FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANAK USIA SD TAAT PADA PERATURAN SEKOLAH Siti Muhayati *)
[email protected] Melik Budiarti **)
[email protected] Abstrak Teori awal yang dijadikan landasan penelitian ini adalah: Pola asuh orang tua, Iman pada kitab Allah, Taat. Penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengambilan sampel secara snowball sampling dari populasi 150. Teknik pengumpulan data dengan triangulasi. Analisa datanya model Spradley Hasil penelitian: 1. Faktor eksternalnya : a. Pola asuh dialogis b. Teman sebaya c. Lingkungan sekolah kondusif.. 2. Faktor internalnya:a. Iman pada kitabulloh, b.Baca Al Qur’an, c. Melaksanakan peraturan Al Qur’an dan Al Hadits. Kata kunci: Faktor, Anak Usia Sekolah Dasar, Taat, Peraturan Sekolah Abstract Early theories were used as the basis of this research are: Pattern foster parent, Faith in God's book, Obedient. This research using qualitative research methods. Snowball sampling technique sampling of a population of 150. The data collection technique by triangulation. Data analysis models Spradley Result: The external factors: 1. a. Parenting Dialogic b. Peers c. The school environment conducive. 2. The internal factors: a. Faith in kitabulloh, b. Baca Qur'an, c. Implement regulations Qur'an and Al Hadith Keywords: Factors, Childhood Elementary School, Obedient, Rule School
*
Siti Muhayati adalah Dosen Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI MADIUN. ** Melik Budiarti adalah Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI MADIUN.
Pendahuluan
anak tersebut menjadi baik atau
Tiap anak dilahirkan dalam
buruk. Mengapa ayah? karena ayah
keadaan fithrah, maka ayahnyalah
adalah pemegang konsep hidup mau
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
71
dibawa kemana keluarga tersebut
Negara
khususnya isteri dan anaknya. Ayah
Indonesia
pemberi
dimana
konsep
yang
harus
Kesatuan
adalah negara
Republik
negara
hukum
mengatur
warga
dilakukan oleh istri dan anaknya.
negara, jika negara mengatur berarti
Ayah yang berkonsep dan berbudaya
ada peraturan.
illahiyah maka istri dan anaknya
tercantum dalam Pancasila, UDD
berkonsep dan berbudaya illahiyah
1945, Undang-undang dan lain lain.
juga. Sedangkan istri menanamkan
Idealnya warga negara taat peraturan,
konsep dan budaya illahiyah. Jadi
kapan dimulai? ketika warga negara
anak
masih usia balita, selanjutnya bisa
menjadi
baik
atau
buruk
tergantung pada kedua orang tuanya. Konsep
diamati pada usia Sekolah Dasar.
adalah
Faktor apa saja yang mempengaruhi
konsep hidup yang dibuat oleh Allah
anak usia Sekolah Dasar taat pada
yang berupa peraturan peraturan
peraturan Sekolah?
yang
mengatur
illahiyah
Peraturan tersebut
cara
manusia
bersikap kepada Allah dan bersikap
Tinjauan pustaka dari penelitin ini adalah:
kepada sesama manusia dan alam
Pola Asuh Orang Tua. Tiap
semesta. Konsep tersebut dikenal
anak
dengan Islam.
suci(potensi dasar), maka ayah dan
Diantara
peraturan
dilahirkan
dalam
keadaan
Islam
ibunya yang bisa menjadikan anak
adalah peraturan tentang iman. Iman
menjadi baik atau buruk. Orang tua
adalah mempercayai Adanya Allah
adalah sebagai pendidik pertama dan
dan peraturanNya. Peraturan Allah
utama,
tercantum dalam Al Qur’an dan
konsep hidup dan budaya yang
Hadits,
dipegangi oleh ayah dan ibu. Cara
selanjutnya
Al
Qur’an
orang
memperkenalkan
dikenal sebagai kitab Allah. Kitab
untuk
menanamkan
konsep
Allah ini selain diimani juga wajib
budaya ada beberapa pola yaitu:
dan
dibaca, difahami, dihayati, diamalkan
Pola Asuh Otoriter.Otoriter
dan dibela. Jika manusia seperti itu
ini merupakan pola asuh orang tua
maka mereka akan tahu peraturan
dimana semua keiinginan orang tua
dan mentaati.
