PENGARUH PENDIDIKAN SEBAYA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 4 BEKASI TAHUN 2014 Lina Dwi Ariani, Rita Damayanti Fakultas Kesehatan Masyarakat , Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas mengenai pengaruh pendidikan sebaya (peer education) terhadap pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada siswa kelas VII di SMP Negeri 4 Bekasi tahun 2014. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif pre eksperimental dengan rancangan one group pre test and post test. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 sampai dengan VII-5 SMP Negeri 4 Bekasi sebanyak 180 orang. Pemilihan sampel menggunakan purposve sampling.Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada siswa kelas VII SMP Negeri 4 Bekasi sebesar 1.99 point untuk rata-rata nilai pengetahuan dan 1.22 point untuk rata-rata nilai sikap. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan sebaya tentang bahaya merokok (p-value < 0.05). Hal ini menunjukan bahwa pendidikan sebaya (peer education) yang dilakukan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada siswa kelas VII di SMP Negeri 4 Bekasi. Kata kunci: pengetahuan, sikap, bahaya merokok, pendidikan sebaya Abstract This research discusses the effects of peer education towards knowledge and attitudes about the dangers of smoking in seventh grade students of SMP Negeri 4 Bekasi in 2014. The study uses a pre-experimental quantitative research with one group pre test and post test design. Samples were 180 people, students of class VII-1 until VII-5 SMP Negeri 4 Bekasi. The selection of the sample using purposive sampling. The result of data processing are the increasing of knowledge and attitudes about the dangers of smoking in seventh grade students of SMP Negeri 4 Bekasi. The average value of knowledge increases 1.99 points and the average value of attitude increases 1.22 points. Result test statistically shows there are significant differences the average value of the knowledge and attitudes before and after the peer education about the dangers of smoking (p-value <0.05). Those increasing point and result test statistically have proven that peer education ,which have been conducted, are succed to increase knowledge and attitudes about the dangers of smoking in seventh grade students of SMP Negeri 4 Bekasi. Keywords: Knowledge, attitudes, dangers of smoking, peer education
Pendahuluan Merokok menyebabkan kematian pada hampir 6 juta orang setiap tahun, dimana lebih dari 600.000 non-perokok meninggal akibat menghirup asap rokok. Bila keadaan ini terus berlangsung maka lebih dari 8 juta orang setiap tahun pada tahun 2030 akan mengalami kematian akibat rokok. (Tobacco Atlas, 2012). Konsumsi rokok dan konsumsi produk tembakau lainnya merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena pemakaian tembakau, terutama merokok, merupakan salah
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
satu penyebab kematian dan kesakitan pada penyakit berat seperti penyakit obstruksi paru menahun (Chronic Obstructive Pulmonary Disease), kanker paru, anurisma aorta, penyakit jantung koroner, kanker kandung kemih, kanker saluran pernafasan bagian atas dan kanker pankreas. Sebanyak 22,6 % dari 3320 kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit akibat mengkonsumsi tembakau (Depkes, 2008). Di Indonesia, saat ini sudah tidak asing lagi melihat remaja merokok. Perilaku merokok sudah dimulai pada masa anak-anak dan masa remaja. Masa remaja menjadi titik rawan karena remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu dan kecenderungan mencoba hal – hal baru (Hurlock, 1999). Dengan latar belakang kepribadian yang kurang menguntungkan serta kurangnya penerangan, para remaja yang belum cukup umur dengan berbagai dalih, seperti ingin dianggap dewasa, coba – coba atau meniru tokoh idolanya, banyak yang terjebak oleh keinginan untuk merokok (Sita Rukmi,2000). Prevalensi merokok berdasarkan kelompok
usia terlihat peningkatan yang cukup
