PENGARUH PENGASUHAN, SELF EFFICACY, DAN KECEMASAN TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SMP
TRI SUSANDARI
ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pengasuhan, Self Efficacy, dan Kecemasan terhadap Prestasi Akademik Siswa SMP adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor Bogor, Agustus 2014 Tri Susandari NIM I24100050
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK TRI SUSANDARI. Pengaruh Pengasuhan, Self Efficacy, dan Kecemasan terhadap Prestasi Akademik Siswa SMP. Dibimbing oleh MELLY LATIFAH. Prestasi akademik merupakan suatu pencapaian yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang dimiliki seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) pengaruh karakteristik anak dan keluarga terhadap gaya pengasuhan, (2) pengaruh gaya pengasuhan terhadap self efficacy, (3) pengaruh pengasuhan dan self efficacy terhadap kecemasan, (4) pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik. Jumlah contoh dalam penelitian ini sebanyak 151 orang yang berasal dari SMPN Kota dan Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Gaya pengasuhan, self efficacy, kecemasan, dan prestasi akademik diukur menggunakan instrumen Persepsi Gaya Pengasuhan, Academic Self Efficacy and Efficacy for Self Regulated Learning, Cognitive Test Anxiety, dan nilai rapor. Analisis parsial menunjukan bahwa jenis kelamin dan lama pendidikan orangtua berpengaruh terhadap gaya pengasuhan demokratis. Gaya pengasuhan demokratis berpengaruh positif terhadap self efficacy, sedangkan kecemasan tidak dipengaruhi oleh gaya pengasuhan. Self efficacy memiliki pengaruh yang negatif terhadap kecemasan. Faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap prestasi akademik adalah karakteristik anak dan keluarga, self efficacy, dan kecemasan. Pengasuhan tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik. Kata kunci: gaya pengasuhan, kecemasan, prestasi akademik, self efficacy
ABSTRACT TRI SUSANDARI. Influence of Parenting Styles, Self Efficacy, and Anxiety toward Academic Achievement. Supervised by MELLY LATIFAH. Academic achievement is an achievement that influenced by internal and external factor. The present study aimed to analyze: (1) effect of characteristics of children and families on parenting styles, (2) effect of parenting styles on self efficacy, (3) effect of parenting and self efficacy on anxiety, (4) the influence of characteristic of children and families, parenting, self efficacy, and anxiety on academic achievement. Data were collected from student of Bogor Junior High School (n= 151). Cluster random sampling was used in selection of those junior high schools and sample. Parenting styles, self efficacy, anxiety and academic achievement were used a questionnaire Perceived Parenting Styles, Academic Self Efficacy and Efficacy for Self Regulated Learning, Cognitive Test Anxiety, and grade’s report. This findings suggest that gender and parents education have influence on authoritative parenting styles. Authoritative parenting styles has a positive influence on self-efficacy, whereas anxiety is not influenced by parenting style. Self efficacy has a negative influence on anxiety. The factors that have influenced toward academic achievement were children and family characteristic, self efficacy, and anxiety. Parenting has no influence on academic achievement. Keywords: academic achievement, anxiety, parenting styles, self efficacy
PENGARUH PENGASUHAN, SELF EFFICACY, DAN KECEMASAN TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SMP
TRI SUSANDARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Pengaruh Pengasuhan, Self Efficacy, dan Kecemasan terhadap Prestasi Akademik berhasil diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing, membantu memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam pembuatan skripsi. 2. Alfiasari, SP, M.Si dan Neti Hernawati, SP, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 3. Dr. Tin Herawati, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran. 4. Dinas Pendidikan Kota dan Kabupaten Bogor serta pihak sekolah yang telah membantu selama pengumpulan data. 5. Bapak Sarmada dan Ibu Emmy Erih selaku orangtua penulis, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. 6. Zervina Rubyn DS, Leni Novita, dan Nuraini Novianti selaku rekan dalam penelitian ini. 7. Dwi Laksono, Ati Cahya, Hani, Dewi, Rizqi, Yunita, Hayuningtyas, Anggie, Mardi, Bella, dan seluruh mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 47 yang telah memberikan masukan dan dukungan selama penulisan skripsi. 8. Seluruh pihak yang terkait yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusinya dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Tri Susandari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 3 4 4
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
6
Desain, Lokasi, dan Waktu Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Anak dan Keluarga Pengasuhan Self Efficacy Kecemasan Prestasi Akademik Pengaruh Karakteristik Anak dan Keluarga terhadap Pengasuhan Pengaruh Pengasuhan terhadap Self Efficacy Pengaruh Pengasuhan dan Self Efficacy terhadap Kecemasan Pengaruh Karakteristik Anak dan Keluarga, Pengasuhan, Self Efficacy, dan Kecemasan terhadap Prestasi Akademik Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
6 7 7 8 9 10 10 10 11 12 12 13 14 14 14 15 16 20 20 20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
28
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis dan cara pengumpulan data Jenis dan pengategorian data Sebaran anak berdasarkan pendapatan per kapita per bulan Sebaran anak berdasarkan karakteristik keluarga Sebaran anak berdasarkan gaya pengasuhan Sebaran anak berdasarkan self efficacy Sebaran anak berdasarkan kecemasan Sebaran anak berdasarkan prestasi akademik anak Koefisien pengaruh karakteristik anak dan keluarga terhadap pengasuhan 10 Koefisien pengaruh pengasuhan dan self efficacy terhadap kecemasan 11 Koefisien pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik
7 9 11 11 12 12 13 13 14 15 15
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik 2 Model akhir pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik
6 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Analisis butir pertanyaan dimensi pengasuhan demokratif Analisis butir pertanyaan dimensi pengasuhan otoriter Analisis butir pertanyaan dimensi pengasuhan permisif Sebaran anak berdasarkan dimensi self efficacy Nilai outer loading Nilai AVE, composite reliability, dan R square Nilai koefisien pengaruh tidak langsung
25 25 26 26 27 27 27
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian mengenai prestasi akademik telah menjadi fokus utama para peneliti pada dua dekade terakhir ini, dan faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik terutama pada kognisi telah menjadi perhatian utama untuk diteliti (Savoji, Niusha, dan Boreiri 2012). Sekolah merupakan suatu tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar secara formal untuk mendapatkan pendidikan. Di Indonesia, kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan diatur dalam UU nomor 20 tahun 2003. Pasal 2 UU nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Untuk mengetahui berjalannya fungsi dan tercapainya tujuan pendidikan nasional dibutuhkan suatu acuan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur, yaitu prestasi akademik. Prestasi akademik remaja Indonesia menurut data Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2009, berada pada peringkat 62 dalam hal sains dan peringkat 59 dalam hal membaca dari 67 negara. Berdasarkan data Trend in International Mathematics and Science Studies (TIMSS) untuk bidang Matematika, Indonesia berada pada peringkat 38 dari 42 negara. Paparan data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan remaja Indonesia masih jauh di bawah rata-rata internasional. Menurut Santrock (2003), remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju kedewasaan yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang remaja tidak hanya berasal dari genetik, tetapi dipengaruhi juga oleh proses belajar sejak usia dini. Secara umum, masa remaja dimulai dari proses pubertas yang merupakan proses kematangan seksual dan membawa perubahan yang besar, serta berkaitan dalam semua ranah perkembangan (Papalia et al. 2008). Masa remaja merupakan masa yang unik dengan ciri-ciri yang melekat pada tahapan perkembangan tersebut. Menurut Gunarsa (2008), ada beberapa ciri yang melekat pada remaja yaitu sikap menentang dan menantang orangtua untuk menghindari ketergantungan, merasa cemas akan cita-cita yang banyak namun belum tentu dapat terpenuhi, dan merasa rendah diri dengan kemampuan belajar yang rendah. Berdasarkan teori psikososial, usia remaja berada pada tahapan identity vs role confusion yang menekankan bahwa tugas perkembangan utama remaja adalah mencapai identitas diri. Untuk mencapai identitas diri yang baik termasuk didalamnya pencapaian prestasi akademik yang baik dibutuhkan dukungan dari dalam diri remaja dan juga keluarga. Menurut Khayyer dan Delacey dalam Nugrasanti (2006) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik adalah faktor kepribadian, faktor demografi, dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang mendukung prestasi akademik antara lain lingkungan sekolah ataupun keluarga. Keluarga merupakan lingkungan terdekat yang paling sering berinteraksi dengan anak, serta dapat memengaruhi kepribadian melalui pengasuhan yang diterapkan orangtua. Menurut Baumrind (1991), gaya pengasuhan merupakan cara yang digunakan oleh orangtua untuk mengontrol dan mensosialisasikan anaknya yang
