ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014 PENGARUH PENYEMPROTAN GA3 DAN ASAL TANAMAN INDUK DALAM MEMPERPANJANG MASA JUVENILE TANAMAN KENTANG Effect of GA3 Application and The Source of Mother Plant to Elongate Juvenile Periode at Potato Plant Oleh A.K. Karjadi Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Jl. Tangkuban perahu No. 517 Lembang – Bandung Alamat korespondensi: A.K. Karjadi (
[email protected]) ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan di screen house Balai Penelitian Tanaman Sayuran pada bulan Maret s.d Oktober 2011. Rancangan dari peneltian adalah split plot dengan lima ulangan, sebagai petak utama perlakuan penyemprotan GA3 150 ppm (A1) disemprot dan (A2) tidak disemprot; anak petak asal tanaman induk: tanaman in vitro /plantlet (T1); stek pucuk (T2); umbi mini (T3). Setiap perlakuan ditanam di pot plastik (diameter 25 cm) dengan kerapatan 10 tanaman per pot. Perlakuan penyemprotan GA 3 150 ppm dilaksanakan setelah panen stek. Hasil menunjukan bahwa perlakuan penyemprotan GA3 150 ppm dan asal tanaman induk belum mampu meningkatkan persentase tanamam induk berdaun ganda, jumlah batang maupun jumlah stek. Perlakuan penyemprotan GA3 150 ppm relatif meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman induk. Plantlet (tanaman in vitro) menghasilkan stek yang paling. Kata kunci: kentang (Solanum tuberosum L ); GA3, plantlet (tanaman in vitro), stek pucuk, umbi mini.
ABSTRACT
The experiment was conducted on the screen house at IVEGRI on March until October 2011, it was arranged by using split plot with five replications. Application of GA3 150 ppm was as the main plot, they were: (A1) GA3 application, (A2) non GA3 application; whereas as the subplot was source of mother plant, they were : (T1) in vitro plant/plantlet, (T2) stem cutting, (T3) mini tuber. All materials were planted at plastic pot (Ǿ 25 cm), 10 plants/pot. GA3 was applied after harvested cutting. The result of experiment showed that GA3 application and the source of mother plant could not improve yet on plant growth (%), multiple leaves (%), number of stem and number of cutting. It was obviously seen that GA3 application can increase mother plant growth quality (performance). The best mother plant source for producing cutting was plantlet (in vitro plant). Key words: potato (Solanum tuberosum L); GA3; plantlet (in vitro plant), stem cutting, mini tuber.
Dalam
PENDAHULUAN Tanaman tuberosum
L)
kentang
(Solanum
merupakan
perbenihan
penggunaan benih yang bebas pathogen
satu
mutlak diperlukan. Benih tersebut dapat
komoditas yang mendapat prioritas dalam
diperoleh melalui metoda kultur jaringan
program penelitian dan pengembangan
disertai pengujian pathogen secara intensif
sayuran.
dilanjutkan dengan teknik perbanyakan
Dikarenakan
salah
program
tanaman
ini
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
sumber
karbohidrat
menunjang diversifikasi pangan.
untuk
cepat. Penggunaan
teknik
perbanyakan
cepat dalam program perbenihan kentang
97
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014 dimaksudkan untuk mempersingkat masa
meningkatkan rasio perbandingan menjadi
penyediaan benih disamping meningkatkan
1
jumlahnya dengan kualitas umbi yang
diharapkan dapat menghasilkan 3 – 5 umbi
terjaga. Hasil dari beberapa penelitian
mini.
