PENGARUH REGULATORY FOCUS, TEMPORAL DISTANCE DAN STRATEGIC ORIENTATION TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN PADA STRATEGI INOVASI DAN IMITASI SERTA KONSEKUENSINYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Dini Ayuandari
ABSTRACT This research aims to test effect of strategic orientation if they are associated with temporal distance and regulatory focus in the choices of imitation, innovation and ambidextrous strategy, and then we test consequences of this strategy to firm performance in the future. To test this study, research use two experimental studies to distinguish the independent variable in each study. First study use experiment of different strategic orientation and temporal distance. And the second study use different strategic orientation and regulatory focus as independent variables. These experiments use between subject method on a set of 240 masters degree student of Magister Management Airlangga University and Gajah Mada University as participant. The result shows that main effect of strategic orientation and temporal distance can make different strategic choice of innovation and imitation strategy. But, the interaction of temporal distance and market orientation cannot make significant difference choice of innovation, imitation and ambidextrous strategy. In these study regulatory focus failed to distinguish the choice of innovation and imitation strategy, this make interaction of regulatory focus and strategic orientation failed to distinguish the choice of imitation, innovation and ambidextrous strategy. This may caused by dynamic external industry of smart phone. Future firm performance of each study has different result. First study shows that innovation strategy will have better firm performance, but second study shows that ambidextrous strategy will have better firm performance in the future. Keywords: temporal distance, strategic orientation, regulatory focus, imitation, innovation, ambidextrous, and firm performance.
PENDAHULUAN Apple dan Samsung adalah dua perusahaan teknologi yang saat ini menduduki peringkat dua besar peringkat global smartphone market share (Vergara, 2012). Berdasarkan Internal Data Corporation (www.idc.com) tahun 2014, pada kuartal keempat tahun 2014 secara global Samsung memiliki pangsa pasar terbesar yaiu
dengan angka 19,9%, kemudian terbesar kedua Apple yang hanya selisih 0,2% dengan angka 19,7%. Perbedaan yang sangat tipis ini membuat keduanya bersaing dengan ketat, namun strategi yang diusung keduanya dalam memenangkan konsumen berbeda. Apple adalah smartphone yang mempopulerkan teknologi layar sentuh yaitu produknya iPhone, kemudian diikuti oleh Samsung yang meluncurkan Samsung Galaxy. Apple adalah contoh perusahaan yang menggunakan strategi inovasi, produk innovatifnya antara lain iPod, iPhone dan iPad. Sedangkan meskipun pada awalnya Samsung melakukan strategi imitasi dari iPhone, kemudian Samsung memodifikasi kembali dengan menambahkan fitur stylus dalam Samsung Galaxy S-nya. Strategi yang digunakan samsung cukup berhasil, terbukti saat ini market share Samsung mengungguli Apple. Strategi yang diterapkan oleh Samsung merupakan strategi simultan antara strategi inovasi dan imitasi, bisa dikatan strategi ambidextrous atau hybrid. Strategi Imitasi sendiri memiliki definisi yaitu fokus strategi perusahaan dalam meniru penawaran pesaing, meskipun perusahaan mengembangkan sesuatu yang baru bagi perusahaan tapi sudah tidak baru lagi bagi pasar (Levitt 1966; Shenkar, 2010). Imitasi adalah mengadopsi inovasi yang dihasilkan oleh perusahaan lain, mengingat hanya ada satu pioneer pada pasar suatu produk (Golder dan Tellis, 1993; Kerin dkk., 1992; Schnaars, 1994). Sebaliknya, inovasi adalah beberapa tahapan dimana perusahaan mentransformasi ide kedalam produk, layanan dan proses yang baru/ yang lebih baik, agar sukses untuk maju, berkompetisi dan membedakan dirinya di pasar (Beregheh, Rowley dan Sambrook, 2009). Menurut Kotler dan Keller (2012) inovasi adalah barang, jasa atau ide yang seseorang persepsikan sebagai sesuatu yang baru, tidak penting berapa lama sejarahnya. Jimenez-Jimenez dan Valle (2011) menyimpulkan bahwa Inovasi adalah adopsi ide dan perilaku baru. Penggunaan strategi iovasi dan imitasi secara simultan ini bisa dikatan sebagai strategi hybrid atau strategi ambidextrous (He dan Wong, 2004). Strategi ambidextrous mirip dengan creative imitation (Lee dan Zhou, 2012) yaitu perusahaan memodifikasi aau menambahan fitur pada produknya sendiri berdasarkan produk asli kompetitor dimana strategi ini terbukti secara signifikan memiliki kinerja keuangan yang lebih kuat. Inovasi dan imitasi memang telah banyak diteliti, namun kebanyakan penelitian yang ada meneliti tentang imitasi dan inovasi level produk atau proses, selain meneiti pada level produk san proses penelitian ini juga akan meneliti pada level strategi karena belum banyak penelitian yang membahas imitasi dan inovasi pada level strategi. Bicara mengenai sebuah strategi tentu dipengaruhi baik faktor ekternal maupun internal, hal ini sering disebut dengan motivational antecedent. Dalam membangun motivational antecedent dari imitasi dan inovasi ini berdasarkan pada konsep motivational orientation yang sering disebut sebagai regulatory focus (Higgins, 1998). Keputusan untuk melakukan imitasi dan inovasi diperngaruhi oleh internal perusahaan, sebut saja budaya perusahaan dan orientasinya. Regulatory focus (Tumasjan dan Braun, 2012) dinyatakan sebagai strategi yang digunakan oleh seseorang (perusahaan) untuk meregulasi/ mengatur perilaku mereka dalam
