Ilmu dan Teknologi PanganJ.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4Th. 2014
PENGARUH JUMLAH BUBUK KUNYIT TERHADAP MUTU TAHU SEGAR SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG (The Effect of Amount ofTumeric Powder Quality of Tofu at Room Temperature storage) Chandra Ginting 1*, Sentosa Ginting1, Ismed Suhaidi1 1) Program Studi Ilmu danTeknologi Pangan Fakultas Pertanian USU Medan
Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan Kampus USU Medan *e-mail :
[email protected] Diterima :3 November 2014/ Disetujui : 13 Januari 2015
ABSTRACT This study was performed to determine the effect of the addition of turmeric powder on tofu quality at room temperature storage. Method of this study was completely randomized design with two factors i.e.the amount of turmeric powder (K) : (0 %), (2 %), (4 %), and (6 %) and storage time (L) : (0 days), (2 days), (4 days), and (6 days). The analyzed parameters weretotal microorganism, tofu acidity,immersion water acidity, moisture content, ash content, protein content, sensory test (color, aroma, flavor, and texture).Theamount of turmeric powder had highly significant effect on total microorganism, tofu acidity, immersion water acidity, ash content, and sensory test ( color, aroma, flavor, and texture). Storage time (L) hadhighly significant effecton total microorganism, tofu acidity, immersion water acidity, water content, protein content, and sensory test (color, aroma, taste, and texture). Theinteraction of turmeric powder and storage time hadhighly significant effect on total microorganism and color. The best composition which gave the best effect on tofuwas2 % of turmeric powder and 4 daysstorage. Keywords:storage, time, tofu, turmeric powder.
mencegah penyakit jantung, stroke, alzheimer (pikun), dan pembentukan sel darah merah. Tahu kaya akan kandungan protein dan asam amino (Suprapti, 2005). Mutu protein tahu lebih tinggi dari mutu protein kacang kedelai bila ditinjau dari nilai gizinya, mutu protein tahu dapat dilihat dari kandungan asam amino penyusunnya dan daya cernanya.Di antara semua produk olahan kedelai, kandungan asam amino tahu adalah yang paling lengkap seperti yang disarankan FAO/WHO(Fouad dan Hegemen, 2011). Masalah utama pada produksi tahu adalah masa simpan tahu yang relatif sangat singkat, sehingga harus setiap hari diproduksi dengan jumlah terbatas. Tahu termasuk bahan pangan yang cepat mengalami kerusakan.Tahu hanya dapat tahan selama kurang lebih 2 hari tanpa menggunakan bahan pengawet walaupun disimpan pada suhu rendah, yaitu suhu maksimum 15oC. Komposisi tahu yang banyak mengandung protein dan air menyebabkan tahu merupakan media yang cocok untuk tumbuhnya mikroba (Salehhurahman, 2009).Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengawetkan tahu agar tahu dapat disimpan lebih lama pada suhu kamar (Koswara, 2011).
PENDAHULUAN Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak yang bersifat tahunan yang tersebar luas di daerah tropis. Kunyit berasal dari India dan dapat hidup pada ketinggian 1300-1600 m diatas permukaan laut. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab kurkum dan Yunani karkom. Tanaman ini menyerupai jahe tetapi sedikit pahit, kelat dan pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya India, Cina Selatan, Indonesia, dan Filipina (Hapsoh dan Hasanah, 2011). Kunyit termasuk salah satu tanaman suku temu-temuan (Zibgiberacecae) yang banyak ditemukan di pekarangan, kebun, dan di sekitar hutan jati. Kunyit dikenal sebagai penyedap, penetral bau anyir pada makanan dan juga sering dimanfaatkan sebagai ramuan obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Saat ini kunyit sudah dimanfaatkan secara luas oleh industri makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, dan tekstil (Winarto, 2003). Tahu merupakan salah satu produk olahan kacang kedelai, banyak dikonsumsi secara umum.Tahu merupakan unsur penting di dalam makanan sehari-hari di Indonesia karena tahu mengandung asam folat yang bermanfaat
52
Ilmu dan Teknologi PanganJ.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4Th. 2014
Pengawetan tahu dengan memggunakan bubuk kunyit memberikan pengaruh nyata terhadap total mikroba karena senyawa kurkumin yang terdapat dalam kunyit mampu menghambat pertumbuhan mikroba dan juga memberikan cita rasa yang menarik (Nurika dan Endah, 2009).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh jumlah bubuk kunyit terhadap mutu tahu segar selama penyimpanan pada suhu ruang.
