ANALISIS GENDER TERHADAP SELF-EFFICACY, SELF REGULATED LEARNING, DAN PRESTASI AKADEMIK REMAJA DALAM PELAJARAN MATEMATIKA DAN BAHASA INDONESIA
DINNI JUFITA PUTRI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Gender terhadap Self-efficacy, Self Regulated Learning, dan Prestasi Akademik Remaja dalam Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Dinni Jufita Putri I24090037
ABSTRAK DINNI JUFITA PUTRI. Analisis Gender terhadap Self-efficacy, Self Regulated Learning, dan Prestasi Akademik Remaja dalam Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia. Dibimbing oleh MELLY LATIFAH. Beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa perbedaan gender berpengaruh dalam capaian prestasi akademik. Laki-laki dianggap mengungguli perempuan dalam pelajaran Matematika sedangkan perempuan dianggap mengungguli lakilaki dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gender, self-efficacy, self regulated learning, dan karakteristik keluarga terhadap prestasi akademik bidang Matematika dan Bahasa Indonesia. Penelitian ini melibatkan 91 siswa SMPN kelas VIII yang dipilih secara simple random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan meminta siswa untuk mengisi kuesioner secara mandiri dengan diberikan pengarahan terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self efficacy pelajaran Matematika pada remaja laki-laki lebih tinggi daripada remaja perempuan, namun capaian prestasi Bahasa Indonesia remaja perempuan lebih tinggi daripada remaja laki-laki. Self regulated learning dan karakteristik keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi Matematika maupun Bahasa Indonesia. Kata kunci: gender, self-efficacy, self regulated learning, prestasi Matematika, prestasi Bahasa Indonesia
ABSTRACT DINNI JUFITA PUTRI. Gender Analysis of Self-efficacy, Self Regulated Learning, and Mathematics and Bahasa Achievement in Adolescent. Supervised by MELLY LATIFAH Earlier studies show that gender difference was influential into the academic achievement. Boys are considered to outperform girls in Mathematics while girls are considered to outperform boys in Bahasa. This study aimed to determine the effect of gender, self-efficacy, self regulated learning, and family characteristics in Mathematics and Bahasa achievement. The study involved 91 Junior High School students in 8th grade, the students were selected by simple random sampling. The data were collected by self report using questionnaire that are done by student. The results showed that self-efficacy in Mathematics the boys higher than girls, but the Bahasa achievements girls is higher than boys. Self regulated learning and family characteristics did not significantly influence the Mathematics and Bahasa achievement. Keywords:
gender, self-efficacy, self regulated achievement, Bahasa achievment
learning,
Mathematics
ANALISIS GENDER TERHADAP SELF-EFFICACY, SELF REGULATED LEARNING, DAN PRESTASI AKADEMIK PELAJARAN MATEMATIKA DAN BAHASA INDONESIA REMAJA
DINNI JUFITA PUTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Analisis Gender terhadap Self-efficacy, Self Regulated Learning, dan Prestasi Akademik Remaja dalam Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia Nama : Dinni Jufita Putri NIM : I24090037
Disetujui oleh,
Ir. Melly Latifah, M.Si. Pembimbing
Diketahui oleh,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Departemen
Tanggal Menyetujui:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Gender terhadap Self-efficacy, Self Regulated Learning, dan Prestasi Akademik Remaja dalam Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia yang merupakan penelitian payung dengan topik “Self Regulated Learning”. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Melly Latifah, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia mebimbing, membantu memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini. 2. Alfiasari Sp, M.Si dan Ir. M.D Djamaludin, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Dr.Ir. Hartoyo, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 4. Pihak sekolah menengah pertama negeri yang telah menjadi narasumber dari penelitian ini. 5. Julia Theresya dan Rizky Amelia selaku rekan sepayung dalam penelitian ini. 6. H.M. Syahruddin Rahim dan Juju Juhariah selaku orang tua penulis yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 7. Seluruh mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 46 yang telah memberikan masukan dan dukungan selama penulisan skripsi ini. 8. Seluruh pihak yang terkait yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusinya dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan dan keterbatasan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua. Bogor, September 2013
Dinni Jufita Putri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
KERANGKA BERPIKIR
5
METODE
7
Desain, Tempat, dan Waktu
7
Teknik Penarikan Contoh
8
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
8
Pengolahan dan Analsisis Data
9
Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN
11 13
Karakteristik Keluarga dan Remaja
13
Perbedaan Self-efficacy, Self Regulated Learning, dan Prestasi Akademik dalam Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia antara Contoh Perempuan dan Contoh Laki-laki
13
Pengaruh Gender, Self-efficacy, Self Regulated Learning, dan Karakteristik Keluarga terhadap Prestasi Akademik dalam Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia
14
PEMBAHASAN
15
SIMPULAN DAN SARAN
19
Simpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
RIWAYAT HIDUP
23
DAFTAR TABEL Tabel 1 Jenis dan teknik pengumpulan data Tabel 2 Pengukuran, dimensi, dan jumlah item pertanyaan pada instrumen MSLQ Tabel 3 Jenis data dan pengkategorian data Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan remaja Tabel 5 Perbedaan self-efficacy, self regulated learning, dan prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia antara contoh perempuan dan contoh laki-laki Tabel 6 Pengaruh gender, self-efficacy, self regulated learning, dan karakteristik keluarga terhadap prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia
8 9 10 13
14
15
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Analisis gender terhadap self-efficacy, self regulated learning, dan prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia
7
PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja adalah periode peralihan antara masa anak-anak dan dewasa (Gunarsa & Gunarsa 2001; Santrock 2003) yang disertai dengan perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock 2003). Remaja merupakan masa kritis karena individu menghadapi ragam perubahan biologis dan psikologis dalam proses mencari identitas baru dalam menghadapi tantangan untuk memecahkan persoalan hidup (Gunarsa & Gunarsa 2001). Batasan usia remaja berada pada rentang akhir masa kanak-kanak (10-12 tahun) hingga usia 18-22 tahun (Santrock 2003). Perkembangan masa remaja disertai perubahan fisik, kognitif, dan psikososial; pada perkembangan fisik terjadi proses pematangan organ seksual (Papalia et al 2001); pada perkembangan kognitif mereka memasuki tahap operasi formal (Papalia et al 2001), berpikir abstrak dan logis (Rice 1999); pada aspek psikososial mereka mencari koherensi atau keselarasan identitas diri dengan peran sosialnya. Remaja berada pada fase optimalisasi aspek kognitif yang berkaitan dengan kemampuan intelektual seperti memahami, mencerna, dan mengatasi masalah dalam proses belajar (Piaget dalam Santrock 2003). Dalam hal ini meraih prestasi akademik yang baik merupakan suatu capaian yang diharapkan oleh setiap remaja. Prestasi1 akademik sudah sejak lama menjadi kajian yang menarik dalam berbagai penelitian, terutama dalam penelitian bidang psikologi pendidikan. Ini dikarenakan prestasi akademik merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan seseorang dalam dunia akademik. Prestasi akademik menurut perspektif kognisi sosial dipandang sebagai hubungan yang kompleks antara kemampuan individu, persepsi diri, penilaian terhadap tugas, harapan akan kesuksesan, strategi kognitif dan regulasi diri, gender, status sosioekonomi, kinerja dan sikap individu terhadap sekolah (Clemons 2008). Hal ini menunjukkan bahwa prestasi akademik individu ditentukan oleh dua faktor yaitu, eksternal dan internal. Chung (2000) menyatakan bahwa belajar tidak hanya dikontrol oleh aspek eksternal saja, melainkan juga dikontrol oleh aspek internal yang diatur sendiri (self regulated). Dalam proses pembelajaran baik di tingkat dasar maupun lanjutan, regulasi diri dalam belajar (self regulated learning) merupakan sebuah pendekatan yang penting. Strategi regulasi diri dalam belajar merupakan sebuah strategi pendekatan belajar secara kognitif (Graham & Harris 1993). Terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara prestasi akademik dengan penggunaan strategi regulasi diri dalam belajar (Zimmerman & Martinez‐Pons 1990). Self regulated learning adalah suatu latihan yang berpengaruh terhadap motivasi diri, proses berpikir, keadaan emosional dan pola perilaku (Bandura 1994). Latipah (2010) menyatakan bahwa self regulation berkorelasi positif dengan prestasi belajar. Penelitian Suminarti (2013) dan Fitria (2009) pun mengungkapkan bahwa self regulated learning berpengaruh terhadap prestasi akademik.