pencapaian tujuan. Berdasarkan teori regulatory focus (Higgins, 1997), menyatakan bahwa semua perilaku yang mengarah pada tujuan (goal-directed behavior) diatur oleh dua sistem motivasi yang berbeda. Kedua sistem tersebut adalah, promotion dan prevention. Selain menggunakan motivational orientation (regulatory focus), dalam penelitian ini juga akan menggunakan strategic orientation (orientasi strategis) perusahaan sebagai salah satu antecedent dari keputusan inovasi dan imitasi. Dari sisi strategi pemasaran, strategic orientation adalah prinsip yang mempengaruhi kegiatan pemasaran perusahaan dan aktifitas pembuatan strategi perusahaan (Noble dkk., 2002). Strategic orientation ini mengadopsi konsep marke orientatio yang dibangun oleh Narver dan Slater (1990) yang menyatakan bahwamarket orientaion melupiti orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan interfungsi. Perusahaan yang beorientasi pada pelanggan memahami betul target pembelinya dan dapat menciptakan nilai yang superior terus-menerus. Terciptanya nilai superior yang terus berkesinambungan diiringi dengan inovasi. Sebaliknya jika perusahaan berorientasi pada pesaing artinya perusahaan memahami kekuatan jangka pendek dan kelemahan serta kapabilitas dan strategi jangka panjang dari pesaing saat ini dan pesaing potensial. Karakteristik lain yang dapat memanipulasi keputusan stategis inovasi dan imitasi adalah temporal distance. Temporal distance disini, menurut Liberman dan Trope (1998) dalam construal level theory-nya menerangkan bagaimana seseorang mengambil keputusan berkaitan dengan jarak waktu dekat atau jauhnya sebuah outcomes. Dalam teori ini temporal distance didefinisikan sebagai persepsi jarak dari sebuah kejadian dalam waktu tertentu, dapat merubah persepsi seseorang akan sebuah kejadian dengan mengubah cara orang menafsirkan secara mental hal tersebut. Karena temporal distance dapat mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang atau perusahaan maka peneliti berasumsi bahwa temporal distance akan mempengaruhi organisasi atau perusahaan keputusan strategi imitasi dan inovasi. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hult, Hurley dan Knight (2004) telah menguji hubungan positif antara innovativeness dan kinerja bisnis. Dari sisi imitasi Lee dan Zhou (2012) telah menguji pure imitation dan creative imitation terhadap kinerja perusahaan, dan hasilnya creative imitation memiliki dampak yang lebih kuat pada kinerja perusahaan dibandingkan pure imitation. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian oleh Wei, Zhao dan Zhang (2014) dengan judul “Organizational ambidexterity, market orientation and firm performance” meneliti apakah dampak ambidexterity pada kinerja perusahaan berbeda pada perusahaan dengan market orientation proaktif atau responsif. Dalam penelitian ini menggunakan jenis market orientation dari perluasan yang dilakukan oleh Narver, Slater dan MacLachlan (2004) proaktif dan responsif. Penelitian yang dilakukan oleh Hult, Hurley dan Knight (2004) dengan judul “Innovativeness: Its antecedents and impact on business performance” meneliti tentang (1) bagaimana beberapa perusahaan dalam sebuah
industri lebih inovatif dibandingkan lainnya? (2) bagaimana dampak innovativeness terhadap kinerja bisnis? (3)Apakah hubungan antara innovativeness dan kinerja bisnis terhantung dari konteks lingkungan? Dalam penelitian ini Hult, Hurley dan Knight menggunakan variabel market orientation, learning orientation dan entrepreneurial orientation sebagai variabel anteseden dari innovativeness. Kemudian menguji hubungan langsung antara innovativeness terhadap kinerja bisnis. Dalam penelitian ini juga menambahkan dampak moderasi dari lingkungan eksternal bisnis, dengan membedakan lingkungan eksternal yaitu high market turbulance dan low market turbulance. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa innovativeness memiliki hubungan positif terhadap kinerja bisnis, dan variabel antesedennya seperti market orientation, learning orientation dan entrepreneurial orientation memiliki hubungan positif terhadap innovativeness. Strategi Imitasi dan Inovasi Dalam perusahaan, kita mengenal dua aktifitas yaitu eksplorasi dan eksploitasi. Aktifitas eksplorasi terdiri atas aktifitas-aktifitas yang melakukan pencarian (ide, bisnis baru), variasi, pengambilan resiko, eksperimentasi, fleksibilitas, maupun inovasi. Adapun aktifitas eksploitasi merupakan aktifitas-aktifitas perusahaan yang ditujukan untuk memperbaiki metode yang telah ada, seleksi, efisiensi, maupun implementasi (Levinthal dan March, 1993). Dalam penelitian ini, eksplorasi mirip dengan implementasi dari strategi inovasi, sedangkan eksploitasi lebih dekat dengan strategi imitasi. Eksplorasi seperti yang telah dijelaskan yaitu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Inovasi sendiri memiliki pengertian inovasi adalah barang, jasa atau ide yang seseorang persepsikan sebagai sesuatu yang baru, tidak penting berapa lama sejarahnya (Kotler dan Keller, 2012). Jimnez-Jimenez dan Valle (2011) menyimpulkan bahwa Inovasi adalah adopsi ide dan perilaku baru.Inovasi adalah beberapa tahapan dimana perusahaan mentransformasi ide kedalam produk, layanan dan proses yang baru atau yang lebih baik, agar sukses untuk maju, berkompetisi dan membedakan dirinya di pasar (Beregheh, Rowley dan Sambrook, 2009). Persamaan antara inovasi dan eksplorasi adalah sama-sama mencari sesuau yang baru baik pengetahuan maupun ide, perilaku dan produk. Sebaliknya eksploitasi seperti yang telah dijelaskan adalah aktifitas perusahaan yang berorientasi pada penggunaan dan pengembangan pengetahuan yang sudah ada. Pengertian dari imitasi sendiri adalah fokus perusahaan dalam meniru penawaran pesaing, meskipun perusahaan mengembangkan sesuatu yang baru bagi perusahaan tapi sudah tidak baru lagi bagi pasar (Levitt 1966; Shenkar, 2010). Imitasi adalah mengadopsi inovasi yang dihasilkan oleh perusahaan lain, mengingat hanya ada satu pioneer pada pasar suatu produk (Golder dan Tellis, 1993; Kerin dkk., 1992; Schnaars, 1994). Selain kedua aktifitas di atas (eksplorasi dan eksploitasi), peneliti di bidang organisasi juga menemukan bahwa banyak perusahaan yang menggunakan kedua orientasi tersebut secara berimbang – ambidextrous (mis: He dan Wong, 2004; O’Reilly dan Tushman,
