JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 2 Nomor 12 (2013) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja © Copyright 2013
PENGARUH PROGRAM HIJAU, BERSIH DAN SEHAT (HBS) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP Nur Hapidah
Abstrak Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh program hijau, bersih dan sehat (HBS) terhadap kualitas lingkungan hidup di Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir dan Apa kendala-kendala yang dihadapi masyarakat dalam pelaksanaan program hijau, bersih dan sehat (HBS). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh program hijau, bersih dan sehat (HBS) terhadap kualitas lingkungan hidup di Kelurahan pelita Kecamatan Samarinda Ilir dan untuk mengetahui kendalakendala yang dihadapi masyarakat dalam pelaksanaan program hijau, bersih dan sehat. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah yuridis empiris. Penelitian hukum yuridis empiris yaitu mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata, sebagai gejala sosial yang sifatnya tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Program hijau, bersih dan sehat (HBS) merupakan solusi yang paling efisien dalam menciptakan lingkungan yang sehat karena selain melibatkan seluruh masyarakat di sekitar lingkungannya, juga memiliki dampak langsung terhadap kondisi lingkungan setelah program HBS dilakukan di lingkungan pemukiman masyarakat. Saat ini program hijau, bersih dan sehat menumbuhkan adanya partisipasi aktif, rasa kesadaran dan tanggung jawab masyarakat yang tercermin dengan adanya perubahan mental/ sikap, pandangan hidup, cara berpikir, cara kerja dan sebagainya. Salah satu dasar pelaksanaan program hijau, bersih dan sehat adalah Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Pemerintah yang terkait berusaha mensosialisasikan Peraturan Daerah Nomor 02 tahun 2011 tersebut dengan melalui program hijau, bersih dan sehat (HBS), seperti membuang sampah pada tempatnya, waktu pembuangan sampah, pemanfaatan sampah, pengelolaan sampah dan sebagainya. Namun sebagian dari masyarakat ada yang masih belum mengetahui Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Bahkan ada juga masyarakat yang mengetahui perda tersebut namun masih membuang sampah pada sembarang tempat karena faktor kebiasaan dan kurang tegasnya sanksi yang diberikan pemerintah. Kata Kunci : Lingkungan Hidup, Kualitas Lingkungan Hidup
EFFECT OF PROGRAM GREEN, CLEAN AND HEALTHY (GCH) ON THE QUALITY OF THE ENVIRONMENT Nur Hapidah
Abstract Formulation of the problem in this research is how does the program green, clean and healthy on environmental quality in the Village Pelita District Samarinda Ilir and what obstacles people face in implementing programs green, clean and healthy. The research objective was to determine the effect of programs green, clean and healthy on environmental quality in the Village Pelita District Samarinda Ilir and to know the constraints faced by the community in the implementation of green, clean and healthy. This type of research is used by the author in writing this law is empirical juridical. Empirical research that examines the legal juridical laws are drafted as actual behavior, as social phenomena that are written, that everyone experiences in relationships social life. Based on the survey results revealed that the program is green, clean and healthy is the most efficient solution in creating a healthy environment because in addition to involve the whole community in the surrounding environment, also have a direct impact on the environment after the program is done in the residential neighborhood community. Currently the program green, clean and healthy foster the active participation, awareness and a sense of community responsibility which is reflected by a change in attitude, outlook on life, ways of thinking, ways of working and so on. One of the basic implementation of the program of green, clean and healthy is Regional Regulation Samarinda City No. 02 year 2011 on Waste Management. Relevant government tried to socialize Bylaw No. 02 year 2011 with through the program green, clean and healthy, such as taking out the trash in its place, time waste disposal, waste utilization, waste management and so on. But the majority of people there who still do not know the Regional Regulation No. 02 year 2011 on Waste Management. In fact there are also people who know the regulations but still throw garbage at any place because of habit and lack of traction sanction given government.
