PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KALIJAMBE SRAGEN
ARTIKEL
Oleh : DWI SULASTRI NIM: ST.13025
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Dwi Sulastri Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen Abstrak Latar belakang: Tekanan darah akan meningkat setelah umur 45-55 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit menjadi kaku. Senam lansia merupakan olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan, yang diterapkan pada lansia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Metode penelitian: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”Quasi experimental pre-post test” dengan intervensi senam lansia. Populasi penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen, berjumlah 284 orang pada tahun 2014 dari empat belas Posyandu Lansia. Besar sampel penelitian ini adalah 16 responden tiap kelompoknya. Analisis menggunakan uji t test. Hasil penelitian: Terdapat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen (p-value 0,000). Saran: Tenaga kesehatan perlu melakukan sosialisasi dan pelatihan ketrampilan pelaksanaan senam lansia sehingga dapat melaksanakan pengelolaan lansia yang mengalami hipertensi dengan cara penatalaksanaan nonfarmakologi untuk mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi. Kata kunci: senam lansia, tekanan darah lansia Daftar Pustaka: 20 (2000-2014)
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Dwi Sulastri Effect of Elderly Exercise on Blood Pressure of Hypertensive Elderly at Community Health Center of Kalijambe, Sragen Abstract Background: Blood pressure can increase when one is aged 45 – 55 years old. The artery walls become thick due to the collagen accumulation in the muscle layers. As a result, the blood vessels will gradually narrow and become rigid. Elderly exercise is a mild exercise. It is easy to do without burdensome, which is dedicated to the elderly. The objective of this research is to analyze the effect of the elderly exercise on the blood pressure of the hypertensive elderly at Community Health Center of Kalijambe, Sragen. Method: This research used the quasi experimental method with the pre-post test design. The population of research consisted of 284 elderly patients from four Elderly Integrated Health Posts The samples of research consisted of 32, 16 as the experimental group and the rest 16 as the control group. The former was exposed to the intervention of the elderly exercise. The data of research were analyzed by using the t-test. Result: There was an effect of the elderly exercise on the systolic blood pressure and dyastolic blood pressure of the hypertensive patients at Community Health Center of Kalijambe, Sragen as indicated by the p-value = 0.000. Recommendation: The health workers are required to conduct socialization and training of the elderly exercise need to socialize and train the performance skill of exercise elderly. So, they can manage the elderly whom have hypertension by using non-pharmacological management to control blood pressure on hypertensive patients. Keywords: Elderly exercise, blood pressure of the elderly Reference: 20 (2000-2014)
Pendahuluan Hipertensi/tekanan darah tinggi adalah tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik (Setiawan, Yunani & Kusyati, 2014). Tekanan darah akan meningkat setelah umur 45-55 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsurangsur menyempit menjadi kaku. Prevalensi kasus hipertensi esensial di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 1,96% menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 2,00%. Kebanyakan penderita hipertensi itu berada di daerah pedesaan dibandingkan daerah perkotaan dengan prevalensi 31% vs 23,7%. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya kesadaran, pengetahuan masyarakat untuk menjaga kesehatan dan perilaku hidup yang tidak sehat (Dinkes Jateng Prov, 2010). Beberapa studi terakhir ini menunjukan bahwa kombinasi antara terapi tanpa obat (non-farmakoterapi) dengan obat (farmakoterapi) tidak hanya menurunkan tekanan darah, namun juga menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung iskemik. Senam lansia merupakan olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan, yang diterapkan pada lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Margiyati (2010) menunjukkan bahwa senam yang dilakukan oleh lansia dapat memberi pengaruh pada penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Penelitian oleh Sukartini (2010) tentang manfaat senam terhadap kebugaran lansia juga menunjukkan bahwa senam dapat mempengaruhi tidak hanya stabilitas nadi, namun juga stabilitas tekanan darah sistolik dan diastolik, pernafasan dan kadar immunoglobulin. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan, Yunani dan Kusyati (2014) menunjukkan bahwa ada