2004). Menurut He dan Wong (2004), perusahaan yang ambidextrous mampu mengeksplorasi dan mengeksploitasi secara simultan. Regulatory focus Regulatory focus digambarkan sebagai strategi yang digunakan oleh individu untuk mengatur atau meregulasi perilakunya dalam mencapai tujuan (Tumasjan dan Braun, 2012). Pertama kali dikembangkan oleh Higgins (1997,1998) regulatory focus digambarkan sebagai perbedaan yang besar dalam proses melalui apakah seseorang memiliki mendekati kesenangan atau menghindari rasa sakit atau kerugian.Regulatory focus theory (Higgins, 1997, 1998) membandingkan antara dua prinsip-prinsip motivational yaitu promotion al focus dan prevention focus. Secara spesifik Higgins (1997) menyatakan bahwa seorang memiliki dua sistem selfregulation dasar. Pertama meregulasi pencapaian dari penghargaan dan memfokuskan pada tujuan promotion . Kedua meregulasi penjegahan hukuman atau konsekuensi negatif dan memfokuskan seseorang pada tujuan prevention. Promotion goals menggambarkan “ideal self” dan termasuk harapan, keinginan dan aspirasi, sedangkan prevention goals menggambarkan “ougth self” dan termasuk tanggung jawab, kewajiban dan kewajiban. Masing-masing regulatori fokus memiliki konsekuensi yang berbeda untuk persepsi, decision making, emotion seperti perilaku dan kinerja individu (Higgins, 1997). Orientasi strategis Dari sisi strategi pemasaran, strategic orientation adalah prinsip yang mempengaruhi kegiatan pemasaran perusahaan dan aktifitas pembuatan strategi perusahaan (Noble dkk., 2002). Dalam penelitian Narver dan Slater (1990), kita mengenal orientasi pelanggan (customer oriented) dan orientasi pesaing (competitor oriented) sebagai bagian dari elemen market orientation. Gatignon dan Xuereb (1997) menyebutkan bahwa orientasi strategis terdiri dari orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan orientasi produk. Dalam penelitian ini akan hanya menggunakan orientasi pelanggan dan pesaing untuk membedakan orientasi strategis perusahaan yang akan memberikan pengaruh pada pemilihan strategi imitasi dan inovasi perusahaan. Orientasi pelanggan telah banyak dibahas dan dipercaya dapat memberikan kinerja superior dan keuntungan peusahaan. Orientasi pelanggan adalah pemahaman secara berkelanjutan akan kebutuhan saat ini dan kebutuhan potensial pelanggan yang ditarget dan konsumen dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk menciptakan nilai superior bagi mereka (Narver dan Slater, 1990). Dapat dikatakan bahwa orientasi pelanggan menggambarkan sikap proaktif perusahaan. Lebih jauh Narver dan Slater dan MacLachlan (2004) menyatakan bahwa market orientation terdiri dari dua esensi perilaku. Yang pertama adalah “responsive” market orientation dimana bisnis berusaha mencaritahu, memahami dan memuaskan kebutuhan pelanggan yang telah diekspresikan. Yang kedua adalah “proactive” market orientation dimana perusahaan mencari tahu, memahami dan memuaskan kebutuhan pelanggan yang
belum disadari (latent). Orientasi pelanggan membutuhkan pemahaman seluruh rantai nilai pembeli tidak hanya hari ini begitu juga kedepannya karena hal ini berevolusi dari waktu ke waktu tergantung keadaan internal dan dinamika pasar. Kohli dan Jaworski (1990) menyatakan bahwa orientasi pelanggan termasuk juga mendapatkan informasi tentang kebutuhan dan preferensi pelanggan. Menurut Gatignon dan Xuereb (1997), orientasi pelanggan adalah komitmen perusahaan untuk mengintegrasikan preferensi pelanggan kedalam pengembangan produk dan proses pemasaran. Sedangkan orientasi pesaing adalah komitmen perusahaan untuk mengiterasikan intelegensi pesaing pada pengembangan produk dan proses pemasaran (Gatignon dan Xuereb, 1997). Orientasi pesaing berarti perusahaan memahami kekuatan dan kelemahan jangka pendek serta kapabilitas dan strategi jangka panjang baik pesaing yang sudah ada dan pesaing potensial (Narver dan Slater, 1990). Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing juga merupakan elemen dari orientasi strategis perusahaan. Perusahaan yang berorientasi pada pesaing menentukan kelemahan dan kekuatan merek tidak hanya berdasarkan produk dan pemasaran tapi juga berdasarkan proses dan organisasinya. Orientasi pesaing berarti kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi pesaing, memahami dan merespons kekuatan, kelemahan, kapabilitas dan strategi pesaing, serta secara konstan mencari informasi mengenai pesaing dari pasar (Han dkk., 1998; Im and Workman, 2004; Narver and Slater, 1990). Temporal distance Construal level theory adalah teori pendahulu mengenai bagaimana seseorang membuat keputusan berdasarkan waktu yang dekat atau waktu yang lama (Lieberman dan Trope, 1998). Liberman dan Trope menggunakan “construal level theory” untuk menjelaskan bagaimana perbedaan temporal distance mempengaruhi representasi, evalusi dan preferensi seseorang (Trope dan Lieberman, 2000, 2003). Nadkarni dan Chen (2011) menyatakan bahwa memahami persepsi waktu para eksekutif di perusahaan semakin banyak dibahas dalam ranah strategis. Persepsi ini disajikan sebagai temporal filters atau saringan waktu yang membentuk ekspektasi dan evaluasi dari situasi keputusan dan membentuk dasar pertimbangan keputusan eksekutif yang berhubungan dengan alokasi sumber daya dan prioritisasi serta pengakuan mereka dari waktu dan urgensi dari aktifitas strategis (Das, 1987; Das & Teng, 2001; Mosakowski & Earley, 2000; Shi, Sun, & Prescott, 2012). Kinerja perusahaan Menurut Lee dan Zhou (2012) Kinerja adalah prinsip utama dalam strategi pemasaran, dan kinerja pemasaran dan kinerja keuangan merupakan dua dimensi yang sangat berbeda (Morgan, Vorhies dan Mason, 2009). Kinerja pemasaran menggambarkan efektifitas strategi perusahaan dan biasanya berhubungan dengan market-related goals, seperti pangsa pasar. Kinerja keuangan menggambarkan
