskan syariat Islam. Sertifikat halal dibentuk untuk melindungi konsumen khususnya umat muslim Indonesia berlandaskan syariat Islam. Sertifikasi Halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa bahan, proses produksi, dan Sistem Jaminan Halal (SJH) memenuhi standar LPPOM MUI (LPPOM MUI 2008). Penanda sertifikasi adalah sertifikat halal pada kemasan produk dengan masa berlaku dua tahun. Peningkatan aktivitas transportasi udara yang saat ini menjadi pilihan masyarakat dapat dilihat dari meningkatnya jumlah penumpang domestik maupun internasional setiap tahunnya. Jumlah penumpang domestik dan internasional pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 11.22% dibandingkan dengan jumlah total penumpang tahun 2008. Selain itu pada tahun 2010 jumlah penumpang adalah 20 228 970 orang dimana terjadi peningkatan sebesar 17.54 %. Peningkatan penumpang domestik dan internasional meningkat 13.70% pada tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah penumpang 22 999 764 orang. Jumlah penumpang pada 2012 naik sebesar 11.25% dibandingkan 2011 mencapai 25 586 948 orang. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penumpang yang melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta naik sebesar 5.64% pada tahun 2013 yaitu sebesar 27 030 885 orang. Tabel 1 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah penumpang pesawat udara yang melalui pelabuhan udara Soekarno-Hatta tahun 2008-2013 Jumlah Penumpang Total Persentase Domestik (orang) Internasional(orang) 11 890 190 3 583 052 15 473 242 13 393 900 3 815 954 17 209 854 11.22% 15 469 157 4 759 813 20 228 970 17.54% 17 705 109 5 294 655 22 999 764 13.70% 19 749 880 5 837 068 25 586 948 11.25% 20 659 308 6 371 577 27 030 885 5.64%
Sumber: PT (Persero) Angkasa Pura II 2013 (diolah)
Pertumbuhan jumlah penumpang yang melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penerbangan pesawat udara setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penerbangan juga terjadi mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 9.08% dengan jumlah 272 877 unit dibandingkan dengan tahun 2008. Aktivitas transportasi udara juga mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar 11.97% dengan jumlah penerbangan 305 541 unit. Jumlah penerbangan pada tahun 2011 mencapai 345 508 unit mengalami peningkatan sebesar 13.08%. Penerbangan domestik maupun internasional pada tahun 2012 meningkat menjadi 381 120 unit atau terjadi kenaikan sebesar 10.31%. Peningkatan tersebut juga terjadi pada tahun 2013 sebesar 4.80% yaitu sebesar 399 430 unit (Tabel 2).
3 Tabel 2 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah penerbangan pesawat udara yang melalui pelabuhan udara Soekarno-Hatta tahun 2008-2013 Jumlah Penerbangan Total Persentase Domestik (unit) Internasional (unit) 201 931 48 242 250 173 224 007 48 870 272 877 9.08% 244 344 61 197 305 541 11.97% 277 025 68 483 345 508 13.08% 75 206 305 914 381 120 10.31% 82 242 317 188 399 430 4.80%
Sumber: PT (Persero) Angkasa Pura II 2013 (diolah)
Kebutuhan jasa transportasi udara yang meningkat ini disertai dengan permintaan akan jasa pelayanan penyedia makanan (jasa boga) bagi maskapaimaskapai penerbangan. Layanan jasa boga ini lebih dikenal dengan nama inflight catering. Penyedia jasa boga mengolah bahan-bahan makanan menjadi makanan siap saji yang nantinya akan dikonsumsi oleh penumpang pengguna jasa maskapai penerbangan. Perusahaan maskapai penerbangan memiliki standar yang berbeda-beda namun tetap memiliki prinsip perlindungan terhadap konsumen dalam setiap pelayanan yang diberikan. Salah satu perlindungan konsumen yang diberikan adalah penyediaan makanan halal. Janus Sidabalok (2006) mengemukakan ada empat alasan pokok konsumen perlu dilindungi. Salah satu diantaranya adalah untuk melahirkan manusia yang sehat rohani maupun jasmani. Dimana konsep tersebut sama dengan definisi dari makanan halal dan thoyyib yaitu makanan baik dan sehat untuk rohani dan jasmani. PT Aerofood Indonesia merupakan perusahaan yang dikenal bergerak dalam bidang industri penyediaan jasa makanan khusus penerbangan, baik domestik maupun internasional dan telah berdiri sejak tahun 1974. Perusahaan berdiri dengan enam corporate value yaitu I-FRESH (Integrity, Fast, Reliable, Effective & Efficient, Service Excellence dan Hygiene). PT Aerofood Indonesia memiliki beberapa cabang, diantaranya terdapat di Jakarta, Denpasar, Surabaya, Medan, Balikpapan, Yogyakarta, Bandung dan Lombok. Komitmen pelayanan yang baik oleh PT Aerofood Indonesia ditunjukkan melalui perlindungan konsumen dengan melakukan proses sertifikasi halal pada produk-produk yang dihasilkan melalui sertifikasi halal LPPOM MUI.
Perumusan Masalah Sertifikat halal merupakan jaminan bahwa makanan telah terproses dan bebas dari produk haram serta berlandaskan syariat Islam. Seiring dengan berjalannya waktu masyarakat mulai peduli akan makanan halal dimana sertifikasi halal saat ini merupakan sebuah simbol penduduk muslim terbesar di dunia merasa aman dalam mengonsumsi makanan. Menurut data LPPOM MUI jumlah produk yang memperoleh sertifikat halal di Indonesia dalam kurun lima waktu tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data LPPOM MUI pusat, data tahun 2009 jumlah produk yang mendapatkan sertifikat
4 halal sebanyak 10 550 produk dan pada tahun 2010, jumlah produk yang mendapatkan sertifikat halal meningkat lebih dari 100% menjadi 27 121 produk (LPPOM 2010). Namun diantara seluruh produk yang sudah tersebar di Indonesia, hanya 20% produk yang telah bersertifikasi halal. Hal ini dikarenakan produsen menilai biaya pemberian sertifikat halal pada tiap produk dinilai terlalu memberatkan dan dianggap masih termasuk mahal (Bisnis 2014). Perusahaan maskapai penerbangan saat ini menjadi semakin berkembang dan pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pengguna maskapai penerbangan dan jadwal penerbangan. Peningkatan ini disertai dengan peningkatan permintaan akan industri jasa boga bagi maskapai penerbangan. Perusahaan maskapai penerbangan memiliki prinsip perlindungan terhadap konsumen dalam setiap pelayanan yang diberikan. Salah satu perlindungan konsumen yang diberikan adalah penyediaan makanan halal. Iranita (2012) mengemukakan bahwa terdapat hubungan searah antara variabel labelisasi halal dengan keputusan pembelian. Artinya, semakin tinggi labelisasi halal maka semakin meningkat keputusan pembelian, semakin tinggi keputusan pembelian maka semakin meningkat nilai penjualan dan begitu pula sebaliknya. Selain preferensi dan keputusan pembelian konsumen, tingginya nilai penjualan dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel makro ekonomi. Variabelvariabel makro ekonomi seperti nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS, harga minyak dan harga emas berpengaruh signifikan terhadap omzet penjualan (Syarif 2010). Hubungan antara variabel sertifikasi halal dengan keputusan pembelian memengaruhi nilai penjualan. Selain variabel sertifikat halal, nilai penjualan dapat dipengaruhi oleh variabel makro ekonomi dan preferensi konsumen. Variabelvariabel ekonomi yang dilihat dalam penelitian ini adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, jumlah penumpang domestik atau internasional, indeks harga konsumen, indeks harga saham gabungan dan dummy sebelum dan sesudah pemberian sertifikasi halal. Penelitian ini akan difokuskan pada salah satu industri jasa boga inflight catering terbesar di Indonesia yaitu PT Aerofood Indonesia. Berdasarkan penjelasan rendahnya produk yang telah bersertifikasi halal di Indonesia dikarenakan biaya sertifikat halal mahal, maka permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hubungan antara karakteristik konsumen PT Aerofood Indonesia dengan kepedulian terhadap makanan halal? 2. Bagaimana tingkat kepentingan dan kinerja terhadap produk PT Aerofood Indonesia menurut konsumen? 3. Apakah sertifikat halal memengaruhi tingkat penjualan PT Aerofood Indonesia?
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen PT Aerofood Indonesia dengan tingkat kepedulian konsumen terhadap makanan halal; 2. Mengkaji dan mengukur tingkat kepentingan dan kinerja produk PT Aerofood Indonesia menurut konsumen;
5 3. Menganalisis pengaruh sertifikat halal terhadap tingkat penjualan PT Aerofood Indonesia.
Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak hanya bagi penulis, tetapi juga bagi LPPOM MUI dan pihak lainnya yang berkepentingan. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi sektor industri jasa boga (PT Aerofood Indonesia) penelitian diharapkan memberikan informasi dalam menelaah tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen, dilihat dari segi pelayanan dan jaminan halal yang diberikan sehingga memenuhi harapan bagi kepuasan konsumen. 2. Bagi LPPOM MUI dan pemerintah penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manfaat dari penyelenggaraan program sertifikasi halal. 3. Bagi akademisi diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk melakukan studi lebih lanjut. 4. Bagi penulis diharapkan dapat menjadi sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh, serta dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis, dan menemukan solusi yang tepat bagi permasalahan tersebut sebagai perwujudan dari aplikasi ilmu yang diperoleh.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pengaruh sertifikat halal terhadap nilai penjualan pada industri jasa boga inflight catering dan hubungan antara karakteristik konsumen serta tingkat kinerja dan kepentingan konsumen. Dari analisis ini diharapkan dapat menggambarkan seberapa besar pengaruh sertifikat halal dan preferensi konsumen terhadap perkembangan nilai penjualan serta informasi dalam memenuhi harapan bagi kepuasan konsumen. Penelitian ini difokuskan pada salah satu industri jasa boga inflight catering PT Aerofood Indonesia. Selain itu, lokasi penelitian untuk mendukung data primer dikhususkan pada Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta.
TINJAUAN PUSTAKA Penjualan Penjualan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari penyerahan barang dagang/jasa atau aktivitas lainnya didalam suatu periode. Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi secara kredit maupun tunai (Mulyadi 2001). Transaksi penjualan kredit
6 terjadi jika order dari konsumen telah dipenuhi dengan order pengiriman barang atau penyerahan jasa untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada konsumennya. Sedangkan transaksi penjualan tunai terjadi jika barang dan jasa baru diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah menerima kas dari pembeli. Pengertian penjualan menurut Leny Sulistiyowati (2010) adalah pendapatan yang berasal dari penjualan produk perusahaan, disajikan setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan. Aktivitas penjualan memegang peranan yang sangat penting dalam aktivitas perusahaan secara keseluruhan dimana hasil penjualan akan digunakan dalam melaksanakan semua fungsi dalam perusahaan. Kesimpulan dari definisi tersebut penjualan adalah suatu pengalihan atau perpindahan hak kepemilikan atas barang dan jasa dari penjual ke pembeli yang disertai dengan penyerahan imbalan dari pihak penerima barang atau jasa sebagai timbal balik dari penyerahan tersebut yang akan digunakan untuk keseluruhan fungsi dalam perusahaan. Menurut Basu Swastha (1999) penjualan dipengaruhi oleh faktor yang dapat dikendalikan oleh pihak perusahaan (faktor internal) dan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak perusahaan (faktor eksternal). Faktor internal terdiri dari kemampuan perusahaan untuk mengelola produk yang dipasarkan, kebijaksanaan harga, dan promosi yang digariskan perusahaan serta kebijaksanaan untuk memilih perantara yang digunakan. Faktor eksternal terdiri dari perkembangan ekonomi dan perdagangan baik nasional maupun internasional, kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, perdagangan dan moneter, dan suasana persaingan pasar. Maksimisasi Mashlahah Motivasi produsen dalam produksi menurut Islam adalah menyediakan kebutuhan material dan spiritual untuk mencari mashlahah yang sejalan dengan tujuan kehidupan seorang muslim (P3EI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 2011). Konsep mashlahah terdiri atas dua komponen yaitu manfaat (fisik dan nonfisik) dan berkah, untuk rumusan mashlahah yang menjadi perhadian produsen adalah: Mashlahah = keuntungan+berkah M =Π+B
(1)
Dalam hal ini berkah didefinisikan menggunakan proksi yang sama dengan yang dipakai konsumen dalam mengidentifikasinya, yaitu adanya pahala pada produk atau kegiatan yang bersangkutan. Adapun keuntungan merupakan selisih pendapatan total/total revenue dengan biaya totalnya/total cost, yaitu: Π
= TR – TC
(2)
Berkah akan diperoleh apabila produsen menerapkan prinsip dan nilai Islam dalam kegiatan produksinya dimana seringkali menimbulkan biaya ekstra yang relatif besar dibandingkan jika mengabaikannya. Di sisi lain, berkah yang diterima merupakah kompensasi yang tidak secara langsung diterima produsen
7 atau berkah revenue (BR) dikurangi dengan biaya mendapatkan berkah atau berkah cost (BC), yaitu: B = BR – BC = -BC
(3)
Di dalam persamaan (3) berkah dapat diasumsikan nilainya nol atau secara indrawi tidak dapat diobservasi karena memang tidak selalu berwujud material. Dengan demikian mashlahah dapat didefinisikan dalam persamaan dan bisa ditulis kembali menjadi: M = TR – TC – BC
(4)
Persamaan (4) menunjukkan BC menjadi faktor pengurang, hal ini dikarenakan berkah tidak bisa datang dengan sendirinya melainkan harus dicari dan diupayakan kehadirannya sehingga timbul beban ekonomi. Sebagai contoh, perusahaan industri jasa boga yang mendaftarkan perusahaannya untuk mendapatkan sertifikat halal dari LPPOM. Dengan tidak adanya sertifikat halal sebenarnya produsen dapat meningkatkan dan menggunakan seluruh bahan baku halal maupun tidak halal yang tersedia di pasar. Orientasi perusahaan pada berkah menimbulkan hal tersebut tidak dilakukan, meskipun konsekuensinya harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi pada proses sertifikasi halal. Adanya biaya mencari berkah tentu saja akan membawa implikasi terhadap harga barang dan jasa yang telah dihasilkan produsen. Harga jual produk adalah harga yang mengakomodasi pengeluaran berkah tersebut, yaitu: B
P = P + BC
(5)
Dengan demikian, rumusan mashlahah dapat diekspresikan dalam persamaan diatas dan berubah menjadi: M = BTR – TC – BC
(6)
Selanjutnya dengan pendekatan kalkulus terhadap persamaan di atas, maka bisa ditemukan pedoman yang bisa digunakan oleh produsen dalam memaksimumkan mashlahah atau optimum mashlahah condition (OMC), yaitu: B
P dQ = dTC + dBC
(7)
Jadi optimum mashlahah condition menyatakan bahwasanya mashlahah akan maksimum jika nilai dari unit terakhir yang diproduksi (BPdQ) sama dengan perubahan (tambahan) yang terjadi pada biaya total (dTC) dan pengeluaran berkah total (dBC) pada unit terakhir yang diproduksi. Jika nilai dari unit terakhir yang diproduksi (BPdQ) masih lebih besar dari pengeluarannya, dTC + dBC, maka produsen akan mempunyai dorongan untuk menambah jumlah produksi lagi. Jika tidak nilai unit terakhir hanya pas untuk membayar kompensasi yang dikeluarkan dalam rangka memproduksi unit tersebut, dTC + dBC, sehingga tidak akan ada lagi dorongan bagi produsen untuk menambah produksi.
8 Permintaan dan Penawaran Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), permintaan adalah hubungan antara harga dengan kuantitas yang dibeli. Ada suatu hubungan antara harga pasar dari suatu barang dengan kuantitas yang diminta dari barang tersebut asalkan hal lain tidak berubah. Banyaknya barang yang dibeli orang tergantung pada harganya, makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit unit yang diinginkan konsumen untuk dibeli (ceteris paribus). Penawaran menginformasikan mengenai jumlah barang yang akan dijual pada setiap tingkat harga tersebut. Penawaran menghubungkan kuantitas yang ditawarkan dari sebuah barang dengan harga pasarnya, sementara hal-hal lain konstan (ceteris paribus). Menurut McConnell (1990) hukum penawaran bersifat positif, ketika harga meningkat jumlah barang yang ditawarkan meningkat dan ketika harga turun jumlah barang yang ditawarkan menurun. Kurva permintaan dan penawaran pada Gambar 1 menunjukkan harga dan jumlah ekuilibrium pada P1 dan Q1 pada makanan dalam penerbangan. Adanya makanan dalam penerbangan yang telah tersertifikasi halal menyebabkan kenaikan permintaan makanan halal dari D ke D’ yang menyebabkan kurva permintaan bergeser ke kanan sehingga mengakibatkan kenaikan baik pada pada harga ekuilibrium dari P1 ke P2 maupun jumlah ekuilibrium dari Q1 ke Q2. Adanya peningkatan pada permintaan mengakibatkan perusahaan industri jasa boga inflight catering meningkatkan penawaran dari S ke S’ yang menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kanan sehingga mengakibatkan penurunan pada harga ekuilibrium dari P2 ke P3 serta kenaikan jumlah ekuilibrium dari Q2 ke Q3. Sertifikat halal dapat meningkatkan ekuilibrium harga yang relatif kecil dengan dampak kenaikan jumlah ekuilibrium makanan yang relatif besar.
