PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA (STUDI KASUS PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA)
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh : ASTIKA ARUM KUSUMA NIM : B 100 090 114
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
0
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA (STUDI KASUS PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA)
Astika Arum Kusuma Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan A. Yani Tromol Pos 1, Kartasura, Jawa Tengah Indonesia, Surakarta 57102 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh rasio keuangan “CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing Deposit Ratio), BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi)” berpengaruh terhadap perubahan laba pada Bank Syariah di Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode regresi linier berganda, karena memiliki variabel lebih dari satu. Dari hasil analisis regresi data variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), FDR (Financing Deposit Ratio), BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) memiliki nilai signifikansi diatas 0,05 bahwa tidak berpengaruh terhadap perubahan laba. Sedangkan pada variabel ROE (Return On Equity) dan NPF (Non Performing Financing) memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05 bahwa berpengaruh terhadap perubahan laba. Secara bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung sebesar 22,996 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 atau 5%, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba atau dapat dikatakan bahwa CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing to Deposit Ratio), BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) secara bersama-sama berpengaruh terhadap perubahan laba. Kata kunci: Rasio keuangan, perubahan laba
PENDAHULUAN Perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat, hal ini terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada Desember 2003 terdapat 2 Bank Umum Syariah dan 8 Unit Usaha Syariah dengan total asset lebih dari 7,8 triliun rupiah (belum termasuk BPRS). Sedangkan pada Desember 2007 di Indonesia terdapat 3 Bank Umum Syariah dan 26 Unit Usaha Syariah dengan total asset perbankan syariah di Indonesia sebesar lebih dari 36 triliunrupiah (belum termasuk BPRS). Hal ini merupakan pencapaian prestasi yang membanggakan bagi perbankan syariah di Indonesia, karena dalam waktu empat tahun perkembangan perbankan syariah sangat pesat (lebih dari 400%). Bank syariah dengan umur yang masih muda namun memiliki prestasi yang sangat bagus, bahkan Bank Indonesia menargetkan pangsa pasar perbankan syariah pada akhir tahun 2008 sebesar 5% dari pangsa pasar perbankan nasional. Pada tahun 2011 diperkirakan akan menjadi 6,3% sampai 6,7% (per Desember 2011). 1
Menghadapi perkembangan dunia usaha perbankan yang dinamis, maka bank dalam menciptakan produk dan jasa perbankan harus memperhatikan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Masyarakat selalu menginginkan suatu produk atau jasa yang dapat memperlancar segala keperluan mereka dengan sarana yang lebih banyak dan praktis serta didukung dengan adanya pelayanan yang lebih baik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pasar sebagai potensial user dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan bukan hanya informasi produk tetapi juga berbagai hal yang terkait dengan perusahaan. Salah satu informasi tersebut adalah kondisi keuangan atau yang sering disebut sebagai laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu informasi keuangan yang bersumber dari intern perusahaan. Laporan keuangan perusahaan keuangan melaporkan kinerja masa lalu dan menunjukkan posisi keuangan mutakhir. Laporan keuangan memiliki tujuan utama untuk memberikan informasi yang relevan pada pihak-pihak di luar perusahaan. Informasi yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam dengan melakukan analisis laporan keuangan. Hubungan satu pos dengan pos lain akan dapat menjadi indikator tentang posisi dan prestasi keuangan perusahaan. Salah satu teknik dalam analisis laporan keuangan adalah analisis rasio. Rasio keuangan memberikan gambaran informasi yang sederhana mengenai hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya sehingga memudahkan dan mempercepat dalam menilai kesehatan dan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan bank adalah penelitian ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu bank dalam menghasilkan laba. Lukman Dendawijaya (2003: 115) menjelaskan bahwa, rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perbankan meliputi (1) Likuiditas (Loan to Deposit Ratio) mampu menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah (deposan) dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. (2) Solvabilitas (Fix Asset Capital Rasio) menggambarkan kesanggupan untuk membayar semua utang dari aktiva yang dimiliki. (3) Profitabilitas (Net Interest Margin) yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan untuk mengukur efektifitas dalam menjalankan operasional suatu bank. Menurut SEBI No. 