:
40
dimana
dari
satu
tanaman
dapat
Menurut Goodwin et al. (1980),
meningkatkan kualitas dan kuantitas benih
keberhasilan dalam menggunakan teknik
kentang dalam waktu yang relative singkat.
perbanyakan cepat ini dipengaruhi oleh
Pada umumnya teknik perbanyakan cepat
tujuan dan materi yang tersedia. Dengan
dengana menanam stek , dipergunakan
adanya teknik perbanyakan cepat ini
untuk perbanyakan baenih genrasi pertama
diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pada program perbenihan. Untuk generasi
dan
selanjutnya dapat diperbanyak kembali
memproduksi benih bermutu.
ternyata
perbanyakan
cepat
kuantitas
umbi
benih
dalam
dengan cara konvensional. Selain itu
Gibberelic acid dapat merangsang
teknik ini dipakai juga untuk mempercepat
pertumbuhan batang dan meningkatkan
peningkatan jumlah benih dasar atau
besarnya
sebagai pelaksanaan awal dari program
tumbuhan. Selain itu zat ini dapat juga
perbanyakan benih varietas unggul baru.
mempertahankan
Akan tetapi sebelum memulai program
tanaman
perbanyakan cepat besar-besaran perlu
pembelahan sel, pemanjangan sel dan
diketahui
dapat
memecahkan dormansi pada umbi kentang.
diterapkan termasuk kondisi iklim, varietas
(Sanjaya dan Krisantini 1993, Kandil et
yang akan diperbanyak serta fasilitas yang
al., 2012).
cara
terbaik
yang
tersedia, nisbah dari perbanyakan dengan menggunakan stek. Teknik
daun
pada
dimana
beberapa
jenis
masa juvenile dari GA3
menstimulir
Pada perbanyakan tanaman secara cepat yaitu dengan menanam stek pucuk
perbanyakan
pada
(stek batang), sebaiknya stek tersebut
tanaman kentang ini menguntungkan bila
dipanen dari tanaman induk yang masih
ditinjau dari program perbenihan kentang
muda (juvenile). Dikarenakan stek yang
dikarenakan dengan penerapan metode ini
dipanen dari tanaman induk sudah tua
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
mutu steknya akan kurang baik dan akan
benih kentang dalam waktu yang relative
menghambat
singkat.
tersebut (Uyen and Zaag , 1983, Struik and
Menurut
cepat
Bryan
(1981),
penanaman kentang dengan menerapkan salah satu atau kombinasi dari beberapa cara 98
perbanyakan
cepat
dapat
pertumbuhan
dari
stek
Wiersema, 1999) Pada umumnya panen stek dari tanaman induk dilakukan beberapa kali
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014 sampai dengan tanaman induk sudah menunjukkan
ciri
sudah
tua.
Perlakuan
penyemprotan
dimulai
Dalam
setelah tanaman induk berumur 4 minggu
perawatan (pemeliharaan) tanaman induk
setelah tanam, dan penymprotan GA3 150
diusahakan tetap juvenile (muda) dimana
ppm ini dilakukan setiap setelah panen
dari tanaman induk yang juvenile ini dapat
stek.
dipanen stek berkualitas baik. Perawatan
tanaman
(pemeliharaan) dan asal tanaman induk
sudah tua (senescens) atau sudah terbentuk
sangat mempengaruhi kualitas dari stek
umbi. Pemeliharaan tanaman, penyiraman,
yang akan dipanen (Karjadi, et al, 1993;
pemberantasan
Kim et al, 2009). Penelitian ini bertujuan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
untuk mengetahui pengaruh macam (asal) tanaman
induk
dan
perlakuan
Panen
stek
induk
dihentikan
setelah
menunjukkan
ciri-ciri
hama
Pengamatan persentase
penyakit
dilakukan
tanaman
tumbuh,
jumlah
batang,
masa juvenile dari tanaman induk varietas
persentase tanaman induk membentuk
Granola.
daun ganda.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN.
house
(rumah
Tanaman
sere)
Sayuran,
Balai
Penelitian
rancangan
stek
terhadap
penyemprotan GA3 dalam memperpanjang
Penelitian dilaksanakan di Screen
jumlah
dan
setiap
panen,
Hasil analisis statistik, tidak terdapat interaksi antara perlakuan penyemprotan
dari
GA3 150 ppm setelah panen stek dan asal
penelitian adalah Split plot dengan 5
tanaman induk kentang untuk pengamatan
ulangan , sebagai petak utama (main plot)
persentase tanaman tumbuh, jumlah batang
penyemprotan GA3 : 150 ppm (A1), tidak
per perlakuan, persentase tanaman berdaun
disemprot (A2). Anak petak (sub plot) asal
ganda (majemuk) maupun jumlah stek
tanaman induk (mother plant)
yang akan dipanen.