Gambar 1 Kurva permintaan dan penawaran
9 Nilai Tukar Suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka harus mempertimbangkan kurs mata uangnya dalam menganalisa kondisi makro ekonomi negara yang bersangkutan. Kurs dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara tersebut (Mankiw 2000). Permintaan dan penawaran valuta asing pada foreign exchange market menentukan besarnya kurs mata uang dalam negeri. Jika kurs mengalami depresiasi berarti permintaan terhadap mata uang dalam negeri menurun atau terjadi peningkatan permintaan terhadap mata uang luar negeri (Judiseno 2005). Menurut Negara (2001) nilai tukar Rupiah terutama terhadap Dollar AS dapat dijadikan indikator kinerja bursa. Pada saat nilai tukar mengalami depresiasi biasanya indeks harga saham akan melemah hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat investor lebih cenderung menanamkan modalnya di pasar valuta asing. Sebaliknya jika nilai tukar mengalami apresiasi maka indeks harga saham mengalami penguatan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menurut Sunariyah (2003), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. IHSG merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG ini dapat digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG juga melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa (Anoraga 2001). Indeks Harga Konsumen (IHK) IHK adalah harga sekelompok barang dan jasa relatif terhadap harga sekelompok barang dan jasa pada tahun dasar. Perhitungan ini dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa pada tahun dasar. IHK mengubah harga berbagai barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga (Mankiw 2000). Sedangkan menurut Lipsey et al (1997), IHK adalah suatu ukuran harga rata-rata dari berbagai komoditi yang biasa dibeli rumah tangga dikompilasi setiap bulan oleh BPS. IHK meningkat mengindikasikan rata-rata keluarga harus membelanjakan lebih banyak uang untuk mempertahankan standar hidup yang sama seperti sebelummya. Para ekonom menggunakan istilah inflasi untuk menggambarkan situasi ekonomi dimana keseluruhan harga mengalami kenaikan. Laju inflasi ini merupakan persentase perubahan tingkat harga pada suatu waktu tertentu dibandingkan dengan tingkat harga pada periode sebelumnya.
10 Halal Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti “melepaskan” dan “tidak terikat”. Secara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya. Menurut Girindra (2008), kata halalan berasal dari bahasa Arab secara etimologis halla yang berarti lepas atau tidak terikat. Istilah Islam yang komprehensif ini salah satunya meliputi makanan dan minuman yang menjadi konsumsi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Selain makanan dan minuman halal terdapat pula makanan dan minuman yang diharamkan karena zatnya atau karena sebab. Haram karena zatnya adalah bahwa asal dari makanan tersebut memang sudah haram. Sedangkan, haram karena sebab berkaitan dengan perolehan makanan yang tidak sesuai syariat Islam (Suryana 2009). Menurut Twaigery dan Spillman (1989) yang dimaksud produk halal adalah produk yang memenuhi persyaratan halal sesuai dengan syariat Islam, yaitu: (1) tidak mengandung bahan-bahan atau benda dari binatang yang haram dan tidak sesuai syariat Islam, (2) berasal dari proses produksi, tempat penyimpanan, penjualan, pengolahan, alat dan mesin yang harus bersih dan sesuai dengan syariat Islam. Menurut Mohd Yusoff (2004), halal tidak mencakup aspek agama tetapi halal saat ini erat kaitannya dengan proses produksi yang memperhatikan kualitas dan kebersihan suatu produk. Makanan halal penting bagi seorang muslim dimana makanan halal akan mendatangkan manfaat bagi manusia, baik jasmani dan rohani agar dapat memiliki tubuh sehat dan berperilaku mulia (Udin et al 2008). Sertifikat Halal Sertifikat halal adalah fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh MUI melalui keputusan sidang Komisi Fatwa yang menyatakan kehalalan suatu produk berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI. Sertifikasi Halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa bahan, proses produksi, dan SJH memenuhi standar LPPOM MUI (LPPOM MUI 2008). Sertifikat halal merupakan standar mutu tentang jaminan halal di Indonesia yang dibentuk untuk melindungi konsumen khususnya umat muslim Indonesia berlandaskan syariat Islam. Penanda sertifikasi adalah berupa label halal pada kemasan produk dengan masa berlaku dua tahun. Secara umum proses sertifikasi halal dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu: (1) persiapan pengajuan sertifikasi halal, (2) pendaftaran sertifikasi halal, (3) audit Sistem Jaminan Halal, (4) audit di lokasi pabrik, (5) evaluasi rapat auditor, dan (5) penentuan kehalalan oleh Sidang Fatwa MUI. Garis besar tahapan proses sertifikasi dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pendaftaran sertifikasi halal dapat dilakukan di tiga tempat, yaitu (1) BPOM, (2) LPPOM MUI Pusat, dan (3) LPPOM MUI Provinsi. Pendaftaran melalui BPOM dilakukan untuk produk yang membutuhkan pencantuman label halal pada kemasannya dan dijual secara langsung untuk konsumsi masyarakat. Pendaftaran melalui LPPOM MUI Pusat dilakukan untuk industri pengolahan dan restoran yang memiliki jangkauan pemasaran atau outlet lebih dari satu provinsi. Sementara itu, pendaftaran melalui LPPOM MUI Daerah dilakukan untuk industri pengolahan yang termasuk dalam kelompok Air Minum Dalam
11
b.
c.
d.
e.
f. g.
h. i. j.
Kemasan (AMDK), bleaching earth, dan karbon aktif serta rumah potong hewan yang memiliki jangkauan pemasaran hanya pada provinsi tersebut. Setiap produsen yang mengajukan permohonan sertifikat halal bagi produknya, harus mengisi borang yang telah disediakan. Borang tersebut berisi informasi tentang data perusahaan, jenis, dan nama produk serta bahan-bahan yang digunakan. Borang yang sudah diisi beserta dokumen pendukungnya dikembalikan ke sekretariat LPPOM MUI untuk diperiksa kelengkapannya, dan bila belum memadai perusahaan harus melengkapi sesuai dengan ketentuan. LPPOM MUI akan memberitahukan perusahaan mengenai jadwal audit. Tim auditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan atau audit ke lokasi produsen. Pada saat audit, perusahaan harus dalam keadaan memproduksi produk yang disertifikasi. Hasil pemeriksaan atau audit dan hasil laboratorium dievaluasi dalam rapat auditor LPPOM MUI. Hasil audit yang belum memenuhi persyaratan diberitahukan kepada perusahaan melalui audit memorandum. Jika telah memenuhi persyaratan, auditor akan membuat laporan hasil audit guna diajukan pada Sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status kehalalannya. Laporan hasil audit disampaikan oleh Pengurus LPPOM MUI dalam Sidang Komisi Fatwa MUI pada waktu yang telah ditentukan. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika dianggap belum memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan, dan hasilnya akan disampaikan kepada produsen pemohon sertifikasi halal. Sertifikat halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah ditetapkan status kehalalannya dan status implementasi SJH oleh Komisi Fatwa MUI. Sertifikat Halal dan Status Implementasi SJH berlaku selama dua tahun sejak tanggal penetapan fatwa. Tiga bulan sebelum masa berlaku sertifikat halal berakhir, produsen harus mengajukan perpanjangan sertifikat halal sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan LPPOM MUI. LPPOM MUI
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), merupakan sebuah lembaga yang dibentuk oleh MUI dengan tugas menjalankan fungsi MUI untuk melindungi konsumen muslim dalam mengonsumsi makanan, minuman, obat-obatan maupun kosmetika. Lembaga ini dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 6 Januari 1989. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) memiliki tugas utama, yaitu menenteramkan umat melalui upaya sertifikasi halal produk dan sertifikasi sistem produksi yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kaidah agama. Preferensi Konsumen Preferensi konsumen merupakan pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk yang dikonsumsi. Preferensi konsumen juga
12 merupakan nilai-nilai yang diperhatikan konsumen dalam menentukan pilihan. Menurut Kardes (2002), preferensi dibagi menjadi dua, yaitu preferensi berdasarkan sikap dan preferensi berdasarkan atribut. Preferensi berdasarkan sikap dibentuk berdasarkan sikap konsumen secara keseluruhan terhadap dua produk. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide. Preferensi berdasarkan atribut dibentuk atas dasar membandingkan satu atau lebih atribut atau fitur dari dua produk ataupun lebih. Menurut Kardes (2002), atribut terbagi menjadi dua yaitu atribut unik dan atribut bersama. Atribut unik merupakan atribut yang termasuk ke dalam deskripsi satu produk tetapi dihilangkan dari deskripsi produk lainnya. Sedangkan atribut bersama adalah atribut yang tidak hanya dimiliki satu produk saja, akan tetapi semua produk memiliki atribut ini. Kepuasan Konsumen Menurut Rangkuti (2003), kepuasan konsumen merupakan respon konsumen terhadap kesesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaian. Menurut Kotler (2000), para konsumen membentuk suatu harapan akan nilai apakah suatu penawaran memenuhi harapan akan nilai konsumen sehingga memengaruhi mereka akan membeli kembali. Kepuasan konsumen ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan oleh konsumen selama menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut. Irawan (2003) menyatakan bahwa kepuasan konsumen tidak langsung mencerminkan seberapa jauh perusahaan telah merespon keinginan dan harapan pasar. Menurut Irawan (2003) terdapat lima komponen yang dapat mendorong kepuasan konsumen, yaitu kualitas produk, kualitas pelayanan, faktor emosional, harga dan kemudahan. Kualitas produk menyangkut lima elemen, yaitu performance, reliability, conformance, durability, dan consistency. Kualitas pelayan menurut konsep servqual (service quality) meliputi reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible. Faktor emosional diperoleh saat menggunakan suatu produk yang berhubungan dengan gaya hidup. Harga menyangkut penilaian produk yang dikonsumsi mampu memberikan nilai yang tinggi dari harga yang dibayarkan. Kemudahan berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk atau jasa dengan mudah, nyaman, dan efisien. Industri Jasa Boga Menurut definisi Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 jasa boga atau catering adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan. Menurut Lillicrap (1994) katering adalah perusahaan atau perorangan yang menyediakan makanan dan minuman pada harga rendah sampai menengah dengan tingkat layanan terbatas. Menurut sumber Departemen Perindustrian dan Perdagangan industri jasa boga meliputi usaha penjualan makanan jadi (siap dikonsumsi) yang terselenggara untuk perayaan, pesta, seminar, rapat, paket perjalanan haji, angkutan umum, dan sejenisnya
13 berikut pramusaji yang akan melayani tamu-tamu dan peserta seminar atau rapat pada saat acara berlangsung. Menurut Kementrian Kesehatan (2003) sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 industri jasa boga dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan utama, yaitu golongan A atau biasa disebut industri jasa boga skala kecil, golongan B (industri jasa boga skala besar) atau golongan C (industri jasa boga skala besar sekali atau yang dikenal dengan industri jasa boga yang melayani angkutan udara atau penerbangan). Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka penyusunan penelitian ini, beberapa penelitian terdahulu antara lain: Andari (2005) menganalisis perilaku konsumen restoran tradisional pada restoran Galuga 3, Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 96 responden dengan teknik convenience sampling. Pengolahan data dilakukan dengan tabulasi deskriptif untuk mengetahui karakteristik responden, keputusan pembelian, dan faktor yang memengaruhi keputusan pembelian. Selain itu digunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) untuk menganalisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut untuk mengetahui gambaran tingkat kepentingan atribut yang dimiliki dan atribut ideal yang diharapkan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan alasan responden melakukan pembelian adalah karena rasa lapar. Keputusan pembelian dilakukan dengan frekuensi 1-2 kali dalam sebulan. Berdasarkan IPA, terdapat dua atribut pada kuadran pertama yaitu keramahan pelayanan dan kebersihan restoran. Wan-Hasan (2009) melakukan analisis mengenai makanan halal pada restoran di New Zealand dengan tujuan untuk menyelidiki manajemen dan promosi dari makanan halal pada restoran di New Zealand melalui metode snowball sampling dengan menggunakan 90 sampel restoran. Hasil dari analisis ini adalah turis muslim tidak berpengaruh signifikan dalam bisnis restoran di New Zealand dan banyak restoran halal di New Zealand enggan untuk mempromosikan makanan halal atau memasang logo halal di depan toko mereka. Menurut penelitian Syarif (2010) mengenai pengaruh variabel-variabel makro ekonomi terhadap omzet penjualan di Toko Sakinah Paiton Probolinggo variabel-variabel makro ekonomi seperti nilai kurs Rupiah terhadap US dollar, harga minyak, dan harga emas berpengaruh signifikan terhadap omzet penjualan Toko Sakinah Paiton Probolinggo sebesar 85%. Variabel-variabel makro ekonomi merupakan salah satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap omzet penjualan. Faryal dan Kamran (2011) mengukur kesadaran dan persepsi konsumen terhadap makanan halal di Pakistan dimana Pakistan merupakan salah satu negara Muslim. Penelitian ini adalah exploratory study terhadap 528 responden pada dua cluster yaitu mahasiswa dan pegawai. Hasil dari penelitian ini adalah kesadaran konsumen terhadap makanan halal di Pakistan masih sangat rendah dan berbeda dengan Indonesia dan Malaysia yang telah memiliki ketentuan formal mengenai produk halal berupa sertifikasi halal. Rajagopal (2011) melakukan analisis dampak penjualan produk bersertifikat halal di UAE. Penelitian ini dilakukan dengan menarik sampel
14 sebanyak 151 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik judgmental sampling. Mayoritas responden berlokasi di Dubai dan Sharjah, 8% lainnya dari Ajman, dan 25% lainnya tersebar di lokasi sekitar UAE. Hasil dari penelitian ini adalah responden telah memiliki kesadaran tinggi dalam menggunakan produk daging bersertifikasi halal namun kurang memiliki kesadaran dalam produk buah, sayur, dan kosmetik. Selain itu, usia 33-40 merupakan usia yang memiliki kesadaran paling tinggi dalam menggunakan produk halal. Melihat tingginya kesadaran responden dalam menggunakan produk halal maka hal ini berdampak baik dalam penjualan produk halal. Fidlizan et al (2012) melakukan penelitian mengenai analisis penjualan automobil terhadap variabel makro ekonomi di negara-negara ASEAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode Mean Group (MG) dan Pooled Mean Group (PMG). Penelitian ini menganalisis hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara GDP, inflasi (IHK), unemployment rate, suku bunga kredit tahun 1996 -2010 dengan penjualan mobil di Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada jangka pendek GDP, IHK, unemployment rate, dan suku bunga kredit berkorelasi signifikan di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Asadollah Kordnaeji et al (2013) melakukan analisis terhadap faktorfaktor yang memengaruhi perilaku konsumen dalam menggunakan produk halal di Kuala Lumpur, Malaysia. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuisioner pada 384 konsumen produk halal di Kuala Lumpur, Malaysia yang dianalisis dengan metode Structural Equation Model (SEM) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Hasil dari penelitian ini adalah iklan dan strategi marketing produk, kualitas produk, agama, kemudahan mendapatkan produk, harga, dan norma yang dianut merupakan faktor-faktor yang signifikan memengaruhi perilaku konsumen dalam menggunakan produk halal di Kuala Lumpur. Rasaq Akonji (2013) melakukan penelitian mengenai dampak perubahan nilai kurs sebagai salah satu variabel makro ekonomi di Nigeria. Penelitian ini dilakukan dengan metode OLS, correlation matriks, dan analisis Granger Causality. Hasil dari penelitian ini adalah perubahan nilai kurs memiliki pengaruh positif dalam GDP (Gross Domestic Product), investasi asing, dan terbukanya pasar, namun memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat inflasi di Nigeria. Peneliti menyarankan untuk meningkatkan volume ekspor melalui produk domestik dan menurunkan volume penggunaan minyak serta barang impor. Kerangka Penelitian Penumpang pesawat pada Bandara Soekarno-Hatta di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan penumpang menyebabkan meningkatnya kebutuhan jasa trasportasi udara yang disertai dengan permintaan akan jasa pelayanan penyedia makanan (jasa boga) bagi maskapai-maskapai penerbangan. Peningkatan jumlah penumpang juga harus seimbang dengan pelayanan yang disediakan untuk melindungi konsumen, salah satunya adalah penyediaan makanan halal oleh industri jasa boga. Perusahaan hakekatnya menaruh perhatian pada keuntungan berupa maksimisasi profit, namun konsep perusahaan yang sesuai dengan prinsip dan nilai Islam menunjukkan perhatian pada maksimisasi mashlahah. Hal ini sejalan dengan orientasi perusahaan pada berkah, salah
15 satunya melalui penerapan prinsip produksi makanan sesuai dengan prinsip dan nilai Islam yang ditunjukkan dengan adanya sertifikat halal. PT Aerofood Indonesia adalah salah satu perusahaan industri penyedia jasa inflight catering terbesar di Indonesia yang telah tersertifikasi halal. Komitmen perusahaan dalam melindungi konsumen dapat meningkatkan citra produsen di mata konsumen dengan apresiasi peningkatan permintaan konsumen terhadap barang yang dihasilkan produsen. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya nilai penjualan. Nilai penjualan dipengaruhi oleh faktor yang dapat dikendalikan oleh pihak perusahaan (faktor internal) dan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak perusahaan (faktor eksternal). Penelitian ini menganalisis faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi nilai penjualan PT Aerofood Indonesia cabang Jakarta. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diusulkan rekomendasi kebijakan yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kepuasan konsumen pada industri inflight catering serta semakin banyaknya produk yang tersertifikasi halal di Indonesia. Adapun kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Kerangka pemikiran
16
