SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 MUARA KABUPATENTAPANULI UTARA TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
Oleh RISKY JUNIATI MANALU 11.02.084
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 MUARA KABUPATENTAPANULI UTARA TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
Oleh RISKY JUNIATI MANALU 11.02.084
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
i
PERNYATAAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2015
SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain dalam naskah ini, kecuali tertulis dan tercantum dalam daftar pustaka.
Medan,
Juli 2015
Peneliti
Risky Juniati Manalu
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Data Mahasiswa Nama
: Risky Juniati Manalu
Nim
: 11.02.084
Tempat/Tgl Lahir
: Pasar Muara, 20 Juni 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen Protestan
Suku
: Batak Toba
Anak Ke
: 3 dari 4 bersaudara
Alamat
: Desa Hutanagodang, Kecamatan Muara Tapanuli Utara
Email
:
[email protected]
No. HP
: 085360162497
2. Data Orang Tua Nama Ayah
: Marasi Manalu S.Pd
Pekerjaan
: PNS
Nama Ibu
: Berta Ambarita
Pekerjaan
: PNS
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Desa Hutanagodang, Kecamatan Muara Tapanuli
Utara
3. Riwayat Pendidikan 1. Tahun 1999-2005: SD Negeri 173365 Muara Kabupaten Tapanuli Utara 2. Tahun 2005-2008 : SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara 3. Tahun 2008-2011 : SMA Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara 4. Tahun 2011-2015 : S1 Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
iii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, 13 Juli 2015 Risky Juniati Manalu Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 xiii + 47 hal + 6 tabel + 2 skema + 2 gambar + 11 lampiran
ABSTRAK Dismenorea merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi dengan kejadian berkisar antara 45 % sampai 90% terjadi dikalangan perempuan usia produktif. Dalam keadaan berat, dismenorea dapat menimbulkan nyeri hebat yang dapat mengganggu aktivitas remaja dan menyebabkan ketidakhadiran di sekolah. Hal ini mendorong remaja untuk mencari informasi-informasi terkait dengan dismenorea untuk mencegah dan menangani masalah dismenorea yang dialaminya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap tingkat pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Muara. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen one group pre-post test design dimana sampel berjumlah 49 responden yang diambil melalui teknik simple random sampling. Instrumen penelitian adalah kuisioner. Analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat (uji mcnemar). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea mayoritas pengetahuan responden dalam kategori cukup sebanyak 26 responden (53,1%) sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan, mayoritas pengetahuan responden dalam kategori baik sebanyak 35 responden (71,4%). Hasil uji mcnemar diperoleh nilai ρ value=0,000 (ρ<0,05) sehingga dapat disimpulkan pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Peneliti menyarankan agar promosi kesehatan lebih dikembangkan khususnya edukasi kesehatan reproduksi remaja putri. Kata Kunci Daftar Pustaka
: Pendidikan Kesehatan, Dismenorea, Pengetahuan Remaja Putri : 30 (2001-2013)
i
SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING AND MIDWEFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA Thesis, 13 July 2015 Risky Juniati Manalu The effect of Health Education about Dysmenorrhea towards Knowledge Adolescent Girls in SMP Negeri 1 Muara district North Tapanuli 2015 xiii + 47 page + 6 table + 2 scheme + 2 chart + 11 enclosures
ABSTRACT Dysmenorrhea is one of the reproductive health problems with the incidence ranged between 45 % up 90 % among women of childbearing age. In hard situation, dysmenorrhea can cause great pain that can interfere with the activity of the teenagers and caused absence in school. It encourages adolescent to seek informations related of dysmenorrhea toprevent and deal with dysmenorrhea problems they experienced. The purpose of this research is to know the effect of health education about dysmenorrhea towards knowledge adolescent girls in SMP Negeri 1 Muara district North Tapanuli. This research use quasi-experimental with one group pre-post test design where the samples totaled 49 respondents drawn by simple random sampling technique. Data collection instrument was a questionnaire. Data analysis are used univarial and bivarial (Mcnemar test). This research shows that before being given health education on knowledge dysmenorrhoea, the majority of respondent in the category of enough as many as 26 repondents (53,1%), while after being given health education, the majority of respondents in good category of knowledge as many as 35 respondents (71,4%). Wilcoxon test results was obtained ρ value=0,000 (ρ<0,05), so the conclusion is health education take effect on increasing the knowledge of the adolescent girls in SMP Negeri 1 Muara district North Tapanuli 2015. The writer give the suggestion to order health promotion is more developed, especially reproductive health education of adolescent girl. Keywords Bibliography
: Health Education, Dysmenorrhoea, Adolescent Girls Knowledge : 30 (2001-2013)
ii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti dan atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan judul Pengaruh
Pendidikan
Kesehatan
Tentang
Dismenorea
Terhadap
Pengetahuan Remaja Putri Di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015. Penyelesaian skripsi penelitian ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia tahun 2015. Selama proses penyusunan skripsi penelitian ini begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran penulisan skripsi penelitian ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu : 1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan. 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia. 3. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan dan kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 5. Marlene Togatorop, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMPN. 1 Muara yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di sekolah. 6. Rinawati Sembiring, M.Kes, selaku ketua penguji yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Asima Sirait, S.Pd, M.Kes, selaku penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.
iii
8. Ns. Osak Sitorus, M.Kep, selaku penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. 9. Ns. Marthalena Simamora, M.Kep, selaku dosen penguji III yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. 10. Kedua orangtua peneliti : M.Manalu dan B.Ambarita yang selalu memberikan doa, dukungan semangat baik moril maupun materi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Saudara-saudara peneliti : Chandra Manalu, Nani Manalu dan Jesika Manalu yang turut memberi dukungan dan doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Sahabat-sahabat peneliti : Leo Rajagukguk, Juli Sinaga, Yenni Nahampun, Mesrawati Bagariang dan Yusnika Damayanti yang telah banyak memberikan dukungan semangat serta motivasi kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, peneliti ucapkan banyak terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 13 Juli 2015 Peneliti
(Risky Juniati Manalu)
iv
DAFTAR ISI Hal COVER DALAM LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ............................................................................................ DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... ABSTRAK .................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................. KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR TABEL......................................................................................... DAFTAR SKEMA ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ BAB I
i ii iii iv v vi ix x xi xii
PENDAHULUAN ........................................................................ A. Latar Belakang......................................................................... B. Perumusan Masalah ................................................................. C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 1. Tujuan Umum .................................................................... 2. Tujuan Khusus ................................................................... D. Manfaat Penelitian ...................................................................
1 1 5 5 5 5 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................................. A. Konsep Dismenorea................................................................ 1. Defenisi ............................................................................. 2. Klasifikasi .......................................................................... 3. Etiologi............................................................................... 4. Derajat Dismenorea ........................................................... 5. Patofisiologi ....................................................................... 6. Gejala Klinis ...................................................................... 7. Penatalaksanaan ................................................................. B. Konsep Pendidikan Kesehatan ............................................... 1. Defenisi .............................................................................. 2. Tujuan ................................................................................ 3. Misi ................................................................................... 4. Strategi ............................................................................... 5. Metode .............................................................................. 6. Ruang lingkup .................................................................... 7. Media ................................................................................ C. Konsep Pengetahuan (Knowledge) ......................................... 1. Pengertian .......................................................................... 2. Tingkatan ........................................................................... 3. Faktor yang mempengaruhi ...............................................
7 7 7 7 8 10 12 13 13 15 15 16 17 17 18 20 22 24 24 24 26
v
4. Cara memperoleh ............................................................... D. Hubungan pendidikan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan ............................................................................ E. Kerangka Konsep ................................................................... F. Hipotesis .................................................................................
27
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... A. Jenis Penelitian ....................................................................... B. Populasi Dan Sampel .............................................................. 1. Populasi Penelitian .......................................................... 2. Sampel Penelitian ............................................................ C. Tempat / Lokasi Penelitian ..................................................... D. Waktu Penelitian .................................................................... E. Defenisi Operasional .............................................................. F. Aspek Pengukuran .................................................................. G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data ................................... H. Etika Penelitian ....................................................................... I. Pengolahan dan Analisa Data ................................................. 1. Analisa Univariat ............................................................. 2. Analisa Bivariat ...............................................................
