PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MITIGASI BENCANA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V (Penelitian Kuasi Eksperimen di SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)
Oleh Yulia Kurnia Dewi NIM. 1111018300058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
ABSTRAK
Yulia Kurnia Dewi (NIM: 1111018300058): Model Problem Based Learning terhadap Mitigasi Bencana Pada Mata Pelajaran (Penelitian Kuasi Eksperimen di SD Islam Tangerang)
Pengaruh Penerapan Pemahaman Konsep IPS Siswa Kelas V Al-Hasanah Ciledug,
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah Ciledug. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design dengan metode penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal pilihan ganda, serta instrumen nontes berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah dalam bentuk peningkatan rata-rata nilai kelas yang signifikan. Hal ini didasarkan pada hasil uji hipotesis yakni pemerolehan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,039. Sehingga, Ho ditolak atau H₁ diterima, karena nilai Sig. t-test (2-tailed) yakni 0,039 < 0,05. Hal tersebut juga didukung oleh hasil telaah pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi yang menunjukkan respon positif dari subjek penelitian.
Kata Kunci: Model Problem Based Learning, Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana
i
ABSTRACT
Yulia Kurnia Dewi (NIM: 1111018300058): The Effect of Implementation Problem Based Learning Model to Comprehension of Disaster Mitigation Concept at Social Studies for The Student’s of Class V (Quasi Experiment Research at SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang) This study was aimed to reveal what positive effect from implementation of Problem Based Learning model to comprehension of disaster mitigation concept at social studies for the student’s of class V at SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. Design of this research is nonequivalent control group design with quasi experiment method. Sample taking technique in this research with purposive sampling. The instrument research are use test with choice task, and also use instrument nontest with observation sheet, guide interview, and documentation. The results from this research is that be found implementation of Problem Based Learning model can affect the student’s comprehension of disaster mitigation concept at SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang is there’s the student’s got increasing significant for the average class score. It’s base on the result of hypotheses testing with SPSS 22 obtained score Sig. (2-tailed) = 0,039. So, ignored Ho or accepted H₁, because score of Sig. t-test (2-tailed) = 0,039 < 0,05. That’s also supportable with the analysis result of guide observation, guide interview, and documentation that showed positive respond from the research subject’s.
Key word: Problem Based Learning Model, Comprehension of Disaster Mitigation Concept
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa cahaya bagi kehidupan, penerang kegelapan, dan penyegar kegersangan. Semoga kita termasuk umat yang mendapatkan syafa’at di yaumil akhir nanti, Aamiin. Pada dasarnya, skripsi merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa, khususnya di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Penyelesaian penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Adapun, tahap penulisan skripsi merupakan sebuah manifestasi dari keseluruhan proses perkuliahan yang penuh tantangan, perjuangan, dan pengorbanan. Namun demikian, hal tersebut justru telah memacu penulis untuk senantiasa memperbaiki diri dan terus mengobarkan semangat belajar guna mencapai tujuan akhir yang membahagiakan. Selanjutnya, pada tahap penyelesaian skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah rela memberikan kontribusi, baik yang bersifat materiil maupun nonmateriil. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA yang selalu membimbing dan menginspirasi seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). 2. Wadek III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. Fauzan, MA selaku mantan Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang selama ini memiliki dedikasi tinggi untuk membawa nama PGMI sebagai Program Studi yang mampu bersaing dan memiliki lulusan-lulusan yang berkualitas, serta dapat dibanggakan. Terima kasih Pak Fauzan, semoga Allah senantiasa memberkahi kehidupan Bapak beserta keluarga dengan kebaikan-Nya.
iii
3. Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Bapak Dr. Khalimi, M.Ag yang selalu setia membimbing, memotivasi dan memfasilitasi seluruh mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) agar dapat menyelesaikan tugas akhir tepat waktu. Barakallah Pak. 4. Dosen pembimbing penulis, Bapak Dr. Muhamad Arif, M.Pd yang selalu bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukan dan senantiasa sabar dalam membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi. Terima kasih Pak Arif, semoga Allah senantiasa menjaga Bapak dan keluarga dalam naungan kasih sayang-Nya. 5. Seluruh jajaran dosen pengajar di Prodi PGMI, terutama para dosen yang selama ini telah setia berbagi ilmu dan pengalaman pada mahasiswa PGMI angkatan 2011. Teruntuk Bapak Dindin Ridwanudin, Bapak Saidun Derani, Bapak Shodiq, Bapak Asep Ediana Latif, Ibu Nanda Sari Dewi, Ibu Dina Fhadlilah, dan Ibu Nafia Wafiqni. Terima kasih atas segala amalan baik yang telah Bapak dan Ibu berikan kepada penulis, semoga penulis selalu berpegang teguh pada kebaikan dan kelak dapat mengamalkannya kembali kepada anakanak didik penulis. 6. Kepala SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang, Bapak H. Yusuf Tahri, S.Pd yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang Bapak pimpin dengan segala pelayanan terbaik yang dimiliki SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. 7. Seluruh jajaran Guru SD Islam Al-Hasanah, khususnya kepada Bapak Agus selaku wakil kepala sekolah, Bapak H. Abdul Latif, S.Ag selaku wali kelas V1, dan Bapak Khoirul Ilmi, S.Pd selaku wali kelas V-2, terima kasih untuk semua kontribusi, motivasi, kesantunan, dan keramahtamahan pelayanan dari Bapak sekalian kepada penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian di SD Islam Al-Hasanah dengan baik dan selesai tepat waktu. 8. Keluarga tercinta “you’re really my happiness who can make my lifes 100% perfect”. Ayah ”you’re my guardian angel, my only true love, and no one will ever replace you in my hearts”, cucuran keringat dan keelokan cerita pengalamanmu telah memantik api semangatku untuk selalu menjadi pribadi
iv
yang lebih baik. Mamah “you’re the queen in my hearts, and in my lifes forever”, kehadiranmu sangat berarti sampai kapanpun, Mah. Fauziah Salsabilah, Annisa Ulfa, dan Muhammad Dafa Baihaqi, “you’re my little rainbow in my lifes” kalian selalu mewarnai hidup kakak, “so let’s give our best and make our parents be proud of us!”. 9. Sahabat-sahabat seperjuangan & sepengorbanan, kehadiran kalian selalu berhasil lengkapi keterbatasanku, jaga kami selalu berjalan dalam ridho Mu ya Allah. Teruntuk: Ainun Jaariyah, Febriani, Arrum Nisa, Isty Saras Swati, Eva Fauziah, Ayu Aprianti, Igeul Nurul M.Y, Siti Sa’adah, Dini Anugerah Safitri, Ahmad Barqu S., Hana Maulana, Dzulfahmi Pratama, Khusen Alfani, Akbar Asha, dan seluruh teman-teman PGMI 11 B, serta seluruh angkatan PGMI 11 yang akan selalu tersimpan rapi dalam kenangan masa kuliah. Semoga silaturahmi, solidaritas, kekompakan, keceriaan, kepekaan, dan kegilaan kita tak padam sampai di sini ya! “Always keep our brotherhood guys!” 10. Sahabat-sahabat sepergaulan, bermula dari kalian satu persatu hingga akhirnya menjadi KITA! Kita yang penuh kasih, perhatian, kepedulian, kepekaan, kenyamanan, dan kebebasan, semoga akan tetap seperti ini sampai tiba masa akhir kita. Teruntuk: Ibnu Hidayat, Maulana Candra, Tri Nur Pratiwi, Nurfitriana, Suryani Hadiyanti, Niken Safpa, Laili Fauziah, dan Umi, semoga Allah menuntun kita selalu dalam kebenaran. Amin 11. Semua pihak yang telah terlibat atas terselesaikannya skripsi ini, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan sebagai amal jaariyah bagi penulis. Amin Demikianlah, ungkapan rasa terima kasih penulis, semoga segala kebaikan yang telah penulis terima dapat dibalas lebih oleh Allah Swt., dan semoga kita semua selalu berada dalam naungan keridhoan, kasih sayang, serta kebaikan-Nya. Amin
Tangerang, 25 Agustus 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing Skripsi Lembar Pengesahan Panitia Ujian Surat Pernyataan Karya Ilmiah Abstrak…………………………………………………………………………………. i Abstract………………………………………………………………………………… ii Kata Pengantar…………………………………………………………………………. iii Daftar Isi………………………………………………………………………………..
vi
Daftar Tabel……………………………………………………………………………. x Daftar Gambar………………………………………………………………………….
xii
Daftar Bagan…………………………………………………………………………… xiii Daftar Lampiran………………………………………………………………………..
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….................................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah..................................................................................................... 8 C. Pembatasan Masalah..................................................................................................... 9 D. Perumusan Masalah...................................................................................................... 9 E. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………….. 9 F. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………… 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori…..…………….……………….......................................................... 11 1. Penerapan Model Problem Based Learning ……….....………………………..... 11 a. Hakikat Model Problem Based Learning ……………………………………. 11 b. Karakteristik Model Problem Based Learning ….........……………………… 13 c. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning……..…………. 15 d. Langkah-Langkah Penerapan Model Problem Based Learning……………… 17 e. Penilaian Model Problem Based Learning…………………………………… 21
vi
2. Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana………………………………………….. 22 a. Definisi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana……………………………… 22 b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana… 26 c. Indikator Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana…………………………….. 28 d. Teknik Pengukuran Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana…………………. 30 e. Macam-Macam Bencana dan Mitigasi yang Mungkin Dilakukan…………… 31 f. Tujuan Pendidikan Mitigasi Bencana………………………………………… 41 g. Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana……………………………………... 42 3. Hakikat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………….…………...……………. 43 a. Pengertian Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar…………………………….... 43 b. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………………………………...... 44 c. Karakteristik Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar……………………………. 46 d. Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………………… 48 B. Hasil Penelitian yang Relevan…..…………………………………………………… 49 C. Kerangka Berpikir...…………………………………………………………………. 52 D. Pengajuan Hipotesis…………………………………………………………………. 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………......……. 54 B. Desain Penelitian…………………………………………………………………….. 55 C. Metode Penelitian……………………………………………………………………. 56 D. Populasi dan Sampel…………………………………………………………………. 57 E. Variabel Penelitian…………………………………………………………………… 58 F. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………... 59 G. Instrumen Penelitian…………………………………………………………………. 61 H. Uji Coba Instrumen………………………………………………………………….. 65 1. Uji Coba Instrumen Tes………………………………………………………….. 65 a. Validitas Instrumen Tes……………………………………………………… 65 b. Reliabilitas Instrumen Tes…………………………………………………… 66 c. Taraf Kesukaran……………………………………………………………… 67 d. Daya Pembeda……………………………………………………………….. 68
vii
2. Uji Coba Instrumen Nontes……………………………………………………… 69 I. Teknik Analisis Data………………………………………………………………… 70 1. Analisis Data Hasil Belajar……………………………………………………… 70 a. Uji Normalitas……………………………………………………………….. 70 b. Uji Homogenitas……………………………………………………………... 71 c. Uji Hipotesis…………………………………………………………………. 71 2. Analisis Data Hasil Observasi…………………………………………………… 72 3. Analisis Data Hasil Wawancara…………………………………………………. 73 J. Hipotesis Statistik………………………………………………………………......... 73 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………………………………………………………………………. 74 1. Deskripsi Data…………………………………………………………………… 74 a. Deskripsi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……………..... 75 b. Deskripsi Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………………. 79 2. Analisis Data……………………………………………………………………… 83 a. Analisis Data Hasil Belajar…………………………………………………… 83 1) Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.............83 2) Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol........... 84 3) Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……..86 4) Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…….86 5) Uji Hipotesis…………………………..…………………………………... 87 b. Analisis Data Hasil Observasi…………………………..…………………… 88 c. Analisis Data Hasil Wawancara……………………………………………… 90 B. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………………..……92 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep………………………… 94 2. Proses Pembelajaran di Kelas……………………………………………………...94 a. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen…………………………………… 94
viii
b. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol………………………………………... 96 3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Siswa…………………………………... 97 C. Keterbatasan Penelitian……………………………….………………………………. 98
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………..……………. 99 B. Saran…………………………………………………………………..…………... 100
DAFTAR PUSTAKA………...……………………………………………………….. LAMPIRAN
vii
101
Daftar Tabel
Tabel 2.1
Fase Penerapan Problem Based Learning………………………
17
Tabel 3.1
Kegiatan dan Waktu Penelitian………………………………….
54
Tabel 3.2
Nonequivalent Control Group Design…………………………..
56
Tabel 3.3
Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data……………
59
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Tes…………………………………………
62
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Pedoman Observasi…………………………………...
63
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Kelas V-1 (Tahap Akhir
64
Pelaksanaan Penelitian)………………………………………… Tabel 3.7
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Kelas V-1 (Tahap Akhir
64
Pelaksanaan Penelitian)………………………………………… Tabel 3.8
Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi………………………………..
65
Tabel 3.9
Kriteria Interpretasi Validitas Instrumen………………………..
66
Tabel 3.10
Hasil Uji Validitas Instrumen Tes………………………………
66
Tabel 3.11
Kriteria Interpretasi Reliabilitas Instrumen……………………..
67
Tabel 3.12
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes…………………………….
67
Tabel 3.13
Kriteria Indeks Taraf Kesukaran Butir Soal…………………….
68
Tabel 3.14
Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal……………………...
68
Tabel 3.15
Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal…………………
69
Tabel 3.16
Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal……………………….
69
Tabel 3.17
Rubrik Pengamatan……………………………………………...
72
Tabel 4.1
Telaah Hasil Belajar IPS………………………………………...
74
Tabel 4.2
Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Eksperimen……….
75
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen…………..
76
Tabel 4.4
Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Kontrol……………
77
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol……………….
78
Tabel 4.6
Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Eksperimen………
79
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen………….
80
x
Tabel 4.8
Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Kontrol…………..
81
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol………………
82
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen…………..
83
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol………………
84
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen…………
85
Tabel 4.13
Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol……………...
85
Tabel 4.14
Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan
86
Kontrol………………………………………………………….. Tabel 4.15
Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan
86
Kontrol………………………………………………………….. Tabel 4.16
Hasil Uji Hipotesis (Independent Sample T-Test)………………
87
Tabel 4.17
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas Eksperimen
89
dan Kontrol……………………………………………………... Tabel 4.18
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru di Kelas Eksperimen
89
dan Kontrol……………………………………………………... Tabel 4.19
Hasil Wawancara Guru di Kelas Eksperimen (V-1)…………….
90
Tabel 4.20
Hasil Wawancara Siswa di Kelas Eksperimen (V-1)…………...
91
xi
Daftar Gambar Gambar 4.1
Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen...
77
Gambar 4.2
Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol……..
79
Gambar 4.3
Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen..
81
Gambar 4.4
Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol…….
83
xii
Daftar Bagan
Bagan 2.1
Bagan Alur Penelitian………………………………………….
xiii
52
Daftar Lampiran Lampiran 1
Pedoman dan Hasil Observasi Tahap Awal Kelas V-1……………………..
105
Lampiran 2
Pedoman dan Hasil Observasi Tahap Awal Kelas V-2……………………..
106
Lampiran 3
Daftar Nilai Mata Pelajaran IPS Kelas Eksperimen (V-1)………………….
107
Lampiran 4
Daftar Nilai Mata Pelajaran IPS Kelas Kontrol (V-2)………………............
108
Lampiran 5
Hasil Pengujian Instrumen Tes Penelitian Menggunakan ANATES……….
109
Lampiran 6
RPP Kelas Eksperimen……………………………………………………...
116
Lampiran 7
Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen………………………..
126
Lampiran 8
Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen..
127
Lampiran 9
Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Kelas Eksperimen.
133
Lampiran 10
Pedoman dan Hasil Wawancara Guru Kelas Eksperimen…………….…….
139
Lampiran 11
Pedoman dan Hasil Wawancara Siswa Kelas Eksperimen………………….
141
Lampiran 12
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen………………...
143
Lampiran 13
RPP Kelas Kontrol…………………………………………………………..
146
Lampiran 14
Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol…………………………….
156
Lampiran 15
Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol……..
157
Lampiran 16
Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Kelas Kontrol……
163
Lampiran 17
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Kontrol…………………….
169
Lampiran 18
Instrumen Tes Penelitian…………………….……………………………...
172
Lampiran 19
Kunci Jawaban Instrumen Tes………………………………………………
175
Lampiran 20
Lembar Kerja Siswa…………………………………………………………
176
Lampiran 21
Materi Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana……………………….........
178
Lampiran 22
Media Gambar Bencana Alam………………………………………………
188
Lampiran 23
Media Gambar Bencana Anthropogene……………………………………..
189
Lampiran 24
Uji Referensi………………………………………………………………...
190
Lampiran 25
Surat Izin Penelitian…………………………………………………………
195
Lampiran 26
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian……………………………..
196
Lampiran 27
Biodata Penulis……………………………………………………………...
197
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam suatu pembelajaran, pemahaman konsep merupakan salah satu aspek kognitif yang menentukan berhasil atau tidaknya siswa dalam melewati proses pembelajaran, agar mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya di jenjang yang lebih tinggi. Ketika pemahaman yang dimiliki siswa tentang suatu konsep itu baik, maka dapat dikatakan bahwa siswa telah berhasil secara kognitif dalam melewati proses pembelajaran. Begitu pun sebaliknya, ketika pemahaman yang dimiliki siswa tentang suatu konsep itu kurang baik, maka siswa yang bersangkutan belum mampu melewati proses pembelajaran dengan baik. Untuk itu, pemahaman konsep sangat penting dimiliki siswa yang telah melalui proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan, pemahaman konsep yang dimiliki siswa dapat bermanfaat untuk memahami konsep lain yang lebih luas dan diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam memahami konsep, siswa tidak sebatas mengenal, tetapi harus dapat menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Untuk itu, proses pemahaman konsep harus selalu memperhatikan berbagai faktor
yang
mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal. Adapun, salah satu konsep yang sangat penting untuk dimiliki siswa adalah konsep mitigasi bencana. Konsep mitigasi bencana merupakan suatu konsep yang terkait dengan upaya mengurangi dampak bencana melalui penerapan tindakan kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk mengatasi bencana. Terdapat beberapa alasan yang membuat konsep mitigasi bencana ini dikatakan penting, di antaranya: (1) posisi geografis Indonesia yang terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia: Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik.1 Sehingga, dapat dikatakan 1
Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M): Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial
1
2
bahwa Indonesia merupakan negara rawan bencana, maksudnya adalah setiap saat bencana dapat mengancam kehidupan yang dirasakan normal dan rutin saja; (2) perlu adanya upaya menumbuhkan kesadaran pada diri siswa sejak dini tentang pentingnya menjaga lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan komitmen tentang sikap siaga bencana pada diri siswa dan seluruh masyarakat melalui upaya pengurangan resiko bencana (mitigasi) yang dilaksankan secara kreatif dan proaktif. Siswa harus menyadari bahwa keberadaan manusia dan alam merupakan bukti nyata adanya Tuhan selaku Pencipta seluruh semesta. Manusia dan alam adalah dua komponen yang saling berdampingan dan mempengaruhi satu sama lain. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa hubungan antara manusia dan alam bersifat dinamis. Ketika manusia dapat bersahabat dengan alam, maka alam pun akan selalu memberikan segala kebaikan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Adapun, ketika manusia enggan berlaku baik terhadap alam, maka bencana2lah yang akan datang. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat An-An’aam ayat 64, yang artinya: “Katakanlah: Allah menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari segala macam kesusahan, …”. Selanjutnya, dipertegas lagi dalam surat Al-A’raaf ayat 56, yang artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat bagi orang-orang yang berbuat baik”. Sudah sepatutnya kondisi alam yang sulit diterka dapat membuat manusia lebih waspada. Namun, pada kenyataannya justru manusialah yang lalai untuk selalu bersikap waspada, dan peka terhadap gejala alam yang ada di lingkungan Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), 2013), hlm. 6. 2 Untuk dapat disebut sebagai “bencana” harus dipenuhi beberapa kriteria di antaranya, yaitu: (1) adanya peristiwa; (2) terjadi karena faktor alam atau karena ulah manusia; (3) terjadi secara tiba-tiba (sudden) dan perlahan/bertahap (slow); (4) menimbulkan hilangnya nyawa manusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan lingkungan, dsb.; (5) berada di luar kemampuan masyarakat untuk menanggulanginya. Sebagaimana dijelaskan oleh Nurjanah, dkk.,Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 11.
3
sekitarnya. Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal, terkadang mengabaikan dan bersikap apatis3 terhadap kondisi lingkungan alam di sekitarnya. Tidak jarang terdapat beberapa oknum yang secara sengaja meraup keuntungan dari kekayaan alam. Lebih lanjut, bencana dikelompokkan menjadi dua, yaitu bencana alam4 dan bencana anthropogene.5 Di Indonesia terdapat beberapa bencana alam yang telah banyak menimbulkan kerugian, di antaranya adalah (1) bencana tsunami yang terjadi pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 telah merenggut banyak korban jiwa, lumpuhnya perekonomian masyarakat, kerusakan total sarana dan prasarana umum seperti sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, pasar, sampai akses jalan yang terputus; (2) bencana gempa tektonik yang melanda Yogyakarta dan sebagian wilayah Klaten telah menghancurkan hampir seluruh pemukiman di Kabupaten Bantul dan sekitarnya, rusaknya berbagai sarana dan prasarana umum seperti sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, pasar, dan berbagai kerugian lainnya.6 Selain itu, bencana anthropogene yang terjadi di Indonesia, di antaranya adalah (1) kegagalan pengeboran eksplorasi migas di daerah Renokenongo, Sidoarjo, Jawa timur, telah menimbulkan semburan lumpur panas yang menjadi musibah berkepanjangan bagi seluruh warga yang tinggal di sekitarnya; 7 (3) bencana banjir yang setiap tahun melanda Jakarta sebagai akibat dari curah hujan yang tinggi, pengelolaan saluran air, sampah dan sungai yang belum maksimal, serta masyarakat yang belum terbiasa menerapkan pola hidup bersih dan cinta lingkungan. Berbagai runtutan peristiwa bencana di atas semakin membuktikan
3
Apatis adalah sikap acuh, tidak peduli, masa bodoh. Sebagaimana dijelaskan oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 60. 4 Bencana alam adalah jenis bencana yang disebabkan oleh dinamika bumi yang tidak pernah berhenti secara alamiah. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 7. 5 Bencana anthropogene adalah jenis bencana yang dipicu oleh ulah manusia yang memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan dan tidak ramah lingkungan. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Ibid.,hlm. 7 &25. 6 Ibid., hlm. 34. 7 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 24.
4
bahwa Indonesia adalah negara yang rawan bencana dengan tingkat ancaman bencana alam yang paling besar di dunia. Lebih lanjut, terdapat beberapa program sebagai bagian dari ratifikasi 168 negara (termasuk Indonesia) tentang Hyogo Framework for Action 2005-2015 (HFA) yang berkomitmen untuk penurunan secara berarti hilangnya nyawa dan aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan karena bencana yang dialami oleh masyarakat dan negara.8 Salah satu prioritas HFA adalah pentingnya menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketangguhan di semua tingkat (dalam jangka panjang diharapkan akan dapat membangun kesiapsiagaan terhadap bencana dari respon yang efektif di semua tingkat.9 Untuk itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi yang efektif dalam mengubah pola pikir dan pola prilaku masyarakat dengan memberikan pendidikan mitigasi di sekolah. Hal di atas sesuai dengan kerangka berpikir yang dikembangkan dalam upaya pengurangan resiko bencana atau mitigasi, meliputi 4 kerangka konseptual, yaitu:10 (1) awareness (perubahan prilaku); (2) knowledge development (salah satunya pendidikan dan pelatihan); (3) public commitment; dan (4) risk assessment. Pentingnya pengetahuan, inovasi, pendidikan guna membangun budaya keselamatan dan ketahanan pada semua unsur di sekolah terkait dengan bencana. Upaya menanamkan kesadaran siaga bencana dapat dilakukan sedini mungkin, terutama bagi para siswa di sekolah dasar. Berdasarkan UndangUndang RI Nomor 32 tahun 2009 Pasal 1, dijelaskan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan
lingkungan
hidup
serta
keselamatan,
kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.”11 8
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, (Jakarta: BNPB, 2010), vol. 1, no. 1, hlm. 32-33. 9 Ibid., hlm. 33. 10 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Op. cit., hlm. 33. 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 Ayat 3.
5
Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Lingkungan Hidup pasal 9, dijelaskan bahwa “pendidikan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat dilaksanakan, baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak/sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, maupun melalui jalur pendidikan nonformal.12 Dalam bidang pendidikan dasar, sudah sepatutnya diterapkan pembelajaran tentang konsep mitigasi bencana. Terlebih lagi, berdasarkan hasil kajian LIPI-UNESCO/ISDR menunjukkan komunitas sekolah termasuk dalam kelompok masyarakat rentan yang tingkat kesiapsiagaannya masih minim.13 Oleh karena itu, upaya sosialisasi tentang mitigasi bencana sebaiknya dimasukkan dalam proses pembelajaran, terutama di tingkat pendidikan dasar agar terbentuk konsep diri pada siswa dalam memahami konsep mitigasi bencana, dan dapat merubah sikap siswa, serta meningkatkan pengetahuan dan tingkah laku siswa dalam menghadapi bencana. Pada dasarnya, pemahaman konsep mitigasi bencana dapat diterapkan untuk semua bidang studi, tetapi dalam hal ini, konsep mitigasi bencana diterapkan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).14 IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, dan bahkan berbagai isu serta masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmunya, karena yang lebih difokuskan adalah dimensi pedagogik, dan psikologis, serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik.15 Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk 12
Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986), hlm. 19-20. 13 LIPI-UNESCO/ISDR, Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, (Jakarta, 2006). Sebagaimana dikutip oleh Chairummi, Sri Adelila Sari, M. Ridha, Universitas Syiah Kuala, Pengaruh Konsep Diri Dan Pengetahuan Siswa Terhadap Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi di SDN 27 dan MIN Merduati Banda Aceh, Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 240 - 241. 14 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies”. Sebagaimana dijelaskan oleh Sapriya, dkk.,Konsep Dasar IPS, (Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2008), hlm. 2. 15 Ibid., hlm. 3.
6
mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Sejalan dengan itu, sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1, dinyatakan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.16 Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang: (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; dan (d)
toleran, peka sosial, demokratis, dan
bertanggung jawab.17 Salah satu sekolah yang penulis pilih untuk melakukan kegiatan penelitian adalah SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. Alasan penulis memilih SDI Al-Hasanah sebagai tempat penelitian, didasarkan pada: (1) ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah dasar Islam yang masih menerapkan kurikulum 2013; (2) kondisi sekitar sekolah yang kerap kali dilanda banjir saat curah hujan tinggi. Sehingga, melalui penelitian ini, diharapkan dapat membentuk budaya sadar bencana dalam diri siswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya; dan (3) lokasi sekolah yang mudah dijangkau, sehingga diharapkan dapat mengefisiensi waktu, biaya, dan tenaga selama penelitian ini berlangsung.
16
Depdiknas, “Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses”, ( Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional, 2007), hlm. 6. 17 Kemendikbud, “Kurikulum 2013 Kompetensi DasarSekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI)”, (Jakarta: Kemendikbud, 2013), hlm. 1.
7
Leboh lanjut, berdasarkan hasil observasi pada tahap penelitian pendahuluan di kelas V SDI Al-Hasanah pada bulan Maret 2015 diperoleh hasil bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik, namun belum efektif. Maksud dari “sudah cukup baik” di sini adalah guru telah menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Sedangkan, maksud dari “belum efektif” di sini adalah rata-rata nilai siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70, khususnya pada mata pelajaran IPS. Masalah ini penulis temukan berdasarkan hasil telaah terkait hasil belajar siswa di kelas V-1 dan V-2 SDI Al-Hasanah pada mata pelajaran IPS tepatnya yang terdapat pada tema 1 “Benda di Lingkungan Sekitar”, subtema 3 “manusia dan lingkungan”, dan pada tema 4 “Sehat itu Penting”, subtema 3 “lingkungan sehat” tahun pelajaran 20142015. Adapun, menurut hasil telaah, rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran IPS, tema 1 subtema 3 adalah sebesar 68,1 dan pada tema 4 subtema 3 sebesar 68,8 untuk kelas V-1. Sedangkan, di kelas V-2 rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran IPS pada tema 1 subtema 3 sebesar 68,2, dan pada tema 4 subtema 3 sebesar 69,2. Tidak hanya itu, selama proses pembelajaran, hanya terdapat beberapa siswa yang aktif memberikan respon, khususnya siswa-siswa yang masuk peringkat 10 besar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan kognitif siswa dalam memahami suatu konsep masih rendah. Setelah melihat paparan masalah-masalah di atas, maka sudah sepatutnya guru sebagai sutradara dalam kegiatan pembelajaran mampu merencanakan dan mengimplementasikan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan akhir yang telah ditetapkan, dan yang paling utama adalah siswa dapat memiliki pemahaman konsep secara utuh setelah melalui proses pembelajaran. Dalam hal ini, yang menjadi fokus adalah pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS. Dikarenakan begitu pentingnya pembelajaran tentang konsep mitigasi bencana dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi bencana yang belum mencapai KKM yaitu 70. Untuk itu, penulis memilih alternatif dengan menerapkan model problem based learning (PBL/pembelajaran berbasis masalah). Lebih lanjut, pemilihan dan
8
penerapan model problem based learning dinilai tepat dan sesuai dengan proses pembelajaran IPS di sekolah dasar dengan materi tentang konsep mitigasi bencana. Melalui model ini, siswa dapat membangun kecakapan sepanjang hidupnya
dalam
memecahkan
masalah,
bekerjasama
dalam
tim,
dan
berkomunikasi.18 Model problem based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga memberi stimulus kepada siswa untuk belajar. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait upaya meningkatkan pemahaman konsep mitigasi bencana melalui penerapan model problem based learning di SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. Terlebih lagi, materi mitigasi bencana merupakan salah satu materi pokok di Kelas V semester 2, pada tema ke-9 “Lingkungan Sahabat Kita”, dan sesuai dengan kebutuhan kompetensi dasar mata pelajaran IPS nomor 3.5 dan 4.5 di kelas V pada kurikulum 2013. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk memberikan keterangan dan menjawab pertanyaan apakah terdapat pengaruh positif dari penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V, dan hasilnya disusun dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “pengaruh penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pentingnya menerapkan pembelajaran terkait konsep mitigasi bencana pada tingkat pendidikan dasar.