tinggi pada kelompok remaja laki-laki usia 15 – 19 tahun atau usia sekolah SMP, SMA, dan perguruan tinggi dari 13.7% pada tahun 1995 menjadi 38.4% pada tahun 2010. Pengaruh peer pressure sangat kuat pada remaja laki – laki, ditambah dengan rasa ingin tahu yang tinggi serta mendapat pengaruh besar dari keluarga, cenderung membuat remaja laki – laki berani mengambil resiko (Fakta Tembakau, 2012). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, secara nasional prevalensi umur pertama kali merokok pada usia 15-19 tahun (4.3 %) disusul kelompok umur 10-14 tahun (17.5%) dan pada umur 20-24 tahun sebesar 14.6%. Terdapat 1.7 % penduduk mulai merokok pertama kali umur 5-9 tahun, sebanyak 3.9 % pada umur lebih dari 30 tahun dan 4.3% pada umur 25-29 tahun. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2009 mencatat pada remaja usia 13-15 tahun sebanyak 22.5 %
telah menggunakan berbagai produk tembakau, 20.3% diantaranya
mengkonsumsi rokok dan sebanyak 6.5 % mengkonsumsi produk tembakau lainnya. Dari hasil riset yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 menyebutkan bahwa kebiasaan merokok di Jawa Barat rata- rata di dominasi oleh remaja yang berumur 15 -19 tahun dengan persentase sebesar 50.4 % dan disusul kelompok umur 20-24 tahun , yaitu sekitar 24.7 %. Ironisnya perokok pada anak-anak kelompok umur 10-14 tahun memiliki persentase sebesar 11.9 % . Persentase ini lebih banyak dibandingkan perokok berumur 25-29 tahun yang hanya 7.1 % dan sebanyak 5.8 % untuk umur di atas 30 tahun. Berdasarkan Laporan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) WHO pada tahun 2007, didapatkan 33% siswa SMP di Bekasi merokok. Selain itu hasil penelitian Agustina Kurniasih pada tahun 2008 memperlihatkan bahwa 16 dari 18 remaja SMP di Kota Bekasi adalah perokok. Menurut Hesti Handayani
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
dalam penelitiannya pada siswa-siswi MTs Negeri 1 kota Bekasi tahun 2011 mencatat sebanyak 30.1 % responden penelitiannya adalah perokok , 48.8% berjenis kelamin laki-laki dan 12.8% perempuan. Horrocks dan Benimoff (1967) dalam Elizabeth Hurlock (1999) menjelaskan bahwa kelompok sebaya memberikan pengaruh kuat pada remaja, hal ini dapat dimengerti karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama-sama dengan teman-teman sebanyanya sebagai kelompok. Remaja di dalam kelompok sebaya biasanya merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya, juga membuat nilai- nilai yang ditetapkan oleh kelompoknya, jadi di dalam kelompok sebaya ini lah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasinya. Pemahaman tentang bahaya merokok sangat penting bagi remaja, diharapkan mereka yang telah paham bisa menyebarkan informasi tersebut melalui pendidikan sebaya (peer education) kepada sesama remaja. Penyebaran informasi kesehatan terhadap remaja apabila dilakukan oleh sesama sebaya lebih efektif karena mereka lebih terbuka dan mudah berkomunikasi. Heni Trisnowati dan Supriyati (2012) pada penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan sebaya (peer education) tentang rokok dan dampaknya terhadap kesehatan berpengaruh pada peningkatan pengetahuan sebaya terkait hal tersebut di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Melalui informasi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi bahwa belum ada program Pendidikan Sebaya atau Peer Education mengenai bahaya merokok pada kalangan pelajar SMP dan SMA di Kota Bekasi, termasuk di SMP Negeri 4 Bekasi. informasi yang diperoleh dari guru Bimbingan Konseling SMP Negeri 4 Bekasi bahwa masih kurangnya pengetahuan para siswa-siswi mengenai bahaya merokok dengan masih ditemukannya siswa yang diketahui merokok di sekitar lingkungan sekolah. Data pada laporan Bimbingan Konseling SMP Negeri 4 Bekasi tahun 2013 ada sekitar 5-10 orang siswa yang diketahui merokok. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 4 Bekasi mengenai pengaruh pendidikan sebaya (Peer Education) terhadap pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada siswa-siswi kelas VII di SMP Negeri Kota Bekasi tahun 2014.
