1
PENGARUH SEMANGKA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI (THE EFFECT OF WATERMELON TO BLOOD PRESSURE AT PATIENT OF HYPERTENSION) Nurin Fauziyah Akademi Kebidanan Pamenang Pare – Kediri ABSTRAK Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolnya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hasil penelitian menunjukan. Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala. Dari Gaya hidup, faktor lingkungan, pola makan yang tidak terkontrol, obesitas, perokok, stres, konsumsi garam berlebih dan kurang olahraga merupakan pencetus awal tekanan darah tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh semangka terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental dengan rancangan one group pra post test design tanpa kelompok pembanding, Populasi penderita hipertensi di dusun bendo asri desa bendo kabupaten kediri sebanyak 20 orang, sampel sebanyak 10 responden, tehnik pengambilan sampling adalah purposive sampling. Penghitungan dilakukan pre dan post test kemudian diambil nilai rata ratanya dan standart deviasinya. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dengan uji T 2 sampel berpasangan. Didapatkan Signifikan P = 0,000 (α<0,05) berarti P < α, sedangkan t hitung sistole 16,500 dan t hitung diastole 8,510. t tabel 2,262. Sehingga Ho ditolak dan H1 diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Semangka terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun Bendo Asri Desa Bendo Kabupaten Kediri. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semangka efektif untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi sehingga masyarakat mau memanfaatkan semangka sebagai alternatif sebagai obat hipertensi karena mudah didapat dan harganya relatif murah. Kata kunci ; Hipertensi, Semangka ABSTRACT Hypertension is blood pressure of persisten where its pressure of him above 140 pressure and mmHg of diastolik above 90 mmHg. Result of research of showing. Big in part patient of hypertension do not generate symptom. Of Life style, environmental factor, pattern eat which do not be controlled, obesitas, smoker, stres, excessive salt consumption and less athletic represent pencetus early high blood pressure.This research aim to to analyse blood pressure at patient of hypertension before and after giving of watermelon. Desain which is used in this research is eksperimental pre with device of one pre group of post test design without comparator group, Population patient of hypertension in Orchard of Bendo Asri Countryside of Bendo District Of Pare Sub-Province counted 20 people, sampel counted 10 responder, technics sampling is sampling quota. Enumeration conducted by and pre of post test is later;then taken by
value flatten to flatten him and standart its its his. From result of research of showed that with test of T 2 Signifikan P in pairs.Didapatkan sampel = 0,000 (α < 0,05) meaning P < α, while t calculate sistole 16,500 and t count diastole 8,510. t of is tables of 2,262. So that Ho refused and H1 accepted thereby can be concluded that there is influence of watermelon to degradation of blood pressure at patient of hypertension in Orchard of Bendo Asri Countryside of Bendo Sub-Province of Kediri. From breakdown of above can be concluded that effective watermelon to degrade blood pressure at patient of hypertension so that society will exploit cantaloup alternatively as hypertension drug because is easy to got and its cheap price relative. Keyword ; Hypertension, Watermelon PENDAHULUAN
Hipertensi adalah sebuah kondisi medis saat seseorang mengalmi peningkatan tekanan darah diatas normal (Myra Puspitarini,2008). Gaya hidup, faktor lingkungan, pola makan yang tidak terkontrol, obesitas, perokok, stres, konsumsi garam berlebih dan kurang olahraga, merupakan pencetus awal tekanan darah tinggi. Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain semakin meningkatnya penderita hipertensi. Menurut WHO Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa, atau setara dengan 26,4 % populasi orang dewasa. Angka prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar 2007 mencapai 30 % dari populasi. Dari jumlah itu, 60 % penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu di galakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan hipertensi. Sedangkan jumlah penderita hipertensi di kabupaten kediri mencapai 17.424 penderita pada tahun 2010 (Dinkes Kabupaten Kediri). Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala.