2
Istilah self regulated learning berkembang dari teori kognisi sosial Bandura (1997). Menurut teori kognisi sosial, manusia merupakan hasil struktur kausal yang interdependen dari aspek pribadi, perilaku, dan lingkungan (Bandura 1997). Ketiga aspek ini merupakan aspek‐aspek determinan dalam self regulated learning. Ketiga aspek determinan ini saling berhubungan sebab akibat, dimana seseorang berusaha untuk meregulasi diri sendiri (self regulated), hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan perilaku ini berdampak pada perubahan lingkungan, dan demikian seterusnya (Bandura 1986). Pengaruh yang ditimbulkan oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku tidak dapat dihilangkan. Dengan kata lain, self diakui sebagai unsur dari struktur kepribadian. Sistem self bukan unsur psikis yang mengontrol tingkah laku tapi mengacu ke struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi-fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Pengaruh self tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tapi self menjadi bagian dari sistem interaksi resiprokal (Alwisol 2006). Manusia mempunyai kemampuan berpikir, dengan kemampuan tersebut manusia memanipulasi lingkungan sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia. Menurut Bandura, akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai, strategi proaktiflah yang menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Ada tiga proses yang dapat diapakai untuk melakukan pengaturan diri, yaitu memanipulasi faktor eksternal, memonitoring dan mengevaluasi tingkah laku internal. Tingkah laku manusia merupakan hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan internal (Alwisol 2006). Menurut Bandura (1986) prediksi mengenai hasil yang mungkin terjadi dari sebuah tingkah laku merupakan sumber penting dari motivasi. Prediksi ini dipengaruhi oleh self-efficacy, yakni kepercayaan yang dimiliki seseorang mengenai kompetensi atau efektivitasnya dalam area tertentu (Woolfolk 2004). Self-efficacy merupakan keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki untuk menghasilkan suatu tingkat performa yang dipengaruhi latihan dan berdampak pada kehidupan (Bandura 1994). Li (2012) menyatakan bahwa self-efficacy secara signifikan dapat memprediksi usaha seseorang. Keyakinan dalam self-efficacy menentukan bagaimana seseorang merasa, berpikir, dan memotivasi diri. Keyakinan tersebut menghasilkan efek yang beragam melalui empat proses yaitu kognitif, afektif, motivasi, dan proses selesksi (Bandura 1994). Dengan kata lain, self-efficacy menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar, dalam hal ini meraih prestasi akademik. Turner et al (2009) menyatakan bahwa self-efficacy adalah salah satu prediktor dalam prestasi akademik. Prestasi akademik seseorang diduga dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga, lingkungan, dan sekolah memiliki karakteristik sosioekonomi. Beberapa anak memiliki orangtua yang memiliki banyak uang dan memiliki pekerjaan prestisius. Anak-anak ini tinggal di lingkungan yang baik dan bersekolah di sekolah yang muridnya memiliki latar belakang sosioekonomi menengah dan atas. Sementara anak-anak yang tinggal di lingkungan kurang baik berasal dari keluarga kurang mampu dan bersekolah di sekolah yang
3
latar belakang siswanya berasal dari kalangan bawah. Variasi demikian pada lingkungan dan sekolah mempengaruhi penyesuaian dan perkembangan anak (Blyth 2000, Collin & Steinberg 2006, Leviathal & Brook-Gunn 2003 dalam Santrock 2007). Perbedaan kondisi sosioekonomi juga mempengaruhi orientasi intelektual anak (Chapman 2003 dalam Santrock 2007). Bagaimanapun kondisi sosioekonominya, anak memiliki ketertarikan yang berbeda pada setiap mata pelajaran. Kurman (2004) menyebutkan bahwa mata pelajaran di sekolah terbagi menjadi dua yaitu, mata pelajaran feminin dan maskulin. Pelajaran Matematika dianggap mewakili pelajaran maskulin karena sifatnya yang berkaitan dengan logika dan pelajaran Bahasa Indonesia dianggap mewakili pelajaran feminin karena berkaitan dengan kemampuan verbal. Matematika dianggap mewakili mata pelajaran maskulin karena banyaknya literatur dan hasil temuan sebelumnya yang membahas mengenai perbedaan gender menemukan bahwa dalam pelajaran Matematika terlihat perbedaan yang konsisten antara perempuan dan laki-laki. Secara tradisional pelajaran bahasa dianggap pelajaran yang feminin (Birenbaum & Kraemer 1995 dalam Kurman 2004). Mata pelajaran yang terbagi dua ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar di sekolah pun terdapat isu mengenai perbedaan gender. Penelitian mengenai perbedaan gender dalam self-efficacy, self regulated learning, dan prestasi akademik merupakan suatu isu penting dalam penelitian pendidikan dan perkembangan remaja. Hal ini dapat menunjukkan bahwa strategi dan kecenderungan belajar yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki berbeda. Beberapa studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan capaian prestasi akademik antara perempuan dan lakilaki. Perempuan hampir selalu mempunyai prestasi belajar yang lebih rendah daripada laki-laki. Rendahnya performa dan konsep diri pada perempuan membuat mereka menilai rendah kapabilitas diri mereka sendiri (Pajares & Miller 1994). Perbedaan performa belajar antara satu siswa dengan siswa yang lain menunjukkan bahwa daya serap setiap siswa terhadap suatu mata pelajaran bervariasi dengan tingkat keberhasilan maksimal, optimal, minimal, dan kurang. Hasil penelitian Kurman (2004) menunjukkan bahwa dalam pelajaran Matematika, perempuan secara signifikan mengimplementasikan lebih sedikit perilaku belajar daripada laki-laki.Senada dengan temuan Kurman, Pajares dan Miller (1994) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa laki-laki memiliki self-efficacy Matematika yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Martono et al (2009) menemukan hal sebaliknya dimana perempuan lebih berprestasi daripada laki-laki. Pertentangan hasil temuan sebelumnya mengenai perbedaan prestasi akademik antara anak perempuan dan anak laki-laki dalam matapelajaran Matematika dan Bahasa sangat menarik untuk diteliti. Oleh sebab itu, penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mempertegas apakah benar perbedaan gender berpengaruh terhadap prestasi akademik, khususnya dalam pelajaran Matematika dan Bahasa.
