H HA ASSIILL PPEEN NEELLIITTIIA AN N
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP PETUGAS TERHADAP KUALITAS DATA KESEHATAN Hari Basuki Notobroto Bagian Bagian dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
ABSTRACT The objective of this research was to analyze the influence of health personnel’s knowledge and attitude on the quality of health data. Conducted in 8 Public Health Centers in Province of East Java, respondents of this research were doctors, dentists, midwives, and other health personnel’s. The result showed that the knowledge and attitude of most of health personnel’s was good enough, although some health personnel’s had less knowledge and attitude. Most public health centers in this study had low quality of data, especially the data accuracy. Only one Public Health Center had good data quality. There was no significant influence of health personnel’s knowledge ant attitude on quality of data. Key words: Knowledge, Attitude, Quality of health data
PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan pembangunan nasional selama kurang lebih 5 (lima) tahun terakhir yang lebih menitikberatkan pada otonomi Daerah Tingkat II, maka pembangunan kesehatan juga menerapkannya. Penerapan otonomi daerah di bidang kesehatan selain dimaksudkan untuk memandirikan daerah tingkat II dalam aspek pembiayaan pembangunan kesehatan, juga memandirikan aspek perencanaan kesehatan. Dengan demikian, setiap daerah tingkat II diharapkan mampu menyusun perencanaan kesehatan - secara bottom up - yang bermutu. Perencanaan yang bermutu setidaknya memenuhi 2 (dua) kriteria, yaitu memiliki konsistensi/kesesuaian dengan masalah kesehatan yang ada di daerah dan mampu memunculkan perencanaan khas atau spesifik daerah yang bersangkutan (local specific). Untuk itu di dalam penyusunan perencanaan tersebut haruslah didasarkan pada data yang akurat untuk mengetahui masalah yang ada, menentukan besar masalah, dan berikutnya menentukan prioritas masalah yang akan di atasi.
Kenyataan yang ada selama ini, dari berbagai usulan atau perencanaan kesehatan, tampak bahwa usulan atau perencanaan kesehatan di daerah tingkat II ataupun di tingkat Puskesmas masih didasarkan atas “feeling’ atau intuisi para pengelola program, atau masih bersifat top down, dan hanya melaksanakan kegiatan yang bersifat rutin tanpa ada prioritas program pada kegiatan-kegiatan tertentu. Data hasil kegiatan atau cakupan program tidak atau kurang dimanfaatkan untuk menentukan masalah dan besar masalah yang ada dan menentukan prioritas program yang harus di atasi. Hal ini berakibat munculnya inkonsistensi (ketidaksesuaian) dengan masalah yang ditemui di daerah dan tidak pula mencirikan local specific. Dengan kata lain, perencanaan yang dibuat tidak diarahkan untuk mengatasi masalah yang ada. Kenyataan tersebut selain memberikan implikasi terhadap rendahnya cost effectiveness program kesehatan di daerah, juga menunjukkan rendahnya kesadaran petugas akan manfaat data dan kurangnya kemampuan dan kemauan petugas untuk melakukan pengolahan dan analisis data.
