PENGARUH POSITIVE THINKING TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) PADA SISWA KELAS II MADRASAH ALIYAH MA’ARIF CEPOGO, BOYOLALI TAHUN 2010 SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh: ARINI HIDAYATI 111 06 083
JURUSAH TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Phone. 0298 323706 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
NOTA PEMBIMBING Hal
: Pengajuan naskah skripsi
Lampiran : 4 lembar
Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di tempat Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: Arini Hidayati
NIM
: 11106083
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul
: Pengaruh Positive Thinking Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Masalah ( Problem Solving ) Pada Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo Tahun 2010
Telah kami setujui untuk di munaqosahkan Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Salatiga,9 Agustus 2010 Pembimbing
Dra. Hj.Lilik Sriyanti M,Si NIP:19660814 199103 2 003
ii ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Arini Hidayati
NIM
: 11106083
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 9 Agustus 2010 Yang Menyatakan
Arini Hidayati NIM 11106083
iv
MOTTO ♥ Think Positive, Do Positive ( Berpikir positif, Bertindak positif)
♥ Segala Sesuatu Tidak Akan Pernah Selesai Jika Kita Hanya Diam Tanpa Berusaha Untuk Menyelesaikannya.
Persembahan Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Allah SWT yang selalu memberi pertolongan setiap ku merasa kesulitan. 2. Ayah dan bundaku tercinta, Tanwirul Qulub dan Siti Asiyah yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, bimbingan, dorongan, motivasi dan segalanya untukku. 3. Adik-adikku tercinta, atoel dan rizqi yang selalu membangkitkan semangatku. 4. Someoene yang special buatku, yang telah memberiku semangat selama ini. 5. Teman-teman kostku, yang telah menjadi keluargaku selama aku hidup di salatiga, Atin, Indah, Penyu, Yunita, Mb Hasna, Mb Yuli, Mb Uma, Mb Ana. Makasih atas kebersamaan, kebaikan , senyum dan moment moment indah yang telah kita lewati. 6. my best friend alphi, sepupuku inoel, dan temanku move_it yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini. 7. Teman-teman PAI angkatan 2006 khususnya kelas C. I love u all…..
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: 8. Allah SWT yang selalu memberi pertolongan setiap ku merasa kesulitan. 9. Ayah dan bundaku tercinta, Tanwirul Qulub dan Siti Asiyah yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, bimbingan, dorongan, motivasi dan segalanya untukku. 10. Adik-adikku tercinta, atoel dan rizqi yang selalu membangkitkan semangatku. 11. Someoene yang special buatku, yang telah memberiku semangat selama ini. 12. Teman-teman kostku, yang telah menjadi keluargaku selama aku hidup di salatiga, Atin, Indah, Penyu, Yunita, Mb Hasna, Mb Yuli, Mb Uma, Mb Ana. Makasih atas kebersamaan, kebaikan , senyum dan moment moment indah yang telah kita lewati. 13. my best friend alphi, sepupuku inoel, dan temanku move_it yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini. 14. Teman-teman PAI angkatan 2006 khususnya kelas C. i love u all…..
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Positive Thinking Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Masalah ( Problem Solving ) pada Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tahun 2010” dapat diselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapn terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1.
Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.
2.
Bapak Suwardi, M.Pd, selaku ketua jurusan tarbiyah.
3.
Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si, selaku ketua program studi PAI.
4.
Ibu Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah senantiasa memberikan bimbingan dan arahan-arahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5.
Bapak / Ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga, yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
vii
6.
Bapak Sofwan, S.Pd.i, selaku kepala Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini. Serta guru, karyawan dan siswa – siswi Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
7.
Ayahku Tanwirul Qulub, S.Pd.I dan bunda tercinta Siti Asiyah, A.Ma. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 31 Agustus 2010
Penulis
viii
ABSTRAK Hidayati, Arini, 2010. Pengaruh Positive Thinking Terhadap Kemampuan Problem Solving Pada Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Lilik Sriyanti M, Si. Kata kunci : Positive thinking, problem solving Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tingkat positive thinking terhadap kemampuan problem solving pada siswa di Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah : 1. Bagaimana variasi positive thinking siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. 2. Bagaimana kemampuan Problem solving siswa di Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik angket, metode dokumentasi, dan metode observasi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, sebanyak 40 siswa. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat positive thinking siswa di Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tergolong sedang sebanyak 42,5% ( sebanyak 17 siswa). Sedangkan kemampuan problem solving siswa sebagian besar tergolong dalam kategori sedang yaitu sebanyak 50% ( Sebanyak 20 siswa). Setelah dianalisis menggunakan product moment diperoleh nilai rxy sebesar 0.484 lebih besar dari r tabel sebear 0.403, pada taraf signifikansi 1% Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara positive thinking dan kemampuan problem solving di Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo.
ix
DAFTAR ISI
JUDUL .........................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... iv MOTTO .......................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi KATA PENGANTAR ................................................................................. vii ABSTRAK ................................................................................................... viii DAFTAR ISI................................................................................................ ix DAFTAR TABEL........................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang masalah ..........................................................
1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................
6
C.
Tujuan penelitian.....................................................................
7
D.
Hipotesis Penelitian................................................................
8
E.
Kegunaan penelitian................................................................
7
F.
Definisi Operasional................................................................
4
G.
Metode penelitian....................................................................
9
1. Pendekatan dan rancangan penelitian ...............................
9
2. Lokasi Penelitian............................................................... 10 3. Populasi dan Sampel ......................................................... 10
x
4. Metode pengumpulan data ................................................ 11 5. Instrumen Penelitian.......................................................... 12 6. Analisa Data ...................................................................... 12 H.
Sistematika penulisan Skripsi……………………… ............. 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Positive Thinking........................................................................ 15 1. Pengertian Berpikir .............................................................. 15 2. Bentuk-Bentuk Berpikir ....................................................... 18 3. Tingkat-tingkat Berpikir ...................................................... 19 4. Berpikir dan Inteligensia ..................................................... 21 5. Pegertian Positive Thinking.................................................. 23 6. Ciri-ciri orang yang berpikir positif .................................... 27 7. Aplikasi Positive Thinking……............................................. 30 B. Problem Solving ......................................................................... 32 1. Pengertian Problem Solving................................................. 32 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan problem solving .................................................................................. 32 3. Langkah-langkah pemecahan masalah ................................ 36 C. Pengaruh Positive Thinking Terhadap Kemampuan Problem Solving........................................................................................ 40 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo................ 44 1. Sejarah Berdirinya ............................................................... 44
xi
2. Struktur Organisasi .............................................................. 46 3. Visi Misi Madrasah .............................................................. 46 4. Keadaan Guru dan Karyawan .............................................. 47 5. Keadaan Siswa .................................................................... 48 6. Keadaan Ekstra Kurikuler ................................................... 49 7. Sarana Prasarana .................................................................. 49 B. Hasil Jawaban Angket................................................................ 51 1. Daftar Nama Responden ...................................................... 51 2. Hasil Jawaban Angket.......................................................... 52 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif ..................................................................... 56 1. Analisis Data Positive Thinking............................................. 56 2. Analisis Data Problem Solving .............................................. 60 B. Analisis Uji Hipotesis ................................................................ 64 C. Pembahasan................................................................................ 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 67 B. Saran........................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Data Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo
Tabel 2
Data Keadaan Guru
Tabel 3
Data Keadaan Karyawan
Tabel 4
Data Keadaan Siswa
Tabel 5
Data Keadaan Ekstrakurikuler Siswa
Tabel 6
Data Sarana Fisik Madrasah
Tabel 7
Data Nama Responden
Tabel 8
Data Jawaban Angket Variabel Positive Thinking
Tabel 9
Data Jawaban Angket Variabel Kemampuan Problem Solving
Tabel 10
Data Nilai dan Nominasi Positive Thinking Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo
Tabel 11
Data Frekuensi Tingkat Positive Thinking Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo
Tabel 12
Data Nilai dan Nominasi Kemampuan Problem Solving
Tabel 13
Data Frekuensi Tingkat Kemampuan Problem Solving
Tabel 14
Data Tabel Kerja Product Moment antara Positive Thinking Terhadap Kemampuan Problem Solving
Tabel 15
Data Nilai Product Moment N = 40 -
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Manusia dalam setiap denyut hidupnya tidak akan pernah lepas dari masalah. Hanya saja, besar dan kecil, rumit dan sederhana, penting dan tidak penting suatu masalah masing-masing orang sangat bervariasi, bergantung dari bagaimana keterampilan mereka mengelola masalah dan keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan sebuah masalah. Hidup adalah serangkaian masalah, apakah kita akan meratapinya atau ingin menyelesaikannya? Sebagian besar manusia tidak melihat kebenaran bahwa hidup itu tidak mudah. Mereka meratap tiada henti, ribut pada besarnya masalah yang dihadapi, pada beban-beban kesulitan mereka, seolah-olah dengan mereka meratap mereka sudah membuat hidup lebih mudah, atau harusnya bisa menjadi lebih mudah. Mereka meyakini, baik terang-terangan atau tidak, kalau kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan penderitaan itu seharusnya tidak terjadi, tidak menimpa mereka (Peck, 2007: 8). Yang membuat hidup itu sulit adalah proses menghadapi dan menyelesaikan masalah bisa menimbulkan kepedihan dan rasa terluka. Berbagai masalah akan membuat frustasi, sedih, kesepian, rasa bersalah, atau penyasalan. Bisa juga berupa kemarahan, ketakutan, kecemasan, atau keputusasaan yang mendalam (Peck, 2007: 8). Melihat masalah-masalah sebagai hal yang wajar mau tidak mau akan mengurangi tingkat 1
2 keparahannya. Kita mengalami masalah-masalah itu secara serius, tetapi kita menerimanya dan melihatnya secara realistis dan positif (Yeo, 1994: 23). Allah SWT menciptakan manusia dengan menawarkan pilihan dalam menghadapi tantangan setelah membekali akal dan naluri yang bersifat fitrawi. Islam mewajibkan umatnya untuk menggunakan pikirannya dalam menghadapi tantangan tersebut. Dalam konteks
psikologi hal itu
diinterpretasikan dengan problem solving. Pemecahan masalah menyangkut diambilnya suatu tindakan korektif untuk
menutup
kesenjangan
masalah
dengan
menghilangkan
atau
memindahkan penyebab masalah. Oleh karena itu untuk mencapai pemecahan masalah yang tuntas diperlukan identifikasi semua penyebab dari masalah. Identifikasi dari masalah ini antara lain meliputi mencari informasi yang dibutuhkan dari masalah yang dihadapi, opsinya, konsekwensi positif dan negatif, dan faktor yang berpengaruh di dalamnya. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam marespon suatu masalah. Baik buruknya suatu pandangan sangat terkait dengan frame masing-masing, positive thinking atau negative thinking. Misalnya, setiap siswa memiliki pandangan yang berbeda ketika merespon fenomena ketidaklulusan mereka dalam ujian nasional. Bagi anak yang mau berpikir positif, peristiwa tersebut akan mendorongnya belajar lebih giat, lebih aktif, dan lebih intens. Sementara siswa yang menggunakan frame negative thinking akan terpuruk dalam kekecewaan yang mendalam, frustasi dan putus asa (Asmani, 2009: 17).
3 Tingkatan suatu masalah menentukan proses pemecahanya, tidak semua masalah sama tingkat kesukarannya, dan tidak setiap masalah dapat dipecahkan dengan cara yang sama. Dari bermacam-macam masalah, adapula bermacam-macam cara pemecahannya antara lain, dengan instink, dengan kebiasaan, dan dengan aktivitas berpikir (Ahmadi, 1983: 112). Masa usia sekolah merupakan masa remaja, termasuk pada siswa siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. Pada masa ini merupakan suatu kehidupan yang penuh dengan masalah, baik itu permasalahan pribadi maupun sosialnya. Keadaan psikologi yang belum matang membuat kemampuannya menghadapi masalah masih kurang. Dalam menghadapi suatu permasalahan di butuhkan adanya optimisme, positif thinking dan rasa percaya diri. Akan tetapi dari beberapa kasus yang ada mereka kurang percaya akan kemampuannya untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini akan berpengaruh pada sikap yang berdampak negatif pada kepribadian, yaitu menghilangkan kemampuan, pasrah, dan putus asa, sehingga berusaha menghindar dari permasalahan yang dihadapi. Percaya diri adalah kekuatan keyakinan mental atas kemampuan kondisi dirinya. Tingkat positif thinking seseorang mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam menghadapi suatu masalah. Orang yang tingkat berpikir positifnya tinggi umumnya cenderung lebih berani dalam mengatasi suatu masalah dan persoalan yang dihadapi dengan memanfaatkan kemampuan yang ada pada dirinya. Sebaliknya orang yang berpikiran negatif, maka yang terjadi adalah mereka merasa tidak
4 mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi. Dari berbagai persoalan diatas, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Positive Thinking terhadap kemampuan menyelesaikan masalah (Problem Solving) pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Maarif (MAM) Cepogo, Boyolali, Tahun 2010” B.
Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok-pokok masalah penelitian ini yaitu: 1. Bagaimanakah tingkat positive thinking pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif (MAM), Cepogo, Boyolali, Tahun 2010? 2. Bagaimanakah kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif (MAM) Cepogo, Boyolali, Tahun 2010? 3. Adakah pengaruh antara positive thinking terhadap kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif (MAM) Cepogo, Boyolali, Tahun 2010?
C.
Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat positive thinking pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif , Cepogo, Boyolali, Tahun 2010.
5 2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif, Cepogo, Boyolali, Tahun 2010. 3. Untuk mengetahui pengaruh positive thinking terhadap kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif (MAM) Cepogo, Boyolali, Tahun 2010.
D.
Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah “Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1997:67). Kemudian Sutrisno Hadi dalam bukunya Metodologi Research mengenai hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar, atau mungkin juga salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima apabila fakta-fakta membenarkan (Hadi, 1981: 63). Hipotesis ini akan diterima jika benar, dan akan ditolak jika salah. Kemudian melihat berbagai realita yang ada, penulis mengajukan hipotesa, “Ada pengaruh antara positive thinking terhadap kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving)”. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat positive thinking siswa, maka semakin tinggi kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving. Dalam penelitian ini penulis mengajukan dua hipotesis yaitu:
6 1. Hipotesis Kerja (Ha). “Ada pengaruh antara positive thinking terhadap kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali, Tahun 2010. 2. Hipotesis Nol ( Ho ). “ Tidak ada pengaruh antara positive thinking terhadap kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali, Tahun 2010.
E.
Kegunaan Penelitian 1.
Secara praktis, Bagi siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo dapat memperoleh pemahaman tentang arti pentingnya sikap positive thinking. Bagi guru, dapat mengetahui bagaimana pola pikir anak didiknya. Jika masih terdapat kesalahan dalam pola pikir siswa, maka guru dapat mengarahkan pola pikir siswa ke arah yang benar. Dan jika pola pikir mereka sudah benar, maka guru bisa mengembangkan pola pikir mereka menjadi lebih baik. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan yang dapat dijadikan bekal pada waktu terjun langsung ke masyarakat sebagai seorang pendidik, sehingga nantinya ketika penulis menjadi
seorang
pendidik
mampu
memberikan
arahan-arahan
bagaimana cara berpikir yang baik, untuk menyelesaikan suatu masalah.
7 2.
Secara teoritik, diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu bagi peneliti, seluruh pembaca pada umumnya, dan bagi Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo pada khususya.
F.
Definisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda, maka penulis menjelaskan istilah-istilah dan hal-hal yang berkaitan dengan judul diatas: 1. Positive Thinking. Positive Thinking berasal dari bahasa inggris yang berarti berpikir positif. a. Berpikir Berpikir berasal dari kata pikir yang berarti akal budi, ingatan,dan angan-angan. Berpikir berarti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, dan memutuskan sesuatu (Purwodarminto, 2006:891). Sedangkan menurut Edward De Bono (1990:36), berpikir merupakan ketrampilan operasional yang memungkinkan intelegensi bekerja atas dasar pengalaman. b. Positif Positif adalah tentu, pasti, tegas (Purwodarminto, 2006:908). Positif thinking menurut Norman Vincent Peale (1996) adalah suatu aplikasi langsung yang praktis dari teknik spiritual untuk mengatasi kekalahan kesenangan.
dan
memenangkan
kepercayaan, keberhasilan,
dan
8 Adapun indikator dari positive thinking adalah: 1. Selalu optimis dalam menghadapi masalah. 2. Percaya pada kemampuan diri sendiri. 3. Melihat masalah sebagai suatu tantangan. 4. Mengenyahkan pikiran negatif segera. 5. Terbuka untuk menerima saran dan ide. 6. Percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. 7. Tidak mudah putus asa. 2. Kemampuan Menyelesaikan Masalah (problem solving). a. Kemampuan Kemampuan
adalah
kuasa,
sanggup
melakukan
sesuatu
(Purwodarminto, 2006:742). b. Menyelesaikan masalah (problem solving) Menyelesaikan
adalah
menyudahkan,
menamatkan,
membereskan. Sedangkan masalah adalah sesuatu yang harus dipecahkan (Purwodarminto 2006:297). Menurut Edward De Bono (2007:297), masalah adalah gangguan, rintangan, atau penghalang atas perjalanan mulus yang dihadapi. Jadi kemampuan menyelesaikan masalah menurut penulis adalah suatu kesanggupan dalam membereskan permasalahan-permasalahan yang menjadi gangguan atas perjalanan mulus yang dijalani dalam hidupnya. Adapun indikator kemampuan menyelesaikan masalah (Problem Solving) adalah:
9 1. Dapat mengantisipasi sebab munculnya masalah. 2. Dapat mengidentifikasi pokok permasalahan. 3. Dapat membangun solusi atas berbagai masalah. 4. Dapat memilih alternatif pemecahan yang terbaik berdasarkan pertimbangan segi positif dan negatif. 5. Dapat merumuskan kegiatan-kegiatan yang akan ditempuh dalam menyelesaikan masalah. 6. Dapat berpikir dalam mencari pemecahan suatu masalah. 7. Mempunyai keberanian untuk memecah tugas yang amat berat menjadi tugas kecil yang mudah ditangani (Goleman, 1996 :122).
G. Metode Penelitian Dalam membicarakan mengenai metodologi, maka dibahas beberapa komponen meliputi objek penelitian yang mencakup populasi dan sampel, teknik sampling, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data, yang mana akan dibahas sebagai berikut: 1. Pendekatan dan rancangan penelitian. Penelitian ini,menggunakan pendekatan lapangan (Field Research), dimaksudkan untuk mengetahui data responden secara langsung di lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengenai studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai unit sosial tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuntitatif. Dipilih dimaksudkan untuk mengidentifikasi
10 pengaruh positive thinking terhadap kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tahun 2010. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian. a. Lokasi Penelitian Tempat penelitian Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Kabupaten Boyolali, pada tahun 2010 Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian diantaranya: 1)
Letaknya strategis
2) Mudah di jangkau dengan alat transportasi, baik umum maupun pribadi. b. Waktu penelitian pada tanggal 01 juni sampai tanggal 31 juli 2010 (2 bulan). 3. Populasi dan Sampel. a. Populasi Populasi adalah “Keseluruhan objek penelitian” (Arikunto, 1997:108). Populasi ini mencakup seluruh siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali, Tahun 2010. b. Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (1997), sampel adalah bagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi yang diselidiki (Arikunto, 1997:109). Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah semua siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif, Cepogo, Boyolali, yang berjumlah 40 siswa.
11 Kemudian
teknik
pengambilan
sampel
adalah
dengan
menggunakan populasi yang melibatkan seluruh siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tahun 2010. 4. Metode pengumpulan data Untuk mengumpulkan data baik tentang positive thingking maupun kemampuan menyelesaikan masalah siswa, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, yaitu sebagai berikut: a. Metode Angket Teknik angket yakni suatu metode melalui pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 1997:188). Teknik ini digunakan untuk mengukur variabel
positive
thinking dan variabel kemampuan menyelesaikan masalah. b. Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto,
1998:236 ). Bahan bahan yang dijadikan dokumentasi pada penelitian ini seperti arsip-arsip tentang sejarah berdirinya, letak geografis, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana dan berbagai hal yang berhubungan dengan Madrasah Aliyah Ma’arif, Cepogo, Boyolali .
12 c. Metode Observasi Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi,1989 :136). 5. Instrumen Penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrument penelitian, yaitu: a. Angket, instrument ini diberikan kepada siswa yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui tingkat positive thinking dan kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. b. Dokumen, instrument ini digunakan sebagai alat untuk mengetahui keadaan secara global Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, diantaranya keadaan guru, siswa, dan gedung. c. Observasi, instrumen ini digunakan untuk melengkapi data-data tentang tingkat positive thinking dan kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. 6. Teknik analisa data Pada analisa data ini penulis menggunakan teknik statistik, untuk mencari ada tidaknya pengaruh positive thinking terhadap kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) dengan menggunakan statistik dengan rumus prosentase dan rumus product moment sebagai berikut:
13 Rumus prosentase yakni:
Keterangan : P
: Frekuensi: presentase
F
: jawaban responden
N : Jumlah Responden Kemudian rumus product moment :
r xy =
N .∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N .∑ X
2
− (∑ X )
2
}{N .∑ Y
2
− (∑ Y )
2
}
Keterangan: r xy : Koefisien korelasi variabel
X
: Variabel pengaruh ( Positive thinking)
Y
: Variabel terpengaruh (kemampuan menyelesaikan masalah problem solving )
XY : Pengaruh antara variabel x dan y N
: Jumlah sampel
H. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan
penelitian,
hipotesis
penelitian,
kegunaan
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
14
BAB II : KAJIAN PUSTAKA. Berisi tentang teori teori yang menjadi landasan teoritik
yang
berkaitan dengan variabel penelitian yaitu pengertian berpikir, bentuk-bentuk berpikir, berpikir dan intelegensia, pengertian positive thinking, ciri-ciri orang yang berpikir positif, aplikasi positive thinking, pengertian problem solving, tahap-tahap problem solving, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan problem solving, langkah-langkah pemecahan masalah, pengaruh positive thinking terhadap kemampuan problem solving.
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN Berisi tentang gambaran umum Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, antara lain, sejarah berdirinya, visi dan misi madrasah, letak geografis, keadaan guru, keadaan karyawan, keadaan sarana dan prasarana sekolah, struktur organisasi, data responden, daftar hasil jawaban angket.
BAB IV : ANALISA DATA. Berisi tentang, analisa data deskriptif, pengujian hipotesis dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP. Berisi tentang, kesimpulan dan saran-saran.
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.
Positif Thinking 1.
Pengertian Berpikir Berpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar dalam mencapai suatu tujuan (Bono, 1990 :30). Berpikir didefinisikan sebagai tindakan pikiran seseorang menghasilkan pikiran, pemikiran ini bisa negatif bisa positif. Pemikiran positif diarahkan kepada perilaku penyelesaian masalah. Pemikiran negatif menemukan ekspresinya dalam permintaan maaaf atas kegagalan atau upaya menghindari perilaku menyelesaian masalah. Orang yang berpikir negatif disebut pesimis. Sementara orang yang berpikir positif disebut orang optimis ( Abraham, 2008:46). Tujuan
itu
mungkin
berbentuk
pemahaman,
pengambilan
keputusan, perencanaan, pemecahan masalah, penilaian, tindakan dan sebagainya. Berpikir juga merupakan keterampilan operasional yang memungkinkan inteligensi bekerja atas dasar pengalaman. Dalam hal ini ego merupakan bagian pertama dari pengalaman itu, pada tingkatan ini “berpikir” terasa sebagai apa yang berlangsung dalam pikiran dan tidak berkaitan dengan situasi langsung. Berpikir adalah sejenis permainan yang terpampang pada layar pikiran dari pengalaman masa lalu atau masa datang, tujuan lebih pada kenikmatan atau pemuas hasrat (Bono,1990: 30 ). 15
16
Tri tunggal pendidikan ialah, pengetahuan, kecerdasan dan berpikir. Kecerdasan adalah suatu kualitas bawaan yang mungkin tergantung pada gen, lingkungan dimasa kecil atau perpaduan dari keduanya, semua itu tidak masalah. Suatu saat nanti kita mungkin akan menemukan bahwa apa yang kita anggap sebagai kecerdasan itu tidak lain adalah kecepatan reaksi pengolahan dalam otak, yang memberikan kepada orang-orang yang cerdas. Suatu wawasan yang lebih luas dalam jangka waktu yang lama. Kecerdasan mungkin tergantung pada kecepatan hancurnya enzim tertentu, pada suatu sisi dari jaringan sel syaraf. Berpikir merupakan ketrampilan operasional
yang
memungkinkan
inteligensi
bekerja
atas
dasar
pengalaman. Pengetahuan atau informasi merupakan bahan dasar dari proses berpikir (Bono, 1990 :36). Kecerdasan dan kemampuan bepikir merupakan dua hal yang sangat berkaitan. Menyamakan kecerdasan dan kemampuan berpikir akan memunculkan dua simpulan yang merugikan dalam dunia pendidikan, yaitu: a.
