PENGARUH PRICE EARNINGS RATIO DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNINGS GROWTH (Studi pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI)
SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Wulan Wulianti (094020097)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2013
PERNYATAAN (Program Studi Strata 1)
Dengan ini saya menyatakan: 1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Pasundan maupun di perguruan tinggi lainnya. 2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing. 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar nama pustaka 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini
Bandung, 27 April 2013 Yang membuat pernyataan
Wulan Wulianti
PENGARUH PRICE EARNINGS RATIO DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNINGS GROWTH (Studi pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI)
SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Bandung, 27 April 2013 Mengetahui,
Pembimbing
Ruslina Lisda, SE., MSi
Dekan
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP
Ketua Program Studi Akuntansi
Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc
MOTTO “Dari Abdullah bin Ghannam Al Bayadi, bahwa Rasulullah saw. bersabda, „Siapa yang pada pagi hari mengucapkan, „Ya Allah, tidak ada nikmat semenjak pagi ini kecuali hanya dari-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, dan bagi-Mu segala puji dan bagiMu segala syukur,‟ maka dia telah bersyukur sepanjang hari dan siapa yang mengucap itu pada sorenya, dia telah bersyukur sepanjang malam.” (H.R Abu Dawud, 5073/Jawami‟ul Kalim, 4413)
“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri.” (QS Al-Ankabut : 6)
Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitabullah dan saling mengajarkannya diantara mereka, kecuali akan turun kepada meraka ketenangan, diliputi dengan rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada disisi-Nya. Barang siapa nerlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya. (H.R Muslim dalam Shahih-nya)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI pada periode tahun 20062011. Price earnings ratio dan market to book ratio merupakan rasio yang termasuk ke dalam rasio pasar. Kedua rasio tersebut merupakan salah satu alat dalam membuat keputusan investasi bagi para investor. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif verifikatif, bertujuan untuk memberikan gambaran,faktual dan akurat dari teori atau hipotesis untuk diterima atau ditolak. Dalam pemilihan sampel digunakan metode purposive sampling dan berdasarkan kriteria, sampel yang diperoleh yaitu 12 perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI pada periode tahun 20062011. Data diuji dengan menggunakan analisis korelasi sederhana, analisis regresi sederhana, analisis korelasi ganda, analisis regresi berganda, uji hipotesis dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya price earnings ratio yang berpengaruh signifikan terhadap earnings growth, sedangkan market to book ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings growth. Besarnya pengaruh price earnings ratio terhadap earnings growth adalah 41,4%. Secara bersama-sama (simultan) price earnings ratio dan market to book ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap earnings growth. Besarnya pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio sebesar 41,6%, sedangkan sisanya sebesar 58,4% merupakan pengaruh faktor-faktor lain di luar variabel price earnings ratio dan market to book ratio di antaranya besarnya perusahaan, umur perusahaan, tingkat leverage, tingkat penjualan dan perubahan laba masa lalu. Kata Kunci : Price Earnings Ratio, Market to Book Ratio, Rasio Pasar, Earnings Growth, Pertumbuhan Laba
i
KATA PENGANTAR
Assalammu’laikum Wr.Wb. Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Price Earnings Ratio dan Market to Book Ratio terhadap Earnings Growth (Studi pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Undang Kusnadi dan Ibunda R. Rochayati selaku kedua orangtua penulis. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya yang tentunya penulis belum mampu membalas pengorbanan beliau, yang telah membesarkan, mendidik, juga mengajarkan penulis akan arti kehidupan, mengajarkan penulis akan artinya kasih sayang, membimbing penulis dalam beribadah dan akan selalu memberikan doa restu, perhatian, kasih sayang, serta dukungan yang tidak ternilai harganya demi kelancaran dan keberhasilan penulis dalam segala hal. Serta kepada Yth. Ibu Ruslina Lisdam SE., MSi selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan ii
pemikirannya, serta bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa dalam kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Prof. Dr. Ir. H. Eddy Yusuf, Sp., M.Si., M.Kom. selaku Rektor Universitas Pasundan Bandung.
2.
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
3.
Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc. selaku Ketua Program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
4.
Bapak Dadan Soekardan, SE., MSi. selaku Sekertaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
5.
Bapak R. Mochammad Noch, Drs., M.Ak., Ak. selaku dosen wali.
6.
Bapak Kosim yang telah membantu dalam segala hal yang berhubungan dengan surat menyurat selama proses penyusunan skripsi.
7.
Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama proses perkuliahan.
8.
Kakakku Yuan Maulana dan kakak iparku Yani, terimakasih atas segala doa, kasih sayang, support dan keceriaannya bagi penulis.
9.
Seseorang yang saya sayangi, Inara Deva Veriana. Terima kasih atas segala dukungan, kasih sayang, motivasi, keceriaan, doa, dan segala bantuan yang telah diberikan dalam proses penyususnan skripsi hingga selesai.
iii
10. Sahabat-sahabat seperjuanganku Ranny Novianty, Azmi Sari, Fanny Nurpratiwi, Hafsyah Nur Hidayah terimakasih atas segala dukungannya semoga tali kebersamaan kita selalu terjaga selamanya dan dapat meraih kesuksesan. 11. Rekan-rekan satu bimbingan, Senny, Astuti, Iwan, dan rekan yang lainnya, terima kasih atas segala dukungan dan semangatnya. 12. Teman-teman Akuntansi 2009, khususnya anak dosen wali Pa Noch terimakasih atas suportnya 13. Saudara dan orang-orang terdekat keluarga yang selalu mendukung dan membagi pengalamannya. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semuanya. Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Allah SWT membalas semua amal dan kebaikan kepada pihak-pihak
yang telah membantu
dalam
menyelesaikan skripsi ini. Amin. Wassalammu’alaikum Wr.Wb. Bandung, April 2013 Penulis
Wulan Wulianti
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN MOTTO ABSTRAK ........................................................................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................................ DAFTAR ISI ....................................................................................................... DAFTAR TABEL................................................................................................ DAFTAR GAMBAR........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... BAB I
BAB II
i ii v viii xi xii
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................... 1.4.1 Kegunaan Teoritis ............................................................. 1.4.2 Kegunaan Praktis .............................................................. 1.5 Tempat Penelitian .........................................................................
1 9 10 10 10 11 12
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka .............................................................................. 2.1.1 Akuntansi dan laporan Keuangan ..................................... 2.1.1.1 Pengertian Laporan keuangan ............................. 2.1.1.2 Penyajian Laporan Keuangan ............................. 2.1.2 Rasio Pasar ........................................................................ 2.1.2.1 Pengertian Rasio Pasar ........................................ 2.1.2.2 Jenis-Jenis Rasio Pasar ....................................... 2.1.3 Price Earning Ratio .......................................................... 2.1.3.1 Pengertian Price Earning Ratio .......................... 2.1.3.2 Cara Mengukur Price Earnings Ratio ................ 2.1.3.3 Penilaian Price Earnings Ratio ........................... 2.1.4 Market to Book Ratio ........................................................ 2.1.4.1 Pengertian Market to Book Ratio ........................
13 13 14 16 21 21 22 23 23 25 26 27 27
v
2.1.4.2 Cara Mengukur Market to Book Ratio ................ 2.1.4.3 Penilaian Market to Book Ratio .......................... 2.1.5 Informasi Laba ................................................................. 2.1.5.1 Pengertian Laba .................................................. 2.1.5.2 Jenis laba ............................................................. 2.1.5.3 Kegunaan Laba ................................................... 2.1.5.4 Unsur-Unsur Laba Rugi ...................................... 2.1.5.5 Pelaporan Laba ................................................... 2.1.5.6 Earnings Growth ................................................ 2.1.5.6.1 Pengertian Earnings Growth ................ 2.1.5.6.2 Cara Mengukur Earnings Growth ........ 2.1.5.6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Growth .................................. 2.2 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 2.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................
29 30 30 30 32 33 34 35 36 36 38 38 39 45
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan .............................................. 3.1.1 Objek Penelitian ................................................................ 3.1.2 Metode Penelitian ............................................................. 3.1.3 Model Penelitian ............................................................... 3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ......................................... 3.2.1 Definisi Variabel ............................................................... 3.2.2 Operasionalisasi Variabel ................................................. 3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................... 3.3.1 Populasi ............................................................................. 3.3.2 Teknik Sampling ............................................................... 3.3.3 Sampel ............................................................................... 3.4 Sumber Data dan Teknik Pengambilan Data ................................ 3.4.1 Sumber Data ...................................................................... 3.4.2 Teknik Pengambilan Data ................................................. 3.5 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ............................ 3.5.1 Metode Analisis Data ........................................................ 3.5.1.1 Analisis Deskriptif .............................................. 3.5.1.2 Analisis Verifikatif ............................................. 3.5.2 Rancangan Pengujian Hipotesis ........................................
46 46 46 48 49 49 52 54 54 55 57 58 58 59 60 60 61 63 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 4.1.1 Gambaran Perusahaan .......................................................
76 76
vi
4.1.2 Gambaran Data Price Earnings Rasio (PER) pada Perusahaan Foods and Beverages ..................................... 4.1.3 Gambaran Data Market to Book Ratio (MBR) pada Perusahaan Foods and Beverages ..................................... 4.1.4 Gambaran Data Earnings Growth (EG) pada Perusahaan Foods and Beverages ........................................................ 4.2 Pembahasan .................................................................................. 4.2.1 Analisis Price Earnings Ratio (PER) pada Perusahaan Food and Beverages yang tersdaftar di Bursa Efek Indonesia ........................................................................... 4.2.2 Analisis Market to Book Ratio (MBR) pada Perusahaan Food and Beverages yang tersdaftar di Bursa Efek Indonesia .......................................................................... 4.2.3 Analisis Earnings Growth (EG) pada Perusahaan Food and Beverages yang tersdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 4.2.4 Analisi Uji Asumsi Klasik ................................................ 4.2.5 Analisis Pengaruh Price Earnings Ratio Terhadap Earning Growth ................................................................ 4.2.5.1 Analisis Korelasi Parsial ..................................... 4.2.5.2 Analisis Regresi Linier Sederhana ...................... 4.2.5.3 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) .......... 4.2.5.4 Koefisien Determinasi ........................................ 4.2.6 Analisis Pengaruh Market to Book Ratio Terhadap Earnings Growth ............................................................... 4.2.6.1 Analisis Korelasi Parsial ..................................... 4.2.6.2 Analisis Regresi Linier Sederhana ...................... 4.2.6.3 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) .......... 4.2.7 Analisis Pengaruh Price Earnings Ratio dan Market to Book Ratio Terhadap Earning Growth ............................. 4.2.6.1 Analisis Korelasi Ganda ..................................... 4.2.6.2 Analisis Regresi Linier Berganda ....................... 4.2.6.3 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji t) ...... 4.2.6.4 Koefisien Determinasi ........................................ BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 5.2 Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... LAMPIRAN
vii
89 92 95 99
99
104 109 113 118 119 120 121 123 124 124 126 127 129 130 131 132 134
141 143 144
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu………………………………………...
43
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel………………………………………….
53
Tabel 3.2
Perusahaan Food and Beverages yang Menjadi Populasi…………
54
Tabel 3.3
Hasil Purposive Sampling…………………………………………
57
Tabel 3.4
Perusahaan Food and Beverages yang Menjadi Sampel Penelitian
58
Tabel 3.5
Interpretasi Koefisien Korelasi…………………………………….
68
Tabel 4.1
Price Earnings Ratio (PER) Pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2006-2011................................................................................
Tabel 4.2
89
Market to Book Ratio (MBR) Pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2006-2011…………………………………………........................
Tabel 4.3
92
Earnings Growth (EG) Pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 20062011………………………..............................................................
96
Tabel 4.4
Perkembangan Price earnings ratio (PER)……………….............
99
Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Variabel Price Earnings Ratio Periode Tahun 2006-2011 ………………………………………………...............
103
Tabel 4.6
Perkembangan Market to Book Ratio (MBR)..................................
104
Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Market to Book Ratio (MBR) Periode Tahun 2006-2011........................................................................................ viii
108
Tabel 4.8
Perkembangan Earnings Growth (EG)..........................................
Tabel 4.9
Statistik Deskriptif Variabel Earnings Growth (EG) Periode
109
Tahun 2006-2011.............................................................................
112
Tabel 4.10
Uji Normalitas.................................................................................
114
Tabel 4.11
Uji Multikolinieritas........................................................................
115
Tabel 4.12
Uji Heteroskedastisitas....................................................................
116
Tabel 4.13
Uji Autokorelasi.............................................................................
117
Tabel 4.14
Hasil Runs Test Untuk Memastikan Ada Tidaknya Autokorelasi...
118
Tabel 4.15
Korelasi Antara Price Earnings Ratio dengan Earnings growth.....
119
Tabel 4.16
Kategori Koefisien Korelasi............................................................
119
Tabel 4.17
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Price Earnings Ratio Terhadap Earnings growth.............................................................
120
Tabel 4.18
Hasil Pengujian Uji t PER terhadap EG ........................................
121
Tabel 4.19
Koefisien Determinasi Pengaruh Price earnings ratio Terhadap Earnings Growth.............................................................................
124
Tabel 4.20
Korelasi Antara Market to book ratio dengan Earnings growth......
125
Tabel 4.21
Kategori Koefisien Korelasi............................................................
125
Tabel 4.22
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Market to book ratio Terhadap Earnings growth.............................................................
126
Tabel 4.23
Hasil Pengujian Uji t MBR terhadap EG........................................
127
Tabel 4.24
Korelasi Berganda Price Earnings Ratio (X1) dan Market to Book Ratio (X2) terhadap Earnings Growth (Y).....................................
ix
130
Tabel 4.25
Kategori Koefisien Korelasi............................................................
130
Tabel 4.26
Hasil Estimasi Persamaan Regresi...................................................
131
Tabel 4.27
Anova Untuk Pengujian Koefisien Regresi secara Simultan...........
133
Tabel 4.28
Koefisien Determinasi Berganda...................................................
135
Tabel 4.29
Rekapitulasi Hasil Penelitian Uji Asumsi Klasik...........................
136
Tabel 4.30
Rekapitulasi hasil Penelitian Pengaruh Price Earnins ratio Terhadap Earnings Growth..............................................................
Tabel 4.31
Rekapitulasi hasil Penelitian Pengaruh Market to Book ratio Terhadap Earnings Growth............................................................
Tabel 4.32
137
138
Rekapitulasi hasil Penelitian Pengaruh Price Earnings Ratio dan Market to Book ratio Terhadap Earnings Growth...........................
x
139
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran ....................................................................
44
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian ....................................................................
45
Gambar 3.1
Model Penelitian ..........................................................................
48
Gambar 4.1
Grafik Price Earnings Ratio (PER) ..............................................
101
Gambar 4.2
Grafik Market to Book Ratio (MBR) ............................................
106
Gambar 4.3
Grafik Earnings Growth (EG) .....................................................
111
Gambar 4.4
Normal P-Plot of Regression Standarized Residual .....................
114
Gambar 4.5
Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Pada Uji Parsial Price earnings ratio Terhadap Earnings growth ..................................
Gambar 4.6
Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Pada Uji Parsial Market to book ratio Terhadap Earnings growth ....................................
Gambar 4.7
122
128
Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Pada Uji Simultan Terhadap Earnings Growth .......................................................
xi
134
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Tugas Membimbing Skripsi
Lampiran 2
Kartu Perkembangan Bimbingan Skripsi
Lampiran 3
Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi
Lampiran 4
Surat Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 5
Laporan Keuangan Perusahaan
Lampiran 6
Perhitungan SPSS 20.0
Lampiran 7
Tabel Statistik Uji F
Lampiran 8
Tabel Statistik Uji t
Lampiran 9
Daftar Riwayat Hidup
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini, semakin meningkatnya peran pasar modal
di Indonesia membuat pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengawasan dan pengendalian operasional pasar modal di Indonesia. Selain itu, semakin banyaknya perusahaan yang go public juga memicu peningkatan kegiatan pasar modal di Indonesia. Pasar modal di Indonesia adalah pelengkap dalam sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan yang memberikan jasanya untuk menghubungkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) kepada pihak dalam sektor produktif yang membutuhkan dana, juga dipandang sebagai salah satu efektifitas untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Pasar modal mempunyai peran penting bagi pembangunan ekonomi sebagai salah satu sumber pembiayaan eksternal bagi dunia usaha. Selain itu pasar modal juga merupakan wahana investasi bagi investor dalam maupun luar negeri (Sartono, 2008:23). Menariknya berinvestasi dalam pasar modal mendorong investor untuk melakukan transaksi di pasar modal. Namun para investor tidak begitu saja melakukan pembelian saham sebelum melakukan penilaian yang baik terhadap emiten. Salah satu faktor yang membuat investor ingin melakukan
1
2
investasi yaitu dengan melihat laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal tersebut dapat disajikan melalui laporan keuangan. Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi keuangan perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Munawir (2000:2) mengartikan laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu usaha adalah para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah di mana perusahaan tersebut berdomisili, buruh serta pihak-pihak lainnya. Penilaian perusahaan merupakan tujuan penting bagi banyak pengguna laporan keuangan. Estimasi nilai yang dapat diandalkan dapat digunakan untuk membuat keputusan beli/jual/tahan yang terkait dengan efek. Informasi dalam laporan keuangan ini dapat memberikan prediksi mengenai earnings growth dengan menggunakan beberapa analisis rasio perusahaan. Secara umum, earnings yang sering disebut sebagai laba akuntansi merupakan laba atau rugi dari kegiatan bisnis perusahaan dalam suatu periode berdasarkan
perhitungan
secara
akrual.
Jumlah
earnings
menunjukkan
pengukuran akuntansi secara akrual terhadap perubahan nilai perusahaan yang menjadi modal perusahaan dalam suatu periode, terpisah dari transaksi langsung dengan pemegang saham seperti pembagian dividend atau penerbitan saham biasa (Nichols dan Wahlen 2004 dalam Ita Trisdawati).
3
Laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan (Harahap, 2005:263). Tujuan utama pelaporan earnings adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Tetapi tujuan yang lebih khusus harus dirinci untuk lebih memahami pelaporan earnings. FASB Statement of Financial Concept No.1 menyatakan bahwa para investor, kreditor, dan pihak lainnya ingin menilai prospek arus kas masuk bersih perusahaan, tetapi sering menggunakan earnings untuk membantu mereka mengevaluasi earnings power, meramal earnings yang akan datang, atau menaksir resiko berinvestasi atau memberikan pinjaman kepada perusahaan. Jadi, diasumsikan ada hubungan antara laba yang dilaporkan dan arus kas, termasuk distribusi kas kepada pemilik. Earnings growth atau pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Earnings growth atau pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan (Simorangkir dalam Hapsari, 2003).
4
Earnings growth perusahaan bukan hanya tujuan manajer perusahaan tetapi juga pemilik perusahaan maupun pihak-pihak lain, seperti karyawan, pemerintah, maupun kreditor. Laba yang diperoleh oleh perusahaan untuk tahun yang akan datang tidak dapat dipastikan, kadang naik untuk tahun ini, tapi bisa juga turun untuk tahun berikutnya. Karena earnings growth yang tidak dapat dipastikan, maka perlu adanya suatu prediksi earnings growth. Earnings growth ini akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan, maupun untuk para kreditur yang akan memberikan pinjaman kepada perusahaan. Beberapa fenomena yang berkaitan dengan earnings growth salah satunya yaitu yang terjadi pada PT. Sepatu Bata Tbk. Rata-rata pertumbuhan laba PT. Sepatu Bata Tbk selama lima tahun tercatat sebesar 74,33%, namun terlihat fluktuasi pertumbuhan laba di tahun 2009. Laba tahun 2008 tercatat fenomenal karena ada catatan pendapatan tambahan non organik, karena penjualan lahan pabrik di Kalibata. Di tahun 2010 PT. Sepatu Bata Tbk. mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 15,08%. Di tahun 2011 PT. Sepatu Bata Tbk. kembali mencatatkan pertumbuhan laba yaitu -7,15% dan naik kembali di tahun 2012 sebesar 29,12%. (http://bolasalju.com/2013/03/10/sepatu-bata-bata/) Fenomena lainnya yang berkaitan dengan earnings growth yaitu yang terjadi pada PT. Bursa Efek Indonesia. PT. Bursa Efek Indonesia dan entitas anak mencatatkan penurunan laba bersih pada tahun anggaran 2011 sebanyak 19,4%.
5
Penurunan itu menjadi Rp. 299,825 miliar dari tahun anggaran 2010 sebanyak Rp. 358,041 miliar. Data tersebut dikutip dari laporan laba rugi komperhensif konsolidasian yang berakhir 31 Desember 2011, yang dipublikasikan PT. BEI. Dari pos pendapatan sebenarnya BEI mencatat peningkatan dari Rp. 667,16 miliar menjadi Rp. 699,32 miliar. Namun, perusahaan dibebankan oleh adanya peningkatan beban usaha dari Rp. 371,3 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp. 445,21 miliar. Sementara aset perusahaan mencatat pertumbuhan menjadi R. 3,763 triliun dari tahun 2010 yang hanya Rp. 3,555 triliun. (http://economy.okezone.com/read/2012/03/31/21/603120/laba-bersih-bei-turun19-4-di-2011) Fenomena lainnya yang berkaitan dengan earnings growth yaitu yang terjadi pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Emiten makanan dan minuman anak usaha PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) ini mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang terus melambat hingga sembilan bulan di tahun 2012 dibandingkan pertumbuhan sejak 2008. Menurut Departemen Riset IFT, pertumbuhan laba bersih Indofood CBP di 2008 tercatat 508,6% kemudian menurun menjadi 217,9% di 2009, dan turun lagi menjadi 59% di 2010. Pada 2011, pertumbuhan laba bersih Indofood CBP terus melambat menjadi 15,9%. Sementara di periode Januari-September 2012, laba bersih Indofood CBP tumbuh 8,4%. Departemen Riset IFT menilai langkah ekspansi yang sedang dilakukan perusahaan akan menyediakan peluang pertumbuhan dari sisi volume bagi Indofood CBP. Namun, persaingan yang ketat akan menjadi tekanan dari sisi
6
harga jual produk, sehingga kenaikan pendapatan Indofood CBP ke depan dapat disertai
dengan
risiko
pertumbuhan
tipis
pada
sisi
laba.