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005, rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perbankan meliputi (1) Kualitas aktiva (Aktifitas Produktif Bermasalah dan Non Performing Loan) diperlukan dalam menunjukkan kemampuan suatu bank dalam mengelola total aktiva produktif yang dimiliki, dan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah dari keseluruhan kredit yang diberikan oleh bank. (2) Sensitivitas terhadap Pasar (Interest Rate Risk), mengingat kemampuan bank dalam menghadapi keadaan pasar sangat berpengaruh pada tingkat profitabilitas suatu bank. Rasio IRR untuk mengetahui kemungkinan bunga yang diterima oleh bank lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang dibayarkan oleh bank. Penelitian tentang manfaat rasio keuangan perbankan di Indonesia masih jarang dilakukan. Beberapa peneliti menghubungkan rasio keuangan perbankan dengan laba akuntansi perbankan. Penelitian awal dilakukan oleh Freeman, dkk (1982) dalam Nurjanti dan Erni (2003) yang meneliti tentang analisis kandungan prediktif rasio rate of return (ROR) dan menggunakan sampel sebanyak 31 perusahaan selama periode 32 tahun, dan menyimpulkan bahwa rasio rate of return (ROR) memiliki kandungan informasi yang lebih bersifat prediktif terhadap perubahan laba. Zainuddin dan Jogiyanto Hartono (1999) meneliti tentang manfaat rasio keuangan dalam mempredikasi kinerja keuangan (dilihat dari 2
pertumbuhan laba), dengan mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di BEJ yang mengeluarkan Laporan Keuangan Tahunan untuk tahun buku 1989-1996, mengambil sampel 15 bank pada tahun buku 1990-1992, dan 22 bank untuk tahun buku 1993-1996. Menggunakan alat analisis AMOS (Anaysis of Moment Structure) dan regresi, diperoleh kesimpulan bahwa construct rasio keuangan capital, assets, management, earning, liquidity signifikan dalam mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan perbankan untuk periode 1 tahun ke depan, sedangkan untuk 2 tahun ke depan ditemukan kenyataan rasio keuangan tingkat individu tidak signifikan. Machfoedz (1994) dalam Luciana dan Winny (2005) menguji kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba yang dilakukan terhadap 68 perusahaan pabrikan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dengan menggunakan 47 rasio yang dikategorikan ke dalam 9 kategori yaitu short term liquidity, long term solvency, profitability, productivity, indebtedness, investment insentiveness, leverage, return on investment dan equity. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya 13 rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba, dan hanya tiga rasio yang signifikan dalam memprediksi perubahan laba yaitu Gross Profit Margin (GPM), Net Income to Sales (NIS) dan Net Income to Net Worth (NINW), sedangkan sepuluh rasio lainnya tidak signifikan dalam memprediksi laba. Machfoed juga menemukan bukti empiris bahwa kekuatan prediksi rasio keuangan untuk periode 1 tahun lebih tinggi dibandingkan untuk periode 2 tahun. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah: Apakah rasio keuangan “CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing Deposit Ratio), BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi)” berpengaruh terhadap perubahan laba pada Bank Syariah di Indonesia? Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh rasio keuangan “CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing Deposit Ratio), BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi)” berpengaruh terhadap perubahan laba pada Bank Syariah di Indonesia. Pelaporan Keuangan modern memfokuskan pada penyediaan ukuran laba sebagai indikator kinerja perusahaan. Menurut Hendriksen (1992: 310-311), tujuan utama pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang paling berkepentingan dalam laporan keuangan, yang secara lebih spesifik mencakup: a. Kebutuhan untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan dan laba, antara saham dan arus kas, sebagai bagian dari proses deskiptif akuntansi. b. Penggunaan laba sebagai pengukur efisiensi manajemen. c. Penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan masa depan dari perusahaan atau pembagian dividen masa depan. d. Penggunaan laba sebagai pengukur pencapaian dan sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial masa depan. e. Penggunaan laba sebagai dasar untuk perpajakan. f. Penggunaan laba sebagai pengatur perusahaan yang terikat pada kepentingan publik. g. Penggunaan angka laba oleh ekonomi dalam mengevaluasi alokasi sumber daya.