hubungan frekuensi senam lansia terhadap tekanan darah dan nadi pada lansia hipertensi. Studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan data tingginya angka kejadian hipertensi di Kabupaten Sragen terutama di Puskesmas Kalijambe pada tahun 2013 yaitu sebanyak 745 penderita hipertensi terutama diderita oleh lansia dan belum merealisasikan senam lansia. Oleh karena itu, dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Penelitian ini dilakukan dengan menilai tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan 6 kali senam lansia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Metode Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Quasi experimental pre-post test” dengan intervensi senam lansia. Penelitian ini dilakukan pengukuran selama delapan kali pada setiap sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia. Populasi pada penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen, berjumlah 45 orang pada periode September tahun 2014. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik cluster sampling, didapatkan sejumlah 16 sampel pada kelompok kontrol dan 16 sampel kelompok intervensi. Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kalijambe Kabupaten Sragen pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Mei 2015. Pengukuran tekanan darah dilakukan 30 menit sebelum dan sesudah diberikan senam lansia. Senam lansia dipandu oleh perawat Puskesmas yang telah diberikan pelatihan senam lansia oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan
analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji sebagai berikut: Tabel Analisis Bivariat Kelompok Variabel 1 Variabel 2 Distribusi data Intervensi TD TD sesudah Normal sebelum senam senam TD TD sesudah Tidak sebelum senam Normal senam Kontrol TD TD sesudah Normal sebelum senam senam TD TD sesudah Tidak sebelum senam Normal senam KontrolTD TD sesudah Normal Intervensi Sesudah senam kel senam kel intervensi control TD TD sesudah Tidak Sesudah senam kel Normal senam kel intervensi kontrol
Uji analisis Dependen t test Wilcoxon
Dependen t test Wilcoxon Independe nt t test
Mann U Whitney
Hasil Penelitian Analisis Univariat 1. Gambaran nilai rata-rata tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok kontrol. Tabel 1: Gambaran sebaran nilai ratarata tekanan darah sistolik pada lansia yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok kontrol. Tekanan Mindarah Mean Median SD P value maks sistolik Sebelum 172 172,5 9,9 155-190 0,041 senam Sesudah 169 170 10,7 150-190 senam
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol sebelum senam adalah 172 mmHg, dengan tekanan darah sistolik terendah adalah 155 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 190 mmHg. Dan nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol setelah senam adalah 170 mmHg, dengan tekanan darah sistolik terendah adalah 150 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 190 mmHg.
Tabel 2: Gambaran sebaran nilai ratarata tekanan darah diastolik pada lansia yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok kontrol. Tekanan darah MinP Mean Median SD diastolik maks value Sebelum 89,38 90 7.7 80-100 0,006 senam Sesudah senam 84,38 80 10,7 70-100
Berdasarkan tabel 2. didapatkan bahwa nilai rata-rata tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol sebelum senam adalah 89,38 mmHg, dengan tekanan darah diastolik terendah adalah 80 mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi adalah 100 mmHg. Dan nilai rata-rata tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol setelah senam adalah 84,38 mmHg, dengan tekanan darah diastolik terendah adalah 70 mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi adalah 100 mmHg. 2. Gambaran nilai rata-rata tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok intervensi. Tabel 3: Gambaran nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok intervensi. Tekanan MinP Mean Median SD darah sistolik maks value Sebelum 182,50 182,5 12,7 160- 0,000 senam 200 Sesudah 130 130 7,6 120senam 145
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi sebelum senam adalah 182,5 mmHg, dengan tekanan darah sistolik terendah adalah 160 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 200 mmHg. Dan nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi setelah senam adalah 130 mmHg, dengan tekanan darah sistolik terendah adalah 120 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 145 mmHg.