(http://m.iyaa.com/finance/berita/industri/2317311_3174.html) Fenomena di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan laba pada perusahaan sangatlah diperlukan sebagai salah satu cara untuk menarik minat para investor dalam berinvestasi. Oleh karena itu investor memerlukan informasi ini untuk melakukan penilaian dan analisis terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh emiten. Salah satu indikator untuk menilai dan menganalisis kemajuan perusahaan dalam hal keuangan dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah rasio keuangan. Ada beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis dan menilai kondisi keuangan perusahaan serta prospek perubahan labanya. Salah satu alternatif untuk mengetahui apakah informasi keuangan yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk memprediksi pertumbuhan laba, termasuk kondisi keuangan di masa depan adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Menurut Anoraga dan Pakarti dalam Angkoso (2006:16) ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor
7
fundamental yang mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang. Faktor fundamental yang perlu diperhatikan diantaranya, pertumbuhan pendapatan (revenue growth), rasio laba terhadap saham yang beredar (earning per shareEPS), rasio harga saham terhadap laba perlembar saham (price earnings ratio), rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba (price earnings to growth ratio), rasio harga saham terhadap penjualan (price/sales ratio), rasio harga saham terhadap nilai buku (price to book value), rasio hutang (debt ratio) dan margin pendapatan bersih (net profit margin). Dalam hal ini penulis hanya meneliti faktor fundamental yaitu price earnings ratio dan market to book ratio yang merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba. Price earnings ratio merupakan suatu ukuran dari potensi pertumbuhan, stabilitas pendapatan, dan kemampuan manajemen dihitung dengan membagi harga per saham dengan pendapatan per saham. Rasio harga-laba mengukur hubungan antara nilai pasar suatu perusahaan dan laba perusahaan sekarang (skousen et all, (2009:229) yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar). Price Earnings Ratio adalah rasio harga saham terhadap laba per saham, pada umumnya perusahaan yang lebih cepat mempunyai resiko yang lebih kecil dan memiliki rasio harga laba yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang pertumbuhannya lambat atau perusahaan dengan resiko yang lebih besar. Dengan melihat pengertian tersebut, jika harga saham naik sementara laba per saham tetap maka rasio P/E-nya akan mengalami peningkatan. Sebaliknya, jika laba per saham
8
naik dan harga per saham tetap, maka rasio P/E-nya mengalami penurunan (Sartono, 2008:491). Faktor lain yang mempengaruhi earnings growth adalah market to book ratio. Market to book ratio (rasio harga tehadap nilai buku) memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor yang artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah (Brigham and Houston, 2010:181 yang dialihbahasakan Ali Akbar Yulianto). Tingginya market to book ratio menunjukkan penilaian atau harapan investor terhadap perusahaan. Semakin tinggi rasio perusahaan dipandang semakin mempunyai propspek yang baik. Artinya pembeli mau mengeluarkan uang ekstra, karena adanya harapan di waktu yang akan datang dan demikian pula sebaliknya (I Made Sudana, 2011:171). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Halim Dedy Perdana (2006) tentang Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (P/E) dan Market to Book Ratio (P/B) terhadap Pertumbuhan Earnings (Growth) perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian yang menunjukkan secara parsial hanya market to book ratio yang berpengaruh terhadap pertumbuhan earnings. Sedangkan secara simultan price earnings ratio dan market to book ratio tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan earnings (growth). Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan peneliti sebelumya yaitu pada indikator untuk menghitung earnings growth dan perusahaan yang
9
ditelitinya.
Peneliti
sebelumnya
menghitung
earnings
growth
dengan
menggunakan residual earnings sebagai indikatornya dan perusahaan yang diteliti yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul
“PENGARUH PRICE
EARNINGS RATIO DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNINGS GROWTH (Studi pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI).”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, penulis
mengidentifikasikan masalah yang akan diteliti, yaitu: 1.
Bagaimana price earnings ratio di perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI.
2.
Bagaimana market to book ratio di perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI.
3.
Bagaimana earnings growth di perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI.
4.
Seberapa besar pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth secara parsial.
5.
Seberapa besar pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth secara simultan.
10
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui price earnings ratio di perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI.
2.
Untuk mengetahui market to book ratio di perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI.
3.
Untuk mengetahui earnings growth di perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI.
4.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh price earnings ratio, market to book ratio terhadap earnings growth secara parsial.
5.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh price earnings ratio, market to book ratio terhadap earnings growth secara simultan.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai
pihak, antara lain: 1.4.1
Kegunaan Teoritis 1. Dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth pada Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio yang mempengaruhi earnings growth.
11
1.4.2
Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis Membawa wawasan untuk mengetahui bagaimana pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth perusahaan food and beverages pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana ekonomi
pada
Prosedur
Studi
Akuntansi
Fakultas
Ekonomi
Universitas Pasundan. 2. Bagi Bursa Efek Indonesia Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagaimana pengaruh price earning ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages sebagai alat pengambilan keputusan. 3. Bagi Instansi Pendidikan Dapat digunakan sebagai pertimbangan, acuan dan referensi tambahan untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages dan memacu penelitian yang lebih baik.
12
1.5
Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada sektor
manufaktur sub sektor food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memperoleh data sesuai dengan objek yang akan diteliti, maka penulis melaksanakan penelitian pada waktu yang telah ditentukan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Akuntansi dan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output dari hasil akhir proses akuntansi.
Laporan keuangan inilah yang menjadi dasar informasi bagi pemakainya sebagai salah satu alat dalam proses pengambilan keputusan. Selain sebagai informasi, laporan
keuangan
juga
sebagai
alat
pertanggungjawaban
dan
juga
menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:5) menjelaskan mengenai karakteristik akuntansi, yaitu sebagai berikut: “The essential characteristics of accounting are the identification, measurement, and communication of financial information about economic entities to interested parties.” Pernyataan di atas menjelaskan bahwa karakteristik penting dari akuntansi adalah identifikasi, pengukuran, dan komunikasi informasi keuangan tentang entitas ekonomi kepada pihak yang berkepentingan.
13
14
Pengertian akuntansi keuangan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:5) yaitu sebagai berikut: “Financial accounting is the process that culminates in the preparation of financial reports on the enterprise for use by both internal and external parties.” Pernyataan Kieso, Weygandt, dan Warfield di atas menjelaskan bahwa akuntansi keuangan adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh pihak-pihak internal maupun eksternal.
2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu memberi bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang merupakan hasil proses akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak eksternal. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:5), menjelaskan pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut: “Financial accounting is the purpose that culminates in the preparation of financial reports on the enterprise for use by both internal and external parties. Users of financial report include investors, creditors, manager, unions, and government agencies.”
15
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa akuntansi keuangan adalah tujuan akhir dalam penyusunan laporan keuangan pada perusahaan untuk digunakan oleh pihak internal dan external. Pengguna dari laporan keuangan diantaranya para investor, kreditor, manajer, perusahaan dan instansi pemerintah. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:5) pun menyatakan: “The financial statements most frequently provided are the statement of financial position, the income statement or statement of comprehensive income, the statement of cash flows, and the statement of changes in equity. Note disclosures are an integral part of each financial statement.” Pernyataan di atas menjelaskan bahwa laporan keuangan yang paling sering disajikan adalah laporan posisi keuangan, laporan laba rugi atau laporan laba
komprehensif,
laporan
arus
kas,
dan
laporan
perubahan
modal.
Pengungkapan catatan merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan. Brigham and Houston (2006:94) yang dialih bahasakan oleh Ali Akbar Yulianto menyatakan bahwa: “Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu tertentu maupun operasinya selama suatu periode di masa lalu. Akan tetapi, nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan dividen di masa depan.” Menurut PSAK No.1 (2012:4) menyajikan komponen laporan keuangan lengkap yaitu sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode; laporan laba rugi komprehensih selama periode; laporan perubahan ekuitas selama periode; laporan arus kas selama periode;
16
5. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; dan 6. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasikan pos-pos dalam laporan keuangannya. 2.1.1.2 Penyajian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu perusahaan. Berikut ini penyajian laporan keuangan: 1.
Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Pengertian laporan posisi keuangan (neraca) menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:190) adalah sebagai berikut: “the statement of financial position, also referred to as the balance sheet, report the assets, liabilities, and equit of a business enterprise at a specific date. This financial statement provides information about the nature and amounts of investment in enterprise resources, obligation to creditors, and the equity in net resources.” Pernyataan di atas menjelaskan bahwa, laporan posisi keuangan, yang disebut juga sebagai neraca, melaporkan aset, kewajiban dan ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada tanggal tertentu. Laporan keuangan ini menyediakan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi sumber daya perusahaan, obligasi bagi kreditor, dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih. Kegunaan laporan posisi keuangan (neraca) menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:190) adalah sebagai berikut:
17
1. Providing information on assets, liabilities, and equity. 2. Analysts also use information in the statement of financial position to assess a company’s risk and future cash flows. 3. Analysts use the statement of financial position to assess a company’s liquidity, solvency, and financial flexibility. Pernyataan di atas tentang kegunaan neraca menjelaskan bahwa pertama, memberikan informasi mengenai aset, kewajiban dan ekuitas. Kedua, para analis juga menggunakan informasi dalam laporan posisi keuangan untuk menilai resiko perusahaan dan arus kas yang akan datang. Dan ketiga, para analis menggunakan laporan posisi keuangan untuk menilai likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas perusahaan. Adapun keterbatasan dari laporan posisi keuangan (neraca) menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:191) yaitu: 1. Most assets and liabilities are reported at historical cost. As a result, the information provided in the statement of financial position is often critized for not reporting a more relevant fair value. 2. Companies use judgements and estimates to determine many of the items reported in the statement of financial position. 3. The statement of financial position necessarily omits many items that are of financial value but that accompany cannot record objectively. Keterbatasan yang diungkapkan oleh Kieso, Weygandt, dan Warfield menjelaskan bahwa pertama, sebagian besar aktiva dan kewajiban dilaporkan pada biaya historis. Akibatnya, penyediaan informasi dalam laporan posisi keuangan sering dikritisi karena tidak mencerminkan keadaan atau nilai sebenarnya. Kedua, perusahaan menggunakan pertimbangan (judgemen) dan estimasi untuk menentukan beberapa dari item-item yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan. Dan ketiga, laporan posisi keuangan perlu
18
menghilangkan beberapa item dari nilai keuangan tetapi tidak disertai dengan rekaman objektif.
2.
Laporan Laba Rugi Pengertian laporan laba rugi menurut
Kieso, Weygandt, dan Warfield
(2011:144) adalah sebagai berikut: “The income statement is the report that measures the success of company operations for a given period of time. The business and investment community uses the income statement to determine profitability, investment value, and credit worthiness. It provides investors and creditors with information that helps them predict the amount, timing, and uncertainty of future cash flows.” Penjelasan di atas menjelaskan bahwa laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan laba rugi untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit. Hal ini memberikan para investor dan kreditor informasi dalam membantu mereka memprediksikan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:144) menyatakan kegunaan laporan laba rugi adalah sebagai berikut: 1. Evaluate the past performance of the company. 2. Provide a basis for predicting future performance. 3. Help assess the risk or uncertainty of achieving future cash flows. Pernyataan di atas mengenai kegunaan laporan laba rugi menjelaskan bahwa pertama, laporan laba rugi dapat mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan.
19
Kedua, laporan laba rugi memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan. Ketiga, laporan laba rugi membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan. Adapun keterbatasan laporan laba rugi menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:144) adalah sebagai berikut: 1. Companies omit items from the income statement that they cannot measure reliably. 2. Income numbers are affected by the accounting methods employed. 3. Income measurement involves judgment. Penyataan di atas mengenai keterbatasan laporan laba rugi menjelaskan bahwa pertama, perusahaan menghilangkan pos pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam laporan laba rugi. Kedua, angka-angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan. Ketiga, pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan.
3.
Laporan Perubahan Modal Pengertian laporan perubahan modal menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2007:43) adalah: “Owner equity’s statement summarizes the changes in owner’s equity at a specific period of time.” Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa laporan perubahan modal memberikan ringkasan mengenai perubahan modal yang terjadi pada periode waktu tertentu.
20
4.
Laporan Arus Kas Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:204) menjelaskan mengenai laporan arus kas, yaitu sebagai berikut: “The statement of cash flows reports the following the cash effects of operations during a period, investing transactions, financing transactions, and the net increase or decrease in cash during the period.” Pernyataan di atas menjelaskan bahwa laporan arus kas melaporkan berikut hasil kas dari operasi selama periode tertentu, transaksi investasi, transaksi keuangan, dan kenaikan atau penurunan kas bersih selama periode tersebut.
5.
Catatan atas laporan keuangan Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011:213) menjelaskan tentang catatan atas laporan keuangan, adalah sebagai berikut: “Notes are an integral part of reporting financial statement information. Notes can explain in qualitative terms information related to specific financial statement items. In addition, they can provide supplemental data of a quantitative nature to expand the information in financial statement. Notes also can explain restrictions imposed by financial arrangements or basic contractual agreements.” Pernyataan di atas menjelaskan bahwa catatan merupakan bagian integral dari pelaporan informasi laporan laporan keuangan. Catatan dapat menjelaskan informasi kualitatif yang terkait dengan spesifik pos-pos laporan keuangan. Selain itu, catatan dapat menyediakan data tambahan yang bersifat kauntitatif untuk memperluas informasi dalam laporan keuangan. Catatan juga dapat menjelaskan batasan yang diberlakukan oleh pengaturan keuangan atau perjanjian kontrak dasar.
21
2.1.2
Rasio Pasar
2.1.2.1 Pengertian Rasio Pasar Pengertian rasio pasar menurut Brigham dan Houston (2006:110) yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar yulianto, adalah sebagai berikut: “Rasio nilai pasar (market value ratio) akan menghubungkan harga saham perusahaan pada laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio-rasio ini dapat memberikan indikasi kepada manajemen mengenai apa yang dipikirkan oleh para investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa mendatang.” Selanjutnya Gitman (2009:69) mendefinisikan rasio pasar yaitu sebagai berikut: “Market ratios relate the firm’s market value, as measured by its current share price, to certain accounting value. These ratio give insight into how well investor in the market place feel the firm is doing terms of risk and return. They tend to reflect, on a relative basis, the common stockholders’ assessment of all aspects of the firm’s past and expected future performance.” Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa rasio pasar yang berhubungan dengan nilai pasar perusahaan, diukur dengan harga saham saat ini terhadap nilai akuntansi tertentu. Rasio ini memberikan pandangan tentang seberapa baik investor dalam lingkungan pasar menilai perusahaan tersebut dalam melakukan jangka waktu atas risiko dan pengembalian. Mereka cenderung mencerminkan, secara relatif para pemegang saham menilai seluruh aspek perusahaan di masa lalu dan kinerja perusahaan di masa mendatang.
22
2.1.2.2 Jenis-Jenis Rasio Pasar Menurut Brigham dan Houston (2006:110) yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar Yulianto jenis-jenis rasio pasar di antaranya: 1. Rasio harga/laba (price/earnings ratio) 2. Rasio harga/arus kas (price/cash flow ratio) 3. Rasio nilai pasar/nilai buku (market/book ratio) Gitman (2009:69) menyatakan terdapat beberapa jenis dari rasio pasar, yaitu sebagai berikut: “Two popular market ratios, one that focuses on earnings and another that considers book value is price/earnings (P/E) ratio and market/book (M/B) ratio.” Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua rasio pasar yang umum digunakan yang salah satunya berfokus pada laba dan yang lainnya terhadap nilai buku yaitu price/earnings (P/E) ratio dan market/book (M/B) ratio. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian tentang price earnings ratio dan market to book ratio yang merupakan jenis-jenis rasio pasar. Subramanyam dan Wild (2010:341) yang dialihbahasakan oleh Bachtiar dan Harahap, menjelaskan mengenai price earning ratio dan market to book ratio, yaitu: “Dua pengukuran penilaian yang sering digunakan dalam membuat keputusan investasi adalah rasio “harga terhadap nilai buku “ (price to book-PB) dan rasio
23
“harga terhadap laba” (price to earning-PE). Pengguna sering kali membuat keputusan investasi berdasarkan nilai rasio ini.” Penman (2013:180) menyatakan pula mengenai price earning ratio dan market to book ratio, yaitu sebagai berikut: “As both P/B ratio and P/E ratio are based on the same earnings expectation, valuation method that anchor on earnings must yield the same valuation as methods that anchor on book value.” Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa kedua rasio P/B dan rasio P/E didasarkan atas ekspektasi laba yang sama, metode penilaian yang berbasis terhadap laba harus menghasilkan penilaian yang sama dengan metode yang berbasis terhadap nilai buku.
2.1.3
Price Earnings Ratio
2.1.3.1 Pengertian Price Earnings Ratio Price earnings ratio merupakan rasio yang termasuk ke dalam rasio pasar. Menurut Reeve, dkk (2010:336) yang dialihbahasakan oleh Damayanti Dian, price earnings ratio didefinisikan sebagai berikut: “Price Earnings Ratio adalah rasio yang merupakan indikator bagi prospek pendapatan perusahaan di masa mendatang yang dihitung dengan cara membagi harga pasar per lembar saham biasa pada tanggal tertentu dengan laba per saham tahunan.” Selanjutnya Brigham dan Houston (2006:110) yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar Yulianto, mendefinisikan price earnings ratio sebagai berikut:
24
“Rasio harga/laba (price/earnings-P/E) menujukkan berapa banyak jumlah uang yang rela dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang dilaporkan.” Penman (2013:179) menjelaskan bahwa Price Earnings Ratio (P/E) adalah: “The P/E ratio is based on expected earnings that have not yet been booked. So P/E ratios high when one forecasts considerably higher future earning than current earnings, and P/E ratios are low when future earnings are forecasted to be low than current earnings. In short, the P/E ratio prices earnings growth.” Dari penjelasan Penman di atas dapat diartikan bahwa P/E ratio didasarkan atas perkiraan laba yang mana belum dibukukan. Jadi P/E ratio tinggi ketika salah satu perkiraan laba masa yang akan datang jauh lebih tinggi dibandingkan penghasilan laba saat ini, dan P/E ratio rendah ketika laba masa yang akan datang diperkirakan menjadi lebih rendah dibandingkan laba saat ini. Singkatnya, P/E ratio menilai pertumbuhan laba (earnings growth). Horne (2002:364) menjelaskan mengenai price earnings ratio sebagai berikut: “The P/E ratio was described as one measure of relative value. The higher this ratio, the more the value of the stock that is beaing ascribed to future earnings as opposed to present earnings.” Dari penjelasan Horne di atas dapat diartikan bahwa, price earnings ratio menggambarkan salah satu ukuran nilai relatif. Semakin tinggi rasio ini, semakin
25
banyak harga saham yang berasal dari laba masa yang akan datang dibandingkan dengan laba saat ini. Selanjutnya Gitman (2009:70) menjelaskan mengenai price earnings ratio sebagai berikut: “The price/earnings (P/E) ratio is commonly used to assess the owners appraisal of share value. The P/E measure the amount that investors are willing to pay for each dollar of a firm’s earnings. The level of this ratio indicates the degree of confidence that investors have in the firm’s future performance. The higher the P/E ratio, the greater the investor confidence.” Dari penjelasan Gitman di atas dapat diartikan bahwa rasio harga/laba (P/E) umumnya digunakan bagi pemilik saham untuk menilai harga saham. Rasio P/E mengukur sejumlah uang pada setiap dollar laba perusahaan yang bersedia dikeluarkan oleh investor. Tingkat rasio ini menunjukkan tingkat kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan masa yang akan datang. Semakin tinggi rasio P/E, semakin besar kepercayaan investor.
2.1.3.2 Cara Mengukur Price Earnings Ratio Rasio harga-laba mencerminkan penilaian terhadap laba perusahaan di masa depan. Rasio ini dihitung dengan membagi harga pasar perlembar saham dengan laba per saham. Cara mengukur Price Earnings Ratio menurut Gitman (2009:70) yaitu sebagai berikut:
Price/earnings (P/E) ratio =
𝑴𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒄𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈𝒔 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆
26
Garrison and Noreen (2001:787) yang dialihbahasakan oleh Budisantoso, berpendapat bahwa: “Price earnings ratio merupakan hubungan antara harga pasar saham dan earnings per share saat ini. Dalam price earnings ratio digunakan perhitungan laba per saham (earnings per share).” Dengan demikian pertumbuhan EPS memberikan informasi yang lebih banyak kepada kita tentang perkembangan suatu perusahaan. Bukan hanya pertumbuhan laba absolute. Peningkatan laba dapat dihasilkan dari berbagai hal sehingga akan meningkatkan labanya. Akan tetapi. Jika persentase peningkatan laba lebih kecil dari pada persentase peningkatan jumlah saham, maka laba per saham akan turun, walaupun perusahaan memiliki laba yang lebih tinggi. Dengan demikian price earnings ratio digunakan oleh investor sebagai acuan dalam menanamkan modalnya dalam bentuk saham dengan melihat seberapa besar tingkat pertumbuhan perusahaan dalam menghasilkan laba (Suharli, 2006:300).
2.1.3.3 Penilaian Price Earnings Ratio Skousen, dkk (2009:230) yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki P/E ratio lebih tinggi dari P/E rata-rata, maka: 1. Perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan masa depan yang tinggi. 2. Perusahaan dengan laba tahun berjalan lebih rendah dari laba rata-rata karena kejadian luar biasa yang tidak berulang (seperti penghapusan yang besar, bencana alam). 3. Perusahaan dengan aset tak tercatat yang jumlahnya substansial (seperti peningkatan nilai tanah, goodwill yang tak tercatat.
