PENGARUH SELF-REGULATED LEARNING DAN ADVERSITY QUOTIENT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP TERBUKA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
KIKI RIZKI AMALIA NIM: 104070002393
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
1
2
3
4
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Kiki Rizki Amalia NIM : 104070002393
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Self-regulated learning dan Adversity quotient Terhadap Prestasi belajar siswa SMP Terbuka” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 29 November 2011
Kiki Rizki Amalia NIM : 10407000239
5
ABSTRAK A) Fakultas Psikologi B) November 2011 C) Kiki Rizki Amalia D) Pengaruh self-regulated learning dan adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka E) xi + 90 Halaman + 36 Lampiran Keberadaan SMP Terbuka merupakan suatu fakta yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia. Jumlah SMPT di Indonesia sebanyak 2.111 dengan jumlah siswa sebanyak 248.432 orang. Dari data tersebut, menunjukkan bahwa banyaknya anak-anak usia sekolah yang memiliki kendala sosial ekonomi dan geografis. Namun yang terpenting bukan hanya dapat menampung banyaknya siswa saja melainkan perlu memperhatikan prestasi belajarnya karena prestasi belajar merupakan indikator keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar. Sampai saat ini prestasi belajar siswa SMPT masih tergolong rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya pembelajaran yang dapat mendukung meningkatkan prestasi belajar siswa SMPT, diantaranya yaitu dengan self-regulated learning dan adversity quotient.tujuan. Pendekatan yang digunakan peneletian ini adalah kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII dan IX SMPT Bojongmangu yang berjumlah 75 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan selfregulated learning dan adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMPT. Apabila dilihat dari koefisien regresi, ada 3 variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar yaitu, metacognitive strategy, resource management strategy dan control. Namun, jika dilihat berdasarkan proporsi varians setiap variabel, hanya 3 variabel yang kontribusinya signifikan terhadap prestasi belajar yaitu cognitive strategy (44,1%), metacognitive strategy (25%), serta resource management strategy (4,5%). Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya meneliti faktor-faktor atau variabel lain yang mempengaruhi prestasi belajar seperti self-esteem, self-control dan lain-lain dan juga dapat menggunakan sampel SMP reguler. Disarankan pula untuk para guru siswa SMP Terbuka agar membantu siswa dalam meningkatkan self-regulated learning dan adversity quotientnya agar dapat memperoleh prestasi yang lebih baik, dengan cara memberi informasi mengenai self-regulated learning dan adversity quotient.. F) Bahan Bacaan: 18 buku + 15 jurnal + 2 artikel
6
DAFTAR ISI MOTO ……………………………………………………...………...…... i PERSEMBAHAN ……………………………………………….………. ii ABSTRAK ………………………………………………...…………….. iii KATA PENGANTAR ……………………………………….…...……... iv DAFTAR ISI …………………………………………………….....…..… v DAFTAR TABEL ……………………………………………................... ix DAFTAR GAMBAR …………………………………………….…….… x DAFTAR LAMPIRAN …………………………………..…………..….. xi
BAB I
PENDAHULUAN …………………………….…….. ….. 1-15 1.1. Latar belakang masalah…………...............….….........
1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………....... 11 1.2.1. Pembatasan masalah …………..………. …… 11 1.2.2. Perumusan masalah ……………..………........ 12 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………
13
1.3.1. Tujuan penelitian ………………………….... 13 1.3.2. Manfaat penelitian …………………………... 13 1.4. Sistematika Penulisan ………………………............
BAB II
14
KAJIAN TEORI …………………………….…...…… 16-50 2.1. Prestasi Belajar …………………..………………..
16
2.1.2. Pengertian prestasi belajar ………….……...… 16 2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar …………………………..…… 17
7
2.1.4. Pengukuran prestasi belajar ………..…...……. 22 2.2. Self-Regulated Learning …………………..….……. 24 2.2.1. Pengertian self-regulated learning ………..…. 24 2.2.2. Karakteristik siswa yang memiliki self-regulated learning……………………..… 25 2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-regulated learning …………………….… 27 2.2.4. Strategi-strategi self-regulated learning …...…. 33 2.2.5. Dimensi self-regulated learning ………………. 36 2.2.6. Pengukuran self-regulated learning …………… 37 2.3. Adversity Quotient …………...…………….………… 38 2.3.1. Pengertian adversity quotient ……..………….. 38 2.3.2. faktor-faktor yang mempengaruhi adversity quotient…………………….……… 39 2.3.3. Dimensi adversity quotient …………………… 41 2.3.4. Pengukuran adversity quotient ……………….
44
2.4. Kerangka Berpikir ……………….………………….
45
2.5. Hipotesis penelitian …………………………….……. 49 2.5.1. Hipotesis mayor ………………………………. 49 2.5.2. Hipotesis minor ……………………………….. 49
BAB III
METODE PENELITIAN ………………………...…… 51-68 3.1. Pendekatan Penelitian …………………………………. 51 3.2. Populasi dan sampel ………….…………….................. 52 3.2.1. Populasi ……………………...………….……... 52 3.2.2. Sampel …………………………………...…….. 52 3.3. Variabel Penelitian ………………….……………..…. 52
8
3.3.1. Identifikasi variabel …………..……….…....….
52
3.3.2. Definisi operasional variabel …………….…….
53
3.4. Pengumpulan Data ………………………..…………..
53
3.4.1. Teknik pengumpulan data .……………….……
53
3.4.2. Instrumen penelitian ………………….…….…... 54 3.5. Uji Instrumen Penelitian ………………………….…… 60 3.5.1. Uji validitas instrumen penelitian ………….…..
60
3.5.2. Uji reliabilitas instrumen penelitian ………….… 61 3.6. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ……………….…. 62 3.6.1. Hasil uji coba instrumen self-regulated learning ... 64 3.6.2. Hasil uji coba instrumen adversity quotient .……. 65 3.7. Teknik Analisa Data …………………………….…….. 66 3.8. Prosedur Penelitian ………………………….………… 67
BAB IV
HASIL PENELITIAN …………………..…………….. 69-81 4.1. Gambaran umum responden ……………………….…… 69 4.1.1. Gambaran umum berdasarkan jenis kelamin ….…. 69 4.1.2. Gambaran umum berdasarkan usia …………...….. 70 4.2. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ……..……….….. 71 4.3. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ……….........…….. 71 4.3.1. Kategorisasi skor self-regulated learning ….…….. 71 4.3.2. Kategorisasi skor adversity quotient ………….….. 72 4.3.3. Kategorisasi skor prestasi belajar ……………...…. 73 4.4. Uji Hipotesis Penelitian ……………….…….......…….… 74 4.4.1. Analisis regresi variabel penelitian ………………. 74 4.4.2. Pengujian proporsi varian……….……...…...….….. 80
9
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ……....……... 82-87 5.1. Kesimpulan ……………………………….…....…..……... 82 5.2. Diskusi ………………………………….……..………….. 83 5.3. Saran …………………………………..……….…....……. 86 5.3.1. Saran teoritis ……………………...…….…....…….. 86 5.3.2. Saran praktis …………………………….…...…….. 87
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….……...….….. 88 LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue print skala self-regulated learning untuk tryout .......................... 54 Tabel 3.2 Format penilaian skala self-regulated learning ................................... 57 Tabel 3.3 Blue print skala adversity quotient untuk tryout ................................... 58 Tabel 3.4 Format penilaian skala adversity quotient .......................................... 59 Tabel 3.5 Blue print hasil tryout skala self-regulated learning ........................... 62 Tabel 3.6 Blue print hasil tryout skala adversity quotient ................................... 65 Tabel 4.1 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin ...................... 69 Tabel 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan usia ..................................... 70 Tabel 4.3 Deskriptif statistik variabel penelitian .................................................. 71 Tabel 4.4 Kategorisasi skor self-regulated learning ............................................. 72 Tabel 4.6 Kategorisasi skor adversity quotient ..................................................... 72 Tabel 4.8 Kategorisasi skor prestasi belajar .......................................................... 73 Tabel 4.9 Anova ................................................................................................... 74 Tabel 4.10 Model summary ................................................................................... 75 Tabel 4.11 Coefficient .......................................................................................... 76 Tabel 4.12 Keterangan persamaan regresi prestasi belajar .................................. 77 Tabel 4.13 Perhitungan Proporsi Varians setiap Independen Variabel ................ 80
11
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir pengaruh self-regulated learning dan adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka ………………….. 48
DAFTAR LAMPIRAN
12
1. Surat izin penelitian 2. Surat keterangan penelitian 3. Alat ukur penelitian 4. Hasil perhitungan statistik 5. Data mentah 6. Data nilai rapot
BAB I
13
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan. Keadaan geografis yang luas dan terdiri dari lebih dari 13.000 pulau, menyulitkan transportasi dan komunikasi. Hal ini yang mendorong penggunaan sistem pendidikan jarak jauh dan terbuka. Salah satu bentuk sistem pendidikan ini adalah SMP Terbuka (Suparman & Zuhairi, 2004). Sampai pada tahun 2011 ini jumlah SMP Terbuka sebanyak 2.111 sekolah dan 7.413 tempat kegiatan belajar (TKB) yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dengan jumlah siswa sebanyak 248.432 orang, jumlah guru bina sebanyak 26.248 orang serta jumlah guru pamong sebanyak 15.221 orang (http://pikiran-rakyat.com/). Mengacu dari data ini SMP Terbuka dapat menjadi alternatif pendidikan, sehingga tidak berlebihan jika SMP Terbuka mendapatkan perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat. Saat ini SMP Terbuka telah menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan di Indonesia. SMP Terbuka adalah suatu subsistem pendidikan pada tingkat SMP yang mengutamakan siswanya belajar secara mandiri dengan bimbingan terbatas dari orang lain (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka Depdiknas, 2005). Sistem pendidikan jarak jauh (termasuk juga SMP Terbuka), menurut Suparman dan Zuhairi (2004) telah di tempatkan sebagai sistem pendidikan yang bersifat komplementer terhadap sistem pendidikan biasa. Bahkan lebih tegas, Miarso (2004) memandang bahwa SMP Terbuka bukan sekedar pendidikan komplementer atau suplementer, melainkan sebagai pendidikan kompensatorik
14
yang bisa menjadi pengganti yang statusnya paralel terhadap lembaga pendidikan yang telah ada. Sedangkan menurut Belawati (1999) SMP Terbuka merupakan sekolah yang didirikan pemerintah untuk siswa yang memiliki kendala dalam memperoleh pendidikan pada bidang ekonomi, sosial dan geografis. Sesuai dengan misi SMP Terbuka, dengan adanya SMP Terbuka diharapkan dapat melayani anak tamatan SD/MI terutama yang berusia 13-15 tahun atau maksimal 18 tahun yang kurang beruntung karena keadaan sosial ekonomi, keterbatasan fasilitas transportasi, kondisi geografis atau menghadapi kendala waktu, sehingga tidak memungkinkan untuk mengikuti pelajaran sebagai siswa SMP reguler (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka Depdiknas, 2005). Kendala dalam bidang geografis, menyulitkan siswa untuk pergi ke sekolah setiap hari karena tinggal di daerah terpencil yang jauh dari gedung sekolah dan juga tidak ada transportasi, maka anak itu tidak dapat menghadiri pelajaran di sekolah seperti anak lainnya (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka Depdiknas, 2005). Bahkan sekalipun di lokasi tersebut dibangun sekolah, belum tentu siswa dapat mengikuti pendidikan
seperti
di
sekolah
reguler
karena
kendala
ekonomi
yang
mengharuskannya membantu orangtua dengan bekerja pada jam-jam sekolah (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka Depdiknas, 2005). Oleh karena itu metode pembelajaran di SMP Terbuka disesuaikan dengan karakteristik dari para pembelajarnya yaitu menerapkan metode belajar mandiri, dengan metode belajar mandiri menghendaki siswa untuk belajar sendiri atau kelompok yang tidak terlalu bergantung kepada guru pamong atau fasilitator atau tutor. Tidak seperti sistem pendidikan konvensional (reguler) yang
15
menggunakan sistem belajar tatap muka di kelas. (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka Depdiknas, 2005). Dalam proses belajar mengajar di SMPT jumlah jam tatap muka dengan guru bina (guru mata pelajaran) di sekolah induk hanya 6-12 jam perminggu, dan selebihnya siswa belajar di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) dibimbing oleh guru pamong, yang merupakan anggota masyarakat yang diserahi tugas untuk membimbing kegiatan belajar siswa di TKB. Lokasi TKB diusahakan berada dekat dengan tempat tinggal siswa, jadi setiap SMP Terbuka memiliki beberapa TKB yang jumlah dan penyebaran lokasinya ditentukan berdasarkan keadaan dan kondisi siswanya (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka Depdiknas, 2005). Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa siswa SMP Terbuka tidak belajar bersama guru, tidak ada orang yang mengatur belajar siswa sehingga siswa harus dapat mengatur belajarnya sendiri, seperti harus dapat menyusun jadwal kegiatan belajarnya sendiri sesuai dengan waktu yang dimilikinya dan juga ketika menghadapi kesulitan dalam mempelajari suatu topik pelajaran siswa dapat mencari bantuan kepada orang lain yang dianggap mampu dan mau membantu memecahkan persoalannya seperti orang tua, teman, kakak, guru atau lainnya (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka Depdiknas, 2005). Pengaturan diri dalam belajar tersebut perlu dilakukan agar siswa SMP Terbuka berhasil dalam mengikuti proses belajar di SMP Terbuka. Sesuai dengan visi SMP Terbuka yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas, mandiri dan bertanggung jawab serta menjangkau sasaran yang luas (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka
Depdiknas,
2005).
