Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
Pengaruh Penguasaan Tata Bahasa Terhadap Keterampilan Menulis Narasi Bahasa Inggris Jimmi Bahasa Inggris ABA-BSI Jakarta Jl. Salemba Tengah Raya No. 45 Jakarta Pusat
[email protected]
ABSTRACT
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penguasaan tata bahasa terhadap keterampilan menulis narasi bahasa Inggris. Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode survei. Dari penelitian menunjukan pengaruh penguasaan tata bahasa secara bersama-sama terhadap keterampilan menulis narasi bahasa Inggris dengan analisa regresi : Y = 38,422 + 0,619. Dari persamaan tersebut menunjukan setiap kenaikan satu unit penguasaan tata bahasa akan meningkatkan ketermpilan menulis narasi bahasa Inggris sebesar 0,619 unit secara ceteris paribus. Dari data yang diperoleh bahwa penguasaan tata bahasa secara signifikan = 0,000 < 0,05 (thitung = 7,848 > ttabel = 1,684) artinya terdapat pengaruh terhadap keterampilan menulis narasi bahasa Inggris.
I.
PENDAHULUAN Bahasa Inggris merupakan bahasa global yang digunakan oleh lebih dari separuh penduduk dunia. Di samping berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, bahasa Inggris di gunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan ekonomi perdagangan, hubungan antar bangsa, tujuan sosial budaya, pendidikan, serta pengembangan karir. Penguasaan tata bahasa Inggris merupakan persyaratan penting bagi keberhasilan individu, masyarakat, khususnya di Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global. Tata bahasa sangat penting dalam komunikasi aktif dengan menggunakan bahasa Inggris. Tanpa penguasaan tata bahasa Inggris yang baik dan benar pembelajaran menulis harus memperhatikan kemampuan setiap peserta didik dan materi yang akan diajarkan. Hal ini disebabkan menulis sebagai proses yang sangat kompleks melibatkan semua proses mental yang lebih tinggi, seperti
14
ingatan, pemikiran, daya khayal, pengaturan, penerapan, dan pemecahan masalah. Penguasaan tata bahasa dalam menulis bahasa Inggris dapat diukur salah satunya dengan memberikan sebuah latihan yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran menulis. Selain itu menentukan atau mencari letak kesalahan penggunaan tata bahasa dalam menulis, sehingga banyak orang menemui kendala dalam keterampilan ini. Kendalakendala tersebut sering ditemui saat proses pembelajaran bahasa Inggris, terutama saat sedang mengerjakan soal latihan. Ini merupakan salah satu faktor penghambat bagi peserta didik dalam mempelajari bahasa Inggris. Menulis itu sendiri juga membutuhkan keterampilan dan kemampuan dalam menangkap gagasan atau ide. Menangkap gagasan atau ide akan lebihsulit jika tulisan yang ditulis berupa tulisan berbahasa asing, termasuk juga tulisan berbahasa Inggris. Menulis berarti menambah pengetahuan tentang berbagai hal sekaligus mengenai tata bahasa, cara penyusunan alinea, pemilihan
ISSN 2086-6151
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
topik, pembatasan penentuan gaya dan gagasan. Dengan demikian perlu ditimbulkan minat belajar bahasa Inggris untuk memudahkan siswa dalam mengatasi kesukaran dalam memahami tata bahasa di tulisan tersebut. Tetapi keterampilan menulis dengan menggunakan penguasaan tata bahasa juga merupakan suatu kebiasaan yang kurang diminati oleh para siswa. Keterampilan menulis dan memahami penguasaaan tata bahasa atau grammar bagi bangsa kita masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah tidak adanya budaya penguasaan tata bahasa sejak kecil dan faktor lingkungan yang tidak mendukung. Kemudahan dalam menangkap gagasan atau ide lebih banyak ditemui