18
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning (Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 13.
9
2. Model pembelajaran yang digunakan guru saat proses pembelajaran sudah bervariasi, tetapi belum efektif. 3. Tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai siswa yang belum mencapai KKM yaitu 70.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada: tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM (70). Untuk itu, solusi yang ditawarkan adalah dengan menerapkan model problem based learning dalam proses pembelajaran di kelas V SD Islam Al-Hasanah.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah Ciledug?” E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah Ciledug.
10
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media uji kemampuan sebagai upaya pengembangan pengetahuan dan pengalaman nyata berdasarkan bekal teori dan praktik yang diperoleh selama menempuh pendidikan di bangku kuliah. b. Bagi pembaca dan penulis selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang relevan dengan pokok bahasan sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan tentang penerapan model problem based learning untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang konsep mitigasi bencana. b. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran terkait dengan pemahaman siswa tentang konsep mitigasi bencana sebagai wujud kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan untuk meminimalisir terjadinya bencana.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori 1. Penerapan Model Problem Based Learning a. Hakikat Model Problem Based Learning Terdapat beberapa teori yang melandasi model problem based learning (pembelajaran berbasis masalah), di antaranya adalah:1 1) Teori belajar bermakna dari David Ausubel Menurut Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang.2 Selama berlangsungnya proses pembelajaran, akan dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang sedang dipelajari. 3 Dalam proses belajar bermakna, informasi/konsep baru diasimilasikan pada informasi/konsep yang relevan dalam struktur kognitif yang telah ada. Adapun, kaitannya dengan problem based learning adalah mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada. 2) Teori belajar Lev. S. Vigotsky Menurut Vigotsky, interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.4 Interaksi dengan budaya sekeliling dan lembaga-lembaga sosial sebagaimana orang tua, saudara sekandung, individu dan teman sebaya yang lebih cakap sangat
1
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 244. 2 Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 95. 3 Ibid., hlm. 96. 4 Rusman, Loc. cit., hlm. 244.
11
12
memberi sumbangan secara nyata pada perkembangan intelektual individu.5 Adapun, kaitannya dengan problem based learning adalah mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan individu lain. 3) Teori Belajar Jerome S. Brunner Menurut Brunner, belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.6 Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya,
akan
menghasilkan
pengetahuan
yang
benar-benar
bermakna.7 Selain itu, Brunner juga menggunakan konsep scaffholding dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Scaffholding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu malampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.8 Adapun. kaitannya dengan problem based learning adalah mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada melalui kegiatan belajar penemuan dalam interaksi sosial dengan individu lain Berdasarkan beberapa paparan teori di atas, dapat dijelaskan bahwa melalui penerapan problem based learning siswa mampu memperoleh pengetahuan yang relevan, berpikir untuk dapat memahami, dan terdorong untuk melakukan sesuatu. Melalui penerapan problem based learning siswa mampu mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, dan motivasi belajar untuk merancang berbagai macam pemecahan masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran. Problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
5
Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi, Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), hlm. 51. 6 Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 79. 7 Ibid. 8 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 245.
13
sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.9 Sementara itu, problem based learning dijelaskan sebagai seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri.10 Secara sederhana, problem based learning dimaknai sebagai sebuah model yang menyajikan masalah kontekstual dalam pembelajaran sehingga siswa terstimulus untuk belajar. Tujuan penerapan problem based learning adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan berpikir reflektif, kritis, analitis dan evaluatif, dan keterampilan memaknai informasi dan memecahkan masalah, membiasakan diri belajar secara kolaboratif, inovatif, dan kooperatif, serta mampu belajar tentang kehidupan yang lebih luas.11 Tujuan terpenting dalam penerapan problem based learning adalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan menjadikan siswa mandiri.12 Selain itu, terdapat beberapa manfaat dari penerapan problem based learning, di antaranya adalah (1) pemahaman siswa meningkat dan menjadi lebih ingat dengan materi pelajaran; (2) meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan; (3) mendorong dan memotivasi siswa untuk berpikir; (4) membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial; (5) membangun kecakapan belajar (life-long learning skills).13
b. Karakteristik Model Problem Based Learning Model problem based learning memiliki beberapa karakteristik, di antaranya adalah pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah sesuai konteks dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, siswa mempelajari dan 9
Pendapat ini dijelaskan oleh Tan (2000), dan dikutip oleh Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 232. 10 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, (Jakarta: Indeks, 2012), hlm. 307. 11 Rusman, Loc. cit., hlm. 238. 12 Paul Eggen & Don Kauchak, Loc. cit., hlm. 309. 13 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 27-29.
14
mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah yang telah dipelajari.14 Karakteristik lain yang dimiliki oleh problem based learning adalah pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah, siswa bertanggung jawab untuk memecahkan masalah, dan guru mendukung proses saat siswa memecahkan masalah.15 Selain itu, terdapat beberapa karakteristik lain dari problem based learning, yaitu belajar pengarahan diri, pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi, melibatkan evaluasi dan peninjauan kembali pengalaman siswa dan proses belajar, serta proses belajar yang bersifat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.16 Selanjutnya, 3 karakteristik lain model problem based learning adalah:17 (1) problem based learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, yang berarti dalam pelaksanaannya terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa (siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, serta menyimpulkannya; (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan masalah, sehingga masalah menjadi kata kunci dalam proses pembelajaran; dan (3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah18. Adapun,
masalah
yang
dikemukakan
kepada
siswa
harus
bisa
membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, kesadaran akan adanya kesenjangan, pengetahuan, keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa siswa mampu memecahkan masalah.19 Selain itu, karakteristik masalah dalam penerapan problem based learning adalah permasalahan yang ada di 14
Pendapat ini dijelaskan oleh Tan (2003), Wee & Kek (2002), dan dikutip oleh M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Op.cit., hlm. 12. 15 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 307. 16 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 232-233. 17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. Ke-8, hlm. 214-215. 18 Berpikir secara ilmiah berarti proses berpikir deduktif dan induktif yang dilakukan secara sistematis ( melalui tahapan tertentu) dan empiris (penyelesaian masalah berdasarkan data dan fakta yang jelas). Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Wina Sanjaya, Ibid., hlm. 215. 19 Rusman, Loc. cit., hlm. 237.
15
kehidupan nyata, memiliki relevansi dengan kurikulum dan disiplin ilmu lainnya, memiliki tingkat kompleksitas, dan konteks masalah membutuhkan persfektif ganda (multiple perspective), bersifat merangsang keingintahuan siswa dan menantang siswa untuk menyelesaikannya secara rasional dan autentik. 20 Adapun, bentuk-bentuk masalah yang dapat disajikan dalam penerapan problem based learning di antaranya, adalah:21 (1) kinerja yang tidak sesuai; (2) situasi yang menuntut perhatian atau peningkatan; (3) mencari cara yang lebih baik atau hal yang baru; (4) fenomena yang masih menjadi misteri atau belum dapat dijelaskan; (5) adanya kesenjangan dalam informasi dan pengetahuan; dan (6) masalah pengambilan keputusan.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekuranganya masingmasing. Pada bagian ini akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan dari model problem based learning. Berikut ini adalah beberapa kelebihan problem based learning, di antaranya:22 1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup baik untuk memahami isi pelajaran; 2) Melalui pemecahan masalah, siswa akan terbantu untuk mengetahui bagaimana mentransfer pengetahuan mereka dalam memahami masalah di kehidupan nyata, mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kemampuan menyesuaikan dengan pengetahuan baru, siswa merasa tertantang dan puas dengan pengetahuan baru yang diperoleh dalam pembelajaran, dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa;
20
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 238. 21 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 18-20. 22 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op. cit., hlm. 220.
16
3) Siswa mampu mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, serta mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses belajarnya; 4) Siswa dapat menyadari bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya adalah cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa; 5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam dunia nyata; 6) Membiasakan dan mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar. Selain itu, beberapa kelebihan problem based learning lainnya adalah:23 1) Melalui penerapan problem based learning akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. 2) Dalam situasi problem based learning, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. (3) Problem based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Lebih lanjut, kelebihan problem based learning ada pada perancangan masalah, yakni:24 (1) memiliki keaslian seperti di dunia kerja (nyata); (2) dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya; (3) membangun pemikiran yang metakognitif (menyadari tentang pemikiran sendiri) dan konstruktif (pemahaman dibangun sendiri); dan (4) meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran. 23
Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 3-4. 24 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 32-33.
17
Adapun, beberapa kekurangan problem based learning, di antaranya adalah:
25
1) Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba. 2) Keberhasilan penerapan problem based learning membutuhkan cukup waktu untuk melakukan persiapan. 3) Tanpa adanya pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
d. Langkah-Langkah Penerapan Model Problem Based Learning Penerapan problem based learning disesuaikan dengan tujuan belajar yaitu siswa harus memecahkan masalah spesifik dan memahami materi, serta mampu mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan menjadi siswa yang mandiri. Adapun, langkah-langkah penerapan problem based learning terbagi atas 4 fase yang akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:26 Tabel 2.1 Fase Penerapan Problem Based Learning Fase
Kegiatan
Deskripsi
1
Meriview dan Menyajikan Masalah
Menarik perhatian siswa &
(Guru meriview pengetahuan yang
mengarahkan siswa ke dalam
dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan memberi siswa masalah spesifik dan konkret untuk dipecahkan)
pelajaran. Secara
informal
menilai
pengetahuan awal. Memberikan
fokus
konkret
untuk pelajaran.
25
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op. cit., hlm. 221. 26 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 311.
18
2
Menyusun Strategi
Sebisa mungkin memastikan
(siswa menyusun strategi untuk
bahwa
memecahkan masalah dan guru
pendekatan
memberikan umpan balik tentang
siswa
menggunakan yang
berguna
untuk memecahkan masalah.
strategi) Menerapkan Strategi
Memberi siswa pengalaman
(siswa menerapkan strategi-strategi
untuk memecahkan masalah.
3
yang telah disusun, sedangkan guru secara cermat memonitor upaya siswa dan memberikan umpan balik) 4
Membahas dan Mengevaluasi Hasil (Guru Membimbing diskusi tentang
Memberi siswa umpan balik tentang upaya mereka.
upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan) Selain langkah di atas, terdapat 7 langkah dalam proses problem based learning, yaitu:27 1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas (memastikan setiap anggota kelompok memahami berbagai istilah dan konsep yang terdapat di dalam masalah); 2) Merumuskan masalah (penjelasan tentang hubungan antarfenomena di dalam masalah); 3) Menganalisis masalah (setiap anggota kelompok berkesempatan untuk melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif, atau hipotesis yang terkait dengan masalah); 4) Menata gagasan dan menganalisisnya secara sistematis (bagian yang telah dianalisis, kemudian dilihat keterkaitannya satu sama lain, lalu dikelompokkan
27
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 24-26.
19
berdasarkan hasil analisis/melihat bagian mana yang saling menunjang dan bagian mana yang saling bertentangan); 5) Memformulasikan tujuan pembelajaran (mengaitkan tujuan pembelajaran dengan analisis masalah yang telah dibuat sebagai dasar gagasan dan dasar penugasan bagi setiap anggota kelompok); 6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (menentukkan sumber informasi dan di mana informasi dapat diperoleh); 7) Mensintesa/menggabungkan dan menguji informasi baru, kemudian membuat laporan
(kelompok
membuat
sintesis/menggabungkan
informasi
dan
mengkombinasikan hal-hal yang relevan). Lebih lanjut, studi kasus problem based learning (pembelajaran berbasis masalah), meliputi: (1) penyajian masalah; (2) menggerakkan inquiry; dan (3) langkah-langkah problem based learning yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar, iterasi/perulangan kemandirian dan kolaboras pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi. 28 Secara sederhana, penerapan problem based learning dapat dilakukan dengan mengikuti langkahlangkah
berikut
ini,
yaitu:29
(1)
guru
mempersiapkan
masalah
dan
melemparkannya kepada siswa; (2) membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah berdasarkan pengetahuan/keterampilan yang dimiliki, selanjutnya siswa membuat rumusan masalah dan membuat hipotesisnya; (3) siswa mencari informasi sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan; (4) siswa mendiskusikan berbagai informasi yang telah diperoleh untuk menghasilkan solusi/pemecahan masalah yang tepat; dan (5) jika pemecahan masalah telah ditentukan maka kegiatan selanjutnya adalah diskusi penutup.
28
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 233. 29 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 289.
20
Adapun, langkah-langkah operasional dalam penerapan problem based learning, meliputi:30 1) Konsep Dasar (Basic Concept) Guru memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. 2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem) Dalam langkah ini, guru menyampaikan permasalahan dan siswa melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario/permasalahan secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. 3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning) Siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud, bisa dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar siswa mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami. 4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge) Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi pencapaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara berkumpul sesuai kelompok di dampingi guru selaku fasilitator.
30
Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 5-9.
21
5) Penilaian (Assessment) Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
e. Penilaian Model Problem Based Learning Penilaian dalam proses problem based learning, mencoba untuk memaksimalkan fungsi penilaian, sekaligus mengubah anggapan siswa bahwa penilaian terpisah dari proses belajar.31 Penilaian ini haruslah merupakan suatu bagian integrasi dengan proses memfasilitasi, dan proses belajar kelompok lainnya.32 Adapun, variasi penilaian proses problem based learning, meliputi:33 (1) proses keaktifan berdiskusi kelompok di kelas; (2) proses belajar kelompok di luar kelas; (3) presentasi laporan dan hasil laporan. Bentuk penilaian harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, seperti:34 (1) penilaian
kinerja
(tugas-tugas
di
mana
siswa
menunjukkan
tingkat
kompetensi/pengetahuan/keterampilan mereka dengan mengerjakan satu kegiatan atau menciptakan satu produk); (2) observasi sistematis (cara lain untuk mengevaluasi berbagai proses yang digunakan siswa saat terlibat dalam pembelajaran); (3) daftar periksa (deskripsi tertulis terhadap berbagai dimensi yang harus ada dalam suatu kinerja yang layak secara sistematis); (4) skala pemeringkatan (deskripsi tertulis tentang berbagai dimensi dari satu kinerja berterima dengan skala-skala nilai yang menjadi dasar pemeringkatan setiap
31
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 93. 32 Ibid. 33 Ibid., hlm. 94. 34 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 348.
22
dimensi); (5) penilaian individu & kelompok (penilaian dilakukan secara individu, jika memungkinkan); dan (6) menggunakan kasus untuk menilai pemahaman siswa dalam pelajaran penyelidikan (untuk menentukan apakah siswa bisa membuat hipotesis dan mengaitkan data dengan penjelasan). Selanjutnya, penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan, penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
2. Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana a. Definisi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau mempelajari baik-baik supaya paham.35 Pengertian pemahaman (comprehension) juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.36 Lebih lanjut, pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee37 mampu untuk mengerti/memahami tentang arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.38 Pemahaman juga dijelaskan sebagai jenjang kemampuan yang 35
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 811. 36 Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 50. 37 Dalam hal ini testee adalah siswa, siswa tidak hanya hafal secara verbal, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hlm. 58. 38 Ibid.
23
menuntut siswa untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru, dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkan dengan hal-hal lain.39 Pemahaman merupakan tingkat kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari hafalan/ingatan.40 Adapun, kata memahami berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. 41 Selain itu, kemampuan memahami juga dapat diartikan kemampuan mengerti tentang hubungan antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan.42 Dengan kata lain, melalui pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.43 Seorang siswa dapat dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dengan menggunakan bahasanya sendiri. Sedangkan, konsep diartikan sebagai suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.44 Sejalan dengan itu, konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama.45 Selain itu, konsep dijelaskan sebagai suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berpikir dan memecahkan masalah. 46 Secara singkat, dapat dikatakan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi mental yang
39
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-3, hlm. 21. 40 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Studi Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet.2, hlm. 162. 41 Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Op. cit., hlm. 50. 42 Kunandar, Loc. cit., hlm. 162. 43 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. 5., hlm. 118. 44 Pendapat ini disampaikan oleh Rosser (1984), sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 63. 45 Pendapat ini disampaikan oleh Hasan (1995), sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, (Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2008)., hlm. 37. 46 Ibid., hlm. 36.
24
mewakili satu kelas stimulus, dan suatu konsep telah dipelajari jika yang diajar dapat menampilkan prilaku-prilaku tertentu.47 Konsep diperoleh melalui dua cara, yaitu:48 (1) pembentukan konsep; dan (2) asimilasi konsep. Pembentukan konsep merupakan bentuk perolehan konsep sebelum siswa masuk sekolah dan lebih memakan waktu dibandingkan proses asimilasi konsep yang merupakan cara utama untuk memperoleh konsep selama dan setelah jenjang sekolah. Sebuah konsep awal menjadi sesuatu yang penting sebelum siswa mengenali konsep-konsep lainnya. Jika siswa telah memiliki pemahaman dari konsep awal, maka hal tersebut akan mempermudahnya dalam memahami konsep-konsep lainnya. Selanjutnya,
terdapat
empat
tingkat
pencapaian konsep menurut
Klausmeier, yakni:49 1) Tingkat konkrit (jika seseorang mampu mengenal suatu objek yang telah diketahui sebelumnya, dapat memperhatikannya, dan mampu membedakan objek tersebut berdasarkan berbagai stimulus yang ada di lingkungan); 2) Tingkat identitas (jika seseorang mampu mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu, orang tersebut memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek, dan objek ditentukan dengan indera yang berbeda); 3) Tingkat klasifikatori (jika seseorang mampu mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama dan orang itu mampu menggeneralisasikan bahwa dua atau lebih contoh memiliki hubungan); 4) Tingkat formal (jika seseorang mampu menentukan berbagai atribut yang membatasi konsep, memberi nama pada konsep, dan mampu memberikan contoh dari konsep secara verbal. Adapun, kata mitigasi (mitigate) berarti tindakan-tindakan untuk mengurangi bahaya supaya kerugian dapat diperkecil.50 Mitigasi meliputi aktivitas 47
Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 64. Pendapat ini disampaikan oleh Ausubel (1968), sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis Dahar, Ibid. 49 Bagja, Waluya, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Geografi, hlm. 4. (http://file.upi.edu). 50 Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M): Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial 48
25
dan tindakan-tindakan. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 131 Tahun 2003, mitigasi atau penjinakan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, yang meliputi kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk mengatasinya.51 Selanjutnya, bencana dijelaskan sebagai “An event, natural or man-made, sudden or progressive, which impacts with such severity that the effected community has to respond by taking exceptional measures” yang berarti “suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena perbuatan manusia yang terjadi secara tiba-tiba atau
perlahan dan memberi
dampak kerusakan
yang
mempengaruhi masyarakat dan berada di luar jangkauan masyarakat.”52 Definisi lain tentang bencana adalah “A serious of the functioning of a community or a society causing widespread human, material, economic, or environmental losses which exceed the ability of the affected community/society to cope using its own resources” yang berarti “suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan, sehingga menyebabkan kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.”53 Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1, “bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), 2013), hlm. 10. 51 Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M): Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Op. cit., hlm. 10. 52 Hal ini dijelaskan oleh W. Nick Carter dalam bukunya yang berjudul “Disaster Management”, hlm. xxiii., dan dikutip oleh Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 10. 53 Hal ini dijelaskan oleh International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR2002,24), dan dikutip oleh Nurjanah, dkk., Ibid., hlm. 10-11.
26
dampak psikologis.”54 Secara umum, bencana memiliki beberapa kriteria/kondisi, yaitu:55 (1) adanya peristiwa; (2) terjadi karena faktor alam atau karena ulah manusia; (3) terjadi secara tiba-tiba atau bertahap/perlahan; (4) mengakibatkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan lingkungan, dan lainnya;56 (5) berada di luar kemampuan manusia untuk menanggulanginya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep mitigasi bencana adalah kemampuan siswa memahami hubungan antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan yang terkait dengan upaya mengurangi dampak bencana melalui penerapan tindakan kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk mengatasi bencana yang terjadi secara alamiah atau pun karena ulah manusia, dan dijelaskan dengan bahasa sendiri. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep di antaranya adalah faktor lingkungan individu, pengalaman yang dimiliki, serta tingkat intelegensi yang dimiliki.57 Semakin besar kesempatan seseorang untuk belajar, maka akan semakin banyak pula pengalaman yang diperolehnya.58 Adapun, konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi serta kemampuan berpikir abstrak.59
54
Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 11. Ibid. 56 Dampak bencana lainnya adalah (1) dampak bencana terhadap kehidupan sosial masyarakat, berupa terganggunya ketenangan dan pola hidup masyarakat; (2) dampak bencana terhadap kehidupan ekonomi masyarakat, berupa tersendat/lumpuhnya aktivitas ekonomi masyarakat; (3) dampak bencana terhadap politik dan keamanan, berupa banyak terjadinya konflik politik, pertikaian antarkelompok masyarakat, pencurian, perampokan, dsb.; (4) dampak bencana terhadap lingkungan hidup, berupa banyaknya kerusakan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan masyarakat. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 33-42. 57 Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 9. (http://file.upi.edu) 58 Ibid. 59 Ibid., hlm. 3. 55
27
Selanjutnya, terdapat 6 ciri belajar yang mengandung pemahaman, yaitu:60 (1) pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar; (2) pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lalu; (3) pemahaman tergantung pada pengaturan situasi; (4) pemahaman didahului dengan usaha dan coba-coba; (5) belajar dengan pemahaman dapat diulangi; dan (6) suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi lain. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman siswa, yaitu:61 1) Tingkat Usia Pada tingkat sekolah dasar, kecenderungan pemahaman siswa ditekankan pada tingkat hafalan (role learning), tanpa memfokuskan pada aspek mengapa dan bagaimana; 2) Motivasi Belajar Siswa Terdapat beberapa golongan kelompok siswa sesuai dengan tingkat motivasi belajarnya, yaitu: (1) kelompok siswa yang benar-benar ingin belajar (willing to learn), mereka memiliki motivasi belajar yang tinggi dan ingin memahami apa yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran, (2) kelompok siswa yang hanya ingin memperoleh nilai terbaik (to gain a good mark), mereka memiliki motivasi dan tingkat partisipasi yang tinggi dalam pembelajaran, namun bersifat labil, dan (3) kelompok siswa yang sekedar masuk sekolah (to have fun at school), mereka biasa disebut dengan kelompok penggembira karena hal terpenting bagi mereka adalah masuk sekolah dan berprilaku baik di sekolah.
60
Pendapat ini dikemukakan oleh Ernest Hilgard dalam R. Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 21. Sebagaimana dikutip oleh Diah Puspita, Penggunaan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan dalam Pembelajaran Matematika, (http://www.duniaguru.com, 28 Juni 2011, dan dipaparkan kembali dalam skripsi Khumaidi, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar dengan Menggunakan Media Manipulatif (Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Jakarta, 2011), hlm. 13. 61 Wahyudi, Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran IPA, Balitbang Diknas Alghiptra.Blogspot.Com/2007/08/tpk-ipa-saduran.html, 2008, hlm. 13-16. Sebagaimana dikutip dalam skripsi Khasanah, Pengaruh Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri terhadap Pemahaman Konsep Siswa (Prodi Pendidikan Kimia, UIN Jakarta, 2011), hlm. 16.
28
3) Pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu tingkat pencapaian pemahaman siswa yang lebih tinggi; Berdasarkan uraian di atas, secara singkat dapat dijelaskan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi pemahaman konsep, khususnya pada konsep mitigasi bencana adalah faktor internal dan faktor eksternal dari siswa yang bersangkutan. Maksudnya adalah faktor internal siswa lebih difokuskan pada tingkat usia, kemampuan dasar, motivasi belajar, pengalaman belajar masa lalu, dan pengalaman berdasarkan peristiwa yang pernah dialami. Sedangkan, faktor eksternal lebih difokuskan pada pengaturan situasi belajar siswa dan faktor lain di luar individu siswa.
c. Indikator Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana Secara umum, pemahaman dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:62 1) Kategori terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya. Mengungkapkan tentang sesuatu dengan bahasa sendiri melalui simbol tertentu termasuk ke dalam pemahaman terjemahan. Kategori ini meliputi dua keterampilan, yakni:63 (a) menerjemahkan sesuatu dari bentuk abstrak ke dalam bentuk konkrit; dan (b) menerjemahkan tabel, grafik, simbol, dan sebagainya. 2) Kategori kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagianbagian terdahulu dan dikaitkan dengan hal baru yang diketahui, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Menghubungkan antarunsur dari keseluruhan pesan suatu karangan termasuk ke dalam pemahaman penafsiran. Kategori ini meliputi tiga keterampilan, yakni:64 (a) membedakan antara kesimpulan yang diperlukan dan yang tidak diperlukan; (b) memahami kerangka suatu pekerjaan secara keseluruhan; dan (c) memahami dan menafsirkan isi berbagai macam bacaan. 62
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), cet. 18, hlm. 24. 63 Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 5. (http://file.upi.edu). 64 Ibid.
