PENGARUH PENGGUNAAN SHELTER BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) PADA KEGIATAN PENDEDERAN SECARA INDOOR
HENDRA SATWIKA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul pengaruh penggunaan shelter berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan lobster pasir (Panulirus homarus) pada kegiatan pendederan secara indoor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Hendra Satwika NIM C14090039
ABSTRAK HENDRA SATWIKA. Pengaruh penggunaan shelter berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan lobster pasir (Panulirus homarus) pada kegiatan pendederan secara indoor. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan KUKUH NIRMALA. Permasalahan yang terjadi terhadap pembesaran lobster pasir (Panulirus homarus) adalah tingkat kematian dan kanibalisme yang tinggi akibat tidak dilakukan aklimatisasi benih terlebih dahulu sebelum dilakukan penebaran di karamba jaring apung. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan shelter dengan bahan berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan lobster pasir pada kegiatan pendederan secara indoor. Bahan shelter yang digunakan antara lain, bahan PVC-paralon, bahan paranet dan kontrol (tanpa shelter). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 2 ulangan. Benih lobster sebanyak 95 ekor dipelihara pada wadah fiber ukuran 1000 liter air dan dipelihara selama 70 hari. Pakan yang diberikan berupa ikan rucah. Jumlah pakan yang diberikan berdasarkan feeding rate (FR) sebanyak 10% dari biomasa. Pemberian pakan dilakukan satu kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan shelter bahan PVC memberikan kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot dan pertumbuhan panjang tertinggi. Perlakuan shelter bahan PVC memiliki kelangsungan hidup sebesar 65,26±1,49%, pertumbuhan bobot sebesar 5,72±0,60 gram, pertumbuhan panjang sebesar 10,43±0,15 cm. Kata kunci: Benih lobster pasir, bobot, kelangsungan hidup, panjang tubuh shelter. ABSTRACT HENDRA SATWIKA. Effect of different shelters application to survival rate and growth of spiny lobster Panulirus homarus on nursery activities in indoor system. Supervised by EDDY SUPRIYONO dan KUKUH NIRMALA The problem that happen on growth spiny lobster Panulirus homarus are high of mortality and cannibalism rate because of adaptation lobster is not done before puting in floating net cages. This research was conducted to determine effect of using dfferent shleter materials to survival rate on nursery activities in indoor system. Materials shelter that used were PVC, net and control (without shelter). This research used completely randomized design and consisted of three treatments with two replications. A total 95 lobster’s seed kept at fiber of 1000 liters of water, reared for 70 days. The feed was trash fish. The feed that given refer to feeding rate (FR) of 10% biomass. Feed given one time a day. The result showed application of PVC’s shelter provide the highest survival, growth weight and lenght growth. Application of PVC’s shelter has 65,26±1,49% of survival rate, 5,72±0,60 gram growth seight and 10,43±0,15 cm lenght growth. Keywords: body lenght, shelter, spiny lobster seed, survival rate, weight,
PENGARUH PENGGUNAAN SHELTER BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) PADA KEGIATAN PENDEDERAN SECARA INDOOR
HENDRA SATWIKA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Shelter Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Lobster Pasir (Panulirus homarus) Pada Kegiatan Pendederan Secara Indoor Nama : Hendra Satwika NIM : C14090039 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh
Dr Ir Eddy Supriyono, MSc Pembimbing I
Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Sukenda, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul: “Pengaruh Penggunaan Shelter Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Lobster Pasir (Panulirus homarus) Pada Kegiatan Pendederan Secara Indoor”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Jalan Pasir Putih 1 Ancol Timur Jakarta Utara. Berbagai pihak telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Ayah Lilik Hariyanto dan Ibu Chantar Harumi yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, do’a dan dukungan yang tiada henti. Adik Indri Septiana yang senantiasa memberikan hiburan, motivasi dan semangat kepada penulis. 2. Dr Ir Eddy Supriyono, MSc selaku Pembimbing I dan Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc selaku Pembimbing II atas segala masukan dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini. 3. Bapak Kukuh Adhiyana, ST, Ibu Lolita Thesiana, S.Si, Bapak Mardi yang telah banyak membantu selama pelaksanaan penelitian di Ancol. 4. Laboran laboratorium lingkungan, Pak Jajang Ruhanaya dan Kang Abe yang telah banyak membantu selama urusan di Laboratorium. 5. Keluarga BDP 46 atas semangat, motivasi, kebersamaan, dan kenangan. 6. Sahabat-sahabat terdekat : Irfan, Bani, Anisa Caca, Wahyu, Ikhsan, Wuri, Putri, Dila, Ares, Soya, Yeyen, Ita, Rizki, Reza, Seto. 7. Maya Fitriana, S.Pi yang selalu memberikan dukungan, arahan, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan, BDP 46, BDP 47, BDP 48. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat, dan seluruh pihak yang membutuhkan.
