PERBEDAAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH PADA SEKOLAH YANG MENGGUNAKAN METODE SEMI MONTESSORI DAN SEKOLAH REGULAR
Nadya Muthi Azmi
[email protected] Antonina Pantja Juni Wulandari, S.Sos., M.Si Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21) 535 0644
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini, ialah untuk melihat apakah ada perbedaan kemandirian anak usia pra-sekolah pada sekolah yang menggunakan metode semi Montessori dan sekolah reguler. Subyek dalam penelitian ini adalah anak usia pra-sekolah di sekolah yang menggunakan metode semi Montessori dan sekolah reguler. Penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 55 siswa yaitu 25 siswa sekolah yang menggunakan metode semi Montessori dan 30 siswa sekolah reguler. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Penelitian ini menggunakan uji beda rata-rata dengan independent sample T test yang bertujuan untuk membandingkan hasil kemandirian dari kedua sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian dari kedua sekolah memiliki hasil 0,019 > 0,05 sehingga Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemandirian anak usia pra-sekolah pada sekolah yang menggunakan metode semi Montessori dan sekolah regular.
Kata Kunci : Anak Usia Pra-sekolah, Kemandirian, semi Montessori
ABSTRACT
the purpose in this research is looking the differences independence preschool children at schools that use semi montessori method and regular school. subject in this research is pre-school children at school that use semi montessori method and regular school. amount of sample in this research is 55 students with 25 students from semi montessori school and 30 students from regular school. sampling technic that use in this research is non probability sampling. this research using mean difference test with independent sample t test that aimed compared of the result of independence from both school has result 0,019 > 0,05 so make Ho accepted. conclusion of this research is theres no difference of independence pre-school children at school that use semi montessori method and regular school.
key word : pre-school children, Independence, Semi montessori
PENDAHULUAN Anak adalah makhluk sosial sama seperti dengan orang dewasa. Anak terlahir dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa sehingga membutuhkan orang dewasa dalam membantu mengembangkan kemampuannya. Seiring berjalan waktu masa kanak-kanak merupakan periode yang demikian khas dan merupakan periode penting bagi anak menurut Clark (dalam Semiawan, 2002) dan terjadi sesuai dengan tahapan- tahapan usianya. Menurut Yamin dan Jamilah (2010), masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan untuk perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya karena merupakan masa peka dan masa emas dalam kehidupan anak. Hal ini menandakan bahwa semua pihak perlu memahami akan pentingnya masa usia dini untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosio-emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai agama. Pada usia ini anak juga mencoba untuk menjadi lebih mandiri secara fisik dikarenakan anak sudah mampu untuk berjalan dan berlari tanpa dibantu orang dewasa lagi. Masalah yang dapat terjadi pada usia ini menurut Erikson (1968, dalam Yamin, 2010), adalah anak akan merasa malu kepada lingkungannya ketika dia merasa tidak mampu melakukan segala sesuatunya sendiri. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam masa usia dini anak mulai membentuk dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri. Menurut Havigurst (1972, dalam Yamin &Jamilah, 2010) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari empat aspek, yaitu: 1) emosi, 2) ekonomi, 3) intelektual, dan 4) sosial. Masa kritis bagi perkembangan kemandirian berlangsung pada usia dua sampai tiga tahun. Pada usia ini tugas utama perkembangan anak adalah untuk mengembangkan kemandiriannya. Kebutuhan untuk mengembangkan kemandirian yang tidak terpenuhi pada usia dua sampai tiga tahun akan menimbulkan terhambatnya perkembangan mandiri yang maksimal berdasarkan teori Erikson (Yamin&Jamilah,2010). Kemandirian anak ditandai dengan adanya kemampuan untuk melakukan aktivitas sederhana sehari-hari, seperti makan tanpa disuapi, menggunakan pakaian sendiri, mampu memakai kaos kaki dan sepatunya sendiri. Dari hasil penelitian Ruhidawan (2005) mengenai pola pengasuhan berpengaruh terhadap kemandirian anak dan didukung oleh Karma (2002) yang menyatakan bahwa perbedaan dalam pengasuhan dapat mempengaruhi pembentukan kemandirian anak. