THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
PENGARUH KELAS ASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER KESEHATAN DI DUSUN KARANGBENDO, BANGUNTAPAN Lina Handayani1), Aprilia Rahmadani2), Azidanti Saufi3) Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan 1 email:
[email protected] 2 email:
[email protected] 3 email:
[email protected]
Abstract
The coverage of exclusive breastfeeding is lower than national target (80%). Social support included cadre’s support is very important for exclusive breastfeeding successfulness. The study aimed to determine the influence of breastfeeding class toward knowledge and attitude of health voluntary in Dusun Krangbendo, Banguntapan, Bantul, DIY. This research was quasi experiment. The population of study was all health voluntary in Dusun Karangbendo, Banguntapan, Bantul, DIY. The sample size of the study was 30 people employed total sampling technique. Wilcoxon test resulted p value 0.122 for knowledge variable and 0.480 for attitude variable. The results mean there was no influence breastfeeding class toward knowledge and attitude. This research resulted that there were no influence breastfeeding class toward knowledge and attitude.
Key word: Attitude, Exclusive Breastfeeding, Health Voluntary, Knowledge
PENDAHULUAN Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah penurunan angka kematian bayi dan peningkatan status gizi masyarakat (Kementerian Kesehatan RI 2012). Hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, angka kematian bayi (AKB) sebesar 34/1000 kelahiran hidup (Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International 2008). Bila kita mengacu pada MDGs tujuan ke empat, AKB di Indonesia pada tahun 2015 diharapkan turun menjadi 23/1000 KH. AKB di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 30/1000 KH.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Angka kematian bayi di Provinsi DIY pada tahun 2011 sebesar 17/1000 KH (Departemen Kesehatan Propinsi DIY 2011). Profil kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 menjelaskan bahwa kematian bayi di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2011 sebesar 12,8/1000 KH dengan penyebab kematian diantaranya adalah BBLR, diare dan broncho pnemonia. Salah satu penyumbang kematian tersebut adalah pemberian ASI yang kurang adekuat (Kementerian Kesehatan RI 2011). Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare, haemophilusinfluensa, meningitis, infeksi saluran kemih. Menyusui juga melindungi bayi dari
1
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
penyakit kronis masa depan seperti diabetes tipe satu. Menyusui menunda kembalinya kesuburan wanita dan mengurangi risiko pendarahan pasca melahirkan, kanker payudara, pra menopause dan kanker ovarium (Kementerian Kesehatan RI 2012). Menyusui eksklusif enam bulan dan tetap diberi ASI saja sampai 11 bulan dengan memberikan makanan pendamping pada usia enam bulan dapat menurunkan kematian balita sebanyak 13 % (Roesli 2008). WHO dan UNICEF merekomendasikan ASI eksklusif selama enam bulan, menyusui dalam satu jam pertama setelah melahirkan, menyusui setiap kali bayi mau, tidak menggunakan botol dan dot (Proverawati dan Rahmawati, 2010). Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada kurun waktu 2002–2003 menjelaskan bahwa 64% bayi usia kurang dari dua bulan mendapatkan ASI saja dan hanya 48% bayi pada SDKI tahun 2007 (Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International 2008). Target pencapaian cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 80 % (Kementerian Kesehatan RI 2012). Menurut profil data kesehatan Indonesia tahun 2012 cakupan ASI eksklusif nasional pada tahun 2011 sebesar 61,5 %, dan cakupan ASI eksklusif di Provinsi DIY pada tahun 2011 adalah 71%. Dukungan sosial seperti dari kader dan tokoh masyarakat sangat penting untuk keberhasilan pemberian ASI Ekslusif. Kelas edukasi ASI diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan mereka dan sikap terkait ASI Eksklusif. Selanjutnya mereka dapat lebih berperan mendukung ASI Eksklusif di wilayahnya. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Kelas ASI pada Pengetahuan dan Sikap Kader Kesehatan tentang ASI Eksklusif.