dan tanpa bahan pengawet kemudian tahu dicuci dan ditiriskan. Disediakan air 500 ml dan ditambahkan bubuk kunyit dengan masingmasing konsentrasi 0, 2, 4 dan 6%. Dimasukkan tahu sebanyak 3 potong, dengan ukuran tahu yang sama untuk setiap perlakuan. Kemudian tahu di simpan dalam suhu ruang selama 0, 2, 4, dan 6 hari. Dilakukan analisa total mikroba, pH tahu, pH rendaman, kadar air, kadar abu, kadar protein, dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur).Variabel mutu yang diamati adalah total mikroba (Fardiaz, 1992), pH tahu(Apriyantono et al., 1989), pH larutan perendam(Apriyantonoet al., 1989),kadar air(AOAC, 1984), kadar abu(Sudarmadji et al., 1997), kadar protein(Sudarmadji et al., 1989), uji organoleptik warna, aroma, rasadan ujiorganoleptik tekstur (Soekarto,1985).
BAHAN DAN METODA Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahu segar yang diambil dari UMKM tahu di Tanjung Rejo, Medan, rimpang kunyit dengan ukuran sebesar ibu jari diperoleh dari pasar tradisionalPancur Batu. Penelitian ini menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu : Jumlah Bubuk Kunyit (K) dan Lama Penyimpanan pada Suhu Ruang (L) dengan 4 taraf yaitu K0= 0 (b/b), K1= 2 (b/b), K2= 4 (b/b), K3= 6 (b/b) dan Lama Penyimpanan pada Suhu Ruang (L) dengan 4 taraf perlakuan yaitu; L0= 0 hari, L1= 2 hari, L2= 4 hari, L3= 6 hari dengan 2 ulangan. Pembuatan bubuk kunyit: disediakan rimpang induk kunyit yang masih segar, kemudian dipotong dan di kupas dengan menggunakan pisau, lalu di cuci. Kunyit diblansing selama 10 menit dengan menggunakan panci kukusaan dengan suhu 60o, lalu diiris kunyit dengan ketebalan kurang lebih 3 mm dengan menggunakan pisau. Kunyit dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50oC selama 24 jam, lalu dihaluskan dengan menggunakan blender dan kemudian di ayak dengan ayakan 80 mesh.Pengawetan tahu:disiapkan tahu segar yang berkualitas baik
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh jumlah bubuk bawang putih terhadap parameter mutu tahu yang diamati dapat dilihat pada Tabel 1.Pengaruh lama penyimpanan pada suhu ruang terhadap parameter mutu tahu yang diamati dapat dilihat pada Tabel 2. Total mikroba Dari Tabel 1 dan Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah bubuk kunyit dan lama penyimpan pada suhu ruang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total mikroba. Dari Gambar 1 dengan konsentrasi bubuk kunyit 0% dan lama penyimpanan 6 hari memiliki nilai total mikroba tertinggi yaitu 9,89log (CFU/g) dan nilai total mikroba tahu terendah dengan konsentrasi bubuk kunyit 6% dan lama penyimpanan 2 hari yaitu 6,34 (CFU/g).