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu laporan bulanan nilai penjualan, dan jumlah makanan penerbangan domestik maupun internasional (meal uplift) Januari 2008 sampai dengan September 2013. Sumber data sekunder lain untuk mendukung kelengkapan data penelitian diperoleh melalui Badan Pusat Statistik, PT (Persero) Angkasa Pura II, International Monetery Fund, IDX, buku, jurnal, dan skripsi. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara dengan responden yang merupakan perusahaan maskapai penerbangan dan penumpang pesawat mengenai preferensi dan kepuasan dalam menggunakan produk industri inflight catering bersertifikat halal. Lokasi Penelitian Penelitian mengkaji pengaruh sertifikat halal dan kepuasan konsumen pada salah satu industri jasa boga terbesar di Indonesia, yaitu PT Aerofood Indonesia. PT Aerofood Indonesia berlokasi di kawasan Bandara International Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. Pemilihan perusahaan sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasakan pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan market leader dalam bidangnya. Lokasi dikhususkan di PT Aerofood Indonesia cabang Jakarta sebagai cabang dengan nilai penjualan terbesar. Selain itu, lokasi penelitian untuk mendukung data primer dikhususkan pada Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja berdasakan pertimbangan bahwa Terminal 2F merupakan terminal Garuda Indonesia Domestik. Hal ini dikarenakan penerbangan Garuda Indonesia Domestik merupakan penerbangan dengan jumlah permintaan makanan terbesar di PT Aerofood Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2014. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara (interview), kuesioner (angket), dan studi literatur. Dalam hal ini, informasi diperoleh melalui data primer dari perusahaan maskapai penerbangan yang telah menggunakan jasa PT Aerofood Indonesia lebih dari enam tahun dan penumpang domestik Garuda Indonesia yang telah menggunakan jasa Garuda Indonesia lebih dari tiga kali dengan metode interview menggunakan alat berupa kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel non probabilitas (non acak) dengan pengambilan datanya dilakukan dengan purposive sampling, yaitu prosedur memilih sampel berdasarkan pertimbangan karakteristik yang cocok berkaitan dengan tujuan menjawab penelitian (Juanda 2009). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 responden dengan 7 perusahaan maskapai penerbangan dan 41 penumpang pesawat domestik Garuda Indonesia. Tujuh perusahaan maskapai penerbangan yang menjadi responden dalam penelitian ini
17 adalah Garuda Indonesia, Singapore Airlines, Japan Airlines, Royal Brunei Airlines, Korean Air, Malaysia Airlines, dan China Airlines. Kerlinger dan Lee (2000) menyarankan sebanyak 30 sampel sebagai jumlah minimal sampel dalam penelitian kualitatif. Silalahi (2009) menyatakan bahwa peneliti memiliki poin penting dalam penarikan sample yaitu sampel dapat dinilai representatif. Besar sampel yang kecil namun representatif jauh lebih baik dibandingkan dengan jumlah sampel yang banyak namun bias. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini ialah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif adalah metode analisis data yang mengandalkan pengumpulan dan penyajian data. Analisis kualitatif akan menggambarkan karakteristik serta tingkat kepentingan dan kinerja PT Aerofood Indonesia sesuai dengan pandangan konsumen melalui wawancara dan kuesioner yang diolah menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA). Metode analisis kuantitatif adalah metode analisis data yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan rinci mengenai fenomena yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode uji chi-square untuk melihat hubungan karakteristik konsumen terhadap kepedulian mengonsumsi makanan halal dan Ordinary Least Square (OLS) untuk mengetahui pengaruh sertifikat halal terhadap nilai penjualan domestik maupun internasional PT Aerofood Indonesia. Taraf nyata (α) dalam penelitian ini adalah 10% dan 5%. Analisis Chi Square Analisis chi square adalah salah satu statistik non parametrik. Hal ini disebabkan data untuk analisis chi square adalah data nominal atau kategori (Santoso 2006). Analisis ini merupakan suatu teknik yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel dalam penelitian dan tidak membahas seberapa jauh hubungan tersebut. Analisis chi square dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik penumpang dengan kepedulian terhadap makanan halal. Rumus yang digunakan dalam analisis chi square adalah sebagai berikut:
Dimana: = Chi Square = Frekuensi hasil observasi = Frekuensi yang diharapkan Importance Performance Analysis Penerapan Importance Performance Analysis (IPA) bertujuan untuk membantu dalam mengevaluasi kepentingan serta kinerja suatu produk sebagai
18 pedoman untuk mengetahui produk tersebut sudah memenuhi harapan konsumen atau belum. Penerapan Importance Performance Analysis (IPA) juga digunakan sebagai pedoman untuk mengembangkan usaha-usaha dalam memperkuat atribut yang lemah dan mempercepat perkembangan inovasi pelayanan dengan mengidentifikasi atribut-atribut tersebut (Puspitasari 2010). Informasi mengenai kepuasan konsumen didapatkan dengan cara mengukur tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya melalui skala likert. Penerapan Importance Performance Analysis (IPA) akan dianalisis menggunakan model analisis kuadran. Analisis kuadran digunakan untuk mengetahui respon konsumen terhadap atribut yang diplotkan berdasarkan kepentingan dan kinerja dari masing masing atribut tersebut. Berdasarkan analisis kuadran ini selanjutnya dapat dilihat letak dari masing-masing variabel berada pada kuadran yang berbeda-beda, sehingga dapat diketahui variabel apa saja yang perlu ditingkatkan dan mendapatkan perhatian lebih. Analisis kuadran terdiri dari empat bagian yang dibatasi oleh dua buah bagian garis yang berpotongan tegas lurus pada titik X dan Y, dimana X adalah rata-rata dari bobot tingkat kinerja atribut produk, sedangkan Y merupakan rata-rata dari tingkat kepentingan seluruh atribut produk. Kuadran pertama berada di kiri atas, kuadran dua berada di kanan atas, kuadran tiga berada di kiri bawah dan kuadaran empat berada di kanan bawah. Ordinary Least Square (OLS) Analisis regresi merupakan suatu alat analisis untuk mengetahui variabel tak bebas yang dinyatakan dalam koefisien regresi. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya dapat ditentukan dan bersifat menerangkan variabel tak bebas. Terdapat dua bentuk model dalam analisis regresi, yaitu model persamaan tunggal dan model persamaan simultan. Model persamaan tunggal terbagi menjadi analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi sederhana adalah analisis regresi yang persamaannya linier dengan jumlah predictor hanya satu, sedangkan analisis regresi berganda adalah analisis regresi yang bentuk persamaannya linier dengan jumlah predictor lebih dari satu. Metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) digunakan dalam menganalisis regresi linier berganda yakni regresi di mana lebih dari satu variabel penjelas, atau variabel bebas, digunakan untuk menjelaskan perilaku variabel tak bebas. OLS merupakan metode estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dan fungsi regresi sampel. Kriteria dari OLS adalah “line of best fit” atau dengan kata lain jumlah kuadrat dari deviasi antara titik-titik observasi dengan garis regresi adalah minimum. Metode ini digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh sertifikat halal pada industri jasa boga PT Aerofood Indonesia. Metode OLS memiliki beberapa sifat yang diringkaskan dalam asumsi klasik model regresi linier (Classic Linier Regression Model/CLRM) oleh GaussMarkov. Apabila asumsi tersebut dipenuhi, maka model dapat dikatakan sebagai penaksir tak bias linier terbaik (Best Linier Unbiased Estimators/BLUE) (Gujarati 2006). Persamaan 1 merupakan model OLS yang digunakan untuk menganalisis pengaruh sertifikat halal terhadap jumlah makanan penerbangan domestik:
19 MUt Dimana : MU ß0 LnIHSG IHK Penumpang LnKurs Dummy ei
= ß0 + ß1LnIHSGt + ß2IHKt + ß3Penumpangt + ß4 LnKurst + ß5Dummyt + ei =Jumlah Makanan Penerbangan Domestik periode ke-t (pax) =Intersep =Indeks Harga Saham Gabungan periode ke-t (%) =Indeks Harga Konsumen periode ke-t (poin) =Jumlah Penumpang Domestik periode ke-t (orang) =Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS periode ke-t (%) =Dummy sertifikat halal; 0 jika belum tersertifikasi, 1 jika sudah tersertifikasi, =Galat
Persamaan 2 merupakan model OLS yang digunakan untuk menganalisis pengaruh sertifikat halal terhadap nilai penjualan makanan pada penerbangan domestik: LnPenjualant Dimana : LnPenjualan ß0 LnIHSG IHK Penumpang LnKurs Dummy ei
= ß0 + ß1LnIHSGt + ß2IHKt + ß3Penumpangt + ß4 LnKurst + ß5Dummyt + ei = Nilai Penjualan Makanan Penerbangan Domestik periode ke-t (%) =Intersep =Indeks Harga Saham Gabungan periode ke-t (%) =Indeks Harga Konsumen periode ke-t (poin) =Jumlah Penumpang Domestik periode ke-t (orang) =Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS periode ke-t (%) =Dummy sertifikat halal; 0 jika belum tersertifikasi, 1 jika sudah tersertifikasi, =Galat
Persamaan 3 merupakan model OLS yang digunakan untuk menganalisis pengaruh sertifikat halal terhadap jumlah makanan penerbangan internasional: MUINTERt Dimana : MUINTER ß0 LnIHSG IHK Penumpang LnKurs
= ß0 + ß1LnIHSGt + ß2IHKt + ß3 Penumpangt + ß4 LnKurst + ß5Dummyt + ei = Jumlah Makanan Penerbangan Internasional periode ke-t (pax) =Intersep =Indeks Harga Saham Gabungan periode ke-t (%) =Indeks Harga Konsumen periode ke-t (poin) =Jumlah Penumpang Internasional periode ke-t (orang) =Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS periode ke-t (%)
20 Dummy
=Dummy sertifikat halal; 0 jika belum tersertifikasi, 1 jika sudah tersertifikasi, =Galat
ei
Persamaan 4 merupakan model OLS yang digunakan untuk menganalisis pengaruh sertifikat halal terhadap nilai penjualan makanan penerbangan internasional: LnPenjualanintert Dimana : LnPenjualaninter ß0 LnIHSG IHK Penumpang LnKurs Dummy ei
= ß0 + ß1LnIHSGt + ß2IHKt + ß3Penumpangt + ß4 LnKurst + ß5Dummyt + ei =Nilai Penjualan Makanan Penerbangan Internasional periode ke-t (%) =Intersep =Indeks Harga Saham Gabungan periode ke-t (%) =Indeks Harga Konsumen periode ke-t (poin) =Jumlah Penumpang Internasional periode ke-t (orang) =Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS periode ke-t (%) =Dummy sertifikat halal; 0 jika belum tersertifikasi, 1 jika sudah tersertifikasi, =Galat Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji secara statistik yang bertujuan untuk melihat nyata atau tidaknya suatu variabel dalam memengaruhi variabelvariabel yang akan diteliti. Pengujian-pengujian yang akan dilakukan yaitu uji statistik terhadap model penduga melalui uji F dan pengujian untuk parameterparameter regresi melalui uji t, serta untuk melihat berapa persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen melalui koefisien determinasi (R2). Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas mana saja yang secara bersama-sama memberikan pengaruh nyata terhadap variabel-variabel bebasnya. Untuk uji F-statistik hipotesis yang diuji adalah: H0 H1
: ß1 = ß2 = ... = ßk = 0 : minimal ada satu nilai ß 1 yang tidak sama dengan nol.
Jika nilai F statistik lebih kecil dari nilai F Tabel maka tidak cukup bukti untuk menolak H0 artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh tidak nyata terhadap variabel tidak bebasnya. Sedangkan jika keputusan yang dihasilkan adalah F hitung lebih besar F Tabel maka tolak H0 artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya. Uji t
21 Uji t digunakan untuk membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik bersifat signifikan atau tidak. Melalui uji ini akan diuji apakah koefisien regresi satu persatu secara statistik signifikan atau tidak. H0 : variabel independen tidak signifikan H1 : variabel independen signifikan Dalam mengambil keputusan harus didasarkan dengan melihat letak nilai t dihitung dari masing-masing koefisien regresi pada kurva sebarab normal yang digunakan untuk menentukan nilai kritis. Ketika letak t hitung< t Tabel dimana koefisien regresi berada di dalam daerah penerimaan H0 maka tidak cukup bukti untuk menolak H0 artinya variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel independen. Sedangkan jika letak t hitung> t Tabel maka tolak H0 artinya variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi adalah proporsi variabel dalam Y yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penjelasnya. R2 menunjukkan besarnya pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. R 2 mempunyai rentang antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Ketika R2 memiliki nilai 0 maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut: R2 = Dimana: RSS = Jumlah kuadrat regresi TSS = Jumlah kuadrat total Evaluasi Model Evaluasi hasil estimasi dilakukan untuk memenuhi syarat asumsi klasik sehingga model dapat dikategorikan sebagai model yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik untuk metode regresi yaitu pengujian normalitas, heteroskedastisitas, autokolerasi, dan multikolinieritas. Uji Normalitas Regresi berganda menggunakan asumsi bahwa kumpulan datanya memiliki error term yang terdistribusi normal. Uji ini bertujuan untuk memastikan bahwa kesimpulan yang diambil dalam uji global dan uji parsial valid. Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas pada histogram-normality test. Jika nilai probability P-value > α, maka data terdistribusi normal. Sebaliknya jika garis tidak terletak disekitar garis dan probability P-value < α, maka data tidak terdistribusi normal. Gujarati (2006) menyatakan jika jumlah observasi diatas 100, maka uji normalitas dapat diabaikan.
22 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana nilai varian dari variabel independen tidak memiliki nilai yang sama atau nilai ragam error term bervariasi utuk setiap observasi (Gujarati 2006). Akibat adanya heteroskedastisitas adalah estimator OLS menjadi tidak efisien. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dengan cara membuat scatter plots dari model persamaan regresi. Jika membentuk pola tertentu, akan terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak membentuk pola yang jelas serta titik-titik tersebut tersebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, heteroskedastisitas tidak terjadi atau disebut dengan homoskedastisitas. Uji Autokolerasi Autokolerasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang (Gujarati 2006). Akibat dari autokorelasi dapat memengaruhi efesiensi dan varian residual yang diperoleh akan lebih rendah daripada semestinya sehingga menyebabkan R 2 menjadi lebih tinggi. Masalah autokolerasi diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Nilai d (statistik Durbin–Watson) dapat berkisar dari nol hingga empat. Jika nilai d berkisar pada angka dua, hal ini menunjukkan bahwa model tersebut tidak mengandung autokolerasi. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas terjadi ketika terdapat hubungan linier yang sempurna diantara variabel yang menjelaskan model regresi. variabel-variabel bebasnya saling berkolerasi. Variabel-variabel yang berkolerasi ini membuat pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas. Menurut Neter dan Wasserman (1989), nilai VIF (Variave Inflation Factor) di bawah 10 berarti bebas dari multikolinieritas.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Karakteristik Penumpang dengan Tingkat Kepedulian terhadap Makanan Halal Karakteristik penumpang dilihat berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, dan agama. Kepedulian makanan halal dapat dilihat berdasarkan kepedulian meminta makanan halal sebelum penerbangan (PEDULIHF), tidak mengonsumsi makanan non halal selama penerbangan (MAKANNHF), dan tersedianya menu halal sebagai syarat menggunakan maskapai penerbangan (HALALSYARAT). Sebaran karakteristik demografi penumpang pesawat berdasarkan kepedulian meminta makanan halal sebelum penerbangan (PEDULIHF), tidak mengonsumsi makanan non halal selama penerbangan (MAKANNHF), dan tersedianya menu halal sebagai syarat menggunakan maskapai penerbangan (HALALSYARAT) ditunjukkan pada Tabel 3.
23 Hasil menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara pendidikan dengan kepedulian meminta makanan halal sebelum penerbangan (PEDULIHF) dengan nilai pearson chi-square sebesar 10.498 dengan signifikansi 0.015. Hal ini terjadi karena melalui pendidikan manusia diharapkan dapat mencakup beberapa aspek yaitu peningkatan kualitas, daya berpikir, moral, kerja, dan hidup sehingga melatarbelakangi karakter individu untuk menentukan tindakan (Hasan 2005). Agama merupakan salah satu karakteristik konsumen yang memiliki hubungan positif dan signifikan dengan variabel tidak mengonsumsi makanan non halal selama penerbangan (MAKANNHF). Hubungan variabel agama dengan MAKANNHF ditunjukkan pada nilai pearson chi-square sebesar 23.225 dengan signifikansi 0.000. Agama juga memiliki hubungan positif dan signifikan dengan variabel tersedianya menu halal sebagai syarat menggunakan maskapai penerbangan (HALALSYARAT). Hubungan variabel agama dengan HALALSYARAT ditunjukkan pada nilai pearson chi-square sebesar 13.104 dengan signifikansi 0.004. Hal ini terjadi karena agama dapat memengaruhi sikap dan perilaku konsumen secara umum, khususnya dalam membeli dan kebiasaan makan (Bonne 2007). Variabel usia, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan tidak signifikan dan tidak memiliki hubungan terhadap tingkat kepedulian makanan halal. Sebaran proporsi terbesar adalah usia 25-40 tahun yaitu sebanyak 12 orang (29.3%). Proporsi responden terbesar berikutnya berada pada kisaran usia 41-55 tahun yaitu sebanyak 11 orang (26.8%). Penumpang dengan usia 56-65 tahun sebanyak 10 orang (24.4%). Hasil observasi menunjukkan bahwa sebaran proporsi responden pria sebesar 24 orang (58.5%), sedangkan proposi wanita sebesar 17 orang (41.5%). Sebaran proporsi responden menunjukkan jenis pekerjaan pegawai swasta mempunyai proporsi terbesar yaitu sebanyak 14 orang (34.1 %). Proporsi terbesar berikutnya yaitu responden dengan jenis pekerjaan pegawai negeri sebanyak 10 orang (24.4%). Selain itu terdapat juga pelajar/mahasiswa sebanyak 5 orang (12.2%). Terdapat pula responden dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 4 orang (9.8%). Sebanyak 4 orang (9.8%) responden merupakan wiraswasta dan pensiun. Dari hasil observasi terdapat 4 orang responden (9.8%) dengan jenis pekerjaan lainnya yang tidak tercantum dalam pilihan di lembar kuesioner . Sebaran responden dengan tingkat pendapatan Rp 5 000 001-Rp 10 000 000 mempunyai proporsi terbesar yaitu sebanyak 14 orang (34.1 %). Proporsi terbesar berikutnya yaitu responden dengan tingkat pendapatan Rp 10.000.001-Rp 50.000.000 sebanyak 12 orang (29.3%). Terdapat juga responden dengan tingkat pendapatan Rp 3.000.0001-Rp 5.000.000 sebanyak 6 orang (14.6%). Dari hasil observasi terlihat tingkat pendapatan kurang dari Rp 3.000.000 sebanyak 5 orang (12.2%) dan tingkat pendapatan lebih dari Rp 50.000.000 sebanyak 4 orang (9.8%).