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendidikan non-formal dapat berpengaruh terhadap kemandirian. Selain itu, dalam mengembangkan kemandirian anak dapat melalui pendidikan formal yang lebih dikenal sebagai pendidikan anak usia dini (PAUD). Lebih lanjut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Malau (2012) mengenai faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian anak kelas satu sekolah dasar negeri 1 Pondok Cina kota Depok bahwa tahapan kemandirian anak kelas satu sekolah dasar diantaranya yaitu bisa berpakaian sendiri, bisa mengatur perlengkapan sekolah dengan sendiri. Namun sekitar 50% anak masih banyak yang kurang mandiri di rumah terutama dalam hal berpakaian dan menyiapkan alat-alat perlengkapan sekolah. Hal ini dikarenakan sekitar 10% anak masih berusia kurang dari 6 tahun sehingga masih dibantu oleh orang tua. Selain itu, sekitar 12% dipengaruhi faktor anak tunggal sehingga peran orang tua sangat banyak dalam membantu anak mengerjakan tugas sehari-hari. Lebih lanjut dalam penelitian tersebut beliau menyarankan bahwa guru perlu meningkatkan cara pengembangan kemandirian anak dengan cara membiasakan melakukan tugas di sekolah dengan sendiri. Selain itu, mengingatkan anak secara berulang bahwa tugas di sekolah harus dikerjakan dengan sendiri agar anak membiasakan diri untuk mengerjakan tugas sendiri. Hal ini terkait dengan salah satu metode belajar yang saat ini tengah berkembang di Indonesia, yaitu metode Montessori. Metode Montessori dicetuskan oleh Maria Montessori pada tahun 1907 melalui Casa dei Bambini atau Children House yang berkeyakinan bahwa pendidikan dimulai sejak lahir, pikiran anak sebagai absorbent mind atau pikiran dapat mudah menyerap karena kemampuannya yang besar dalam belajar dan berasimilasi secara terus menerus dari dunianya. Berdasarkan Uraian di atas rumusan masalahnya sebagai berikut “Adakah perbedaan kemandirian anak usia pra-sekolah pada sekolah yang menggunakan metode semi Montessori dan sekolah regular ”. Dalam Penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui perbedaan kemandirian anak usia pra-sekolah pada sekolah yang menggunakan metode semi Montessori dan sekolah regular.
METODE PENELITIAN Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi yaitu non-participant observation dimana menurut Gay (1992) observan tidak terlibat langsung dalam situasi yang diamati. Lebih lanjut Gay menjelaskan jenis non-participant observation yang digunakan adalah naturalistic observation, yaitu mengobservasi tingkah laku atau hal yang terjadi secara alami. Dalam hal ini observer tidak melakukan manipulasi atau mengontrol sesuai dengan harapan. Teknik sampling yang digunakan pada penilitian ini adalah non-probability sampling, yaitu teknik sampling bertujuan (purposive sampling). Menurut Usman dan Akbar (2011) purposive sampling digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah anak usia pra-sekolah, yaitu usia 3-6 tahun dan sekolah di pre-school yang menggunakan metode semi Montessori dan sekolah regular. Peneliti menggunakan metode uji validitas pada alat ukur yang digunakan, yaitu behavioral checklist pada kemandirian anak. Metode yang digunakan adalah content validity melalui expert judgment yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan kepala sekolah yang menggunakan metode semi Montessori dalam pembelajaran. Teknik pengolahan data kuantitatif menggunakan statistic SPSS 21.0 for windows dengan menggunakan T-tes, yaitu independent sample T test karena penelitian ini ingin menguji beda rata-rata dari kedua kelompok. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah behavioral checklist tentang kemandirian anak usia dini. Peneliti mencari teori mengenai kemandirian anak usia dini yang kemudian di jadikan dimensi pengukuran. 4 dimensi pengukuran kemandirian anak usia prasekolah menurut Masrun (dalam Widyawatie, 2009) , yaitu Otonomi terdiri dari 5 item pernyataan, Inisiatif terdiri dari 3 item pernyataan, Bertangung jawab terdiri dari 4 pernyataan, Kontrol diri terdiri dari 3 pernyataan.