29
3) Kategori ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi, yaitu kemampuan seseorang melihat suatu hal dibalik yang tertulis, membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. Mengungkapkan sesuatu yang tersirat di balik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan atau tulisan. Kategori ini meliputi tiga keterampilan, yakni:65 (a) meyimpulkan dan menyatakan lebih eksplisit; (b) memprediksi berbagai konsekuensi dari tindakan yang akan digambarkan dari sebuah komunikasi; dan (c) peka terhadap faktor yang mungkin membuat prediksi menjadi akurat. Dalam
pembelajaran,
pemahaman
ditunjukkan
melalui:66
(1)
mengungkapkan gagasan/pendapat dengan kata-kata sendiri; (2) membedakan, membandingkan, menginterpretasi data, dan mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri; (3) menjelaskan gagasan pokok; (4) dan menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri. Selain itu, pemahaman juga mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari bahan yang dipelajari, dan dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan ke dalam bentuk tertentu.67 Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.68 Pemahaman konsep memiliki tujuh kategori dalam proses kognitif yang terdiri dari menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, meringkas, memprediksi, membandingkan, dan menjelaskan.69 Agar dapat memahami suatu konsep, siswa harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari lingkungan atau sesuai dengan pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan 65
Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 5. (http://file.upi.edu). Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Studi Pendekatan Praktis, Op. cit., hlm. 163. 67 Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 44. 68 Ibid. 69 Linda Jayanthi, dkk., Pengaruh Metode PQRST terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas V SD di Gugus 5 Kecamatan Kediri, hlm. 2. (http://ejournal.undiksha.ac.id). 66
30
hidupnya.70 Pengalaman-pengalaman yang harus dilalui oleh siswa merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dapat menunjang terbentuknya konsepkonsep.71 Lebih lanjut, karakteristik soal-soal pemahaman di antaranya adalah mengungkapkan tema, topik, atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda.72 Sebagian item pemahaman dapat disajikan dalam bentuk gambar, denah, diagram, atau grafik. Dalam tes objektif, tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman.73 Berdasarkan paparan di atas, maka indikator pemahaman konsep mitigasi bencana meliputi 3 kategori, yakni kemampuan siswa menerjemahkan, menafsirkan/menginterpretasikan, dan mengekstrapolasi, yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk aktivitas belajar terkait dengan konsep mitigasi bencana, serta didukung dengan penyajian tes objektif dalam bentuk pilihan ganda.
d. Teknik Pengukuran Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana Pengetahuan dan pemahaman siswa tentang suatu konsep bisa diukur melalui 4 cara, yaitu dengan meminta siswa untuk:74 1) Mendefinisikan konsep, ini merupakan cara paling sederhana untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman siswa tentang suatu konsep. Dengan meminta siswa untuk mendefinisikan atau mengidentifikasi definisi terbaik dari daftar alternatif. Kelemahan cara ini adalah sekedar mengukur kemampuan siswa untuk mengingat atau mengenali satu definisi yang sudah dihafalkan sebelumnya, dan seringkali memiliki pemahaman nyata yang masih rendah. 2) Mengidentifikasi karakteristik-karakteristik konsep, ini merupakan cara selanjutnya yang dapat ditempuh untuk mengukur pemahaman siswa. Cara ini
70
Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 5. (http://file.upi.edu). Ibid. 72 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. cit., hlm. 25. 73 Ibid. 74 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 247-249. 71
31
hanya mengukur pemanggilan pengetahuan siswa, karena karakteristikkarakteristiknya
sudah
diidentifikasi
sebelumnya
selama
kegiatan
pembelajaran berlangsung. 3) Menghubungkan konsep dengan berbagai konsep lain, ini merupakan cara lain yang dapat diterapkan dalam mengukur pemahaman siswa tentang suatu konsep. Cara ini mengukur lebih dari sekedar pemahaman siswa tentang suatu konsep, melainkan juga mengukur sejauh mana siswa menyadari bahwa suatu konsep memiliki hubungan dengan berbagai konsep lainnya. 4) Mengidentifikasi atau memberikan contoh yang belum pernah dijumpai sebelumnya dari suatu konsep, ini merupakan cara yang paling efektif untuk mengukur pemahaman siswa tentang suatu konsep. Melalui cara ini, siswa diminta untuk memberikan sendiri contoh-contoh baru dari suatu konsep yang sedang dipelajari. Dalam hal ini, teknik pengukuran pemahaman siswa tentang konsep mitigasi bencana mengacu pada indikator pembelajaran yang telah dibuat dan berdasarkan pula pada pencapaian aspek kognitif siswa dalam pembelajaran.
e. Macam-Macam Bencana dan Mitigasi yang Mungkin Dilakukan Berikut ini adalah macam-macam bencana dan mitigasi yang mungkin dilakukan, yaitu: 1) Bencana Alam Bencana alam adalah jenis bencana yang disebabkan oleh dinamika bumi yang tidak pernah berhenti secara alamiah.75 Adapun, macam-macam bencana alam di antaranya adalah: a) Gempa Bumi Vulkanik Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh pergeseran atau pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tibatiba.76 Lebih lanjut, gempa bumi vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh kinerja gunung api, dan biasanya terjadi sebelum, selama, dan sesudah letusan 75 76
Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 7. Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., 2012), hlm. 28.
32
gunung api.77 Adapun, upaya mitigasi bersifat selektif, tergantung pada sifat gunung api, kondisi dan kemampuan masyarakat, serta kemampuan pemerintah daerah. Mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:78
Membagi daerah lereng gunung api menjadi beberapa wilayah bahaya. (Daerah I: tetap menjadi kawasan hutan lindung, daerah II: sebagian adalah daerah hutan lindung & sebagian yang lain adalah kawasan hutan produksi, daerah III: relatif aman & masyarakat diperbolehkan untuk bermukim).
Membangun jalur-jalur evakuasi dan tempat berkumpul sementara.
Mempersiapkan barak-barak pengungsian di wilayah yang aman.
Membuat bunker sebagai tempat perlindungan sementara dari bahaya awan panas.
Membangun rumah penduduk yang tahan gempa (atap rumah dibuat relatif curam agar abu vulkanik mudah dibersihkan).
Memasang tanda bahaya (sirine) dan membunyikannya di saat yang tepat.
Membangun bendungan sebagai tempat mengalirnya lahar dingin.
Meningkatkan kinerja pos pengamatan gunung api dengan menyampaikan laporan yang akurat kepada masyarakat.
Pemerintah provinsi/kabupaten/kecamatan membentuk tim siaga bencana alam yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas sesuai kebutuhan.
b) Gempa Bumi Tektonik Gempa bumi tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergeseran kulit bumi yang terjadi secara tiba-tiba dalam bumi dan erat sekali dengan gejala pembentukan pegunungan, gempa ini dapat terjadi apabila terbentuk patahanpatahan yang baru atau jika terjadi pergeseran-pergeseran sepanjang patahan karena timbul tegangan-tegangan di dalam kulit bumi.79 Adapun, Mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:80
77
Sukandarrumidi, Op. cit., hlm. 46-47. Ibid., hlm. 75-76. 79 Gempa ini dikenal juga dengan sebutan gempa dislokasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op.cit., hlm. 47. 80 Ibid., hlm. 94-96. 78
33
Dalam memilih daerah/lokasi membangun rumah hendaknya tidak di daerah yang labil (patahan geologi), tidak di dekat tebing, tidak di atas tanah yang gembur/tidak padat, tidak di daerah sempadan/batas sungai atau pun pantai.
Dalam memilih bahan bangunan harus tahan gempa (beton bertulang & bentuk bangunan simetris), dan bahan konstruksi harus ringan (kayu dan bata).
Untuk rumah satu lantai, perkirakan jarak posisi anda dari pintu keluar. Jika < 12 m, penyelamatan masih mungkin dilakukan dalam waktu 3 menit dengan cara merangkak, dan jangan berlari & jika >12 m, penyelamatan diri dilakukan dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen pintu kayu yang kokoh.
Untuk rumah dua lantai, jika tidak ada tangga darurat maka penyelamatan diri dilakukan dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen pintu kayu yang kokoh.
Bagi yang berada di luar rumah, penyelamatan yang dapat dilakukan adalah tetap tenang dan segera cari lapangan/area terbuka yang jauh dari reruntuhan bangunan.
Bagi yang berada di dalam mobil atau sedang berkendara, maka segera keluar dari kendaraan dan bergegas ke tempat terbuka yang aman.
Jika terjadi gempa susulan, maka jangan mendekati bangunan-bangunan yang telah retak/nyaris runtuh.
c) Tsunami Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif (berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran) dari dasar laut.81 Lebih lanjut, Bencana tsunami disebabkan oleh adanya gempa tektonik dengan kekuatan 6 SR atau lebih akibat pergerakan lempeng turun/naik (gerakan vertikal) dengan episentrum di laut, maka akan diikuti bencana tsunami. 82 Semakin lama durasi gempa dan semakin besar skala kekuatan gempa, serta semakin luas daerah yang terkena patahan,
81 82
Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 29. Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 113.
34
maka gelombang tsunami yang dihasilkan pun akan semakin besar.83 Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:84
Patuhi aturan sempadan/batas pantai (daerah yang berjarak 250 m dari garis pantai harus bebas bangunan dan sebaiknya ditanami tumbuhan seperti bakau/mangrove, pohon kelapa, dan nipah agar dapat dimanfaatkan sebagai hutan lindung).
Membangun jalan di batas daerah sempadan pantai sebagai jalur evakuasi.
Pertahankan keberadaan tanaman pantai seperti bakau/mangrove, pohon kelapa, dan nipah.
Tidak perlu melakukan normalisasi aliran sungai yang dekat dengan muara.
Selalu waspada terhadap gejala-gejala alam yang aneh sebagai peringatan bagi manusia.
d) Angin Topan Angin topan muncul karena terjadinya pemanasan udara secara besarbesaran, sehingga mengakibatkan perbedaan tekanan udara yang sangat besar. Angin topan yang bergerak disertai putaran dikenal dengan sebutan angin puting beliung.85 Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem, sistem pusaran ini bergerak dengan kecepatan sekitar 120 km/jam.86 Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:87
Membangun bangunan yang kokoh dengan bahan bangunan yang berat.
Di daerah pantai, pertahankan keberadaan tanaman bakau yang mampu menahan gelombang besar, mempunyai akar yang kuat, tidak mudah tercabut, dan tahan air asin.
Catat waktu menanam pohon untuk mengetahui usia tanaman (tanaman yang cepat pertumbuhannya terbukti mudah tumbang, berbeda dengan pohon asem, mahoni, dan cemara yang tahan tiupan angin kencang). 83
Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 113. Ibid., hlm. 117. 85 Ibid., hlm. 184. 86 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 27. 87 Sukandarrumidi, Loc. cit., hlm. 186-187. 84
35
Pangkaslah ranting-ranting pohon yang rimbun saat memasuki musim pancaroba.
2) Bencana Anthropogene Bencana anthropogene adalah jenis bencana yang dipicu oleh ulah manusia yang memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan dan tidak ramah lingkungan.88 Adapun, macam-macam bencana anthropogene di antaranya adalah: a) Kekeringan Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air, baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan.89 Pada dasarnya, bahaya kekeringan berkaitan erat dengan kinerja manusia dalam mengelola dan mempertahankan keberadaan hutan.90 Semakin tidak bersahabat prilaku manusia terhadap hutan yang berperan sebagai salah satu model konservasi air tanah, maka sudah dapat dipastikan bahwa bahaya kekeringan akan semakin mengancam. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:91
Melakukan penghijauan (melakukan penghijauan secara menyeluruh, terutama di daerah aliran sungai/DAS, membiarkan tanaman semak belukar di hutan tetap tumbuh, mengolah kebun dengan tanaman umbi-umbian sebagai cadangan bahan pangan, mempertahankan keberadaan pohon sagu dan keladi).
Melakukan revitalisasi air (mempertahankan atau menambah wilayah penampungan air seperti waduk/situ/telaga/rawa, membendung sungai dan mengalirkan airnya ke tempat lain untuk keperluan irigasi dan konservasi air tanah lokal, serta membendung anak sungai guna meningkatkan kandungan air tanah daerah sekitar).
88
Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 7. Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 25. 90 Sukandarrumidi, Loc. .cit., hlm. 170. 91 Ibid., hlm. 173-174. 89
36
Melakukan revitalisasi lahan (memperlakukan daerah sempadan mata air, danau, sungai, dan mengalokasikan daerah resapan air sebagai kawasan lindung).
Setiap rumah menyiapkan bak penampungan air hujan (PAH) atau membuat sumur resapan air hujan.
Memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan dengan bijak.
Memperbanyak hutan kota.
b) Banjir Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan genangan pada dataran rendah di sisi sungai.92 Pengalaman terjadinya banjir di Indonesia menunjukkan bahwa banjir erat kaitannya dengan penebangan hutan yang tidak terkendali di daerah aliran sungai/DAS bagian hulu.93 Semakin gundul hutan di bagian hulu, maka ancaman banjir akan semakin parah di daratan yang rendah. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:94
Melakukan penghijauan secara menyeluruh di daerah aliran sungai/DAS.
Membangun bendungan dan tanggul secara selektif sesuai kebutuhan.
Memanfaatkan kembali situ, waduk, telaga, rawa yang ada di wilayah DAS hulu dan memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi air guna menjaga kebersihan sungai.
Melakukan pengerukan dasar sungai dan memberlakukan aturan sempadan sungai (100 m dari tepi sungai harus terbebas dari bangunan).
Tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir sampah.
Melakukan normalisasi sungai dan menambang pasir sungai secara bijak.
Membentuk dinas khusus yang memiliki otoritas untuk melakukan pengawasan terhadap kondisi sungai, khususnya daerah sempadan sungai.
92
Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 24. Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 141. 94 Ibid., hlm. 146-147. 93
37
Membangun rumah dengan fondasi yang lebih tinggi dan terdapat ruangan di atas loteng bagi wilayah permukiman yang berada di sekitar luapan aliran sungai besar.
c) Tanah Longsor Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan maupun percampuran dari keduanya yang menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. 95 Banyak faktor yang berperan dalam terjadinya pergerakan tanah/longsor, di antaranya adalah kondisi geologi, model pemanfaatan lahan, perlakuan manusia pada lingkungan hutan, rekayasa manusia dalam membuat sarana dan prasarana pembangunan, serta rekayasa manusia dalam mengubah bentang alam dan memanfaatkannya.96 Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:97
Membuat pengamanan lereng secara bersistem (membuat topografi lereng berbentuk undakan dan menanaminya dengan rumput, membuat bangunan di dasar tanah yang tidak bergerak, memasang kawat untuk menghindarkan tanah runtuh, mengubah pola pemanfaatan lahan menjadi pengelolaan dengan membuang air, menambahkan batu kapur pada tanah lempung guna menjaga stabilitasnya, membatasi beban jalan di daerah yang labil).
Mengatur arah aliran air dengan cara membuat saluran drainase yang sesuai dengan tipe gerakan tanah, dan menyalurkan air yang ada di atas bidang gelincir dengan cara memasukkan bambu berlubang sebagai pancuran air.
Jika memilih lokasi untuk membangun rumah maka jangan di daerah yang labil atau di lereng bukit, tebing yang terjal, daerah sempadan sungai, dan agar fondasi rumah yang berada di daerah batu lempeng tidak mengembang atau berkerut maka permukaan lubang galian fondasi terlebih dahulu dilapisi dengan pasir lepas.
95
Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 25. Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 125-126. 97 Ibid., hlm. 129-130. 96
38
d) Kebakaran Secara umum, kebakaran bersifat anthropogene dan tidak dikehendaki oleh manusia, misalnya akibat ledakan kompor minyak/gas, korsleting listrik (hubungan arus pendek listrik), gangguan pada mesin yang biasa ditemui pada kendaraan seperti mobil/kapal/laut/pesawat, akibat semburan gas metana di daerah pertambangan. Namun, kebakaran juga dapat terjadi secara alami, misalnya sambaran petir, hantaman halilintar atau terjangan awan panas di daerah puncak gunung api. Kebakaran dapat dijelaskan sebagai peristiwa terbakarnya sesuatu, baik secara alami atau karena kelalaian manusia. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:98
Jika terjadi kebakaran di daerah permukiman, maka berusahalah tetap tenang dan segera menyelamatkan diri beserta harta benda yang bisa diselamatkan, termasuk surat-surat penting, jika memungkinkan untuk mematikan sumber api, maka segera lakukan agar kobaran api tidak menjalar ke rumah lainnya, lalu segera menelepon unit pemadam kebakaran.
Jika terjadi kebakaran hutan, maka segera mematikan sumber kebakaran dengan memadamkan titik-titik api, menyiramkan air dari udara dengan memanfaatkan pesawat udara, dan mengulangi penyiraman di darat, hindari daerah rawan asap dan gunakan masker penutup mulut dan hidung, serta kaca mata sebagai pengaman saat beraktivitas di luar rumah, dan jika asap masih tebal, maka lebih baik tetap berada di dalam rumah.
Lakukan sosialisasi tentang bahaya kebakaran hutan bagi lingkungan, salah satunya adalah besarnya kerugian yang ditimbulkan.
Membuat jalur ilar, yaitu pembatas alami/buatan termasuk sungai di dalamnya dan harus terbebas dari ttanaman yang mudah terbakar.
Membuat peraturan dengan memasang papan-papan peringatan dan hukuman yang akan dibebani kepada para pembakar hutan.
98
Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 219.
39
e) Semburan Lumpur Peristiwa semburan lumpur yang masih sangat jelas terlihat adalah di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. Pengeboran yang bertujuan untuk mengeksplorasi keberadaan minyak dan gas bumi ternyata mengalami kegagalan akibat ketidakcermatan teknis sehingga menimbulkan semburan lumpur panas dengan suhu sekitar 70 derajat Celcius yang membawa gas berbau menyengat ke daerah di sekitar titik semburan dan kini semakin meluas. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:99
Merelokasi/memindahkan penduduk yang rumah dan tanahnya tergenang aliran lumpur panas.
Memindahkan jalur rel kereta api yang sudah mulai terancam amblas dan bengkok.
Segera mengalirkan lumpur ke tempat lain, dan berdasarkan pengalaman selama ini tidak ada tempat yang mampu menampung lumpur yang telah keluar, selain laut.
Upaya penanggulangan lumpur yang telah dilakukan atau baru sekedar rencana di antaranya adalah membuat tanggul (sudah terlaksana), mengalirkan lumpur ke bekas penambangan bahan galian golongan C di bukit yang berdekatan (baru rencana), mengalirkan lumpur ke sungai Porong agar selanjutnya dapat terangkut menuju pantai Banyuwangi (gagal), melmbuat kanal sepanjang sungai Porong dengan pipa baja berdiameter 50 cm sepanjang 20 km ke Selat Madura (gagal), memasukkan batu yang ditempatkan pada jaring-jaring (gagal), memasukkan bola beton yang dirangkai dengan rantai besi (upaya ini dihentikan, karena dianggap tidak akan berhasil), dan bahkan ada rencana untuk membuat bendungan baja (tawaran dari Jepang dan tidak ditindaklanjuti).
f) Erosi dan Abrasi Erosi awal yang paling dominan terjadi di muka bumi adalah erosi percik (splash erosion) diakibatkan oleh titik-titik air hujan yang jatuh ke permukaan
99
Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 231.
40
tanah akan memisahkan butiran-butiran tanah yang masih menyatu menjadi butiran-butiran tanah lepas, yang siap diangkut oleh agen lain seperti air permukaan sebagai limpasan air hujan, gletser (lapisan es), dan aliran sungai akan menghantarkan butiran-butiran tanah yang lepas ke daerah sendimentasi secara gravitasi dan sebagian besar mengendap di laut. 100 Selain itu, terdapat beberapa jenis erosi, di antaranya:101 (1) erosi yang mengakibatkan terlepasnya lapisan tanah lapis demi lapis, dan disebut erosi lembaran (sheet erosion), dan erosi lembaran mengakibatkan terjadinya pelebaran sungai; (2) erosi alur (rills erosion), erosi ini berupa pengikisan pada permukaan tanah sehingga membentuk alur-alur; (3) erosi parit (gully erosion), yaitu erosi yang berupa pengikisan pada permukaan tanah ke arah vertikal, membentuk parit atau pun saluran-saluran kecil yang kemudian berkembang menjadi sungai, dan mengakibatkan dasar sungai menjadi lebih dalam; (4) erosi oleh angin merupakan fenomena yang terjadi di daerah pantai dan gurun. Lebih lanjut, abrasi merupakan suatu proses pelepasan energi balik gelombang laut ke arah daratan, menghempas daerah pinggir pantai, kemudian menghanyutkan “rombakan tanah” sepanjang lereng pantai dan akhirnya diendapkan di laut.102 Abrasi sudah bermula di daerah pinggiran muara sungai pada saat terjadi pasang-surut permukaan laut, dan abrasi terjadi semakin besar menuju ke daerah muara sungai, teluk, dan daerah tebing yang curam.103 Erosi dan abrasi merupakan fenomena alam yang berupa pelepasan energi kinetik dari kegiatan agen dan dapat terjadi di mana saja, serta bersifat merusak.104 Sifatnya yang merusak ini akan semakin diperparah jika telah terdapat campur tangan manusia di dalamnya.105 Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:106
100
Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 242. Ibid., hlm. 242-244. 102 Ibid., hlm. 243. 103 Ibid., hlm. 245. 104 Ibid., hlm. 242. 105 Campur tangan yang dimaksud di sini adalah mengubah pemanfaatan lahan hutan menjadi perkebunan, penambangan dengan sistem tambang permukaan, pengerukan pasir sungai 101
41
Erosi percik dapat dihambat dengan menanam pohon, semak, dan rumput agar konservasi air tanah dapat berlangsung secara alami dengan baik.
Erosi permukaan dapat diperlambat dengan menutup permukaan tanah dengan conblock agar tanah tidak becek dan secara alami konservasi air tanah masih dapat dilakukan meskipun kuntitasnya berkurang.
Mempertahankan keberadaan hutan bakau dan menanami sepanjang pantai dengan hutan bakau merupakan alternatif pilihan menahan dampak abrasi.
Selain itu, pelestarian terumbu karang di dekat pantai yang berair jernih dan tidak terkontaminasi. Pertumbuhan karang rata-rata tidak kurang dari 1 m meninggi dan lebih dari 1 m melebar selama 10 tahun.
Membangun jety, yaitu bangunan berbentuk pematang yang menjorok ke arah laut dan berfungsi untuk menghalangi deburan ombak di daerah laut yang difungsikan sebagai dermaga atau tempat berlabuhnya kapal (keberadaan jety akan mengalihkan energi gelombang laut, maka keberadaan jety akan berdampak buruk bagi tempat lain yang berdekatan).
Membangun tanggul pengaman di sepanjang pantai yang berfungsi sebagai penahan abrasi dan untuk menghalangi bangunan fisik yang sudah terlanjur didirikan.
f. Tujuan Pendidikan Mitigasi Bencana Berikut ini adalah beberapa tujuan pendidikan mitigasi bencana di antaranya adalah:107 1) Memberikan bekal pengetahuan kepada siswa tentang adanya risiko bencana yang ada di lingkungannya, berbagai macam jenis bencana, dan cara-cara mengantisipasi/mengurangi risiko yang ditimbulkannya.
dan pantai. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 245. 106 Ibid., hlm. 247-249. 107 Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M): Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Op.cit., hlm. 12-13.
42
2) Memberikan keterampilan agar siswa mampu berperan aktif dalam pengurangan risiko bencana, baik pada diri sendiri dan lingkungannya. 3) Memberikan bekal sikap mental yang positif tentang potensi bencana dan risiko yang mungkin ditimbulkan. 4) Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang bencana di Indonesia kepada siswa sejak dini. 5) Memberikan pemahaman kepada guru tentang bencana, dampak bencana, penyelamatan diri bila terjadi bencana. 6) Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan melakukan pendidikan siaga bencana kepada siswa. 7) Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tentang bencana. g. Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana Berdasarkan Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) Pasal 9, dijelaskan bahwa “pendidikan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat dilaksanakan, baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak/sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, maupun melalui jalur pendidikan
nonformal.
Penelitian
tentang
lingkungan
hidup
meliputi
pengembangan konsep tentang lingkungan hidup, studi keadaan lingkungan yang ada, kecenderungan perubahan lingkungan, baik secara alami maupun karena pengaruh kegiatan manusia yang makin meningkat dengan lingkungan hayati dan lingkungan hidup.”108 Lebih lanjut, pendidikan mitigasi bencana dapat dilaksanakan melalui berbagai jenis pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan mitigasi bencana yang dilaksanakan secara formal dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum yang telah ada, atau menjadi mata pelajaran sendiri yaitu muatan lokal. Pelaksanaan pendidikan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah
108
Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986), hlm. 19-20.
43
maupun daerah. Adapun, pendekatan yang digunakan dalam rangka memasukkan aspek lingkungan ke dalam kurikulum tingkat pendidikan dasar dan menengah adalah pendekatan integratif, artinya aspek lingkungan dimasukkan ke dalam mata pelajaran yang ada.109 Pelaksanaan pembelajaran mitigasi bencana dapat mengikuti alur sebagai berikut:110 (1) persiapan sebelum bencana itu berlangsung; (2) menilai bahaya bencana; (3) penanggulangan bencana, berupa penyelamatan, rehabilitasi dan relokasi; (4) Pengetahuan, pemahaman dan keterampilan berprilaku dalam mencegah; (5) mendeteksi, mengantisipasi bencana secara efektif dapat ditransformasikan; dan (7) mensosialiasikan. Sementara itu, dengan mengajak mitra dari berbagai unit atau para pihak terkait bencana, maka tujuan dari pendidikan bisa tercapai secara efektif dalam rangka menyiapkan generasi muda yang cinta lingkungan, cerdas secara akademis dan emosi, serta berperan aktif dalam masyarakat lokal maupun global. Secara singkat, pemahaman konsep mitigasi bencana dalam pembelajaran dapat dimulai dengan melihat tingkat kesadaran mitigasi bencana melalui proses penyampaian pembelajaran
pengalaman
siswa
dikembangkan
terkait
berdasarkan
dengan
bencana.
pengalaman
Selanjutnya,
siswa
dengan
memunculkan masalah, serta memanfaatkan berbagai sumber data, baik media elektronik atau pun cetak guna memfasilitasi pertukaran informasi dan pengetahuan antarsesama siswa.
3. Hakikat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar a. Pengertian Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, dan bahkan berbagai isu serta masalah sosial
109
Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Op. cit., hlm. 19-20. 110 Maryani, N., Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah Menengah Pertama, Gea, Vol 10. No.1 April 2010.
44
kehidupan.111 Selain itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.112 Lebih lanjut, ilmu pengetahuan Sosial merupakan subjek materi dalam dunia pendidikan di negara Indonesia yang diarahkan bukan hanya kepada pengembangan penguasaan ilmuilmu sosial, tetapi juga sebagai materi yang dapat mengembangkan kompetensi dan tanggung jawab, baik sebagai individu, warga masyarakat, maupun sebagai warga dunia.113 Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) merupakan nama mata pelajaran yang telah terintegrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, dan sains, serta menjadikan seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial dan kewarganegaraan sebagai bahan kajian, sehingga siswa dapat mengembangkan kompetensi, bertanggung jawab, peka terhadap masalah sosial, dan berkontribusi nyata, baik sebagai individu, warga masyarakat, maupun sebagai warga dunia.
b. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Tujuan pendidikan IPS yang diberikan pada jenjang persekolahan adalah memperkenalkan siswa pada pengetahuan tentang kehidupan masyarakat secara sistematis yang dapat mendidik siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara efektif dalam kehidupan kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik. 114 Sejalan dengan itu, tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
111
Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, Op. cit., hlm. 3. Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pelajaran IPS, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 1, hlm. 110. 113 Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), hlm. 3. 114 Ibid., hlm. 4. 112
45
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.115 Selanjutnya, mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:116 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) Memiliki
komitmen
dan
kesadaran
terhadap
nilai-nilai
sosial
dan
kemanusiaan; 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Selain itu, tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar di antaranya, adalah:
117
1) Membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat; 2) Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat; 3) Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian; 4) Membekali siswa dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisahkan;
115
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 176. 116 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI), (Jakarta: BSNP, 2006), hlm. 181. 117 Tim Penyusun LAPIS PGMI, Ilmu Pengetahuan Sosial I, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2008), Jilid I, hlm. 1.9.
46
5) Membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, dan perkembangan masyarakat, serta perkembangan ilmu dan teknologi. Lebih lanjut, terdapat kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran IPS di SD, yaitu:118 (1) memiliki identitas diri berdasarkan pemahaman terhadap masa lalu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara; (2) memahami cara hidup bermasyarakat dan memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar; dan (3) mengidentifikasi sumbersumber alam Indonesia dan memanfaatkannya bagi kehidupan masa kini dan yang akan datang.
c. Karakteristik Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Terdapat beberapa karakteristik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu sosial lainnya, di antaranya adalah:119 1) IPS berusaha mempertautkan antara teori dan fakta, atau sebaliknya; 2) Pembahasan IPS bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu terintegrasi secara terpadu), dan pendekatan yang digunakan berupa pendekatan integrated, broadfield120, dan multiple resources/banyak sumber; 3) Pembelajaran IPS mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiry (penemuan), agar siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis, rasional, dan analitis; 4) Pembelajaran IPS menekankan pada ranah pengetahuan, sikap/nilai, dan keterampilan;
118
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI), Op. cit., hlm. 11. 119 Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iin Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), hlm. 7-8. 120 Broad-field merupakan gabungan atau korelasi antara ilmu sejarah, ilmu bumi, dan pengetahuan kewarganegaraan. Sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, Op. cit., hlm. 36
47
5) Melalui program dan pembelajaran IPS, karakteristik siswa yang berbeda-beda difasilitasi. Maksudnya adalah memperhatikan minat siswa dan masalahmasalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupan siswa. Selain itu, terdapat beberapa prinsip pembelajaran IPS di Sekolah Dasar yang harus dikembangkan, di antaranya:121 (1) memberi kesempatan pada siswa untuk belajar dan mempelajari sendiri peristiwa-peristiwa sosial dan gejala alam melalui penelitian para ilmuwan/pemecahan masalah; (2) pembelajaran secara efektif dengan cara membangun konstruksi pemikiran melalui pengalaman belajar siswa; (3) membina dan mengembangkan sikap ingin tahu atau sikap perasaan, dan cara berpikir objektif, kritis, analitis, baik secara individu maupun kelompok; dan (4) ketersediaan buku-buku sumber, film, gambar, peta/globe, serta lainnya memiliki tujuan untuk membantu siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah. Adapun, materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmunya, karena yang lebih difokuskan adalah dimensi pedagogik, dan psikologis, serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik.122 Pada dasarnya, materi IPS di tingkat persekolahan, khususnya SD berupa penyederhanaan dari berbagai ilmu sosial.123 Lebih lanjut, pola pengajaran IPS bersifat broadfield yang menggunakan dua pendekatan, yaitu:124 (1) pendekatan multidisiplin yang disusun berdasarkan dua kepentingan, yakni expanding environment (pengenalan lingkungan luar, terutama untuk tingkat SD) dan penyajian konsep secara berkesinambungan untuk meningkatkan pengertian siswa terkait key concept & care concept125; dan (2) pendekatan interdisiplin, pendekatan ini juga mengambil konsep-konsep yang digunakan dalam berbagai 121
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI), Op. cit., hlm. 47-48. 122 Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, Op. cit., hlm. 3. 123 Para ahli ilmu-ilmu sosial telah merinci sekitar 8 disiplin ilmu sosial, meliputi: antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, filsafat, ilmu politik, psikologi, dan sosiologi (semua disiplin ilmu tersebut memiliki objek kajian yang sama yaitu manusia). Sebagaimana dijelaskan oleh Sapriya, Konsep Dasar IPS, Op. cit., hlm. 8. 124 Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, Op. cit., hlm. 22-23. 125 Care concept adalah konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk memecahkan masalah yang akan dibahas. Sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk., Ibid., hlm. 36.