27
Selanjutnya, perusahaan yang memiliki P/E ratio lebih rendah dari P/E rata-rata, maka: 1.
2.
Perusahaan dengan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba rata-rata karena kejadian luar biasa yang tidak berulang (seperti keuntungan luar biasa yang hanya terjadi satu kali). Perusahaan yang dianggkap sangat beresiko. Sedangkan menurut Miskins dan Eakins (2006:283) menjelaskan bahwa:
1. 2.
A higher than average PE may mean that the market expects earnings to rise in the future. This would return the PE to a more normal level. A high PE may alternative indicate that the market feels the firm’s earnings are very low risk and is therefore willing to pay a premium for them. Pernyataan di atas dapat menjelaskan bahwa pertama, price earnings
ratio lebih tinggi dari price earnings ratio rata-rata dapat diartikan bahwa pasar mengharapkan peningkatan laba di masa mendatang. Hal tersebut dapat mengembalikan nilai price earning ratio ke tingkat yang lebih normal. Kedua, tingginya price earnings ratio memungkinkan menunjukan alternatif bahwa terasa laba perusahaan memiliki risiko yang rendah dan oleh karena itu bersedia membayar premi untuk mereka.
2.1.4
Market to Book Ratio
2.1.4.1 Pengertian Market to Book Ratio Market to book ratio merupakan rasio yang termasuk ke dalam rasio pasar. Menurut Gitman (2009:70), market to book ratio didefinisikan sebagai berikut: “The market/book (M/B) ratios provides an assessment of how investors view’s the firm performance. It relates the market value of the firm’s
28
share to their book-strict accounting-value. To calculate the firm’s M/B ratio, we first need to find book value per share of common stock.” Berdasarkan pengertian di atas market to book ratio memberikan suatu perhitungan
bagaimana
investor
menilai
kinerja
perusahaan,
M/B
menghubungkan dengan nilai saham perusahaan terhadap ketepatan pelaporan akuntansi perusahaan tersebut. Untuk menghitung Market to book ratio, pertama kita harus mengetahui terlebih dahulu nilai buku per saham biasa. Selanjutnya Horne (2002:365) mendefinisikan market to book ratio adalah sebagai berikut: “The market to book value ratio is a relative measure of how the growth option for a company is being valued vis-à-vis its physical assets. The greater the expected growth and value placed on such, the higher this ratio.” Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa market to book ratio adalah ukuran relatif dari seberapa besar pertumbuhan bagi nilai perusahaan dibandingkan
dengan
aset
fisiknya.
Dengan
demikian,
semakin
besar
pertumbuhan yang diharapkan dan nilai pada rasio tersebut, semakin tinggi pula market to book ratio. Penman (2013:141) menjelaskan tentang market to book ratio, adalah sebagai berikut: “Price, in the numerator of the P/B ratio, is based on the expected future earnings that investor buying. So, the higher the expected earnings relative to book value, the higher the P/B ratio.”
29
Dari penjelasan di atas, dijelaskan bahwa nilai dilihat dari P/B rasio, didasarkan pada laba masa yang akan datang yang diharapkan oleh investor yang menanamkan modalnya pada saham tersebut. Jadi, semakin tinggi laba relatif yang diharapkan terhadap nilai buku, semakin tinggi pula rasio P/B-nya. Penman (2013:416) menjelaskan pula mengenai market to book ratio sebagai berikut: “P/B is not focus for growth, rather it is P/E (and, to avoid the transitory earnings effect, specifically the forward P/E.” Dari pernyataan di atas, dijelaskan bahwa P/B tidak berfokus terhadap pertumbuhan, melainkan P/E yang berfokus terhadap pertumbuhan (dan untuk menghindari efek sementara pada laba, khususnya forward P/E.
2.1.4.2 Cara Mengukur Market to Book Ratio Untuk dapat menghitung market to book ratio Gitman (2009:70) merumuskan rasio tersebut sebagai berikut: Rumus untuk mengitung nilai buku per saham biasa:
𝑩𝒐𝒐𝒌 𝒗𝒂𝒍𝒖𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌 =
𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌 𝒆𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝒏𝒖𝒎𝒃𝒆𝒓 𝒐𝒇 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌 𝒐𝒖𝒕𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈
30
Rumus untuk menghitung market to book ratio:
𝑴𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝑩𝒐𝒐𝒌 (𝑴 𝑩) 𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐 =
𝒎𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒄𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌 𝒃𝒐𝒐𝒌 𝒗𝒂𝒍𝒖𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌
Selanjutnya menurut Rahardjo (2001:110) menjelaskan: “Dalam market to book ratio juga di hitung book value per share (nilai buku per saham). Nilai buku per saham mengukur nilai buku per lembar yang menjadi hak pemegang saham bila semua kekayaan perusahaan dijual dan seluruh kewajiban dibayar. Nilai ini dapat dihitung dengan membagi jumlah modal sendiri yang menjadi hak pemegang saham termasuk laba yang ditahan (common stockholder’s equity) dengan jumlah lembar saham yang dikeluarkan.”
2.1.4.3 Penilaian Market to Book Ratio I Made Sudana (2011:171) menjelaskan mengenai penilaian market to book ratio, yaitu sebagai berikut: ”Tingginya market to book ratio menunjukkan penilaian atau harapan invetor terhadap perusahaan. semakin tinggi rasio, peruahaan dipandang semakin mempunyai prospek yang baik. artinya pembeli mau mengeluarkan uang ekstra, karena adanya harapan di waktu yang akan dating dan demikian pula sebaliknya.”
2.1.5
Informasi Laba
2.1.5.1 Pengertian Laba Laba mengukur jumlah yang dapat dikembalikan oleh suatu entitas kepada para investornya dan masih meninggalkan entitas tersebut dengan kondisi yang sama di akhir periode seperti di awal (Skousen, 2009:199 yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar).
31
Salah satu fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk pengukuran prestasi, hasil usaha, laba dan posisi keuangan. Rentang waktu untuk menghitung laba rata-rata umurnya 5 tahun. Perpanjangan periode ini mengurangi distorsi, keridakteraturan, dan dampak sementara lainnya yang mengurangi relevansi laba satu tahun. Perhitungan laba 5 tahun seringkali menekankan pengalaman terakhir sekaligus menghindari kinerja yang tidak relevan (Wild 2004:127 yang dialihbahasakan oleh Bachtiar dan Harahap). Menurut Harahap (2005:263) mengenai definisi laba adalah sebagai berikut: “Laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.” Selanjutnya Nichols dan Wahlen dalam Ita Trisdawati (2004) mengartikan earnings yang sering disebut sebagai laba akuntansi merupakan laba atau rugi dari kegiatan bisnis perusahaan dalam suatu periode berdasarkan perhitungan secara akrual. Jumlah earnings menunjukkan pengukuran akuntansi secara akrual terhadap perubahan nilai perusahaan yang menjadi modal perusahaan dalam suatu periode, terpisah dari transaksi langsung dengan pemegang saham seperti pembagian dividend atau penerbitan saham biasa. Menurut Belkaoui dalam Harahap (2005:147) definisi tentang laba ini mengandung 5 sifat, yaitu:
32
1. 2. 3. 4.
5.
laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip “macthing” artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama. Beberapa kebaikan dari konsep laba akuntansi ini adalah:
1. 2.
3. 4.
Dapat terus menerus ditelusuri dan diuji Karena perhitungan didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan dilaporkan secara objektif. Maka perhitungan laba ini dapat diperiksa (verifiability). Memenuhi prinsip ”coservatisme”, karena yang diakui hanya laba yang direalisasi dan tidak memperhatikan perubahan nilai. Dapat dijadikan sebagai alat control oleh manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen. Kelemahan konsep laba akuntansi, yaitu:
1. 2.
3.
Tidak dapat menunjukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari kenaikan nilai. Kenaikan ini ada namun belum direalisasi. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul karena perbedaan dalam metode menghitung biaya, perbedaan waktu antara realisasi hasil dan biaya. Penerapan prinsip realisasi, historical cost dan conservatism dapat menimbulkan salah pengertian terhadap data yang disajikan.
2.1.5.2 Jenis Laba Jenis-jenis
laba
menurut
Theodorus
M.
Tuanakotta
(2000:57)
mengemukakan jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu: 1.
Laba kotor
2.
Laba dari operasi
3.
Laba bersih
33
Adapun penjelasan jenis-jenis laba di atas adalah sebagai berikut: 1. Laba kotor Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan. 2. Laba dari operasi Laba operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban operasi. 3. Laba bersih Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi ditambahkan pendapatan lain-lain dikurangi beban lain-lain. Sedangkan menurut Hendriksen dalam Theodorus M. Tuanakotta (2000:56) menyatakan jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu: 1. 2. 3. 4.
Tambahan nilai (value added) Laba bersih perusahaan Laba bersih bagi investor Laba bersih bagi pemegang saham residu Adapun penjelasan jenis-jenis laba di atas sebagai berikut:
1. 2.
3. 4.
Tambahan nilai (value added), yaitu harga jual produksi dan jasa perusahaan dikurangi harga pokok penjualan barang dan jasa yang dijual. Laba bersih perusahaan, yaitu kelebihan hasil (revenue) dari biaya seluruh pendapatan (gain) dan rugi biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil. Laba bersih bagi investor, yaitu sama seperti laba bersih perusahaan tetapi setelah dikurangi pajak penghasilan Laba bersih bagi pemegang saham residu, yaitu laba bersih kepada pemegang saham dikurangi deviden saham preferen.
2.1.5.3 Kegunaan Laba Tujuan utama dari pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dalam laporan keuangan. Salah satu tujuan dasar yang dianggap penting bagi semua pemakai laporan keuangan meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan
34
laba historis untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan distribusi dividen di masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman pengambbilan keputusan manajerial di masa yang akan datang (Hendriksen dan Van breda, 2000:331 yang dialihbahasakan oleh Herman Wibowo). Peran penting laba menurut Harahap (2004:62) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Laba digunakan untuk perhitungan pajak, sebagai dasar pengenaan pajak yang diterima. Laba digunakan untuk menghitung dividen yang dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan dalam perusahaan. Laba dijadikan dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnyadi masa yang akan datang. Laba dijadikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investrasi dan pengambilan keputusan. Laba dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.
2.1.5.4 Unsur-Unsur Laba Rugi Menurut
Kieso,
Weygandt
dan
Warfield
(2002:153)
yang
dialihbahasakan oleh Emil Salim, unsur-unsur perhitungan laba rugi terdiri dari: 1.
2.
Pendapatan (revenue) Arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan. Beban (Expense) Arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva entitas atau penambahan kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan.
35
3.
4.
Keuntungan (Gain) Kenaikan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidensial kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. Kerugian (losses) Penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik.
2.1.5.5 Pelaporan Laba Suatu laporan yang menunjukan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha suatu periode disebut laporan rugi laba (Zaki Baridwan, 2004:32). Perhitungan laba rugi biasanya terdiri dari beberapa bagian maupun subbagian yang membentuk laba bersih pada periode yang bersangkutan. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002:157) yang dialihbahasakan oleh Emil Salim, menjabarkan mengenai bagian dan subbagian tersebut sebagai berikut: 1.
2.
3. 4. 5. 6. 7.
Bagian operasi a. Bagian penjualan atau pendapatan b. Bagian harga pokok penjualan c. Beban penjualan d. Beban administrasi dan umum Bagian non operasi a. Pendapatan dan keuntungan lain b. Beban dan kerugian lain Pajak penghasilan Operasi yang dihentikan Pos-pos luar biasa Pengaruh kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi Laba per saham Menurut Zaki Baridwan (2004:74), penyusunan perhitungan rugi laba
secara tradisional, yaitu:
36
1.
2.
Perhitungan rugi laba dalam bentuk bertahap (multiplestep form) adalah bentuk laporan rugi laba dimana dilakukakn beberapa pengelompokan terhadap pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urut-urutan tertentu sehingga bisa dihitung penghasilan-penghasilan sebagai berikut a. Laba bruto, yaitu hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan. b. Penghasilan usaha bersih, yaitu laba bruto dikurangi biaya-biaya usaha. c. Penghasilan bersih sebelum pajak, yaitu penghasilan usaha bersih ditambah dan dikurangi dengan pendapatan-pendapatan dan biayabiaya. d. Penghasilan bersih sesudah pajak, yaitu penghasilan bersih sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan. e. Penghasilan bersih dan elemen-elemen luar biasa, yaitu penghasilan bersih sesudah pajak dan/atau dikurangi dengan elemen-elemen yang tidak biasa (sesudah diperhitungkan pajak penghasilan untuk pos luar biasa). Perhitungan rugi laba dalam bentuk langkah tunggal (single step form) dalam bentuk ini tidak dilakukan pengelompokan pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha, tetapi hanya dipisahkan antara: a. Pendapatan dan laba. b. Biaya-biaya dan kerugisn-kerugian.
2.1.5.6 Earnings Growth 2.1.5.6.1 Pengertian Earnings Growth Menurut Simorangkir dalam Hapsari (2003) earnings growth atau pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya, dilakukan dalam laporan laba rugi. Penyajian informasi laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting, dibandingkan dengan pengukuran kinerja
37
yang mendasarkan pada gambaran meningkat atau menurunnya modal bersih. Lebih lanjut informasi laba juga dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa mendatang (Baruch Lev dan Ramu Thiagaraju, 1993) Jogiyanto (2003:390) menjelaskan mengenai naik turunnya laba, yaitu sebagai berikut: “Jika laba menurun maka dapat diartikan sebagai kabar buruk, sementara jika laba meningkat maka dapat diartikan sebagai kabar baik. Laba yang meningkat akan menunjukkan sinyal mengenai peningkatan kinerja perusahaan secara umum kepada investor, sementara itu laba yang menurun akan menunjukkan sinyal penurunan kinerja perusahaan kepada investor.” Kenaikan atau penurunan laba memberikan dampak terhadap kebijakan keuangan untuk kegiatan selanjutnya yang dalam hal ini pertumbuhan laba memiliki informasi yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Fabozzi (2002:114) menjelaskan bahwa: “A manager who is growth oriented is concerned with earnings growth and seeks those stocks from universe of stock that have higher relative earnings growth.” Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa seorang manajer yang berorientasi pada pertumbuhan yaitu menyangkut dengan pertumbuhan laba dan penentuan saham dari saham seluruh bidang dimana memiliki pertumbuhan laba yang realtif tinggi.
38
2.1.5.6.2 Cara Mengukur Earnings Growth Menurut Warsidi
dan
Pramuka (2000),
earnings
growth
atau
pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya. Laba yang digunakan adalah laba akuntansi, yaitu laba bersih sebelum extraordinary items dan discontinued operation. Alasan mengeluarkan kedua item tersebut adalah untuk menghilangkan elemen yang mungkin menyebabkan pertumbuhan laba meningkat dalam satu periode dan tidak akan timbul dalam periode selanjutnya. Earnings Growth atau pertumbuhan laba tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pertumbuhan Laba =
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐢𝐧𝐢−𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚
2.1.5.6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Growth Menurut Hanafi dan Halim dalam Angkoso (2006:20) Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan laba, diantaranya: 1. Besarnya perusahaan Perusahaan jika semakin besar maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi. 2. Umur perusahaan Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah. 3. Tingkat leverage Perusahaan yang memiliki tingkat hutang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga mengurangi ketepatan pertumbuhan laba. 4. Tingkat penjualan Tingkat penjualan di masa yang akan datang yang meningkat membuat pertumbuhan laba semakin tinggi. 5. Perubahan laba masa lalu Perubahan laba di masa lalu jika semakin besar, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa yang akan datang.
39
Anoraga dan Pakarti dalam Angkoso (2006:16) mengemukakan dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba, yaitu diantaranya: 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah analisis kinerja perusahaan berdasarkan data yang berasal dari perusahaan, baik berupa laporan keuangan, laporan tahunan maupun informasi lain mengenai seluk beluk perusahaan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan. 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.
2.2
Kerangka Pemikiran Pasar modal mempunyai peran penting bagi pembangunan ekonomi
sebagai salah satu sumber pembiayaan eksternal bagi dunia usaha. Selain itu pasar modal juga merupakan wahana investasi bagi investor dalam maupun luar negeri (Sartono, 2008:23). Semakin meningkatnya peran pasar modal di Indonesia membuat pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengawasan dan pengendalian operasional pasar modal di Indonesia. Selain itu, semakin banyaknya perusahaan yang go public juga memicu peningkatan kegiatan pasar modal di Indonesia. Keputusan seseorang untuk membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham diatas harga pasar. Sebaliknya, keputusan menjual saham terjadi bila
40
nilai perkiraan suatu saham dibawah harga pasar. untuk menentukan nilai saham, pemodal harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham yang ada di pasar modal (Sunariyah, 2004). Ada beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis dan menilai kondisi keuangan perusahaan serta prospek perubahan labanya. Salah satu alternatif untuk mengetahui apakah informasi keuangan yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk memprediksi pertumbuhan laba, termasuk kondisi keuangan di masa depan adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan merupakan alat yang dapat digunakan untuk menganalisa dan mengukur kinerja perusahaan. Salah satu indikator kinerja keuangan suatu perusahaan untuk masa yang akan datang adalah pertumbuhan laba (Hendrikson dan Van Breda dalam Theodorus M. Tuanakotta. 2000:56). Rasio Pasar yang merupakan bagian dari analisis rasio keuangan, menurut Brigham dan Houston (2006:110) yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar yulianto, adalah sebagai berikut: “Rasio nilai pasar (market value ratio) akan menghubungkan harga saham perusahaan pada laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio-rasio ini dapat memberikan indikasi kepada manajemen mengenai apa yang dipikirkan oleh para investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa mendatang.” Menurut Hanafi dan Halim (2009:84), menjelaskan sebagai berikut: “Price earning rasio dan market to book ratio termasuk ke dalam rasio pasar. Sudut pandang rasio pasar lebih berdasarkan pada sudut investor (atau calon investor) meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini.”
41
Menurut Reeve, dkk (2010:336) yang dialihbahasakan oleh Damayanti Dian, price earnings ratio didefinisikan sebagai berikut: “Price Earnings Ratio adalah rasio yang merupakan indikator bagi prospek pendapatan perusahaan di masa mendatang yang dihitung dengan cara membagi harga pasar per lembar saham biasa pada tanggal tertentu dengan laba per saham tahunan.” Market to book ratio (rasio harga tehadap nilai buku) memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor yang artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah (Brigham and Houston, 2010:181 yang dialihbahasakan Ali Akbar Yulianto). Subramanyam dan Wild (2010:341) yang dialihbahasakan oleh Bachtiar dan Harahap, menjelaskan mengenai price earning ratio dan market to book ratio, yaitu: “Dua pengukuran penilaian yang sering digunakan dalam membuat keputusan investasi adalah rasio “harga terhadap nilai buku “ (price to book-PB) dan rasio “harga terhadap laba” (price to earning-PE). Pengguna sering kali membuat keputusan investasi berdasarkan nilai rasio ini.” Penman (2013:180) menyatakan pula mengenai price earning ratio dan market to book ratio, yaitu sebagai berikut: “As both P/B ratio and P/E ratio are based on the same earnings expectation, valuation method that anchor on earnings must yield the same valuation as methods that anchor on book value.”
42
Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa kedua rasio P/B dan rasio P/E didasarkan atas ekspektasi laba yang sama, metode penilaian yang berbasis terhadap laba harus menghasilkan penilaian yang sama dengan metode yang berbasis terhadap nilai buku. Menurut Simorangkir dalam Hapsari (2003) earnings growth atau pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini, earnings growth atau pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya. earnings growth tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pertumbuhan Laba =
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐢𝐧𝐢−𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth diantaranya dikutip dari beberapa sumber. Penelitian yang relevansi dengan eanings growth (pertumbuhan laba) dapat dilihat pada Tabel 2.1:
43
Table 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti (Nama & Tahun)
Judul
Hasil Penelitian
Perbedaan
Persamaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat satu variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan earnings (residual earnings) yaitu Market to book ratio dan dengan model regresi secara serentak Price earning ratio dan Market to book ratio tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan earnings (residual earnings). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya ada empat rasio keuangan yang signifikan pengaruhnya terhadap perubahan laba yaitu, net profit margin, asset turn over, return on equity, dan debt equity ratio. Net profit margin dan asset turn over memiliki pengaruh yang negatif terhadap perubahan laba. Return on equity dan debt equity ratio berpengaruh positif terhadap perubahan
Perbedaan terhadap perusahaan yang diteliti.
Meneliti pengaruh Price Earnings Ratio dan Market to Book Ratio terhadap Earnings Growth
Pada penelitian sebelumnya variabel yang diuji berjumlah 2 yaitu perubahan laba sebagai variabel dependen dan rasio keuangan sebagai variabel independen yang terdiri dari current ratio, total asset
Meneliti pengaruh price earnings ratio terhadap pertumbuha n laba perusahaan
1.
Halim Dedy Perdana (2006)
Analisis Pengaruh Price Earnings Ratio (P/E) dan Market to Book Ratio (P/B) terhadap Pertumbuhan Earnings (Growth) Perusahaan Manufaktur di Indonesia
2.
Arie Nugraha (2012)
Analisis dan Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Perubahan laba Otomotif yang terdaftar di BEI Periode 2005-2010
44
laba, sementara debt equity, gross profit margin, operating profit margin, asset turn over, return on asset, price earning ratio, profit margin dan current ratio tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba.
turnover, inventory turnover, debt ratio, debt to equity ratio, gross profit margin, net profit margin, operasional profit margin, return on asset, return on equity, prtofit margin, dan price earning ratio.