Jadi
penyelenggaraan
SMPT
tidak
hanya
16
menitikberatkan pada segi kuantitas yakni hanya sekedar menampung siswa sebanyak mungkin, melainkan penekanan untuk diberikan pada segi kualitas pendidikan, dengan kata lain penyelenggaraan SMP Terbuka diharapkan pada lulusannya memiliki kompetensi pengetahuan dan keterampilan (Nurhayati, 2006). Untuk mencapai visi tersebut siswa SMP Terbuka dituntut memiliki prestasi belajar yang baik, karena seperti yang diungkapkan Winkel (1996) bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Namun, Prestasi belajar siswa SMP Terbuka tahun ini masih terhitung rendah. Hal itu dapat di lihat dari taraf kelulusan siswa SMP Terbuka pada Ujian Nasional (UN) tahun 2011, contohnya SMP Terbuka Pragan (Sumenep, Jawa Timur), SMP Terbuka Cepiring (Jawa Tengah), SMP Terbuka Tretep (Temanggung, Jawa Tengah), SMP Terbuka Tembarak (Temannggung, Jawa Tengah) dan SMP Terbuka Bulun (Temanggung, Jawa Tengah) yang memiliki taraf kelulusan 0%, artinya tidak ada satupun siswa SMPT yang lulus dalam ujian pada sekolah-sekolah tersebut. Jadi jika dilihat pada tingkat SMP/sederajat di seluruh Indonesia yang mengikuti ujian nasional, ketidaklulusan tertinggi terjadi pada SMP Terbuka yang persentasenya mencapai 28,92%, sedangkan SMP dan MTs, masing-masing sebesar 7,01% serta 4,71% (http://kompas.com/). Tentunya prestasi belajar seperti itu sangat tidak diharapkan oleh lembaga pendidikan apapun, karena prestasi belajar dapat dikatakan sebagai indikator keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar (Hakim, 2000). Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu diupayakan berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Seperti yang
17
sudah diungkapkan sebelumnya, salah satu cara agar siswa dapat berhasil dalam belajarnya yaitu dengan mengatur belajarnya. Dalam psikologi pendidikan, bagaimana siswa mengatur belajarnya sendiri dikenal dengan istilah self-regulated learning. Self-regulated learning digambarkan sebagai strategi-strategi yang digunakan siswa untuk mengatur kognisinya (menggunakan strategi-strategi kognitif dan metakognitif) dan juga penggunaan strategi mengelola sumber pengetahuan (Pintrich, 1999) Senada dengan pengertiannya, ada tiga komponen utama/penting dalam self-regulated learning. Pertama Strategi kognitif (cognitive strategy), strategi ini digunakan siswa untuk belajar yaitu mengingat dan memahami materi pelajaran. Strategi kognitif ada tiga macam yaitu rehearsal, elaboration, dan organization. Kedua strategi metakognitif (metacognitive startegy), strategi metakognitif digunakan siswa untuk merencanakan, memonitor dan meregulasi berbagai hal untuk mencapai tujuan. Ketiga strategi mengelola sumber pengetahuan (resource management strategy), pada dimensi ini untuk melihat bagaimana siswa mengelola atau mengatur sumber pengetahuannya, seperti; waktu, lingkungan belajar, kerjasama dengan teman sebaya dan mencari dukungan atau bantuan.(Pintrich, 1999). Self-regulated learning siswa dapat diketahui dengan melihat strategistrategi self-regulated learning yang digunakan siswa karena strategi selfregulated learning merupakan aksi dalam proses mendapatkan informasi dan keterampilan secara langsung, sehingga penggunaan strategi self-regulated
18
learning ini sangat penting bagi siswa (Zimmerman, 1989). Tentunya strategistrategi self-regulated learning ini berkaitan dengan kognitif, metakognitif serta pengelolaan sumber pengetahuan. Dengan meregulasi dirinya dalam belajar, siswa dapat memperluas pengetahuan dan menjaga motivasinya, secara periodik memonitor kemajuannya dalam mencapai tujuan, dapat mengevaluasi halangan yang muncul dan melakukan penyesuaian yang dibutuhkan (Winne, dalam Santrock 2001). Riset sebelumnya mendukung pentingnya pengaturan diri terhadap prestasi belajar. Seperti Zimmerman (dalam Santrock 2001) telah menemukan bahwa siswa yang berprestasi tinggi adalah para self-regulated learner yaitu siswa yang mengatur belajarnya. Penelitian senadapun dilakukan oleh Pintrich dan De Groot (dalam Chen 2002) yang hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang berprestasi tinggi dilaporkan lebih banyak menggunakan strategi-strategi selfregulated learning daripada siswa yang meraih prestasi rendah. Dari hasil riset para tokoh tersebut, dapat dikatakan bahwa selfregulated learning merupakan salah satu langkah dalam pencapaian prestasi belajar yang baik. Seperti yang di ungkapkan Zimmerman dan Schunk (2001) bahwa penggunaan berbagai proses untuk mengatur belajarnya (self-regulated learning) adalah faktor yang berpengaruh dalam prestasi akademis. Namun ada pula yang melakukan penelitian mengenai hubungan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar menunjukkan hasil yang berlawanan dengan hasil penelitian para tokoh. Seperti hasil penelitian Indri (2001) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara self-regulated
19
learning dengan prestasi belajar. Senada dengan hasil penelitian Pelt (2008) yang menunjukkan bahwa tidak ada kaitan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar. Walaupun demikian secara teoritis self-regulated learning merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Tentunya prestasi belajar ini tidak hanya dipengaruhi oleh self-regulated learning saja, namun dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Salah satu faktor lainnya yang diasumsikan mempengaruhi prestasi belajar adalah daya juang atau yang dikenal dengan istilah adversity quotient (AQ). AQ didefinisikan oleh Stoltz (2000) dalam tiga bentuk. Pertama, AQ sebagai konsep kerangka kerja yang baru dalam memahami dan mempertinggi semua bagian dari kesuksesan. Kedua, AQ adalah suatu pengukuran tentang bagaimana seseorang berespon terhadap kesulitan. Ketiga, AQ sebagai alat yang didasarkan pada penelitian ilmiah untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam berespon terhadap kesulitan. Singkatnya AQ merupakan suatu upaya untuk melihat bagaimana respon seseorang terhadap kesulitannya, apakah akan terus berusaha dalam mengatasi kesulitannya tanpa menyerah, yang dikenal dengan istilah ”mendaki”, ataukah seseorang akan menyerah pada kesulitannya. Seseorang yang terus mendaki dapat disebut seseorang yang memiliki daya juang tinggi/AQ yang tinggi dan sebaliknya seseorang yang menyerah pada kesulitan, ia dapat disebut memiliki daya juang rendah/AQ rendah (Stoltz, 2000). Konsep AQ ini muncul karena menurut Stoltz (2000), IQ (intelligence quotient) dan EQ (emotional quotient) belum cukup untuk memprediksi
20
keberhasilan
seseorang
sehingga
Stoltz
mengajukan
suatu
teori
yang
menjembatani antara IQ dan EQ yang merupakan faktor penting yang mampu membuat seseorang memaksimalkan potensi EQ dan IQ nya. Sebab tanpa ada usaha/daya juang yang tinggi, maka EQ dan IQ seseorang akan menjadi sia-sia, tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Untuk itu daya juang sangat diperlukan dalam pencapaian keberhasilan. Dengan demikian AQ perlu ditingkatkan, terlebih untuk siswa SMP Terbuka yang tidak hanya memiliki permasalahan dalam bidang akademis karena perannya sebagai siswa tetapi seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa siswa SMP Terbuka memiliki masalah lainnya yaitu dalam bidang sosial, ekonomi dan juga geografis, sehingga jika siswa SMP Terbuka ingin berhasil/sukses dalam belajarnya maka diperlukan AQ yang tinggi. AQ mempunyai dimensi yang dikenal dengan istilah CO2RE, yaitu control (pengendalian), origin dan ownership (asal usul dan pengakuan), reach (jangkauan) dan endurance (daya tahan) (Stoltz, 2000). Dari dimensi ini dapat melihat bagaimana seseorang merespon kesulitannya, sekaligus dapat melihat hubungan antara AQ dan keberhasilan (termasuk keberhasilan akademis). Tingginya dimensi control menunjukkan individu mempersepsikan lebih banyak kendali yang ia miliki pada kesulitan yang sedang dihadapi sehingga memungkinkan untuk bertahan melewati kesulitan yang ada, sedangkan individu dengan control yang rendah sering merasa tidak berdaya bila dihadapkan dengan kesulitan, karena menganggap kesulitan merupakan hal diliuar kendalinya. Individu dengan dimensi origin dan ownership
yang tinggi
menunjukkan seseorang menganggap bahwa kesulitan yang sedang dihadapi
21
disebabkan oleh dirinya sendiri dan diri kita sendiri yang bertanggung jawab atas kegagalan/kesalahan yang terjadi serta cepat bangun untuk memperbaikinya. Rendahnya dimensi reach ini menunjukkan seseorang menganggap bahwa kesulitan yang sedang dihadapi akan menjangkau pada aspek kehidupannya yang lain, sedangkan tingginya nilai dimensi ini menunjukan seseorang membatasi jangkauan masalah pada peristiwa yang sedang dihadapi saja. Dimensi endurance yang tinggi menunjukkan seseorang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menghadapi kesulitan sehingga kesulitan dianggap hanya akan berlangsung sebentar sehingga hal ini akan meningkatkan optimisme dan kekuatan untuk menyongsong tantangan hidup yang lebih sulit, dan sebaliknya dengan endurance yang rendah seseorang menganggap kesulitan akan berlangsung lama. Secara umum seseorang yang memiliki CO2RE yang tinggi, ia akan merespon kesulitan dengan rasa berdaya/mampu, optimis, bersemangat sehingga peluang meraih keberhasilan menjadi lebih besar. Demikian pula dengan siswa SMP Terbuka yang memiliki CO2RE yang tinggi akan lebih mudah meraih prestasi yang baik karena mampu melokalisir kesulitan-kesulitan yang ada. Penelitian sebelumnya mendukung pentingnya AQ terhadap prestasi belajar. Seperti William (2003) telah menemukan bahwa siswa dengan AQ yang tinggi menunjukkan prestasi yang lebih baik dibanding siswa dengan AQ yang rendah. Dweck (dalam Stoltz, 2000) telah menemukan bahwa anak-anak dengan
22
respon pesimis terhadap kesulitan tidak banyak belajar dan berprestasi rendah bila dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki pola-pola lebih optimis. Dari penelitian-penelitian tersebut memperkuat asumsi bahwa AQ mempengaruhi prestasi belajar. Namun penelitian mengenai AQ dengan prestasi belajar yang dilakukan Mamahit (2000) menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara AQ dan prestasi belajar. Begitu pun penelitian yang dilakukan Tjundjung (2001) yang menunjukkan hasil serupa yaitu tidak ada kaitan antara AQ dengan prestasi belajar. Walaupun demikian secara teoritis AQ merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Seperti yang diungkapkan Stoltz (2000) yang bahwa AQ merupakan prediktor global terhadap kesuksesan. Dan kesuksesan atau keberhasilan dalam bidang pendidikan, khususnya sekolah ditunjukkan dengan prestasi belajar yang baik. Berdasarkan fakta, teori dan penelitian-penelitian sebelumnya, yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh selfregulated learning dan adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka”.
1.2.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
23
1.2.1. Pembatasan masalah Untuk menjaga agar penelitian ini terfokus dan tidak melebar terlalu jauh maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: a. Self-regulated learning; dalam penelitian ini self-regulated learning yang diteliti menggunakan konsep self-regulated learning Pintrich (1999) yang terdiri dari: cognitive strategy (strategi kognitif), metacognitive strategy (strategi metakognitif) dan resource management strategy (strategi mengelola sumber pengetahuan). b. Adversity quotient; pada penelitian ini adversity quotient yang diteliti menggunakan konsep adversity quotient Stoltz (2000) yang terdiri dari: control (pengendalian), origin dan ownership (asal usul dan pengakuan), reach (jangkauan), dan endurance (daya tahan). c.
Prestasi belajar; adapun prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi yang diraih dalam kurun waktu satu semester, yaitu nilai ratarata persiswa, yang dihitung dari jumlah nilai seluruh mata pelajaran yang didapati dalam buku rapot kemudian dibagi dengan jumlah mata pelajaran. Pada penelitian ini penulis menggunakan nilai rapot semester akhir.
d. Siswa SMP Terbuka; dalam penelitian ini penulis memilih tempat di SMP Terbuka Bojong Mangu yang melibatkan siswa kelas VIII dan IX.
1.2.2
Perumusan masalah
24
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-regulated learning dan adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka? 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi cognitive strategy terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka? 3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi metacognitive strategy terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka? 4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi resource management strategy terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka? 5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dimensi control terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka? 6. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi origin dan ownership terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka? 7. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi reach terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka? 8. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi endurance terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka? 9. Berapakah proporsi varian masing-masing variabel independen?
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
25
1.3.1. Tujuan penelitian Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan self-regulated learning dan adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. 1.3.2. Manfaat penelitian a. Manfaat secara teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap ilmu pengetahuan dan pengembangan pendidikan, terutama dalam self-regulated learning, adversity quotient dan prestasi belajar. Selain itu diharapkan juga dapat memperkaya hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan menjadi bahan masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. b. Manfaat secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembaca terutama siswa SMP Terbuka untuk meningkatkan self-regulated learning, dan adversity quotientnya. Serta untuk para guru SMP Terbuka agar dapat membantu siswanya dalam meningkatkan self-regulated learning dan juga daya juangnya sehingga siswa dapat mencapai prestasi belajar yang baik, dengan cara memberi informasi mengenai self-regulated learning dan adversity quotient.
1.4
Sistematika Penulisan
26
Dalam karya tulis ini penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1 : PENDAHULUAN, dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB 2
: KAJIAN TEORI, pada bab ini penulis menjabarkan antara lain : prestasi belajar: pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dan pengukuran prestasi belajar; selfregulated learning: pengertian self-regulated learning,
karakteristik
siswa yang memiliki self-regulated learning, dan faktor-faktor yang mempengaruhi self-regulated learning, strategi-strategi self-regulated learning, dimensi self-regulated learning serta self-regulated learning dan prestasi belajar di SMP Terbuka; adversity quotient: pengertian adversity quotient, faktor-faktor yang mempengaruhi adversity quotient, dimensi adversity quotient, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. BAB 3 :
METODE PENELITIAN, dalam bab ini penulis menguraikan tentang pendekatan penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, pengumpulan data, uji instrumen penelitian, hasil uji coba instrumen penelitian, teknik analisa data dan prosedur penelitian.
BAB 4 : ANALISIS HASIL PENELITIAN, dalam bab ini penulis akan membahas mengenai hasil penelitian meliputi, gambaran umum
27
responden, deskriptif statistik variabel penelitian, kategorisasi skor variabel penelitian, dan uji hipotesis variabel penelitian. BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN, pada bab ini penulisi akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab 2 ini dibahas teori dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi: prestasi belajar: pengertian prestasi belajar, faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar; self-regulated learning: pengertian self-regulated learning, karakteristik siswa dengan self-regulated learning, dan faktor-faktor yang mempengaruhi self-regulated learning, dimensi self-regulated learning serta self-regulated learning dan prestasi belajar di SMP Terbuka; adversity
quotient:
pengertian
adversity
quotient,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi adversity quotient dan dimensi adversity quotient serta kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
2.1.
Prestasi Belajar
2.1.1. Pengertian prestasi belajar Chaplin (2004) menyamakan kata prestasi dengan kata achievement, yang memiliki pengertian sebagai berikut: a. Pencapaian atau hasil yang telah diperoleh, b. Sesuatu yang telah dicapai, dan c. Satu tingkat khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari kecakapan atau keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis. Secara pendidikan atau akademis prestasi merupakan satu tingkat khusus berupa perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang
28
29
dinilai guru-guru, lewat tes-tes yang dibakukan atau lewat kombinasi kedua hal tersebut. Menurut Syah (2004) prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai oleh siswa, yang terungkap dari hasil evaluasi terhadap proses pembelajarnya. Hal senada diungkap Setiawati (1992) yang menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses belajar yang dinyatakan dengan nilai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan Suryabrata (2005), berpendapat bahwa prestasi belajar sebagai hasil dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus diberikan untuk proses evaluasi, misalnya rapot hasil ini diberikan kepada siswa pada akhir semester setelah pelaksanaan ujian akhir. Namun dalam penelitian ini pengertian prestasi belajar yang digunakan adalah pengertian yang diungkap Winkel (1996) yang mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. 2.1.2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Prestasi belajar yang dicapai individu merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap prestasi belajar antara lain yaitu:
30
a.
Faktor internal 1) Menurut Suryabrata (2001) aspek jasmani (fisiologis) yang dibedakan menjadi dua macam yakni: a. Keadaan tonus jasmani pada umumnya Jasmani yang sedang lelah atau sakit dapat mengganggu aktivitas belajar seseorang sehingga kegiatan belajarnya kurang maksimal. b. Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu, terutama pancaindera. Pancaindera memegang peranan penting dalam belajar, terutama indera penglihatan dan pendengaran. Sehingga fungsi pancaindera yang kurang baik dapat memungkinkan terjadinya hambatan pada aktivitas belajar seseorang. 2) Aspek psikologis Aspek psikologis dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa adalah tingkat intelegensi,sikap siswa terhadap guru dan pelajaran, bakat, minat dan motivasi. Semuanya saling berkaitan, semakin tinggi intelegensi siswa yang diiringi oleh bakat, minat, motivasi dan sikap siswa terhadap guru dan mata pelajaran memungkinkan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik (Syah, 2004).
b. Faktor eksternal 1) Aspek sosial a. Lingkungan sosial sekolah, seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang
31
simpatik dan memperlihatkan suritauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. b. Lingkungan sosial masyarakat, seperti tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. c.
Lingkungan sosial keluarga, lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga dan ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai oleh siswa.
2) Aspek nonsosial Faktor-faktor yang termasuk aspek nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktorfaktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa (Syah, 2004).
32
3) Aspek budaya Dalam hal ini seberapa besar adat atau kebudayaan memberi dukungan pada warganya untuk menggunakan ilmu pengetahuan (seperti buku bacaan) dan teknologi yang dapat mendukung aktivitas belajarnya (Ahmadi, 1991). c. Faktor pendekatan belajar 1) Faktor stimuli belajar Yang di maksud adalah segala hal di luar individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar yang berkenan dengan: 1. Panjang bahan pelajaran Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu yang dibutuhkan, sehingga menyebabkan kelelahan dan kejenuhan. 2. Kesulitan bahan pelajaran Bahan pelajaran yang semakin sulit dapat memperlambat seseorang untuk memahaminya, sehingga membutuhkan aktivitas belajar yang lebih intensif. 3. Berat ringannya tugas yang diberikan Hal ini erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang sama kadar kesukaranya berbeda-beda bagi setiap individu karena kapasitas intelektual dan pengalaman mereka belum tentu sama (Ahmadi, 1991).
33
2) Faktor metode belajar Metode belajar yang di pakai oleh guru sangat mempengaruhi metode yang di pakai oleh siswa. Faktor ini menyangkut beberapa hal sebagai berikut: a. Pengenalan hasil-hasil belajar Dengan mengetahui hasil belajar yang telah di capai ia akan berusaha untuk meningkatkan hasil yang lebih baik lagi. b. Penggunaan modalited indera Setiap orang memiliki penekanan yang berbeda dalam belajar, oleh karena itu, ada yang menekankan impresi oral, visual, kinestetik atau kombinasi dari itu semua (Ahmadi, 1991). 3) Faktor cara belajar Cara belajar yang digunakan siswa dapat berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa, namun tergantung dari cara belajar yang digunakan siswa. Misalnya seorang siswa terbiasa mengaplikasikan cara belajar deep, yang berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan cara belajar surface atau reproductive (Syah, 2004). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang itu memiliki prestasi baik atau buruk terdapat dalam dua aspek yakni aspek dalam (internal) dan aspek luar (eksternal). Aspek dalam bisa di tandai dengan tingkat intelegensi seseorang, motivasi, minat dan lain sebagainya. Sedangkan aspek luar diri seseorang itu sangat tergantung lingkungan
34
yang ada di sekitar individu. Selain kedua aspek tersebut, ada juga yang mempengaruhi prestasi seseorang dalam belajar, yakni pendekatan belajar seseorang. Dari pendekatan ini sebenarnya mengacu pada aspek yang ada dalam belajar yakni pengajar atau guru dan siswa. Baik guru ataupun siswa dapat bekerjasama dalam proses belajar yang baik sehingga menghasilkan hasil yang baik. Selain itu ada faktor lain yang secara teoritis mempengaruhi prestasi belaajr siswa yaitu self-regulated learning dan adversity quotient. Banyak para ahli yang melakukan penelitian tentang self-regulated learning dihubungkan dengan prestasi belajar yang menunjukkan hasil yang positif, sehingga seperti Zimmerman (1990), Zimmerman dan Schunk (2001), mengungkapkan bahwa self-regulated learning merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Adversity quotient pun dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar didasarkan dari penelitian para ahli seperti Mark (2003), Dweck (2000) yang menunjukkan hasil bahwa siswa ber AQ tinggi memiliki prestasi yang lebih baik, bahkan Stoltz (2000) dengan tegas mengungkapkan bahwa AQ merupakan prediktor global terhadap kesuksesan. 2.1.3.
Pengukuran prestasi belajar Pada pendidikan di sekolah, untuk mengetahui prestasi belajar siswa
dilakukan pengukuran dan penilaian dengan memberikan tes atau ujian. Prestasi belajar siswa diukur setiap akhir semester, meliputi seluruh mata pelajaran siswa dalam semester, yang kemudian dituangkan dalam buku rapot. Untuk mendapatkan nilai rapot seorang guru menggunakan berbagai sarana evaluasi akademis seperti nilai ulangan harian. Pada SMP Terbuka nilai
35
ulangan harian ini terdapat dua jenis yaitu nilai tes akhir modul dan nilai tes akhir unit (Petunjuk Praktis Bagi Guru Bina, Depdiknas 2005). Sarana evaluasi yang terakhir yaitu nilai ulangan umum, dalam Petunjuk Praktis Bagi Guru Bina (Depdiknas, 2005) nilai rapot didapat dari: R=P+2Q 3 R= nilai rapot P= rata-rata ulangan harian Q= hasil ulangan umum Di dalam Petunjuk Praktis Bagi Guru Bina (Depdiknas, 2005) nilai ratarata ulangan harian didapat dari: P=M+2U 3 M= hasil tes akhir modul U= hasil tes akhir unit Nilai kuantitatif dalam rapot memiliki skala 0 – 100 untuk nilai mata pelajaran (Laporan Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 1 Bojong Mangu, Pemerintah Kabupaten Bekasi). Nilai rapot ini diberikan kepada siswa pada setiap akhir semester. Dalam penelitian ini, informasi dari buku rapot yang penulis gunakan adalah nilai rata-rata persiswa, yang dihitung dari jumlah nilai seluruh mata pelajaran yang didapati dalam buku rapot yang kemudian dibagi dengan jumlah
36
mata pelajaran. Pada penelitian ini penulis menggunakan nilai rapot semester akhir.