2 terdiri dari gaya pengasuhan otoriter, demokratis, dan permisif. Papalia et al. (2008) menyebutkan bahwa gaya pengasuhan demokratis yang diterapkan oleh orangtua lebih mendorong prestasi akademik anak dibandingkan dengan gaya pengasuhan otoriter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan otoriter memiliki pengaruh yang negatif terhadap prestasi akademik (Huey, Sayler, dan Rinn 2013). Gaya pengasuhan merupakan faktor penting yang memengaruhi segala aspek perkembangan individu dan pembentukan kepribadian yang kemudian akan berdampak kepada pencapaian akademik (Ishak, Low, dan Lau 2011). Hasil penelitian menyatakan bahwa anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan demokratis dilaporkan memiliki self efficacy yang tinggi (Turner, Chandler, dan Heffer 2009). Selain itu, Smith dan Renk (2007) menyatakan bahwa gaya pengasuhan otoriter yang diterapkan orangtua saat masa anak-anak memengaruhi kecemasan akademik anak saat mereka sudah berada di bangku perkuliahan. Paparan tersebut menunjukkan bahwa pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua akan memengaruhi kepribadian yang dimiliki oleh anak seperti self efficacy dan kecemasan, terutama dalam hal akademik. Self efficacy adalah keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi suatu tugas atau masalah. Dalam hal akademik self efficacy berarti keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengatur pencapaian akademik. Keyakinan yang kuat akan mendorong seseorang untuk merancang tujuan yang menantang, membuat strategi, dan melakukan usaha yang lebih keras untuk mendapatkan tujuan yang diharapkan seperti prestasi akademik yang baik. Orang yang memiliki self efficacy rendah akan menunjukkan prestasi akademik yang rendah pula. Hasil penelitian secara signifikan membuktikan bahwa self efficacy berpengaruh positif terhadap prestasi akademik (McTigue dan Liew 2011; Mohammadyari 2012). Bandura (1994) menyatakan bahwa self efficacy dapat ditingkatkan melalui mastery experiences, vicarious experiences (modeling), social persuasion, dan somatic and emotional state. Dalam beberapa penelitian, self efficacy biasanya bergabung dengan beberapa variabel seperti self concept, kecemasan, atau self regulatory practice (Pajares dan Graham 1999). Spielberger (1983) dalam Vitasari et al. (2010) menyebutkan bahwa kecemasan adalah perasaan subjektif seseorang yang meliputi ketegangan, kegelisahan, atau kekhawatiran. Kecemasan akademik berarti kecemasan sesaat yang terjadi selama proses belajar dan bisa mengganggu performa akademik (Vitasari et al. 2010). Kecemasan terjadi ketika seseorang tidak memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu masalah. Dengan kata lain, kecemasan disebabkan oleh self efficacy seseorang yang rendah. Dordinejad et al. (2011) menyatakan bahwa kecemasan berpengaruh negatif terhadap prestasi akademik. Semakin tinggi tingkat kecemasan yang dirasakan anak maka akan semakin rendah prestasi akademik yang dapat dicapai oleh anak. Penelitian mengenai variabel yang berhubungan dengan prestasi akademik akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan mampu memprediksi variabel yang dapat memengaruhi prestasi akademik di sekolah (Savoji, Niusha, dan Boreiri2012). Saat ini masih sedikit penelitian yang menggali pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti merasa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik.
3 Perumusan Masalah Pada tahun 2012/2013, tingkat kelulusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengalami penurunan sebesar 0.02 persen dengan nilai rata-rata yang juga menurun sebanyak 1.37 poin dibandingkan dengan tahun ajaran 2011/2012. Selain itu, berdasarkan data PISA dan TIMSS peringkat remaja Indonesia masih berada pada peringkat 10 terbawah dunia. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa remaja Indonesia masih memiliki prestasi akademik yang rendah, padahal banyak remaja yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Hal ini menunjukan bahwa remaja masih belum mampu mengoptimalkan kemampuannya untuk mencapai prestasi akademik yang baik, serta ada faktor-faktor lain yang memengaruhi prestasi akademik remaja seperti faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal terdekat remaja dalam memengaruhi prestasi akademik adalah keluarga. Keluarga dapat memengaruhi prestasi akademik remaja secara langsung ataupun tidak langsung melaui pengasuhan yang diterapkan orangtua. Brooks (2001) mengatakan bahwa pendidikan orangtua yang baik memiliki hubungan dengan penerapan gaya pengasuhan terhadap anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, diduga orangtua akan semakin demokratis dalam mengasuh anaknya. Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan demokratis pada anak akan meningkatkan prestasi akademik anak (Turner, Chandler, dan Heffer 2009). Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa semakin baik latar belakang yang dimiliki oleh orangtua diduga akan memberikan pengaruh terhadap gaya pengasuhan dan berdampak pada prestasi akademik anak. Pada faktanya, remaja dengan keadaan status sosial-ekonomi yang rendah terkadang memiliki prestasi akademik yang lebih baik daripada anak dengan status sosial-ekonomi tinggi. Selain itu, tidak selalu orangtua yang memiliki status sosial-ekonomi tinggi menerapkan gaya pengasuhan demokratis yang mendorong prestasi akademik remaja yang baik. Faktor internal yang juga turut memengaruhi prestasi akademik remaja adalah self efficacy dan kecemasan. Self efficacy memiliki pengaruh yang besar terhadap motivasi seseorang (Bandura 1994). Orang yang memiliki motivasi tinggi akan mengerahkan segala kemampuannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan seperti pencapaian prestasi akademik. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa self efficacy memiliki peranan penting bagi seorang remaja untuk meraih prestasi akademik yang baik. Menurut penelitian terdahulu, kecemasan memiliki pengaruh yang negatif terhadap prestasi akademik (Dordinejad et al. 2011). Kecemasan terjadi ketika seseorang tidak mampu mengelola ancaman yang sedang dihadapi. Kemampuan mengelola ancaman berkaitan dengan self efficacy yang dimiliki oleh seseorang. Orang yang memiliki self efficacy tinggi akan mampu mengelola ancaman yang dihadapi (Bandura 1994). Hal tersebut menyiratkan bahwa kecemasan dihasilkan dari self efficacy seseorang yang rendah. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang akan memiliki prestasi akademik yang baik jika memiliki self efficacy yang tinggi dan kecemasan yang rendah. Faktanya, self efficacy seseorang menurun pada usia remaja (Mckay et al. 2012) dan kecemasan meningkat seiring bertambahnya usia. Selain itu, remaja terkadang merasa tidak yakin akan kemampuannya dalam belajar dan rentan dengan emosi yang berkaitan dengan kecemasan. Pada kenyataannya setiap orang memiliki tingkat self efficacy dan
4 kecemasan yang berbeda-beda. Berdasarkan penjelasan di atas, rumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana keadaan karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, kecemasan, dan prestasi akademik? 2. Bagaimana pengaruh karakteristik anak dan keluarga terhadap pengasuhan? 3. Bagaimana pengaruh pengasuhan terhadap self efficacy? 4. Bagaimana pengaruh pengasuhan dan self efficacy terhadap kecemasan? 5. Bagaimana pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, kecemasan, dan prestasi akademik 2. Menganalisis pengaruh karakteristik anak dan keluarga terhadap pengasuhan 3. Menganalisis pengaruh pengasuhan terhadap self efficacy 4. Menganalisis pengaruh pengasuhan dan self efficacy terhadap kecemasan 5. Menganalisis pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran akan pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik bagi orangtua sehingga lebih memerhatikan gaya pengasuhan yang diterapkan yang dapat meningkatkan prestasi akademik. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan gambaran kepada pihak sekolah untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif untuk menunjang self efficacy anak dan menurunkan tingkat kecemasan anak, sehingga anak lebih nyaman untuk belajar dan mampu meningkatkan prestasi akademiknya. Pemerintah juga diharapkan mampu memberikan kebijakan-kebijakan baru yang berhubungan dengan pendidikan remaja. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan pada bidang ilmu perkembangan anak dan keluarga.