Berdasarkan kerangka pemikiran dan juga didasari oleh penelitianpenelitian sebelumnya, penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian sebelumnya yang bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh price earning ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth. Dengan demikian, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Laporan Keuangan
X1 = Price Earnings Ratio
X2 = Market to Book Ratio
Earnings Growth Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
45
Dari kerangka pemikiran di atas maka dapat digambarkan alur hubungan antara price earning ratio dan market to book ratio dengan earnings growth yaitu: Price Earnings Ratio (X1)
Earnings Growth (Y)
Market to Book ratio (X2)
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian
2.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya maka
dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan sebagai berikut: 1.
Price earnings ratio berpengaruh secara signifikan terhadap earnings growth perusahaan food and beverages.
2.
Market to book ratio berpengaruh secara signifikan terhadap earnings growth perusahaan food and beverages.
3.
Price earnings ratio dan Market to book ratio secara serentak berpengaruh secara signifikan terhadap earnings growth perusahaan food and beverages.
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian yang Digunakan
3.1.1
Objek Penelitian Objek penelitian adalah objek yang diteliti dan dianalisis. Dalam
penelitian ini, lingkup objek penelitian yang ditetapkan penulis sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti adalah mengenai pengaruh price earning ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth.
3.1.2
Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian perlu adanya suatu metode, cara atau taktik
sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2012:2) yaitu sebagai berikut: “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Dengan metode penelitian, penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan mengamati secara seksama mengenai aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data-data
46
47
yang menunjang penyusunan laporan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012:13): “Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.” Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian dengan metode pendekatan deskriptif dan verifikatif, karena adanya variabel-variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diteliti, yaitu pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth. Analisis deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel independen dan variabel dependen, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain yang diteliti dan dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan. Sedangkan analisis verifikatif adalah analisis model dan pembuktian yang berguna untuk mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Sesuai dengan tujuan penelitian yang menyangkut masalah price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006-2011, maka untuk menjawab identifikasi masalah pertama yaitu: Bagaimana price earnings ratio di perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI, identifikasi masalah kedua yaitu: Bagaimana market to book ratio di perusahaan
48
food and beverages yang terdaftar di BEI, dan identifikasi masalah ketiga: Bagaimana earnings growth di perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI, digunakan analisis deskriptif guna menyajikan variabel yang terstruktur, faktual, dan akurat mengenai permasalahan yang ada. Sedangkan untuk menjawab rumusan yang keempat yaitu: Seberapa besar pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth secara parsial, dan identifikasi masalah kelima: Seberapa besar pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth secara simultan, digunakan analisis verifikatif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari hasil publikasi laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi dan neraca pada akhir tahun 2006-2011.
3.1.3
Model Penelitian Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang
sedang diteliti. Dalam hal ini sesuai dengan judul skripsi yaitu “Pengaruh Price Earnings Ratio dan Market to Book Ratio terhadap Earnings Growth”, maka model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: GAMBAR 3.1 MODEL PENELITIAN H 3
Price Earnings Ratio (X1)
H 1 Earnings Growth (Y)
Market to Book Ratio (X2)
H 2
49
Variabel independen dalam penelitian ini adalah price earnings ratio (X1) dan market to book ratio (X2). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah earnings growth (Y), maka hubungan dari variabel-variabel tersebut dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut: Y = f (X1, X2) Dimana: X1 : Price Earnings Ratio X2 : Market to Book Ratio Y
: Earnings Growth Dari pernyataan tersebut di atasartinya price earnings ratio dan market to
book ratio mempunyai pengaruh terhadap earnings growth.
3.2
Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel
3.2.1
Definisi Variabel Menurut Sugiyono (2012:58) mendefinisikan variabel penelitian adalah
sebagai berikut: “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”
50
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1. Variabel Independen Menurut Sugiyono (2012:59): “Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).” Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yang diteliti, diantaranya: a. Price Earnings Ratio Menurut Gitman (2009:70) berpendapat bahwa: “The price/earnings (P/E) ratio is commonly used to assess the owners appraisal of share value. The P/E measure the amount that investors are willing to pay for each dollar of a firm’s earnings. The level of this ratio indicates the degree of confidence that investors have in the firm’s future performance. The higher the P/E ratio, the greater the investor confidence.” Dari penjelasan Gitman di atas dapat diartikan bahwa rasio rasio harga/laba (P/E) umumnya digunakan bagi pemilik saham untuk menilai harga saham. Rasio P/E mengukur sejumlah uang pada setiap dollar laba perusahaan yang bersedia dikeluarkan oleh investor. Tingkat rasio ini menunjukkan tingkat kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan masa yang akan dating. Semakin tinggi rasio P/E, semakin besar kepercayaan investor.
51
Rumus untuk mengitung price earnings ratio adalah:
Price/earnings (P/E) ratio =
𝑴𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒄𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈𝒔 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆
Sumber: Gitman (2009:70) b. Market to Book Ratio Menurut Gitman (2009:70) mendefinisikan bahwa: “The market/book (M/B) ratios provides an assessment of how investors view’s the firm performance. It relates the market value of the firm’s share to their book-strict accounting-value. To calculate the firm’s M/B ratio, we first need to find book value per share of common stock.” Dapat diartikan bahwa market to book ratio memberikan suatu perhitungan bagaimana investor menilai kinerja perusahaan, M/B berhubungan dengan nilai saham perusahaan terhadap ketepatan pelaporan akuntansi perusahaan tersebut. Untuk menghitung Market to book ratio, pertama kita harus mengetahui terlebih dahulu nilai buku per saham biasa. Rumus untuk menghitung market to book ratio adalah:
𝑴𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝑩𝒐𝒐𝒌 (𝑴 𝑩) 𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐 =
𝒎𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒄𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌 𝒃𝒐𝒐𝒌 𝒗𝒂𝒍𝒖𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌
Sumber: Gitman (2009:70)
52
2. Variabel Dependen Menurut Sugiyono (2012:59) mendefinisikan variabel dependen: “Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen yaitu earnings growth. Menurut Simorangkir dalam hapsari (2003) pengertian
earnings growth
sebagai berikut: “Earnings growth atau pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.” Earnings growth atau pertumbuhan laba dirumuskan sebagai berikut: Pertumbuhan Laba =
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐢𝐧𝐢−𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚
Sumber: Warsidi dan pramuka (2000) 3.2.2
Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi variabel menjelaskan mengenai variabel yang diteliti,
konsep, indikator, satuan ukuran, serta skala pengukuran yang akan dipahami dalam operasionalisasi variabel penelitian. Sesuai dengan judul yang dipilih, maka dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu: 1. Price Earnings Ratio variabel independen (X1) 2. Market to Book Ratio variabel independen (X2) 3. Earnings Growth variabel dependen (Y)
53
TABEL 3.1 OPERASIONALISASI VARIABEL No.
Variabel
Price 1.
Earnings Ratio (X1)
2.
3.
Definisi Variabel The price/earnings (P/E) ratio is commonly used to assess the owners appraisal of share value. The P/E measure the amount that investors are willing to pay for each dollar of a firm’s earnings. The level of this ratio indicates the degree of confidence that investors have in the firm’s future performance. The higher the P/E ratio, the greater the investor confidence (Gitman, 2009:70)
The market/book (M/B) ratios provides an assessment of how investors view’s the firm Market performance. It relates to Book the market value of the firm’s share to their Ratio book-strict accounting(X2) value. To calculate the firm’s M/B ratio, we first need to find book value per share of common stock (Gitman, 2009:70) Earnings growth atau pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Earnings Pertumbuhan laba yang mengisyaratkan Growth baik, bahwa perusahaan (Y) mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan (Simorangkir dalam hapsari, 2003).
Pengukuran
Skala Ukur
Price/Earnings (P/E) Ratio P/E =
𝑴𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒄𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈𝒔 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆
Rasio
(Gitman, 2009:70)
Market to Book (M/B) Ratio 𝑴 𝑩=
𝒎𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒄𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌 𝒃𝒐𝒐𝒌 𝒗𝒂𝒍𝒖𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌
Rasio
(Gitman, 2009:70)
Earnings Growth atau Pertumbuhan Laba Pertumbuhan Laba = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐢𝐧𝐢−𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚
Sumber: Warsidi dan pramuka (2000)
Rasio
54
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi Menurut Sugiyono (2012:115) mendefinisikan populasi sebagai berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.” Dalam penelitian ini, populasi adalah seluruh perusahaan food and
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah memberikan laporan keuangan perusahaan, sehingga diperoleh jumlah populasi sebanyak 21 perusahaan. TABEL 3.2 PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG MENJADI POPULASI No.
Kode
Nama Perusahaan
1.
ADES
PT. Ades Waters Indonesia Tbk.
2.
AQUA
PT. Aqua Golden Mississippi Tbk.
3.
CEKA
PT. Cahaya kalbar Tbk.
4.
DLTA
PT. Delta Djayakarta Tbk.
5.
DAVO
PT. Davomas Abadi Tbk.
6.
FAST
PT. Fast Food Indonesia Tbk.
7.
INDF
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
8.
ICBP
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
9.
MYOR
PT. Mayora Indah Tbk.
10.
MLBI
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
11.
ROTI
PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk.
55
12.
PSDN
PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk.
13.
PTSP
PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk.
14.
SKBM
PT. Sekar Bumi Tbk.
15.
SIPD
PT. Sierad ProduceTbk.
16.
SKLT
PT. Sekar Laut Tbk.
17.
SMAR
PT. Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk.
18.
STTP
PT. Siantar Top Tbk.
19.
AISA
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
20.
TBLA
PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
21.
ULTJ
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
3.3.2
Teknik Sampling Menurut Sugiyono (2012:116) teknik sampling merupakan teknik
pengambilan sampel. Teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability sampling dan Nonprobability sampling. Menurut Sugiyono (2012:118) definisi probability sampling yaitu sebagai berikut: “Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.” Selanjutnya menurut Sugiyono (2012:120) definisi nonprobability sampling adalah:
56
“Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.” Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah Nonprobability sampling. Teknik yang diambil yaitu Sampling purposive. Menurut Sugiyono (2012:122), Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan yang telah penulis tentukan. Oleh karena itu, penulis memilih teknik Purposive Sampling dengan menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 dan tidak delisting pada periode tersebut. 2. Kualifikasi laporan keuangan tersebut adalah laporan keuangan yang diterbitkan pada periode akhir Desember (31 Desember). 3. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
57
TABEL 3.3 HASIL PURPOSIVE SAMPLING Keterangan Perusahaan Food and Beverages list BEI tahun 2006-2011
Jumlah 21
Pelanggaran Kriteria : 1. Perusahaan food and beverages yang listing di BEI setelah tahun 2006 2. Perusahaan didelisting selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 3. Kualifikasi laporan keuangan adalah laporan keuangan yang tidak diterbitkan pada periode akhir Desember (31 Desember) 4. Perusahaan mengalami kerugian selama tahun 2007 sampai tahun 2011 Perusahaan Food and Beverages yang terpilih menjadi Sampel
3.3.3
(2)
(3)
(0)
(4) 12
Sampel Menurut Sugiyono (2012:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini, sampel yang terpilih adalah perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 secara berturut-turut dan memiliki kriteria tertentu yang mendukung penelitian, diantaranya sebagai berikut:
58
TABEL 3.4 PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG MENJADI SAMPEL PENELITIAN No.
Kode
Nama Perusahaan
1.
CEKA
PT. Cahaya kalbar Tbk.
2.
DLTA
PT. Delta Djayakarta Tbk.
3.
FAST
PT. Fast Food Indonesia Tbk.
4.
INDF
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
5.
MYOR
PT. Mayora Indah Tbk.
6.
MLBI
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
7.
SKLT
PT. Sekar Laut Tbk.
8.
SMAR
PT. Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk.
9.
STTP
PT. Siantar Top Tbk.
10.
AISA
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
11.
TBLA
PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
12.
ULTJ
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
3.4
Sumber Data dan Teknik Pengambilan Data
3.4.1
Sumber Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu
data yang dinyatakan dalam angka-angka, yang menunjukan nilai terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. Data yang diteliti merupakan data sekunder, yang artinya data tersebut diperoleh dari laporan-laporan yang memuat berbagai informasi mengenai masalah yang diteliti.
59
Menurut Sugiyono (2012:402) pengertian data sekunder adalah: “Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.” Data sekunder tersebut bersumber dari data yang terdapat di Bursa Efek Indonesia dengan periodisasi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 yang diperoleh dari perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.4.2
Teknik Pengambilan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1.
Peneltian Kepustakaan (Library Research) Pada tahap ini, penulis berusaha untuk memperoleh berbagai informasi sebanyak-banyaknya untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan dalam mengolah data, dengan cara membaca, mempelajari, menelaah dan mengkaji literatur-literatur berupa buku-buku, jurnal, makalah, dan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penulis juga berusaha mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah data-data sekunder yang berhubungan dengan objek yang akan penulis teliti.
60
2.
Riset Internet (Online Research) Pada tahap ini, penulis berusaha untuk memperoleh berbagai data dan informasi tambahan dari situs-situs yang berhubungan dengan penelitian.
3.
Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan ini dilakukan dengan cara survey langsung ke Pusat Informasi Pasar Modal untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
3.5
Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
3.5.1
Metode Analisis Data Setelah data itu dikumpulkan, maka kemudian data tersebut dianalisis
dengan menggunakan teknik pengolahan data. Analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam identifikasi masalah. Analisis data merupakan salah satu kegiatan penelitian berupa proses penyusunan dan pengolahan data guna menafsirkan data yang telah diperoleh. Menurut Sugiyono (2012:206) yang dimaksud dengan analisis data adalah sebagai berikut: “Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah
61
dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.”
3.5.1.1 Analisis Deskriptif Menurut Sugiyono (2012:206) analisis deskriptif adalah menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis ini digunakan untuk membahas data kuantitatif. Dalam analisis ini dilakukan pembahasan rumusan sebagai berikut: 1. Menghitung Price Earning Ratio Analisis deskriptif pada price earning ratio yaitu menentukan besarnya nilai price earning ratio dengan membagi harga pasar dengan laba per lembar saham. Selanjutnya menghitung nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi, dan mean (rata-rata) pada price earning ratio perusahaan food and beverages. 2. Menghitung Market to Book Ratio Analisis deskriptif pada market to book ratio yaitu menentukan besarnya nilai market to book ratio dengan membagi harga pasar dengan nilai buku per lembar saham. Selanjutnya menghitung nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi, dan mean (rata-rata) pada market to book ratio perusahaan food and beverages.
62
3. Menghitung Earnings Growth Analisis deskriptif pada earnings growth yaitu menentukan besarnya persentase earnings growth dengan mengurangkan laba tahun ini dengan laba tahun sebelumnya dibagi dengan laba tahun sebelumnya. Selanjutnya menghitung nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi, dan mean (rata-rata) pada earnings growth perusahaan food and beverages. Adapun penjelasan rata-rata hitung (mean) dan standar deviasi sebagai berikut: a. Rata-rata hitung (mean) Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata hitung (mean) dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑿=
Keterangan: X = Mean (rata-rata) Ʃxi = Jumlah nilai X ke i sampai ke n n
= Jumlah sampel atau banyak data
𝑿𝒊 𝒏
63
b. Standar deviasi Standar deviasi atau simpangan baku dari data yang telah disusun dalam tabel distribusi frekuensi atau data bergolong, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑺=
( 𝒙)𝟐 𝒏 𝒏−𝟏
𝒙𝟐 –
Keterangan: S : Simpangan Baku Me : Rata-rata nilai Xi : Nilai X ke i sampai ke n n : Jumlah sampel atau banyak data
3.5.1.2 Analisis Verifikatif Analisis verifikatif merupakan analisis model dan pembuktian yang berguna untuk mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Analisis ini bermaksud untuk mengetahui hasil penelitian dari pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth. 1.
Uji Asumsi Klasik Ada beberapa pengujian yang harus dijalankan terlebih dahulu untuk menguji apakah model yang dipergunakan tersebut mewakili atau mendekati
64
kenyataan yang ada. Untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan, maka harus terlebih dahulu memenuhi uji asumsi klasik. Terdapat empat jenis pengujian pada uji asumsi klasik ini, diantaranya: a) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi variabel terikat untuk setiap nilai variabel bebas tertentu berditribusi normal atau tidak. Dalam model regressi linier, asumsi ini ditunjukkan oleh nilai error () yang berdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Pengujian normalitas data menggunakan Test of Normality Kolmogorov-Smirnov dalam program SPSS 20. Menurut Singgih Santoso (2012:393), dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu: - Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah normal. - Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah tidak normal.
b) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
65
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Singgih Santoso, 2012:241). Pada prosedur pendeteksian masalah autokorelasi dapat digunakan besaran Durbin-Watson. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson (D-W):
𝐷−𝑊 =
(𝑒𝑡 − 𝑒𝑡−1 ) 𝑒𝑡2
Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson: Jika DU < DW < 4-DU maka Ho diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi Jika DW < DL atau DW > 4-DL maka Ho ditolak, artinya terjadi autokorelasi Jika DL < DW < DU atau 4-DU < DW < 4-DL, artinya tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti
c)
Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika terbukti ada multikolinieritas, sebaiknya salah satu dari variabel independen yang ada dikeluarkan dari model, lalu pembuatan model regresi diulang
66
kembali (Singgih Santoso, 2012:234). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat pada besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai angka tolerance mendekati 1. Batas VIF adalah 10, jika nilai VIF di bawah 10, maka tidak terjadi gejala multikolinieritas (Gujarati, 2012:432). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: VIF =
𝟏 𝑻𝒐𝒍𝒆𝒓𝒂𝒏𝒄𝒆
atau Tolerance =
𝟏 𝐕𝐈𝐅
Sumber: Singgih Santoso (2012:236)
d) Uji Heteroskedastisitas Situasi heteroskedastis akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastis tersebut harus dihilangkan dari model regresi. Menurut Gujarati (2012:406) untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji rank-Spearman
yaitu dengan mengkorelasikan variabel
independen terhadap nilai absolut dari residual hasil regressi. Jika nilai koefisien korelasi antara variabel independen dengan nilai absolut dari residual signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen).
67
2.
Analisis Korelasi
a) Analisis Korelasi Parsial Analisis korelasi parsial ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan anatara korelasi kedua variabel dimana variabel lainnya yang dianggap berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel control). Karena variabel yang diteliti adalah data rasio maka teknik statistik yang digunakan adalah Pearson Correlation Product Moment (Sugiyono, 2012:216). Penentuan koefisien korelasi dengan menggunakan metode analisis korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 𝐫𝐱𝐲 =
𝐧 {𝐧
𝐱 𝐢 𝐲𝐢 − ( 𝐱 𝐢 )( 𝐲𝐢 )
𝐱 𝐢 𝟐 − ( 𝐱 𝐢 )𝟐 } − {𝐧
𝐲𝐢 𝟐 − ( 𝐲𝐢 )𝟐 } Sumber: Sugiyono (2012:248)
Dimana : r : koefisien korelasi pearson x : variabel independen y : variabel dependen n : banyak sampel Dari hasil yang diperoleh dengan rumus di atas, dapat diketahui tingkat pengaruh variabel X dan variabel Y. pada hakikatnya nilai r dapat bervariasi dari -1 hingga +1, atau secara matematis dapat ditulis menjadi -1 ≤ r ≤ +1. Hasil dari perhitungan akan memberikan tiga alternatif, yaitu:
68
a. Bila r = 0 atau mendekati 0, maka korelasi antar kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan antara variabel X terhadap variabel Y. b. Bila r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antar kedua variabel dikatakan positif. c. Bila r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antar kedua variabel dikatakan negatif Sebagai bahan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut ini: TABEL 3.5 INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat Sumber: Sugiyono (2012:250)
b) Analisis Korelasi Berganda Analsisi korelasi ganda digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan antara seluruh variable X terhadap variabel Y secara bersamaan. Koefisien korelasi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
69
𝑹𝒚.𝒙𝟏 𝒙𝟐 =
𝒓𝟐 𝒚𝒙𝟏 + 𝒓𝟐 𝒚𝒙𝟐 − 𝟐𝒓𝒚𝒙𝟏 𝒓𝒚𝒙𝟐 𝒓𝒙𝟏𝒙𝟐 𝟏 − 𝒓𝟐 𝒙𝟏𝒙𝟐 Sumber: Sugiyono (2012:256)
Dimana: R y.x 1 x 2 : Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan
3.
variabel Y
ryx 1
: Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y
ryx2
: Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y
rx1x2
: Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2
Analisis Regresi
a) Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis regresi didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal variabel independen dengan variabel dependen. Adapun bentuk persamaan regresi linier sederhana adalah: Y = a + bX Sumber : Sugiyono (2012:270) Dimana: Y : Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan X : Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
70
a : Harga Y bila X = 0 (harga konstan) b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.
b) Analisis Regresi Linier Berganda Karena dalam penelitian ini terdapat lebih dari satu variabel bebas yang akan diuji untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel terikat, maka proses analisis regresi yang dilakukan adalah menggunakan analisis regresi berganda. Menurut sugiyono (2012:277) mendefinisikan bahwa: “Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasinya (dinaik turunkannya).” Persamaan regresi berganda yang ditetapkan adalah sebagai berikut: 𝒀 = 𝜶 + 𝜷𝟏 𝑿𝟏 + 𝜷𝟐 𝑿𝟐 + 𝜺 Sumber : Sugiyono (2012:277) Dimana : Y
: Residual earnings (indikator earnings growth)
α
: Koefisien Konstanta
β1, β2 : Koefisien regresi X1
: Price Earnings Ratio
X2
: Market to Book Ratio
ε
: Error, variabel gangguan
71
3.5.2
Rancangan Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara
parsial (uji t) dan penyajian secara simultan (uji F). Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan pengaruh variabel-variabel bebas yaitu Price earnings ratio dan Market to book ratio terhadap Earnings growth. Menurut Nazir (2003:394), tingkat signifikan (significant level) yang sering digunakan adalah sebesar 5% atau 0,05 karena dinilai cukup ketat dalam menguji hubungan variabel-variabel yang diuji atau menunjukan bahwa korelasi antara kedua variabel cukup nyata. Disamping itu tingkat signifikansi ini umum digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Tingkat signifikansi 0,05 artinya adalah kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kesalahan sebesar 5%.