24 Tabel 3 Hubungan karakteristik penumpang dengan tingkat kepedulian terhadap makanan Halal
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Usia <20 Tahun 21-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun >50 Tahun Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Pensiunan Lainnya Pendidikan SMU Diploma/Akademi S1 S2/S3 Penghasilan < Rp 3 000 000 Rp 3 000 001 – Rp 5 000 000 Rp 5 000 001 – Rp 10 000 000 Rp 10 000 001 – Rp 50 000 000 > Rp 50 000 001 Agama Islam Kristen Hindu Lainnya
PEDULIHF Tidak Order Order HF HF
MAKANNHF Tidak Makan Makan NHF NHF
HALALSYARAT
26.83% 29.27%
31.71% 12.20%
53.66% 31.71%
4.88% 9.76%
9.76% 12.20%
48.78% 29.27%
0.00% 21.95% 12.20% 14.63% 7.32%
2.44% 7.32% 14.63% 9.76% 9.76%
2.44% 19.51% 24.39% 24.39% 14.63%
0.00% 9.76% 2.44% 0.00% 2.44%
0.00% 7.32% 4.88% 4.88% 4.88%
2.44% 21.95% 21.95% 19.51% 12.20%
9.76% 2.44% 12.20% 19.51% 0.00% 4.88% 7.32%
2.44% 7.32% 12.20% 14.63% 4.88% 0.00% 2.44%
9.76% 9.76% 21.95% 31.71% 4.88% 2.44% 4.88%
2.44% 0.00% 2.44% 2.44% 0.00% 2.44% 4.88%
0.00% 2.44% 4.88% 7.32% 0.00% 2.44% 4.88%
12.20% 7.32% 19.51% 26.83% 4.88% 2.44% 4.88%
4.88% 4.88% 41.46% 4.88%
2.44% 12.20% 12.20% 17.07%
7.32% 14.63% 41.46% 21.95%
0.00% 2.44% 12.20% 0.00%
2.44% 0.00% 14.63% 4.88%
4.88% 17.07% 39.02% 17.07%
9.76%
2.44%
9.76%
2.44%
2.44%
9.76%
12.20%
2.44%
9.76%
4.88%
4.88%
9.76%
14.63%
19.51%
31.71%
2.44%
2.44%
31.71%
14.63% 4.88%
14.63% 4.88%
26.83% 7.32%
2.44% 2.44%
9.76% 2.44%
19.51% 7.32%
41.46% 9.76% 2.44% 2.44%
41.46% 0.00% 2.44% 0.00%
80.49% 2.44% 2.44% 0.00%
2.44% 7.32% 2.44% 2.44%
9.76% 7.32% 2.44% 2.44%
73.17% 2.44% 2.44% 0.00%
HF Bukan Syarat
HF Syarat
25 Total Permintaan Makanan Halal Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga maskapai (42.9%) mendapat permintaan makanan halal lebih dari 91 pax perhari. Selain itu, terdapat dua maskapai yang mendapatkan permintaan makanan halal 51-70 pax setiap harinya. Terdapat juga satu maskapai yang mendapat permintaan makanan halal sebanyak 31-50 pax perhari dan satu maskapai penerbangan yang mendapatkan permintaan makanan halal sebanyak 71-90 pax setiap harinya. Dari hasil observasi terlihat bahwa permintaan menu halal tidak sebanding dengan jumlah penumpang yang mengalami pertumbuhan lebih dari 50% dalam 10 tahun belakangan (IATA 2008). Permintaan menu halal tidak terlalu besar dikarenakan penumpang pesawat merasa bahan baku dan makanan diproduksi di wilayah Indonesia, sehingga dianggap terjamin kehalalan pada makanan yang disajikan. Tabel 4 Jumlah dan Proporsi Perusahaan Maskapai Penerbangan berdasarkan Permintaan Makanan Halal Jumlah makanan halal Perusahaan Penerbangan (maskapai) Proporsi (%) (pax) 0-30 0 0 31-50 1 14.3 51-70 2 28.6 71-90 1 14.3 >91 3 42.9 Total 7 100.0 Alasan Maskapai Penerbangan dalam Memilih dan Menggunakan Industri Inflight Catering PT Aerofood Indonesia Maskapai penerbangan memiliki alasan dalam menggunakan dan memilih industri inflight catering PT Aerofood Indonesia. Perusahaan maskapai penerbangan mengurutkan lima pernyataan yang diberikan dalam alasan memilih PT Aerofood Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan alasan paling kuat didasarkan oleh industri yang terkenal. Selain itu alasan lain adalah pelayanan yang baik serta kehalalan dan keamanan produk. Dua dari alasan terendah adalah banyaknya pilihan menu yang ditawarkan serta harga yang terjangkau. Kehalalan dan keamanan produk belum dinilai sebagai alasan utama, namun sudah menjadi salah satu pertimbangan maskapai penerbangan. Tabel 5 Urutan alasan memilih PT Aerofood Indonesia Urutan alasan memilih PT Aerofood Indonesia Proporsi (%) Industri yang terkenal 23.81 Pelayanan yang baik 21.90 Kehalalan dan keamanan produk 20.00 Banyaknya pilihan menu yang ditawarkan 19.05 Harga yang terjangkau 15.24 Total 100.0
26 Strategi untuk Meningkatkan Kepuasan Konsumen Pengukuran IPA dijabarkan ke dalam diagram kartesius yang tersaji pada Gambar 3 dan Gambar 4. Gambar tersebut menunjukkan adanya sumbu X dan Y. Sumbu X merupakan nilai rataan tingkat kinerja dan sumbu Y merupakan nilai rataan kepentingan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui secara jelas penempatan dari 10 atribut kualitas jasa boga dari pandangan penumpang pesawat atau konsumen maskapai penerbangan yang telah dianalisa tersebut, maka 10 atribut tersebut akan dikelompokkan menjadi empat kuadran. Selain itu juga terdapat pengukuran untuk mengetahui penempatan dari 19 atribut kualitas jasa boga dari pandangan perusahaan maskapai penerbangan yang telah dianalisa, maka 19 atribut tersebut akan dikelompokkan menjadi empat kuadran. Kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas, kuadran kedua berada di sebelah kanan atas, kuadran ketiga berada di sebelah kiri bawah dan kuadran keempat berada di sebelah kanan bawah. Posisi masing-masing atribut pada keempat kuadran tersebut dijadikan sebagai alat alternatif untuk mempersiapkan strategi dalam meningkatkan kepuasan konsumen industri jasa boga inflight catering PT Aerofood Indonesia. Tingkat kepentingan konsumen (customer expectation) diukur dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh perusahaan agar menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi (Rangkuti 2006). Pengendalian kualitas produk dan jasa perlu dilakukan agar produk dan jasa yang diberikan selalu terjaga kualitasnya. Gambar 3 menggambarkan kepentingan dan kinerja PT Aerofood Indonesia dari pandangan penumpang pesawat.
Gambar 3 Diagram kartesius IPA penumpang pesawat Berdasarkan diagram kartesius pada Gambar 3 diatas dapat diketahui posisi masing-masing variabel yang terdapat dalam kuadran I, II, III, dan IV. Kuadran I menunjukkan variabel yang dianggap memengaruhi kepuasan konsumen, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, tetap pihak industri jasa boga PT Aerofood Indonesia belum melaksanakannya sesuai dengan keinginan konsumen. Kuadran II menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh industri jasa boga PT Aerofood Indonesia. Oleh karena itu
27 variabel ini harus selalu dipertahankan karena dianggap sangat penting dan kinerja perusahaan dinilai memuaskan. Kuadran III menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi konsumen dan pelaksanaan yang diberikan oleh industri jasa boga PT Aerofood Indonesia biasa-biasa saja karena dianggap kurang memuaskan. Kuadran IV menunjukkan faktor dianggap kurang penting, akan tetapi kinerja yang diberikan oleh PT Aerofood Indonesia sangat memuaskan. 1. Kuadran I (Prioritas utama): a. Bentuk dan warna makanan (Atribut A1) Bentuk dan warna makanan memainkan peranan penting dalam daya tarik mata. Bentuk makanan yang menarik bisa diperoleh melalui cara pemotongan bahan makanan yang bervariasi. Warna dari bahan makan harus dikombinasi sedemikian rupa supaya tidak terlihat pucat atau warnanya tidak serasi. Kombinasi warna dan bentuk makanan sangat membantu dalam menambah selera makanan. Responden merasa bentuk dan warna makananan yang disajikan belum sesuai harapan dimana warna dan bentuk makanan masih belum memberikan anggapan positif. b. Tekstur makanan (Atribut A7) Tekstur makanan antara lain halus atau tidak halus, keras atau lembut, cair atau padat, kering atau lembab, empuk atau tidak empuk. Tingkat tipis dan halus serta bentuk makanan dapat dirasakan melalui tekanan dan gerakan reseptor di dalam mulut. Reseptor akan memberikan tanda apabila seseorang tidak suka dengan makanan yang disajikan. Responden merasa kualitas makanan yang disajikan belum sesuai harapan dimana kekenyalan dan kehalusan makanan masih perlu diperhatikan. c. Keragaman dan variasi menu yang ditawarkan (Atribut A2) Keragaman dan variasi menu yang ditawarkan mengacu pada banyaknya pilihan yang disediakan untuk konsumen. Konsumen memiliki selera makan yang tidak sama, semakin banyaknya pilihan maka akan semakin memudahkan konsumen memilih menu sesuai keinginannya. PT Aerofood Indonesia sebagai industri inflight catering menyediakan keragaman menu sesuai dengan rotasi perubahan yang diminta oleh perusahaan maskapai penerbangan, sehingga faktor tersebut menjadi evaluasi untuk perusahaan maskapai penerbangan mengingat kebijakan mengenai menu yang ditawarkan untuk penumpang adalah keputusan perusahaan maskapai penerbangan. Hal ini juga menjadi pertimbangan PT Aerofood Indonesia untuk lebih memberikan inovasi dalam keragaman dan variasi menu. d. Kesesuaian ukuran porsi makanan (Atribut A3) Kesesuaian ukuran porsi adalah banyakanya makanan dalam satu porsi yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan penumpang merasa bahwa porsi makanan yang diberikan tidak disesuaikan oleh waktu dan jarak tempuh penerbangan sehingga harapan konsumen tidak dapat terpenuhi. 2. Kuadran II (pertahankan prestasi) a. Rasa dan aroma makanan (Atribut A5)
28 Rasa dan aroma merupakan daya tarik bagi penumpang untuk mengonsumsi makanan yang ada dalam pesawat. Rasa dan aroma makanan merupakan salah satu atribut yang vital dalam bisnis industri jasa makanan. Konsumen menganggap atribut ini penting dan kinerja yang dilakukan oleh PT Aerofood Indonesia dinilai baik oleh penumpang. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa penumpang pesawat rasa dan aroma makanan pada pesawat sudah cukup baik dan sesuai dengan harapan penumpang. b. Kebersihan dan kehigienisan makanan (Atribut A6) Penilaian kehigienisan dan kebersihan mencakup kondisi dari perlengkapan makanan yang digunakan dan disediakan oleh PT Aerofood Indonesia. Secara umum hal ini dianggap penting oleh responden dan kinerja yang diberikan dinilai baik. Hal ini dikarenakan konsumen tidak ingin mengambil resiko apabila makanan dan perlengkapan makanan tidak bersih meskipun makanan tersebut terasa enak. PT Aerofood Indonesia juga mengakomodir hal tersebut dengan adanya quality control dan quality assurance sebelum makanan terdistribusi ke dalam pesawat. 3. Kuadran III (prioritas rendah) a. Adanya logo halal pada makanan (Atribut A10) Atribut logo halal pada makanan yang disajikan menggambarkan bahwa makanan tersebut telah tersertifikasi halal. Nilai kepentingan tidak begitu tinggi bagi konsumen karena konsumen menganggap bahwa makanan yang disajikan adalah makanan khas Indonesia dan bahan-bahan yang digunakan berasal dari wilayah Indonesia. Hal tersebut menjadikan konsumen tidak menganggap hal tersebut penting. Sedangkan penilaian kinerja masih di bawah rata-rata karena logo halal belum ada pada setiap menu yang disajikan di dalam pesawat. b. Penampilan dan cara penyajian makanan (Atribut A4) Atribut tampilan dan penyajian menggambarkan kondisi fisik dari makanan sehingga dapat menciptakan keindahan dan membuat konsumen tertarik dengan menu yang disajikan. Nilai kepentingan tidak begitu tinggi mereka menganggap bahwa rasa makanan adalah hal utama yang dapat memberikan kepuasan bagi mereka. Sedangkan penilaian kinerja masih di bawah rata-rata kinerja keseluruhan atribut, sehingga hal tersebut tidak terlalu dipermasalahkan oleh konsumen sehingga atribut ini dinilai baik oleh konsumen. 4. Kuadran IV (berlebihan) a. Standar mutu dan kualitas makanan (Atribut A8) Atribut standar mutu dan kualitas makanan menggambarkan adanya jaminan kualitas makanan segar, baru, dan aman untuk dikonsumsi. Nilai terhadap atribut ini tidak begitu penting karena perusahaan maskapai penerbangan telah dikenal dengan kualitas dan mutu makanan yang baik. Sedangkan kinerja dari atribut ini sudah baik dikarenakan adanya pengawasan dan quality assurance yang bertugas menjamin standar dan kualitas makanan sebelum penyajian makanan di dalam pesawat. b. Jaminan produk (halal dan aman untuk dikonsumsi) (Atribut A9)
29 Atribut jaminan produk (halal dan aman untuk dikonsumsi) menggambarkan jaminan kehalalan produk yang konsumen dapatkan sehingga makanan aman untuk dikonsumsi. Konsumen menyadari bahwa makanan yang disajikan terbuat dari bahan-bahan yang berkualitas sehingga hal ini tidak menjadi perhatian khusus bagi konsumen. Kinerja pada atribut ini sudah baik karena PT Aerofood Indonesia telah melakukan proses sertifikat halal pada produk-produk yang dihasilkan. Kualitas pelayanan dirasakan secara nyata oleh konsumen melalui ukuran kepuasan yang terletak pada lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible (Tjiptono dan Chandra 2005). Gambar 4 menggambarkan kepentingan dan kinerja PT Aerofood Indonesia dari pandangan dari pandangan perusahaan maskapai penerbangan.