2.2.
Self-Regulated Learning
2.2.1. Pengertian Self-Regulated Learning Self-regulated learning memiliki definisi yang beragam dari para ahli sesuai dengan kepentingan dan konsentrasi mereka. Menurut Zimmerman (1989) self-regulated
learning
adalah
”kemampuan
siswa
secara
metakognisi,
motivasional, dan perilaku yang berpartisipasi aktif dalam proses belajar”. Lebih lanjut lagi Zimmerman (1989) mengatakan, bahwa dalam self-regulated learning secara pribadi siswa mengatur dan mengarahkan perilakunya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan tanpa tergantung kepada guru, orangtua atau lainnya. Self-regulated learning juga merupakan sebuah tindakan inisiatif diri dalam menetapkan tujuan dan mengatur usaha untuk mencapai tujuan (Zimmerman & Risemberg, dalam Chen, 2002). Santrock (2001) pun mengungkapkan bahwa self-regulated learning merupakan kegiatan memonitor diri terhadap pikiran, perasaan dan sikap dalam mencapai tujuan. Winne (dalam Azevedo & Cromley, 2004) mengatakan bahwa self-regulated learning merupakan proses yang bermanfaat untuk siswa dalam mengatur tujuan belajarnya dan sebagai usaha untuk memonitor, mengatur dan mengontrol kognisi, motivasi dan sikapnya dalam mencapai tujuan. Tujuan disini dapat yang berkaitan dengan akademis (seperti meningkatkan pemahaman dalam
37
membaca) dan tujuan yang berkaitan dengan socioemotional (seperti mengontrol emosi, meningkatkan hubungan yang baik dengan teman). Woolfolk (2008) menambahkan bahwa self-regulated learning adalah keterampilan yang akan diterapkan untuk menganalisis tugas-tugas belajar, menetapkan tujuan dan merencanakan cara untuk mengerjakan tugas itu, dan khususnya membuat keputusan tentang bagaimana belajar dilaksanakan. Pada penelitian ini pengertian self-regulated learning yang dipakai adalah pengertian yang diungkap Pintrich (1999) yang mengungkapkan bahwa self-regulated learning digambarkan sebagai strategi-strategi yang digunakan siswa untuk mengatur kognisinya (menggunakan strategi-strategi kognitif dan metakognitif) dan juga penggunaan strategi mengelola sumber pengetahuan. 2.2.1. Karakteristik siswa yang memiliki self-regulated learning Borkowski dan Schneider (dalam Wolters 2003) mengungkapkan siswa yang memiliki self-regulated learning (self-regulated learner) memiliki pengetahuan yang luas mengenai bermacam-macam strategi kognitif, yang dapat meningkatkan belajar siswa. Sedangkan menurut Butler dan Winne (dalam Wolter 2003) self-regulated learner adalah siswa yang menggunakan kemampuan metakognisinya, dan juga berpengalaman mengenai proses berpikir dan belajar dan memiliki strategi-strategi untuk memonitor dan belajarnya. Lain halnya dengan Woolfolk (2008) yang mengatakan bahwa self-regulated learner adalah siswa mengenal dirinya dengan baik (seperti mengetahui minat dan bakatnya, apa yang disukainya, apa yang mudah dan sulit baginya, bagaimana memanfaatkan
38
kekuatannya dan mengatasi kesulitannya) dan juga self-regulated learner sangat termotivasi untuk belajar. Selain itu Corno dkk (dalam Montalvo & Torres, 2004) menunjukkan karakteristik self-regulated learner sebagai berikut: a) mengenal dan tahu bagaimana menggunakan strategi-strategi kognitif (repetisi, elaborasi dan organisasi), yang membantu siswa untuk memperhatikan, menyusun, merinci dan memperoleh informasi. b) tahu bagaimana merencanakan, mengontrol dan mengarahkan proses mental siswa terhadap pencapaian tujuan pribadi. c) menunjukkan keyakinan yang dapat memotivasi diri, seperti; rasa keyakinan diri yang tinggi dalam berprestasi dan emosi yang adaptif/positif, seperti; kepuasan dan antusiasme. d) merencanakan dan mengontrol waktu dan usaha dalam mengerjakan tugas, dan siswa tahu bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang baik, contohnya seperti; menemukan tempat yang cocok untuk belajar. e)
menunjukkan usaha yang lebih besar di dalam mengontrol dan meregulasi tugas akademik, struktur dan iklim kelas.
f)
memiliki kemauan yang kuat (will-power/volitional), bertujuan untuk menghindari kekacauan dalam belajarnya, selain itu untuk menjaga konsentrasi, usaha dan motivasi siswa selama pengerjaan tugas akademik. Selanjutnya
Winne
(dalam
Santrock,
2001)
karakteristik self-regulated learner adalah: a)
bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi.
mengemukakan
39
b) menyadari keadaan emosinya dan memiliki strategi untuk mengelola emosinya. c)
secara periodik memonitor kemajuannya dalam mencapai tujuan.
d) menyesuaikan dan memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang telah dibuatnya. e)
mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan penyesuaian yang dibutuhkan. Jadi jika dilihat secara keseluruhan yang diungkapkan oleh para tokoh,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang memiliki kemampuan selfregulated learning (self-regulated learner) adalah siswa yang mengenal dirinya dengan baik, baik kelebihan ataupun kekurangan yang ada pada dirinya, dan juga mengetahui bagaimana cara memanfaatkan kelebihannya juga mengatasi kekurangannya, sehingga sikap dan emosi yang muncul dari para self-regulated learner adalah sikap dan emosi yang positif terhadap belajarnya. 2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-regulated learning Mengacu pada teori sosial kognitif, self-regulated learning di pengaruhi oleh tiga faktor besar. Sebagaimana dijelaskan Bandura (dalam Zimmerman 1989), bahwa self-regulated learning tidak hanya ditentukan oleh proses dalam diri (personal process) saja, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan (environment) dan perilaku (behavioral) yang memiliki timbal balik. a. Proses dalam diri (Personal process) Proses dalam diri merupakan salah satu faktor penting dalam self-regulated learning. Beberapa strategi self-regulated learning sangat terkait dengan apa
40
yang terjadi dalam diri siswa. Salah satu bagian proses dalam diri ini adalah self-efficacy yang merupakan kunci dari proses dalam diri (personal process). Self-efficacy merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan oleh bagian-bagian lainnya yaitu pengetahuan siswa (student’s knowledge), proses metakognitif (metacognitive process), tujuan (goal) dan afeksi (Zimmerman, 1989). 1. Efikasi diri (Self-efficacy) Para ahli teori sosial kognitif mengasumsikan bahwa self-efficacy merupakan faktor utama (variabel kunci) dalam self-regulated learning (Zimmerman, 1989). Bandura (dalam Zimmerman, 1989) mengemukakan, self-efficacy merupakan persepsi siswa akan kemampuan dirinya dalam mengelola dan melakukan tindakan-tindakan yang penting untuk memperoleh tingkat penampilan keterampilan dalam sebuah tugas. Bandura (dalam Santrock, 2001) menambahkan, self-efficacy dapat mempengaruhi peserta didik akan tugas-tugasnya, pengarahan usaha, ketekunan dan prestasi. Jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki ketidakyakinan atas kemampuan belajarnya, siswa yang memiliki self-efficacy tinggi menunjukan keterampilannya dalam mengerjakan tugas jauh lebih siap, bekerja lebih keras, tahan terhadap tugas-tugas yang lebih sulit, dan menunjukan prestasi lebih tinggi.
41
2. Pengetahuan siswa (Student’s knowledge) Dua jenis pengetahuan yang mempengaruhi dalam self-regulated learning menurut Zimmerman (1989) yaitu : a. Pengetahuan deklaratif (Declarative knowledge) Berdasarkan Siegler (dalam Zimmerman, 1989), pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang memiliki kaitan yang jelas dengan kejadian di dunia luar. Jadi pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh siswa dari pengalamannya, yang tentunya dari pengalamannya itu mempengaruhi self-regulated learning siswa. b. Pengetahuan regulasi diri (Self-regulative knowledge) Yaitu pengetahuan yang mengandung pengetahuan prosedural dan pengetahuan kondisional. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana seseorang memakai strategi sedangkan pengetahuan kondisional berkaitan dengan kapan dan mengapa strategi yang di pakai dapat efektif. Sehingga pengetahuan ini mempengaruhi penggunaan selfregulated learning. 3. Tujuan (Goal) Menetapkan sebuah tujuan, baik itu jangka pendek maupaun jangka panjang dalam sebuah proses belajar merupakan hal yang sangat penting. Dengan menetapkan tujuan siswa akan berusaha untuk meraih tujuan tersebut. Usaha dilakukan siswa berkaitan dengan penggunaan strategi self-regulated learning (Zimmerman, 1989).
42
4. Proses metakognitif (Metacognitive process) Proses metakognitif adalah proses pengambilan keputusan yang mengatur penyeleksian
dan
penggunaan
berbagai
bentuk
pengetahuan.
Proses
metakognitif tergantung dari penetapan tujuan. Dalam proses metakognitif, seseorang
yang
melakukan
pengaturan
diri
meliputi
merencanakan,
menetapkan tujuan, mengelola, memonitor diri sendiri dan melakukan evaluasi diri selama proses mencapai kemahiran itu berlangsung (Corno dkk, dalam Zimmerman, 1990). 5. Afeksi Zimmerman (1989), mengungkapkan bahwa afektif dapat juga mempengaruhi self-regulated learning. Misalnya, terdapat sebuah bukti bahwa kecemasan menghambat proses metakognitif, terutama proses mengontrol tindakan. b. Perilaku (Behavioral events) Tiga kategori tindakan siswa terutama bagian yang relevan dalam melakukan analisa self-regulated learning adalah observasi diri (self-observation), penilaian diri (self-judgement) dan reaksi diri (self-reaction) (Zimmerman, 1989). 1. Observasi diri (Self-observasion) Self-observasion adalah merupakan respon siswa yang melibatkan pemantauan yang sistematis terhadap performanya. 2. Penilaian diri (Self-judgement) Self-judgement adalah respon yang melibatkan pembandingan yang sistematis antara performa (hasil kerjanya) dengan standar atau tujuan yang
43
ditetapkan. Dua cara yang dapat digunakan dalam melakukan selfjudgement adalah membandingkan hasil yang di peroleh dengan hasil orang lain atau dengan standar tertentu. 3. Reaksi diri (Self-reaction) Zimmerman (1989) mengungkapkan bahwa berdasarkan teori sosial kognitif, self-reaction ini terdiri dari tiga jenis yaitu (a) behavior selfreaction yang digunakan siswa untuk mengoptimalkan respon belajar yang spesifik, (b) personal self-reaction yang digunakan untuk meningkatkan proses-proses dalam dirinya selama belajar, dan (c) environmental selfreaction dimana siswa meningkatkan lingkungan-lingkungannya. c. Hal-hal yang terjadi di luar diri/lingkungan (Environmental events) Ada dua jenis lingkungan yang mempengaruhi self-regulated learning adalah pengalaman sosial dan struktur dari lingkungan belajar (Zimermman,1989). 1. Pengalaman sosial (Social experience) Para ahli teori sosial kognitif telah banyak memberikan perhatian pada pengaruh pengalaman sosial/pengalaman enactive (langsung). Bandura (dalam Zimmerman, 1989) mengasumsikan bahwa belajar dengan cara mengamati tingkah laku atau perilaku sendiri, merupakan cara yang paling memberikan pengaruh untuk mengubah persepi siswa mengenai kemampuan dan meningkatkan ingatan pada pengetahuan tersebut. Berbagai pengalaman sosial siswa dapat berpengaruh terhadap penggunaan strategi regulasi diri baik secara positif ataupun negatif
44
tergantung dari pengalaman yang diperoleh. Bagian lain dari pengalaman sosial ini adalah modeling. Model merupakan sumber untuk menampilkan keterampilan selfregulatory.
Yang
dapat
ditiru
dari
model
diantaranya
adalah
merencanakan dan mengelola waktu secara efektif, membangun lingkungan kerja atau belajar yang produktif, dan menggunakan sumbersumber sosial (Schunk & Zimmerman, dalam Santrock, 2001). Modeling akan efektif bila model dirasa sama dengan observer. Modeling dari strategi-strategi self-regulated learning yang efektif dapat meningkatkan self-efficacy siswa, baik bagi siswa yang merasa kurang memiliki kemampuan
maupun
siswa
yang
yakin
akan
kemampuannya
(Zimmerman, 1989). 2. Struktur lingkungan belajar (Structure of the learning context) Secara khusus struktur lingkungan belajar memiliki dua elemen yaitu tugas akademik dan tempat belajar. Menurut teori sosial kognitif (Mischel dkk, dalam Zimmerman, 1989) belajar siswa sangat ditentukan oleh lingkungan belajar pada situasi itu terjadi. Perubahan tugas akademik untuk meningkatkan kesulitan atau merubah tempat belajar dari bising menjadi sepi dapat mempengaruhi afeksi self-regulated learning. Bandura (dalam Zimmerman, 1989), menunjukkan bukti bahwa penilaian siswa mengenai self-efficacy dipengaruhi langsung oleh kesukaran atau kesulitan tugas.
45
2.2.4. Strategi-strategi self-regulated learning Zimmerman (1989) menekankan bahwa untuk dapat dikatakan mengatur belajar (self-regulated), proses belajar siswa harus melibatkan penggunaan strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan akademisnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa-siswa yang memperoleh prestasi tinggi dilaporkan telah menggunakan strategi-strategi self-regulated learning (Pintrich & DeGroot, dalam Chen, 2002). Strategi self–regulated learning adalah aksi dalam proses mendapatkan informasi dan keterampilan secara (Zimmerman, 1989). Zimmerman dan Martinez Pons (1990) mengembangkan structured interview, Self-regulated Learning Interview Schedule (SRILIS) untuk mengukur strategi self-regulated learning yang digunakan siswa. Structured interview ini dikembangkan menjadi 14 kelas strategi self-regulated learning. Satu kategori di luar dari strategi-strategi self-regulated learning dinamakan other. Strategi-strategi self-regulated learning sebagai berikut: 1. Evaluasi diri (Self-evaluation) Pernyataan yang mengindikasikan inisiatif dari siswa untuk mengevaluasi kualitas atau kemajuan dari pekerjaan siswa. Contoh, ” Saya memeriksa kembali pekerjaan saya untuk memastikan telah benar.” 2. Mengatur dan transformasi (Organizing and transforming) Pernyataan yang mengindikasikan inisiatif dari siswa mengatur materi instruksional guna meningkatkan pembelajaran. Contoh, ”Saya membuat outline sebelum mengerjakan makalah saya.”
46
3. Menetapkan dan merencanakan tujuan (Goal setting and planning) Pernyataan yang mengindikasikan inisiatif siswa menetapkan tujuan, dan merencanakan urutan, waktu, dan penyelesaian terhadap tujuan tersebut. Contoh, ”Pernah pertama kali saya harus belajar dua minggu sebelum ulangan tiba dan menyiapkan diri saya.” 4. Mencari informasi (Seeking information) Pernyataan yang mengindikasikan inisiatif siswa untuk berusaha mencari dan memastikan sumber-sumber non-sosial ketika menyelesaikan sebuah tugas. Contoh, ”Sebelum mengerjakan tugas saya ke perpustakaan dulu mencari sebanyak mungkin bahan untuk tugas tersebut.” 5. Menyimpan rekaman dan memonitor diri (Keeping record and monitoring) Pernyataan yang mengindikasikan siswa dalam merekam kejadian ataupun hasil dari pekerjaannya. Contoh, ” Saya membuat catatan kecil dari diskusi kelas.”, “Saya menyimpan daftar kata-kata yang salah saya ucapkan.” 6. Mengatur lingkungan (Environment structuring) Pernyataan yang mengindikasikan inisiatif dari siswa untuk menata lingkungan fisik sekitar tempat belajar agar membuat proses belajar lebih baik. Contoh, ”saya selalu menghindar dari apapun yang mengganggu saya belajar.”, ”Saya mematikan radio ketika saya belajar agar saya bisa berkonsentrasi.” 7. Konsekuensi diri (Self-consequenting) Pernyataan yang mengindikasikan inisiatif dari siswa mengatur dan mempersiapkan rewards atau punishment bila ia sukses atau gagal dalam
47
menyelesaikan suatu tugas atau tujuan. Contoh, ” Jika saya berhasil ujian saya akan pergi menonton ke bioskop.” 8. Berlatih dan mengingat (Rehearsing and memorizing) Pernyataan yang mengindikasikan inisiatif untuk latihan agar bisa mengingat materi. Contoh, ”Dalam mempersiapkan diri pada ujian matematika saya mengulang menulis rumus-rumus sehingga saya bisa hafal.” 9-11. Mencari bantuan di lingkungan sosial (Seeking social assistance) Pernyataan yang mengindikasikan inisiatif dari siswa untuk meminta bantuan kepada (9) teman-teman,(10) guru, (11) dan orang yang lebih tua. Contoh,”Jika saya mempunyai masalah dengan pelajaran matematika yang tidak saya mengerti saya akan meminta bantuan dari teman-teman yang bisa.” 12-14. Membaca kembali catatan (Reviewing record) Pernyataan yang mengindikasikan inisiatif dari siswa untuk membaca lagi catatan (12), ujian (13), dan buku pelajaran (14). Contoh, ”ketika mempersiapkan diri untuk ujian saya membaca ulang buku saya.” 15. Lainnya (Other) Pernyataan yang mengindikasikan perilaku belajar merupakan dorongan juga dari orang tua, guru dan lainnya serta hal-hal lain diluar ke-14 kategori di atas. Contoh, ”Saya hanya melakukan apa yang guru saya inginkan.” Zimmerman dan Martinez Pons (1990) mengemukakan bahwa strategi organizing, transforming, rehearsing dan memorizing serta goal setting dan planning berfokus pada pengoptimalan pengaturan dalam diri, strategi seperti selfevaluating, self-consequenting, didesain untuk meningkatkan fungsi perilaku.