Dari Gaya hidup, faktor lingkungan, pola makan yang tidak terkontrol, obesitas, perokok, stres, konsumsi garam berlebih dan kurang olahraga merupakan pencetus awal tekanan darah tinggi (Myra Puspitarini,2008). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun seorang dengan tekanan darah normal. Karena harga obat mahal masyarakat banyak yang memilih kembali ke alam dalam pola hidupnya. Mereka banyak yang memilih kembali ke alam atau yang bisa disebut back to nature karena pertimbangan ekonomis. Dengan mengkonsumsi makanan alami badan akan lebih sehat dibandingkan dengan mengkonsumsi makanan cepat saji yang sekarang banyak beredar. Adapun menyangkut pengobatan, masyarakat juga sudah mulai melirik kembali bahan-bahan alami, misalnya tumbuh-tumbuhan atau buah-buahan banyak dicari orang untuk pengobatan misalnya seperti buah semangka ini. Semangka mengandung banyak kalium, kalsium, magnesium dan fosfor yang bersifat diuretik. Selain untuk menurunkan darah tinggi masih banyak juga manfaat lainnya yaitu menurunkan demam, haus disertai mulut kering, napas berbau, nyeri sewaktu kencing, perut kembung karena banyak gas, susah buang air besar.( Dt Awan,2009).
Melihat pemaparan konsep diatas, maka peneliti ingin membuktikan kebenaran buah semangka untuk menurunkan tekanan darah sehingga masyarakat tahu cara memanfaatkan semangka untuk mengobati hipertensi. Dan sebagai tenaga kesehatan, kita sudah seharusnya dapat memberi pendidikan kesehatan pada masyarakat
tentang bahaya hipertensi memberikan penyuluhan untuk
dan
menggunakan semangka sebagai alternatif selain obat-obatan.
Penelitian ini untuk dilaksanakan pada tanggal 30 April sampai dengan 16 Mei 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien RSIA Aura Syifa
Gampengrejo Kediri Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian pasien RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kediri pada 30 April sampai dengan 16 Mei 2009 dengan metode simple random sampling.
Kepuasan Pasien Sanga t Puas F
1
4
1
6
3,1%
12,5 %
3,1%
18,8%
F
5
15
1
21
%
15,6%
46,9 %
3,1%
65,6%
Cukup
Kuran g
Total
Tidak Puas
%
Baik Mutu Pela yana n
Pua s
F
4
1
0
5
%
12,5%
3,1 %
,0%
15,6%
F
10
20
2
32
%
31,3%
62,5 %
6,3%
100,0%
Total
1. Pelaksanaan Pelayanan Prima Oleh Bidan dalam Dimensi Interpersonal Relathionship di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kabupaten Kediri. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pelayanan Prima Oleh Bidan Dalam Dimensi Interpersonal Relationship di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kabupaten Kediri Pelaksanaan pelayanan prima Baik Cukup Kurang Tidak baik Total
2.
3.
Jumlah
Prosentase
6 21 5 0 32
19% 65% 16% 0% 100%
Kepuasan Pasien di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kabupaten Kediri. Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kabupaten Kediri Kepuasan pasien Sangat puas Puas Tidak puas
Jumlah
Prosentase
10 20 2
31% 63% 6%
Sangat puas Total
0
0%
32
100%
tidak
Hubungan Pelaksanaan Pelayanan Prima Oleh Bidan Dalam Dimensi Interpersonal Relationship Dengan Kepuasan Pasien Tabel 4.1.Tabulasi Silang Hubungan Pelaksanaan Pelayanan Prima Oleh Bidan Dalam Dimensi Interpersonal Relationship Dengan
Kepuasan Pasien Di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kabupaten Kediri
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan spearman rank diketahui bahwa besarnya nilai rho hitung adalah sebesar 0,404. Sedangkan nilai rho tabel untuk sampel penelitian 32 orang dengan 5% tidak tercantum, sehingga dipergunakan nilai P-Value sebesar 0,022. Karena P-Value < maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan pelaksanaan pelayanan prima oleh bidan dalam dimensi Interpersonal Relationship dengan kepuasan pasien di RSIA Aura Syifa di Gampengrejo Kabupaten Kediri. B. Pembahasan 1. Pelaksanaan Pelayanan Prima Oleh Bidan Dalam Dimensi Interpersonal Relathionship di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kediri Berdasarkan hasil penelitian pada 32 orang pasien RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kediri diketahui sebagian besar pasien merasa pelayanan prima yang diberikan oleh bidan dalam dimensi interpersonal relationship di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kabupaten Kediri adalah baik, yaitu 6 orang (19%), 21 orang (65%) cukup, 5 orang (16%) kurang dan tidak ada yang menilai tidak baik. Dimensi hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dan pasien, manager dan petugas, dan antara tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antar manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara: menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsif, dan
