HUBUNGAN KARAKTERISTIK TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER KESEHATAN TENTANG PENTINGNYA DATA DI BUKU KIA CORRELATION CHARACTERISTICS WITH KNOWLEDGE AND ATTITUDES CADRE ABOUT THE IMPORTANCE OF HEALTH DATA IN KIA BOOK Yudhy Dharmawan 1 1 . Faculty of Public Health, Diponegoro University ABSTRACT Infant Mortality in Indonesia still high . It is could have been avoided with good management of MCH services. To achieve good management activities, it is necessary availability data from surveillance activities in the community. The data is sourced in the MCH handbook. Cadre very important role in the completeness and validity of data captured in the MCH handbook. Knowledge and attitudes cadres determine the data recording in the MCH handbook. Therefore it is important to know what are the factors that influence the knowledge and attitudes about the importance of data Kader KIA. The research method used survey approach by looking at the relationship between age, education and length of employment with the attitude and knowledge of cadres. Results showed characteristic Cadres of the age, including adulthood, with most respondents education is the primary level. length of employment been a cadre mean is 8.06 years. Most of the knowledge and attitudes of the respondents about the importance of data MCH very good ,. There is a significant and positive relationship between education with the knowledge and attitudes about the importance of data MCH. There is a significant relationship between age and in contrast with the attitude of the cadres of the importance of data MCH. There is no relationship between the old cadre with knowledge and attitudes about the importance of data KIA cadre. It is advisable to pay attention to the education cadre recruitment. Keywords: Health Cadre, Data, Book KIA
PENDAHULUAN
per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23
Target pencapaian Millenium Development
Goals
(MDGs),
menetapkan penurunan
AKB di
Indonesia dari rata-rata 36 meninggal
per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. Kejadian kematian bayi, 50 persennya
meninggal
sebelum
mencapai usia 1 bulan. Banyak faktor
122
yang
menyebabkan
bayi
tersebut
Pelaksanaan PWS KIA sangat
meninggal.Tiga penyebab utama bayi
tergantung pada sumber daya manusia
meninggal adalah akibat berat badan
yang handal, terutama tenaga bidan
rendah sebesar 29 persen, mengalami
dan Kader Kesehatan yang sangat
gangguan
27
berperan besar sebagai ujung tombak
persen dan masalah nutrisi sebesar 10
kegiatan tersebut di lapangan, padahal
persen ( Depkes RI, 2007 )
pemahaman Bidan Desa dan Kader
pernapasan
Kejadian
sebesar
kematian
bayi
Kesehatan tentang materi PWS KIA
sesungguhnya bisa dicegah dengan
belum
meningkatkan
diaplikasikan lapangan.
peran puskesmas dan
posyandu, disertai dengan manajemen
secara
baik
dan
benar
Namun pencatatan dan pelaporan
pelayanan KIA yang baik . Untuk
ini
mencapai kegiatan manajemen yang
berdasarkan survei awal, salah satu
baik, maka diperlukan ketersediaan
penyebabnya adalah karena kurang
data yang bersumber dari kegiatan
sadarnya
Surveilans dimasyarakat ( Depkes RI,
masyarakat
2007). Data yang digunakan untuk
kesehatan sehingga informasi yang
melakukan
dihasilkannya belum
surveilans
tersebut
belum berjalan baik, karena
Kader
Kesehatan
dan
akan pentingnya data
bermakna bagi
terdapat pada Pemantauan Wilayah
pengambilan keputusan oleh Bidan
Setempat ( PWS ) KIA (Depkes RI,
Desa selaku pengelola Pos Kesehatan
2009 )
desa
( PKD ), untuk mengambil
tindakan
preventif
dan
kegawat 123
daruratan dalam rangka
mencegah
pencatatan yang ada di Buku KIA
terjadinya kematian bayi. Hal ini
inilah dijadikan dasar untuk membuat
dikarenakan lemahnya
pencatatan
dan
pengetahuan
pemahaman
kader
terhadap
yang
nantinya
akan
digunakan untuk pelaporan PWS KIA.
pentingnya pengisian data, terutama di
Buku KIA harus selalu dibawa
Buku KIA sebagai sumber utama
oleh ibu hamil maupun ibu yang
pencatatan dan pelaporan PWS KIA
mempunyai bayi selama melakukan
oleh Bidan Desa.
pemeriksaan
kesehatan
baik
di
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (
posyandu, PKD maupun puskesmas.