Peneliti melakukan penyusunan behavioral checklist dari item yang sudah di setujui oleh kepala sekolah yang menggunakan metode semi Montessori untuk melakukan pengambilan data. Peneliti dibantu oleh dua orang rekan dalam melakukan observasi kepada setiap subjek. Sebelum observasi dilakukan, peneliti memberikan instruksi terhadap rekan mengenai apa yang harus di observasi dan sikap-sikap apa yang akan menjadi penilaiannya. Penelitian dilakukan selama 4 hari untuk sekolah yang menggunakan metode semi Montessori. Pengambilan data dilakukan di luar jam belajar seperti pada saat pagi hari sebelum melakukan doa bersama, pada saat waktu istirahat dan kemudian pada saat jam makan siang sebelum pulang sekolah. Peneliti dan rekan memberikan skor pada hari tersebut dan kemudia dilakukan penilaian akhir dari setiap skor masing-masing siswa. Lebih lanjut dalam penelitian ini, jika ditemukan 2 hari ketika penelitian seorang siswa menunjukkan perilaku yang menunjukkan kemandirian maka peneliti akan memastikan kepada pengajar kelasnya untuk mengetahui apakah siswa tersebut memang sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri atau masih butuh bantuan dan ketika guru memberikan penjelasan mengenai siswa tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan oleh peneliti untuk memberikan skor 0 atau 1 dalam kemandiriannya. Observasi dilakukan dengan melihat perilaku-perilaku yang muncul sesuai dengan item behavioral checklist. Peneliti juga menemukan adanya beberapa siswa yang sebelumnya menunjukkan perilaku mandiri kemudia mereka tidak lagi dapat melakukkannya karena tidak adanya kepercayaan yang diberikan oleh para orang tua atau para pengasuh mereka. Hal-hal tersebut merupakan salah satu hal yang menjadi bahan pertimbangan ketika melakukan penelitian dan juga sebagai sumber baru untuk mendapatkan informasi mengenai kemandirian anak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian yang dilakukan mengenai kemandirian anak usia pra-sekolah di dapatkan subjek sebanyak 55 siswa. dua puluh lima siswa dari sekolah yang menggunakan metode Montessori, dengan subyek yang terdiri dari usia tiga tahun sampai enam tahun, sedangkan 30 siswa dari sekolah yang tidak menggunakan metode Montessori. Jumlah rata-rata dari kedua sekolah , yaitu sekolah Montessori memiliki rata-rata sebesar 10,7200 dan sekolah yang tidak menggunakan metode Montessori memiliki rata-rata sebesar 10,3667. Berdasarkan penghitungan uji beda mean dengan menggunakan independent sample T test dari total seluruh subyek didapatkan probabilitasnya (sig) sebesar 0,019 dianggap tidak signifikan karena 0,019 > 0,05 sehingga membuat Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa kemandirian anak usia pra-sekolah terhadap kedua sekolah tidak memiliki perbedaan secara signifikan, sehingga penggunaan metode semi Montessori tidak membuat tingkat kemandirian para siswanya lebih tinggi dari sekolah yang menggunakan metode bermain. Namun berdasarkan pendapat Garungan (2004) yang menjelaskan bahwa dalam beberapa penelitian mengenai pengaruh sekolah terhadap perkembangan pribadi siswa menunjukkan bahwa pada umumnya pendidikan di sekolah meningkatkan taraf intelegensi akan tetapi peranan sekolah jauh lebih luas dalam pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan. Pernyataan tersebut merujuk bahwa sekolah harus menggunakan metode yang tepat dalam memberikan pendidikan kepada anak didiknya. Metode pengajaran yang digunakan oleh para guru mempengaruhi anak dalam menyerap apa yang dia pelajari selama berada di sekolah, sesuai dengan penelitian Hetzer (dalam Garungan, 2004) bahwa peranan kelas dan metode guru menjamin kemajuan perkembangan anak, makin kecil kelasnya maka semakin maju para siswa yang diajarinya, di samping itu metode yang digunakan merupakan metode yang paling unggul. Pada kategori kemandirian yang digunakan dalam penilaian, yaitu otonomi, inisiatif, bertanggung jawab dan kontrol diri. Sekolah yang menggunakan metode semi Montessori memiliki keunggulan pada kategori otonomi dimana para siswa mulai melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan guru dan kemudian para siswa juga memiliki inisiatif yang tinggi ketika mereka mulai makan tanpa lagi harus diarahkan, akan tetapi pada kategori bertanggung jawab para siswa masih menunjukkan tingkat yang rendah karena mereka cenderung melakukannya ketika adanya perintah dari guru atau setelah melihat adanya teman yang melakukannya. Kategori kontrol diri pada siswa yang menggunakan metode semi