3
Tujuan dari setiap perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari hasil operasional perusahaan yang berbentuk laba yang dapat dilihat dari laporan laba. Laporan laba diartikan sebagai laporan yang mengukur keberhasilan suatu operasi perusahaan untuk satu periode tertentu. Terdapat beberapa pengertian mengenai laba, Adam Smith mendefinisikan laba sebagai jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa menggerogoti modal. Sir John Hicks memperluas hal ini dengan mengatakan bahwa laba adalah jumlah yang dapat dikonsumsi seseorang selama periode waktu tertentu. IAI (1994) mempunyai pengertian sendiri mengenai income, yang tidak menerjemahkan dengan istilah laba, tetapi dengan istilah penghasilan, yang tertuang dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan sebagai berikut: Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penilaian terhadap kinerja keuangan bank perlu adanya suatu tolak ukur. Tolak ukur yang bisa dipakai adalah rasio atau indeks. Analisis rasio merupakan suatu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasio adalah suatu teknik yang digunakan untuk menilai sifat-sifat kegiatan operasi bank dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran kinerja bank yang telah distandarisasi. Analisis rasio keuangan antara lain: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan kepada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat dan pinjaman (utang) dan lain-lain. Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Capital Adequacy Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: Capital Adequacy Ratio = Modal x 100% ATMR 2.
Return On Asset (ROA) Menurut Lukman Dendawijaya (2003: 120), rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rasio ini juga dapat menggambarkan efisiensi kinerja bank yang bersangkutan dan juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengendalikan seluruh biaya-biaya operasional dan non-operasional. Return On Asset (ROA) dapat dihitung dengan menggunakan rumus: ROA = Laba Sebelum Pajak x 100% Rata-rata Total Aset
4
3.
Return On Equity (ROE) ROE merupakan kemampuan bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Rasio ini merupakan indikator yang cukup penting bagi para pemegang saham karena rasio ini menggambarkan seberapa besar bank telah mampu menghasilkan laba dari jumlah dana yang telah mereka investasikan pada suatu bank. Return On Equity (ROE) dapat dihitung dengan menggunakan rumus: ROE = Laba Setelah Pajak x 100% Rata-rata Total Equity
4.
Non Performing Financing (NPF) Non Performing Financing merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah dari keseluruhan kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini menggambarkan kualitas aktiva kredit yang kredibilitasnya kurang lancar, diragukan, dan macet. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah kredit bank yang bersangkutan karena jumlah kredit bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit pada bank lain). Non Performing Financing dapat dirumuskan sebagai berikut: Non Performing Financing = Kredit Bermasalah x 100% Total Kredit Financing to Deposit Ratio (FDR) FDR menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang telah dilakukan nasabah (deposan) dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Rasio ini juga memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin tinggi kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio FDR dapat dirumuskan sebagai berikut: Financing to Deposit Ratio = Kredit x 100% Dana pihak ketiga
5.
6.
Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat biaya operasional yang dikeluarkan bank dalam mendapatkan keuntungan. Kegiatan utama bank adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Semakin tinggi BOPO maka semakin rendah tingkat efisiensi suatu bank. Meningkatnya pendapatan operasional dan menurunnya biaya operasional dari suatu bank akan mengakibatkan bank memiliki efisiensi yang baik sehingga keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Beban operasi terhadap pendapatan operasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: BOPO = Total Beban Operasional x 100% Total Pendapatan Operasional 5
Hipotesis: Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran tersebut maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : Rasio keuangan “CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing Deposit Ratio), BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi)” berpengaruh terhadap perubahan laba pada Bank Syariah di Indonesia.