Buku KIA ) berisi catatan kesehatan
Biasanya Kader Kesehatan yang selalu
ibu (hamil,bersalin dan nifas) dan anak
memotivasi
ibu
untuk
selalu
(bayi baru lahir, bayi dan anak balita)
membawa
Buku
KIA
ketika
serta
melakukan pemeriksaan Kesehatan.
berbagai
informasi
cara
memelihara dan merawat kesehatan Kader sangat berperan penting ibu dan anak. Setiap ibu hamil dalam pengisian data di Buku KIA, mendapat
1
(satu)
Buku
KIA. karena Kaderlah yang berperan untuk
Pencatatan Buku KIA sangat penting mengingatkan
ibu
selalu
terutama untuk mendeteksi riwayat memeriksakan kesehatannnya baik di kesehatan ibu selama hamil dan bayi posyandu maupun yang
dilahirkan
PKD, termasuk
hingga untuk selalu melengkapi pencatatan
perkembangannya menjadi anak anak ketika diperiksa di posyandu. Peran usia
5
tahun.
Berdasarkan
hasil 124
Kader Kesehatan sangatlah penting
mendukung kelengkapan isi data Buku
dalam
KIA,
kelengkapan
data
dan
sebagai
sumber
utama
penggunaannya untuk pemeriksaan ibu
penncatatan dan pelaporan PWS KIA
hamil, nifas hingga melahirkan, Peran
untuk menurunkan kejadian kematian
Kader sebagai pengawas penggunaan
bayi.
Buku KIA mempunyai pengaruh yang
Tujuan Penelitian
paling besar terhadap penggunaan
Untuk
mengetahui
gambaran
Buku KIA oleh ibu selama melakukan
karakteristik Kader yang terdiri dari
pemeriksaan
umur, pendidikan dan lama menjadi
kesehatannya
(
kader, serta Pengetahuan dan sikap
Laksmono, 2009 ).
Kader tentang pengisian data di Buku Peran
Kader
tersebut
sangat KIA. Selain itu juga ingin diketahui
dipengaruhi oleh Pengetahuan dan Hubungan antara Karakteristik Kader sikap
kader
Kesehatan
terhadap Kesehatan dengan
Pengetahuan dan
pentingnya pengisian data di Buku sikap kader tentang pengisian data KIA.
Oleh
karena
itu
selalu Buku KIA .
diupayakan
pembinaan
oleh METODE PENELITIAN
Puskesmas terhadap pengetahuan dan Penelitian yang digunakan adalah sikap
kader
terhadap
penggunaan penelitian
Observasional
dengan
Buku KIA. Pengetahuan dan sikap metode survey dengan tujuan untuk kader yang mendukung pengisian data mendeskripsikan
keterkaitan
antar
yang lengkap di Buku KIA akan variabel yang diteliti dengan analisis 125
kuantitatif
dan
pendekatan
cross
sectional (sewaktu). Variabel
Analisis data dengan menggunakan metode Analisis Statistik deskriptif
independen
dalam
untuk mendeskripsikan masing masing
penelitian ini adalah Karakteristik
variabel dan uji hubungan dengan uji
Kader Kesehatan
korelasi
terdiri dari Umur,
Rank
Spearman
untuk
Pendidikan dan Lama menjadi Kader
mengetahui keterkaitan antara variabel
Kesehatan.
variabel
dependen dan variabel independen,
dependen dalam penelitian ini terdiri
dikarenakan data berdistribusi tidak
dari Pengetahuan dan sikap kader
normal ( Sugiyono, 2008 )
tentang pengisian data di Buku KIA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sedangkan
Populasi penelitian adalah seluruh
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Kader Kesehatan di Wilayah kerja
Penelitian
Puskesmas Duren dan Sumowono
Kesehatan di Desa Kemawi yang
Kabupaten Semarang , dengan sampel
berjumlah
adalah dua desa yang terpilih sebagai
Banyukuning
sampel di Wilayah kerja Puskesmas
sehingga total adalah 42 orang Kader
Duren dan Puskesmas Sumowono,
Kesehatan
Kabupaten
Untuk karakteristik responden maka
Semarang.