KERANGKA PEMIKIRAN Pencapaian prestasi akademik tidak dapat terlepas dari proses belajar yang dilakukan oleh anak. Belajar merupakan suatu proses mendapatkan pengetahuan dan perilaku baru yang melibatkan berbagai aspek perkembangan seperti kognitif, motorik, sosial, emosi, atau kemandirian. Prestasi akademik dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang saling memengaruhi. Keluarga merupakan lingkungan terdekat remaja yang berpengaruh terhadap kepribadian
5 dan secara tidak langsung memengaruhi prestasi akademik yang dicapai anak. Pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua diduga memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik anak. Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan demokratis lebih mendorong prestasi akademik anak dibandingkan dengan gaya pengasuhan nondemokratis (Papalia et al. 2008). Selain memengaruhi prestasi akademik, pengasuhan juga diduga memengaruhi kepribadian anak seperti self efficacy dan kecemasan yang kemudian faktor kepribadian ini akan memengaruhi prestasi akademik. Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan demokratis diduga akan meningkatkan self efficacy dan menurunkan kecemasan yang dimiliki anak. Menurut Darling (1999), orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan otoriter hanya akan menghasilkan anak dengan rasa percaya diri yang rendah dan rentan dengan kecemasan. Erozkan (2012) menyebutkan bahwa gaya pengasuhan menjadi prediktor yang kuat terhadap kecemasan anak. Self efficacy merupakan faktor internal yang memiliki peranan penting dalam pencapaian prestasi akademik. Orang yang memiliki self efficacy tinggi akan memiliki motivasi yang besar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan mengerahkan segala usahanya (Bandura 1994). Berdasarkan hal tersebut, diduga bahwa tingginya self efficacy yang dimiliki seseorang akan meningkatkan prestasi akademik yang dapat dicapai. Self efficacy merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu masalah. Orang yang memiliki self efficacy rendah akan memiliki kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Kesulitan yang dirasakan akan menimbulkan kecemasan, sehingga diduga self efficacy memiliki pengaruh yang negatif terhadap kecemasan. Kecemasan merupakan salah satu faktor internal yang diduga turut memengaruhi prestasi akademik. Menurut Theresia (2013), prestasi akademik remaja masih rendah meskipun memiliki self efficacy dan self regulated learning yang tergolong dalam kategori sedang, serta mendapat pengasuhan dengan gaya demokratis disebabkan karena remaja masih sulit mengendalikan kecemasannya. Karakteristik anak dan keluarga diduga memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik. Menurut Castillo et al. (2011) pekerjaan dan tingkat pendidikan orangtua memiliki kaitan dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh anak. Selain itu, Ahmad, Husein, dan Azeem (2012) menyebutkan bahwa prestasi akademik perempuan lebih baik daripada anak laki-laki. Karakteristik anak dan keluarga juga diduga memiliki pengaruh terhadap penerapan gaya pangasuhan. Brooks (2001) menyatakan bahwa status sosial-ekonomi orangtua memiliki kaitan dalam penerapan gaya pengasuhan. Semakin tinggi status sosial-ekonomi orangtua, maka orangtua akan memiliki kecenderungan untuk menerapkan gaya pengasuhan demokratis. Orangtua lebih menggunakan gaya pengasuhan demokratis pada anak perempuan, sedangkan anak laki-laki lebih dididik dengan keras agar menjadi pribadi yang kuat. Kerangka pemikiran pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik disajikan pada gambar 1.
6
Karakteristik anak - Jenis kelamin - Usia
Karakteristik keluarga - Pendidikan - Pendapatan - Besar keluarga - Usia orangtua
Pengasuhan - Demokratis - Otoriter - permisif Kecemasan
Self efficacy
Prestasi akademik Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik
METODE Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan topik penelitian FaktorFaktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik dengan menggunakan desain cross sectional study. Lokasi dari penelitian ini adalah dua Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang berada di Kota Bogor (SMPN X) dan Kabupaten Bogor (SMPN Y). Pemilihan lokasi tersebut menggunakan teknik cluster random sampling berdasarkan data sekolah yang didapatkan dari Dinas Pendidikan Bogor.
7 Pemilihan dilakukan dengan cara memisahkan SMPN yang berada di wilayah Bogor menjadi SMPN kota dan kabupaten, setelah itu dilakukan pengacakan pada masing-masing cluster sampai terpilih SMPN X Kota Bogor dan SMPN Y Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Mei 2014. Teknik Penarikan Contoh Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMPN Bogor. Contoh dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII dari masing-masing sekolah yang terpilih menjadi lokasi penelitian. Pemilihan contoh ini dikarenakan kelas VIII tidak memiliki kesibukan untuk persiapan ujian nasional seperti kelas XI dan memiliki pengalaman yang lebih lama dibandingkan dengan kelas VII. Penarikan contoh dilakukan dengan cara mengacak jumlah kelas VIII reguler yang ada di SMPN X dan SMPN Y, setelah itu dipilih dua kelas yang mewakili kelas VIII untuk dijadikan contoh dalam penelitian ini. Seluruh siswa yang berada di kelas terpilih dijadikan contoh penelitian dengan jumlah anak sebanyak 153. Setelah dilakukan pengambilan data hanya sebanyak 151 anak yang dianalisis lebih lanjut karena ada beberapa anak yang tidak hadir saat pengambilan data. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik self report dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh contoh setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti. Data primer meliputi karakteristik keluarga (lama pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, usia orangtua, dan besar keluarga), karakteristik anak (usia, jenis kelamin), persepsi gaya pengasuhan, kecemasan, dan self efficacy. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data sekolah dan prestasi akademik contoh yang diperoleh melalui rapor dari pihak sekolah. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data Jenis Data
Variabel
Alat Bantu
Primer
Karakteristik keluarga: Pendapatan keluarga Lama pendidikan orangtua Usia orangtua Besar keluarga Karakteristik contoh: Usia Jenis kelamin Persepsi gaya pengasuhan Self efficacy Kecemasan Prestasi akademik
Kuesioner
Primer
Primer Primer Primer Sekunder
Skala Data Rasio Rasio Rasio Rasio
Kuesioner
Kuesioner Kuesioner Kuesioner Rapor contoh
Rasio Nominal Ordinal Ordinal Ordinal Rasio
Gaya pengasuhan diukur menggunakan instrumen persepsi gaya pengasuhan yang dikembangkan oleh Latifah (2009). Persepsi gaya pengasuhan yang diukur
8 terbagi menjadi gaya pengasuhan demokratis, otoriter, dan permisif yang mengandung dimensi responsiveness dan demandingness. Variabel ini memiliki 27 butir pertanyaan yang terdiri atas 9 butir pertanyaan demokratis, 8 butir pertanyaan otoriter, dan 10 butir pertanyaan permisif dengan skala Likert 1-4 (1= tidak pernah, 2= hampir tidak pernah, 3= sering, 4= sangat sering). Reliabilitas dari instrumen persepsi gaya pengasuhan adalah 0.644. Variabel kecemasan pada penelitian ini diukur menggunakan instrument Cognitive Test Anxiety yang dikembangkan oleh Cassady dan Johnson (2002). Variabel ini terdiri atas 25 butir pertanyaan dengan skala Likert 1-4 (1= sangat tidak sesuai, 2= tidak sesuai, 3= sesuai, 4= sangat sesuai). Nilai reliabilitas dari instrumen ini sebesar 0.834. Pengukuran self efficacy pada penelitian ini menggunakan instrumen Academic Self efficacy and Efficacy for Self Regulated Learning yang dimodifikasi dari Zimmerman, Bandura, dan Martinez (1992), serta Rudmann. Variabel ini memiliki 18 butir pertanyaan yang terdiri dari 2 dimensi yaitu efficacy for self regulated learning (10 butir pertanyaan) dan self efficacy for academic achievement (8 butir pertanyaan). Pilihan jawaban dari variabel ini menggunakan skala likert 1-4 (1= sangat tidak sesuai, 2= tidak sesuai, 3= sesuai, 4= sangat sesuai). Nilai reliabilitas dari instrumen ini sebesar 0.827. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel, SPSS for Windows, dan SmartPLS. Kualitas data pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan dikontrol dengan melakukan uji reliabilitas dan uji validitas dengan metode cronbach alpha. Selain itu, data dianalisis menggunakan uji statistik deskriptif dan inferensia. Data karakteristik contoh terdiri atas usia dan jenis kelamin. Jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Data karakteristik keluarga terdiri atas usia orangtua, pendapatan, lama pendidikan orangtua, dan besar keluarga. Data pendapatan orangtua dikonversikan menjadi data pendapatan per kapita per bulan lalu dikategorikan berdasarkan garis kemiskinan Kota dan Kabupaten Bogor menurut BPS 2011. Sistem indeks yang dilakukan untuk gaya pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan menggunakan rumus :
Keterangan : Indeks Skor anak Skor minimal Skor maksimal
= skor anak yang sudah diindeks = skor yang diperoleh anak berdasarkan pengukuran = skor minimal pada instrumen = skor maksimal pada instrumen
Persepsi gaya pengasuhan dikategorikan berdasarkan pada hasil persentase skor tertinggi diantara ketiga gaya pengasuhan. Semakin tinggi persentase skor pada salah satu gaya pengasuhan, maka orangtua dinyatakan cenderung menerapkan gaya pengasuhan tersebut. Self efficacy dan kecemasan dikategorikan menggunakan cut off yang terdiri atas 3 kategori yaitu : rendah= <60 persen,