Metode Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pre Eksperimental dengan rancangan one group pre test and post test design. Penulis memilih desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada siswa-siswi kelas
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
VII SMP Negeri 4 Bekasi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan sebaya (peer education). Desain ini merupakan perkembangan dari desain one shot case study (meneliti pada suatu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan dan pengukurannya dilakukan satu kali). Pada desain ini pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, pengukuran pertama dilakukan didepan (pre test) sebelum adanya perlakuan (treatment) dan pengukuran yang kedua (post test) dilakukan setelah diberikan perlakuan atau intervensi (Sugiyono,2010). Bentuk rancangannya dapat digambarkan sebagai berikut : 01
X
02
Gambar 4.1 Desain Penelitian Keterangan : 01=pre test sebelum dilakukan intervensi X =intervensi pendidikan sebaya (peer education) 02=post test setelah dilakukan intervensi Pengukuran pengetahuan, sikap dan praktek dilakukan dalam dua waktu yang berbeda. Pengukuran awal (pre-test) dilakukan sebelum adanya perlakuan (treatment) atau intervensi. Kemudian diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan oleh pendidik sebaya (peer education) dan pengukuran akhir (post test) yang dilakukan setelah adanya perlakuan (treatment) atau intervensi.
Hasil Setelah dilakukan uji statistik terhadap variabel-variabel penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pengetahuan tentang bahaya merokok Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Bekasi Tahun 2014 Hasil Pre Test
Hasil Post Test
Peningkatan
F
%
F
%
F
%
75
41.7
158
87.8
83
46.1
148
82.2
174
96.7
26
14.5
70
38.9
131
72.8
61
33.9
70
38.9
158
87.8
88
48.9
109
60.6
146
81.8
37
21.2
Pertanyaan Kandungan zat kimia berbahaya dalam rokok
1.co, tar dan nikotin adalah racun utama yang terkandung dalam rokok 2.Kandungan nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan kecanduan/ adiksi 3.Tar yang terdapat dalam rokok yang dapat menyebabkan kanker 4.Kandungan tar dalam rokok dapat ditemukan dalam aspal 5.Asap knalpot kendaraan bermotor
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
Pertanyaan mengandung zat berbahaya yang ternyata juga ditemukan dalam asap rokok,yaitu karbon monoxide (co) Perokok Pasif 6.Siapakah yang disebut dengan perokok pasif 7. Salah satu penyakit yang dapat timbul pada perokok pasif adalah ISPA 8. Perokok dan orang lain di sekitarnya akan terkena dampak dari bahaya asap rokok Dampak merokok terhadap kesehatan 9. Jantung Koroner adalah salah satu penyakit yang ditimbulkan akibat merokok KTR 10. Pernyataan yang tepat mengenai sekolah merupakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah siapa saja yang sedang berada di lingkungan sekolah dilarang merokok
Hasil Pre Test
Hasil Post Test
Peningkatan
F
%
F
%
F
%
122
67.8
172
95.6
50
27.8
154
85.6
161
89.4
7
3.8
98
54.4
104
57.8
6
3.4
153
85
147
81.7
-6
-3.3
163
90.6
170
94.4
7
3.8
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 10 pertanyaan yang dijawab oleh responden yang mengikuti pre test dan post test yang paling banyak mengalami peningkatan dijawab benar oleh responden adalah pertanyaan mengenai kandungan tar dalam rokok yaitu mengalami peningkatan sebesar 48.9% atau dari 70 responden yang menjawab benar pada pre test menjadi dari 158 responden yang menjawab benar pada post test. Sedangkan pertanyaan yang mengalami penurunan dijawab benar oleh responden pada saat pre test dan post test adalah pertanyaan mengenai penyakit yang ditimbulkan akibat merokok, mengalami penurunan sebesar 3.3% atau dari 153 responden yang menjawab benar pada pre test menjadi 147 responden yang menjawab benar pada post test. Gambaran sikap pada analisis univariat dibagi menjadi 3 pilihan jawaban yaitu Tidak Setuju (TS), Netral (N) dan Setuju (S), seperti dapat terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan sikap tentang bahaya merokok Pada Siswa- Kelas VII SMP Negeri 4 Bekasi Tahun 2014 pernyataan
pre Merokok adalah hak vs udara segar adalah hak
TS
N post
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
pre
S post
pre
post
pernyataan 1. Merokok adalah hak asasi setiap orang, sehingga siapapun bebas merokok di mana saja.