4
Perumusan Masalah Membandingkan self-efficacy, self regulated learning, dan prestasi akademik bidang Matematika dan Bahasa Indonesia berdasarkan perbedaan gender merupakan suatu isu yang menarik untuk diteliti. Pajares dan Miller (1994) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa laki-laki memiliki selfefficacy Matematika yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sementara Goodwin et al (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki dalam selfefficacy Matematika. Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) menyebutkan bahwa self-efficacy Bahasa laki-laki lebih baik daripada perempuan. Sementara menurut Mahyuddin et al (2006) self-efficacy Bahasa anak perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) dalam penelitiannya menemukan bahwa perbedaan gender berpengaruh dalam strategi self regulated learning, dimana perempuan secara signifikan lebih dapat menjaga dan memonitor, menyusun lingkungan, serta membuat rencana dan tujuan yang lebih baik daripada laki-laki. Kurman (2004) menyatakan bahwa dalam pelajaran Matematika, anak perempuan secara signifikan mengimplementasikan lebih sedikit perilaku belajar daripada anak laki-laki. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan Browning (2007) dalam bukunya yang menyatakan bahwa pria lebih unggul dibanding wanita dalam pemaham logika matematika, dan anak laki-laki mendapat nilai lebih baik daripada anak perempuan dalam tes matematika. Hasil penelitian Martono et al (2009) menunjukkan hasil sebaliknya, dimana secara umum prestasi perempuan lebih baik daripada laki-laki. Secara teoritis, perempuan lebih berprestasi daripada laki-laki dikarenakan perempuan lebih termotivasi dan bekerja lebih rajin daripada laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan sekolah, kepercayaan diri perempuan lebih bagus daripada laki-laki, dan perempuan lebih suka membaca daripada laki-laki (Martono et al 2009). Latar belakang keluarga seperti, pendapatan perkapita keluarga, tingkat pendidikan orangtua, dan besar keluarga diduga berpengaruh terhadap perbedaan prestasi akademik. Ada remaja yang berasal dari keluarga dengan sosioekonomi tinggi, menengah, bahkan rendah. Variasi pada lingkungan dan sekolah mempengaruhi penyesuaian dan perkembangan anak (Blyth 2000, Collin & Steinberg 2006, Leviathal & Brook-Gunn 2003 dalam Santrock 2007). Hasil studi menemukan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang sosioekonominya rendah membaca dan menonton televisi lebih sedikit dibandingkan dengan teman-temannya yang berasal dari keluarga dengan sosioekonomi menengah (Erlick dan Starry 1973 dalam Santrock 2007). Berdasarkan paparan tersebut, maka yang menjadi pertanyaan peneliti adalah: 1. Adakah perbedaan self-efficacy, self regulated learning dan prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia antara perempuan dan laki-laki?
5
2. Adakah pengaruh gender, self-efficacy, self regulated learning, dan karakteristik keluarga terhadap prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia?
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gender terhadap self-efficacy, self regulated learning, dan prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia. Tujuan Khusus 1. Menganalisis perbedaan self-efficacy, self regulated learning dan prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia antara perempuan dan laki-laki 2. Menganalisis pengaruh gender, self-efficacy, self regulated learning, dan karakteristik keluarga terhadap prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi orangtua mengenai pengaruh gender terhadap self-efficacy, self regulated learning dan prestasi akademik remaja dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia. Bagi pihak sekolah untuk dijadikan gambaran agar dapat menerapkan metode pembelajaran yang lebih baik. Bagi pemerintah untuk dijadikan gambaran dalam menentukan kebijakan terkait pendidikan khususnya bagi remaja. Pertentangan hasil temuan sebelumnya mengenai perbedaan prestasi akademik antara perempuan dan laki-laki dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa sangat menarik untuk diteliti. Oleh sebab itu, penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mempertegas apakah benar gender berpengaruh terhadap prestasi akademik, khususnya dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia.
KERANGKA BERPIKIR Keberhasilan seorang siswa seringkali dinilai berdasarkan prestasi akademiknya di dalam kelas. Prestasi akademik sendiri merupakan suatu perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung yang dapat diukur atau dinilai menggunakan tes yang berstandar (Sobur 2006). Prestasi akademik seorang siswa dapat dilihat dari nilai yang diperolehnya dalam setiap mata pelajaran, seperti pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan sebagainya.
6
Mencapai prestasi yang tinggi adalah harapan setiap siswa. Pencapaian prestasi tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendukungnya. Self efficacy diduga berpengaruh positif terhadap prestasi akademik Matematika dan Bahasa Indonesia. Kumar dan Lal (2006) mengemukakan bahwa siswa yang memiliki self-efficacy tinggi mendapatkan skor yang lebih tinggi pada tes kecerdasan dibandingkan siswa yang memiliki self-efficacy rendah. Self-efficacy adalah perasaan, keyakinan, persepsi, kepercayaan terhadap kemampuan mengatasi suatu situasi tertentu yang nantinya akan berpengaruh pada cara individu mengatasi situasi tersebut. Self-efficacy memiliki empat macam fungsi yaitu menentukan pilihan tingkah laku, menentukan berapa besar level komitmen, usaha yang dilakuka, dan ketekunan usaha, mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional, serta memntukan standar yang akan dilakukan selanjutnya (Bandura dalam Santrock 2002). Bandura (1995) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi self-efficacy yaitu pengalaman keberhasilan, pengalaman orang lain, persuasi social, serta keadaan fisiologis dan emosional. Chung (2002) menyatakan bahwa proses belajar tidak hanya dikontrol oleh aspek eksternal saja, melainkan dikontrol oleh aspek internal yang diatur sediri (self regulated). Self regulated learning diduga berpengaruh positif terhadap prestasi akademik Matematika dan Bahasa Indonesia. Siswa yang belajar akan mendapatkan prestasi akademik yang baik, bila ia menyadari, bertanggungjawab, dan mengetahui cara belajar yang efektif atau memiliki strategi regulasi diri dalam belajar (self regulated learning) yang baik. Cobb (2003) menemukan hubungan yang signifikan antara aspek perilaku self regulated learning dengan prestasi akademik. Self regulated learning adalah kegiatan dimana individu yang belajar secara aktif sebagai pengatur proses belajarnya sendiri, mulai dari merencanakan, memantau, mengontrol dan mengevaluasi dirinya secara sistematis untuk mencapai tujuan dalam belajar, dengan menggunakan berbagai strategi baik kognitif, motivasional maupun behavioral. Cobb (2003) menyatakan bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah selfefficacy, motivasi, dan tujuan. Seorang peserta didik dianggap melakukan regulasi diri jika secara metakognisi, motivasional, dan behavioral berpartisipasi aktif selama situasi pembelajaran (Zimmerman 1989) Prestasi akademik dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal siswa. Keluarga merupakan salah satu faktor eksternal yang paling dekat dengan siswa. Karakteristik keluarga seperti pendidikan orangtua, pendapatan perkapita keluarga, dan besar keluarga diduga berpengaruh terhadap prestasi akademik Matematika dan Bahasa Indonesia. Farooq et al (2011) mengemukakan bahwa status sosioekonomi dan pendidikan orangtua berpengaruh pada prestasi Matematika dan Bahasa siswa. Clemons (2008) mengungkapkan hal serupa bahwa prestasi siswa dipengaruhi kondisi sosioekonomi keluarga. Gender adalah istilah yang merujuk pada seperangkat karakteristik yang di pandang manusia sebagai hal-hal yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, dari hal-hal biologis seperti jenis kelamin, sampai peran sosial dan identitas gender. Perbedaan gender diduga berpengaruh terhadap
7
prestasi akademik Matematika dan Bahasa Indonesia. Martono et al (2009) mengungkapkan bahwa perempuan lebih berprestasi daripada laki-laki. Karakteritik keluarga: -Pendapatan perkapita -Besar keluarga -pendidikan orangtua
Gender
Self-efficacy
Self regulated learning
Prestasi akademik - Matematika -Bahasa Indonesia
Gambar 1 Analisis gender terhadap self-efficacy, self regulated learning, dan prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di dua Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten dan Kota Bogor. Penentuan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa karakteristik sekolah yang dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu, kedua SMP merupakan SMP negeri yang tidak memiliki sistem akselerasi serta tidak memiliki kelas unggulan dan non-unggulan. Pengambilan data dilaksanakan selama tiga bulan mulai Maret hingga Mei 2013.