149
Di Jawa Timur, telah dilakukan pelatihan perencanaan kesehatan untuk daerah tingkat II dengan penekanan perencanaan program yang data oriented (berorientasi atau berdasarkan data yang ada). Akan tetapi apabila kualitas data yang dipergunakan untuk proses perencanaan yang diperoleh dari Puskesmas-puskesmas kurang baik, demikian juga dengan usulan kegiatan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Tingkat II, kurang menggunakan data sebagai dasar perencanaan kegiatan, maka secara keseluruhan perencanaan program di daerah tingkat II tersebut tidak akan mampu mengidentifikasi besar masalah ataupun menentukan prioritas masalah yang akan di atasi. Beberapa sebab yang terkait dengan terjadinya masalah tersebut adalah kurangnya pengetahuan dan kemampuan petugas mengenai pengumpulan, pengolahan dan analisis data, sikap yang kurang benar dan juga kurang memahami manfaat data dalam proses perencanaan kesehatan (Sudijo, 2000). Oleh karena itu dipandang perlu untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap petugas kesehatan terhadap kualitas data khususnya akurasi data kesehatan di tingkat Puskesmas. Sebagai ujung tombak pengumpulan data kesehatan, kualitas data yang dikumpulkan melalui kegiatan Puskesmas sangat menentukan kualitas data di tingkat yang lebih tinggi, mulai dari tingkat II, tingkat I (provinsi), hingga nasional. Jika kualitas data di tingkat Puskesmas kurang baik, maka kualitas data di tingkat yang lebih tinggi akan kurang baik pula. Dengan mempelajari sebagian faktor yang diduga mempengaruhi kualitas data kesehatan, diharapkan diketahui tindak lanjut yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas data kesehatan di tingkat Puskesmas. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilaksanakan dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di 4 kabupaten di Provinsi Jawa Timur, yaitu di Kabupaten Sidoarjo, Jombang, Nganjuk, dan Bojonegoro. Keseluruhan kegiatan penelitian memerlukan waktu 6 bulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Puskesmas di Dati II di Provinsi Jawa Timur. Sebagai sampel diambil 8 Puskesmas di 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Sidoarjo, Jombang, Nganjuk, dan Bojonegoro. Tiap
150
kabupaten diambil 2 Puskesmas yang dipilih secara sample random. Unit analisis dalam penelitian ini adalah petugas di Puskesmas dan data kesehatan yang telah dikumpulkan di Puskesmas. Sebagai responden dalam penelitian ini adalah Dokter Pimpinan Puskesmas, dokter gigi, Bidan Pembina KIA, Petugas Kesling, dan Petugas P2M, dan bilamana perlu ditambah dengan petugas yang bertanggung jawab terhadap SP2TP. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, meliputi umur dan jenis kelamin, pengetahuan responden mengenai data, sikap responden terhadap data, dan akurasi data. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada petugas dan mempelajari kualitas data satu tahun terakhir yang telah dikumpulkan. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara diskriptif dan analitik. Analisis diskriptif disajikan dalam bentuk narasi atau tabel, sedangkan analisis inferensial untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap petugas terhadap kualitas (akurasi) dilakukan dengan analisis Regresi nonparametrik (ordinal regression). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini adalah Dokter Pimpinan Puskesmas, dokter gigi, Bidan Pembina KIA, Petugas Kesling, dan Petugas P2M, dan bilamana perlu ditambah dengan petugas yang bertanggung jawab terhadap SP2TP. Dari 42 responden yang diteliti, karakteristik responden sebagai berikut. Rata-rata umur responden 39,57 ± 7,00 tahun dengan usia termuda 23 tahun dan tertua 55 tahun. Sebagian besar responden berumur 3150 tahun (47,6%). Sebagian besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan (59,5%) dan sisanya laki-laki (40,5%). Pengetahuan mengenai data Secara keseluruhan pengetahuan responden mengenai data, manfaat, jenis, dan cara pengolahan data cukup baik dengan ratarata skor 11,76 ± 2,77 (nilai berkisar 6-18). Distribusi pengetahuan responden sebagai berikut:
Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Petugas (149-154) Hari Basuki Notobroto
Tabel 1. Pengetahuan responden mengenai data, manfaat, jenis, dan cara pengolahan data Pengetahuan Responden Baik (skor 16-20) Cukup (skor 10-15) Kurang (skor 4-9) Total
