Ed-Humanistics. Volume 02Metode Nomor Inkuiri 01 Tahun Pengaruh Penerapan … 2017 PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SDN KEMUNING Arie Widya Murni Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo
[email protected] Abstrak Penelitian tentang penerapan metode inkuiri yang dilakukan oleh penulis pada siswa kelas V SDN Kemuning, dengan tujuan ingin mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap keterampilan pemecahan masalah dan penguasaan konsep dilihat dari proses pembelajaran, penerapan metode inkuiri terhadap keterampilan pemecahan masalah, penerapan metode inkuiri terhadap penguasaan konsep, dan respon siswa terhadap penerapan metode inkuiri.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kuantitatif dengan jenis quasi eksperimen. Design penelitian yang digunakan yaitu one group pre-test and post-test design. Design penelitian ini menempuh tiga langkah, yakni dimulai dari memberikan tes awal, memberikan perlakuan, dan memberikan tes akhir. Berdasarkan hasil yang diperoleh. Diketahui persentase penerapan metode inkuiri sebesar 86,8%. Hasil penguasaan konsep siswa nilai rata-rata pretes 70,32 standar deviasi 17,52 sedangkan untuk postes nilai rata-rata 84,59 standar deviasi 12,30. Uji beda nilai pretes dan postes penguasaan konsep ditemukan nilai t hitung 10,183>nilai ttabel 2,04. Hasil keterampilan pemecahan masalah nilai rata-rata pretes 50,48 standar deviasi 9,09, sedangkan untuk postes nilai rata-rata 91,01 standar deviasi 3,63. Uji beda nilai pretes dan postes keterampilan pemecahan masalah ditemukan nilai t hitung 23,13>nilai ttabel 2,04. Penerapan metode inkuiri sangat bermanfaat bagi siswa, khususnya pada mata pelajaran IPA untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan penguasaan konsep. Kata kunci : Metode inkuiri, keterampilan pemecahan masalah, pemahaman konsep Abstract Research about the implementation of inquiry method thas has been done by the research in fifth Grade Students of SDN Kemuning, is intended to know the effectiveness of using inquiry method in problem solving skill and mastering concept by observing the learning proces, the implementation of inquiry method in mastering concept, adn students respon of the implementation of inquiry method. This study is quantitative research using quasi experiment type. The research design of this study is one group pre-test and post-test design. There were three steeps on this research design, such as pre-test, giving treatment, and pos-test. Based on the findings. In shows that the implementation of inquiry method was 86,8%. The average of mastering concept was 70,32 and the standart deviation was 17,52 in pre-test. The average of mastering concept was 84,59 and the standart deviation was 12,30 in pre-test. T test pre-test and post-test of mastering concept is tarithmetic 10,183>ttable 2,04. The average of problem solving skill was 50,48 and the standart deviation was 9,09 in pretest. The average of problem solving skill was 91,01 and the standart deviation was 3,63. T test pre-test and post-test of problem solving skill is tarithmetic 23,13>ttable 2,04. The implementation of inquiry method is very useful for the students, especially in science. It improves problem solving skill and mastery concept. Keyword : inquiry method, problem solving, mastering concept
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan nantinya diharapkan akan mampu bersaing di era
global. Menurut Buchori (dalam Trianto, 2010:5) pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau
134
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 jabatan, melainkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA saat ini menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam secara ilmiah. Selain itu, siswa juga diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pada standar kompetensi lulusan disebutkan bahwa pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar kompetensi lulusan satuan pendidikan menjelaskan beberapa tujuan, salah satunya yaitu menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan seharihari. Melihat penjelasan yang tertuang pada standar kompetensi lulusan tersebut, ada hal yang perlu dicermati pada tujuan mata pelajaran IPA yakni dalam mata pelajaran IPA di SD, peserta didik diharap memiliki kemampuan untuk mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Maka dari itu, untuk membantu siswa menyelesaikan persoalan dalam kehidupan nyata, tepat kiranya jika keterampilan pemecahahan masalah menjadi tujuan pembelajaran IPA seperti yang tercantum dalam Standar Isi. Belajar dalam IPA merupakan suatu proses yang komplek sebab siswa tidak hanya sekedar menerima dan menyerap informasi yang diberikan oleh guru, tetapi juga siswa ikut melibatkan diri dalam proses untuk mendapatkan ilmu itu sendiri. Proses belajar yang baik adalah menekankan siswa belajar dari mengalami sendiri dan siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Usaha