TS
N
S
pre
post
pre
post
pre
post
144(80.4)
152(84.9)
29 (16.2)
21 (11.7)
6(3.4)
6(3.3)
2. Merokok dihadapan orang lain adalah perilaku yang tidak sopan 3. Saya merasa kesal jika melihat ada orang yang merokok di tempat umum
27(15)
10(5.6)
13 (7.2)
16 (8.9)
140(77.8)
154(85.5)
19(10.6)
12(6.7)
35 (19.4)
20 (11.1)
126(70)
148(82.3)
4. Menghirup udara segar tanpa asap rokok adalah hak setiap orang
11(6.1)
3(1.7)
11 (6.1)
8 (4.4)
158(87.8)
169(93.6)
3(1.7)
5(2.8)
7 (3.9)
4 (2.2)
170(94.4)
171(95)
6. Jika salah seorang teman menawarkan rokok maka saya akan menerimanya
173(96.1)
175(97.4)
6 (3.3)
1 (0.6)
1(0.6)
3(1.7)
7. Merokok dapat menambah kepercayaan diri seseorang, membuat lebih macho atau gagah, lebih menarik
161(89.9)
173(96.6)
18 (10.0)
4 (2.2)
0
2(1.2)
166(92.8)
167(92.8)
13 (7.2)
11 (6.1)
0
2(1.1)
8. Slogan yang ada pada iklan rokok seperti ‘ga ada loe ga rame ‘ dan ‘taklukkan tantanganmu’ membuat saya tertarik untuk merokok
165(92.2)
172(95.5)
14 (7.8)
6 (3.3)
0
2(1.2)
9. Menurut saya pembatasan promosi atau iklan rokok pada setiap kegiatan remaja seperti acara musik dan olahraga sangat penting
79(44.2)
58(32.2)
36 (20.1)
41 (22.8)
64(35.8)
81(45)
Sikap tentang kebijakan KTR di lingkungan sekolah 5.Menurut saya kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah harus diterapkan
Sikap tentang merokok dan pergaulan
10. Merokok dapat menambah teman dan memperluas pergaulan
Sikap tentang iklan rokok
Tabel 5.7 menunjukkan hasil sebagai berikut : Pernyataan “Merokok adalah hak asasi setiap orang, sehingga siapapun bebas merokok di mana saja”, pada pre test dan post test jawaban terbanyak yang dipilih reponden adalah TS sebanyak 144 responden (80.4% ) pada pre test dan meningkat menjadi 152 responden (84.9%) pada post test. Pernyataan “Merokok dihadapan orang lain adalah perilaku yang tidak sopan”, pada pre test dan post test jawaban terbanyak yang dipilih reponden adalah S sebanyak 140 reponden (77.8%) pada pre test meningkat menjadi 154 responden (85.5%) pada post test.
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
Pernyataan “Saya merasa kesal jika melihat ada orang yang merokok di tempat umum”, pada pre test dan post test jawaban terbanyak yang dipilih responden adalah S sebanyak 126 reponden (70%) pada pre test meningkat menjadi 148 responden (82.3%)pada post test. Pernyataan “Menghirup udara segar tanpa asap rokok adalah hak setiap orang”, pada pre test dan post test jawaban terbanyak yang dipilih reponden adalah S sebanyak 158 responden (87.8%) pada pre test dan meningkat menjadi sebanyak 169 responden (93.6%) pada post test. Pernyataan “Menurut saya kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah harus diterapkan”, pada pre test dan post test sebanyak 170 responden (94.4%)memilih jawaban S. Pernyataan “Jika salah seorang teman menawarkan rokok maka saya akan menerimanya”, pada pre test dan post test jawaban terbanyak yang dipilih responden adalah TS sebanyak 173 responden (96.1%) pada pre test dan sebanyak 175 responden (97.4%) pada post test. Pernyataan “Merokok dapat menambah kepercayaan diri seseorang, membuat lebih macho atau gagah, lebih menarik”, pada pre test dan post test jawaban terbanyak yang dipilih reponden adalah TS sebanyak 161 responden (89.9%) pada pre test dan meningkat menjadi 173 responden (96.6%) pada post test. Pernyataan “Merokok dapat menambah teman dan memperluas pergaulan”, pada pre test dan post test jawaban terbanyak yang dipilih reponden adalah TS sebanyak 166 responden (92.8%)pada pre test dan sebanyak 167 responden (92.8%) pada post test. Pernyataan “Slogan yang ada pada iklan rokok seperti ‘ga ada loe ga rame ‘ dan ‘taklukkan tantanganmu’ membuat saya tertarik untuk merokok”, pada pre test dan post test jawaban terbanyak yang dipilih reponden adalah TS sebanyak 165 responden (92.2%)pada pre test dan meningkat menjadi sebanyak 172 responden (95.5%)pada post test. Pernyataan “Menurut saya pembatasan promosi atau iklan rokok pada setiap kegiatan remaja seperti acara musik dan olahraga sangat penting”, pada pre test jawaban terbanyak yang dipilih responden adalah TS sebanyak 79 responden (44.2%) dan jawaban terbanyak yang dipilih pada post test adalah S sebanyak 81 responden (45%). Distribusi rata-rata nilai pengetahuan Responden sebelum dan sesudah intervensi pendidikan sebaya Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Bekasi Tahun 2014 Variabel
N
Mean
SD
Pengetahuan PRE
180
6.4556
2.22058
Pengetahuan POST
180