profitabilitas perusahaan berdasarkan strategi dan biasanya digambarkan oleh ROI (return of investment), (ROE) return on equitydan lainnya (Lee dan Zhou, 2012). Hubungan Temporal Distance dan Strategi inovasi dan imitasi Pennington dan Roese (2003) membedakan temporal focus menjadi dua, yaitu: temporally distance goal dan proximal goal. Penelitian yang dilakukan oleh March (1991) mengebangkan argumen bahwa proses adaptif dengan menerapkan eksploitasi lebih cepat dibandingkan eksplorasi, kemungkinan menjadi efektif dalam jangka pendek namun akan membahayakan diri sendiri dalam jangka panjang. Maka dapat diartikan bahwa strategi eksploitasi memang lebih menguntungkan dalam jangka pendek, namun untuk jangka panjang strategi eksplorasi lebih menguntungkan. H1: Perusahaan cenderung menggunakan (a) inovasi bilamana mereka berorientasi jangka panjang dan (b) imitasi bilamana mereka berorientasi jangka pendek. Hubungan Regulatory Focus dan Strategi inovasi dan imitasi Penelitian yang dilakukan oleh Das dan Kumar (2011) menggunakan regulatory focus sebagai motivasi perusahaan dalam melakukan aliansi. Dikatakan bahwa regulatory focus memiliki dua fokus, yaitu prevention dan promotion . Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kammerlander dkk. (2014) telah meneliti hubungan antara regulatory focus CEO dengan level eksplorasi dan eksploitasi pada perusahaan UKM di Swiss. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa level promotion CEO berpengaruh positif terhadap eksploitasi dan eksplorasi. Sedangkan level prevention CEO hanya memiliki pengaruh negatif pada level explorasi dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap eksploitasi. Setiap regulatory focus memiliki konsekuensi yang berbeda pada persepsi, pembuatan keputusan dan emosi, sama seperti untuk perilaku individu dan kinerja (Higgins, 1997, 1998). H2: Perusahaan cenderung menggunakan (a) inovasi bilamana mereka mempunyai regulatory focus promosi, (b) imitasi bilamana mereka mempunyai regulatory focus prevensi. Hubungan Strategic orientation dan Strategi inovasi dan imitasi Belum banyak penelitian yang meneliti hubungan antara orientasi strategis pelanggan dan pesaing terhadap strategi inovasi dan imitasi. Namun, orientasi pelanggan dan orientasi pesaing yang dalam penelitian ini disebut dengan strategic orientation merupakan bagian dari market orientation. Telah banyak penelitian yang meneliti hubungan antara market orientation dan strategi inovasi dan imitasi. Salah satunya penelitian Hult dkk. (2004) yang menyatakan adanya hubungan positif antara market orientation dengan firm innovativeness. Karena strategic orientation adalah bagian dari market orientation maka dapa dihipotesi H3: Perusahaan cenderung menggunakan (a) inovasi bilamana orientasi strategis nya nya terhadap pelanggan, (b) imitasi bilamana orientasi strategis nya terhadap pesaing.
Interaksi Strategic Orientation dengan Temporal Distance terhadap Strategi inovasi dan imitasi Berdasarkan March (1991) jika eksploitasi memang efektif dilakukan dalam jangka pendek dan membahayakan dalam jangka panjang maka perusahaan akan lebih maka perpektif waktu ini juga dapat mempengaruhi keputusan para eksekutif perusahaan dalam mengambil keputusan untuk strategi inovasi dan imitasi.Jika sebelumnya dihipotesakan bahwa ketika tujuan perusahaan adalah untuk keberhasilan jangka panjang maka cenderung akan menggunakan strategi inovasi, dan jika ingin memenangkan persaingan dalam jangka waktu yang dekat akan cenderung menggunakan strategi imitasi. Dan seperti yang telah dihipotesakan sebelumnya ketika perusahaan berorientasi pada pelanggan maka perusahaan akan berusaha untuk memenuhi unariculated needs pelanggan dan akan terus berinovasi, sedangkan jika perusahaan fokus pada pesaing maka proses pencarian informasi akan beorientasi pesaing dan cenderung akan mengimitasi pesaingnya. Maka, jika perusahaan fokus pada jangka panjang dan berorientasi pada pesaing maka perusahaan cenderung menggunakan strategi ambidextrous, begitu juga ketika perusahaan dengan fokus jangka pendek dan dengan orientasi pelanggan perusahaan akan cenderung menggunakan strategi ambidextrous. Fokus perusahaan pada pelanggan yang cenderung mengarah pada inovasi akan dilemahkan oleh strategi perusahaan dalam jangka pendek, begitu juga sebaliknya kecenderungan strategi imitasi oleh perusahaan yang memiliki orientasi pada pesaing akan dilemahkan oleh strategi jangka panjang perusahaan. Namun interaksi dari orientasi perusahaan terhadap pelanggan akan diperkuat dengan keinginan perusahaan untuk memperoleh keuntungan jangka panjang sehingga perusahaan akan melakukan inovasi terus menerus. Sebaliknya pemilihan strategi imitasi oleh perusahaan yang berorientasi terhadap pesaing akan diperkuat dengan keinginan perusahaan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek. H4: Perusahaan cenderung mengkombinasikan inovasi dan imitasi (ambidextrous) ketika (a) orientasi terhadap pelanggan dengan strategi jangka pendek atau (b) berorientasi terhadap pesaing dengan strategi jangka panjang. Interaksi Strategic Orientation dengan Regulatory Focus terhadap Strategi inovasi dan imitasi Jika sebelumnya berdasarkan Kammerlander dkk. (2014) telah dihipotesakan bahwa ketika perusahaan memiliki preventionfocus maka akan cenderung memilih strategi imitasi untuk menghindari resiko, sedangkan perusahaan dengan promotion focus tidak begitu rentan terhadap resiko dan lebih mengutamakan kinerja yang akan dihasilkan atau pencapaiannya, maka lebih cenderung melakukan strategi inovasi. Jika perusahaan memiliki reguatory focus promotion dan berorientasi pada pesaing maka perusahaan cenderung menggunakan strategi ambidextrous, begitu juga ketika perusahaan dengan regulatory focus prevention dan dengan orientasi pelanggan perusahaan akan cenderung menggunakan strategi ambidextrous. Perusahaan yang memiliki regulatory focus promotion cenderung mengarah pada inovasi akan
