PENGARUH RONGGA PADA DINDING BATAKO TERHADAP SUHU RUANG DALAM Mochamad Hilmy dan Indrayadi Program Studi Arsitektur, Jurusan Teknik Arsitektur Politeknik Negeri Pontianak Email :
[email protected]
Abstract: Building is one of the basic human needs , especially for residential functions . In the era around 1980 , indonesia introduced in building materials which is expected to help to meet the basic human needs , namely brick . The building block is relatively lightweight building materials by providing a cavity in the middle , so as to reduce the overall development costs . Indonesia has a humid tropical climate makes the air temperature is high enough . This affects the thermal comfort in the building space . The use of brick walls have due to rising air temperature in the chamber that surrounds mainly in the afternoon until evening . The hypothesis that emerges is the presence of cavities in the walls of the thermal store and increase the temperature in the room . This study will be conducted with the prototype measurements to obtain the data and analysis to obtain the ideal composition . The independent variable in this study is the treatment of cavities in the wall -forming material , while the permanent variable is the temperature in the room . This assessment matches that brick solid is able to get a lower air temperature in the room in comparison to normal brick. Keywords: walls, brick, cavity, temperature, room Abstrak: Bangunan gedung merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, terutama untuk fungsi hunian. Pada era sekitar tahun 1980, di indonesia diperkenalkan bahan bangunan yang diharapkan dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia tersebut, yaitu batako. Batako tersebut merupakan bahan bangunan yang relatif ringan dengan memberikan rongga di tengahnya, sehingga dapat mengurangi biaya pembangunan secara keseluruhan. Indonesia yang memiliki iklim tropis lembab menjadikan suhu udara cukup tinggi. Hal tersebut mempengaruhi kenyamanan termal ruang dalam bangunan. Penggunaan dinding batako memiliki akibat meningkatnya suhu udara di dalam ruang yang dikelilinginya terutama pada sore hingga malam hari. Hipotesis yang muncul adalah keberadaan rongga di dalam dinding menyimpan termal dan meningkatkan temperatur ruang dalam. Kajian ini akan dilakukan dengan pengukuran prototipe untuk mendapatkan data dan dilakukan analisa untuk mendapatkan komposisi yang ideal. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan terhadap rongga di dalam material pembentuk dinding, sedangkan variabel tetapnya adalah temperatur ruang dalam. Pengkajian ini mendapatkan hasil bahwa material batako yang solid mampu mendapatkan temperatur udara lebih rendah di ruang dalam dibandingkan batako normal. Kata kunci : dinding, batako, rongga, suhu, ruang dalam
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
PENDAHULUAN Bangunan gedung merupakan salah satu
hunian
atau
tempat
tinggal,
kegiatan
kebutuhan pokok manusia untuk mewadahi
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
aktifitasnya, terutama untuk
fungsi hunian.
budaya, maupun kegiatan khusus. Pada era
Undang-undang Republik Indonesia nomor 28
sekitar tahun 1980, di Indonesia diperkenalkan
tahun
bahan
2002 menyatakan bahwa
bangunan
bangunan
yang
diharapkan
dapat
gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
membantu untuk memenuhi kebutuhan pokok
konstruksi
tempat
manusia tersebut, yaitu batako. Batako tersebut
seluruhnya
merupakan bahan bangunan yang relatif ringan
berada di atas dan/ atau di dalam tanah dan/
dengan memberikan rongga di tengahnya.
atau
Kelebihannya tersebut menjadikan beban yang
yang
kedudukannya,
air,
yang
menyatu sebagian
berfungsi
dengan atau
sebagai
tempat
Pengaruh Rongga Pada Dinding Batako Terhadap Suhu Ruang Dalam – Mochamad Hilmy, dkk
15
ditumpu oleh struktur bangunan menjadi kecil
menjadikan udara yang telah terkena radiasi
sehingga dapat mengurangi dimensi struktur
panas matahari terjebak tanpa dapat tersalur
dan diikuti oleh biaya pembangunan secara
keluar secara lancar. Penelitian terhadap bata
keseluruhan yang relatif lebih murah. Indonesia
berongga telah dilakukan beberapa kali di
yang memiliki iklim
beberapa tempat. Brick Industry Associate pada
tropis
lembab
karena
posisinya di belahan bumi menjadikan suhu
tahun
udara
(1994)
terhadap dinding berongga yang ditujukan untuk
menyatakan bahwa kenyamanan termal di
mengalirkan/ menguapkan kelembaban udara
cukup
tinggi.