Tidak perlu melakukan apa-apa lagi terhadap murid-murid yang memiliki kecerdasan yang sangat tinggi karena mereka secara otomatis juga seorang pemikir yang baik.
b.
Tidak ada yang bisa dilakukan pada murid yang tidak memiliki kecerdasan yang tinggi karena mereka tidak akan pernah menjadi pemikir yang baik
( De bono, 2007: 24)
17
Hubungan antara kecerdasan dan kemampuan berpikir hampir sama dengan hubungan mobil dengan pengendaranya. Sebuah mobil yang hebat bisa jadi dikendarai dengan buruk, sedangkan mobil yang tidak begitu hebat bisa dikendarai dengan baik. Kehebatan si mobil adalah potensi untuk mobil itu, kecerdasan juga merupakan potensi. Ketrampilan mengendarai menentukan bagaimana mobil itu dipakai, ketrampilan berpikir menentukan bagaimana kecerdasan digunakan (Bono, 2007:24). Mengenai soal berpikir ini, terdapat adanya beberapa macam, diantaranya ada yang menganggap berpikir sebagai proses asosiasi saja, pandangan ini dikemukakan oleh kaum assosiasionist. Adapula yang memandang berpikir sebagai
suatu proses penguatan hubungan antara
stimulus dan respon, pandangan ini yang dikemukakan oleh kaum Fungsionalist. Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan anatra dua obyek atau lebih. Dan hubungan ini dapat dicari melalui berpikir (Walgito, 1997:122). Drever mengemukakan masalah berpikir sebagi berikut , “ thinking: Any course or train of ideas ; in the nerrower and stricter sense, a course of ideas initiated by a problem” (Walgito, 1997:122). Dengan demikian, dari pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa berpikir bertitik tolak dari adanya persoalan atau problem yang dihadapi oleh individu. Dalam proses berpikir orang menghubungkan
18
pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan pemecahan masalah yang dihadapi. Pengertian-pengertian itu merupakan bahan atau materi yang digunakan dalam proses berpikir. Pengertian itu dapat dinyatakan dengan kata-kata, gambar, simbol-simbol atau bentukbentuk lain (Walgito, 1997:123). 2.
Bentuk-bentuk Berpikir a.
Berpikir Dengan Pengalaman ( routine thinking ). Dalam bentuk berpikir ini kita lebih banyak menghimpun berbagai pengalaman. Dari berbagai pengalaman pemecahan masalah yang kita hadapi. Kadang-kadang satu pengalaman dipercaya atau dilengkapi dengan pengalaman-pengalaman yang lain (Ahmadi, 1983:124).
b.
Berpikir Representatif Dengan berpikir representatif, kita sangat bergantung pada ingatan-ingatan dan tanggapan saja. Tanggapan-tanggpan dan ingataningatan tersebut kita gunakan untuk memecahkan masalah yang kita hadapi.
c.
Berpikir Kreatif Dengan berpikir kreatif, kita dapat menghasilkan sesuatu yang baru, menghasilkan penemuan-penemuan baru. jika kegiatan berpikir kita untuk menghasilkan sesuatu dengan metode-metode yang telah dikenal, maka dikatakan berpikir produktif, bukan berpikir kreatif.
19
d.
Berpikir Reproduktif Dengan berpikir ini, kita tidak menghasilkan sesuatu yang baru tetapi hanya sekedar memikirkan kembali dan mencocokkan dengan sesuatu yang telah dipikirkan sebelumnya.
e.
Berpikir Rasional Untuk menghadapi suatu situasi dan memecahkan masalah digunakanlah cara-cara berpikir logis. Untuk berpikir ini tidak hanya mengumpulkan pengalaman dan membandingkan hasil berpikir yang telah ada, melainkan dengan keaktifan akal kita memecahkan masalah ( Ahmadi, 1983 : 125).
3.
Tingkat-tingkat Berpikir Aktivitas berpikir tidak pernah lepas dari suatu situasi atau masalah. Gejala berpikir tidak berdiri sendiri, dalam aktivitasnya membutuhkan gejala jiwa-jiwa yang lain. Misalnya pengamatan, tanggapan, ingatan, dan sebagainya. Aktivitas berpikir sendiri adalah abstrak. Namun demikian dalam praktek sering kita jumpai bahwa tidak semua masalah dapat dipecahkan secara abstrak. Dalam menghadapi masalah-masalah yang sangat pelik, kadang-kadang kita membutuhkan upaya-upaya agar persoalan yang kita hadapi lebih konkrit. Sehubungan dengan hal ini memang ada beberapa tingkatan berpikir, diantaranya: a.
Berpikir Konkrit
20
Dalam tingkatan ini kegiatan berpikir masih memerlukan situasi-situasi yang nyata atau konkrit. Berpikir membutuhkan pengertian. Sedangkan pengertian yang dibutuhkan pada tingkat ini adalah pengertian yang konkrit. Tingkat berpikir ini umumnya dimiliki oleh anak-anak kecil, Konsekuensi didaktif pelajaran hendaknya disajikan dengan peragaan langsung. b.
Berpikir Skematis Sebelum meningkat kepada bagian yang abstrak, memecahkan masalah dibantu dengan penyajian bahan-bahan, skema-skema, coretan-coretan, diagram, simbol, dan sebagainya. Walaupun pada tingkat ini kita tidak berhadapan pada situasi nyata, konkrit, tetapi dengan
pertolongan
bagan
bagan.
Coretan-coretan
ini
dapat
memperlihatkan hubungan persoalan yang satu dengan yang lain, dan terlihat
pula
masalah-masalah
yang
dihadapi
sebagai
suatu
keseluruhan. Dengan pertolongan bagan-bagan tersebut situasi yang dihadapi tidak benar benar konkrit, pun benar benar abstrak. (Ahmadi, 1983:126 ). c.
Berpikir Abstrak. Kita berhadapan dengan situasi dan masalah yang tidak berwujud. Akal pikiran kita bergerak bebas dalam alam abstrak. Baik situasi situasi nyata maupun bagan bagan, simbol-simbol, gambargambar skematis, tidak membantunya. Disamping itu kecerdasan pikir
21
sendirilah yang berperanan memecahkan masalah. Maka tingkat ini dikatakan tingkat berpikir yang tertinggi. Orang-orang dewasa biasanya telah memiliki kemampuan berpikir abstrak ini. Kemampuan berpikir manusia selalu mengalami perkembangan sebagaimana diterangkan diatas. Pada anak-anak masih didalam tingkat yang konkrit, makin maju perkembangan psikisnya, kemampuan berpikirnya berkembang setapak demi setapak, meningkat pada hal-hal yang abstrak, yakni tingkat bagan/skematis. Dari tingkat bagan makin lama makin berkembanglah kemampuan abstraksinya. Makin tinggi tingkat abstraksinya, hal-hal yang konkrit makin ditinggalkan (Ahmadi, 1983:126) 4.
Berpikir dan Intelligensia Salah satu hal yang berkaitan dengan proses berpikir adalah inteligensia.
Inteligensi
merupakan
kecerdasan
pikir
yang
akan
mempengaruhi kualitas berpikir seseorang. Inteligensi adalah kecerdasan pikiran. Dengan inteligensi, fungsi pikir dapat dengan cepat dan tepat digunakan untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah. Dengan kata lain, kata inteligensi adalah suatu kecerdasan pikir, sifat-sifat perbuatan cerdas (inteligen). Pada umumnya inteligen ini dapat dilihat dari kesanggupannya bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang berubah, dengan keadaan diluar dirinya yang biasa maupun yang baru. Jadi perbuatan cerdas dicirikan dengan adanya kesanggupan bereaksi terhadap situasi dengan kelakuan
22
baru yang sesuai dengan keadaan baru (Ahmadi, 1983:127). Perkataan inteligensi berasal dari kata latin “inteligere” yang berarti menggabungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to be together). Inteligensi juga dapat diartikan sebagai daya penyesuaian diri dengan mempergunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya (Walgito, 1997:133). Orang dianggap inteligen apabila responnya merupakan respon yang baik terhadap stimulus yang diterimannya. Jadi individu itu adalah intelligen jika respon yang diberikan itu sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Untuk memberikan respon yang tepat, organisme harus memberikan stimulus dan respon, dan hal tersebut dapat diperoleh dari hasil pengalaman yang diperolehnya dan hasil-hasil respon yang telah lalu. Sedangkan freeman, memberikan pendapatnya mengenai inteligensi sebagai berilkut, “The ability to carry on abstract thinking”. Freeman membedakan adanya ability yang berhubungan dengan hal hal yang konkrit, dan ability yang berhubungan dengan hal hal yang abstrak. Orang itu inteligen apabila dapat berpikir secara abstrak yang baik. Freeman memandang inteligensi sebagai: a. A capacity ti integrate experience and to meet a new situation by means of appropriate and adaptive responses. b. Capacity to learn c. Capacity to perform and task regarded by psychologist and intelectual. d. Capacity to carry on abstract thinking (Walgito, 1997 :134).
23
5.
Pengertian Positive Thinking Positive thinking merupakan cara berpikir yang berangkat dari halhal yang mampu menyulut semangat perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik (Asmani, 2009:15). Menurut Norman Vincent Peale (1996), yang dimaksud positive thinking adalah aplikasi langsung yang praktis dari teknik
spiritual
untuk
mengatasi
kekalahan
dan
memenangkan
kepercayaan, keberhasilan, dan kesenangan. Positive thinking telah menjadi sebuah sistem berpikir yang mengarahkan dan membimbing seseorang untuk meninggalkan hal-hal yang negatif yang bisa melemahkan semangat perubahan dalam jiwanya. Manusia selalu bergerak dari satu titik ke titik yang lain, dari satu paradigma ke paradigma yang lain, dari satu form ke form lain. Perubahan ini sangat alami, tidak direkayasa, karena potensi manusia sangat dinamis dan fluktuatif, sehingga sulit ditebak dan dibatasi. Pikiranlah yang menentukan perilaku dan kesuksesan kita dimasa depan. Sebab, kesedihan dan kebahagiaan kita bermula dari pikiran. Jika pikiran kita selalu positif dalam memandang apapun realitas yang terjadi, maka perjalanan hidup kita akan senantiasa diwarnai ketentraman, kenyamanan, dan kebahagiaan lahir batin. Sebaliknya, jika pikiran kita selalu negatif memandang realitas, maka kesedihan, kecemasan dan kekhawatiran akan nasib buruk akan selalu menghantui kita. Jika sudah demikian akut, maka kita akan kalah sebelum bertanding.
24
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam marespon suatu masalah. Baik buruknya suatu pandangan sangat terkait dengan frame masing-masing, positive thinking atau negative thinking. Misalnya, setiap siswa memiliki pandangan yang berbeda ketika merespon fenomena ketidaklulusan mereka dalam ujian nasional. Bagi anak yang mau berpikir positif, peristiwa tersebut akan mendorongnya belajar lebih giat, lebih aktif, dan lebih intens. Sementara siswa yang menggunakan frame negative thinking akan terpuruk dalam kekecewaan yang mendalam, frustasi dan putus asa. (Asmani,2009 :17) Dari sini jelas, positive thinking mampu menjadi sumber energi untuk membangun hidup dengan keyakinan dan harapan besar. Lain halnya dengan negatif thinking yang menyebabkan manusia semakin tergelincir dalam jurang kehancuran, menjadikannya penuh kecemasan, ketakutan dan kekalutan yang dapat membunuh masa depan. Menurut Jim Dorman dan John Maxwell (1996) mengatakan bahwa keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri. Perbedaan antara orang-orang yang sukses dengan orang yang tidak sukses dalam hidup adalah, kehidupan orang-orang yang sukses senantiasa diatur oleh pikiranpikiran tentang saat-saat yang terbaik mereka, Rasa optimistis yang tinggi, serta pengalaman terbaik mereka. Sementara kehidupan orang-orang tidak sukses diatur dan dibayangi oleh rasa ragu serta kegagalan-kegagalan mereka dimasa lampau.