yaitu:
tanaman induk in vitro /plantlet (T1); stek
Pada
Tabel
1,
perlakuan
pucuk (T2) dan umbi mini <10 g (T3).
penyemprotan larutan GA3 150 ppm
Setiap perlakuan ditanam di pot plastik
setelah panen tidak berbeda nyata untuk
(diameter 25 cm)
dengan kerapatan 10
pengamatan persentase tanaman tumbuh,
tanaman . Media tanam adalah campuran
jumlah batang, persentase tanaman induk
pupuk kandang dan tanah yang disterilkan
berdaun ganda. Walaupun secara statistik
dengan perbandingan 1 : 2. Sebagai pupuk
tidak berbeda nyata, tetapi persentase
dasar ditambhakan NPK (16 16 16)
tanaman tumbuh yang disemprot larutan
gram per pot.
5
GA3 150 ppm selalu lebih tinggi dari yang 99
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014 Tabel 1. Pengaruh perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm terhadap persentase tanaman tumbuh, jumlah batang per perlakuan, persentase tanaman induk berdaun ganda 4 MST
Umur tanaman induk 6 MST 8 MST 10 MST
12 MST
Persentase tanaman tumbuh A1 ( Disemprot) 97,98 a 97,78 a 97,78 a 91,11 a 87,78 a A2 ( tidak disemprot) 96,89 a 95,55 a 94,44 a 88,89 a 84,44 a Jumlah batang per perlakuan A1 ( Disemprot) 9,78 a 11,22 a 12,22 a 12,56 a 11,56 a A2 ( tidak disemprot) 9,89 a 10,78 a 13,44 a 13,22 a 12,44 a Persentase tanaman induk berdaun ganda A1 ( Disemprot) 1,00 a 2,56 a 3,89 a 6,22 a 9,00 a A2 ( tidak disemprot) 1,22 a 3,00 a 4,89 a 7,00 a 9,44 a Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 %. tidak disemprot. Demikian pula untuk
10%. Menurut Graza dan Van der Zaag
jumlah batang. Dan kebalikannya untuk
(1985), bahwa salah satu ciri tanaman
persentase tanaman induk berdaun ganda
induk sudah tua adalah berdaun ganda.
dimana tanaman induk yang disemprot
Atau tanaman induk sudah membentuk
GA3 150 ppm selalu lebih rendah sampai
umbi,
dengan 12 MST. Menurut Tehranifar dan
menguning/senescen.
Bettley (1997); Lopez et al (1989), pada
dipanen dari tanaman induk yang sudah
umumnya
menunjukkan ciri sudah tua /senescens
perlakukan
GA3
akan
memperpanjang fase vegetative tanaman
atau
warna
daun Dan
stek
sudah yang
kualitasnya kurang baik.
dan menunda fase generative tetapi setiap
Hasil analisa statistik
persentase
jenis tanaman akan memberikan respon
tanaman tumbuh dari tanaman induk tidak
berbeda.
berbeda nyata, dan pertumbuhan dari
Pengamatan secara visual terlihat
tanaman induk diatas 90%. Hal ini
bahwa tanaman induk yang disemprot GA3
menunjukkan bahwa kualitas tanaman
150 ppm warna daun lebih pekat dan
induk dipengaruhi oleh asal tanaman induk
tanaman induk terlihat lebih vigor (sehat).
dan
Bila
persentase
tanaman induk, % tanaman yang tumbuh
tanaman induk yang tumbuh sampai
menurun dan pada saat tanaman berumur
dengan umur 12 MST, persentase tanaman
12 MST umumnya tanaman induk dari
induk tumbuh diatas 80% dan persentase
ketiga perlakuan yang tumbuh antara 83,33
tanaman
– 88,33%.
100
dihubungkan
dengan
induk berdaun ganda dibawah
pemeliharaannya.