31 31 31 31 31 32 32 32 33 33 35 36 37 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... A. Hasil Penelitian ....................................................................... 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................... 2. Analisa univariat.............................................................. 3. Analisa Bivariat ............................................................... B. Pembahasan ............................................................................ 1. Pengetahuan Remaja Putri Sebelum Pendidikan Kesehatan tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015..... .......... 2. Pengetahuan Remaja Putri Setelah Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 ................................................................................. 3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Dismenorea Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 ................................................................................. C. Keterbatasan Penelitian ..........................................................
38 38 38 38 40 41
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... A. Kesimpulan ............................................................................. B. Saran .......................................................................................
48 48 48
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
29 30 30
41
42
44 46
DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian ..................................................
32
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden Di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49) .........................................................
38
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49)..........................................................................................
39
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49) ..............
39
Uji Statistik Perbedaan Pengetahuan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea Menggunakan Uji Mcnemar di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49) ..............
40
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel4.4
vii
DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ..........................................................
30
Skema 3.1 Desain Penelitian ............................................................................
31
viii
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1 Skala Penilaian Nyeri VAS ..........................................................
11
Gambar 2.2 Skala Penilaian Nyeri NRS ..........................................................
12
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5
Informed Consent Lembar Kuisioner Penelitian Lembar Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Leaflet tentang Dismenorea Surat Survey Awal dari Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Lampiran 6 Surat Balasan Izin Memperoleh Data Dasar Dari SMP Negeri 1 Muara Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian dari Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Lampiran 8 Surat Balasan Izin Melakukan Penelitian dan Telah Selesai Melakukan Penelitian Dari SMP Negeri 1 Muara Lampiran 9 Master Data Penelitian Lampiran 10 Distribusi Program Output SPSS Lampiran 11 Lembar Konsul Pembimbing
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masa remaja merupakan fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (Monks. et al, 2002). Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja yaitu 10-24 tahun. Perubahan paling awal muncul pada usia remaja yaitu perkembangan secara biologis. Salah satu tanda keremajaan pada perempuan secara biologis yaitu perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik/ mulainya remaja mengalami menstruasi (Sarwono, 2006). Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seorang perempuan untuk mengandung anak atau masa reproduksi (Syaifuddin, 2006). Menstruasi biasanya dimulai antara usia 10-16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan perempuan, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak perempuan yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya nyeri haid/ dismenorea (Smeltzer, 2009). Dismenorea merupakan nyeri kejang otot (spasmodik) di perut bagian bawah dan menyebar ke sisi dalam paha atau bagian bawah pinggang yang menjelang haid atau selama haid akibat kontraksi otot rahim. Gangguan ini ada 2 jenis yaitu dismenorea primer dan sekunder. Dismenorea primer yaitu dismenorea yang terjadi tanpa adanya kelainan anatomis genitalis. Sedangkan dismenorea sekunder adalah dismenorea yang tejadi akibat kelainan anatomis genitalis seperti haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip serviks, dan lain-lain (Manuaba, 2009).
1
2
Dismenorea tidak diketahui secara pasti kaitan dan penyebabnya namun beberapa faktor dapat memengaruhi yaitu ketidakseimbangan hormon dan faktor psikologis (Price, 2008). Dismenorea primer terjadi akibat endometrium mengalami peningkatan hormon prostaglandin dalam jumlah tinggi. Dibawah pengaruh progesteron selama fase luteal haid, endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat mencapai tingkat maksimum pada awitan haid. Prostaglandin menyebabkan kontraksi myometrium yang kuat dan mampu menyempitkan
pembuluh
darah
mengakibatkan
iskemia,
disintegrasi
endometrium dan nyeri (Morgan & Hamilton, 2009). Selain itu, kejadian dismenorea primer juga dapat dipicu oleh faktor psikogenik yaitu stress emosional dan ketegangan, kurang vitamin, atau rendahnya kadar gula (Dianawati, 2003). Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Bahkan diperkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenorea (Calis, 2011). Di Pakistan diperkirakan 57% pelajar yang mengalami dismenorea mempunyai efek terhadap pendidikan mereka (Tariq, 2009). Di Indonesia angka kejadian dismenorea tahun 2010 sebesar 64,25 % yang terdiri dari 54,89 % dismenorea primer dan 9,36% dismenorea sekunder (Info sehat, 2011). Dismenorea pada remaja harus ditangani untuk menghindari hal–hal yang lebih berat. Dismenorea jika tidak segera diatasi akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik individu sehingga mendesak untuk segera mengambil tindakan/terapi secara farmakologis. Dampak yang terjadi jika dismenorea tidak ditangani adalah gangguan aktivitas hidup sehari-hari (ADLs), Retrograd menstruasi (menstruasi yang bergerak mundur), infertilitas (kemandulan), kehamilan atau kehamilan tidak terdeteksi, ektopic pecah, kista pecah, perforasi rahim dari IUD dan infeksi (Andre, 2009). Selain dari dampak diatas, konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan
3
asing. Ketegangan biasanya menambah parahnya keadaan yang buruk setiap saat (Knight, 2006). Masalah dismenorea yang terjadi pada remaja masih belum banyak diketahui oleh remaja itu sendiri. Hal ini didukung oleh penelitian Farida, dkk (2012) yang dilakukan di SMPN 02 Ngantru Tulungangung terhadap 54 responden (remaja putri kelas IX), bahwa gambaran pengetahuan remaja tentang dismenorea mayoritas memiliki pengetahuan kurang (32 responden/ 59,2%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, teman dekat dan sebagainya. Menurut Wied dalam Hendra (2008), informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang dimana salah satu sumber informasi adalah melalui pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar dimana perubahan yang dimaksud antara lain pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan yang dihasilkan melalui pemberian pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan. Pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan, bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya dan mempengaruhi sikap (Wawan & Dewi, 2011).
Salah satu pendidikan kesehatan yang penting diberikan pada usia remaja adalah pendidikan kesehatan tentang dismenorea. Pendidikan kesehatan tentang dismenorea sebaiknya dilakukan sejak remaja karena akan menambah pengetahuan sehingga mengenali masalah menstruasi yang salah satunya dismenorea sedini mungkin dan dapat menanganinya secara benar (Kinanti, 2009).
4
Hal ini didukung oleh penelitian Tantri Heriani & Irdawati (2010) yang dilakukan di SMP Negeri 02 Kayen Pati dan MTs As-Safi’iyah dengan populasi siswi kelas VII yang sudah menstruasi sebanyak 147 orang. Hasil uji paired sample t-test pada kedua kelompok diperoleh hasil analisis terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata pengetahuan pre test dan post test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil ini bermakna bahwa pendidikan kesehatan tentang dismenorea yang diberikan terbukti sama-sama memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan siswi tentang dismenorea.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 1 Muara tanggal 16 Maret 2015 dengan membagikan angket kepada seluruh siswa dengan jumlah siswa remaja putri sebanyak 191 orang. Didapatkan sebanyak 152 orang (79,58%) siswa sudah mengalami menstruasi dan sebanyak 98 orang (51,30%) mengalami dismenorea. Peneliti juga mewawancarai 10 siswi yang mengalami dismenorea. Didapatkan sebanyak 8 siswi tidak tahu tentang pengertian, klasifikasi, penyebab,tanda
dan gejala
serta
penanganan
dismenorea dan 2 siswi lainnya hanya mengetahui pengertian dan penyebab dismenorea.
Hal ini terjadi karena tidak adanya pendidikan kesehatan reproduksi secara khusus tentang dismenorea yang dibenarkan oleh guru pelajaran biologi di sekolah tersebut. Guru Biologi mengatakan bahwa mata pelajaran biologi yang diajarkan hanya membahas tentang anatomi fisiologi sistem reproduksi manusia secara singkat. Dari data tersebut, maka pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan tentang dismenorea sangat penting diberikan agar mereka dapat menanganinya dengan baik dan aktivitas serta konsentrasi belajar siswi tidak terganggu karena mengalami dismenorea.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea Terhadap
5
Pengetahuan Remaja Putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015”.
B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja putri?
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara.
2.
Tujuan Khusus a.
Mengetahui
gambaran pengetahuan remaja sebelum diberikan
pendidikan kesehatan tentang dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara. b.
Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara.
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Siswa/ Remaja Putri Hasil penelitian ini menjadi sumber informasi bagi siswa dan mendorong remaja putri untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang dismenorea.
2.
Bagi Institusi Pendidikan/ Sekolah Memberikan pertimbangan bagi institusi pendidikan dalam menentukan tambahan materi tentang pendidikan kesehatan khususnya tentang dismenorea kepada siswa.
3.
Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini memberikan gambaran kepada perawat tentang pengaruh
pendidikan
kesehatan
tentang
dismenorea
terhadap
6
pengetahuan remaja putri dan menjadi acuan untuk memberikan promosi kesehatan yang baik tentang dismenorea, khususnya di lingkungan sekolah. 4.
Bagi Peneliti Berikutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar penelitian berikutnya terutama tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja putri.
7
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dismenorea 1. Definisi Dismenorea berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit atau menyakitkan atau tidak normal. “Meno” berarti bulan dan “rrhea” yang berarti aliran. Sehingga dismenorea didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau nyeri haid (Calis, 2011).
Dismenorea merupakan nyeri haid yang mengakibatkan rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama haid dan sering kali menimbulkan rasa mual (Wiknjosastro, 2005).
Dismenorea adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah tetapi dapat menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha yang terkadang menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan nyerinya tersebut (Hendrik, 2006).
2. Klasifikasi Dismenorea Dismenorea diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : a. Dismenorea primer Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer ini tidak berhubungan dengan penyebab fisik yang nyata (Simanjuntak, 2008). Dismenorea primer biasanya terjadi 6 bulan sampai 12 bulan setelah menarche. Karena itu, siklus haid pada bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar (tidak disertai dengan pengeluaran
8
ovum) yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam. Biasanya 8-72 jam. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Simanjuntak, 2008).
b. Dismenorea sekunder Dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang dijumpai dengan adanya kelainan pada alat-alat genital yang nyata (Simanjuntak, 2008). Dismenorea sekunder terjadi akibat berbagai kondisi patologis seperti endometriosis, salfingitis, adenomiosis uteri, dan lain-lain. Dismenorea sekunder sering terjadi pada usia >30 tahun, dimana rasa nyeri semakin bertambah seiring bertambahnya umur dan memburuk seiring dengan waktu (Benson, 2009). Karakteristik nyeri berbeda-beda pada setiap siklus haid dimana nyeri haid terjadi dengan kelainan patologis panggul.
3. Etiologi Dismenorea Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenorea primer tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Ada beberapa faktor yang memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer antara lain: a. Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid akan lebih mudah mengalami dismenorea. b. Faktor konstitusi : faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea.
9
c. Faktor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenorea, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenorea karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut. d. Faktor endokrin : pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedangkan hormon progesteron menghambat atau mencegahnya, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron. e. Faktor alergi : teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migrain atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid (Simanjuntak, 2008).
Penyebab dari dismenorea sekunder biasanya disebabkan oleh kelainankelainan organik, misalnya : 1) Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil
10
2) Posisi rahim yang tidak normal 3) Adanya tumor dalam rongga rahim , misalnya myoma uteri 4) Adanya tumor dalam rongga panggul, terutama tumor fibroid, yang letaknya dekat permukaan selaput lendir rahim, adanya selaput lendir rahim di tempat lain (Endometriosis), bisa ditemukan di dalam selaput usus, di jaringan payudara atau di tempat lain. Pada waktu haid, jaringan selaput lendir yang di luar rahim juga seperti ikut terlepas dan berdarah seperti jaringan aslinya di dalam rahim. 5) Penyakit-penyakit tubuh lain seperti tuberkulosa, kurang darah (anemia), buang air besar kurang lancar (constipation), postur tubuh yang terlalu kurus.
4. Derajat Dismenorea Setiap wanita mempunyai pengalaman nyeri dismenorea yang berbedabeda, dimana hal itu muncul rasa tidak nyaman, letih, sakit yang dapat mengganggu
aktifitas
sehari-hari.
Nyeri
akan
berkurang
setelah
menstruasi, namun ada beberapa wanita nyeri bisa terus dialami selama periode menstruasi (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Hampir seluruh perempuan pasti pernah merasakan nyeri menstruasi, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbedabeda. Riyanto (2002) menyebutkan bahwa derajat dismenorea ada 4 yaitu : a. Derajat 0 Tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tak terpengaruhi. b. Derajat 1 Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri namun aktivitas jarang terpengaruh. c. Derajat 2 Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun aktivitas sehari-hari terganggu.
11
d. Derajat 3 Nyeri sangat hebat dan tidak berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tidak dapat bekerja, kasus ini segera ditangani dokter. Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan sifat, tempat, berat- ringannya dan waktu lamanya serangan. Menurut klasifikasi ini, nyeri dismenorea termasuk ke dalam jenis deep pain (nyeri dalam) karena terjadi pada organ tubuh viseral yaitu pada saluran reproduksi (Asmadi, 2008).
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan mental. Nyeri dapat diukur dengan beberapa metode sebagai berikut (Potter & Perry, 2006): 1) Visual Analog Scale (VAS) VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri terus-menerus dan mewakili alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik daripada memilih satu kata atau angka.
Gambar 2.1 Skala Penilaian Nyeri VAS
12
2) Verbal Descriptive Scale (VDS) VDS adalah alat pengukuran nyeri yang lebih obyektif. Skala berupa garis lurus yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Penggolongan nyeri dimulai dari tidak nyeri sampai nyeri tak tertahankan.
3) Numeric Rating Scale (NRS) Skala penilaian ini digunakan untuk menggantikan penilaian dengan deskripsi kata. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala yang paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. Menurut Strong, et al (2002), NRS merupakan skala nyeri yang paling sering dan lebih banyak digunakan di klinik, khususnya pada kondisi akut. NRS digunakan untuk mengukur intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi teraupetik. NRS mudah digunakan dan didokumentasikan.
Gambar 2.2 Skala Penilaian Nyeri NRS
5. Patofisiologi Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin F2 alfa (PGF2α) disekresi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap PGF2α meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual,
13
muntah, dan diare) dan gejala sistem syaraf pusat meliputi pusing, sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk ( Bobak, 2004).
6. Gejala Klinis Gejala dismenorea yang paling umum adalah nyeri/ kram otot dibagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainnya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut terasa penuh bahkan beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari ( Ramaiah, 2006). Sedangkan menurut Morgan (2009) menyebutkan bahwa gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung, selama hari pertama haid dan jarang terjadi setelah ini. Nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut (pada abdomen bawah), punggung, dan tulang kemaluan. Nyeri terasa timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti kontraksi dan dapat menjalar ke arah pinggang belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula disertai mual, sakit kepala, dan mudah tersinggung/ depresi.
7. Tatalaksana Dismenorea a. Farmakologi 1) Pemberian obat analgesik Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein. Obat-obat paten
yang beredar
di
pasaran adalah
acetaminopen, dan sebagainya.
novalgin,
ponstan,
14
2) Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) NSAID menghambat sintesis prostaglandin dan memperbaiki gejala pada 80% kasus. Nasihatkan wanita untuk mengkonsumsinya pada saat atau sesaat sebelum awitan nyeri 3 kali/hari pada hari pertama hingga ketiga. 3) Terapi hormonal Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan
benar-benar
dismenorea
primer,
atau
untuk
memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dan menurunkan produksi
prostaglandin
karena
atrofi
endometrium
desidual.
(Simanjuntak, 2008)
b. Nonfarmakologi 1) Penerangan dan nasihat Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhyul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi. 2) Kompres dengan botol panas (hangat) tepat pada bagian yang terasa kram (bisa di perut atau pinggang bagian bawah), mandi dengan air hangat dan minum minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi. Dengan suhu panas akan meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi.
15
3) Olahraga teratur (termasuk banyak jalan). Dengan olahraga dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran darah. Olahraga teratur seperti berjalan, jogging,
berlari,
berenang,
bersepeda
atau
aerobik
dapat
memperbaiki kesehatan secara umum dan menjaga siklus menstruasi agar tetap teratur. Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga
yang
tidak
hanya
mengurangi
stres
tetapi
juga
meningkatkan produksi endorfin otak, penawar sakit alami tubuh. Tidak ada pembatasan aktivitas selama haid. 4) Aromaterapi dan pemijatan juga dapat mengurangi rasa tidak nyaman. Pijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan telunjuk pada perut bagian bawah akan membantu mengurangi nyeri haid. 5) Melakukan tarik nafas dalam secara perlahan-lahan untuk relaksasi. Dengan tarik nafas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri. 6) Menghindari konsumsi alkohol, soda, kopi, dan juga coklat karena dapat meningkatkan kadar estrogen yang nantinya memicu lepasnya prostaglandin dan memperpanjang nyeri (Simanjuntak, 2008).
B. Konsep Pendidikan Kesehatan 1. Defenisi Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu atau kelompok masyarakat sendiri (Mubarak & Chayatin, 2009).