25
Maltbie De Babcock juga pernah mengatakan: “ Salah satu kekeliruan yang paling sering terjadi dan amat diinginkan adalah pendapat bahwa keberhasilan hanya diperoleh berkat bantuan dari orang-orang yang jenius, keajaiban atau hal-hal lain yang tidak ada pada diri sendiri”. Padahal anda semua pun mampu meraih kesuksesan dengan apa yang anda miliki sendiri. Tinggi rendahnya keberhasilan yang anda raih bergantung dari cara anda berpikir dari pada faktor-faktor lainnya (Asmani, 2009:18) Dari pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan seseorang itu bukanlah berasal dari orang lain, tetapi berasal dari diri meraka sendiri. Cara berpikir seseorang akan sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan mereka. Berpikir positif itu menyimpan kekuatan yang luar biasa. Seseorang yang mampu berpikir pisitif tidak akan pernah mau pikiran negatif mempengaruhi keseluruhan hidupnya. Orang-orang yang senantiasa berpikir positif akan mampu melihat segala sesuatu dari sudut oandang yang benar, sehingga ia tetap menjaga kesehatan dan kecerdasan emosional secara seimbang. Mereka tidak akan membiasakan diri larut dalam kekecewaan dan kemarahan berkepanjangan (Asmani, 2009:21). Mereka akan berusaha menyingkirkan rasa dendam dan sulit memaafkan, meski setiap orang pasti pernah sakit hati (Asmani, 2009:22). Di dalam QS. Al-Insyiroh ayat 1-8 yang berbunyi:
ü“Ï%©!$# ∩⊄∪ x8u‘ø—Íρ šΖtã $uΖ÷è|Êuρuρ ∩⊇∪ x8u‘ô‰|¹ y7s9 ÷yuô³nΣ óΟs9r& ¨βÎ) ∩∈∪ #ô£ç„ Îô£ãèø9$# yìtΒ ¨βÎ*sù ∩⊆∪ x8tø.ÏŒ y7s9 $uΖ÷èsùu‘uρ ∩⊂∪ x8tôγsß uÙs)Ρr&
26
∩∇∪ =xîö‘$$sù y7În/u‘ 4’n<Î)uρ ∩∠∪ ó=|ÁΡ$$sù |Møîtsù #sŒÎ*sù ∩∉∪ #Zô£ç„ Îô£ãèø9$# yìtΒ Artinya: Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu. Dan kami rtelah menghilangkan untukmu bebanmu, yang memberatkan punggungmu. Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itui ada kemudahan. maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) Kerjakanlah urusan yang lain. Dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap ( QS. Al Insyiroh : 1-8). Dalam ayat diatas terkandung adanya makna tentang berpikir positif dan larangan berputus asa. Bahwa Allah akan senantiasa menolong kita ketika kita mengalami kesulitan-kesulitan yang menimpa kita, Allah akan senantiasa melapangkan dada kita dalam menghadapi kesulitan-kesulitan itu. Maka untuk apa kita berputus asa, karena Allah akan selalu menolong kita jika kita mau berjuang dan berusaha dengan iklas dan tawakkal untuk menghilangkan kesusahan-kesusahan itu. Hendaknya kita selalu berpikir positif bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan dan selalu menggantungkan harapan kepada Allah semata, karena dengan pikiran seperti itu, kita akan terhindar dari perasaan putus asa.
27
6.
Ciri-ciri orang yang berpikir positif a.
Percaya diri Apabila seseorang memiliki pikiran yang positif, dia akan yakin pada dirinya sendiri dan orang lain. Berkat pikiran yang positif ini, seseorang menjadi lebih berkeinginan untuk mencoba hal yang baru serta mencoba berbagai kesempatan. Hal ini tentu saja akan menyebabkan lebih banyak pula hasil yang diperoleh. Selain itu, seorang yang mempunyai pikiran positif juga akan memiliki kemampuan untuk mendorong dirinya sendiri untuk maju semaksimal mungkin (Asmani, 2009:27)
b.
Inisiatif Percaya diri juga menjadikan seseorang sebagai pribadi yang penuh inisiatif. Keyakinan bahwa hidup ini positif dapat menimbulkan keinginan kuat dalam diri seseorang untuk mencoba hal-hal yang baru. Orang yang yakin bahwa hidup ini negatif akan selalu menunggu dan berharap agar hal-hal yang buruk tidak terjadi pada diri mereka. Sedangkan orang yang berpikir positif, senantiasa bergerak untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru serta mewujudkan hal-hal yang baik.( Asmani, 2007:27 )
c.
Ketekunan Bila seseorang yakin bahwa hal-hal yang positif akan terjadi pada dirinya,maka seseorang tersebut akan tetap tekun berusaha
28
hingga hal-hal positif itu benar-benar muncul. Bahkan, bila ada berbagai halangan sekalipun, orang tersebut akan tetap pantang mundur. Sebab, orang tersebut yakin akan keberhasilannya, dan tidak akan menghindar dari masalahnya. d.
Kreativitas. Sang jenius Albert Einstein pernah mengatakan, “ Menurut pengalaman, suatu hasil karya kreatif yang terbaik tidak pernah tercipta ketika seseorang sedang merasa sedih”. Ini merupakan suatu pandangan yang bijaksana dari seorang pemikir brilian di abad ini. Jika pikiran kita tertuju pada hal-hal positif, maka akan tumbuh keinginan besar pada diri kita untuk terus menyelidiki, bertanya, serta mencari tantangan-tantangan baru.Bila anda adalah seorang yang positif, maka anda akan melihat bahwa dunia ini penuh dengan kemungkinankemungkinan yang tiada batas (Asmani, 009:28)
e.
Kepemimpinan. Belajar untuk menjadi pemimpin yang besar membutuhkan proses yang lama, Namun ini bisa dimulai dari hubungan dengan orang lain. Orang tidak akan mengikuti seseorang yang tidak mereka suka, kalaupun ikut, tentunya tidak untuk jangka waktu yang lama, dan jarang sekali dijumpai orang-orang yang negatif. Jenderal Napoleon Bonaparte, seorang revolusioner perancis, pernah berkata, “Seorang pemimpin yang baik adalah yang bisa
29
membesarkan semangat dan harapan-harapan yang baik kepada anakanak buahnya”. Ini berarti, kalau anda ingin menjadi pemimpin yang baik, maka anda harus mampu menanamkan suatu harapan-harapan pada orang-orang disekitar anda bahwa anda bisa sukses. Anda juga harus bisa menanamkan kepercayaan diri kepada mereka, serta harus bisa memotivasi orang untuk bisa meraih cita-cita mereka . f.
Perkembangan Jika seseorang bersikap positif, banyak pintu terbuka lebar baginya. Salah satu yang paling utama adalah pintu peluang untuk tumbuh berkembang. Sikap yang baik membuat seseorang haus akan perkembangan. Dan pada kenyataanya, perkembangan yang terus berkesinambungan merupakan salah satu sifat yang umumnya dijumpai pada sebagian besar orang-orang sukses ( Asmani, 2009:29 ).
g.
Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu. WW. Ziege pernah berkata : “ Takkan ada yang dapat menghentikan orang yang bermental positif untuk mencapai tujuannya, sebaliknya, tak ada suatupun didunia ini yang dapat membantu seorang yang bermental negatif” Yang perlu digaris bawahi adalah jika anda seorang yang berpikir positif, anda pasti mampu menghasilkan sesuatu. Jelasnya, anda lebih berkonsentrasi berjuang mencapai tujuan-tujuan yang positif daripada selalu memikirkan hal-hal yang negatif yang mungkin
30
saja terjadi didalam kehidupan anda sehari-hari (Asmani, 2009:30) 7.
Aplikasi positive thinking Berpikir positif dapat digunakan untuk merespon segala masalah. Sebagai sebuah cara berpikir. Positvef thinking merambah semua bidang sesuai dengan fungsi pikiran itu sendiri. Dalam bidang pendidikan, aplikasi positif thinking sangat diperlukan terutama bagi guru dan siswa. a.
Aplikasi positve thinking bagi guru. Dalam mengajar, kadang bisa menimbulkan rasa bosan bagi guru. Anak didik dengan berbagai karakternya juga bisa menjadi salah satu faktor timbulnya kejenuhan. Disinilah pentingnya positive thinking untuk menetralisasi emosi guru, sehingga setiap saat seorang guru bisa melakukan pendekatan psikologis. Guru adalah sosok yang menjadi panutan bagi murid dan masyarakat, sehingga perilakunya selalu menjadi cermin bagi semuanya (Asmani, 2009:42). Dengan berpikir positif, guru akan dengan mudah mengatasi tekanan emosionalnya dan mampu berpikir jernih sebelum memutuskan sesuatu. Kekuatan psikologis, spiritual, dan emosionalnya dapat melunturkan setiap penghalang. Kesabaran dan hidup penuh harapan membuatnuya tidak pernah mundur dari medan pengabdian. Dengan berpikir positif, ia dapat memberikan kemampuan terbaik bagi perbaikan moral dan peningkatan intelektual bangsa, khususnya kader
31
mudanya.
Positif
thinking
menuntunnya
untuk
terus
maju
mengembangkan dunia pendidikan dan menikmatinya secara lahir batin sebagai bentuk dedikasi sosial yang luhur dan agung (Asmani, 2009:43). b.
Aplikasi positive thinking bagi siswa. Mata pelajaran yang begitu banyak membuat sebagian pelajar merasa stres. Jika mereka tidak mampu mengelola emosi, mereka dikhawatirkan melakukan hal-hal yang berada diluar batas kewajaran, seperti, bolos, pergaulan bebas, dan terlibat kasus miras, narkoba serta free seks. Karena itu, dengan menanamkan positive thinking pada kepribadian mereka, semua persoalan tersebut akan mudah diatasi. Bahkan para pelajar dapat lebih aktif dalam kegiatan dan lebih intens dalam belajar. Ia sulit menghadapi pelajaran laksana bermain bola yang mengharuskan untuk berjuang agar bisa memasukkan bola. Ia tidakpeduli betapa sulitnya menembus pertahanan, ia yakin bahwa dia mampu melaksanakannya. Lebih dari itu, manfaat positve thinking dalam konteks belajar adalah
menjadikan
pelajar
semakin
rajin
mengeksplorasi
kemampuannya. Berpikir positif dapat mengarahkan pelajar menuju cita-cita idealnya dimasa depan, cita-cita yang akan mengharumkan nama bangsanya (Asmani, 2009:47). Jelas sekali bahwa pikiran adalah pusat manusia dalam menghadapi
32
persoalan. Jika pikirannya selalu positif, maka responnya juga positif, jika pikirannya negatif, maka responnya juga negatif (Asmani, 2009:51). B.
Problem Solving 1.
Pengertian Problem Solving Secara bahasa, Problem dan Solving berasal dari bahasa inggris. Problem artinya masalah, sementara solving ( kata dasarnya to solve) artinya pemecahan. Dengan demikian problem solving dapat diartikan sebagai pemecahan masalah. Dr. Walter A. Shewhart mengatakan bahwa problem solving merupakan siklus proses yang terdiri dari empat tahap, yaitu rencana (plan), melakukan (do), memeriksa (chek) dan aksi (act). Rencana merupakan proses untuk mendefinisikan dan mengidentifikasi solusi potensial dari masalah (www.uinsuka.info)
2.
Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Proses Pemecahan Masalah Pemecahan masalah dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor-faktor situasional terjadi, misalnya, pada stimulus yang menimbulkan masalah, pada sifat-sifat masalah, sulit – mudah, baru – lama, penting – kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah lain. Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh faktor-faktor biologis dan sosio-psikologis terhadap proses pemecahan masalah. Manusia yang kurang tidur mengalami penurunan kemampuan berfikir;
33
begitu pula apabila ia terlalu lelah. Faktor-faktor sosio-psikologis misalnya; a.
Pemfokusan Dengan pemfokusan, seseorang dapat memecahkan masalah tanpa membuatnya kompleks. Terkadang tidak terbetik dalam hati seseorang bahwa ketidak fokusan itu dapat menyebabkan dan membuat masalah membesar. Yang lebih penting dari itu adalah tidak ada seorangpun yang yang mengakui ketidakmampuanya untuk memfokuskan diri kecuali manusia yang jujur dengan dirinya sendiri. Jika seseorang memfokuskan perhatiannya pada beragam masalah, maka tindakan menceburkan diri kedalam masalah itu merupakan salah satu sebab membesarnya masalah. Melibatkan diri kedalam masalah-masalah orang lain itu lebih buruk hasilnya dari yang diharapkan. Hilangkan kebiasaan anda turut campur dalam hal apapun. Ketika anda melakukan sikap tersebut, kehidupan anda akan menjadi mudah dan anda akan menjadi lebih mampu secara kejiwaan dan moral untuk menghadapi masalah-masalah dengan sederhana, mudah, dan benar ( Uqshori, 2006:58 ).
b.