9 sedang= 60 persen-80 persen, dan tinggi= >80 persen. Prestasi akademik anak dikategorikan berdasarkan Permendiknas no.81a tahun 2013. Kategori tersebut terdiri atas: kurang=≤2.49, cukup= 2.50-2.99, baik=3.00-3.49, sangat baik= 3.504.00. Jenis dan pengategorian data disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis dan pengategorian data Jenis Data Karakteristik contoh Jenis kelamin Karakteristik orangtua Pendapatan per kapita Pengasuhan
Self efficacy
Kecemasan
Prestasi akademik
Kategori Pengukuran perempuan laki-laki miskin tidak miskin demokratis otoriter permisif rendah (≤60%) sedang (60-80) tinggi (≥80%) rendah (<60%) sedang (60%-80%) tinggi (>80%) kurang (≤2.49) cukup (2.50-2.99) baik (3.00-3.49) sangat baik (3.50-4.00)
Uji deskriptif digunakan untuk melihat frekuensi, rataan, dan standar deviasi dari data yang diperoleh. Uji inferensia yang dilakukan adalah uji pengaruh antar variabel dan faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik menggunakan uji Partial Least Square (PLS). Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam menggunakan PLS adalah evaluasi goodness of fit yang terbagi atas outer model (outer loading, AVE, dan composite reliability) serta inner model (R-square). Nilai Outer loading (>0.5) digunakan untuk melihat validitas indikator dari variabel yang diteliti. Nilai AVE (>0.5) digunakan untuk melihat validitas suatu variabel, dan nilai composite reliability (> 0.7) digunakan untuk melihat konsistensi variabel yang diteliti. Variabel dikatakan memiliki pengaruh signifikan ketika memiliki nilai t hitung >1.96. Definisi Operasional Karakteristik Anak adalah ciri khas anak yang terdiri atas usia dan jenis kelamin. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin anak yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Usia adalah usia anak pada saat penelitian berlangsung dengan satuan tahun. Karakteristik Keluarga adalah ciri khas keluarga anak yang terdiri atas usia orangtua, pendapatan orangtua, lama pendidikan orangtua, dan besar keluarga. Usia Orangtua adalah usia ayah dan ibu anak yang dihitung dengan satuan tahun. Pendapatan per Kapita adalah pendapatan per kapita per bulan yang diperoleh dari pendapatan orangtua ataupun anggota keluarga lain yang sudah bekerja
10 dibagi dengan besar keluarga, serta dikategorikan berdasarkan garis kemiskinan Kota dan Kabupaten Bogor menurut BPS 2011. Lama Pendidikan Orangtua adalah lama pendidikan formal yang telah ditempuh oleh ayah dan ibu anak yang dihitung dengan satuan tahun. Gaya Pengasuhan adalah pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua terdiri atas gaya demokratis, otoriter, dan permisif. Gaya Pengasuhan Demokratis adalah orangtua yang memiliki sikap hangat, komunikatif, memberikan alasan dalam membuat batasan, dan menggunakan negosiasi ketika membuat keputusan. Gaya Pengasuhan Otoriter adalah orangtua yang memiliki sikap sewenangwenang, memaksa dan tidak dapat diubah, serta mendominasi. Gaya Pengasuhan Permisif adalah orangtua yang memiliki sikap sangat toleran terhadap anak, tidak pernah mengarahkan, dan tidak pernah memberi batasan. Self Efficacy adalah keyakinan anak terhadap kemampuannya untuk mengatur strategi belajar yang digunakan dalam belajar dan keyakinan untuk mampu berprestasi dalam hal akademik Kecemasan adalah ketakutan sesaat yang dirasakan anak terhadap proses belajar dan ketika akan, saat, atau sesudah ujian. Prestasi Akademik adalah hasil pencapaian akademik anak yang dilihat berdasarkan nilai seluruh mata pelajaran yang ada dalam rapor.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Anak dan Keluarga Penelitian ini mengambil anak dengan jenis kelamin yang berbeda dan usia dengan kategori remaja. Berdasarkan jenis kelamin, lebih dari separuh anak (58.9%) berjenis kelamin perempuan dan sisanya (41.1%) berjenis kelamin lakilaki. Santrock (2011) menyebutkan bahwa usia remaja awal berkisar antara 11-13 tahun. Pada penelitian ini sebagian besar anak memiliki usia dengan kategori remaja awal dengan rentang 12-15 tahun. Menurut BPS Jawa Barat pada tahun 2011, garis kemiskinan Kota Bogor sebesar Rp 305 870 dan garis kemiskinan Kabupaten Bogor sebesar Rp 235 682. Berdasarkan garis kemiskinan tersebut hampir seluruh anak (82.12%) tergolong ke dalam kategori keluarga tidak miskin dan sisanya (17.88%) tergolong dalam keluarga miskin. Sebaran anak berdasarkan pendapatan per kapita per bulan disajikan pada Tabel 3.
11 Tabel 3 Sebaran anak berdasarkan pendapatan per kapita per bulan Sebaran anak
Pendapatan keluarga (Rp/kap/bl)
n
Miskin Tidak miskin
27 124
Total Rata-rata±std Min-maks
151 100 868 830±1 120 165.4 125 000-8 750 000
% 17.88 82.12
Keterangan : batas garis kemiskinan Kota Bogor Rp 305 870, batas garis kemiskinan Kabupaten Bogor Rp 235 682
Rata-rata usia ayah sebesar 45.98 tahun, dan rata-rata usia ibu sebesar 41.91 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usia orangtua anak berada pada tahapan dewasa madya yang memiliki rentang usia 40-65 tahun (Santrock 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pendidikan ayah lebih dari 12 tahun dan lama pendidikan ibu hampir mendekati 12 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan terakhir orangtua adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebaran anak berdasarkan karakteristik keluarga disajikan pada Tabel 4. Tabel 4
Sebaran anak berdasarkan karakteristik keluarga
Variabel Usia orangtua Usia ayah (tahun) Usia ibu (tahun) Lama pendidikan orangtua Lama pendidikan ayah (tahun) Lama pendidikan ibu (tahun)
Rata-rata±std
Min-maks
45.98±6.227 41.91±5.665
31-65 29-57
12.62±2.95
3-20
11.83±2.802
0-20
Pengasuhan Gaya pengasuhan merupakan strategi yang digunakan orangtua dalam membesarkan anak (Toyin dan Aderemi 2013). Baumrind mengelompokkan gaya pengasuhan menjadi 3 yaitu demokratis, otoriter, dan permisif. Ketiga gaya pengasuhan tersebut mengandung 2 dimensi yaitu responsiveness dan demandingness. Responsiveness merujuk pada kehangatan dan dukungan yang diberikan orangtua kepada anaknya, sedangkan demandingness mengacu pada kontrol yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh orangtua anak menerapkan gaya pengasuhan demokratis (89.4%). Menurut Darling (1999), orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan demokratis akan menghasilkan anak yang lebih unggul dalam segala bidang dibandingkan dengan orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan nondemokratis. Analisis butir pertanyaan (Lampiran 1) menunjukan bahwa lebih dari separuh anak (55.6%) mempersepsikan bahwa orangtua mereka selalu memberikan peringatan terlebih dahulu sebelum menjatuhkan sanksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8 persen orangtua menerapkan gaya pengasuhan otoriter kepada anak. Lebih dari separuh anak (55%) merasa orangtua menuntut agar mereka berperilaku baik di sekolah. Selain itu, hanya 2.6 persen orangtua
12 anak yang menerapkan gaya pengasuhan permisif. Analisis butir pertanyaan menunjukkan bahwa hampir seluruh anak menjawab tidak pernah pada pertanyaan orangtua tidak menerapkan aturan apapun kepada anak (76.8%). Hampir seluruh anak juga menjawab tidak pernah pada pernyataan yang menggambarkan bahwa orangtua tidak memberikan batasan pergaulan anak (76.8%). Berikut sebaran anak berdasarkan gaya pengasuhan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran anak berdasarkan gaya pengasuhan Gaya pengasuhan Permisif Otoriter Demokratis Total
n 4 12 135 151
% 2.6 8.0 89.4 100
Self Efficacy Self efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki dan menentukan bagaimana seseorang merasakan, berpikir, memotivasi dirinya, dan bertindak (Bandura 1994). Dalam meningkatkan self effficacy seseorang dapat menggunakan beberapa mekanisme yaitu diberi tahu orang lain (diarahkan), kesadaran diri sendiri, atau modeling. Sementara untuk membangun self efficacy dalam bidang akademik, dibutuhkan lingkungan sekolah yang kondusif dan guru yang mampu mengarahkan siswanya untuk melakukan self evaluating, serta mengatur tujuan yang spesifik agar siswa mendapatkan pengalaman yang dapat meningkatkan self efficacy (McTigue dan Liew 2011). Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengah anak (74.8%) memiliki self efficacy dengan kategori rendah, hanya 1.3 persen anak yang memiliki self efficacy dengan kategori tinggi. Hal tersebut dapat disebabkan berdasarkan dimensi academic self efficacy dan efficacy for self regulated learning, lebih dari setengah anak memiliki academic self efficacy (68.2%) dan efficacy for self regulated learning (64.9%) pada kategori rendah (Lampiran 4). Berikut sebaran anak berdasarkan self efficacy disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran anak berdasarkan self efficacy Self efficacy
n
(%)
Rendah Sedang Tinggi
113 36 2
74.8 23.8 1.3
Total Rata-rata ± std Min-maks
151
100 55.251±10.15 29-85
Keterangan: rendah= <60%, sedang= 60%-80%, tinggi= >80%.
Kecemasan Kecemasan adalah perasaan subjektif seseorang mengenai ketakutan ataupun kegelisahan yang terbagi menjadi state anxiety dan trait anxiety. State anxiety adalah emosi sesaat seseorang saat mengartikan keadaan stres pada waktu tertentu, sedangakan trait anxiety berkaitan dengan sifat atau karakter seseorang.