dilemahkan oleh orientasi perusahaan pada pesaing, begitu juga sebaliknya kecenderungan strategi imitasi oleh perusahaan yang memiliki orientasi pada pelanggan akan dilemahkan regulatory focus preventon yang dimiliki perusahaan. Namun interaksi dari orientasi perusahaan terhadap pelanggan akan diperkuat dengan regulatory focus perusahaan promotion akan melakukan inovasi terus menerus. Sebaliknya pemilihan strategi imitasi oleh perusahaan yang berorientasi terhadap pesaing akan diperkuat dengan regulatory focus perusahaan prevention. H5: Perusahaan cenderung mengombinasikan inovasi dan imitasi (ambidextrous) ketika (a) orientasi terhadap pelanggan dengan regulatory focus prevention atau (b) berorientasi terhadap pesaing dengan regulatory focus promotion . Hubungan Strategi inovasi dan imitasi dan Firm Performance Penelitian yang dilakukan oleh Ruberra dan Kirca (2012) telah membuktikan tentang pengaruh firm innovativeness terhadap financial position, market position, dan firm value. Dalam penelitian itu menunjukkan bahwa firm innovativeness memiliki pengaruh positif yang lebih kuat terhadap firm value dibandingkan market position dan financial position. Hult, Hurley dan Knight (2004) juga meneliti tentang hubungan antara innovativeness dan kinerja bisnis, dibuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara innovativeness dan business performance. Dalam penelitian ini menggunakan tiga jenis strategi inovasi dan imitasi: inovasi, imitasi dan ambidextrous. Maka berdasarkan penelitian diatas ketika perusahaan mengiteraksikan imitasi dan inovasi atau yang disebut dengan ambidextrousmaka kinerja perusahaan akan lebih baik dibandingkan ketika perusahaan hanya menerapkan salah satu dari strategi inovasi atau imitasi. H6: Perusahaan cenderung memiliki kinerja yang lebih baik ketika ambidextrous dibandingkan imitasi/ inovasi Model Penelitian Gambar 2.1. Model Penelitian Studi Pertama Temporal distance
Long term Short term
Strategic Orientation
Customer Competitor
Strategi Inovasi dan Imitasi
Imitation Innovation Ambidextrous
Firm Performance
Gambar 2.2. Model Penelitian Studi Kedua Regulatory focus
Prevention Promotion
Strategi Inovasi dan Imitasi
Imitation Innovation Ambidextrous
Firm Performance
Strategic Orientation
Customer Competitor
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen menurut Cooper dan Schindler (2013) adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta kontrol.Penelitian ini terdiri dari dua studi yang keduanya menggunakan metode eksperimen, dimana penelitian melakukan manipulasi pada suatu variabel dan melihat dampak variabel tersebut pada variabel lainnya dalam penelitian. Kedua studi memiliki variabel independen yang berbeda. Pada studi satu kita akan mengukur interaksi dari regulatory focus dan orientasi strategis terhadap strategi inovasi dan imitasi dan konsekuensinya pada kinerja keuangan dan kinerja pemasaran. Untuk studi dua, peneliti akan mengukur dapak interaksi dari temporal distance dan market orientationterhadapstrategi inovasi dan imitasi dan konsekuensinya pada kinerja keuangan dan kinerja pemasaran. Masing-masing studi menggunakan desain faktorial 2x2. Tabel Desain Faktorial Studi Pertama Skenario No.
Regulatory focus
Strategic orientation
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4
Prevention Prevention Promotion Promotion
Pelanggan Pesaing Pelanggan Pesaing
Tabel Desain Faktorial Studi Kedua Skenario No.
Temporal distance
Strategic orientation
Skenario 1 Skenario 2
Jangka panjang Jangka panjang
Pelanggan Pesaing
Skenario No.
Temporal distance
Strategic orientation
Skenario 3 Skenario 4
Jangka pendek Jangka pendek
Pelanggan Pesaing
Manipulasi eksperimental (variabel bebas) yang dilaksanakan pada stimulus dengan membuat empat skenario untuk masing-masing studi yang menceritakan situasi fiktif tentang ciri-ciri perusahaan, dan menceritakan bahwa perusahaan akan mengambil keputusan akan inovasi atau imitasi, skenario ini dilampirkan di bagian awal kuesioner yang mengadopsi penelitian Laufer dan Gillespie (2004). Setiap skenario ditampilkan seakan-akan sebagai kliping koran serta terdiri skenario yang menceritakan tentang orientasi pasar perusahaan tersebut, regulatory focus-nya dan temporal distance dari keputusan yang akan diambil perusahaan. Setelah itu responden akan diberikan filter task sebelum menjawab pertanyaan untuk variabel konsekuensi yaitu kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan sample yang digunakan adalah purposive sampling (Cooper dan Schindler, 2011) dimana peneliti menentukan kriteria tertentu untuk mengambil sample yang akan dijadikan responden. Hal ini dilakukan agar responden yang dijadikan sample bisa memberikan data yang representatif. Peneliti menentukan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa yang sedang menempuh Magister Manajemen di Indonesia yang sedang menempuh matakuliah dan memiliki pengalaman bekerja. Sedangkan, sampel penelitian ini yaitu Mahasiswa Magister Manajemen pada beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki pengalaman bekerja, Misalnya UGM, UNAIR dan ITB. Background pengalaman kerja tersebut yang dibutuhkan agar sample yang dipilih layak menjadi responden penelitian ini, karena penelitian ini merupakan eksperimen keputusan strategis. Masing-masing studi memiliki 4 skenario maka jumlah partisipan masingmasing studi 120 dan jumlah patisipan dua studi 240 partisipan. Untuk menguji perbedaan variabel terikat pada penelitian ini menggunakan Anova dan Manova. Multivariate analysis of variance (MANOVA) adalah ANOVA dengan beberapa variabel terikat. MANOVA digunakan untuk mencari dampak utama dan dampak interaksi dari kategori variabel dalam beberapa interval variabel terikat. Untuk memperoleh hasil statistik dalam menjawab hipotesis, MANOVA digunakan untuk menguji masing-masing pengaruh signifikan utama yang dihasilkan dari dua variabel bebas yaitu temporal distance, regulatori focus dan strategic orientation. Selain itu, MANOVA juga digunakan untuk mengetahui interaksi pengaruh dari variabel terikat pada masing-masing variabel bebas (strategi inovasi dan imitasi dan kinerja perusahaan). PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Studi 1 Berdasarkan tabel uji Manova dapat dilihat main effect, interaction effect dalam penelitian yang dilakukan. Untuk main effect dapat diketahui bahwa pada