METODE PENELITIAN Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah Bank-Bank Syariah di Indonesia. Teknik pengambilan sampel menggunakan cara non-probabilitas (non-probability sampling) dimana besarnya peluang atau probabilitas elemen populasi untuk terpilih sebagai subyek sampel tidak diketahui. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sampel bertujuan (purposive sampling), berdasarkan pertimbangan tertentu (judgement sampling), yaitu metode pengumpulan anggota sampel dengan maksud untuk tujuan tertentu, yaitu mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini (Cooper dan Emory, 1995: 233-235). Definisi Operasional Berikut akan dijelaskan definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan kepada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat dan pinjaman (utang) dan lain-lain. Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Capital Adequacy Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: Capital Adequacy Ratio = Modal x 100% ATMR
6
2. Return On Asset (ROA) Menurut Lukman Dendawijaya (2003: 120), rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rasio ini juga dapat menggambarkan efisiensi kinerja bank yang bersangkutan dan juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengendalikan seluruh biayabiaya operasional dan non-operasional. Return On Asset (ROA) dapat dihitung dengan menggunakan rumus: ROA = Laba Sebelum Pajak x 100% Rata-rata Total Aset 3. Return On Equity (ROE) ROE merupakan kemampuan bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Rasio ini merupakan indikator yang cukup penting bagi para pemegang saham karena rasio ini menggambarkan seberapa besar bank telah mampu menghasilkan laba dari jumlah dana yang telah mereka investasikan pada suatu bank. Return On Equity (ROE) dapat dihitung dengan menggunakan rumus: ROE = Laba Setelah Pajak x 100% Rata-rata Total Equity 4. Non Performing Financing (NPF) Non Performing Financing merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah dari keseluruhan kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini menggambarkan kualitas aktiva kredit yang kredibilitasnya kurang lancar, diragukan, dan macet. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah kredit bank yang bersangkutan karena jumlah kredit bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit pada bank lain). Non Performing Financing dapat dirumuskan sebagai berikut: Non Performing Financing = Kredit Bermasalah x 100% Total Kredit 5. Financing to Deposit Ratio (FDR) FDR menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang telah dilakukan nasabah (deposan) dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Rasio ini juga memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin tinggi kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio FDR dapat dirumuskan sebagai berikut: Financing to Deposit Ratio = Kredit x 100% Dana pihak ketiga
7
6. Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat biaya operasional yang dikeluarkan bank dalam mendapatkan keuntungan. Kegiatan utama bank adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Semakin tinggi BOPO maka semakin rendah tingkat efisiensi suatu bank. Meningkatnya pendapatan operasional dan menurunnya biaya operasional dari suatu bank akan mengakibatkan bank memiliki efisiensi yang baik sehingga keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Beban operasi terhadap pendapatan operasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: BOPO = Total Beban Operasional x 100% Total Pendapatan Operasional
Metode dan Prosedur Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder tersebut terdiri dari: data laporan keuangan Bank Syariah Mandiri per tanggal 31 Desember tahun 2007-2011 untuk variabel terkait, dan data laporan keuangan Bank Syariah di Indonesia per tanggal 31 Desember tahun 2007-2011 untuk variabel bebas. Data yang dipakai merupakan data runtut waktu dan silang tempat (pooled time series) dengan menggunakan prosedur timelag 1 tahun yaitu data rasio keuangan tahun 2007 digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2007/2008, rasio keuangan tahun 2008 digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2008/2009, rasio keuangan tahun 2009 digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2009/2010, rasio keuangan tahun 2010 digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2010/2011, rasio keuangan tahun 2011 digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2011/2012. Teknik Analisis Data a. Uji t statistik (uji parsial) Uji ini dilakukan untuk menguji kemampuan dari masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri. Tahap-tahap pengujian uji t statistik adalah sebagai berikut: 1) Menentukan H0 dan Ha (Hipotesis nol dan Hipotesis alternatif) H0 : α1 = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : α1 ≠ 0, berarti ada pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen. 2) Menentukan besarnya level of significance (α) untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil pengolahan data berdasarkan nilai probabilitas dua sisi (uji dua sisi). Besarnya α yang digunakan adalah 5%.