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia enam bulan, kecuali obat dan vitamin (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005). ASI memiliki kandungan yang dapat membantu menyerap gizi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi. ASI adalah makanan utama bayi nol sampai enam bulan yang mengandung nutrisi tinggi dan berenergi tinggi. Pada awal bulan, saat bayi melindungi dirinya dari Sudden Infant Syndrome (SIDS) atau sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang biasa terjadi pada bayi. Oleh sebab itu, dianjurkan agar ibu menyusui bayi sesering mungkin selama bayi mau (on-demand) dan memberikan ASI minimal sebanyak delapan kali dalam 24 jam karena semakin sering bayi menghisap puting susu maka akan semakin banyak ASI yang keluar (Arif 2009). Organisasi Kesehatan Dunia-WHO menyatakan: “ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi. Evaluasi pada bukti-bukti yang telah ada menunjukan bahwa pada tingkat populasi dasar, paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi” (Indiarti 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif antara lain: a. Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif Pemberian kolostrum pada bayi baru lahir merupakan salah satu upaya pemberian zat-zat bergizi dan sangat baik bagi bayi. Akan tetapi ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Mereka beranggapan bahwa kolostrum akan berpengaruh buruk untuk kesehatan anaknya. Selain itu, pengetahuan ibu tentang cara memelihara gizi dan mengatur makanan anak sangat bermanfaat
2
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
b.
c.
d.
e.
untuk menghindari kejadian gizi buruk pada anak. Salah satu yang perlu diperhatikan pada pemberian gizi yang seimbang ini adalah tata cara pemberian ASI eksklusif pada bayi (Moehji 1998). Sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif Sikap ibu dalam menyusui dapat dipengaruhi oleh nasihat atau pengalaman, penyuluhan tentang ASI serta seluk beluk ASI dari orang lain maupun dari buku bacaan. Sikap dalam memberikan ASI eksklusif dipengaruhi juga oleh pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif. Jika pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif kurang, maka akan memberikan sikap negatif pada ASI esklusif (Haryati 2006). Pendidikan ibu Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi keadaan gizi anak. Hal ini juga berkaitan dengan pemahaman akan manfaat ASI untuk anak, yaitu jika ibu memiliki tingakt pendidikan yang lebih, maka tingkat pemahaman mengenai ASI eksklusif serta praktik menyusui juga tinggi (Susanti 2002) Sosial budaya Masyarakat umum suatu daerah bisanya memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai pemberian ASI eksklusif, misalnya saja ada anggapan bahwa menyusui merupakan perilaku kuno, menyusui dapat merusak payudara sehingga merusak kecantikan, dan masih banyak lagi anggapan masyarakat mengenai ASI lainnya. Peruahan sosial budaya akan membawa pengaruh terhadap perubahan tata nilai masyarakat, baik berubah ke arah positif maupun kearah negatif (Murwanti 2005). Pekerjaan ibu Bekarja bukan menjadi alasan bagi ibu untuk berhenti memberikan ASI kepada bayinya. ASI eksklusif harus diberikan selama enam bulan tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Ibu yang bekerja dapat
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
tetap memberikan ASI secara eksklusif dengan pemberian bekal pengetahuan yang bear tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI, serta dukungan lingkungan kerja (Roesli 2001). Hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhdap objek tertentu disebut dengan pengetahuan. Pengetahuan tersebut sebagian besar diperoleh melalui indera penglihatan dan pendengaran. Tahapan dari memperoleh pengetahuan sampai penerapan pengetahuan dimulai dari awarness (kesadaran) yaitu seseorang yang mengetahui pengetahuan baru, kemudian dilanjutkan dengan tahap interest yaitu orang tersebut mulai tertarik terhadap pengetahuan baru tersebut. Evaluation adalah tahap selanjutnya dimana orang mulai memikirkan dan menimbang-nimbang pengetahuan baru yang diperolehnya tersebut. Tahap trial adalah tahap seseorang sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya. Tahap terakhir adalah tahap adoption dimana seseorang telah menerapkan dalam keseharian sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhdap stimulus tersebut (Notoatmodjo 2003). Menurut Notoatmodjo (2003) terdapat enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif seseorang, yaitu: a. Tahu (know), yaitu pengetahuan yang diterima diingat sebagai materi yang sudah dipelajari sebelumnya, meliputi recall (mengingat kembali) suatu spesifik dari seluruh materi yangdipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkatan ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. b. Memahami (comprehension), yaitu pengetahuan yang telah diterima dapat dijelaskan dan diintepretasikan secara benar, meliputi pemberian contoh, penyimpulan, peramalan, dan lainlain. c. Aplikasi (application), merupakan pengaplikasian dari materi yang telah 3