48
ilmu sosial, namun lebih bersifat care concept yang berarti berbagai konsep dapat ditemui dalam ilmu-ilmu sosial. Untuk itu, proses dan hasil pembelajaran pendidikan IPS akan berfokus pada pembentukan sejumlah pengetahuan, sikap, dan
keterampilan
sebagai
dasar
kompetensi
untuk
keperluan
hidup
bermasyarakat.126 Untuk itu, konsep pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) lebih difokuskan pada dimensi pedagogik (pembentukan sejumlah pengetahuan), psikologis (sikap dan keterampilan), serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik sebagai dasar kompetensi untuk keperluan hidup bermasyarakat.
d. Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS, baik dalam mengembangkan program maupun metode pembelajarannya, yaitu:127 1) Faktor siswa sangat diutamakan (student oriented); 2) Berorientasi pada kemasyarakatan (community oriented), karena tempat pembelajaran dan masalah-masalah bersumber dari kehidupan nyata dan kemasyarakatan; 3) Faktor lingkungan fisik maupun budaya selalu dijadikan pertimbangan dalam pembelajaran IPS (ecosystem); 4) Bersifat meluas (comprehensive-broadfield, and multidimensional), dengan pola
pengintegrasian
bahan
yang
terpadu
(integrated),
dan
bertautan/berkesinambungan (correlation); 5) Menggunakan teknik inquiry dan menunjukkan kegiatan siswa belajar aktif (student active learning) sebagai media pembelajaran utama dan sekaligus akan melahirkan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA);
126
Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, Op. cit., hlm. 9. Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iin Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Op. cit., hlm. 8-9. 127
49
6) Program dan pelaksanaan pembelajaran berfokus pada Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang telah ditentukan sebagai pengarah program dan sasaran (oriented); 7) Menelaah suatu permasalahan sosial dari berbagai konsep dan sudut pandang ilmu-ilmu sosial dan lainnya (integrated); 8) Efisien dari segi tenaga/biaya, dan efektif dari segi waktu dengan hasil yang maksimal (efficient and effective).
B. Penelitian yang Relevan Berdasarkan hasil bacaan dari beberapa penelitian yang ada, penulis memilih hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian, yaitu : 1. Robiatul Adawiyah (2011) dengan judu skripsi “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa di SMP 1 Al-Fatah Jakarta”. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model problem based learning (PBL). Adapun, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Berdasarkan kesimpulan pada bab 5, diperoleh hasil bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, karena telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Namun, terdapat beberapa catatan pada penelitian ini, di antaranya: sekolah yang dijadikan tempat penelitian belum secara maksimal menerapkan model problem based learning, guru bidang studi IPS harus membiasakan siswa mengerjakan tugas di depan kelas, siswa harus lebih aktif ketika berdiskusi dengan kelompok dalam memecahkan masalah. 2. Dwi Endang Lestari (2013) dengan judul skripsi “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Menggunakan Media terhadap Pemahaman Konsep Siswa”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media realia terhadap pemahaman konsep Animalia siswa. Adapun, metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Berdasarkan kesimpulan pada bab 5, diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media realia
50
terhadap pemahaman konsep siswa. Namun, terdapat beberapa catatan pada penelitian ini, di antaranya: pemanfaatan media realia harus sesuai dengan indikator pembelajaran, sebaiknya guru bidang studi Biologi mampu memilih konsep yang sesuai dengan media realia, penggunaan media realia pada objek yang kecil membutuhkan alat bantu lain, sekolah harus memfasilitasi ketersediaan media pembelajaran. 3. Mohammad Firman Qodri Anugrah (2014) dengan judul skripsi “Perancangan Aplikasi Siaga Bencana Alam Gempa Bumi Berbasis Serious Game (Studi Kasus di SD Islam Pondok Duta)”. Tujuan penelitian ini adalah menyajikan informasi siaga bencana melalui pemanfaatan teknologi game berupa aplikasi Serious game pada tingkat pendidikan dasar. Adapun, metode penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, dan metode pengumpulan data yang digunakan dalam pembuatan aplikasi ini adalah studi pustaka, studi literatur, wawancara, dan kuesioner. Berdasarkan kesimpulan pada bab 5, diperoleh hasil bahwa pembuatan aplikasi siaga bencana alam gempa bumi berbasis serious game yang bernama The Survivor memberikan alternatif baru untuk masyarakat, terutama anak-anak dan remaja dalam mempelajari sikap siaga bencana sebelum bencana alam gempa bumi dan berdasarkan hasil evaluasi dari kuesioner, seluruh siswa menjawab setuju jika aplikasi The Survivor dijadikan modul belajar siaga bencana alam gempa bumi di sekolah. Namun, terdapat beberapa catatan pada penelitian ini, di antaranya: masih dibutuhkan penambahan elemen video/animasi untuk transisi setiap terjadi perubahan dari satu bagian ke bagian lainnya, aplikasi ini perlu ditambahkan dengan konsep pembelajaran untuk sikap siaga bencana saat dan setelah gempa bumi terjadi melalui penggunaan cara yang menarik dan mudah diingat, masih minimnya narasi berbentuk suara (terlalu banyak teks). Setelah menelaah isi dari skripsi sebelumnya, terdapat perbedaan yang terlihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Kajian pada skripsi pertama lebih menekankan kepada aktivitas belajar siswa, sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah terkait dengan pemahaman konsep siswa. Selanjutnya, kajian pada skripsi kedua lebih
51
menekankan kepada penerapan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media, sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah terkait dengan penerapan model problem based learning. Adapun, kajian pada skripsi ketiga lebih menekankan kepada pemanfaatan aplikasi permainan untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep siaga bencana, sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah terkait dengan penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana.
52
C. Kerangka Berpikir Hasil kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada hasil identifikasi masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Adapun, kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat melalui bagan alur penelitian di bawah ini: Bagan 2.1 Bagan Alur Penelitian Pentingnya menerapkan pembelajaran tentang mitigasi bencana
Penerapan model pembelajaran belum efektif
Rendahnya tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS
Penerapan model Problem Based Learning
Analisis Kompetensi Inti & Kompetensi Dasar IPS
Pembuatan instrumen penelitian & bahan ajar
Uji coba & analisis hasil uji coba insrumen
Penerapan model Problem Based Learning di kelas eksperimen
Pretest (pratindakan) Posttest (pascatindakan)
Analisis data & Penarikan Kesimpulan
Penerapan model Pengajaran langsung di kelas kontrol
53
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teoritis dan alur kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat atau lokasi di mana penelitian dilakukan.1 Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDI Al-Hasanah yang beralamat di Jl. HOS Cokroaminoto 2 Rt.001/02 Kel. Sudimara Barat, Kec. Ciledug, Kota Tangerang, Provinsi Banten, Kode Pos: 15151. Alasan penulis memilih SDI Al-Hasanah sebagai tempat penelitian, didasarkan pada: a. Ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah dasar Islam yang masih menerapkan kurikulum 2013. b. Kondisi sekitar sekolah yang kerap kali dilanda banjir saat curah hujan tinggi. Sehingga, melalui penelitian ini, diharapkan dapat membentuk budaya sadar bencana dalam diri siswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya. c. Lokasi sekolah yang mudah dijangkau, sehingga diharapkan dapat mengefisiensi waktu, biaya, dan tenaga selama penelitian ini berlangsung.
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian berisi penjelasan kapan penelitian dilakukan (semester, tahun pelajaran), dan lamanya penelitian dilakukan.2 Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2015. Berikut ini adalah tabel kegiatan dan waktu penelitian yang akan dilaksanakan: Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Penelitian No.
Keterangan
1.
Penyusunan
1 2
I √
II
III
IV
Bulan KeV VI VII
Anon, Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat, 2013), hlm. 61 Ibid.
54
VIII
IX
X
55
2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
Proposal Seminar Proposal Revisi Proposal Pembuatan Bab 1, 2, dan 3 Skripsi Pembuatan Instrumen Penelitian Uji Coba Instrumen Pelaksanaan Penelitian Analisis Data Penyempurnaan Laporan Penelitian
√ √ √
√ √
√ √ √
√ √
√
√
√
B. Desain Penelitian Desain
penelitian
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
nonequivalent control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.3 Pada pertemuan pertama, kedua kelompok mendapatkan pretest4 dengan soal yang sama. Hasil pretest yang baik adalah jika nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Kemudian, pada pertemuan selanjutnya, kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan menerapkan model problem based learning, sedangkan kelompok kontrol menerapkan model pengajaran langsung. Selanjutnya, kedua kelompok diberikan tes berupa posttest5, kemudian hasil pretest dibandingkan dengan hasil posttest.
3
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 170. 4 Pretest adalah tes yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai untuk mengetahui penguasaan awal siswa. Sebagaimana dijelaskan oleh Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hlm. 36. 5 Posttest adalah tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pembelajaran untuk mengetahui sampai di mana pencapaian siswa (pengetahuan maupun keterampilan) terhadap materi ajar setelah melalui proses pembelajaran . Sebagaimana dijelaskan oleh Ngalim Purwanto, Ibid., hlm. 36.
56
Adapun urutan desain penelitian terlihat jelas pada tabel di bawah ini: Tabel 3.2 Nonequivalent Control Group Design Kelompok
Pretest
Perlakuan (X)
Posttest
E
T₁
X
T₂
K
T₃
Y
T₄
Keterangan: T1
:
Pretest kelas eksperimen
T2
:
Posttest kelas eksperimen
T3
:
Pretest kelas kontrol
T4
:
Posttest kelas kontrol
X
: Pemahaman konsep mitigasi bencana melalui penerapan PBL
Y :
Pemahaman konsep mitigasi bencana melalui penerapan model pengajaran langsung
C. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.6 Adapun, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Metode ini dipilih karena tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dampak yang ditimbulkan dari suatu perlakuan (treatment), yaitu pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen dalam pembelajaran IPS tentang konsep mitigasi bencana melalui penerapan problem based learning dan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang melakukan pembelajaran sama, namun menerapkan model pengajaran langsung. Eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini dikategorikan sebagai eksperimen semu (Quasi Experiment). Hal ini dikarenakan kelompok kontrol tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.7
6 7
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 18. Ibid., hlm. 168.
57
Sebagaimana diketahui, penentuan sampel pada penelitian eksperimen harus dipilih secara random. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada penelitian ini, karena subjek penelitian sudah terbentuk dalam kelas secara alami, sehingga tidak mungkin melakukan randomisasi. Untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari tidak adanya randomisasi, maka kedua sampel yang dipilih harus memiliki karakteristik yang sama. Akan tetapi, dalam hal ini kelompok kontrol tidak berfungsi sepenuhnya dalam mengontrol hal-hal yang mempengaruhi treatment terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana siswa. Desain quasi eksperimen digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.8 Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa di SDI Al-Hasanah tahun Ajaran 2014/2015. Sedangkan, populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa di kelas V SDI AlHasanah yang berjumlah 148 siswa. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.9 Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Berikut ini adalah rumus Isaac dan Michael untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya, yaitu:10 =
². N. P. Q d² (N − 1) + λ². P. Q
λ² dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10%. P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel
8
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 62. Ibid., hlm. 63. 10 Ibid., hlm. 67. 9
58
Keterangan: s
=
Jumlah Sampel
λ² = Chi kuadrat yang harganya tergantung derajat kebebasan dan tingkat kesalahan. Untuk derajat kebebasan 1 dan kesalahan 5% harga Chi kuadrat = 3,841. Harga Chi kuadrat untuk kesalahan 1% = 6,634 dan 10% = 2,706. N = P
Jumlah Populasi
= Peluang Benar (0,5)
Q =
Peluang Salah (0,5)
d
Perbedaan antara rata-rata sampel dengan rata-rata populasi. Perbedaan
=
bisa 0,01; 0,05; dan 0,10. Berdasarkan hasil hitung dari rumus di atas, jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 107. Namun, sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 kelompok dan berjumlah 58, yaitu: 1. Kelas eksperimen, yaitu siswa kelas V-1 yang mendapat pembelajaran IPS tentang konsep mitigasi bencana melalui penerapan problem based learning. 2. Kelas kontrol, yaitu siswa kelas V-2 yang mendapatkan pembelajaran IPS tentang konsep mitigasi bencana melalui penerapan model pengajaran langsung. Hal ini dikarenakan, teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan dari guru dan kepala sekolah. Penentuan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas yang memiliki kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Lebih lanjut, karena jumlah sampel yang digunkan telah mewakili populasi.
E. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan peneliti. Maksudnya adalah hal yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: Varibel Bebas (X)
: Model Pembelajaran Problem Based Learning
Variabel Terikat (Y) : Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana
59
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data (data collecting) menjelaskan teknik apa yang digunakan untuk menjaring data tentang variabel atau fokus penelitian. 11 Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan situasi tindakan penelitian. Berikut ini adalah tabel data, sumber data, dan teknik pengumpulan data, yaitu: Tabel 3.3 Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data No.
Data
1.
Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana
2.
Kegiatan Pembelajaran
Sumber Data Siswa kelas V-1 & V-2 - Guru Kelas V-1 & V-2 Siswa Kelas V-1 & V-2 - Guru Kelas V-1 - Siswa kelas V-1 - Guru Kelas V-1 & V-2 - Siswa Kelas V-1 & V-2
Teknik Pengumpulan Data Tes Observasi Wawancara
Dokumentasi
Adapun, uraian teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu: 1. Tes Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaanpertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh siswa, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi siswa dan dapat dibandingkan dengan standar tertentu.12 Adapun, tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda sebanyak 40 soal dengan 4 alternatif pilihan jawaban (a, b, c, d). Tujuan 11 12
Anon, Pedoman Penulisan Skripsi, Op. cit.,hlm. 64. Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 67.
60
dilaksanakannya tes ini adalah untuk mengukur tingkat pemahaman konsep mitigasi bencana pada pembelajaran IPS. 2. Observasi Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.13 Oleh karena itu, observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang ada di sekolah pada tahap penelitian pendahuluan (observasi awal), dan pada tahap pelaksanaan penelitian untuk mendukung data hasil tes yang telah dilakukan. Adapun, pedoman observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah pedoman observasi pada tahap penelitian awal, pedoman observasi aktivitas belajar siswa, serta pedoman observasi mengajar guru, baik untuk di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 3. Wawancara Wawancara merupakan proses memperoleh informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber. Terdapat dua macam pedoman wawancara, yaitu:14 (a) wawancara berstruktur, yaitu pewawancara sudah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu; dan (b) wawancara tak berstruktur, yaitu pewawancara tidak menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, melainkan langsung mengajukan pertanyaanpertanyaan secara lisan kepada responden dan mencatat jawaban secara langsung. Adapun, wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur dengan guru dan siswa kelas V-1 di akhir penelitian guna mengetahui sejauh mana kebermanfaatan penelitian yang telah dilaksanakan.
13
Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Op.cit., hlm. 76. Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 162-163. 14
61
4. Dokumentasi Dokumentasi adalah proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis. 15 Adapun, proses dokumentasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah melalui pengumpulan dokumen yang diperlukan dan pemotretan yang meliputi: kondisi kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan penelitian berlangsung di kelas V-1 dan V-2 SDI Al-Hasanah, Ciledug. Tujuan dari dokumentasi adalah untuk menunjukkan bukti visual terkait penelitian yang dilakukan.
G. Instrumen Penelitian Intrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.16 Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Instrumen Tes Dalam penyusunannya menggunakan beberapa prosedur yang telah ditetapkan, yaitu: penyusunan rubrik penilaian, konsultasi kepada dosen pembimbing, dan uji coba soal yang telah disusun. Soal tes yang digunakan dibuat dalam bentuk pilihan ganda17 sebanyak 40 soal dengan 4 alternatif jawaban (a, b, c, d) yang difokuskan pada tema ke-9 yaitu lingkungan sahabat kita, subtema ke1 yaitu manusia dan lingkungan. Skor yang digunakan satu (1) untuk setiap butir soal yang dijawab dengan benar dan nol (0) untuk setiap butir soal yang hasil jawabannya salah. Tes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, baik pada saat pretest maupun posttest dengan soal yang sama.
15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. Ke-1, hlm. 175. 16 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 73. 17 Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang memiliki satu jawaban yang benar atau paling tepat, dan berdasarkan strukturnya soal pilihan ganda terdiri atas: stem (pertanyaan/pernyataan yang berisi permasalahan yang ditanyakan), option (alternative jawaban), kunci jawaban, dan distractor (jawaban pengecoh/beberapa jawaban selain kunci jawaban). Sebagaimana dijelaskan oleh Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. Ke-18, hlm. 48.
62
Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen tes yang digunakan dalam penelitian, yaitu: Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Submateri
Indikator
Pengertian mitigasi bencana Macam-macam bencana alam Macam-macam bencana akibat ulah manusia (anthropogene) Cara memitigasi bencana
Menerangkan pengertian mitigasi bencana
Aspek Kognitif C1 C2 C3 1 2, 3 -
Jumlah Soal 3
Mencontohkan macammacam bencana alam Mencontohkan macammacam bencana akibat ulah manusia (anthropogene) Menjelaskan cara memitigasi bencana alam
7, 8, 10 11, 16
4, 5, 6, 9 12, 13, 14, 15, 17
-
7
-
7
-
-
11
Menjelaskan cara memitigasi bencana akibat ulah manusia (anthropogene)
-
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39
40
12
Jumlah Soal
40
Keterangan: C1: Pengetahuan/Ingatan C2: Pemahaman C3: Penerapan Adapun, aturan pemberian skor pada tes objektif berbentuk pilihan ganda, yaitu:18
18
s =B-
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. cit., hlm. 54.
63
Keterangan: S = Skor yang diperoleh B = Jawaban benar S = Jawaban salah O = Alternatif jawaban (option) Adapun, aturan pemberian nilai pada tes objektif berbentuk pilihan ganda pada penelitian ini adalah: Nilai = Jumlah Jawaban Benar x 2,5* *karena 40 x 2,5 = 100 Keterangan: Baik
= 80 -100
Cukup
= 60 -79
Kurang
= < 60
2. Instrumen Nontes Selain menggunakan instrumen tes, penulis juga menggunakan instrumen nontes dalam penelitian ini, di antaranya: a. Observasi Instrumen ini digunakan untuk mengetahui masalah yang ada di sekolah pada saat penelitian pendahuluan, dan sebagai pendukung hasil tes yang telah dilakukan pada saat penelitian. Pedoman observasi ini diberlakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Tabel 3.5 Kisi-Kisi Pedoman Observasi No. 1. 2. 3. 4.
Observasi Aktivitas pembelajaran (Tahap Penelitian Pendahuluan) Aktivitas Mengajar (Kelas Eksperimen) Aktivitas Mengajar (Kelas Kontrol) Aktivitas Belajar (Kelas Eksperimen)
Objek Observasi - Siswa kelas V - Guru Kelas V Guru Kelas V-1 Guru Kelas V-2 Siswa Kelas V-1
Tempat Kelas V SDI AlHasanah Kelas V-1 SDI Al-Hasanah Kelas V-2 SDI Al-Hasanah Kelas V-1 SDI Al-Hasanah
64
5.
Aktivitas Belajar (Kelas Kontrol)
Siswa Kelas V-2
Kelas V-2 SDI Al-Hasanah
b. Wawancara Instrumen ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kebermanfaatan penelitian yang telah dilaksanakan. Pedoman wawancara ini diberlakukan hanya di kelas eksperimen. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Kelas V-1 (Tahap Akhir Pelaksanaan Penelitian) No.
Dimensi
Indikator
1.
Gaya Mengajar Guru
2.
Karakteristik Siswa
Penggunaan model pembelajaran Tingkat kemampuan kognitif dan aktivitas belajar siswa
Jumlah Butir Pertanyaan 3 2
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Kelas V-1 (Tahap Akhir Pelaksanaan Penelitian) No.
Dimensi
Indikator
1.
Karakteristik Siswa
2.
Gaya Mengajar Guru
Tingkat kemampuan kognitif, aktivitas belajar, dan manfaat pembelajaran bagi siswa Penggunaan model pembelajaran
Jumlah Butir Pertanyaan 3
2
c. Dokumentasi Instrumen ini digunakan untuk menunjukkan bukti visual terkait penelitian yang penulis lakukan melalui alat bantu berupa kamera, dan beberapa alat bantu tulis yang diperlukan. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
65
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi No. Dokumen 1. Kondisi awal kegiatan pembelajaran (prapenelitian) 2.
Kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan penelitian berlangsung
Bentuk Dokumen Daftar hasil belajar mata pelajaran IPS Foto-foto kegiatan pembelajaran
Sumber Data Guru dan siswa kelas V-1 dan V2 Siswa kelas V-1 dan V-2
H. Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen penelitian digunakan. Pengujian instrumen meliputi uji validitas, uji reliabilitas instrumen19, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Kalibrasi yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi:
1. Uji Coba Instrumen Tes Instrumen tes harus memenuhi 4 kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui pemenuhan 4 kriteria tersebut, maka instrumen yang telah disiapkan harus melalui tahap pengujian dan perhitungan. Uji instrumen dilakukan pada siswa di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas VI di SDI Al-Hasanah. Setelah melakukan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah mengolah data hasil uji coba dengan mencari validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal dengan menggunakan program ANATES versi 4.0.2. Berikut ini adalah tahap pengujian dan hasil analisis instrumen tes dalam penelitian ini: a. Validitas Instrumen Tes Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.20 Validitas tes yang digunakan adalah validitas butir soal dengan menggunakan program ANATES versi 4.0.2. Adapun, kriteria untuk 19 20
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 74. Ibid., hlm. 75.
66
menginterpretasikan indeks validitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:21 Tabel 3.9 Kriteria Interpretasi Validitas Instrumen Interval Koefisien
Kriteria Validitas
0,80 - 1,00
Sangat Tinggi
0,60 - 0,799
Tinggi
0,40 - 0,599
Sedang
0,20 - 0,399
Rendah
0,00 – 0,199
Sangat Rendah (Tidak Valid)
Berikut ini adalah hasil uji validitas instrumen tes dalam penelitian ini, yaitu: Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Statistik Jumlah Soal Jumlah Siswa Nomor Soal Valid
Jumlah Soal Valid
Butir Soal 40 29 3, 10, 12, 15, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 27, 28, 29, 31, 33, 35, 37, 38, 39 20
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen tes dapat diketahui bahwa jumlah butir soal yang valid ada 20 soal. b. Reliabilitas Instrumen Tes Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur yang digunakan. Suatu tes dapat memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dalam penelitian ini, reliabilitas tes ditentukan dengan menggunakan program ANATES versi 4.0.2. Adapun, kriteria
21
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 98.
67
untuk menginterpretasikan indeks reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:22 Tabel 3.11 Kriteria Interpretasi Reliabilitas Instrumen Koefisien Korelasi
Kriteria Reliabilitas
0,81 ≤ r ≤ 1,00
Sangat Tinggi
0,61 ≤ r ≤ 0,80
Tinggi
0,41 ≤ r ≤ 0,60
Sedang
0,21 ≤ r ≤ 0,40
Rendah
0,00 ≤ r ≤ 0,20
Sangat Rendah (Tidak Reliabel)
Selanjutnya, hasil uji reliabilitas instrumen tes dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Keterangan Reliabilitas Tes Kesimpulan
Hasil 0,70 Reliabilitas Tinggi
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen tes dapat diketahui bahwa jumlah butir soal yang valid ada 20 soal dan diperoleh hasil uji reliabilitas tes sebesar 0,70 yang berarti reliabilitas tinggi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian. c. Taraf Kesukaran Taraf kesukaran adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tes. Analisis taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah soal yang yang digunakan tergolong mudah atau sukar. Adapun, kriteria
22
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hlm. 188.
68
untuk menginterpretasikan indeks taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:23 Tabel 3.13 Kriteria Indeks Taraf Kesukaran Butir Soal Indeks Kesukaran (P) 0,00 – 0,30 0,30 – 0,70 0,70 – 1,00
Kriteria Sukar Sedang Mudah
Selanjutnya, hasil analisis taraf kesukaran dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.14 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal Kriteria Sangat Mudah
Mudah Sedang
Nomor Soal 1, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 26, 29, 30, 32, 34, 40 2, 3, 8, 9, 14, 15, 24, 25, 28, 33, 35, 37, 38 21, 27, 31, 36, 39 Jumlah
Jumlah 22 13 5 40
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 22 soal sangat mudah, 13 soal mudah, dan 5 soal sedang. d. Daya Pembeda Daya pembeda butir soal digunakan untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok atas (upper group) dengan siswa yang termasuk kelompok bawah (lower group).24 Adapun, kriteria untuk menginterpretasikan derajat daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:25
23
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 210. 24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. Ke-8, hlm. 211. 25 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Loc. cit., hlm. 208.
69
Tabel 3.15 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Daya Pembeda
Klasifikasi
Negatif
Semua tidak baik
0,70 ≤ D < 1,00
Baik Sekali
0,40 ≤ D < 0,70
Baik
0,20 ≤ D < 0,40
Cukup
0,00 ≤ D < 0,20
Buruk
Selanjutnya, hasil analisis daya pembeda instrumen tes dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.16 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Klasifikasi Sangat Baik Baik Cukup Buruk
Nomor Soal 3, 21, 24, 25, 28, 31, 33, 36, 38, 39 9, 10, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 27, 29, 30, 35, 37 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 22, 23, 26, 18, 32, 34, 40 Jumlah
Jumlah 10 13 17
40
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwaterdapat 17 butir soal yang terklasifikasi memiliki daya pembeda buruk, 13 butir soal yang terklasifikasi memiliki daya pembeda cukup, dan 10 butir soal yang terklasifikasi memiliki daya pembeda baik.
2. Uji Coba Instrumen Nontes Pengujian instrumen nontes yang pertama adalah pengujian internal instrumen yang dilakukan oleh ahli.26 Dalam pengujian ini, penulis membawa 26
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 75.
70
kisi-kisi dan butir-butir instrumen penelitian yang telah dibuat, selanjutnya dimintakan pendapat kepada para ahli untuk memberikan saran maupun komentar, baik dari segi teori yang digunakan maupun keterbacaannya. 27 Setelah itu, semua saran dan komentar dari para ahli digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki instrumen sebelum diterapkan dalam penelitian.
I. Teknik Analisis Data Setelah melakukan pengujian instrumen, langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian. Data yang diperoleh dari sampel dengan menggunakan instrumen yang telah memenuhi kriteria kelayakan akan dianalisis untuk menjawab permasalahan dan menguji hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian. Adapun, tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi: 1. Analisis Data Hasil Belajar Sebelum melakukan analisis data hasil belajar, tahap pertama yang dilakukan adalah uji prasyarat yang bertujuan untuk memenuhi syarat pada uji hipotesis. Adapun, uji prasyarat yang digunakan terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas, seperti berikut ini: a. Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas One-Sample KolmogorovSmirnov Test dengan menggunakan perhitungan statistik pada program SPSS 22. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test digunakan untuk menguji nul hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu (normal, uniform, poisson, dan eksponensial).28 Adapun, untuk menetapkan kenormalan data, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut: 1) Tetapkan taraf signifikansi uji, yakni: α = 0.05; 2) Buat Hipotesis dengan ketentuan:
27
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 75. Cornelius Trihendradi, 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 17, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2009), hlm. 168. 28
71
Ho: Sampel berdistribusi normal
H₁: Sampel tidak berdistribusi normal 3) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 , maka Ho diterima; 4) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 , maka Ho ditolak.
b. Uji Homogenitas Langkah selanjutnya adalah mencari nilai homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti bersifat homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas diperoleh dengan menggunakan perhitungan statistik pada program SPSS 22 melalui uji homogenitas One-Way ANOVA. One-Way ANOVA atau analisis varian satu variabel independent digunakan untuk menentukan apakah rata-rata dua atau lebih kelompok berbeda secara nyata.29 Adapun, untuk menetapkan homogenitas data, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut: 1) Tetapkan taraf signifikansi uji, yaitu α = 0.05; 2) Buat Hipotesis dengan ketentuan: Ho: Kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang sama
H₁: Kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang berbeda 3) Jika signifikansi atau Sig. > 0,05, maka Ho diterima; 4) Jika signifikansi atau Sig. < 0,05, maka Ho ditolak.
c. Uji Hipotesis Setelah melakukan pengujian prasyarat, langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis menggunakan Uji-T, tepatnya Independent Sample T-Test dengan perhitungan statistik pada program SPSS 22. Independent Sample T-Test digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok (melihat pengaruh variabel independent terhadap satu atau lebih variabel dependent).30
29
Cornelius Trihendradi, 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 17, Op. cit, hlm. 119. 30 Ibid., hlm. 111.