harus
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
dituruti
oleh
anak
tanpa
72
pengecualian. Disini anak tidak bisa
Pola
Asuh
Demokratis
memberikan pendapat dan hanya
Demokratis ini merupakan pola asuh
harus mengikuti kemauan orang tua.
yang paling baik. Dimana orang tua
Biasanya kemuan dari orang tua
bersikap friendly dan anak bebas
tersebut
alasan.
mengemukakan pendapatnya. Disini
anak
orang tua lebih mau mendengar
tanpa
Akibatnya
diberikan
bisa
membuat
“Depresi“. Apabila anak tersebut
keluhan
berhasil mengikuti pola asuh yang
memberikan
seperti ini maka anak akan bersifat
anaknya diberi hukuman, orang tua
seperti orang tuanya. Contoh pola
menjelaskan
asuh diktator (otoriter) yang paling
dihukum. Pola asuh ini menurut saya
banyak
memaksa
tidak banyak dimiliki oleh orang tua
anaknya untuk masuk ke jurusan
zaman sekarang. Contoh dari pola
kedokteran. Dimana si anak tidak
asuh ini, dimana orang tua mau
menyukai jurusan tersebut. Akan
mendengarkan curhat dari anaknya,
tetapi, ayah tersebut terus memaksa
mau memberikan solusi dari masalah
sampai
terpenuhi.
yang dihadapi anaknya. Orang tua
Ayahnya tidak menjelaskan kepada
lebih mengajarkan anak untuk lebih
anaknya,
baik,
terjadi,
Ayah
keiinginannya
kenapa
anaknya
harus
dari
sebelum
ayahnya
menjelaskan
kamu
harus
kedokteran.
masuk Ketika
jurusan si
anak
masukan.
kenapa
misalnya
memilih jurusan tersebut. Yang ada mengatakan, pokoknya
anaknya,
mau Ketika
dia
harus
mengetuk
pintu
rumah
dan
masuk
kenapa
harus
melakukan hal itu. Pola
Asuh
Temporizer.
menyetujui kemauan dari ayahnya,
Temporizer ini merupakan pola asuh
yang
bisa
yang sangat tidak konsisten. Dimana
beradaptasi dengan lingkungannya.
orang tua tidak memiliki pendirian.
Yang membuat si anak tadi menjadi
Contoh dari pola asuh ini seperti,
tertekan bahkan sampai depresi.
anak yang diberikan batas waktu
Contoh lainnya, orang tua tidak
pulang
mengizinkan anaknya untuk kawin
Terkadang
dengan suku Batak misalnya.
memarahi anaknya, jika anaknya
ada
si
anak
tidak
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
malam
sekitar
orang
jam
tuanya
10. tidak
73
pulang lebih lama dari itu, tapi
mengatur anaknya. Menurut Spock
terkadang juga orang tua marah besar
(Aisyah, 2010) orang tua permisif
kepada anaknya jika lewat pada
memberikan
waktunya.
anak
berbuat sekehendaknya dan lemah
bingung. Sebenarnya yang bolehnya
sekali dalam melaksanakan disiplin
seperti apa?? Akan muncul macam
pada anak. Hurlock (Aisyah, 2010)
tanya dalam diri anak.
mengatakan
Ini
membuat
kepada
bahwa
anak
pola
untuk
asuhan
Appeasers.
permisif bercirikan adanya kontrol
Appeasers ini merupakan pola asuh
yang kurang, orang tua bersikap
dari orang tua yang sangat khawatir
longgar
akan anaknya, takut menjadi yang
terhadap anak kurang. Ciri pola asuh
tidak
anaknya
ini adalah semua keputusan lebih
(overprotective). Contohnya, orang
banyak dibuat oleh anak daripada
tua memarahi anaknya jika bergaul
orang tuanya. Contoh, anak tidak
dengan anak tetangga. Karena takut
diberi batas jam malam, artinya mau
menjadi tidak benar. Orang tua tidak
anaknya pulang pagi, orang tua tidak
mengizinkan anaknya untuk pergi
mempedulikannya
camping, karena takut terjadi yang
menanyakan. Terlalu
tidak diinginkan. Ini membuat anak
kebebasan sama anak sangat tidak
menjadi tidak bebas.