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau
16
mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal–hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan kesehatan adalah komponen program kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarkat yang merupakan cara perubahan berfikir, bersikap dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat (Suhila, 2002).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu: a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri. b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar. c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak dan Chayatin, 2009).
Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 maupun WHO adalah meningkatkan kemampuan masyarakat; baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan di semua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya.
17
3. Misi Pendidikan Kesehatan Misi pendidikan kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi: a. Advokat (Advocate) Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakankebijakan atau keputusan-keputusan politik. b. Menjembatani (Mediate) Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor lain yang terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan. c. Memampukan (Enable) Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mereka dapat mandiri untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2003).
4. Strategi Pendidikan Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2003) untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan kesehatan dilakukan strategi kegiatan sebagai berikut : a. Penyebarluasan Informasi Kesehatan Kegiatan ini meliputi pengkajian sosial budaya kesehatan, sistem komunikasi
dan
teknologi
yang
tepat
dalam
pengembangan
masyarakat. Pengembangan penciptaan dan penyebarluasan bahan pendidikan kesehatan melalui media massa agar pesan kesehatan menjadi bagian yang terpadu dengan pesan pembangunan nasional. b. Pengembangan Potensi Swadaya Masyarakat di Bidang Kesehatan Kegiatan ini meliputi pengembangan sikap, kemampuan dan motivasi LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam pembudayaan hidup
sehat
masyarakat
dan melalui
penyebarluasan ormas
dan
metodologi kelompok
pengembangan
potensial
lainnya.
Pengembanagan kerja sama yang paling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat berpenghasilan tinggi guna menopang
18
kesehatan masyarakat miskin serta mengembangkan kelompok keluarga mandiri sebagai teladan. c. Pengembangan Penyelenggaraan Penyuluhan Di selenggarakan melalui pengembangan sikap, kemampuan dan motivasi petugas kesehatan baik pemerintah maupun swasta di bidang penyuluhan, institusi pendidikan dan litbang serta pembentukan kemitraan antara pemerintah, kelompok profesi dan masyarakat dalam penyelenggaraan penyuluhan.
5. Metode Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan mempunyai beberapa unsur yaitu: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), pendidik (pelaku pendidikan), proses (upaya yang dilakukan) dan output. Metode pendidikan merupakan salah satu unsur input yang berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan kesehatan ( Notoatmodjo, 2003). a. Metode Pendidikan Individu (perseorangan) Bentuk pendekatan ini antara lain : 1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) Cara ini memungkinkan kontak antara petugas dan klien lebih intensif, sehingga petugas dapat membantu penyelesaian masalah klien. 2) Interview (wawancara) Metode ini bertujuan untuk menggali informasi dari klien mengenai perilaku klien.
b. Metode Pendidikan Kelompok 1) Ceramah Metode ini digunakan untuk kelompok besar dan baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
19
2) Diskusi Kelompok Diskusi kelompok ini dimungkinkan apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang dan termasuk ke dalam metode kelompok kecil. 3) Curah Pendapat Metode ini merupakan modifikasi dari diskusi kelompok dan mempunyai prinsip yang sama dengan diskusi kelompok. Perbedaannya terletak pada permulaannya, dimana peserta diberikan suatu masalah dan peserta kemudian memberikan tanggapannya. 4) Bola Salju Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang dan dua orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Kemudian tiap 2 pasang bergabung, mendiskusikan masalah yang sama dan menarik kesimpulan. Begitupun seterusnya sampai terjadi suatu diskusi seluruh peserta. 5) Kelompok-kelompok kecil (buzz group) 6) Memainkan peran (role playing) Beberapa anggota kelompok memainkan suatu peran, kemudian mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam menjalankan tugas. 7) Permainan stimulasi Metode ini merupakan gabungan dari metode diskusi kelompok dan role play.
c. Metode Pendidikan Massa 1) Ceramah Umum Penyajian materi di depan khalayak publik yang berjumlah besar dan terutama disampaikan secara lisan.
20
2) Siaran Radio Metodenya sama dengan ceramah, tetapi anak didik tidak berada di dalam ruangan yang sama. 3) Siaran TV Sama dengan radio, tetapi ditambah dengan gerakan. 4) Media Cetak Penyajian materi disampaikan secara tulisan.
6. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: a. Dimensi Sasaran 1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu. 2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok. 3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas. b. Dimensi Tempat Pelaksanaan Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat dengan sendirinya dengan sasarannya berbeda, misalnya : 1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan sasaran murid. 2) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga pasien. 3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan. c. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) menurut Leavel dan Clark, yaitu sebagai berikut : 1) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion) Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa
kegiatan
seperti
pendidikan
kesehatan
(health
education), penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit,
21
konsultasi perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan lain-lain. 2) Perlindungan Umum
dan Khusus (General
and Specific
Protection) Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang/masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut seperti imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan,
kesehatan
kerja,
pengendalian
sumber-sumber
pencemaran, dan lain-lain. 3) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera atau Adekuat (Early diagnosis and Prompt Treatment) Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk mendeteksi
penyakit
bahkan enggan
untuk memeriksakan
kesehatan dirinya dan mengobati penyakitnya. 4) Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation) Kurangnya
pengertian
dan
kesadaran
masyarakat
tentang
kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain. 5) Rehabilitasi (Rehabilitation) Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat. Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan-latihan tersebut (Mubarak dan Chayatin, 2009).
22
7. Media Penyuluhan Media promosi kesehatan sering disebut sebagai alat peraga. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu media cetak, elektronik (televisi, radio, komputer dan sebagainya) dan media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan agar pesanpesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat/sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan jelas. Dengan alat peraga, orang lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan bagi kehidupan. Macam-macam alat bantu pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu : alat bantu lihat (visual), alat bantu dengar (audio), dan alat bantu lihat dengar (audio-visual) (Notoatmodjo, 2007).
Alat bantu lihat dan dengar merupakan alat bantu yang digunakan untuk menginterpretasikan indera penglihatan dan pendengaran melalui mata dan telinga kita seperti televisi dan video. Alat bantu dengar merupakan alat yang dapat menstimulasi indera mata pada waktu proses pendidikan. Alat bantu lihat berupa media cetak. Media cetak berupa booklet (berisi tulisan dan gambar yang berbentuk buku), flyer atau selembaran, flip chart atau lembar balik dan leaflet (Notoatmodjo, 2007). a. Poster Poster merupakan media yang banyak dipakai untuk menunjukkan suatu kegiatan karena lebih menyentuh emosi pembaca. Poster paling baik untuk mendukung program promosi kesehatan yang lebih rinci, menguatkan sikap, dan mempromosikan kegiatan tertentu ( Emilia, 2008).
23
Poster terutama dibuat untuk memengaruhi orang banyak dan memberikan pesan singkat. Cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak. Poster tidak dapat memberi pelajaran dengan sendirinya karena keterbatasan kata-kata. Poster lebih cocok digunakan sebagai tindak lanjut dari suatu pesan yang sudah disampaikan beberapa waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2007). Keuntungan poster yaitu : 1) Mudah dibuat 2) Singkat waktu dalam pembuatannya 3) Murah 4) Dapat menjangkau orang banyak 5) Mudah menggugah orang banyak untuk berpartisipasi 6) Bisa dibawa kemana-mana 7) Banyak variasi ( Notoatmodjo, 2007).
b. Leaflet Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimatkalimat singkat, padat, mudah dimengerti, dan gambar-gambar yang sederhana. Leaflet atau sering juga disebut pamflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran dan tujuan tertentu.
Ukuran leaflet biasanya 20x30 cm yang berisi tulisan 200-400 kata. Ada beberapa leaflet yang disajikan secara berlipat (Notoatmodjo, 2007). Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah. Keuntungan leaflet yaitu : 1) Dapat disimpan lama
24
2) Sebagai referensi 3) Jangkauan dapat jauh 4) Membantu media lain 5) Isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi (Notoatmodjo, 2007).
3. Lembar Informasi Lembar informasi merupakan bentuk penyampaian ekonomis yang dapat ditempatkan di apotik, toko obat, biro promosi kesehatan dan toko makanan sehat. Lembaran haruslah menarik dan lembaran dapat dikumpulkan menjadi bentuk informasi yang lengkap (Emilia, 2008).