Keywords : Environment, Environmental Quality
Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12
Pendahuluan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa Lingkungan Hidup adalah “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.” Manusia adalah salah satu komponen lingkungan hidup, yang memiliki ciri yang sangat berbeda dengan komponen-komponen lingkungan lainnya. Dengan berbagai tingkah laku, corak kepentingan, keinginan ideologi, pandangan nilai dan seterusnya. Baik buruknya kualitas lingkungan hidup akan mempengaruhi kehidupan manusia. Buruknya kualitas lingkungan dapat dikatakan adanya berbagai perubahan kondisi yang bisa berpengaruh buruk terhadap manusia. Seperti pencemaran udara, pencemaran air, kebakaran hutan, banjir, dan sebagainya. Sedangkan Lingkungan hidup dikatakan berkualitas baik jika berpengaruh positif atau menunjang terhadap kepentingan hidup makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya. Seperti menyangkut soal kenyamanan, keindahan, keserasian, kelancaran dan semua hal yang bersangkutan dengan persepsi manusia atas lingkungan hidupnya. Pengertian yang tidak kalah penting untuk diketahui di dalam memahami kualitas lingkungan adalah daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan adalah ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung sejumlah individu atau kelompok manusia untuk dapat hidup dengan wajar dalam lingkungan tersebut. Permasalahan di Kota Samarinda selain banjir, pemanasan global, terdapat juga permasalahan mengenai sampah. Tidak hanya satu pihak yang harus menangani sampah tetapi pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam menangani sampah. Jika proses perusakan unsur-unsur lingkungan hidup tersebut terus menerus dibiarkan berlangsung, kualitas lingkungan hidup akan semakin parah. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk yang paling berperan dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup perlu melakukan upaya yang dapat mengembalikan keseimbangan lingkungan agar kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dapat berkelanjutan. Di lain pihak, masyarakat hendaknya mendukung program-program pemerintah yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan. Upaya yang diberikan Pemerintah Kota Samarinda untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup salah satunya program hijau, bersih dan sehat (HBS).
2
Penaruh Program Hijau (Nur Hapidah) Hijau, Bersih, dan Sehat (HBS) adalah program Pemerintah Walikota Samarinda dalam rangka untuk mewujudkan serta membangun lingkungan kota yang baik sehingga dapat menanamkan pola pikir serta wawasan masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan yang baik. Tujuan dari program HBS adalah untuk upaya menciptakan Kota Tepian bebas sampah. Salah satu dasar pelaksanaan program HBS adalah Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Selain upaya sederhana yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan dan membantu program hijau, bersih dan sehat (HBS), masyarakat juga harus mendukung program ini seperti membuang sampah di tempatnya, menanam pohon, membersihkan lingkungan rumah, dan memanfaatkan limbah sampah organik atau non organik menjadi kompos serta untuk kerajinan tangan hasil daur ulang sampah sehingga dapat melaksanakan metode pengelolaan sampah yang baik (3R) yaitu reduce atau mengurangi, reuse atau menggunakan kembali, recycle atau mendaur ulang. Berbagai upaya yang dilakukan untuk mewujudkan lingkungan hijau, bersih dan sehat (HBS) di Kota Samarinda seperti yang telah dilakukan Kelurahan Pelita, Kecamatan Samarinda Ilir. Penerapan program hijau, bersih dan sehat (HBS) di Kelurahan pelita ini sudah mencapai beberapa RT. Walau berada di kawasan perkotaan yang bersifat heterogen, Kelurahan Pelita mengikut sertakan 3 RT dalam lomba hijau, bersih dan sehat (HBS) yang diadakan Pemkot Samarinda antara lain RT 05, 22 dan RT 38. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka fokus penelitian ini adalah pada pengaruh program hijau, bersih dan sehat (HBS) terhadap kualitas lingkungan hidup di Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir serta kendala-kendala yang dihadapi masyarakat dalam pelaksanaan program hijau, bersih dan sehat (HBS).