Motivasi Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian, sedang motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas. Kepercayaan dan sikap yang salah Asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Bila kita percaya
34
bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan kekayaan material, kita akan mengalami kesulitan ketika memecahkan penderitaan batin kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektifitas pemecahan masalah. Sikap yang defensive, (misalnya, kurang kepercayaan pada diri sendiri), akan cenderung menolak informasi baru, merasionalisasikan kekeliruan dan mempersukar penyelesaian (www. multiply.com) c.
Kebiasaan Kecenderungan untuk mempertahankan pola berfikir tertentu, atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, menghambat pemecahan masalah yang efisien.
d.
Emosi Emosi mewarnai cara berfikir kita. Kita tidak pernah dapat berfikir betul-betul obyektif. Sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi. Sampai disitu emosi sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stres, barulah kita menjadi sulit berpikir efisien (www.multiply.com). Sebagian orang melihat emosi itu sebagai keadaan tegang yang diiringi
oleh perubahan fisiologi internal dan bentuk-bentuk
pengungkapan tubuh eksternal yang biasanya mengungkapkan suatu jenis emosi ini. Sementara sebagian psikolog mengatakan bahwa
35
emosi itu tidak lain adalah bentuk-bentuk dari reaksi tertentu (Uqshari, 2006:43). Menurut Yusuf Al-Uqsori (200:45), mengatakan bahwa emosiemosi yang tidak normal yang disebabkan oleh suatu keadaan atau masalah yang dihadapi manusia dapat didefinisikan sebagai kondisi kejiwaan yang bersifat sangat kacau pada diri seseorang. Menghadapi masalah dengan cara mengontrol emosi adalah sesuatu yang amat tepat dan baik. Ada beberapa dasar dari prinsip tentang bagaimana mengendalikan emosi dan kita semua dapat mengikuti dasar dan prinsip tersebut. Dasar dan prinsip itu diantaranya adalah keharusan mengetahui informasi-informasi dan pengetahuan-pengetahuan tentang hal-hal yang menyebabkan kita emosi dan hal ini akan membawa kepada berkurangnya emosi (Uqshari, 2006:46) Yang paling penting adalah kita tidak boleh mengeluarkan penlaian atau mengambil keputusan untuk hal-hal yang penting disaat kita sedang dalam keadaan emosi. Emosi yang normal dan sederhana itu tidak mengandung bahaya dan dinilai sebagai suatu keniscayaan bagi kehidupan, karena sebagian emosi menjadi celah untuk mengeluarkan ide-ide diri, namun emosi yang berlebihan akan merusak daya tangkap kita. Karena orang yang emosi itu hanya melihat kekurangan-kekurangan dari musuhnya dan hanya mendengar
36
kata-kata permusuhan dalam ucapannya. Sebagaimana halnya emosiemosi yang berlebihan juga menghalangi proses berpikir dan mengganggunya, Serta mengurangi kemampuan manusia untuk berkonsentrasi. Emosi juga akan mengurangi kemampuan mengantarkan kepada ketidakmampuan untuk bertindak dalam kondisi yang berbedabeda, serta tidak mampu untuk menghadapi masalah-masalahnya atau berpikir jernih dalam mencari solusinya. Oleh karena itu kita harus mengendalikan emosi agar kemampuan kita untuk memecahkan masalah dapat kita lakukan sebaik mungkin (Uqshari, 2006:48) 3.
Langkah-langkah pemecahan masalah Menurut Richard Y Chang dan P Keith Kelly (2003), membagi langkah-langkah pemecahan masalah menjadi 6 langkah, yaitu: a.
Mendefinisikan masalah Langkah pertama untuk berhasil memecahkan suatu masalah adalah mendefinisikannya sedemikian rupa hingga masalah itu dapat dipecahkan. Ada dua hal yang harus dilakukan agar berhasil mendefinisikan masalah yaitu menyusun pertanyaan masalah dan mengidentifikasikan
keadaan
yang
diinginkan
(Chang,
Kelly,
2003:13). Brainsford dan Stein dalam bukunya The Ideal Problem Solver mengemukakan:
37
The second aspect of problem solving is defining and representing the problem as possible. We noted earlier that boundaries between various stages of problem solving are fuzzy rather than sharp, nevertheless, there are important differences between problem identification and problem definition” (Brainsford, Stein, 1984:15). Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu aspek yang sangat penting dalam proses pemecahan masalah adalah mendefinisikan masalah dengan hati-hati dan tepat. Meskipun ada perbedaan tingkatan proses pemecahan masalah antara masalah yang jelas dan tidak jelas, tetapi, mendefinisikan masalah sangat diperlukan agar masalah tersebut menjadi jelas. Namun, dalam hal ini mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan masalah merupakan suatu hal yang berbeda. b.
Analisis sebab-sebab masalah. Menganalisis sebab-sebab potensial adalah tahap pemecahan masalah ke arah mana pertanyaan perlu diajukan dan informasi apa yang perlu dikumpulkan dan disaring. Menganalisis sebab-sebab potensial secara efektif paling baik dilakukan dengan sublangkah sebagai berikut: 1)
Identifikasi sebab-sebab potensial.
2) Menentukan sebab-sebab yang paling memungkinkan. 3) Identifikasi akar penyebab yang sesungguhnya (Chang, 2003:23)
38
c.
Identifikasi kemungkinan solusi. Bila sebab-sebab permasalahan telah teridentifikasi, penting untuk membangkitkan gagasan dan alternatif (bahkan beberapa gagasan dan alternatif yang liar sekalipun) untuk memecahkan masalah. Bagian ini merupakan tahapan dalam proses pemecahan masalah
yang
mensyaratkan
tingkat
kreatifitas
maksimum.
Identifikasi solusi merupakan proses yang terdiri dari dua bagian yaitu membuat daftar kemungkinan solusi dan menentukan solusi terbaik (Chang, kelly, 2003:39) d.
Memilih solusi yang terbaik. Pada langkah ini, keputusan harus dibuat, solusi mana yang harus dipilih. Dalam banyak situasi pemecahan masalah, faktorfaktor atau kriteria yang berbeda, yang digunakan individu untuk membuat keputusan mereka sering tidak jelas atau tidak pernah diutarakan. Hal ini dapat dan pasti membawa kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menafsirkan alasan orang lain. Dalam bagian ini, ada tiga hal yang harus dilakukan yaitu: 1) Mengembangkan dan memberikan bobot pada kriteria. 2) Mengimplementasikan kriteria. 3) Memilih solusi terbaik ( Chang, Kelly, 2003:47)
e.
Menyusun rencana tindakan Pada poin ini ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu:
39
1) Membuat solusi menjadi tugas-tugas yang berurutan. 2) Menyusun rencana kemungkinan( Chang, kelly, 2003:57). f.
Mengimplementasikan solusi dan mengevaluasi perkembangan. Seseorang seharusnya siap memodifikasi rencana tindakan yang diperlukan, untuk menanggung kejadian yang tidak diharapkan. Langkah
proses
pendekatan
pemecahan
terstruktur
masalah
sebagai
suatu
inilah
yang
“lingkaran
membuat penutup”.
Pentingnya pendekatan “ lingkaran tertutup” untuk memecahkan masalah menjadi jelas ketika anda menyadari bahwa keadaan, situasi, orang dan prefensi berubah sesuai dengan berjalannya waktu. Dengan mengikuti
implementasi
rencana
tindakan
dan
mengevaluasi
perkembangan, anda bisa memastikan bahwa solusi diterapkan sekalipun dengan macam-macam perubahan tersebut. Ada tiga langkah yang harus dilakukan, agar tahapan pemecahan masalah ini bekerja dengan berhasil. 1) Mengumpulkan data sesuai dengan rencana tindakan. 2) Mengimplementasikan rencana kemungkinan. 3) Mengevaluasi hasil-hasilnya (Chang, Kelly, 2003:65) Sedangkan menurut John D Bransford dan Barry S Stein membagi langkah-langkah problem solving menjadi lima tahap yaitu: 1) Identifying problem 2) Define and represent the problem
40
3) Explore possible strategies. 4) Act on strategies. 5) Look back and evaluate the effect of your activities (Bransford, Stein, 1984:12) C.
Pengaruh positive thinking terhadap kemampuan problem solving. Manusia selalu berpikir, bahkan berpikir merupakan hal utama yang kita lakukan. Dari saat bangun tidur, kita mulai berpikir, sepanjang jam kerja, kita berpikir. Kita tidak dapat melepaskan diri dari proses berpikir. Proses berpikir senantiasa terjadi dalam kepala seseorang saat menjalani hidup, mengolah perasaan-perasaan, membentuk tindakan-tindakan seseorang (Eldem, 2009: 22) Masalahnya adalah bahwa pikiran manusia kerap kali tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Sebagian tindakan kita terkadang muncul dari alasan-alasan yang salah. Karena itulah masalah-masalah dalam berpikir sering memunculkan banyak masalah dalam kehidupan, seperti, konflik, peperangan, rasa sakit, frustasi, kejahatan, dan penderitaan (Eldem, Paul, 2009:23). Semua manusia pasti pernah, bahkan acapkali mengalami masalahmasalah yang dapat membuat manusia semakin dewasa, matang, dan cerdas bila dihadapi
dengan
positive
thinking.
Namun
bila
negative
thinking
yangdigunakan, masalah dapat membawa petaka. Disinilah pentingnya positive thinking dalam menghadapi setiap masalah. Bagi orang yang berpikir positif, setiap masalah selalu ada solusi. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Dengan berpikir positif, ide-ide kreatif akan terus bermunculan untuk merespon
41
problem. Positive thinking mendorong seseorang berpikir dan bergerak kedepan (Asmani , 2009:5). Dalam sebuah hadist disebutkan:
ﺤ ِﻲ ﻳ ﻢ ﻗﹶﺎﻝ ﺳﹶﻠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﻰ ﺍﷲ ﻠﻮ ﹸﻝ ﺍﷲ ﺻ ﺳ ﺭ َﹶﻛَﺎ ﹶﻥ: ﺮ ﹶﺓ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻳﺮ ﻫ ﻲ ﻦ ﹶﺃِﺑ ﻋ (ﺮ ﹶﺓ )ﺭﻭﻩ ﺍﺑﻦ ﳎﻪ ﻴﻩ ﹶﻃِﺒ ﺮ ﻳ ﹾﻜﻭ ﻦ ﺴ ﺤ َﺍﹾﻟ ﹶﻔﹶﺄ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ “Dari abi huroiroh RA berkata : Rosulullah SAW bersabda : ”Allah menyukai sikap optimis dan membenci sikap pesimis (HR. Ibnu Majah) Dari hadist diatas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kalaupun sepanjang hidup kita di dunia selalu dalam kesulitan dan kesempitan, kita tetap berpikir positif bahwa kelimpahan dan kenikmatan akan Allah berikan kepada kita di Hari Akhirat. Maka orang yang bisa berpikir positif seperti itu, tetap tersenyum bahagia dalam menjalankan kehidupan sulitnya di dunia. Maka bersikaplah optimis karena Allah mencintai sikap optimis dan orang-orang yang bersikap optimis. Orang yang terbiasa berpikir positif tidak akan menyerah terhadap belitan
masalah
yang
menimpanya.
Ia
akan
berusaha
semaksimal
mungkin
menyelesaikan masalah dengan cerdas. Kekuatan keyakinan dan harapan membuatnya survive dan memenangkan kompetisi. Dia tidak akan pernah putus asa, menyalahkan diri sendiri, dan kehilangan kesabaran. Sebab, semua persoalan itu kerap melandanya itu dilihat dari sebuah proses yang terus berjalan sesuai
hukum alam atau sunnatulah (Asmani, 2009 :6).
42
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam merespon suatu masalah. Baik buruknya setiap pandangan sangat terkait dengan frame masingmasing, apakah positive thinking ataukah negative thinking. Misalnya, setiap siswa memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap ujian nasional. Bagi anak yang mau berpikir positif, peristiwa "tragis" tersebut akan mendorongnya untuk belajar lebih giat, lebih aktif dan lebih intens. Sementara siswa yang menggunakan frame negative thinking akan terpuruk dalam kekecewaan yang mendalam dan putus asa. Di dalam Al-Qur’an telah disebutkan tentang positif thinking dan larangan berputus asa seperti dalam surat Yusuf ayat 87.