dalam tulisan-tulisan berbahasa Inggris, seperti dalam novel dan cerita pendek. Sehingga sumber penguasaan tersebut lebih digemari daripada sumber pemahaman seperti pada buku-buku pelajaran. Keterampilan menulis bahasa Inggris dan penguasaan tata bahasa Inggris yang tepat dan benar tentunya akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis bahasa Inggris yang tentunya mempunyai tingkat kesulitan tersendiri. Penguasaan tata bahasa memang perlu dipahami dan kuasai supaya keterampilan menulis yang ditunjang oleh penguasaan pola tata bahasa yang baik dan tepat dapat memberikan hasil postif untuk siswa. Maka dalam penelitian ini penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh penguasaan tata bahasa atau grammar terhadap keterampilan menulis narasi bahasa Inggris. Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka timbul masalah-masalah yang akan diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh penguasaan tata bahasa terhadap keterampilan menulis narasi bahasa Inggris siswa? 2. Apakah penguasaan tata bahasa dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi bahasa Inggris siswa? II. 1.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Menulis
ISSN 2086-6151
Menurut pendapat (Kern, 2000) mengemukakan, “writing is thus most usefully defined not in terms of uniform, universal processes, but rather in terms of contextually appropriate practices”. Maksudnya keterampilan menulis ialah keterampilan yang sangat bermanfaat untuk siswa sebagai sarana komunikasi melalui tulisan. Keterampilan menulis harus diterapkan dikelas sesuai dengan rumusan yang tepat dan diperoleh melalui dengan latihan. Hal tersebut beralasan karena keterampilan menulis merupakan kemampuan siswa dalam memilih kata yang tepat dan keharusan berpikir tentang topik yang akan ditulis. (Gebhard, 2006) menambahkan, “writing is word choice, use of appropriate grammar (such as subject-verb agreement, tense, and article use), syntax (word order), mechanics (such as puntuation, spelling, and handwriting), and organization of ideas into coherent and cohesive form”. Keterampilan menulis merupakan kemampuan dalam memilih sebuah kata yang tepat disesuaikan pemakaian dengan unsur tata bahasa seperti adanya subject, kata kerja. Selain itu keterampilan menulis harus menggunakan berupa bentuk-bentuk bacaan yang akan memberi arti lebih bermakna dari sebuah bentuk tulisan. Hal ini penting karena menulis memerlukan teknik-teknik yang tepat dalam menuangkan segala ide atau pemikiran dalam bentuk tulisan. Adapun pendapat lain yang dikemukan oleh (Hyland, 2002), menyatakan, “writing is learnt, not taught, and the teacher’s role is to be non-directive and facilitating, providing writers with the spce to make their own meanings through an encouraging, positive, and cooperative environment with minimal interference”. Artinya menulis harus dipelajari dengan tepat. Peran guru dalam mendidik dan memberikan materi pembelajaran tentang menulis kepada siswa harus tepat dan sesuai dengan acuan proses pembelajaran yang ada disekolah. Menulis akan memberkan ruang kepada siswa untuk dapat melatih diri mereka sendiri untuk dapat menulis yang meraka ketahui. Jadi, keterampilan menulis mendorong siswa untuk dapat menjadi aktif
15
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