Bogor, Mei 2014
Hendra Satwika
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................................. 2 BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 2 Rancangan Percobaan .......................................................................................... 2 Parameter Uji dan Analisis Data .......................................................................... 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 4 Hasil ..................................................................................................................... 4 Pembahasan.......................................................................................................... 7 Kesimpulan .......................................................................................................... 9 Saran .................................................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10 LAMPIRAN ........................................................................................................ 12 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 27
viii
DAFTAR GAMBAR 1 Tingkat kelangsungan hidup lobster pasir selama masa pemeliharaan ................ 3 2 Pertumbuhan bobot lobster pasir selama masa pemeliharaan .............................. 5 3 Pertumbuhan panjang lobster pasir selama masa pemeliharaan .......................... 6 4 Laju pertumbuhan spesifik lobster pasir selama masa pemeliharaan .................. 6 5 Nilai amonia tiap perlakuan ................................................................................. 7 6 Nilai suhu tiap perlakuan ..................................................................................... 7 7 Nilai oksigen terlarut tiap perlakuan .................................................................... 7
DAFTAR LAMPIRAN 1 Bentuk dan ukuran shelter paranet..................................................................... 12 2 Bentuk dan ukuran shelter PVC......................................................................... 12 3 Desain wadah resirkulasi.................................................................................... 12 4 Analisa statistik terhadap parameter penelitan (kelangsungan hidup, bobot, panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik). ...................................................... 13
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Lobster air laut merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi dan menjadi unggulan produk perikanan di seluruh dunia. Permintaan konsumsi lobster air laut terus meningkat dari tahun ke tahun, menurut Drengstig dan Bergheim (2013), permintaan kebutuhan lobster air laut di pasar internasional mencapai 2000–2500 ton/tahun, sementara pasokan lobster di pasar tidak tersedia secara kontinyu. Hal ini disebabkan jumlah ketersediaan lobster yang semakin menurun di alam dan pengaruh musim dalam kegiatan penangkapan lobster di alam. Kegiatan budidaya lobster di keramba jaring apung (KJA) berkembang baik di Indonesia seperti di daerah Lombok dan Kabupaten Sukabumi (Palabuhan Ratu). Umumnya jenis lobster yang dibudidayakan adalah jenis lobster pasir (Panulirus homarus). Kegiatan budidaya pembesaran lobster pasir di Lombok menggunakan KJA masih terdapat kelemahan, yaitu KJA tidak di lengkapi shelter dan tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh terbilang rendah (40-50%) (Suastika et al. 2008). Begitu juga dengan usaha budidaya lobster pasir di Sukabumi (Palabuhan Ratu), pemeliharaan lobster di KJA tanpa menggunakan shelter dengan tingkat kelangsungan hidup 40-60%. Ukuran benih yang digunakan dalam kegiatan pembesaran lobster tersebut sangat beragam (≤50 gram/ekor) dengan padat tebar 100 ekor/m2. Tingkat kematian lobster pada kegiatan pembesaran ini relatif tinggi dikarenakan pada awal penebaran tidak melalui proses aklimatisasi dan tidak dilakukan penyeragaman ukuran terlebih dahulu. Kelangsungan hidup lobster dari fase puerulus hingga juvenil berkisar 4050% (Jones 2010). Angka kematian selama fase puerulus relatif tinggi, terutama disebabkan oleh sifat kanibalisme. Johnston et al. (2006) menyatakan bahwa keberagaman ukuran benih berpotensi meningkatnya tingkat kanibalisme. Salah satu cara mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan kegiatan pendederan benih lobster sebelum ditebar di keramba jaring apung. Kegiatan pendederan lobster air laut dapat dilakukan secara indoor. Pendapat James (2007) mengatakan bahwa kegiatan pendederan secara indoor memiliki kelebihan dibanding outdoor, antara lain meminimalisir biaya operasional pemberian pakan dan infrastuktur. Pendederan lobster secara indoor juga dimaksudkan sebagai aklimatisasi benih. Proses pendederan krustasea yang bersifat kanibal misalnya udang galah bertujuan untuk memberi kesempatan bagi benih udang untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru, sehingga benih yang dihasilkan bersifat lebih adaptif terhadap perubahan kondisi lingkungan dan dapat mengurangi tingkat kematian benih (Khasani 2008). Upaya yang dilakukan untuk mengurangi tingginya tingkat kanibalisme adalah dengan penggunaan shelter pada wadah pemeliharaannya. Shelter diperlukan sebagai tempat persembunyian udang yang sedang molting, serta memperluas area hidup (Erwin 1989, Khasani 2008). Penelitian yang telah dilakukan terkait penggunaan shelter umumnya dilakukan pada jenis udang-udangan, yaitu udang galah (Macrobrachium rosenbergii) (Smith 1975, Khasani 2008) dan udang windu (Panaeus monodon) (Erwin 1989). Aplikasi shelter untuk udang lobster masih terbatas contohnya pada