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar perlu dikembangkan melalui pengajaran yang tidak monoton, sehingga siswa terpacu untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru juga memiliki tugas yakni untuk memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan masalah, menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri. Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang diperoleh hasil yang tidak selalu seperti apa yang diharapkan. Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:7) salah satu masalah yang sedang dihadapi saat ini adalah dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah. Sehingga mengakibatkan siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan. Keterkaitan kemampuan berpikir dalam pembelajaran adalah perlunya mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang, dan prinsip bahwa seseorang tidak akan pernah berhenti untuk belajar. Selama ini, kemampuan berpikir siswa belum dapat berfungsi secara maksimal karena pada prosesnya, siswa hanya dituntut untuk menghafal informasi yang disampaikan oleh guru. Hal ini tentu saja tidak membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, akan tetapi hanya memindahkan informasi pengetahuan dari guru ke siswa. Menurut Bruner (dalam Trianto, 2007:7) berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri itulah akan memberikan suatu pengalaman konkret yang
135
Pengaruh Penerapan … 2017 Ed-Humanistics. Volume 02Metode NomorInkuiri 01 Tahun nantinya pengalaman itu akan memberikan makna tersendiri bagi peserta didik. Hasil yang di dapat dari PISA singkatan dari Programme for International Student Assessment ternyata Indonesia menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara di dunia, reading (57), matematika (61), dan sains (60). Dengan predikat ini bisa mencerminkan bagaimana pendidikan di Indonesia yang sedang berjalan saat ini. Mungkin guru-guru Indonesia masih belum bisa menerapkan metode inkuiri ilmiah (svientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir guna menyelesaikan masalah, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting dalam kecakapan hidup. Hal demikian juga terjadi di SDN Kemuning, karena berdasarkan hasil observasi penelitian di SDN Kemuning belum menerapkan keterampilan berpikir untuk menyelesaikan masalah yang seharusnya berdasarkan standar kompetensi lulusan dalam pembelajaran mata pelajaran IPA harus mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Untuk menunjang termotivasinya siswa dalam belajar guna memecahkan masalah terhadap serangkaian pertanyaan yang ada, metode inkuiri bisa dijadikan solusi untuk mengatasi hal tersebut karena dalam proses inkuiri ini menekankan pada proses mencari dan menemukan suatu masalah, selain itu metode inkuiri dianjurkan penggunaannya dalam pembelajaran IPA di SD yang berfungsi untuk menumbuhkan kemampuan siswa dalam berpikir, bersikap ilmiah dan mengkomunikasikannya sebagai aspek kecakapan hidup yang diperoleh dari alam sekitar (Permendiknas tahun 2006). Metode inkuiri merupakan metode yang berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Metode inkuiri melibatkan peserta didik
dalam kegiatan intelektual dan mengajak peserta didik untuk memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang lebih bermakna dalam kehidupan nyata. Penelitian dengan menggunakan metode inkuiri pernah dilakukan oleh Susilowati (2010). Penelitian itu difokuskan pada materi pelajaran IPA melalui penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi pesawat sederhana siswa kelas V SDN Tanjungsari 97 Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V dalam pembelajaran IPA. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Koidah (2010). Penelitian itu difokuskan pada materi pelajaran IPA melalui penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN Tulung Gresik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penelitian pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri sangat efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Namun penelitian untuk pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap keterampilan pemecahan masalah dan penguasaan konsep pada mata pelajaran IPA belum pernah dilakukan. Jadi dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah dan Penguasaan Konsep pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN Kemuning”. Tujuan Penulisan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap keterampilan pemecahan masalah dan penguasaan konsep pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Kemuning, Kecamatan Tarik-Sidoarjo. Selain
136