Tabel 4: Gambaran nilai rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok intervensi. Tekanan darah MinP Mean Median SD diastolic maks value Sebelum senam 97 100 6,8 80-110 0,000 Sesudah senam 72,81 70 6,0 65-90
Berdasarkan tabel 4, didapatkan nilai rata-rata tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi sebelum senam adalah 97 mmHg, dengan tekanan darah diastolik terendah adalah 80 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 110 mmHg. Dan nilai rata-rata tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi setelah senam adalah 70 mmHg, dengan tekanan darah diastolik terendah adalah 65 mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi adalah 90 mmHg. 3. Analisis pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Tabel 5: Analisis pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Rerata tekanan MinP value darah sesudah Median SD maks senam TD sistolik 170 10.7 150-190 0,000 kelompok control TD sistolik 130 7.6 120-145 kelompok intervensi
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa nilai tengah tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol sesudah senam adalah 170 mmHg, dengan tekanan darah sistolik terendah adalah 150 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 190 mmHg. Dan nilai tengah tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi setelah senam adalah 130 mmHg, dengan tekanan darah sistolik terendah adalah 120 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 145 mmHg. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
independent t test didapatkan nilai p sebesar 0,000, artinya terdapat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Tabel 6: Analisis pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah diastolik pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Rerata tekanan darah MinP Median SD sesudah senam maks value TD diastolik 80 7,2 70-100 0,000 kelompok kontrol TD diastolik 70 6,0 65-90 kelompok intervensi
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa nilai tengah tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol sesudah senam adalah 80 mmHg, dengan tekanan darah diastolik terendah adalah 70 mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi adalah 100 mmHg. Dan nilai tengah tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi setelah senam adalah 70 mmHg, dengan tekanan darah diastolik terendah adalah 65 mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi adalah 90 mmHg. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji independent t test didapatkan nilai p sebesar 0,000, artinya terdapat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah diastolik pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Pembahasan 1. Gambaran nilai rata-rata tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok kontrol. Hasil pengukuran tekanan darah pada lansia menggambarkan bahwa rata-rata dari tekanan darah sistolik sebesar 158 mmHg yang merupakan hipertensi sedang (stadium 1). Hasil pengukuran tekanan darah diastolik pada lansia menggambarkan bahwa rata-rata dari tekanan darah diastolik sebesar 87 mmHg yang merupakan
hipertensi perbatasan. Hipertensi yang dialami responden dipengaruhi oleh berbagai macam faktor resiko baik yang bisa dikontrol seperti aktivitas olahraga, mengkonsumsi garam dapur, obesitas dan stress serta faktor resiko yang tidak dapat dikontrol seperti usia, jenis kelamin dan keturunan (genetik) (Harrison, Wilson dan Kasper, 2005). Menurut hasil penelitian Henuhili, Yuliati, Rahayu dan Nurkhasanah (2011) menemukan bahwa gen penyebab hipertensi bersifat dominan, bukan resesif. Individu hipertensi ada di setiap generasi dan keturunan yang tidak mewarisi hipertensi akan mempunyai keturunan yang tidak hipertensi juga. Pewarisan hipertensi bukan bersifat X-linked, yaitu gen yang terdapat pada kromosom kelamin, karena baik ayah atau ibu, dapat mewariskannya baik pada keturunan laki-laki maupun perempuan. Lansia dapat terkena hipertensi akibat penurunan fungsi organ pada sistem kardiovaskuler, katub jantung menebal dan menjadi kaku, serta megalami penuruanan elastisitas dari aorta dan arteri besar lainnya (Ismayadi, 2004). selain itu, terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah perifer ketika ventrikel kiri memompa, sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat (Gunawan, 2009). Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer mengakibatkan perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah (Gunawan, 2009). Salah satu faktor yang bisa mengakibatkan terjadinya tekanan darah meningkat pada lansia yaitu karana faktor kurangnya melakukan aktifitas fisik seperti berolah raga