ÏΒ (#θÝ¡t↔÷ƒ($s? Ÿωuρ ϵŠÅzr&uρ y#ß™θムÏΒ (#θÝ¡¡¡ystFsù (#θç7yδøŒ$# ¢ Í_t7≈tƒ ∩∇∠∪ tβρãÏ%≈s3ø9$# ãΠöθs)ø9$# āωÎ) «!$# Çy÷ρ§‘ ÏΒ ß§t↔÷ƒ($tƒ Ÿω …çµ‾ΡÎ) ( «!$# Çy÷ρ§‘ Artinya : Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang yusuf dan saudara-saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmad Allah, melainkan kaum yang kafir.( Qs. Yusuf : 87) Dari ayat diatas dapat diambil kesimpilan bahwa , Allah menganjurkan bahkan memerintahkan kita untuk senantiasa bersamangat dalam menjalankan tugas dan melarang kita untuk berputus asa. Karena berputus asa hanyalah perbuatan orang-orang kafir. Dalam sebuah hadist juga disebutkan:
43
“ Aku (Allah) berada dalam prasangka hamba-KU mengenai-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Demi Allah, Allah lebih bergembira dengan tobat hambanya seperti bergemabiranya salah satu dari kalian bila menemukan binatang kendaraanya yang telah hilang di bukit sahara. Barang siapa mendekatkan dirinya kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat padanya satu depa, dan bila seorang hamba datang kapada-Ku dengan berjalan, maka aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil. (HR. Bukhori Muslim). Dapat di simpulkan bahwa, Allah selalu bersama hamba-hambaNya yang selalu berprasangka baik terhadap Allah SWT, Allah akan selalu mendekat dengan hamba-hamba yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya yang yakin akan pertolongan Allah, karena Allah adalah Maha menolong setiap hambahambanya yang membutuhkan pertolongan. Dari sini jelas, bahwa positive thinking mampu menjadi sumber energi untuk membangun hidup dengan keyakinan dan harapan besar. Lain halnya dengan negative thinking yang menyebabkan manusia semakin tergelincir dalam jurang kehancuran, menjadikannya penuh kecemasan, ketakutan, dan kekalutan yang bisa membunuh masa depan (Asmani, 2009:17).
44
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. 1. Sejarah Berdirinya. Tujuan nasional yang tercantum dalam UUD 1945 ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan atas perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam hal ini, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa maka penulis berpendapat perlu sekali didirikan sekolah-sekolah termasuk Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo sebagai wadah bagi anak-anak untuk meningkatkan belajar dan untuk menambah pengetahuan. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata material maupun spiritual berdasarkan pancasila didalam wadah NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tertib, dan damai. Adapun hakikat pembangunan nasional dalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YME, kecerdasan, ketrampilan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia 44
45
pembangunan yang dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Dengan demikian, tepatlah kiranya bahwa dengan pendidikan diharapkan akan dapat mendidik kader pembangunan yang merupakan masalah pokok bagi pembangunan masyarakat , untuk itu penting sekali adanya lembaga pendidikan di seluruh tanah air. Kemudian dalam hal ini, para pemuka agama di daerah Gunung Wijil dan sekitarnya berkeinginan untuk menciptakan keder-kader pembangunan di daerah ini yang sesuai dengan yang diharapkan. Maka Bapak Ky. Abdullah Rosyad mulai melakukan pengajaran kepada para penduduk di daerah ini yang di awali dengan pengajaran ilmu agama seperti yang dilakukan di pondok pesantren. Kemudian dengan pertumbuhan peradaban yang diakibatkan dari perubahan zaman, maka sistem pendidikan yang dilakukan oleh Ky. Abdullah Rosyad tersebut mulai dirubah menjadi system madrasah, baik Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, maupun Madrasah Aliyah. Madrasah Aliyah Ma’arif adalah suatu Madrasah Aliyah yang terletak di wilayah kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali. Madrasah ini berdiri diatas tanan 3000 m², dengan luas bangunan 622 m², yang mempunyai sejarah pertumbuhan dan perkembangan tersendiri . Kegiatan pendidikan di Madrasah ini diselenggarakan oleh yayasan Sabilurrosyad. Pada tahun 1989 madrasah ini berdiri atas prakarsa lembaga Al-Ma’arif
46
yang diasuh oleh Ky. Abdullah Rosyad. Kemudian pada tahun 1999 Madrasah ini berstatus diakui dengan adanya akreditasi. 2. Strukrur Organisasi Adapun stuktur organisasi Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tahun ajaran 2009/2010 adalah seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini: Tabel 1 Struktur Organisasi Madrasah Nama Jabatan No. 1. Sofwan, S.Pd.I Kepala Sekolah 2. Dra. Umi Faizah Waka Kurikulum 3. Aris Hermawan. SE Waka Kesiswaan 4. Muh. Masrukhan, S.Pd.I Waka Humas 5. Supriyanto, S.Ag Waka Sarana dan Prasarana 6. Suhartini, S.Pd Wali Kelas I 7 Eko Hartanto, SE Wali Kelas II 8. Ngafiyah, S.Pd Wali Kelas III Sumber data: TU Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo 3. Visi dan Misi Madrasah a. Visi Madrasah Islami yang Anggun, Moralitas yang tinggi Berwawasan IMTAQ dan IPTEK mandiri dalam profesional. b. Misi Madrasah 1) Pemahaman dan pengamalan 2) Pembiasan yang obyektif 3) Peningkatan skill/ketrampilan 4) Peningkatan mutu tenaga pendidikan 5) Peningkatan fasilitas secara maksimal.
47
4. Keadaan Guru dan Karyawan. Madrasah Aliyah Ma’arif cepogo mempunyai jumlah guru sebanyak 15 orang yang terdiri dari 3 guru berstatus PNS dan 12 guru yang berstatus non PNS. Adapun guru yang berstatus non PNS terdiri dari 11 orang guru tetap yayasan dan 2 orang guru tidak tetap yayasan. Sedangkan karyawan madrasah ini berjumlah 3 0rang, dalam hal ini ada pembagian tugas yang diberikan kepadanya, dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 2 Data Keadaan Guru No. 1. 2. 3. 3. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nama Guru Keterangan Bidang Study Sofwan,S.Ag Qur’an Hadist GT Dra. Umi Faizah MTK,Fisika,Kimia GT Drs. Muridi Mulok, B. Arab GT Supriyanto, S.Pd PKN GT Yayasan Yeni Rahmani, S.Ag Geografi, Sejarah GT Yayasan M. Masrukhan, S.Pd.I Aqidah, SKI,Fiqih GT Yayasan Dra. Marsiti A. Indonesia GT Yayasan Eko Hartanto, SE Ekonomi, Akuntansi GT Yayasan Ngafiyah, S.Pd MTK GT Yayasan Muh. Rif’an, S.pd TIK GT Yayasan Aris Hermawan, SE Sosiologi GT Yayasan Sakroni Penjaskes GT Yayasan Drs. Hery Cristiono Biologi GT Yayasan Suhartini, S.Pd B.inggris GT Yayasan Aji Muh Sri Sarwo B.jawa GT Yayasan Adi, S.pd Sumber Data : TU Madrasah Aliyah Maarif Cepogo Keterangan: GT
: Guru Tetap
GT Yayasan :Guru Tetap Yayasan
48
Tabel 3 Data Keadaan Karyawan No. Nama Karyawan Tugas 1. Supriyanto S,pd Kepala TU 2. Sri Wahyuni Staf TU 3. Siti Mukarromah pegawai Koperasi Sumber Data : TU Madrasah Aliyah Maarif Cepogo
Ket TT TTT TTT
Keterangan: TT : Tenaga Tetap
TTT
: Tenaga Tidak Tetap
5. Keadaan Siswa. Jumlah siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo pada tahun ajaran 2009/2010 seluruhnya berjumlah 105 anak yang terdiri dari 47 putra dan 58 putri yang mana terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3, yang masing masing kelas terdiri dari satu ruang kelas. Keadaan siswa Madrasah Aliyah Ma’arif cepogo dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4 Data Keadaan Siswa No Kelas X
Jumlah Siswa Putra
Putri
19
18
Rombongan belajar
Total Siswa
1
37
Kelas 17 23 1 XI Kelas 11 17 1 XII Jumlah 47 58 3 Sumber Data : TU Madrasah Aliyah Maarif Cepogo
40 28 105
49
6. Kegiatan Ekstrakulikuler Dalam upaya menunjang kegiatan belajar mengajar, Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat dan minat siswa. Berikut ini tabel tentang data kegiatan ekstra kurikuler siswa di Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo: Tabel 5 Data Kegiatan Ekstrakulikuler Siswa No Nama kegiatan Petugas Keterangan 1. Pramuka Supriyanto, Spd Seminggu 1 kali 2. Komputer Ngafiyah S.Pd Seminggu 2 kali 3. Bela Diri INKAI Masrukhan S, PdI Seminggu 2 kali Sumber data ; TU Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo 3. Keadaan Sarana dan Prasarana. Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo teletak di jalan baru Boyolali Cepogo kilometer 5, tepatnya terletak di desa Gunung Wijil, kelurahan Bakulan, kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali. Madrasah ini mempunyai luas tanah 3210 m² yang diatasnya dibangun sekolah Madrasah Aliyah ini, dan didalamnya terdapat sarana fisik sekolah sebagai media pendidikan dan alat peraga untuk memperlancar proses belajar mengajar di sekolah ini, seperti yang diuraikan sebagai berikut:
50
a. Sarana Fisik Sekolah Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo ini mempunyai beberapa sarana dan prasarana yang berbentuk fisik sebagai penunjang terlaksanannya proses belajar mengajar di madrasah ini sebagaimana yang tercantum dalam tabel dibawah ini: Tabel 6 Data Sarana Fisik Madrasah No. Jenis sarana fisik Jumlah Keterangan 1. Ruang kepala sekolah 1 Unit Baik 2. Ruang kelas 6 Unit Baik 3. Ruang kantor TU 1 Unit Baik 4. Ruang perpustakaan 1 Unit Baik 5. Ruang tamu 1 Unit Baik 6. Ruang guru 1 Unit Baik 7. Ruang Lab.komputer 1 Unit Baik 8. Lapangan upacara 1 Unit Baik 6. Gudang 1 Unit Baik 7. Kamar mandi / wc 1 Unit Baik 8. Aula 1 Unit Baik 9. Ruang UKS 1 Unit Baik 10. Ruang osis/pramuka 1 Unit Baik 11. Ruang BK 1 Unit Baik 12. Ruang koperasi 1 Unit Baik 13. Ruang ganti 1 Unit Baik Sumber data :TU Madrasah Aliyah Maarif Cepogo tahun 2010 b. Media Pendidikan Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo selain memiliki sarana fisik seperti yang tercantum dalam tabel diatas, juga memiliki sarana penunjang lainnya yaitu media pendidikan dan alat peraga seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini:
51
Tabel 7 Data Media Pendidikan dan Alat Peraga. No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis sarana fisik Komputer Tape recorder Mesin ketik Megaphone TV
Jumlah 17 unit 1 unit 3 buah 1 buah 1 buah
Keterangan Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus
B. Hasil Jawaban Angket 1. Data Responden Responden yang diambil adalah siswa kelas II, yang berjumlah 40 orang. Seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 8 Daftar Nama Responden No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Nama Siswa AYB ANR AS BS CA DS DA EA EA KF MK MK MM MM MN MNH MR MSA M M M
Kelas XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI
Jenis Kelamin L L L L L L L L P P L L L L L L L L P L L
52
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36 37.. 38. 39. 40.
NZN RF RY S S SF SFF SMA SMB SA SI SU SW TD U U WSL W WA
XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI
P P L L L P P P P P P P P L L P P P L
2. Daftar Hasil Jawaban Angket. Dalam pengumpulan data tentang korelasi antara positive thinking dan kemampuan problem solving siswa, penulis mendistribusikan angket kepada siswa kelas II yang berjumlah 40 siswa baik laki-laki maupun perempuan. Penulis memberikan pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan, yang terdiri dari 10 pertanyaan mengenai positive thinking dan 10 pertanyaan mengenai kemampuan problem solving. Setiap pertanyaan terdiri dari 3 alternatif jawaban a, b, dan c, dengan skor yang berbeda, penulis membuat skor sebagai berikut: a. jawaban a dengan skor 3. b. jawaban b dengan skor 2. c. jawaban c dengan skor 1.
53
Adapun hasil dari angket yang diisi oleh responden adalah sebagai berikut: Tabel 9 Data Jawaban Angket Variabel Positive Thinking
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 17. 18. 19. 30. 31. 32. 33. 34.