Tabel 1. Hubunganjumlah bubuk kunyitdengan parameter yang diamati Jumlah bubuk kunyit Parameter K0 (0%) K1 (2%) K2(4%) aA bB 9,36 8,30 7,60cC Total mikroba (logCFU/g) cC bBC 5,38 5,45 5,51bAB pH tahu dC cBC 5,39 5,45 5,52bAB pH larutan perendam aA aA 83,65 83,00 82,19aA Kadar air (%) tahu 1,40dD 2,28cC 3,37bB Kadar abu (%) tahu 9,16aA 9,17aA 9,20aA Kadar protein (%) tahu 4,00aA 2,01dD 2,59cC Uji organoleptik warna tahu aA abAB bcB 2,51 2,39 2,27 Uji organoleptik aroma tahu aA aA aAB 2,17 2,26 2,09 Uji organoleptik rasa tahu 3,61aA 3,51bA 3,37bB Uji organoleptik tekstur tahu
K3 (6%) 6,56dD 5,59aA 5,58aA 82,02aA 3,59aA 9,21aA 2,82bB 2,26cB 1,86bB 3,03cC
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada garis yang sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5%(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%(huruf besar)
53
Ilmu dan Teknologi PanganJ.Rekayasa Pangan dan Pert., Pert. Vol.2 No.4Th. 2014
Tabel 2. Hubunganlama penyimpanan (hari) dengan parameter yang diamati Lama Penyimpanan (hari) Parameter L0 (0hari) L1 (2hari) L2 (4hari) Total mikroba (logCFU/g) 7,67cC 7,93bBC 8,02aAB pH tahu 5,27dD 5,41cC 5,55bB pH larutan perendam 5,37cC 5,38cBC 5,45bB aA bB Kadar air (%) tahu 82,83 82,74 82,67cB Kadar abu (%) tahu 2,58aA 2,61aA 2,67aA Kadar protein (%) tahu 10,76aA 9,71bB 8,77cC Uji organoleptik warna tahu 2,98aA 2,97aA 2,90aA aA bB Uji organoleptik aroma tahu 3,06 2,71 2,66bB Uji organoleptik rasa tahu 3,42aA 2,56bB 1,41cC Uji organoleptik tekstur tahu 3,49aA 3,48aA 3,36bA
L3 (6hari) 8,23aA 5,70aA 5,71aA 82,59dC 2,78aA 7,50dD 2,58bB 1,00cC 1,00dD 3,19cB
Total mikroba (logCFU/g)
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
10.0 9.5 9.0 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 0
L0; ŷ= -0,178L + 9,901 r = -0,991
L1; ŷ== 0,055L + 6,398 r = -0,622
L2;ŷ= -0,116L + 8,665 r = -0,807
0,096L + 7,924 L3; ŷ = -0,096L r = -0,911
2
4
6
Jumlah bubuk kunyit (%) L0=0hari
L1=2hari
L2=4hari
L3=6hari
Gambar1.Hubungan interaksijumlah bubuk kunyit dan lama penyimpanan suhu ruang dengan total mikroba tahu Menurut Sylvia (2008) semakin s besar jumlah bubuk kunyit maka total mikroba tahuakan semakin menurun. Hal ini disebabkan kandungan kurkumin yang terdapat pada kunyit dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.Cara kerja kunyit sebagai bahan pengawet juga sangat ditentukan dari senyawa kurkumin yang bekerja secara efektif dalam menghambat degadasi melalui proses pemecahan protein menjadi molekul-molekul molekul sederhana (seperti asam amino). Pemecahan inilah yang menyebabkan sel- sel membusuk yang disebabkan oleh metabolisme mikroba dan ekstrak kunyit dapat memperlambat metabolisme mikroba.
kurkuminoid yang terkandung dalam kunyit merupakan zat aktif yang bersifat basa pada suasana netral.Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan pada suhu ruang maka pH tahu akan semain meningkat. Hal ini dikarenakan struktur dari pada tahu yang banyak mengandung protein terdegradasi olehmikroorganisme. Menurut Koswara (2011), kenaikan naikan nilai pH tahu disebabkan oleh terbentuknya senyawa-senyawa senyawa hasil penguraian protein oleh mikroba yang bersifat basa seperti amoniak atau NH3. pH Larutan Perendam Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin banyakjumlah bubuk kunyit yang digunakan maka pH air rendaman akan semakin meningkat.. Hal ini dapat disebabkan karena larutan kunyit bersifat basa. Menurut Rukmana (2001), kurkuminoid yang terkandung dalam kunyit merupakan zat aktif yang bersifat basa pada suasana netral.