Pembahasan Pengaruh Program Hijau, Bersih Dan Sehat (HBS) Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup Di Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir. Program hijau, bersih dan sehat (HBS) merupakan solusi yang paling efisien dalam menciptakan lingkungan yang sehat karena selain melibatkan seluruh masyarakat di sekitar lingkungannya, juga memiliki dampak langsung terhadap kondisi lingkungan terhadap daerah yang mengikuti program HBS yang dilakukan di lingkungan pemukiman masyarakat. Menurut
Dinas Kebersihan dan Pertamanan 3
Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12
(DKP) Kota Samarinda bahwa mereka berusaha dengan segala keterbatasan memenuhi harapan Samarinda bersih. Saat ini program hijau, bersih dan sehat menumbuhkan adanya partisipasi aktif, rasa kesadaran dan tanggung jawab masyarakat yang tercermin dengan adanya perubahan mental/ sikap, pandangan hidup, cara berpikir, cara kerja dan sebagainya. Sedangkan menurut Ence Izhar selaku Lurah di Kelurahan Pelita mengungkapkan
bahwa masyarakat sangat menyambut baik terhadap
program HBS tersebut. Lingkungan di Pelita memiliki perubahan yang sangat positif dan adanya perbedaan nyata dari sebelum HBS dengan sesudah adanya HBS. Perbedaan tersebut antara lain adalah: Sebelum adanya program HBS lingkungan terlihat sangat kumuh dan kurang tertata namun setelah adanya HBS kebersihan lingkungan lebih terjaga, Keindahan lingkungannya terlihat nyata jika sebelum adanya HBS lingkungan terlihat gersang namun setelah adanya HBS lingkungan lebih hijau karena adanya penanaman pohon disekitar lingkungan masyarakat, Sebelum adanya HBS, kesehatan masyarakat kurang terjaga sering mengalami sakit ringan faktor sampah yang membusuk di sekitar rumah yang menimbulkan bau yang tidak sedap Namun setelah adanya HBS ini kesehatan masyarakat sekitar tetap terjaga dan masyarakat mulai menyadari bahwa kebersihan lingkungan berdampak positif yakni kesehatan, Jika sebelum HBS sampah terbuang sia-sia Sekarang dengan adanya HBS masyarakat lebih bisa memanfaatkan atau menambah nilai ekonomis rumah tangga yang bersangkutan. Nilai ekonomis tersebut dapat dilihat dari: keberadaan Bank Ramah Lingkungan (Ramli), Pembuatan BBM alternatif dari sampah plastik melalui proses penyulingan, Sampah-sampah plastik dapat diolah menjadi kerajinan tangan seperti tas, baju, topi, bunga dan adanya Pupuk kompos yang berasal dari bahan organik. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, dari RT yang sudah melaksanakan HBS seperti RT 05, 22 dan RT 38 bahwa lingkungan tersebut lebih terjaga, terpelihara, tertata, bersih, teduh, rapi, indah dan sebagainya, dibandingkan daerah-daerah RT yang belum melaksanakan program HBS. RT 05 yang memiliki lingkungan yang sangat rapi, bersih dan teduh, sehingga suasana di RT 05 sangat ramah lingkungan. Sebelum adanya HBS kondisi jalanan di RT 05 kurang bersih serta tidak adanya penerangan di setiap jalan lingkungan tersebut, namun semenjak adanya HBS, di lingkungan RT 05 lebih bersih, hijau dan sudah memiliki lampu taman sebagai sumber penerang jalan. Untuk
4
Penaruh Program Hijau (Nur Hapidah) kedepannya Ketua RT 05 beserta masyarakat akan melakukan pembukaan bank sampah (bank ramah lingkungan) yang saat ini masih dalam proses pelaksanaan.1 RT 22 memiliki keunggulan yakni mengelola sampah-sampah plastik menjadi kerajinan tangan serta pembuatan BBM alternatif dari sampah plastik melalui proses penyulingan. Berdasarkan pengalaman dari Bapak Marno Mukti, salah satu pejuang lingkungan sekaligus ketua RT 22 di Kelurahan Pelita, Samarinda. Cita-citanya mengubah sampah non organik menjadi sesuatu yang berguna diwujudkannya lewat eksperimen yang berkali-kali gagal. Namun karena tekad kuat, Pak Marno akhirnya mampu mengubah sampah-sampah itu menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) alternatif dari alat ciptaannya yakni Reaktor Destilasi BBM.2 Sebelum adanya program HBS di lingkungan RT 22, 100 persen sampah-sampah terbuang sia-sia