pengumpulan
Instrumen
dilakukan
22
orang sejumlah
pada
dan
Desa
20
orang,
data
menggunakan
dapat diuraikan sebagai berikut :
kuesioner,
dengan
menggunakan
1. Umur
metode
wawancara,
menghindari bias.
untuk
kader
Umur responden berkisar antara umur 22 tahun hingga umur 50 126
tahun,
dengan
rata
rata
umur
responden adalah 37,12 tahun.
rendah, yaitu hanya tamat SD.
Berdasarkan distribusi umur tersebut
maka
umur
responden
termasuk usia dewasa.
memiliki tingkat pendidikan yang
Semakin
Distribusi
pendidikan
responden
dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Distribusi Pendidikan Responden
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
Pendidikan
Frekuensi
matang dalam berfikir dan bekerja.
SD
20
47,6
Dari segi kepercayaan masyarakat
SMA
14
33,3
seseorang yang lebih dewasa lebih
SMP
7
16,7
dipercaya dari orang yang belum
PT
1
2,4
tinggi
Total
42
100,0
kedewasaannya
.
Umur
%
responden berpengaruh besar dalam kinerja seseorang, karena perubahan
Pendidikan
umur
oleh
mempengaruhi daya tangkap seseorang
kondisi
terhadap informasi yang diterimannya.
fisik dan mental seseorang yang
Pendidikan juga dapat mempengaruhi
akan tercermin dalam kehidupan
seseorang
sehari-hari. ( Purnama, 2013 )
seseorang akan pola hidup terutama
akan
pengalaman,
dipengaruhi perubahan
2. Pendidikan Berdasarkan
dalam tingkat
pendidikan
yang
termasuk
memotivasi
rendah
juga
untuk
sangat
perilaku
sikap
berperan serta dalam suatu aktivitas.
maka sebagian besar responden 127
Makin tinggi tingkat
pengetahuan
seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, demikian juga
sebaliknya
semakin
pendidikan
semakin
menerima
informasi.
susah
rendah dalam
Pendidikan
sangat menentukan kinerja seseorang. Semakin
tinggi
pendidikan
akan
semakin
tinggi
keinginan
untuk
memanfaatkan
pengetahuan
dan
Tabel 2. Distribusi lama menjadi kader Lama Frekuensi Prosentase (Tahun) 1,00 1 2,4 1,50 1 2,4 2,00 1 2,4 3,00 4 9,5 4,00 5 11,9 5,00 8 19,0 6,00 1 2,4 7,00 1 2,4 8,00 1 2,4 9,00 1 2,4 10,00 1 2,4 11,00 4 9,5 12,00 9 21,4 14,00 1 2,4 16,00 1 2,4 20,00 2 4,8 Total 42 100,0
keterampilan ( Wiku, 2012 ) Dari
4. Lama menjadi kader Lama responden menjadi kader berkisar antara tahun,
dengan
1 tahun hingga 20 rata
rata
lama
menjadi kader adalah 8,06 tahun. Secara detil distribusi lama menjadi kader berikut :
dapat digambarkan sebagai
menjadi
distribusi kader
menunjukkan
lama diatas,
sebagian
besar
kader memiliki waktu yang lama sebagai
kader
kesehatan.