C. Pengetahuan (Knowledge) 1. Pengetian Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan
terjadi
melalui
panca
indera
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba yang sebagian besar di pengaruhi oleh mata dan telinga, dan terdiri dari 6 tingkatan yaitu : tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
2. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, meliputi : a. Tahu (know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dapat diukur dengan
25
menggunakan kata kerja “menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya“. b. Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi atau obyek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi real (sebenarnya). d. Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat melalui penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasari pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
26
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatantingkatan diatas (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : (1) Baik, bila 76-100% (2) Cukup, bila 56-75% (3) Kurang, bila < 56% (Nursalam, 2008). 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : a.
Umur Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
b.
Intelegensi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
c.
Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan, seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
27
d. Sosial Budaya Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. e. Pendidikan Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. f.
Informasi Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
g.
Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2010).
4. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan dibagi menjadi dua cara yaitu cara tradisional/non ilmiah dan cara modern/ilmiah. a. Cara tradisional atau non ilmiah Ada 10 cara tradisional yang digunakan yaitu : 1) Cara coba salah (trial and error)
28
Cara ini dilakukan dengan mencoba-coba beberapa kemungkinan. Bila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil. 2) Secara kebetulan Terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. 3) Cara kekuasaan atau otoritas Pengetahuan dari hasil menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya. 4) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman seseorang dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. 5) Cara akal sehat Cara akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. 6) Kebenaran melalui wahyu Pengetahuan dari ajaran agama yang diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari pengetahuan tersebut rasional atau tidak. 7) Kebenaran secara intuitif Pengetahuan yang diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja. 8) Melalui jalan pikiran Menggunakan penalaran untuk memperoleh pengetahuan. Dengan berkembangnya zaman, cara berpikir manusia juga berkembang. 9) Induksi Proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. 10) Deduksi Proses penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.
29
b. Cara modern atau ilmiah Cara untuk memperoleh pengetahuan dengan mengadakan pengamatan langsung, kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan
kemudian
diambil
kesimpulan
umum.
Dalam
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya (Notoatmodjo, 2010).
D. Hubungan Pendidikan Kesehatan Dengan Peningkatan Pengetahuan Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa dismenorea yang timbul pada remaja putri merupakan dampak dari kurang pengetahuannya mereka tentang dismenorea. Terlebih
jika mereka
tidak mendapatkan informasi tersebut
sejak dini. Mereka yang memiliki informasi kurang menganggap bahwa keadaan itu sebagai permasalahan yang dapat menyulitkan mereka. Mereka tidak siap dalam menghadapi menstruasi dan segala hal yang akan dialami oleh remaja putri. Akhirnya kecemasan melanda mereka dan mengakibatkan penurunan terhadap ambang nyeri yang pada akhirnya membuat nyeri haid menjadi lebih berat. Penanganan yang kurang tepat membuat remaja putri selalu mengalaminya setiap siklus menstruasinya (Kartono, 2006).
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa adanya pesan tersebut masyarakat atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Adanya peningkatan pengetahuan merupakan indikator pendidikan kesehatan yang dilakukan. Pada akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya.
Dengan kata lain, adanya pendidikan kesehatan dapat membawa perubahan baik dari segi kognitif, sikap, dan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2007). Faktor–faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping
30
masukan atau input sendiri juga dipengaruhi oleh materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya dan alat-alat bantu atau peraga yang digunakan dalam proses pendidikan. Agar dicapai suatu hasil yang optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan tentang menstruasi, dismenorea, dan cara penanggulangannya akan memberikan kesiapan mental remaja untuk beradaptasi dengan kondisi fisiologis yang sedang mereka alami. Persiapan mental yang ditunjang dengan pengetahuan yang baik akan menciptakan kondisi psikis yang memengaruhi respon remaja terhadap dismenorea tersebut.
Dengan adanya pengetahuan yang baik akan memengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat tersebut. Apabila tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai sebab-akibat dan resiko, menyebabkan adanya usaha pencegahan dan pengobatan yang tidak benar.
E. Kerangka Konsep Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independent
Variabel Dependent
Pendidikan Kesehatan tentang dismenorea
Pengetahuan remaja putri
F. Hipotesis Penelitian Ha:
Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang terhadap
pengetahuan remaja putri
Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2015.
dismenorea
di SMP Negeri 1 Muara
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah Quasi eksperimen dalam 1 kelompok (one group testpost test design) yang bertujuan untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea dengan pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Skema 3.1 Desain Penelitian
01
X
02
Keterangan : 01
: Pengetahuan remaja putri di SMPN.1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea
X
: Intervensi pendidikan kesehatan tentang dismenorea
02
: Pengetahuan remaja putri di SMPN.1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea
B. Populasi Dan Sampel Penelitian 1.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi yang mengalami dismenorea di SMP Negeri 1 Muara tahun 2015 dengan jumlah 98 orang.
2.
Sampel
n = 49 siswa putri
31
32
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik simple random sampling yaitu teknik undian. Setiap siswi dalam penelitian ini mempunyai peluang yang sama untuk menjadi responden. Nama remaja putri yang 98 orang ini akan dimasukkan dalam sebuah kaleng kecil. Selanjutnya peneliti akan mengocok dan mengeluarkan kertas berisi nama siswi sebanyak 49 kali dan nama yang terpilih akan menjadi responden dalam penelitian.
C. Tempat/ Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara.
D. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 18 Februari-13 Juli 2015.
E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian No
Variabel
1.
V. Independen : Pendidikan kesehatan
2.
V. Dependen : Pengetahuan
Defenisi Operasional
Cara Ukur -
Hasil Ukur -
Skala Ukur -
Penyampaian informasi kesehatan mengenai dismenorea menggunakan media power point dan leaflet.
Pemahaman informasi yang didapat remaja putri tentang pengertian, klasifikasi, penyebab, tanda dan gejala serta penanganan dismenorea.
Kuisioner
Baik Cukup Kurang
Ordinal
33
F. Aspek Pengukuran Pengetahuan remaja diukur dengan menggunakan kuisioner dengan 15 item pertanyaan yang berkaitan dengan pengertian, tanda dan gejala serta penanganan dismenorea dengan alternatif jawaban “benar” diberi skor 1 dan “salah” diberi skor 0. Berdasarkan jumlah yang diperoleh maka pengetahuan remaja dapat dikategorikan berdasarkan rumus Hidayat (2009) sebagai berikut :
Keterangan : P
: nilai yang dicari (panjang kelas)
Rentang
: nilai tertinggi-nilai terendah
Banyak kelas
: jumlah kategori
Setelah didapat panjang kelas maka dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Baik
: jika jawaban responden dengan total skor 11-15
b. Cukup : jika jawaban responden dengan total skor 6-10 c. Kurang : jika jawaban responden dengan total skor 0-5
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan Data Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner. Instrumen kuisioner penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu: Kuisioner berisi data demografi singkat yang terdiri dari pertanyaan tentang inisial responden dan kelas responden namun data ini tidak diolah hanya untuk memudahkan peneliti dalam penelitian. Kuisioner berisi pertanyaan tentang dismenorea
yang gunanya
mengukur tingkat
pengetahuan. Kuisioner pengetahuan terdiri dari 15 item pertanyaan yang
34
berkaitan dengan pengertian dismenorea ada 4 pertanyaan, 1 pertanyaan penyebab, 6 pertanyaan tanda dan gejala, dan 4 pertanyaan penanganan.
Kuisioner yang telah uji validitas dan reabilitas diambil dari hasil penelitian Novita Sari dimana peneliti telah meminta izin terlebih dahulu kepada Novita Sari untuk menggunakan kuisionernya melalui email dan telah disetujui oleh Novita Sari. Uji validitas dilakukan Novita Sari di MTs’ Assa’adah pada bulan Juli 2012. Uji validitas pada kuisioner pengetahuan tentang dismenorea dengan 30 responden, didapatkan hasil dari 15 pertanyaan, 13 item diantaranya valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf signifikasi 5 % (0,374). Sedangkan 2 item pertanyaan dinyatakan tidak valid karena nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel. Karena validitas isi menunjukkan kemampuan item pertanyaan dalam instrumen mewakili semua unsur dimensi konsep yang diteliti maka kuisioner ini dinyatakan valid.
Hasil uji reabilitas yang telah dilakukan Novita Sari menunjukkan dari nilai r hitung tingkat pengetahuan=0,868 lebih besar dari nilai r tabel=0,374 sehingga kuisioner tingkat pengetahuan tentang dismenorea dinyatakan reliabel.
2. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Peneliti mengambil surat izin penelitian dari Universitas. b. Peneliti datang ke sekolah untuk memperoleh izin melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Muara. c. Peneliti memilih sampel menggunakan simple random sampling yaitu secara teknik undian.