di TPS tanpa adanya pengelolaan. Namun saat ini, sampah yang terbuang hanya 5 persen di buang ke TPS. Ibu rusdiana selaku istri dari ketua RT 22 juga menambahkan bahwa membuang 1 sampah plastik seperti plastik teh gelas telah membuang 20 tetes minyak, karena 1 kilo sampah memiliki nilai 1 liter minyak. Ada tiga jenis bahan bakar yang mampu dihasilkan dari mesin ciptaannya, yakni bahan bakar standar solar, standar minyak tanah, dan premium.3 RT 38 memiliki bank ramah lingkungan (bank ramli), sebelum adanya HBS, sebagian besar sampah di RT 38 di buang disembarang tempat terutama biasanya diletakkan didepan rumah bahkan di buang ditepi jalan. Namun semenjak adanya program HBS, Ketua RT 38 berinisiatif untuk membangun bank ramli. Hal ini untuk membangun nilai ekonomis masyarakat sekitar. Di RT ini terdapat arisan sampah, seminggu sekali dilakukan pengundian. Jadi sampah yang terkumpul selama dua sampai tiga minggu, sampahnya langsung dijual. Walaupun nilai dari sampah tersebut tak seberapa. Namun, sedikit demi sedikit manfaatnya akan begitu besar jika terus dilakukan.
Kendala-Kendala Yang Dihadapi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Hijau, Bersih Dan Sehat (HBS) Pemerintah yang terkait berusaha mensosialisasikan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tersebut dengan melalui program hijau, bersih dan sehat (HBS), seperti membuang sampah pada
1 2 3
Sumber: Bapak M. Sedjo, Ketua RT 05 Sumber : Bapak Marno, Ketua RT 22 Sumber : Ibu Rusdiana , Istri Ketua RT 22
5
Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12
tempatnya, waktu pembuangan sampah, pemanfaatan sampah, dan pengelolaan sampah. Larangan membuang sampah tercantum pada Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Dilihat dari larangan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah, masih ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui larangan-larangan dalam perda sampah tersebut, seperti: membuang sampah di jalan atau tempat umum, membakar sampah, waktu pembuangan sampah, dan sebagainya. Bahkan ada juga masyarakat yang mengetahui perda tersebut namun masih membuang sampah pada sembarang tempat karena faktor kebiasaan. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat serta kurang tegasnya pemerintah dalam penegakan perda tersebut. Apabila ada masyarakat yang terlihat membuang sampah pemerintah hanya mengeluarkan teguran tanpa adanya sanksi seperti yang telah tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah Pasal 47 Ayat (1), (2) dan (3). Lemahnya pengawasan dan kurang tegasnya sanksi bagi masyarakat yang melanggar Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan sampah, menyebabkan persoalan mengenai sampah belum terselesaikan walaupun adanya program hijau, bersih dan sehat (HBS). Seharusnya agar program hijau, bersih dan sehat (HBS) berjalan dengan baik, pemerintah harus membuatkan peraturan baru khusus mengenai HBS. Sehingga dengan adanya peraturan mengenai HBS serta adanya sanksi yang tegas maka masyarakat terikat oleh peraturan tersebut untuk mewajibkan masyarakat menjalankan program HBS dilingkungan masing-masing. Hal ini bertujuan agar program HBS menjadikan Samarinda Kota TEPIAN bisa terlaksana dengan baik. Selain itu, terdapat juga kendala-kendala yang dihadapi setiap RT, antara lain: RT 05 Berdasarkan wawancara dengan Ketua RT 05 Bapak M. Sedjo mengatakan bahwa RT 05 telah menjalakan program HBS sejak tiga tahun terakhir. Gotong royong dilakukan setiap hari minggu, namun saat bulan puasa kegiatan HBS dikurangi. Hal yang paling menghambat program HBS di RT 05 ini adalah kurangnya bantuan dana pembinaan dari pemerintah serta lambatnya tanggapan pemerintah dalam menangani permintaan masyarakat. Masyarakat menjalankan program HBS sebagian besar memakai dana pribadi seperti membeli pot, cat, dan sebagainya. Walaupun tidak adanya dana pembinaan dari pemerintah, masyarakat tetap antusias dalam menjalankan program HBS ini. Semua itu mereka lakukan demi menjaga kebersihan lingkungan.