1.
Uji Parsial (t-test) Pengujian yang dilakukan adalah uji parameter (uji korelasi) dengan menggunakan uji t-statistik. Hal ini membuktikan apakah terdapat pengaruh antara masing-masing variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) dengan menggunakan rumus:
𝒕=
𝐫 𝐧−𝟐 𝐫 𝟏 − 𝐫𝟐 Sumber: Sugiyono (2012:250)
72
Dimana: t : Nilai uji t r : Koefisien korelasi pearson r2 : Koefisien determinasi n : Jumlah sampel Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: -
H0 diterima bila : t hitung ≤ t tabel
-
H0 ditolak bila
: t hitung ≥ t tabel
Bila hasil pengujian statistik menunjukkan H0 ditolak, berarti variabelvariabel independen yang terdiri dari price earnings ratio dan market to book ratio secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap earnings growth. Tetapi apabila H0 diterima, berarti variabel-variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap earnings growth.. Dalam pengujian hipotesis ini, penulis menggunakan uji signifikan atau uji parameter r, maksudnya untuk menguji tingkat signifikansi maka harus dilakukan pengujian parameter r. Adapun rancangan pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut: H𝑜1 : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari price earnings ratio terhadap earnings growth H𝑜1 : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari price earnings ratio terhadap earnings growth
73
H𝑜2 : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari market to book ratio terhadap earnings growth H𝑜2 : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari market to book ratio terhadap earnings growth
2.
Uji Simultan (F-test) Pengujian yang dilakukan ini adalah dengan uji parameter β (uji korelasi) dengan menggunakan uji F-statistik. Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat, digunakan uji F yang dan diruskan sebagai berikut:
Fh =
𝑹𝟐 / 𝒌 𝟏− 𝑹𝟐 / (𝒏−𝒌−𝟏)
Sumber: Sugiyono (2012:257) Dimana: R : Koefisien korelasi berganda k : Jumlah variabel independen n : Jumlah anggota sampel Distribusi F ini ditentukan oleh derajat kebebasan pembilang dan penyebut, yaitu k dan n – k – 1. Untuk uji F, kriteria yang dipakai adalah: - H0 diterima bila Ftabel ≤ Fhitung - H0 diterima bila Ftabel > Fhitung Bila H0 diterima, maka diartikan sebagai titik signifikannya suatu pengaruh dari variabel-variabel independen secara bersama-sama atas suatu variabel
74
dependen dan penolakan H0 menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel independen secara bersama-sama terhadap suatu variabel independen. Adapun rancangan pengujian hipotesis secara simultan adalah sebagai berikut: H𝑜3 : β1, β2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth H𝑜3 : β1, β2 ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth
3. Koefisien Determinasi Setelah diketahui besarnya koefisien korelasi, tahap selanjutnya adalah mencari nilai dari koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 𝑲𝒅 = 𝐫 𝟐 x 100% Dimana: Kd
: Koefisien determinasi
r2
: Koefisien Kuadrat korelasi
75
Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah: - Jika Kd mendekati nol (0), berarti pengaruh variabel independen terhadap dependen lemah. - Jika Kd mendekati satu (1), berarti pengaruh variabel independen terhadap dependen kuat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Gambaran Umum Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2011. Pada periode ini terdapat 21 perusahaan yang terdaftar, akan tetapi setelah dilakukan purposive sampling maka diperoleh sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini sebanyak 12 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, Laporan keuangan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Berikut ini akan disajikan profil singkat dari perusahaan food and beverages yang menjadi sampel dalam penelitian ini. 1. PT Cahaya Kalbar Tbk. PT. Cahaya Kalbar Tbk dahulu bernama CV Tjahaja Kalbar (CEKA) didirikan pada tanggal 3 Februari 1968 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Kantor pusat CEKA terletak di Kawasan Industri Jababeka II, Jl. Industri Selatan 3 Blok GG No.1, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat. Lokasi
76
77
pabrik CEKA terletak di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat dan Pontianak, Kalimantan Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CEKA meliputi bidang industri makanan berupa industri minyak nabati dan minyak nabati spesialitas, termasuk perdagangan umum, impor dan ekspor. Pada tanggal 10 Juni 1996, CEKA memperoleh pernyataan efektif dari Menteri Keuangan
untuk
melakukan
Penawaran
Umum
Perdana
Saham
(IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 34.000.000 dengan nilai nominal Rp 500,- per saham dengan harga penawaran Rp 1.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09 Juli 1996.
2. PT. Delta Djakarta Tbk. PT. Delta Djakarta didirikan pada 1932 oleh suatu kelompok usaha Jerman yang pada awalnya bernama Archipel Brouwerij NV, selanjutnya kelompok usaha Belanda mengambil alih perseroan dan merubah nama menjadi NV De Dranje Brouwerij. Tahun 1970, Perseroan berubah nama dengan nama yang dikenal saat ini, PT. Delta Djakarta. Pada tanggal 27 Februari 1984, PT Delta Djakarta menjadi salah satu dari kelompok pertama perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan membuka jalan untuk berkembang sebagai salah satu pemain utama pada industri bir di negeri ini.
78
Pada tahun 1993, PT. Delta Djakarta Tbk. Menjadi bagian dari perusahaan makanan, minuman dan kemasan terbuka terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun 1987, Perseroan memindahkan pabriknya dari Jakarta Utara ke lokasi operasinya saat ini di Bekasi. Perseroan memproduksi dan mendistribusikan produk Bir Pilsener dan Bir Hitam untuk pasar domestic dengan merek dagang Anker Bir, Anker Stout, Carlsberg, San Miguel Pale Pilsen, San Mig Light and Kuda Putih, serta produk minuman non alcohol dengan merek dagang Sodaku. Perseroan memiliki anak perusahaan PT. Jangkar Delta Indonesia yang didirikan pada tahun 1998 yang bertindak sebagai distributor tunggal PT. Delta Djakarta Tbk. dengan jaringan distribusi yang tersebar dari Medan sampai Jayapura. Pada tahun 2004, perseroan mengakuisisi kepemilikan saham PT. San Miguel Indonesia Food and Beverages yang berdomisili di Cibitung, Bekasi.
3. PT. Fast Foods Indonesia Tbk. PT Fast food Indonesia Tbk. adalah pemilik tunggal waralaba KFC di Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai pihak pertama yang memperoleh waralaba KFC untuk Indonesia. Perseroan mengawali operasi restoran pertamanya pada bulan oktober 1979 di jalan Melawai, Jakarta, dan sukses outlet ini kemudian diikuti dengan pembukaan dengan pembukaan outlet-outlet selanjutnya di Jakarta dan perluasan area cakupan hingga ke kota-kota besar lain di Indonesia antara lain Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Manado. Keberhasilan yang terus diraih
79
dalam pengembangan merek menjadikan KFC sebagai waralaba cepat saji yang dikenal luas dan dominan di Indonesia. Bergabungnya
Salim
Group
sebagai
pemegang
saham
utama
telah
meningkatkan pengembangan Perseroan pada tahun 1990, dan pada tahun 1993 terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta sebagai langkah untuk semakin mendorong pertumbuhannya. Kepemilikan saham mayoritas pada saat ini adalah 79,6% dengan pendistribusian 43,8 % kepada PT Gelael Pratama dari Gelael Group, dan 35,8% kepada PT Megah Eraraharja dari Salim Group, sementara saham minoritas (20,4%) didistribusikan kepada publik dan Koperasi Karyawan. Perseroan memperoleh hak waralaba KFC dari Yum! Restaurants Internasional (YRI), sebuah badan usaha milik Yum! Brands Inc., yaitu sebuah perusahaan public di Amerika Serikat yang juga pemilik waralaba dari empat merek ternama lainnya, yakni Pizza Hut, Taco Bell, A&B, dan Long John Silvers. Lima merek yang bernaung dibawah satu kepemilikan yang sama ini telah memproklamirkan Yum! Group sebagai fast food chain terbesar dan terbaik di dunia dalam memberikan berbagai pilihan restoran ternama, sehingga memastikan kepemimpinannya dalam bisnis multi-branding. Untuk kategori produk daging ayam cepat saji, KFC tak terkalahkan. Memasuki
28
tahun
keberhasilan
Perseroan
dalam
membangun
pertumbuhannya, posisi KFC sebagai pemimpin pasar restoran cepat saji tidak diragukan lagi. Untuk mempertahankan kepemimpinan, Perseroan terus memperluas area cakupan restorannya dan hadir diberbagai kota kabupaten
80
tanpa mengabaikan persaingan ketat di kota-kota metropolitan. Perseroan baru saja meresmikan pembukaan outlet KFC yang ke 300 di Cirendeu pada bulan Oktober 2007, bertepatan pada bulan yang sama ulang tahun KFC Indonesia yang ke 28. Perseroan mengakhiri tahun 2007 dengan total 307 outlet termasukmobile catering, yang tersebar di 78 kota di seluruh Indonesia, memperkerjakan total 11.835 karyawan dengan hasil penjualan tahunan di atas Rp. 1,590 triliun.
4. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Pada awal didirikannya sejak tahun 1990 perusahaan ini bernama PT. Panganjaya Intikusuma. Pada tahun 1994, perusahaan berganti nama hingga sampai saat ini menjadi PT. Indofood Sukses makmur dan pada tahun tersebut perusahaan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan IPO sebanyak 763 juta dengan harga nominal Rp. 1000,- per saham. Pada tahun 1995, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. mengakuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari. Pada tahun 2005 perusahaan membentuk perusahaan patungan dengan Nestle SA, mengakuisisi perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat, dan mengakuisisi Convertible Bonds yang diterbitkan oleh perusahaan perkapalam, serta 90,9% kepemilikan saham. Pada tahun 2007, perusahaan mencatatkan saham Grup Agribisnis di Bursa Efek Singapura dan menempatkan saham baru. Di tahun 2009 perusahaan memulai proses restrukturisasi Grup CBP memulai pembentukan ICBP dan
81
pemekaran kegiatan usaha mi instan dan bumbu yang diikuti dengan penggabungan usaha seluruh anak perusahaan di Grup CBP, yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Perseroan ke dalam ICBP.
5. PT. Mayora Indah Tbk. PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977 dengan pabrik pertama berlokasi di Tanggerang dan menjadi perusahaan public pada tahun 1990. Saat ini PT. Mayora Indah tbk. berlokasi di JL. Tomang Raya 21-23 Jakarta Barat. Saat ini PT. Mayora Indah Tbk. memiliki 6 (enam) divisi yang masing-masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi meliputi biskuit dengan merek dagang Roma, Danisa, Better, dan Slai O Lay, kembang gula dengan merek dagang Kopiko, Kopiko Miko, Kis dan Tamarin, Wafer dengan merek dagang Beng Beng, Astor, Roma Wafer Coklat, Roma Zuperrr Keju, dan Choki-choki, Kopi dengan merek dagang Torabika Duo, Torabika Duo Susu, Torabika Moka, Torabika 3 in One, Torabika Cappuccino, Kopiko Brown Coffee, dan Torabika Jahe Susu, serta makanan kesehatan dengan merek dagang Energen Cereal dan Energen Oatmik. Hingga saat ini, Perseroan tetap konsisten pada kegiatan utamanya. Yaitu dibidang pengolahan makanan dan minuman.
82
6. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Perusahaan didirikan pada tahun 1929 dengan nama awal NV Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen di Medan. Pada tahun 1936 Heineken Group resmi menjadi pemegang saham utama perusahaan yang berubah nama menjadi Heineken Indische Bierbrouwerijen maatschappij. Setelah Perang Dunia II, pada tahun 1949, brewery melanjutkan operasi dan memperkenalkan bir Heineken ke pasar. Pada tahun 1965, perusahaan diambil alih oleh pemerintah dengan kampanye nasionalisasi di Indonesia. Heineken memperoleh kembali kepemilikan perusahaan dan merek Bintang Baru dilahrkan dan pada tahun 1972 perusahaan berubah nama menjadi PT. Perusahaan Bir Indonesia. Pada tahun 1981, perusahaan mendaftarkan saham di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sebagai PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
7. PT. Sekar Laut Tbk. PT. Sekar Laut Tbk. adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi makanan, khususnya kerupuk, saos, dan bumbu masak. Proses produksi telah dilakukan oleh pendiri sejak tahun 1966, di mulai dari industry rumah tangga. Pada tahun 1976, PT. Sekar Laut didirikan dan produksinya mulai dikembangkan dalam skala industry besar. Pada tahun 1996, proses pembuatan kerupuk telah dikembangkan dengan teknologi modern, yang mengutamakan kebersihan, kualitas dan nutrisi. Produksi kerupuk dipasarkan di dalam dan di luar negeri.
83
Perusahaan juga telah berkembang dan memproduksi saos tomat, sambal, bumbu masak dan makanan ringan. Produk-produknya dipasarkan dengan merk “FINNA” Selain pemasaran produk sendiri, perusahaan juga bekerja sama dengan perusahaan makanan lainnya, di dalam membantu memproduksikan dan menyuplai produk makanan sesuai ebutuhan masing-masing. Pada tanggal 8 September 1993 sahamnya didaftar untuk diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (saat ini Bursa Efek Indonesia). PT. Pangan Lestari adalah anak perusahaan yang bergerak di bidang distribusi untuk produk-produk PT. Sekar Laut Tbk. dan Sekar Group pada umumnya, serta produk makanan lainnya. PT Pangan Lestari juga menangani distribusi produk-produk konsumen produksi local maupun impor. Jaringan distribusi melalui cabang-cabang di kota-kota besar di daerah Jawa dan Bali.
8. PT. Siantar Top Tbk.
Pada tahun 1972, Shindo Sumidomo memulai bisnis dengan mendirikan sebuah pabrik kerupuk berskala industri rumah tangga di Sidoarjo. Usaha tersebut merupakan cikal bakal dari berdirinya PT. Siantar Top, Tbk, perusahaan industri makanan dan minuman berkualitas berskala nasional dengan pabrik pertama didirikan Sidoarjo pada tanggal 2 Mei 1987. Perusahaan semakin berkembang pesat dan pada tahun 1996 mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia).
84
Untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri yang terus tumbuh, PT. Siantar Top, Tbk membuka pabrik baru di Medan pada tahun 1997, dan Bekasi pada tahun 2002. Selain mengembangkan pasar dalam negeri, perusahaan juga terus mengembangkan pasar ekspor ke berbagai negara di Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika.
PT Siantar Top, Tbk mengembangkan produk-produk makanan dan minuman berkualitas dengan mengutamakan cita rasa terbaik (TASTE SPECIALIST). Komitmen dan dedikasi tinggi terhadap konsumen diwujudkan dengan menghadirkan produk sehat seperti biskuit dan wafer di tahun 2008.
9. PT. Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk. PT. Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk. didirikan pada tahun 1962 dan terdaftar di Bursa efek Indonesia sejak tahun 1992 yang sering disebut PT. SMART. PT. SMART adalah salah satu perusahaan public produk konsumen berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terbesar di Indonesia, dengan nilai penjualan sebesar Rp. 20,3 triliun dan laba bersih sebesar Rp. 1,3 triliunpada tahun 2010. Aktivitas utama Perseroan dimulai dari penanaman dan pemanenan pohon sawit, pengolahan tanda buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit (PK), serta pemrosesan CPO menjadi produk industry dan konsumen seperti minyak goring, margarine dan shortening. SMART juga mendistribusikan, memasarkan dan menekspor produk konsumen berbasis kelapa sawit. Selain minyak curah dan minyak industry, produk
85
turunan SMART juga dipasarkan dengan berbagai merek, seperti Filma dan Kunci Mas. Saat ini, merek-merek tersebut diakui kualitasnya dan memiliki pangsa pasar yang signifikan di segmen masing-masing di Indonesia.
10 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. didirikan oleh Joko Mogoginta pada tahun 1992 dan memproduksi bihun dan mie. Perseroan berlokasi di Sragen Jawa Tengah dan mulai membuat produk makanan konsumsi dengan mendirikan unit produksi mie instan. Proses produksi dan pemasaran dilakukan di awal tahun 2002. Pada tahun 2003, PT. Tiga Pilar sejahtera Food Tbk. menjadi perusahaan terbuka dengan backdoor listing dan mengakuisisi PT. AISA Inti Selera Tbk. (AISA). Perseroan melakukan Penawaran Umum Terbatas I sebanyak 657,5 juta saham seri B dengan nilai nominal Rp. 200. Nama Perseroan diubah menjadi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dengan kode saham tetap AISA. Pada tahun 2010, Perseroan mengakuisisi 5 perusahaan perkebunan kelapa sawit baru dan memulai pembangunan Pabrik CPO. Pada tahun tersebut pula, Perseroan melepas 2 anak perusahaan yang tidak aktif. Pada tahun 2011, Perseroan mengakuisisi pabrik beras dan merek beras milik PT. Alam Makmur Sembada dengan kapasitas produksi 500 ton gabah kering/hari. Pada tahun tersebut pun, Perseroan mengakuisisi 2 fasilitas produk biskuit dari BBP, mengakuisisi merek Taro beserta fasilitas produksinya dari PT.
86
Unilever Indonesia Tbk. dan pada tahun ini pula, Perseroan melalui anak perusahaannya PT. Bumiraya Investindo melakukan joint venture dengan Bunge Agribusiness Sinagapore Pte Ltd.
11. PT. Tunas Baru Lampung PT. Tunas Baru Lampung Tbk. didirikan pada tahun 1973. Perusahaan ini menjadi salah satu anggota kelompok usaha Sungai Budi yang dibentuk tahun 1947 dan menjadi salah satu perintis industry pertanian di Indonesia. Keterlibatan tersebut berasal dari keinginan endukung kemajuan Negara dan memanfaatkan keunggulan kompetitif di Indonesia di bidang pertanian. PT Tunas Baru lampung Tbk. berlokasi di Wisma Budi lantai 8-9, Jl. H.R Rasuna Said Kav C-6 Jakarta Selatan. Sejak PT. Tunas Baru Lampung Tbk. mulai beropaerasi di lampung pada awal 1970, perseroan telah berkembang menjadi salah satu produsen minyak goring terbesar dan termurah. Perseroan juga memasuki pasar yang baru tahun 1996 di Jawa Timur dengan mengakuisisi sebuah pabrik penyulingan minyak goreng. Perusahaan melihatnya sebagai pintu gerbang memasuki pasar Indonesia Timur lainnya seperti Kalimantan, Bali, Lombok, Maluku, dan Papua. Sejak akuisisi ini, Perseroan telah meningkatkan efisiensi pablrik penyulingan Jawa Timur dan memperluas kapasitas produksi di tahun 1999. PT. Tunas Baru Lampung TBk. pertama kali terdaftar dalam Bursa Efek Infonesia tanggal 14 Februari 2000. Pada tahun tersebut pula, Perseroan telah
87
meningkatkan kapasitas pabrik penyulingan dan membangun pabrik CPO kedua di Lampung meneruskan hasil PEnawaran Umum Pertama. Pada tahun 2004, Perseroan mengakuisisi PT. Agro Bumi Mas yang menjadikan perseroan memiliki pabrik pengolahan CPO yang ketiga. Pada saat ini Perseroan sedang membangun pabrik CPO yang ke-4 di daerah Banyuasih Sumatera Selatan dengan kapasitas 2x45 ton/jam Sebagai tambahan untuk minyak goring nabati, Perseroan juga memproduksi minyak kelapa, stearine, minyak sawit, minyak inti sawit dan produk lain seperti sabun cream dan sabun cuci dengan memanfaatkan asam lemak sebagai produk sampingan hasil pengolahan CPO.
12. PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. Bermula dari usaha keluarga yang dirintis sejak awal tahun 1960an oleh Bapak Achmad Prawirawidjaja (alm), PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (Perseroan) dari tahun ke tahun terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu perusahaan yang cukup terkemuka di bidang industry makanan dan minuman di Indonesia. Perseroan pada saat ini berlokasi di Jl. Raya Cimareme No. 131, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat Pada periode awal pendirian Perseroan bergerak di bidang susu murni yang pada saat itu pengolahannya dilakukan secara sederhana tepatnya pada tanggal 2 Nopember 1971. Pada pertengahan tahun 1970an Perseroan mulai memperkenalkan
teknologi
pengolahan
secara
UHT
(Ultra
High
88
Temperature) dan cara pengemasan dengan kemasan karton aseptic (Aseptic Packaging Material). Pada tahun 1975 Perseroan mulai memproduksi secara komersial produk minuman susu cair UHT dengan merek dagang Ultra Milk. Pada tahun 1978 memproduksi minuman sari buah UHT dengan merek dagang Buavita dan tahun 1981 memproduksi minuman the UHT dengan merek dagang The Kotak. Sampai saat ini Perseroan telah memptoduksi lebh dari 60 macam jenis produk minuman UHT dan terus berusaha untuk senantiasa memenuhi kebutuhan dan selera konsumen-konsumennya. Pada tahun 1982, Perseroan memperoleh lisensi dari Kraft General Food Ltd, USA, untuk memproduks dan memasarkan produk keju dengan merek dagang Kraft. Pada tahun 1994 kerjasama ini ditingkatkan dengan didirikannya perusahaan patungan PT. Kraft Ultrajaya Indonesia, dan Perseroan telah ditunjuk sebagai exclusive distributor untuk memasarkan produk yang dihasilkan oleh PT. Kraft Ultrajaya Indonesia. Namun, sejak tahun 2002 untuk bias berkonsentrasi dalam memasarkan prduk sendiri, Perseroan tidak lagi memasarkan produk yang dibuat oleh PT. Kraft Ultrajaya Indonesia. Pada bulan Juli 1990 Perseroan melakukan penawaran perdana sahamsahamnya kepada masyarakat (initial Public Offering = IPO)
89
4.1.2
Gambaran Data Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Food and beverage Price earnings
ratio
dalam penelitian ini
adalah rasio
yang
mencerminkan penilaian terhadap laba perusahaan di masa depan, karena rasio ini menunjukkan seberapa besar investor bersedia membeli saham yang tercermin dari kelipatan earning yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut Gitman (2009:70), price earnings ratio (PER) dihitung dari perbandingan harga per lembar saham terhadap laba perlembar saham dengan rumus sebagai berikut: Price/earnings (P/E) ratio =
𝑴𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒄𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈𝒔 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆
Untuk mengetahui besarnya nilai price earnings ratio (PER) perusahaan food and beverage yang dijadikan sampel penelitian pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Price Earnings Ratio (PER) Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2006-2011
No
Nama Perusahaan
1
PT. Cahaya Kalbar Tbk.