Semakin lama menjadi kader maka
semakin
banyak
pengalaman yang dimiliki oleh kader,
sehingga
pengetahuan
semakin baik . Lama periode
128
menjadi kader juga menunjukan
sehingga kualitas kinerja akan
tingkat kesetiaan kader terhadap
lebih baik ( Sutaip, 2012 )
aktivitas yang ditekuninya. Hal
B. GAMBARAN PENGETAHUAN
ini juga menunjukkan bahwa
DAN
aktivitas sebagai kader sangat
TENTANG
dinikmati
oleh
PENCATATAN DATA KIA
sehingga
sebagian
responden, besar
SIKAP
KADER
PENTINGNYA
1. Pengetahuan Kader
memiliki waktu pengabdian yang lama. Semakin lama seseorang dalam mengabdi akan semakin banyak
pengalaman
dan
keterampilan seseorang dalam melaksanakan
pekerjaan
(Wahyudi,2010). Dengan banyak pengalaman masa kerja yang dimiliki maka semakin banyak pula
keterampilan
yang
diketahuinya. Dalam hal ini akan memberikan rasa percaya diri dan
akan
ketika pekerjaan
mempunyai menghadapi atau
sikap suatu
persoalan
Hasil Pengukuran pengetahuan baik pada tahap pre test maupun postes menunjukkan bahwa pengetahuan kader memiliki pengetahuan yang sangat
baik
menunjukkan
prosentase pengetahuan yang benar sangat tinggi. Pengukuran pretes menunjukkan
bahwa kader sudah
mempunyai dasar pengetahuan yang baik tentang pencatatan KIA. Hasil pengukuran
pengetahuan
kader
tentang pentingnya pencatatan data KIA,
dapat
diuraikan
sebagai
berikut :
129
Tabel 3. Distribusi jawaban pengetahuan kader No
Pernyataan
1.
Buku Kesehatan Ibu dan Anak berisi catatan kesehatan ibu (hamil,bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.
2.
Prosentase Jawaban % % Pengetahuan Pengetahuan Benar Salah 100,00 0
Setiap ibu hamil mendapat 1 (satu) Buku KIA.
100,00
0
3.
Tujuan PWS KIA adalah terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus di suatu wilayah
95,24
4,76
4.
Tujuan dari surveilans berbasis masyarakat adalah terciptanya sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini di masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya masalah kesehatan yang akan mengancam atau merugikan masyarakat
83,33
16,67
5.
Pencatatan data KIA hanya tanggung jawab Bidan Desa
88,10
11,90
Data ibu nifas termasuk data yang harus dicatat di pencatatan dan pelaporan KIA
78,57
21,43
7.
Kader tidak berperan serta dalam pencatatan dan pelaporan data KIA
90,48
9,52
8.
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak tidak memerlukan pendataan
92,86
7,14
9
Buku KIA tidak perlu diisi dengan baik dan lengkap
95,24
4,76
10. Apabila ada ibu yang kehamilannya beresiko tidak perlu dilaporkan ke bidan
100,00
0
11. Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat tidak turut
73,81
26,19
6.
130
berperan dalam melakukan kegiatan surveilans Kesehatan Ibu dan Anak 12. Data ibu Hamil diperlukan untuk mendeteksi resiko masalah kesehatan
92,86
7,14
13. Ibu hamil yang mempunyai riwayat kehamilan keguguran atau bayi tidak perlu dilaporkan ke bidan
97,62
2,38
14. Pencatatan data yang tidak benar tidak berpengaruh terhadap pelayanan Kesehatan ibu dan Anak
80,95
19,05
15
Buku KIA yang tidak terisi lengkap tidak berpengaruh terhadap pelayanan ibu
90,48
9,52
16
Tidak perlu membantu Bidan dalam melakukan pendataan KIA
97,62
2,38
17
Ibu yang baik selalu membawa Buku KIA saat periksa maupun di posyandu
100,00
0
18
Data bayi dan anak tidak perlu ditulis di Buku KIA karena masih kecil
95,24
4,76
19
Buku KIA tidak perlu disimpan dengan baik, karena kalau hilang bisa diganti lagi
100,00
0
20
Ikut melaporkan kondisi ibu hamil ke Bidan supaya dicatat di PWS KIA adalah tanggung jawab kader Kesehatan
97,62
2,38
Hasil
pengukuran
pengetahuan
adalah Data ibu nifas termasuk data
menunjukkan bahwa sebagian besar
yang harus dicatat di pencatatan dan
pengetahuan
pelaporan KIA ( 78,57%), Pencatatan
responden
yang
menjawab benar diatas 90%. Beberapa
data yang tidak benar
berpengaruh
pengetahuan yang rendah diantaranya
terhadap pelayanan Kesehatan ibu dan 131
Anak ( 80,95%), dan Tokoh Agama
baik,hal itu seperti hasil kajian yang
dan Tokoh Masyarakat turut berperan
dilakukan oleh Hari Basuki di 4
dalam melakukan kegiatan surveilans
Kabupaten di Jawa Timur ( Notobroto,
Kesehatan Ibu dan Anak (73,81 %).