72
Adapun, kriteria yang berlaku untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji-T adalah sebagai berikut: 1) Tetapkan taraf signifikansi uji, yakni: α = 0.05; 2) Buat Hipotesis dengan ketentuan: Ho: Kedua kelompok memiliki rata-rata nilai kelas yang sama secara signifikan.
H₁:
Kedua kelompok memiliki rata-rata nilai kelas yang berbeda secara signifikan.
3) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) > 0,05 , maka Ho diterima; 4) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak.
2. Analisis Data Hasil Observasi Analisis data hasil observasi pada penelitian ini terbagi 2, yakni analisis hasil observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Adapun, rubrik pengamatan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.17 Rubrik Pengamatan Keterangan Jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati Jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati Jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati
Skor 3 2 1
Pedoman penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut: Persentase = Kategori: B = 80% - 100 % C = 60% - 79% K = < 60%
x 100%
Kategori Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)
73
3. Analisis Data Hasil Wawancara Kegiatan dalam analisis data kualitatif meliputi: (1) data reduction (reduksi data) yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas; (2) data display (penyajian data) yaitu penyajian dalam bentuk uraian singkat, bagan, maupun hubungan antar kategori; dan conclusion drawing/verification (analisis data) yaitu penarikan kesimpulan atau verifikasi.31 Adapun, proses wawancara yang akan dilaksanakan pada penelitian ini terbagi menjadi 2, yakni wawancara guru dan beberapa siswa di kelas V-1. J. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah, sebagai berikut : Ho : 1 = H₁ : 1 >
2 2
Keterangan: 1 = tingkat pemahaman siswa yang belajar melalui penerapan model problem based learning.
2 = tingkat pemahaman siswa yang belajar melalui penerapan model pengajaran langsung.
Ho: Tidak terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah. H₁: Terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah.
31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 124.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang sebanyak tiga kali pertemuan terhadap dua kelompok siswa di kelas V, yakni kelas V-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas V-2 sebagai kelas kontrol. Sampel yang digunakan sebanyak 58 siswa, dengan keterangan 30 siswa di kelas eksperimen dan 28 siswa di kelas kontrol. Kelas V-1 sebagai kelas eksperimen melaksanakan pembelajaran IPS melalui penerapan model problem based learning. Sedangkan, kelas V-2 sebagai kelas kontrol melaksanakan pembelajaran melalui penerapan model pengajaran langsung. Konsep yang diajarkan adalah konsep tentang mitigasi bencana. Untuk mengetahui pemahaman awal siswa yang terkait dengan konsep bencana, penulis telah melakukan analisis hasil belajar IPS pada tahap penelitian pendahuluan terhadap kedua kelompok kelas. Berikut ini adalah tabel hasil telaah tentang hasil belajar IPS siswa, yaitu: Tabel 4.1 Telaah Hasil Belajar IPS Kelas
Rata-Rata Nilai Kelas
Persentase Ketuntasan (%)
Tema 1
Tema 4
Tema 1
Tema 4
Subtema 3
Subtema 3
Subtema 3
Subtema 3
Eksperimen
68,1
68,8
50%
43%
Kontrol
68,2
69,2
57%
68%
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa rata-rata nilai di kelas eksperimen dan kontrol masih di bawah KKM yakni 70. Selanjutnya, persentase (%) ketuntasan belajar di kedua kelas juga masih di bawah kriteria ketuntasan hasil belajar yakni 80%. 74
75
Untuk itu, sebelum diberikan perlakuan, penulis memberikan tes awal (pretest) pada kedua kelompok kelas dengan soal yang sama untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang konsep mitigasi bencana. Setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model problem based learning di kelas eksperimen dan penerapan model pengajaran langsung di kelas kontrol, penulis memberikan tes akhir (posttest) dengan soal yang sama untuk kedua kelompok kelas. Adapun, instrumen tes yang digunakan dalam penelitian berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 20 soal dengan 4 alternatif jawaban, dan pembuatan soal difokuskan pada tema ke-9 yaitu lingkungan sahabat kita, subtema ke-1 yaitu manusia dan lingkungan. Instrumen tes yang digunakan telah memenuhi syarat utama kelayakan instrumen sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, yakni uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Berdasarkan hasil tes pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS yang diberikan pada kedua kelompok kelas, maka deskripsi data hasil belajar yang diperoleh adalah, sebagai berikut: a. Deskripsi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sebelum diberikan perlakuan, penulis memberikan tes awal (pretest) pada siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan soal yang sama. Adapun, deskripsi data statistik nilai pretest yang diperoleh siswa di kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Eksperimen N
Valid Missing
30 0
Mean
68.00
Median
70.00
Mode Std. Deviation Variance
75 15.290 233.793
Range
60
Minimum
35
Maximum
95
Sum
2040
76
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan jumlah 2040. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 68,00 dengan varians 233,793 dan standar deviasa sebesar 15,290. Selanjutnya, nilai tengah di kelas eksperimen adalah 70,00 dengan nilai modus sebesar 75, dan range sebesar 60. Sedangkan, pemerolehan nilai pretest tertinggi di kelas eksperimen adalah 95, dan nilai terendahnya adalah 35. Adapun, data statistik nilai pretest kelas eksperimen dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
35
1
3.3
3.3
3.3
40
1
3.3
3.3
6.7
45
1
3.3
3.3
10.0
50
3
10.0
10.0
20.0
55
1
3.3
3.3
23.3
60
3
10.0
10.0
33.3
65
4
13.3
13.3
46.7
70
2
6.7
6.7
53.3
75
6
20.0
20.0
73.3
80
3
10.0
10.0
83.3
85
2
6.7
6.7
90.0
90
2
6.7
6.7
96.7
95
1
3.3
3.3
100.0
30
100.0
100.0
Total
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan persentase frekuensi tertinggi sebesar 20%, dan jumlah frekuensi data terbanyak adalah 6 dengan nilai 75. Adapun, persentase ketuntasan hasil pretest siswa di kelas eksperimen mencapai 53,3% atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar yakni 80%, karena 53,3% < 80%.
77
Distribusi frekuensi nilai pretest kelas eksperimen juga dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini: Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Selanjutnya, deskripsi data statistik nilai pretest yang diperoleh siswa di kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.4 Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Kontrol N
Valid
28
Missing
30
Mean
68.21
Median
72.50
Mode Std. Deviation Variance
85 18.768 352.249
Range
80
Minimum
10
Maximum
90
Sum
1910
78
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan jumlah 1910. Nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 68,21 dengan varians 352,249 dan standar deviasa sebesar 18,768. Selanjutnya, nilai tengah di kelas kontrol adalah 72,50 dengan nilai modus sebesar 85, dan range sebesar 80. Sedangkan, pemerolehan nilai pretest tertinggi di kelas kontrol adalah 90, dan nilai terendahnya adalah 10. Adapun, data statistik nilai pretest kelas kontrol dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol Cumulative Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Percent
10
1
1.7
3.6
3.6
30
1
1.7
3.6
7.1
35
1
1.7
3.6
10.7
55
2
3.4
7.1
17.9
60
3
5.2
10.7
28.6
65
4
6.9
14.3
42.9
70
2
3.4
7.1
50.0
75
4
6.9
14.3
64.3
80
3
5.2
10.7
75.0
85
5
8.6
17.9
92.9
90
2
3.4
7.1
100.0
Total
28
48.3
100.0
System
30
51.7
58
100.0
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan persentase frekuensi tertinggi sebesar 17,9%, dan jumlah frekuensi data terbanyak adalah 5 dengan nilai 85. Adapun, persentase ketuntasan hasil pretest siswa di kelas kontrol mencapai 57,1% atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar yakni 80%, karena 57,1% < 80%.
79
Distribusi frekuensi nilai pretest kelas kontrol juga dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini: Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol
b. Deskripsi Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Setelah diberikan perlakuan, penulis memberikan tes akhir (posttest) pada siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan soal yang sama. Adapun, deskripsi data statistik nilai posttest yang diperoleh siswa di kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6 Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Eksperimen N
Valid
30
Missing
28
Mean
80.50
Median
80.00
Mode Std. Deviation Variance
75 10.201 104.052
Range
40
Minimum
60
Maximum
100
Sum
2415
80
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan jumlah 2415. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 80,50 dengan varians 104.052 dan standar deviasa sebesar 10,201. Selanjutnya, nilai tengah di kelas eksperimen adalah 80,00 dengan nilai modus sebesar 75, dan range sebesar 40. Sedangkan, pemerolehan nilai posttest tertinggi di kelas eksperimen adalah 100, dan nilai terendahnya adalah 60. Adapun, data statistik nilai posttest kelas eksperimen dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
60
1
1.7
3.3
3.3
65
1
1.7
3.3
6.7
70
5
8.6
16.7
23.3
75
6
10.3
20.0
43.3
80
5
8.6
16.7
60.0
85
4
6.9
13.3
73.3
90
4
6.9
13.3
86.7
95
2
3.4
6.7
93.3
100
2
3.4
6.7
100.0
Total
30
51.7
100.0
Missingg System
28
48.3
Total
58
100.0
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan persentase frekuensi tertinggi sebesar 20%, dan jumlah frekuensi data terbanyak adalah 6 dengan nilai 75. Adapun, persentase ketuntasan hasil posttest siswa di kelas eksperimen mencapai 93,3% atau sudah melebihi kriteria ketuntasan hasil belajar yakni 80%, karena 93,3% > 80%.
81
Distribusi frekuensi nilai posttest kelas eksperimen juga dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini: Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Selanjutnya, deskripsi data statistik nilai posttest yang diperoleh siswa di kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Kontrol N
Valid
28
Missing
30
Mean
73.75
Median
70.00
Mode Std. Deviation Variance
70 13.919 193.750
Range
50
Minimum
50
Maximum
100
Sum
2065
82
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan jumlah 2065. Nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 73,75 dengan varians 193,750 dan standar deviasa sebesar 13,919. Selanjutnya, nilai tengah di kelas kontrol adalah 70 dengan nilai modus sebesar 70, dan range sebesar 50. Sedangkan, pemerolehan nilai posttest tertinggi di kelas kontrol adalah 100, dan nilai terendahnya adalah 50. Adapun, data statistik nilai posttest kelas kontrol dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol Cumulative Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Percent
50
1
1.7
3.6
3.6
55
2
3.4
7.1
10.7
60
4
6.9
14.3
25.0
65
3
5.2
10.7
35.7
70
5
8.6
17.9
53.6
75
3
5.2
10.7
64.3
80
2
3.4
7.1
71.4
85
2
3.4
7.1
78.6
90
2
3.4
7.1
85.7
95
3
5.2
10.7
96.4
100
1
1.7
3.6
100.0
Total
28
48.3
100.0
System
30
51.7
58
100.0
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan persentase frekuensi tertinggi sebesar 17,9%, dan jumlah frekuensi data terbanyak adalah 5 dengan nilai 70. Adapun, persentase ketuntasan hasil posttest siswa di kelas kontrol mencapai 64,3% atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar yakni 80%, karena 64,3% < 80%.
83
Distribusi frekuensi nilai posttest kelas kontrol juga dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini: Gambar 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol
2. Analisis Data a. Analisis Data Hasil Belajar Proses analisis hasil belajar siswa didahului dengan melakukan uji prasyarat yang terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas, seperti berikut ini: 1) Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas One-Sample
Kolmogorov-Smirnov
Test
dengan
menggunakan
program
perhitungan statistik SPSS 22. Jika signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05, maka sampel berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil uji normalitas nilai pretest kelas eksperimen, yakni: Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai N Normal Parameters
30 a,b
Mean Std. Deviation
68.00 15.290
84
Most Extreme Differences
Absolute
.143
Positive
.080
Negative
-.143
Test Statistic
.143
Asymp. Sig. (2-tailed)
.119
c
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.10 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai pretest siswa di kelas eksperimen memiliki signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,119. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai pretest kelas eksperimen berdistribusi normal karena ρ > α atau 0,119 > 0,05. Adapun, hasil uji normalitas nilai pretest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai N Normal Parameters
28 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
68.21 18.768
Absolute
.152
Positive
.123
Negative
-.152 .152 .095
c
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.11 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai pretest siswa di kelas kontrol memiliki signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,095. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai pretest kelas kontrol berdistribusi normal, karena ρ > α atau 0,095 > 0,05. 2) Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji normalitas untuk nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol juga menggunakan uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan program perhitungan statistik SPSS 22. Jika signifikansi atau
85
Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05, maka sampel berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil uji normalitas nilai posttest kelas eksperimen, yakni: Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai N
30
Normal Parameters
a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
80.50 10.201
Absolute
.138
Positive
.138
Negative
-.091
Test Statistic
.138
Asymp. Sig. (2-tailed)
.147
c
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.12 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai posttest siswa di kelas eksperimen memiliki signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,147. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest kelas eksperimen berdistribusi normal, karena ρ > α atau 0,147 > 0,05. Adapun, hasil uji normalitas nilai posttest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai N Normal Parameters
28 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
73.75 13.919
Absolute
.142
Positive
.142
Negative
-.093 .142 .156
c
86
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.13 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai posttest siswa di kelas kontrol memiliki signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,156. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest kelas kontrol berdistribusi normal, karena ρ > α atau 0,156 > 0,05. 3) Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dalam penelitian ini, nilai homogenitas diperoleh dengan menggunakan program perhitungan statistik SPSS 22 melalui uji homogenitas One-Way ANOVA. Jika signifikansi atau Sig. > 0,05, maka sampel yang diteliti homogen. Berikut ini adalah hasil uji homogenitas nilai pretest kelas eksperimen, yakni: Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
.239
df2 1
Sig. 56
.627
Berdasarkan tabel 4.14 diatas, diperoleh bahwa nilai pretest siswa di kelas eksperimen dan kontrol memiliki signifikansi sebesar 0,627. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa nilai pretest siswa di kelas eksperimen dan kontrol homogen, karena ρ > α atau 0,627 > 0,05. 4) Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil uji homogenitas nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dengan menggunakan program perhitungan statistik SPSS 22 melalui uji homogenitas One-Way ANOVA. Jika signifikansi atau Sig. > 0,05, maka sampel yang diteliti homogen. Berikut ini adalah hasil uji homogenitas nilai posttest kelas eksperimen, yakni: Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol Test of Homogeneity of Variances Nilai Levene Statistic 3.451
df1
df2 1
Sig. 56
.068
87
Berdasarkan tabel 4.15 diatas, diperoleh bahwa nilai posttest siswa di kelas eksperimen dan kontrol memiliki signifikansi sebesar 0,068. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest siswa di kelas eksperimen dan kontrol homogen, karena ρ > α atau 0,068 > 0,05. 5) Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan uji-T bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara rata-rata nilai kelas eksperimen yang menerapkan model problem based learning dan rata-rata nilai kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran
langsung.
Adapun,
pengujian
hipotesis
pada
penelitian
ini
menggunakan Independent Sample T-Test pada program SPSS 22 dengan kriteria: jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) > 0,05, maka Ho diterima. Sedangkan, jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak.
Hasil uji hipotesis mengenai perbedaan antara rata-rata nilai kelas
eksperimen yang menerapkan model problem based learning dan rata-rata nilai kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis (Independent Sample T-Test)
88
Berdasarkan pada tabel di atas, diperoleh nilai hasil uji levene’s test untuk homogenitas sama dengan hasil uji homogenitas nilai posttest siswa di kelas eksperimen maupun kontrol, yaitu homogen. Karena homogen, maka gunakan baris pertama yaitu nilai T-hitung 2,117 pada DF 56. Adapun, DF pada uji-T adalah N-2 yang pada kasus ini 58-2 = 56. Selanjutnya, diperoleh hasil nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,039. Sehingga, Ho ditolak atau H₁ diterima, karena nilai Sig. t-test (2-tailed) yakni 0,039 < 0,05. Lebih lanjut, hipotesis yang diajukan adalah: Hipotesis: Ho: Tidak terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah. H₁: Terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen yang menerapkan model problem based learning lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung. Sehingga, kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah dalam bentuk peningkatan rata-rata nilai kelas yang signifikan. b. Analisis Data Hasil Observasi Proses analisis data hasil observasi menggunakan analisis data kuantitatif. Adapun, pemerolehan data hasil observasi selama penelitian berlangsung, baik di kelas eksperimen maupun kontrol terbagi menjadi 2, yakni aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru. Berikut adalah gambaran data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada penelitian ini, yaitu:
89
Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Kontrol Pertemuan
Hari/Tgl.
Persentase Aktivitas (%)
Ke-
Eksperimen
Kontrol
I
Rabu, 22 April 2015
81,8%
74,0%
II
Kamis, 23 April 2015
90,9%
81,48%
III
Jum’at, 24 April 2015
96,96%
93,0%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Namun, terdapat berbedaan persentase aktivitas belajar siswa di kedua kelas, di mana persentase aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dibanding persentase aktivitas belajar siswa di kelas kontrol pada setiap pertemuan. Adapun, data hasil observasi aktivitas mengajar guru dapat digambarkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.18 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru di Kelas Eksperimen dan Kontrol Pertemuan
Hari/Tgl.
Ke-
Persentase Aktivitas (%) Eksperimen
Kontrol
I
Rabu, 22 April 2015
93,9%
88,8%
II
Kamis, 23 April 2015
100%
93,00%
III
Jum’at, 24 April 2015
100%
100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas mengajar guru dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Namun, terdapat berbedaan persentase aktivitas mengajar guru di kedua kelas, yakni persentase aktivitas mengajar guru
90
di kelas eksperimen lebih tinggi dibanding persentase aktivitas mengajar guru di kelas kontrol pada setiap pertemuan.
c. Analisis Data Hasil Wawancara Proses analisis data hasil wawancara menggunakan analisis data kualitatif. Adapun, tahapan yang harus dilalui guna menganalisis data kualitatif dimulai dengan proses reduksi data, penyajian data, dan terakhir penarikan kesimpulan. Pada tahap reduksi data, penulis memilih data hasil wawancara yang sesuai dengan fokus penelitian yakni pengaruh penerapan problem based learning pada pembelajaran IPS siswa kelas V. Pada tahap penyajian data, penulis menggunakan uraian singkat hasil wawancara, sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.19 Hasil Wawancara Guru di Kelas Eksperimen (V-1) Pertanyaan
Jawaban
1. Apakah model problem based learning cocok digunakan
Cocok
dalam pembelajaran terkait konsep mitigasi bencana di kelas V-1? 2. Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas setelah diterapkannya model problem based
Terjadi peningkatan
learning di kelas V-1? 3. Apakah terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa di kelas V-1 terkait dengan pemahaman konsep mitigasi
Terjadi peningkatan
bencana? 4. Apakah kelebihan yang dapat dipertahankan dari penerapan model problem based learning di kelas V-1?
Semua siswa berpartisipasi aktif
5. Apakah
kekurangan
yang
dapat
diperbaiki
dari
penerapan model problem based learning di kelas V-1?
Terlalu banyak pendapat
91
Tabel 4.20 Hasil Wawancara Siswa di Kelas Eksperimen (V-1) Pertanyaan
Jawaban
1. Apakah kamu merasa senang saat belajar dengan
Senang
menggunakan model problem based learning? 2. Apakah kamu mampu mengikuti proses pembelajaran
Mampu
yang menggunakan menggunakan model problem based learning dengan baik? 3. Apakah kamu mudah memahami konsep mitigasi
Mudah
bencana setelah mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan model problem based learning? 4. Apakah kamu lebih mencintai lingkungan sekitarmu
Iya
setelah memahami konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan dengan menggunakan model problem based learning? 5. Apa yang akan kamu lakukan untuk menjaga dan
*Jawaban
memelihara lingkungan sekitarmu setelah memahami
bervariasi
konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan dengan menggunakan model problem based learning?
Berdasarkan keterangan yang ada pada tabel 4.19 dan 4.20 di atas, diketahui bahwa penerapan model problem based learning telah memberi pengaruh positif bagi siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan kemampuan
kognitif
dan
aktivitas
belajar
siswa
selama
pembelajaran
berlangsung. Selain itu, siswa merasa senang saat belajar dan pemahaman konsep yang telah diajarkan dapat dengan baik diterima siswa, sehingga di akhir pembelajaran siswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep baru yang berguna dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
92
B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa Ho
ditolak dan H₁ diterima, maka ini berarti terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah. Hal ini didukung oleh pemerolehan nilai rata-rata tes akhir siswa di kelas eksperimen yang menerapkan model problem based learning lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata tes akhir siswa di kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung pada taraf signifikansi 5% dapat diterima. Pemerolehan nilai rata-rata di kelas eksperimen mencapai nilai 80,50, sedangkan di kelas kontrol nilai rata-ratanya hanya mencapai angka 73,75. Sehingga, dapat dikatakan bahwa penerapan model problem based learning mampu meningkatan pemahaman siswa pada konsep mitigasi bencana. Selain menelaah hasil belajar siswa, tahap lain yang dilakukan untuk mengukur pencapaian pemahaman konsep siswa adalah tahap observasi yang terdiri atas observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru. Hasil telaah lembar observasi aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan persentase yang terus meningkat pada setiap pertemuannya. Namun, persentase aktivitas belajar di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan persentase aktivitas belajar siswa di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa di kelas eksperimen lebih antusias selama mengikuti proses pembelajaran, tidak demikian dengan siswa di kelas kontrol yang cenderung banyak mengeluh dan hanya siswa laki-laki yang lebih aktif berpartisipasi saat belajar. Hal ini menunjukkan bahwa model problem based learning terdiri atas serangkaian aktivitas pembelajaran, yang berarti dalam pelaksanaannya terdapat sejumlah kegiatan berkomunikasi,
yang harus dilakukan
mencari
dan
mengolah
siswa (siswa aktif berpikir,
data,
serta
menyimpulkannya).1
Selanjutnya, hasil telaah lembar observasi mengajar guru menunjukkan persentase mengajar guru di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan persentase mengajar guru di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan gaya mengajar guru di kelas 1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. Ke-8, hlm. 214-215.
93
eksperimen lebih mendorong siswa untuk lebih aktif selama mengikuti proses pembelajaran, tidak demikian dengan gaya mengajar guru di kelas kontrol yang cenderung
mendominasi
proses
pembelajaran,
sehingga
siswa
kurang
berpartisipasi aktif saat belajar. Lebih lanjut, di akhir penelitian, penulis mengadakan wawancara dengan guru kelas dan beberapa siswa di kelas eksperimen untuk mengetahui sejauh mana kebermanfaatan penerapan model problem based learning dalam pembelajaran. Ternyata, hasil wawancara dengan guru kelas menunjukkan bahwa model problem based learning cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran IPS, khususnya pada meteri mitigasi bencana. Selain itu, penerapan model problem based learning telah mendorong terjadinya peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa, karena semua siswa berkesempatan untuk berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun, hasil wawancara dengan beberapa siswa di kelas eksperimen menunjukkan bahwa mereka merasa senang, mudah memahami materi, dan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Selain itu, siswa di kelas eksperimen tidak hanya unggul dalam pemahaman konsep, tetapi juga unggul dalam menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam kehidupan seharai-hari. Hal ini menandakan bahwa model problem based learning memang membiasakan dan mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam dunia nyata.2 Meskipun, tingkat intelegensi yang dimiliki siswa, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol tergolong homogen, tetapi setelah dilaksanakan penelitian di kedua kelas, ternyata terdapat perbedaan tingkat pemahaman konsep IPS, khususnya pada materi mitigasi bencana. Perbedaan tingkat pemahaman konsep siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
2
hlm. 220.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op. cit.,
94
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep Banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap suatu konsep, di antaranya adalah faktor lingkungan individu, pengalaman yang dimiliki, serta tingkat intelegensi yang dimiliki.3 Di kelas eksperimen, lingkungan belajar siswa memang sangat ramah dengan pendidikan sosial, hal ini dikarenakan guru kelas di kelas eksperimen memang fokus mengajar mata pelajaran IPS. Berbeda dengan lingkungan belajar siswa di kelas kontrol yang terkesan kaku dengan pendidikan sosial, hal ini dikarenakan guru kelas di kelas kontrol memang tidak mengajar mata pelajaran IPS, melainkan mata pelajaran Matematika. Dengan kata lain, kompetensi mengajar guru kelas sangat menentukan kecenderungan minat belajar siswa pada mata pelajaran tertentu. Selain itu, pengalaman belajar yang dimiliki siswa di kelas eksperimen lebih luas dibandingkan dengan siswa di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa di kelas eksperimen sudah terbiasa dengan atmosfer pembelajaran sosial di kelas, sehingga lebih mudah bagi mereka menerima pengetahuan baru terkait konsep mitigasi bencana yang merupakan salah satu materi pokok pada mata pelajaran IPS. Sedangkan, siswa di kelas kontrol cenderung lebih banyak bertanya dan terkesan canggung selama mengikuti proses pembelajaran IPS.
2. Proses Pembelajaran di Kelas Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran yang berbeda., berikut ini adalah pemaparan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol, yakni: a. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen Di kelas eksperimen, model pembelajaran yang diterapkan adalah model problem based learning. Penerapan model problem based learning dalam pembelajaran meliputi beberapa tahapan, yakni: pertama, dimulai dengan meriview pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan memberi siswa masalah spesifik dan konkret untuk dipecahkan. Guru 3
Bagja, Waluya, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Geografi, hlm. 9. (http://file.upi.edu)
95
menyampaikan tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa, membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana alam, serta memulai pembelajaran dengan memfokuskan pada masalah tentang cara memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene, selanjutnya membagikan lembar diskusi kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik. Kedua, siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru memberikan umpan balik tentang strategi. Guru memberikan kesempatan kepada seluruh siswa di setiap kelompok untuk menentukan strategi pemecahan masalah tentang cara memitigasi bencana alam dengan baik. Ketiga, siswa menerapkan strategi-strategi yang telah disusun, sedangkan guru secara cermat memonitor upaya siswa dan memberikan umpan balik. Guru mengarahkan setiap kelompok untuk menerapkan strategi pemecahan masalah yang telah disepakati oleh masingmasing kelompok, dan memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Keempat, membahas dan mengevaluasi hasil, guru membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan. Guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, dan mempersilahkan setiap kelompok untuk memberikan respon terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan simpulan/pendapat terkait proses pembelajaran yang telah dilalui. Selanjutnya, guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses dan materi pembelajaran yang telah dilalui, serta apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran. Berdasarkan pemaparan proses pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran seluruh siswa di kelas eksperimen memiliki antusiasme yang tinggi, karena sejak awal sudah diberikan stimulus berupa masalah konkret terkait cara memitigasi bencana, serta selama proses pembelajaran berlangsung setiap siswa memiliki kesempatan untuk selalu
96
memberikan partisipasi aktif, baik dalam menyampaikan pendapat, berdiskusi, maupun untuk memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran.
b. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol Di kelas kontrol, model pembelajaran yang diterapkan adalah model pengajaran langsung. Penerapan model pengajaran langsung dalam pembelajaran meliputi beberapa tahapan, yakni: pertama, dimulai dengan menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa (Establishing Set). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang akan dipelajari, selanjutnya guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dan melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan bencana anthropogene. Kemudian, guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik. Kedua, mendemonstrasikan pengetahuan & keterampilan (Demonstrating). Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan secara seksama hal-hal apa saja yang didemonstrasikan guru di depan kelas dan meminta siswa untuk menuliskannya pada lembar diskusi kelompok. Selanjutnya, guru mulai mendemonstrasikan
cara-cara
memitigasi
bencana
alam
dan
bencana
anthropogene dengan dibantu beberapa siswa sebagai perwakilan dari masingmasing kelompok. Ketiga, membimbing pelatihan (Guide Practice) dengan tahapan guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh kelompok berdasarkan proses demonstrasi yang telah dilakukan terkait dengan cara-cara memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene, kemudian guru memberikan kesempatan kepada seluruh kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan. Keempat, mengecek pemahaman & memberikan respon (Feed Back) dengan tahapan guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Selanjutnya, guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan kelas. Kelima, extended practice dan
97
mengevaluasi hasil dengan tahapan guru meminta setiap perwakilan kelompok yang sedang presentasi di depan kelas untuk menyebutkan contoh lain dari caracara memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene berdasarkan pengalaman pribadinya. Setelah seluruh perwakilan kelompok selesai presentasi, guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses pembelajaran yang telah dilalui, dan memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.