secara teratur (Harrison, Wilson dan Kasper, 2005). Kurangnya latihan aktivitas fisik seperti senam, juga bisa mengakibatkan hipertensi dikarenakan terjadinya penurunan cardiac output (curah jantung) sehingga pemompaan ke jantung menjadi lebih berkurang. Kurangnya latihan aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pembuluh darah, sehingga aliran darah tersumbat dan dapat menyebabkan hipertensi (Giriwijoyo, 2007). Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian Ilkafah (2014) yang menemukan bahwa hasil pengukuran tekanan darah setiap sebelum dan sesudah senam didapatkan bahwa ada penurunan tekanan darah secara bertahap. Pada hari pertama senam rata-rata nilai tekanan darah dari responden tidak mengalami perubahan karena mungkin sebagai fase adaptasi. Untuk selanjutnya terdapat penurunan bertahap sampai 2 bulan senam. Meskipun pada olahraga yang mendadak menyebabkan peningkatan tekanan darah selama olahraga, pengulangan aktivitas fisik tersebut dapat menurunkan tekanan darah selama istirahat dan peningkatan terhadap olahraga selanjutnya akan lebih rendah baik terhadap penderita hipertensi maupun pada orang normal. Karena hipertensi merupakan faktor resiko mayor PJK, efek potensial olahraga untuk menurunkan tekanan darah merupakan pertimbangan kesehatan masyarakat yang penting. Penelitian Ilkafah (2014) menemukan bahwa sebanyak 15 lansia wanita yang teratur senam, 11 lansia mengalami penurunan sekitar 6 mmHg untuk sistolik dan 3mmHg untuk diastolik; 3 lansia mengalami penurunan hanya sekitar 1,5 mmHg baik sistolik maupun diastole, hal ini mungkin dikarenakan ketiga lansia tersebut mengidap DM dan 1 lansia yang tidak mengalami penurunan
(tetap), hal ini dapat terjadi karena lansia tersebut mempunyai kolesterol dan sering mengkonsumsi obat-obatan bebas misalnya obat sakit kepala yang mengandung kafein yang bisa meningkatkan tekanan darah sehingga efek senam belum tampak dalam 2 bulan senam. Latihan fisik adalah segala upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kondisi fisik lansia. Kebugaran jasmani adalah suatu aspek fisik dari kebugaran menyeluruh. Tujuan dari latihan fisik adalah untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan kardiorespirasi, kecepatan, ketrampilan, dan kelenturan. Kebugaran jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yaitu kebugaran jantungparu dan peredaran darah serta kekuatan otot dan kelenturan sendi (Ilkafah, 2014). 2. Gambaran nilai rata-rata tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok intervensi. Peningkatan tekanan darah pada lansia umumnya terjadi akibat penurunan fungsi organ pada sistem kardiovaskular. Katup jantung menebal dan menjadi kaku, serta terjadi penurunan elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya (Ismayadi, 2004). Selain itu, terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah perifer ketika ventrikel kiri memompa, sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat (Gunawan, 2009). Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada kelompok intervensi disebabkan karena bertambahnya usia, dimana pada orang yang lanjut usia besar jantung akan sedikit mengecil yang banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas, juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya
kekuatan otot jantung, semakin bertambahnya umur seseorang, denyut jantung maksimum dan fungsi lain dari jantung berangsur-angsur menurun, pada lanjut usia tekanan darah akan naik secara bertahap sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia (Azizah, 2011). Dilihat dari tekanan darah pada kelompok intervensi menunjukkan adanya penurunan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik. Terjadi penurunan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada lansia penderita hipertensi pada kelompok intervensi, disebabkan karena senam lansia mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifel total, sehingga terjadinya penurunan tekanan darah (Sherwood, 2005). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Setiawan, Yunani dan Kusyati (2014) yang menemukan bahwa hasil pengukuran rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi sebesar 87 mmHg, median sebesar 85 mmHg dan standar deviasi sebesar 8,63. Tekanan darah diastolik terendah 74 mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi 112 mmHg. Menurut penelitian Gunawan (2009) olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik) seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi, karena latihan yang berat malah dapat menimbulkan hipertensi. 3. Analisis pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa nilai tengah tekanan