memberikan perhatian. Mendengarkan keluhan dan berkomunikasi secara efektif juga penting. Hubungan antar manusia yang baik akan mempunyai andil yang besar dalam konseling yang efektif (Wijono, 2002 : 121). Interpersonal Relationship merupakan salah satu kebutuhan bagi pemberi layanan kesehatan. Interpersonal Relationship, yaitu kemampuan mengembangkan sensitivitas, sikap, minat dan perasaan dalam berinteraksi dengan pihak lain. Perilaku kunci pemberi layanan kesehatan meliputi menjaga harga diri orang lain pada saat berinteraksi, menunjukkan antusiasme saat berkomunikasi dengan orang lain dan menjalin hubungan baik dengan orang lain secara berkesinambungan. Dengan memiliki perilaku yang mencerminkan interpersonal relationship maka akan memberikan nilai tambah (value added) bagi konsumen sehingga konsumen tidak sekedar puas akan tetapi loyal. Kondisi ini akan semakin baik jika disertai dengan manajemen hubungan dengan konsumen (consumer relationship management). Kondisi yang sama ditemui di RSIA Aura Syifa, semakin baik perilaku pemberi layanan dalam konteks interpersonal relationship maka semakin loyal konsumennya. Berdasarkan anamnesa dengan bidan di RSIA Aura Syifa diketahui bahwa pelayanan yang cukup baik tersebut disebabkan karena pemberi layanan dalam hal ini bidan telah mendapatkan pembekalan awal tentang tata cara pemberian layanan yang bersifat personal melalui berbagai pelatihan. Hal ini menyebabkan pemberi layanan
2.
dapat mengerti tata cara pemberian layanan yang bersifat personal. Selain itu pendidikan bidan yang sebagian besar adalah D3 Kebidanan. Menurut Pusdiknakes (2007), pendidikan bagi tenaga kesehatan adalah bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan maka dengan tingkat pendidikan D3 kebidanan, bidan mengerti tentang cara berkomunikasi secara baik dengan pasien karena telah mendapatkan pembelajaran tentang komunikasi terpeutik pada saat berkuliah. Berdasarkan kondisi ini maka sangat direkomendasikan bagi bidan di RSIA Aura Syifa yang masih memiliki pendidikan P2B untuk meningkatkan ketrampilannya melalui pelatihan atau pendidikan formal D3 kebidanan. Selain melalui pendidikan, peningkatan kemampuan responden dapat dicapai melalui pelatihan kepada para bidan tentang pelayanan prima. Kepuasan Pasien di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kabupaten Kediri. Berdasarkan hasil penelitian pada 32 orang pasien RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kediri diketahui kepuasan sebagian besar responden terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kediri adalah puas, (31%) merasa sangat puas, (63%) merasa puas, (6%) merasa tidak puas dan tidak ada yang merasa sangat tidak puas. Kepuasan dalam kategori puas pada sebagian besar responden dapat disebabkan oleh mutu
pelayanan yang sebagian besar dalam taraf cukup (65%). Untuk Pasien dan Masyarakat, mutu pelayanan berarti suatu empathi, respek dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berkunjung. Pada umumnya mereka ingin pelayanan yang mengurangi gejala secara efektif dan mencegah penyakit, sehingga mereka beserta keluarganya sehat dan dapat melaksanakan tugas mereka seharihari tanpa gangguan fisik (Wijono, 2000 : 39). Berdasarkan hasil anamnesa dengan responden di RSIA Aura Syifa kepuasan dalam taraf cukup disebabkan oleh kondisi pelayanan yang diberikan cenderung biasabiasa saja tidak ada nilai tambah tersendiri, misalnya fasilitas untuk keluarga. Kondisi ini tertutupi oleh tariff yang dikenakan pihak RSIA yang cenderung lebih murah dibandingkan dengan RSIA yang lain. Upaya peningkatan kepuasan pasien dilakukan dengan meningkatkan dimensi pelayanan antara lain dengan meningkatkan kompetensi teknis, mempermudah akses terhadap pelayanan, meningkatkan efektifitas pelayanan, menjamin kontinuitas pelayanan, memberikan rasa aman kepada pasien dan keluarganya, membangun interpersonal relationship dengan pasien dan keluarganya serta memberikan kenyamanan kepada pasien dan keluarganya (Wiyono, 2000 : 39). Walaupun menurut perspektif pasien mutu layanan menunjukkan cukup akan tetapi masih banyak pasien yang memberikan nilai
3.