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 itu terdapat pula tujuan khusus, antara lain untuk mengetahui proses pembelajaran IPA melalui metode inkuiri pada materi cahaya dan sifat-sifatnya, mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap keterampilan pemecahan masalah, mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap penguasaan konsep, dan mengetahui respon siswa setelah diterapkan metode inkuiri pada materi cahaya dan sifat-sifatnya pada kelas V SDN Kemuning, Tarik-Sidoarjo. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut (Sulistyorini dalam Julianto, 2011:2). Metode Inkuiri Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Suryosubroto dalam Trianto (2007:135) menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses dicovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Menurut Schmidt (Amri, 2010:85) inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut metode inkuiri adalah suatu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga siswa menmpunyai kemampuan untuk bertanya, memeriksa, atau menyelidiki sesuatu yang melibatkan seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Keterampilan Berpikir 1. Pengertian Berpikir Berpikir adalah memanipulasi atau mengolah dan mentransformasi informasi dalam memori (Santrock, 2010:357). Sedangkan Keterampilan adalah “bagaimana melakukannya‟ atau bisa juga disebut dengan proses. Jadi keterampilan berpikir adalah proses mengolah dan mentransformasi informasi di dalam memori. 2. Keterampilan Pemencahan Masalah Pemecahan adalah suatu cara yang dilakukan seseorang untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada. Masalah adalah suatu kesenjangan antara situasi sekarang dengan situasi yang akan datang atau tujuan yang diinginkan (Suharnan, 2005:283). Dalam pemecahan masalah paling tidak akan melibatkan proses berpikir dan seringkali harus dilakukan dengan penuh usaha. Jadi, pemecahan masalah adalah suatu langkah yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah guna mencapai tujuan yang diinginkan. Keterampilan pemecahan masalah adalah salah satu bagian dari keterampilan berpikir. Dalam keterampilan berpikir terdapat langkah-langkah sistematis yang dibutuhkan dalam melakukan pemecahan suatu masalah, antara lain yaitu: 1) Mengidentifikasi dan Mendefinisikan Masalah Sebelum sebuah masalah dapat dipecahkan, maka harus dikenali terlebih dahulu (Mayer dalam Santrock, 2010: 371). Untuk membantu siswa mengidentifkasi masalah, jalan pintas dalam menggali lebih dalam suatu masalah adalah bagian penting dari pemecahan masalah, yaitu dimulai
137
Ed-Humanistics. Volume 02Metode Nomor Inkuiri 01 Tahun Pengaruh Penerapan … 2017 dengan cara mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang menjadi tujuan dan apa saja yang menjadi batasanbatasannya. 2) Menyusun Strategi Pemecahan Masalah Strategi yang dapat digunakan untuk menentukan subtujuan, menggunakan algoritma, dan mengandalkan heuristik. Menentukan subtujan adalah menentukan tujuan yang membuat seseorang dapat berada dalam posisi yang lebih baik untuk mencapai tujuan atau solusi akhir. Algoritma adalah strategi yang menjamin solusi atas suatu masalah, bisa berupa rumus, langkah-langkah, dan mencoba semua kemungkinan solusi. Heuristik adalah strategi umum yang mempersempit solusi untuk menemukan solusi terbaik atau bisa juga disebut dengan cara “saya menemukan”. 3) Menerapkan Strategi Pemecahan Masalah Pada langkah ini, seseorang dapat menggunakan berbagai informasi yang telah diperoleh dan menentukan strategi yang akan ditetapkan untuk memecahkan masalah. Kemudian menyeleksi strategi yang tidak berguna, merumuskan ulang strategi yang lebih efektif dan memonitor pemecahan masalah yang akan dilakukan (Suryanti dkk, 2011:31). 4) Mengevaluasi Langkah terakhir dalam pemecahan masalah adalah terus menerus memikirkan kembali dan mendefinisikan masalah dan pemecahannya (Bereiter & Scardamalia dalam Santrock, 2010: 373). Penguasaan Konsep 1. Penguasaan Pengertian penguasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan
untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa penguasaan adalah pemahaman. Pemahaman bukan saja berarti mengetahui yang sifatnya mengingat (hafalan) tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain atau dengan kata-kata sendiri sehingga mudah mengerti makna yang dipelajari namun tidak mengubah arti yang ada didalamnya. 2. Konsep Menurut Rosser (dalam Dahar, 2011: 63) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Konsep diperlukan untuk memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan, karena dengan menguasai konsep kemungkinan akan memperoleh pengetahuan baru yang tidak terbatas. 3. Penguasaan Konsep Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalaam memahami makna secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan seharihari. Keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan perbedaan tingkat berpikir sebelum dan sesudah memperoleh pengalaman belajar. Ausubel (Dahar 2011:95) memberikan pandangan bahwa agar suatu materi pelajaran menimbulkan belajar bermakna bagi pembacanya, maka materi pelajaran harus secara jelas menguraikan hubungan antar konsep-konsepnya. Hubungan antara konsep-konsep dalam suatu materi pelajaran dapat diwujudkan dalam bentuk hubungan lainnya.