3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Siswa Secara umum, pemahaman dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: kategori terendah adalah pemahaman terjemahan, kategori kedua adalah pemahaman penafsiran, dan kategori ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi.4 Berdasarkan pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat dijelaskan bahwa siswa di kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan siswa di kelas kontrol, dan siswa di kelas eksperimen telah mencapai indikator pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS dengan cukup baik. Hal ini dikarenakan, sebagian besar siswa di kelas eksperimen telah mampu mengungkapkan tentang konsep mitigasi bencana dengan bahasa sendiri, dan hal ini termasuk ke dalam pemahaman terjemahan. Selanjutnya, siswa di kelas eksperimen telah mampu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dan dikaitkan dengan hal baru yang diketahui terkait konsep mitigasi bencana. Selain itu, siswa di kelas eksperimen telah mampu mengungkapkan sesuatu yang tersirat di balik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan atau tulisan terkait dengan konsep mitigasi bencana. Adapun, siswa di kelas kontrol yang telah memenuhi 3 kategori pemahaman konsep seperti dijelaskan di atas hanya sebagian saja dari keseluruhan jumlah siswa, dan itu pun didominasi oleh siswa laki-laki. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem based learning secara tepat akan memberikan pengaruh positif
4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), cet. 18, hlm. 24.
98
terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah, Ciledug.
C. Keterbatasan Penelitian Berbagai upaya perbaikan telah dilakukan selama pelaksanaan penelitian agar dapat memperoleh hasil yang optimal. Namun demikian, tetap saja masih ada kekurangan yang meliputi penelitian ini, baik berupa faktor-faktor internal penelitian maupun faktor eksternal penelitian yang sulit untuk dikendalikan. Berikut ini adalah beberapa keterbatasan penelitian, di antaranya: 1. Pelaksanaan penelitian hanya difokuskan pada materi mitigasi bencana saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain yang terdapat dalam mata pelajaran IPS; 2. Keterbatasan waktu penelitian karena berdekatan dengan jadwal UAS siswa di SD Islam Al-Hasanah Ciledug, sehingga persiapan yang dibutuhkan harus benar-benar matang dan maksimal; 3. Tingkat
pemahaman
siswa
yang bervariasi, sehingga
membutuhkan
pendekatan yang tidak seragam; 4. Interaksi antara penulis dan guru kelas, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol tidak berlangsung lama karena keterbatasan waktu, sehingga segala keperluan penelitian harus sebisa mungkin dikomunikasikan secara efektif dan efisien; 5. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi variabel model problem based learning dan pemahaman konsep mitigasi bencana, dan tidak mengindahkan variabel lainnya. Untuk itu, hasil penelitian bisa saja dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel-variabel penelitian yang telah ditetapkan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian mengenai pengaruh penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SDI Al-Hasanah, Ciledug, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa model problem based learning telah memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap pemahaman siswa pada konsep mitigasi bencana. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,039. Sehingga, Ho ditolak atau H₁ diterima, karena nilai Sig. t-test (2-tailed) yakni 0,039 < 0,05. Selain itu, terjadi
peningkatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru pada setiap pertemuan, serta di akhir pembelajaran siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep baru yang berguna dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran Berdasarkan beberapa temuan yang diperoleh selama penelitian, penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan mampu memperbaiki berbagai kekurangan selama penelitian berlangsung, di antaranya adalah: 1. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat diterapkan sebagai salah satu referensi model pembelajaran dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa dan aktivitas belajar siswa, serta aktivitas mengajar guru, khususnya pada mata pelajaran IPS. 2. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus membiasakan siswa untuk belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat menstimulus siswa agar memiliki kemampuan pemecahan masalah, belajar mandiri dan berkelompok, berinisiatif dalam menyampaikan ide/gagasan dengan baik, serta antusias ketika mengikuti proses pembelajaran.
99
100
3. Estimasi alokasi waktu pembelajaran harus direncanakan dengan matang, agar dapat meminimalisisr waktu belajar yang tidak efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Jakarta: Kencana, 2010. Anon, Pedoman Penulisan Skripsi, Ciputat, 2013. Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005, Cet. Ke-5. _________________, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis, Praktis, Bagi Praktisi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004. _________________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, (Jakarta: BNPB, 2010), vol. 1, no. 1. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI), Jakarta: BSNP, 2006. Dahar, Ratna Willis, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2011. Darmawan, Deni, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Depdiknas, “Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses”, Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional, 2007. Eggen, Paul & Kauchak, Don, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir), Jakarta: Indeks, 2012. Fajar, Arnie, Portofolio Dalam Pelajaran IPS, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
101
102
Hardjasoemantri, Koesnadi, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986. Husamah dan Setyaningrum, Yanur, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi, Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013. Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Jayanthi, Linda, dkk., Pengaruh Metode PQRST terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas V SD di Gugus 5 Kecamatan Kediri, (http://ejournal.undiksha.ac.id). Kemendikbud, “Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI)”, Jakarta: Kemendikbud, 2013. Skripsi Khumaidi, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar dengan Menggunakan Media Manipulatif, Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Jakarta, 2011. Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Studi Pendekatan Praktis, Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. LIPI-UNESCO/ISDR, Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, 2006. Maryani, N., Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah Menengah Pertama, Gea, Vol 10. No.1 April 2010. Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Bandung: Alfabeta, 2012. Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remadja Karya, 1986.
103
Puspita, Diah, Penggunaan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan dalam Pembelajaran Matematika, http://www.duniaguru.com, 28 Juni 2011. Rati, Ni Wayan, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M): Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), 2013. Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta, 2005. Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, Cet. Ke-8. Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iin Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung: UPI PRESS, 2006. _________, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, Bandung: UPI Press, 2007. __________, Konsep Dasar Kewarganegaraan, 2008.
IPS,
Bandung:
Laboratorium
Pendidikan
Skripsi Khasanah, Pengaruh Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri terhadap Pemahaman Konsep Siswa, Prodi Pendidikan Kimia, UIN Jakarta, 2011. Sudjino, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014. Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Bandung: Alfabeta, 2013.
104
_______, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012. Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Yogyakarta: Kanisius, 2010. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Tim Penyusun LAPIS PGMI, Ilmu Pengetahuan Sosial I, Jakarta: LAPIS PGMI, 2008. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007. Trihendradi, Cornelius, 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 17, Yogyakarta: CV Andi Offset, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 Ayat 3. Wahyudi, Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran IPA, Balitbang Diknas Alghiptra.Blogspot.Com/2007/08/tpk-ipa-saduran.html, 2008). Waluya, Bagja, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Geografi (http://file.upi.edu).
105
Lampiran 1
Pedoman Observasi Tahap Awal (Penelitian Pendahuluan)
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-1/II
Waktu Observasi
: Maret 2015 Hasil Observasi
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik, namun belum efektif. Maksud dari “sudah cukup baik” di sini adalah guru telah menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Sedangkan, masksud dari “belum efektif” di sini adalah rata-rata nilai siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70, khususnya pada mata pelajaran IPS. Selain itu, selama proses pembelajaran, hanya terdapat beberapa siswa yang aktif memberikan respon, khususnya siswa-siswa yang masuk peringkat 10 besar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan kognitif siswa dalam memahami suatu konsep masih belum merata. Siswa laki-laki dan siswa perempuan dapat bekerja sama dengan cukup baik, kemampuan kognitif antara keduanya cukup berimbang. Karakter yang ada pada seluruh siswa di kelas V-1 sudah mulai terbentuk dengan baik, sehingga mereka lebih menghargai perbedaan pendapat secara bijak.
Tangerang, Maret 2015
Observer
106
Lampiran 2
Pedoman Observasi Tahap Awal (Penelitian Pendahuluan)
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-2/II
Waktu Observasi
: Maret 2015 Hasil Observasi
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik, namun belum efektif. Maksud dari “sudah cukup baik” di sini adalah guru telah menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Sedangkan, masksud dari “belum efektif” di sini adalah rata-rata nilai siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70, khususnya pada mata pelajaran IPS. Selain itu, selama proses pembelajaran, hanya terdapat beberapa siswa yang aktif memberikan respon, terutama siswa laki-laki yang lebih mendominasi kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan kemampuan kognitif antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di kelas V-2. Selain itu, siswa laki-laki dan siswa perempuan belum dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok. Karakter yang ada pada seluruh siswa di kelas V-2 belum terbentuk dengan baik, sehingga mereka terkesan kurang menghargai perbedaan pendapat secara bijak.
Tangerang, Maret 2015
Observer
107
Lampiran 3
DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN IPS KELAS EKSPERIMEN
Tema 1 Subtema 3
Tema 4 Subtema 3
Nilai V-1 Frekuensi (x) (f) 91 5 83 5 75 5 66 7 58 2 51 1 50 2 33 1 25 1 10 1 Jumlah 30 Rata-rata 68.0667 Nilai V-1 Frekuensi (x) (f) 91 5 83 4 75 4 66 8 58 6 50 1 41 1 10 1 Jumlah 30 Rata-rata 68.8
x.f 455 415 375 462 116 51 100 33 25 10 2042
x.f 455 332 300 528 348 50 41 10 2064
108
Lampiran 4
DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN IPS KELAS KONTROL
Tema 1 Subtema 3
Tema 4 Subtema 3
Nilai V-2 Frekuensi (x) (f) 100 1 90 6 80 3 70 6 60 6 50 3 40 2 20 1 Jumlah 28 Rata-rata 68.21 Nilai V-2 Frekuensi (x) (f) 100 2 90 5 80 4 70 7 60 4 40 1 30 1 20 1 10 1 Jumlah 28 Rata-rata 69.23
x.f 100 540 240 420 360 150 80 20 1910
x.f 200 450 320 490 240 40 30 20 10 1800
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen SKOR DATA DIBOBOT ================= Jumlah Subyek = 29 Jumlah butir = 40 Bobot jwb benar = 1 Bobot jwb salah = 0 Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Kode/Nama A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC
Benar 39 38 38 37 38 36 37 36 36 35 35 35 35 35 34 34 33 32 33 33 32 32 31 30 28 29 28 25 24
Salah 1 2 2 3 2 4 3 4 4 5 5 5 5 5 6 6 7 8 7 7 8 8 9 10 12 11 12 15 16
Kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Skr Asli 39 38 38 37 38 36 37 36 36 35 35 35 35 35 34 34 33 32 33 33 32 32 31 30 28 29 28 25 24
Skr Bobot 39 38 38 37 38 36 37 36 36 35 35 35 35 35 34 34 33 32 33 33 32 32 31 30 28 29 28 25 24
RELIABILITAS TES ================ Rata2= 33.38 Simpang Baku= 3.85 KorelasiXY= 0.54 Reliabilitas Tes= 0.70 Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kode/Nama Subyek A B C D E F G H I J K L
Skor Ganjil Skor Genap 19 19 19 18 18 19 18 18 19 18 15 20 18 18 17 18 18 17 16 18 16 18 17 17 Page 1
Skor Total 38 37 37 36 37 35 36 35 35 34 34 34
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen M 17 17 N 17 18 O 17 16 P 19 14 Q 16 16 R 14 17 S 16 16 T 15 17 U 16 15 V 14 17 W 16 14 X 14 16 Y 13 14 Z 15 13 AA 15 12 AB 14 10 AC 13 10
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
34 35 33 33 32 31 32 32 31 31 30 30 27 28 27 24 23
Kel Unggul & Asor ================= Kelompok Unggul Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8
Kode/Nama Subyek A B C E D G F H Jml Jwb Benar
Skor 39 38 38 38 37 37 36 36
1 1 1 1 1 1 1 1 7
2 1 1 1 1 1 1 1 7
3 1 1 1 1 1 1 1 1 8
4 1 1 1 1 1 1 1 1 8
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8
Kode/Nama Subyek A B C E D G F H Jml Jwb Benar
12 1 1 1 1 1 1 1 1 8
13 1 1 1 1 1 1 1 1 8
14 1 1 1 1 1 1 1 1 8
15 1 1 1 1 1 1 1 7
16 1 1 1 1 1 1 1 1 8
17 1 1 1 1 1 1 1 1 8
18 1 1 1 1 1 1 1 7
19 1 1 1 1 1 1 1 1 8
20 1 1 1 1 1 1 1 1 8
21 1 1 1 1 1 1 1 1 8
22 1 1 1 1 1 1 1 1 8
23 1 1 1 1 1 1 1 1 8
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8
Kode/Nama Subyek A B C E D G F H Jml Jwb Benar
24 1 1 1 1 1 1 1 7
25 1 1 1 1 1 1 1 1 8
26 1 1 1 1 1 1 1 7
27 1 1 1 1 1 1 6
28 1 1 1 1 1 1 1 1 8
29 1 1 1 1 1 1 1 1 8
30 1 1 1 1 1 1 1 1 8
31 1 1 1 1 1 1 6
32 1 1 1 1 1 1 1 7
33 1 1 1 1 1 1 1 1 8
34 1 1 1 1 1 1 1 7
35 1 1 1 1 1 1 1 1 8
No.Urut 1
Kode/Nama Subyek A
36 1
37 1
38 1
39 40 1 1 Page 2
5 1 1 1 1 1 1 1 1 8
6 1 1 1 1 1 1 1 1 8
7 1 1 1 1 1 1 1 1 8
8 1 1 1 1 1 1 6
9 1 1 1 1 4
10 1 1 1 1 1 1 1 1 8
11 1 1 1 1 1 1 1 1 8
20 lampiran B 1 C 1 E 1 D 1 G 1 F H 1 Jml Jwb Benar 7
2 3 4 5 6 7 8
3 109-115 uji coba instrumen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 8 7 8
Kelompok Asor Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8
Kode/Nama Subyek V W X Z Y AA AB AC Jml Jwb Benar
Skor 32 31 30 29 28 28 25 24
1 1 1 1 1 1 1 1 7
2 1 1 1 1 1 1 6
3 1 1 1 1 4
4 1 1 1 1 1 1 1 7
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8
Kode/Nama Subyek V W X Z Y AA AB AC Jml Jwb Benar
12 1 1 1 1 1 1 1 7
13 1 1 1 1 1 1 1 7
14 1 1 1 1 1 1 6
15 1 1 1 1 1 5
16 1 1 1 1 1 1 6
17 1 1 1 1 1 5
18 1 1 1 1 1 1 1 7
19 1 1 1 1 1 1 6
20 1 1 1 1 1 1 6
21 1 1 1 1 4
22 1 1 1 1 1 1 1 7
23 1 1 1 1 1 1 1 7
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8
Kode/Nama Subyek V W X Z Y AA AB AC Jml Jwb Benar
24 1 1 1 3
25 1 1 1 1 4
26 1 1 1 1 1 1 1 1 8
27 1 1 1 3
28 1 1 1 1 4
29 1 1 1 1 1 5
30 1 1 1 1 1 1 6
31 1 1 2
32 1 1 1 1 1 1 1 7
33 1 1 1 1 4
34 1 1 1 1 1 1 1 7
35 1 1 1 1 1 1 6
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8
Kode/Nama Subyek V W X Z Y AA AB AC Jml Jwb Benar
36 1 1 1 3
37 1 1 1 1 4
38 1 1 1 1 4
39 1 1 1 3
40 1 1 1 1 1 1 1 7
DAYA PEMBEDA Page 3
5 1 1 1 1 1 1 1 1 8
6 1 1 1 1 1 1 1 1 8
7 1 1 1 1 1 1 1 1 8
8 1 1 1 1 1 1 6
9 1 1 1 1 1 1 6
10 1 1 1 1 1 1 6
11 1 1 1 1 1 1 1 1 8
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen ============ Jumlah Subyek= 29 Klp atas/bawah(n)= 8 Butir Soal= 40 Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA No Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kel. Atas 7 7 8 8 8 8 8 6 4 8 8 8 8 8 7 8 8 7 8 8 8 8 8 7 8 7 6 8 8 8 6 7 8 7 8 7 7 8 7 8
Kel. Bawah 7 6 4 7 8 8 8 6 6 6 8 7 7 6 5 6 5 7 6 6 4 7 7 3 4 8 3 4 5 6 2 7 4 7 6 3 4 4 3 7
Beda 0 1 4 1 0 0 0 0 -2 2 0 1 1 2 2 2 3 0 2 2 4 1 1 4 4 -1 3 4 3 2 4 0 4 0 2 4 3 4 4 1
Indeks DP (%) 0.00 12.50 50.00 12.50 0.00 0.00 0.00 0.00 -25.00 25.00 0.00 12.50 12.50 25.00 25.00 25.00 37.50 0.00 25.00 25.00 50.00 12.50 12.50 50.00 50.00 -12.50 37.50 50.00 37.50 25.00 50.00 0.00 50.00 0.00 25.00 50.00 37.50 50.00 50.00 12.50
TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 29 Butir Soal= 40 Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA No Butir 1 2 3 4 5
Jml Betul 27 24 24 28 27
Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 93.10 Sangat Mudah 82.76 Mudah 82.76 Mudah 96.55 Sangat Mudah 93.10 Sangat Mudah Page 4
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
28 29 23 22 27 29 28 27 24 24 25 25 25 27 25 20 28 28 21 23 28 17 23 25 26 10 26 21 26 24 15 21 21 20 27
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 96.55 Sangat Mudah 100.00 Sangat Mudah 79.31 Mudah 75.86 Mudah 93.10 Sangat Mudah 100.00 Sangat Mudah 96.55 Sangat Mudah 93.10 Sangat Mudah 82.76 Mudah 82.76 Mudah 86.21 Sangat Mudah 86.21 Sangat Mudah 86.21 Sangat Mudah 93.10 Sangat Mudah 86.21 Sangat Mudah 68.97 Sedang 96.55 Sangat Mudah 96.55 Sangat Mudah 72.41 Mudah 79.31 Mudah 96.55 Sangat Mudah 58.62 Sedang 79.31 Mudah 86.21 Sangat Mudah 89.66 Sangat Mudah 34.48 Sedang 89.66 Sangat Mudah 72.41 Mudah 89.66 Sangat Mudah 82.76 Mudah 51.72 Sedang 72.41 Mudah 72.41 Mudah 68.97 Sedang 93.10 Sangat Mudah
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 29 Butir Soal= 40 Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA No Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Korelasi -0.009 0.070 0.601 0.269 0.027 -0.031 NAN 0.051 -0.114 0.531 NAN 0.469 0.171 0.215 0.360 0.199 0.569 -0.171 Page 5
Signifikansi Sangat Signifikan NAN Sangat Signifikan NAN Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan -
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 0.495 Sangat Signifikan 0.490 Sangat Signifikan 0.442 Sangat Signifikan 0.419 Sangat Signifikan 0.269 0.572 Sangat Signifikan 0.366 Signifikan -0.131 0.362 Signifikan 0.614 Sangat Signifikan 0.384 Signifikan 0.214 0.388 Signifikan 0.034 0.388 Signifikan 0.004 0.360 Signifikan 0.243 0.429 Sangat Signifikan 0.388 Signifikan 0.402 Sangat Signifikan 0.063 -
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) 10 15 20 25 30 40 50
P=0,05 0,576 0,482 0,423 0,381 0,349 0,304 0,273
P=0,01 0,708 0,606 0,549 0,496 0,449 0,393 0,354
Bila koefisien = 0,000
df (N-2) 60 70 80 90 100 125 >150
Jumlah Subyek= 29 Butir Soal= 40 Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA a 1+ 5--1+ 28** 0-28** 0 23** 22** 1+ 0 0-0-24** 2++ 25** 2+
b 1+ 24** 24** 1--2--1--29** 0-7--1+ 29** 1--2--1+ 3-3--2+
c 27** 0-3-0-0-0-0 6--0-27** 0 28** 0-0-24** 1+ 0--
P=0,01 0,325 0,302 0,283 0,267 0,254 0,228 0,208
berarti tidak dapat dihitung.
KUALITAS PENGECOH =================
No Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
P=0,05 0,250 0,233 0,217 0,205 0,195 0,174 0,159
d 0-0-1+ 0-27** 0-0 0-0-0-0 0-27** 4--0-0-25**
* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Page 6
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1+ 0-1+ 4+ 1--1--2+ 23** 0-1-4-1+ 3--10** 0-21** 26** 2++ 15** 7--3++ 8--0--
20 lampiran 3 109-115 2+ 25** 1+ 1+ 1+ 27** 1+ 2+ 25** 20** 2+ 3++ 0-0-28** 0-0-28** 4+ 21** 2+ 2++ 2++ 2++ 1--28** 0-17** 6+ 5++ 0-2++ 23** 3--0-25** 0-0-26** 18--1-0-26** 0-3--3++ 2+ 3++ 3--0-0-1+ 2++ 24** 14--0-0-21** 0-13++ 2+ 21** 10-20** 1+ 27** 1+
uji coba instrumen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan: ** : Kunci Jawaban ++ : Sangat Baik + : Baik - : Kurang Baik -- : Buruk ---: Sangat Buruk
Page 7
116
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: SDI Al-Hasanah
Tema Ke-
: 9 (Lingkungan Sahabat Kita)
Subtema Ke-
: 1 (Manusia dan Lingkungan)
Mata Pelajaran
: IPS
Kelas/Semester
: V/Genap
Alokasi Waktu
: 2 x 30 menit
A. Kompetensi Inti 1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar 1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya. 2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi penanggulangan permasalahan lingkungan hidup. 3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
117
4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. C. Indikator Pencapaian Kompetensi 3.5.1 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik. 3.5.2 Mencontohkan macam-macam bencana alam dengan baik. 3.5.3 Menjelaskan cara memitigasi bencana alam dengan baik. 4.5.1 Menentukan cara memitigasi bencana alam dengan baik.
D. Tujuan Pembelajaran 3.5.1.1 Melalui penyajian masalah dan bimbingan dari guru, siswa mampu menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik. 3.5.2.1 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam bencana alam dengan baik. 3.5.3.1 Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan cara memitigasi bencana alam dengan baik. 4.5.1.1 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan cara memitigasi bencana alam dengan baik.
E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir) 1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Alam 2. Submateri
: a. Pengertian Mitigasi Bencana b. Macam-macam Bencana Alam c. Cara Memitigasi Bencana Alam
F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran 1. Pendekatan
: Scientific Approach
2. Strategi
: Pembelajaran Kelompok
3. Model
: Problem Based Learning
4. Metode
: Ceramah, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan
118
G. Kegiatan Pembelajaran Tahapan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Pendahuluan 1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a bersama dan mengabsensi siswa. 2) Guru menyampaikan tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa. Meriview dan Menyajikan
3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. 4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan
Masalah
7 menit
menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana alam. 5) Guru memulai pembelajaran dengan memfokuskan pada masalah tentang cara memitigasi bencana alam. 6) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik. Inti
Menyusun Strategi
1) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menentukan strategi pemecahan masalah tentang cara memitigasi bencana alam dengan baik.
Menerapkan Strategi
2) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk menerapkan strategi pemecahan masalah yang telah disepakati oleh masing-masing kelompok. 3) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok yang mengalami kesulitan.
Membahas Hasil
4) Guru
mengarahkan
setiap
perwakilan
kelompok
untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. 5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan kelas.
50 menit
119
Mengevaluasi Hasil
Penutup 1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan simpulan/pendapat terkait proses pembelajaran yang telah dilalui. 2) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses dan
3 menit
materi pembelajaran yang telah dilalui. 3) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.
H. Alat, Media, dan Sumber Belajar 1. Alat Pembelajaran: a. Papan Tulis & Spidol b. Laptop/Handphone 2. Media Pembelajaran: a. Lembaran Gambar Bencana Alam 3. Sumber Belajar: a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014. b. Lembar Diskusi Kelompok I. Penilaian Pembelajaran 1. Penilaian Sikap
No.
Teknik Penilaian
: Penilaian Individu
Format Penilaian
:
Nama Siswa
Aspek Penilaian Peduli BT
MT
MB
Gotongroyong SM
BT
MT
MB
SM
Tanggungjawab BT
MT
MB
1. 2. 3. *Beri tanda √ pada kolom yang sesuai. Keterangan Kriteria: BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat
(Skor 1) (Skor 2)
MB SM
: Mulai Berkembang (Skor 3) : Sudah Membudaya (Skor 4)
SM
120
2. Penilaian Pengetahuan Teknik Penilaian
: Penilaian Individu
Format Penilaian
:
Kriteria
Keterangan
Jika jawaban jelas dan lengkap
A
Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap
B
Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap
C
*Keterangan: A : 80-100 B : 60-79 C : < 60
Tangerang, 22 April 2015
Mengetahui,
Wali Kelas V-1
Guru Pengajar
H. Abdul Latif, S. Ag
Yulia Kurnia Dewi___ NIM: 1111018300058
121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: SDI Al-Hasanah
Tema Ke-
: 9 (Lingkungan Sahabat Kita)
Subtema Ke-
: 1 (Manusia dan Lingkungan)
Mata Pelajaran
: IPS
Kelas/Semester
: V/Genap
Alokasi Waktu
: 2 x 30 menit
A. Kompetensi Inti 1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar 1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya. 2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi penanggulangan permasalahan lingkungan hidup. 3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
122
4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. C. Indikator Pencapaian Kompetensi 3.5.4 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik. 3.5.5 Mencontohkan macam-macam bencana anthropogene dengan baik. 3.5.6 Menjelaskan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik. 4.5.2 Menentukan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
D. Tujuan Pembelajaran 3.5.1.2 Melalui penyajian masalah dan bimbingan dari guru, siswa mampu menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik. 3.5.2.2 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam bencana anthropogene dengan baik. 3.5.3.2 Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik. 4.5.1.2 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir) 1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Anthropogene 2. Submateri
: a. Pengertian Mitigasi Bencana b. Macam-macam Bencana Anthropogene c. Cara Memitigasi Bencana Anthropogene
F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran 1. Pendekatan
: Scientific Approach
2. Strategi
: Pembelajaran Kelompok
3. Model
: Problem Based Learning
4. Metode
: Ceramah, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan
123
G. Kegiatan Pembelajaran Tahapan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Pendahuluan 1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a bersama dan mengabsensi siswa. 2) Guru menyampaikan tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa. Meriview dan Menyajikan
3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. 4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan
Masalah
7 menit
menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana anthropogene. 5) Guru memulai pembelajaran dengan memfokuskan pada masalah tentang cara memitigasi bencana anthropogene. 6) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik. Inti
Menyusun Strategi
1) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menentukan strategi pemecahan masalah tentang cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
Menerapkan Strategi
2) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk menerapkan strategi pemecahan masalah yang telah disepakati oleh masing-masing kelompok.
50 menit
3) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Membahas Hasil
4) Guru
mengarahkan
setiap
perwakilan
kelompok
untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. 5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi.
124
Mengevaluasi Hasil
Penutup 1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan simpulan/pendapat terkait proses pembelajaran yang telah dilalui. 2) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses dan materi pembelajaran yang telah dilalui. 3) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.
H. Alat, Media, dan Sumber Belajar 1. Alat Pembelajaran: a. Papan Tulis & Spidol b. Laptop/Handphone Media Pembelajaran: c. Lembaran Gambar Bencana Anthropogene Sumber Belajar: a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014. b. Lembar Diskusi Kelompok I. Penilaian Pembelajaran 1. Penilaian Sikap
No.
Teknik Penilaian
: Penilaian Individu
Format Penilaian
:
Nama Siswa
Aspek Penilaian Peduli BT
MT
MB
Gotongroyong SM
BT
MT
MB
SM
Tanggungjawab BT
MT
MB
1. 2. 3. *Beri tanda √ pada kolom yang sesuai. Keterangan Kriteria: BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat
(Skor 1) (Skor 2)
MB SM
: Mulai Berkembang (Skor 3) : Sudah Membudaya (Skor 4)
SM
125
2. Penilaian Pengetahuan Teknik Penilaian
: Penilaian Individu
Format Penilaian
:
Kriteria
Keterangan
Jika jawaban jelas dan lengkap
A
Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap
B
Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap
C
*Keterangan: A : 80-100 B : 60-79 C : < 60
Tangerang, 23 April 2015
Mengetahui,
Wali Kelas V-1
Guru Pengajar
H. Abdul Latif, S. Ag
Yulia Kurnia Dewi___ NIM: 1111018300058
Lampiran 7
Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
126
127
Lampiran 8
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-1/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 22 April 2015
Observer
: Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. 1.
2.
Aspek yang Diamati Kegiatan Awal Pembelajaran a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran b. Menjawab pertanyaan guru c. Mendengarkan penjelasan guru tentang kompetensi yang hendak dicapai d. Memberikan respon aktif terhadap masalah yang disajikan oleh guru (konsep dasar dan pendefinisian masalah) Kegiatan Inti Pembelajaran a. Menyusun strategi pemecahan masalah (pembelajaran mandiri) b. Menerapkan strategi pemecahaan
Kategori B C K
Keterangan
√ √ √
-
√
-
√
-
√
-
128
3.
masalah dan memberikan umpan balik (pembelajaran mandiri) c. Melakukan diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan (pertukaran pengetahuan) Kegiatan Penutup Pembelajaran a. Memberikan respon terkait hasil presentasi dari kelompok lain sebagai bentuk partisipasi aktif dalam pembelajaran b. Keterlibatan dalam mengemukakan simpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan c. Mendengarkan kesimpulan yang disampaikan guru terkait keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui d. Menunjukkan pemahaman konsep yang lebih baik setelah melalui proses pembelajaran Jumlah Skor Maksimal Pemerolehan Skor Persentase Kategori
Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
33 27 81,8% B Tangerang, 22 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-1
C = 60% - 79% K = < 60% (H. Abdul Latif, S.Ag)
129
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-1/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 23 April 2015
Observer
: Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. 1.