dan berani dalam meningkatkan keterampilan menulis mereka. (McCrimmon, 2006) berpendapat, “writng is hard work. But, writing is also opportunity: to convey something about yourself, to communicate ideas to people beyond your immediate vicinity, to learn something you didn’t know”. Maksudnya ialah keterampilan menulis merupakan sebuah proses pembelajaran yang sulit. Namum, keterampilan menulis juga sebuah kesempatan mengembangkan kemampuan menulis dengan penggunaan tata bahasa dan kata yang tepat, menyampaikan melalui sebuah ide atau gagasan kepada orang melalui komunikasi menulis, dan siswa dapat mempelajari hal-hal yang baru yang sebelumnya belum mereka ketahui. Dalam hal ini, seseorang yang menulis dalam suatu bahasa asing atau bahasa Inggris, harus mengetahui prinsip-prinsip tersebut di atas. Di samping itu faktor penbenaran penguasaan tata bahasa juga dijadikan penilaian apakah keterampilan menulis seseorang dengan baik atau tidak. Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan menulis ialah kegiatan yang kompleks maka kemampuan tata bahasa, kemampuan dalam gaya bahasa, kemapuan mengembangkan tema serta sistematika penulisan karangan sangat diperlukan. Namun demikian, proses pebelajaran menulis dalam bahasa Inggris sering menimbulkan kesulitan bagi siswa. Kesulitan sering muncul karena perbedaan sistem bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, ketidak mampuan siswa menerapkan struktur dan tata bahasa yang telah dipelajari serta kurangnya motivasi dari guru ataupun orang tua siswa. a. Tujuan Pengajaran menulis. Untuk mengetahui tujuan pengajaran menulis yang diajarkan oleh pendidik yang disampaikan pada peserta didik, dalam hal ini untuk meningkatakan kemampuan menulis atau mengoptimalkan kemampuan peseta didik, yaitu tertuang pada ketetapkan Departemen Pendidikan Nasional atau (Depdiknas, 2003) yaitu mengenai pengajaran menulis adalah : Pengajaran menulis ini bertujuan agar siswa memiliki keterampilan melakukan menulis
16
setengah terpimpin dalam hal meminta dan memberi informasi, memberi respon terhadap stimulus-stimulus tertentu, mendeskripsikan orang, benda dan tempat, memberikan pendapat atau meminta saran dari orang lain. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setelah mempelajari menulis, peserta didik mampu mengungkapkan perasaan, pikiran atau ide dengan tata bahasa yang benar dan sesuai dengan situasi penulisan. Melihat tujuan dari pengajaran menulis di atas, yaitu memiliki kemampuan menguasai tata bahasa dan dapat memberikan respons terhadap stimulusstimulus tertentu dalam suatu penulisan. Maka dapat dikatakan bahwa pengajaran menulis mempunyai tujuan memiliki kemampuan berkomunikasi dengan tulisan yang baik dan benar. Kegiatan-kegiatan di dalam kelas mencakup berbagai latihan menulis kan frasafrasa dan ekspresi-ekspresi sederhana, kalimatkalimat pendek yang digunakan dalam dialog. 1. Struktur Simple Past Tense 1.1 Fungsi Bahasa Inggris merupakan salah satu pelajaran penting di sekolah, sehingga cara atau teknik berbahasa perlu dipelajari dalam berbahasa Inggris karena pada waktu belajar bahasa Inggris harus menguasai aturan tata bahasa.Begitu juga siswa di sekolah sudah harus memahami atau mempelajari strukturnya, salah satunya adalah simple past tense. (Azar, 2006) berpendapat bahwa: “simple past tense indicates that an activity or situation began and ended at a particular time in the past”. Suatu kegiatan atau situasi mulai dan berakhir pada waktu tertentu dimasa lampau. Pyle dan Page (2005:59), berpendapat bahwa: “the simple past is used for a completed action that happened at one specific time in the past”. Simple past/bentuk lampau sederhana digunakan untuk menyatakan suatu kejadian yang terjadi di waktu lampau yang tidak ada hubungannya dengan sekarang. Thomson dan Martinet (1986:166), menyatakan bahwa:” simple past tense is form by adding –ed to the infinitive”. Bentuk kata kerja yang ditambahkan –ed pada akhir kata dasar (infinitif).