baik untuk anak, karena anak bisa
Pola
Asuh
baik
pada
Pola Asuh Permisif. Tipe
jadi
atau
salah
bebas,
bergaul,
bimbingan
dan
tidak
memberikan
tapi
terlalu
orang tua yang mempunyai pola asuh
khawatir akan anak juga tidak baik,
permisif
selalu
anak akan sulit untuk bergaul. Jadi,
memberikan kebebasan pada anak
intinya orang tua harus bisa bersikap
tanpa memberikan kontrol sama
demokratis kepada anaknya.
cenderung
sekali. Anak sedikit sekali dituntut
Iman Pada Kitab Allah. Kitab
untuk suatu tangung jawab, tetapi
Allah adalah semua kitab yang berisi
mempunyai hak yang sama seperti
peraturan tentang cara hidup di dunia
orang
diberi
baik yang terkait hubungan manusia
kebebasan untuk mengatur dirinya
dengan Allah dan hubungan manusia
sendiri dan orang tua tidak banyak
dengan manusia dan alam semesta.
dewasa.
Anak
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
74
Kitab Allah yang diturunkan untuk
antara yang haq dan yang bathil, Ad
kebahagiaan manusia di dunia ada
dzikr(peringatan) bagi orang orang
empat
yang
yang taqwa, Asyifa’(obat) bagi yang
diamanahkan kepada Nabi Daud a.s
ruh yang lara, mau’idhoh(tauladan)
untuk
bagi manusia, bahan renungan bagi
yaitu
Zabur
diajarkan
pada
kaumnya,
Taurat yang diamanahkan pada Nabi
yang
Musa a.s, Injil yang diamanahkan
pengetahuan.
pada Nabi Isa a.s, Al Qur’an
mau
berfikir,
sumber
Lingkungan
sekolah
diamanahkan pada Nabi Muhammad
kondusif.
s.a.w. Kitab Allah yang terkait
kondusifsehingga anak taat pada
dengan pembahasan ini adalah Al
peraturan
Qur’an. Al Qur’an yaitu peraturan
Pengertian
Allah yang berupa perintah dan
mengerti
larangan yang diamanahkan kepada
menurut Pieget (dalam Siti Rahayu
Nabi Muhammad yang terdiri dari
M, 2004:198) mengatakan bahwa
tiga puluh juz, seratus empat belas
anak sadar akan aturan, realisme
surat, enam ribu enam ratus enam
moral dan pengertian akan keadilan
puluh enam ayat, melalui malaikat
harus dimulai dengan aturan aturan
Jibril, diperintahkan untuk membaca,
misalnya aturan permainan, karena
diriwayatkan
aturan mengandung arti menghormat,
secara
mutawatir,
Lingkungan
sekolahPerkembangan Norma.
hormat
diakhiri
penyelididka
Kandungan
Alqur’an
an
nas.
pada
orang Pieget
lain.
anak maka
Hasil tentang
adalah
kesadaran akan aturan adalah bahwa
aqidah/iman,
anak mempunyai pendapat yang
peraturan hubungan manusia dengan
obsolut dan penilian yang obsolut.
Allah, hubungan manusia dengan
Anak kecil tidak bersedia untuk
manusia dan alam semesta, peraturan
mengalah dalam menilai sesuatu.
tentang pengkondisian suasana hati..
Hal sesuatu benar atau salah tidak
peraturan
isi
surat
Kapan
norma/moralitas
diawali dengan surat al fatihah dan dengan
sekolah
tentang
Fungsi Al Qur’an. Al Qur’an
ada pertimbangan faktor situasional.
berfungsi sebagai Al huda (petunjuk)
Setelah umur 8 tahun
bagi manusia, Alfurqon(pembeda)
fleksibel dalam penilaiannya dan
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
anak lebih
75
lebih mampu untuk memperhatikan
oleh orang tuanya, dibiasakan
faktor situasional dalam menilai
memenej waktu,
sesuatu. Dari
uraian
diatas
maka
pembiasaan yang sama dalam
muncul permasalahan: Faktor apa yang
mempengaruhi
anak
usia
Teman sebaya yang memperoleh
keluarganya msing-masing.