48
Sedangkan strategi seperti seeking information, record keeping dan monitoring, environment structuring, seeking social assistence, dan reviewing record didesain untuk mengoptimalkan pemanfaatan siswa akan lingkungan belajarnya. 2.2.5. Dimensi self-regulated learning Menurut Pintrich (1999) dimensi self-regulated learning ada tiga yaitu: 1. Cognitive strategy (strategi kognitif) Strategi ini digunakan siswa untuk belajar, yaitu mengingat dan memahami materi pelajaran. Strategi kognitif ada tiga macam yaitu rehearsal, elaboration dan organization. Rehearsal (latihan), strategi kognitif ini menyangkut menghafal hal-hal yang diajarkan, seperti melafalkan/mengucapkan kata-kata dengan suara keras seperti seseorang yang sedang membaca bagian isi teks, mengkodekan
informasi
kedalam
bahasa/istilah
sendiri.
Elaboration
(pengembangan), strategi ini menyangkut pemahaman materi. Seperti meringkas materi pelajaran, membuat analogi, menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan yang baru, mengumpulkan informasi, menerapkan ide-ide pelajaran dalam kegiatan lain. Organizational (organisasi), menyangkut pemilihan informasi penting, yang meliputi tingkah laku seperti memilih ide pokok dari teks, membuat outline materi pelajaran, menggarisbawahi materi penting. 2. Metacognitive strategy (strategi metakognitif) Strategi metakognitif digunakan siswa untuk merencanakan, memonitor dan meregulasi berbagai
hal selama proses
pencapaian tujuan.
Seperti;
merencanakan tujuan belajar, menyaring materi sebelum dibaca/dipelajari,
49
membuat pertanyaan-pertanyaan umum sebelum membaca materi agar lebih fokus/terarah, memonitor pemahaman bacaan/materi yang guru terangkan, memonitor kecepatan mengerjakan soal ketika ujian (dapat menyesuaikan dengan waktu yang disediakan), mengubah cara belajar agar lebih tepat, menyesuaikan cara belajar dengan tipe pelajaran, menyesuaikan cara belajar dengan cara mengajar guru. 3. Resource management strategy (strategi mengelola sumber pengetahuan). Pada dimensi ini dapat melihat bagaimana siswa mengelola/mengatur sumber pengetahuannya seperti mengatur waktu melajar, memilih atau menciptakan lingkungan belajar yang baik, kerjasama dengan teman sebaya dan mencari dukungan atau bantuan belajar ketika menghadapai kendala. 2.2.7. Pengukuran self-regulated learning Untuk mengukur self-regulated learning dalam penelitian ini penulis menggunakan skala. Skala di buat berdasarkan dimensi self-regulated learning yang dikemukakan Pintrich (1999), yaitu startegi kognitif, strategi metakognitif dan strategi mengelola sumber pengetahuan. Dalam skala self-regulated learning terdapat pernyataan-pernyaataan mengenai strategi belajar siswa. Dari skala tersebut dapat diketahui startegi-startegi belajar yang digunakan siswa. Pada skala ini terdapat 30 pernyataan mengenai strategi belajar siswa.
50
2.3.
Adversity Quotient
2.3.1. Pengertian adversity quotient Stoltz (2000) mengungkapkan bahwa AQ memberi informasi seberapa jauh seseorang bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuannya dalam mengatasinya. AQ juga memprediksikan siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang hancur, siapa yang bertahan dan siapa yang menyerah serta siapa yang akan melampaui harapan atas usaha dan potensinya dan siapa yang gagal. Lebih lanjut Stoltz (2000) mengatakan AQ digunakan untuk membantu individu dalam memperkuat kemampuan dan ketekunannya dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari, sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip dan impian-impian mereka tanpa memperdulikan apa yang terjadi. Pengertian AQ yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang mendefinisikan AQ dalam tiga bentuk. Pertama, AQ sebagai konsep kerangka kerja yang baru dalam memahami dan mempertinggi semua bagian dari kesuksesan. Kedua, AQ adalah suatu pengukuran tentang bagaimana seseorang berespon terhadap kesulitan. Ketiga, AQ sebagai alat yang didasarkan pada penelitian ilmiah untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam berespon terhadap kesulitan (Stoltz, 2000).
51
2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi adversity quotient Faktor-faktor yang mempengaruhi adversity quotient menurut Stoltz (2000) sebagai berikut: a. Daya saing Orang-orang yang merespon berbagai kesulitan secara lebih optimis diramalkan akan bersikap lebih agresif dan berani mengambil resiko sedangkan reaksi yang lebih pesimis terhadap kesulitan menimbulkan sikap yang pasif. Orang yang bereaksi secara konstruktif terhadap kesulitan lebih tangkas dalam bertindak supaya yang dikerjakan berhasil dalam menghadapi persaingan, sedangkan yang bereaksi secara destruktif cenderung lebih tidak berhati-hati serta mudah pesimis. b. Produktivitas Seligman (dalam Stoltz, 2000) membuktikan penelitiannya bahwa orang yang tidak merespon kesulitan dengan baik maka orang tersebut kurang berpotensi serta kinerjanya lebih buruk daripada mereka yang merespon kesulitan dengan baik. c. Kreativitas Inovasi merupakan tindakan berdasarkan suatu harapan, inovasi membutuhkan keyakinan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Menurut Barker (dalam Stoltz, 2000), kreativitas juga muncul dari keputusasaan. Oleh karena itu, kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang timbul oleh hal yang tidak pasti, sehingga hanya yang memiliki AQ tinggi yang akan menghasilkan kretivitas karena tidak menyerah pada keadaan, tapi terus
52
mencari berbagai kemungkinan, sebaliknya orang yang tidak mampu menghadapi kesulitan (berAQ rendah) tidak mampu bertindak kreatif. d. Motivasi Stoltz (2000) menganggap orang yang memiliki AQ tinggi sebagai orang yang paling memiliki motivasi. e. Mengambil resiko Menurut Satterfield dan Seligman (dalam Stoltz, 2000) orang yang merespon kesulitan secara lebih konstruktif bersedia mengambil resiko lebih banyak untuk mencoba hal-hal yang baru. f. Perbaikan Dalam kehidupan individu harus melakukan perbaikan untuk mencegah agar tidak ketinggalan zaman. Menurut Stoltz (2000) orang yang AQ lebih tinggi menjadi lebih baik dalam melakukan perbaikan sedangkan orang yang AQ rendah sebaliknya. g. Ketekunan Ketekunan merupakan inti dari pendakian dan AQ seseorang. Ketekunan adalah kemampuan untuk terus menerus melakukan usaha. Menurut Seligman (dalam Stoltz, 2000) dari hasil penelitiannya membuktikan bahwa para tenaga penjual, militer, mahasiswa serta tim olahraga yang merespon kesulitan dengan baik akan pulih dari kekalahan dan mampu terus bertahan. Sebaliknya yang merespon kesulitan dengan buruk, mereka akan mudah menyerah.
53
h. Belajar Belajar sangat penting dalam kehidupan, karena dengan belajar individu mampu mencoba hal-hal yang belum terjadi. Dengan belajar, individu akan mampu menghadapi tantangan yang dihadapinya dengan baik. Menurut Carol Dwek (dalam Stoltz, 2000) membuktikan bahwa anak-anak yang merespon pesimis terhadap kesulitan tidak akan belajar dan tidak berprestasi dibanding dengan anak-anak yang merespon kesulitan dengan optimis. i. Merangkul perubahan Menurut (Stoltz, 2000) agar individu bisa sukses harus efektif dalam mengatasi perubahan. j. Keuletan, stress, tekanan, kemunduran Suzanne Oullette (dalam Stoltz, 2000) dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa orang yang merespon kesulitan dengan sifat tahan banting, pengendalian, tantangan, dan komitmen, mereka akan tetap ulet dalam menghadapi berbagai kesulitan. Sedangkan orang yang tidak merespon kesulitan dengan pengendalian, tantangan, dan komitmen cenderung akan menjadi lemah akibat situasi yang sulit. 2.3.3. Dimensi adversity quotient Menurut Stoltz (2000) AQ memiliki empat dimensi pokok yang disebut CO2RE, yaitu control (pengendalian), origin dan ownership (asal usul dan pengakuan), reach (jangkauan) dan endurance (daya tahan). Dibawah ini akan dijelaskan tiap-tiap dimensi dari AQ:
54
1. Dimensi C = control (pengendalian) Dimensi ini mempertanyakan “seberapa besar kendali yang dianggap dimiliki seseorang terhadap peristiwa kemalangan?” kuncinya adalah persepsi karena berkaitan dengan anggapan kemampuan seseorang untuk mengubah suatu situasi. Individu dengan control yang tinggi mempersepsikan lebih banyak kendali yang ia miliki pada kesulitan yang ia hadapi sehingga dapat bertahan melewati kesulitan dan tetap konsisten dengan tujuannya, sedangkan individu dengan control yang rendah memiliki kecenderungan untuk menganggap kejadian yang buruk merupakan di luar kendalinya. Rendahnya kendali yang dimiliki oleh seseorang mempunyai pengaruh yang sangat merusak terhadap kemampuan untuk merubah situasi. Orang yang memiliki control yang rendah sering merasa tidak berdaya bila dihadapkan dengan kesulitan (Stoltz, 2000). 2. Dimensi O2 = origin dan ownership (asal usul dan pengakuan) O2 merupakan gabungan antara origin dengan ownership. O2 menyatakan dua hal yaitu siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan dan sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat dari kesulitan itu. Origin berkaitan dengan rasa bersalah. Rasa bersalah yang wajar akan membantu seseorang belajar dan bangkit untuk memperbaiki tingkah lakunya. Sedangkan rasa bersalah yang tidak wajar akan membuat seseorang merasa tidak berdaya untuk memperbaiki keadaan. Ownership, pengakuan atas masalah yang terjadi membuat seseorang bertanggung jawab untuk memperbaiki keadaan meskipun kesalahan bukan
55
sepenuhnya berasal dari dirinya. Berbeda dengan tidak mengakui atas akibat dari masalah yang terjadi akan membuat seseorang terus menyalahkan orang lain, tidak berkembang dan tidak mau bertanggung jawab untuk mengubah keadaan. Orang yang memiliki AQ tinggi akan memiliki rasa bersalah yang wajar dan menjadi pembelajaran baginya agar tidak berbuat salah lagi dan juga ia akan mengakui akibat dari masalah yang terjadi dan akan bertanggung jawab untuk mengubah keadaan tanpa memperdulikan apa atau siapa penyebabnya (Stoltz, 2000). 3. Dimensi R = reach (jangkauan) Dimensi reach mempertanyakan sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan seseorang. Rendahnya nilai dari dimensi ini akan membuat kesulitan menjangkau segi-segi lain dari kehidupan. Dengan kata lain semakin rendah skor dimensi R yang dimiliki seseorang maka semakin besar kemungkinan orang tersebut menganggap bahwa peristiwaperistiwa buruk atau kesulitan sebagai bencana, yang akan menyebar dengan cepat sekali, bisa sangat berbahaya karena akan menimbulkan kerusakan yang signifikan bila dibiarkan tidak terkendali. Dengan kata lain semakin besar kemungkinan seseorang untuk membesar-besarkan masalah yang ada dalam pikirannya. Sebaliknya semakin tinggi nilai R semakin besar kemungkinan orang tersebut hanya membatasi jangkauan masalahnya pada peristiwa yang sedang dihadapi saja. Menjaga kesulitan supaya tetap berada ditempatnya akan membuat
56
perasaan frustasi, kesukaran-kesukaran hidup dan tantangan hidup lebih mudah ditangani (Stoltz, 2000). 4. Dimensi E = endurance (daya tahan) Dimensi ini menilai dan menguraikan seberapa lama seseorang menganggap kesulitan akan bertahan. Orang-orang dengan AQ rendah lebih mungkin menganggap kesulitan akan bertahan lama dan mereka yang mempunyai AQ tinggi menganggap kesulitan tidak akan berlangsung lama. 2.3.4. Pengukuran Adversity quotient Untuk mengukur adversity quotient dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala dibuat berdasarkan dimensi adversity quotient yang dikemukakan Stoltz (2000), yaitu control, origin dan ownership, reach dan endurance. Setiap dimensi AQ menguraikan tentang respon seseorang terhadap kesulitan. Dalam skala AQ, berisi tentang kesulitan/permasalahan yang sering dihadapi siswa SMPT. Daftar kesulitan/permasalahan diambil dari teori mengenai SMPT dalam Bahan Sosialisasi SMPT Depdiknas (2005) dan juga dari Adolescent life-change event scale (ALCES) (Windle, 1992). Pada skala ini terdapat 20 pernyataan yang dapat mengukur AQ seseorang.
57
2.4.
Kerangka Berpikir Keadaan sosial, ekonomi dan geografis yang dimiliki oleh siswa SMPT,
membuat metode pembelajaran di SMPT disesuaikan dengan karakteristik siswanya, yaitu dengan menggunakan metode belajar mandiri. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa siswa SMPT tidak belajar bersama guru, tidak ada orang yang mengatur belajar siswa sehingga siswa harus dapat mengatur belajarnya sendiri (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka Depdiknas, 2005). Walaupun demikian siswa SMPT diharapkan dapat berhasil mengikuti proses belajarnya di SMPT. Sesuai dengan visi SMPT yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas, mandiri dan bertanggung jawab serta menjangkau sasaran yang luas (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka Depdiknas, 2005). Untuk itu siswa SMPT dituntut untuk memiliki prestasi belajar yang baik, karena prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang (Winkel, 1996). Kemudian prestasi belajar dapat dikatakan sebagai indikator keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar (Hakim, 2000). Prestasi belajar yang dicapai seseorang erat kaitannya dengan usaha yang dilakukan. Jadi apabila siswa SMP Terbuka ingin berhasil dalam mengikuti pendidikan di SMP Terbuka, maka diperlukan strategi atau cara yang bervariasi yang mampu memudahkan proses belajarnya dan juga dapat membantunya dalam menjaga motivasinya sehingga memiliki tujuan yang terarah dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salah satu caranya yaitu dengan meregulasi dirinya dalam belajar atau dikenal dengan istilah self-regulated learning.
58
Di dalam self-regulated learning, aksi dan proses secara langsung untuk memperoleh informasi dan keterampilan belajar ini dapat dilakukan melalui penggunaan strategi-strategi self-regulated learning (Zimmerman, 1989). Ada 3 macam strategi self-regulated learning yaitu strategi kognitif (cognitive strategy), strategi metakognitif (metacognitive strategy) dan strategi mengelola sumber pengetahuan (resource management strategy) (Pintrich, 1999). Dengan meregulasi dirinya dalam belajar siswa dapat memperluas pengetahuan dan menjaga motivasinya, secara periodik memonitor kemajuannya dalam mencapai tujuan, dapat mengevaluasi halangan yang muncul dan melakukan penyesuaian yang dibutuhkan (Winne, dalam Santrock 2001). Penelitian yang mendukung bahwa self-regulated`learning berpengaruh terhadap prestasi belajar yaitu penelitian Zimmerman (dalam Santrock 2001) telah menemukan bahwa siswa yang berprestasi tinggi adalah para self-regulated learner yaitu siswa yang mengatur belajarnya. Hasil penelitian yang senadapun dilakukan oleh Pintrich dan De Groot (dalam Chen 2002) yang hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang berprestasi tinggi dilaporkan lebih banyak menggunakan strategi-strategi self-regulated learning daripada siswa yang meraih prestasi rendah. Selain faktor regulasi diri, faktor lain yang diasumsikan memiliki pengaruh dalam meraih kesuksesan dalam belajar adalah adversity quotient yang tinggi. AQ merupakan bagaimana seseorang berespon terhadap kesulitankesulitannya (Stoltz, 2000). Lebih lanjut Stoltz (2000) mengungkapkan AQ sebagai prediktor global terhadap kesuksesan. Dan kesuksesan dalam bidang
59
pendidikan adalah prestasi belajar yang baik. Di dalam adversity quotient tedapat 4 dimensi yaitu pengendalian (control), asal uaul dan pengakuan (origin dan ownership), jangkauan (reach) serta daya tahan (endurance). Penelitian sebelumnya mendukung pentingnya AQ terhadap prestasi belajar. Seperti William (2003) telah menemukan bahwa siswa dengan AQ yang tinggi menunjukkan prestasi yang lebih baik dibanding siswa dengan AQ yang rendah. Dweck (dalam Stoltz, 2000) telah menemukan bahwa anak-anak dengan respon pesimis terhadap kesulitan tidak banyak belajar dan berprestasi rendah bila dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki pola-pola lebih optimis. Dengan demikian dapat diduga bahwa siswa SMP Terbuka yang meregulasi dirinya dalam belajar (self-regulated learner) akan memiliki prestasi yang baik dan juga siswa SMP Terbuka yang memiliki daya juang (adversity quotient) yang tinggi akan memiliki prestasi yang baik pula. Dan sebaliknya siswa yang tidak meregulasi dirinya dan juga tidak memiliki daya juang yang tinggi maka prestasinya pun akan rendah.
60
Bagan kerangka berpikir
Cognitive strategy Self-regulated learning
Metacognitive strategy Resource management strategy
Control
Tinggi Prestasi belajar siswa SMP Terbuka
Sedang Rendah
Adversity quotient
Origin dan ownership Reach
Endurance
61
2.5 Hipotesis Penelitian 2.5.1. Hipotesis mayor Hipotesis Nol (H0)
: Tidak ada pengaruh yang signifikan self-regulated learning dan adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka.
Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada pengarih yang signifikan self-regulated learning dan adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. 2.5.2. Hipotesis minor 1.
H01 :
Tidak ada pengaruh yang signifikan dimensi cognitive strategy terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka.
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi cognitive strategy terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. 2. H02 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dimensi metacognitive strategy terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Ha2
:
Ada pengaruh yang signifikan dimensi metacognitive strategy terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka.
3. H03 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dimensi resource management strategy strategy terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi resource management strategy strategy terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka
62
4.
H04 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dimensi control terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Ha4 :
Ada pengaruh yang signifikan dimensi control terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka.
5.
H05 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dimensi origin dan ownership terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi origin dan ownership terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka.
6.
H06 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dimensi reach terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi reach terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka.
7.
H07 :
Tidak ada pengaruh yang signifikan dimensi endurance terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka.
Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi endurance terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka.
63
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari delapan subbab yaitu pendekatan penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, pengumpulan data, uji instrumen penelitian, hasil uji coba instrumen, analisis data dan prosedur penelitian.
3.1.
Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif digunakan karena penelitian ini bekerja dengan angkaangka dan datanya berwujud bilangan (skor/nilai peringkat/frekuensi), serta dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain (Arikunto, 2002). Sedangkan jenis penelitian ini adalah korelasi prediktif, karena penelitian ini bersifat non-eksperimental, dimana peneliti mengumpulkan datadata mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap suatu variabel penelitian, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya terhadap variabel lainnya (Arikonto, 2002). Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran pengaruh self-regulated learning (SRL) dan adversity quotient (AQ) terhadap prestasi belajar.