2.
Aspek yang Diamati Kegiatan Awal Pembelajaran a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran b. Menjawab pertanyaan guru c. Mendengarkan penjelasan guru tentang kompetensi yang hendak dicapai d. Memberikan respon aktif terhadap masalah yang disajikan oleh guru (konsep dasar dan pendefinisian masalah) Kegiatan Inti Pembelajaran a. Menyusun strategi pemecahan masalah (pembelajaran mandiri) b. Menerapkan strategi pemecahaan
Kategori B C K √
Keterangan
√
-
√
-
√
√ √
-
130
3.
masalah dan memberikan umpan balik (pembelajaran mandiri) c. Melakukan diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan (pertukaran pengetahuan) Kegiatan Penutup Pembelajaran a. Memberikan respon terkait hasil presentasi dari kelompok lain sebagai bentuk partisipasi aktif dalam pembelajaran b. Keterlibatan dalam mengemukakan simpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan c. Mendengarkan kesimpulan yang disampaikan guru terkait keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui d. Menunjukkan pemahaman konsep yang lebih baik setelah melalui proses pembelajaran Jumlah Skor Maksimal Pemerolehan Skor Persentase Kategori
Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
33 30 90,9% B Tangerang, 23 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-1
C = 60% - 79% K = < 60% (H. Abdul Latif, S.Ag)
131
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-1/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 24 April 2015
Observer
: Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. 1.
2.
Aspek yang Diamati Kegiatan Awal Pembelajaran a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran b. Menjawab pertanyaan guru c. Mendengarkan penjelasan guru tentang kompetensi yang hendak dicapai d. Memberikan respon aktif terhadap masalah yang disajikan oleh guru (konsep dasar dan pendefinisian masalah) Kegiatan Inti Pembelajaran a. Menyusun strategi pemecahan masalah (pembelajaran mandiri) b. Menerapkan strategi pemecahaan
Kategori B C K
Keterangan
√ √ √
-
√
-
√ √
-
132
3.
masalah dan memberikan umpan balik (pembelajaran mandiri) c. Melakukan diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan (pertukaran pengetahuan) Kegiatan Penutup Pembelajaran a. Memberikan respon terkait hasil presentasi dari kelompok lain sebagai bentuk partisipasi aktif dalam pembelajaran b. Keterlibatan dalam mengemukakan simpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan c. Mendengarkan kesimpulan yang disampaikan guru terkait keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui d. Menunjukkan pemahaman konsep yang lebih baik setelah melalui proses pembelajaran Jumlah Skor Maksimal Pemerolehan Skor Persentase Kategori
Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
33 32 96,96% B Tangerang, 24 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-1
C = 60% - 79% K = < 60% (H. Abdul Latif, S.Ag)
Lampiran 9
133
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-1/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 22 April 2015
Observer
: H. Abdul Latif, S.Ag
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No.
Aspek yang Diamati
Kategori B
1.
Kegiatan Awal Pembelajaran
2.
a. Pengkondisian kelas (mengecek kesiapan siswa dan seluruh komponen pembelajaran) b. Melakukan apersepsi sebelum pembelajaran c. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai d. Meriview dan menyajikan masalah (konsep dasar dan pendefinisian masalah) Kegiatan Inti Pembelajaran
C
√
Keterangan K
-
√
-
√
-
√
-
134
3.
a. Membimbing siswa untuk menyusun strategi pemecahan masalah (pembelajaran mandiri) b. Memonitor upaya siswa dalam menerapkan strategi pemecahaan masalah dan memberikan umpan balik (pembelajaran mandiri) c. Membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan (pertukaran pengetahuan) Kegiatan Penutup Pembelajaran
√
-
√
-
√
-
a. Mengevaluasi hasil diskusi yang telah dilaksanakan (penilaian) b. Memberikan kesempatan kepada beberapa siswa untuk mengemukakan simpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan c. Memberikan konfirmasi dan afirmasi dari keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui d. Memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran Jumlah Skor Maksimal
√
-
Pemerolehan Skor Persentase Kategori Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
√
-
√
-
√
33 31 93,9% B Tangerang, 22 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-1
C = 60% - 79% K = < 60% (H. Abdul Latif, S.Ag)
135
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-1/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 23 April 2015
Observer
: H. Abdul Latif, S.Ag
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No.
Aspek yang Diamati
Kategori B
1.
Kegiatan Awal Pembelajaran
2.
a. Pengkondisian kelas (mengecek kesiapan siswa dan seluruh komponen pembelajaran) b. Melakukan apersepsi sebelum pembelajaran c. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai d. Meriview dan menyajikan masalah (konsep dasar dan pendefinisian masalah) Kegiatan Inti Pembelajaran
C
Keterangan K
√
-
√
-
√
-
√
-
136
3.
a. Membimbing siswa untuk menyusun strategi pemecahan masalah (pembelajaran mandiri) b. Memonitor upaya siswa dalam menerapkan strategi pemecahaan masalah dan memberikan umpan balik (pembelajaran mandiri) c. Membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan (pertukaran pengetahuan) Kegiatan Penutup Pembelajaran
√
-
√
-
√
-
a. Mengevaluasi hasil diskusi yang telah dilaksanakan (penilaian) b. Memberikan kesempatan kepada beberapa siswa untuk mengemukakan simpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan c. Memberikan konfirmasi dan afirmasi dari keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui d. Memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran Jumlah Skor Maksimal
√
-
√
-
√
-
√
-
Pemerolehan Skor Persentase Kategori Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
33 33 100% B Tangerang, 23 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-1
C = 60% - 79% K = < 60% (H. Abdul Latif, S.Ag)
137
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-1/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 24 April 2015
Observer
: H. Abdul Latif, S.Ag
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No.
Aspek yang Diamati
Kategori B
1.
Kegiatan Awal Pembelajaran
2.
a. Pengkondisian kelas (mengecek kesiapan siswa dan seluruh komponen pembelajaran) b. Melakukan apersepsi sebelum pembelajaran c. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai d. Meriview dan menyajikan masalah (konsep dasar dan pendefinisian masalah) Kegiatan Inti Pembelajaran
C
Keterangan K
√
-
√
-
√
-
√
-
138
3.
a. Membimbing siswa untuk menyusun strategi pemecahan masalah (pembelajaran mandiri) b. Memonitor upaya siswa dalam menerapkan strategi pemecahaan masalah dan memberikan umpan balik (pembelajaran mandiri) c. Membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan (pertukaran pengetahuan) Kegiatan Penutup Pembelajaran
√
-
√
-
√
-
a. Mengevaluasi hasil diskusi yang telah dilaksanakan (penilaian) b. Memberikan kesempatan kepada beberapa siswa untuk mengemukakan simpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan c. Memberikan konfirmasi dan afirmasi dari keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui d. Memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran Jumlah Skor Maksimal
√
-
√
-
√
-
√
-
Pemerolehan Skor Persentase Kategori Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
33 33 100% B Tangerang, 24 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-1
C = 60% - 79% K = < 60% (H. Abdul Latif, S.Ag)
139
Lampiran 10
Pedoman Wawancara Guru Kelas V-1 (Kelas Eksperimen-Tahap Akhir Pelaksanaan Penelitian)
Nama Pewawancara
: Yulia Kurnia Dewi
Nama Responden
: H. Abdul Latif, S.Ag
Jabatan Responden
: Guru Kelas V-1
Hari/Tanggal
: Jum’at, 24 April 2015
Tempat Wawancara
: SD Islam Al-Hasanah
1. Apakah model problem based learning cocok digunakan dalam pembelajaran terkait konsep mitigasi bencana di kelas V-1? Jawaban: Cocok, karena selama penerapan model problem based learning, siswa lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan ide-ide baru, serta aktif dalam belajar secara kelompok.
2. Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas setelah diterapkannya model problem based learning di kelas V-1? Jawaban: Secara otomatis terjadi peningkatan aktivitas belajar setelah diterapkannya model problem based learning di kelas V-1. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya partisipasi aktif dari beberapa siswa yang sebelumnya cenderung pasif. Selama pembelajaran berlangsung, mereka terlihat antusias dan memiliki rasa ingin tahu yang besar terkait materi yang sedang dibahas.
3. Apakah terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa di kelas V-1 terkait dengan pemahaman konsep mitigasi bencana? Jawaban: Terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa di kelas V-1, khususnya pada beberapa siswa yang sebelumnya masuk dalam kategori siswa berkemampuan kognitif rendah. Hal ini dikarenakan, selama proses
140
pembelajaran berlangsung semua siswa termotivasi untuk berpartisipasi secara aktif, sehingga kemampuan kognitif mereka pun dapat berkembang.
4. Apakah kelebihan yang dapat dipertahankan dari penerapan model problem based learning di kelas V-1? Jawaban: Kelebihan yang dapat dipertahankan dari penerapan model problem based learning adalah siswa menjadi lebih berani dalam mengemukakan pendapat dan semua siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok yang meliputi sejumlah kegiatan
yang
harus
dilakukan,
seperti:
siswa
aktif
berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, serta menyimpulkannya. Sehingga, tidak ada sekat antara siswa berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah.
5. Apakah kekurangan yang dapat diperbaiki dari penerapan model problem based learning di kelas V-1? Jawaban: Kekurangan yang dapat diperbaiki dari penerapan model problem based learning adalah tingkat antusiasme yang tinggi dari seluruh siswa membuat setiap anggota kelompok diskusi cukup kebingungan dalam menentukan pendapat siapa yang lebih tepat untuk dituliskan pada lembar laporan diskusi. Untuk itu, pada tahap ini sebaiknya guru aktif membimbing dan mengarahkan siswa untuk menentukan kesepakatan bersama berdasarkan jawaban/pendapat yang paling ilmiah.
141
Lampiran 11
Pedoman Wawancara Siswa Kelas V-1 (Kelas Eksperimen-Tahap Akhir Pelaksanaan Penelitian)
Nama Pewawancara
: Yulia Kurnia Dewi
Nama Responden
: Nasywa, Inas, Iqbal, Aiman, Alif
Hari/Tanggal
: Jum’at, 24 April 2015
Tempat Wawancara
: SD Islam Al-Hasanah
1. Apakah kamu merasa senang saat belajar dengan menggunakan model problem based learning? Jawaban: Nasywa : Iya Inas
: Senang
Iqbal
: Iya, senang
Aiman : Senang Alif
: Senang
2. Apakah kamu mampu mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan menggunakan model problem based learning dengan baik? Jawaban: Nasywa : Mampu Inas
: Mampu
Iqbal
: Mampu
Aiman : Mampu Alif
: Mampu
3. Apakah kamu mudah memahami konsep mitigasi bencana setelah mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan model problem based learning? Jawaban: Nasywa : Mudah Inas
: Iya
142
Iqbal
: Iya, paham
Aiman : Mudah Alif
: Mudah
4. Apakah kamu lebih mencintai lingkungan sekitarmu setelah memahami konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan dengan menggunakan model problem based learning? Jawaban: Nasywa : Iya Inas
: Iya
Iqbal
: Iya
Aiman : Iya Alif
: Iya
5. Apa yang akan kamu lakukan untuk menjaga dan memelihara lingkungan sekitarmu setelah memahami konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan dengan menggunakan model problem based learning? Jawaban: Nasywa : Menghemat penggunaan air & tidak membuang sampah sembarangan, serta mengurangi penggunaan tisu. Inas
: Memperbanyak menanam pohon & tidak membangun rumah di sekitar aliran sungai.
Iqbal
: Menghemat penggunaan kertas & tisu, serta tidak menebang pohon sembarangan.
Aiman : Membuat tanggul penahan air sungai & menggunakan conblock untuk jalan. Alif
: Tidak membuang sampah di daerah aliran sungai & rutin melakukan pengerukan lumpur di dasar sungai.
Lampiran 12
143
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen (V-1)
1. Kegiatan Pembelajaran: Rabu, 22 April 2015
Setelah melalui kegiatan review dan penyajian masalah oleh guru, siswa diarahkan untuk menyusun dan menerapkan strategi secara berkelompok.
Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan evaluasi hasil dengan menunjuk seorang perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kelompoknya di depan kelas.
kerja
144
2. Kegiatan Pembelajaran: Kamis, 23 April 2015
Setelah melalui kegiatan review dan penyajian masalah oleh guru, siswa diarahkan untuk menyusun dan menerapkan strategi secara berkelompok.
Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan evaluasi hasil dengan menunjuk seorang perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasil
kelompoknya di depan kelas.
kerja
145
3. Kegiatan Pembelajaran: Jum’at, 24 April 2015
Setelah melalui kegiatan review dan penyajian masalah oleh guru, siswa diarahkan untuk menyusun dan menerapkan strategi secara berkelompok.
Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan evaluasi hasil dengan menunjuk seorang perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kelompoknya di depan kelas.
kerja
146
Lampiran 13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: SDI Al-Hasanah
Tema Ke-
: 9 (Lingkungan Sahabat Kita)
Subtema Ke-
: 1 (Manusia dan Lingkungan)
Mata Pelajaran
: IPS
Kelas/Semester
: V/Genap
Alokasi Waktu
: 2 x 30 menit
A. Kompetensi Inti 1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar 1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya. 2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi penanggulangan permasalahan lingkungan hidup. 3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
147
4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. C. Indikator Pencapaian Kompetensi 3.5.1 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik. 3.5.2 Mencontohkan macam-macam bencana alam dengan baik. 3.5.3 Menjelaskan cara memitigasi bencana alam dengan baik. 4.5.1 Menentukan cara memitigasi bencana alam dengan baik.
D. Tujuan Pembelajaran 3.5.1.1 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik. 3.5.2.1 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam bencana alam dengan baik. 3.5.3.1 Melalui kegiatan demonstrasi
yang dilakukan guru, siswa mampu
menjelaskan cara memitigasi bencana alam dengan baik. 4.5.1.1 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan cara memitigasi bencana alam dengan baik.
E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir) 1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Alam 2. Submateri
: a. Pengertian Mitigasi Bencana b. Macam-macam Bencana Alam c. Cara Memitigasi Bencana Alam
F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran 1. Pendekatan
: Scientific Approach
2. Strategi
: Pembelajaran Kelompok
3. Model
: Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
4. Metode
: Ceramah, Demonstrasi, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan
148
G. Kegiatan Pembelajaran Tahapan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Pendahuluan 1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a bersama dan mengabsensi siswa. Menyampaikan
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari tema ke-9 tentang
Tujuan dan
“Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia
Menyiapkan
dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa.
Siswa
(Establishing
3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
7 menit
4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan mengajukan
Set)
pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana alam. 5) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik. Inti Mendemonstrasi
1) Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan secara seksama
kan Pengetahuan
hal-hal apa saja yang didemonstrasikan guru di depan kelas dan
& Keterampilan
meminta siswa untuk menuliskannya pada lembar diskusi
(Demonstrating)
kelompok. 2) Guru mulai mendemonstrasikan cara-cara memitigasi bencana alam dengan dibantu beberapa siswa sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok.
Membimbing Pelatihan
(Guide Practice)
3) Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh kelompok berdasarkan proses demonstrasi yang telah dilakukan terkait dengan cara-cara memitigasi bencana alam, kemudian
guru
memberikan kesempatan kepada seluruh kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.
Mengecek
4) Guru
mengarahkan
setiap
perwakilan
kelompok
untuk
Pemahaman &
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
Memberikan
5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon
50 menit
149
Respon (Feed Back)
terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan kelas.
Extended
6) Guru meminta setiap perwakilan kelompok yang sedang presentasi di depan kelas untuk menyebutkan contoh lain dari
Practice
cara-cara memitigasi bencana alam berdasarkan pengalaman pribadi siswa. Mengevaluasi Hasil
Penutup 1) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses pembelajaran yang telah dilalui.
3 menit
2) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.
H. Alat, Media, dan Sumber Belajar 1. Alat Pembelajaran: a. Papan Tulis & Spidol b. Laptop/Handphone 2. Media Pembelajaran: a. Lembaran Gambar Bencana Alam 3. Sumber Belajar: a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014. b. Lembar Diskusi Kelompok I. Penilaian Pembelajaran 1. Penilaian Sikap
No.
Teknik Penilaian
: Penilaian Individu
Format Penilaian
:
Nama Siswa
Aspek Penilaian Peduli BT
1. 2. 3.
MT
MB
Gotongroyong SM
BT
MT
MB
SM
Tanggungjawab BT
MT
MB
SM
150
*Beri tanda √ pada kolom yang sesuai. Keterangan Kriteria: BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat
(Skor 1) (Skor 2)
MB SM
: Mulai Berkembang (Skor 3) : Sudah Membudaya (Skor 4)
2. Penilaian Pengetahuan Teknik Penilaian
: Penilaian Individu
Format Penilaian
:
Kriteria
Keterangan
Jika jawaban jelas dan lengkap
A
Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap
B
Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap
C
*Keterangan: A : 80-100 B : 60-79 C : < 60
Tangerang, 22 April 2015
Mengetahui,
Wali Kelas V-2
Guru Pengajar
Khoirul Ilmi, S. Pd
Yulia Kurnia Dewi___ NIM: 1111018300058
151
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: SDI Al-Hasanah
Tema Ke-
: 9 (Lingkungan Sahabat Kita)
Subtema Ke-
: 1 (Manusia dan Lingkungan)
Mata Pelajaran
: IPS
Kelas/Semester
: V/Genap
Alokasi Waktu
: 2 x 30 menit
A. Kompetensi Inti 1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar 1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya. 2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi penanggulangan permasalahan lingkungan hidup. 3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
152
4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. C. Indikator Pencapaian Kompetensi 3.5.4 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik. 3.5.5 Mencontohkan macam-macam bencana anthropogene dengan baik. 3.5.6 Menjelaskan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik. 4.5.2 Menentukan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
D. Tujuan Pembelajaran 3.5.1.2 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik. 3.5.2.2 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam bencana anthropogene dengan baik. 3.5.3.2 Melalui kegiatan demonstrasi
yang dilakukan guru, siswa mampu
menjelaskan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik. 4.5.1.2 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir) 1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Anthropogene 2. Submateri
: a. Pengertian Mitigasi Bencana b. Macam-macam Bencana Anthropogene c. Cara Memitigasi Bencana Anthropogene
F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran 1. Pendekatan
: Scientific Approach
2. Strategi
: Pembelajaran Kelompok
3. Model
: Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
4. Metode
: Ceramah, Demonstrasi, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan
153
G. Kegiatan Pembelajaran Tahapan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Pendahuluan 1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a bersama dan mengabsensi siswa. Menyampaikan
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari tema ke-9 tentang
Tujuan dan
“Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia
Menyiapkan
dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa.
Siswa
(Establishing
3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
7 menit
4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan
Set)
pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana anthropogene. 5) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik. Inti Mendemonstrasi
1) Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan secara seksama
kan Pengetahuan
hal-hal apa saja yang didemonstrasikan guru di depan kelas dan
& Keterampilan
meminta siswa untuk menuliskannya pada lembar diskusi
(Demonstrating)
kelompok. 2) Guru mulai mendemonstrasikan cara-cara memitigasi bencana anthropogene
dengan
dibantu
beberapa
siswa
sebagai
perwakilan dari masing-masing kelompok. Membimbing
3) Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh kelompok
Pelatihan
berdasarkan proses demonstrasi yang telah dilakukan terkait
(Guide
dengan cara-cara memitigasi bencana anthropogene, kemudian
Practice)
guru memberikan kesempatan kepada seluruh kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.
Mengecek
4) Guru
mengarahkan
setiap
perwakilan
kelompok
untuk
Pemahaman &
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
Memberikan
5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon
50 menit
154
Respon (Feed Back)
terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan kelas.
Extended
6) Guru meminta setiap perwakilan kelompok yang sedang
Practice
presentasi di depan kelas untuk menyebutkan contoh lain dari cara-cara memitigasi bencana alam berdasarkan pengalaman pribadi siswa.
Mengevaluasi Hasil
Penutup 1) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses pembelajaran yang telah dilalui. 2) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.
H. Alat, Media, dan Sumber Belajar 1. Alat Pembelajaran: a. Papan Tulis & Spidol b. Laptop/Handphone Media Pembelajaran: c. Lembaran Gambar Bencana Anthropogene Sumber Belajar: a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014. b. Lembar Diskusi Kelompok I. Penilaian Pembelajaran 1. Penilaian Sikap
No.
Teknik Penilaian
: Penilaian Individu
Format Penilaian
:
Nama Siswa
Aspek Penilaian Peduli BT
1.
MT
MB
Gotongroyong SM
BT
MT
MB
SM
Tanggungjawab BT
MT
MB
SM
155
2. 3. *Beri tanda √ pada kolom yang sesuai. Keterangan Kriteria: BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat
(Skor 1) (Skor 2)
MB SM
: Mulai Berkembang (Skor 3) : Sudah Membudaya (Skor 4)
3. Penilaian Pengetahuan Teknik Penilaian
: Penilaian Individu
Format Penilaian
:
Kriteria
Keterangan
Jika jawaban jelas dan lengkap
A
Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap
B
Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap
C
*Keterangan: A : 80-100 B : 60-79 C : < 60
Tangerang, 23 April 2015
Mengetahui,
Wali Kelas V-2
Guru Pengajar
Khoirul Ilmi, S. Pd.
Yulia Kurnia Dewi___ NIM: 1111018300058
156
Lampiran 14
Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
157
Lampiran 15
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Kelas Kontrol
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-2/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 22 April 2015
Observer
: Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No.
Aspek yang Diamati
Kategori B
1.
2.
C
Keterangan K
Kegiatan Awal Pembelajaran a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran
√
-
b. Menjawab pertanyaan guru
√
-
c. Mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai (establishing set) Kegiatan Inti Pembelajaran
√
-
a. Memperhatikan dengan baik proses demonstrasi terkait konsep mitigasi bencana yang dilakukan guru (demonstrating) b. Melaksanakan latihan terbimbing
√
-
√
-
158
3.
dengan baik (guide practice) c. Memberikan respon aktif selama pembelajaran berlangsung (feed back) d. Menentukan pelatihan lanjutan dan penerapannya dalam kehidupan (extended practice) Kegiatan Penutup Pembelajaran a. Mendengarkan kesimpulan yang disampaikan guru terkait keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui b. Menunjukkan perubahan prilaku yang lebih baik di akhir pembelajaran Jumlah Skor Maksimal Pemerolehan Skor Persentase Kategori
Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
√
-
√
-
√
-
√
-
27 20 74,0% C Tangerang, 22 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-2
C = 60% - 79% K = < 60% (Khoirul Ilmi, S.Pd)
159
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Kelas Kontrol
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-2/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 23 April 2015
Observer
: Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No.
Aspek yang Diamati
Kategori B
1.
2.
C
Keterangan K
Kegiatan Awal Pembelajaran a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran
√
-
b. Menjawab pertanyaan guru
√
-
c. Mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai (establishing set) Kegiatan Inti Pembelajaran a. Memperhatikan dengan baik proses demonstrasi terkait konsep mitigasi bencana yang dilakukan guru (demonstrating) b. Melaksanakan latihan terbimbing
√
-
√
√
-
-
160
3.
dengan baik (guide practice) c. Memberikan respon aktif selama pembelajaran berlangsung (feed back) d. Menentukan pelatihan lanjutan dan penerapannya dalam kehidupan (extended practice) Kegiatan Penutup Pembelajaran a. Mendengarkan kesimpulan yang disampaikan guru terkait keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui b. Menunjukkan perubahan prilaku yang lebih baik di akhir pembelajaran Jumlah Skor Maksimal Pemerolehan Skor Persentase Kategori
Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
√
√
-
√
-
√
-
27 22 81,48% B Tangerang, 23 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-2
C = 60% - 79% K = < 60% (Khoirul Ilmi, S.Pd)
161
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Kelas Kontrol
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-2/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 24 April 2015
Observer
: Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No.
Aspek yang Diamati
Kategori B
1.
K
Kegiatan Awal Pembelajaran a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran
2.
C
Keterangan
√
-
b. Menjawab pertanyaan guru
√
-
c. Mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai (establishing set) Kegiatan Inti Pembelajaran
√
-
a. Memperhatikan dengan baik proses demonstrasi terkait konsep mitigasi bencana yang dilakukan guru (demonstrating) b. Melaksanakan latihan terbimbing
√
-
√
-
162
3.
dengan baik (guide practice) c. Memberikan respon aktif selama pembelajaran berlangsung (feed back) d. Menentukan pelatihan lanjutan dan penerapannya dalam kehidupan (extended practice) Kegiatan Penutup Pembelajaran a. Mendengarkan kesimpulan yang disampaikan guru terkait keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui b. Menunjukkan perubahan prilaku yang lebih baik di akhir pembelajaran Jumlah Skor Maksimal Pemerolehan Skor Persentase Kategori
Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
√
√
-
√
-
√
27 25 93,00% B Tangerang, 24 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-2
C = 60% - 79% K = < 60% (Khoirul Ilmi, S.Pd)
163
Lampiran 16
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar Kelas Kontrol
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-2/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 22 April 2015
Observer
: Khoirul Ilmi, S.Pd
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No.
Aspek yang Diamati
Kategori B
C
Keterangan K
1.
Kegiatan Awal Pembelajaran √
√
-
2.
a. Pengkondisian kelas (kesiapan siswa dan seluruh komponen pembelajaran). b. Melakukan apersepsi sebelum pembelajaran. c. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai. (establishing set) Kegiatan Inti Pembelajaran a. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan (demonstrating) b. Membimbing pelatihan (guide practice)
√
-
√
-
c. Mengecek pemahaman dan memberikan
√
√
-
-
164
3.
respon (feed back) d. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan (extended practice) Kegiatan Penutup Pembelajaran a. Memberikan konfirmasi dan afirmasi dari keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui b. Memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran Jumlah Skor Maksimal Pemerolehan Skor Persentase Kategori
Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
√
-
√
-
√
-
27 24 88,8% B Tangerang, 22 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-2
C = 60% - 79% K = < 60% (Khoirul Ilmi, S.Pd)
165
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar Kelas Kontrol
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-2/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 23 April 2015
Observer
: Khoirul Ilmi, S.Pd
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No.
Aspek yang Diamati
Kategori B
C
Keterangan K
1.
Kegiatan Awal Pembelajaran √
√
-
2.
a. Pengkondisian kelas (kesiapan siswa dan seluruh komponen pembelajaran). b. Melakukan apersepsi sebelum pembelajaran. c. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai. (establishing set) Kegiatan Inti Pembelajaran a. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan (demonstrating) b. Membimbing pelatihan (guide practice)
√
-
√
-
c. Mengecek pemahaman dan memberikan
√
-
√
-
166
3.
respon (feed back) d. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan (extended practice) Kegiatan Penutup Pembelajaran a. Memberikan konfirmasi dan afirmasi dari keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui b. Memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran Jumlah Skor Maksimal Pemerolehan Skor Persentase Kategori
Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
√
-
√
-
√
-
27 25 93,00% B Tangerang, 23 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-2
C = 60% - 79% K = < 60% (Khoirul Ilmi, S.Pd)
167
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar Kelas Kontrol
Nama Sekolah
: SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester
: V-2/II
Tahun Ajaran
: 2014-2015
Tema Pembelajaran
: Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan
: 24 April 2015
Observer
: Khoirul Ilmi, S.Pd
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No.
Aspek yang Diamati
Kategori B
C
Keterangan K
1.
Kegiatan Awal Pembelajaran √
-
√
-
√
-
2.
a. Pengkondisian kelas (kesiapan siswa dan seluruh komponen pembelajaran). b. Melakukan apersepsi sebelum pembelajaran. c. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai. (establishing set) Kegiatan Inti Pembelajaran a. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan (demonstrating) b. Membimbing pelatihan (guide practice)
√
-
√
-
c. Mengecek pemahaman dan memberikan
√
-
168
3.
respon (feed back) d. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan (extended practice) Kegiatan Penutup Pembelajaran a. Memberikan konfirmasi dan afirmasi dari keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilalui b. Memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran Jumlah Skor Maksimal Pemerolehan Skor Persentase Kategori
Pedoman Penilaian: Persentase = Kategori: B = 80% - 100%
√
-
√
-
√
27 27 100% B Tangerang, 24 April 2015
x 100%
Mengetahui, Wali Kelas V-2
C = 60% - 79% K = < 60% (Khoirul Ilmi, S.Pd)
Lampiran 17
169
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Kontrol (V-2)
1. Kegiatan Pembelajaran: Rabu, 22 April 2015
Setelah guru menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa (Establishing Set), selanjutnya guru bersama siswa mendemonstrasikan pengetahuan & keterampilan (Demonstrating).