8
Teknik Penarikan Contoh Populasi penelitian ini adalah siswa dan siswi SMP X dan SMP Y. Contoh dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII reguler dari masingmasing sekolah. Pengambilan contoh kelas VIII didasarkan atas pertimbangan kelas VIII tidak disibukkan dengan persiapan Ujian Akhir Nasional seperti kelas IX dan telah memiliki pengalaman belajar di SMP lebih lama dibandingkan kelas VII. Contoh dari SMP X dan SMP Y masingmasing diambil 54 remaja dengan teknik simple random sampling.Namun, setelah melaukan cleaning data hanya 91 remaja yang menjadi contoh pada penelitian ini.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik self report dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh contoh setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Data primer meliputi karakteristik keluarga (tingkat pendidikan orang tua, pendapatan perkapita keluarga, dan besar keluarga), karakteristik contoh (jenis kelamin dan usia), self-efficacy Matematika, self efficacy Bahasa Indonesia, dan self regulated learning. Data sekunder atas prestasi akademik, jumlah siswa dan keadaan umum sekolah yang diperoleh dari pihak sekolah. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan teknik pengumpulan data Jenis Data Primer
Primer
Primer Primer Sekunder Sekunder
Variabel Karakteristik keluarga: - Pendapatan per kapita - Pendidikan orangtua - Besar Keluarga Karakteristik contoh: - Usia - Jenis kelamin Self-efficacy Self regulated learning Prestasi akademik Jumlah siswa
Alat Bantu Kuesioner
Skala Data Rasio Rasio Rasio
Kuesioner
Kuesioner Kuesioner Rapor contoh Sekolah
Rasio Nominal Ordinal Ordinal Rasio Rasio
Self-efficacy diukur menggunakan kuesioner yang mengacu pada kuesioner self-efficacy yang disusun oleh Hambawany pada tahun 2007 (dalam Novariandhini 2011) mengenai self-efficacy remaja yang dimodifikasi kembali oleh peneliti agar lebih sesuai untuk mengukur selfefficacy dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia. Variabel selfefficacy Matematika terdiri atas 16 pertanyaan dengan skala Likert meliputi keterangan STS = sangat tidak setuju; TS = tidak setuju; S = setuju; SS = sangat setuju. Reliabilitas dari kuesioner self-efficacy matematika adalah 0.759. Variabel self-efficacy bahasa Indonesia terdiri atas 18 pertanyaan dengan skala likert meliputi keterangan STS = sangat tidak setuju; TS = tidak setuju; S = setuju; SS = sangat setuju. Reliabilitas dari kuesioner selfefficacybahasa Indonesia adalah 0.755.
9
Self regulated learning diukur menggunakan instrumen Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang dikembangkan oleh Pintrich et al pada tahun 1991 (dalam Taylor 2012) yang terdiri dari dua dimensi, yakni motivasi dan strategi belajar siswa. Variabel self regulated learning terdiri atas 81 pertanyaan yang dijawab dengan menggunakan skala Likert 1-7, meliputi SSTS = sangat-sangat tidak setuju; STS = sangat tidak setuju; TS = tidak setuju; N = netral; S = setuju; SS = sangat setuju; dan SSS = sangat-sangat setuju. Reliabilitas dari kuesioner self regulated learning adalah 0.878. Berikut ini adalah pengukuran, dimensi dan jumlah item pertanyaan pada MSLQ yang disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Pengukuran, dimensi, dan jumlah item pertanyaan pada instrumen MSLQ Pengukuran Motivasi Dimensi Jumlah item Orientasi tujuan intrinsik 4 Orientasi tujuan ekstrinsik 4 Nilai tugas 6 Kontrol atas kepercayaan dalam 4 pembelajaran Self-efficacy pada belajar dan 8 performance Kecemasan akan ujian 5
Total item
31
Pengukuran Strategi Belajar Dimensi Jumlah item Latihan 4 Elaborasi 6 Pengorganisasian 4 Berpikir kritis 5 Metakoginisi dalam pengaturan diri Manajemen waktu/lingkungan belajar Pengaturan usaha Pembelajaran dari lingkungan teman Upaya pencarian bantuan Total item
12 8 4 3 4 50
Dikembangkan oleh Pintrich et al (1991)
Pengolahan dan Analsisis Data Data yang diperoleh melalui proses pengolahan dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entrying, scoring dan cleaning data. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for Windows. Pengontrolan kualitas data dilakukan melalui uji reliabilitas instrumen selfefficacy dan self regulated learning dengan metode Cronbach’s Alpha. Data prestasi akademik Matematika dan Bahasa Indonesia didapatkan dari nilai rapor contoh saat kelas VIII semester I. Penentuan sistem skoring untuk variabel self-efficacy dan prestasi akademik bidang Matematika dan Bahasa Indonesia dipisahkan berdasarkan jenis kelamin contoh agar dapat terlihat perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Berikut formulasi pengkategorian self-efficacy dan prestasi akademik bidang Matematika dan Bahasa Indonesia: Interval Kelas (A) =
Skor Maksimum (NT) – Skor Minimum (NR) Jumlah Kelas
Pengelompokkan kelas dengan formulasi sebagai berikut: Rendah : NR sampai (NR + A) Tinggi : (NR + A) sampai ((NR + A) + A)
10
Data self regulated learning menggunakan sistem skoring baku di mana semakin tinggi skor maka semakin positif nilai variabel. Hasil jawaban dari pengukuran pada contoh diperiksa dan diberikan nilai sesuai jawaban dengan ketentuan, antara lain: 1=sangat sangat tidak setuju; 2=sangat tidak setuju; 3=tidak setuju; 4=netral; 5=setuju; 6=sangat setuju; dan 7=sangat sangat setuju. Nilai tersebut dikompositkan sesuai dimensi dan ditotal untuk menentukan skor SRL yang kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori (rendah, sedang, dan tinggi). Tabel 3 Jenis data dan pengkategorian data Jenis Data Karakteristik keluarga Tingkat pendidikan orangtua
Pendapatan per kapita keluarga
Besar Keluarga Karakteristik contoh Jenis kelamin Usia Self-efficacy Matematika
Self-efficacy Bahasa Indonesia
Self regulated learning
Prestasi akademik bidang Matematika
Prestasi akademik bidang Bahasa Indonesia
Pengkategorian Data Tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, D1/D2/D3, S1/S2/S3 ≤Rp 214 338.00, Rp 214 339.00 – Rp 428 676.00, Rp 428 677.00 – Rp643 014.00, Rp 643 015.00 – Rp 857 352.00, Rp 857 353.00 – Rp1 071 690.00, Rp 1 071 691.00 – Rp 1 286 028.00 > Rp 1 286 028.00 3-4 orang (keluarga kecil), 5-6 orang (keluarga sedang), ≥7 orang (keluarga besar) Perempuan, Laki-laki 13–13.11 tahun, 14–14.11 tahun, ≥15 tahun Skor perempuan: Rendah (27-37), Sedang (3847), Tinggi (48-57) Skor laki-laki: Rendah (31-40), Sedang (41-49), Tinggi (50-59) Skor perempuan: Rendah (44-50), Sedang (5156), Tinggi (57-62) Skor laki-laki: Rendah (44-51), Sedang (52-58), Tinggi (59-65) Skor perempuan: Rendah (338-382), Sedang (383-426), Tinggi (427-470) Skor laki-laki: Rendah (330-378), Sedang (379426), Tinggi (427-474) Skor perempuan : Rendah (71-80), Sedang(8189), Tinggi (90-98) Skor laki-laki: Rendah (70-78), Sedang (79-86), Tinggi (87-94) Skor perempuan : Rendah (73-79), Sedang (8085), Tinggi (86-91) Skor laki-laki: Rendah (72-78), Sedang (79-84), Tinggi (85-90)
Analisis deskriptif yang digunakanadalah rata-rata, frekuensi, standar deviasi, minimal, dan maksimal. Analisis secara statistik inferensial yang digunakan, antara lain: 1) uji independent sample t-test untuk mengetahui perbedaan dalam self-efficacy, self regulated learning, prestasi akademik bidang Matematika dan Bahasa Indonesia antara contoh perempuan dan laki-laki; 2) uji regresi linear berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh gender, self-efficacy, self regulated learning, dan karakteristik keluarga terhadap prestasi akademik bidang Matematika dan Bahasa Indonesia. Berikut adalah persamaan dari uji yang akan dilakukan: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5+b6X6 + b7X7 + b8X8
11
dengan keterangan sebagai berikut: Y : Prestasi akademik dalam Matematika dan Bahasa Indonesia a : konstanta b1 : koefisien regresi variabel X1 X1 : Gender b2 : koefisien regresi variabel X2 X2 : Self-efficacy dalam Matematika b3 : koefisien regresi variabel X3 X3 : Self-efficacy dalam Bahasa Indonesia b4 : koefisien regresi variabel X4 X4 : Self regulated learning b5 : koefisien regresi variabel X5 X5 : Pendapatan perkapita keluarga b6 : koefisien regresi variabel X6 X6 : Tingkat pendidikan ayah contoh b7 : koefisien regresi variabel X7 X7 : Tingkat pendidikan ibu contoh b8 : koefisien regresi variabel X8 X8 : Besar keluarga contoh