Gambar 4 Diagram kartesius IPA perusahaan maskapai penerbangan Berdasarkan diagram kartesius pada Gambar 4 diatas dapat diketahui posisi masing-masing variabel yang terdapat dalam kuadran I, II, III, dan IV. 1. Kuadran I (prioritas utama) Variabel yang termasuk dalam kuadran I adalah jaminan produk (halal, higienis, dan aman untuk dikonsumsi) dan kemampuan karyawan dalam berkomunikasi dengan baik. a. Jaminan produk (halal, higienis, dan aman untuk dikonsumsi) (Atribut B12) Jaminan produk menggambarkan jaminan yang konsumen dapatkan sehingga makanan halal dan aman untuk dikonsumsi. Maskapai penerbangan menyadari bahwa kehalalan dan kehigienisan makanan merupakan hal yang penting. Hal ini dikarenakan maskapai penerbangan ingin menjamin dan melindungi konsumen Indonesia dimana mayoritas penduduk beragama Islam. Perusahaan maskapai penerbangan menilai kinerja atribut tersebut masih dinilai rendah dan belum maksimal karena belum adanya logo halal yang menjadi simbol produk telah tersertifikasi halal. Selain itu, kinerja atribut ini dirasakan masih kurang karena perusahaan maskapai penerbangan tidak hanya
30 menilai sertifikasi halal dari bahan baku produk yang dihasilkan tetapi dengan adanya SJH (sistem jaminan halal) yang merupakan suatu kerangka kerja yang dipantau terus menerus dan dikaji secara periodik untuk memberikan arahan yang efektif bagi pelaksanaan kegiatan proses produksi halal (LPPOM 2008). b. Kemampuan karyawan dalam berkomunikasi dengan baik (Atribut B15) Pelayanan penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan kinerjanya, salah satunya melalui kemampuan karyawan dalam berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang baik konsumen akan berdampak pada penerimaan informasi secara jelas, akurat, dan efisien. Perbaikan dalam kemampuan karyawan berkomunikasi dapat diawali dengan pemahaman budaya organisasi perusahaan PT Aerofood Indonesia sehingga muncul teamwork yang baik agar kegiatan operasional dapat berjalan dengan lancar dan konsumen merasa puas dengan kinerja karyawan. 2. Kuadran II (pertahankan prestasi) Variabel yang termasuk dalam kuadran II adalah kemudahan menjangkau lokasi, cepat dan tanggap dalam menghadapi complaint, keramahan dan kesopanan, standar mutu dan kualitas produk, kebersihan lingkungan catering dan alat yang digunakan dan penggunaan kelengkapan standard of hygiene dalam proses pembuatan makanan. a. Kemudahan menjangkau lokasi (Atribut B1) Indikator yang diperhatikan dalam variabel kemudahan menjangkau lokasi adalah lokasi strategis dan kemudahan dijangkau oleh kendaraan. Kemudahan dalam mengakses lokasi dinilai sangat penting dalam memastikan makanan dari lokasi katering masih dalam keadaan fresh dan layak untuk disajikan di dalam pesawat. Bila dilihat dari lokasinya, dapur PT Aerofood Indonesia berada dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta dengan jarak lokasi satu kilometer sehingga makanan yang diterima oleh maskapai penerbangan dinilai baik karena jangkauan jarak yang relatif dekat. b. Cepat dan tanggap dalam menghadapi complaint (Atribut B8) Cepat dan tanggap dalam menghadapi complaint adalah salah satu atribut penting dalam industri makanan dimana daya tanggap terhadap complaint yang diberikan perusahaan secara cepat akan meningkatkan kepuasan konsumen. Semakin baik persepsi konsumen terhadap daya tanggap maka kepuasan konsumen juga akan semakin tinggi. Kinerja perusahaan terhadap atribut ini sudah memuaskan dimana perusahaan dapat memberikan tanggapan secara cepat dalam menghadapi complaint dari konsumen. c. Keramahan dan kesopanan (Atribut B10) Atribut keramahan dan kesopanan adalah bagaimana pelayanan yang diberikan oleh PT Aerofood Indonesia dapat membuat konsumen merasa senang dan dihormati. Keramahan dan kesopanan digambarkan melalui sikap ramah, senyum, komunikatif dengan tutur kata yang baik. Tingkat kinerja yang dinilai baik oleh perusahaan maskapai
31 penerbangan mengindikasikan keramahan dan kesopanan sudah dinilai baik. d. Standar mutu dan kualitas produk (Atribut B11) Standar mutu dan kualitas produk merupakan salah satu dasar pertimbangan yang dapat menumbuhkan kepuasan konsumen. Standar mutu dan kualitas produk diciptakan untuk memastikan kualitas produk unggul dan konsisten baik. Tingkat kinerja ini dinilai baik oleh perusahaan maskapai penerbangan karena secara sistem PT Aerofood Indonesia memiliki divisi quality control dan quality assurance yang bertugas untuk mengamati dan mengevaluasi produk yang dihasilkan agar konsisten dan sesuai dengan standar mutu sistem pengawasan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). e. Kebersihan lingkungan katering dan alat yang digunakan (Atribut B18) Atribut kebersihan lingkungan catering dan alat yang digunakan menjadi pertimbangan yang dinilai penting oleh perusahaan maskapai penerbangan. Hal ini dikarenakan makanan yang disajikan berasal dari lingkungan dan alat PT Aerofood Indonesia. Tingkat kinerja yang dinilai baik mengindikasikan PT Aerofood Indonesia telah memperhatikan kebersihan lingkungan dan alat yang digunakan dalam kebersihan memproduksi makanan. f. Penggunaan kelengkapan standard of hygiene dalam proses pembuatan makanan (Atribut B19) Atribut diatas merupakan atribut yang dianggap kinerjanya sudah sangat baik oleh konsumen. Penggunaan kelengkapan standard of hygiene dalam proses pembuatan makanan dilakukan agar makanan tidak terkontaminasi oleh benda-benda di sekitar proses pembuatan makanan. PT Aerofood Indonesia sangat memperhatikan hal ini dilihat dari kewajiban untuk setiap karyawan menggunakan pakaian yang sesuai dengan standard of hygiene (seragam atau jas lab, masker, hair net, sarung tangan, dan sepatu) sebelum memasuki kawasan produksi. 3. Kuadran III (prioritas rendah) Variabel yang masuk dalam kuadran III adalah keragaman menu dan paket menu, kesesuaian ukuran porsi makanan, kesesuaian harga pada menu, kemudahan dalam mendapatkan informasi, kesesuaian dalam hal rasa, dan kemampuan karyawan menjelaskan menu. a. Keragaman menu dan paket menu (Atribut B3) Keragaman dan variasi menu yang ditawarkan mengacu pada banyaknya pilihan yang disediakan untuk konsumen. Konsumen memiliki selera makan yang tidak sama, semakin banyaknya pilihan maka akan semakin memudahkan konsumen memilih menu sesuai keinginannya. Hal ini menjadi atribut yang dianggap kurang penting oleh perusahaan maskapai penerbangan karena hal utama yang diperhatikan adalah standar mutu dan kualitas produk. Namun penilaian terhadap atribut ini dinilai kurang sehingga diperlukan adanya inovasi baru untuk paket menu yang ditawarkan. b. Kesesuaian ukuran dan porsi makanan (Atribut B4) Kesesuaian ukuran porsi adalah banyaknya makanan dalam satu porsi yang ditawarkan. Hal ini tidak dianggap penting oleh perusahaan
32 maskapai penerbangan karena perusahaan mengutamakan kualitas makanan dibandingkan dengan kesesuaian ukuran dan porsi makanan. Namun, hal tersebut perlu menjadi perhatian terutama untuk penerbangan pada waktu tertentu karena perusahaan menilai kepuasan dalam atribut ini melalui ukuran/porsi yang didapatkan dengan harga yang telah dibayarkan oleh perusahaan maskapai penerbangan. c. Kesesuaian harga pada menu (Atribut B5) Hal ini tidak dianggap penting oleh perusahaan maskapai penerbangan karena perusahaan lebih mengutamakan industri yang terkenal dibandingkan kesesuaian harga. Namun, hal tersebut perlu menjadi perhatian karena harga PT Aerofood Indonesia yang dinilai cukup tinggi dibandingkan dengan industri jasa boga inflight catering lainnya. d. Kemudahan dalam mendapatkan informasi (Atribut B9) Kemudahan dalam mendapatkan informasi mengacu pada informasi mengenai perusahaan dan produk yang dihasilkan untuk diakses oleh konsumen. Hal tersebut dianggap kurang penting karena PT Aerofood Indonesia termasuk dalam Garuda Indonesia Group yang dinilai memiliki track record baik. Kinerja pada atribut ini terlihat kurang begitu baik dan perlu ditingkatkan terutama dalam aksestabilitas informasi mengenai PT Aerofood Indonesia. e. Kesesuaian hal rasa (Atribut B13) Kesesuaian hal rasa mengacu pada citarasa setiap menu yang ditawarkan. Atribut ini dianggap kurang penting karena jaminan dan standar mutu kualitas produk menjadi perhatian utama perusahaan maskapai penerbangan. Kinerja pada atribut ini terlihat kurang begitu baik dan perlu ditingkatkan dimana perlu adanya pengembangan dan riset untuk kesesuaian rasa terhadap menu yang disajikan. f. Kemampuan karyawan menjelaskan menu (Atribut B14) Kemampuan karyawan dalam menjelaskan menu yang disediakan merupakan atribut yang dinilai kurang penting dikarenakan kualitas, standar mutu, dan kebersihan lingkungan merupakan hal yang diutamakan oleh maskapai penerbangan sehingga dapat menyajikan makanan yang berkualitas. Berdasarkan hasil pengamatan, perusahaan maskapai penerbangan merasa kinerja atribut ini masih dibawah ratarata, tetapi tidak terlalu dipermasalahkan. 4. Kuadran IV (berlebihan) Variabel yang masuk dalam kuadran IV adalah rasa makanan, kecepatan dan tepat waktu dalam order, respon cepat dalam kebutuhan maskapai, kejujuran dan integritas karyawan, karyawan berpakaian rapi dan menggunakan identitas. a. Rasa makanan(Atribut B2) Rasa merupakan daya tarik bagi perusahaan maskapai penerbangan untuk menggunakan jasa dari PT Aerofood Indonesia. Namun, rasa dianggap merupakan atribut yang kurang penting dibandingkan dengan kualitas makanan. Berdasarkan hasil pengamatan, perusahaan maskapai penerbangan sudah merasa kinerja atribut ini baik dan sesuai dengan keinginan penumpang.
33 b. Kecepatan dan ketepatan waktu dalam order (Atribut B6) Atribut ini menjadi atribut yang dianggap kurang penting oleh perusahaan maskapai penerbangan dikarenakan lokasi dapur PT Aerofood Indonesia yang dekat, strategis, dan mudah dijangkau dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kinerja perusahaan terhadap atribut ini dianggap baik dimana perusahaan maskapai penerbangan tepat waktu dalam proses pendistribusian makanan ke dalam maskapai penerbangan. c. Respon cepat dalam kebutuhan maskapai (Atribut B7) Atribut ini berkaitan dengan reaksi PT Aerofood Indonesia dalam menghadapi kebutuhan perusahaan maskapai penerbangan berupa keluhan maupun pemesanan. Kinerja perusahaan terhadap atribut ini dianggap baik dimana perusahaan maskapai penerbangan merasa puas dalam kesigapan respon PT Aerofood Indonesia terhadap kebutuhan maskapai seperti order tambahan maskapai. d. Kejujuran dan integritas karyawan (Atribut B16) Kejujuran dan integritas karyawan merupakan salah satu atribut pelayanan yang kurang dianggap penting oleh perusahaan maskapai penerbangan. Kinerja dalam atribut ini dianggap baik dimana salah satu nilai perusahaan yang telah ditanamkan adalah integrity dalam hubungan bersama rekan dan konsumen perusahaan. e. Karyawan berpakaian rapi dan menggunakan identitas (Atribut B17) Atribut ini merupakan atribut yang dianggap kurang penting namun memiliki penilaian yang sangat memuskan. Hal ini mengindikasikan bahwa petugas lapang PT Aerofood Indonesia sudah menggunakan identitas perusahaan dengan rapi. Petugas tersebut diwajibkan menggunakan identitas (seragam dan identification card) supaya mempermudah perusahaan maskapai penerbangan mengenal petugas yang sedang menjalankan tugasnya. Faktor-faktor Pengaruh Penjualan PT Aerofood Indonesia Untuk mengetahui dan mengidentifikasi seberapa besar pengaruh berbagai variabel bebas terhadap nilai penjualan makanan dan jumlah makanan yang naik ke dalam pesawat domestik maupun internasional pada inflight catering PT Aerofood Indonesia digunakan model regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Dalam hal ini digunakan variabel IHSG, IHK, jumlah penumpang domestik, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, dan dummy sertifikasi halal sebagai variabel bebas. Variabel sertifikasi halal merupakan variabel kualitatif yang mengindikasikan atribut diperolehnya sertifikasi halal pada industri inflight catering PT Aerofood Indonesia sejak tahun 2010. Supaya metode regresi dapat diaplikasikan maka salah satu metode untuk mengkuantifikasikan atribut yang bersifat kualitatif ini adalah dengan cara membentuk variabel yang bersifat artifisial (dummy) ke dalam model regresi dengan mengambil nilai 1 dan 0. Angka 1 menunjukkan kondisi setelah diperolehnya sertifikasi halal pada tahun 2010 bulan Oktober sedangkan angka 0 menunjukkan kondisi sebelum diperolehnya sertifikasi halal tahun 2010.
34 Model regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara signifikan. Dengan melihat signifikansinya, dapat ditentukan variabel-variabel bebas yang memiliki pengaruh kuat (secara statistik signifikan) dan memiliki pengaruh yang lemah (secara statistik tidak signifikan) terhadap variabel terikat. Selain itu, penggunaan model regresi linear berganda mampu mengukur seberapa besar variabel IHSG, IHK, jumlah penumpang domestik, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, dan dummy sertifikasi halal memengaruhi empat variabel terikat yang berbeda. Jumlah Makanan Penerbangan Domestik Berdasarkan hasil OLS pada analisis pertama yang ditunjukkan pada Tabel 6 pengaruh variabel bebas terhadap jumlah makanan penerbangan domestik dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi sebesar 94.7%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 94.7% keragaman jumlah makanan penerbangan domestik dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebas dalam model. Sedangkan 5.3% sisa keragaman jumlah makanan penerbangan domestik diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat diterangkan dalam model atau error. Tabel 6
Model analisis regresi berganda terhadap penerbangan domestik Variabel Koefisien t-statistik (Constant) -1 379 000 -1.676 LNIHSG 69 220.964 2.080 IHK -425.636 -1.073 PENUMPANG .332 8.917 LNKURS 95 507.861 1.313 DUMMY 68 165.969 4.017 R-squared 0.947 Adjusted R-squared 0.943 F-statistik 226.192 Prob (F-statistik) 0.00000
jumlah
makanan
Probabilitas .099 .042 .287 .000 .194 .000
Berdasarkan uji statistik-t pada taraf nyata sebesar 10%, terdapat tiga variabel bebas di dalam model tersebut yang berpengaruh nyata terhadap besar kecilnya jumlah makanan penerbangan domestik. Tiga variabel tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan (LNIHSG), jumlah penumpang domestik (PENUMPANG) dan dummy sertifikat halal (DUMMY). Sedangkan variabel Indeks Harga Konsumen (IHK) dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (LNKURS) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah makanan penerbangan domestik. Berdasarkan pengujian statistik-F model, nilai probability (F-statistik) pada model ini juga lebih kecil dari taraf nyata 10% yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa model dianggap mampu merepresentasikan jumlah makanan penerbangan domestik. Regresi yang dihasilkan menunjukkan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel bebas dalam model dapat menjelaskan variasi perubahan jumlah makanan penerbangan domestik.