Jawaban
Nama Responden AYB ANR AS BS CA DS DA EA EA KF MK MK MM MM MN MNH MR MSA M M M NZN RF RY S S SF SFF SMA SMB SA SI SU SW
a 7 8 5 7 7 8 3 3 5 6 6 7 6 6 6 7 5 6 5 5 2 7 6 8 8 4 3 7 4 4 4 4 5 6
b 3 1 5 3 2 2 7 7 4 4 2 3 3 4 4 3 4 3 5 4 8 3 3 2 2 4 4 2 6 6 3 5 4 3
Skor c
1 1 1 2 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1
3 21 24 15 21 21 24 9 9 15 18 18 21 18 18 18 21 15 18 15 15 6 21 18 24 24 12 9 21 12 12 12 12 15 18
2 6 2 10 6 4 4 14 14 8 8 4 6 6 8 8 6 8 6 10 8 16 6 6 4 4 8 8 4 12 12 6 10 8 6
Jml 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1
27 27 25 27 26 28 23 23 24 26 26 27 25 26 26 27 24 25 25 24 22 27 25 28 28 22 20 26 24 24 21 23 24 25
54
35. 36. 37. 38. 39. 40
TD U U WSL W WA
5 4 2 6 8 4
3 4 8 4 2 3
2 2 3
15 12 6 18 24 12
6 8 16 8 4 6
2 2 3
23 22 22 26 28 21
Adapun hasil jawaban angket untuk variable kemampuan problem solving adalah sebagai berikut: Tabel XI Data Jawaban Angket Variable Kemampuan Problem Solving No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Jawaban
Skor
Jml
Nama Responden AYB ANR AS BS CA DS DA EA EA KF MK MK MM MM MN MNH MR MSA M M M NZN RF RY S S
a 7 8 5 4 7 8 3 3 4 4 4 7 9 4 4 5 6 3 2 3 3 3 6 8 3 4
b 3 2 5 6 2 2 7 7 6 6 6 3 1 6 3 5 4 7 4 4 5 7 4 1 7 6
c 1 3 4 3 2 1 1 -
3 21 24 15 12 21 24 9 9 12 12 12 21 27 12 12 15 18 9 6 9 9 9 18 24 9 12
2 6 4 10 12 4 4 14 14 12 12 12 6 2 12 6 10 8 14 8 8 12 14 8 2 14 12
1 1 3 4 3 3 1 -
27 28 25 26 26 28 23 23 24 24 24 27 29 26 21 25 26 25 18 20 21 23 26 27 23 24
55
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40
SF SFF SMA SMB SA SI SU SW TD U U WSL W WA
3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 1 6 7 6
7 8 7 7 4 6 6 8 1 5 9 4 3 4
3 1 5 2 -
9 6 9 9 9 9 12 6 12 9 3 18 21 18
14 16 14 14 8 12 12 16 2 10 18 8 6 8
3 5 5 2 -
23 22 23 23 20 22 24 22 19 22 21 26 27 26
BAB IV ANALISA DATA
Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul sehingga diketahui ada atau tidaknya korelasi antara positive thinking terhadap kemampuan problem solving pada siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo Boyolali tahun 2010. Analisis ini digunakan untuk mengetahui tujuan penelitian dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Adapun tahapan-tahapan analisis akan diuraikan sebagai berikut: A. Analisis Pendahuluan. Pada analisis pendahuluan ini penulis bermaksud mencari jawaban dari tujuan yang pertama, adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah: 1. Memberikan penilaian berjenjang pada tiap-tiap responden. 2. Mencari lebar interval. 3. Menentukan klasifikasi pada variable pertama. 4. Menentukan prosentase frekuensi dan interpretasi.
1. Analisis Data Positive Thinking. Mengawali analisis pendahuluan, penulis akan menyajikan analisis data untuk mengetahui kategori positive thinking pada siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. Untuk angket positive thinking, dengan jumlah pertanyaan 10 item maka diperoleh hasil nilai tertinggi dari jawaban yang diberikan oleh responden adalah 28, sedangkan hasil nilai terendah adalah 20. Rentangan
56
57
data ini adalah 28 – 20 = 8, dan data ini dikelompokkan menjadi 3 kelas, jadi 8 : 3 = 2,67, meliputi semua bilangan (data dalam hal ini lebar kelas ditetapkan 3). Dari hasil perhitungan lebar interval maka hasil angket untuk tingkat positive thinking dapat diketahui lebar interval sebagai berikut: a. Kategori tinggi
: 26-28 dengan nominasi A
b. Kategori sedang
: 23 -25 dengan nominasi B
c. Kategori rendah
: 20 -22 dengan nominasi C
Untuk mengetahui lebih jelas tentang nilai dan nominasi responden, penulis menyajikan data tentang nilai dan nominasi tingkat positive thinking pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. Tabel 12 Data Nilai dan Nominasi Tingkat Positive Thinking Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo No. responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Nilai 27 27 25 27 26 28 23 23 24 26 24 27 25 26 26 27 24 25 25
Kategori Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang
58
No. responden 20. 21. 22. 23. 24 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40
Nilai 24 22 27 25 28 28 22 20 26 24 24 21 23 24 25 23 22 22 26 28 21
Kategori Sedang Rendah Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tentang tingkat positive thinking pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo adalah, kategori tinggi (A ) ada 16 orang, kategori sedang (B ) ada 17 orang dan kategori rendah ( C) ada 7 orang. Untuk mengetahui berapa persen kategori tinggi, sedang dan rendah, maka perhitungan persen menggunakan rumus prosentase sebagai berikut: P=
F x100% N
Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden
59
1. Positive thinking yang berada pada kategori tinggi, sebanyak 16 orang: F x100% N 16 P= x100% 40 P=
P = 40 % 2. Positive thinking yangberada pada kategori sedang, sebanyak 17 orang: F x100% N 17 P= x100% 40
P=
P = 42,5% 3. Positive thinking yang berada pada kategori rendah, sebanyak 7 orang : F x100% N 7 P= x100% 40
P=
P = 17,5 %
Oleh karena itu hasil kuantitatif prosentase variabel tingkat positive thinking pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tertera dalam tabel berikut:
Tabel 13 Frekuensi Tingkat Positive Thinking Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo No.
Kategori
Interval
frekuensi
prosentase
1.
Tinggi
26 -28
16
40 %
2.
Sedang
23 -25
17
42,5%
3.
Rendah
20 -22
7
17,5%
40
100%
Jumlah
60
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat positive thinking pada siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo berada dalam kategori tinggi yaitu 40 %, kategori sedang yaitu 42,5% dan kategori rendah yaitu 17,5 %. 2. Analisis Data Kemampuan Problem Solving. Dalam hal analisis kedua ini, penulis akan menyajikan analisis data untuk mengetahui kategori kemampuan problem solving pada siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo. Untuk angket problem solving dengan jumlah pertanyaan 10 item maka diperoleh hasil nilai tertinggi dari jawaban yang diberikan oleh responden adalah 29, dan nilai terendah adalah 18. Rentangan data ini adalah 29 – 18 = 11, dan data ini dikelompokkan menjadi 3 kelas. Jadi, 11 : 3 = 3,67 meliputi semua bilangan (data dalam hal ini lebar kelas ditetapkan 4). Dari hasil perhitungan lebar interval maka hasil angket untuk tingkat kemampuan problem solving dapat diketahui lebar interval sebagai berikut: a. Kategori tinggi
: 26-29 dengan nominasi A
b. Kategori sedang
: 22 -25 dengan nominasi B
c. Kategori rendah
: 18 -21 dengan nominasi C
Untuk mengetahui lebih jelas tentang nilai dan nominasi responden, penulis menyajikan data tentang nilai dan nominasi tentang
61
tingkat kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo
Tabel 14 Data Nilai dan Nominasi Kemampuan Problem Solving No. responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
Nilai 27 28 25 24 26 28 23 23 24 24 24 27 29 24 21 25 26 23 18 20 21 23 26 27 23 24 23 23 23 20 20 22 24 22 19 20 29
Kategori Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah
62
No. responden 38. 39. 40
Berdasarkan
tabel
Nilai 26 27 26
diatas
dapat
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi
diketahui
tentang
tingkat
kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo adalah, kategori tinggi (A ) ada 13 orang, kategori sedang (B ) ada 20 orang dan kategori rendah ( C) ada 7 orang. Untuk mengetahui berapa persen kategori tinggi, sedang dan rendah, maka perhitungan persen menggunakan rumus prosentase sebagai berikut: F x100% N Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden P=
1. Kemampuan problem solving yang berada pada kategori tinggi, sebanyak 13 orang:
F x100% N 13 P= x100% 40
P=
P = 32,5 % 2. Kemampuan problem solving yang berada pada kategori sedang sebanyak 20 orang:
F x100% N 20 P= x100% 40
P=
63
P = 50 % 3. Kemampuan problem solving yang berada pada kategori rendah, sebanyak 7 orang: F x100% N 7 P= x100% 40 P = 17,5 % P=
Oleh karena itu hasil kuantitatif prosentase variable tingkat kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo tertera dalam tabel berikut:
Tabel 15 Frekuensi Tingkat Kemampuan Problem Solving Pada Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Ma’ari Cepogo. No.
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
1.
Tinggi
26 -29
13
32,5 %
2.
Sedang
22 -25
20
50 %
3.
Rendah
18 – 21
7
17, 5%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat problem solving pada siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo berada dalam taraf tinggi yaitu 32,5 %, taraf sedang yaitu 50% dan taraf rendah yaitu 17,5 %.
64
B. Analisis Uji Hipotesis Untuk menghitung korelasi antara positive thinking terhadap kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali dapat terurai sebagai berikut:
Tabel 16 Tabel Kerja Product Moment Korelasi antara Positive Thinking terhadap Kemampuan Problem Solving pada Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo No. responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24 25. 26. 27. 28. 29. 30.
X
Y
X²
Y²
XY
27 27 25 27 26 28 23 23 24 26 24 27 25 26 26 27 24 25 25 24 22 27 25 28 28 22 20 26 24 24
27 28 25 24 26 28 23 23 24 24 24 27 29 24 21 25 26 23 18 20 21 23 26 27 23 24 23 23 23 20
729 729 625 729 676 784 529 529 576 676 576 729 625 676 676 729 576 625 625 576 484 729 625 784 784 484 400 676 576 576
729 784 625 576 676 784 529 529 576 576 576 729 841 576 441 625 676 529 324 400 441 529 676 729 529 576 529 576 529 529
729 756 625 648 676 784 529 529 576 624 576 729 725 624 546 675 624 575 450 480 462 621 650 756 644 528 460 624 552 552
65
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
∑
21 23 24 25 23 22 22 26 28 21
20 22 24 22 19 20 29 26 27 26
990
961
441 529 576 625 529 484 484 676 784 441
400 484 576 484 361 400 841 676 729 676
420 506 576 550 437 460 638 676 756 546
24.682 23.371 23.894
Dari tabel diatas maka diketahui: ∑X ∑Y ∑X² ∑Y² ∑XY
= 990 = 961 = 24.682 = 23.371 = 23.894
Sehingga perhitungan product moment dari korelasi antara positive thinking terhadap kemampuan problem solving adalah: rxy = rxy =
rxy =
N .∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N .∑ X
2
− (∑ X )
2
}{N .∑ Y
2
− (∑ Y )
2
(40 x23.894) − (990 x961)
{40 x24.682 − 990 }{40 x23.371 − 961 } 2
2
(40 x23.894) − (990 x961) {40 x 24.682 − 9801`00}{40 x 23.371 − 923521}
955760 − 951390 {987280 − 980100}{934840 − 923521} 4370 rxy = 7180 x11319 4370 rxy = 81270420 4370 rxy = 9016,0108 rxy = 0,484 rxy =
}
66
C. Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan di atas, hasil r hitung
adalah 0,484
berada di atas table product moment pada taraf signifikansi 1% = 0,403 dengan N = 40, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa ada korelasi antara variable x dan y yang sangat signifikan , berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan koefisien korelasi product moment dalam tabel, dapat diketahui bahwa r hitung = 0,484 dimana ro berada di atas r table signifikansi 1% yaitu 0,403. Perincian lebih lengkap sebagaimana dalam tabel berikut ini:
Tabel 17 Nilai Product Moment N = 45 N 40
Taraf Signifikansi 5% 1% 0,312 0,403
Dengan demikian dapat diketahui bahwa taraf signifikansi 1% dengan perbandingan sebagai berikut: rt = 0, 403 ro = 0,484 Hal ini diartikan bahwa ro > rt 1% Mencermati hasil di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa ada korelasi yang sangat signifikan antara positive thinking terhadap kemampuan problem solving.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Merujuk dari hasil penelitian sebagaimana telah dijabarkan pada babbab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat positive thinking pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali berada pada tingkat sedang yaitu 17 siswa (42,5%) dari 40 responden berdasarkan analisis data. 2. Tingkat kemampuan problem solving pada siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali berada pada tingkat sedang yaitu 20 siswa (50%) dari 40 responden berdasarkan analisis data. 3. Ada pengaruh antara positive thinking
terhadap kemampuan problem
solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali. Hal ini diperoleh dari hasil perhitungan product moment yakni 0,484 lebih besar dari r table product moment pada taraf signifikansi 1% 0,403 dengan N = 40. Dengan demikian ro > rt yang diperoleh dari hasil 0,484 > 0,403 dengan N = 40. Dengan demikian, hipotesa yang penulis ajukan dapat diterima bahwa ada pengaruh antara positif thinking ternadap kemampuan problem solving pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Ma’arif Cepogo, Boyolali tahun 2010, yang mana diperoleh dari perhitungan product moment yaitu 0,484 yang
67
68
berada diatas tabel product moment pada taraf signifikansi 1 % = 0, 403 dengan N = 40.