35
d. Melakukan pertemuan dengan seluruh responden serta mengontrak waktu responden. e. Peneliti membagikan lembar persetujuan (informed consent) f. Peneliti melakukan pretest yaitu dengan membagikan lembar kuisioner kepada responden. g. Peneliti memberikan pendidikan kesehatan sebanyak 2 kali di hari yang berbeda. h. Setelah diberikan pendidikan kesehatan dilakukan kembali posttest dengan membagikan kuisioner yang sama Sumber data dalam penelitian ini yaitu : a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden dengan menggunakan angket pendidikan kesehatan dan kuisioner pengetahuan tentang dismenorea
yang dikembangkan sendiri oleh penulis
(Notoatmodjo, 2010), dan diberikan secara langsung kepada responden yang akan diteliti. Sebelum dilakukan penelitian, responden akan dijelaskan mengenai tujuan, manfaat dan informed consent untuk menghindari adanya responden yang droup out selama penelitian berlangsung. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sekolah SMP Negeri 1 Muara berupa data jumlah siswa dengan jumlah total siswa perempuan 191 orang dimana kelas VII : 68 orang siswi, kelas VIII : 58 orang siswi dan kelas IX : 65 Orang siswi.
H. Etika Penelitian 1. Autominity (hak untuk menjadi responden) yaitu sebelum pelaksanaan penelitian, responden akan diberikan penjelasan mengenai manfaat, tujuan, dan resiko penelitian. Jika responden bersedia menjadi responden maka harus menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yaitu Informed Consent.
36
2. Anonymity (tanpa nama) yaitu untuk menjaga kerahasiaan responden pada penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuisioner tetapi hanya menuliskan nomor responden. 3. Confidentiality (kerahasiaan) yaitu kerahasiaan informasi responden yang ada di dalam kuisioner dijamin oleh peneliti yaitu kuisioner akan disimpan selama sebulan dan tidak akan diberikan kepada orang lain. Setelah data diolah, kuisioner akan dibuang oleh peneliti atau dibumihanguskan.
I.
Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah. Semua data yang terkumpul kemudian disajikan dalam susunan yang baik dan rapi. Yang termasuk dalam kegiatan pengolahan data adalah menghitung frekuensi mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja berdasarkan data hasil kuisioner kemudian diolah untuk mendapatkan nilai persentase. Tahap-tahap pengolahan data tersebut adalah: a. Editing Mengecek kembali lembar kuisioner yang telah diisi responden yang meliputi kelengkapan data dan kejelasan jawaban responden. Data yang belum lengkap dikembalikan kepada responden dan untuk diisi kembali pada saat itu juga. b. Coding Peneliti memberi kode numerik pada jawaban yang dipilih responden dimana kode 1 untuk jawaban benar dan kode 0 untuk jawaban salah. Yang selanjutnya dalam pengkategorian pengetahuan, peneliti mengkodekannya dimana kode 1 yaitu kurang, kode 2 yaitu cukup, dan kode 3 yaitu baik. c. Entry Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program komputer.
37
d. Tabulating Setelah data dimasukkan dan diolah di program komputer, data yang telah disusun dan dihitung selanjutnya disajikan ke dalam bentuk distribusi frekuensi tabel sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi yang meliputi : umur frekuensi dan persen, tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pretest) dan tingkat pengetahuan setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan (posttest).
b. Analisa Bivariat Analisa bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja putri. Dilakukan uji statistik menggunakan uji Mcnemar dan diperoleh nilai ρ-value 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2015.
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Muara merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang didirikan pada tanggal 02 Januari 1951 yang berlokasi di Desa Silalitoruan, Kecamatan Muara, Tapanuli Utara. Sekolah ini tidak difasilitasi dengan ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Selain itu, sumber informasi sulit didapatkan mengingat lokasi sekolah ini berada di desa.
SMP Negeri 1 Muara tidak mempunyai program pendidikan kesehatan reproduksi secara khusus tentang dismenorea tetapi pada mata pelajaran biologi diajarkan hanya membahas tentang anatomi fisiologi sistem reproduksi manusia secara singkat. Tenaga kesehatan di wilayah ini pun jarang datang ke sekolah untuk memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan, dan kalaupun ada itu hanya terkait dengan masalah-masalah kesehatan umum misalnya HIV AIDS.
2. Analisa Univariat a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Remaja Putri Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 49 orang responden didapat bahwa karakteristik remaja putri yang mengalami dismenorea di SMP Negeri 1 Muara bervariasi, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49)
Umur
Karakteristik Responden 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun Total
n 4 15 24 6 49
% 8,2 30,6 49,0 12,2 100
39
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan umur 14 tahun mayoritas sebanyak 24 orang (49,0%).
b. Pengetahuan Remaja Putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49) Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
n 4 26 19 49
% 8,2 53,1 38,8 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan cukup sebelum diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang dismenorea mayoritas sebanyak 26 orang (53,1%).
c. Pengetahuan
sesudah
diberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49) Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
n 33 14 2 49
% 67,3 28,6 4,1 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan baik sesudah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang dismenorea mayoritas sebanyak 33 orang (67,3%).
40
3. Analisa Bivariat Tabel 4.4 Uji Statistik Perbedaan Pengetahuan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea Menggunaka Uji Mcnemar di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49) Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan Baik Cukup Kurang Total
Pengetahuan Setelah Pendidikan Kesehatan Baik Cukup Kurang n 4 20 9 33
% 8,2 40,8 18,4 67,3
n % 0 0 6 12,2 8 16,3 14 28,6
n 0 0 2 2
% 0 0 4,1 4,1
Total n 4 26 19 49
% 8,2 53,1 38,8 100
P
0,000
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 4 orang (8,2%) yang mempunyai pengetahuan kategori baik sebelum pendidikan kesehatan didapatkan 4 orang (8,2%) mempunyai pengetahuan kategori baik juga sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Dari 26 orang (53,1%) yang mempunyai pengetahuan kategori cukup sebelum pendidikan kesehatan didapatkan 20 orang (40,8%) mempunyai pengetahuan baik, 6 orang (12,2%) mempunyai pengetahuan cukup sesudah diberikan pendidikan kesehatan, dan Dari 19 orang (38,8%) yang mempunyai pengetahuan kurang sebelum pendidikan kesehatan didapatkan 9 orang (18,4%) mempunyai pengetahuan baik, 8 orang (16,3%) mempunyai pengetahuan cukup, 2 orang (4,1%) mempunyai pengetahuan kurang sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Dari hasil uji statistik menggunakan uji mcnemar diperoleh nilai ρ value = 0,000 (ρ<0,05) maka Ha diterima. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja di SMP Negeri 1 Muara.
41
B. Pembahasan 1. Pengetahuan Remaja Putri Sebelum Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea diperoleh hasil mayoritas tingkat pengetahuan remaja putri berada dalam kategori cukup sebanyak 26 responden (53,1%). Pengetahuan remaja putri tentang dismenorea kategori cukup terlihat dengan banyaknya jawaban yang salah pada lembar kuisioner yang diisi responden dan hanya poin pertanyaan terkait dengan tanda gejala saja yang banyak menjawab benar.
Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang dismenorea yang didapatkan remaja putri baik dari lingkungan sekolah maupun non sekolah. Selain itu, sumber informasi sulit didapatkan mengingat lokasi sekolah ini berada di desa sehingga remaja tersebut sulit untuk menggali informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya masalah dismenorea. Bukan hanya itu, tenaga-tenaga kesehatan di daerah ini pun jarang memberikan penyuluhan kesehatan ke sekolah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Heriani & Irdawati (2010) mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswi kelas I SMP Negeri 2 Kayen Pati dan MTS As Syafi’iyah Pati menyimpulkan bahwa pengetahuan siswi sebelum pemberian intervensi pendidikan kesehatan tentang dismenorea sebagian besar dalam kategori cukup yaitu pada kelompok perlakuan sebanyak 22 responden (73%) dan kelompok kontrol sebanyak 27 responden (90%).
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap suatu objek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran,
42
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Hal ini sesuai dengan penelitian ini bahwa pengetahuan remaja putri setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea sebanyak 2 kali mengubah pengetahuan cukup menjadi berpengetahuan baik (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pendidikan dan informasi yang diperoleh. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan kesehatan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Notoatmodjo, 2005).
Semakin sering pendidikan kesehatan yang diperoleh, semakin banyak informasi yang didapatkan maka pengetahuan tinggi, dan sebaliknya semakin
sedikit
informasi
yang
didapat
semakin
rendah
pula
pengetahuannya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan sering merupakan faktor dominan yang mewarnai pengetahuan dan perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).