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya, misalnya mengaplikasikan penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan hal lain untuk memecahkan suatu masalah. d. Analisis (analysis), adalah penjabaran materi yang diterima ke dalam komponen-komponen yang masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih berkaitan satu sama lainnya, misalnya membuat bagan, membedakan, mengelompokkan, memisahkan, dll. e. Sintesis (synthesist), merupakan kemampuan untuk menghubungkan bagia-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan lainya berkaitan dengan teori atau rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation), yaitu suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada. Pengetahuan akan mempengaruhi sikap jika seseorang dapat mengimplementasikan pengetahuannya (Wahyuni et al. 2013). Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap yang bersifat positif cenderung tindakan yang mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sedangkan sikap yang negatif cenderung untuk menjauhi, menghindari, menghindari, membenci, serta tidak menyukai objek tertentu (Wirawan 2002). Ada dua faktor yang mempengaruhi perubahan sikap, yaitu faktor intern yang terdapat dalam pribadi manusia berupa selectivity atau daya pilih untuk menerima dan mengolah pengaruhpengaruh yang berasal dari luar. Faktor yang lain yaitu faktor ekstern yang terdapat di luar pribadi manusia berupa interaksi sosial dengan masyarakat luas (Ahmadi 2000). Notoatmodjo (2005) menambahkan sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungan dengan objeknya. Sikap memiliki empat tingkat (Notoatmodjo 2003), yaitu: a. Menerima (receiving) yaitu seseorang yang ingin dan memperhatikan rangsangan yang diberikan. b. Merespon (responding) yaitu seseorang dapat memberikan jawaban jika ditanya serta mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Menghargai (valuing) yaitu seseorang mau mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. c. Bertanggung jawab (responsible) yaitu seseorang akan bertanggung jawab dan menanggung risiko atas segala hal yang telah diputuskannya. Teori ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Gusti et al (2011) menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap ibu menyusui di Kelurahan Kampung Olo Kecamatan Nanggalo, Padang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuni et al (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu primipara di klinik-klinik bersalin Kabupaten Kubu Raya. Hal serupa juga disampaikan Wowor et al (2013) dalam penelitiannya yaitu ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kota Manado. Husnah (2014) juga meneliti di 4 klinik bidan desa (polindes) Kota Banda Aceh dan menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahaun dan sikap ibu bersalin dengan menyusui dini. Hasil penelitian yang dilakukan Merdhika et al (2014) juga menunjukkan hasil bahwa penyuluhan tentang ASI eksklusif baik dengan metode buku saku maupun metode simulasi keduanya sama-sama berpengaruh terhadap pengetahuan ibu menyusui. Kedua metode tersebut juga berpengaruh terhadap sikap ibu menyusui. Pada penelitian ini, terdapat dua hipotesis, yaitu: 4
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
1. Ada pengaruh kelas ASI terhadap pengetahuan kader kesehatan di Dusun Karangbendo, Banguntapan. 2. Ada pengaruh kelas ASI terhadap sikap kader kesehatan di Dusun Karangbendo, Banguntapan.
18 February 2017
pernah menyusui Jumlah
UAD, Yogyakarta
30
100
Tabel 1 menunjukkan bahwa usia responden paling banyak diusia 20-35 tahun sebanyak 16 orang (53,3%). Pendidikan responden paling banyak adalah SMA sederajat sebanyak 16 orang (53,3%). Pengalaman menyusui dalam memberikan ASI eksklusif sebanyak 25 orang (83,3%).