2 lobster yang hidup di Amerika misalnya Rock Lobter, (Jasus edwarsii) (James et al. 2002) dan Western Rock Lobster, (Panulirus cygnus) (Johntston et al. 2006). Berkaitan dengan penggunaan shelter pada lobster dengan bahan yang berbeda menunjukkan bahwa jenis shelter yang umum dilakukan adalah bahan seperti batu koral, kayu dan bahan paranet (Chau et al. 2008). Kajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan shelter bahan paranet memberikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan shelter bahan kayu dan batu koral. Namun demikian, penelitian aplikasi shelter dengan bahan paranet dan pipa PVC belum dilakukan untuk lobster pasir (Panulirus homarus), sehingga penelitian mengenai jenis shelter paranet dan pipa PVC perlu dilakukan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan jenis shelter yang berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup lobster pasir (Panulirus homarus) pada kegiatan pendederan secara indoor dan menentukan jenis shelter yang memberikan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang terbaik.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013–Januari 2014 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Jalan Pasir Putih 1 Ancol Timur Jakarta Utara. Materi Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah lobster pasir (Panulirus homarus) dengan ukuran 4,39±0,01 cm dan bobot 2,60±0,01 gram. Benih lobster yang digunakan berasal dari hasil tangkapan alam di daerah Lombok. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri atas tiga perlakuan dengan masing-masing dua kali ulangan (Tabel 1). Perlakuan yang digunakan berupa pemakaian shelter dengan bahan PVC, shelter dengan bahan paranet dan tanpa shelter (kontrol). Tabel 1 Rancangan perlakuan pemakaian jenis shelter Perlakuan 1 2 3
Notasi A B K
Jenis shelter Bahan PVC Bahan paranet Tanpa shelter
3 Persiapan Wadah Wadah yang digunakan berupa bak fiber putih sebanyak 6 buah dengan dimensi 1 x 1 x 1 m3. Sebanyak 2 bak terdapat shelter dari bahan paranet dengan ukuran 20 x 20 x 7 cm3 (Lampiran 2), 2 bak terdapat shelter dari bahan pipa PVC dengan diameter 1,5 inci, panjang 15 cm (Lampiran 3), 2 bak tanpa shelter (kontrol), 1 bak sebagai penampung kotoran dari setiap wadah dan 1 bak sebagai penampung dari hasil filter. Setiap bak dilengkapi dengan sistem aerasi, inlet dan outlet.
Pemeliharaan Lobster Lobster dipelihara di dalam bak fiber dengan padat tebar 95 ekor/wadah dengan volume air sebanyak 800 liter/wadah dan dilengkapi sistem aerasi. Lobster dipelihara selama 70 hari dan diberi pakan ikan rucah yang ditentukan berdasarkan feeding rate (FR). FR yang digunakan sebanyak 10% dari biomassa. Frekuensi pemberian pakan satu kali sehari pada waktu siang hari. Pengelolaan Kualitas Air Penelitian ini menggunakan sistem resirkulasi (Lampiran 4) dengan filter fisik, kimia dan biologi.. Filter fisik yang digunakan adalah jenis busa/dakron. Filter kimia yang digunakan adalah karbon aktif dan batu zeolit. Filter biologi yang digunakan adalah bio kristal. Untuk menjaga kualitas air dilakukan penyifonan pada kotoran, padatan dan sisa pakan lobster tiap hari. Pengamatan Lobster Pengukuran bobot dan panjang tubuh dilakukan pada setiap minggu selama 70 hari kegiatan pemeliharaan. Pengukuran bobot menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram dan pengukuran panjang tubuh menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm. Parameter Uji dan Analisis Data Laju Pertumbuhan Bobot Spesifik Laju pertumbuhan spesifik (LPS) atau persentase pertambahan bobot setiap hari. LPS bobot dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Syda-Rao et al. 2010):
Keterangan : LPS : Laju petumbuhan spesifik (% per hari) Wt : Bobot rerata individu ikan waktu ke-t (gram/ekor) Wo : Bobot rerata individu ikan waktu ke-0 (gram/ekor) t : Lama pemeliharaan (hari)
4 Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup (KH) adalah presentase jumlah lobster yang hidup setelah dipelihara (dalam waktu tertentu) dibandingkan dengan jumlah pada awal pemeliharaan yang dapat dihitung dengan rumus berikut (Effendie 1979): KH =
x 100 %
Keterangan : KH : Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Nt : Jumlah ikan pada waktu t (ekor) No : Jumlah ikan awal pada saat ditebar (ekor) Pertumbuhan Panjang Standar Panjang standar diukur dari ujung rostrum hingga pangkal ekor. pertumbuhan panjang adalah nilai selisih panjang pada waktu ke-t dengan panjang sebelumnya, dirumuskan (Effendie 1979): P= Pt - Po Keterangan : Pt : Panjang rata-rata lobster hari ke-t Po : Panjang rata-rata lobster hari ke-0 P : Pertambahan panjang Kualitas Air Parameter fisika yang diukur selama penelitian meliputi suhu, sedangkan parameter kimia yang diukur meliputi pH, oksigen terlarut (DO), amonia (NH3). Parameter suhu, pH, DO diukur secara in situ pada setiap hari selama pemeliharaan. Sampel air untuk amonia (NH3) diambil pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63 dan 70. Analisis amonia dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.