2005)
Pengetahuan kader kesehatan sangat
Hasil ini menunjukkan bahwa kader
baik, semua kader mengetahui tentang
kesehatan
pentingnya pencatatan data di buku
terkait dengan pentingnya data dalam
KIA dan manfaatnya untuk surveilans
pengelolaan KIA yang bermanfaat
KIA. Hampir semua kader memahami
untuk mencegah terjadinya kematian
bahwa data KIA sangat penting untuk
bayi maupun ibu hamil. Paparan
mencegah terjadinya resiko kematian
tersebut bisa dikarenakan seringnya
bayi
Kader
mendapat informasi ataupun terlibat
kesehatan memahami tanggungjawab
dalam proses pendataan dan telah
dan perannya dalam pencatatan data
merasakan
KIA
pendataan KIA yang baik dan benar.
maupun
ibu.
Semua
untuk mencegah terjadinya
Hal
menunjukkan
Notoatmodjo
pengetahuan
terpapar
manfaat
resiko kematian bayi dan ibu. Hasil ini bahwa
ini
sudah
didukung
dari
oleh
bahwa
banyak
kegiatan
pendapat
pengetahuan
kader sangat baik terhadap pentingnya
merupakan hasil dari tahu dan ini
pencatatan data KIA untuk mencegah
terjadi
kematian bayi dan ibu. Pengetahuan
penginderaan terhadap suatu obyek
kader atau petugas kesehatan terhadap
tertentu. Pengetahuan ini terbentuk
pencatatan
dari proses mengindra dari lingkungan
data
biasanya
sangat
setelah
orang
melakukan
132
sekitarnya ( Notoatmodjo, 2007 ).
Hasil Pengukuran sikap baik pada
Pengetahuan
tahap
yang
baik
akan
pre
test
maupun
postes
mendorong orang untuk bersikap dan
menunjukkan bahwa sikap kader
berperilaku yang baik juga
seperti
memiliki sikap yang sangat baik
oleh
menunjukkan prosentase sikap yang
Muhammad AM di Purwokerto yang
benar sangat tinggi. Pengukuran
menyatakan
antara
pretes menunjukkan bahwa kader
terkait
sudah mempunyai dasar sikap yang
dengan
baik tentang pencatatan KIA. Hasil
penelitian
yang
ada
pengetahuan manfaat
dilakukan
hubungan
responden buku
KIA
kepatuhannya membawa buku KIA ke
pengukuran sikap
kader
tentang
tempat pelayanan kesehatan (Colti,
pentingnya pencatatan data KIA,
2014).
dapat diuraikan sebagai berikut :
2. Sikap Kader Tabel 6. Distribusi jawaban sikap kader No
Pernyataan
Sikap % Sikap % Sikap yang benar yang Salah 97,62 2,38
1.
Buku KIA tidak diperlukan dalam pelayanan Ibu Hamil dan bayi/balita
2.
Pencatatan dalam Buku KIA sekedarnya saja, asal ditulis
85,71
14,39
3.
Ikut memberi keterangan yang benar tentang ibu hamil atau bayi berarti mendukung pelayanan kesehatan yang baik
97,62
2,38
4.
Saya tidak perlu mengoreksi data pada buku KIA apabila ada yang salah
92,86
7,14
133
5.
Pendataan yang benar tentang ibu hamil dan bayi adalah tanggung jawab semua (kader, bidan Desa dan Aparat Desa)
100,00
0
6.
Bayi / ibu hamil yang sehat juga didukung oleh data yang benar
97,62
2,38
7.
Saya tidak perlu membantu Bidan Desa dalam pencatatan KIA
92,86
7,14
8.
Apabila ada gejala ibu hamil bermasalah , saya tidak perlu melaporkan ke Bidan Desa ataupun dicatat
92,86
7,14
9.