138
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis quasi eksperiment yang dilakukan pada satu kelompok saja tanpa ada kelompok pembanding. Metode ini digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil akibat perlakuan yang diberikan, yakni melalui metode pembelajaran inkuiri. Design penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pre-test and post-test design. Design penelitian ini menempuh tiga langkah yaitu memberikan tes awal (pretest), memberikan perlakuan, dan memberikan tes akhir (postes). O1
X
O2
Keterangan: = selisih diantara masing-masing individu/ objek yang berpasangan = nilai rata-rata dari = nilai standar deviasi dari = banyaknya pasangan data Hasil Implementasi Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Metode Inkuiri 1. Aktivitas Guru Aktivitas guru yang terlihat pada saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri yang dilakukan selama 4x pertemuan tertuang dalam diagram dibawah ini.
Gambar One Group Pre-test and Post-test Design (Suryabrata, 2009:102)
Keterangan : O1 : Tes awal (Pre-test) dilakukan sebelum diberikan perlakuan X : Perlakuan (Treatment) diberikan kepada siswa dengan menggunakan metode inkuiri O2 : Tes akhir (Post-tes) dilakukan setelah diberikan perlakuan Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa di SDN Kemuning Kecamatan Tarik-Sidoarjo dan sampel penelitiannya adalah siswa kelas V SDN Kemuning Kecamatan Tarik-Sidoarjo dengan jumlah 32 siswa yang terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.Variabel yang digunakan adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya yaitu penerapan metode inkuiri, sedangkan variabel terikat yaitu pemecahan masalah dan penguasaan konsep. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji tPaired. Uji ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Bhuono, 2005:29)
139
Diagram Aktivitas Guru Berdasarkan Diagram di atas telihat bahwa aktivitas guru dalam kegiatan mengkondisikan siswa untuk belajar, mengkaitkan materi dengan konsep awal siswa, memotivasi siswa, menyampaikan tujuan, membentuk kelompok belajar, menyajikan masalah, membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis ,membimbing siswa untuk melakukan eksperimen atau, membimbing siswa untuk menganalisis, mempresentasikan hasil analisis, mencocokkan simpulan dengan hipotesis, mengecek pemahaman siswa melalui refleksi hasil pembelajaran, kesesuaian kegiatan belajar mengajar dengan tujuan pembelajaran, penguasaan konsep, guru antusias, siswa antusias dan KBM cederung berpusat pada siswa. Dari 17 aspek yang diamati, aktivitas guru
Ed-Humanistics. Volume 02Metode NomorInkuiri 01 Tahun Pengaruh Penerapan … 2017 mengalami peningkatan disetiap pertemuan dan menunjukkan bahwa aktivitas guru telah mencapai keberhasilan. Sedangkan untuk KBM cenderung berpusat pada guru tidak nampak pada kegiatan pembelajaran tersebut sehingga mendapatkan skor 0. 2. Aktivitas Siswa Hasil pengamatan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri selama 4x pertemuan tertuang dalam tabel dibawah ini. Tabel Aktivitas Siswa No