Frekuensi
Persen
8 28 6 42
19,0 66,7 14,3 100,0
Dari tabel di atas tampak bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup mengenai data, manfaat, jenis, dan cara pengolahan data (66,7%). Dalam hal pengertian mengenai data, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pengertian data. Tabel 2. Distribusi pengetahuan responden mengenai pengertian data Pengetahuan Responden Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi
Persen
5 31 6 42
11,9 73,8 14,3 100,0
Mengenai manfaat data dalam pelayanan kesehatan, secara umum pengetahuan responden cukup baik. Tabel 3. Distribusi pengetahuan responden mengenai manfaat data dalam pelayanan kesehatan Pengetahuan Responden Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi
Persen
14 26 2 42
33,3 61,9 4,8 100,0
Mengenai jenis-jenis data, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup. Tidak ada satu pun responden baik dari yang mengetahui jenis data menurut skala pengukurannya. Tabel 4. Distribusi pengetahuan responden mengenai jenis data Pengetahuan Responden Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi
Persen
2 35 5 42
4,8 83,3 11,9 100,0
Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Petugas (149-154) Hari Basuki Notobroto
Mengenai cara pengolahan data, pengetahuan responden cukup baik (59,5%), walaupun ada sebagian yang masih kurang (40,5%). Tabel 5. Distribusi pengetahuan responden mengenai cara pengolahan data Pengetahuan Responden Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi 4 21 17 42
Persen 9,5 50,0 40,5 100,0
Dalam penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan responden mengenai definisi operasional data atau variabel yang dikumpulkan dalam tugas sehari-hari. Diasumsikan bahwa semua responden dari program yang berbeda seharusnya mengetahui semua definisi operasional variabel atau data yang dikumpulkan. Beberapa variabel atau data yang ditanyakan antara lain K1, K4, Bumil risti, Bumil dengan faktor risiko, KN1, Bayi BBLR, Kematian bayi, Penderita BTA Positif Baru, Penderita TB Paru sembuh, Kunjungan Baru, Kunjungan Lama dan Akseptor KB baru. Dilakukan skoring terhadap definisi operasional variabel menurut responden. Hasil skoring sebagai berikut. Tabel 6. Pengetahuan responden mengenai definisi operasional data Pengetahuan Responden Baik (skor 45-60) Cukup (skor 29-44) Kurang (skor 12-28) Total
Frekuensi
Persen
5 30 7 42
11,9 71,4 16,7 100,0
Dari tabel tersebut di atas, tampak bahwa sebagian responden memiliki pengetahuan yang cukup (71,4%). Skor rata-rata seluruh responden adalah 35,33 ± 8,36 (kisaran 14-48). Sikap Responden terhadap Data Tiga hal yang ingin diketahui mengenai sikap responden terhadap data adalah pentingnya data bagi pelaksanaan tugas menurut responden, sikap bila data tidak lengkap atau kurang, dan sikap bila hasil cakupan tidak
151
memenuhi target. Hasil yang diperoleh sebagai berikut. Tabel 7. Sikap responden mengenai pentingnya data dalam pelaksanaan tugas responden Pentingnya Data Perencanaan Monitoring Evaluasi Mengetahui masalah Penyebaran Informasi Motivasi SDM Lain-lain
Frekuensi 15 6 9 2 2 1 2
Persen 71,4 28,6 42,9 9,5 9,5 4,8 9,5
Sebagian besar responden (71,4%) menyatakan bahwa pentingnya data dalam pelaksanaan tugas responden adalah untuk perencanaan, atau evaluasi (42,9%). Sedikit responden yang menyatakan pentingnya data dalam pelaksanaan tugas untuk mengetahui adanya masalah (9,5%) atau penyebaran informasi (9,5%). Bila ada data yang kurang atau tidak lengkap, sedangkan data harus segera dilaporkan, maka sebagian besar responden berusaha melengkapi (25,2%). Sebagian lainnya menyatakan dilaporkan apa adanya (14,3%). Ada juga responden yang menyatakan data dikarang atau disesuaikan, misalnya dengan memasukkan cakupan bulan atau tahun sebelumnya (11,9%) dan tergantung atasan (2,4%), apakah dilaporkan apa adanya atau dikarang. Tabel 8. Sikap responden terhadap data yang tidak lengkap atau kurang Sikap Responden Dilaporkan apa adanya Segera dilengkapi Periksa buku bantuan/ register/program Tergantung keinginan atasan Dikarang/disesuaikan Lain-lain Total
Frekuensi 6 18
Persen 14,3 42,9
10
23,8
1
2,4
5 2 42
11,9 4,8 100,0
Terhadap data yang tidak memenuhi target (cakupan rendah), sebagian besar responden menyatakan dilaporkan apa adanya (66,7%), sekalipun ada yang menyatakan datanya diubah agar memenuhi target.