Lippsmeir
0
1999
pernah
melakukan
pengkajian
sekitar daerah khatulistiwa adalah 22,5~29 C
yang ada di dalam ruangan. Masonry Advisor
dengan kandungan kelembaban 20~50%.
Council pada tahun 2002 pernah melakukan
Pengggunaan
dinding
batako
pada
pengkajian
terhadap
material
ini
dikaitkan
bangunan gedung memiliki akibat meningkatnya
dengan
suhu udara di dalam ruang yang dikelilinginya
mencegah bahaya kebakaran serta sebagai
terutama pada sore hingga malam hari. Radiasi
upaya untuk menjaga agar suhu udara di dalam
matahari yang masuk dan diterima oleh bumi
bangunan tetap hangat.
dan
isinya
perlakuan,
akan yaitu
mendapatkan diserap,
pemanfaatannya
sebagai
upaya
beberapa
dipantulkan
dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
diteruskan (disalurkan). Perlakuan tersebut juga
Lokasi
penelitian
memiliki
kondisi
terjadi pada material bangunan gedung. Aspal
topografi yang datar dan berada di sekitar garis
dan semen memiliki daya serap terhadap radiasi
khatulistiwa.
matahari yang besar (Hough, 1984). Norbert
tingginya suhu udara yang ada di lokasi. Suhu
Lechner
Cooling,
udara ruang luar yang tercatat selama penelitian
Lighting (p: 76) menyampaikan bahwa faktor
berkisar dari 260C hingga 360C, dengan rata-
utama
terbentuknya
rata 29,7 C. Kecepatan angin tertinggi yang
kenyamanan termal meliputi metabolisme tubuh
berhembus di lokasi berkisar 1,5 m/s dan rata-
(aktifitas), pakaian, temperatur udara, radiant
ratanya adalah 0,7 m/s. Kondisi lokasi yang
dalam
yang
bukunya
Heating,
berpengaruh
menjadikan
semakin
0
relatif lapang sehingga diharapkan kecilnya
Marylis
pengaruh lain (keragaman variabel) terhadap
Ramos (dalam Edward Ng, 2010, p: 110) bahwa
hasil pengukuran. Prototipe dibuat perlakuan
untuk mengukur kenyamanan termal dapat
terhadap material dinding yaitu pada perlakuan I
menggunakan ASV (actual sensation votes).
merupakan prototipe dengan perlakuan normal
Metode ASV memiliki beberapa parameter,
atau dinding dengan rongga seperti yang
yakni: globe temperature, wind Speed, relative
tersedia di pasaran selama ini. Perlakuan
humidity
temperature.
berikutnya (II) yakni dengan cara membuat bata
disampaikan
solid dengan cara mengisi rongganya dengan
tersebut, peran udara yang dikombinasikan
semen. Posisi dan orientasi keduanya juga
dengan radiasi pada material cukup besar.
diperlakukan sama.
kelembaban.
dan
Berdasarkan
Koen
Steemers
mean apa
udara,
ini
tingkat
temperature,
kecepatan
Hal
radiant
yang
telah
dan
Hipotesis yang muncul adalah keberadaan rongga di dalam dinding yang berisi udara
Pengukuran dilakukan terhadap suhu baik suhu
ruang
dalam
16 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 16 – Januari 2014, hal: 15 – 20
maupun
luar.
