PENGARUH PROGRAM BERMAIN TERHADAP RESPON PENERIMAAN PEMBERIAN OBAT PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH Sri Angriani1, Andi Wahid kahar2, Nurhidayah3 1Poltekkes
Kemenkes Makassar Nani Hasanuddin Makassar 3STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2STIKES
(Alamat korespondensi:
[email protected] / 085255574459)
ABSTRAK Hospitalisasi anak dapat menjadi pengalaman yang menimbulkan trauma pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua dalam keperawatan anak selama di rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari program bermain terhadap respon penerimaan pemberian obat pada anak usia pra sekolah di ruang perawatan RSUD Kota Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan metode pendekatan desain postes dengan kelompok kontrol ( Posttest Only Control Group Design). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien anak usia pra sekolah (3-6 tahun) yang dirawat di ruang perawatan anak. Pengambilan Sampel menggunakan teknik purposive sampling, Didapatkan 36 responden sesuai dengan kriteria inklusi yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang masing-masing terdapat 18 responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan lebar observasi. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan aplikasi komputer SPSS versi 16.0. Analisis bivariat pada kedua variable independen didapatkan nilai p=0.006 < α=0.05,pada responden yang diberi program bermain diperoleh nilai mean 1.67. Sedangkan pada anak yang tidak diberi program bermain diperoleh nilai mean 1.22, yang berarti ada pengaruh program bermain terhadap respon penerimaan pemberian obat pada anak usia pra sekolah di ruang perawatan anak RSUD Kota Makassar. Kata Kunci : Program Bermain, Respon Penerimaan Pemberian Obat, Anak Usia Pra sekolah
PENDAHULUAN Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena sualu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai kembali ke rumah. Selama proses tersebut anak dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa hasil penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang traumatik dan penuh dengan stress (Supartini, 2010). Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong,2000). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman, dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. (Supartini, 2010). Anak akan menunjukkan berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reaksi tersebut bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak,
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya. Reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri (Supartini, 2010). Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua dalam keperawatan anak selama di rumah sakit (Supartini, 2010). Menurut bina upaya kesehatan. kemenkes RI. 2012. Di Indonesia jumlah kunjungan pasien anak untuk rawat inap di rumah sakit tahun 2010 adalah I.699.934 sedangkan tahun 2011 sejumlah 1.204.612 (Humayasari,2013). Provinsi Sulawesi Selatan jumlah kunjungan pasien anak pra sekolah untuk rawat inap yang ada di rumah sakit di setiap daerah adalah sebanyak 8.448 anak (tahun 2008) menjadi 232 (42,7%) tahun 2009 dan cenderung naik di tahun 2010 yakni
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
507
sebesar 311 (57.2% ) dan turun menjadi 221 (40.53% ) di tahun 2011 (sumbar LKP Gubernur Sul-Sel 2011 yang dikutip dari Skripsi Humayasari, 2013). Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar jumlah kunjungan pasien anak pra sekolah yang rawat inap di tahun 2014 pada bulan Januari sebanyak 25 anak, februari sebanyak 42 anak, maret sebanyak 30 anak, april sebanyak 28 anak dan dibulan mei sebanyak 33 anak. Dari hasil observasi yang dilakukan di ruangan keperawatan anak RSUD Kota Makassar menunjukkan bahwa pasien anak yang dirawat mengalami stress saat pemberian obat dengan reaksi seperti takut dan menolak. Untuk mengatasi stressor tersebut maka perawat memberikan program bermain. Berdasarkan data tersebut, peneliti tertarik meneliti tentang pengaruh program bermain terhadap respon penerimaan pemberian obat pada anak. BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi dan Sampel Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan metode pendekatan desain postes dengan kelompok kontrol ( Posttest Only Control Group Design) yakni mengukur pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol (Riyanto,2011). Penelitain ini dilakukan di RSUD Kota Makassar. Penelitian ini direncanakan pada juni-juli 2014. Populasi dalam penelitian adalah semua pasien anak pra sekolah yang ada di ruang keperawatan anak RSUD Kota Makassar sebanyak 40 Anak. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang. Pengumpulan data Data diperoleh dengan menggunakan lembar obeservasi. Lembar observasi ini diharapkan dapat menunjukkan hubungan program bermain dengan respon penerimaan pemberian obat pada anak pra sekolah. Instrumen penelitian terdiri atas data demografi dan respon penerimaan pemberian obat. Data demografi meliputi nama (inisial), umur, jenis kelamin,dan alamat. Lembar observasi yang dibuat berbentuk check list yaitu respon “YA” dan respon “TIDAK”. Setiap pernyataan di lembar observasi diberikan skor dengan menggunakan skala guttment dengan dua interval jawaban yaitu “YA” diberi skor 1 dan “TIDAK” diberi skor 0. Langkah-langkah pengolahan data terdiri atas : editing, coding, prosessing, dan cleaning
508
Analisis data Setelah data ditabulasikan maka pengolahan data dilakukan dengan menggunakan computer program SPSS yang meliputi : Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti dan analisis bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji statistik uji chi-square dengan tingkat kemaknaan P < 0,05. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Demografi Responden Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin Diruang Perawatan Anak RSUD Kota Makassar Jenis Kelamin Frekuensi % laki-laki 23 63.9 perempuan 13 36.1 Total 36 100 Tabel 2 Distribusi Demografi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Diruang Perawatan Anak RSUD Kota Makassar Umur (Tahun) Frekuensi % 3 8 22.2 4 13 36.1 5 2 5.6 6 Total
13 36
36.1 100
Tabel 3 Distribusi Demografi Responden Berdasarkan Pengalaman Dirawat Diruang Perawatan Anak RSUD Kota Makassar Pengalaman Frekuensi % Dirawat Pernah Tidak Pernah Total
14 22 36
38.9 61.1 100
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Program Bermain Diruang Perawatan Anak RSUD Kota Makassar program Bermain Frekuensi % Dilakukan
18
50
Tidak Dilakukan
18
50
Total
36
100
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Respon Penerimaan Pemberian Obat Yang Diberi Program Bermain Diruang PerawatanAnak RSUD Kota Makassar Respon Frekuensi % Penerimaan Anak Kooperatif 12 33.3 Tidak kooperatif
6
16.7
Total
18
50%
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Respon Penerimaan PemberianObat Yang Tidak Diberi Program Bermain Diruang Perawatan Anak RSUD Kota Makassar Respon Frekuensi % Penerimaan Anak Kooperatif 4 11.1 Tidak kooperatif
14
38.9
Total
18
50
2. Analisis Bivariat Tabel 7 Distribusi Pengaruh Program Bermain Terhadap Respon Penerimaan Pemberian Obatpada Anak Usia Pra Sekolah Diruang Perawatan Anak Penerimaan Anak Total Tidak Kooperatif Kooperatif n % n % n % Dilakukan 12 33.3 6 16.7 18 50 Tidak 4 11.1 14 38.9 18 50 Dilakukan Total 16 44.4 20 55.6 36 100 T-test= -2.916 p=0.006 α=0.05 Program Bermain
RSUD Kota Makassar Dari Tabel 7, diketahui bahwa dari total 18 (50%) responden yang diberikan program bermain sebelum pemberian obat, 12 orang responden (33,3%) diantaranya berespon kooperatif dan 6 orang responden (16,7%) lainnya berespon tidak kooperatif saat pemberian obat dilakukan. Sedangkan dari total 18 orang (50%) responden yang tidak diberikan program bermain sebelum tindakan pemberian obat, 4 orang (11,1%) responden kooperatif dan 14 orang responden (38,9%) lainnya berespon tidak kooperatif saat pemberian obat. Setelah dilakukan analisis uji statistik menggunakan uji Indevenden Sampel Test terlihat nilai t hitung=-2.916 dan Mean untuk respon anak yang diberi program bermain= 1.67 dan respon anak yang tidak
diberi program bermain= 1.22, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara respon anak yang diberi program bermain dan yang tidak diberi program bermain pada anak usia pra sekolah diruang perawatan anak RSUD Kota Makassar. Selain itu pada kedua variabel independen didapatkan masing-masing nilai p=0.006 yang memiliki nilai lebih besar daripada alpha (0.05).
PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan peneliti di RSUD Kota Makassar dengan judul Pengaruh Program Bermain Terhadap Respon Penerimaan Pemberian Obat Pada Anak Usia pra Sekolah Di Ruang Perawatan Anak. Dengan jumlah responden 36 (100%) orang, yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang masing-masing sebanyak 18 (50%) responden. Diketahui bahwa dari total 18 (50%) responden yang diberikan program bermain (kelompok perlakuan) sebelum pemberian obat, 12 (33,3%) orang responden diantaranya berespon kooperatif dan 6 (16,7%) orang responden lainnya berespon tidak kooperatif. Sedangkan dari total 18 (50%) orang responden yang tidak diberikan program bermain (kelompok kontrol) sebelum tindakan pemberian obat, 4 (11,1%) orang responden kooperatif dan 14 (38,9%) orang responden lainnya berespon tidak kooperatif. 1. Responden Yang Diberi Program Bermain (Kelompok Perlakuan) Dari total 18 (50%) responden yang diberikan program bermain sebelum pemberian obat ada 6 orang responden (16,7%)yang tidak kooperatif. Hal ini disebabkan karena pasien baru dirawat pertama kali sehingga menjadi salah satu stressor buat responden. Sehingga responden harus beradaptasi pada lingkungan yang baru dan mendapat beberapa tindakan pengobatan yang menimbulkan perasaan takut, cemas, dan nyeri. Menurut Huriock.1991, Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab stres bagi anak, terutama disebabkan oleh perpisahan dari lingkungan. Anak yang sedang sakit hampir selalu memperlihatkan sikap yang sangat mudah tersinggung, mudah cemas, pemarah, agresif, penakut, curiga, dan sensitif. Menurut Supartini (2004), upaya meminimalkan stresor dapat dilakukan dengan meminimalkan rasa takut terhadap
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
509
cidera tubuh dan rasa nyeri dengan cara melakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan fisik anak misalnya dengan bercerita, menggambar, menonton dengan cerita yang berkaitan dengan prosedur yang akan dilakukan pada anak. Dimana permainan yang dilakukan peneliti diruang perawatan anak RSUD Kota Makassar adalah merwarnai gambar dan menoton film. Sehingga dengan permainan ini anak berespon kooperatif untuk tindakan invasif yang diberikan. Hal ini sesuai dengan fungsi bermain menurut Tridonanto dan Beranda, 2013 yaitu a) Anak bisa berimajinasi dan mengeluarkan gagasan-gagasan kreatif yang tersimpan di dalam dirinya. b) Anak mengekspresikan pengetahuan yang ia miliki tentang dunia dan mendapatkan pengetahuan baru. c) Menguatkan fisik anak, terutama kemampuan psikomotor dan juga aspek psikologis anak, terutama kesehatan mentalnya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahma dan Ni putu, 2008, di rumah sakit panti rapih Yogyakarta dengan judul Tingkat Kooperatif Anak Pra Sekolah (3-5 Tahun) Melalui Terapi Bermain Selama Menjalani Perawatan dan jumlah responden 31 orang dengan penelitian eksperimen pre dan post control group design menunjukkan sebelum diberi terapi bermain terdapat 1 responden (03,22%) kooperatif baik, 5 responden (16,12%) kooperatif cukup dan 25 responden (80,64%) kooperatif buruk. Namun setelah diberi terapi bermain tingkat kooperatif responden meningkat, 27 responden (87,9%) kooperatif baik, 4 responden (12,90%) kooperatif cukup dan tidak ada responden dengan kooperatif buruk. 2. Responden Yang Tidak Diberi Program Bermain (Kelompok Kontrol) Pada kelompok kontrol atau kelompok yang tidak diberi program bermain ada 4 responden (11,1%) menunjukkan respon kooperatif saat pemberian obat dilakukan. Hasil penelitian oleh Subardiah (2009) menyatakan bahwa pengalaman anak dirawat sebelumnya akan mempengaruhi respon anak terhadap hospitalisasi. Hal ini dapat memberi gambaran kepada anak tentang apa yang akan dialaminya sehingga akan mempengaruhi respon anak seperti tindakan yang menyakitkan dan
510
pengalaman kemampuan mengendalikan kondisi stres tersebut. Selain pengalaman dirawat, usia juga berpengaruh pada tingkat kooperatif anak yang dirawat di rumah sakit. Hal ini diungkapkan dalam penelitian Subandi, 2012, yang mengemukakan bahwa karakteristik usia mempengaruhi tingkat kooperatif responden. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Suryanti, 2011, Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai dan Origami Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah di RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga. Terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan yang dialami anak sebelum dilakukan terapi (mewarnai dan origami) dan sesudah dilakukan terapi bermain yaitu dengan p= 0,0001 pada signifikan α= 0,05. Terapi bermain dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia pra sekolah yang dirawat dari tingkat kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan ringan. Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sugeng Mashudi di RSUD Sampang Madura pada 15 Anak menunjukkan bahwa penerimaan tindakan invasif pada anak prasekolah yang diberi terapi bermain dokter-dokteran berupa jarum suntik tanpa jarum 1 anak (6,7%) memiliki respons penerimaan jelek. Sedangkan 9 anak (60%) respons penerimaan anak yang diberi terapi bermain dokter-dokteran adalah baik, Sedang 5 anak (33,3%) memiliki respons penerimaan cukup. Dari hasil analisis bivariat peneliti berasumsi bahwa ada pengaruh yang signifikan antara program bermain dengan respon penerimaan pemberian obat pada anak usia pra sekolah diruang perawatan anak RSUD Kota Makassar. Pemberian program bermain pada anak sebelum tindakan pemberian obat akan membuat anak merasa senang dan nyaman sehingga stressor yang dirasakan sebelumnya berkurang dan membuat anak kooperatif dalam tindakan pengobatan. Selain itu pengalaman dirawat sebelumnya juga memberi pengaruh pada tingkat kooperatif anak usia pra sekolah di ruang perawatan anak RSUD Kota Makassar. Karena pengalaman dirawat memberi gambaran pada anak tentang perlakuan yang akan diterima saat dirawat sehingga rasa takut anak berkurang. Demikian pula Nilai t hitung=-2.916 dan dari nilai mean (rata-rata) menunjukkan bahwa responden yang diberi program bermain lebih
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
kooperatif dibanding yang tidak diberi program bermain. Maka hipotesa (Ha) yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima karena ada pengaruh yang positif antara program bermain dengan penerimaan anak usia pra sekolah dan hipotesa (Ho) ditolak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa : Respon penerimaan pemberian obat pada anak usia pra sekolah diruang perawatan anak RSUD kota makassar yang diberi program bermain menjadi lebih kooperatif dibandingkan dengan
respon penerimaan anak usia pra sekolah yang tidak diberi program bermain. Dimana dalam hal ini anak lebih mudah menerima dan melakukan tindakan pengobatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Hal ini ditegaskan dari hasil uji bivariat dengan menggunakan uji Independen Sampel Test didapatkan nilai p= 0.006 dengan α= 0.05 SARAN Rumah sakit sebaiknya menyediakan jadwal dan fasilitas bermain sesuai dengan usia pasien anak, sehingga program bermain dapat dilakukan secara berkesinambungan dan efektif di ruang bermain.
DAFTAR PUSTAKA Alimul Aziz H, 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika. Jakarta Selatan Humayasari Andi, 2013. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Respon Penerimaan Pemberian Obat Injeksi Pada Anak Usia Sekolah di RSUD H. PADJONGA DG. NGALLE. Takalar Kusuma Kelana. D, 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Penerbit Buku Kesehatan. Jakarta Timur Nursalam, dkk, 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Saemba Medika. Jakarta Ngastiya, 2012. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta Rahmawati Dewi dan Dewi Puspita, 2008. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Selama menjalani Perawatan Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) Di Rumah Sakit Panti Rapih. Surya Medika. Yogyakarta Riyanto Agus, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Numed. Jakarta Saryono dan dwi Angreani, 2013. Metodologi Penelitian Kulitatif dan Kuantitatif. Naha Medika. Yogyakarta Subandi Ahmad, 2012. Pengaruh Pemasangan Spalk Bermotif Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama Prosedur Injeksi Intra Vena Di Rumah Sakit Wilayah Cilacap. UI. Jakarta Subardiyah, LP. (2009). Pengaruh permainan terapeutik terhadap kecemasan, kehilangan kontrol, dan ketakutan anak prasekolah selama dirawat di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Propinsi Lampung. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Sudirman Ahmad, 2012. Slide Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah, Sekolah Dan Remaja. Bogor Sugeng mashudi dan Moh Zainal, 2009. Aplikasi Terapi Bermain Terhadap Respon Penerimaan Tindakan Invasif Pada Anak Pra Sekolah. Universitas Muhammadiyah PPonorogo. Madura Suriyadi dan Yuliani Rita, 2009. Asuhan keperawatan Pada Anak Edisi 2. Graha Ilmu. Yogyakarta Susanto Ahmad, 2012. Pekembangan Anak Usia Dini. Kencana Prenada Media Group. Jakarta Supartini Yupi, 2010. Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC. Jakarta Tarigan helvina, 2010. Tumbuh kembang pada anak pra sekolah. http://tariganhelvina.wordpress.com/tumbuhkembang-anak-pra-sekolah-menuju-dan-membawa-penyusuaian-diri-yang-tidak-baik-daripada-yang-baikterutama-adalah-terjadinya-kemunduran-fisik-dan-mental-yang-berlangsung-secara-perlahan-danbert/ Tridhonanto Al dan Beranda Agency, 2013. Pola Asuh Kreatif . Elex Media Komputindo. Jakarta Wahyu, 2012. SOP Terapi Bermain Dan Penilaian Perkembangan http://nswahyunc.blogspot.com/2012/06/sop-terapi-bermain-dan-penilaian.html
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Anak.
511