35 Variabel LNIHSG berpengaruh positif terhadap jumlah makanan penerbangan domestik dan signifikan pada taraf nyata 10%. LNIHSG berpengaruh positif terhadap jumlah makanan penerbangan domestik. Koefisien variabel LNIHSG sebesar 69 220.964 artinya jika IHSG naik sebesar 1% maka akan menaikkan jumlah makanan yang masuk ke penerbangan domestik sebesar 69 220.964 pax. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang baik akan menyebabkan harga saham yang naik. Kenaikan harga saham menyebabkan terjadinya peningkatan pergerakan IHSG. Meningkatnya pergerakan IHSG berdampak pada peningkatan jumlah makanan yang dibeli oleh perusahaan maskapai penerbangan domesik. Hal itu terjadi karena meningkatnya kepercayaan perusahaan maskapai penerbangan domestik terhadap perusahaan. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa industri yang terkenal atau dalam hal ini memiliki track record baik adalah salah satu alasan penting dalam pemilihan industri jasa boga inflight catering. Penumpang berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 10%. Koefisien variabel frekuensi penumpang sebesar 0.332 artinya jika frekuensi penumpang naik 1 orang maka jumlah makanan penerbangan domestik meningkat sebesar 0.332 pax. Penumpang yang meningkat akan meningkatkan permintaan terhadap jumlah makanan pada industri jasa boga inflight catering. Variabel dummy sebelum dan sesudah adanya sertifikat halal pada PT Aerofood Indonesia berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 10%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya sertifikat halal jumlah makanan penerbangan domestik menjadi meningkat. Variabel IHK tidak signifikan pada taraf nyata 10% menunjukkan bahwa variabel IHK tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah makanan penerbangan domestik. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan pendapatan di Indonesia selama periode 2007-2011 meningkat sebesar 83.75% yang mengindikasikan daya beli masyarakat yang semakin meningkat (Indriani, 2013). LNKURS tidak signifikan pada taraf nyata 10% menunjukkan koefisien variabel LNKURS tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah makanan penerbangan domestik. Kurs atau nilai tukar Rupiah per Dollar AS tidak signifikan pada taraf nyata 10%. Hal ini dikarenakan bahan baku yang digunakan bukan berasal dari bahan baku impor, sehingga alat pembayaran yang digunakan adalah rupiah. Pada penerapan analisis regresi linear, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Pelanggaran yang harus dihindari pada model agar model tersebut memenuhi syarat asumsi klasik dan dapat dikategorikan sebagai model yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) adalah terhindar dari masalah heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode grafik berdasarkan plot antara regression studentized residual dengan regression standardized predicted value, diketahui bahwa plot tersebut sebarannya tersebar secara acak (tidak membentuk suatu pola) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas atau asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Uji asumsi klasik lainnya yang harus dipenuhi untuk mendapatkan model yang layak (fit) adalah uji normalitas. Untuk memastikan terpenuhi atau tidaknya asumsi kenormalan dilakukan uji formal asumsi kenormalan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan output SPSS diperoleh besaran nilai signifikansi (p-value) sebesar 0.320 dari pengujian dengan
36 Kolmogorov-Smirnov, nilai ini lebih besar dari nilai α = 0.10. Sehingga model ini dinyatakan terdistribusi normal atau dengan kata lain distribusi dari error mengikuti distribusi normal. Uji autokolerasi dapat terdeteksi dari nilai Durbin Watson pada model. Nilai Durbin Watson pada model ini ialah sebesar 1.130 lebih kecil dari 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model bebas dari masalah autokolerasi. Uji terakhir adalah uji multikolinieritas. Menurut Neter et al (1989), nilai VIF di bawah 10 berarti bebas dari multikolinieritas. Hasil Uji multikolinieritas, besaran VIF untuk semua variabel yang masuk dalam model berada dibawah 10 dan nilai tolerance mendekati 1 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinieritas. Terpenuhinya syarat-syarat asumsi regresi klasik, maka model dapat dikategorikan BLUE. Nilai Penjualan Penerbangan Domestik Berdasarkan hasil OLS pada analisis kedua yang ditunjukkan pada Tabel 7 pengaruh variabel bebas terhadap nilai penjualan pada penerbangan domestik dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi sebesar 89.7%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 89.7% keragaman nilai penjualan penerbangan domestik dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebas dalam model. Sedangkan 10.3% sisa keragaman nilai penjualan penerbangan domestik diterangkan oleh faktorfaktor lain tidak terdapat dalam model atau error. Tabel 7 Model analisis regresi berganda terhadap nilai penjualan penerbangan domestik Probabilitas Variabel Koefisien t-statistik (Constant) 14.901 3.840 .000 LNIHSG .439 2.797 .007 IHK -.004 -2.231 .029 PENUMPANG 0.0000004117 2.348 .022 LNKURS .469 1.369 .176 DUMMY .496 6.196 .000 R-squared 0.897 Adjusted R-squared 0.889 F-statistik 110.162 Prob (F-statistik) 0.0000 Berdasarkan uji statistik-t pada taraf nyata sebesar 5%, terdapat empat variabel bebas di dalam model tersebut yang berpengaruh nyata terhadap besar kecilnya nilai penjualan penerbangan domestik. Empat variabel tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan (LNIHSG), Indeks Harga Konsumen (IHK), jumlah penumpang domestik (PENUMPANG), dan dummy sertifikat halal (DUMMY). Sedangkan variabel dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (LNKURS) tidak memiliki pengaruh yang signifikan nilai penjualan penerbangan domestik. Berdasarkan pengujian statistik-F model, nilai probability (F-statistik) pada model ini juga lebih kecil dari taraf nyata 5% yang digunakan. Hal ini
37 mengindikasikan bahwa model dianggap mampu merepresentasikan nilai penjualan penerbangan domestik. Regresi yang dihasilkan menunjukkan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel bebas dalam model dapat menjelaskan variasi perubahan nilai penjualan penerbangan domestik. Variabel LNIHSG berpengaruh positif terhadap nilai penjualan makanan pada penerbangan domestik dan signifikan pada taraf nyata 5%. IHSG berpengaruh positif terhadap nilai penjualan makanan pada penerbangan domestik. Koefisien variabel LNIHSG sebesar 0.439 artinya jika IHSG naik sebesar 1% maka akan menaikkan nilai penjualan makanan pada penerbangan domestik sebesar 43.9%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang baik akan menyebabkan harga saham yang naik. Kenaikan harga saham menyebabkan terjadinya peningkatan pergerakan IHSG. Meningkatnya pergerakan IHSG berdampak pada peningkatan nilai penjualan makanan pada penerbangan domestik. Hal itu terjadi karena meningkatnya kepercayaan perusahaan maskapai penerbangan domestik terhadap perusahaan. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa industri yang terkenal atau dalam hal ini memiliki track record baik adalah salah satu alasan penting dalam pemilihan industri jasa boga inflight catering. Variabel IHK berpengaruh negatif namun signifikan pada taraf nyata 5 %. Koefisien variabel IHK sebesar –0.04 artinya jika IHK naik sebesar 1 poin maka akan menurunkan nilai penjualan makanan pada penerbangan domestik sebesar 0.04 %. IHK meningkat, maka harga rata-rata dari berbagai komoditi yang biasa dibeli rumah tangga meningkat sehingga konsumen harus membelanjakan lebih banyak uang untuk mempertahankan standar hidup yang sama seperti sebelummya. Hal ini mengakibatkan turunnya nilai penjualan makanan pada penerbangan domestik. Penumpang berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 %. Koefisien variabel frekuensi penumpang sebesar 0.0000004117 artinya jika frekuensi penumpang naik 1 orang nilai penjualan makanan pada penerbangan domestik meningkat sebesar 0.0000004117%. Penumpang yang meningkat akan meningkatkan permintaan terhadap nilai penjualan makanan domestik pada industri jasa boga inflight catering. Variabel dummy sebelum dan sesudah adanya sertifikat halal pada PT Aerofood Indonesia berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pengaruh sertifikat halal pada nilai penjualan makanan penerbangan domestik. Variabel LNKURS atau nilai tukar Rupiah per Dollar AS tidak signifikan pada taraf nyata 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel LNKURS tidak memiliki pengaruh terhadap nilai penjualan makanan pada penerbangan domestik. LNKURS tidak memiliki pengaruh dikarenakan alat pembayaran pada penerbangan domestik adalah rupiah bukan mata uang asing. Pada penerapan analisis regresi linear, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Pelanggaran yang harus dihindari pada model agar model tersebut memenuhi syarat asumsi klasik dan dapat dikategorikan sebagai model yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) adalah terhindar dari masalah heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode grafik berdasarkan plot antara regression studentized residual dengan regression standardized predicted value, diketahui bahwa plot tersebut sebarannya tersebar secara acak (tidak membentuk suatu pola) sehingga
38 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas atau asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Uji asumsi klasik lainnya yang harus dipenuhi untuk mendapatkan model yang layak (fit) adalah uji normalitas dimana residual model harus menyebar normal. Untuk memastikan terpenuhi atau tidaknya asumsi kenormalan, dilakukan uji asumsi kenormalan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan output SPSS diperoleh besaran nilai signifikansi (p-value) sebesar 0.062 dari pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov, nilai ini lebih besar dari nilai α = 0.05. Sehingga model ini dinyatakan terdistribusi normal atau dengan kata lain distribusi dari error mengikuti distribusi normal. Uji autokolerasi dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan model yang layak (fit). Nilai Durbin Watson pada model ini ialah sebesar 1.683 lebih kecil dari 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model bebas dari masalah autokolerasi. Pengujian terakhir untuk memenuhi kriteria BLUE ialah uji multikolinieritas. Menurut Neter et al (1989), nilai VIF di bawah 10 berarti bebas dari multikolinieritas. Hasil Uji multikolinieritas, besaran VIF untuk semua variabel yang masuk dalam model berada dibawah 10 dan nilai tolerance mendekati 1 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinieritas. Terpenuhinya syarat-syarat asumsi regresi klasik, maka model dapat dikategorikan BLUE. Jumlah Makanan Penerbangan Internasional Berdasarkan hasil OLS pada analisis ketiga yang ditunjukkan pada Tabel 8 pengaruh variabel bebas terhadap jumlah makanan penerbangan internasional dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi sebesar 85.1%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 85.1% jumlah makanan penerbangan internasional dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebas dalam model. Sedangkan 14.9% sisa keragaman jumlah makanan penerbangan internasional diterangkan oleh faktorfaktor lain yang tidak dapat diterangkan dalam model atau error. Tabel 8 Model analisis regresi berganda terhadap jumlah makanan penerbangan internasional Probabilitas Variabel Koefisien t-statistik (Constant) 1258000 1.811 .075 LNIHSG -57577.784 -1.927 .059 IHK 731.663 2.117 .038 PENUMPANG .790 9.004 .000 LNKURS -98424.932 -1.632 .108 DUMMY 15687.183 1.177 .244 R-squared 0.851 Adjusted R-squared 0.839 F-statistik 71.745 Prob (F-statistik) 0.000 Berdasarkan uji statistik-t pada taraf nyata sebesar 10%, terdapat tiga variabel bebas di dalam model tersebut yang berpengaruh nyata terhadap besar kecilnya jumlah makanan penerbangan internasional. Tiga variabel tersebut
39 adalah Indeks Harga Saham Gabungan (LNIHSG), Indeks Harga Konsumen (IHK), dan jumlah penumpang internasional (PENUMPANG). Sedangkan variabel dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (LNKURS) dan dummy sertifikat halal (DUMMY) tidak memiliki pengaruh yang signifikan jumlah makanan penerbangan internasional. Berdasarkan pengujian statistik-F model, nilai probability (F-statistik) pada model ini juga lebih kecil dari taraf nyata 10% yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa model dianggap mampu merepresentasikan jumlah makanan penerbangan internasional. Regresi yang dihasilkan menunjukkan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel bebas dalam model dapat menjelaskan variasi perubahan jumlah makanan penerbangan internasional. Variabel LNIHSG berpengaruh negatif terhadap jumlah makanan penerbangan internasional dan signifikan pada taraf nyata 10%. LNIHSG berpengaruh negatif terhadap jumlah makanan pada penerbangan internasional. Koefisien variabel LNIHSG sebesar -57 577.784 artinya jika IHSG naik sebesar 1% maka akan menurunkan jumlah makanan penerbangan internasional sebesar 57 577.784 pax. Kenaikan variabel LNIHSG dengan asumsi produk makanan yang dihasilkan tetap mengindikasikan adanya kenaikan harga barang yang ditawarkan. Hal ini menyebabkan permintaan jumlah makanan penerbangan internasional turun. Variabel IHK berpengaruh positif jumlah makanan penerbangan internasional dan signifikan pada taraf nyata 10%. Koefisien variabel IHK sebesar 731.663 artinya jika IHK naik sebesar 1 poin maka akan meningkatkan jumlah makanan penerbangan internasional sebesar 731.663 pax. IHK meningkat, maka harga rata-rata dari berbagai komoditi yang biasa dibeli konsumen di Indonesia relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga internasional. Hal ini mengakibatkan naiknya jumlah makanan penerbangan internasional. Penumpang berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 10%. Koefisien variabel frekuensi penumpang sebesar 0.790 artinya jika frekuensi penumpang naik 1 orang maka jumlah makanan penerbangan internasional meningkat sebesar 0.790 pax. Penumpang yang meningkat akan meningkatkan permintaan terhadap jumlah makanan penerbangan internasional pada industri jasa boga inflight catering. LNKURS atau nilai tukar Rupiah per Dollar AS tidak signifikan pada taraf nyata 10%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel LNKURS tidak memiliki pengaruh terhadap terhadap jumlah makanan penerbangan internasional. LNKURS tidak memiliki pengaruh karena perusahaan maskapai penerbangan memiliki perjanjian dengan PT Aerofood Indonesia untuk menggunakan jasanya selama periode tertentu. Variabel dummy tidak signifikan pada taraf nyata 10%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya sertifikat halal tidak berpengaruh terhadap jumlah makanan penerbangan internasional. Dummy tidak berpengaruh terhadap jumlah makanan penerbangan internasional karena banyaknya maskapai internasional berasal dari negara yang mayoritas penduduknya non muslim. Pada penerapan analisis regresi linear, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Pelanggaran yang harus dihindari pada model agar model tersebut memenuhi syarat asumsi klasik dan dapat dikategorikan sebagai model yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) adalah terhindar dari masalah heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan
40 menggunakan metode grafik berdasarkan plot antara regression studentized residual dengan regression standardized predicted value, diketahui bahwa plot tersebut sebarannya tersebar secara acak (tidak membentuk suatu pola) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas atau asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Uji asumsi klasik lainnya yang harus dipenuhi untuk mendapatkan model yang layak (fit) adalah uji normalitas dimana residual model harus menyebar normal. Untuk memastikan terpenuhi atau tidaknya asumsi kenormalan, dilakukan uji formal asumsi kenormalan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan output SPSS diperoleh besaran nilai signifikansi (p-value) sebesar 0.740 dari pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov, nilai ini lebih besar dari nilai α = 0.10. Sehingga model ini dinyatakan terdistribusi normal atau dengan kata lain distribusi dari error mengikuti distribusi normal. Uji autokolerasi dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan model yang layak (fit). Nilai Durbin Watson pada model ini ialah sebesar 1.951 lebih kecil dari 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model bebas dari masalah autokolerasi. Pengujian terakhir untuk memenuhi kriteria BLUE ialah uji multikolinieritas. Menurut Neter et al (1989), nilai VIF di bawah 10 berarti bebas dari multikolinieritas. Hasil Uji multikolinieritas, besaran VIF untuk semua variabel yang masuk dalam model berada dibawah 10 dan nilai tolerance mendekati 1 sehingga dapat disimpulkan memang tidak terjadi masalah multikolinieritas. Terpenuhinya syarat-syarat asumsi regresi klasik, maka model dapat dikategorikan BLUE. Nilai Penjualan Penerbangan Internasional Berdasarkan hasil OLS pada analisis keempat yang ditunjukkan pada Tabel 9 pengaruh variabel bebas terhadap nilai penjualan pada penerbangan internaional dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi sebesar 86.2 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 86.2% keragaman nilai penjualan penerbangan internasional dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebas dalam model. Sedangkan 13.8% sisa keragaman nilai penjualan penerbangan internasional diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dalam model atau error. Berdasarkan uji statistik-t pada taraf nyata sebesar 10% seluruh variabel bebas di dalam model tersebut berpengaruh nyata terhadap besar kecilnya Jumlah Makanan Penerbangan internasional. Variabel tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan (LNIHSG), Indeks Harga Konsumen (IHK), jumlah penumpang internasional (PENUMPANG), dummy sertifikat halal (DUMMY), dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (LNKURS) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai penjualan penerbangan internasional. Berdasarkan pengujian statistik-F model, nilai probability (F-statistik) pada model ini juga lebih kecil dari taraf nyata 10% yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa model dianggap mampu merepresentasikan nilai penjualan penerbangan internasional. Regresi yang dihasilkan menunjukkan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel bebas dalam model dapat menjelaskan variasi perubahan nilai penjualan penerbangan internasional.
41 Tabel 9 Model analisis regresi berganda terhadap nilai penjualan penerbangan internasional Probabilitas Variabel Koefisien t-statistik (Constant) 13.726 6.657 .000 LNIHSG .194 2.190 .032 IHK -.002 -1.717 .091 PENUMPANG 0.000001331 5.112 .000 LNKURS .870 4.862 .000 DUMMY .093 2.356 .022 R-squared 0.862 Adjusted R-squared 0.8510 F-statistik 78.604 Prob (F-statistik) 0.000 Variabel LNIHSG berpengaruh positif terhadap nilai penjualan penerbangan internasional dan signifikan pada taraf nyata 10%. LNIHSG berpengaruh positif terhadap nilai penjualan penerbangan internasional. Koefisien variabel LNIHSG sebesar 0.194 artinya jika IHSG naik sebesar 1% maka akan menaikkan nilai penjualan penerbangan internasional sebesar 0.194%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang baik akan menyebabkan harga saham yang naik. Kenaikan harga saham menyebabkan terjadinya peningkatan pergerakan IHSG. Meningkatnya pergerakan IHSG berdampak pada peningkatan nilai penjualan penerbangan internasional. Hal itu terjadi karena meningkatnya kepercayaan perusahaan maskapai penerbangan internasional terhadap perusahaan. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa industri yang terkenal atau dalam hal ini memiliki track record baik adalah salah satu alasan penting dalam pemilihan industri jasa boga inflight catering. Variabel IHK berpengaruh negatif namun signifikan pada taraf nyata 10%. Koefisien variabel IHK sebesar -0.002 artinya jika IHK naik sebesar 1 poin maka akan menurunkan nilai penjualan penerbangan internasional sebesar 0.002%. IHK meningkat, maka harga rata-rata dari berbagai komoditi yang biasa dibeli rumah tangga juga meningkat sehingga menurunkan nilai penjualan penerbangan internasional. Penumpang berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 10%. Koefisien variabel frekuensi penumpang sebesar 0.000001331 artinya jika frekuensi penumpang naik 1 orang nilai penjualan penerbangan internasional meningkat sebesar 0.000001331%. Penumpang yang meningkat akan meningkatkan permintaan terhadap nilai penjualan pada industri jasa boga inflight catering. LNKURS atau nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 10%. Koefisien variabel LNKURS sebesar 0.870 menunjukkan bahwa ketika besaran nilai tukar Rupiah per Dollar AS naik sebesar 1% akan meningkatan nilai penjualan penerbangan internasional sebesar 0.870%. Variabel LNKURS naik menyebabkan kurs terapresiasi sehingga harga dalam negeri relatif murah sehingga meningkatkan nilai penjualan penerbangan internasional. Variabel dummy sebelum dan sesudah adanya sertifikat halal pada
42 PT Aerofood Indonesia berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 10%. Penumpang yang meningkat akan meningkatkan permintaan terhadap nilai penjualan pada industri jasa boga inflight catering. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya sertifikat halal nilai penjualan makanan pada penerbangan internasional menjadi meningkat. Pada penerapan analisis regresi linear, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Pelanggaran yang harus dihindari pada model agar model tersebut memenuhi syarat asumsi klasik dan dapat dikategorikan sebagai model yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) adalah terhindar dari masalah heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode grafik berdasarkan plot antara regression studentized residual dengan regression standardized predicted value, diketahui bahwa plot tersebut sebarannya tersebar secara acak (tidak membentuk suatu pola) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas atau asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Uji asumsi klasik lainnya yang harus dipenuhi untuk mendapatkan model yang layak (fit) adalah uji normalitas dimana residual model harus menyebar normal. Untuk memastikan terpenuhi atau tidaknya asumsi kenormalan, dilanjutkan dengan uji asumsi kenormalan dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov. Berdasarkan output SPSS diperoleh besaran nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,696 dari pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov, nilai ini lebih besar dari nilai α = 0.10. Sehingga model ini dinyatakan terdistribusi normal atau dengan kata lain distribusi dari error mengikuti distribusi normal. Uji autokolerasi dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan model yang layak (fit). Nilai Durbin Watson pada model ini ialah sebesar 1.876 lebih kecil dari 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model bebas dari masalah autokolerasi. Pengujian terakhir untuk memenuhi kriteria BLUE ialah uji multikolinieritas. Menurut Neter et al (1989), nilai VIF di bawah 10 berarti bebas dari multikolinieritas. Hasil Uji multikolinieritas, besaran VIF untuk semua variabel yang masuk dalam model berada dibawah 10 dan nilai tolerance mendekati 1 sehingga dapat disimpulkan memang tidak terjadi masalah. Terpenuhinya syaratsyarat asumsi regresi klasik, maka model dapat dikategorikan BLUE.