Hasil
pengukuran menunjukkan adanya perbedaan
menurunkan
suhu. Perbedaan suhu yang perlu dianalisa
prototipe yang berdimensi kecil dan beratapkan
adalah antara suhu luar dan ruangnya. Analisa
seng
awal ini penting karena guna mengetahui
pengaruh
dampak yang terjadi di ruang dalam bangunan.
material atap tersebut. Kondisi di prototipe
Suhu
dengan
di
dalam
terlihat
pada
gambar
1
suhu
gelombang
udara
luar.
menjadikan
radiasi
yang
perlakuan
Bangunan
turut
adanya
dipancarkan
dapat
dilihat
oleh
bahwa
menunjukkan ruang dalam lebih tinggi suhunya.
sepanjang hari dari pagi hingga sore hari, suhu
Hal ini disebabkan karena di luar dipengaruhi
udara di dalam ruang berada jauh di atas suhu
oleh
ruang luar.
adanya
angin
yang
cukup
untuk
Perbandingan suhu luar dan dalam pada perlakuan I 34,0 33,0
suhu
32,0 31,0 suhu luar 30,0
suhu ruang
29,0 28,0 27,0 7:00
9:00
11:00
13:00
15:00
17:00
Gambar 1. Perbandingan antara suhu ruang dalam dan ruang luar pada perlakuan bata normal
Pada pagi hari, suhu udara di dalam
tersebut.
bangunan tersebut sengaja tidak
bangunan tidak berbeda jauh dengan suhu di
dibuatkan vetilasi yang lebar agar tidak terjadi
luar bangunan. Puncak suhu tertinggi terjadi
pengaruh angin yang dinamis terhadap hasil
pada siang hari sekitar pukul 13:00, kemudian
pengukuran suhu ruang dalamnya. Dampak dari
mulai turun hingga sore hari, namun tetap di
radiasi matahari yang menimbulkan efek termal
atas suhu ruang luar. Berdasarkan data hasil
di dalam bangunan tersebut tidak terganggu
pengukuran tersebut, dapat dianalisa bahwa
oleh
adanya radiasi yang diterima oleh material
dengan prototipe selanjutnya tidak terlalu cepat
dinding dan atap memiliki pengaruh besar
terjadi perubahan.
angin
sehingga
ketika
dibandingkan
terhadap apa yang terjadi di dalam bangunan
Pengaruh Rongga Pada Dinding Batako Terhadap Suhu Ruang Dalam – Mochamad Hilmy, dkk
17
perbandingan suhu luar dan dalam pada perlakuan II 34,0 33,0
suhu
32,0 31,0 suhu luar 30,0
suhu ruang
29,0 28,0 27,0 7:00
9:00
11:00
13:00
15:00
17:00
Gambar 2. Perbandingan antara suhu ruang dalam dan luar pada perlakuan bata solid
menunjukkan
terhambat karena ketebalan dinding. pada siang
bahwa suhu udara ruang luar dan ruang dalam
hari merupakan puncak suhu udara di dalam
pada perlakuan II terjadi beberapa waktu yang
ruang sebelum menurun mengikuti turunnya
suhunya mendekati. Seperti halnya di perlakuan
suhu udara di ruang luarnya. Kenaikan suhu
I, di perlakuan II ini suhu udara luar selalu di
udara pada pagi hari di dalam lebih ruang stabil
bawah suhu ruang dalam. Hal ini dipengaruhi
dibandingkan penurunan suhunya pada sore
oleh adanya peran hembusan angin. Pada pagi
hari. Hal ini menunjukkan bahwa masuknya
hari suhu ruang luar dan dalam sangat dekat,
pengaruh termal ke dalam bangunan lebih
begitu juga pada saat menjelang siang hari. Hal
lambat dari pada keluarnya udara panas yang
ini
sudah berada di dalamnya.
Data
karena
hasil
pengukuran
perambatan
suhu
udara
agak
Perbandingan suhu rung dalam pada perlakuan I dan II 34,0 33,0
suhu
32,0 31,0 I 30,0 II 29,0 28,0 27,0 7:00
9:00
11:00
13:00
15:00
17:00
Gambar 3. Perbandingan antara suhu ruang dalam pada perlakuan bata normal dan solid.