64
3.2.
Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada satu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Arikunto, 2002). Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMP Terbuka Bojongmangu kelas VIII dan X. Jumlah siswa di kelas VIII sebanyak 30 orang sedangkan di kelas X jumlah siswanya sebanyak 45 orang. Jadi total populasi pada penelitian ini adalah 75 orang. 3.2.2. Sampel Sampel
dalam
penelitian
ini
adalah
siswa
SMP
Terbuka
Bojongmangu kelas VIII dan X yang berjumlah 75 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling, dimana semua populasi dijadikan sampel. Seperti yang diungkap Arikunto (2002), apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil keseluruhannya.
3.3.
Variabel Penelitian
3.3.1. Identifikasi variabel Kerlinger (2000) mendefinisikan variabel penelitian sebagai suatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam nilai, menyangkut segala sesuatu yang menjadi objek penelitian. Variabel dibagi menjadi dua macam yaitu variabel bebas (independent variable) yang merupakan variabel yang mempengaruhi dan
65
variabel terikat (dependent variable) yang merupakan variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu: a. Variabel bebas : Self-regulated learning dan adversity quotient. b. Variabel terikat : Prestasi belajar. 3.3.2. Definisi operasional variabel 1. Self-regulated learning adalah skor yang diperoleh dari pengukuran tiga dimensi self-regulated learning yaitu: cognitive strategy, metacognitive strategy dan resource management strategy. 2. Adversity quotient adalah skor yang diperoleh dari pengukuran empat dimensi adversity quotient yaitu: control, origin dan ownership, reach serta endurance. 3. Prestasi belajar adalah skor yang diperoleh dari nilai rapot siswa, yaitu nilai rata-rata persiswa yang dihitung dari jumlah nilai seluruh mata pelajaran yang didapati dalam buku rapot kemudian dibagi dengan jumlah mata pelajaran.
3.4.
Pengumpulan Data
3.4.1. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh data yang akan diteliti (Arikunto, 2002). Proses pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan skala dan studi dokumentasi. Skala adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara menyusun suatu daftar yang berisikan rangkaian pernyataan mengenai suatu hal dalam suatu bidang (Azwar, 2006), sehingga dalam penelitian ini terdapat dua skala yaitu skala self-regulated learning dan
66
skala adversity quotient. Sedangkan studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain sebagainya (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini studi dokumentasinya yaitu menggunakan buku rapot siswa, untuk memperoleh data prestasi belajar. 3.4.2. Instrumen penelitian 1. Skala self-regulated learning Skala ini dibuat dalam bentuk model likert. Skala berisi pernyataan-pernyataan yang menyatakan seluruh strategi self-regulated learning. Siswa diminta menjawab setiap pernyataan, untuk mengetahui seberapa sering siswa melakukan strategi self-regulated learning dalam kegiatan belajarnya. Startegi self-regulated learning ada tiga macam yaitu; cognitive strategy, metacognitive strategy dan resource management strategy (Pintrich, 1999).
Tabel 3.1 Blue print skala self-regulated learning untuk tryout No Dimensi 1. Cognitive strategy
Indikator Favorable Unfavorable Jumlah 2, 11 20, 29 4 Rehearsal (latihan) Berkaitan dengan menghafal materi Elaboration
23, 32
14, 37
4
8, 17
26, 35
4
(pengembangan) Berkaitan dengan pemahaman materi. Organization (organisasi)
67
Berkaitan dengan memilih informasi penting dalam suatu materi. 2.
3.
Metacognitive Planning 1, 39 strategy (perencanaan) berkaitan dengan penetapan tujuan belajar, penyaringan materi, membuat pertanyaan sebelum membaca.
19, 28
4
4, 13 Monitoring (pengawasan) Berkaitan dengan memonitor pemahaman, kecepatan saat mengerjakan soal ujian, menyesuaikan dengan waktu yang tersedia.
22, 31
4
7, 16 Regulating (pengaturan) Berkaitan dengan Menyetel dan menyesuaikan aktivitas kognisi secara kontinyu.
25, 34
4
Time (waktu) 5, 27 Berkaitan dengan pengaturan waktu dalam belajar.
3, 15
4
6, 18 Study environment (lingkungan belajar) Berkaitan dengan
30, 38
4
Resource management strategy
68
menciptakan atau memilih tempat belajar yang baik. Peer learning 9, 21 (belajar dengan teman sebaya) Berkaitan dengan kerjasama siswa dalam belajar dengan teman sebaya.
10, 33
4
Help seeking 12, 24 (mencari dukungan) Berkaitan dengan mencari dukungan/bantua n belajar baik dari guru/teman ketika ada materi yang tidak dimengerti.
36, 40
4
Total
40
Sedangkan untuk jawaban respon, skala ini memiliki 4 respon jawaban dimana masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan responden. Pilihan jawaban tersebut adalah sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Setiap pilihan jawaban dari pernyataan favorable diberi skor 4 = sangat setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Karena karakteristik pernyataan favorable berlawanan dengan karakteristik pernyataan unfavorable maka maka skor jawaban dari pernyataan unfavorable dilakukan secara terbalik. Total skor dari masing-masing siswa menggambarkan seberapa sering ia
69
melakukan strategi tersebut. Semakin tinggi total skor, semakin sering ia melakukan strategi tersebut. Tabel 3.2 Format penilaian skala self-regulated learning Sangat setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak setuju (TS)
Sangat tidak setuju (STS)
Favorable
4
3
2
1
Unfavorable
1
2
3
4
Pernyataan
2. Skala adversity quotient Skala adversity quotient dibuat dalam model Likert. Skala ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai kesulitan/permasalahan yang sering dialami siswa SMP Terbuka. Siswa diminta untuk menjawab bagaimana siswa menghadapi/merespon kesulitannya. Adversity quotient siswa diukur melalui empat dimensi yang diungkapkan Stoltz (2000) yaitu; control, origin dan ownership, reach serta endurance.
70
Tabel 3.3 Blue print skala adversity quotient untuk tryout No 1.
2
3.
4.
Dimensi
Indikator
Favorable
Mempersepsikan 5, 13, 21, seberapa besar 25 kendali yang dimiliki untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi. Origin dan Siapa/apa yang 4, 12, 30 ownership menjadi penyebab kesulitan.
Unfavorable
Jumlah
1, 9, 17, 29
8
8, 16, 36
6
20, 28, 32 Bertanggung jawab atas situasi/masalah yang sedang dihadapi.
24, 33, 35
6
Reach
Mempersepsikan 6, 14, 26, kesulitan yang 34 sedang dihadapi akan berkembang menjangkau pada bagian-bagian lain dari kehidupan atau tidak.
2, 10, 18, 22
8
Endurance
Mempersepsikan 3, 15, 27, lama nya 31 kesulitan berlangsung
7, 11, 19, 23
8
Control
Total
36
Untuk jawaban respon, skala ini memiliki 4 respon jawaban dimana masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan responden. Pilihan jawaban tersebut adalah sangat
71
sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Setiap pilihan jawaban dari pernyataan favorable diberi skor 4 = sangat sesuai, 3= sesuai, 2 = tidak sesuai, 1 = sangat tidak sesuai. Karena karakteristik pernyataan favorable berlawanan dengan karakteristik pernyataan unfavorable maka skor jawaban untuk pernyataan unfavorable dilakukan secara terbalik. Total skor dari masing-masing siswa menunjukkan tingkat AQ seseorang.
Tabel 3.4 Format penilaian skala adversity quotient Pernyataan
Sangat sesuai
Sesuai (S)
(SS)
Tidak sesuai (TS)
Sangat tidak sesuai (STS)
Favorable
4
3
2
1
Unfavorable
1
2
3
4
3. Buku rapot Dalam penelitian ini yang dijadikan indikator prestasi belajar adalah nilai rata-rata keseluruhan mata pelajaran dalam buku rapot. Adapun jumlah mata pelajaran di SMP Terbuka sebanyak 13, yaitu: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Seni Karawitan, Bahasa Sunda, Pendidikan Lingkungan Hidup, Pendidikan Jasmani, Teknologi Informatika dan Komunikasi.
72
3.5.
Uji Instrumen Penelitian
3.5.1. Uji validitas instrumen penelitian Validitas menurut Azwar (2006) adalah ketetapan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan valid jika memiliki tingkat validitas yang tinggi. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Item dapat dikatakan valid jika mencapai skor minimal 0.3 atau lebih, artinya item dapat mengukur dimensi dan indikator yang ingin di ukur (Azwar, 2006). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik yaitu memakai rumus korelasi Pearson Product Moment. Untuk perhitungannya menggunakan program software Statistical Package for The Social Sciences (SPSS) 18.0. Berdasarkan hasil uji validitas pada masing-masing skala akan ditemukan item-item dengan skor validitas rendah. Item-item tersebut dianggap gugur dan tidak digunakan dalam penelitian. 3.5.2. Uji reliabilitas instrumen penelitian Reliabilitas ini mengacu pada konsistensi dan kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Skala yang reliabel ialah skala dimana hasil yang diperoleh akan tetap sama apabila diukur pada waktu yang berbeda (Azwar, 2006).
73
Untuk penghitungannya, peneliti menggunakan SPSS 18.0. Semakin tinggi koefisien reliabilitas yaitu mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas alat ukur tersebut (Azwar, 2006).
3.6.
Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Di dalam penelitian harus digunakan alat ukur yang valid dan reliabel,
agar kesimpulan dalam penelitian yang diperoleh tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Pengujian tingkat validitas dan reliabilitas dari kedua alat ukur dalam penelitian ini dilakukan sebelum diadakan pengambilan data. Pengujian alat ukur ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana dapat mengungkapkan hal-hal yang semestinya diukur dari suatu variabel. Peneliti melakukan uji instrumen self-regulated learning dengan item yang terdiri dari 40 item, item adversity quotient yang terdiri dari 36 item. Uji instrumen diberikan kepada 40 siswa SMP Terbuka di Cibarusah. Adapun tujuan dari pelaksanaan uji instrumen ini dilakukan dengan maksud : 1. Mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan atau item-item yang diberikan. 2. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor. 3. Mengetahui tingkat realibilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur reliabilitas skala tersebut.
74
3.6.1. Hasil uji coba instrumen self-regulated learning Berdasarkan hasil uji validitas skala dengan teknik Product Moment dari Pearson pada skala self-regulated learning yang di ujicobakan, dari 40 item diperoleh 38 item yang valid dan 2 item yang gugur Sedangkan untuk hasil uji reliabilitasnya diperoleh koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.971. Sesuai dengan Azwar (2006), semakin tinggi koefisien reliabilitas yaitu mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas alat ukur tersebut. Adapun item-item yang valid dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini :
Blue print hasil tryout skala self-regulated learning No Dimensi 1. Cognitive strategy
Indikator Favorable Unfavorable Jumlah 2 , 11 20 , 29 4 Rehearsal (latihan) Berkaitan dengan menghafal materi Elaboration
23 , 32
14 , 37
4
8 , 17
26 , 35
4
28
3
(pengembangan) Berkaitan dengan pemahaman materi. Organization (organisasi) Berkaitan dengan memilih informasi penting dalam suatu materi. 2.
Metacognitive Planning 1 , 39 strategy (perencanaan) berkaitan dengan penetapan tujuan belajar,
75
penyaringan materi, membuat pertanyaan sebelum membaca.
3.
Resource management strategy
4 , 13 Monitoring (pengawasan) Berkaitan dengan memonitor pemahaman, kecepatan saat mengerjakan soal ujian, menyesuaikan dengan waktu yang tersedia.
22 , 31
4
7 , 16 Regulating (pengaturan) Berkaitan dengan Menyetel dan menyesuaikan aktivitas kognisi secara kontinyu.
25 , 34
4
Time (waktu) 5 , 27 Berkaitan dengan pengaturan waktu dalam belajar.
3 , 15
4
6 , 18 Study environment (lingkungan belajar) Berkaitan dengan menciptakan atau memilih tempat belajar yang baik.
30 , 38
4
Peer learning 9 , 21 (belajar dengan teman sebaya) Berkaitan dengan kerjasama siswa dalam belajar dengan teman
10 , 33
4
76
sebaya. Help seeking 12 (mencari dukungan) Berkaitan dengan mencari dukungan/bantua n belajar baik dari guru/teman ketika ada materi yang tidak dimengerti. Total
36 , 40
3
38
3.6.2. Hasil uji coba instrumen adversity quotient Berdasarkan hasil uji validitas skala dengan teknik Product Moment dari Pearson pada skala adversity quotient yang di uji cobakan, dari 36 item diperoleh 27 item valid dan 9 item yang gugur. Sedangkan untuk hasil uji reliabilitasnya diperoleh koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.892. Sesuai dengan Azwar (2006), semakin tinggi koefisien reliabilitas yaitu mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas alat ukur tersebut. Adapun item-item yang valid dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini :
77
Blue print hasil tryout skala adversity quotient
No 1.
2
3.
4.
Dimensi
Indikator
Favorable
Mempersepsikan 5, 13, 21, seberapa besar 25 kendali yang dimiliki untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi. Origin dan Siapa/apa yang 30 ownership menjadi penyebab kesulitan.
Unfavorable
Jumlah
1, 9, 17, 29
8
36
2
20, 28, 32 Bertanggung jawab atas situasi/masalah yang sedang dihadapi.
33, 35
5
Reach
Mempersepsikan 14, 34 kesulitan yang sedang dihadapi akan berkembang menjangkau pada bagianbagian lain dari kehidupan atau tidak.
10, 18, 22
5
Endurance
Mempersepsikan 3, 15, 27, lama nya 31 kesulitan berlangsung
7, 11, 19
7
Control
Total
27
78
3.7. Teknik Analisis Data Uji hipotesis digunakan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan utama penelitian (hipotesis penelitian) yang menggunakan teknik analisis regresi berganda (multiple regression). Teknik analisis regresi berganda ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk mengetahui besarnya hubungan dari independent variabel (IV), yaitu self-regulated learning (cognitive strategy, metacognitive strategy dan resource management strategy) dan adversity quotient (control, origin dan ownership, reach dan endurance) terhadap dependent variable (DV) yaitu prestasi belajar. Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y) dengan lebih dari satu variabel bebas (independent; prediktor; X) (Sugiono, 2002). Persamaan umum untuk analisis regresi bergandanya adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bpXp
Keterangan
:
Y
: dependent variable (DV) (prestasi belajar)
Xp, Xp, ......, Xp
: Independent variable (IV) yang jumlahnya p (cognitive strategy, metacognitive strategy, resource management strategy, control, origin dan ownership, reach dan endurance)
79
p
: Jumlah independent variable (IV).
a
: konstan.
b1, b2, ......, b7
: Koefisien regresi untuk masing-masing variabel independen.
3.8.
Prosedur Penelitian Secara umum penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu sebagai
berikut: 1. Tahap persiapan penelitian a. Menentukan rumusan masalah. b. Menentukan variabel penelitian. c. Menentukan landasan teori yang digunakan. d. Menentukan dan menyusun instrumen penelitian skala self-regulated learning dan adversity quotient. 2. Tahap uji coba (tryout) a. Penulis menyebarkan kuesioner kepada responden. b. Mengolah data yang sudah terkumpul.
80
3. Tahap pengambilan data a. Menentukan populasi dan sampel penelitian. b. Menyebarkan angket kepada responden penelitian. 4. Pengolahan data a. Penulis melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah di isi oleh responden penelitian. b. Menginput data yang diperoleh dan menghitung data tersebut dengan metode yang telah ditentukan, kemudian melakukan analisa data dengan metode statistika melalui program SPSS 18.0. c. Membuat laporan hasil dan kesimpulan penelitian.
81
BAB IV HASIL PENELITIAN Bab berikut ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi gambaran responden, deskriptif statistik variabel penelitian, kategorisasi skor variabel penelitian dan hasil uji hipotesis. 4.1.
Gambaran Umum Responden Pada sub bab ini akan dibahas mengenai responden yang digunakan
dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini sebanyak 75 orang. Responden dalam penelitian ini merupakan siswa SMP Terbuka di Bojongmangu. 4.1.1.
Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin Di bawah ini adalah gambaran responden penelitian berdasarkan jenis
kelamin, maka diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.1 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Laki-laki Perempuan TOTAL
N 32 43 75
Persentase 42,7 % 57,3 % 100 %
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki berjumlah 32 orang (42,7%) dan perempuan berjumlah 43 orang (57,3%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.
82
4.1.2.
Gambaran umum responden berdasarkan usia Di bawah ini adalah gambaran responden penelitian berdasarkan usia,
maka diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan usia Usia N Persentase 13 18 24 % 14 17 22,7 % 15 19 25,7 % 16 10 13,3 % 17 7 9,3 % 18 4 5,3 % TOTAL 75 100%
Berdasarkan tabel 4.2, terlihat bahwa responden dalam penelitian ini, 18 orang (24%) berusia 13 tahun, 17 orang (22,7%) berusia 14 tahun, 19 orang (25,7%) berusia 15 tahun, 10 orang (13,3%) berusia 16 tahun, 7 orang (9,3%) berusia 17 tahun, dan 4 orang (5,3%) berusia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini yang paling banyak adalah berusia 15 tahun.
83
4.2. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian Tabel berikut menyatakan tentang deskriptif statistik variabel prestasi belajar, self-regulated learning dan adversity quotient.
Tabel 4.3 Deskriptif statistik variabel penelitian VARIABEL PENELITIAN N
Prestasi belajar Self-regulated learning Adversity quotient
75 75 75
Minimum Maximum Mean
70.15 24.75 23.64
82.15 74.43 69.41
Std. Deviation
75.4369 3.15069 50.0000 10.00000 50.0000 10.00000
Dari tabel 4.3, dapat dilihat bahwa standar deviasi dari prestasi belajar yaitu sebesar 3,15069 dengan mean sebesar 75,4369 serta nilai minimum yang didapat adalah 70,15 dan nilai maksimum adalah 82,15. Untuk self-regulated learning standar deviasinya yang didapat adalah sebesar 10,00000 dengan mean sebesar 50,0000 serta nilai minimumnya yaitu 24,75 dan nilai maksimumnya yaitu 74,43. Sedangkan untuk adversity quotient standar deviasi yang didapat sebesar 10,00000 dengan mean sebesar 50,0000 serta nilai minimumnya yaitu 23,64 dan nilai maksimum yaitu 69,41.