Analisis Data Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi jumlah lobster akhir, bobot tubuh, panjang tubuh, dan kualitas air. Data hasil pengukuran parameter tersebut digunakan untuk menentukan tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot, laju pertumbuhan spesifik. Data beberapa parameter yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan diolah menggunakan software Microsoft Excel 2013 dan uji ANOVA dengan uji Duncan menggunakan software SPSS versi 17.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup lobster pasir selama masa pemeliharaan disajikan pada Gambar 1. Perlakuan B (PVC) memiliki kelangsungan hidup yang tinggi sebesar 65,26±1,49% dibanding dengan perlakuan A (paranet) dan K
5 (kontrol) yang memiliki kelangsungan hidup sebesar 48,42±4,47% dan 39,47±2,23%. Perlakuan shelter dengan bahan pipa PVC menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan shelter dengan bahan paranet dan Perlakuan shelter bahan paranet menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan tanpa shelter (Lampiran 4).
Keterangan: Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0.05).
Gambar 1. Tingkat kelangsungan hidup lobster pasir selama masa pemeliharaan Pertumbuhan Bobot Tingkat pertumbuhan bobot lobster pasir selama masa pemeliharaan disajikan pada Gambar 2. Hasil uji statistik secara umum menunjukkan terdapat perbedaan nyata (P<0,05) pada minggu ke-5 sampai ke-10 (Lampiran 4). Nilai rata-rata bobot tertinggi pada akhir pemeliharaan terdapat pada perlakuan B (PVC) sebesar 5,58±0,09 gr, sedangkan pada perlakuan A (paranet) dan K (kontrol) masing-masing sebesar 4,87±0,04 gr dan 4,73±0,06 gr.
Gambar 2. Pertumbuhan bobot lobster pasir selama masa pemeliharaan
Pertumbuhan Panjang Tingkat pertumbuhan panjang lobster pasir selama masa pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Hasil uji statistik secara umum menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) minggu ke-5 sampai minggu ke-10 (Lampiran 4). Nilai rata-rata pertumbuhan panjang tertinggi pada akhir pemeliharaan terdapat pada perlakuan B (PVC) sebesar 10,43±0,15 cm, sedangkan pada perlakuan A (Paranet) dan K (kontrol) masing-masing sebesar 9,41±0,07 cm dan 9,20±0,59 cm. Selama masa pemeliharaan perlakuan B (PVC) mengalami pertumbuhan panjang sebesar 6,43
6 cm, sedangkan perlakuan A (Paranet) dan K (kontrol) mengalami pertumbuhan sebesar 5,41 cm dan 5,20 cm.
Gambar 3. Pertumbuhan panjang lobster pasir selama masa pemeliharaan Laju Pertumbuhan Spesifik Laju pertumbuhan spesifik selama masa pemeliharaan disajikan pada Gambar 4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan shelter dengan bahan berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik bobot lobster pasir (Panulirus homarus) (Lampiran 4). Laju pertumbuhan spesifik tertinggi adalah pada perlakuan B (PVC) dengan penggunaan shelter bahan pipa PVC.
Keterangan: Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0.05).
Gambar 4. Laju pertumbuhan spesifik lobster pasir selama masa pemeliharaan
Kualitas Kimia dan Fisika Air Suhu pada media pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 5. Suhu yang didapatkan rata-rata hampir sama pada setiap perlakuan. Suhu media berkisar antara 27-280C. Suhu mengalami penurunan dari minggu ke-1 sampai minggu ke7, namun terjadi peningkatan pada minggu berikutnya.