Aktivitas Siswa
1
Membaca (mencari informasi, dsb) Mendiskusikan suatu masalah Mencatat/menulis Mendengarkan/Memperhatikan ceramah/Penjelasan guru Melakukan pengamatan, percobaan atau bekerja Bertanya pada guru Menyampaikan pendapat/ Mengkomunikasikan informasi kepada kelas dan guru Perilaku tidak relevan
2 3 4 5 6 7
8
Pert 1 14%
Pert 2 14%
Pert 3 14%
Pert 4 12%
14% 14% 12%
14% 13% 15%
14% 14% 14%
14% 14% 12%
12%
15%
14%
14%
14% 14%
13% 14%
15% 13%
14% 13%
7%
5%
5%
7%
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang diamati meliputi aktivitas membaca/ mencari informasi, kemudian mendiskusikan suatu masalah, mencatat/ menulis, mendengarkan/ memperhatikan ceramah atau penjelsan dari guru, melakukan pengamatan/ percobaan, bertanya kepada guru, menyampaikan pendapat dan yang terakhir adalah perilaku tidak relevan yang dilakukan siswa pada saat pelajaran berlangsung. Dari keempat pertemuan tersebut, peneliti menemukan persentase aktivitas siswa paling tinggi yaitu sebesar 15% ada pada aspek mendengarkan/ memperhatikan ceramah/ penjelasan guru, melakukan pengamatan, percobaan atau bekerja di pertemuan kedua serta bertanya pada guru ditemukan di pertemuan ketiga. Dari persentase tertinggi yang didapat ini,
peneliti melihat bahwa metode pembelajaran inkuiri telah terlaksana dengan baik karena dalam pembelajaran metode inkuiri ini, siswa mampu untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan terbukti dengan persentase tertinggi. Hasil Penguasaan Konsep Siswa Hasil penguasaan konsep siswa pretes dan postes dalam penerapan metode inkuiri dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel Diskripsi Hasil Pretes dan Postes Penguasaan Konsep Diskripsi Rata-Rata Standar Deviasi
Pretes 70,32 17,51
Postes 84,59 12,03
Dari Tabel tersebut diperoleh gambaran tentang hasil pretes dan postes penguasaan konsep siswa yaitu diperoleh nilai rata-rata pretes sebesar 70,32 dan nilai rata-rata postes sebesar 84,5. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perlakuan yang diberikan oleh peniliti menjadikan rata-rata nilai siswa meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan diperolehnya nilai ratarata gain yang dinormalisasi sebesar 0,48 yang berada pada kategori sedang. Untuk standar deviasi atau ukuran dari seberapa luas simpangan nilai dari nilai rata-rata, diperoleh standar deviasi pretes sebesar 17,51 dan standar deviasi postes sebesar 12,03. Dari hasil yang didapat ini menunjukkan simpangan nilai dari nilai rata-rata semakin kecil. Pada hasil print out SPSS versi 14.0, diperoleh signifikasi perbedaan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, dan sebagi konsekuensinya Ha yang menyatakan ada perbedaanskor pretes dan postes diterima. Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat diinferensikan bahwa pembelajaran IPA dengan metode inkuiri mampu menaikkan penguasaan konsep siswa.