Definisi Operasional Contoh adalah 91 siswa kelas VIII yang berada di dua SMPN Kota dan Kabupaten yang diteliti dalam penelitian ini. Gender adalah dimensi-dimensi psikologis dan sosiokultural yang dimiliki karena seseorang laki-laki atau perempuan (Santrock 2007). Karakteristik remaja adalah ciri khas remaja yang terdiri atas usia dan jenis kelamin contoh. Karakteristik keluarga adalah ciri khas keluarga contoh yang terdiri atas pendapatan perkapita, pendidikan orangtua, dan besar keluarga. Learning Strategies adalah salah satu dimensi yang diukur dari SRL yang melihat segala sesuatu yang dikaitkan dengan penggunaan strategi belajar proaktif dan spesifik individu untuk mencapai tujuan belajar. Dimensi strategi belajar ini terdiri dari beberapa subdimensi, antara lain latihan, elaborasi, pengorganisasian, berpikir kritis, regulasi diri pada metakoginisi, manajemen waktu/lingkungan belajar, regulasi untuk berusaha, pembelajaran dari lingkungan teman sebaya, dan upaya pencarian bantuan. Motivation adalah salah satu dimensi yang diukur dari SRL yang melihat segala sesuatu yang dikaitkan dengan pengarahan internal dari individu untuk berhasil dalam tugas akademis. Dimensi motivasi terdiri dari beberapa subdimensi yang antara lain adalah orientasi tujuan intrinsik, orientasi tujuan ekstrinsik, nilai terhadap nilai tugas, kontrol atas kepercayaan belajar, self efficacy pada belajar dan performance, dan ketakutan akan ujian. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga contoh.
12
Pendapatan per kapita adalah penghasilan keluarga contoh yang dibagi dengan jumlah anggota keluarga contoh dan dikelompokkan dalam tujuh kelas. Pendidikan orang tua adalah lama pendidikan formal yang telah ditempuh oleh ayah dan ibu contoh yang dihitung dengan satuan tahun yang dikelompokkan ke dalam enam kelas. Self regulated learning adalah suatu latihan yang berpengaruh terhadap motivasi diri, proses berpikir, keadaan emosional dan pola perilaku (Bandura 1994), diukur menggunakan MSLQ yang terdiri dari 2 dimensi Learning Strategies dan Motivation. Self-efficacy adalah keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki untuk menghasilkan suatu tingkat performa yang dipengaruhi latihan dan berdampak pada kehidupan (Bandura 1994). Usia adalah usia anak pada penelitian yang berkisar antara 11 tahun sampai dengan 15 tahun yang termasuk dalam kategori usia remaja awal (Santrock 2003). Prestasi Akademik Bidang Matematika adalah hasil pencapaian siswa yang dilihat dari nilai mutu dalam pelajaran Matematika berdasarkan rapor kelas VIII semester I. Prestasi Akademik Bidang Bahasa Indonesia adalah hasil pencapaian siswa yang dilihat dari nilai mutu dalam pelajaran bahasa Indonesia berdasarkan rapor kelas VIII semester I.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Keluarga dan Remaja Karakteristik Keluarga Rata-rata pendapatan per kapita keluarga contoh sebesar Rp1 158 081.7. Rata-rata lama pendidikan ayah contoh adalah selama 12.1 tahun, sementara lama pendidikan ibu contoh adalah selama 11.6 tahun. Besar keluarga contoh jumlahnya berada pada rentang 3-10 orang.. Berikut sebaran karakteristik keluarga dijelaskan dalam Tabel 4. Karakteristik Remaja Penelitian ini mengambil contoh dengan jenis kelamin dan usia yang berbeda. Rata-rata usia contoh adalah 13.9 tahun. Hasil penelitian menemukan bahwa 53.8 persen contoh dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan. Berikut sebaran karakteristik remaja dijelaskan dalam Tabel 4. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan remaja Variabel Karakteristik Keluarga Remaja Pendapatan per kapita keluarga (Rp) Pendidikan orangtua Pendidikan ayah (tahun) Pendidikan ibu (tahun) Besar keluarga Karakteristik Remaja Usia (tahun) Jenis kelamin perempuan 53.8%
Rata-rata±std
Min-max
1 158 081.7±1 151 862.9
120 000-7 200 000
12.1 ± 4.2 11.6 ± 3.5 4.7±1.1
0 – 20 2 – 18 3-10
13.9 ± 0.5
13.0 – 15.4
Perbedaan Self-efficacy, Self Regulated Learning, dan Prestasi Akademik dalam Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia antara Contoh Perempuan dan Contoh Laki-laki Lebih dari separuh contoh perempuan dalam penelitian ini termasuk kategori sedang dalam self-efficacy Matematika (67.3%) dan juga termasuk kategori sedang dalam self-efficacy Bahasa Indonesia (53.1%). Separuh contoh laki-laki dalam penelitian ini memiliki self-efficacy Matematika dan Bahasa Indonesia dengan kategori sedang. Self regulated learning contoh perempuan sebanyak 53.1 persen dan contoh laki-laki sebanyak 57.1 persen termasuk dalam kategori sedang. Dalam capaian prestasi Matematika, baik contoh perempuan (71.4%) maupun contoh laki-laki (64.3%) termasuk dalam kategori rendah. Sementara dalam prestasi Bahasa Indonesia sebanyak 42.9 persen contoh perempuan dan 33.3 persen contoh laki-laki termasuk dalam kategori sedang. Untuk mengetahui perbedaan antara self-efficacy, self regulated learning, dan prestasi akademik Matematika dan Bahasa Indonesia antara contoh perempuan dan contoh laki-laki dilakukan uji independent sample ttest. Berdasarkan tabel 5 dapat kita lihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p-value<0.05) antara capaian self-efficacy Matematika contoh
14
laki-laki (45.07%) dengan contoh perempuan (41.33%), artinya hasil capaian self-efficacy Matematika contoh laki-laki lebih tinggi daripada contoh perempuan. Hasil penelitian juga menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p-value<0.05) antara capaian prestasi akademik Bahasa Indonesia antara contoh laki-laki (79.02%) dan contoh perempuan (82.33%), yang artinya adalah prestasi akademik Bahasa Indonesia contoh perempuan cenderung lebih tinggi daripada contoh laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p-value<0.05) dalam ketakutan akan ujian antara contoh lakilaki (21.52%) dengan contoh perempuan (23.57%), artinya contoh perempuan memiliki kecemasan akan ujian yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh laki-laki. Penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p-value<0.05) dalam pembelajaran lingkungan dan teman sebaya antara contoh laki-laki (13.76%) dengan contoh perempuan (14.76), yang artinya perempuan lebih tinggi capaiannya dalam pembelajaran dari lingkungan teman jika dibandingkan dengan contoh laki-laki. Tabel 5 Perbedaan self-efficacy, self regulated learning, dan prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia antara contoh perempuan dan contoh laki-laki Variabel Self-efficacy Matematika Self-efficacyBahasa Indonesia Self regulated learning Motivasi -orientasi tujuan instrinsik -orientasi tujuan ekstrinsik -nilai tugas - Kontrol atas kepercayaan dalam pembelajaran -self-efficacy belajar dan performance -kecemasan akan ujian Strategi Belajar -latihan -elaborasi -pengorganisasian -berpikir kritis - metakognisi dalam pengaturan diri -manajemen waktu/lingkungan belajar -Pengaturan usaha -pembelajaran dari lingkungan teman -upaya pencarian bantuan Prestasi akademik Matematika Prestasi akademik Bahasa Indonesia
Laki-laki 45.07 54.38 402.90 160.52 20.83 23.60 30.81 22.76 41.00 21.52 242.48 19.64 30.07 19.67 24.83 57.14 37.60 19.74 13.76 20.02 77.90 79.02
Rata-rata Perempuan 41.33 53.55 410.41 162.41 20.88 24.16 30.61 22.98 40.20 23.57 247.33 20.57 30.41 20.67 25.06 57.98 37.35 20.06 14.76 20.47 78.33 83.23
P-value 0.005* 0.830 0.230 0.486 0.940 0.381 0.793 0.673 0.405 0.025* 0.290 0.128 0.657 0.098 0.694 0.475 0.813 0.669 0.036* 0.454 0.746 0.001*
keterangan:*signifikan pada p-value<0.05, **sangat signifikan pada p-value<0.001
Pengaruh Gender, Self-efficacy, Self Regulated Learning, dan Karakteristik Keluarga terhadap Prestasi Akademik dalam Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia Untuk mengetahui pengaruh gender, self-efficacy, self regulated learning, dan karakteristik keluarga terhadap prestasi akademik dalam
15
pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia dilakukan uji pengaruh linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy Matematika berpengaruh positif signifikan (β=0.389) terhadap prestasi Matematika, artinya setiap kenaikan self-efficacy Matematika akan menaikan prestasi Matematika sebesar 0.389 point. Nilai adjust R square menunjukkan bahwa model tersebut hanya menjelaskan 12.6 persen pengaruh self-efficacy terhadap prestasi Matematika dan sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti. Hasil penelitian menunjukan bahwa gender, self regulated learning, dan karakteristik keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik Matematika (signifikan>0.05). Gender berpengaruh positif signifikan (β= 0.360) terhadap prestasi Bahasa Indonesia, artinya contoh perempuan cenderung akan menaikkan prestasi Bahasa Indonesia sebesar 0.360 point. Nilai adjust R square menunjukkan bahwa model tersebut hanya menjelaskan 12.9 persen pengaruh gender terhadap prestasi Bahasa Indonesia, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Sementara self-efficacy Bahasa Indonesia, self regulated learning, dan karakteristik keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi bahasa Indonesia (signifikan>0.05). Penjelasan mengenai pengaruh gender, self-efficacy, self regulated learning, dan karakteristik keluarga terhadap prestasi akademik Matematika dan Bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Pengaruh gender, self-efficacy, self regulated learning, dan karakteristik keluarga terhadap prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia Variabel Konstanta Gender Self-efficacy Matematika Self-efficacy Bahasa Indonesia self regulated learning Karakteristik keluarga Besar keluarga Lama pendidikan ayah Lama pendidikan ibu Pendapatan perkapita keluarga R2 Adj R2 F Sig.
Prestasi Matematika Β Sig 0.000 0.157 0.180 0.389 0.003* -0.097 0.408 0.070 0.147 0.195 0.053 0.194 0.126 2.489 0.018*
0.505 0.243 0.107 0.627
Prestasi Bahasa Indonesia β Sig 0.000 0.360 0.001* 0.120 0.292 -0.156 0.169 0.143 0.001 0.139 0.121 0.197 0.129 2.908 0.009*
0.172 0.995 0.249 0.248
Keterangan: *nyata pada signifikan <0.05; **nyata pada signifikan <0.001
PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan self-efficacy, self regulated learning, dan prestasi akademik dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia antara contoh perempuan dan laki-laki. Selain itu, penelitian ini pun bertujuan untuk melihat pengaruh gender, self-efficacy, dan self regulated learning terhadap prestasi akademik dalam pelajaran
16
Matematika dan Bahasa Indonesia. Pintrich dan Groot (1990) menyatakan bahwa self-regulation dan self-efficacy merupakan prediktor prestasi yang baik. Remaja mengkonstruk possible self dengan menyatukan apa yang mereka ketahui mengenai trait dan kemampuan mereka serta apa yang mereka tahu tentang skill yang diperlukan untuk menjadi berbagai macam diri yang memungkinkan di masa yang akan datang (Santrock 2007). Ketika remaja memiliki possible self maka terjadi peningkatan prestasi akademik pada mereka (Oyserman & Fryberg dalam Santrock 2007). Possible self adalah suatu suatu prilaku yang sebaiknya dikembangkan oleh remaja. Sebagian psikolog percaya bahwa tingkah laku pada dasarnya dipengaruhi oleh pengalaman lingkungan. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam teori belajar sosial. Teori belajar sosial adalah pandangan psikolog yang menekankan tingkah laku, lingkungan, dan kognisi sebagai faktor utama dalam perkembangan (Santrock 2003). Bandura merupakan pionir dalam perkembangan teor belajar sosial dimana ia menjelaskan suatu konsep selfsystem. Self-system adalah suatu set proses kognitif yang individu gunakan dalam mempersepsi, mengevaluasi, dan meregulasi perilakunya sendiri agar sesuai dengan lingkungannya dan efektif dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai (Bandura 1978 dalam Friedman & Schustack 2008). Oleh karena itu individu tidak hanya dipengaruhi oleh proses reinforcement eksternal yang disediakan lingkungan tetapi juga ekspektasi, reinforcement, pikiran, rencana, dan tujuan, atau oleh proses internal dari self. Menurut Bandura, kita belajar dengan mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain. Melalui belajar observasi (modelling atau imitasi), kita secara kognitif mempresentasikan tingkah laku orang lain dan kemudian mungkin mengambil tingkah laku tersebut. Menurut Bandura tingkah laku dapat mempengaruhi kognisi dan sebaliknya; aktivitas kognitif individu dapat mempengaruhi lingkungan; pengaruh lingkungan dapat mengubah proses pikiran individu dan seterusnya (Santrock 2003). Santrock (2003) dalam bukunya mencotohkan bahwa ketika seorang siswa belajar dengan rajin dan mendapat nilai bagus, maka ia akan menghasilkan pikiran positif mengenai kemampuannya. Konsep inilah yang diperkenalkan oleh Bandura sebagai self-efficacy. Self-efficacy merupakan keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki untuk menghasilkan suatu tingkat performa yang dipengaruhi latihan dan berdampak pada kehidupan (Bandura 1994). Mereka yang memiliki self-efficacy rendah dengan mudah yakin bahwa usaha yang mereka lakukan sia-sia, sehingga mereka cenderung untuk mengalami gejala negatif dari stress. Sementara mereka yang memiliki self-efficacy tinggi akan cenderung untuk melihat tantangan sebagai sesuatu yang dapat diatasi dan akan memberikan kompetensi serta upaya yang cukup (Bandura dalam Avey, Luthans & Jensen 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh laki-laki memiliki self-efficacy Matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh perempuan. Pajares dan Miller (1994) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa laki-laki memiliki self-efficacy Matematika yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Rendahnya
17
performa dan konsep diri pada perempuan membuat mereka menilai rendah kapabilitas diri mereka sendiri (Pajares & Miller 1994). Perempuan cenderung menunjukkan kecemasan yang tinggi pada pelajaran Matematika (Pajares & Miller 1994). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perempuan memiliki kecemasan yang tinggi pada ujian dibandingkan dengan laki-laki. Karakteristik lain dari perempuan yang kadang kala dinyatakan menjadi penyebab kekurangsuksesan mereka (dibandingkan dengan laki-laki) adalah ketakutan terhadap sukses, meskipun demikian fakta empiris mengenai adanya fobia ini tidak terlihat (Friedman & Schustack 2008). Pada masa awal remaja, perempuan menyatakan bahwa mereka lebih banyak mengalami kesedihan, malu, kecemasan, dan menunjukkan emosi yang lebih intens daripada laki-laki (Santrock 2007). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dalam pembelajaran dari lingkungan teman perempuan menunjukkan capaian yang lebih tinggi daripada laki-laki. Tuntutan teman sebaya untuk konformitas peran gender menjadi sangat intens pada masa remaja (Santrock 2007). Dalam hubungan pertemanan dan kelompok sebaya anak perempuan, intiminasi adalah hal yang bersikap mendalam. Perempuan lebih memiliki orientasi terhadap hubungan interpersonal dibandingkan dengan laki-laki (Santrock 2007). Perkembangan Bahasa selama masa remaja meliputi peningkatan penguasaan dalam penggunaan kata-kata yang kompleks (Fischer & Lazerson 1984 dalam Santrock 2007). Terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi akademik Bahasa Indonesia antara contoh yang laki-laki dan contoh perempuan, dimana prestasi akademik Bahasa Indonesia contoh perempuan lebih tinggi daripada contoh laki-laki. Kumar dan Lal (2006) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara gender dan kecerdasan, dimana perempuan mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena anak perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar sementara anak laki-laki cenderung malas untuk belajar, namun hal ini tidak dapat membuktikan bahwa laki-laki kurang cerdas jika dibandingkan perempuan. Hasil penelitian Martono et al (2009) juga menemukan bahwa perempuan lebih berprestasi daripada laki-laki dikarenakan perempuan lebih termotivasi dan bekerja lebih rajin daripada laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan sekolah, kepercayaan diri perempuan lebih bagus daripada laki-laki, dan perempuan lebih suka membaca dibandingkan laki-laki. Coles dan Hall (2002) menemukan bahwa anak laki-laki kurang suka membaca dibandingkan anak perempuan, hasil survey menunjukan respon yang positif signifikan bahwa laki-laki persentasenya lebih rendah (74.5%) dibanding perempuan (81.4%). Sebaliknya, Kurman (2004) dalam penelitiannya menerangkan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antara perbedaan gender dengan tugas yang bersifat feminin (Bahasa). Hasil penelitian menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara contoh laki-laki dan contoh perempuan dalam self-efficacy Bahasa Indonesia, self regulated learning, dan prestasi Matematika. Ketiga hal ini diluar dugaan karena hasil penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang berlawanan. Mahyuddin et al (2006) menyebutkan bahwa self-efficacy