Semakin
tua
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014 Tabel 2. Pengaruh perlakuan asal tanaman induk kentang terhadap persentase tanaman induk tumbuh, jumlah batang per perlakuan, persentase tanaman induk berdaun ganda 4 MST
Umur tanaman induk 6 MST 8 MST 10 MST
12 MST
Persentase tanaman tumbuh T 1 ( tanaman in vitro) 96,67 a 97,67 a 95,00 a 86,67 a 83,33 a T2 ( stek pucuk) 98,33 a 95,00 a 95,00 a 91,67 a 86,67 a T3 (Umbi mini) 100,00 a 98,33 a 98,33 a 91,67 a 88,33 a Jumlah batang per perlakuan T 1 ( tanaman in vitro) 9,67 a 11,67 a 17,0 a 18,67 a 17,33 a T2 ( stek pucuk) 9,83 a 10,16 b 9,67 c 9,33 b 9,00 b T3 (Umbi mini) 10,00 a 11,16 ab 11,83 b 10,67 b 9,67 b Persentase tanaman induk berdaun ganda T1 ( tanaman in vitro) 0,00 b 0,00 c 1,17 c 1, 67 c 1,83 c T2 ( stek pucuk) 1,16 a 3,00 b 4,83 b 7,00 b 11,00 b T3 ( umbi mini) 2,17 a 5,33 a 7,17 a 11,17 a 14,83 a Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 % Tabel 3. Pengaruh perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm terhadap jumlah stek per perlakuan dan jumlah stek per batang Umur tanaman induk 6 MST 8 MST 10 MST
4 MST 12 MST Jumlah stek per perlakuan A1 ( Disemprot) 14,22 a 21,22 a 26,56 a 28,22 a 27,56 a A2 ( tidak disemprot) 15,56 a 20,44 a 23,44 a 26,56 a 27,10 a Jumlah stek per batang A1 ( Disemprot) 1,45 a 1,93 a 2,29 a 2,38 a 2,47 a A2 ( tidak disemprot) 1,58 a 1,89 a 1,82 a 2,18 a 2,29 a Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 % Untuk jumlah batang perperlakuan,
tanaman induk T1( tanaman in vitro) lebih
rata-rata jumlah batang tanaman in vitro
baik dari T2 (stek pucuk) dan T3 (umbi
selalu lebih besar, secara visual terlihat
mini). Dari beberapa hasil penelitian
dari setiap buku tumbuh tunas. Perlakuan
(Karjadi, 1993 et al) bahwa perawatan
stek (T2), umbi mini (T3) rata-rata jumlah
(pemeliharaan) tanaman dan sifat genetik
batang hanya satu pertanaman.
tanaman sangat mempengaruhi kualitas
Persentase tanaman induk berdaun ganda sangat berpengaruh pada kulaitas stek
yang
dipanen,
terlihat
bahwa
tanaman induk. Pada pengamatan jumlah stek per perlakuan dan per batang, uji statistik tidak
perlakuan T1(tanaman in vitro) rata-rata
berbeda
nyata
tetapi
perlakuan
selalu terendah, dan dapat dikatakan bahwa
peneymprotan GA3 150 ppm untuk jumlah stek per perlakuan dan perbatang selalu 101
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014 lebih tinggi. Dan secara visual juga terlihat
Hasil
analisis
statistik
antara
bahwa kualitas stek yang dipanen dari
perlakuan asal tanaman induk
perlakuan A1 (disemprot ) lebih baik
nyata. Panen stek per batang tanaman
daripada perlakuan A2 (tidak disemprot).
induk antara 1,07 – 1,97. Pada umumnya
Panen stek hanya dilakukan sampai tanaman
induk
berumur
12
berbeda
tanaman induk in vitro rata-rata jumlah
MST,
steknya per batang lebih tinggi. Dan secara
dikarenakan pada saat tersebut kualitasstek
visualpun terlihat bahwa hampir seluruh
yang dipanen sudah kurang baik. Serta
buku tumbuh tunas yang dapat dipanen
tanaman induk sudah menunjukkan ciri-
steknya.
ciri sudah tua diantaranya berdaun ganda dan berumbi.