pH Tahu. Dari Gambar 2di di bawah dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah bubuk kunyit yang digunakan maka pH tahu akan semakin meningkat.. Hal ini disebabkan karena karena kunyit bersifat basa. Menurut Rukmana (2001), (200
54
Ilmu dan Teknologi PanganJ.Rekayasa Pangan dan Pert., Pert. Vol.2 No.4Th. 2014
Dari Gambar 5 dapat dili dilihat bahwa semakin lama penyimpanan pada suhu ruang maka pH air rendaman tahu semakin sema meningkat. Hal ini dikarenakan struktur daripada tahu yang banyak mengandung protein terdegradasi
pH tahu
5.7 5.6 5.5 5.4 5.3 5.2 5.1 5.0
olehmikroorganisme. Menurut Koswara (2011), kenaikan nilai pH air rendamann tahu disebabkan oleh terbentuknya senyawa-senyawa senyawa hasil penguraian protein oleh mikroba yang bersifat basa seperti amoniak atau NH3
ŷ = 0,0681K + 5,31 r = 0,9994
0
2 4 Jumlah bubuk kunyit (%)
6
Gambar 2. 2 Hubunganjumlah bubuk kunyitdengan pH tahu segar
5.8
pH tahu
5.6 5.4
ŷ = 0,1421L + 5,125 r = 0,9996
5.2 5.0
2 4 Lama penyimpanan (hari)
0
6
pH larutan rendaman
Gambar 3. Hubunganlama penyimpananpada suhu ruang dengan pH tahu 5.8 5.6 ŷ = 0,1131K + 4,8006 r = 0,9866
5.4 5.2 5.0 0
2 4 Jumlah bubuk kunyit (%)
6
Gambar 4. Hubungan jumlah bubuk kunyitdengan pH air rendaman
pH air rendaman
5.8 5.6 5.4
ŷ = 0,6631L + 3,4256 r = 0,9842
5.2 5.0 0
2 4 6 Lama penyimpanan (hari) Gambar 5. Pengaruh lama penyimpanan pada suhu ruang dengan pH air rendaman Kadar Air
55
Ilmu dan Teknologi PanganJ.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4Th. 2014
Gambar 6menunjukkanbahwa semakin lama penyimpanan maka kadar air tahuakan semakin menurun. Hal ini dikarenakan protein memiliki kemampuan untuk mengikat air. Menurut Santoso
(2006), semakin rendah kandungan protein, daya ikat air semakin rendah karena protein memiliki gugus hidrofilik yang dapat mengikat air.
84.0 Kadar air (%)
83.5
ŷ= -0,5785L + 84,158 r = -0,9763
83.0 82.5 82.0 81.5 81.0 0
2 4 Lama penyimpanan (hari)
6
Gambar 6.Hubungan lama penyimpanan pada suhu ruang dengan kadar air tahu mineral yang tinggi. Menurut Winarto (2003), bahwa kunyit mengandung mineral berupa kalsium 0,128 g, fosfor 0,268 gram, dan besi 41 g.
Kadar Abu (%) Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwasemakin banyak jumlah bubuk kunyit yang digunakan maka kadar abu semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kunyit mengandung vitamin dan
4.5 4.0 Kadar abu (%)
3.5 3.0 2.5 2.0 1.5
ŷ = 0,7679L + 0,7456 r = 0,973
1.0 0.5 0.0 0
2
4 Jumlah bubuk kunyit (%) Gambar 7.Hubungan jumlah bubuk kunyit dengan kadar abu tahu
6
pada suhu ruang memberikan pengaruhberbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik warna tahu. Semakin lama penyimpanan yang dilakukan dan semakin banyak jumlah bubuk kunyit yang digunakan maka warna kuning tahu menjadi tidak merata. Menurut Koswara (2012), tahu yang sudah rusak oleh aktivitas mikroba akan menimbulkan perubahan warna disekeliling tahu karena terurainya senyawa protein pada tahu sehingga menyebabkan warna tahu berubah menjadi kuning kehijauan ataupun kuning kecoklatan.
Kadar protein (%) Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka kadar protein tahuakan semakin menurun. Hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah mikroorganisme sehingga menyebabkan terjadinya degradasi protein yang terkandung dalam tahu.Menurut Wijana (1993) degradasi protein yang disebabkan oleh mikroorganisme akan membuat kadar protein pada bahan pangan semakin rendah. Nilai Organoleptik Warna Dari Tabel 1 dan Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah bubuk kunyit dan lama penyimpan
56
Ilmu dan Teknologi PanganJ.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4Th. 2014
Kadar protein (%)
11.0 10.5 10.0 9.5 9.0 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0
ŷ= -1,0706L + 11,865 r = -0,9982
0
2 4 Lama penyimpanan (hari)
6
Gambar 8.Hubungan lama penyimpanan pada suhu ruang dengan kadarprotein tahu pangan.Dari Gambar 10dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan pada suhu ruang maka nilai uji organoleptik aroma tahuakan semakin menurun.Hal ini dikarenakan semakin lama waktu penyimpanan maka jumlah mikrobanya semakin banyak.Menurut Raharjo dan Rostiana (2007) yang menyatakan bahwa mikroorganisme pembusuk akan merusak senyawa-senyawa dari protein, hasil perombakan senyawa tersebut akan menghasilkan aroma busuk yang akan mempengaruhi aroma dari pada bahan pangan itu sendiri.