Tahap selanjutnya adalah guru membimbing pelatihan (Guide Practice), mengecek pemahaman, memberikan respon (Feed Back), dan Extended Practice, serta mengevaluasi hasil kerja siswa.
170
2. Kegiatan Pembelajaran: Kamis, 23 April 2015
Setelah guru menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa (Establishing Set), selanjutnya guru bersama siswa mendemonstrasikan pengetahuan & keterampilan (Demonstrating)
Tahap selanjutnya adalah guru membimbing pelatihan (Guide Practice), mengecek pemahaman, memberikan respon (Feed Back), dan Extended Practice, serta mengevaluasi hasil kerja siswa.
171
3. Kegiatan Pembelajaran: Jum’at, 24 April 2015
Setelah guru menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa (Establishing Set), selanjutnya guru bersama siswa mendemonstrasikan pengetahuan & keterampilan (Demonstrating)
Tahap selanjutnya adalah guru membimbing pelatihan (Guide Practice), mengecek pemahaman, memberikan respon (Feed Back), dan Extended Practice, serta mengevaluasi hasil kerja siswa.
172
Lampiran 18
Nama : Kelas : V (Lima) Hari : Tanggal: Nilai:
Tema Ke-9: Lingkungan Sahabat Kita Subtema 1: Manusia dan Lingkungan Semester/TP : 2/2014-2015 Disusun Oleh : Yulia Kurnia Dewi Waktu: 45 menit Mata Pelajaran: Tematik (Fokus IPS) Indikator: 3.5.1 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik. 3.5.2 Mencontohkan macam-macam bencana alam dan bencana anthropogene dengan baik. 3.5.3 Menjelaskan cara memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene dengan baik. 4.5.1 Menentukan cara memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene dengan baik.
Bismillaahirrohmaanirrohiim I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling tepat! 1. Berikut ini adalah pengertian dari mitigasi bencana yaitu …. a. Kesadaran untuk menjaga lingkungan alam b. Upaya mengurangi dampak bencana melalui tindakan kesiapsiagaan c. Pekerjaan manusia untuk melindungi diri dan lingkungan alam d. Aturan masyarakat dalam melestarikan lingkungan 2. Bencana alam yang pernah terjadi di Aceh pada tahun 2004 dan telah memakan banyak korban, serta menimbulkan kerugian besar adalah …. a. Longsor
b. Gempa Bumi
c. Tsunami
d. Angin Puting Beliung
3. Tinggi gelombang tsunami dipengaruhi oleh .… a. Skala kekuatan gempa di dasar laut
c. Pasang surut air laut
b. Kedalaman air laut
d. Semua jawaban salah
4. Pemakaian sumber daya alam berupa air secara berlebihan dan terus-menerus akan mengakibatkan …. a. Musim gugur
b. Cuaca Panas
c. Kekeringan
d. Kepunahan
5. Peristiwa terbakarnya sesuatu, baik secara alami atau karena kelalaian manusia adalah penjelasan dari bencana …. a. Kekeringan
b. Pemanasan Global
c. Kebakaran
6. Erosi dan abrasi adalah contoh bencana yang disebabkan oleh .… a. Kondisi alamiah
c. Campur tangan manusia
b. Kelalaian manusia
d. Semua jawaban benar
d. Kemarau
173
7. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tumpukan abu vulkanik di atap rumah adalah …. a. Membuat tanda bahaya gempa b. Membuat wadah penampungan c. Membangun rumah beratap datar d. Membangun rumah beratap curam/lebih miring 8. Kewajiban pemerintah dalam menanggulangi bencana gempa bumi vulkanik adalah …. a. Membangun jalur evakuasi
c. Menyediakan bahan pangan
b. Membangun tempat pengungsian
d. Semua jawaban benar
9. Ketika gempa vulkanik terjadi, sebaiknya kita tidak mendekati daerah .… a. Pemukiman
b. Pegunungan
c. Perindustrian
d. Lapangan
10. Di bawah ini adalah upaya mengurangi korban jiwa saat terjadi bencana gempa tektonik yaitu .… a. Berlari sekuat tenaga ke luar rumah b. Tetap tenang dan segera mencari area terbuka c. Berlindung di bawah tiang listrik/pohon d. Bersandar di dinding rumah/bangunan besar 11. Perhatikan beberapa kalimat di bawah ini: -
Menanami garis pantai dengan tumbuhan bakau, pohon kelapa, dan nipah
-
Tidak membangun rumah di sekitar pantai
-
Tidak menebang pepohonan yang ada di bibir pantai
Kalimat di atas adalah beberapa upaya untuk mengurangi dampak dari bencana …. a. Longsor
b. Banjir
c. Tsunami
d. Angin Topan
12. Tidak berlindung di bawah pohon agar tidak tertiban adalah salah satu upaya untuk mengurangi dampak bencana …. a. Banjir
b. Angin topan
c. Longsor
d. Kebakaran
13. Di bawah ini yang tidak termasuk upaya untuk mengurangi dampak bencana angin topan adalah …. a. Membangun rumah dengan bahan bangunan yang berat/kokoh b. Memotong batang-batang pohon yang telah rapuh c. Lebih banyak menanam pohon yang berakar kuat d. Menebang pohon sesuka hati 14.
Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak bencana seperti pada gambar di samping .… a. Memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan b. Melakukan penghijauan
174
c. Membuat sumur resapan air hujan d. Semua jawaban benar 15. Salah satu kewajiban pemerintah dalam mengurangi dampak bencana kekeringan adalah …. a. Memperbanyak hutan kota b. Membuat bak penampungan air di setiap rumah c. Melarang warga memanfaatkan air sungai d. Membiarkan warga menggunakan air bersih sepuasnya 16. Di bawah ini yang tidak termasuk upaya untuk mengurangi dampak bencana banjir adalah .… a. Membangun rumah di sekitar aliran sungai b. Melakukan penghijauan di daerah aliran sungai c. Tidak membuang sampah ke sungai d. Mengeruk tumpukan lumpur di dasar sungai 17. Untuk mencegah munculnya korban jiwa sebagai dampak bencana longsor, sebaiknya kita tidak membangun rumah di daerah …. a. Lereng bukit
c. Permukaan tanah yang labil/rapuh
b. Tebing yang terjal/curam
d. Semua jawaban benar
18. Perhatikan beberapa kalimat di bawah ini: -
Segera matikan sumber api
-
Tetap tenang dan segera menyelamatkan diri
-
Segera menelepon unit pemadam kebakaran Kalimat di atas adalah upaya yang dapat dilakukan pada saat … kebakaran.
a. Sebelum
c. Setelah
b. Terjadi
d. Semua jawaban salah
19. Kewajiban pemerintah untuk mengurangi kerugian warga akibat semburan lumpur adalah .… a. Menindak tegas perusahaan yang telah mengakibatkan semburan lumpur b. Memindahkan penduduk yang rumahnya tergenang lumpur c. Menanggulangi luapan lumpur dengan tepat agar tidak tersebar d. Semua jawaban benar 20. Berikut ini adalah upaya dalam mengurangi dampak abrasi, yaitu …. a. Mempertahankan keberadaan hutan bakau di tepi pantai b. Melakukan pelestarian terumbu karang c. Membangun tanggul pengaman di sepanjang pantai d. Semua jawaban benar
175
Lampiran 19
KUNCI JAWABAN SOAL TES PILIHAN GANDA Siswa Kelas V SDI Al-Hasanah
1. B
8. D
15. A
2. C
9. B
16. A
3. A
10. B
17. D
4. C
11. C
18. B
5. C
12. B
19. D
6. D
13. D
20. D
7. D
14. D
176
Lampiran 20
Nama : Kelas : V (Lima) ……
Tema Ke-9: Lingkungan Sahabat Kita
I. Isilah kolom-kolom di bawah ini dengan jawaban yang tepat dan lengkap!
Contoh Bencana Alam
Cara Memitigasi Bencana
1.
2.
3.
4.
Alhamdulillahirobbil’aalamiin
Subtema 1: Manusia dan Lingkungan
177
Nama : Kelas : V (Lima) ……
Tema Ke-9: Lingkungan Sahabat Kita
I. Isilah kolom-kolom di bawah ini dengan jawaban yang tepat dan lengkap!
Contoh Bencana Karena Anthropogene
Cara Memitigai Bencana
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Alhamdulillahirobbil’aalamiin
Subtema 1: Manusia dan Lingkungan
178
Lampiran 21
Materi Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana
Mitigasi (mitigate) berarti tindakan-tindakan untuk mengurangi bahaya supaya kerugian dapat diperkecil. Mitigasi meliputi aktivitas dan tindakantindakan. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 131 Tahun 2003, mitigasi atau penjinakan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, yang meliputi
kesiapsiagaan,
kewaspadaan
dan
berbagai
kemampuan
untuk
mengatasinya. Selanjutnya, bencana dijelaskan sebagai “An event, natural or man-made, sudden or progressive, which impacts with such severity that the effected community has to respond by taking exceptional measures” yang berarti “suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena perbuatan manusia yang terjadi secara tiba-tiba atau
perlahan dan memberi
dampak kerusakan
yang
mempengaruhi masyarakat dan berada di luar jangkauan masyarakat.” Definisi lain tentang bencana adalah “A serious of the functioning of a community or a society causing widespread human, material, economic, or environmental losses which exceed the ability of the affected community/society to cope using its own resources” yang berarti “suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan, sehingga menyebabkan kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.” Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1, “bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.” Secara umum, bencana memiliki beberapa kriteria/kondisi, yaitu:
(1) adanya peristiwa; (2) terjadi karena faktor alam atau karena ulah
manusia; (3) terjadi secara tiba-tiba atau bertahap/perlahan; (4) mengakibatkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan
xiv
lingkungan, dan lainnya; (5) berada di luar kemampuan manusia untuk menanggulanginya.
Berikut ini adalah macam-macam bencana dan mitigasi yang mungkin dilakukan, yaitu: 1) Bencana Alam Bencana alam adalah jenis bencana yang disebabkan oleh dinamika bumi yang tidak pernah berhenti secara alamiah. Adapun, macam-macam bencana alam di antaranya adalah: a) Gempa Bumi Vulkanik Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh pergeseran atau pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-tiba. Lebih lanjut, gempa bumi vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh kinerja gunung api, dan biasanya terjadi sebelum, selama, dan sesudah letusan gunung api. Adapun, upaya mitigasi bersifat selektif, tergantung pada sifat gunung api, kondisi dan kemampuan masyarakat, serta kemampuan pemerintah daerah. Mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu: -
Membagi daerah lereng gunung api menjadi beberapa wilayah bahaya. (Daerah I: tetap menjadi kawasan hutan lindung, daerah II: sebagian adalah daerah hutan lindung & sebagian yang lain adalah kawasan hutan produksi, daerah III: relatif aman & masyarakat diperbolehkan untuk bermukim).
-
Membangun jalur-jalur evakuasi dan tempat berkumpul sementara.
-
Mempersiapkan barak-barak pengungsian di wilayah yang aman.
-
Membuat bunker sebagai tempat perlindungan sementara dari bahaya awan panas.
-
Membangun rumah penduduk yang tahan gempa (atap rumah dibuat relatif curam agar abu vulkanik mudah dibersihkan).
-
Memasang tanda bahaya (sirine) dan membunyikannya di saat yang tepat.
-
Membangun bendungan sebagai tempat mengalirnya lahar dingin.
-
Meningkatkan kinerja pos pengamatan gunung api dengan menyampaikan laporan yang akurat kepada masyarakat.
-
Pemerintah provinsi/kabupaten/kecamatan membentuk tim siaga bencana alam yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas sesuai kebutuhan.
b) Gempa Bumi Tektonik Gempa bumi tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergeseran kulit bumi yang terjadi secara tiba-tiba dalam bumi dan erat sekali dengan gejala pembentukan pegunungan, gempa ini dapat terjadi apabila terbentuk patahanpatahan yang baru atau jika terjadi pergeseran-pergeseran sepanjang patahan karena timbul tegangan-tegangan di dalam kulit bumi. Adapun, Mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu: -
Dalam memilih daerah/lokasi membangun rumah hendaknya tidak di daerah yang labil (patahan geologi), tidak di dekat tebing, tidak di atas tanah yang gembur/tidak padat, tidak di daerah sempadan/batas sungai atau pun pantai.
-
Dalam memilih bahan bangunan harus tahan gempa (beton bertulang & bentuk bangunan simetris), dan bahan konstruksi harus ringan (kayu dan bata).
-
Untuk rumah satu lantai, perkirakan jarak posisi anda dari pintu keluar. Jika < 12 m, penyelamatan masih mungkin dilakukan dalam waktu 3 menit dengan cara merangkak, dan jangan berlari & jika >12 m, penyelamatan diri dilakukan dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen pintu kayu yang kokoh.
-
Untuk rumah dua lantai, jika tidak ada tangga darurat maka penyelamatan diri dilakukan dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen pintu kayu yang kokoh.
-
Bagi yang berada di luar rumah, penyelamatan yang dapat dilakukan adalah tetap tenang dan segera cari lapangan/area terbuka yang jauh dari reruntuhan bangunan.
-
Bagi yang berada di dalam mobil atau sedang berkendara, maka segera keluar dari kendaraan dan bergegas ke tempat terbuka yang aman.
-
Jika terjadi gempa susulan, maka jangan mendekati bangunan-bangunan yang telah retak/nyaris runtuh.
c) Tsunami Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif (berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran) dari dasar laut.
Lebih lanjut, Bencana tsunami
disebabkan oleh adanya gempa tektonik dengan kekuatan 6 SR atau lebih akibat pergerakan lempeng turun/naik (gerakan vertikal) dengan episentrum di laut, maka akan diikuti bencana tsunami. Semakin lama durasi gempa dan semakin besar skala kekuatan gempa, serta semakin luas daerah yang terkena patahan, maka gelombang tsunami yang dihasilkan pun akan semakin besar. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu: -
Patuhi aturan sempadan/batas pantai (daerah yang berjarak 250 m dari garis pantai harus bebas bangunan dan sebaiknya ditanami tumbuhan seperti bakau/mangrove, pohon kelapa, dan nipah agar dapat dimanfaatkan sebagai hutan lindung).
-
Membangun jalan di batas daerah sempadan pantai sebagai jalur evakuasi.
-
Pertahankan keberadaan tanaman pantai seperti bakau/mangrove, pohon kelapa, dan nipah.
-
Tidak perlu melakukan normalisasi aliran sungai yang dekat dengan muara.
-
Selalu waspada terhadap gejala-gejala alam yang aneh sebagai peringatan bagi manusia.
d) Angin Topan Angin topan muncul karena terjadinya pemanasan udara secara besarbesaran, sehingga mengakibatkan perbedaan tekanan udara yang sangat besar. Angin topan yang bergerak disertai putaran dikenal dengan sebutan angin puting beliung.
Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya
berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem, sistem pusaran ini bergerak dengan kecepatan sekitar 120 km/jam. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu: -
Membangun bangunan yang kokoh dengan bahan bangunan yang berat.
-
Di daerah pantai, pertahankan keberadaan tanaman bakau yang mampu menahan gelombang besar, mempunyai akar yang kuat, tidak mudah tercabut, dan tahan air asin.
-
Catat waktu menanam pohon untuk mengetahui usia tanaman (tanaman yang cepat pertumbuhannya terbukti mudah tumbang, berbeda dengan pohon asem, mahoni, dan cemara yang tahan tiupan angin kencang).
-
Pangkaslah ranting-ranting pohon yang rimbun saat memasuki musim pancaroba.
2) Bencana Anthropogene Bencana anthropogene adalah jenis bencana yang dipicu oleh ulah manusia yang memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan dan tidak ramah lingkungan. Adapun, macam-macam bencana anthropogene di antaranya adalah: a) Kekeringan Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air, baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Pada dasarnya, bahaya kekeringan berkaitan erat dengan kinerja manusia dalam mengelola dan mempertahankan keberadaan hutan. Semakin tidak bersahabat prilaku manusia terhadap hutan yang berperan sebagai salah satu model konservasi air tanah, maka sudah dapat dipastikan bahwa bahaya kekeringan akan semakin mengancam. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu: -
Melakukan penghijauan (melakukan penghijauan secara menyeluruh, terutama di daerah aliran sungai/DAS, membiarkan tanaman semak belukar di hutan tetap tumbuh, mengolah kebun dengan tanaman umbi-umbian sebagai cadangan bahan pangan, mempertahankan keberadaan pohon sagu dan keladi).
-
Melakukan revitalisasi air (mempertahankan atau menambah wilayah penampungan air seperti waduk/situ/telaga/rawa, membendung sungai dan mengalirkan airnya ke tempat lain untuk keperluan irigasi dan konservasi air
tanah lokal, serta membendung anak sungai guna meningkatkan kandungan air tanah daerah sekitar). -
Melakukan revitalisasi lahan (memperlakukan daerah sempadan mata air, danau, sungai, dan mengalokasikan daerah resapan air sebagai kawasan lindung).
-
Setiap rumah menyiapkan bak penampungan air hujan (PAH) atau membuat sumur resapan air hujan.
-
Memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan dengan bijak.
-
Memperbanyak hutan kota.
b) Banjir Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan genangan pada dataran rendah di sisi sungai. Pengalaman terjadinya banjir di Indonesia menunjukkan bahwa banjir erat kaitannya dengan penebangan hutan yang tidak terkendali di daerah aliran sungai/DAS bagian hulu. Semakin gundul hutan di bagian hulu, maka ancaman banjir akan semakin parah di daratan yang rendah. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu: -
Melakukan penghijauan secara menyeluruh di daerah aliran sungai/DAS.
-
Membangun bendungan dan tanggul secara selektif sesuai kebutuhan.
-
Memanfaatkan kembali situ, waduk, telaga, rawa yang ada di wilayah DAS hulu dan memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi air guna menjaga kebersihan sungai.
-
Melakukan pengerukan dasar sungai dan memberlakukan aturan sempadan sungai (100 m dari tepi sungai harus terbebas dari bangunan).
-
Tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir sampah.
-
Melakukan normalisasi sungai dan menambang pasir sungai secara bijak.
-
Membentuk dinas khusus yang memiliki otoritas untuk melakukan pengawasan terhadap kondisi sungai, khususnya daerah sempadan sungai.
-
Membangun rumah dengan fondasi yang lebih tinggi dan terdapat ruangan di atas loteng bagi wilayah permukiman yang berada di sekitar luapan aliran sungai besar.
c) Tanah Longsor Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan maupun percampuran dari keduanya yang menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Banyak faktor yang berperan dalam terjadinya pergerakan tanah/longsor, di antaranya adalah kondisi geologi, model pemanfaatan lahan, perlakuan manusia pada lingkungan hutan, rekayasa manusia dalam membuat sarana dan prasarana pembangunan, serta rekayasa manusia dalam mengubah bentang alam dan memanfaatkannya. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu: -
Membuat pengamanan lereng secara bersistem (membuat topografi lereng berbentuk undakan dan menanaminya dengan rumput, membuat bangunan di dasar tanah yang tidak bergerak, memasang kawat untuk menghindarkan tanah runtuh, mengubah pola pemanfaatan lahan menjadi pengelolaan dengan membuang air, menambahkan batu kapur pada tanah lempung guna menjaga stabilitasnya, membatasi beban jalan di daerah yang labil).
-
Mengatur arah aliran air dengan cara membuat saluran drainase yang sesuai dengan tipe gerakan tanah, dan menyalurkan air yang ada di atas bidang gelincir dengan cara memasukkan bambu berlubang sebagai pancuran air.
-
Jika memilih lokasi untuk membangun rumah maka jangan di daerah yang labil atau di lereng bukit, tebing yang terjal, daerah sempadan sungai, dan agar fondasi rumah yang berada di daerah batu lempeng tidak mengembang atau berkerut maka permukaan lubang galian fondasi terlebih dahulu dilapisi dengan pasir lepas.
d) Kebakaran Secara umum, kebakaran bersifat anthropogene dan tidak dikehendaki oleh manusia, misalnya akibat ledakan kompor minyak/gas, korsleting listrik (hubungan arus pendek listrik), gangguan pada mesin yang biasa ditemui pada kendaraan seperti mobil/kapal/laut/pesawat, akibat semburan gas metana di daerah pertambangan. Namun, kebakaran juga dapat terjadi secara alami, misalnya sambaran petir, hantaman halilintar atau terjangan awan panas di daerah puncak gunung api. Kebakaran dapat dijelaskan sebagai peristiwa terbakarnya sesuatu,
baik secara alami atau karena kelalaian manusia. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu: -
Jika terjadi kebakaran di daerah permukiman, maka berusahalah tetap tenang dan segera menyelamatkan diri beserta harta benda yang bisa diselamatkan, termasuk surat-surat penting, jika memungkinkan untuk mematikan sumber api, maka segera lakukan agar kobaran api tidak menjalar ke rumah lainnya, lalu segera menelepon unit pemadam kebakaran.
-
Jika terjadi kebakaran hutan, maka segera mematikan sumber kebakaran dengan memadamkan titik-titik api, menyiramkan air dari udara dengan memanfaatkan pesawat udara, dan mengulangi penyiraman di darat, hindari daerah rawan asap dan gunakan masker penutup mulut dan hidung, serta kaca mata sebagai pengaman saat beraktivitas di luar rumah, dan jika asap masih tebal, maka lebih baik tetap berada di dalam rumah.
-
Lakukan sosialisasi tentang bahaya kebakaran hutan bagi lingkungan, salah satunya adalah besarnya kerugian yang ditimbulkan.
-
Membuat jalur ilar, yaitu pembatas alami/buatan termasuk sungai di dalamnya dan harus terbebas dari ttanaman yang mudah terbakar.
-
Membuat peraturan dengan memasang papan-papan peringatan dan hukuman yang akan dibebani kepada para pembakar hutan.
e) Semburan Lumpur Peristiwa semburan lumpur yang masih sangat jelas terlihat adalah di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. Pengeboran yang bertujuan untuk mengeksplorasi keberadaan minyak dan gas bumi ternyata mengalami kegagalan akibat ketidakcermatan teknis sehingga menimbulkan semburan lumpur panas dengan suhu sekitar 70 derajat Celcius yang membawa gas berbau menyengat ke daerah di sekitar titik semburan dan kini semakin meluas. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu: -
Merelokasi/memindahkan penduduk yang rumah dan tanahnya tergenang aliran lumpur panas.
-
Memindahkan jalur rel kereta api yang sudah mulai terancam amblas dan bengkok.
-
Segera mengalirkan lumpur ke tempat lain, dan berdasarkan pengalaman selama ini tidak ada tempat yang mampu menampung lumpur yang telah keluar, selain laut.
-
Upaya penanggulangan lumpur yang telah dilakukan atau baru sekedar rencana di antaranya adalah membuat tanggul (sudah terlaksana), mengalirkan lumpur ke bekas penambangan bahan galian golongan C di bukit yang berdekatan (baru rencana), mengalirkan lumpur ke sungai Porong agar selanjutnya dapat terangkut menuju pantai Banyuwangi (gagal), melmbuat kanal sepanjang sungai Porong dengan pipa baja berdiameter 50 cm sepanjang 20 km ke Selat Madura (gagal), memasukkan batu yang ditempatkan pada jaring-jaring (gagal), memasukkan bola beton yang dirangkai dengan rantai besi (upaya ini dihentikan, karena dianggap tidak akan berhasil), dan bahkan ada rencana untuk membuat bendungan baja (tawaran dari Jepang dan tidak ditindaklanjuti).
f) Erosi dan Abrasi Erosi awal yang paling dominan terjadi di muka bumi adalah erosi percik (splash erosion) diakibatkan oleh titik-titik air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan memisahkan butiran-butiran tanah yang masih menyatu menjadi butiran-butiran tanah lepas, yang siap diangkut oleh agen lain seperti air permukaan sebagai limpasan air hujan, gletser (lapisan es), dan aliran sungai akan menghantarkan butiran-butiran tanah yang lepas ke daerah sendimentasi secara gravitasi dan sebagian besar mengendap di laut. Selain itu, terdapat beberapa jenis erosi, di antaranya: (1) erosi yang mengakibatkan terlepasnya lapisan tanah lapis demi lapis, dan disebut erosi lembaran (sheet erosion), dan erosi lembaran mengakibatkan terjadinya pelebaran sungai; (2) erosi alur (rills erosion), erosi ini berupa pengikisan pada permukaan tanah sehingga membentuk alur-alur; (3) erosi parit (gully erosion), yaitu erosi yang berupa pengikisan pada permukaan tanah ke arah vertikal, membentuk parit atau pun saluran-saluran kecil yang kemudian berkembang menjadi sungai, dan mengakibatkan dasar sungai menjadi lebih dalam; (4) erosi oleh angin merupakan fenomena yang terjadi di daerah pantai dan gurun.
Lebih lanjut, abrasi merupakan suatu proses pelepasan energi balik gelombang laut ke arah daratan, menghempas daerah pinggir pantai, kemudian menghanyutkan “rombakan tanah” sepanjang lereng pantai dan akhirnya diendapkan di laut. Abrasi sudah bermula di daerah pinggiran muara sungai pada saat terjadi pasang-surut permukaan laut, dan abrasi terjadi semakin besar menuju ke daerah muara sungai, teluk, dan daerah tebing yang curam. Erosi dan abrasi merupakan fenomena alam yang berupa pelepasan energi kinetik dari kegiatan agen dan dapat terjadi di mana saja, serta bersifat merusak. Sifatnya yang merusak ini akan semakin diperparah jika telah terdapat campur tangan manusia di dalamnya.
Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di
antaranya, yaitu: -
Erosi percik dapat dihambat dengan menanam pohon, semak, dan rumput agar konservasi air tanah dapat berlangsung secara alami dengan baik.
-
Erosi permukaan dapat diperlambat dengan menutup permukaan tanah dengan conblock agar tanah tidak becek dan secara alami konservasi air tanah masih dapat dilakukan meskipun kuntitasnya berkurang.
-
Mempertahankan keberadaan hutan bakau dan menanami sepanjang pantai dengan hutan bakau merupakan alternatif pilihan menahan dampak abrasi.
-
Selain itu, pelestarian terumbu karang di dekat pantai yang berair jernih dan tidak terkontaminasi. Pertumbuhan karang rata-rata tidak kurang dari 1 m meninggi dan lebih dari 1 m melebar selama 10 tahun.
-
Membangun jety, yaitu bangunan berbentuk pematang yang menjorok ke arah laut dan berfungsi untuk menghalangi deburan ombak di daerah laut yang difungsikan sebagai dermaga atau tempat berlabuhnya kapal (keberadaan jety akan mengalihkan energi gelombang laut, maka keberadaan jety akan berdampak buruk bagi tempat lain yang berdekatan).
-
Membangun tanggul pengaman di sepanjang pantai yang berfungsi sebagai penahan abrasi dan untuk menghalangi bangunan fisik yang sudah terlanjur didirikan.
188
Lampiran 22
MEDIA GAMBAR BENCANA ALAM
189
Lampiran 23
MEDIA GAMBAR BENCANA ANTHROPOGENE
197
Lampiran 27
Biodata Penulis
Nama
:
Yulia Kurnia Dewi
TTL
:
Tangerang, 03 Juli 1994
Alamat :
Jl. Lembang 2 Rt.003/Rw. 06 No. 101, Sudimara Barat, CiledugTangerang, Banten
No. HP :
085691751230
E-mail :
-
[email protected] -
[email protected]
Kesan: Selama penulis menempuh pendidikan di jurusan PGMI-FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah banyak ilmu, pelajaran dan pengalaman yang penulis peroleh. Mulai dari pasrtisipasi dalam perkuliahan, unit kegiatan mahasiswa, kepanitian acara jurusan sampai fakultas, dan yang utama adalah limpahan rezeki berupa bimbingan dari dosen-dosen terbaik dan sahabat-sahabat kesayangan. Semoga setelah lulus, penulis dapat mengamalkan segala ilmu dan pengalaman kepada semua insan yang membutuhkan, khususnya kepada bibit-bibit bangsa agar tetap tertanam karakter Rahmatan lil’alamiin, dan semoga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi kampus yang dapat menciptakan lulusan-lulusan yang berkualitas, baik dalam keilmuan maupun akidahnya, Amin.
Pesan: “Bahagiakan mereka yang bisa kau bahagiakan, sebelum habis masamu” “Innal amra kullahuu lillah” (QS. Al-Imran: 154) “Bersungguh-sungguhlah dalam (menuntut) apa yang bermanfaat bagimu & mohonlah pertolongan kepada Allah & janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah..” (HR. Muslim)