ISSN 2086-6151
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa “Simple Past Tense adalah bentuk waktu yang menyatakan sesuatu perbuatan yang terjadi pada masa lampau yang bersifat sederhana dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan masa sekarang”. Pada umumnya kalimat simple past tense digunakan untuk kegiatan yang telah selesai dimasa lampau seperti: a. Digunakan untuk menyatakan kejadian yang telah berakhir (completed action) yang terjadi pada masa lampau. Contoh: 1. I went to Kuta beach yesterday. 2. He was my boyfriend. 3. The tsunami swept Banda Aceh and more than a hundred thousand people died. b. Digunakan untuk menyatakan suatu kebiasaan (habitual action) yang terjadi dimasa lampau tetapi tidak untuk saat ini. Kebiasaan dimasa lampau biasanya ditandai dengan menggunakan kata “used to”. Contoh: 1. I used to live in Medan 2. They used to give me a gift but not anymore. c. Digunakan untuk membuat kalimat tidak langsung. Contoh: 1. He said that he was tired. 2. She said that she couldn’t find her book. 3. He said that he missed his girlfriend. d. Digunakan untuk membuat anak kalimat (subclause) dari conditional sentence (if clause) tipe kedua. Contoh: 1. If I had a pair of wings, I would fly as high as could. 2. If he were here now, he could help us solvethis math problem. 2.2 Bentuk Kalimat a. Verbal Sentences (+) Affirmative Sentence [S+V2+O] Subjek: I, we, you , they , he , she, it Contoh: I went to the movie two days ago (-) Negative sentence [S + did not + V1] Contoh: I didn’t go to the movie two days ago (?) Interrogative sentence [Did + S + V1 +?] Contoh: did I go to the movie two days ago
b. Nominal Sentences Nominal sentence dalam bentuk simple past tense digunakan untuk menyatakan suatu keadaan yang berlangsung pada waktu lampau. (+) Affirmative sentence [ S + was /were + non verb ]Non verb atau bukan kata kerja dapat berupa kata benda, kata sifat atau kata keterangan.To be: was, were. Contoh: I was busy yesterday morning. (-) Negative sentence [ S + was/were + not + non verb] To be: was, were. Contoh: I was not busy yesterday morning. (?) Interrogative sentence [was/were + S + non verb + ?] Contoh: was you busy yesterday morning? 2.3 Regular dan Irregular verbs Pada Simple Past Tense, kata kerja dibagi menajdi dua yaitu kata kerja beraturan ( Regular Verb) dan kata kerja tidak beraturan ( Irregular Verb). Kedua kata kerja ini adalah kata-kata yng dipengaruhi oleh waktu. Di bawah ini akan diuraikan satu persatu. 1. Kata Kerja Beraturan (Regular Verb) Regular verb adalah perubahan kata kerja yang mengikuti peraturan normal, yaitu dengan melakukan penambahan –d atau –ed pada kata kerja bentuk pertama sehingga menjadi kata kerja bentuk kedua (Past Tense). Contoh : Table of Regular Verbs: Infinitive Past tense Ask Asked Climb Climbed Brand Branded Borrow Borrowed Call Called Source: (Thomson dan Martinet, 1986) 2.
Kata Kerja Tidak Beraturan (Irregular Verb) Irregular verb adalah perubahan kata kerja yang tidak mengikuti aturan, atau dapat dikatakan untuk membentuk past tense tidak ditambahkan –d atau –ed. Oleh Karena itu Irregular verb ini harus dihafalkan baik-baik. Contoh Tabel Irregular verbs: Infinitive
ISSN 2086-6151
Past tense
17
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
Make Become Begin Buy
Made Became Began Bought
3. Keterangan Waktu (Time Signal) Time signal yang sering digunakan pada bentuk simple past tense adalah yesterday, last, dan ago.