7
Gambar 5. Nilai suhu tiap perlakuan Kadar oksigen terlarut pada media pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai oksigen terlarut selama masa pemeliharaan berada dalam kisaran 5,94 mg/L – 6,27 mg/L.
Gambar 6. Nilai oksigen terlarut tiap perlakuan Konsentrasi nilai amonia pada tiap perlakuan selama masa pemeliharaan di sajikan pada Gambar 7. Nilai amonia memperlihatkan nilai yang fluktuatif pada setiap minggu. Kisaran nilai pada tiap perlakuan berada pada 0,00-0,04 mg/L. Nilai amonia tertinggi terjadi pada minggu ke-5.
Gambar 7. Nilai amonia tiap perlakuan Pembahasan Tingkat kelangsungan hidup lobster menentukan jumlah produksi yang akan diperoleh. Tingkat kelangsungan hidup yang didapatkan selama masa pemeliharaan 70 hari adalah 65,26±1,49% pada perlakuan shelter dengan bahan pipa PVC, perlakuan shelter dengan bahan jaring paranet sebesar 48,42±4,47% dan perlakuan tanpa shelter sebesar 39,47±2,23%. Tingkat kelangsungan hidup
8 yang berbeda menunjukkan bahwa jenis shelter dapat menaikkan kelangsungan hidup lobster selama 70 hari pemeliharaan. Nilai kelangsungan hidup yang diperoleh pada masing-masing perlakuan, shelter bahan pipa PVC menghasilkan kelangsungan hidup yang tertinggi. Shelter bahan pipa PVC diduga lebih efektif dalam menekan tingkat kematian lobster pasir dan dapat melindungi, menampung lobster untuk berganti kulit. Posisi shelter yang dapat melindungi dan menampung udang yang ganti kulit adalah posisi shelter yang sejajar dengan dasar wadah (horizontal). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Erwin (1989) pada pascalarva udang windu (Panaeus monodon). Walaupun kedua shelter sejajar dengan wadah, tidak terdapat kesamaan pada nilai kelangsungan hidup. Shelter bahan pipa PVC ini diduga memiliki celah yang dapat menutupi seluruh tubuh lobster untuk bersembunyi dan tidak mudah terlihat oleh lobster lain saat berganti kulit. Sesuai dengan pendapat Segal dan Roe (1975) yang menyatakan bahwa udang menyukai shelter yang panjang bagian dalamnya lebih panjang dari badan udang itu sendiri, sehingga udang dapat bersembunyi dan tidak teramati oleh udang lainnya. Rendahnya nilai kelangsungan hidup pada perlakuan tanpa shelter diduga akibat tingkat kanibalisme yang tinggi pada wadah tersebut. Sifat kanibalisme ini sering timbul pada lobster yang sehat. Sasaran pemangsaan adalah lobster yang sedang dalam proses ganti kulit (molting). Lobster yang baru molting badannya masih lembek, berwarna putih kepucatan dan mengeluarkan aroma yang menarik selera pemangsa. Tingginya tingkat kanibalisme dapat ditekan dengan pemberian shelter pada wadah pemeliharaan, sehingga lobster yang berganti kulit akan aman dari gangguan lobster yang lain. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Segal dan Roe (1975) yang menyatakan bahwa udang yang sedang berganti kulit dapat diserang oleh udang lain dan akan mati bila tidak terdapat shelter. Tingginya tingkat kelangsungan hidup diperoleh pada wadah pemeliharaan yang menggunakan shelter dibandingkan dengan wadah pemeliharaan tanpa shelter. Shelter berfungsi sebagai tempat persembunyian yang aman bagi lobster yang mengalami molting sehingga terhindar dari serangan lobster lain, melindungi lobster dari sinar matahari langsung, sebagai tempat istirahat (Widha 2003). Tempat persembunyian dalam budidaya lobster harus disediakan, hal ini berkaitan dengan habitat lobster di alam banyak terdapat di sekitar terumbu karang, lobster sering bersembunyi di balik terumbu karang untuk berlindung. Selama masa molting, keadaan lobster sangat lemah dan berdiam diri selama 2-3 hari hingga kulit yang baru tumbuh dan mengeras. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor antara lain, faktor internal yang berkaitan dengan organisme itu sendiri meliputi karakteristik genetik dan kondisi fisiologis, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan diantaranya komposisi kimia air, suhu, tingkat metabolisme, ketersediaan oksigen dan pakan. Perbedaan nilai pertumbuhan selama masa pemeliharaan disebabkan adanya shelter. Pertumbuhan antara perlakuan kontrol dan shelter bahan paranet terhadap shelter bahan pipa PVC menunjukkan perbedaan nyata, tetapi perlakuan kontrol terhadap shelter bahan paranet menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan shelter memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding kontrol. Rendahnya tingkat pertumbuhan pada perlakuan kontrol diduga tidak adanya shelter yang memicu stres sehingga memungkinkan lobster tersebut diserang oleh lobster yang sehat. Sesuai dengan
9 pendapat Segal dan Roe (1975) yang menyatakan bahwa udang yang sedang berganti kulit dapat diserang oleh udang lain dan akan mati bila tidak terdapat shelter. Laju pertumbuhan juga bergantung dari frekuensi molting dan perubahan ukuran per molting. Secara periodik lobster akan berganti kulit (molting) yaitu kulit yang lama akan ditanggalkan dan diganti dengan kulit yang baru. Pada saat pergantian kulit tersebut bisanya diikuti dengan pertumbuhan dan pertambahan berat. Selama masa pemeliharaan, lobster pada setiap perlakuan mengalami pertumbuhan bobot dan pertambahan panjang tubuh pada setiap minggu. Namun, pertumbuhan bobot, pertambahan panjang tubuh dan laju pertumbuhan yang paling baik ditunjukkan oleh perlakuan shelter bahan pipa PVC. Kegiatan budidaya lobster pasir tidak terlepas dari kondisi lingkungan, terutama kualitas air sebagai media yang secara langsung mempengaruhi kegiatan budidaya. Suhu pada wadah selama masa pemeliharaan berkisar antara 27,7028,400C. Suhu tersebut masih dalam kondisi yang dapat ditolelir oleh lobster pasir, akan tetapi suhu optimum untuk pertumbuhan lobster adalah 28-300C. Pada suhu yang rendah, lobster tidak dapat tumbuh dengan baik. Proses molting yang diperlukan lobster cepat tumbuh membutuhkan suhu yang cukup hangat (Anonimous 1979). Kadar oksgen terlarut selama masa pemeliharaan berkisar antara 5,27-6,27 mg/L. Batas toleransi udang terhadap kadar oksigen berkisar antara 4,0-8,0 mg/L (Anonimous 1979). Kadar oksigen yang rendah udang akan bersifat pasif yang mengakibatkan pertumbuhan menjadi terhambat. Kadar oksigen terlarut di bawah kebutuhan optimum dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan udang stres dan berpengaruh terhadap pertumbuhan yang akhirnya dapat meningkatkan kematian (Stikney 1979). Kandungan amonia selama masa pemeliharaan berkisar antara 0,00-0,04 mg/L. Kisaran nilai ini aman bagi pertumbuhan udang. Wardoyo dan Djokosetiyanto (1988) menyarankan agar kandungan amonia di perairan tidak lebih dari 0,5 mg/L.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemeliharaan lobster pasir (Panulirus homarus) selama 70 hari menunjukkan bahwa penggunaan shelter pada wadah budidaya memberikan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot dan panjang tubuh yang lebih baik dibandingkan tanpa shelter. Shelter dari bahan pipa PVC memberikan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot dan panjang tubuh lobster pasir tertinggi. Saran Pemeliharaan dalam budidaya lobster pasir sebaiknya menggunakan shelter dari bahan pipa PVC karena menghasilkan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang tinggi.