43
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1. Karakteristik demografi tingkat pendidikan dan agama pada penumpang pesawat memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap kepedulian makanan halal. 2. Penumpang pesawat menilai rendahnya tingkat kepentingan pada atribut adanya logo halal dan jaminan produk (halal, higienis, dan aman untuk dikonsumsi). Maskapai penerbangan menilai tingkat kepentingan terhadap jaminan produk (halal, higienis dan aman untuk dikonsumsi) tinggi. 3. Sertifikat halal memiliki pengaruh positif pada nilai penjualan pada penerbangan domestik dan nilai penjualan pada penerbangan internasional. Namun, sertifikat halal tidak berpengaruh pada jumlah makanan penerbangan internasional karena banyaknya maskapai penerbangan internasional berasal dari negara yang mayoritas penduduknya non muslim. Saran Berdasarkan penelitian ini maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. PT Aerofood Indonesia melakukan inovasi dan pengembangan produk serta evaluasi dan monitoring yang dilakukan secara berkala sehingga meningkatkan kepuasan konsumen. Selain itu perlu adanya quality control terhadap proses awal hingga akhir dalam produksi barang yang dihasilkan sehingga barang terjamin kehalalannya. Penempelan label halal pada seluruh produk merupakan salah satu cara meningkatkan kepuasan konsumen terhadap jaminan halal. Peningkatan terhadap kemampuan berkomunikasi, perlu adanya penanaman budaya organisasi agar dapat tercipta teamwork yang baik. 2. LPPOM MUI dengan perusahaan bersinergi untuk dapat mengefesiensikan dan memudahkan proses sertifikasi halal melalui pembentukan dewan auditor halal. 3. Program pemerintah pusat maupun daerah untuk gerakan sertifikasi halal agar konsumen mendapatkan jaminan dan perlindungan dari produk yang dikonsumsi. DAFTAR PUSTAKA Andari Y. 2005. Analisis Perilaku Konsumen dan Implikasinya pada Strategi Bauran Pemasaran Restoran Tradisional (Studi Kasus Restoran Galuga 3, Kota Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Anoraga P, Pakarti P. 2001. Pengantar Pasar Modal Edisi Revisi, Cetakan III. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Apriyantono A. 2001. Pengaruh perkembangan teknologi pangan dalam menentukan status kehalalan produk pangan. Jakarta (ID): Makalah Seminar Good Manufacturing.
44 Asadollah K, Hossein A, Alireza B. 2013. Studying Affecting on Customers Attitude toward Products Halal Brand (Case study: Kuala Lumpur, Malaysia). Malaysia: International Research Journal of Applied and Basic Sciences. Basu S. 1999. Azas-azas Marketing.-azas Marketing. Yogyakarta (ID) : Liberty. Bisnis. 2014. Produk Halal: Sertifikasi mestinya gak mahal. [Internet]. [diunduh 2014 Jul 22]. Tersedia pada: http://industri.bisnis.com. Bonne K. 2007. Determinants of Halal Meat Consumption in France. British: British Food Journal. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Proyeksi Penduduk Indonesia. [Internet]. [diunduh 2014 Jul 18]. Tersedia pada: http://bps.go.id. Faryal S, Kamran S. 2011. An Exploratory Study for Measuring Consumer Awareness and Perception towards halal food in Pakistan. Pakistan: Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. Fidlizan M, Mohd YMH, Azila AR. 2012. Automobile Sales and Macroeconomic Variables: A Pooled Mean Group Analysis for Asean Countries. Malaysia: IOSR Journal of Business and Management. Girindra A. 2008. Dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal. Bogor (ID): Pustaka Jurnal Halal. Gujarati DN. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika edisi ketiga jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga. Hasan MT. 2005. Islam dan Masalah SDM. Jakarta (ID): Lantabora Press. IATA. 2008. Air Travel Demand. Switzerland: IATA. Indriani A. 2013. Investasi di Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. Iranita. 2012. Pengaruh Labelisasi Halal Produk Kemasan terhadap Keputusan Pembelian pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Riau: Universitas Maritim Raja Ali Haji. Irawan H. 2003. Prinsip Kepuasan Konsumen. Jakarta (ID): PT. Elex Media Komputindo Janus S. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung (ID): PT. Citra Aditya Bakti. Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Pr. Judisseno R. 2005. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Kementrian Kesehatan RI. 2003. Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta: Kementrian Kesehatan. Kardes FR. 2002. Consumer Behavior and Managerial Decision Making Second Edition. New Deldi (IN) : Prentice Hall of India Kerlinger FN, Lee HB. 2000. Foundation of Behavioral Research. Orlando: Harcourt College Publishers. Kotler P. 2000. Marketing Management. New Jersey: The Millennium Edition, Prentice Hall International Edition. Kotler P, Gary A. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta (ID): Erlangga. Lillicrap DR, Cousins JA. 1994. Food and beverage service, (4th ed), London: Houlder &Stoughton. Lipsey R, Paul C, Doughlas P, Peter S. 1997. Pengantar Makroekonomi. Agus Maulana [penerjemah]. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.
45 Lovelock CH. 2001. Classifying Service to Gain Strategic Marketing Insight. Amerika: Journal of Marketing. LPPOM MUI. 2008. Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM MUI. Jakarta: LPPOM MUI. LPPOM MUI. 2010. Jurnal Halal MUI. Jakarta: LPPOM MUI. Mankiw GN. 2000. Teori Makroekonomi, edisi keempat, penerjemah Imam Nurmawan. Jakarta (ID): Erlangga McConnel CR, Brue SL. 1990. Microeconomics. USA: McGraw-Hill Publishing Company. Mohd YH. 2004. Halal certification scheme. Malaysia: Standard & Quality News. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta (ID): Salemba Empat Negara S. 2001. Kinerja Pasar Modal Indonesia dan Kaitannya dengan Kondisi Ekonomi Makro. Jakarta (ID): PEP-LIPI. Neter J, Wasserman W, Kurner MH. (1989). Applied Linier Regression Models. Homewood, IL: Richard D.Irwin, Inc. PT Angkasa Pura II. 2013. Jumlah Penumpang Pesawat Udara yang Melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta. Tanggerang: PT Angkasa Pura II. PT Angkasa Pura II. 2013. Jumlah Penerbangan Pesawat Udara yang Melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta. Tanggerang: PT Angkasa Pura II. Puspitasari NB, Henry S, Laila K. 2010. Analisis Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Integrasi Importance Performance Analysisi (IPA) dan Model Kano. Semarang (ID): Jati Undip, Vol V, No3, September 2010, hlm 185-198. P3EI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 2011. Ekonomi Islam cetakan ke-3. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Rajagopal S. 2011. Halal Certification: implication for marketers in UAE. UAE: Journal of Islamic Marketing. Rangkuti F. 2003. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Rangkuti F. 2006. Measuring Customer Satisfaction: Gaining Customer Relationship Strategy (Teknik Mengukur Kepuasan Konsumen). Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Rasaq A. 2013. The Impact of Exchange Rate Volatility on the Macro Economic Variables in Nigeria. Nigeria (NG): European Scientific Journal. Salman F, Kamran S. 2011. Exploratory study for measuring consumers awareness and perceptions towards halal food in Pakistan. Pakistan: Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. Samuelson PA, Nordhaus WD. 2003. Ilmu Mikroekonomi Edisi 17. Jakarta: PT Media Global Edukasi. Santoso S. 2006. Menggunakan SPSS untuk Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elec Media Komputindo. Setiawan A. 2014. Konsep Halalan Thayyiban dalam Makanan. Ponorogo (ID): Majalah Gontor. Silalahi U. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung (ID): PT Refika Aditama. Sulistiyowati L. 2010. Panduan Praktis Memahami Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT. Elex Media Komputindo. Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal Edisi Ketiga. Yogyakarta (ID): UPP AMP YKPN.
46 Suryana. 2009. Makanan yang Halal dan Haram. Jakarta: Mitra Aksara Panaitan. Syarif M. 2010. Pengaruh Variabel-Variabel Makro Ekonomi terhadap omzet Penjualan di Toko Sakinah Paiton Probolinggo [skripsi]. Malang (ID): Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Tjiptono F, Chandra G. 2007. Service, Quality, & Satisfaction. Yogyakarta (ID): Andi Offset. Twaigery S, Spillman D. 1989. An Introduction to Muslim Dietary Laws, Food Tech. San Francisco: University of California. Udin W, Fathurrahman, Feni F. 2008. Fikih. Bandung: Grafindo Media Pratama. Wan HWM, Khairil WA. 2009. Halal Food in New Zealand Restaurants: An Exploratory Study. Malaysia: International Journal of Economics and Management.
47
LAMPIRAN Lampiran 1
Uji Normalitas Jumlah Makanan Penerbangan Domestik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test MEALUPLIFT
N
69
Normal Parameters
a
Mean
479644.6552
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.45924E5
Absolute
.115
Positive
.112
Negative
-.115
Kolmogorov-Smirnov Z
.956
Asymp. Sig. (2-tailed)
.320
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 2
Uji Autokolerasi Jumlah Makanan Penerbangan Domestik Model Summary
Model
R
R Square a
1
.973
Adjusted R Square
.947
b
Std. Error of the Estimate
.943
Durbin-Watson
34824.64354
1.130
a. Predictors: (Constant), DUMMY, LNKURS, IHK, PENUMPANG, LNIHSG b. Dependent Variable: MEALUPLIFT
Lampiran 3
Uji F Model Jumlah Makanan Penerbangan Domestik b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
1.372E12
5
2.743E11
Residual
7.640E10
63
1.213E9
Total
1.448E12
68
Sig.
226.192
a
.000
a. Predictors: (Constant), DUMMY, LNKURS, IHK, PENUMPANG, LNIHSG b. Dependent Variable: MEALUPLIFT
Lampiran 4
Uji t Model Jumlah Makanan Penerbangan Domestik a
Coefficients
Model
B 1
(Constant)
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Std. Error
Beta
-1.379E6
822974.332
69220.964
33279.535
-425.636
396.644
.332
.037
LNKURS
95507.861
DUMMY
68165.969
LNIHSG IHK PENUMPANG
a. Dependent Variable: MEALUPLIFT
t
Sig. -1.676
.099
.177
2.080
.042
-.038
-1.073
.287
.636
8.917
.000
72719.768
.054
1.313
.194
16968.423
.235
4.017
.000
48 Lampiran 5
Uji Multikolinieritas Jumlah Makanan Penerbangan Domestik Collinearity Statistics
Model
Tolerance
VIF
(Constant) LNIHSG
.115
8.688
IHK
.659
1.518
PENUMPANG
.165
6.076
LNKURS
.497
2.013
DUMMY
.245
4.088
Lampiran 6
Uji Heteroskedastisitas Jumlah Makanan Penerbangan Domestik
Lampiran 7
Uji Normalitas Nilai Penjualan Penerbangan Domestik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LNPENJUALANDOMESTIK
N
69
Normal Parameters
a
Mean
22.9999
Std. Deviation Most Extreme Differences
.49329
Absolute
.159
Positive
.146
Negative
-.159
Kolmogorov-Smirnov Z
1.318
Asymp. Sig. (2-tailed)
.062
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 8
Uji Autokorelasi Nilai Penjualan Penerbangan Domestik Model Summary
Model 1
R
R Square a
.947
.897
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.889
a. Predictors: (Constant), DUMMY, LNKURS, IHK, PENUMPANG, LNIHSG b. Dependent Variable: LNPENJUALAN
b
.16419
Durbin-Watson 1.683
49 Lampiran 9
Uji F Nilai Penjualan Penerbangan Domestik b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Regression Residual Total
df
Mean Square
F
14.849
5
2.970
1.698
63
.027
16.547
68
Sig.
110.162
a
.000
a. Predictors: (Constant), DUMMY, LNKURS, IHK, PENUMPANG, LNIHSG b. Dependent Variable: LNPENJUALAN
Lampiran 10 Uji t Nilai Penjualan Penerbangan Domestik a
Coefficients Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant) LNIHSG IHK
B
Std. Error
14.901
3.880
.439
.157
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
3.840
.000
.333
2.797
.007
-.004
.002
-.111
-2.231
.029
4.117E-7
.000
.234
2.348
.022
LNKURS
.469
.343
.078
1.369
.176
DUMMY
.496
.080
.506
6.196
.000
PENUMPANG
a. Dependent Variable: LNPENJUALAN
Lampiran 11 Uji Multikolinearitas Nilai Penjualan Penerbangan Domestik Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
(Constant) LNIHSG
.115
8.688
IHK
.659
1.518
PENUMPANG
.165
6.076
LNKURS
.497
2.013
DUMMY
.245
4.088
Lampiran 12 Uji Heteroskedastisitas Nilai Penjualan Penerbangan Domestik
50 Lampiran 13 Uji Normalitas Jumlah Makanan Penerbangan Internasional One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test MUINTER N
69
Normal Parameters
a
Mean
3.1824E5
Std. Deviation Most Extreme Differences
7.32225E4
Absolute
.082
Positive
.080
Negative
-.082
Kolmogorov-Smirnov Z
.683
Asymp. Sig. (2-tailed)
.740
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 14 Uji Autokorelasi Jumlah Makanan Penerbangan Internasional Model Summary Model
R
R Square a
1
.922
b
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
.851
.839
Durbin-Watson
29402.45200
1.951
a. Predictors: (Constant), dummy, LNKURS, IHK, Penumpang, LNIHSG b. Dependent Variable: MUINTER
Lampiran 15 Uji F Jumlah Makanan Penerbangan Internasional b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
3.101E11
5
6.202E10
Residual
5.446E10
63
8.645E8
Total
3.646E11
68
Sig.
71.745
a
.000
a. Predictors: (Constant), dummy, LNKURS, IHK, Penumpang, LNIHSG b. Dependent Variable: MUINTER
Lampiran 16 Uji t Jumlah Makanan Penerbangan Internasional a
Coefficients
B 1
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
(Constant) LNIHSG IHK Penumpang LNKURS dummy
Std. Error
Beta
t
Sig.
1.258E6
694837.044
1.811
.075
-57577.784
29884.499
-.294
-1.927
.059
731.663
345.663
.131
2.117
.038
.790
.088
1.013
9.004
.000
-98424.932
60318.471
-.110
-1.632
.108
15687.183
13333.016
.108
1.177
.244
a. Dependent Variable: MUINTER
Lampiran 17 Uji Multikolinearitas Jumlah Makanan Penerbangan Internasional Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
(Constant) LNIHSG
.102
9.799
IHK
.618
1.617
Penumpang
.187
5.342
LNKURS
.519
1.928
dummy
.282
3.540
51 Lampiran 18 Uji Heteroskedastisitas Internasional
Jumlah
Makanan
Penerbangan
Lampiran 19 Uji Normalitas Nilai Penjualan Penerbangan Internasional One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LNPENJUALANINTER N
69
Normal Parameters
a
Mean
23.6223
Std. Deviation Most Extreme Differences
.22595
Absolute
.085
Positive
.085
Negative
-.061
Kolmogorov-Smirnov Z
.709
Asymp. Sig. (2-tailed)
.696
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 20 Uji Autokolerasi Nilai Penjualan Penerbangan Internasional Model Summary Model
R
R Square a
1
.928
Adjusted R Square
.862
b
Std. Error of the Estimate
.851
Durbin-Watson
.08725
1.876
a. Predictors: (Constant), dummy, LNKURS, IHK, Penumpang, LNIHSG b. Dependent Variable: LNPENJUALANINTER
Lampiran 21 Uji F Nilai Penjualan Penerbangan Internasional b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Regression Residual Total
df
Mean Square
2.992
5
.598
.480
63
.008
3.472
68
a. Predictors: (Constant), dummy, LNKURS, IHK, Penumpang, LNIHSG b. Dependent Variable: LNPENJUALANINTER
F 78.604
Sig. a
.000
52 Lampiran 22 Uji t Nilai Penjualan Penerbangan Internasional a
Coefficients
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
1 (Constant) LNIHSG
Beta
13.726
2.062
t
Sig. 6.657
.000
.194
.089
.321
2.190
.032
-.002
.001
-.102
-1.717
.091
1.331E-6
.000
.553
5.112
.000
LNKURS
.870
.179
.316
4.862
.000
dummy
.093
.040
.208
2.356
.022
IHK Penumpang
a. Dependent Variable: LNPENJUALANINTER
Lampiran 23 Uji F Nilai Penjualan Penerbangan Internasional Collinearity Statistics Model Tolerance
VIF
LNIHSG
.102
9.799
IHK
.618
1.617
Penumpang
.187
5.342
LNKURS
.519
1.928
dummy
.282
3.540
(Constant)
Lampiran 24 Uji Heteroskedastisitas Nilai Penjualan Penerbangan Internasional
Lampiran 25 Uji Chi-Square Jenis Kelamin dengan PEDULIHF Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
a
1
.116
2.416
1
.120
2.476
b
41
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.46. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1-sided)
53 Lampiran 26 Uji Chi-Square Jenis Kelamin dengan MAKANNHF Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
df
N of Valid Cases
Exact Sig. (2-sided)
a
1
.175
1.795
1
.180
1.839
Linear-by-Linear Association
Asymp. Sig. (2-sided)
b
Exact Sig. (1-sided)
41
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.49. b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 27 Uji Chi-Square Jenis Kelamin dengan HALALSYARAT Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
a
1
.331
.920
1
.337
.943
b
Exact Sig. (1-sided)
41
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.73. b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 28 Uji Chi-Square Usia dengan PEDULIHF Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
4
.395
4.552
4
.336
.523
1
.469
4.085
N of Valid Cases
41
a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.