Source: (Thomson dan Martinet, 1986) Menurut (Knapp dan Watkins, 2005) mengemukakan,“Narrative is simply about entertaining a reading audience, although it generally always doess so. Narrative also has a powerful social role beyond that of being a medium for entertainment. Narrative is also a powerful medium changing social opinions and attitudes”. Maksudnya ialah karangan narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa, sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami peristiwa itu. Karangan narasi juga mempunyai peranan sosial yang kuat dalam mengisahkan sebuah cerita kepada pembaca selain terhibur oleh isi karangan cerita narasi itu, pembaca juga memetik satu pesan positif yang terkandung dalam cerita narasi itu. Pesan tersebut merupakan bentuk rasa sosial yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pandangan lain dikemukakan oleh (Webster dan Mertova, 2007), “Narrative records human experience through the construction and reconstruction of personal stories; its well suited to addressing issues of complexity and cultural and human centredness because of its capacity to record and retell those events that have been most influence on us”. Karangan narasi merupakan sebuah rekaman pengalaman manusia yang dituangkan melalui susunan dan dibangun lagi dari cerita itu sendiri. Karangan narasi sangat sesuai membahas hal-hal yang bersifat kompleks dan kebudayaan dengan manusia sebagai pusat dari pengalaman tersebut yang telah terekam dan dicerita kembali peristiwa atau kejadian tersebut sehingga telah mempengaruhi kita sebagai pembaca. Menurut Barthes didalam buku (Meike Ball, 2007), “Narrative is first and foremost a prodigious variety of genres, themselves distribute amongst different substances-as
18
3. Pengertian Narasi though any material were fit to recieve man’s stories. Able to be carried by articulated language, spoken or written, fixed or moving images, gesture, and the ordered mixture of all these substance”. Maksudnya ialah karangan narasi merupakan sebuah karangan yang pertama dan terkemuka dari sebuah jenis-jenis karangan. Karangan narasi menghantarkan pembedaan diantara materi apa saja yang sesuai diterima sebagai sebuah cerita . Karangan narasi dapat dibawakan melalui sebuah bahasa, lisan atau tulisan, gambar gerak, gerak tubuh, dan semua itu disusun menjadi satu kesatuan yang memberikan sebuah cerita narasi melalui peristiwa atau kejadian yang terapat didalamnya. (Pradiyono, 2007),”Narrative, adalah jenis teks yang sangat tepat untuk menceritakan aktivitas atau kejadian masa lalu, yang menonjolkan problematic experience dan resolution dengan maksud menghibur dan seringkali dimaksudkan untuk memberi pelajaran moral kepada pembaca”. Dengan demikian jika siswa diajak untuk menceritakan atau mengisahkan pengalaman masa lalu maka mereka dapat menggunakan jenis karangan narasi. Pengalaman hidup atau problematic expreience dan pemecahan masalah atau rosolution bagian dari karangan narasi yang didalamnya merupakan jalan dari awal sebuah cerita yang nantinya mengerucut ke dalam penyelesaian. Sedangkan (Feez dan Joyce, 1998), mejelaskan tentang narasi: 1. Orientation, Introduce the chracters and tells the reader something about them; tells the reader time (when), place (where), characters (who), events (what), and reason (why) gives a hint about the problem which the characters will encounter. 2. Complication, where the reader discovers problem and something happens that the chracters do not expect.
ISSN 2086-6151
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
3.
Evaluation, usually attached to the complication, it is where the writer gives comments in the events and in this ways gives significance to them; shows the action down and creates suspense which makes the reader wants to find out what happens next. 4. Resolution, is where the problems are solved 5. Coda or re-orientation, round off the story with a story comment on what happened or with a comment about the future lives of characters. Many fairy tales have a coda such as “And they live happily ever after. Berdasarkan beberpa pengertian karangan narasi diatas, dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang mengandung unsur-unsur pelaku, konflik, tindakan, ruang, dan waktu yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa sehingga membentuk sebuah alur cerita agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu. Karangan narasi mempunyai text element yang merupakan bagian dari cerita narasi yaitu pendahuluan atau orietation, berfungsi manarik dan memprovokasi pembaca untuk mengetahui detail jalan ceritanya, urutan peristiwa atau sequence of events, berfungsi untuk menyampaikan detail aktivitas atau kejadian yang bersifat konflik sampai klimaks, pemecahan masalah atau rosolution, berfungsi sebagai paparan pemecahan masalah yang sudah diceritakan, dan pesan moral atau coda, berfungsi sebagai paparan tentang pelajaran atau moral lesson yang memungkinkan dapat diambil dari kejadian cerita tersebut. 4.