4.3.
Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
4.3.1. Kategorisasi skor self-regulated learning Tabel berikut ini menggambarkan self-regulated learning responden yang dikategorikan menjadi tiga, yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Responden dikategorikan dengan rumus pada tabel di bawah ini.
84
Tabel 4.4 Kategorisasi skor self-regulated learning Kategori Tinggi
Rumus X > M + 1 SD
Nilai > 60
N 13
Persentase 17,33 %
Sedang
M – 1SD ≤ X ≤ M + 1 SD
40 – 60
54
72 %
Rendah
X < M – 1 SD
< 40
8
10,67 %
75
100 %
TOTAL Keterangan: X : skor total masing-masing individu M : mean dari self-regulated learning SD : standar deviasi self-regulated learning
Dari tabel 4.4, diketahui bahwa terdapat 13 orang (17,33%) responden memiliki skor SRL tinggi, 54 orang (72%) responden memiliki skor SRL sedang, dan 8 orang (10,67%) responden memiliki skor SRL rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini, sebagian besar responden berada pada kategori selfregulated learning sedang. 4.3.2. Kategori skor adversity quotient Tabel berikut ini menggambarkan adversity quotient responden yang dikategorikan menjadi tiga, yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Responden dikategorikan dengan rumus pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Kategorisasi adversity quotient Kategori Tinggi
Rumus X > M + 1 SD
Nilai > 60
N 7
Persentase 9,33 %
Sedang
M – 1SD ≤ X ≤ M + 1 SD
40 – 60
57
76 %
Rendah
X < M – 1 SD
< 40
11
14,67 %
75
100 %
TOTAL Keterangan: X : skor total masing-masing individu M : mean dari adversity quotient SD : standar deviasi adversity quotient
85
Dari tabel 4.5, diketahui bahwa terdapat 7 orang (9,33%) responden memiliki skor AQ tinggi, 57 orang (76%) responden memiliki skor AQ sedang, dan 11 orang (14,67%) responden memiliki skor AQ rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini, sebagian besar responden berada pada kategori adversity quotient sedang. 4.3.3. Kategori skor prestasi belajar Tabel berikut ini menggambarkan prestasi belajar responden yang dikategorikan menjadi tiga, yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Responden dikategorikan dengan rumus pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Kategorisasi prestasi belajar Kategori Tinggi
Rumus X > M + 1 SD
Nilai > 78
N 12
Persentase 16%
Sedang
M – 1SD ≤ X ≤ M + 1 SD
72 – 78
48
64%
Rendah
X < M – 1 SD
< 72
15
20%
75
100 %
TOTAL Keterangan: X : skor total masing-masing individu M : mean dari prestasi belajar SD : standar deviasi prestasi belajar
Dari tabel 4.6, diketahui bahwa terdapat 12 orang (16%) responden memiliki skor prestasi belajar tinggi, 48 orang (64%) responden memiliki skor prestasi belajar sedang, dan 15 orang (20%) responden yang memiliki skor prestasi belajar rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini, sebagian besar responden berada pada kategori prestasi belajar sedang.
86
4.4. Uji Hipotesis Variabel Penelitian 4.4.1. Analisis regresi variabel penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menguji hipotesis penelitian dengan teknik analisis regresi berganda (multiple regression) menggunakan SPSS 18. Uji regresi ini dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah diajukan di Bab II. Langkah pertama penulis menganalisis dampak dari seluruh independen variabel terhadap prestasi belajar. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df Mean Square
1 Regression
554.946
7
79.278
Residual
179.618
67
2.681
Total
734.564
74
F 29.572
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Endurance, Metacognitive strategy, Control, Origin dan ownership, Reach, Cognitive strategy, Resource management strategy b. Dependent variable: Prestasi belajar
Jika melihat kolom ke 6 dari kiri (p < 0.05) , maka hipotesis pertama (H1) yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan seluruh independen variabel terhadap prestasi belajar diterima. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel self-regulated learning yaitu cognitive strategy, metacognitive strategy, resource management strategy dan adversity quotient yaitu control, origin dan ownership, reach serta endurance terhadap prestasi belajar. Sedangkan untuk melihat persentase proporsi varians dari prestasi belajar yang secara keseluruhan dijelaskan oleh 7 independen variabel, dapat dilihat sebagai berikut .
87
Tabel 4.8 Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .869a .755 .730 16.3734 a. Predictors: (Constant), Endurance, Metacognitive strategy, Control, Origin dan ownership, Reach, Cognitive strategy, Resource management strategy
Berdasarkan tabel 4.8, dapat dilihat bahwa perolehan R Square sebesar 0.755 atau 75,5%. Artinya proporsi varians dari prestasi belajar yang dijelaskan oleh semua independen variabel adalah sebesar 75,5%, sedangkan 24,5% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel dalam penelitian ini. Pengujian selanjutnya yaitu melihat koefisien regresi tiap independen variabel. Untuk mengetahui signifikansi dari dampak tiap variabel, yaitu dilihat dari kolom Sig., jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (< 0.05) maka variabel tersebut dampaknya signifikan terhadap DV, dan jika nilai signifikansi lebih dari 0.05 (> 0.05) maka variabel tersebut dampaknya tidak signifikan terhadap DV. Adapun hasil penghitungannya adalah sebagai berikut :
88
Tabel 4.9 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Model (Constant)
B
Std. Error
Beta
T
Sig.
61.385
1.287
Cognitive strategy
.020
.033
.062
.590 .557
Metacognitive strategy
.147
.036
.467
4.069 .000
Resource management strategy
.137
.037
.435
3.740 .000
-.057
.025
-.180
-2.236 .029
Origin dan ownership
.013
.028
.040
.448 .656
Reach Endurance
.022 .001
.029 .033
.069 -.002
.752 .455 -.021 .984
Control
47.684 .000
a. Dependent variable: Prestasi belajar.
Dari tabel 4.9, ada tiga koefisien regresi yang signifikan yaitu, metacognitive strategy, resource management strategy dan control yang signifikan (sig. < 0,05) pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Sedangkan cognitive strategy, origin dan ownership, reach serta endurance tidak signifikan (sig. > 0,05) pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
89
Adapun informasi yang disampaikan dari hasil tersebut adalah sebagai berikut : 1. Variabel cognitive strategy : Diperoleh nilai sig. 0.557 (> 0.05), yang berarti bahwa variabel ini tidak signifikan atau variabel ini tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Nilai regresi variabel ini sebesar 0.020, yang berarti bahwa variabel ini secara positif tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa SMP Terbuka. 2. Variabel metacognitive strategy : Diperoleh nilai sig. 0.000 (< 0.05), yang berarti bahwa variabel ini signifikan atau variabel ini memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Nilai regresi variabel ini sebesar 0.147, yang berarti bahwa variabel ini secara positif mempengaruhi prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Artinya jika skor variabel metacognitive strategy tinggi maka semakin tinggi prestasi belajarnya. 3. Variabel resource management strategy : Diperoleh nilai sig. 0.000 (< 0.05), yang berarti bahwa variabel ini signifikan atau variabel ini memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Nilai regresi variabel ini sebesar 0.137, yang berarti variabel ini secara positif mempengaruhi prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Artinya jika skor variabel resource management strategy tinggi maka semakin tinggi prestasi belajarnya. 4. Variabel control : Diperoleh nilai sig. 0.029 (< 0.05), yang berarti bahwa variabel ini signifikan atau variabel ini memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Nilai regresi variabel ini sebesar -0.057, yang berarti bahwa variabel ini berpengaruh secara negatif terhadap prestasi belajar
90
siswa SMP Terbuka. Artinya jika skor variabel control tinggi maka semakin rendah prestasi belajarnya. 5. Variabel origin dan ownership : Diperoleh nilai sig. 0.656 (> 0.05), yang berarti bahwa variabel ini tidak signifikan atau variabel ini tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Nilai regresi variabel ini sebesar 0.013, yang berarti bahwa variabel ini secara positif tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa SMP Terbuka. 6. Variabel reach : Diperoleh nilai sig. 0.455 (> 0.05), yang berarti bahwa variabel ini tidak signifikan atau variabel ini tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Nilai regresi variabel ini sebesar 0.022, yang berarti variabel ini secara positif tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa SMP Terbuka. 7. Variabel endurance : Diperoleh nilai sig. 0.984 (> 0.05), yang berarti bahwa variabel ini tidak signifikan atau variabel ini tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Nilai regresi variabel ini sebesar 0.001, yang berarti variabel ini secara positif tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa SMP Terbuka.
91
Tabel dibawah ini adalah penjelasan dari persamaan regresi prestasi belajar: TABEL 4.10 Keterangan persamaan regresi prestasi belajar NO
DIMENSI
KONTRIBUSI
SIGNIFIKANSI
1
Cognitive strategy
Positif
Tidak Signifikan
2
Metacognitive strategy
Positif
3
Resource management strategy
Positif
4
Control
Negatif
5
Origin dan ownership
Positif
6
Reach
Positif
Tidak Signifikan
7
Endurance
Positif
Tidak Signifikan
Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan
Dengan demikian dapat disusun persamaan regresi pada prestasi belajar berdasarkan nilai B, yaitu : Persamaan Regresi Prestasi Belajar Prestasi Belajar = 61.385 + 0.020*Cognitive strategy + 0.147*Metacognitive strategy + 0.137*Resource management strategy – 0.057*Control
+
0.013*Origin
0.022*Reach + 0.001 *Endurance
dan
ownership
+
92
4.4.2. Pengujian Proporsi Varians Pengujian
proporsi
varian
ini
untuk
mengetahui
besarnya
kontribusi/sumbangan pada setiap variabel independen terhadap prestasi belajar. Signifikansi dapat diketahui melalui kolom Sig. F Change. Nilai signifikansi kemudian dibandingkan dengan 0.05 (taraf sigifikansi 5%) yang telah ditentukan sebelumnya. Jika nilai signifikansi < 0.05, maka variabel tersebut dapat dikatakan signifikan. Besarnya proporsi varians pada prestasi belajar dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Model Summary Model
D 1 i 2 m e3 n4 s5 i 6 o n7
R R Square a .664 .441 .831b .858c .866d .868e .869f .869g
.691 .736 .750 .753 .755 .755
Adjusted R Square .433
Std. Error of the Estimate 2.37267
.682 .725 .735 .735 .734 .730
1.77570 1.65145 1.62084 1.62075 1.62526 1.63734
Change Statistics R Square F Change Change df1 df2 .441 57.483 1 73 .250 .045 .013 .004 .002 .000
58.334 12.242 3.707 1.007 .618 .000
1 1 1 1 1 1
72 71 70 69 68 67
Sig. F Change .000 .000 .001 .058 .319 .435 .984
0 a. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy b. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy c. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy, Resource Management Strategy d. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy, Resource Management Strategy, Control e. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy, Resource Management Strategy, Control, Origin dan Ownership f. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy, Resource Management Strategy, Control, Origin dan Ownership, Reach g. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy, Resource Management Strategy, Control, Origin dan Ownership, Reach, Endurance
93
Dari tabel 4.11 didapat penjelasan nilai R square change dari masingmasing IV adalah sebagai berikut: Variabel cognitive strategy memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 44,1% pada prestasi belajar. Variabel metacognitive strategy memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 25% pada prestasi belajar. Variabel resource management strategy memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 4,5% pada prestasi belajar. Variabel control memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 1,3% pada prestasi belajar Variabel origin dan ownership memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 0,4% pada prestasi belajar. Variabel reach memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 0,2% pada prestasi belajar. Variabel endurance memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 0% pada prestasi belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada 3 IV yang signifikan kontribusi/sumbangannya terhadap prestasi belajar, yaitu cognitive strategy, metacognitive strategy, dan resource management strategy. Sedangkan 4 IV lainnya tidak memberikan sumbangan secara signifikan.
94
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Bab ini terdiri dari tiga subbab yang membahas kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya.
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis mayor (H0) yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari self-regulated learning dan adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka, ditolak. Kemudian ada 3 variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar yaitu, metacognitive strategy, resource management strategy dan control. Dengan demikian hanya ada 3 hipotesis minor (H0) yang ditolak yaitu, H02 (tidak ada pengaruh yang signifikan metacognitive strategy terhadap prestasi belajar), H03 (tidak ada pengaruh yang signifikan resource management strategy terhadap prestasi belajar), dan H04 (tidak ada pengaruh yang signifikan control terhadap prestasi belajar). Namun, jika dilihat berdasarkan proporsi varians setiap variabel, hanya 3 variabel yang kontribusinya signifikan terhadap prestasi belajar yaitu cognitive strategy dengan kontribusi sebesar 44,1%, metacognitive strategy dengan kontribusi 25%, serta resource management strategy dengan kontribusi 4,5%.
95
5.2. Diskusi Dari hasil penelitian telah didapat bahwa ada pengaruh yang signifikan dari self-regulated learning dan adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMP Terbuka. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Seperti yang dilakukan Zimmerman (dalam Santrock, 2001) yang telah menemukan bahwa siswa yang berprestasi tinggi adalah para self-regulated learner yaitu siswa yang mengatur belajarnya. Kemudian Pintrich dan De Groot (dalam Chen, 2002) yang hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang berprestasi tinggi dilaporkan lebih banyak menggunakan strategi-strategi self-regulated learning daripada siswa yang meraih prestasi rendah. Sedangkan pada adversity quotient, seperti yang dijelaskan dalam penelitian William (2003) bahwa siswa dengan AQ yang tinggi menunjukkan prestasi yang lebih baik dibanding siswa dengan AQ yang rendah. Penelitian Dweck (dalam Stoltz, 2000) juga menemukan bahwa anak-anak dengan respon pesimis terhadap kesulitan tidak banyak belajar dan berprestasi rendah bila dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki pola-pola lebih optimis. Namun jika variabel self-regulated learning dan adversity quotient dijabarkan satu persatu berdasarkan koefisien regresi, maka akan ditemukan bahwa hanya variabel metacognitive strategy, resource management strategy dan control yang memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Jadi, variabel-variabel dalam self-regulated learning yaitu cognitive strategy, metacognitive strategy dan resource management strategy, terdapat 2 variabel yang signifikan yaitu metacognitive strategy dan resource management
96
strategy. Hal ini sesuai dengan yang diungkap Pintrich (1999) bahwa metacognitive strategy dan resource management strategy memberikan pengaruh yang sangat penting untuk prestasi belajar siswa. Sedangkan 1 variabel dalam selfregulated learning yang tidak signifikan pengaruhnya terhadap prestasi belajar adalah cognitive strategy. Berbeda dengan hasil penelitian Weinstein dan Mayer (dalam Pintrich, 1999) yang menyatakan bahwa cognitive strategy berkaitan dengan prestasi belajar siswa di kelas. Salah satu faktor yang mempengaruhi self-regulated learning adalah lingkungan (environmental events) yang didalamnya terdapat pengalaman sosial (social experience), pengalaman sosial setiap orang beraneka ragam ada yang mendukung terhadap peningkatan self-regulated learning adapula sebaliknya (Zimmerman, 1989). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Terbuka yang mana karakteristik siswa SMPT yang berbeda dengan siswa SMP reguler. Siswa SMPT memiliki berbagai kendala salah satunya dalam bidang ekonomi sehingga membuat siswa SMPT harus membantu orangtua mencari nafkah pada hari-hari/jam-jam sekolah (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka Depdiknas, 2005). Dengan demikian tanggung jawab siswa SMPT bukan hanya belajar saja, dan pengalaman sosial siswa SMPT lebih banyak pada kegiatan diluar sekolah karena siswa SMPT hanya belajar 6-12 jam perminggu di SMP induk dengan guru bina sekolah (Bahan Sosialisasi SMP Terbuka Depdiknas, 2005). Adapun variabel dalam adversity quotient yaitu control, origin dan ownership, reach serta endurance, hanya ada 1 variabel yang didapati hasil
97
signifikan mempengaruhi prestasi belajar, yaitu control. Namun control pada penelitian ini pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa SMPT yaitu secara negatif, yang mana jika control seseorang tinggi maka prestasi belajarnya akan menurun. Berbeda dengan yang diungkap Stoltz (2000) bahwa control memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil yang dicapai. Kemungkinannya adalah alat ukur yang ada memiliki kelemahan, item yang ada mungkin sulit dipahami oleh sampel, selain itu pernyataan dalam skala AQ lebih banyak berkaitan dengan kehidupan sosialnya, hanya sedikit item yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya. Padahal bisa jadi situasi yang menyulitkan dan cukup menekan bagi siswa SMPT adalah situasi yang terkait dengan kegiatan belajarnya. Sedangkan untuk variabel origin dan ownership, reach serta endurance dalam penelitian ini dinyatakan tidak didapati hasil signifikan dalam mempengaruhi prestasi belajar, hal ini tidak sesuai dengan yang diungkap Stoltz (2000), bahwa kesuksesan seseorang dalam pekerjaan dan sebagian besar kehidupan ditentukan oleh AQ termasuk di dalamnya prestasi belajar. Selain itu dari hasil penelitian ini didapati variabel yang memiliki sumbangan yang signifikan terhadap prestasi belajar yaitu, cognitive strategy dengan kontribusi sebesar 44,1%, metacognitive strategy dengan kontribusi 25%, serta resource management strategy dengan kontribusi 4,5%. Seperti yang diungkap Zimmerman (1990) bahwa siswa yang menggunakan strategi-strategi self-regulated learning memberikan kontribusi pada prestasi belajarnya. Dilihat kategorisasi self-regulated learning, adversity quotient dan prestasi belajar sebagian besar responden dalam penelitian ini berada pada
98
kategori sedang. Untuk itu penulis berasumsi, siswa yang memiliki self-regulated learning dan adversity quotient sedang prestasi belajarnya pun dalam tingkatan sedang.
5.3. Saran Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya, baik berupa saran teoritis maupun saran praktis. 5.3.1. Saran teoritis 1.
Pada penelitian ini penulis meneliti variabel self-regulated learning dan adversity quotient, untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan faktor-faktor atau variabel selain dalam penelitian ini yang diduga memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar, seperti; self-esteem, self-concept, dan lainnya.
2.
Responden yang digunakan untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan jumlah subjek dan wilayah penelitian yang berbeda selain yang terdapat di dalam penelitian ini.
3.
Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian terhadap siswa SMP Terbuka, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan siswa SMP reguler.