Montessori mungkin hanya dimiliki oleh beberapa siswa karena memang sudah adanya pengajaran yang dilakukan oleh orang tua dan beberapa siswa lain cenderung menunjukkan kontrol diri yang rendah, seperti mendekati hal-hal yang memang berbahaya. Pada sekolah yang menggunakan metode bermain para siswa memiliki keunggulan pada kategori otonomi, inisiatif dan kontrol diri. Hal tersebut dapat terlihat ketika observasi dilakukan, yaitu untuk otonomi semua siswa sudah terbiasa untuk tidak lagi didampingi oleh para guru dan sudah tidak lagi menunggu untuk didampingi, untuk inisiatif para siswa sudah menunjukkan ketika di luar jam belajar karena mereka sudah tau kapan saatnya istirahat dan ketika jam istirahat mereka akan langsung mengambil tas mereka tanpa harus di perintah. Lebih lanjut untuk kategori kontrol diri ditunjukkan dengan sebagian besar siswa mampu menghindari hal-hal yang dapat membahayakan diri mereka. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa sekolah memang memiliki pengaruh dalam perkembangan seorang anak, tetapi metode yang digunakan oleh sekolah dalam pengajaran juga harus tepat dan sesuai sehingga perkembangan anak dapat menjadi lebih terlihat dari sebelumnya, karena pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang melibatkan seluruh anak dengan mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan sosial anak kemudian emberikan pembelajaran pada anak harus berdasarkan dengan minat dan gaya mereka sehingga anak tidak bosan dalam belajar (Santrock, 2007)
SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini memiliki kesimpulan yang di dapat dari pengambilan data dan pengolahan data. Subyek memiliki usia antara tiga tahun sampai enam tahun dengan rasio usia 3 tahun sebanyak 15 siswa, usia 4 tahun sebanyak 12 siswa, untuk usia 5 tahun dan 6 tahun masing-masing sebanyak 14 siswa. Subyek yang didapatkan juga terdiri dari 20 siswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki dan 35 siswa memiliki jenis kelamin perempuan. Hasil kategori skor kemandirian didapatkan 27 siswa memiliki tingkat kemandirian sedang karena memiliki skor antara 9 sampai 12. Hasil uji normalitas didaptkan p > 0,05 yang berarti Ho diterima, jadi data berdistribusi normal. Setelah dilakukan deskriptif statistik didapatkan rata-rata antar kedua sekolah. Untuk sekolah As-saadah, yaitu sekolah regular yang tidak menggunakan metode semi Montessori sebesar 10,3667 dan Proklamasi School, yaitu sekolah yang menggunakan metode semi Montessori memiliki rata-rata sebesar 10,720. Berdasarkan hasil pengukuran uji beda yang menggunakan independent sample T-test t (53)= -0,461, p > 0,05, jadi dengan kata lain Ho diterima dan Ha ditolak sehingga kesimpulannya bahwa tidak adanya perbedaan kemandirian anak usia pra-sekolah pada sekolah yang menggunakan metode semi Montessori dan sekolah regular. Setelah dilakukan pengukuran tabulasi silang antara kemandirian dengan jenis kelamin, di dapatkan tingkat signifikansi p > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan kemandirian antara siswa laki-laki dan perempuan. Kesimpulan tersebut didapatkan dari data yang telah diolah yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian anak di sekolah yang menggunakan metode semi Montessori dengan anak yang di sekolah regular. Kedua kelompok penelitian menunjukan bahwa mereka memiliki tingkat rata-rata kemandirian yang cukup pada usianya sehingga pendidikan yang diterimanya di sekolah merupakan hal yang memang sudah pernah di dapatkan di lingkungan keluarganya. Dari hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti, peneliti memberikan saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan alat ukur kemandirian anak usia pra-sekolah. Hal ini bertujuan agar peneliti mendapatkan hasil validitas dan reliabel yang lebih baik lagi.