Lampiran 29 Uji Chi-Square Usia dengan MAKANNHF Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
5.516a
4
.238
Likelihood Ratio
6.417
4
.170
Linear-by-Linear Association
1.817
1
.178
N of Valid Cases
41
a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .15.
Lampiran 30 Uji Chi-Square Usia dengan HALALSYARAT Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
4
.959
Likelihood Ratio
.845
4
.932
Linear-by-Linear Association
.072
1
.789
Pearson Chi-Square
.639
N of Valid Cases
41
a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .22.
Lampiran 31 Uji Chi-Square Pekerjaan dengan PEDULIHF Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
6
.270
9.241
6
.160
.207
1
.649
7.589
41
a. 11 cells (78.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .88.
54 Lampiran 32 Uji Chi-Square Pekerjaan dengan MAKANNHF Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
6
.242
Likelihood Ratio
7.109
6
.311
Linear-by-Linear Association
2.688
1
.101
Pearson Chi-Square
7.952
N of Valid Cases
41
a. 12 cells (85.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .29.
Lampiran 33 Uji Chi-Square Pekerjaan dengan HALALSYARAT Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
4.770
6
.574
Likelihood Ratio
5.783
6
.448
Linear-by-Linear Association
2.716
1
.099
N of Valid Cases
41
a
a. 12 cells (85.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.
Lampiran 34 Uji Chi-Square Pendidikan dengan PEDULIHF Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
df
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2-sided)
a
3
.015
10.915
3
.012
.442
1
.506
10.489
41
a. 5 cells (62.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.32.
Lampiran 35 Uji Chi-Square Pendidikan dengan MAKANNHF Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
df
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2-sided)
a
3
.360
4.814
3
.186
.049
1
.825
3.211
41
a. 5 cells (62.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.
Lampiran 36 Uji Chi-Square Pendidikan dengan HALALSYARAT Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
df
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2-sided)
a
3
.465
4.020
3
.259
.159
1
.690
2.560
41
a. 5 cells (62.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .66.
Lampiran 37 Uji Chi-Square Penghasilan dengan PEDULIHF Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
4
.379
Likelihood Ratio
4.514
4
.341
Linear-by-Linear Association
2.032
1
.154
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
4.205
41
a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.76.
55 Lampiran 38 Uji Chi-Square Penghasilan dengan MAKANNHF Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
4
.533
2.908
4
.573
.366
1
.545
3.149
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
41
a. 7 cells (70.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .59.
Lampiran 39 Uji Chi-Square Penghasilan dengan HALALSYARAT Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
4
.527
3.534
4
.473
.134
1
.715
3.186
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
41
a. 8 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .88.
Lampiran 40 Uji Chi-Square Agama dengan PEDULIHF Chi-Square Tests Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
3
.216
Likelihood Ratio
6.320
3
.097
Linear-by-Linear Association
1.728
1
.189
Pearson Chi-Square
4.457
N of Valid Cases
41
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.
Lampiran 41 Uji Chi-Square Agama dengan MAKANNHF Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
3
.000
Likelihood Ratio
17.843
3
.000
Linear-by-Linear Association
16.735
1
.000
Pearson Chi-Square
23.225
N of Valid Cases
41
a. 7 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .15.
Lampiran 42 Uji Chi-Square Agama dengan HALALSYARAT Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
3
.004
11.254
3
.010
9.424
1
.002
13.104
41
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .22.
56 Lampiran 43 Kuesioner Perusahaan Maskapai Penerbangan
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH SERTIFIKAT HALAL TERHADAP NILAI PENJUALAN DAN KEPUASAN KONSUMEN INDUSTRI JASA BOGA INFLIGHT CATERING (KASUS: PT AEROFOOD INDONESIA) PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 Saya adalah mahasiswa semester delapan Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang menganalisis pengaruh sertifikat halal terhadap nilai penjualan dan tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen industri jasa boga inflight catering. Kuesioner ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang, perilaku, pandangan, dan peran perusahaan dalam merepresentasikan karakteristik perusahaan maskapai penerbangan dalam menggunakan industri jasa inflight catering. Saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan lengkap. Sebelum mengisi pertanyaan diharapkan Anda membaca instruksi yang ada dan memeriksa kembali apakah semua pernyataan telah terjawab. Hasil dari kuesioner bersifat rahasia serta digunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas kesediaan Anda meluangkan waktu dan kerjasama yang diberikan, saya ucapkan terima kasih. Hormat saya,
Sari Khairunnisa NIM H54100070
57 IDENTITAS RESPONDEN Nama Maskapai Jenis Kelamin a. Laki-laki
: : : b. Perempuan
A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Rata-Rata flight/penerbangan perhari : a. 1-10 d. 31-40 b. 11-20 e. >40 c. 21-30 2.
Rata-Rata penumpang perhari : a. <200 d. 600-800 b. 200-400 e. > 800 c. 400-600
3.
Mayoritas penumpang berbangsa: a. Asia (Melayu) dan India d. Amerika e. Eropa b. Jepang. Korea dan Cina c. Timur tengah f. Lainnya, sebutkan............................
4.
Sudah berapa tahun perusahaan Anda menggunakan industri jasa boga ACS Aerofood? a. < 1 tahun d. 7-9 tahun b. 1-3 tahun e. Lebih dari 9 tahun c. 4-6 tahun
B. USAGE 5. Apakah Anda mengetahui bahwa PT. Aerofood ACS memiliki sertifikat halal? a. Ya b. Tidak 6.
Berapa rata-rata permintaan makanan halal oleh konsumen setiap bulannya? a. 0-30 d. 71-90 b. 31-50 e. >91 c. 51-70
7.
Pertimbangan apa yang Anda gunakan dalam memilih dan menggunakan industri in-flight katering ACS Aerofood? (Urutkanlah dari yang terpenting dengan angka 1-5) ( ) Harga terjangkau ( ) Kehalalan dan keamanan produk ( ) Banyaknya pilihan/cycle yang ditawarkan ( ) Pelayanan yang baik ( ) Industri jasa boga yang sudah terkenal
58 8.
Apa yang Anda rasakan setelah melakukan transaksi pembelian produk ACS Aerofood? a. Sangat puas d. Kurang puas b. Puas e. Sangat tidak puas c. Cukup puas
9.
Menurut Anda, apa keunggulan industri in-flight katering ACS Aerofood? (Jawaban boleh lebih dari 1) a. Harga b. Produk yang berkualitas c. Ukuran dan kemasan d. Adanya jaminan produk (label halal dan sertifikat lainnya) e. Banyaknya pilihan menu f. Kebersihan g. Pelayanan yang baik
10. Setelah Anda melakukan transaksi dengan industri in-flight katering ACS Aerofood, apakah Anda akan menyarankan perusahaan lain untuk menggunakan industri in-flight katering ACS Aerofood? a. Ya b. Tidak 11. Ketika Anda dihadapkan pada pilihan industri jasa boga lainnya, apakah ACS Aerofood akan menjadi tetap prioritas Anda? a. Ya b. Tidak 12. Jika harga ACS Aerofood yang ditawarkan mengalami kenaikan, maka Anda? a. Akan tetap menjadi konsumen in-flight catering ACS Aerofood b. Mencari industri in-flight catering lainnya untuk dikonsumsi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PREFERENSI KONSUMEN Pertanyaan : Seberapa penting faktor-faktor ini memengaruhi preferensi Anda untuk menjadi konsumen in-flight catering ACS Aerofood? Petunjuk : Mohon diisi dengan tanda (X) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan pendapat Anda. Keterangan : SP : Sangat Penting P : Penting CP : Cukup Penting TP : Tidak Penting STP : Sangat Tidak Penting
59
NO 1 2 3 4 5
6 7 8 9
10 11 12 13
14 15 16
17
18
PERNYATAAN Reliability Kemudahan menjangkau lokasi Rasa makanan Keragaman menu dan paket menu Kesesuaian ukuran porsi makanan Kesesuaian harga pada menu Responsiveness Kecepatan dan tepat waktu dalam order Respon cepat terhadap kebutuhan maskapai Cepat dan tanggap dalam menghadapi complaint Kemudahan dalam mendapatkan informasi Assurance Keramahan dan kesopanan karyawan Standar mutu dan kualitas produk Jaminan produk (halal, higienis dan aman untuk dikonsumsi) Kesesuaian dalam hal rasa Empathy Kemampuan karyawan menjelaskan menu Kemampuan karyawan dalam berkomunikasi dengan baik Kejujuran dan integritas karyawan Tangibles Karyawan berpakaian rapi dan menggunakan identitas Kebersihan lingkungan catering dan alat yang digunakan
SP
P
CP
TP
STP
60
19
Penggunaan kelengkapan standard of hygiene dalam proses pembuatan makanan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PREFERENSI KONSUMEN Pertanyaan : Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap industri in-flight catering ACS Aerofood. Petunjuk : Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah, tetapi melihat persepsi Anda terhadap industri in-flight catering ACS Aerofood . Mohon diisi sesuai dengan tanda (X) pada kolom yang telah disediakan sesuai pendapat Anda. Keterangan : SP : Sangat Puas P : Puas CP : Cukup Puas TP : Tidak Puas STP : Sangat Tidak Puas NO 1 2 3 4 5
6 7 8 9
10 11 12
PERNYATAAN Reliability Kemudahan menjangkau lokasi Rasa makanan Keragaman menu dan paket menu Kesesuaian ukuran porsi makanan Kesesuaian harga pada menu Responsiveness Kecepatan dan tepat waktu dalam order Respon cepat terhadap kebutuhan maskapai Cepat dan tanggap dalam menghadapi complaint Kemudahan dalam mendapatkan informasi Assurance Keramahan dan kesopanan karyawan Standar mutu dan kualitas produk Jaminan produk (halal, higienis dan aman
SP
P
CP
TP
STP
61
13
14 15 16
17
18
19
untuk dikonsumsi) Kesesuaian dalam hal rasa Empathy Kemampuan karyawan menjelaskan menu Kemampuan karyawan dalam berkomunikasi dengan baik Kejujuran dan integritas karyawan Tangibles Karyawan berpakaian rapi dan menggunakan identitas Kebersihan lingkungan catering dan alat yang digunakan Penggunaan kelengkapan standard of hygiene dalam proses pembuatan makanan ------------------------------------- Terima Kasih -----------------------------
62
Lampiran 44 Kuesioner Penumpang Pesawat Udara
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH SERTIFIKAT HALAL TERHADAP NILAI PENJUALAN DAN KEPUASAN KONSUMEN INDUSTRI JASA BOGA INFLIGHT CATERING (KASUS: PT AEROFOOD INDONESIA) PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 Saya adalah mahasiswa semester delapan Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang menganalisis pengaruh sertifikat halal terhadap nilai penjualan dan tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen industri jasa boga inflight catering. Kuesioner ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang, perilaku, pandangan, dan peran perusahaan dalam merepresentasikan karakteristik penumpang pesawat dalam menggunakan industri jasa inflight catering. Saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan lengkap. Sebelum mengisi pertanyaan diharapkan Anda membaca instruksi yang ada dan memeriksa kembali apakah semua pernyataan telah terjawab. Hasil dari kuesioner bersifat rahasia serta digunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas kesediaan Anda meluangkan waktu dan kerjasama yang diberikan, saya ucapkan terima kasih. Hormat saya,
Sari Khairunnisa NIM H54100070
63 Tanggal: Nama: Maskapai: Petunjuk : Mohon jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda (X) pada jawaban yang telah disediakan. A. SCREENING 1. Apakah Anda telah menggunakan transportasi pesawat terbang lebih dari lima kali? a. Ya b. Tidak 2. Berapa rata-Rata menggunakan transportasi pesawat terbang dalam satu tahun? a. 1-3 kali b. 3-5 kali c. > 5 kali 3. Apakah kelas yang sering Anda gunakan dalam menggunakan jasa maskapai penerbangan? a. First class b. Business class c. Economy class B. IDENTITAS RESPONDEN 4. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 5.
6.
7.
8.
Berapakah usia Anda saat ini? a. < 20 tahun b. 21-30 tahun c. 31-40 tahun
d. 41-50 tahun e. >50 tahun
Apakah pekerjaan Anda? d. Pelajar/Mahasiswa e. Ibu Rumah Tangga f. Pegawai Negeri g. Pegawai Swasta Apakah pendidikan terakhir Anda: a. SD b. SLTA c. SMU
e. Wiraswasta f. Pensiunan g. Lainnya, sebutkan.......................
d. Diploma/Akademi e. S1 f. S2/S3
Berapakah penghasilan Anda setiap bulannya? a. < Rp 3.000.000 d. Rp 10.000.001 – Rp 50.000.000 b. Rp 3.000.001 – Rp 5.000.000 e. > Rp 50.000.001 c. Rp 5.000.001 – Rp 10.000.000
64 9.
Apakah agama Anda? c. Islam d. Budha e. Lainnya, sebutkan........................ d. Kristen e. Hindu C. USAGE 10. Pertimbangan apa yang Anda gunakan dalam memilih dan menggunakan maskapai pesawat terbang? a. Harga terjangkau b. Keamanan dan kenyamanan c. Pelayanan yang baik d. Kemudahan dalam informasi e. Menyajikan makanan yang lezat 11. Apakah ketersediaan menu halal yang ditawarkan menjadi salah satu syarat Anda menggunakan maskapai penerbangan? c. Ya d. Tidak 12. Apakah makna dari makanan yang telah bersertifikasi halal menurut Anda? a. Simbol bahwa seluruh bahan baku makanan telah tersertifikat halal b. Identitas makanan aman dan sehat untuk dikonsumsi c. Menandakan suatu kesesuaian standar dalam halal d. Makanan yang diperuntukkan untuk kaum muslim e. Merupakan salah satu strategi marketing dan cirri khas produk 13. Apa Anda pernah meminta disediakan menu halal pada setiap perjalanan Anda? d. Ya e. Tidak 14. Ketika Anda dihadapkan pada pilihan makanan non halal apakah Anda akan tetap mengonsumsi hidangan tersebut? c. Ya d. Tidak FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PREFERENSI KONSUMEN Pertanyaan : Seberapa penting faktor-faktor ini memengaruhi preferensi Anda untuk menjadi konsumen in-flight catering ACS Aerofood? Petunjuk : Mohon diisi dengan tanda (X) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan pendapat Anda. Keterangan : SP : Sangat Penting P : Penting CP : Cukup Penting TP : Tidak Penting STP : Sangat Tidak Penting
65
NO PERNYATAAN SP Reliability (Keandalan) 1 Bentuk dan warna makanan 2 Keragaman dan variasi menu yang ditawarkan 3 Kesesuaian ukuran porsi makanan 4 Penampilan dan cara penyajian makanan 5 Rasa dan aroma makanan 6 Kebersihan dan kehigienisan makanan 7 Tekstur makanan Assurance 8 Standar mutu dan kualitas produk 9 Jaminan produk (halal dan aman untuk dikonsumsi) 10 Adanya logo halal pada kemasan
P
CP
TP
STP
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PREFERENSI KONSUMEN Pertanyaan : Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap industri in-flight catering ACS Aerofood. Petunjuk : Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah, tetapi melihat persepsi Anda terhadap industri in-flight catering ACS Aerofood . Mohon diisi sesuai dengan tanda (X) pada kolom yang telah disediakan sesuai pendapat Anda. Keterangan : SP : Sangat Puas P : Puas CP : Cukup Puas TP : Tidak Puas STP : Sangat Tidak Puas NO PERNYATAAN SP Reliability (Keandalan) 1 Bentuk dan warna makanan 2 Keragaman dan variasi menu yang ditawarkan 3 Kesesuaian ukuran
P
CP
TP
STP
66
4 5 6
7 8 9
10
porsi makanan Penampilan dan cara penyajian makanan Rasa dan aroma makanan Kebersihan dan kehigienisan makanan Tekstur makanan Assurance Standar mutu dan kualitas produk Jaminan produk (halal dan aman untuk dikonsumsi) Adanya logo halal pada kemasan ---------------------------------- Terima Kasih -----------------------------
67
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Maret 1993 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, anak pasangan Sidi Hersanto dan Siti Djuharina. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Islam Al-Azhar 01 dan pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur PIN (Prestasi Internasional Nasional) untuk melanjutkan pendidikan di Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan akademik maupun non-akademik. Penulis pernah menjadi Ketua PEMUDA FFI (Perubahan Untukmu Indonesia Forum for Indonesia Chapter Bogor), direksi marketing RUMBEL FIM HORE Bogor (Rumah Belajar Leadership Forum Indonesia Muda) dan staf divisi Sumber Daya Insani Sharia Economics Student Club. Penulis merupakan salah satu Young Changemaker Indonesia Ashoka 2013. Penulis pernah mengikuti lomba karya tulis ilmiah Call For Paper Hima ESP Unpad 2012 dan pernah menjadi juara pertama karya tulis MPD IE Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.