13 Kecemasan mengandung 2 dimensi yaitu emotionality dan worry (Cassady dan Johnson 2002). Emotionality merupakan respon fisiologis yang terjadi selama mengevaluasi sesuatu, sedangkan worry berkaitan dengan proses kognitif. Berdasarkan jenis dan dimensi kecemasan, kecemasan akademik merupakan state anxiety dan berfokus pada dimensi worry. Pada penelitian ini kecemasan anak dikategorikan ke dalam tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh anak memiliki kecemasan dengan kategori rendah (89.4%) dan tidak ada anak yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. Kecemasan dapat memengaruhi perilaku adaptif seseorang dalam fungsi sosial, kinerja, ketahanan, dan kesejahteraan subjektif (Kapikiran 2013). Berikut sebaran anak berdasarkan kecemasan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran anak berdasarkan kecemasan n
Kecemasan Rendah Sedang Tinggi
135 16 0
Total Rata-rata ± std Min-maks
151
(%) 89.4 10.6 0 100 47.867±9.65 16-74
Keterangan: rendah= <60%, sedang= 60%-80%, tinggi= >80%.
Prestasi Akademik Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang menggambarkan keberhasilan belajar seorang siswa dalam mencapai tujuannya (Olivia 2011). Prestasi belajar menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi dan prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang saling berkaitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata prestasi akademik anak adalah 3.15±0.13. Hampir seluruh anak memiliki prestasi akademik dalam kategori baik (94.7%). Selain itu, 4.6 persen anak memiliki prestasi akademik dengan kategori cukup dan 0.7 persen anak memiliki prestasi akademik kurang. Berikut sebaran anak berdasarkan prestasi akademik anak disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran anak berdasarkan prestasi akademik anak Prestasi akademik
n
%
Kurang Cukup Baik Sangat baik
1 7 143 0
0.7 4.6 94.7 0
Total Rata-rata±std Min-maks
151
100 3.15±0.13 2.30-3.44
Keterangan: kurang= <2.49, cukup= 2.50-2.99, baik= 3.00-3.49, sangat baik= 3.50-4.00
14 Pengaruh Karakteristik Anak dan Keluarga terhadap Pengasuhan Karakteristik anak yang dianalisis adalah jenis kelamin. Karakteristik keluarga hanya lama pendidikan orangtua dan pengasuhan hanya pengasuhan demokratis yang memenuhi persyaratan untuk diuji menggunakan PLS (Lampiran 5). Pengaruh karakateristik anak dan keluarga terhadap pengasuhan memiliki nilai R Square sebesar 0.07. Hal ini berarti keragaman dari pengasuhan mampu dijelaskan oleh jenis kelamin dan lama pendidikan orangtua sebesar 7 persen. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap penerapan pengasuhan demokratis. Anak perempuan cenderung diasuh menggunakan pengasuhan demokratis dibandingkan laki-laki. Orangtua lebih bersikap tegas dan menerapkan banyak peraturan kepada anak laki-laki untuk mengatur perilaku yang kasar (Nixon dan Halpenny 2010). Selanjutnya, lama pendidikan orangtua berpengaruh positif terhadap pengasuhan demokratis sebesar 0.22. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendidikan orangtua maka akan semakin demokratis pengasuhan yang diterapkan. Berikut koefisien pengaruh karakteristik anak dan keluarga terhadap pengasuhan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Koefisien pengaruh karakteristik anak dan keluarga terhadap pengasuhan Variabel
Pengasuhan demokratis
Karakteristik anak Jenis kelamin Karakteristik keluarga Lama pendidikan orangtua
0.19* 0.22*
Keterangan: *signifikan pada t>1.96
Pengaruh Pengasuhan terhadap Self Efficacy Pengasuhan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kepribadian seorang anak. Pengaruh pengasuhan terhadap self efficacy memiliki nilai R square 0.04. Artinya, pengasuhan mampu menjelaskan keragaman self efficacy sebesar 4 persen. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengasuhan demokratis berpengaruh positif terhadap self efficacy sebesar 0.20. Semakin orangtua menerapkan pengasuhan demokratis, maka akan meningkatkan self efficacy yang dimiliki oleh anak. Cara untuk meningkatkan self efficacy dapat dilakukan dengan cara vicarious experience dan verbal persuasion yaitu melalui modeling dan kalimat dorongan (Bandura 1994). Kedua hal tersebut dapat terjadi melalui pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua.
Pengaruh Pengasuhan dan Self Efficacy terhadap Kecemasan Kecemasaan merupakan suatu perasaan subjektif yang timbul karena seseorang tidak mampu mengelola suatu ancaman yang sedang dihadapinya. Pengasuhan dan self efficacy mampu menjelaskan keragaman kecemasan sebesar 15 persen (R square= 0.15). Hasil penelitian menunjukan bahwa pengasuhan demokratis tidak memiliki pengaruh terhadap kecemasan. Hal ini berarti apapun gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua, maka tingkat kecemasan yang
15 dirasakan anak akan beragam. Selain itu, self efficacy memiliki pengaruh yang negatif terhadap kecemasan sebesar 0.38. Semakin tinggi self efficacy yang dimiliki oleh seorang anak, maka akan menurunkan tingkat kecemasan. Berikut koefisien pengaruh pengasuhan dan self efficacy terhadap kecemasan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Koefisien pengaruh pengasuhan dan self efficacy terhadap kecemasan Variabel Pengasuhan Demokratis Self efficacy
Kecemasan 0.18 -0.38*
Keterangan: *signifikan pada t>1.96
Pengaruh Karakteristik Anak dan Keluarga, Pengasuhan, Self Efficacy, dan Kecemasan terhadap Prestasi Akademik Prestasi akademik merupakan suatu pencapaian yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang saling memengaruhi. Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik yang diteliti dalam penelitian ini adalah karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan. Karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan mampu menjelaskan keragaman prestasi akademik sebesar 30 persen (R square= 0.30). Berikut koefisien pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Koefisien pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik Variabel Karakteristik anak Karakteristik keluarga Pengasuhan Self efficacy Kecemasan
Prestasi akademik 0.39* -0.19* 0.07 0.24* -0.23*
Keterangan: *signifikan pada t>1.96
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik anak yaitu jenis kelamin memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap prestasi akademik (Tabel 11). Prestasi akademik anak perempuan cenderung lebih baik dari anak laki-laki. Selain itu, lama pendidikan orangtua yang menggambarkan karakteristik keluarga memiliki pengaruh negatif secara langsung terhadap prestasi akademik sebesar 0.19. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendidikan orangtua, prestasi akademik anak akan menurun. Pada penelitian ini rata-rata pendidikan terendah orangtua berada pada tingkat SMA. Selanjutnya, pengasuhan tidak memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik. Artinya, apapun gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua, tidak akan memengaruhi prestasi akademik yang dapat dicapai oleh anak. Faktor kepribadian yang diteliti dalam penelitian ini adalah self efficacy dan kecemasan. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel self efficacy memiliki
16 pengaruh yang positif secara langsung terhadap prestasi akademik sebesar 0.24. Semakin tinggi self efficacy yang dimiliki, maka akan meningkatkan prestasi akademik seseorang. Secara langsung kecemasan memiliki pengaruh negatif terhadap prestasi akademik sebesar 0.23. Hal ini berarti semakin tinggi kecemasan yang dimiliki, maka akan menurunkan prestasi akademik yang dapat dicapai seorang anak. Selain itu, penelitian ini juga menunjukan bahwa self efficacy memiliki pengaruh tidak langsung terhadap prestasi akademik (Lampiran 7). Pengaruh tidak langsung tersebut terjadi melalui kecemasan. Semakin rendah self efficacy yang dimiliki, maka akan meningkatkan kecemasan dan kecemasan akan berdampak pada menurunnya prestasi akademik. Berikut model akhir dari penelitian pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik yang disajikan pada Gambar 2.