2. Pengetahuan Remaja Putri Setelah Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tingkat pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea di SMP Negeri 1 Muara diperoleh hasil mayoritas pengetahuan berada dalam kategori baik, yaitu sejumlah 35 responden (71,4%). Pengetahuan siswa tentang dismenorea kategori baik
43
setelah pendidikan kesehatan terlihat dengan banyaknya jawaban yang benar dijawab oleh remaja putri pada kuisioner yang dibagikan yaitu tentang pengertian dismenorea, penyebab dismenorea, tanda dan gejala serta penanganan dismenorea.
Hal ini membuktikan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang dismenorea. Hal ini disebabkan karena pemberian informasi yang lebih dalam melalui pendidikan kesehatan yang diberikan tentang dismenorea.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Novita Sari (2012) mengenai efektifitas pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap tingkat pengetahuan remaja perempuan di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat menyimpulkan bahwa hasil analisa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada kategori baik sebesar 18,6% kemudian setelah dilakukan pendidikan kesehatan, pengetahuan meningkat menjadi 71,6%.
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa adanya pesan tersebut masyarakat atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Adanya peningkatan pengetahuan merupakan indikator keberhasilan pendidikan kesehatan yang diberikan. Pada akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku individu. Dengan kata lain, adanya pendidikan kesehatan dapat membawa perubahan baik dari segi kognitif, sikap, dan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan manusia diperoleh melalui persepsinya terhadap stimulus dengan menggunakan alat indera. Hasil pesepsi berupa informasi akan disimpan dalam sistem memori untuk diolah dan diberikan makna, selanjutnya informasi tersebut digunakan pada saat diperlukan. Seseorang
44
dapat memperoleh pengetahuan dengan mengoptimalkan kemampuan perseptual dan perhatiannya serta mengatur penyimpanan informasi secara tertib. Pengetahuan responden tentang dismenorea diperoleh melalui informasi yang didapat melalui pendidikan kesehatan dan pengalaman. Pendidikan kesehatan yang diterima remaja putri memudahkan mereka untuk memahami dismenorea yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan penanganannya (Notoatmodjo, 2005).
3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Dismenorea Terhadap Pengetahuan Remaja Putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 Hasil penelitian menggunakan uji Mcnemar diperoleh hasil ρ-value = 0,000 (ρ<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea sehingga Ha diterima. Hal ini disebabkan karena pemberian pendidikan kesehatan yang diberikan sebanyak 2 kali dengan metode ceramah dan responden juga mendapatkan leaflet untuk dapat lebih mengerti tentang dismenorea.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Heriani & Irdawati (2010) mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswi tentang dismenorea menyimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan ratarata pengetahuan pre test dan post test setelah diberikan pendidikan kesehatan dimana ρ-value= 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan siswi.
Hal ini juga didukung oleh penelitian Ernawati (2013) mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode small group discussion terhadap pengetahuan tentang dismenorea pada siswi SMPN 1 Dolopo menyatakan dalam penelitiannya yang menggunakan uji Mann Whitney dengan hasil ρ value= 0,01 yang berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau terdapat
45
perbedaan pengetahuan antara kelompok kontrol (tidak diberikan intervensi) dan kelompok intervensi. Ini juga menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan remaja.
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan, pengalaman dan informasi. Informasi bisa didapatkan melalui beberapa cara yang salah satunya dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, atau kelompok masyarakat sendiri (Notoatmodjo, 2007).
Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi pola pikir dan daya cerna seseorang terhadap informasi yang diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula informasi yang dapat diserap dan tingginya informasi yang diserap mempengaruhi tingkat pengetahuan individu, demikian juga sebaliknya (Notoatmodjo, 2007).
Langkah penting dalam pendidikan kesehatan adalah dengan membuat pesan yang disesuaikan dengan sasaran termasuk dalam pemilihan media, intensitasnya dan lamanya penyampaian pesan. Penyampaian informasi dipengaruhi oleh metode dan media yang digunakan yang mana metode dan media penyampaian informasi dapat memberikan efek yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan, metode penyampaian informasi merupakan satu faktor yang mempengaruhi suatu hasil penyampaian informasi secara optimal (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan kesehatan dapat membawa perubahan baik dari segi kognitif, sikap, dan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2007). Faktor–faktor yang memengaruhi suatu proses pendidikan di samping masukan atau input
46
sendiri juga dipengaruhi oleh materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya dan alat-alat bantu atau peraga yang digunakan dalam proses pendidikan. Agar dicapai suatu hasil yang optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan tentang menstruasi, dismenorea, dan cara penanggulangannya akan memberikan kesiapan mental remaja untuk beradaptasi dengan kondisi fisiologis yang sedang mereka
alami. Persiapan mental yang ditunjang
dengan pengetahuan yang baik akan menciptakan kondisi psikis yang mempengaruhi respon remaja terhadap dismenorea tersebut (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Dengan adanya pengetahuan yang baik akan mempengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat tersebut. Apabila tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai sebab-akibat dan resiko menyebabkan adanya usaha pencegahan dan pengobatan yang tidak benar (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa pengetahuan remaja putri meningkat secara bermakna setelah diberikan pendidikan kesehatan yang berarti dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang dismenorea dapat meningkatkan pengetahuan remaja putri yang nantinya berdampak pada sikap/perilaku remaja dalam mengatasi dismenorea yang mereka alami.
C.
Keterbatasan Penelitian 1. Rancangan penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode Quasi eksperimen dalam 1 kelompok (one group pre test-post test design). Metode ini lebih lemah dari true eksperimen karena tidak mempunyai kelompok kontrol sebagai pembanding.
47
2. Jumlah sampel dalam penelitian masih sedikit sehingga belum dapat menggambarkan kondisi secara luas. 3. Responden bekerja sama dalam menjawab pertanyaan baik sebelum dan sesudah
diberikan
pendidikan
pengetahuan bisa terjadi bias.
kesehatan
sehingga
pengukuran
48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara, maka peneliti menarik kesimpulan yaitu : 1. Pengetahuan remaja putri sebelum diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara adalah mayoritas cukup. 2. Pengetahuan remaja putri sesudah diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara adalah mayoritas baik. 3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara.
B. Saran 1. Bagi Siswi/ Remaja Putri Disarankan kepada seluruh siswi agar menambah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya dismenorea dan rajin mengikuti pendidikan kesehatan formal maupun nonformal. 2. Bagi Sekolah SMP Negeri 1 Muara Bagi kepala sekolah agar memfasilitasi sarana untuk konseling kesehatan dan memberdayakan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) serta melakukan kerja sama kepada pihak puskesmas setempat untuk memberikan pendidikan kesehatan ke sekolah minimal 1 bulan sekali. 3. Bagi Pelayanan/ Profesi Keperawatan Tenaga-tenaga medis seperti pegawai puskesmas setempat agar lebih mengembangkan promosi kesehatan terutama bagi remaja tentang
49
kesehatan reproduksi khususnya dismenorea dengan menggunakan metode pendidikan kesehatan yang lebih menarik seperti kuis, diskusi kelompok sehingga dapat lebih meningkatkan pengetahuan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian selanjutnya yaitu tentang pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja putri tetapi dengan desain penelitian yang berbeda yaitu menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Penelitian lebih lanjut juga diharapkan dapat memperluas populasi atau menambah jumlah sampel penelitian.
LEMBAR PERSETUJUAN Yang bertanda tangan dibawah ini saya : Nama : Umur : Alamat : Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2015”. Adapun bentuk kesediaan saya ini adalah bersedia untuk dikur tingkat pengetahuan
tentang dismenorea sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan. Keikutsertaan saya ini sukarela tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Medan,
Mei 2015
Mengetahui Peneliti
Yang Membuat
Pernyataan
(Risky Manalu)
(
)
KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DI SMPN. 1 MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2015 Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pengetahuan remaja putri tentang dismenorea atau lebih dikenal dengan nyeri saat menstruasi di SMP N.1 Muara. Hasil penelitian ini akan dipergunakan sebagai informasi dan konseling secara menyeluruh mengenai dismenorea/ nyeri saat menstruasi.
PETUNJUK PENGISIAN : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan (√ ) pada jawaban yang dianggap benar dan jawaban hanya berisikan “ Benar dan Salah”. A. Identitas INISIAL
:
NO. RESPONDEN
:
UMUR
:
KELAS
:
B. Daftar Pertanyaan No. Daftar pertanyaan 1. Nyeri haid disebut juga dismenorea
2.