Lingkungan sekolah kondusif
sekolah dasar tata pada peraturan
sehingga
sekolah. Tujuan penulisan artikel ini
peraturan sekolah.
adalah
untukMengetahui
faktor
intern yang mempengaruhi anak usia
Faktor
anak
taat
internal
anak
Terinternalisasi nilai nilai dari
Sekolah; Mengetahui faktor extern
pembiasaan pembiasaan yaitu:
yang
anak
usia
Sekolah Dasar taat pada peraturan Sekolah Metode Penelitian Penelitian menggunakan kualitatif.
pada
kitabulloh(Al-
Qur’an)
Baca Al Qur’an
Melaksanakan
peraturan
Al
dengan
Qur’an dan Al Hadits (baca
metode
penelitian
syarat dan rukun sholat, puasa
Teknik
populasi
Iman
ini
pengambilan
sampel secara snowball sampling dari
taat
peraturan di sekolah adalah:
Sekolah Dasar taat pada peraturan
mempengaruhi
pada
Pembahasan
Teknik
Hasil penelitian menunjukan
dengan
bahwa: faktor yang mempengaruhi
trianggulasi. Analisa datanya model
anak usia sekolah dasar adalah faktor
Spradley.
ekternal dan internal.
pengumpulan
150.
dan lain lain)
data
Hasil Penelitian.
Faktor eksternal adalah;
Hasil penelitian menunjukan bahwa: Faktor
1. Pola asuh dialogis.Pola asuh secara garis besar ada dua yaitu
eksternal
anak
taat
Pola asuh dialogis.Pola asuh
peraturan di sekolah adalah:
dialogis yaitu pola asuh orang
Pola asuh dialogis yaitu anak .
tua
dibiasakan mentaati peraturan
memelihara,
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
dimana
orang
tua
mengasuh,
76
membina,
mendidik
dan
taat peraturan baik ada anak atau
mengembangkan
tidak anak
fithrah(potensi) anak dari waktu
karena orang tua sebgai figur
ke waktu sesuai dengan fithrah
pertama
penciptaan
membentuk sikap anak taat pada
manusia
sebagai
didepan mereka,
dan
utama
hamba Allah dan kholifah fil
peraturan.
ard. Dalam pola asuh ini, orang
sikap tata peraturan tergantung
tua
pada tinggi rendahnya orang tua
membimbing,
dan
mengamati
mengingatkan
Tinggi
dalam
rendahnya
anak,
taat ada peraturan. Sebagaimana
memberi contoh dan menjawab
Sabda Nabi Muhammad S.A.W.
pertanyaan anak dengan jawaban
yang artinya:
yang sesuai dengan usianya.
Anak dilahirkan dalam keadaan suci sampai lisannya mengucapkan kehendak dirinya maka tergantung ayahnya, anak menjadi yahudi, nasrani atau majusi (H.R. Al-Aswad bin Surai). Disamping orang tua
Akibat pola asuh ini terhadap anak ialah anak akan selalu percaya diri, mandiri, hidupnya berarti, dan menjauhi segala keburukan bukan karena orang tua, tetapi karena dia merasakan akibat
keburukan
tersebut(
Pengetrapan pola asuh dialogis ini dalam pembentukan sikap taat peraturan yaitu dimana orang tua mengajari anak untuk pada
peraturan
baik
peraturan dari Allah, Rasul, uli
lingkup
yang
berlaku
keluarga,
memberi
contoh, orang tua mengajak
pada peraturan.. Dalam hal ini hikmah taqwa yaitu manusia selain mematuhi peraturan Allah dan rasulNya juga uli amri termasuk peraturan yang berlaku di sekolah. Menuruth Amad Tafsir
amri ataupun peraturan yang dibuat
dan
dialog mengenai hikmah taat
Ummu Dini:2004).
taat
membimbing
dalam
selain
itu
orang tua memberi contoh pada anaknya bahwa orang tua selalu
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
pola
asuh
dialogis
adalah:
Penambahan
pengetahuan,
Pembinaan
Ketrampilan,
Memberikan
contoh
atau
77
teladan, Membiasakan(tentunya
suasana yang berpengaruh bagi
yang baik), Menegakan Disiplin;
pertumbuhan positif; Menjawab
Memberikan
pertanyaan anak dengan jawaban
Motivasi
atau
dorongan; Memberikan hadiah
yang
terutama
Muhayati, 2010)
psikologis;
sesuai
Menghukum( mungkin dalam
usianya.(
Siti
Jika anak diasuh dengan
kedisiplinan);Menciptakan
pola
asuh
permisif
suasana yang berpengaruh bagi
anakanak berkarakter impulsive,
pertumbuhan positif.