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan one group pre-posttest design. Lokasi yang dipilih untuk menjadi tempat penelitian adalah Dusun Karangbendo, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2016. Responden pada Tabel 2. Distribusi frekuensi variabel yang penelitian ini adalah kader kesehatan diteliti Dusun Karangbendo, Banguntapan, Sebelum Setelah Bantul, Yogyakarta sebanyak 30 orang. Kelas ASI Kelas ASI Teknik pengambilan sampel yaitu total Variabel Presen sampling. Freku- Presen- Freku-tase ensi tase(%) ensi (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahuan Hasil Penelitian 15 50 16 53,3 Analisis univariat dalam penelitian Baik Kurang ini dilakukan untuk mengetahui distribusi 15 50 14 46,7 frekuensi dari karakteristik responden baik Sikap yang menjadi responden penelitian. 15 50 18 60,0 Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik Baik Kurang responden 15 50 12 40,0 baik Variabel Frekuensi Persentase Total 30 100 30 100 (%) Usia Ibu Tabel 2 menunjukkan bahwa < 20 tahun 1 3,3 pengetahuan dan sikap ibu sebelum adanya 20-35 tahun 16 53,3 kelas ASI seimbang yaitu 15 orang (50%) >35 tahun 13 43,3 berpengetahuan dan memiliki sikap baik dan Pendidikan Ibu 15 orang (50%) berpengetahuan dan SD atau 5 16,7 memiliki sikap kurang baik. Setelah adanya sederajat kelas ASI, pengetahuan dan sikap ibu SMP atau 3 10,0 meningkat. Ibu yang memiliki pengetahuan sederajat baik sebanyak 16 orang (53,3%). Ibu yang SMA atau 16 53,3 memiliki sikap baik dalam menyusui sederajat meningkat menjadi 18 orang (60%). Perguruan 6 20,0 Analisis bivariat dilakukan untuk Tinggi mengetahui pengaruh antara variabel bebas Pengalaman Menyusui (independent) dengan variabel terikat ASI 25 83,3 (dependent). Pneleitian ini menggunakan uji eksklusif Wilcoxon karena: skala datanya adalah Tidak ASI 1 3,3 interval dengan jenis data nominal; eksklusif Tidak 4 13,3 THE 5TH URECOL PROCEEDING
5
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
bertujuan untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah pemberian intervensi. Sebelum melakukan uji pengaruh, dilakukan uji normalitas terlebih dahulu pada variabel pengetahuan dan sikap untuk menentukan apakah data bersifat parametrik atau nonparametrik. Data dikatakan bersifat parametrik jika data berdistribusi normal dengan syarat p value> 0,05. Hasil uji normalitas yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai p pada kedua variabel sebesar 0,000. Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 diketahui bahwa nilai p kurang dari 0,05 (p value< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua variabel tersebut tidak normal. Oleh karena itu, maka uji pengaruh yang digunakan adalah uji nonparametrik untuk data berpasangan yaitu uji Wilcoxon. Tabel 3. Hasil Uji Wilcoxon Variabel Nilai p Intepretasi Pengetahuan 0,122 Tidak ada pengaruh Sikap 0,480 Tidak ada pengaruh Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan tujuan komparatif atau membandingkan. Jenis data yang digunakan adalah numerik dengan dua kelompok berpasangan. Dua kelompok yang dimaksud yaitu kelompok sebelum dilakukan pemberian kelas ASI dan kelompok setelah pemberian kelas ASI. Sedangkan yang dimaksud berpasangan adalah satu responden dilakukan pengukuran berulang yaitu sebanyak dua kali. Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa data tidak berdistribusi normal, sehingga uji yang digunakan adalah uji nonparametrik dari data numerik dua kelompok berpasangan, yaitu uji Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki nilai p lebih dari 0,05. P value> 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh sebelum dan sesudah pemberian intervensi. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh Kelas ASI terhadap pengetahuan dan sikap kader kesehatan di Dusun Karangbendo, Banguntapan.