8
3) Kriteria Pengujian Ho ditolak Auto positif -t(α/2;n-1)
Ho diterima Tidak ada auto
Gambar 1 Daerah kritis Uji-t
Ho ditolak Auto negatif t(α/2;n-1)
Keterangan : H0 diterima jika –t (α/2, n – k) ≤ thitung ≤ t (α/2, n – k) H0 ditolak jika thitung > t (α/2, n – k) atau thitung < -t (α/2, n – k) 4) Dari sampel random yang diambil kemudian dihitung nilai t dengan rumus: α1 t hitung = ------------SE(α 1 ) ttabel = t (α/2, n – k) Dimana; α : koefisien regresi SE : standar error n : jumlah observasi k : jumlah variabel 5) Kesimpulan Apabila thitung > ttabel atau thitung < - ttabel, maka H0 ditolak berarti variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila – ttabel ≤ thitung ≤ ttabel , maka H0 diterima berarti variabel independen tidak ada pengaruh terhadap variabel dependen. b. Uji F statistik Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama, dengan hipotesis sebagai berikut : H0 : b1 = b2 = b3 =…= bk = 0 (tidak ada variabel independen yang berpengar varh terhadap variabel dependen) H1 : minimal ada salah satu bi ≠ 0 (ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen) Kriteria uji yang digunakan, yaitu: a) Jika probability F-statistic < taraf nyata (α), maka tolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa minimal ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya. b) Jika probability F-statistic > taraf nyata (α), maka terima H0 dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. c. Uji R 2 (koefisien determinasi) Uji ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tingkat ketepatan regresi ditentukan oleh besarnya adjusted R 2 . 9
Nilai R2 adalah diantara 0 < R 2 < 1. Jika R 2 = 1 maka pengaruh variabelvariabel independen terhadap variabel dependen semakin besar, jika R2 = 0 maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Data 1. Hasil Uji t Uji statistik t pada dasarnya bertujuan untuk menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependennya. Berdasarkan hasil analisis secara parsial pengaruh dari keenam variabel independen yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing to Deposit Ratio), BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) terhadap perubahan laba ditunjukkan pada tabel 4.6 sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil perhitungan Regresi Parsial (Uji t) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta T Sig. 1 (Constant) -11.014 11.124 -.990 .329 LnCAR LnROA
-.169 -.666
.304 .605
-.066 -.157
-.556 1.101 3.215 1.488 3.322 .820
.582 .279
LnROE 1.635 .508 .854 .003 LnFDR 1.228 .825 .163 .146 LnNPF 3.376 1.016 .424 .002 LnBOPO 1.392 1.699 .211 .418 Sumber: Data sekunder diolah Dengan melihat tabel diatas, dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + ε PR LABA = -11,014 + -0,169 LnCAR + -0,666 LnROA + 1,635 LnROE + 1,228 LnFDR + 3,376 LnNPF + 1,392LnBOPO + ε Dari hasil analisis regresi pada tabel di atas tampak terdapat dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya yaitu ROE dan NPF. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi yang diperoleh variabel independen kurang dari 0,05. Pada variabel CAR, ROA, FDR dan BOPO nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dipastikan bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. 10
2. Hasil Uji F Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependenya. Dari hasil analisis diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji F
Sumber: Data sekunder diolah Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 22,996 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 atau 5% , maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba atau dapat dikatakan bahwa CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing to Deposit Ratio), BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) secara bersama-sama bepengaruh terhadap perubahan laba. 3. Uji R2
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai (R2) yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependennya (Ghozali, 2006). Hasil perhitungan koefisien determinasi tersebut dapat terlihat pada tabel berikut. Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2)
Model 1
R
R Square .896a
Adjusted R Square
.802
.767
Std. Error of the Estimate .64170
Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari hasil perhitungan diperoleh nilai adjusted R square sebesar 0,767 atau 76,70%. Hal ini berarti 76,70% variasi perubahan laba yang bisa dijelaskan oleh variasi dari keenam variabel bebas yaitu: 11
CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing to Deposit Ratio), BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi), sedangkan sisanya sebesar 23,30% dipengarui oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model transformasi regresi. Pembahasan Hasil pengujian rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) sebagai variabel independen tidak mampu memprediksi perubahan laba bank syariah di Indonesia, hal ini sesuai dengan tabel 4.5 yang menduga rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) tidak mampu memprediksi perubahan laba karena rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) bank syariah memiliki data yang heterogen, dengan kata lain rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) memiliki penyimpangan yang besar. Penyimpangan yang sangat besar menunjukkan bahwa semakin besar kemungkinan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) tidak signifikan. Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data rata-rata sehingga jumlah variabel sangat kecil. Hasil pengujian rasio ROA (Return On Asset) sebagai variabel independen tidak mampu memprediksi perubahan laba bank syariah di Indonesia, hal ini sesuai dengan tabel 4.5 yang menduga rasio ROA (Return On Asset) tidak mampu memprediksi perubahan laba karena ROA (Return On Asset) bank syariah memiliki data yang heterogen, dengan kata lain rasio ROA (Return On Asset) memiliki penyimpangan yang besar. Penyimpangan yang sangat besar menunjukkan bahwa semakin besar kemungkinan rasio ROA (Return On Asset) tidak signifikan. Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data ratarata sehingga jumlah variabel sangat kecil. Berdasarkan data analisis deskriptif kenaikan ROA (Return On Asset) tidak diikuti dengan kenaikan laba. Sebaliknya penurunan nilai ROA (Return On Asset) tidak diikuti oleh penurunan nilai laba. Hasil pengujian rasio ROE (Return On Equity) sebagai variabel independen mampu memprediksi perubahan laba bank syariah di Indonesia. Berdasarkan data analisis deskriptif kenaikan ROE (Return On Equity) diikuti dengan kenaikan laba. Sebaliknya penurunan nilai ROE (Return On Equity) diikuti oleh penurunan nilai laba. ROE merupakan kemampuan bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Rasio ini merupakan indikator yang cukup penting bagi para pemegang saham karena rasio ini menggambarkan seberapa besar bank telah mampu menghasilkan laba dari jumlah dana yang telah mereka investasikan pada suatu bank. Teori ini tidak sesuai dengan hasil analisis data sebagaimana diuraikan di atas. Hasil pengujian rasio FDR (Financing to Deposit Ratio) sebagai variabel independen tidak mampu memprediksi perubahan laba bank syariah di Indonesia, hal ini sesuai dengan tabel 4.5 yang menduga rasio FDR (Financing to Deposit Ratio) tidak mampu memprediksi perubahan laba karena FDR (Financing to Deposit Ratio) bank syariah memiliki data yang heterogen, dengan kata lain rasio FDR (Financing to Deposit Ratio) memiliki penyimpangan yang besar. Penyimpangan yang sangat besar menunjukkan bahwa semakin besar kemungkinan rasio FDR (Financing to Deposit Ratio) tidak signifikan. Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data rata-rata sehingga jumlah variabel sangat kecil. 12
Hasil pengujian rasio NPF (Non Performing Financing) sebagai variabel independen mampu memprediksi perubahan laba bank syariah di Indonesia. Berdasarkan data analisis deskriptif kenaikan NPF (Non Performing Financing) diikuti dengan kenaikan laba. Sebaliknya penurunan nilai NPF (Non Performing Financing) diikuti oleh penurunan nilai laba. NPF (Non Performing Financing) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah dari keseluruhan kredit yang diberikan oleh bank. Apabila NPF meningkat maka akan menyebabkan peningkatan pada kredit bermasalah, menyediakan PPAP yang besar, pendapatan menurun, laba mengalami penurun, modal berkurang dan modal semakin rendah. NPF menunjukkan kualitas aktiva kredit secara keseluruhan, maka bank tersebut menghadapi kredit bermasalah, dan dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika NPF meningkat, maka akan menyebabkan peningkatan pada kredit bermasalah sehingga memerlukan penyediaan PPAP yang cukup besar dan menyebabkan pendapatan menurun. Teori ini tidak sesuai dengan hasil analisis data sebagaimana diuraikan di atas. Hasil pengujian rasio BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) sebagai variabel independen tidak mampu memprediksi perubahan laba bank syariah di Indonesia, hal ini sesuai dengan tabel 4.5 yang menduga rasio BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) tidak mampu memprediksi perubahan laba karena BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) bank syariah memiliki data yang heterogen, dengan kata lain rasio BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) memiliki penyimpangan yang besar. Penyimpangan yang sangat besar menunjukkan bahwa semakin besar kemungkinan rasio BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) tidak signifikan. Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data rata-rata sehingga jumlah variabel sangat kecil.
SIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan di atas maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel CAR diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,169 dengan signifikansi sebesar 0,582, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh positif terhadap perubahan laba. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba ditolak. 2. Variabel ROA diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,666 dengan signifikansi sebesar 0,279, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ROA tidak berpengaruh positif terhadap perubahan laba. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba ditolak. 3. Variabel ROE diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 1,635 dengan signifikansi sebesar 0,003, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ROE berpengaruh positif terhadap perubahan
13
4.
5.
6.
7.
laba. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba diterima. Variabel FDR diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 1,228 dengan signifikansi sebesar 0,146, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih nesar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa FDR tidak berpengaruh positif terhadap perubahan laba. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba ditolak. Variabel NPF diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 3,376 dengan signifikansi sebesar 0,002 dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa NPF berpengaruh positif terhadap perubahan laba. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba diterima. Variabel BOPO diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 1,392 dengan signifikansi sebesar 0,418 dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa BOPO tidak berpengaruh positif terhadap perubahan laba. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba ditolak. Secara bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 22,996 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 atau 5% , maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba atau dapat dikatakan bahwa CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing to Deposit Ratio), BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) secara bersama-sama berpengaruh terhadap perubahan laba.
14
DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/PDNP tanggal 31 Mei 2004 (online), (http: www.bi.go.id, diakses 28 April 2008). -------------------, 2004. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/20/PBI/2004 Tentang Posisi Devisa Netto Bank Umum (online), (http: www.bi.go.id, diakses 28 April 2008). -------------------, 2005. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 (online), (http: www.bi.go.id, diakses 28 April 2008). Cooper, Donald R. dan C. William Emory. 1995. Business Research Methods. 5 Homewood, Illinois: Richard D. Irwin. Inc.
th
Edition.
th
Foster, George. 1986. Financial Statement Analysis. 2 Edition. New Jersey. Prentice-Hall Inc. Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kasmir. 2004. Manajemen Bank. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas. 2005. “Analisis Rasio CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Perbankan Perioda 2000-2002”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 7 No. 2. hal 131-147. Lukman Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Malayu S. P. Hasibuan. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara, Edisi V Maret 2006. Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia. Mudrajad, Suhardjonon. 2002. Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE Nur Indriantoro & Supomo, B. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Nurjanti Takarini dan Erni Ekawati. 2003. “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal Indonesia”. Ventura Vol. 6 No. 3. hal 253270. Rio F. Juliantana. 2005. “Pengaruh Rasio Profitabilitas, Likuiditas, Solvabilitas Terhadap Perubahan Laba”. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan, STIE Perbanas Surabaya. Simorangkir O. P. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Penerbit: Ghalia Indonesia-Jakarta.
15
Sinta Sudarini. 2005. “Penggunaan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Laba pada Masa yang Akan Datang (Studi Kasus di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa efek Jakarta)”. Jurnal akuntansi dan Manajemen Vol. XVI No. 3. hal 195-207.
16
17