2
PT. Delta Djakarta Tbk.
3 PT. Fast Food
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007
Market Price per Share (Dalam Rp) 800 700 1490 1100 950 16000 20000 62000 120000 111500 2450
Earning per Share (Dalam Rp) 83 94 166 99 324 2956 5230 7900 8716 9474 230
PER 9.64 7.45 8.98 11.11 2.93 5.41 3.82 7.85 13.77 11.77 10.65
90
No
Nama Perusahaan Indonesia Tbk.
4
PT. Indofood Sukses makmur Tbk.
5
PT. Mayora Indah Tbk.
6
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
7 PT Sekar Laut Tbk.
PT. Sinar Mas Agro Resources And 8 Technology Tbk.
9 PT. Siantar Top Tbk.
10
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
Tahun 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010
Market Price per Share (Dalam Rp) 3200 5200 9200 9950 2575 930 3550 4875 4600 1750 1140 4500 10750 14250 55000 49500 177000 274950 359000 75 90 150 140 140 6000 1700 2550 5000 6400 370 150 250 385 690 750 425 360 780
Earning per Share (Dalam Rp) 281 408 447 497 104 118 236 336 571 185 256 485 631 631 4005 10551 16158 21021 24081 8 6 19 7 9 344 364 261 439 168 12 4 31 33 33 15 17.22 22.68 45.53
PER 11.39 12.75 20.58 20.02 24.76 7.88 15.04 14.51 8.06 9.46 4.45 9.28 17.04 22.58 13.73 4.69 10.95 13.08 14.91 9.38 15.00 7.89 20.00 15.56 17.44 4.67 9.77 11.39 38.10 30.83 37.50 8.06 11.67 20.91 50.00 24.68 15.87 17.13
91
No
11
Nama Perusahaan
PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
PT. Ultrajaya Milk 12 Industry & Trading Company Tbk.
Tahun 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
Market Price per Share (Dalam Rp) 495 630 190 340 410 590 650 800 580 1210 1080
Earning per Share (Dalam Rp) 89.68 23 15 60 52 89 10 105 21 37 35
PER 5.52 27.39 12.67 5.67 7.88 6.63 65.00 7.62 27.62 32.70 30.86
Sumber : Bursa Efek Indonesia, Laporan Keuangan Perusahaan Food and Beverages
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat nilai PER tertinggi untuk tahun 2007 yaitu pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk sebesar 65,00, sedangkan nilai PER terendah untuk tahun 2007 yaitu PT. Delta Djakarta Tbk sebesar 5,41. Untuk tahun 2008 yang memiliki nilai PER tertinggi yaitu pada PT. Siantar Top Tbk sebesar 37,50, sedangkan yang memiliki nilai PER terendah yaitu PT. Delta Djakarta sebesar 3,82. Untuk tahun 2009 yang memiliki nilai PER tertinggi yaitu pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk sebesar 27,62, sedangkan yang memiliki nilai PER terendah yaitu PT. Tunas Baru Lampung Tbk sebesar 5,67. Untuk tahun 2010 yang memiliki nilai PER tertinggi yaitu pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk sebesar 32,70, sedangkan yang memiliki nilai PER terendah yaitu PT. Tunas Baru Lampung Tbk sebesar 7,88.
92
Untuk tahun 2011 yang memiliki nilai PER tertinggi yaitu pada PT. Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk sebesar 38,10, sedangkan yang memiliki nilai PER terendah yaitu PT. Cahaya Kalbar Tbk sebesar 2,93.
4.1.3
Gambaran Data Market to Book Ratio (MBR) Pada Perusahaan Food and beverage Market to book ratio (MBR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan. menurut Gitman (2009:70), market to book ratio (MBR) dihitung dengan perbandingan nilai pasar per lembar saham terhadap nilai buku per lembar saham yang dirumuskan sebagai berikut: 𝑴𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝑩𝒐𝒐𝒌 (𝑴 𝑩) 𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐 =
𝒎𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒄𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌 𝒃𝒐𝒐𝒌 𝒗𝒂𝒍𝒖𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒎𝒎𝒐𝒏 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌
Besarnya market to book ratio (MBR) perusahaan food and beverage yang dijadikan sampel penelitian pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Market to Book Ratio (MBR) Pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2006-2011
No
Nama Perusahaan
1
PT. Cahaya Kalbar Tbk.
2
PT. Delta Djakarta Tbk.
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008
Market Price Per Share (Dalam Rp) 800 700 1490 1100 950 16000 20000
Book Value per Share (Dalam Rp) 736 790 1013 1038 1362 28628 32459
MBR 1.09 0.89 1.47 1.06 0.70 0.56 0.62
93
No
Nama Perusahaan
3
PT. Fast Food Indonesia Tbk.
4
PT. Indofood Sukses makmur Tbk.
5
PT. Mayora Indah Tbk.
6
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
7 PT Sekar Laut Tbk.
PT. Sinar Mas Agro 8 Resources And Technology Tbk.
9 PT. Siantar Top Tbk.
Tahun 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
Market Price Per Share (Dalam Rp) 62000 120000 111500 2450 3200 5200 9200 9950 2575 930 3550 4875 4600 1750 1140 4500 10750 14250 55000 49500 177000 274950 359000 75 90 150 140 140 6000 1700 2550 5000 6400 370 150 250 385 690
Book Value per Share (Dalam Rp) 36859 36075 35779 846 1081 1432 1796 1804 755 976 1157 1912 3600 1411 1624 2063 2598 3163 9384 16335 4993 22365 25167 698 146 164 171 178 1228 1607 1670 2030 656 274 277 309 341 374
MBR 1.68 3.33 3.12 2.90 2.96 3.63 5.12 5.52 3.41 0.95 3.07 2.55 1.28 1.24 0.70 2.18 4.14 4.51 5.86 3.03 35.45 12.29 14.26 0.11 0.62 0.91 0.82 0.79 4.89 1.06 1.53 2.46 9.76 1.35 0.54 0.81 1.13 1.84
94
No
Nama Perusahaan
10
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
11
PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
PT. Ultrajaya Milk 12 Industry & Trading Company Tbk.
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
Market Price Per Share (Dalam Rp) 750 425 360 780 495 630 190 340 410 590 650 800 580 1210 1080
Book Value per Share (Dalam Rp) 106 234 380 346 1096 225 213 216 261 325 288 393 413 449 486
MBR 7.08 1.82 0.95 2.25 0.45 2.80 0.89 1.57 1.57 1.82 2.26 2.04 1.40 2.69 2.22
Sumber : Bursa Efek Indonesia, Laporan Keuangan Perusahaan Food and Beverages
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat nilai MBR tertinggi untuk tahun 2007 yaitu pada PT. Tiga Pilar Food Tbk sebesar 7,08, sedangkan nilai MBR terendah untuk tahun 2007 yaitu PT. Sekar Laut Tbk sebesar 0,11. Untuk tahun 2008 yang memiliki nilai MBR tertinggi yaitu pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 3,03, sedangkan yang memiliki nilai MBR terendah yaitu PT. Siantar Top Tbk sebesar 0,54. Untuk tahun 2009 yang memiliki nilai MBR tertinggi yaitu pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 35,45, sedangkan yang memiliki nilai MBR terendah yaitu PT. Siantar Top Tbk sebesar 0,54. Untuk tahun 2010 yang memiliki nilai MBR tertinggi yaitu pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 12,29, sedangkan yang memiliki nilai MBR terendah yaitu PT. Siantar Top Tbk sebesar 0,82.
95
Untuk tahun 2011 yang memiliki nilai MBR tertinggi yaitu pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 14,26, sedangkan yang memiliki nilai MBR terendah yaitu PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk sebesar 0,45.
4.1.4
Gambaran Earnings Growth (EG) Pada Perusahaan Food and beverage Earnings growth (EG) atau pertumbuhan laba dapat digunakan untuk
menilai kinerja perusahaan. Earnings growth (EG) yang positif menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kemajuan dari sisi financial. Laba yang meningkat akan menunjukkan sinyal mengenai peningkatan kinerja perusahaan secara umum kepada investor, sementara itu laba yang menurun akan menunjukkan sinyal penurunan kinerja perusahaan kepada investor. Untuk mengukur earnings growth (EG) atau pertumbuhan laba digunakan rumus sebagai berikut: 𝑷𝒆𝒓𝒕𝒖𝒎𝒃𝒖𝒉𝒂𝒏 𝑳𝒂𝒃𝒂 =
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒊𝒏𝒊 − 𝒍𝒂𝒃𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎𝒏𝒚𝒂 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎𝒏𝒚𝒂
Untuk mengetahui besarnya earnings growth pada perusahaan food and beverage yang dijadikan sampel penelitian pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada tabel berikut :
96
Tabel 4.3 Earnings Growth (EG) Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2006-2011 No Nama Perusahaan Tahun
1
PT. Cahaya Kalbar Tbk.
2
PT. Delta Djakarta Tbk.
3
PT. Fast Food Indonesia Tbk.
PT. Indofood 4 Sukses makmur Tbk.
5
PT. Mayora Indah Tbk.
6
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2006 2007 2008
Laba Bersih Earnings Growth (Dalam Rp.000.000) (Dalam %) 15291 24676 61.38 27868 12.94 49493 77.60 29562 -40.27 96306 225.78 43284 47331 9.35 83754 76.95 126504 51.04 139567 10.33 151715 8.70 68929 102537 48.76 125268 22.17 181997 45.29 199597 9.67 229055 14.76 661210 980357 48.27 1034389 5.51 2075861 100.68 2952858 42.25 5017425 69.92 93576 141589 51.31 196230 38.59 372158 89.65 484086 30.08 483826 -0.05 73581 84385 14.68 222307 163.44
97
No Nama Perusahaan Tahun 2009 2010 2011 2006 2007 2008 7 PT Sekar Laut Tbk. 2009 2010 2011 2006 2007 PT. Sinar Mas Agro 2008 8 Resources And 2009 Technology Tbk. 2010 2011 2006 2007 2008 PT. Siantar Top 9 Tbk. 2009 2010 2011 2006 2007 2008 PT. Tiga Pilar 10 Sejahtera Food Tbk. 2009 2010 2011 2006 2007 2008 PT. Tunas Baru 11 Lampung Tbk. 2009 2010 2011 2006 PT. Ultrajaya Milk 2007 12 Industry & Trading 2008 Company Tbk. 2009
Laba Bersih Earnings Growth (Dalam Rp.000.000) (Dalam %) 340458 53.15 442916 30.09 507382 14.55 4637 5742 23.83 4271 -25.62 12803 199.77 4834 -62.24 5977 23.65 628005 988944 57.47 1046389 5.81 748495 -28.47 1260513 68.41 1875460 48.79 14426 15595 8.10 48160 208.82 41072 -14.72 42631 3.80 42675 0.10 1300 15760 1112.31 28686 82.02 37787 31.73 75857 100.75 149951 97.68 52884 97227 83.85 63337 -34.86 250955 296.22 246663 -1.71 440528 78.60 14732 303170 1957.90 303712 0.18 61153 -79.86
98
No Nama Perusahaan Tahun 2010 2011
Laba Bersih Earnings Growth (Dalam Rp.000.000) (Dalam %) 107123 75.17 101323 -5.41
Sumber : Bursa Efek Indonesia, Laporan Keuangan Perusahaan Food and Beverages
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat nilai earnings growth (EG) tertinggi untuk tahun 2007 yaitu pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk sebesar 1957,90%, sedangkan nilai EG terendah untuk tahun 2007 yaitu yaitu PT. Siantar Top Tbk sebesar 8,10%. Untuk tahun 2008 yang memiliki nilai EG tertinggi yaitu pada PT. Siantar Top Tbk sebesar 208.82%, sedangkan yang memiliki nilai EG terendah yaitu PT. Sekar Laut Tbk sebesar -25.62%. Untuk tahun 2009 yang memiliki nilai EG tertinggi yaitu pada PT. Tunas Baru Lampung
Tbk sebesar 296.22%,
sedangkan yang memiliki nilai EG
terendah yaitu PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk sebesar 79,86%. Untuk tahun 2010 yang memiliki nilai EG tertinggi yaitu pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk sebesar 100.75% sebesar, sedangkan yang memiliki nilai EG terendah yaitu PT. Sekar Laut Tbk sebesar -62.24%. Untuk tahun 2011 yang memiliki nilai EG tertinggi yaitu pada PT. Cahaya Kalbar
Tbk sebesar 225.78%,
sedangkan yang memiliki nilai EG
terendah yaitu PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk sebesar 5.41%.
99
4.2 4.2.1
Pembahasan Analisis Price Earnings Ratio (PER) Pada Perusahaan Food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tabel 4.4 Perkembangan Price earnings ratio (PER) No
Nama Perusahaan
1
PT. Cahaya Kalbar Tbk.
2
PT. Delta Djakarta Tbk.
3
PT. Fast Food Indonesia Tbk.
4
PT. Indofood Sukses makmur Tbk.
5
PT. Mayora Indah Tbk.
6
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
7 PT Sekar Laut Tbk.
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007
PER 9.64 7.45 8.98 11.11 2.93 5.41 3.82 7.85 13.77 11.77 10.65 11.39 12.75 20.58 20.02 24.76 7.88 15.04 14.51 8.06 9.46 4.45 9.28 17.04 22.58 13.73 4.69 10.95 13.08 14.91 9.38
Trend Turun Naik Naik Turun Naik Naik Naik Turun Naik Naik Naik Turun Turun Naik Turun Turun Turun Naik Naik Naik Turun Naik Naik Naik -
100
No
Nama Perusahaan
PT. Sinar Mas Agro Resources And 8 Technology Tbk.
9 PT. Siantar Top Tbk.
10
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
11
PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
PT. Ultrajaya Milk 12 Industry & Trading Company Tbk.
Tahun 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
PER 15.00 7.89 20.00 15.56 17.44 4.67 9.77 11.39 38.10 30.83 37.50 8.06 11.67 20.91 50.00 24.68 15.87 17.13 5.52 27.39 12.67 5.67 7.88 6.63 65.00 7.62 27.62 32.70 30.86
Trend Naik Turun Naik Turun Turun Naik Naik Naik Naik Turun Naik Naik Turun Turun Naik Turun Turun Turun Naik Turun Turun Naik Naik Turun
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat pula bahwa price earnings ratio (PER) pada kesebelas perusahaan food and beverage cenderung berfluktuasi. Hanya ada beberapa perusahaan yang menunjukkan trend yang positif. Bahkan beberapa perusahaan memiliki price earnings ratio yang mengalami penurunan dan peningkatan yang sangat tinggi. hal ini disebabkan tidak stabilnya laba yang
101
diperoleh perusahaan sehingga menyebabkan price earnings ratio mengalami perubahan yang sangat besar setiap tahunnya. Untuk lebih memudahkan dalam melihat pergerakan nilai price earnings ratio pada masing-masing perusahaan, berikut disajikan grafiknya: 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00
20.00 10.00 0.00 2007
2008
2009
2010
2011
CEKA DLTA FAST INDF MYOR MLTB SKLT SMAR STTP AISA TBLA ULTJ
Gambar 4.1 Grafik Price earnings ratio (PER) Dari grafik di atas terlihat bahwa PT. Ultrajaya Milk Industri & Trading Company terlihat ekstrim. Penurunan PER dari tahun 2007 ke 2008 sangat tinggi yaitu dari 65,00 kali menjadi 7,62 kali. Penurunan yang terjadi sebesar 57,38 kali. Hal tersebut disebabkan karena meningkatnya laba per lembar saham di tahun 2008 dengan tingkat laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dan tahun berikutnya yaitu sebesar Rp. 303,712 miliar. Price earning ratio menurun atau lebih rendah dapat mengindikasikan bahwa pendapatan perusahaan menurun dan menyebabkan larinya para investor dalam investasi saham sehingga harga saham menjadi lebih rendah. Sebaliknya price earnings ratio meningkat mengindikasikan bahwa pendapatan perusahaan meningkat sehingga para investor tertarik dalam berinvestasi dan harga saham
102
menjadi lebih tinggi. Hal lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya price earnings ratio yaitu pada earning per share (laba per saham) yang dimiliki perusahaan. EPS memberikan informasi yang lebih banyak kepada kita mengenai perkembangan perusahaan. Peningkatan laba dapat dihasilkan dari berbagai hal sehingga dapat meningkatkan labanya misalnya tingginya pendapatan yang dihasilkan perusahaan dengan beban yang lebih kecil. Akan tetapi, jika persentase peningkatan laba lebih kecil dari persentase peningkatan jumlah saham, maka laba per saham akan turun. Dengan demikian, price earnings ratio perusahaan food and beverages tinggi pada saat harga pasar per lembar saham meningkat atau lebih tinggi dan ketika laba bersih lebih rendah dibandingkan saham yang beredar pada tahun tertentu. Sebaliknya price earning ratio rendah pada saat harga pasar per lembar saham menurun atau lebih rendah dan ketika laba bersih lebih tinggi dibandingkan saham yang beredar pada waktu tertentu. Perusahaan yang memiliki price earning ratio yang tinggi, menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi yang berarti pasar mengharapkan pertumbuhan laba dimasa mendatang, sebaliknya perusahaan dengan price earning ratio rendah memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah, semakin rendah price earning ratio suatu saham maka semakin murah harga untuk diinvestasikan. Jadi semakin rendah nilai price earning ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik kinerja perlembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut. Selanjutnya berdasarkan data pada tabel 4.4, dapat dihitung nilai statistik deskriptif untuk masing-masing perusahaan yang meliputi jumlah sampel (N),
103
rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi untuk variabel PER. Hasil perhitungan dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics 20 di dapat hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Variabel Price Earnings Ratio (PER) Periode Tahun 2006-2011 Descriptive Statistics PER Emiten CEKA DLTA FAST INDF MYOR MLTB SKLT SMAR STTP AISA TBLA ULTJ Total
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
Mean 8.0220 8.5240 15.0780 14.0500 12.5620 11.4720 13.5660 16.2740 21.7940 22.6400 12.0480 32.7600 15.7325
Std. Deviation 3.13557 4.19333 4.83020 6.88921 7.18699 4.05500 4.92870 13.02442 12.45218 16.74827 8.98846 20.62444 11.56189
Minimum 2.93 3.82 10.65 7.88 4.45 4.69 7.89 4.67 8.06 5.52 5.67 7.62 2.93
Maximum 11.11 13.77 20.58 24.76 22.58 14.91 20.00 38.10 37.50 50.00 27.39 65.00 65.00
Berdasarkan tabel deskriptif di atas diketahui bahwa nilai price earning ratio perusahaan food and beverage bervariasi dengan nilai minimum sebesar 2,93 kali yaitu terjadi pada PT. Cahaya Kalbar Tbk pada tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 65 kali yang terjadi pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk pada tahun 2007. Secara rata-rata selama periode tahun 2006-2011 price earning ratio PT. Cahaya Kalbar Tbk menjadi yang terendah yaitu sebesar 8,0220 kali dan price earning ratio PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 32,7600 kali.
104
4.2.2
Analisis Rasio Market to Book Ratio (MBR) Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
No
1
2
3
4
5
6
7
Tabel 4.6 Perkembangan Market to Book Ratio (MBR) Nama Perusahaan Tahun MBR 2007 1.09 2008 0.89 PT. Cahaya Kalbar Tbk. 2009 1.47 2010 1.06 2011 0.70 2007 0.56 2008 0.62 PT. Delta Djakarta Tbk. 2009 1.68 2010 3.33 2011 3.12 2007 2.90 2008 2.96 PT. Fast Food Indonesia 2009 3.63 Tbk. 2010 5.12 2011 5.52 2007 3.41 2008 0.95 PT. Indofood Sukses 2009 3.07 makmur Tbk. 2010 2.55 2011 1.28 2007 1.24 2008 0.70 PT. Mayora Indah Tbk. 2009 2.18 2010 4.14 2011 4.51 2007 5.86 2008 3.03 PT. Multi Bintang 2009 35.45 Indonesia Tbk. 2010 12.29 2011 14.26 2007 0.11 2008 0.62 PT. Sekar Laut Tbk. 2009 0.91 2010 0.82
Trend Turun Naik Turun Turun Naik Naik Naik Turun Naik Naik Naik Naik Turun Naik Turun Turun Turun Naik Naik Naik Turun Naik Turun Naik Naik Naik Turun
105
No
8
Nama Perusahaan
PT. Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk.
9
PT. Siantar Top Tbk.
10
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
11
PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
12
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
Tahun 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
MBR 0.79 4.89 1.06 1.53 2.46 9.76 1.35 0.54 0.81 1.13 1.84 7.08 1.82 0.95 2.25 0.45 2.80 0.89 1.57 1.57 1.82 2.26 2.04 1.40 2.69 2.22
Trend Naik Turun Naik Naik Naik Turun Naik Naik Naik Turun Turun Naik Turun Turun Naik Stabil Naik Turun Naik Naik Turun
Pada tabel 4.6 dapat dilihat pula bahwa market to book ratio (MBR) pada kedua belas perusahaan food and beverage cenderung berfluktuasi. Hanya ada satu perusahaan yang menunjukkan trend yang selalu naik, yaitu PT. Fast Food Indonesia Tbk. Bahkan beberapa perusahaan memiliki market to book ratio yang mengalami penurunan dan kenaikan yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan perubahan harga pasar saham yang sangat cepat.