140
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017
Diskripsi Rata-Rata Standar Deviasi
Pretes 50,48 9,09
Postes 91,01 3,63
Dari Tabel di atas diperoleh gambaran tentang hasil pretes dan postes kemampuan memecahkan masalah yaitu diperoleh nilai rata-rata pretes sebesar 50,48 dan nilai ratarata postes sebesar 91,01. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perlakuan yang diberikan oleh peniliti menjadikan rata-rata nilai siswa meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan diperolehnya nilai ratarata gain yang dinormalisasi sebesar 0,78 yang berada pada kategori tinggi. Untuk standar deviasi atau ukuran dari seberapa luas simpangan nilai dari nilai rata-rata, diperoleh standar deviasi pretes sebesar 9,09 dan standar deviasi postes sebesar 3,63. Dari hasil yang didapat ini menunjukkan simpangan nilai dari nilai rata-rata semakin kecil. Untuk mengetahui ketercapaian indikator pemecahan masalah dalam mengerjakan soal pretes, dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
Persentase
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Ketercapaian Indikator Pemecahan Masalah 65% 56% 46%
47%
39%
Indikator
Diagram Ketercapaian Indikator Pemecahan Masalah pada Pretes Berdasarkan Diagram diatas diperoleh persentase siswa yang mencapai indikator merumuskan masalah sebesar 46%, membuat hipotesis sebesar 47%, mengumpulkan data
39%, menganalisis data 65%, dan membuat kesimpulan sebesar 56%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketercapaian indikator pemecahan masalah pada saat pretes masih rendah. Untuk mengetahui ketercapaian indikator pemecahan masalah dalam mengerjakan soal postes, dapat dilihat pada diagram dibawah ini. Ketercapaian Indikator Pemecahan Masalah Persentase
Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah Hasil kemampuan memecahkan masalah pretes dan postes dalam penerapan metode inkuiri dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel Diskripsi Hasil Pretes dan Postes Pemecahan Masalah
98% 96% 94% 92% 90% 88% 86% 84%
96%
88%
89%
92%
90%
Indikator Diagram Ketercapaian Indikator Pemecahan Masalah pada Postes Berdasarkan Diagram di atas diperoleh persentase siswa yang mencapai indikator merumuskan masalah sebesar 88%, membuat hipotesis sebesar 89%, mengumpulkan data 92%, menganalisis data 96%, dan membuat kesimpulan sebesar 90%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketercapaian indikator pemecahan masalah pada saat postes meningkat. Dari hasil yang didapat dari ketercapaian indikator pemecahan masalah pretes dan postes, dapat diketahui peningkatan ketercapaian indikator dengan menggunakan uji gain yang dinormalisasi. Untuk indikator merumuskan masalah diperoleh hasil sebesar 0,78, membuat hipotesis diperoleh hasil sebesar 0,79, mengumpulkan data diperoleh hasil sebesar 0,87, menganalisis data diperoleh hasil sebesar 0,89, dan membuat kesimpulan sebesar diperoleh hasil sebesar 0,77. Dari semua hasil uji gain yang ternormalisasi pada setiap indikator pemecahan masalah, semua indikator berada pada kategori tinggi. Jadi dari penerapan metode inkuiri yang diberikan peneliti kepada
141
Ed-Humanistics. 02 Nomor Tahun… 2017 PengaruhVolume Penerapan Metode01Inkuiri siswa mampu meningkatkan keterampilan memecahkan masalah dengan sangat baik. Pada hasil print out SPSS versi 14.0, diperoleh signifikasi perbedaan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, dan sebagai konsekuensinya Ha yang menyatakan ada perbedaan skor pretes dan postes diterima. Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat diinferensikan bahwa pembelajaran IPA dengan metode inkuiri mampu menaikkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Hasil Repon Siswa terhadap Metode Inkuiri Respon siswa mengenai pembelajarn IPA yang telah diterapkan melalui metode inkuiri dituangkan dalam diagram dibawah ini:
Diagram Angket Siswa Aspek pertama yaitu kesan terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri diperoleh persentase sebesar 86%, pemahaman materi IPA mendapat persentase sebesar 81%, kemampuan mengerjakan soal tes pemecahan masalah mendapat persentase sebesar 78%, merumuskan masalah mendapat persentase sebesar 80%, membuat hipotesis mendapat persentase sebesar 70%, mengumpulkan data mendapat persentase sebesar 87%, menganalisis data mendapat persentase sebesar 83%, membuat kesimpulan mendapat persentase sebesar 84%, dan aspek menjawab pertanyaan dalam tes, mendapat persentase sebesar 81%.