Saya akan menasihati ibu hamil supaya setiap periksa maupun ke posyandu agar membawa Buku KIA
95,24
4,76
10
Saya akan membantu melengkapi data pada Buku KIA yang belum lengkap
95,24
4,76
Hasil
sikap
berperan serta dalam memperbaiki
menunjukkan bahwa sebagian besar
data KIA, dan bertanggung jawab
sikap responden yang mendukung
untuk menjaga data yang baik pada
diatas 90%. Hanya ada satu sikap
pencatatan data KIA. Kader juga
baik
yang prosentasenya rendah
bersikap peduli terhadap upaya
yaitu Pencatatan dalam Buku KIA
pencegahan kematian bayi atau ibu
sekedarnya saja, asal
ditulis (
dengan ikut serta melaporkan data /
secara
informasi ke pelayanan kesehatan.
85,71%),
pengukuran
Hampir
keseluruhan sikap kader sangat
Hasil
baik,
mendukung
secara keseluruhan sikap kader
adanya pencatatan data KIA , turut
sangat mendukung pencatatan data
semua
sikap
ini
menunjukkan
bahwa
134
KIA untuk mencegah kematian bayi
data KIA. Kader akan mendorong
dan ibu. Hal ini menunjukkan
ibu untuk berperan serta dalam
tingkat
pengumpulan
penerimaan
yang
baik
tentang pentingnya data KIA
di
ini
dipandang hal yang asing, namun
Notoatmodjo
mempunyai peranan yang penting
bahwa
dalam
menunjukkan
KIA.
didukung
Sebagaimana petugas kesehatan,
reaksi
maka
diterima
kader
juga
memiliki
dokumentasi
maupun pelaporan data KIA. Hal
kader kesehatan. Data bukan lagi
pengelolaan
,
oleh
pendapat
yang menyatakan
sikap
secara
nyata
adanya kesesuaian
terhadap
stimulus
yang
sehari-hari merupakan
pemahaman yang baik, sehingga
reaksi yang bersifat emosional
memacu sikap kader juga menjadi
terhadap stimulus sosial. Dengan
baik. Penelitian
stimulus yang positif maka akan
Hari Basuki
Notobroto di 4 kabupaten di Jawa
memacu perilaku yang
bersifat
Timur juga menunjukkan bahwa
positif juga.( Notoatmodjo, 2007)
sebagian besar reponden berupa Tenaga Kesehatan memiliki sikap yang baik ( Notobroto, 2005 )
Stimulus yang baik ini akan mendorong untuk berperilaku yang baik juga dalam hal pengelolaan 135
C. HUBUNGAN
KARAKTERIS-
analisis
hubungan
TIK DENGAN PENGETAHU-
menggunakan
uji
AN
Spearman
dengan
DAN
TENTANG
SIKAP
KADER
PENTINGNYA
PENCATATAN DATA KIA Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dengan pengetahuan dan sikap
kader
tentang
pentingnya
signifikansinya Penggunaan
korelasi
sebesar Uji
Korelasi
dengan Rank tingkat 5%. Rank
Spearman ini dikarenakan distribusi variabel yang diuji tidak berdistribusi normal.
pencatatan data KIA , maka dilakukan Hasil pengujian disajikan dalam tabel berikut : Tabel 7. Korelasi variabel karakteristik dengan pengetahuan dan sikap kader No Variabel Variabel Terikat Nilai p Nilai r Interpretasi Bebas -0,046 1 Umur 0,770 Tidak ada Hubungan 0,371 Ada hubungan, dengan kuat hubungan sedang, 2 Pendidikan 0,016 dan arah hubungan Pengetahuan searah Lama 0,023 3 menjadi 0,884 Tidak ada Hubungan Kader -0,235 4 Umur 0,135 Tidak ada Hubungan 0,373 Ada hubungan, dengan Sikap kuat hubungan sedang, 5 Pendidikan 0,015 dan arah hubungan searah -0,374 Ada hubungan, dengan Lama kuat hubungan sedang, 6 menjadi 0,015 dan arah hubungan Kader berkebalikan
136
Berdasarkan hasil pengujian diatas
pengetahuan dan sikap kader terhadap
menunjukkan bahwa pendidikan Kader
pencatatan data.
Kesehatan berkorelasi positif baik
Pendidikan
dengan sikap maupun pengetahuan
faktor yang penting pengelolaan data
Kader.
tingkat
KIA. Pendidikan yang telah ditempuh
pendidikan Kader maka semakin tinggi
kader dapat menambah pengetahuan
pula skor pengetahuan dan sikap
kader
tentang
KIA.