106
Untuk lebih memudahkan dalam melihat pergerakan nilai market to book ratio pada masing-masing perusahaan, berikut disajikan grafiknya: 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 2007
2008
2009
2010
2011
CEKA DLTA FAST INDF MYOR MLTB SKLT SMAR STTP AISA TBLA ULTJ
Gambar 4.2 Grafik Market to Book Ratio (MBR) Dari grafik di atas terlihat bahwa PT. Multi Bintang Indonesia Tbk terlihat ekstrim. Terjadi peningkatan besarnya MBR di tahun 2009 dan terjadi pula penurunan besarnya MBR di tahun 2010. Pada tahun 2009 besarnya MBR yaitu 35,45 kali dan menurun di tahun 2010 menjadi 12,29 kali. Penurunan dan peningkatan besarnya MBR tersebut disebabkan karena pada tahun 2009 nilai buku saat itu lebih kecil dibandingkan tahun-tahun lainnya yaitu sebesar Rp. 4993 dengan harga pasar yang tinggi yaitu Rp. 177.000, sedangkan di tahun 2010 MBR mengalami penurunan yang cukup tinggi walaupun pada tahun tersebut harga pasar meningkat menjadi Rp. 274.950, tetapi nilai buku saat itu lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 22.365. Besarnya ekuitas pemilik akan mempengaruhi tinggi rendahnya nilai buku, pada tahun 2009 total ekuitas lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2010.
107
Perusahaan yang memiliki rata-rata market to book ratio tinggi dinilai mahal oleh investor. Investor bersedia membeli saham dengan market to book ratio tinggi karena optimis terhadap prospek emiten. Hal tersebut disebabkan karena harga pasar yang relatif tinggi dengan nilai buku yang relatif rendah atau persentase harga pasar yang meningkat atau tetap dengan persentase nilai buku yang menurun sehingga menghasilkan market to book ratio yang tinggi. Market to book ratio tinggi diakibatkan karena total ekuitas yang dimiliki perusahaan pada tahun tersebut lebih rendah atau terjadi penurunan ekuitas dengan saham yang beredar lebih tinggi pada tahun tersebut. Hal ini akan mempengaruhi besarnya nilai buku yang dimiliki perusahaan sehingga market to book ratio perusahaan food and beverages menjadi tinggi. Perusahaan dengan rata-rata market to book ratio yang rendah disebabkan karena harga pasar yang rendah dengan nilai buku yang relatif tinggi atau persentase harga pasar yang menurun atau tetap dengan persentase nilai buku yang meningkat dalam periode tertentu. Market to book ratio rendah diakibatkan oleh total ekuitas yang dimiliki perusahaan lebih tinggi atau terjadi peningkatan ekuitas dengan saham yang berdar lebih rendah pada tahun tersebut. Hal ini akan mempengaruhi besarnya nilai buku perusahaan sehingga market to book ratio perusahaan food and beverages menjadi rendah Market to book ratio memberikan suatu penilaian bagaimana investor melihat kinerja perusahaan dan menunjukkan seberapa mampu perusahaan menciptakan nilai yang wajar terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.
108
Semakin besar nilai market to book ratio semakin besar juga nilai pasar dibandingkan dengan nilai buku. Berdasarkan data pada tabel 4.6, selanjutnya dapat dihitung nilai statistik deskriptifnya yang meliputi jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi untuk variabel MBR. Hasil perhitungan dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics 20 di dapat hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Market to Book Ratio (MBR) Periode Tahun 2007-2011 Descriptive Statistics MBR Emiten CEKA DLTA FAST INDF MYOR MLTB SKLT SMAR STTP AISA TBLA ULTJ Total
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
Mean 1.0420 1.8620 4.0260 2.2520 2.5540 14.1780 .6500 3.9400 1.1340 2.5100 1.7300 2.1220 3.1667
Std. Deviation .28543 1.32368 1.22372 1.08845 1.70625 12.74300 .31961 3.57309 .50073 2.65075 .69098 .46885 5.01346
Minimum .70 .56 2.90 .95 .70 3.03 .11 1.06 .54 .45 .89 1.40 .11
Maximum 1.47 3.33 5.52 3.41 4.51 35.45 .91 9.76 1.84 7.08 2.80 2.69 35.45
Berdasarkan tabel deskriptif di atas diketahui bahwa nilai market to book ratio perusahaan food and beverage bervariasi dengan nilai minimum sebesar 0,11 kali yaitu terjadi pada PT. Sekar Laut Tbk tahun 2007 dan nilai maksimum sebesar 35,45 kali yang terjadi pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2009. Secara rata-rata selama periode tahun 2006-2011 market to book ratio PT. Sekar Laut Tbk menjadi yang terendah yaitu sebesar 0,6500 kali dan market to book ratio PT. Multi Bintang Indonesia Tbk menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 14,1780 kali.
109
4.2.3
Analisis Earnings Growth (EG) Pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tabel 4.8 Perkembangan Earnings Growth (EG) No Nama Perusahaan Tahun
1
PT. Cahaya Kalbar Tbk.
2
PT. Delta Djakarta Tbk.
3
PT. Fast Food Indonesia Tbk.
4
PT. Indofood Sukses makmur Tbk.
5
PT. Mayora Indah Tbk.
6
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
7
PT Sekar Laut Tbk.
2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007
Earnings Growth (Dalam %) 61.38 12.94 77.60 -40.27 225.78 9.35 76.95 51.04 10.33 8.70 48.76 22.17 45.29 9.67 14.76 48.27 5.51 100.68 42.25 69.92 51.31 38.59 89.65 30.08 -0.05 14.68 163.44 53.15 30.09 14.55 23.83
Trend Naik Naik Naik Turun Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Turun Naik Naik Naik Naik Naik Naik
110
No Nama Perusahaan Tahun 2008 2009 2010 2011 2007 PT. Sinar Mas Agro 2008 8 Resources And 2009 Technology Tbk. 2010 2011 2007 2008 PT. Siantar Top 9 2009 Tbk. 2010 2011 2007 2008 PT. Tiga Pilar 10 2009 Sejahtera Food Tbk. 2010 2011 2007 2008 PT. Tunas Baru 11 2009 Lampung Tbk. 2010 2011 2007 PT. Ultrajaya Milk 2008 12 Industry & Trading 2009 Company Tbk. 2010 2011
Earnings Growth (Dalam %) -25.62 199.77 -62.24 23.65 57.47 5.81 -28.47 68.41 48.79 8.10 208.82 -14.72 3.80 0.10 1112.31 82.02 31.73 100.75 97.68 83.85 -34.86 296.22 -1.71 78.60 1957.90 0.18 -79.86 75.17 -5.41
Trend Turun Naik Turun Naik Naik Naik Turun Naik Naik Naik Naik Turun Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Turun Naik Turun Naik Naik Naik Turun Naik Turun
Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa earning growth (EG) menunjukkan trend yang berfluktuasi, namun pada beberapa perusahaan menunjukkan trend yang positif.
111
Untuk lebih memudahkan dalam melihat pergerakan nilai earning growth (EG) pada masing-masing perusahaan, berikut disajikan grafiknya: 2500 2000 1500 1000 500 0 2007
2008
2009
2010
-500
2011
CEKA DLTA FAST INDF MYOR MLTB SKLT SMAR STTP AISA TBLA ULTJ
Gambar 4.3 Grafik Earnings Growth Dari grafik di atas terlihat bahwa PT. Ultrajaya Milk Industy & Trading Company Tbk dan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk terlihat ekstrim pada tahun 2008. Earnings growth pada tahun 2008 sebesar -34,86% menurun dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 83,85%. Hal tersebut disebabkan oleh besarnya laba bersih yang dihasilkan perusahaan pada tahun 2008 lebih kecil dibandingkan tahun 2007. Grafik earnings growth PT. Ultrajaya Milk Industy & Trading Company Tbk terlihat ekstrim di tahun 2008, hal ini disebabkan karena besarnya laba di tahun 2006 sangat rendah jika dibandingkan dengan tahun 2007 sehingga menghasilkan earnings growth menjadi sangat tinggi dari tahun-tahun lainnya yaitu sebesar 1957,90% dan pada tahun 2008 laba bersih meningkat, namun peningkatannya sedikit sehingga persentaase yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan tahun 2007 yaitu sebesar 0,18%.
112
Earnings growth (EG) menjadi naik atau meningkat dikarenakan laba perusahaan tahun berikutnya yang terus meningkat sehingga menghasilkan earnings growth yang positif. Laba meningkat dapat disebabkan karena penjualan yang semakin tinggi dan biaya-biaya yang lebih rendah. Sebaliknya jika laba bersih semakin menurun setiap tahunnya dapat menyebabkan earnings growth perusahaan menjadi negatif, hal ini bisa disebabkan oleh tingginya biaya-biaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan penjualan yang tetap bahkan menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.8, selanjutnya dapat dihitung nilai statistik deskriptifnya yang meliputi jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi untuk variabel MBR. Hasil perhitungan dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics 20 didapat hasilnya sebagai berikut : Tabel 4.9 Statistik Variabel Deskriptif Earnings Growth (EG) Periode Tahun 2007-2011 Descriptive Statistics EG Emiten CEKA DLTA FAST INDF MYOR MLTB SKLT SMAR STTP AISA TBLA ULTJ Total
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
Mean Std. Deviation Minimum Maximum 67.4860 99.72862 -40.27 225.78 31.2740 31.24856 8.70 76.95 28.1300 17.85436 9.67 48.76 53.3260 35.18655 5.51 100.68 41.9160 32.70734 -.05 89.65 55.1820 62.53979 14.55 163.44 31.8780 100.60369 -62.24 199.77 30.4020 40.57734 -28.47 68.41 41.2200 94.08386 -14.72 208.82 284.8980 463.36411 31.73 1112.31 84.4200 128.97629 -34.86 296.22 389.5960 878.42254 -79.86 1957.90 94.9773 288.52001 -79.86 1957.90
Berdasarkan tabel deskriptif diketahui bahwa nilai earning growth perusahaan food and beverage bervariasi dengan nilai minimum sebesar -79.86%
113
yaitu terjadi pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk pada tahun 2009 dan nilai maksimum sebesar 1957.90% yang juga terjadi pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk pada tahun 2007. Secara ratarata selama periode tahun 2006-2011 earning growth PT. Fast Food Indonesia Tbk menjadi yang terendah yaitu sebesar 28,1300% dan earning growth PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 389,5960%.
4.2.4 Analisis uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan analisis regresi linier untuk pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian keabsahan persamaan regresi berdasarkan uji asumsi klasik. Secara teoritis, model yang digunakan akan menghasilkan nilai parameter penduga yang sahih bila memenuhi asumsi normalitas, tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi multikolinearitas, dan tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 20.0. a) Hasil Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Adapun alat pengujian yang digunakan oleh penulis yaitu dengan menggunakan tes Kolmogorov Smirnov. Dalam hal ini untuk
114
mengetahui apakah distribusi residual terdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Tabel 4.10 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
60 0E-7 220.57262441 .148 .148 -.099 1.149 .142
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa probabilitas sebesar 0,142 dan lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan telah memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 4.4 Normal P-Plot of Regression Standarized Residual Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data akan terletak di sekitar garis lurus. Dari plot di atas terlihat bahwa titik-titik
115
tersebar mengikuti garis linier sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas terpenuhi.
b) Hasil Uji Multikolinieritas Uji miltikolinearitas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antarvariabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebas (korelasinya 1 atau mendekati 1). Untuk mengetahui suatu model regresi bebas dari multikolinearitas, yaitu mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 10 dan mempunyai angka Tolerance lebih dari 0,1. Berikut ini tabel yang menyajikan uji multikolinieritas: Tabel 4.11 Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF PER .990 1.010 1 MBR .990 1.010 a. Dependent Variable: EG
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai tolerance adalah lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF dari kedua variabel independen lebih kecil dari 10. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas di antara kedua variabel independen.
116
c)
Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan indikasi bahwa varian antar residual tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efisien. Untuk menguji apakah varian dari residual homogen digunakan uji rank Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan kedua variabel independen terhadap nilai absolut dari residual (error). Apabila ada koefisien korelasi variabel bebas yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5%, mengindikasikan terjadinya heteroskedastisitas. Pada tabel 4.12 berikut disajikan hasil korelasi kedua variabel independen terhadap nilai absolut dari residual (absolute error). Berikut ini tabel yang menyajikan uji multikolinieritas: Tabel 4.12 Uji Heteroskedastisitas Correlations
PER Spearman's rho MBR
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
absolut_error .210 .107 60 -.057 .666 60
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Pada tabel 4.12 dapat dilihat tidak ada satupun koefisien korelasi dari variabel independen yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5% (kedua nilai sig. >0,05). Karena nilai signifikansi kedua variabel independen lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi.
117
d) Hasil Uji Autokorelasi Dengan melakukan uji Durbin Watson, dapat diketahui apakah terdapat autokorelasi antar sesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Secara umum, kriteria yang digunakan adalah: Jika DU < DW < 4-DU maka Ho diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi Jika DW < DL atau DW > 4-DL maka Ho ditolak, artinya terjadi autokorelasi Jika DL < DW < DU atau 4-DU < DW < 4-DL, artinya tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti Tabel 4.13 Uji Autokorelasi b
Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson Square Estimate a 1 .645 .416 .395 224.40896 1.650 a. Predictors: (Constant), MBR, PER b. Dependent Variable: EG
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Dari hasil perhitungan diperoleh angka DW sebesar 1,665. Setelah melihat tabel statistik Durbin-Watson (n=60 dan k=2), diperoleh batas bawah nilai tabel (dL) = 1,514 dan batas atasnya (dU) = 1,652. Berpedoman pada kriteria umum yang telah disebutkan diatas, karena nilai DW sebesar 1,650 berada diantara dL (1,514) dan dU (1,652), maka belum bisa dipastikan apakah tidak terdapat autokorelasi pada model regresi. Untuk memastikan ada tidaknya autokorelasi
maka
pengujian
dilanjutkan
menggunakan
runs
test
118
(Gujarati,2003;465). Hasil pengujian menggunakan runs test dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini: Tabel 4.14 Hasil Runs Test Untuk Memastikan Ada Tidaknya Autokorelasi Runs Test Unstandardized Residual a Test Value -1.76765 Cases < Test Value 30 Cases >= Test Value 30 Total Cases 60 Number of Runs 30 Z -.260 Asymp. Sig. (2-tailed) .795 a. Median
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Melalui hasil runs test pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi uji Z (yaitu sebesar 0,795) masih lebih besar dari 0,05, hasil ini mengindikasikan bahwa tidak gejala terdapat autokkorelasi pada model regressi. Karena keempat asumsi regressi sudah terpenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa hasil estimasi model regressi sudah memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbias Estimation) sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian hipotesis.
4.2.5
Analisis Pengaruh Price Earnings Ratio terhadap Earnings Growth Pada analisis ini akan dijelaskan hasil persamaan regresi linier sederhana
untuk mengetahui pengaruh price earnings ratio (PER) terhadap earnings growth (EG). Adapun langkah pengujian statistik dilakukan sebagai berikut:
119
4.2.5.1 Analisis Korelasi Parsial Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara price earnings ratio dengan earnings growth . Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan program software IBM SPSS Statistics 20 diperoleh koefisien korelasi antara price earnings ratio dengan earnings growth seperti disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.15 Korelasi Antara Price Earnings Ratio dengan Earnings growth Correlations
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
EG PER EG PER EG PER
EG 1.000 .643 . .000 60 60
PER .643 1.000 .000 . 60 60
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut: Tabel 4.16 Kategori Koefisien Korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
Berdasarkan nilai koefisien korelasi pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara price earnings ratio (PER) dangan earnings growth
(EG)
sebesar 0,643 dan masuk dalam kategori kuat atau erat. Arah hubungan positif
120
antara price earnings ratio dengan earnings growth menujukkan bahwa price earnings ratio yang makin tinggi cenderung diikuti dengan peningkatan earnings growth.
4.2.5.2 Analisis Regresi Linier Sederhana Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan software IBM SPSS Statistics 20, maka hasil regresi price earnings ratio (PER) terhadap earnings growth (EG) seperti disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.17 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Price Earnings Ratio Terhadap Earnings growth Coefficients Unstandardized Coefficients
Model
B (Constant)
Std. Error
-157.570
48.837
PER 16.053 a. Dependent Variable: EG
2.509
1
a
Standardized Coefficients Beta .643
t
Sig.
-3.226
.002
6.399
.000
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Dari perhitungan regresi yang telah dioleh, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut : Y= -157,570 + 16,053X1 Dimana : Y
= Earnings growth (EG)
X1 = Price earnings ratio (PER) Pada persamaan diatas, nilai konstanta sebesar -157,570 menunjukkan nilai rata-rata earnings growth
pada perusahaan food and beverages yang
121
terdaftar di Bursa Efek Indonesia jika price earnings ratio sama dengan nol. Price earnings ratio memiliki koefisien bertanda positif sebesar 16,053, artinya setiap peningkatan price earnings ratio sebesar 1 kali diprediksi akan menaikkan earnings growth sebesar 16,053 persen.
4.2.5.3 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari price earning ratio terhadap earning growth dengan hipotesis statistik sebagai berikut: H0 : 1 = 0
: Price earnings ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap
earnings growth pada perusahaan food and
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ha : 1 ≠ 0
: Price earnings ratio secara parsial berpengaruh terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, maka hasil uji t disajikan sebagai berikut: Tabel 4.18 HASIL PENGUJIAN UJI t PER terhadap EG Model
Coefficients Unstandardized Coefficients B -157.570
48.837
PER 16.053 a. Dependent Variable: EG
2.509
1
(Constant)
Std. Error
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
a
Standardized Coefficients Beta .643
t
Sig.
-3.226
.002
6.399
.000
122
Berdasarkan tabel di atas, statistik uji yang digunakan pada pengujian parsial adalah uji t, dimana nilai tabel yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial (uji t) sebesar 2,002 yang diperoleh dari tabel t pada = 0,05 dan derajat bebas 58 untuk pengujian dua arah. Nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial pada Tabel 4.18 dimana diperoleh nilai thitung variabel price earnings ratio sebesar 6,399 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut: -
Jika thitung > ttabel, atau thitung < -ttabel maka H0 ditolak (signifikan)
-
Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima (tidak signifikan) Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung >
ttabel (6,399 > 2,002), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha yang berarti price earnings ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap earnings growth. Hipotesis penelitian ini sejalan dengan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. Berdasarkan uji hipotesis maka dapat digambarkan daerah penolakan dan penerimaan Ho sebagai berikut:
Da era h Penola ka n Ho
Da era h Penola ka n Ho
Da era h Penerima a n Ho
0 -t0,975;58 = -2,002
t0,975;58 = 2,002
thitung = 6,399
Gambar 4.5 Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Pada Uji Parsial Price earnings ratio Terhadap Earnings growth
123
Berdasarkan gambar 4.5 diatas dapat dilihat bahwa thitung sebesar 6,399 berada pada daerah penolakan Ho, yang berarti bahwa price earnings ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil Penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Penman (2013:179) yaitu: “The P/E ratio is based on expected earnings that have not yet been booked. So P/E ratios high when one forecasts considerably higher future earning than current earnings, and P/E ratios are low when future earnings are forecasted to be low than current earnings. In short, the P/E ratio prices earnings growth.” Dari penjelasan Penman di atas dapat diartikan bahwa P/E ratio didasarkan atas perkiraan laba yang mana belum dibukukan. Jadi P/E ratio tinggi ketika salah satu perkiraan laba masa yang akan datang jauh lebih tinggi dibandingkan penghasilan laba saat ini, dan P/E ratio rendah ketika laba masa yang akan datang diperkirakan menjadi lebih rendah dibandingkan laba saat ini. Singkatnya, P/E ratio menilai earnings growth (pertumbuhan laba).
4.2.5.4 Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi dihitung untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel price earnings ratio (PER) terhadap earnings growth (EG). Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefisien determinasi price earnings ratio terhadap earnings growth seperti disajikan pada tabel dibawah ini:
124
Tabel 4.19 Koefisien Determinasi Pengaruh Price earnings ratio Terhadap Earnings Growth b
Model
R
1 .643 a. Predictors: (Constant), PER b. Dependent Variable: EG
a
Model Summary R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson Square Estimate .414 .404 222.79657 1.658
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Kd = r2 x 100% Kd = 0,6432 x 100% Kd = 41,4% Berdasarkan data pada tabel 4.19 diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,414 atau 41,4%, artinya price earnings ratio secara parsial memberikan pengaruh sebesar 41,4% terhadap earnings growth , sedangkan sisanya yaitu 58,6% merupakan pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti, termasuk pengaruh market to book ratio.
4.2.6
Analisis Pengaruh Market to Book Ratio terhadap Earnings Growth Pada analisis ini akan dijelaskan hasil persamaan regresi linier sederhana
untuk mengetahui pengaruh market to book ratio (MBR) terhadap earnings growth (EG). Adapun langkah pengujian statistik dilakukan sebagai berikut: 4.2.6.1 Analisis Korelasi Parsial Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara market to book ratio dengan earnings growt . Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan program software IBM SPSS Statistics 20 diperoleh
125
koefisien korelasi antara market to book ratio dengan earnings growth seperti disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.20 Korelasi Antara Market to book ratio Dengan Earnings growth Correlations
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
EG MBR EG MBR EG MBR
EG 1.000 .022 . .434 60 60
MBR .022 1.000 .434 . 60 60
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut: Tabel 4.21 Kategori Koefisien Korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
Berdasarkan nilai koefisien korelasi pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara market to book ratio (MBR) dangan earnings growth (EG) sebesar 0,022 dan masuk dalam kategori sangat lemah atau sangat rendah. Arah hubungan positif antara market to book ratio dengan earnings growth menujukkan bahwa market to book ratio yang makin tinggi cenderung diikuti dengan peningkatan earnings growth.