99
5.3.2. Saran praktis Berdasarkan hasil penelitian ini, self-regulated learning dan adversity
1.
quotient menjadi prediktor bagi prestasi belajar seseorang. Maka hal praktis yang dapat dilakukan oleh guru yaitu membantu meningkatkan selfregulated learning siswa, antara lain memberi informasi dan saran kepada siswa mengenai pengaturan diri dalam belajar. Selain itu juga para guru dapat memberikan motivasi kepada siswa agar memiliki daya juang yang tinggi. 2.
Bagi siswa SMP Terbuka agar lebih meningkatkan self-regulated learningnya dan juga adversity quotientnya, karena dengan begitu siswa akan mendapatkan prestasi belajar yang jauh lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Ahmadi , A., & Widodo, S. (1991). Psikologi belajar . Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Azevedo, R., & Cromley J.G. (2004). Does training on self-regulated learning facilitate students’ learning with hypermedia?. Journal of Educational Psychology, 96, 3, 523-535. Azwar, S. (2006). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Belawati, T. (1999). Pendidikan terbuka dan jarak jauh: Didedikasikan kepada Dr.Setijadi. Jakarta: Penerbit UT. Chaplin, J.P. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajawali Pers. Chen, C.S. (2002). Self-regulated learning strategies and achievment in an introduction to information system course. Information Technology, Learning, and Performance Journal, 20, 11-25. Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Bahan sosialisasi SMP Terbuka. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Petunjuk praktis bagi guru bina. Jakarta: Depdiknas. Indri, G. (2001). Hubungan penggunaan strategi-strategi self-regulated learning dengan prestasi akademik siswa kelas VI sekolah dasar dalam pelajaran matematika. Depok: Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Kerlinger, F.N. (2000). Foundation of behavioral research. New York: Harcourt College Publisher. Mamahit, H.C. (2000). Hubungan antara adversity quotient dengan prestasi belajar pada mahasiswa angkatan 2000 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di universitas atmajaya. Jakarta: Tesis. Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya. Miarso, Y. (2004). Landasan SMPT. Makalah dalam program pelatihan pengelola SMPT, Dikdasmen Dikbud. Montalvo, F.T., & Torres, M.C. (2004). Self-regulated learning: Current and future direction. Journal of Research in Educational Psychology, 2, 1-34. Nurhayati. (2006). Hubungan kemandirian belajar dengan hasil belajar IPS siswa SMP Terbuka Jakarta. Majalah Ilmiah, 23, 246-253. 100
101
Pelt, J. (2008). The relationship between self-regulated learning and academic achievement in the middle school students : A cross curtural perspective. Theses of University South Caroline. Pintrich, R. (1999). The role of motivation in promoting and sustaining selfregulated learning. International Journal of Educational Research, 31, 459-470. Santrock, J.W. (2001). Educational pscyhology. Boston: McGraw-Hill. Setiawati, L. (1992). Hubungan motif berprestasi dengan prestasi belajar di tinjau dari status kerja mahasiswa. Majalah Ilmiah, 9, 76-87. Stoltz, P.G. (2000). Adversity quotient: mengubah hambatan menjadi peluang. Jakarta : PT Grasindo. Sugiono. (2002). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta Suparman, A., & Zuhairi, A. (2004). Pendidikan jarak jauh, teori dan praktek. Jakarta: Pusat Penerbitan UT. Suryabrata, S.S. (2008). Psikologi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syah, M. (2004). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2000). Kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka. Tjundjung, S. (2001). Hubungan antara intelligence quotient, emotional quotient dan adversity quotient dengan prestasi belajar siswa SMA. Anima Indonesian Psychological Journal ,7,69-92. William, M.W. (2003). The relationship between principal response to adversity and student achievement. Milwaukee : A dissertation. In College of Education at Cardinal Stritch University. Wine, P.H. (1997). Experimenting to bootstrap self-regulated learning. Journal Education of Psychology, 89, 397-410. Winkel, W.S. (1996). Psikologi pendidikan dan evaluasi belajar. Jakarta: PT. Grbamedia Wolters, C.A. (2003). Understanding procrastination from a self-regulated learning perspective. Journal Education of Psychology, 95, 179-187 Woolfolk, A.E. (2008). Educational psychology Bacon.
5th
edition. Boston: Allyn and
Zimmerman, B.J. (1989). A social cognitive view of self-regulated academic learning. Journal Education of Psychology, 81, 1-23.
102
Zimmerman, B.J., & Martinez-Pons, M. (1990). Development of a structured interview for assesing student use of self-regulated learning strategies. American Educational Research Journal, 23, 614-628. Zimmerman, B.J., & Schunk, D.H. (2001). Self-regulated learning and academic achievement theoritical perspective. New York: Lawrence Erlbaum Associates. Zimmerman, B.J. (1990). Self-regulated and academic: An overview. Educational Psychologist, 1, 3-17, Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Zimmerman, B.J., & Martinez-Pons, M. (1990). Student differences in selfregulated learning: Relating grade, sex, and giftedness to self-efficacy and strategy use. Journal Education of Psychology, 82, 51-59. 45 SMP Terbuka unjuk keterampilan di Senayan. Http://www.pikiran-rakyat.com/ Kumpulan berita pengumuman ujian nasional. Http://www.kompas.com/
103
LAMPIRAN – LAMPIRAN
104
LAMPIRAN SURAT
105
106
107
LAMPIRAN ALAT UKUR
108
Skala self-regulated learning
No 1.
Dimensi Cognitive strategy
Indikator
Rehearsal (latihan)
Items o
No.item
Saat belajar untuk sebuah ujian, 2
Berkaitan dengan
saya mengucapkan materi-materi
menghafal materi.
yang penting berulang-ulang. o
Saya
menggunakan
kata
Ket F
kunci
untuk mengingat konsep penting dari pelajaran. o
Saat ujian akan tiba, saya membaca
10
F
materi pelajaran tanpa berusaha menghafalnya.
o
Saya berusaha menerapkan ide yang didapat dari mata pelajaran dalam 14 aktivitas lain seperti diskusi.
Elaboration (pengembangan)
UF
o
Saya sering merasa bingung jika diminta untuk membuat contoh dari
Berkaitan dengan
sebuah ide materi pelajaran
pemahaman materi. o
Saya senang membuat rangkuman dari materi pelajaran yang saya baca
o
17
F
27
UF
Ketika mempelajari suatu materi, saya mengingat bacaan dan catatan kelas untuk menemukan gagasangagasan yang paling penting.
o
Saat membaca materi pelajaran, saya menggaris bawahi bagian yang
109
Organization (organisasi)
penting. o
Sulit bagi saya untuk menentukan
Berkaitan dengan
pikiran utama dari apa yang saya
memilih
baca.
informasi/materi penting.
24
F
7
F
9
F
19
UF
110
2.
Metecognitive Planning strategy
10.
11.
Saya tidak membuat target dalam belajar.
menetapkan tujuan belajar, menyaring
F
dicapai pada setiap mata pelajaran.
(perencanaan) berkaitan dengan
Saya menetapkan nilai yang harus 1
12.
Saya menyaring materi yang akan dipelajari.
materi yang akan dibaca dan
21
UF
29
F
4
F
membuat pertanyaan sebelum membaca materi. Monitoring (pengawasan) Berkaitan dengan
13.
Saya mengetes diri sendiri untuk
memonitor
memastikan
pemahaman dan
dipelajari sudah saya pahami.
kecepatan mengerjakan soal
14.
apa
yang
telah
Saat ujian, saya sering kehabisan waktu dalam mengerjakan soal.
15.
ujian (dapat
Sering kali saya membaca suatu materi, tetapi saya tidak mengerti
menyesuaikan
apa yang saya baca.
dengan waktu yang disediakan/tidak). Regulating (pengaturan)
16.
ketika
Berkaitan dengan Menyetel dan menyesuaikan
Saya mengubah cara belajar saya ada
materi
yang
sulit
dipahami. 17.
Saya sering memikirkan hal lain ketika guru sedang menerangkan.
111
aktivitas kognisi
18.
tidak mengubah cara belajar saya.
secara kontinyu.
3.
Resource
Walaupun nilai saya buruk, saya
Time (waktu) Berkaitan 19.
UF
23
UF
6
F
18
UF
25
UF
Saya baru akan mulai belajar, 3
menegement
dengan pengaturan
beberapa saat dekat dengan waktu
strategy
waktu dalam belajar.
ujian. 20.
16
Saya belajar ketika ingin belajar
UF
112
saja. 21. Saya membuat dan mengatur jadwal belajar.
22.
dari
saya
UF
20
F
selalu
apapun
yang
mengganggu saya. 23. Saya belajar sambil menonton tv,
Berkaitan dengan
walaupun
pemilihan dan menciptakan tempat
belajar,
menghindar
Study environment (lingkungan belajar)
Saat
12
hal
itu
membuat
konsentrasi belajar terganggu. 24. Ketika belajar, saya membiarkan
belajar yang baik.
meja belajar berantakan walaupun 5
F
hal tersebut mengganggu saya.
25.
UF
28
UF
Ketika mempelajari materi, saya sering
Peer learning (belajar
22
mencoba
menerangkan
materi kepada teman kelas.
dengan teman sebaya) 26. Berkaitan dengan
Saya sering tanya jawab dengan
kerjasama siswa dalam 27. belajar dengan teman
Saya pikir, berdiskusi mengenai
seangkatannya.
hanya
teman, seputar materi pelajaran.
pelajaran dengan teman sekelas
saja
membuang-buang
waktu
113
Help seeking (mencari 28.
Saya
bertanya
kepada
guru,
bantuan) Berkaitan
mengenai materi yang tidak saya
dengan mencari
mengerti.
dukungan belajar baik 29.
Saya
dari guru/teman ketika
teman/guru saat ada materi yang
ada materi yang tidak
tidak saya mengerti.
dimengerti.
30.
malas
meminta
bantuan
8
F
15
F
13
UF
11
F
26
UF
Saya tidak akan bertanya kepada siapapun ketika ada materi yang kurang saya pahami.
114
30
UF
115
Skala adversity quotient
No. 1.
Dimensi Control
Indikator
Items
Mempersepsikan
No.items
1. Keadaan ekonomi keluarga yang 3
seberapa besar kendali
lemah, tidak menghalangi saya untuk
yang
berprestasi.
dimiliki
untuk
Ket F
kesulitan 2. Saya sering tidak sempat belajar
mengatasi
yang sedang dihadapi.
karena kesibukan membantu orang 5
UF
tua. 3. Jarak tempuh ke sekolah yang cukup jauh bukan hambatan yang berarti bagi saya.
8
F
12
F
1
UF
4. Walaupun didaerah saya tidak ada angkutan umum, saya bisa datang ke sekolah tepat waktu. 5. Saya langsung marah ketika ada teman yang mengejek saya.
2.
Origin dan ownership
Siapa/apa menjadi
yang 6. Saya sering terlambat datang ke 20 penyebab
UF
sekolah karena jarak tempuh ke sekolah yang cukup jauh.
kesulitan.
7. Saya
sering
bertengkar
dengan
teman karena mungkin saya belum 14
F
menjadi teman yang baik.
Bertanggung atas yang
jawab 8. Saya
situasi/masalah sedang
tidak
bertanggung
jawab
sepenuhnya atas nilai buruk yang saya peroleh. 9. Guru saya harus bertanggung jawab
19
F
116
atas nilai buruk yang saya peroleh.
dihadapi.
10. Saya harus bangun lebih pagi agar tidak terlambat ke sekolah.
3.
Reach
Mempersepsikan
UF
16
F
11. Karena teman sering mengejek, saya 6
kesulitan yang sedang dihadapi
17
jadi enggan pergi ke sekolah.
akan 12. Walaupun
saya
tidak
memiliki
berkembang menjangkau
teman dekat di sekolah, namun
pada
hidup saya cukup menyenangkan.
aspek-
UF
9
F
aspek/bagian-bagian lain 13. Karena keadaan ekonomi keluarga dari
kehidupan
atau
yang lemah, saya merasa tidak akan diterima dalam pergaulan.
tidak.
14. Nilai ulangan saya paling rendah 13 dikelas,
sepertinya
F
teman-teman
akan mengkucilkan/menjauhi saya. 15. Walaupun didaerah saya tidak ada angkutan umum, namun kegiatan belajar disekolah lancar-lancar saja.
4.
Endurance
Mempersepsikan nya
kesulitan
bertahan berlangsung.
10
UF
18
F
lama 16. Rasa tidak percaya diri akan selalu 7 akan
UF
ada dalam diri saya.
atau 17. Saya akan selalu diejek oleh teman.. 18. Saya yakin keadaan perekonomian keluarga membaik.
saya,
lama-lama
11
UF
15
F
akan
117
19. Saya tidak akan pernah mendapat nilai yang baik. 20. Sepertinya, tidak lama lagi didaerah saya akan ada angkutan umum.
4
UF
2
F
118
Assalamu’alaikum Wr .Wb. Salam Sejahtera, Kepada responden yang saya hormati, saya mahasiswi dari Fakultas Psikologi UIN Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian untuk penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH SELF-REGULATED LEARNING DAN ADVERSITY QUOTIENT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP TERBUKA”. Kerjasama yang saya harapkan adalah kesediaan anda untuk mengisi serangkaian butir pernyataan secara jujur apa adanya. Dalam mengisi kuesioner ini tidak perlu berdiskusi dengan orang lain karena tidak dinilai jawaban yang benar atau salah. Diharapkan jawaban yang diberikan adalah pendapat pribadi. Adapun informasi atau data yang anda berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian dan akan dijamin kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk kepentingan pengumpulan data. Terima kasih atas kesediannya, semoga kontribusi anda bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 15 Agustus 2011
119
PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah dan pahami setiap pernyataan yang ada dengan teliti 2. Beri tanda silang ( X ) pada kolom di sebelah kanan anda pada setiap pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan anda. 3. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah. Semua jawaban adalah Baik. Adapun pilihan jawaban tersebut adalah: Sangat Setuju
: untuk kalimat pernyataan yang paling mewakili
anda. Setuju
: untuk kalimat pernyataan yang cukup mewakili anda.
Tidak Setuju
: untuk kalimat pernyataan yang tidak cukup
mewakili anda. Sangat Tidak Setuju
: untuk kalimat pernyataan yang paling tidak
mewakili anda. Contoh: Jika jawaban Anda Setuju. No.
Pernyataan
Sangat
Setuju
Tidak
Setuju
Setuju
Setuju 1.
Saya sering tidak dapat menjawab soal ujian karena tidak mengingat pelajaran.
Sangat Tidak
X
120 No.
Pernyataan
Sangat setuju
Setuju
Tidak
Sangat
setuju
tidak setuju
1
Saya menetapkan nilai yang harus dicapai pada setiap mata pelajaran.
2
Saat belajar untuk sebuah ujian, saya mengucapkan materi-materi yang penting berulang-ulang.
3
Saya baru akan mulai belajar, beberapa saat dekat dengan waktu ujian.
4
Saya mengetes diri sendiri untuk memastikan apa yang telah dipelajari sudah saya pahami.
5
Saat belajar, saya selalu menghindar dari apapun yang mengganggu saya.
6
Saya mengubah cara belajar saya ketika ada materi yang sulit dipahami.
7
Ketika mempelajari suatu materi, saya mengingat bacaan dan catatan kelas untuk menemukan gagasangagasan yang paling penting.
8
Ketika mempelajari materi, saya sering mencoba menerangkan materi kepada teman kelas.
9
Saat membaca materi pelajaran, saya menggaris bawahi bagian yang penting.
10
Saya menggunakan kata kunci untuk mengingat konsep penting dari pelajaran.
11
Saya bertanya kepada guru, mengenai materi yang tidak
121
saya mengerti. 12
Tidak ada waktu khusus untuk belajar , saya belajar ketika ingin belajar saja.
13
Saya pikir, berdiskusi mengenai pelajaran dengan teman sekelas hanya membuang-buang waktu saja
14
Saat ujian akan tiba, saya membaca materi pelajaran tanpa berusaha menghafalnya.
15
Saya sering tanya jawab dengan teman, seputar materi pelajaran.
16
Saat ujian, saya sering kehabisan waktu dalam mengerjakan soal.
17
Saya berusaha menerapkan ide yang didapat dari mata pelajaran dalam aktivitas lain seperti diskusi.
18
Saya sering memikirkan hal lain ketika guru sedang menerangkan.
19
Sulit bagi saya untuk menentukan pikiran utama dari apa yang saya baca.
20
Saya membuat dan mengatur jadwal belajar.
21
Saya tidak membuat target dalam belajar.
22
Saya belajar sambil menonton tv, walaupun hal itu membuat konsentrasi belajar terganggu.
23
Sering kali saya membaca suatu materi, tetapi saya tidak mengerti apa yang saya baca.
24
Saya senang membuat rangkuman dari materi pelajaran
122
yang saya baca. 25
Walaupun nilai saya buruk, saya tidak mengubah cara belajar saya.
26
Saya malas meminta bantuan teman/guru saat ada materi yang tidak saya mengerti.
27
Saya sering merasa bingung jika diminta untuk membuat contoh dari sebuah ide materi pelajaran
28
Ketika belajar, saya membiarkan meja belajar berantakan walaupun hal tersebut mengganggu saya.
29
Saya menyaring materi yang akan dipelajari.
30
Saya tidak akan bertanya kepada siapapun ketika ada materi yang kurang saya pahami.
123
No.
Pernyataan
Sangat setuju
Setuju
Tidak
Sangat
setuju
tidak setuju
1
Saya langsung marah ketika ada teman yang mengejek saya.
2
Sepertinya, tidak lama lagi didaerah saya akan ada angkutan umum.
3
Keadaan ekonomi keluarga yang lemah, tidak menghalangi saya untuk berprestasi.
4
Saya tidak akan pernah mendapat nilai yang baik.
5
Saya sering tidak sempat belajar karena kesibukan membantu orang tua.
6
Saya jadi malas pergi ke sekolah karena teman sering mengejek saya.
7
Rasa tidak percaya diri akan selalu ada dalam diri saya.
8
Jarak tempuh ke sekolah yang cukup jauh bukan hambatan yang berarti bagi saya.
9
Walaupun saya tidak memiliki banyak teman di
sekolah,
namun
hidup
saya
cukup
menyenangkan. 10
Saya merasa akan dikucilkan/dijauhi teman karena mendapat nilai ulangan terendah di kelas
11
Saya akan selalu diejek oleh teman.
124
12
Walaupun didaerah saya tidak ada angkutan umum, saya bisa datang ke sekolah tepat waktu.