Wawasan tentang peran Data semakin
justru
menjadi lebih baik . Semakin tinggi
berkorelasi negative terhadap sikap
pendidikan yang ditempuh semakin
kader tentang pentingnya pengisian
baik
data KIA. Hal ini berarti, justru
pencatatan dan pengolahan data KIA.
semakin lama menjadi kader , semakin
Pendidikan
rendah skor sikap yang mendukung
mendapatkan informasi yang terkait
pentingnya pencatatan data KIA.
dengan kesehatan. Pendidikan dapat
Hasil ini menunjukkan bahwa variabel
mempengaruhi
pendididikan berperan penting dalam
juga perilaku seseorang akan pola
pengetahuan dan sikap kader. Semakin
hidup terutama dalam memotivasi
tinggi pendidikan semakin baik pula
untuk
Semakin
Sedangkan
pentingnya masa
tinggi
data Kerja
merupakan
dalam
baik
siap
salah
pengelolaan
pemahaman
berperan
data.
tentang
diperlukan
seseorang
satu
untuk
termasuk
serta
dalam
pembangunan kesehatan. Makin tinggi
137
tingkat pendidikan seseorang, makin
penerimaaan kader terhadap inovasi
mudah menerima informasi sehingga
atau perubahan metode dan teknologi,
makin banyak pula pengetahuan yang
yang sering berkembang di bidang
dimiliki, sebaliknya pendidikan yang
manajemen
kurang
merupakan
akan
perkembangannya terhadap
menghambat sikap
nilai-nilai
seseorang
media
Buku yang
KIA dapat
memberikan informasi dan pesan-
baru
pesan kesehatan khususnya tentang
demikian
kesehatan ibu dan anak, sehingga
berhubungan
setiap ibu yang memiliki buku KIA
dengan pengetahuan dan sikap kader
dapat meningkatkan pengetahuannya
tentang
tentang cara menjaga kesehatan ibu
diperkenalkan. faktor
yang
informasi.
Dengan
pendidikan
pencatatan
data
KIA.
(Laksmono, 2009 ) Pendidikan
dan anak. ( Colti, 2014 )
menjadi
faktor
yang
Lama menjadi Kader ternyata tidak
sebaiknya diperhatikan ketika akan
berhubungan
merekrut
kader dan mempunyai hubungan yang
kader
baru.
Dengan
dengan
pendidikan yang tinggi maka pesan
berkebalikan
pesan pesan tentang pentingnya data
tentang pentingnya data KIA . Hal ini
diBuku KIA akan semakin mudah
bisa dipahamai karena lama menjadi
ditangkap. Semakin tinggi pendidikan
kader sejalan dengan usia kader.
juga
meningkatkan
Semakin lama menjadi kader maka
wawasan dan luasnya pemahaman
juga semakin tua usia kader. Skor
seorang kader, sehingga memudahkan
Sikap yang berkebalikan dengan lama
akan
semakin
dengan
pengetahuan
sikap
kader
138
menjadi kader dimungkinkan karena
informasi. Hasil Penelitian Tarigan
faktor
menunjukkan
usia
yang
semakin
pasif
bahwa
kualitas
terhadap kegiatan yang dilakukan.
pelaporan yang kurang karena sebagia
Skor Sikap yang semakin menurun
besar petugas tidak pernah atau jarang
sering
mendapat pelatihan ( Tarigan, 2009)
semakin lama menjadi kader
dapat disebabkan oleh menurunnya
Variabel
motivasi dan semangat kader seiring
berhubungan
dengan pertambahan usia. Penelitian
pengetahuan kader tentang pentingnya
oleh Laksmono juga mendapatkan hal
data KIA. Semakin lama menjadi
yang sama bahwa lama menjadi kader
kader maka semakin lanjut usia kader
tidak
dengan
tersebut. Semakin tua umur maka
pemanfaatan Buku KIA oleh Kader
semakin banyak penurunan terkait
(Laksmono, 2009 ). Oleh karena itu
kemampuan kognitif maupun afektif
semakin
kader
seseorang. Hal ini terkait dengan
usaha
faktor degeneratif, dengan semakin tua
yang
maka semakin terdapat penurunan
untuk
kemampuan dan motivasi terhadap
memelihara semangat dan motivasi
kegiatan yang menyita waktu dan
kader supaya tetap terjaga. Pelatihan
tenaga. (Laksmono, 2009 )
dan
SIMPULAN
berhubungan
seharusnya
lama
menjadi
diiringi
pelatihan
dan
semakin
sering.