Panen
stek
dihentikan
setelah
tanaman induk menunjukkan tanda-tanda
Pada perlakuan penyemprotan GA3
sudah tua yaitu sudah membentuk daun
masih belum dapat memperpanjang masa
ganda,berumbi atau daun dari tanaman
juvenile dari tanaman induk, tetapi dari
induk sudah mulai menguning (senescens).
penelitian ini secara visual terlihat bahwa
Dari ketiga macam sumber tanaman induk
kualitas tanaman induk yang disemprot
terlihat bahwa jumlah stek per perlakuan
GA3 lebih baik daripada tidak disemprot.
asal tanaman in vitro selalu lebih baik dari
Menurut Chatfield et al (2000) dan Mobini
perlakuan lainnya. Dan jumlah stek per
et al (2009), keberhasilan tunas tumbuh
batang umumnya hanya satu yang dapat
dipengaruhi oleh sifat genetik dari kultivar,
dipanen. Disini dapat dikatakan bahwa
kombinasi
tanaman induk asal in vitro adalah yang
optimum
dari
temperatur,
cahaya dan kelembaban relatif pada saat
terbaik,
walaupun
tanaman induk tumbuh.
(aklimatisasi)
untuk
pemindahan
tanaman lebih sulit bila
Tabel 4. Pengaruh perlakuan asal tanaman induk terhadap jumlah stek per perlakuan dan jumlah stek per batang 4 MST
Umur tanaman induk 6 MST 8 MST 10 MST
12 MST
Jumlah stek per perlakuan T 1 ( tanaman in vitro) 16,00 a 22,17 a 29,83 a 30,17 a 32,67 a T2 ( stek pucuk) 10,50 b 14,33 b 17,67 b 15,33 b 16,67 b T3 (Umbi mini) 18,17 a 16,00 a 18,00 a 16,67 b 12,50 b Jumlah stek per batang T 1 ( tanaman in vitro) 1,66 a 1,97 a 1,89 a 1,66 b 1,82 b T2 ( stek pucuk) 1,07 b 1,41 b 1,74 b 1,71 a 1,05 a T3 (Umbi mini) 1,42 b 1,35 b 1,53 b 1,48 ab 1,28 ab Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 %
102
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014 Tabel 5. Pengaruh perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm dan asal tanaman induk terhadap jumlah stek per perlakuan Umur tanaman induk 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST A1 T1 13,33 bc 25,00 a 34,33 a 26,67 a 26,33 a T2 10,00 c 12,33 b 15,33 c 21,67 a 29,00 a T3 19,33 a 26,33 a 30,00 ab 30,33 a 25,67 a A2 T1 18,67 a 19,33 ab 25,33 abc 33,67 a 39,00 a T2 11,00 c 16,33 b 19,00 bc 29,00 a 24,33 a T3 17,0 ab 25,67 a 26,00 abc 23,00 a 19,33 a Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 % Perlakuan
Tabel 6. Pengaruh perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm dan asal tanaman induk terhadap jumlah stek per batang Umur tanaman induk 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST A1 T1 1,39 bc 2,18 ab 2,75 a 2,79 a 2,56 b T2 1,03 c 1,23 b 1,63 ab 2,78 a 2,35 a T3 1,93 a 2,36 a 2,58 a 2,78 a 2,50 ab A2 T1 1,03 a 1,76 ab 1,34 b 2,73 a 2,08 ab T2 1,10 c 1,59 ab 1,34 b 2,64 a 2,05 ab T3 1,70 ab 1,34 b 1,29 b 2,19 a 2,05 ab Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 % Perlakuan
dibandingkan dengan stek pucuk dan umbi
Panen stek hanya dilakukan sampai
mini. Menurut Cline (1994), bahwa asal
dengan tanaman induk berumur 12 MST,
tanaman ini mempunyai sirkulasi dan
dikarenakan pada saat tersebut tanaman
kandungan hormone yang berbeda dan
menunjukkan ciri-ciri sudah tua yaitu daun
mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik
sudah senescens (menguning), berumbi
sebagai tanaman induk atau tanaman
atau membentuk daun ganda. Dan menurut
kentang dalam memproduksi umbi.