-
Karakteristik anak - Jenis kelamin 0.18
0.39* 0.39*
Kecemasan -0.23* -0.23*
0.19* 0.19* -0.38* -0.38*
-
Pengasuhan - Demokratis 0.20* 0.20*
Self efficacy
0.24* 0.24*
Prestasi akademik
0.22* 0.22* -0.19* -0.19*
0.07
-
Karakteristik keluarga - Lama pendidikan orangtua Keterangan: *signifikan pada t>1.96
Gambar 2 Model akhir pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik
Pembahasan Pengasuhan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh orangtua untuk merawat dan mendidik anak. Menurut Darling (1999), pengasuhan yang diterapkan orangtua akan memengaruhi kepribadian anak. Gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua dipengaruhi oleh berbagai hal seperti karakteristik anak dan karakteristik keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin anak memiliki pengaruh terhadap penerapan gaya pengasuhan. Anak perempuan lebih cenderung diasuh menggunakan gaya pengasuhan demokratis. Hal ini senada dengan Kausar dan Shafique (2008) yang menyatakan bahwa anak perempuan lebih memersepsikan dirinya diasuh menggunakan gaya pengasuhan demokratis. Pada dasarnya jenis kelamin tidak menjadi sebuah alasan untuk
17 orangtua membedakan pengasuhan. Perbedaan yang dilakukan oleh orangtua lebih kepada jenis interaksi dan kesempatan melakukan aktivitas bersama anak perempuan atau laki-laki (Nixon dan Halpenny 2010). Anme et al. (2010) juga menyatakan bahwa orangtua tidak memberikan sikap yang berbeda kepada anak berdasarkan jenis kelamin, kecuali pada usia tertentu. Selain karakteristik anak, karakteristik keluarga yaitu lama pendidikan orangtua memiliki pengaruh yang positif terhadap gaya pengasuhan demokratis. Orangtua dengan pendidikan tinggi lebih kecil kecenderungannya untuk menggunakan kontrol yang memaksa dan protektif (Sleddens et al. 2014). Menurut Brooks (2001), semakin tinggi pendidikan orangtua maka orangtua akan menjadikan anak sebagai orientasi sehingga orangtua akan memahami tumbuh kembang anak, memahami motivasi dan perasaan anak, dan menggunakan alasan serta negoisasi dalam menyelesaikan masalah. Baumrind (1991) menyatakan bahwa gaya pengasuhan digunakan untuk mengetahui cara yang dilakukan oleh orangtua dalam mengontrol dan mensosialisasikan anaknya. Hampir seluruh anak pada penelitian ini diasuh menggunakan gaya pengasuhan demokratis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan demokratis memiliki pengaruh positif terhadap self efficacy. Temuan ini juga didukung oleh Turner, Chandler, dan Heffer (2009) yang menyatakan bahwa gaya pengasuhan demokratis memiliki pengaruh terhadap tingginya self efficacy anak. Tingginya self efficacy anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan demokratis dapat disebabkan karena gaya pengasuhan ini menekankan kontrol dari orang tua dan berfokus dalam melatih kemandirian anak. Hal ini juga di dukung oleh Brooks (2001) yang menyebutkan bahwa anak yang dibesarkan dengan pengasuhan demokratis akan memiliki kemandirian dan kepercayaan diri yang baik, sehingga mereka mampu mengeksplorasi dunia mereka dengan kesenangan dan kegembiraan. Pada penelitian ini gaya pengasuhan otoriter dan permisif tidak dimasukkan ke dalam model penelitian karena tidak memenuhi persyaratan untuk diuji menggunakan PLS. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu didapatkan bahwa gaya pengasuhan otoriter dan permisif memiliki pengaruh yang negatif terhadap self efficacy anak (Dehyadegari 2014). Anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan otoriter akan memiliki self esteem yang rendah, dan anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan permisif hanya akan memiliki masalah perilaku (Darling 1999). Menurut Frank, Plukett, dan Otten (2010) self esteem yang rendah akan menurunkan self efficacy seseorang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengasuhan tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan anak. Berbeda dengan Erozkan (2012) yang menyebutkan bahwa gaya pengasuhan menjadi prediktor yang kuat terhadap kecemasan anak. Hal tersebut dimungkinkan karena kecemasan dipengaruhi oleh faktor lain seperti status sosial-ekonomi keluarga. Anli dan Karsli (2010) menyatakan bahwa anak yang memiliki latar belakang sosial-ekonomi yang rendah dan tinggi memiliki kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang memiliki latar belakang status sosial-ekonomi menengah. Menurut Niditch dan Varela (2011) pengaruh pengasuhan terhadap kecemasan dimediasi oleh self efficacy, namun pada penelitian ini tidak ditemukan adanya pengaruh tidak langsung pengasuhan terhadap kecemasan yang dimediasi oleh self efficacy. Temuan lain dari penelitian ini adalah self efficacy memiliki pengaruh negatif
18 terhadap kecemasan. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Zare, Rastegar, dan Hosseini (2012). Ketika memiliki pengalaman yang kurang baik atau mengalami kegagalan dalam mengulang suatu pekerjaan, seseorang akan memiliki self efficacy yang rendah dan kecemasan yang tinggi (McTigue dan Liew 2011). Self efficacy memiliki peranan dalam mengontrol kecemasan. Seseorang dengan self efficacy tinggi memiliki kemampuan untuk mengelola suatu hal yang mereka anggap sebagai sebuah ancaman, sehingga dapat mengurangi kecemasan yang dimiliki (Bandura 1994). Youyan et al. (2010) menyatakan bahwa kecemasan ditentukan oleh nilai seseorang dimana nilai berkaitan dengan persepsi. Siswa dengan self efficacy yang tinggi memiliki kepercayaan bahwa mereka dapat belajar dengan baik dan memiliki sumberdaya kognitif yang cukup untuk mencapai prestasi yang baik, sehingga hal tersebut menyebabkan tingkat kecemasan menjadi rendah terutama kecemasan akademik. Khayer dan Delacey dalam Nugrasanti (2006) menyebutkan bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh faktor kepribadian, faktor demografi, dan faktor lingkungan. Berdasarkan faktor demografi, jenis kelamin anak memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik. Anak perempuan lebih cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik dari anak laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Ahmad, Husain, dan Azeem (2012). Anak perempuan lebih mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki dan mampu memanfaatkan kesempatan yang diberikan untuk mencapai prestasi akademik yang baik (Dayioglu dan Türüt-Asik 2004). Hasil penelitian ini kontras dengan Griffin et al. (2012) yang tidak menemukan adanya pengaruh jenis kelamin terhadap prestasi akademik. Pencapaian prestasi akademik anak laki-laki dan perempuan lebih dipengaruhi oleh penggunan strategi belajar atau variabel belajar lainnya sebagai mediator. Faktor lingkungan yang diamati dalam penelitian ini adalah keluarga yang merupakan lingkungan paling dekat dengan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik keluarga yaitu lama pendidikan orangtua berpengaruh negatif secara langsung terhadap prestasi akademik. Orangtua dengan pendidikan yang tinggi umumnya akan memiliki karir atau kesibukan di sektor publik sehingga banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Milne et al. (1986) menyatakan bahwa ibu yang bekerja memiliki pengaruh yang negatif terhadap prestasi akademik anak. Selain itu, kesibukan orangtua di luar rumah akan berdampak kepada kurangnya waktu untuk terlibat langsung dalam aktivitas pendidikan anak. Orangtua yang terlibat langsung dalam aktivitas pendidikan anak cenderung dapat meningkatkan prestasi akademik anak (Nurhidayah 2008). Oleh karena itu, orangtua yang memiliki kesibukan di luar dan tidak terlibat dalam aktivitas anak akan berpengaruh negatif terhadap prestasi akademik anak. Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan Pishghadam dan Zabihi (2011) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu memiliki pengaruh positif sebesar 23 persen terhadap prestasi akademik anak. Selain karakteristik keluarga, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengasuhan tidak memiliki pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap prestasi akademik anak. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Huey, Sayler, dan Rinn et al. (2013) yang menyatakan bahwa pengasuhan demokratis memiliki pengaruh yang positif terhadap prestasi akademik, sedangkan gaya pengasuhan otoriter dan permisif berpengarh negatif
19 terhadap prestasi akademik. Pada penelitian ini, pengasuhan demokratis lebih berpengaruh pada pembentukan kepribadian yaitu tingkat self efficacy yang dimiliki anak. Hasil penelitian ini didukung oleh Tiller et al. (2003) yang menyatakan bahwa pengaruh pengasuhan terhadap kemampuan kognitif terjadi secara tidak langsung, yaitu melalui aspek perkembangan lainnya atau karakteristik anak. Faktor kepribadian yang diteliti dalam penelitian ini adalah self efficacy dan kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self efficacy memiliki pengaruh positif terhadap prestasi akademik. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitan terdahulu yang menyatakan bahwa self efficacy memiliki pengaruh yang positif terhadap prestasi akademik (Mohammadyari 2012; Yailagh et al. 2013). Pengaruh positif ini disebabkan karena orang yang memiliki self efficacy tinggi akan memiliki strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan (Sivandani, Koohbanani, dan Vahidi 2013). Bandura (1994) mengatakan bahwa self efficacy memiliki kontribusi terhadap motivasi (motivasi belajar) yang menyebabkan seseorang memiliki ketekunan atau ketahanan yang kuat terhadap kegagalan. Ketekunan tersebut akan mengarahkan seseorang kepada usaha yang keras untuk mencapai prestasi yang diharapkan. Peran penting self efficacy terhadap suatu kinerja telah dibuktikan kepada anak-anak dengan kemampuan akademik yang rendah (Baird 2009). Kecemasan memiliki dua dimensi yaitu emotionality dan worry. Kedua dimensi tersebut berkombinasi dalam memengaruhi prestasi akademik. Menurut Cassady dan Johnson (2002), tingginya dimensi emotionality akan memengaruhi performa seseorang jika memiliki tingkat dimensi worry yang tinggi pula. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa kecemasan yang berkaitan dengan kognitif seseorang sangat berpengaruh terhadap prestasi akademik yang dapat dicapai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan memiliki pengaruh langsung yang negatif terhadap prestasi akademik. Vitasari et al. (2010) menyatakan hal yang sama yaitu semakin tinggi kecemasan yang dimiliki oleh seseorang, maka akan menurunkan prestasi akademik. Prestasi akademik yang menurun akibat tingginya kecemasan disebabkan karena kecemasan yang berlebihan mengindikasikan adanya gangguan kognitif ketika seseorang tidak mampu memahami hal yang sudah dipelajarinya, sehingga mereka akan membandingkan kemampuan dirinya dengan orang lain dan khawatir akan kinerja yang tidak baik (Cassady dan Johnson 2002). Dordinejad et al. (2011) menyatakan hal lain bahwa penyebab kecemasan yang berakibat pada menurunnya prestasi akademik tidak dapat digeneralisasikan karena ada bermacam-macam faktor yang berbeda pada setiap lingkungan pendidikan. Selain berpengaruh secara langsung, kecemasan juga menjadi mediator antara pengaruh self efficacy terhadap prestasi akademik. Hal ini didukung oleh penelitian Zare, Rastegar, dan Hosseini (2011). Ketika seseorang memiliki self efficacy yang rendah, maka kecemasan akan meningkat dan akan berdampak kepada menurunnya prestasi akademik. Mengingat besarnya pengaruh negatif self efficacy terhadap kecemasan, maka prestasi akademik akan menurun tajam ketika pengaruh self efficacy terhadap prestasi akademik terjadi secara tidak langsung. Hasil ini didukung penelitian Ahmad, Husein, dan Azeem (2012) yang menyatakan bahwa prestasi dapat ditingkatkan melalui pengaturan tingkat kecemasan dengan cara meningkatkan self efficacy.