10
DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 1979. Pembesaran Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) dengan Sistem Shelter dalam Karamba di Bendung Curug Sebagai Salah Satu Cara Pengendalian Gulma Air. [Skripsi]. Universitas Pajajaran. Bandung Chau NM, Ngoc NTB, Nhan LT. 2008. Effect of Different Types of Shelter on Growth and Survival of Panulirus ornatus Juveniles. Spiny Lobster Aquaculture in the Asia-Pacific Region, ACIAR Proceedings p: 85-88. Drengstig A dan Bergheim A. 2013. Commercial Land-Based Farming of European lobster (Homarus gammarus L.) in Recirculating Aquaculture System (RAS) Using a Single Cage Approach. Journal of Aquacultural Engineering 53: 14-18. Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Dewi Sri. Bogor. 112 hal. Erwin. 1989. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Tipe Shelter terhadap Kelangsungan Hidup Pascalarva Udang Windu (Panaeus monodon Fab). [Skripsi]. IPB. Bogor. James PJ. 2007. Lobsters Do Well in Sea-Cages: Spiny Lobster on-Growing in New Zealand. Bull. Fish. Res. Agen . No. 20: 69-71. James PJ, Tong L, Paewai M. 2002. Effect of Stocking Density and Shelter on Growth and Mortality of Early Juvenile Jasus edwardsii Held in Captivity. Marine and Freshwater Research. 52 (8): 1413-1417 . Johnston D, Melville-Smith R, Hendriks B, Maguire GB, Phillips B. 2006. Stocking Density and Shelter Type For The Optimal Growth and Survival of Western Rock Lobster Panulirus cygnus (George). Journal of Aquaculture 260: 114–127. Jones CM. 2010. Tropical Spiny Lobster Aquaculture Development in Vietnam, Indonesia and Australia, Journal of Marine Biological Assay India, 52: 2. Khasani, I. 2008. Upaya Peningkatan Produksi dalam Usaha Pembesaran Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man). Media Akuakultur. 3 :1-27. Mohammed,G., Syda-Rao S., Ghosh S. 2010. Aquaculture of Spiny Lobsters in Sea Cages in Gujarat, India. Journal of Marine Biological Assay, 52 (2): 316-319. Segal, E., A. Roe. 1975. Growth and Behaviour of Post Juvenile Macrobrachium rosenbergii (de Man) in Close Confinement. Proceedings Annual Meeting World Mariculture Society. Lousiana State University. 6: 67-88 Smith, T. I. J. And P. A. Sandifer. 1975. Increased Production of Tank Reared Macrobrachium rosenbergii Through Use of Artificial Substrates. Proceedings Annual Meeting World Mariclture Society. Lousiana State University. 6: 55-56 Stikney, R.R. 1979. Principle of Warmwater Aquaculture. New York. John Willey and Sons, INC (Publisher). Suastika M, Fatuchri, Surahman A. 2008. Studi Kelayakan: Meningkatkan pembesaran dan nutrisi lobster di Nusa Tenggara Barat. In: Jones C (Ed). ACIAR (Australian Center for International Agricultural Research) Syda-Rao, G, George RM, Anil MK; Saleela KN, Jasmine S, Kingsly HJ; Hanumanta RG. 2010. Cage Culture of The Spiny Lobster Panulirus
11 homarus (Linnaeus) at Vizhinjam, Trivadrum Along The South-West Coast of India. Indian Journal of Fisheries 57(1): 23-29. Tanribali. 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Pada Sistem Resirkulasi Dengan Padat Penebaran dan Rasio Shelter Yang Berbeda. [Skripsi]. IPB. Bogor. Wardoyo, S.T.H. dan D. Djokosetyanto. 1988. Pengelolaan Kualitas Air di Tambak. [Makalah]. Seminar Memacu Keberhasilan dan Pengembangan Usaha Pertambakan Udang Bogor. Widha, W. 2003. Beberapa Aspek Biologi Lobster Air Tawar Jenis Red Claw (Cherax quadricarinatus), Von Martens; Crustacea; Parastacidae). [Tesis]. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
12
LAMPIRAN Lampiran 1. Bentuk dan ukuran Shelter bahan paranet Cm 20 cm 20 cm 7 cm 8400 cm3
Ukuran Panjang Lebar Tinggi Volume
Lampiran 2. Bentuk dan ukuran shelter bahan PVC
Ukuran
cm
jari-jari
3,75 cm
Panjang
15 cm
Volume
7948,15 cm
Lampiran 3. Desain wadah resirkulasi A1
K1
B2
B1
K2
A2
Keterangan : a : bak perlakuan, b : filter, c : pompa, d : kolam penampung air dari perlakuan, e = kolam penampung air yang sudah difilter. Filter pada bak penampung air dari perlakuan menggunakan media kapas/dakron sedangkan filter berikutnya menggunakan zeolit dan karbon aktif.
13
Lampiran 4 Analisa statistik terhadap parameter penelitan (kelangsungan hidup, bobot, panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik). Kelangsungan hidup lobster pasir selama pemeliharaan SR
Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
39.4700000
Paranet
2
48.4200000
PVC
2
65.2650000
Sig.
.059
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Bobot lobster pasir selama pemeliharaan minggu1 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
2
Paranet
2
2.6000000
Kontrol
2
2.6100000
PVC
2
Sig.
2.8100000 .877
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
14 minggu2 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Paranet
2
2.5800000
Kontrol
2
2.6000000
PVC
2
2.8400000
Sig.
.670
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000. minggu3 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
2.8700000
Paranet
2
2.8750000
PVC
2
3.2250000
Sig.
.878
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
minggu4 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
Kontrol
2
3.2000000
Paranet
2
3.2350000
PVC
2
3.4050000
Sig. Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
.065
1.000
15 minggu4 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
Kontrol
2
3.2000000
Paranet
2
3.2350000
PVC
2
3.4050000
Sig.
.065
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000. minggu5 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
3.3600000
Paranet
2
3.3650000
PVC
2
3.8550000
Sig.