kurang. Hal ini disebabkan karena pelayanan RSIA Aura Syifa terstrata berdasarkan pembiayaan yang disediakan oleh pasien. Adanya pembagian kelas layanan menyebabkan perbedaan kepuasan pasien, dimana pasien dengan kelas yang lebih tinggi akan lebih mudah dipuaskan dibandingkan dengan pasien dengan kelas pelayanan yang lebih rendah. Kondisi ini tentunya tidak menguntungkan karena muncul ketimpangan pada pasien, karena interpersonal relationship tidak membutuhkan modal kapital maka diharapkan pihak rumah sakit memberikan cara pelayanan dengan kualitas yang sama. Pada pasien yang merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan karena pasien merasa bahwa kebutuhannya untuk diperhatikan oleh bidan sudah dapat dipenuhi oleh bidan, kondisi ini disebabkan karena pengalaman bidan dalam menghadapi ibu bersalin di RSIA Aura Syifa ratarata sudah banyak sehingga dapat memperlakukan pasien dengan baik, akibatnya pasien merasa terperhatikan. Pengalaman yang dimiliki oleh bidan menyebabkan bidan pernah berhadapan dengan pasien yang menunjukkan ketidakpuasan termasuk masalah yang menyebabkannya kondisi ini menyebabkan bidan berusaha menghindari permasalahan tersebut. Hubungan Pelaksanaan Pelayanan Prima oleh Bidan dalam dimensi Interpersonal Relathionship dengan Kepuasan Pasien di RSIA Aura Syifa di Gampengrejo Kabupaten Kediri. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan spearman rank diketahui bahwa besarnya nilai rho hitung adalah sebesar 0,404.
Sedangkan nilai rho tabel untuk sampel penelitian 32 orang dengan 5% tidak tercantum, sehingga dipergunakan nilai P-Value sebesar 0,022. Karena P-Value < maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan pelaksanaan pelayanan prima oleh bidan dalam dimensi Interpersonal Relationship dengan kepuasan pasien di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kabupaten Kediri. Hasil tabulasi silang menunjukkan pada mutu pelayanan baik, sebagian besar responden merasa cukup puas (4%), sedangkan pada mutu pelayanan cukup sebagian besar responden merasa cukup puas (46,9%) dan pada mutu pelayanan kurang sebagian besar responden memiliki kepuasan yang baik (12,5%). Sedangkan menurut (Kotler dan Armstrong, 1997 : 77), menyatakan bahwa kepuasan pelanggan pada suatu pembelian tergantung pada relatif kinerja produk bagi harapan pembeli. Seorang pelanggan mungkin mengalami berbagai tingkat kepuasan. Bila kinerja produk tidak sesuai dengan harapan, pelanggan akan merasa tidak puas. Bila kinerja melampaui harapan, pelanggan amat puas atau bergairah. Sebuah perusahaan mungkin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan menurunkan harga atau meningkatkan pelayanan. Dimensi hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dan pasien, manager dan petugas, dan antara tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antar manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara: menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsif, dan
memberikan perhatian. Kondisi ini akan memberikan rasa percaya dari pasien yang berujung pada terciptanya kepuasan pada pasien, yang akan menyebabkan pasien lebih loyal dan menggunakan jasa yang disediakan secara kontinyu (Wiyono, 2000 : 44). Dengan memiliki perilaku yang mencerminkan interpersonal relationship maka akan memberikan nilai tambah (value added) bagi konsumen sehingga konsumen tidak sekedar puas akan tetapi loyal. Kondisi ini akan semakin baik jika disertai dengan manajemen hubungan dengan konsumen (consumer relationship management). Kondisi yang sama ditemui di RSIA Aura Syifa, semakin baik perilaku pemberi layanan dalam konteks interpersonal relationship maka semakin loyal konsumennya. Untuk itu maka bagi tenaga medis di RSIA Aura Syifa sangat dibutuhkan perilaku yang mencerminkan interpersonal relationship sehingga pasien merasa lebih diperhatikan kepentingannya. Dengan merasa diperhatikan kepentingannya maka pasien akan merasa lebih puas. Penerapan consumer relationship management akan menyebabkan pasien lebih loyal kepada RSIA Aura Syifa karena dengan manajemen ini maka setiap proses interaksi antara pasien dengan RSIA akan selalu dicatat, sehingga kebutuhan-kebutuhan pasien dapat diketahui dengan baik oleh pihak RSIA akibatnya penyediaan jasa yang diberikan RSIA sesuai dengan kebutuhan pasien. Hal ini akan sempurna ketika pemenuhan kebutuhan pasien tersebut dilakukan dengan melakukan pelayanan yang