REFERENSI Ali, M & Asrori, M. (2006). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Biechler, R. F & Snowman, J. (1993). Psychology Applied Teaching. Toronto : Houghton Mifflin Company. Chaplin, J.P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Departemen Agama RI. (2004). Al-quran dan terjemahannya. Bandung: CV Penerbit Diponegoro. Edwards, D. (2006). Ketika Anak Sulit Diatur. Bandung: Kaifa. Engel, J. (1998). Pengkajian Pediatrik Edisi II. Jakarta : EGC Frick, T. W. (2010). Implementing Autonomy Support: Insights from a Montessori Classroom. International Journal of Education. 2. (2), 2-4. Garungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Gay, L. R. (1992). Educational Research : Competencies for Analysis and Application (4th edition). Singapore : Macmillan Publishing Company. Hasan, M. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Yogyakarta: Diva Press Jalal, Fasli. (2002). “Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya PADU”. Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 03. 9 – 18. Karma, I. Ny. (2002). Hubungan Pola Pengasuhan dan Kemandirian Remaja SMU. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran Bandung. Kusuma, I. A, dkk. (2013). Penerpan Metode Bermain Berbasis Teori Mueller Berbantuan Media Permainan Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan Perkembangan Bahasa di TK Widya Sanggraha Singaraja. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 1. (1), 3-4. Lie, A & Prasasti, S.(2004). 101 Cara Membina Kemandirian dan Tanggung Jawab Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo. Nurgiyantoro, B., Gunawan., & Marzuki. (2004). Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Nurianti, E. (2009). Penerapan Metode practical LifeExcercise(PLE) dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak Usia Dini. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Program Sarjana Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Malau, E. (2012). Faktor Eksternal yang Memperngaruhi Kemandirian Anak Kelas Satu Sekolah Dasar Negeri 1 Pondok Cina Kota Depok. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Program Sarjana Reguler Universitas Indonesia. Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja. Diperoleh ( 03-12-2012). www.e-psikologi.com. Ruhidiawati, C. (2005). Pengaruh Pola Pengasuhan, Kelompok Teman Sebaya dan Aktifitas Remaja Terhadap Kemandirian. Tesis tidak diterbitkan. Bogor: Program Reguler Sarjana Institut Pertanian Bogor. Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Boston: Mc. Graw Hill Setyanti, C. (2011). Sistem Montessori Bikin Anak Lebih Mandiri.
Diperoleh (03-12-12) dari http://female.kompas.com/read/2011/09/12/07515322/Sistem.Montessori.Bikin.Anak.Lebih. Mandiri Seldin,T. (2007). Membesarkan Anak Hebat dengan Metode Montessori, alih bahasa : Al Farani. Jakarta : PT Gaya Favorit Press. Semiawan,C. (2002). Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini: Pendidikan Prasekolah dan Dasar. Jakarta: Prenhalindo Sujiono, Y. N. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Supriadi, D. (2002). “Memetakan Kembali Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Anak Dini Usia”. Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 03. 36 – 42. Susana, T. (2006). Membuat Prioritas Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Kanisius. Widyawatie, E.N. (2009). Perbedaan Tingkat Kemandirin Mahasiswa Berdasarkan Tempat Tinggal Di Rumah Bersama Orang Tua Dengan Tempat Tinggal Di Asrama Pada Mahasiswa Angkatan 2008 dan 2007 Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Sarjana Reguler Universitas Negeri Malang. Usman, H., Akbar, P. S. (2011). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Akbar. Yamin, M dan Jamilah, S. S. (2010). Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Gaung Persada Press. Yusuf, S. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: PT. Remaja