Pembahasan Hasil Hasil pretes dan postes dalam penerapan metode inkuiri penulis diskripsikan melalui hasil rata-rata pretes-postes dan standar deviasi pretes-postes. Nilai rata-rata pretes sebesar 70,32 dan nilai rata-rata postes sebesar 84,59. Dari nilai rata-rata yang didapat pada saat pretes menunjukkan bahwa nilai tersebut belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu sebesar 75 untuk tes penguasaan konsep. Sedangkan untuk hasil nilai rata-rata postes yaitu sebesar 84,59 sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perlakuan yang diberikan oleh peneliti menjadikan rata-rata nilai siswa meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan diperolehnya nilai ratarata gain yang dinormalisasi sebesar 0,48 yang berada pada kategori sedang. Hasil uji gain mendapat kategori sedang dikarenakan penguasaan konsep siswa memang sudah cukup matang jadi meskipun setelah mendapat perlakuan nilai yang didapat tidak mendapat suatu hasil yang terlalu melonjak tajam. Tapi setidaknya dengan pemberian perlakuan yang diberikan oleh peneliti, penguasaan konsep siswa lebih baik dan pengetahuan yang didapat juga lebih luas. Standar deviasi atau ukuran dari seberapa luas simpangan nilai dari nilai rata-rata, diperoleh standar deviasi pretes sebesar 17,51 dan standar deviasi postes sebesar 12,03. Dari hasil yang didapat ini menunjukkan simpangan nilai dari nilai rata-rata semakin kecil. Selanjutnya yaitu untuk ketuntasan pretes penguasaan konsep diperoleh persentase sebesar 48% dan ketuntasan postes penguasaan konsep sebesar 84%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan penguasaan konsep antara pretes dan postes terjadi kenaikan sebesar 36%. Berdasarkan hasil print out SPSS versi 14.0 diperoleh signifikasi perbedaan
142
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Perbandingan nilai pretes dan postes penguasaan konsep masalah dengan nilai thitung 10,183 > ttabel 2,04. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, dan sebagai konsekuensinya Ha yang menyatakan ada perbedaan skor pretes dan postes diterima. Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat diinferensikan bahwa pembelajaran IPA dengan metode inkuiri mampu menaikkan penguasaan konsep siswa. Hasil pretes dan postes kemampuan memecahkan masalah yaitu diperoleh nilai rata-rata pretes sebesar 50,48 dan nilai ratarata postes sebesar 91,01. Dari nilai rata-rata yang didapat pada saat pretes menunjukkan bahwa nilai tersebut belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu sebesar 70 untuk tes pemecahan masalah. Sedangkan untuk hasil nilai rata-rata postes yaitu sebesar 91,01 yakni sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perlakuan yang diberikan oleh peneliti menjadikan rata-rata nilai siswa meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan diperolehnya nilai ratarata gain yang dinormalisasi sebesar 0,82 yang berada pada kategori tinggi. Untuk standar deviasi atau ukuran dari seberapa luas simpangan nilai dari nilai rata-rata, diperoleh standar deviasi pretes sebesar 9,09 dan standar deviasi postes sebesar 3,63. Dari hasil yang didapat ini menunjukkan simpangan nilai dari nilai rata-rata semakin kecil. Ketuntasan pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA sebelum dan sesudah mendapat perlakuan berupa metode inkuiri diperoleh persentase ketuntasan pretes kemampuan memecahkan masalah sebesar 3% dan ketuntasan postes kemampuan memecahkan masalah sebesar 100%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan pemecahan masalah antara pretes dan postes terjadi kenaikan sebesar 97%.