Organoleptik aroma (Numerik)
Nilai Organoleptik Aroma Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa penambahan jumlah bubuk kunyit akan membuat aroma tahu akan semakin menurun. Menurut Muchtadi (2006), adanya kontaminasi mikroba pembusuk pada protein bahan pangan dengan cepat akan memetabolisme senyawa-senyawa organik yang mempunyai bobot molekul rendah, seperti asam amino, dipeptida, asam laktat, dan gula menjadi metabolit-metabolit yang berbau busuk seperti kadaverin, putresin, asam-asam organik, CO2, H2S dan NH3 yang karakteristiknyatergantung pada jenis kebusukan
2.7 2.5 2.3 2.1 ŷ = -0,0749K + 2,5834 r = -0,9981
1.9 1.7 1.5 0
2 4 Jumlah bubuk kunyit (%)
6
Gambar 9.Hubungan jumlah bubuk kunyit dengan nilai uji organoleptik aroma tahu
Nilai Organoleptik aroma (Numerik)
3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0
ŷ = -0,6107L + 3,9229 r = -0,836
0
2 4 Lama penyimpanan (hari)
6
Gambar 10. Hubungan lama penyimpanan pada suhu ruang dengan nilai organoleptik
57
Ilmu dan Teknologi PanganJ.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4Th. 2014
sangat kuat yang tidak disukai oleh kebanyakan masyarakat. Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan pada suhu ruang maka nilai uji organoleptik rasa tahuakan semakin menurun.Hal ini dikarenakan semakin lama waktu penyimpanan maka jumlah mikrobanya semakin banyak. Menurut Supardi dan Sukamto (2009) menyatakan bahwa kemampuan bahan pangan untuk bertahan dari pengaruh luar yang merugikan akan berpengaruh terhadap kandungan gizi bahan pangannya termasuk juga akan mempengaruhi cita rasa dari bahan pangan tersebut.
Nilai Organoleptik Rasa Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah bubuk kunyit maka nilai uji organoleptik rasa tahu semakin menurun.Berdasarkan pendapat panelis, semakin rendah jumlah bubuk kunyit yang digunakan akan menghasilkan rasa yang masih didominasi rasa khas tahu, sehingga diduga panelis lebih menyukai tahu yang masih memilki rasa khas tahu dibanding dengan tahu yang rasanya didominasi dengan rasa kunyit. Yuliana (2008) yang menyatakan bahwa pada umumnya kunyit memiliki rasa yang pahit dan getir yang
Nilai Organoleptik rasa (Numerik)
2.5 2.3 2.1 1.9 ŷ = -0,1084K + 2,3706 r = -0,8225
1.7 1.5
2 4 6 Jumlah bubuk kunyit (%) Gambar 11.Hubungan jumlah bubuk kunyit dengan nilai organoleptik rasa tahu segar
Nilai Organoleptik rasa (Numerik)
0
4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0
ŷ = -0,8414L + 4,2031 r = -0,9860
0
2
4
6
Lama penyimpanan (hari) Gambar 12.Hubungan lama penyimpanan pada suhu ruang dengan nilai organoleptik rasa tahu
maka nilai uji organoleptik tekstur tahu akan semakin menurun. Penurunan ini disebabkan oleh aktivitas air bahan pangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Santoso (2006) yang menyatakan bahwa penurunan tekstur juga disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang mendegradasi protein menjadi senyawa yang lebih sederhana dan menyebabkan kemampuan protein untuk mengikat air akan semakin menurun. Penurunan daya ikat air dari protein tersebut menyebabkan tekstur menjadi lunak.