18
Bahasa anak perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak perempuan merasa kemampuannya dalam menulis lebih baik daripada anak laki-laki, sehingga menaikkan self-efficacynya (Pajares 1996 dalam Mahyuddin et al 2006). Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) dalam penelitiannya menemukan bahwa perbedaan gender berpengaruh dalam strategi self regulated learning, dimana perempuan secara signifikan lebih dapat menjaga dan memonitor, menyusun lingkungan, serta membuat rencana dan tujuan yang lebih baik daripada laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan lebih baik dalam strategi self regulated learning dibandingkan laki-laki. Pajares dan Miller (1994) menemukan bahwa lakilaki memiliki skor di atas rata-rata pada saat pengukuran prestasi Matematika. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan prestasi Matematika dipengaruhi perbedaan gender, hal ini disebabkan faktor sosiokultural dan dorongan peneliti agar siswa dapat mengeluarkan seluruh kemampuannya (Ethington 1989; Hart 1990 dalam Pajares & Miller 1994). Hasil temuan Miller dan Williams (2000) adalah baik perempuan maupun laki-laki tidak berbeda dalam capaian prestasi Matematika. Turner et al (2009) menyebutkan bahwa self-efficacy merupakan salah satu prediktor dalam prestasi akademik seseorang. Self-efficacy juga memiliki efek kuat dan langsung pada prestasi dibandingkan dengan variabel lain dalam belajar (Pajares & Miller 1994). Hasil penelitian menemukan bahwa self-efficacy Matematika berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi Matematika, artinya semakin tinggi self-efficacy seseorang maka semakin tinggi pula prestasi Matematikanya. Pintrich dan Groot (1990) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa self-efficacy berhubungan positif dengan prestasi akademik. Siswa yang percaya dengan kemampuan yang dimilikinya, dilaporkan menggunakan strategi kognitif dan metakognitif agar dapat melewati tugas-tugas yang sulit (pintrich & Groot 1990). Siswa yang memiliki self-efficacy yang baik maka akan sukses dalam meraih prestasi bahasa (Mahyuddin et al 2006). Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy Bahasa Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik Bahasa Indonesia. Hal ini diluar perkiraan karena temuan Mahyuddin et al (2006) menyebutkan bahwa prestasi Bahasa yang baik dipengaruhi oleh self-efficacy yang baik pula. Maksudnya, ketika siswa memiliki self-efficacy akademik atau memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri, maka siswa tersebut akan berhasil dalam meraih prestasi Bahasa (Zimmerman, Bandura & MartinezPons 1992 dalam Mahyuddin et al 2006). Self regulation merupakan aspek yang penting dalam prestasi akademik (Corno & Mandinach 1983; Corno & Rohrkemper 1985 dalam Pintrich & Groot 1990). Siswa yang mendapatkan peringkat yang baik dilaporkan lebih menggunakan strategi regulasi diri dibandingkan dengan yang mendapatkan peringkat kurang (Pintrich & Groot 1990). Level yang tinggi dalam penggunaan strategi kognitif dan self-regulated learning berasosiasi dengan dengan prestasi yang tinggi pula (Pintrich & Groot 1990). Hasil penelitian menemukan bahwa self regulated learning tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik. Hal ini diluar dugaan
19
karena banyak temuan sebelumnya yang mengemukakan bahwa self regulated learning merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang. Hal ini diungkapkan oleh Fitria (2009) yang menyebutkan bahwa terdapat pengaruh self regulated learning terhadap prestasi belajar Matematika. Temuan lain yang mengungkapkan hal serupa adalah penelitian Suminarti (2013) yang menyebutkan bahwa pelatihan self regulated learning berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik. Status sosioekonomi merupakan pengelompokan orang-orang yang memiliki kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi (Santrock 2007). Status sosioekonomi remaja beragam, ada yang berasal dari kalangan kurang mampu, menengah, dan kalangan atas. Clemons (2008) mengungkapkan bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh status sosioekonomi siswa. Farooq et al (2011) mengungkapkan hal senada dimana status sosioekonomi dan pendidikan orangtua memiliki efek yang signifikan pada prestasi akademik siswa, khususnya dalam pelajaran Matematika dan Bahasa. Namun, hasil penelitian menemukan bahwa karakterisitik keluarga (besar keluarga, pendapatan perkapita keluarga, dan lama pendidikan orangtua) tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik bidang Matematika dan Bahasa Indonesia.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Remaja perempuan memiliki self-efficacy Matematika yang lebih rendah daripada remaja laki-laki. Akan tetapi, remaja perempuan mengungguli remaja laki-laki dalam capaian prestasi akademik pelajaran Bahasa Indonesia. Remaja perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi terhadap ujian dibandingkan dengan remaja laki-laki. Remaja perempuan lebih tinggi capaiannya dalam pembelajaran dari lingkungan teman jika dibandingkan dengan remaja laki-laki. Tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada self-efficacy Bahasa Indonesia dan prestasi akademik dalam pelajaran Matematika antara remaja perempuan dan remaja laki-laki. Self-efficacy Matematika berpengaruh terhadap prestasi Matematika, akan tetapi self-efficacy Bahasa Indonesia tidak berpengaruh terhadap prestasi Bahasa Indonesia. Self regulated learning bukanlah prediktor prestasi akademik bidang Matematika maupun bidang Bahasa Indonesia pada remaja. Remaja perempuan cenderung memilki prestasi akademik bidang Bahasa Indonesia yang cenderung lebih tinggi daripada remaja laki-laki. Karakteristik keluarga (besar keluarga, pendapatan per kapita keluarga, dan lama pendidikan orangtua) tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik Matematika dan Bahasa Indonesia. Saran Mengingat hasil capaian self-efficacy Matematika remaja laki-laki lebih tinggi daripada remaja perempuan, maka disarankan kepada guru agar
20
memberikan tugas dan aktivitas di kelas yang dapat meningkatkan selfefficacy Matematika remaja perempuan. Remaja perempuan memiliki prestasi Bahasa Indonesia yang lebih tinggi daripada remaja laki-laki, sehingga disarankan kepada guru agar lebih memberikan motivasi dalam bidang Bahasa Indonesia kepada remaja laki-laki dengan membuat suasana belajar yang lebih interaktif. Remaja perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi terhadap ujian dibandingkan dengan laki-laki, oleh sebab itu disarankan kepada guru agar membuat suasana belajar yang dapat mengurangi kecemasan siswa perempuan. Mengingat perempuan lebih tinggi capaiannya dalam pembelajaran dari lingkungan dan teman sebaya jika dibandingkan dengan laki-laki, maka disarankan agar remaja perempuan membuat kelompok belajar karena dengan demikian akan meningkatkan semangat belajar. Mengingat self-efficacy Matematika berpengaruh terhadap prestasi Matematika, maka disarankan kepada guru agar membuat metode belajar Matematika yang lebih meningkatkan selfefficacy agar remaja perempuan maupun laki-laki dapat meraih prestasi Matematika yang baik. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai self regulated learning mengingat hasil temuan mengenai self regulated learning masih kurang konsistensinya.