8.4500
1.68223
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
p-value 0.0001
Berdasarkan tabel 5.8 menunujukkan dari 180 responden diperoleh hasil rata-rata nilai pengetahuan siswa mengenai bahaya merokok sebelum diberikan intervensi berupa pendidikan sebaya adalah 6.46 dan rata-rata nilai pengetahuan setelah diberikan intervensi berupa pendidikan sebaya adalah 8.45. Terdapat peningkatan rata-rata nilai pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi pendidikan sebaya sebesar 1.99 point. Uji Statistisk memperoleh hasil p-value < 0.05, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara
pengetahuan sebelum dan sesudah intevensi pendidkan sebaya. Distribusi rata-rata nilai pengetahuan Responden (per sub pokok bahasan) sebelum dan sesudah intervensi pendidikan sebaya Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Bekasi Tahun 2014 PRE TEST
Variabel Pengetahuan Kandungan
p-value
POST TEST
N
Mean
SD
N
180
2.622
1.540
180
180
2.078
0.855
180
Mean
SD
tentang zat
kimia
4.261
1.085
.00010
berbahaya dalam rokok Pengetahuan tentang Perokok Pasif
2.428
0.669
Pengetahuan tentang dampak merokok terhadap kesehatan Pengetahuan tentang KTR
0.001
180
0.850
0.358
180
0.817
0.388
180
0.906
0.293
180
0.944
0.230
Tabel di atas menunujukkan rata- rata nilai pengetahuan dari 180 responden mengenai sub pokok bahasan kandungan zat kimia berbahaya dalam rokok perokok pasif dan KTR mengalami peningkatan rata-rata nilai sebelum dan sesudah diberikan intervensi, namun pada sub pokok bahasan tentang dampak merokok terhadap kesehatan justru mengalami penurunan rata-rata nilai sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Dengan menggunakan uji t dependent/paired
0.002
diperoleh nilai p-value < 0.05 pada tiga sub pokok bahasan yaitu
kandungan zat kimia berbahaya dalam rokok, perokok pasif dan dampak merokok terhadap kesehatan , artinya secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan pada ketiga sub pokok bahasan tersebut sebelum dan pengetahuan setelah intervensi.. Namun pada sub pokok bahasan mengenai pengetahuan tentang KTR diperoleh p-value sebesar 0,243 (p-value >
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
0.243
0.05) yang menunjukkan secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan tentang KTR sebelum dan setelah intervensi. Distribusi rata-rata nilai sikap Responden sebelum dan sesudah intervensi pendidikan sebaya Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Bekasi Tahun 2014 Variabel
N
Mean
SD
Sikap PRE
177
42.3314
4.50592
Sikap POST
177
43.5600
4.02229
p-value .00010
Berdasarkan tabel 5.10 menunujukkan hasil rata-rata nilai sikap siswa mengenai bahaya merokok sebelum diberikan intervensi berupa pendidikan sebaya adalah 42.3314 dan rata-rata nilai sikap setelah diberikan intervensi berupa pendidikan sebaya adalah 43.5600. Terdapat peningkatan rata-rata nilai sikap sebelum dan sesudah intervensi pendidikan sebaya sebesar 1.22 point. Uji statistisk memperoleh hasil p-value < 0.05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap sebelum dan sesudah intevensi pendidikan sebaya. Rata-rata nilai per sub pokok bahasan pengetahuan bahaya merokok, dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini : Distribusi rata-rata nilai sikap Responden (per sub pokok bahasan) sebelum dan sesudah intervensi pendidikan sebaya Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Bekasi Tahun 2014 PRE TEST
Variabel
p-value
POST TEST
N
Mean
SD
segar adalah hak
178
16.612
2.511
sikap tentang kebijakan KTR di lingkungan sekolah
180
4.622
177 179
N
Mean
SD
180
17.292
2.208
0.670
180
4.600
0.767
13.774
1.506
180
13.915
1.274
7.313
1.537
180
7.754
1.432
merokok adalah hak vs udara
sikap tentang merokok dan pergaulan sikap tentang iklan rokok
0.001
0.001 0.001
0.001
Tabel di atas menunjukkan rata – rata nilai sikap responden pada tiga sub pokok bahasan yaitu merokok adalah hak vs udara segar adalah hak, kebijakan KTR di lingkungan sekolah dan iklan rokok mengalami peningkatan rata-rata nilai sebelum
dan sesudah
diberikan intervensi berupa pendidikan sebaya . Namun pada sub pokok bahasan mengenai merokok dan pergaulan justru ada penurunan rata-rata nilai sebelum dan sesudah intervensi. Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
Dengan menggunakan uji t dependent/ paired diperoleh nilai p-value dari semua sub pokok bahasan sebesar 0.001 (p-value < 0.05) secara statistik terdapat perbedaan yang antara sikap sebelum dan sikap setelah intervensi.