18 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 16 – Januari 2014, hal: 15 – 20
Kedua
perlakuan
tersebut
jika
KESIMPULAN
dikomparasikan menghasilkan data yang sedikit
Kesimpulan yang didapatkan adalah suhu
terdapat perbedaan. Pada dasarnya secara
udara di luar akan ditransfer ke dalam bangunan
garis besar keduanya memiliki kecenderungan
melalui material selimut bangunan. Bentuk dan
yang sama, yaitu puncak suhu tertinggi berada
komposisi material dinding memiliki dampak
di siang hari sekitar pukul 13:00 kemudian
yang
mengalami
pada
dalamnya. Keberadaan rongga yang tertutup di
perlakuan II terasa lebih stabil dibandingkan
dalam dinding batako menjadikan suhu udara di
perlakuan I. peningkatan suhu udara di dalam
dalam
ruang bangunan dengan perlakuan I memiliki
dibandingkan dinding solid. Dinding dengan
kecenderungan
material bata semen yang solid lebih setabil
memiliki
penurunan.
lebih
puncak
Kenaikan
cepat
panas,
ketinggian
suhu
namun yang
berbeda
ruangan
terhadap
lebih
suhu
cepat
dalam peningkatan suhu
udara
di
meningkat
yang disebabkan
mendekati. Secara keseluruhan, Perlakuan I
pengaruh radiasi matahari dari ruang luar
memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan
karena memiliki ketebalan. Hal ini terjadi pada
pada perlakuan II. Perbedaan suhu tersebut
saat
terlihat jelas agak kontras pada saat setelah
melepaskannya. Udara yang dapat menjadi
pagi hari menuju siang hari. Peristiwa ini
media perambatan dan penyimpan kalor akan
menunjukkan bahwa di perlakuan II dinding
memberikan dampak yang berbeda jika udara
lebih stabil dan perlahan meneruskan radiasi
tersebut tertutup seperti halnya batako atau
panas
bangunan,
terhubungkan dengan ruang luar, dengan kata
dibandingkan perlakuan I. Pada siang menuju
lain perilaku udara sangat berkaitan dengan
sore hari data hasil pengukuran menunjukkan
suhu udara yang ada.
matahari
ke
dalam
menerima
kalor
maupun
ketika
Saran terhadap penelitian selanjutnya
antara perlakuan I dan perlakuan II saling berhimpit. Suhu udara di sore hari tersebut
adalah
meskipun berhimpit, namun data perlakuan I
permukaan prototipe, sehingga mendapatkan
dan II menunjukkan suhu udara ruang dalam
data yang lebih signifikan perbedaan antar
pada perlakuan I lebih tinggi dibandingkan
perlakuan. Penggunaan plafond perlu dilakukan
dengan suhu udara di ruang dalam perlakuan II.
guna mendapatkan hasil yang lebih fokus ke
Rongga udara tertutup yang ada di dalam
material
dinding
menjadikan
perlakuan dapat dikaji untuk mendapatkan
terperangkapnya udara panas yang sudah
parameter lain dalam kenyamanan thermal.
masuk
dengan
Saran yang diperuntukan masyarakat umum
perlakuan II yang tidak memiliki rongga tertutup
adalah dinding dengan material bata solid lebih
lebih lambat menerima panas, namun stabil
dapat
melepaskannya.
kenyamanan termal dibandingkan penggunaan
batako
sejak
pagi
tersebut
hari.
Prototipe
Ketebalan
dinding
menyebabkan hal ini terjadi, namun karena
dengan
dinding.
mengukur
Kelembaban
diandalkan
dalam
pada
udara
dinding
antar
mendukung
batako.
tebalnya dinding ini juga menyebabkan suhu udara yang ada di dalam meterial batako solid sedikit demi sedikit dilepaskannya.
Pengaruh Rongga Pada Dinding Batako Terhadap Suhu Ruang Dalam – Mochamad Hilmy, dkk
19
DAFTAR PUSTAKA -, 1999, Technical Note on Brick Construction, Brick Masonry Cavity Walls Selection of Materials, Brick Industry Association, Virginia -. 2002, Cavity walls, Design Guide for Taller Cavity Walls, Masonry Advisory Council, America Hough, Michael. 1984. City Form and Natural Process. Van Nostrand Reinhold Company. Great Britain. Lippsmeir, 1994, Bangunan Tropis, Erlangga, Jakarta Lechner, Norberth. 2007. Heating, Cooling, Lighting. John Wiley & Sons Inc. Canada. Ng, Edward. 2010. Designing High Density Cities. For Social & Environmental Sustainable. Earthscan. UK and America. Undang-undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2002
20 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 16 – Januari 2014, hal: 15 – 20