152
Tabel 9. Sikap responden terhadap data yang tidak memenuhi target Sikap Responden Dilaporkan apa adanya Mengubah data Lain-lain Tidak menjawab Total
Frekuensi 28 1 10 3 42
Persen 66,7 2,4 23,8 7,1 100,0
Berdasarkan hasil tersebut di atas, dapat dirangkum sikap responden terhadap data di mana sebagian besar responden memiliki sikap yang baik (57,1%), atau cukup (33,3%) dan hanya 9,5% yang memiliki sikap yang kurang baik. Tabel 10. Sikap responden terhadap data Sikap Responden Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi 24 14 1 42
Persen 57,1 33,3 9,5 100,0
Kualitas Data Data yang dikumpulkan oleh sebagian besar Puskesmas berasal dari Posyandu dan kegiatan rutin, serta data dari lintas sektor. Metode yang dilakukan untuk pengumpulan data adalah wawancara, observasi, survai, laporanlaporan yang dilakukan pada waktu Posyandu, UKS, pusling, dan lain-lain di lapangan. Umumnya data yang terkumpul diolah dengan cara melakukan rekapitulasi bulanan tiap program. Data dipilah-pilah menurut kelompok data dan diserahkan ke SP2TP untuk pengolahan lebih lanjut. Beberapa responden menyatakan evaluasi dilakukan setiap 3 bulan. Kualitas data yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah akurasi data. Akurasi data diukur dengan melihat banyaknya kesalahan pada data yang ada atau kesesuaian antardata yang dikumpulkan. Akurasi data dikategorikan baik (skor 5) bila tidak terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian antar data, dikategorikan cukup baik (skor 3) bila terdapat 1-5 kesalahan ataau ketidaksesuaian data, dan dikategorikan kurang baik (skor 1) bila terdapat lebih dari 5 kesalahan atau ketidaksesuaian data. Setelah dilakukan penelitian terhadap buku catatan dan laporan, diperoleh hasil akurasi data sebagai berikut. Rata-rata skor akurasi data seluruh Puskesmas adalah 2,75 yang berarti di bawah nilai cukup baik. Hasil selengkapnya terdapat pada Tabel 11.
Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Petugas (149-154) Hari Basuki Notobroto
Tabel 11. Akurasi data di puskesmas yang diteliti Akurasi Data Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi 1 5 2 8
Persen 12,5 62,5 25,0 100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar Puskesmas memiliki data dengan akurasi yang cukup baik (62,5%), hanya satu Puskesmas memiliki akurasi yang baik (12,5%) dan sisanya (25%) memiliki akurasi yang kurang. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Petugas terhadap Kualitas data Berdasarkan hasil pengumpulan data mengenai pengetahuan, sikap petugas dan akurasi data di Puskesmas, dilakukan analisis regresi ordinal dengan unit analisis Puskesmas. Hasil analisis terdapat pada Tabel 12. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa baik pengetahuan (p=0,676) dan sikap petugas (p=0,971) tidak berpengaruh terhadap kualitas data, dalam hal ini akurasi data. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar petugas kesehatan di Puskesmas memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai data, dan sebagian lainnya baik (19,0%), walaupun ada yang kurang baik (14,3%). Bila diteliti lebih lanjut, pengetahuan petugas yang paling kurang adalah dalam hal pengolahan data. Keadaan ini menunjukkan bahwa pengetahuan petugas di Puskesmas perlu ditingkatkan lagi, khususnya mengenai pengolahan data. Manajemen data yang baik perlu dikuasai oleh setiap petugas di Puskesmas, khususnya petugas yang bertanggung jawab terhadap proses pengumpulan dan pengolahan data. Demikian pula dalam hal pengertian