darah diastolik pada kelompok kontrol sesudah senam adalah 80 mmHg, dengan tekanan darah diastolik terendah adalah 70 mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi adalah 100 mmHg. Dan nilai tengah tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi setelah senam adalah 70 mmHg, dengan tekanan darah diastolik terendah adalah 65 mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi adalah 90 mmHg. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji independent t test didapatkan nilai p sebesar 0,000, artinya terdapat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah diastolik pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen. Menurut Veronique dan Robert (2005) menyimpulkan bahwa olah raga dapat diterapkan sebagai manajemen hipertensi bukan hanya untuk pencegahan tetapi juga dapat menjaga kesehatan lansia. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astari (2012) yang menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara senam lansia dengan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia hipertensi. Senam lansia yang dilakukan berulang-ulang (frekuensi tinggi), maka lama-kelamaan penurunan tekanan darah akan berlangsung lama. Itulah sebabnya latihan aktivitas fisik senam yang dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah adalah senam lansia dengan intensitas sedang. Frekuensi latihannya 3-5 kali seminggu dengan lama latihan 20-60 menit sekali latihan (Rigaud, 2006). Olah raga memberikan pengaruh pada sistem kardiovaskuler (peredaran darah) untuk memperbaiki kemampuannya. Lebih banyak pembuluh darah (saluran darah kecil) dibentuk dalam jaringan yang aktif untuk memperbaiki penyediaan
makanan dan oksigen, dan gerak badan membakar habis lemak berlebihan dalam system dan menghambat kandungan lemak di pembuluh, sehingga mengurangi resiko thrombosis (Hardjana, 2000). Latihan juga telah diketahui dapat meningkatkan HDL, yang pada gilirannya membantu proses metabolisme dan menurunkan kadar LDL (Smeltzer & Bare, 2010). Senam lansia yang terdiri dari latihan pemanasan, latihan inti, dan latihan pendinginan yang mana gerakangerakan didalamnya juga bertujuan untuk menurunkan kecemasan, stres, dan menurunkan tingkat depresi. Penurunan tersebut akan menstimulasi kerja sistem syaraf perifer (autonom nervous system) terutama parasimpatis yang menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik (Hardjana, 2008). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi (2012) yang menyatakan terdapat pengaruh latihan yoga terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia. Penelitian yang dilakukan Sukartini (2010) tentang manfaat senam terhadap kebugaran lansia di dapatkan hasil mampu menunjukkan bahwa senam dapat mempengaruhi tidak hanya stabilitas nadi, namun juga stabilitas tekanan darah, pernafasan dan kadar immunoglobulin, dengan hasil uji analisis statistik untuk kategori tekanan darah sistolik p-value 0.02 berarti a< p=0,05) artinya terdapat perbedaan tekanan darah antara lansia pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Setiawan, Yunani & Kusyati (2014) yang menemukan bahwa frekuensi senam lansia terhadap nadi menunjukan hubungan yang sedang (r = -0.394) dan berpola
negative yang berarti semakan tinggi frekuensi senam lansia, maka semakin rendah denyut nadi. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara frekuensi senam lansia terhadap nadi (p value = 0.026). Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara frekuensi senam lansia dengan nadi pada lansia. Senam lansia merupakan olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan, yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olah raga senam lansia membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berlebihan didalam tubuh (Suroto, 2004). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tintin (2006) dalam Setiawan, Yunani dan Kusyati (2014) yang menyebutkan ada pengaruh latihan senam terhadap peningkatan kebugaran yang ditunjukkan dengan penurunan nadi istirahat. Kesimpulan 1. Nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol sebelum senam adalah 172 mmHg dan sesudah senam 169 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol sebelum senam adalah 89,38 mmHg, dan sesudah senam 84,38 mmHg. 2. Nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi sebelum senam adalah 182,50 mmHg dan sesudah senam 130 mmHg. Nilai ratarata tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi sebelum senam adalah 97 mmHg dan sesudah senam 72,81 mmHg. 3. Terdapat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen (p-value 0,000).