Pembahasan Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Untuk pengambilan data primer, penulis menggunakan angket atau kuesioner, dimana responden harus menjawab pertanyaan dengan cara mengisi sendiri angket atau kuesioner tersebut,. Dalam menjawab, ada beberapa pertanyaan yang tidak diisi atau tidak konsisten dan berdampak terhadap data yang missing. Untuk itu hal yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah dengan menjelaskan tata cara pengisian angket atau kuesioner kepada siswa-siswi sebelum pre test dilaksanakan, sehingga apabila ada pertanyaan/ pernyataan dalam kuesioner yang kurang dipahami oleh siswa-siswi peneliti dapat secara langsung dapat menjelaskan. Pada pelaksanaan penelitian kendala waktu juga ditemui oleh penulis, karena kegiatan penelitian yang dilaksanakan di sekolah diharapkan tidak menganggu jam belajar mengajar. Penulis berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk menyusun jadwal penelitian yang tidak mengganggu jam belajar mengajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pada rata-rata nilai sikap tentang bahaya merokok setelah dilakukan intervensi pendidikan sebaya. Selain itu diperoleh hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antara antara rata-rata nilai sikap tentang bahaya merokok sebelum dan setelah intervensi pendidikan sebaya. Heni Trisnowati dan Supriyati (2012) dalam penelitiannya yang menunjukkan hasil bahwa ada peningkatan yang signifikan intensi dan sikap pendidik sebaya dan rekan-rekan tentang merokok dan dampaknya terhadap kesehatan. Begitu pula pada penelitian yang dilakukan oleh Imelda F.e. Manurung (2005) dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa pendidikan kesehatan oleh peer educator sebagai pencegahan bahaya merokok dapat meningkatkan sikap peer group. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok bila dikaitkan dengan jenis kelamin terlihat ada perbedaan yang signifikan. Pada siswa perempuan rata-rata nilai pre test dan post testnya lebih tinggi dari siswa laki-laki. Dalam buku Fakta Tembakau (2012) dijelaskan prevalensi merokok berdasarkan kelompok usia terlihat peningkatan yang cukup tinggi pada kelompok remaja laki-laki usia 15 – 19 tahun atau usia sekolah SMP, SMA, dan perguruan tinggi dari 13,7% pada tahun 1995 menjadi 38,4% pada tahun 2010. Pengaruh peer pressure sangat kuat pada remaja laki- laki, ditambah dengan rasa ingin tahu yang tinggi serta mendapat pengaruh besar dari keluarga,
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
cenderung membuat remaja laki – laki berani mengambil resiko. Sehingga pada siswa lakilaki cenderung lebih menyepelekan mengenai informasi tentang bahaya merokok, sedangkan pada siswa perempuan lebih aware atau peduli dengan informasi tentang bahaya merokok.
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan sebaya memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada siswa kelas VII SMP Negeri 4 Bekasi Tahun 2014 (p-value < 0.05). Kurangnya pengetahuan mengenai rokok dan bahaya yang ditimbulkannya terhadap kesehatan, diduga menjadi penyebab tingginya angka perokok pada remaja usia sekolah. Pendidikan Kesehatan dengan metode interaktif terbukti dapat memberikan pengaruh positif terhadap pengetahuan remaja usia sekolah tentang bahaya merokok dan diharapkan mereka yang telah paham bisa menyebarkan informasi tersebut kepada sesama remaja.