agresif,
tidak
maka
patuh,
manja,
Menurut Amir Ahmad
kurang mandiri, mau menang
Sulaiman pola asuh dialogis
sendiri, kurang percaya diri.
yang terkait dengan berbusana
Adapun
sesuai jenis kelaminnya sebagi
adalah pola asuh dimana orang
berikut:
tua
Membimbing
(mengajarinya);
Mengamati;
Mengingatkan; pertanyaan
Pola
asuh
Permisif
memberikan
pengawasan
sangat
longgar,
yang
Menjawab
memberikan kesempatan pada
jawaban
anak tanpa pengawasan yang
dengan
yang sesuai usianya.
cukup darinya. Ciri pola asuh
Jadi pola asuh dialogis
pada orang tua adalah bahwa
dalam taat pada peraturan dapat
orang tua tidak mau menegur
dilakukan
atau
sebagai
berikut:
Penambahan
pengetahuan,
apabila
Pembinaan
Ketrampilan,
sangat
Memberikan
contoh
atau
teladan, Membiasakan (tentunya yang baik), Menegakan Disiplin; Memberikan
Motivasi
atau
bersifat
memperingatkan anak dalam sedikit hangat
anak bahaya,
bimbingan, sehingga
disenangi anak-anak. 2. Teman sebaya yang memperoleh pembiasaan yang sama dalam
dorongan; Memberikan hadiah
keluarganya msing-masing.
terutama
psikologis;
Anak diluar rumah dan diluar
Menghukum (mungkin dalam
sekolah maka mereka bergaul.
kedisiplinan);Menciptakan
dengan teman sebaya. Teman
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
78
sebaya ada yang diasuh dengan
situasional.
pola asuh diaogis dan ada yang
tahun anak lebih fleksibel dalam
diasuh dengan pola asuh yang
penilaiannya dan lebih mampu
lain. Akhirnya anak usia sekolah
untuk
dasar terpengaruh teman sebaya
situasional
yang diasuh dengan pola asuh
sesuatu..
tertentu.
tanggung jawab obyektif ke arah
3. Lingkungan sekolah kondusif sehingga
anak
taat
pada
peraturan sekolah
Setelah
umur
memperhatikan
8
faktor
dalam
menilai
Perkembangan
tanggung jawab subyektif, maju pesat setelah umur 8 tahun. Anak sampai umur ± 8 tahun
Perkembangan
Pengertian
terutama
melihat
materiilnya
Norma. Kapan anak mengerti
yaitu kerugian yang ditimbulkan.
norma/moralitas maka menurut
Itulah
Pieget (dalam Siti Rahayu M,
menentukan. Motif dan itikatnya
2004:198) mengatakan bahwa
tidakdiperhatikan. Sesudah usia
anak sadar akan aturan, realisme
ini nampak motif dan makshud
moral
orang ikut diperhatikan.
dan
pengertian
akan
hal
yang
paling
keadilan harus dimulai dengan
Teori Pieget ini dikembangkan
aturan aturan misalnya aturan
dan diberi dasar teoritis oleh
permainan,
Kohlberg(1963).
karena
aturan
Menurut
mengandung arti menghormat,
Kohlberg perkembangan insan
hormat pada orang lain.
kamil rmelalui 6 stadium dan
Hasil
penyelididkan
Pieget
stadium ini dilalui oleh setiap
tentang kesadaran akan aturan
anak,
adalah bahwa anak mempunyai
universal. Dimana saja tiap anak
pendapat
pasti melalui tahapan ini tapi
yang
obsolut
dan
jadi
hal
ini
bersifat
penilian yang obsolut. Anak
tidak tergantung usianya.
kecil
Kohlberg
tidak
bersedia
untuk
membagi
mengalah dalam menilai sesuatu.