20
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dalam penelitian ini, prestasi akademik diduga dipengaruhi oleh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan. Rata-rata usia orangtua anak tergolong dalam tahapan dewasa madya dengan tingkat pendidikan setara SMA, serta hampir seluruh anak tinggal bersama keluarga dengan pendapatan di atas garis kemiskinan. Hampir seluruh orangtua menerapkan gaya pengasuhan demokratis kepada anak, dengan tingkat self efficacy dan kecemasan anak tergolong dalam kategori rendah. Hampir seluruh anak pada penelitian ini memiliki prestasi akademik dengan kategori baik. Jenis kelamin anak memiliki pengaruh terhadap penerapan gaya pengasuhan, anak perempuan lebih cenderung di asuh mengunakan pengasuhan demokratis. Selain itu, lama pendidikan orangtua berpengaruh positif terhadap pengasuhan demokratis. Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, maka gaya pengasuhan yang cenderung diterapkan adalah pengasuhan demokratis. Gaya pengasuhan demokratis memiliki pengaruh terhadap peningkatan self efficacy anak, namun gaya pengasuhan tidak memiliki pengaruh terhadap kecemasan. Kecemasan lebih dipengaruhi oleh self efficacy dengan pengaruh yang bersifat negatif. Faktorfaktor yang memengaruhi prestasi akademik secara langsung adalah jenis kelamin, lama pendidikan orangtua, self efficacy, dan kecemasan. Pengasuhan tidak memiliki pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap prestasi akademik. Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan demokratis berpengaruh positif terhadap self efficacy anak, berdasarkan hal tersebut maka orangtua perlu berlatih menerapkan gaya pengasuhan demokratis untuk meningkatkan self efficacy anak. Self efficacy yang tinggi akan menurunkan kecemasan yang dimiliki oleh anak dan akan berdampak pada peningkatan prestasi akademik. Oleh karena itu, orangtua dan sekolah perlu menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif untuk menunjang self efficacy dan menjaga kecemasan anak, sehingga anak merasa nyaman untuk belajar dan dapat mencapai prestasi akademik yang baik. Lama pendidikan orangtua berpengaruh negatif terhadap prestasi akademik anak. Mengingat hal tersebut, para orangtua khususnya ibu yang memiliki kesibukan di luar rumah perlu menyeimbangkan waktu bekerja dan keluarga untuk menjaga kualitas pengasuhan sehingga tidak memiliki dampak yang buruk terhadap prestasi akademik anak. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan teknik pengumpulan data yang lain seperti wawancara. Selain itu, mengingat adanya pengaruh negatif lama pendidikan orangtua terhadap prestasi akademik disarankan untuk meneliti alokasi waktu orangtua dalam mengasuh anak.
21
DAFTAR PUSTAKA Ahmad S, Husain A, Azeem M. 2012. Relationship of academic SE to selfregulated learning, SI, test anxiety and academic achievement. International Journal of Education 4(1). Anli I, Karsli TA. 2010. Perceived parenting style, depression and anxiety levels in a Turkish late-adolescent population. Procedia Social and Behavioral Sciences 2:724-727. Anme et al. 2010.Gender differences of children’s social skills and parenting using Interaction Rating Scale (IRS). Procedia Social and Behavioral Science 2:260-265. Baird GL, Scott DW, Hamill SK. 2009. Cognitive self regulation in youth with and without learning disabilities: Academic self efficacytheories of intelligence, learning vs. performance, goal preferences, and effort atribution. Journal of Social and Clinical Psychology 28(7). Bandura A. 1994. Self-efficacy. Di dalam: Ramachaudran VS, editor. Encyclopedia of Human Behavior. New York: Academic Pr. 71-81. Baumrind D. 1991. The influence of parenting styles on adolescent competence and substance use. Journal of Early Adolescence 11(1). Brooks JB. 2001. Parenting.US: Mayfield Publishing. Cassady JC, Johnson RE. 2002. Cognitive test anxiety and academic performance. Contemporary Educational Psychology 27:270-295. doi:10.1006/ceps. 2001.1094. Castillo R, Ruiz JR, Chillon P, Jimenez-Pavon D, Esperanza-Diaz L, Moreno LA, Ortega FB. 2011.Associations between parental-educational occupational levels and cognitive performance in Spanish-adolescents: The AVENA study. Journal of Psicothema 23(3): 349-355. Daiyoglu M, Türüt-Asik S. 2004. Gender differences in academic performance in a large public university in Turkey.Economic Research Center. Darling N. 1999.Parenting styles and its correlates. ERIC Document Reproduction Service No. ED 400517. Dehyadegary E, EbrahimiNejad G, Nasehzade A, Divsalar K. 2014. Relationship between parenting style and academic self-efficacy among adolescents. Life Science Journal11(4s). Dordinejad FG, Hakimi H, Ashouri M, Dehghani M, Zeinali Z, Daghighi MS, Bahrami N. 2011. On the relationship between test anxiety and academic performance. Procedia Social and Behavioral Sciences 15:3774-3778. Erozkan A. 2012. Examination of relationship between anxiety sensitivity and parenting styles in adolescents. Educational Consultancy and Research Center 12(1):52-57. Frank G, Plukett SW, Otten MP. 2010. Perceived parenting, self-esteem, and general self-efficacy of Iranian American adolescents. J Child Fam Stud 19:738–746. doi 10.1007/s10826-010-9363-x Griffin R, MacKwen A, Moser E, VanVuren KW. 2011. Do Learning And Study Skills Affect Academic Performance? –An Empirical Investigation. Contemporary Issues In Education Research 5(2).
22 Gunarsa SD. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Yulia Singgih Gunarsa, editor. Jakarta: Gunung Mulia. Huey, Sayler, dan Rinn EL, Sayler MF, Rinn AN. 2013. Effects of family functioning and parenting style on early entrants’ academic performance and program completion. Journal for the Education of the Gifted 36(4):418–432. doi:10.1177/0162353213506066 Ishak Z, lou SF, Lau PL. 2011. Parenting Style as a Moderator for Students Academic Achievement. J Sci Educ Technol 21:487–493. doi 10.1007/s10956-011-9340-1. Kapikiran NA. 2013. Ideal-real self-concept and state-trait anxiety inTurkish university students according to CHAID analysis. College Student Journal: Project Innovation, Inc. Kausar R, Shafique N. 2008. Gender differences in perceived parenting style and socioemotional adjustment of adolescent. Pakistan Journal of Psychological Research 23. Latifah M. 2009. Instrumen Persepsi Gaya Pengasuhan.Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Bogor (ID): IPB Mckay MT, Sumnall HR, Cole JC, Percy A. 2012. Self-esteem and self-efficacy: Associations with alcohol consumption in a sample of adolescents in Northern Ireland. Informa. doi:10.3109/09687637.2011.579585. McTigue E, Liew J. 2011. Principles and Practices for Building Academic SelfEfficacy in Middle Grades Language Arts Classrooms. Taylor &Francis Group. doi: 10.1080/00098655.2010.543191. Milne AM, Myers DE, Rosenthal AS, Ginsburg A. 1986. Single parents, working mothers, and the educational achievement of school children.Sociology of Education. doi:10.2307/2112335. Mohammadyari G. 2012. Comparative study of relationship between general perceived self-efficacy and test anxiety with academic achievement of male and female students.Procedia Social and Behavioral Sciences 69:2119-2123. Niditch LA, Varela RE. 2011. Perceptions of parenting, emotional self-efficacy, and anxiety in youth: test of a mediational model. Child Youth Care Forum. doi:10.1007/s10566-011-9150-x. Nixon E, Halpenny AM. 2010. Children’s Perspective on Parenting Styles and Discipline : A Developmental Approach. Dublin : The Stationary Office. Nugrasanti R. 2006. Locus of control dan prokrastinasi akademik mahasiswa. Jurnal Provitae. Nurhidayah S. 2008. Pengaruh ibu bekerja dan peran ayah dalam co-parenting terhadap prestasi belajar anak. Jurnal Soul 1(2). [OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2010. PISA 2009 results: Executive summary [internet]. [diunduh pada 2014 Mei 11]. Tersedia pada: www.oecd.org/pisa/pisaproduct/46619703.pdf Pajares F, Graham L. 1999. Self-Efficacy, Motivation Constructs, and Mathematics Performance of Entering Middle School Students. Contemporary Educational Psychology 24:1124-139. Papalia DE, Old SW, Feldman RD. 2008. Human Development: Psikologi Perkembangan. Anwar AK, penerjemah. Jakarta: Kencana.