Nilai Organoleptik Tekstur Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah bubuk kunyit maka nilai uji organoleptik tekstur tahuakan semakin menurun.Kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi tekstur pada tahu sehingga tahu menjadi lunak. Hamid (2012) yang menyatakan bahwa tahu terdiri hampir 80% air, semakin tinggi kadar air dari suatu bahan pangan makan tekstur dari bahan pangan tersebut akan semakin lunak. Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan pada suhu ruang
58
Organoleptik tekstur (Numerik)
Ilmu dan Teknologi PanganJ.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4Th. 2014
3.9 3.7 3.5 3.3 3.1 2.9
ŷ = -0,1884K + 3,8538 r = -0,9561
2.7 2.5
2 4 6 Jumlah bubuk kunyit (%) Gambar 13. Hubungan jumlah bubuk kunyit dengan nilai uji organoleptik tekstur tahu
Organoleptik tekstur (Numerik)
0
3.8 3.7 3.6 3.5 3.4 3.3 3.2 3.1 3.0 2.9
ŷ = -0,051L + 3,538 r = -0,9428 0
2 4 Lama penyimpanan (hari)
6
Gambar 14. Hubungan lama penyimpanan pada suhu ruang dengan nilai uji organoleptik tekstur tahu
Apriyantono, A., D. Fardiaz, L. Puspitasari N. Sedarnawati dan S. Budiyanto, 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. IBPress, Bogor.
KESIMPULAN 1.
2.
Hasil penelitian dari pengaruh jumlah bubuk kunyit terhadap mutu tahu segar selama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap umur simpan tahu yang dapat bertahan maksimal 4 hari. Perlakuan terbaik dengan kombinasi jumlah bubuk kunyit yang optimal adalah jumlah bubuk kunyitkunyit4% dan lama penyimpanan 4 hari. Kerusakan tahu pada masa penyimpanan terlihat pada hari keenam dengan timbulnya lendir, terkstur tidak kompak, adanya aroma asam yamg merupakan tanda-tanda kerusakan tahu.
Fardiaz, S., 1992. Petunjuk Laboratorium Mikrobiologi Pengolahan Pangan. IPBPress, Bogor. Fouad, K.E. andG.D. Hegemen., 1993. Microbiology Spoilage Of Tofu (Soyben Curd). Journal Of Food Protection. Vol 56.No.2, page 157 – 164. Hamid.M, 2012.Kandungan & Manfaat Tahu. Penebar Swadaya, Jakarta. Hapsoh dan Y. Hasanah, 2011.Budidaya Tanaman Obat dan Rempah.USU-Press, Medan.
DAFTAR PUSTAKA AOAC, 1984. Official Methods of Analysis of The Association of Analytical. Chemist, Washington D. C.
http://www.warintek.ristek.go.id1., 2012. Tahu.(12 Oktober 2012).
59
Ilmu dan Teknologi PanganJ.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4Th. 2014
Sutrisno Koswara. Mengawetkan Tahu Tanpa Formalin. Diaskes tanggal 9 April 2012 .http://www.ebookpangan.com/
Alami. [Skripsi].Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
Koswara, S. 2011. Nilai Gizi, Pengawetan dan Pengolahan Tahu. http://www.ebookpangan.com (12 Agustus 2012).
Soekarto, S. T., 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.IPB-Press, Bogor. Sudarmadji, S., 1984.Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Muchtadi, T. R. 2006. Teknologi Proses Pengolahan Pangan.PAU, IPB-Bogor. Nurika, I.danR. L. Endah., 2009. Peningkatan Umur Simpan Tahu menggunakan Bubuk Kunyit.(Skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya Malang.
Supardi, dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan danKeamanan Produk Pangan. Penerbit Alumni, Bandung. Suprapti, L. 2005. Pembuatan Tahu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Raharjo, M. dan O. Rostiana, 2005.Pengawetan dengan Pengawet Alami. http://www.balittro.go.id (18 April 2007)..
Sylvia, T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Gelora Aksara Permata, Yogyakarta. Wijana dan Susinggih. 1993. Optimalisasi Proses Pembuatan Tahu Kajian dari Bahan Penggumpal dan Bahan Pengawet. Universitas Brawijaya, Malang.
Rukmana, R., 2001. Kunyit. Kanisius, Yogyakarta. Santoso, P. 2006. Teknologi Pengawetan Bahan Segar. Naskah Publikasi Uwiga, Malang.
Winarto, W.P. 2003.Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Salehhurahman. 2009.. Pengaruh Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Total Bakteri Pada Tahu. (Skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Yuliana, 2008. Ciri-Ciri dan Kerusakan pada Tahu. TrubusAgriwidya, Yogyakarta.
Sari, A. I. dan Diah Permata., 2009. Kunyit Sebagai Alternatif Bahan Pengawet
.
60