126
4.2.6.2 Analisis Regresi Linier Sederhana Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan software IBM SPSS Statistics 20, maka hasil regresi market to book ratio (MBR) terhadap earnings growth (EG) seperti disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.22 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Market to book ratio Terhadap Earnings growth a
Coefficients Unstandardized Coefficients
Model
B 1 a.
(Constant) MBR Dependent Variable: EG
Std. Error 90.979
44.531
1.263
7.555
Standardized Coefficients Beta .022
t
Sig.
2.043
.046
.167
.868
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Dari perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut : Y= 90,979 + 1,263 X2 Dimana : Y
= Earnings Growth (EG)
X2
= Market to Book Ratio (MBR)
Pada persamaan diatas, nilai konstanta sebesar 90,979 menunjukkan nilai rata-rata earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia jika market to book ratio sama dengan nol. Market to book ratio memiliki koefisien bertanda positif sebesar 1,263, artinya setiap peningkatan market to book ratio sebesar 1 kali diprediksi akan meningkatkan earnings growth sebesar 1,263 persen.
127
4.2.6.3 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari market to book ratio terhadap earning growth dengan hipotesis statistik sebagai berikut: H0 : 2 = 0 : Market to book ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ha : 2≠ 0 : Market to book ratio secara parsial berpengaruh terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, maka hasil uji t disajikan sebagai berikut: Tabel 4.23 Hasil Pengujian Uji t MBR terhadap EG Model
Coefficients Unstandardized Coefficients B
1
(Constant)
Std. Error
90.979
44.531
MBR 1.263 a. Dependent Variable: EG
7.555
a
Standardized Coefficients Beta .022
t
Sig.
2.043
.046
.167
.868
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Statistik uji yang digunakan pada pengujian parsial adalah uji t, dimana nilai tabel yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial (uji t) sebesar 2,002 yang diperoleh dari tabel t pada = 0.05 dan derajat bebas 58 untuk pengujian dua arah. Nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial dapat
128
dilihat pada tabel di atas dimana diperoleh nilai thitung variabel market to book ratio sebesar 0,167 dengan nilai signifikansi sebesar 0,868. Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut. -
Jika thitung > ttabel, atau thitung < -ttabel maka H0 ditolak (signifikan)
-
Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima (tidak signifikan) Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung <
ttabel (0,167 < 2,002), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menerima Ho dan menolak Ha yang berarti market to book ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings growth. Hipotesis penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya bahwa market to book ratio berpengaruh secara signifikan terhadap earnings growth perusahaan food and beverages. Berdasarkan uji hipotesis maka dapat digambarkan daerah penolakan dan penerimaan Ho sebagai berikut:
Daerah Penola ka n Ho
Daerah Penola ka n Ho
Daerah Penerimaan Ho
0 -t0,975;58 = -2,002
thitung = 0,167
t0,975;58 = 2,002
Gambar 4.6 Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Pada Uji Parsial Market to book ratio Terhadap Earnings growth Berdasarkan gambar 4.6 diatas dapat dilihat bahwa thitung sebesar 0,167 berada pada daerah penolakan Ho, yang berarti bahwa market to book ratio secara
129
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil Penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Penman (2013:416) yaitu: “P/B is not focus for growth, rather it is P/E (and, to avoid the transitory earnings effect, specifically the forward P/E.” Dari pernyataan di atas, dijelaskan bahwa P/B tidak berfokus terhadap pertumbuhan, melainkan P/E yang berfokus terhadap pertumbuhan (dan untuk menghindari efek sementara pada laba, khususnya forward P/E. Karena hasil penelitian tidak terdapat pengaruh market to book ratio terhadap earnings growth, maka tidak dilakukan analisis koefisien determinasi.
4.2.7
Analisis Pengaruh Price Earnings Ratio dan Market to Book Ratio terhadap Earnings Growth Pada analisis ini akan dijelaskan hasil persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio secara simultan terhadap earnings growth. Berdasarkan hasil pengolahan data price earnings ratio, Market to book ratio dan earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dijelaskan hasilnya sebagai berikut:
130
4.2.7.1 Analisis Korelasi Berganda Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara seluruh variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi antara variabel Price Earnings Ratio (X1) dan Market to Book Ratio (X2) terhadap Earnings Growth (Y). Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.24 Korelasi Berganda Price Earnings Ratio (X1) dan Market to Book Ratio (X2) terhadap Earnings Growth (Y) b
Model Summary Model R R Square Adjusted R Square a 1 .645 .416 .395 a. Predictors: (Constant), MBR, PER b. Dependent Variable: EG
Std. Error of the Estimate 224.40896
Durbin-Watson 1.650
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut: Tabel 4.25 Kategori Koefisien Korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
131
Nilai R sebesar 0,645 pada tabel 4.25 menunjukkan kekuatan hubungan kedua variabel independen (price earnings ratio dan market to book ratio) secara simultan dengan earnings growth. Jadi pada permasalahan yang sedang diteliti diketahui bahwa secara simultan price earnings ratio dan market to book ratio, memiliki hubungan yang kuat/erat dengan earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2006-2011.
4.2.7.2 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan dua variabel atau lebih, dalam hal ini variabel price earnings ratio dan market to book ratio dengan earnings growth. Bersarakan hasil pengolahan diperoleh persamaan regresi yang menghubungkan masing-masing variabel independen terhadap earning growth seperti disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.26 Hasil Estimasi Persamaan Regresi a
Model
Coefficients Unstandardized Coefficients B
(Constant)
Std. Error
-151.557
51.313
PER 16.156 MBR -2.411 a. Dependent Variable: EG
2.539 5.856
1
Standardized Coefficients Beta .647 -.042
t
Sig.
-2.954
.005
6.362 -.412
.000 .682
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Dari tabel diatas dapat dibentuk persamaan regresi linier sebagai berikut : Y= -151,557 + 16,156 X1 – 2,411 X2 Dimana : Y
= Earnings growth (EG)
X1
= Price earnings ratio (PER)
X2
= Market to book ratio (MBR)
132
Koefisien yang terdapat pada persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Konstanta sebesar -151,557 menunjukkan nilai rata-rata penurunan earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia jika price earnings ratio, market to book ratio dan earnings growth sama dengan nol.
2.
Price earnings ratio memiliki koefisien bertanda positif sebesar 16,156, artinya setiap kenaikan price earnings ratio sebesar 1 kali diprediksi akan meningkatkan earnings growth sebesar 16,156 dengan asumsi market to book ratio tidak berubah.
3.
Market to book ratio memiliki koefisien bertanda negatif sebesar 2,411, artinya setiap kenaikan market to book ratio sebesar 1 kali diprediksi akan menurunkan earnings growth sebesar 2,411 dengan asumsi price earnings ratio tidak berubah.
4.2.7.3 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) Pengujian hipotesis ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh yang signifikan dalam membuktikan apakah price earnings ratio dan market to book ratio secara simultan berpengaruh terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan rumusan hipotesis statistik sebagai berikut: Ho : i = 0 i=1&2
Price earnings ratio dan market to Book Ratio secara simultan tidak berpengaruh terhadap earnings growth pada
133
perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Ha : i 0 i = 1 &2
Price earnings ratio dan market to Book Ratio secara simultan berpengaruh terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Untuk menguji hipotesis di atas digunakan statistik uji-F yang diperoleh melalui tabel anova seperti yang disajikan pada Tabel 4.28 di bawah ini: Tabel 4.27 Anova Untuk Pengujian Koefisien Regresi secara Simultan a
ANOVA Model
1
Regression
Sum of Squares 2040899.269
Residual Total
df
Mean Square 2
1020449.635
2870484.676
57
50359.380
4911383.945
59
F 20.263
Sig. .000
b
a. Dependent Variable: EG b. Predictors: (Constant), MBR, PER
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan tabel 4.28 di atas dapat dilihat bahwa nilai Fhitung sebesar 20,263 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai ini menjadi statistik uji yang akan dibandingkan dengan nilai F dari tabel dimana pada tabel F untuk = 0,05 dan derajat bebas (2:57) diperoleh nilai Ftabel sebesar 3,159. Karena Fhitung (20,263) lebih besar dibanding Ftabel (3,159) maka pada tingkat kekeliruan 5% (=0,05) diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa price earnings ratio dan market to book ratio secara simultan berpengaruh terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
134
Hipotesis penelitian ini sejalan dengan hipotesis yang dibuat sebelumnya bahwa price earnings ratio dan market to book ratio berpengaruh secara signifikan terhadap earnings growth perusahaan food and beverages. Berdasarkan uji hipotesis tersebut dapat digambarkan daerah penolakan dan penerimaan Ho pada uji simultan sebagai berikut:
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penolakan Ho
0 F0,05(2;57)= 3,159
Fhitung= 20,263
Gambar 4.7 Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Pada Uji Simultan Terhadap Earnings Growth Berdasarkan gambar 4.7 diatas dapat dilihat bahwa Fhitung sebesar 20,263 berada pada daerah penolakan Ho, yang berarti bahwa price earnings ratio dan market to book ratio secara simultan berpengaruh terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.2.7.4 Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan besar pengaruh secara secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Pada permasalahan yang sedang diteliti yaitu pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth diperoleh koefisien determinasi berganda sebagai berikut:
135
Tabel 4.28 Koefisien Determinasi Berganda b
Model Summary Model R R Square Adjusted R Square a 1 .645 .416 .395 a. Predictors: (Constant), MBR, PER b. Dependent Variable: EG
Std. Error of the Estimate 224.40896
Durbin-Watson 1.650
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Kd = r2 x 100% Kd = (0,645)2 x 100% Kd = 41,6%
Melalui nilai R-Square seperti yang tercantum pada tabel 4.29 diketahui koefisien determinasi variabel price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth adalah sebesar 0,416. Nilai ini menunjukkan besar pengaruh dari kedua variabel independen yang terdiri dari price earnings ratio dan market to book ratio secara simultan terhadap earnings growth.
Jadi
berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa secara simultan price earnings ratio dan market to book ratio memberikan pengaruh sebesar 41,6% terhadap earnings growth. Sementara sisanya sebesar 58,4% merupakan pengaruh lain diluar variabel price earnings ratio dan market to book ratio.
136
TABEL 4.29 REKAPITULASI HASIL PENELITIAN UJI ASUMSI KLASIK
No.
Analisis
Hasil Asymp.Sig (2-tailed)
1.
Uji Normalitas Data
= 0,142 Probabilitas > 0,05
Keterangan Dari hasil yang didapatkan maka
data
yang
akan
diolah berdistribusi normal dan
memenuhi
uji
normalitas data. Dari hasil yang didapatkan
2.
Uji Autokorelasi
Durbin-Watson = 1,650
maka
Kepastian uji autokorelasi:
diolah
Asymp.Sig (2-tailed)
data
yang
akan
tidak
autokorelasi
terjadi
di
antara
= 0,795
variabel independen yang
Probabilitas > 0,05
diteliti sehingga memenuhi uji autokorelasi. Dari hasil yang didapatkan maka
PER = 1,010 3
Uji Multikolinearitas
MBR = 1,010 VIF < 10
diolah
data
yang
akan
memenuhi
multikolinearitas,
uji
dimana
nilai VIF kurang dari nilai 10. Sehingga data telah memenuhi
uji
asumsi
multikolinearitas. Dari hasil yang didapatkan
4.
Asymp.Sig (2-tailed)
maka
Uji
PER = 0,107
diolah
Heteroskedastisitas
MBR = 0,666
heterokedastisitas,
Probabilitas > 0,05
data
yang
memenuhi
akan uji
sehingga data layak untuk dipakai dalam penelitian.
(Sumber: Hasil pengolahan data, 2013)
137
TABEL 4.30 REKAPITULASI HASIL PENELITIAN PENGARUH PRICE EARNINGS RATIO TERHADAP EARNINGS GROWTH No.
Analisis
Keterangan
Hasil Korelasi antara price earnings
1.
Analisis Korelasi
ratio terhadap earnings growth r = 0,643
adalah kuat/erat, dimana nilai r = 0,643 Rumus di samping mempunyai arti bahwa setiap peningkatan price
Analisis 2.
Regresi Linier
Y= -157,570 + 16,053 X1
Sederhana
earnings ratio sebesar 1 kali diprediksi
akan
earnings growth
menaikkan sebesar 16,053
persen.
3.
Uji secara
thitung > ttabel yaitu
Price earnings ratio (X1) bernilai
parsial
6,399 < 2,002
positif dan berpengaruh signifikan
(Uji t)
sig. 0,000 > 0,05
terhadap earnings growth (Y) Pengaruh Price earnings ratio (X1)
4.
2
terhadap earnings growth
Koefisien
Kd = 0.643 x 100%
(Y) pada perusahaan food and
Determinasi
Kd = 41,4%
beverages tahun 2006-2011 adalah sebesar 41,4% sedangkan 58,6% dipengaruhi oleh faktor lain
(Sumber: Hasil pengolahan data, 2013)
138
TABEL 4.31 REKAPITULASI HASIL PENELITIAN PENGARUH MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNINGS GROWTH
No.
Analisis
Keterangan
Hasil Korelasi antara market to book
1.
Analisis Korelasi
ratio terhadap earnings growth r = 0,022
adalah sangat lemah, dimana nilai r = 0,022 Rumus di samping mempunyai
Analisis 2.
Regresi Linier
arti bahwa setiap peningkatan Y= 90,979 +1,263 X2
Sederhana
market to book ratio sebesar 1 kali diprediksi akan menaikkan earnings growth sebesar 1,263 persen.
3.
Uji secara
thitung < ttabel yaitu
parsial
0,167 < 2,002
(Uji t)
sig. 0,868> 0,05
Market to book ratio (X2) bernilai
positif
dan
tidak
berpengaruh signifikan terhadap earnings growth (Y) (Sumber: Hasil pengolahan data, 2013)
139
TABEL 4.32 REKAPITULASI PENELITIAN PENGARUH PRICE EARNINGS RATIO DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNINGS GROWTH No.
Analisis
Hasil
Keterangan Artinya tingkat hubungan Price Earnings Ratio (X1) dan Market to
1
Analisis Korelasi
Book Ratio (X2) secara bersama r = 0,645
terhadap Earnings Growth (Y) adalah sebesar 0,645 dengan tingkat hubungan korelasi kuat/erat. Rumus di samping menunjukkan bahwa: - Setiap kenaikan price earnings ratio sebesar 1 kali diprediksi akan
meningkatkan
earnings
growth sebesar 16,156 persen 2
Regresi Berganda
Y= -151,557 + 16,156 X1 – 2,411 X2
dengan asumsi market to book ratio tidak berubah. - Setiap kenaikan market to book ratio sebesar 1 kali diprediksi akan
menurunkan
earnings
growth sebesar 2,411 dengan asumsi price earnings ratio tidak berubah. Artinya bahwa Price Earnngs Ratio Fhitung >Ftabel yaitu 3
Uji F
20,263 > 3,159 Sig. 0,000< 0,05
(X1) dan (X2)
memiliki
signifikan growth
Market to Book Ratio pengaruh
terhadap
yang
earnings
140
Artinya Price Earnngs Ratio (X1) dan 4
Koefisien determinansi
Kd = (0,645)2 x 100% Kd = 41,6%
Market to Book Ratio (X2)
memiliki pengaruh sebesar 41,6% terhadap terhadap earnings growth sedangkan
sisanya
58,4%
dipengaruhi oleh faktor lain (Sumber: Hasil pengolahan data, 2013)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka pada bagian akhir dari penelitian ini penulis menarik kesimpulan sekaligus memberikan saran sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan 1. Price earnings ratio pada keduabelas perusahaan food and beverage cenderung berfluktuasi dengan nilai minimum sebesar 2,93 kali yaitu terjadi pada PT. Cahaya Kalbar Tbk tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 65 kali yang terjadi pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk ada tahun 2007. Secara rata-rata selama periode tahun 2006-2011 price earning ratio PT. Cahaya Kalbar Tbk menjadi yang terendah yaitu sebesar 8,0220 kali dan price earning ratio PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 32,7600 kali. 2. Market to book ratio pada keduabelas perusahaan food and beverage cenderung berfluktuasi dengan nilai minimum sebesar 0,11 kali yaitu terjadi pada PT. Sekar Laut Tbk pada tahun 2007 dan nilai maksimum sebesar 35,45 terjadi pada PT. Multi Bintang Indonesia pada tahun 2009. Secara rata-rata selama periode tahun 2006-2011 market to book ratio PT. 141
142
Sekar laut Tbk menjadi yang terendah yaitu sebesar 0,6500 kali dan market to book ratio PT. Multi Bintang Indonesia Tbk menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 14,1780 kali. 3. Earning growth perusahaan food and beverage bervariasi dengan nilai minimum sebesar -79.86% yaitu terjadi pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk tahun 2009 dan nilai maksimum sebesar 1957,90% yang juga terjadi pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk pada tahun 2007. Secara rata-rata selama periode tahun 2006-2011 earning growth PT. Fast Food Indonesia Tbk menjadi yang terendah dan earning growth yaitu sebesar 28,1300% dan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 389,5960%. 4. Secara parsial hanya price earnings ratio yang berpengaruh signifikan terhadap earnings growth, sedangkan market to book ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings growth. Besarnya pengaruh price earnings ratio terhadap earnings growth adalah 41,4%. 5. Secara bersama-sama (simultan) price earnings ratio dan market to book ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap earnings growth. Besarnya pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio sebesar 41,6%, sementara sisanya sebesar 58,4% merupakan pengaruh faktorfaktor lain diluar variable price earnings ratio dan market to book ratio di antaranya besarnya perusahaan, umur perusahaan, tingkat leverage, tingkat penjualan dan perubahan laba masa lalu.
143
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mempunyai saran-saran sebagai berikut: 1. Kondisi price earnings ratio dan market to book ratio cenderung berfluktuasi bahkan beberapa perusahaan mengalami trend negatif (turun), maka perusahaan perlu meningkatkan pendapatan perusahaan sehingga para investor tertarik berinvestasi dan harga saham menjadi lebih tinggi. 2. Sampel penelitian ini yaitu perusahaan food and beverages, untuk penelitian selanjutnya disarankan sampel perusahaan tidak dibatasi pada perusahaan food and beverages saja tetapi perusahaan manufaktur secara keseluruhan atau perusahaan yang terdaftar di BEI secara keseluruhan. 3. Dalam penelitian ini hanya 2 (dua) rasio keuangan saja yang digunakan untuk memprediksi earnings growth yaitu price earnings ratio dan market to book ratio. Dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi earnings growth. 4. Sebaiknya periode pengamatan untuk penelitian selanjutnya menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang dari periode pengamatan penelitian ini, hal ini bertujuan untuk memperkuat hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Angkoso, Nandi. 2006. Teori Keuangan dan Pasar Modal. FE Yogyakarta Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. BPFE. Yogyakarta Brigham, Eugene F., dan Houston, Joel F. 2006. Fundamental of Financial Management: Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Fabozzi, Frank J. 2002. The Handbook of Financial Instrument. Wiley Finance. New Jersey. Gitman, Lawrence, J. 2009. Principles of Managerial Finance. Pearson Education. United States of America. Gujarati, Damodar N., dan Dawn. C Porter. 2012. Alihbahasa oleh Raden Carlos Mangunsong.. Dasar-Dasar Ekonometrika. Edisi 5. Salemba Empat. Jakarta. Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 2005. Teori Akuntansi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hendrikson, Eldon S dan Michael F., Van Breda. 2000. Alihbahasa oleh Herman Wibowo. Accounting Theory. Interaksara. Batam. Jogiyanto, H. M. 2003. Teori Portopolio dan Analisis Investasi. BPFE. Yogyakarta. Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., dan Warfield, Terry D. 2002. Alihbahasa oleh Emil Salim. Intermediate Accounting. Erlangga. Jakarta Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., dan Warfield, Terry D. 2011. Intermediate Accounting: IFRS Edition, Volume 1. 1st Edition. Wiley. United State of America Mishkin, Frederic S., dan Eakins, Stanley G. Financial Markets & Institutions. Pearson Education. United States of America. Nazir, M. 2003. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Penman, Stephen H. Financial Statement Analysis and Security Valuation. 2013. McGraw Hill. New York.
144
145
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 tentang Penyajian Laporan Keuangan. 2012. Standar Akuntansi Keuangan Reeve, James M., dkk. 2010. Alihbahasa oleh Damayanti Dian. Pengantar Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta S. Munawir. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yoyakarta Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangn Teori dan Aplikasi. BPFE. Yogyakarta Stice, James D., Stice, E. Kay, dan Skousen K. Fred. Alihbahasa oleh Ali Akbar. 2009. Akuntansi Keuangan: Intermediate Accounting. Salemba Empat. Jakarta Subramanyam, K.R., dan Wild, John J. Alihbahasa oleh Dewi Yanti. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Salemba Empat. Jakarta Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik. Erlangga. Jakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung Tuannakota, Theodorus M. 2000. Teori Akuntansi. FEUI. Jakarta. Van Horne, James C. 2002. Financial Management and Policy. Prentice Hall. United States of America Yadiati, Winwin. 2007. Teori Akuntansi Suatu Pengantar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Jurnal: Abdul Rohman. 2005. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Arus Kas dan Laba terhadap Volume Perdagangan Saham Pada Emiten di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Volume 01/No. 02/Mei 2005: 95111. Erros Daniariga. 2010. Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Pertumbuhan Laba.
146
Halim Dedy Perdana. 2006. Analisis Pengaruh Price Earnings Ratio (P/E) dan Market to Book Ratio (P/B) terhadap Pertumbuhan Earnings (Growth) Perusahaan Manufaktur di Indonesia (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Tahun 1999 - 2003). Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi. Vol 5 No.1, April 2006: 1-23.
Website: www.idx.co.id