13
Saya merasa tidak akan diterima dalam pergaulan karena keadaan ekonomi keluarga yang lemah.
14
Saya sering bertengkar dengan teman karena mungkin saya belum menjadi teman yang baik.
15
Saya yakin keadaan perekonomian keluarga saya akan segera membaik.
16
Saya harus bangun lebih pagi agar tidak terlambat ke sekolah.
17
Guru saya harus bertanggung jawab atas nilai buruk yang saya peroleh.
18
Walaupun didaerah saya tidak ada angkutan umum, namun kegiatan belajar disekolah lancar-lancar saja.
19
Saya tidak bertanggung jawab sepenuhnya atas nilai buruk yang saya peroleh.
20
Saya sering terlambat datang ke sekolah karena jarak tempuh ke sekolah yang cukup jauh. Nama
:
Usia
:
Jenis kelamin : Kelas
:
125
LAMPIRAN HASIL PERHITUNGAN STATISTIK
126
Skala 1 : self-regulated learning
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 40
100.0
0
.0
40
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha
Items
.971
N of Items .972
40
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
VAR00001
2.8000
.99228
40
VAR00002
2.7750
.86194
40
VAR00003
2.4250
1.10680
40
VAR00004
2.8750
.82236
40
127
VAR00005
2.5750
.98417
40
VAR00006
2.7750
.86194
40
VAR00007
2.7500
.83972
40
VAR00008
3.0500
.71432
40
VAR00009
2.2250
.91952
40
VAR00010
2.8500
1.02657
40
VAR00011
2.9000
.87119
40
VAR00012
2.9500
1.03651
40
VAR00013
3.1250
.72280
40
VAR00014
2.5750
.98417
40
VAR00015
2.2750
1.15442
40
VAR00016
2.7750
.86194
40
VAR00017
3.1000
.81019
40
VAR00018
2.6250
1.03000
40
VAR00019
2.6250
1.00480
40
VAR00020
2.5500
1.01147
40
VAR00021
2.6000
.92819
40
VAR00022
2.8750
.82236
40
VAR00023
2.7750
.89120
40
VAR00024
2.9000
1.05733
40
VAR00025
2.3500
1.14466
40
VAR00026
2.6500
1.00128
40
VAR00027
2.7750
1.14326
40
VAR00028
2.5750
1.05945
40
128
VAR00029
2.7000
1.01779
40
VAR00030
2.5250
1.13199
40
VAR00031
2.7000
.85335
40
VAR00032
2.7250
.93336
40
VAR00033
1.8750
.79057
40
VAR00034
2.4250
.93060
40
VAR00035
2.8750
.75744
40
VAR00036
2.8000
1.04268
40
VAR00037
2.5000
.96077
40
VAR00038
2.4500
.93233
40
VAR00039
3.1000
.67178
40
VAR00040
2.9250
.97106
40
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Squared Multiple
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Correlation
if Item Deleted
VAR00001
104.9000
636.144
.861
.
.970
VAR00002
104.9250
647.763
.723
.
.970
VAR00003
105.2750
647.897
.552
.
.971
VAR00004
104.8250
654.712
.590
.
.971
VAR00005
105.1250
636.061
.870
.
.970
VAR00006
104.9250
644.943
.789
.
.970
VAR00007
104.9500
648.715
.720
.
.970
129
VAR00008
104.6500
653.208
.726
.
.970
VAR00009
105.4750
643.999
.758
.
.970
VAR00010
104.8500
637.567
.802
.
.970
VAR00011
104.8000
652.421
.607
.
.971
VAR00012
104.7500
634.859
.848
.
.970
VAR00013
104.5750
667.687
.321
.
.972
VAR00014
105.1250
641.189
.764
.
.970
VAR00015
105.4250
634.251
.768
.
.970
VAR00016
104.9250
648.533
.705
.
.970
VAR00017
104.6000
648.862
.744
.
.970
VAR00018
105.0750
640.943
.733
.
.970
VAR00019
105.0750
689.456
-.194
.
.974
VAR00020
105.1500
639.772
.770
.
.970
VAR00021
105.1000
643.990
.751
.
.970
VAR00022
104.8250
665.071
.341
.
.972
VAR00023
104.9250
643.097
.804
.
.970
VAR00024
104.8000
692.421
-.239
.
.975
VAR00025
105.3500
636.695
.731
.
.970
VAR00026
105.0500
642.203
.729
.
.970
VAR00027
104.9250
629.353
.864
.
.970
VAR00028
105.1250
638.163
.765
.
.970
VAR00029
105.0000
643.436
.692
.
.970
VAR00030
105.1750
639.533
.688
.
.971
VAR00031
105.0000
652.821
.612
.
.971
130
VAR00032
104.9750
641.256
.806
.
.970
VAR00033
105.8250
650.917
.711
.
.970
VAR00034
105.2750
638.871
.860
.
.970
VAR00035
104.8250
657.533
.569
.
.971
VAR00036
104.9000
633.374
.872
.
.970
VAR00037
105.2000
639.036
.829
.
.970
VAR00038
105.2500
643.731
.753
.
.970
VAR00039
104.6000
663.990
.456
.
.971
VAR00040
104.7750
639.769
.804
.
.970
Scale Statistics Mean
Variance
107.7000
Std. Deviation
680.215
N of Items
26.08094
40
Skala 2 : adversity quotient
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 40
100.0
0
.0
40
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
131
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha
Items
.892
N of Items .892
36
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
VAR00001
2.1750
.90263
40
VAR00002
2.9750
.89120
40
VAR00003
2.5250
1.03744
40
VAR00004
3.0000
.84732
40
VAR00005
2.9750
1.12061
40
VAR00006
3.5750
.54948
40
VAR00007
3.1750
1.00989
40
VAR00008
2.9500
.90441
40
VAR00009
2.5000
.96077
40
VAR00010
3.1750
.84391
40
VAR00011
2.9000
.98189
40
VAR00012
3.0500
.87560
40
VAR00013
2.9000
1.10477
40
VAR00014
2.8000
.99228
40
VAR00015
3.0000
.98710
40
132
VAR00016
3.0750
.97106
40
VAR00017
2.4000
.90014
40
VAR00018
2.6000
.92819
40
VAR00019
3.2250
.76753
40
VAR00020
3.6000
.59052
40
VAR00021
2.7500
.89872
40
VAR00022
3.1250
.79057
40
VAR00023
3.2500
.89872
40
VAR00024
2.8500
1.07537
40
VAR00025
3.0500
.93233
40
VAR00026
3.3750
.58562
40
VAR00027
3.5750
.71208
40
VAR00028
3.5750
.67511
40
VAR00029
3.1000
.74421
40
VAR00030
2.8500
.69982
40
VAR00031
2.9250
.91672
40
VAR00032
3.5750
.71208
40
VAR00033
3.2250
.94699
40
VAR00034
2.7500
1.03155
40
VAR00035
3.2750
.87669
40
VAR00036
2.2000
1.09075
40
133
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Squared Multiple
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Correlation
if Item Deleted
VAR00001
105.8500
207.618
.341
.
.891
VAR00002
105.0500
214.203
.089
.
.895
VAR00003
105.5000
205.641
.356
.
.891
VAR00004
105.0250
214.640
.078
.
.895
VAR00005
105.0500
200.049
.505
.
.888
VAR00006
104.4500
213.741
.203
.
.892
VAR00007
104.8500
200.746
.543
.
.887
VAR00008
105.0750
211.610
.185
.
.893
VAR00009
105.5250
203.487
.471
.
.888
VAR00010
104.8500
203.772
.532
.
.888
VAR00011
105.1250
204.215
.432
.
.889
VAR00012
104.9750
213.717
.110
.
.894
VAR00013
105.1250
195.958
.651
.
.885
VAR00014
105.2250
205.820
.369
.
.890
VAR00015
105.0250
199.922
.588
.
.886
VAR00016
104.9500
211.536
.171
.
.894
VAR00017
105.6250
205.779
.415
.
.889
VAR00018
105.4250
198.917
.669
.
.885
VAR00019
104.8000
206.523
.462
.
.889
VAR00020
104.4250
211.225
.334
.
.891
VAR00021
105.2750
201.179
.601
.
.886
134
VAR00022
104.9000
203.477
.585
.
.887
VAR00023
104.7750
210.128
.245
.
.892
VAR00024
105.1750
216.148
.000
.
.898
VAR00025
104.9750
201.102
.580
.
.887
VAR00026
104.6500
219.464
-.144
.
.896
VAR00027
104.4500
206.510
.503
.
.888
VAR00028
104.4500
206.305
.544
.
.888
VAR00029
104.9250
204.533
.574
.
.887
VAR00030
105.1750
207.379
.468
.
.889
VAR00031
105.1000
200.964
.596
.
.886
VAR00032
104.4500
206.715
.493
.
.889
VAR00033
104.8000
202.113
.531
.
.887
VAR00034
105.2750
196.974
.665
.
.885
VAR00035
104.7500
204.859
.465
.
.889
VAR00036
105.8250
200.251
.514
.
.888
Scale Statistics Mean 108.0250
Variance 217.307
Std. Deviation 14.74134
N of Items 36
135
Variables Entered/Removedb Model
Variables Variables Entered
d
1
Removed
Endurance,
i
Metacognitive
m
Strategy, Control,
e
Origin dan
n
Ownership,
s
Reach, Cognitive
i
Strategy,
o
Resource
n
Management
0
Strategya
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
554.946
7
79.278
Residual
179.618
67
2.681
Total
734.564
74
F
Sig.
29.572
a. Predictors: (Constant), Endurance, Metacognitive Strategy, Control, Origin dan Ownership, Reach, Cognitive Strategy, Resource Management Strategy b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
.000a
136
Model Summary Std. Error of the Model
1
R
R Square
.869a
Adjusted R Square
.755
Estimate
.730
16.3734
a. Predictors: (Constant), Endurance, Metacognitive strategy, Control, Origin dan ownership, Reach, Cognitive strategy, Resource management strategy
Coefficientsa Model
Standardized Unstandardized Coefficients B
1
(Constant)
Std. Error 61.385
1.287
Cognitive Strategy
.020
.033
Metacognitive Strategy
.147
Resource Management Strategy
Coefficients Beta
t
Sig.
47.684
.000
.062
.590
.557
.036
.467
4.069
.000
.137
.037
.435
3.740
.000
-.057
.025
-.180
-2.236
.029
Origin dan Ownership
.013
.028
.040
.448
.656
Reach
.022
.029
.069
.752
.455
-.001
.033
-.002
-.021
.984
Control
Endurance a. Dependent Variable: Prestasi Belajar
137
Variables Entered/Removedb Model
Variables Variables Entered
1
Removed
Cognitive
Method . Enter
a
Strategy 2
Metacognitive
. Enter
a
d
Strategy
i
m
3
Resource
. Enter
Management
e
Strategya
n
s
i
4
Controla
5
Origin dan
. Enter
o
. Enter
n
Ownership
a
0
6
Reacha
. Enter
7
Endurancea
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Model Summary Model
Change Statistics R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
1
.664a
.441
.433
2.37267
.441
57.483
1
73
.000
2
.831b
.691
.682
1.77570
.250
58.334
1
72
.000
d
i
m
138
e
3
.858c
.736
.725
1.65145
.045
12.242
1
71
.001
4
.866d
.750
.735
1.62084
.013
3.707
1
70
.058
5
.868e
.753
.735
1.62075
.004
1.007
1
69
.319
6
.869f
.755
.734
1.62526
.002
.618
1
68
.435
7
.869g
.755
.730
1.63734
.000
.000
1
67
.984
n
s
i
o
n
0
a. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy b. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy c. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy, Resource Management Strategy d. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy, Resource Management Strategy, Control e. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy, Resource Management Strategy, Control, Origin dan Ownership f. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy, Resource Management Strategy, Control, Origin dan Ownership, Reach g. Predictors: (Constant), Cognitive Strategy, Metacognitive Strategy, Resource Management Strategy, Control, Origin dan Ownership, Reach, Endurance
139
Statistics self-regulated learning N
Valid
75
Missing Mean
0 50.0000
Std. Deviation
10.00000
Variance
100.000
Minimum
24.75
Maximum
74.43
Statistics adversity quotient N
Valid Missing
Mean Std. Deviation Variance
75 0 50.0000 10.00000 100.000
Minimum
23.64
Maximum
69.41
140
Statistics prestasi belajar N
Valid Missing
75 0
Mean
75.4369
Std. Deviation
3.15064
Variance
9.927
Minimum
70.15
Maximum
82.15
141
142
143
144
True skor Cogn Meta Resou Contr O2 64.08 67.97
Reach End
PB
57.93 52.77 62.24 58.66 64.22 80.38
24.81 31.20 25.88 35.36 47.56 30.12 29.04 70.77 27.31 32.11 35.49 26.18 43.92 46.74 38.30 70.85 48.79 41.92 46.01 46.58 54.14 51.77 56.32 74.62 62.85 29.84 37.73 54.60 63.23 64.30 63.84 71.62 55.91 61.34 72.09 59.55 55.13 64.82 55.94 80.54 22.25 33.71 39.91 22.62 43.50 46.35 30.15 70.85 64.08 47.96 52.13 40.32 55.66 51.77 57.79 76.38 64.08 59.04 59.33 49.79 64.29 53.63 64.22 78.08 50.88 51.56 52.32 33.70 38.37 42.44 43.19 76.08 55.91 32.00 50.27 35.82 50.12 64.30 62.37 71.69 64.08 70.28 63.57 48.94 48.13 42.44 56.32 81.23 24.27 30.95 34.05 35.78 25.53 30.68 28.58 70.77 56.51 63.10 62.04 50.07 56.19 58.10 58.15 80.38 27.02 28.53 25.99 31.87 24.80 28.06 28.58 70.92 29.09 29.84 31.30 35.36 26.32 30.68 23.99 71.15 61.48 64.13 65.26 35.71 36.60 40.41 34.56 80.54 50.88 46.08 45.51 35.36 23.80 26.21 36.76 71.46 58.02 59.11 60.37 35.36 39.22 30.68 31.71 77.85
145
59.81 52.91 42.16 35.36 47.28 49.92 45.94 75.85 59.81 49.01 46.34 39.20 55.66 49.92 54.85 76.08 65.75 62.04 57.70 55.56 62.24 53.63 59.17 79.23 53.56 46.02 36.44 39.20 52.76 47.30 56.96 71.00 49.20 54.03 36.76 40.31 53.29 50.48 43.19 72.46 49.60 41.52 33.79 32.38 59.09 45.45 48.87 73.85 52.60 50.13 54.27 54.51 54.92 68.00 58.53 77.23 66.91 75.06 73.67 59.55 67.19 64.99 68.43 82.15 51.72 57.00 54.85 49.36 48.13 48.77 55.30 76.46 56.33 45.41 59.31 54.02 31.08 34.21 48.87 76.46 57.40 66.60 61.91 54.44 59.83 59.05 59.90 79.08 51.98 55.11 61.95 56.57 43.18 60.34 51.72 77.61 52.16 59.17 61.24 56.12 51.24 51.00 58.43 79.08 51.79 49.08 50.74 60.70 53.08 59.96 48.44 75.85 55.11 62.96 63.26 61.40 49.19 55.48 62.75 78.85 53.02 57.89 62.00 61.40 49.19 55.48 62.75 77.85 55.11 58.94 63.26 61.40 49.19 55.48 58.15 78.23 49.17 52.33 58.20 57.29 65.14 52.72 51.00 75.77 56.08 54.55 55.69 60.70 61.03 59.44 56.68 76.31 53.68 52.69 54.97 57.91 60.72 60.34 52.46 77.61 44.56 48.19 41.17 59.57 56.15 69.86 68.43 73.92
146
48.25 52.05 50.32 48.17 42.08 45.58 35.01 75.46 51.14 51.51 50.07 57.91 50.18 55.48 37.22 75.23 42.02 46.49 42.56 50.46 33.13 56.04 45.01 74.77 48.71 47.00 53.08 60.70 53.86 36.06 48.24 75.25 46.50 52.72 47.75 53.89 39.92 50.62 44.03 72.08 48.06 51.16 55.81 52.75 37.87 41.10 53.10 78.38 46.02 54.44 50.26 60.70 51.24 55.66 48.24 76.46 40.05 49.11 44.66 60.70 65.14 55.48 47.86 74.70 49.67 49.47 47.20 50.95 49.72 38.87 52.46 72.77 49.10 53.78 46.17 58.55 54.92 53.63 48.24 76.54 54.08 41.40 49.56 54.99 53.86 62.97 54.47 76.23 49.19 50.13 51.85 54.99 51.81 60.34 48.06 78.08 43.34 47.00 55.23 54.57 51.03 58.49 50.99 76.54 44.21 44.68 52.57 49.77 34.83 49.72 59.52 72.77 44.55 51.41 45.23 54.99 51.81 53.63 50.99 73.85 48.15 53.35 44.60 51.02 45.76 46.74 52.46 73.54 49.10 49.05 50.54 55.69 43.89 49.15 38.23 75.31 58.72 50.36 54.53 48.72 55.77 41.48 51.64 75.54 42.37 45.60 49.81 52.84 58.66 49.92 39.62 72.54 47.26 52.50 48.33 59.99 61.03 49.36 56.68 75.00 38.15 40.24 39.56 57.42 57.04 55.48 42.82 71.00
147
45.41 39.73 46.39 60.70 46.82 55.48 47.42 70.85 43.82 48.60 52.47 60.70 48.13 55.66 48.24 71.38 48.06 49.62 50.91 56.87 56.19 45.58 51.82 76.46 51.87 51.41 58.24 44.74 56.76 60.34 48.06 78.54 53.07 46.85 43.72 61.40 43.99 45.58 46.04 71.00 49.80 50.00 51.22 57.84 45.76 48.77 44.29 77.65 45.60 59.77 53.70 58.55 42.08 48.77 48.89 78.46 46.02 53.24 51.37 60.70 50.18 40.54 48.24 70.15 61.87 63.86 60.40 49.79 60.33 53.63 61.37 81.23 64.47 57.02 44.42 38.78 51.24 40.58 53.57 77.46 30.98 30.38 27.56 35.78 40.24 30.68 40.06 72.46 61.82 51.54 46.51 49.36 58.56 51.77 59.90 77.46 48.23 39.26 43.27 43.03 55.66 37.40 57.05 72.77 52.68 43.97 43.27 49.36 62.24 55.48 55.30 72.77
148
LAMPIRAN DATA NILAI RAPOT
149
150
151
152