perkembangan
Hal sesuatu benar atau salah
dalam 3 tingkatan yang masing
tidak ada pertimbangan faktor
masing dibagi 2 stadium hingga
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
moralitas
ke
79
keseluruhannya stadium,
menjadi
sebagai
6
aturan sosial yang ada sebagai
berikut:
sesuatu yang harus dijaga dan
Tingkatan l: Penalaran moral
dilestarikan.
yang
dipandang
pra
konvensional
Seseorang bermoral
bila
ia
Mendasarkan pada obyek di luar
melakukan tugasnya dan dengan
diri individu sebagai ukuran
demikian
benar dan salah :Stadium 1.
aturan dan sistem sosial. Tingkat
Orientasi
lll Penalaran Moral yang Post
patuh
dan
takut
dapat
melestarikan
hukuman. Suatu tingkah laku
Konvensional.Memandang
dinilai benar bila tidak dihukum
aturan aturan yang ada dalam
dan salah bila perlu dihukum.
masysrakat tidak absolut, tetapi
Seseorang harus patuh pada
relatif, dapat diganti 0leh yang
otoritas karena otortas tersebut
lain. Stadium 5 Orientasi kontrol
berkuasa.Stadium 2. Orientasi
legalitasMemahami
naif
peraturan
egoistis/hedonisme
instrumental.
yang
bahwa ada
dalam
Masih
masyarakat merupakan kontrol
atau
(perjanjian) antara diri orang dan
mendasarkan pada orang
kejadian diluar diri individu,
masyarakat.
namun sudah memperhatikan
memenuhi
alasan perbuatannya ;Tingkatan
kewajibannya , tetapi sebaliknya
ll.
yang
masyarakat juga harus menjamin
3.
kesejahteraan individu.peraturan
Penalaran
Konvensional;
Moral Stadium
Individu
harus
kewajiban-
Orientasi anak atau person yang
dalam
baik. Anak
bila ia dipandang
subyektif.; Stadium 6 Orientasi
sebagai anak wanita atau laki
yang mendasarkan atas prinsip
laki yang baik, yaitu bila ia
dan konseinsia sendiri.
dapat berbuat seperti apa yang
Peraturan dan norma adalah
diharapkan oleh orang lain atau
subyektif,
oleh masyarakat; Stadium 4.
batasannya subyektif dan tidak
Orientasi pelestarian otoritas dan
pasti.Tingkah laku taat anak
aturan
sebagai
sosial.
Anak
melihat
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
masyarakat
adalah
begitu
berikut: Stadium
juga
1:
80
Anak
bersikap
taat
untuk
hubungan manusia dengan Allah
menghindari hukuman; Stadium
dan hubungan manusia dengan
2: Anak bersikap taat untuk
manusia
memperoleh hadiah dan atau
Kitab Allah yang diturunkan
dipandang baik ; Stadium 3:
untuk kebahagiaan manusia di
Anak
untuk
dunia ada empat yaitu Zabur
menghindari celaan dan untuk
yang diamanahkan kepada Nabi
disenangi orang lain; Stadium 4:
Daud a.s untuk diajarkan pada
Anak
untuk
kaumnya,
sistem
diamanahkan pada Nabi Musa
peraturan sosial yang ada dalam
a.s, Injil yang diamanahkan pada
kehidupan bersama; Stadium 5:
Nabi
Bersikap taat sekarang dilakukan
diamanahkan
karena
Muhammad s.a.w.Kitab Allah
bersikap
taat
bersikap
taat
mempertahankan
memenuhi
bersama
yang
perjanjian
alam
semesta.
Taurat
Isa
a.s,
yang
Al
Qur’an
pada
Nabi
dalam
yang terkait dengan pembahasan
peraturan sosial; Stadium 6:
ini adalah Al Qur’an. Al Qur’an
Bersikap taat sekarang dilakukan
yaitu
tidak karena perintah atau norma
berupa perintah dan larangan
dari
karena
yang diamanahkan kepada Nabi
ingin
Muhammad yang terdiri dari tiga
luar,
ada
dan
melainkan
keyakinan
sendiri
melakukannya. Faktor
internal
peraturan
Allah
yang
puluh juz, seratus empat belas anak
taat
peraturan di sekolah adalah: Terinternalisasi nilai nilai dari
surat, enam ribu enam ratus enam puluh enam ayat, melalui malaikat
Jibril,
diperintahkan
pembiasaan pembiasaan yaitu:
untuk membaca, diriwayatkan
1. Iman
secara
pada
kitabulloh(Al-
mutawatir,
diawali
Qur’an)
dengan surat al fatihah dan
Iman Pada Kitab Allah. Kitab
diakhiri dengan surat an nas.