Hakikat Tata Bahasa
Quirk mengemukakan pendapatnya (1985): “A Comprehensive Grammar of the English Language”sebagai berikut “ English is used principally for internal purposes as an internationa language, for speakers to communicate wit other speakers chiefly as international language”. Maksud dari pernyataan tersebut menyatakan dengan jelas bahasa inggris digunakan sebagai bahasa
ISSN 2086-6151
internasional yang dipakai oleh pembicara yang satu dengan pembicara yang lain nya untuk berkomunikasi dalam bahasa asing. Maka hakekat nya bahasa Inggris perlu dipelajari untuk dapat berkomunikasi dengan orang asing, dapat membaca serta memahami bacaan – bacaan ilmiah yang digunakan sebagai sumber belajar perguruan tinggi. Seperti yang diutarakan oleh (Halliday, 1994) : ”An Introduction to Functional Grammar ” sebagai berikut : ” Grammar is designed to bring a study of wording, but one that interprets wording by reference to what it means”. Maksudnya, tata bahasa berfungsi sebagai bentuk pelajaran menyusun kata – kata dalam menulis agar maksud bdan tujuan penyampaian pesan melalui tulisan dapat ditafsirkan dengan baik dan tepat. Penguasaan tata bahasa sebagai salah satu fungsi bahasa sangat menunjang peserta didik untuk memliki keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Pada dasarnya menulis merupakan menyusun kata - kata atau kalimat - kalimat sehingga menjadi sebuah tulisan, maka dalam penyusunan tersebut peserta didik harus memperhatikan susunan aturannya atau kaidah bahasa yang ada agar tulisan tersebut dapat di pahami makna kalimatnya. Seorang peserta didik yang mampu menyusun kembali kata kata menjadi sebuah kalimat pastilah dapat dikatakan peserta didik tersebut sudah menguasai aturan - aturan atau kaidah tata bahasa khususnya tata bahasa inggris dalam proses penataan bahasa. Dalam kutipan buku ”Teaching Foreign-Language Skills” karya Wilga M. Rivers menyatakan bahwa ”Grammar is the rules of a language set out in terminology which is hard to remmember, with many exception appende to each” Mengingat pentingnya penguasaan tata bahasa dalam menguasai bahasa asing seperti bahasa inggris, maka pengajaran tata bahasa menduduki tempat terpenting dalam setiap pembelajaran bahasa. Meskipun demikian, tata bahasa masih tetap menjadi kendala dalam menguasai atau memahami suatu bahasa asing. Maka peserta didik akan tetap menemukan kesukaran dalam mempelajari bahasa walaupun telah mempelajari tata bahasanya.
19
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
III. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah survey, yaitu dengan cara mendatangi langsung obyek penelitian dengan instrument berupa kuesioner. Penelitian yang akan penulis lakukan ini bersifat penelitian sampel, yaitu penelitian yang menjadikan sebagian subyek penelitian untuk mewakili keseluruhan populasi. Kebalikan dari penelitian ini adalah penelitian yang bersifat populasi artinya bahwa seluruh subyek penelitian dijadikan obyek penelitian. Sebagai penelitian sampel, penelitian ini menggunakan salah satu metode yang ada dalam penelitian ilmiah, yaitu metode survei. Menurut Wallace dalam Singarimbun (1989:25) bahwa “Penelitian survey merupakan suatu proses untuk mentransformasikan lima komponen informasi ilmiah, yaitu : (1) teori, (2) hipotesa, (3) observasi, (4) generalisasi empiris, dan (5) penerimaan atau penolakan hipotesan”.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Pada bagian ini akan dikemukakan analisa data dari penguasaan tata bahasa dan keterampilan menulis narasi Bahasa Inggris yang dilanjutkan dengan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan. 1. Keterampilan Menulis Narasi Bahasa Inggris Berdasarkan data yang berhasil diperoleh seperti yang tertera dalam lampiran dapat diketahui bahwa nilai terendah dari jawaban responden yang terkait dengan keterampilan menulis narasi bahasa Inggris siswa adalah sebesar 75 dan nilai tertinggi dari jawaban responden yang terkait dengan keterampilan menulis narasi bahasa Inggris siswa adalah sebesar 95. Simpangan baku sebesar 4,881. Mean sebesar 86,65. Median sebesar 87,00. Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian
Modus sebesar 90,00 dengan renge 20 serta varians 23,823. 2. Penguasaan Tata Bahasa Berdasarkan data yang berhasil diperoleh seperti yang tertera dalam lampiran dapat diketahui bahwa nilai terendah dari jawaban responden yang terkait dengan penguasaan tata bahasa adalah sebesar 64 dan nilai tertinggi dari jawaban responden yang terkait dengan penguasaan tata bahasa adalah sebesar 93. Simpangan baku sebesar 6,761. Mean sebesar 77, 33. Median sebesar 76,00. Modus sebesar 71 dengan renge 29 serta varian 45,712.
B. Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas Uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini pengujian terhadap normalitas data dilakuakn dengan menggunakan SPSS. Berdasarkan table One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk menguji normalitas dependen variable dalam hal ini keterampilan menulis narasi bahasa Inggris, kreteria jika sig > 0,05 maka hipotesis yang menyatakan variable dependen adalah normal bisa diterima. Pada data penelitian menunjukan sig = 0,301 > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal, selain itu variable independen dalam hal ini penguasaan tata bahasa hipotesis yang menyatakan variable independen adalah normal bisa diterima. Pada data penelitian menunjukan sig = 0,678 > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal, seperti terlihat pada table 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov Smirnov Test Test distribution is normal Calculated from data
Source: SPSS output 2014 Source: SPSS output 2014 20
ISSN 2086-6151
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
2.
Uji Linearitas Selain uji normalitas, salah satu syarat yang diperlukan dalam menganalisis data dengan uji linearitas dimaksudkan untuk melihat bentuk persamaan regresi yang terbentuk dari tiap variable bebas terhadap variable terikat, dalam hal ini X1 terhadap Y. hipotesis yang diuji adalah : Ho : persamaan regresi berbentuk linier H1: persamaan regresi tidak berbentuk linier Dengan kreteria uji jika sig deviation from linearity > 0,05; maka tolak H1 dan terima Ho dan sebaliknya dari hasil perhitungan didapat seluruh persamaan regresi yang terbentuk merupakan garis lurus. Adapun tujuan uji linearitas untuk mengetahui apakah varians populasi linear antara variable bebas dengan variable terikat atau tidak. Pengujian linearitas pada kelompok sampel dilakukan dengan F hitung < Ftabel pada taraf signifikansi α = 5 %. Untuk penguasaan tata bahasa terhadap keterampilan menulis narasi bahasa Inggris terlihat pada tabel: Tabel 4.3 Tabel Anova
3. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.2 Diagram Pencar Diteksi Heteroskedestisitas Regresi Y atas X Dari gambar di atas tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi hetoreskedesitias. Dengan kata lain terdapat kesamaan (homogenitas) varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain
4. 1.
(Source: SPSS output 2014) Dengan nilai sig = 0,127 > 0,05 dan F hit = 1,733 < F tab = 4,08 untuk penguasaan tata bahasa maka hipotesis nol diterima artinya sampel berasal dari populasi yang memiliki model regresi berpola linear.
ISSN 2086-6151
Uji Hipotesis Pengaruh Penguasaan Tata Bahasa Terhadap Keterampilan Menulis Narasi Bahasa Inggris. Hipotesis Ho : Tidak terdapat pengaruh penguasaan tata bahasa terhadap keterampilan menulis narasi bahasa Inggris Ha : Terdapat pengaruh penguasaan tata bahasa terhadap keterampilan menulis narasi bahasa Inggris. Untuk mengetahui apakah variable penguasaan tata bahasa terhadap Variabel keterampilan menulis narasi bahasa Inggris, dengan memperhatikan nilai yang tertera pada t atau kolom sig untuk baris penguasaan tata bahasa pada tabel 4.8 terlihat t hitung = 7,848 > ttabel = 1,671 dan sig= 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap Variabel.
21
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
2.