temporal distance dengan jangka panjang memiliki rata-rata strategi inovasi dan imitasi yang lebih tinggi (𝑋=3,690) dibandingkan dengan rata-rata temporal distance jangka pendek (𝑋=3,369) dengan perbedaanyang signifikan (F=4,388 , p<0,038). Semakin tinggi rata-rata yang dihasilkan maka semakin perusahaan berinovasi dan sebaliknya, sehingga H1diterima. Orientasi perusahaan terhadap pelanggan menghasilkan strategi inovasi dan imitasi yang lebih tinggi (𝑋=3,757) dibandingkan dengan orientasi perusahaan terhadap pesaing (𝑋=3,302) dengan perbedaan yang signifikan (F=8,784, p<0,004).Semakin tinggi rata-rata yang dihasilkan maka semakin perusahaan berinovasi dan sebaliknya, sehingga H3 dapat diterima.Hasil analisa menyatakan bahwa dampak interaksi antara temporal distance dan strategic orientation terjadi secara tidak signifikan (F=0,295, p>0,588). Interaksi strategi perusahaan yang berorientasi pada kesuksesan jangka panjang dan pada pelanggan memiliki nilai rata-rata tertinggi (𝑋=3,876) dibandingkan dengan orientasi perusahaan pada pesaing (𝑋=3,505).Ketika perusahaan berorietasi pada kesuksesan jangka pendek, perusahaan dengan orientasi strategis pada pelanggan memiliki ratarata yang lebih tinggi (𝑋=3,638) dibandingkan dengan perusahaan yang berorientasi pada pesaing(𝑋=3,100). Semakin tinggi rata-rata yang dihasilkan maka semakin perusahaan berinovasi dan sebaliknya, sehingga H4tidak dapat diterima karena tidak ada perbedaan yang signifikan antara interaksi orientasi strategis dan temporal distance. Interaksi antara variabel temporal distance dengan orientasi strategis dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Tabel 5.7 Uji Manova Strategi inovasi dan imitasi Studi 1 Strategi inovasi dan imitasi Mean F-value Sig
Variabel Penelitian Main effect Temporal distance Long Short Strategic orientation Customer Competitor Long x Customer Long x Competitor Short x Customer Short x Competitor
3,690 3,369
4,388
0,038
3,757 3,302 Interaction effect 3,876 3,505 3,638 3,100
8,784
0,004
0,295
0,588
Gambar 5.1 Grafik Perbedaan Rata-rata pada Strategi inovasi dan imitasi
3, 876 3, 638 Strategi inovasi dan imitasi
Strategic orientation
3,505
Customer Competitor
3, 100
Long
Temporal Distance
Short
Setelah mengukur variabel strategi inovasi dan imitasi, partisipan diminta untuk memilih strategi apa yang sebaiknya digunakan (imitasi, inovasi dan ambidextrous) oleh perusahaan berdasarkan stimuli yang diberikan. Pada tabel 5.8 skenario 1 dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pelanggan dan temporal distance jangka panjang sebanyak 56,7% partisipan menyarankan perusahaan menggunakan strategi inovasi. Pada skenario 2 dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pesaing dan temporal distance jangka panjang, 60% partisipan memilih strategi ambidextrous. Pada skenario 3 dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pelanggan dan temporal distance jangka pendek 56,7% partisipan memilih strategi ambidextrous. Pada skenario 4 dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pesaing dan temporal distance jangka pendek, pilihan partisipan terbanyak pada strategi ambidextrous sebesar 46,7%. Tabel 5.8 Tabel Frekuensi Pemilihan Strategi Studi 1 Skenario
Stimulus
Items
Jawaban
Frekuensi
%
1 (Inovasi)
Pelanggan x jangka panjang
OL 8
Imitasi Ambidextrous Inovasi
2 11 17
6,7 36,7 56,7
2 (ambidextrous)
Pesaing x jangka panjang
OL 8
3 (ambidextrous)
Pelanggan x jangka pendek
OL 8
4 (imitasi)
Pesaing x jangka pendek
OL 8
Imitasi Ambidextrous Inovasi Imitasi Ambidextrous Inovasi Imitasi Ambidextrous Inovasi
2 18 10 17 13 9 14 7
6,7 60 33,3 56,7 43,3 30 46,7 23,3
Tabel 5.9 Uji Anova Kinerja Perusahaan Studi 1 Variabel Innovation Ambidextrous Imitation Total
Mean 4,017 3,867 3,217 3,700
F-value 15,462
Sig. 0,000
Hasil analisis Anova untuk kinerja perusahaan menggambarkan adanya perbedaan rata-rata kinerja perusahaan yang signifikan (F=15,462p>0,000) pada masing-masing strategi. Namun, inovasi memiliki rata-rata kinerja perusahaan yang lebih tinggi (𝑋=4,017) dibandingkan dengan strategi ambidexrous (𝑋=3,867) dan imitasi (𝑋=3,217), maka H6 tidak dapat diterima. Dibawah ini adalah grafik perbedan rata-rata kinerja perusahaan pada masing-masing strategi Gambar 5.2 Grafik Perbedaan Rata-rata Kinerja Perusahaan
4,017 3,867
Kinerja Perusahaan
Kinerja Perusahaan 3,217
Inovasi
Ambidextrous Strategi inovasi dan imitasi
Imitasi
Studi 2 Hasil analisis menunjukkan bahwa main effect regulatory focus promosi memiliki rata-rata strategi inovasi dan imitasi yang sedikit lebih tinggi(𝑋=3,969) dibandingkan dengan prevensi (𝑋=3,817) namun tidak memiliki perbedaan yang signifikan(F=1,459, p<0,230), sehingga H2tidak dapat diterima. Orientasi perusahaan terhadap pelanggan menghasilkan strategi inovasi dan imitasi yang lebih tinggi (𝑋=4,050) dibandingkan dengan orientasi perusahaan terhadap pesaing (𝑋=3,736)denganperbedaa yang signifikan (F=6,207, p<0,014).Semakin tinggi ratarata yang dihasilkan maka semakin perusahaan berinovasi dan sebaliknya, sehingga H3 dapat diterima. Tabel 5.15 Uji Anova dan Manova Studi 2 Strategi inovasi dan imitasi Mean F-value Sig
Variabel Penelitian Main effect Regulatory focus Promotion Prevention Strategic orientation Customer Competitor Promotion x Customer Promotion x Competitor Prevention x Customer Prevention x Competitor
3,969 3,817
1,459
0,230
4,050 3,736 Interaction effect 3,929 4,010 4,171 3,462
6,207
0,014
9,817
0,002
Hasil uji MANOVA menggambarkan bahwa hasil interaksi antara regolatory focus dengan strategic orientation terjadi secara signifikan (F=9,817, p<0,002). Interaksi antara regulatory focus perusahaan promotion dengan orientasi strategis pada pesaing (𝑋=4,010) memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan pelanggan (𝑋=3,929). Ketika perusahaan memiliki regulatory focus prevention dan dengan orientasi strategis pada pelanggan (𝑋=4,171) memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan jika orientasi strategis perusahaan pesaing (𝑋=3,462). Semakin tinggi ratarata yang dihasilkan maka semakin perusahaan berinovasi dan sebaliknya, sehingga H5tidak dapat diterima meskipun perbedaannya signifikan. Interaksi antara variabel regulatory focus dengan orientasi strategis dapat dilihat pada grafik gambar 5.3.