Allah adalah semua kitab yang
Kandungan isi Alqur’an adalah
berisi peraturan tentang cara
peraturan tentang aqidah/iman,
hidup di dunia baik yang terkait
peraturan
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
hubungan
manusia
81
dengan
Allah,
hubungan
berbuat atau tidak berbuat, dan
manusia dengan manusia dan
bertingkah
alam semesta, peraturan tentang
lingkungan
pengkondisian suasana hati..
misalnya
Fungsi Al Qur’an. Al Qur’an
norma
berfungsi
huda
hukum. Namun, ada juga yang
manusia,
berpendapat bahwa istilah norma
Alfurqon(pembeda) antara yang
berasal dari bahasa latin, mos
haq
yang merupakan bentuk jamak
sebagai
(petunjuk)
Al
bagi
dan
yang
bathil,
dzikr(peringatan)
bagi
Ad orang
dari
laku
dalam
masyarakatnya, norma
agama,
mores,
kesopanan, dan
norma
artinya
adalah
orang yang taqwa, Asyifa’(obat)
kebiasaan, tata kelakuan, atau
bagi
ada istiadat.
yang
ruh
yang
lara,
mau’idhoh(tauladan)
bagi
Norma
adalah
bentuk
manusia, bahan renungan bagi
nyata dari nilai-nilai sosial di
yang
dalam
mau
berfikir,
sumber
pengetahuan.
masyarakat
yang
memiliki
aturan-
berbudaya,
aturan, dan kaidah-kaidah, baik 2. Baca Al Qur’an
yang
Tujuan
membaca
Al
tertulis
maupun
Norma-norma
ini
tidak.
mengatur
Qur’an adalah untuk mengetahui
kehidupan
peraturan
norma
bermasyarakat. Di dalam norma
di
terkandung aturan-aturan dan
Pengertian.
pentunjuk kehidupan mengenai
Kata norma berasal dari bahasa
benar dan salah, baik atau buruk,
Belanda
pantas atau tidak pantas, yang
atau
yangterkandung dalamnya.Norma.
norm,
yang
berarti
manusia
pokok kaidah, patokan, atau
harus
pedoman. Dalam Kamus Hukum
masyarakat.
Umum, kata norma atau norm
dilanggar, si pelanggar akan
diberikan
sebagai
terkena sanksi. Norma memiliki
kaidah yang menjadi petunjuk,
kekuatan yang mengingat dan
pedoman bagi seseorang untuk
memaksa
pengertian
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
ditaati Jika
pihak
oleh
dalam
warga
norma
lain
itu
untuk
82
mematuhi aturan yang berlaku. Jadi,
secara
b. Teman
sederhana
sebaya
memperoleh
yang
pembiasaan
pengertian norma adalah aturan
yang sama dalam keluarganya
yang
msing-masing.
mengandung
Terbentuknya
norma
sanksi. didasari
c. Lingkungan sekolah kondusif
oleh kebutuhan demi terciptanya
sehingga
hubungan
peraturan sekolah..
yang
harmonis,
selaras, dan serasi di antara warga masyarakat. Jadi norma
dijadikan
sebagai
pedoman
pada
di sekolah adalah: Terinternalisasi
nilai
nilai
dari pembiasaan pembiasaan yaitu: a. Iman
pada
kitabulloh(Al-
Qur’an)
kehidupan bermasyarakat. Anak usia sekolah dasar
b. Baca Al Qur’an
Qur’an
c. Melaksanakan peraturan Al
terbiasa membaca peraturan atau
Qur’an dan Al Hadits (baca
norma.
syarat
yang
Al
taat
2. Faktor internal anak taat peraturan
adalah sekumpulan perangkat yang mengatur manusia yang
anak
membaca
3. Melaksanakan
peraturan
Al
dan
rukun
sholat,
puasa dan lain lain)
Qur’an dan Al Hadits (baca syarat dan rukun sholat, puasa
Daftar Pustaka
dan lain lain)
Abdur
Kesimpulan Pembahasan
diatas
bisa
disimpulkan bahwa: 1. Faktor eksternal anak taat pada peraturan sekolah adalah: a. Pola asuh dialogis yaitu anak .