Saran 1. Bagi Institusi pendidikan Dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi penatalaksanaan keperawatan terhadap hipertensi dan dapat dikembangkan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa. 2. Bagi pelayanan kesehatan Tenaga kesehatan perlu melakukan sosialisasi dan pelatihan ketrampilan pelaksanaan senam lansia sehingga dapat melaksanakan pengelolaan lansia yang mengalami hipertensi dengan cara penatalaksanaan nonfarmakologi untuk mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi. 3. Bagi Masyarakat Terapi senam lansia dapat menjadi bahan pertimbangan untuk lansia dan masyarakat yang menderita hipertensi. Mengingat manfaat senam lansia yang dapat digunakan untuk mengontrol tekanan darah, maka diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan senam lansia sebagai pelengkap alternatif untuk pengontrolan tekanan darah bagi lansia penderita hipertensi. 4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian lebih lanjut tentang pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan terhadap faktor yang berpengaruh terhadap tekanan darah, seperti mengontrol pola makan, merokok, dan stress, serta scrining bagi penderita hipertensi esensial secara tepat. 5. Bagi Peneliti Penelitian lebih lanjut dan kontinyu sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan pasien lansia yang mengalami hipertensi dengan memberikan senam lansia untuk mengontrol tekanan darah.
Daftar Pustaka Astari, dkk, (2012), Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Pada Kelompok Senam Lansia Di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan Azizah, M. Lilik (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu Devi (2012), Menurunkan Tekanan Darah, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. DINKES Prov Jateng. (2010). Data informasi kesehatan jawa tengah 2013. Giriwijoyo, S. (2007). Olahraga untuk kesehatan. Jakarta: Balai Pustaka. Gunawan, D. 2009. Perubahan Anatomik Organ Tubuh Pada Penuaan, (online), (http://pustaka.uns.ac.id/? opt=1001& menu=news&option= detail&nid=122, diakses 15 Maret 2015). Hardjono. (2012). Lansia perlu perhatian. Kementerian koordinatorn bidang kesejahteraan rakyat. Retrieved from www.menkokesra.co.id Harrison, I., Wilson, B.W., & Kasper, M.F. (2005). Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam, edisi 13 volume 3. Jakarta: EGC. Henuhili, Yuliati, Rahayu dan Nurkhasanah (2011), Pola Pewarisan Penyakit Hipertensi Dalam Keluarga Sebagai Sumber Belajar Genetika, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011. Ilkafah (2014), Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Ringan – Sedang Di Rektorat Unibraw Malang, Jurnal Surya, Vol 2 Nomer IV, Malang.
Ismayadi, (2004), Proses Menua (Aging Proses), (online), Skripsi. Medan: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. (http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/359 5/1/keperawatanismayadi.pdf, diakses 1 April 2015). Margiyati, (2010), Pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di posyandu lansia ngudi waras, Dusun Kemloko, Desa Bergas Kidul Rigaud, F.B. 2006. Hypertension in Older Adults. J Gerontol 2001; 56A:M2175. Setiawan, IWA, Yunani dan Kusyati (2014), Hubungan Frekuensi Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Dan Nadi Pada Lansia Hipertensi, Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah, Semarang Sherwood, Lauralee. (2005). Fisiologi Kedokteran : Dari Sel Ke Sistem. Jakarta. Smeltzer & Bare, (2010), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC Sukartini, (2010), Pengaruh senam tera terhadap kebugaran lansia. Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga Undip. Suroto.
(2004). Senam Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika.
Veronica dan Robert. 2005. Pencegahan Hipertensi, (online), (http://www. univmed.org/wpcontent/uploads/20 11/02/Vol.20_no.2_6.pdf, diakses tanggal 25 Maret 2015