Pembahasan Hasil Penelitian Peningkatan keterampilan menulis narasi bahasa Inggris dapat tercapai apabila seorang guru dapat memberikan pengetahuan yang tepat akan penguasaan tata bahasa sehingga para siswa dalam proses belajar mengajar tidak merasa dibebani dan takut akan sebuah tata bahasa Inggris (grammar) tetapi merasa nyaman dalam mengikuti pelajaran. Berdasarkan persamaan regresi sederhana dan hasil perhitungan dapat terlihat dengan jelas pada nilai sig 0,000 < 0,05 dan thitung = 7,848 > ttabel = 1,671 maka Ho ditolak dan dengan demikian Ha diterima artinya terdapat pengaruh penguasaan tata bahasa dengan keterampilan menulis narasi bahasa Inggris (Y), secara signifikan. Penguasaan tata bahasa siswa menjadikan proses kegiatan belajar mengajar jadi lebih hidup dan banyak memberikan pada pengalaman pada diri siswa sehingga dapat mengambil suatu pengalaman dari apa yang telah dilakukan dan berdampak pada proses belajar yang pada gilirannya akan meningkatkan keterampilan menulis narasi bahasa Inggris. Siswa yang penguasaan tata bahasa lebih berani mengungkapkan sesuatu masalah yang bisa dibahas dan dikembangkan. menjadi suatu tulisan lebih mengembangkan kemampuan penalaran pada suatu masalah yang diisukan sehingga penguasaan tata bahasa sangat mewarnai imajinasi sebuah tulisan narasi, bisa dilihat dari hasil tes yang dikaukan bila keadaan itu memungkinkan maka bisa dijadikan suatu pembelajaran yang baik untuk merubah menjadi hal yang positif. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis terhadap hasil penelitian mengenai pengaruh penguasaan tata bahasa terhadap keterampilan menulis narasi bahasa Inggris, diperoleh kesimpulan yaitu terdapat pengaruh penguasaan tata bahasa terhadap keterampilan menulis narasi bahasa Inggris dengan melihat thitung = 7,848 > ttabel = 1,684 dan nilai sig = 0,000 < 0,05 dari pengujian korelasi dengan melihat model garis maka terdapat pengaruh positif variabel bebas yaitu penguasaan tata bahasa terhadap
variabel terikat keterampilan menulis narasi bahasa Inggris. Sehingga dapat disimpulkan, penguasaan tata bahasa memberikan pengaruh positif dan sangat signifikan terhadap kemampuan menuli narasi bahasa Inggris. Hal ini pun terlihat dari nilai peserta didik yang diajar menulis narasi dalam bahasa Inggris dengan tatanan bahasa Inggris yang benar dan baik. DAFTAR PUSTAKA Bal, Mieke. (2007). Narrative Theory: Critical Concepts in Literary and Cultural Studies. London: Routledge. Brophy, Jere. (2010). Motivating Students to Learn: Third Edition. New York: Routledge. Dimiyanti dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Feez, S dan Joyce H. (2002). Text Based Syllabus Design. Gebhrad, Jerry G.( 2009). Teaching English as a Foreign or Sceond Language. Michigan: The University of Michigan. Hyland, Ken. (2002). Teaching and Researching Writing. Longman.
London:
I.A, Suparman. (2012). Aplikasi Komputer Dalam Penyusunan Karya Ilmiah (SPSS, Minitab, dan Lisrel). Tangerang: PT. Pustaka Mandiri. Knapp, Peter dan Megan Watkins. (2005). Genre, Text, Grammar: Technologies for Teaching and Assessing Writing. Sydney: University of new South Wales Press Ltd. Kern, Richard. (2000). Literacy and Language Teaching. New York: Oxford. Long, Martyn. (2000). The Psychology of
22
ISSN 2086-6151
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
Education. New York: Routledge Falmer. McCrimmon, James M. (2006). Writing With Purpose. Muhibbinsyah. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Pradiyono. (2007). Pasti Bisa! Teaching GenreBased Writing. Yogyakarta: Andi Offset. Tan, Oon Seng, et all. (2011). Educational Psychology: Second Edition. Cengage Learning Singapore. Sudjana. 1989. Metode Statistika: Edisi Ke-5. Bandung: Tarsito. Webster, Leonard dan Patricie Mertova. (2007). Using Narrative Inquiry as a Research Method.
ISSN 2086-6151
23