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Pembahasan Hasil univariat menunjukkan bahwa usia responden berada pada usia yang tergolong siap baik secara fisik maupun mental untuk menjadi seorang ibu. Selain itu juga masih berada di usia produktif sehingga memungkinkan responden masih mampu untuk menangkap informasi yang diberikan dan bisa mengingat kembali. Latar belakang pendidikan responden juga pada umumnya SMA sederajat. Dalam hal ini pendidikan sangat berpengaruh pada pengetahuan seseorang. Seorang yang berpendidikan akan berusaha mempikirkan solusi jika menemui suatu masalah. Melalui proses pendidikan tersebut, setiap individu akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, keahlian dan wawasan yang lebih tinggi (Wawan dan Dewi, 2010). Selain itu, dengan memiliki pendidikan tinggi akan memudahkan responden menangkap informasi mengenai ASI eksklusif. Ditambah dengan pengetahuan ibu yang baik tentang ASI eksklusif dapat meningkatkan sikap ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Edmond et al. (2006); Rahardjo (2009) menyatakan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p variabel pengetahuan sebesar 0,122. Nilai p variabel sikap sebesar 0,480. Nilai p ini > 0,05 yang artinya tidak ada pengaruh kelas ASI terhadap pengetahuan dan sikap kader kesehatan di Dusun Karangbendo, Banguntapan. Kelas ASI merupakan salah satu cara dalam pemberian informasi kepada masyarakat berkaitan dengan masalah ASI eksklusif. Dalam kelas ASI tersebut dilakukan penyuluhan dan pemberian informasi untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai ASI eksklusif. Dengan bertambahnya pengetahuan, diharapkan akan menumbuhkan sikap positif pada masyarakat sehingga mampu menerapkan apa yang diperolehnya di dalam kehidupan sehari-hari, terutama sikap dalam pemberian ASI eksklusif. Jadi, walaupun dalam uji Wilcoxon diketahui bahwa tidak ada pengaruh kelas ASI terhadap pengetahuan dan sikap kader kesehatan, akan tetapi jika dilihat dari 6
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
jumlah responden yang berpengetahuan baik dan memiliki sikap baik, maka menunjukkan adanya peningkatan sebelum dengan sesudah dilakukan kelas ASI. Peningkatan jumlah responden yang berpengetahuan baik ini menunjukkan bahwa selama proses pemberian penyuluhan melalui kelas ASI, responden menerima penyuluhan dengan baik. Hal lain yang terjadi yaitu singkatnya waktu intervensi atau kelas ASI yang hanya satu kali. Kemungkinan, singkatnya waktu ini kurang efektif untuk mempengaruhi pengetahuan ibu terkait ASI eksklusif. Jumlah sampel terlalu sedikit, situasi dan kondisi tempat penelitian kurang kondusif karena saat berlangsungnya kelas ASI peserta ada yang membawa anak mereka. Peningkatan pengetahuan dan sikap yang terjadi pada responden menunjukkan adanya kesadaran dan motivasi responden untuk mau terus memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Timbulnya kesadaran dan motivasi ini juga dipengaruhi oleh peningkatan pengetahuan responden sehingga memberikan perubahan pula pada sikapnya dalam memberikan ASI eksklusif. Selain itu, intervensi dan cara penyampaian yang tepat akan memberikan hasil yang baik atau sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ibu yang mendapat konseling dan motivasi prenatal dan perinatal akan terjadi peningkatan pemberian ASI dibandingkam dengan ibu yang tidak mendapat konseling dan motivasi (Brodribb et al. (2007); Chen dan Rogen (2004); Roesli (2013); UNICEF Indonesia, (2012)). Adanya intervensi berupa penyuluhan ternyata dapat mempengaruhi peningkatan sikap seseorang terhadap suatu hal (Merdhika et al. 2014). Tingkat pengetahuan ibu mengenai teknik menyusi yang benar dapat mempengaruhi sikap dan perilaku ibu pada saat menyusui (Fikawati dan Syafiq, 2009) ; (Wahyuni et al. 2013). Pengetahuan akan mempengaruhi sikap jika seseorang dapat mengimplementasikan pengetahuannya (Wahyuni et al. 2013). Sikap ibu menyusui tentang ASI eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap hal yang sama, serta ada kemungkinan juga sikap sudah ada terbentuk karena faktor sosial budaya di
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