responden mengenai definisi operasional data yang dikumpulkan, masih ada responden yang memiliki pengetahuan yang kurang baik (16,7%). Kurangnya pengetahuan mengenai data, manfaat dan terutama definisi operasional data akan menyebabkan akurasi data kurang baik (Ministry of Health RI, 1992). Dalam hal sikap terhadap data, khususnya bila terjadi kekuranglengkapan data atau bila data tidak memenuhi target, hanya 57,1% petugas yang memiliki sikap yang baik. Sisanya (42,9%) memiliki sikap yang cukup atau kurang baik. Sikap yang kurang baik, khususnya melakukan perubahan data yang sebenarnya dengan data buatan atau melengkapi data dengan data yang lampau akan menyebabkan data menjadi tidak akurat. Hal-hal tersebut diperkirakan berpengaruh terhadap akurasi data di Puskesmas. Dalam penelitian ini hanya satu Puskesmas (12,5%) yang memiliki akurasi data yang baik dan 25% memiliki akurasi yang kurang. Sisanya (52,5%) memiliki akurasi yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua Puskesmas memiliki kesalahan dalam datanya. Hasil analisis regresi ordinal menunjukkan bahwa baik pengetahuan dan sikap petugas tidak berpengaruh terhadap akurasi data kesehatan di Puskesmas. Mungkin hal ini disebabkan oleh faktor lain, khususnya kemampuan petugas dalam pengolahan data. Mungkin saja pengetahuan dan sikap yang dimiliki cukup baik, akan tetapi tanpa didukung kemampuan dalam pengolahan data yang baik, kualitas data menjadi kurang baik. Demikian pula dengan pengetahuan responden mengenai definisi operasional data yang dikumpulkan. Kesalahan dalam mengartikan atau mendefinisikan data yang akan dikumpulkan akan menyebabkan kualitas data yang dikumpulkan kurang baik (Hidajah, 2002).
Tabel 12. Hasil analisis regresi ordinal pengaruh pengetahuan dan sikap petugas terhadap akurasi data di puskesmas Threshold Location
[AKURASI=1.00] [AKURASI=3.00] PENGET SIKAP
Estimate -5.458 -2.334 -0.359 -0.075
Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Petugas (149-154) Hari Basuki Notobroto
Std. Error 9.918 9.695 0.859 2.077
Wald 0.303 0.058 0.174 0.001
df 1 1 1 1
Sig. 0.582 0.810 0.676 0.971
153
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petugas kesehatan mengenai data sebagian besar cukup baik, walaupun masih ada sebagian petugas yang memiliki pengetahuan yang kurang. Demikan juga dengan sikap petugas kesehatan terhadap data, sebagian besar sudah baik. Beberapa petugas masih memiliki sikap yang kurang baik, khususnya terhadap data yang kurang lengkap atau tidak memenuhi target, sehingga dilakukan penggantian data. Akurasi data kesehatan sebagian besar Puskesmas masih kurang atau cukup baik. Tidak ada pengaruh pengetahuan dan sikap petugas terhadap kualitas data, dalam hal ini akurasi data, di Puskesmas. Dengan memperhatikan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan untuk metingkatkan pengetahuan petugas Puskesmas mengenai data, manfaat dan pengelolaannya. Demikian juga pengertian yang benar atau definisi operasional data yang dikumpulkan. Juga perlu ditingkatkan sikap akan pentingnya data dalam proses manajemen di Puskesmas, dan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas data di Puskesmas, khususnya faktor yang belum diteliti dalam penelitian ini, misalnya kemampuan petugas dalam pengolahan data.
Hidajah AC, HB Notobroto, 2002. Studi Mengenai Kebutuhan dan Pemanfaatan Hasil Penelitian Kesehatan sebagai Informasi Manajemen Kesehatan di Daerah Tingkat II. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Leaverton and Masse, 1984. Health Information Systems. Paeger Publishers. New York, USA McLachlan, 1980. Information System for Health Services. WHO Copenhagen. Ministry of Health RI, 1992. Guidelines of Strengthening and Development of Health Information System. Sudijo, Hari Basuki, Yuniarti, et al, 2000. Pengaruh Sadar Data terhadap Mutu Perencanaan Puskesmas di Jawa Timur. Kerja sama Proyek Kesehatan IV dan Kanwil Depkes Provinsi Jawa Timur. Suwandono A, Gotama IB, Siregar K, et al, 1991. Studi Sistem Informasi Manajemen Penelitian (SIMPEN) di Bidang Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Depkes RI. Jakarta.
154
Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Petugas (149-154) Hari Basuki Notobroto