23 Pishghadam R, Zabihi R. 2011. Parental education and social and cultural capital in academic achievement. International Journal of English Linguistics 1(2). Santrock JW. 2003. Adolescence: Perkembagan Remaja. Adelar BS, Saragih S, penerjemah; Kristiadji, Sumiharti Y, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Adolescence. Ed ke-6. __________. 2011. Life-Span Development 13th Ed. New York (US): McGrwHill. Savoji AP, Niusha B, Boriei L. 2012. Relationship between epistemologil belief, self regulated learning strategies and academic achievement. ProcediaSocial and Behavioral Sciences 84:1160-1165. Scott WD, Dearing E, Reynolds WR. 2008. Cognitive self-regulation and depression: Examining academic self- efficacy and goal characteristics in youth of a northern plains tribe. Journal of Research on Adolescence 18(2). Sivandani A, Koohbanani SE, Vahidi T. 2013. The relation between social support and self-efficacy with academic achievement and school satisfaction among female junior high school students in Birjand. Procedia Social and Behavioral Sciences 84:664-674. Sleddens EFC. O’Connor TM. Watson KB. Hughes SO. Power TG. Thijs C. De Vries NK. Kremers SPJ. 2014. Development of the Comprehensive General Parenting Questionnaire for caregivers of 5-13 year olds. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 11(15). Smith T, Renk FLK. 2007. Predictors of Academic-Related Stressin College Students: An Examination of Coping, Social Support, Parenting, and Anxiety. NASPA Journal 44( 3). Theresia J. 2013. Pengaruhan gaya pengasuhan, self efficacy, dan self regulated learning terhadap prestasi akademik remaja [skripsi]. Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Bogor (ID): IPB Tiller AE, Garrison MEB, Block EB, Cramer K, Tiller V. 2003. The influence of parenting styles on children cognitive development. Louisiana State Univ. Toyin AS, Aderemi ON. 2013. The psychosocialcontributions of parenting style and emotional intelligence to the prediction of violent behaiour among collage of education student. European Journal of Educational Studies 5(1). Turner EA, Chandler M, Haffer RW. 2009. The influence of parenting styles, achievement motivation, and self efficacy on academic performance on collaga students. Journal of Collage Student Development 50(3):337. Vitasari P, Wahab MNA, Othman A, Herawan T, Sinnadurai SK. 2010. The relationship between study anxiety and academic performance among engineering students. Procedia Social and Behavioral Sciences 8: 490-497. Yailagh MS, Birgani SA, Boostani F, Hajiyakhchali A. 2013. The relationship of self-efficacy and achievement goals with metacognition in Ffemale high school students in Iran. Procedia Social and Behavioral Sciences 84:117119.
24 Youyan N , Shun L, Liau AK. 2010. Role of academic self-efficacy in moderating the relation between task importance and test anxiety. Learning and Individual Differences 21:736-741. Zare H, Rastegar A, Hosseini SMD. 2011. The relation among achievement goals and academic achievement in statistics: the mediating role of statistics anxiety and statistics self-efficacy. Procedia Social and Behavioral Sciences 30:1166 – 1172. Zimmerman BJ, Bandura A, Martinez-Pons M. 1992. Self motivation for academic attainment : The role of self efficacy beliefs and personal goal setting. American Educational Research Journal 2(3).
25
LAMPIRAN Lampiran 1 Analisis butir pertanyaan dimensi pengasuhan demokratif Pertanyaan
1 Jika orang tua melarang saya untuk melakukan sesuatu, 2.6 maka dibarengi dengan alasan di balik larangan itu Orang tua tanpa ragu bekerjasama dengan saya dalam 2.0 memutuskan masalah penting menyangkut masa depan saya
Frekuensi (%) 2 3 4 7.3 49.7 40.4 7.9
45.7
44.4
Saya dapat berdiskusi tentang apapun dengan orang tua
10.6 23.8
41.7
23.8
Jika saya terlihat sedang sedih, orang tua akan menanyakannya
7.9
20.5
45.7
25.8
Orang tua bersedia mendengarkan keluhan saya
7.3
20.5
41.7
30.5
Orang tua akan memberikan peringatan terlebih dahulu 4.6 sebelum menjatuhkan sanksi kepada saya
5.6
55.6
25.2
Orang tua menanyakan kabar saya melalui telepon atau 4.6 pesan singkat melalui telepon genggam
18.5
38.4
38.4
Orang tua memberikan sanksi sesuai dengan perbuatan 17.9 33.1 saya
40.4
8.6
Orang tua akan mentoleransi perbedaan pendapat antara 1.3 saya dan orang tua
53.0
29.1
16.6
Lampiran 2 Analisis butir pertanyaan dimensi pengasuhan otoriter Pertanyaan
1 Orang tua menyuruh untuk mengerjakan sesuatu sesuai 29.8 dengan keinginan mereka tanpa boleh membantah Orang tua menuntut saya mendapatkan prestasi yang 55.6 baik namun mengabaikan apa saja yang saya butuhkan Orang tua memaksa saya untuk mengikuti les tambahan 51.0 tanpa memperhatikan kegiatan saya yang lain Orang tua menuntut saya berperilaku baik sehari-hari di 2.6 sekolah Setiap kebijakan orang tua tidak bisa ditolak, walaupun 35.8 saya tidak menyukainya Orang tua menentukan dengan siapa saya harus bergaul, 51.7 tanpa mempertimbangkan perasaan saya Orang tua mengharuskan saya melaksanakan segala 29.8 keputusan yang telah diambilnya Orang tua menggunakan hukuman sebagai alat utama 21.2 dalam menanamkan disiplin kepada saya
Frekuensi (%) 2 3 4 40.4 27.2 2.6 28.5
11.9
4.0
36.4
9.9
2.6
2.6
39.7
55.0
34.4
21.9
7.9
34.4
11.9
2.0
44.4
20.5
5.3
29.8
35.1
13.9
26 Lampiran 3 Analisis butir pertanyaan dimensi pengasuhan permisif Pertanyaan Orang tua tidak menerapkan aturan apapun di rumah atau di sekolah sehingga saya bebas melakukan apa saja Orang tua tidak pernah marah walaupun saya membantah apa yang menjadi keinginannya Orang tua tidak pernah memarahi saya karena terlambat pulang ke rumah Ketika di rumah, orang tua tidak pernah menyarankan jam berapa saya harus tidur atau jam berapa saya harus bangun pagi Orang tua selalu mengalah dan mengikuti keinginan saya Orang tua membebaskan pergaulan saya tanpa ada batasan Orang tua membebaskan kemana pun saya pergi sesuai dengan keinginan saya Saya merasa orang tua menuruti apapun yang saya inginkan Orang tua tidak mengekang saya untuk melakukan kegiatan-kegiatan apapun yang saya lakukan pada waktu senggang saya Saya bebas melakukan apa saja dan selau dituruti oleh orang tua
1 76.8
Frekuensi (%) 2 3 4 15.9 6.0 1.3
35.1
44.0
18.5
3.3
38.4
33.8
19.9
7.9
43.7
27.8
22.5
6.0
18.5 76.8
53.6 17.9
23.8 4.6
4 0.7
55
34.4
9.3
1.3
17.2
55.6
23.2
4.0
18.5
20.5
43.7
17.2
29.8
58.9
9.9
1.3
Lampiran 4 Sebaran anak berdasarkan dimensi self efficacy Academic self efficacy Kategori
Efficacy for self regulated learning n (%)
n
(%)
Rendah Sedang Tinggi
103 46 2
68.2 30.5 1.3
98 46 7
64.9 30.5 4.6
Total Rata-rata ± std Min-maks
151
100
151
100 58.38±11.24 33.33-91.67
53.6±10.83 26.67-83.33
27 Lampiran 5 Nilai outer loading
Lampiran 6 Nilai AVE, composite reliability, dan R square Variabel
AVE
Karakteristik keluarga Karakteristik anak Pengasuhan Kecemasan Self efficacy Prestasi akademik
0.84 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Composite reliability
R square
0.91 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
0 0 0.07 0.15 0.04 0.30
Lampiran 7 Nilai koefisien pengaruh tidak langsung Pengaruh antar variabel Self efficacy → prestasi akademik
Pengaruh tidak langsung 0.24
Pengaruh total
T hitung
0.33
3.30*
28
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Oktober 1992 dari pasangan Sarmada dan Emmy Erih.Penulis merupakan puteri ketiga dari tiga bersaudara. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 105 Jakarta Timur dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti organisasi UKM Music Agriculture Xpression!! (MAX!!) sebagai anggota divisi general affair (2010-2011) dan bendahara divisi general affair (2011-2012), serta organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) sebagai anggota divisi HRD (2011-2012) dan ketua divisi HRD (2012-2013).