6
Penaruh Program Hijau (Nur Hapidah) RT 22, Kendala-kendala yang dihadapi di RT 22 berdasarkan wawancara terhadap ketua RT adalah masih adanya sebagian masyarakat kurang sadar akan kebersihan lingkungan. Dengan menjaga kebersihan lingkungan maka akan terciptanya kesehatan. Sebagian besar masyarakat yang kurang sadar akan kebersihan tersebut adalah masyarakat yang baru atau pendatang. Walaupun sudah adanya sosialisasi HBS serta teguran agar menjaga kebersihan lingkungan, masyarakat pendatang tersebut kurang merespon baik. Bahkan terkadang masih membuang sampah dengan sengaja di sembarang tempat. Hal lain yang menjadi kendala adalah kondisi jalan di sepanjang RT 22 yang sempit sehingga apabila pot tanaman diletakkan di pinggir jalan, maka ruas jalan terlihat lebih sempit. RT 38, Menurut Ibu Sri selaku ketua RT 38, bukan hal mudah untuk menjalankan program HBS. Pola pikir warga tentang sampah perlu diubah, itu merupakan kendala berat yang mereka alami. Selain itu, kendala yang di hadapi menurut keterangan RT bahwa kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan lingkungan yang sudah ditata, salah satunya pemeliharaan tanaman yang ditata dalam pot. Walaupun tugas yang berat dan Ibu Sri selaku ketua RT seorang perempuan, hal itu tidak menghambat semangatnya untuk tetap terus mensosialisasikan program hijau, bersih dan sehat (HBS) di lingkungannya. Di Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir, masih banyak RT yang belum menjalankan program HBS. Kesimpulan yang dapat di ambil berdasarkan keterangan terhadap salah satu RT yang belum mengikuti program HBS diantaranya adalah masalah kurangnya dana dan fasilitas yang mendukung dari pemerintah, kemudian masalah keterbatasan waktu, dan masalah gaya hidup atau kebiasaan masyarakat. Untuk menangani kendala-kendala yang dihadapi masyarakat baik yang sudah menjalankan program HBS maupun yang belum menjalankan program tersebut, seharusnya ada tindakan dari pemerintah untuk memberikan solusi dalam penanganan kendala-kendala yang terjadi dilingkungan masyarakat. Selain itu, dari segi masyarakatnya bahwa seharusnya ada kesadaran untuk tetap menjaga lingkungan dan memanfaatkan lingkungan dengan baik walaupun tanpa adanya program HBS. Menjaga lingkungan dapat dimulai dari hal kecil seperti membuang sampah pada tempat dan waktu yang tepat, memanfaatkan sampah dengan baik, tidak melakukan penebangan pohon yang mengakibatkan kerusakan hutan, dan sebagainya, karena melakukan kebaikan dalam hal kecil akan berdampak besar jika terus dilakukan dikehidupan sehari-hari.