Berdasarkan ketercapaian indikator pemecahan masalah dalam mengerjakan soal pretes, diperoleh persentase siswa yang mencapai indikator merumuskan masalah sebesar 46%, membuat hipotesis sebesar 47%, mengumpulkan data 39%, menganalisis data 65%, dan membuat kesimpulan sebesar 56%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketercapaian indikator pemecahan masalah pada saat pretes masih rendah. Kemudian untuk ketercapaian indikator pemecahan masalah dalam mengerjakan soal postes diperoleh persentase siswa yang mencapai indikator merumuskan masalah sebesar 88%, membuat hipotesis sebesar 89%, mengumpulkan data 92%, menganalisis data 96%, dan membuat kesimpulan sebesar 90%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketercapaian indikator pemecahan masalah pada saat postes meningkat. Berdasarkan hasil print out SPSS versi 14.0, diperoleh signifikasi perbedaan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Perbandingan nilai pretes dan postes keterampilan pemecahan masalah dengan nilai thitung 23,13 > ttabel 2,04. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, dan sebagai konsekuensinya Ha yang menyatakan ada perbedaan skor pretes dan postes diterima. Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat diinferensikan bahwa pembelajaran IPA dengan metode inkuiri mampu menaikkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Susilowati (2010) pada siswa kelas V SDN Tanjungsari 97 Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu penelitian serupa yang juga pernah dilakukan oleh Koidah (2010) pada siswa kelas IV SDN Tulung Gresik, menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dari penelitian-penelitian terdahulu
143
Pengaruh Penerapan … 2017 Ed-Humanistics. Volume 02Metode NomorInkuiri 01 Tahun menunjukkan bahwa penelitian pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri sangat efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Namun penelitian untuk pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap keterampilan pemecahan masalah dan penguasaan konsep pada mata pelajaran IPA belum pernah dilakukan. Dan setelah peneliti menerapkan metode inkuri terhadap keterampilan pecahkan masalah dan penguasaan konsep pada siswa kelas V SDN Kemuning, Tarik-Sidoarjo menunjukkan kesimpulan bahwa penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA sudah sangat efektif dan membawa pengaruh yang sangat baik bagi peserta didik, terbukti dengan hasil yang diperoleh yaitu hasil belajar siswa untuk penguasaan konsep terjadi peningkatan, begitu juga dengan keterampilan memecahkan masalah. Jadi dari bukti tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa peserta didik telah mampu memecahkan masalah dan mampu menguasai konsep yang telah diberikan dengan baik. SIMPULAN 1. Hasil penerapan pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri pada aktivitas guru dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan aktivitas guru dalam menerapkan metode inkuiri sudah baik karena persentase yang didapat dari aktivitas guru selama penerapan metode inkuiri yang berlangsung selama 4x pertemuan telah mencapai indikator keberhasilan yakni sebesar 86,8% dan pada saat penerapan pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri aktivitas siswa juga sudah terlihat baik karena pada saat pelaksaan metode inkuiri siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dibuktikan dengan aktifitas siswa yang aktif dalam melakukan pengamatan, memperhatikan penjelasan guru, dan aktif dalam bertanya.
2.
3.
4.
144
Hasil penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan mengalami peningkatan. Ini dibuktikan dengan hasil nilai rata-rata yang diperoleh sebelum mendapat perlakuan (pretes) sebesar 70,32 dengan standar deviasi sebesar 17,51 dan setelah mendapat perlakuan (postes) sebesar 84,59 dengan standar deviasi sebesar 12,03. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus paired sample test diperoleh nilai thitung sebesar 10,183. Dengan mengkonsultasikan nilai thitung dan ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima karena nilai thitung 10,183 > nilai ttabel 2,04. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat diinferensikan bahwa pembelajaran IPA dengan metode inkuiri mampu menaikkan penguasaan konsep siswa. Hasil keterampilan memecahkan masalah sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan mengalami peningkatan. Ini dibuktikan dengan hasil nilai rata-rata yang diperoleh sebelum mendapat perlakuan (pretes) sebesar 50,48 dengan standar deviasi sebesar 9,09 dan setelah mendapat perlakuan (postes) sebesar 91,01 dengan standar deviasi sebesar 3,63. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus paired sample test diperoleh nilai thitung sebesar 23,13. Dengan mengkonsultasikan nilai thitung dan ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima karena nilai thitung 23,13 > nilai ttabel 2,04. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat diinferensikan bahwa pembelajaran IPA dengan metode inkuiri mampu menaikkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Respon siswa kelas V SDN Kemuning terhadap penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA sangat baik. Lebih dari 80% siswa merespon positif pada setiap
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 aspek terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA yang telah dilakukan.
Daftar Pustaka
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Trianto. 2010. Mendesign Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Amri, Sofan dan Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Fitriyah, Koidah. 2010. Penerapan Teknik Probing dengan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tulung, Kec. Kedamean, Kab. Gresik. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Julianto, dkk. 2011. Teori dan Implementasi Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Unesa University Press. Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi. Suryabrata, Sumadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Suryanti, dkk. 2011. Modul Sumplemen Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Direktorat Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Susilowati. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Konsep Pesawat Sederhana melalui Metode Inkuiri pada Siswa Kelas V SDN Tanjungsari 97 Surabaya. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
145
146