penyegaran
oleh
penyegaran Hal
ini
sangat
penting
umur
ternyata
dengan
sikap
tidak dan
penting, karena berpengaruh terhadap
Karakteristik Kader Kesehatan dari sisi
kualitas
usia, termasuk usia dewasa, dengan
pengelolaan
data
dan
139
rata rata 37,12 Tahun, dengan rentang
menjadi kader dengan pegetahuan dan
usia 22 tahun hingga 50 Tahun, dengan
sikap kader tentang pentingnya data
pendidikan responden terbesar adalah
KIA.
tingkat SD. Lama responden menjadi
SARAN
kader berkisar antara
1 tahun hingga
Disarankan kepada Puskesmas ketika
20 tahun, dengan rata rata lama
merekrut kader dengan memperhatikan
menjadi kader adalah
faktor
8,06 tahun.
pendidikan.
Untuk
Sebagian besar pengetahuan responden
mempertahankan sikap kader terhadap
tentang pentingnya data KIA sangat
pendataan
baik, karena banyak yang menjawab
penyegaran
diatas 90 %. Demikian pula dengan
berkelanjutan supaya sikap kader yang
sikap responden yang sebagian besar.
baik
Lebih dari 90% mendukung adanya
tetap terpelihara. Diperlukan penelitian
pendataan KIA yang penting bagi
lebih lanjut tentang bagaimana sikap
program KIA. Terdapat hubungan
dan
yang signifikan dan positif antara
berhubungan
Pendidikan dengan pengetahuan dan
pengisian data buku KIA.
sikap tentang pentingnya data KIA.
DAFTAR PUSTAKA
Terdapat hubungan yang signifikan dan berkebalikan antara Umur dengan sikap kader tentang pentingnya data
diperlukan dan
motivasi
upaya yang
terhadap pentingnya data KIA
pengetahuan
kader
dengan
yang kualitas
Colti S, Elviera G, Bambang H, 2014. Analisis Kualitas Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal Kemas 10 (1) : 14 -20 Depkes RI. 2009, Pedoman PWS KIA. Depkes RI. Jakarta.
KIA. Tidak ada hubungan antara lama 140
Dewi dan Wiku. 2005. Hubungan Karakteristik Perawat, Isi Pekerjaan dan Lingkungan Pekerjaan Terhadap kepuasan Kerja Perawat di Instansi Rawat Inap Gunung Jati Cirebon ., Jurnal Keperawatan UI.; 9 (1); 1-8. Ingan Tarigan, 2009. Kualitas data imunisasi Rutin berdasarkan metode Data Quality Self Assesment (DQS), Media Litbang Kesehatan. 19 (1 ) : 1624 Laksmono W, Besar TH. 2006. Pemanfaatan Buku KIA oleh Kader Posyandu : Studi Pada Kader Posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Makara Kesehatan. 2006; 13 (1) :47-39 Notobroto, Hari Basuki. 2005, Pengaruh pengetahuan dan sikap Petugas terhadap kualitas data Kesehatan, Info Kesehatan Masyarakat, 9 ( 3 ) : 149 - 154 Notoatmodjo, 2007. Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta,
Purnama, Fenita. 2014. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam pengelolaan Sensus Harian Rawat Inap di RSUD Kota Semarang . Skripsi. Semarang : FKM UNDIP Pusdatin Depkes RI, 2007, Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS ), Depkes RI, Jakarta Sugiyono PD, 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Bandung : Alfabeta Sutaip. 2012 . Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Pelaporan Data Pelayanan KIA oleh Bidan Praktek Swasta di Kota Semarang Tahun 2012. Skripsi. Semarang : FKM Universitas Diponegoro; Wahyudi, Iwan. 2010. Hubungan Persepsi Perawat Tentang Profesi Keperawatan, Kemampuan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD dr. Slamet Garut. Tesis . Semarang : Universitas Indonesia
141