Gambar 5.3 Grafik Perbedaan Rata-rata pada Strategi inovasi dan imitasi 4,171 4,010 Strategic orientation Strategi inovasi dan imitasi
3,929
Customer Competitor
3,462
Promotion
Prevention Regulatory focus
Setelah mengukur variabel strategi inovasi dan imitasi, partisipan diminta untuk memilih strategi apa yang sebaiknya digunakan (imitasi, inovasi dan ambidextrous) oleh perusahaan bedasarkan stimuli yang diberikan. Pada skenario 1 dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pelanggan dan regulatory focus promotion sebanyak 66,7% partisipan menyarankan perusahaan menggunakan strategi inovasi. Pada skenario 2 dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pesaing dan regulatory focus promotion , 50% partisipan memilih strategi inovasi. Pada skenario 3 dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pelanggan dan regulatory focus prevention 63,3% partisipan memilih strategi ambidextrous. Pada skenario 4 dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pesaing dan regulatory focus prevention, pilihan partisipan terbanyak pada strategi ambidextrous sebesar 43,3%.
Tabel 5.16 Tabel Frekuensi Pemilihan Strategi Studi 2 Stimulus Items Jawaban Frekuensi
Skenario 1 (Inovasi)
Promotion x pelanggan
OL 8
2 (ambidextrous)
Promotion x pesaing
OL 8
3 (ambidextrous)
Prevention x pelanggan
OL 8
4 (imitasi)
Prevention x pesaing
OL 8
Imitasi Ambidextrous Inovasi Imitasi Ambidextrous Inovasi Imitasi Ambidextrous Inovasi Imitasi Ambidextrous Inovasi
10 20 1 14 15 1 10 19 5 13 12
% 33,3 66,7 3,3 46,7 50 3,3 33,3 63,3 16,7 43,3 40
Tabel 5.17 Uji Anova Kinerja Perusahaan Variabel Innovation Ambidextrous Imitation Total
Mean 3,654 3,850 3,492 3,665
F-value 3,201
Sig. 0,044
Hasil analisis Anova pada studi dua untuk kinerja perusahaan menggabarkan adanya perbedaan rata-rata kinerja perusahaan yang signifikan (F=3,201, p>0,044) pada masing-masing strategi. Anova menunjukkan bahwa strategi ambidextrous (𝑋=3,850) memiliki rata-rata kinerja perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan strategi inovasi (𝑋=3,654) dan imitasi (𝑋=3,492), maka H6 dapat diterima. KESIMPULAN Hipotesis pertama dari penelitian ini adalah perusahaan cenderung menggunakan inovasi ketika mereka berorientasi jangka panjang dan imitasi ketika perusahaan berorienasi jangka pendek. Hipotesis ini diterima sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh March (1991) bahwa proses adaptif dengan menerapkan eksploitasi lebih cepat dibandingkan eksplorasi, kemungkinan menjadi efektif dalam jangka pendek namun akan membahayakan diri sendiri dalam jangka panjang. Dapat disimpulkan bahwa temporal distance dapat membedakan strategi inovasi dan imitasi perusahaan.Hipotesis kedua dari penelitian ini adalah perusahaan cenderung akan menggunakan inovasi ketika perusahaan memiliki regulatory focus promosi dan cenderung melakukan imitasi ketika perusahaan memiliki regulatory prevensi.
Hipotesis ini tidak diterima sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kammenlander dkk. (2014) dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa regulatory focus prevention tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan level eksploitasi perusahaan.Hipotesis ketiga dalam penelitian ini yaitu perusahaan cenderung menggunakan inovasi ketika orientasi strategisnya pada pelanggan dan cenderung melakukan imitasi ketika orientasi strategisnya pada pesaing. Hipotesis ini diterima di kedua studi dalam penelitian ini, hal ini sesuai dengan penelitian Hult dkk. (2004) yang menyatakan adanya hubungan positif antara market orientation dengan firm innovativeness. Hipotesis keempat dalam penelitian ini menyatakan bahwa perusahaan cenderung mengkombinasikan inovasi dan imitasi (ambidextrous) ketika (a) orientasi terhadap pelanggan dengan strategi jangka pendek atau (b) berorientasi terhadap pesaing dengan strategi jangka panjang. Hipotesis ini tidak diterima dan hasilnya menunjukkan strategi ambidextrous lebih dipilih meskipun perusahaan menginginkan outcomes jangka pendek dan orientasi pada pesaing. Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah perusahaan cederung mengkombinasikan inovasi dan imitasi (ambidextrous) ketika orientasi terhadap pelanggan dengan regulatory focus prevention atau berorientasi terhadap pesaing dengan regulatory focus promotion . Hipotesis ini tidak diterima dan hasilnya menunjukkan bahwa justru perusahaan harus tetap melakukan inovasi meskipun regulatory focus perusahaan adalah prevention dan orientasi perusahaan pada pesaing. Hipotesis keenam yaitu perusahaan cenderung memiliki kinerja yang lebih baik ketika menggunakan strategi ambidextrous dibandingkan imitasi/ inovasi. Hipotesis ini diterima hanya pada studi satu dan tidak diterima pada studi dua. Pada studi 1 inovasi memiliki kinerja perusahaan yang lebih tiggi sedangkan pada studi 2 ambidextrous memiliki kinerja perusahaan yang lebih tinggi. Penelitian ini hanya menggunakan satu industri yaitu industri smartphone, dimana dalam industri ini memiliki lingkungan yang sangat dinamis. Sehingga diharapkan pada penelitian selanjutkan eksperimen dibedakan antara industri yang dinamis dan stabil agar dapat mengeahui strategi mana yang lebih dominan pada industri masing-masing. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen sehingga partisipan hanya membayangkan karakteristik perusahaan, perlu adanya survey yang mendalam dengan perusahaan yang sebenarnya agar dampak yang dihasilkan akan semakin jelas. Variabel konseskuensi pada penelitian ini hanya menggunakan satu variabel taitu kinerja perusahaan, maka diharapkan dapat menambah variabel dependen lainnya seperti citra merek, ekuitas merek dalam jangka panjang, agar semakin memperkaya penelitian inovasi dan imitasi. Penelitian ini juga belum memasukkan variabel kontrol atau co-variate untuk menghilangkan beberapa kesalahan sistematis diluar kendali (control) peneliti yang dapat membuat hasil penelitian menjadi bias. Dalam penelitian ini, semua variabel anteseden berasal dari behavior atau karakteristik interal dari perusahaan, maka perlu kontrol dari variabel yang berasal dari eksternal perusahaan. Hmielski dan Baron (2008) membedakan lingkungan industri menjadi dua yaitu stabil dan dinamis. Selain itu mungkin bisa
ditambahakan ukuran perusahaan dan usia perusahaan dan beberapa variabel lain yang dapat mempengaruhi strategi inovasi dan imitasi perusahaan.