lingkungan tempat tinggal (Merdhika, et al., 2014). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Merdhika, et al., (2014) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan tentang ASI eksklusif dan sikap ibu menyusui baik menggunakan metode buku saku maupun metode simulasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuni et al. (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu primipara di klinik-klinik bersalin Kabupaten Kubu Raya. KESIMPULAN Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kelas ASI terhadap pengetahuan dan sikap kader kesehatan di Dusun Karangbendo, Banguntapan, DIY. REFERENSI Ahmadi, A., 2000. Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta. Arif, N., 2009. Asi dan Tumbuh Kembang Bayi, Yogyakarta: Media Pressindo. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International, 2008. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Calverton, Maryland, USA: BPS dan Macro International. Brodribb, W. et al., 2007. Breasfeeding and the Responsbilites of Gps: a Qualitative Study of General Practice Registrars. Australian Family Physician, 36(4), pp.283–285. Chen, A. & Rogen, W., 2004. Breastfeeding an the Risk of Post Neonatal Death. Pediatrics, 113(15), pp.435–439. Departemen Kesehatan Propinsi DIY, 2011. Profil Dinas Kesehatan Provinsi DIY tahun 2011. Yogyakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Ibu Bekerja Tetap Memberikan ASI,. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Edmond, K.K. et al., 2006. Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of Neonatal Mortality. Pediatrics, 117(3). Fikawati, S. & Syafiq, A., 2009. Immediate Breast Feeding dan Pemberian ASI 7
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Ekslusif Sampai dengan Empat Bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti, 22(2), pp.17–20. Gusti, D., Bachtiar, H. & Masrul, 2011. No Title. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), pp.4–9. Haryati, S., 2006. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif Sampai 4 Bulan di Desa Kandangmas Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Universitas Diponegoro. Husnah, 2014. Pengetahuan dan Sikap Ibu Bersalin dengan Menyusui Dini. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 14(3), pp.135–138. Indiarti, M.., 2009. ASI, Susu Formula dan Makanan Bayi, Yogyakarta: Elmatera Publishing. Kementerian Kesehatan RI, 2011. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Available at: www.depkes.go.id. Merdhika, W.A.R., Mardji & Devi, M., 2014. Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dan Sikap Ibu Menyusui di Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. Teknologi dan Kujuruan, 37(1), pp.65–72. Moehji, S., 1998. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita, Jakarta: Bhatara Karya Aksara. Murwanti, I.D., 2005. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Praktek Pemberian ASI Eksklusif pada BAyi Umur 0-4 Bulan di Desa Paremono Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang. Universitas Diponegoro. Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta. Proverawati, A. & Rahmawati, E., 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui, Yogyakarta: Nuha Medika. Rahardjo, S., 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Satu Jam Pertama Setelah Melahirkan. THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 1(1), pp.11–17. Roesli, U., 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Roesli, U., 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif, Jakarta: Pustaka Bunda. Roesli, U., 2013. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini, Jakarta: EGC. Susanti, R., 2002. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan tentang ASI dengan Pemberian Kolostrum dan ASI Eksklusif (Studi di Desa Tidu Kecamatan Baikareja). Universitas Ahmad Dahlan. UNICEF Indonesia, 2012. Maternal and Child Health Issue Briefs. , pp.25–30. Wahyuni, S., Ligita, T. & Winarianti, 2013. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Ibu Primipara Mengenai Kenyamanan dan Teknik yang Benar Saat Menyusui di Klinik Bersalin Mulia Kubu Raya. Naskah Publikasi. Wawan, A. & Dewi, M., 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia, Yogyakarta: Nuha Medika. Wirawan, S., 2002. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang. Wowor, M., Laoh, Joice, M. & Pangemanan, Damajanty, H.., 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Puskesmas Bahu Kota Manado. Ejurnal Keperawatan (e-Kp), 1(1), pp.1–7.
8
ISBN 978-979-3812-42-7