Kim et al. (2009) stek yang dipanen
Dalam Tabel 5. antara perlakuan
mutunya
akan
kurang
baik
dalam
penyemprotan larutan GA3 150 ppm dan
pertumbuhan selanjutnya. Selain itu stek
asal tanaman induk tidak ada interaksi.
yang dipanen dari tanaman induk sudah tua
Perlakuan asal tanaman induk, terlihat
jumlah umbi yang dihasilkan akan sedikit
bahwa
untuk
atau tidak berumbi (Bryan, 1981: Mobini
selalu
et al , 2009).
tanaman
jumlah induk
stek in
perlakuan vitro
menghasilkan jumlah tertinggi baik untuk
Dalam Tabel 6 , pengamatan jumlah
perlakuan yang disemprot GA3 maupun
stek per batang, rata-rata jumlah stek
tidak disemprot.
antara 1,03 – 2,78. dan terlihat bahwa 103
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014 Tabel 7. Pengaruh perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm dan asal tanaman induk terhadap % tanaman tumbuh Umur tanaman induk 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST A1 T1 96,67 a 96,67 a 93,33 ab 90,00 b 86,67 a T2 96,67 a 93,33 a 93,33 ab 90,00 b 86,67 a T3 100,00 a 96,67 a 96,67 a 93,33 a 90,00 a A2 T1 96,67 a 96,67 a 96,67 a 93,33 a 80,00 a T2 100,00 a 96,67 a 96,67 a 90,00 ab 86,67 a T3 100,00 a 100,00 a 100,00 a 83,33 b 86,67 a Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 %. Perlakuan
kombinasi perlakuan penymprotan GA3
antara perlakuan yang disemprot GA3 150
150 ppm dan asal tanaman induk in vitro ,
ppm
stek yang dihasilkan selalu lebih tinggi dari
penyemprotan.
perlakuan lainnya. Dari
dengan
perlakuan
tanpa
Dari Tabel 7, persentase tanaman
rata-rata jumlah
stek saat
tumbuh secara statistik tidak berbeda nyata
tanaman induk berumur 12 MST, jumlah
untuk perlakuan yang disemprot larutan
steknya
GA3 150 ppm dan tidak disemprot dari 3
2 per batang tetapi panen stek
harus dihentikan karena kualitas stek yang
macam
dihasilkan kurang baik dan tanaman induk
perlakuan ini terlihat bahwa penyemprotan
sudah menunjukkan ciri-ciri sudah tua.
larutan GA3
Walupun jumlah stek perbatang lebih dari
persentase tanaman tumbuh.
satu tetapi kualitas tanaman asal stek ini kurang
baik
untuk
asal
Hasil
tanaman
induk.
Dalam
150 ppm meningkatkan analisis
statistik
antara
pertumbuhan
perlakuan penyemprotan dan asal tanamn
selanjutnya (Jarret, R.L. and N. Gawel .
induk tidak terdapat interaksi , dan secara
1991, Shiboaka, 1993; Haverkort et al ,
visualpun terlihat bahwa antara perlakuan
1995).
yang disemprot dan yang tidak disemprot
Kombinasi perlakuan penyemprotan GA3 dan asal tanaman induk
terlihat
bahwa umur tanaman induk 10, 12 MST
tidak berbeda. Hanya dari warna daun, perlakuanyang disemprot warna daun lebih pekat serta terlihat tanaman lebih vigour.
produksi steknya selalu lebih tinggi dari sebelumnya.
untuk
induk dari umbi mini selalu menghasilkan
perlakuan tanpa penyemprotan. Dengan
% tanaman tumbuh lebih tinggi dari
kata lain perlakuan penyemprotan tidak
perlakuan lainnya. Dan pada Tabel 7 ini
berpengaruh pada jumlah stek per batang.