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Avey JB, Luthans F, Jensen SM. 2009. Psychological Capital: A Positive Resources for Combating Employee Stress and Turnover. Human Resources Management. 48(5): 677 – 693. Bandura A. 1986. Social Foundations of Thought and Action: a Social Cognitive Theory. Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice‐Hall Inc Bandura A. 1994. Encyclopedia of Human Behavior. New York: Academic Press. Bandura A. 1995. Self-efficacy in Changing societies. United Kingdom: Cambridge University Press . Bandura A. 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: Freeman Browning G. 2007. Emergenetics: Menyadap Ilmu Kesuksesan Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Chung MK. 2000.The development of Self-regulated learning.The Institute of AsiaPasific Education Development.1(1):55-56. Clemons TL. 2008. Underachieving Gifted Students: A social cognitive Model. TheNational Research Centre on The Gifted and talented.Universutay of Virginia. Cobb RJ. 2003. The relationship between self-regulated learning behaviors and academic performance in web-based course [Disertation]. Virginia: Blacksburg. Colles M, Hall C. 2002. Gendered readings: learning from children’s reading choice. Journal of research in reading.25(1): 96-108.
21
Farooq MS, Chaudhry AH, Shafiq M, Berhanu G. 2011. Factors Affecting Students Quality of Academic Performance: A case of Secondary School Level. Journal of Quality and Technology Management. 8(2):1-14. Fitria D. 2009. Pengaruh Self regulated Learning Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika di SMP Negeri 4 Depok [Skripsi]. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta. Friedman HS, Schustack MW. 2008. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga. Goodwin KS, Ostrom L, Scott KW. 2009. Gender Difference in Mathematics Self-efficacy and Back Subtitution in Multiple-choice Assessment. Journal of Adult Education. 38(1):22-42. Gunarsa SD, Gunarsa SY. 2001. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia Graham S, Harris KR. 1993. Self regulated strategy development: Helping students with learning problems develop as writers. The Elementary School Journal. 94(2):16-181. Kumar R, Lal R. 2006. The role of self-efficacy and gender difference among adolescents. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology. 63(1):128-138. Kurman J. 2004. Gender, self enhancement, and seld regulation of learning behaviors in junior high school.Sex roles. 50: 9-10. Latipah E. 2010. Strategi Self-reglated Learningdan Prestasi Belajar: Kajian Meta Analisis. Jurnal Psikologi. 37: 110-128. Li L. 2012. A study of the attitude self efficacy, effort, and acaemic achievment of city students towards research methods and statistics. SS student journal. 1: 154-183. Mahyuddin R, Elias H, Cheong LS, Muhamad MF, Noordin N, Abdullah MC.2006. The Relationship Between Students Self efficacy and their English Language Achievment. Jurnal Pendidik dan Pendidikan. 21: 61-75. Martono N, Puspitasari E, Mintarti, Rostikawati R.2009. Perbedaan Gender dalam Prestasi Belajar Mahasiswa Unsoed, in press. Miller, William J. 2000. Exploring the Source of Self Regulated Learning: The influence of Internal and External comparison.Journal of Instructional Psychology. 27(1) Novariandhini DA. 2011. Self-Esteem, Self-Efficacy, Motivasi Belajar dan Prestasi Akademik Siswa SMA pada Berbagai Model Pembelajaran [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Pajares F, Miller MD. 1994. Role of Self-Efficacy and Self-Concept Beliefs in Mathematical ProblemSolving: A Path Analysis. Journal of Educational Psychology.86(2) : 193-203. Papalia ED, Olds WS, Feldman DR. 2001. Human Development: 8th edition. New York : Mc Graw Hill, Inc. Pintrich PR, Groot EV. 1990. Motivational and Self-Regulated Learning Components of ClassroomAcademic Performance. Journal of Educational Psychology.82(1): 33-40.
22
Rice FP. 1999. The Adolescent: Development, Relationship, and Culture: 9th edition. Boston : Allyn & Bacon Santrock JW. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Damanik J, Chusairi A, Penerjemah; Kristaji WC, Sumiharti Y,editor. Jakarta: Erlangga Santrock JW. 2003. Perkembangan Remaja. Adelar BS, Saragih S, penerjemah; Kristiadji, Sumiharti Y, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Adolscence. Santrock JW. 2007. Perkembangan Anak. Rahmawati M, Kuswanti A, penerjemah; Hardani W, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Child Development. Sobur A. 2006. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka sastra. Suminarti S. 2013. Self-regulated Learning (SRL) dalam Meningkatkan Prestasi Akademik pada Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan.1(1): 142. Taylor RT. 2012. Review of the Motivated Strategies for Learning Questionnaire(MSLQ) Using Reliability Generalization Techniques to Assess Scale Reliability [Disertasi]. Alabama: Auburn University. Turner EA, Chandler M, Heffer W. 2009. The influence of parenting styles, achievment motivation, and Self-efficacy on Academic performance I collage students. Journal of collage student development. 50: 337-346. Woolfolk A. 2004. Educational Psychology. Boston : Pearson Educational. Zimmerman BJ, Martinez-Pons M. 1990. Self Regulated Learning and Academic Achievment: On Overview. Educational Psychologist. 25: 317.
23
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 1991 dari pasangan H. M. Syahruddin Rahim dan Juju Juhariah. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara. Pada tahun 1997, penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Sukapura I Cirebon, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 5 Cirebon. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Jakarta Pusat dan pada tahun yang sama lulus seleksi IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen dan Minor Manajemen Fungsional. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan yaitu menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen sebagai anggota Consumer Club (2011/2012). Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan, baik di dalam maupun di luar kampus.