bersifat pribadi, sehingga pasien akan semakin nyaman. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak semua pelayanan baik menghasilkan kepuasan pasien yang baik, atau sebaliknya pelayanan yang kurang menyebabkan pasien kurang puas. Menurut (Kotler, 1999 : 6) definisi dari kepuasan adalah, suatu tingkatan seseorang merasakan perbedaan yang timbul dari membandingkan kinerja (hasil) yang diterima dengan harapan. Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Pelanggan dapat mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasan yang umum. Kalau kinerja dibawah harapan, pelanggan kecewa. Kalau kinerja sesuai harapan, pelanggan puas. Kalau kinerja melebihi harapan, pelanggan sangat puas, senang atau gembira. Faktor lain yang menjadi penyebab adanya responden yang mendapatkan pelayanan yang kurang baik akan tetapi memiliki kepuasan yang baik (12,5%). Kondisi ini dapat diebabkan oleh harapan pasien yang tidak terlalu tinggi, misalnya pasien tidak mengharapkan perhatian yang berlebihan dari bidan mengingat biaya yang dikeluarkan cukup murah. Hal inilah yang menyebabkan walaupun pelayanan yang diberikan kurang akan tetapi pasien kepuasan pasien baik.
A.
Kesimpulan 1. Sebagian besar pasien merasa pelayanan prima yang diberikan oleh bidan dalam dimensi interpersonal
2.
3.
relationship di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kabupaten Kediri adalah cukup, yaitu 65%. Kepuasan sebagian besar responden terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kediri adalah puas, yaitu 63%. Ada hubungan pelaksanaan pelayanan prima oleh bidan dalam dimensi Interpersonal Relationship dengan kepuasan pasien di RSIA Aura Syifa Gampengrejo Kabupaten Kediri.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
9.
Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Darwis, Sudarwan Danim. (2003). Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Depkes RI. (2000). Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Jakarta : Depkes RI. Dharmmesta, Swatsa Bashu dan Handoko, T. Hani, (2000). Manajemen Pemasaran. Yogyakarta : BPFE. Direktorat Jendral Pelayanan Medis Departemen Kesehatan RI (2005). Perkembangan Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Jakarta : Jurnal Cermin Dunia Kedokteran. Dwiprahasto, Iwan. (2008). Mutu Pelayanan Yang Berorientasi Pada Patient Safety. Jakarta : DKK-BPP. Handoko, T. Hani. (2000). Manajemen Jilid II. Yogyakarta : BPFE. Mahadewa, (2004). Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Kepuasan Pelayanan Rumah Bersalin. Medan : USU Digilab. Mukti, (2004). Pelayanan Jasa Kesehatan. Jakarta : Kompas Cyber Media.
10. Notoatmojo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. 11. ____________. (2005). Dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Rhineka Cipta. Hal 79 – 209. 12. Nurseno, (2007). Kopetensi Dasar Sosiologi 1. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri 13. Pratiknya, Ahmad Watik. (2003). Dasardasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 14. Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Status Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
15. Stanton, W.J, (1991), Prinsip Pemasaran, Edisi Ketujuh, Jilid I, Jakarta : Penerbit Erlangga 16. Suryawati, C. Dharmanto. (2008). Penyusunan Indikator Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit di Propinsi Jawa Tengah. Yogyakarta : Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 17. Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. 18. Wiyono, Djoko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.