terlihat bahwa walaupun secara statistik
Walaupun secara visual ada perbeadaan
tidak
104
Demikian
pula
Dari ketiga perlakuan, asal tanaman
berbeda
tetapi
perlakuan
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014 penyemprotan dan asal tanaman induk ini mempengaruhi persentase tanaman induk tumbuh. KESIMPULAN Dari
hasil
penelitian
ini
dapat
disimpulkan: 1. Hasil analisis statistik tidak terdapat interaksi
antara
perlakuan
penyemprotan larutan GA3 150 ppm dan asal tanaman induk terhadap persentase tanaman tumbuh, jumlah batang, persentase tanaman berdaun ganda maupun jumlah stek. 2. Perlakuan penyemprotan larutan GA3 walaupun tidak berbeda nyata tetapi selalu tanaman
meningkatkan tumbuh,
persentase menurunkan
persentase tanaman induk berdaun ganda. 3. Asal tanaman induk in vitro adalah tanaman
induk
terbaik
dalam
menghasilkan jumlah stek perbatang. 4. Ketiga macam tanaman induk yang diberi perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm pertumbuhannya selalu lebih baik dan vigour.
Arabidopsis. Plant Journal 24:159 – 169. Cline, M.G. 1994. The role of hormones in apical dominance. New approaches to an old problem in plant development. Physiol. Plant 90:230 – 237. Goodwin, P.B., Y.C. Kim and T Adisarwanto. 1980. propagation of potatoes by shoot tip culture. Short communication . Potato Res. 23: 9 – 18. Graza, I and P. Van der Zaag. 1985. Rapid multiplication of potatoes (Solanum tuberosum L). The Int. Potato Cent. Region VII. Manila. Phill. Haverkost A.J and J. Marimus. 1995. Effect of Gibberelic acid and multiple harvest on production and reproductive value of seed potato es produced above ground on stem cuttings. Pot. Res. 38:125 – 131. Jarret, R.L. and N. Gawel. 1991. Chemicals and environmental growth regulation of sweet potato (Ipomeae batatas L) in vitro. Plant Cell Tissue Organ Cult. 25:152-159. Kandil , A.A., A.E. Sharif and A.M. A. El Latif. 2012. Encaourangetment germination of potato seed cultivars (Solanum tuberosum L). J. of Basic and Applied Sci. 8:223 – 230. Karjadi , A.K., Luthfy dan Agung S. 1993. Pengaruh beberapa sumber tanaman induk dalam memproduksi stek pucuk tanaman kentang. Laporan Penelitian BPH 1993/1994.
Bryan, J.E. 1981. Rapid multiplication technique for potatoes. Int Pot. Cent. Lima Peru.
Kim, C.W, C.K. Song, , J.S. Park, , H.K. Mun, Y.K. Kang, and B.K.Kang. 2009. Growth and yield of potatoes with different mini tubers in which based hydrophonics. J. Hort. Sci. Technol. 27(3):399 – 403.
Chatfield, S.P., P.B. Stirnberg, G. Forde and O. Leyser. 2000. The hormonal regulation of axillary bud growth in
Lopez, G. S., Pascual, B, Alagarda, and J.V. Maroto. 1989. The influence of winter gibberelic acid applications
DAFTAR PUSTAKA
105
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014 on earliness , productivity and other parameters , of quantity instrawberry cultivation (Fragaria x ananassa dutch) on the Spanish Mediterranean Coast. Acta.Hort. 265: 217 – 222. Mobini, S.H., , M. R. Ismail and H. Aromice. 2009. Influence of ventilation and media on potato (Solanum tuberosum L). tuberization and its growth characteristic . African J. Biotech. 8 (1):2232 – 2241. Sanjaya, L dan Krisantini, 1993. Pengaruh asam gibberelat terhadap pertumbuhan dan perkembangana Geranium (Pelargonium hortosum ). Bull. Penel. Hort. 25: 68 – 75.
106
Shibaoka, H. 1993. Regulation by Gibberelics of theorientation of critical microtubers in plant cells. Aust . J. Plant Physiol 20:461 -470. Struik, P.C. and S.G. Wiersema. 1999. Seed potato technology .Wagenigen Press. TheNetherlands, 382 pp. Tehranifer, A and N.H. Battley. 1997. Comparison of the effect of GA3 and Chilling on vegetative vigour and fruit set in strawberry . Acta Hort. 409: 629 – 630. Uyen, van U. and P. Van der Zaag, 1983. Vietnamese farmers use tissue culture for commercial potato production. Amer. Pot. Journal. 60:874 – 877.