7
Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12
Penutup Pengaruh program hijau, bersih dan sehat (HBS) terhadap kualitas lingkungan hidup di Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir pada saat ini menumbuhkan adanya partisipasi aktif, rasa kesadaran dan tanggung jawab masyarakat yang tercermin dengan adanya perubahan mental/ sikap, pandangan hidup, cara berpikir, cara kerja dan sebagainya. Selain itu lingkungan di Pelita memiliki perubahan yang sangat positif yaitu: Jika sebelum HBS sampah terbuang sia-sia, sekarang dengan adanya HBS, masyarakat lebih bisa memanfaatkan atau menambah nilai ekonomis rumah tangga yang bersangkutan. Nilai ekonomis tersebut dapat dilihat dari: Bank Ramah Lingkungan (Ramli), Pembuatan BBM alternatif dari sampah plastik melalui proses penyulingan, Sampah-sampah plastik dapat diolah menjadi kerajinan tangan seperti tas, baju, topi, bunga dan sebagainya. Kendala-kendala yang dihadapi masyarakat dalam pelaksanaan program hijau, bersih dan sehat (HBS) jika dilihat dari larangan membuang sampah tercantum pada Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah, sebagian masyarakat ada yang masih belum mengetahui Peraturan Daerah tersebut, bahkan ada juga masyarakat yang mengetahui perda tersebut namun masih membuang sampah pada sembarang tempat karena faktor kebiasaan. Lemahnya pengawasan dan kurang tegasnya sanksi bagi masyarakat yang melanggar Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah, menyebabkan persoalan mengenai sampah belum terselesaikan walaupun adanya program hijau, bersih dan sehat (HBS).
Sementara itu, di daerah
Kelurahan Pelita hal yang paling menghambat program HBS di RT 05 ini adalah kurangnya bantuan dana pembinaan dari pemerintah serta lambatnya tanggapan pemerintah dalam menangani permintaan masyarakat. Masyarakat menjalankan program HBS sebagian besar memakai dana pribadi seperti membeli pot, cat, dan sebagainya. Untuk di RT 22 yaitu kurangnya dukungan masyarakat terutama bagi para pendatang dan untuk RT 38 kendalanya berupa kurangnya pemeliharaan masyarakat terhadap lingkungan yang sudah tertata, terutama dalam hal pemeliharaan tanaman pot. Beberapa saran yang perlu diperhatikan : 1. Pemerintah seharusnya membuatkan peraturan baru khusus pelaksanaan program HBS beserta sanksinya, agar HBS bisa dilaksanakan di seluruh Kota Samarinda.
8
Penaruh Program Hijau (Nur Hapidah) 2. Pemerintah Daerah Kota Samarinda dalam hal ini melalui Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota samarinda sebaiknya lebih tegas dalam menerapkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. 3. Pemerintah Kota Samarinda sebaiknya melakukan kunjungan secara berkala terhadap lingkungan masyarakat untuk melihat pelaksanaan program HBS, tidak hanya pada saat Lomba saja. 4. Sebaiknya pemerintah memberikan solusi terhadap kendala-kendala yang dihadapi masyarakat dalam menjalankan program HBS.
9
Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12
Daftar Pustaka Asshiddiqie Jimly, 2010, Green Constitution Nuansa Hijau, Rajawali, Jakarta. Basriyanto, 2007, Memanen Sampah, Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta. Djamal Irwan Zoer’aini, 2010, Prinsip-Prinsip Ekologi, PT. Bumi Aksara Jakarta. Hardjasoemantri Koesnadi dan Supriyono Harry, 1996, Hukum Lingkungan, Gadjah Mada, Yogyakarta. Muhammad Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Ristono, 1999, Menuju Lingkungan Yang Sehat Dan Bersih, CV. Locus, Samarinda. Siahaan, N.H.T., 2004, Hukum Lingkungan Dan Ekologi Pembangunan, Erlangga, Cetakan Kedua, Jakarta. Slamet Soemirat Juli, 2009, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press. Soekanto Soerjono, 2003, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta Supranto J., 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta. Supriadi, 2006, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Suryabrata Sumadi, 2003, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaaan Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Sampah Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Monografi Desa Dan Kelurahan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah
10