.855
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000. minggu6 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
3.7000000
Paranet
2
3.8400000
PVC
2
Sig.
4.4100000 .385
1.000
16 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
minggu7 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
4.1600000
Paranet
2
4.1650000
PVC
2
4.7800000
Sig.
.835
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
minggu8 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
4.1750000
Paranet
2
4.2100000
PVC
2
Sig.
4.8350000 .191
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
1.000
17 minggu9 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Paranet
2
4.4200000
Kontrol
2
4.4600000
PVC
2
5.0650000
Sig.
.519
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
minggu10 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
4.7300000
Paranet
2
4.8650000
PVC
2
Sig.
5.5750000 .132
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
1.000
18 Panjang mutlak lobster pasir selama pemeliharaan Minggu1 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
4.3300000
Paranet
2
4.3900000
PVC
2
4.3900000 4.4950000
Sig.
.193
.061
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu2 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
4.4650000
Paranet
2
4.6150000
PVC
2
4.8200000
Sig.
.080
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu3 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
4.7550000
Paranet
2
4.8300000
PVC
2
Sig.
4.8300000 5.0200000
.414
.096
19 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu4 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
Kontrol
2
5.3450000
Paranet
2
5.4750000
PVC
2
5.6850000
Sig.
.178
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu5 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Paranet
2
6.0650000
Kontrol
2
6.2050000
PVC
2
Sig.
6.2050000 6.6400000
.460
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
.079
20 Minggu6 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Paranet
2
6.7500000
Kontrol
2
7.0050000
PVC
2
7.6300000
Sig.
.281
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu7 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Paranet
2
7.5550000
Kontrol
2
7.9250000
PVC
2
7.9250000 8.5550000
Sig.
.209
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu8 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
Kontrol
2
8.6600000
Paranet
2
8.7550000
PVC
2
9.3400000
Sig.
.282
.073
21 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu9 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
Kontrol
2
8.9600000
Paranet
2
9.0550000
PVC
2
10.0600000
Sig.
.079
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
minggu10 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
9.2000000
Paranet
2
9.4100000
PVC
2
Sig.
9.4100000 10.4250000
.597
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
.065
22
Laju pertumbuhan spesifik lobster pasir selama pemeliharaan
Minggu 0-1 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Paranet
2
.0381905
Kontrol
2
.0387465
PVC
2
.0497465
Sig.
.875
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu 0-2 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
Kontrol
2
.0244545
Paranet
2
.0245790
PVC
2
.0256140
Sig.
.415
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
23 Minggu 0-3 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
Kontrol
2
.0196365
Paranet
2
.0203670
PVC
2
.0230095
Sig.
.113
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu 0-4 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
Kontrol
2
.0169275
Paranet
2
.0173135
PVC
2
.0191820
Sig.
.067
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
24
Minggu 0-5 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
Kontrol
2
.0158965
Paranet
2
.0162500
PVC
2
.0179440
Sig.
.302
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu 0-6 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
.0147480
Paranet
2
.0156520
PVC
2
Sig.
.0189935 .344
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
25 Minggu 0-7 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
.0150585
Paranet
2
.0150835
PVC
2
.0179405
Sig.
.831
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu 0-8 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
.0132290
Paranet
2
.0133800
PVC
2
Sig.
.0158880 .176
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
26 Minggu 0-9 a
Duncan
Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Paranet
2
.0126650
Kontrol
2
.0128110
PVC
2
.0152200
Sig.
.519
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Minggu 0-10 Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kontrol
2
.0123725
Paranet
2
.0127795
PVC
2
Sig.
.0147520 .110
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
27
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 April 1991. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Lilik Hariyanto dan Chantar Harumi. Penulis mengawali pendidikan di SD Santa Maria Monica Bekasi tahun 1996-2002. Melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 5 Bogor pada tahun 20032006 dan SMA Negeri 2 Bogor pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dan memilih Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif anggota divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa HIMAKUA periode 2012/2013. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Fisika Kimia Perairan 2011/2012 dan 2012/2013, asisten praktikum mata kuliah Engineering Akuakultur tahun 2012, asisten praktikum mata kuliah Engineering Akuakultur untuk D3 tahun 2014. Penulis juga aktif mengikuti lomba Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI) tahun 2011. Penulis pernah melaksanakan magang kerja di Balai Budidaya Air Tawar Cijengkol Subang dengan mengambil komoditas ikan Patin. Penulis pernah melaksanakan Praktik Lapang Akuakultur (PLA) dengan judul “Pendederan Ikan Kerapu Macan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara”. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Shelter Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Lobster Pasir (Panulirus homarus) Pada Kegiatan Pendederan Secara Indoor”.