Daftar Pustaka Cooper, Donald R., dan Pamela. S. Schindler (2013). Business Research Methods. New York: Mc Graw Hill Das, T. K. 1987. Strategic planning and individual temporal orientation. Strategic Management Journal, 8(2): 203-209. Das, T.K. dan Rajesh Kumar. (2011). Regulatory Focus and Opportunism in the Alliance Development Process. Journal of Management, 37(3), 682-708. Das, T. K. 1987. Strategic planning and individual temporal orientation. Strategic Management Journal, 8(2): 203-209. Das, T. K., & Teng, B.-S. 2001. Strategic risk behavior and its temporalities: between risk propensity and decision context. Journal of Management Studies, 38(4): 515-534.. Felton, Arthur (1959), “Making the Marketing Concept Work,”Harvard Business Review, 37 (4), 55–65. Golder, P. N., & Tellis, G. J. (1993). Pioneering advantage: Marketing logic or marketing legend. Journal of Marketing Research, 30(2), 158−170. Higgins, E. T. (1997). Beyond pleasure and pain. American Psychologist, 52, 1280– 1300 Higgins, E. T. (1998). Promotion and prevention: regulatory focus as a motivational principle. Advances in Experimental Social Psychology, 30, 1–46. Hmielski, Keith M. dan Robert A. Baron. (2008). Regulatory Focus and New Venture Performance: A Study of Entrepreneurial Opportunity exploitation Under Condition Of Risk Versus Uncertainty, Strategic Entrepreneurship Journal, 2: 285-299. Hult, G.T.M.,R.F., Hurley and G.A., Knight. (2004). Innovativeness: Its Antecedents and Impact on Business Performance, Industrial Marketing Management. 33: 429– 438. Kammerlander, N., Burger, D., Fust, A., & Fueglistaller, U. (2014). Exploration and exploitation in established small and medium-sized enterprises: The effect of CEOs’ regulatory focus. Journal of Business Venturing. Kerin, R. A., Varadarajan, R. R., & Peterson, R. A. (1992). First-mover advantage: A synthesis, conceptual framework, and research propositions. Journal of Marketing, 56(4), 33−52. Kotler dan Keller, (2012).Marketing Management Edisi 14, Global Edition.Pearson Prentice Hall.
Laufer, Daniel dan Kate Gillespie. 2004. Differences in consumer attributions of blame between men and women: The role of perceived vulnerability and empathic concern. Psychology & Marketing, 21, 141-157 Lee, Ruby P. dan Kevin Zheng Zhou. (2012).Journal of International Marketing, 20 (3). 1-16 Levitt Theodore (1966) Innovative Imitation, Harvard Business Review, SeptemberOctober, 63-70. Liberman, Nira and Yaacov Trope (1998), “The Role of Feasibility and Desirability Considerations in Near and Distant Future Decisions: A Test of Temporal Construal Theory,” Journalof Personality and Social Psychology, 75 (July), 5– 18. March, J. G. (1991). Exploration and exploitation in strategi inovasi dan imitasi. Organizational Science, 2 (1), 71–87 Mosakowski, E., & Earley, P. C. 2000. A selective review of time assumptions in strategy research Academy of Management Review, 25(4): 796-812 Morgan, Neil A., Douglas W. Vorhies, and Charlotte H. Mason (2009), “Market Orientation, Marketing Capabilities, and Firm Performance,” Strategic Management Journal, 30 (8), 909–920. Nadkarni, Sucheta dan Jianhong Chen. 2011.Bridging yesterday, today, and tomorrow: CEO temporalfocus, environmental dynamism, and rate of new productintroduction. Academi Manajement Journal Narver, J.C., Slater, S.F., and MacLachlan, D.L. (2004). Responsive and proactivemarket orientation and new-product success. Journal of Product Innovation Management, 21, 334-347. Narver, J. C. and Slater, S. F. (1990). The effect of a market orientation on business profitability. Journal of Marketing, 54(4), 20-35. Noble, C.H., Sinha, R.K. and Kumar, A. (2002) Market Orientation and Alternative Strategic Orientations: A Longitudinal Assessment of Performance Implications. Journal of Marketing. 66(4): 25-39. O’Reilly, C. A., & Tushman, M. L. 2004. The ambidextrous organization. Harvard Business Review, 82: 74-81. Pennington, G. L., & Roese. 2003.Regulatory focus and temporal distance. Journal of Experimental Social Psychology, 39, 563-576 Schnaars, S. P. (1994). Managing imitation strategies: How late entrants seize marketing from pioneers. New York: The Free Press. Shenkar, Oded (2010a), Copycats: How Smart Companies Use Imitation to Gain a Strategic Edge. Boston: Harvard Business Press. Shi, W. L., Sun, J., & Prescott, J. E. 2012. A temporal perspective of merger and acquisition and strategic alliance initiatives: Review and future direction. Journal of Management, 38(1): 164-209. Smartphone Vendor Market Share, Q1 2015. (http://www.idc.com/prodserv/smartphone-market-share.jsp.) Diakses 15 Januari 2015.
Tumasjan, A. & Braun, R. (2012). In the eye of the beholder: How regulatory focus and self-efficacy interact in influencing opportunity recognition. Journal of Business Venturing, 27 (6), 622-636 Vasenska, I. (2013). Strategi inovasi dan imitasi and Employee Empowering Increasing Tourist Destination Performance. Proceedings of the 2013 Active Citizenship by Knowledge Management & Innovation: Proceedings of the Management, Knowledge and Learning International Conference 2013, 615624. Vergara, Raymond A.G. 2012. Samsung Electronics and Apple, Inc.: A Study in Contrast in Vertical Integration in the 21st Century. American International Journal o Contemporarry, 2(9), 77-81 Wei, Zelong, Jie Zhao, dan Chenlu Zhang. (2014).Organizational ambidexterity, market orientation, and firm performance.Journal of Engineering and Technology Management, 33, 134-153