B. Saran-saran Setelah penulis mengadakan penelitian di lokasi penelitian tersebut, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Siswa. Diharapkan dengan adanya cara berpikir yang positif dapat mempersiapkan mental siswa dalam menghadapi sebuah permasalahan sehingga siswa tersebut dapat terhindar dari rasa frustasi dan putus asa. Dengan adanya positif thinking di harapkan siswa mampu menghadapi tantangan dan tetap bersemangat dalam mempersiapkan masa depan. 2. Guru. Guru sebagai seorang pendidik harus menanamkan cara berpikir positif bagi anak didiknya, agar mereka menjadi pribadi yang semangat dan pantang menyerah. Selain itu guru juga perlu memberikan motivasi kepada anak didiknya ketika mengalami kegagalan. Dengan pemberian motivasi yang rutin, siswa akan menjadi terbiasa berpikir positif.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1983 . Psikologi Umum. Surabaya: Bina Ilmu. Al- Uqshori, Yusuf, 2006. Hadapi Masalah Anda. Jakarta: Gema Insani Pers. Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. The Law Of Positive Thinking.Yogyakarta:: Gara Ilmu. Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek; Edisi Revisi IV. Jakarta : Rineka Cipta. Brainsford, D john dan Barry S. Stein, 1984. The Ideal Problem Solver. United States Of Amerika: W.H Freeman and Company. Chang, dan Richard Y. 2003. Step by Step Problem Solving. Jakarta : PPM. Darajat, Zakiyah. dkk. 1999. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang. De bono, Edward. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung : Kaifa Mizan Pustaka. _______________1990. Mengajar Berpikir. Jakarta: Erlangga. Eldem, Linda, Richard Paul, 2009, 25 Hari Menciptakan Pikiran Positif dan Menyenangkan, Yogyakarta : Think. Goleman, Daniel. 1996. Emotional Inteligence. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Gunarsa. 1981. Psikologi untuk Membimbing. Jakarta : Gunung Mulia. Hadi Sutrisno. 1981. Metodologi
raesearch 1. Yogyakarta : Yayasan
Penerbitan Fak Psikologi UGM. Peck, Scott. 2007. The Road Less Traveled; Psikologi Baru Pengembangan Diri. Yogyakarta : Pustaka Baca.
Peale, Norman Vincent. 1996. Berpikir Positif. Jakarta: Binarupa Aksara. Poerwadarminta, WJS, 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Walgito, Bimo, 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi offset. www.multiply.com, 21 juli 2010. www.uinsuka.info, 21 juli 2010. Yeo, Antony. 1994. Konseling; Suatu Pendekatan Pemecahan Masalah. Jakarta: Gunung Mulia.
ANGKET
I. Identitas Responden Nama
:
Jenis Kelamin
:
II. Petunjuk Pengisian 1. Tulislah nama dan jenis kelamin 2. Berilah tanda silang pada jawaban a, b, atau c, yang sesuai dengan yang anda lakukan, anda alami, atau anda rasakan. 3. Jawablah dengan jujur, karena kerahasiaan jawaban anda terjamin.
III. Item pertanyaan tentang Positive Thinking . 1. Bagaimana sikap Anda jika Anda dihadapkan pada suatu permasalahan? a. Saya optimis bisa menghadapi dan menyelesaikan permasalahan itu dengan baik. b. Saya ragu, permasalahan tersebut bisa saya selesaikan dengan baik. c. Saya bingung dan frustasi dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut. 2. Bagaimana kemampuan Anda dalam menyelesaikan tugas-tugas anda? a. Saya mampu dalam menyelesaikan tugas-tugas saya. b. Tergantung berat dan ringannya tugas tersebut. c. Saya tidak yakin mampu menyelesaikan tugas tersebut, baik itu tugas yang berat maupun ringan. 3. Bagaimana Anda memandang suatu permasalahan? a. Masalah adalah suatu hal yang harus dihadapi sebagai proses pendewasaan diri. b. Masalah adalah hal yang biasa biasa saja, semua orang pasti mengalaminya. c. Masalah adalah suatu beban yang merusak ketenangan hidup saya.
4. Apa yang Anda lakukan jika hal-hal yang negatif muncul dalam pikiran anda? a. Berusaha menghilangkannya dan mengalihkannya ke hal-hal yang positif b. Pikiran itu lama-kelamaan akan hilang sendiri, sehingga saya tidak perlu bersusah payah menghilangkannya. c. Membiarkan pikiran saya berimajinasi kemanapun arahnya. 5. Bagaimana perasaan Anda jika mendapatkan suatu kritikan? a. Saya senang, karena kritikan itu bersifat membangun bagi saya. b. Selama kritikan itu tidak menyinggung dan menyakiti hati saya, saya akan terima. c. Saya tidak suka menerima kritikan. 6. Bagaimana sikap Anda jika anda mengalami kegagalan? a. Bangkit kembali untuk meraih keberhasilan, karena kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. b. Masalah adalah suatu hal yang wajar dialami semua manusia. c. Masalah adalah suatu beban yang sangat berat dalam hidup saya. 7. Bagaimana Anda memandang masa depan anda?? a. Optimis akan meraih masa depan yang cerah. b. Saya belum mempunyai pandangan bagaimana masa depan saya kelak. c. Saya pasrah, biarlah takdir yang menentukan. 8.
Bagaimana sikap Anda jika anda mendapat tantangan baru? a. Saya berani menerima tantangan itu karena akan menambah pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan saya. b. Saya lebih senang dengan kehidupan yang mulus tanpa ada tantangan. c. Bagi saya, tantangan hanya akan menyulitkan hidup saya.
9.
Bagaimana sikap Anda jika anda tidak lulus Ujian Nasional? a. Tetap sabar dan terus berusaha agar kegagalan tersebut tidak terulang kembali. b. Saya tidak terlalu memikirkan hal itu, karena masih ada ujian paket C.
c. Saya merasa sedih, kecewa dan malu, sehingga saya tidak berani keluar rumah. 10. Jika suatu saat Anda diuji oleh Allah dengan cobaan yang begitu berat, bagaimana sikap anda? a. Saya tetap tabah dan bersyukur, karena adanya cobaan itu, berarti Allah masih menyayangi saya. b. Sebagai seorang hamba Allah, wajar jika saya mengalami cobaan. c. Saya mengeluh, kenapa Allah memberikan cobaan yang begitu berat bagi saya.
IV. Pertanyaan tentang problem solving.
1. Bagaimana cara Anda dalam mengambil suatu keputusan? a. Saya mempertimbangkan secara matang sebelum memutuskan. b. Saya mengikuti saran orang-orang terdekat saya. c. Saya membuat keputusan dengan terburu-buru, dari pada saya kebingungan. 2. Bagaimanakah jika Anda mengalami suatu kesulitan-kesulitan kecil? a. Kesulitan-kesulitan dengan mudah saya selesaikan. b. Saya membutuhkan bantuan orang lain dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan itu. c. Meskipun kesulitan-kesulitan itu kecil., saya masih berusaha keras untuk menyelesaikannya. 3. Apa yang Anda lakukan agar tidak timbul suatu masalah? a. Melakukan dan mengerjakan sesuatu dengan hati-hati dan sesuai dengan aturan. b. Tidak melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan yang menimbulkan masalah. c. Lebih baik saya tidak melakukan apa-apa, saya memilih mencari aman.
4. Dalam menyelesaikan suatu masalah, apakah Anda membutuhkan bantuan orang lain? a. Saya selalu berusaha sendiri dalam menghadapi masalah itu. b. Saya membutuhkan bantuan sahabat-sahabat saya. c. Saya pasrahkan kepada guru BK atau orang tua saya agar memberi solusi atas masalah yang saya hadapi. 5. Bagaimana cara Anda menemukan solusi permasalahan yang anda hadapi? a. Berdasarkan pemikiran dan pengalaman saya sendiri. b. Saya meminta pendapat kepada sahabat-sahabat saya. c. Saya meminta solusi dari guru BK atau orang tua saya. 6. Jika Anda dihadapkan pada pilihan-pilihan atas solusi masalah anda, manakah yang anda pilih? a. Saya selalu memilih yang terbaik bagi saya dan tidak merugikan bagi semua pihak yang terkait. b. Saya memilih solusi yang terbaik bagi diri saya sendiri. c. Bagi saya yang penting masalah cepat selesai, tak peduli apakah itu merugikan orang atau tidak. 7. kegiatan-kegiatan apa yang akan Anda lakukan untuk menyelesaikan suatu masalah? a. Meminta pendapat teman. b. Mengeluh pada guru BK atau orang tua saya. c. Saya menghindari masalah tersebut, dan berharap masalah itu hilang ditelan waktu. 8. Bagaimana cara Anda untuk membuat masalah yang berat terasa menjadi lebih ringan? a. Mengubah cara pandang saya bahwa masalah bukanlah suatu beban, dan mencoba rileks dalam menghadapi masalah tersebut. b. Meminta bantuan. c. Cuek terhadap masalah tersebut. 9. Jika Anda melakukan suatu kesalahan dan orang tua anda marah besar, sehingga mendiamkan anda, apa yang anda lakukan?
a. Melakukan introspeksi diri, memperbaiki dan tidak mengulangi kesalahan itu lagi. b. Meminta maaf dan berharap orang tua memaafkan saya. c. Saya pergi dari rumah, karena saya merasa tidak berguna. 10. Apa yang Anda lakukan jika anda susah memahami suatu pelajaran? a. Segera menanyakan kepada guru atau teman yang lebih pintar. b. Diam saja, karena saya tidak berani bertanya pada guru. c. Tidur saja, sambil menunggu pelajaran usai.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
21 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 27 juli 1989, lahir seorang bayi mungil dari seorang wanita bernama Siti Asiyah. Arini Hidayati, nama yang yang akhirnya diberikan kepada bayi mungil itu yang tak lain adalah aku pada saat itu oleh oleh kedua orang tuaku Siti Asiyah dan Tanwirul Qulub, sebuah nama yang berarti sebuah do’a yang diharapkan akan membawa kebaikan untukku dan keluargaku. Di kota kecil nan bersih yang di juluki kota susu aku dilahirkan, ya, boyolali adalah kota kelahiranku, tempat aku dibesarkan , tempat ku menghabiskan masa kecilku dan masa sekolahku. Masa kecilku yang menyenangkan kuhabiskan di TK tarbiyatul Athfal di desaku sendiri sendiri tepatnya di Gunung Wijil. Tahun 1994 aku mulai masuk ke Madrasah Ibtidaiyah Gunung Wijil dan lulus tahun 2000. Setelah itu itu aku mulai memasuki masa remajaku dan masuk di MTsN Cepogo yang letaknya juga tak jauh dari rumahku dan tamat pada tahun tahun 2003. Pendidikanku dari TK sampain MTs kutempuh di desaku sendiri. Tapi setelah menginjak ke sekolah mene menengah ngah atas, aku masuk ke Madrasah Aliyah Negeri Boyolali yang letaknya jauh dari rumahku. Dan akhirnya setelah aku tamat dari MAN tahun 2006, akupun harus mulai membiasakan diri hidup jauh dari orang tuaku, karena saat iu aku mulai kuliah di STAIN Salatiga, kota kecil yang berwarna karena banyak etnis yang terdapat disana. Banyak pengalaman yang kudapat selama aku kuliah di salatiga aku mulai mendapatkan banyak ilmu, teman,dan teman,dan keluarga barun saat aku di pertemukan dengan orangorang-yang yeng begitu baik di beber beberapa erapa organisasi yang aku ikuti.. ikuti.. aku mulai belajar halhal-hal baru selama aku kuliah. Dan insya Allah ilmu yang aku dapatkan akan berguna untukku sendiri dan untuk masyarakat, serta agama dan juga sebagai bekalku meniti masa depan yang cerah.