dibiasakan
mentaati
peraturan oleh orang tuanya, dibiasakan memenej waktu,
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Rahman, Jamaal,2005, Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah, cetakan l, Bandung: Irsyad baitus Salam. Agustian, Ary Ginanjar, 2006, Emosional Spiritual Quatient, cetakan 27, Jakarta: Arga. Ahmad, Al Hasyim,1993, Syarah Mukhtarul Ahaadits, cetakan l, Bandung: Sinar Baru. Ali Had, Al Haq, 1986, Mengasuh Anak menurut Ajaran Islam, Jakarta: UNICEF Indonesia Bahrul, Khair Amal, Pendidikan Anak Usia Dini,
83
http://www.waspada.co.id/ser ba serbi/pendidikan artikel. Php artikel id 6 7766 Crow, Lester D, Allice Crow, Z. Ksijan, Psikologi Pendidikan, Buku l, Cetakan l, Surabaya: Bina Ilmu Jalaludin, 1977, Psikologi Agama, Cetakan ll, Jakarta: Raja Grafindo persada Jacinta, F. Rini, 2002, Konsep Diri, http://www.epsikologi.com/jenewa/160502 htm John, Gotman, Joan De Claire, 2003, Kiat-Kiat Membesarkan Anak Yang Memiliki Kecerdasan Emosional, Alih Bahasa Hermaya, Cetakan 6, Jakarta PT Gramedia. Jusuf, Amir Faisal, 1995, Reoreintasi Pendidikan Islam, Cetakan l, Surabaya: Bina Ilmu Malawi, Ibadullah, 2007, Statistik Lanjut, Madiun: F.I.P.IKIP PGRI. Malik B Badri, 1986, Dilema Psikologi Muslim, terjemahan SitiZainla Hurfiati, Jakarta: Pustaka Firdaus. Mar’at, Sikap Manusia, Perubahan Dan Pengukurannya, Jakarta: Ghali Indonesia. Marfuah Panji Astuti, 4Tipe Pola Asuh Orang Tua, hhtp://www.tabloit.nakita.co m/hasanah 06279-02htm Muh.Nazir, Metode Penelitian, Cetakan l, Jakarta: Galia Indonesia. Moh. Shohib, 1998, Pola Asuh Orang Tua Dalam membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Cetakan l, Jakarta: Reinika Cipta.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Petranto, Ira, Rasa Percaya Diri Anakadalah Pantulan Pola Asuh Orang Tuanya, http://dwpp.jenewa., Swisse.com/buletin/?,Cetakan 5 Sudjono, Nana, Ibrahim, 2001, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Cetakan ll, Bandung: Sinar Baru Al Gesnida. Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Cetakan l, Yogyakarta: Liberty Suhardi, Metodologi Penelitian dan Prakteknya, Cetakan l, Jakarta: Bumi Aksara. Suharsini Arikunto,1993, DasarDasar Evaluasi Pendidikan, Cetakan l, Jakarta: Bumi Aksara. Tafsir, Ahmad, 1999, Metodologi Pengajaran Agama Islam, cetakan lV, Bandung: Remaja Rosda Karya. Ummu Dini, 2004, Tarbiyatul Aulad, hhtp://www pks. Anz.org/modulus,php?namil= news file=artick sid= Daryanto, 1998, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, cetakan l, Surabaya: Apollo. Departeman Agama Republik Indonesia, 1998, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Juz lJuz 30, Surabaya: Mahkota. Departemen Pendidikan dan kebudayaan, 1995, Kamus BesarBahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Hasbullah, 1999, Dasar-Dasar Pendidikan, Cetakan l, Jakarta:Raja Grafinda Persada
84
Hurlock, Elizabet B, 1980, Psikologi Perkembangan Anak, Suatu Pendekatan Sepanjang rentang kehidupan,ES.D, Alih Bahasa, istidayanti, Sudjarwo, jakarta: Erlanga. Siti Suhartini Haditomo, 2004, Psikologi Perkembangan
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sugiyono, 2013, Metode Peneitian Kombinasi(Mixed Methods), Bandung: Alfabeta.
85