Saran Saran Saran Untuk Dinas Kesehatan Kota Bekasi 1.
Melakukan upaya pencegahan perilaku merokok pada usia remaja melalui program promosi kesehatan di tatanan sekolah dengan pendekatan pendidikan sebaya (Peer Education).
2.
Melaksanakan pelatihan bagi tenaga promosi kesehatan puskesmas untuk dapat melatih pendidik sebaya (peer educator) tentang bahaya merokok di tatanan sekolah.
3.
Menyediakan media informasi seperti poster, leaflet, atau lembar balik terkait bahaya merokok dan dampaknya terhadap kesehatan sebagai alat bantu pendidikan kesehatan yang dapat dipergunakan oleh penyuluh kesehatan/ tenaga kesehatan yang telah dilatih dalam membina pendidik sebaya (peer educator).
4.
Mengaktifkan kegiatan promosi kesehatan di tatanan sekolah pada seluruh puskesmas di Kota Bekasi serta melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi secara berkala.
Saran Untuk Puskesmas Perumnas II Kota Bekasi 1.
Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Bekasi dalam perencanaan intervensi bagi remaja terkait masih rendahnya pengetahuan mereka tentang bahaya merokok dan dampaknya terhadap kesehatan.
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
2.
Kegiatan intervensi lebih difokuskan kepada upaya peningkatan pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok kepada masyarakat khususnya pada remaja usia sekolah sebagai upaya pencegahan perilaku merokok pada usia dini, baik melalui pelatihan pendidik sebaya (peer educator), penyuluhan dan konseling dengan menggunakan metode dan media komunikasi yang dapat disesuaikan dengan karakteristik sasaran dengan melibatkan dan meningkatkan peran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
3.
Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral terkait peningkatan pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok dan pencegahan perilaku merokok pada usia dini di wilayah kerja puskesmas Perumna II Kota Bekasi.
Saran Untuk SMP Negeri 4 Bekasi 1.
Berkoordinasi dengan Kepala UPTD Puskesmas Perumnas II Kota Bekasi dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan sebaya (peer education) bahaya merokok .
2.
Menjadikan kepala sekolah, guru dan seluruh staf karyawan di SMP Negeri 4 Bekasi sebagai contoh yang baik dalam penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan sekolah
3.
Memberikan support dan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan sebaya bahaya merokok sebagai upaya turut berpartisipasi aktif dalam pencegahan perilaku merokok pada usia remaja.
Referensi BKKBN dan YAI.2002.Pedoman Pemberdayaan Pendidik dan Konselor Sebaya Dalam Program Kesehatan Reproduksi Remaja: Tehnik Fasilitasi Konseling. Jakarta:BKKBN dan YAI Buku Program 1st ICTOH 2014.Tobacco Control : Saves Lives Saves Money. Jakarta: TCSC IAKMI. Center For Disease Control for Prevention .2010.Global Youth Tobacco Survey 2009 Part three. http://www.cdc.gov/tobacco/global/gtss/tobacco_atlas/pdfs/part3.pdf.diakses tanggal 02 Maret 2014. Center For Disease Control for Prevention.2008. Global Youth Tobacco Surveillance, 2000-2007.http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/ss5701a1.htm.diakses tanggal 02 Maret 2014 Depkes RI.2004. Pelayanan Kesehatan Peduli remaja(PKPR):Materi Pelatihan Bagi Petugas Kesehatan.Jakarta:Depkes RI Depkes RI. Fakta Tembakau dan Permasalahannya di Indonesia Tahun 2012. Jakarta:Tobacco Control Support Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia .
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
Depkes RI.2011. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta :Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Fuadah, Mazziyatul. 2011. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi merokok pada mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta angkatan 2009. Skripsi.. Depok :FIK UI G. Turner and J. Shepherd. A method in search of a theory: peer education and health promotion. http://her.oxfordjournals.org/content/14/2/235. long diakses tanggal 20 Mei 2014 Gilbert, Glen G et al.2011.Health Education . Creating Strategies for School and Community Health.Third edition..Canada: Jones and Bartlett Publisher Glanz, Karen. 2008. 4th edition, Health Behavior and Health Education. Theory And Practice. San Fransisco:Oxford. Green, Lawrence, W. And M.W. Kreuter. 2005. 4th edition, Health Program planning an educational and ecological approach. London Gunarsa, Singgih, D. 1991. Psikologi Praktis: anak, remaja dan Keluarga, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Handayani,Hesti.2011.Faktor-Faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Kota Bekasi tahun 2011.Skripsi. Depok: FKM UI. http://www.depkes.go.id/downloads/PP_No._19_Th_2003_ttg_Pengamanan_Rokok_Bagi_K esehatan.pdf diakses pada tanggal 2 Mei 2014 pukul 11.50 WIB Hurlock, B Elizabeth. 1988. Perkembangan Anak, jilid 1. Alih bahasa Meitsari Tjandrasa, Muslichah Zarkasih ; editor Agus Dhama. Jakarta : Erlangga Hurlock, B.Elizabeth. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan oleh Istidawanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Imelda F.e. Manurung. Pendidikan kesehatan oleh Peer Education sebagai upaya pencegahan bahaya merokok pada Peer Group Pendidikan kesehatan oleh Peer Education sebagai upaya pencegahan bahaya merokok pada Peer Group. etd.ugm.ac.id/index.php?mod...act.., diakses pada tanggal 19 Juni 2014 Kurniasih , Agustina .2008. Faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku Merokok siswa SLTP di Bekasi Tahun 2008. Skripsi. Depok :FKM UI. Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono. 1999. Psikologi perkembangan:pengantar dalam berbagai bagiannya. Terjemahan Siti Rahayu Haditono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Notoatmodjo, Soekidjo, et al. 2000. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :Rhineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodeologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, Jakarta Rhineka Cipta.
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi Edisi Revisi 2010. Jakarta :Rhineka Cipta. Octaviani,Rowella.2009.Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Merokok Pada Staf Admininstrasi Pria di Universitas Indonesia Tahun 2009.Skripsi..Depok :FKM UI Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2007. Dinas Kesehatan Provinsi jawa barat . Rukmi, Noel Sita.2000. Pengetahuan , Sikap dan Perilaku siswa kelas II SMP Negeri 134 Jakarta Barat Tentang Kebiasaan Merokok Tahun Ajaran 2000/2001. Skripsi. Depok: FKM UI . Sarafino, Edward P. 1994. Health Psychology : Biopsychosocial Interaction. 2nd Edition. New York :John Wiley and Sons Inc.. Setiawaty, Sri.2011.Pengaruh Pendidikan Kesehatan Oleh Pendidik Sebaya Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Beresiko pada Remaja di Kecamatan Pulo Merah Kota Cilegon Banten Tahun 2011.Tesis.Program Pasca Sarjana. FKM UI. Depok Sitepoe, Mangku. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia.. Jakarta: PT Grasindo Sugiyono.2009.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D..Bandung :Alfa Beta Swart D, et al.2002.Global Youth Tobacco Survey 2002.Cape town, south Africa : Medical Research Council Verawati,Risma.2012.Perilaku Merokok Pada Remaja Awal Usia 10-14 Tahun di Sekolah dasar Negeri 06 Pagi Kecamatan Makasar Jakarta Timur Tahun 2012.Skripsi.FKM UI Depok Walgito,B.(1999). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar)Edisi Revisi. Yogyakarta:Andi Yogyakarta WHO.2012.GLOBAL ADULT TOBACCO SURVEY: INDONESIA REPORT 2011. www.who.int/tobacco/surveillance/survey/gats/indonesia_report.pdf.diakses 10 Maret 2014 Wibowo,Adik.2014.Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan.Rajawali Pers.Jakarta Woarouw, Sonny P, dkk. 2008. Agar Rokok Tidak Merusak Tubuh.. Jakarta :Ditjen PP&PL Depkes World Health Organization .(2008).Peringatan! Terhadap Bahaya Tembakau.. Jakarta :World Health Organization(WHO) World Health Organization.(2002). Tubuh Kesehatan,.Jakarta :Departemen Kesehatan RI
seorang
perokok..Pusat
Promosi
World Health Organization.(2008).MPOWER:Upaya Pengendalian Konsumsi Tembakau . Jakarta :World Health Organization(WHO).
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014
Pengaruh pendidikan…, Lina Dwi Ariani, FKM UI, 2014