Nyeri haid adalah nyeri kram (tegang) di bagian perut yang berasal dari rahim menjelang menstruasi dan selama menstruasi.
Pilihan Jawaban Benar Tidak
3.
Nyeri haid terbagi 2 yaitu nyeri haid primer dan sekunder.
4.
Nyeri haid primer adalah nyeri haid tanpa kelainan alat genitalia yang nyata
5.
Nyeri haid sekunder adalah nyeri yang dikaitkan dengan penyakit pada alat genitalia
6.
Nyeri haid seperti : rasa sakit datang secara tidak teratur dan kram di bagian bawah perut yang biasanya menyebar ke bagian belakang, kaki, pangkal paha dan bagian luar alat kelamin perempuan Gejala awal dari nyeri haid adalah nyeri disekitar bagian perut bagian bawah disertai sakit kepala, mual dan muntah, sakit kepala dan diare. Ketika nyeri haid dapat menimbulkan perubahan perilaku seperti kegelisahan, depresi, sensitif, lekas marah, gangguan tidur, kelelahan dan lemah. Wanita yang secara emosional tidak stabil/ stres akan mudah mengalami nyeri saat menstruasi
7.
8.
9. 10.
Nyeri haid dapat diatasi dengan dua cara yaitu dengan obat-obatan dan non obat-obatan
11.
Penanganan nyeri haid dapat diatasi dengan olahraga teratur dan mengkonsumsi makanan sehat
12.
Minum obat penghilang rasa sakit seperti antalgin dapat mengurangi nyeri haid.
13.
Bila rasa sakit sangat berat dan sampai pingsan dianjurkan pergi ke dokter untuk memeriksakan diri.
14.
Salah satu cara mengurangi nyeri haid melakukan kompres hangat
15.
Melakukan teknik tarik nafas dalam secara perlahanlahan untuk relaksasi dapat menurunkan nyeri haid
dengan
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) NYERI HAID (DISMENOREA)
Pokok Bahasan
: Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita
Topik
: Nyeri Haid (Dismenorea)
Sasaran
: Remaja Putri di SMPN.1 Muara Kabupaten Tapanuli
Utara Waktu
: 09.00 WIB- selesai
Tempat
: Ruangan kelas
I. Latar Belakang Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan (Keikos, 2007). Walaupun menstruasi datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid berlangsung (Blogdokter, 2007).
Salah satu ketidaknyaman fisik saat menstruasi yaitu dismenorea. Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Dismenorea dapat disertai dengan rasa mual, muntah, diare, dan kram. Keadaan ini muncul cukup hebat sehingga menyebabkan penderita mengalami “ kelumpuhan” aktivitas untuk sementara.
Dismenorea banyak dialami oleh wanita. Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 60 % dan di Swedia sekitar 72 %. Bahkan diperkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenorea (Calis, 2011). Di Pakistan diperkirakan 57% pelajar yang mengalami dismenorea mempunyai efek terhadap pendidikan mereka (Tariq, 2009). Di Indonesia angka kejadian dismenorea tahun 2010 sebesar 64,25 % yang terdiri dari 54,89 % dismenorea primer dan 9,36 % dismenorea sekunder (Info sehat, 2011).
II. Tujuan Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan remaja putri dapat memahami dan mengetahui tentang nyeri haid yang sering dialami wanita saat menstruasi.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini remaja putri dapat menjelaskan kembali : 1. Pengertian tentang nyeri haid 2. Penyebab nyeri haid 3. Klasifikasi nyeri haid 4. Tanda dan gejala nyeri haid 5. Cara penanganan nyeri haid
III. Sub Topik 1. Pengertian tentang nyeri haid 2. Penyebab nyeri haid 3. Klasifikasi nyeri haid 4. Tanda dan gejala nyeri haid 5. Cara penanganan nyeri haid
IV. Metode 1. Ceramah 2. Tanya jawab/ diskusi
V. Media 1. Leaflet 2. Power point
VI. Matriks Kegiatan No
Waktu
1.
3 menit
2.
10 menit
3.
4.
5 menit
2 menit
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan peserta
Pembukaan : • Menjawab salam • Memberi salam • Mendengarkan dan • Menjelaskan tujuan pembelajaran. memperhatikan • Menyebutkan materi / pokok bahasan yang akan disampaikan Pelaksanaan : Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur. Materi : 1. Pengertian tentang nyeri haid • Menyimak dan 2. Penyebab nyeri haid memperhatikan 3. Klasifikasi nyeri haid 4. Tanda dan gejala nyeri haid 5. Cara penanganan nyeri haid Evaluasi : Meminta kepada remaja putri untuk menjelaskan atau menyebutkan kembali tentang: 1. Pengertian tentang nyeri haid 2. Penyebab nyeri haid 3. Klasifikasi nyeri haid 4. Tanda dan gejala nyeri haid 5. Cara penanganan nyeri haid Penutup : Mengucapkan terima kasih dan mengucapkan salam. Medan,
• Bertanya dan menjawab pertanyaan.
Menjawab salam
Mei 2015
Narasumber
Risky Juniati Manalu
LAMPIRAN MATERI NYERI HAID PADA WANITA (DISMENOREA) 1. Defenisi Nyeri haid atau dismenorea didefinisikan sebagai nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan sehari-harinya untuk beberapa jam atau beberapa hari. Nyeri yang dirasakan selama haid adalah normal namun apabila berlebihan maka hal ini merupakan masalah. Terutama apabila nyeri ini sampai membatasai/ mengganggu aktivitas sehari-hari atau sampai selalu membutuhkan obat penghilang rasa sakit.
2. Klasifikasi Nyeri haid dapat diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologis : a. Dismenorea primer yaitu dismenorea yang terjadi tanpa disertai adanya kelainan ginekologis. Pada wanita yang secara emosional. Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, nyeri haid primer mudah terjadi. faktor lain yang me
LAMPIRAN MATERI DISMENOREA ( NYERI HAID) A. Pengertian Ada beberapa pendapat tentang pengertian dismenorea, antara lain: 1. Menurut Surtiretna (2001), dismenorea adalah rasa sakit yang menyerupai kejang, terasa di perut bagian bawah, dan biasanya dimulai 24 jam sebelum haid, dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. 2. Menurut Dianawati (2003), dismenorea merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut dan terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi. 3. Menurut Ramaiah (2006), dismenorea adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum dan selama menstruasi. 4. Menurut Prawirohardjo (2007), dismenorea atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual. 5. MIMS Petunjuk Konsultasi (2007/2008) mengatakan bahwa dismenorea adalah rasa nyeri yang timbul menjelang dan selama menstruasi, ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah. Gejala ini disebabkan karena tingginya produksi hormon Prostaglandin. Dismenorea merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. 6. Menurut Proverawati & Misaroh (2009), dismenorea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari. Istilah Dismenorea (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang artinya flow (aliran). Jadi dismenorea adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi. Dari beberapa pendapat mengenai dismenorea, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dismenorea atau nyeri haid adalah rasa nyeri yang timbul
menjelang dan selama menstruasi yang dapat menggangggu aktivitas seharihari, ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah. Gejala ini disebabkan karena tingginya produksi hormon Prostaglandin. B. Klasifikasi dan Etiologi 1. Dismenorea Primer Dismenorea primer (disebut juga dismenorea idiopatik, esensial, intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan (Proverawati & Misaroh, 2009). Dismenorea primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan (Wijayanti, 2009). Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulanbulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatuar yang tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri tidak timbul lama sebelumnya atau bersama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari (Prawirohardjo, 2006). Dismenorea primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah seorang gadis mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel telur mulai matang setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut ovulasi. Dismenorea tidak ada pada siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenorea primer jarang terjadi setalah usia 20 tahun (Ramaiah, 2006). Menurut Prawirohardjo (2006), ada beberapa faktor peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain;
a. Faktor kejiwaan Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea. b. Faktor kostitusi Faktor ini erat hubungannya dengan faktor di atas karena dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, misalnya anemia, penyakit menahun, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea. c. Faktor obstruksi kanalis servikalis Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer adalah stenosis canalis servikalis. d. Faktor alergi Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migrane atau asam bronkhiale, bahwa sebab alergi adalah toksi haid. 2. Dismenorea Sekunder Dismenorea sekunder (disebut juga sebagai dismenorea ekstrinsik, acquired) adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik,
misalnya
endometriosis
(sebagian
besar),
fibroids,
adenomyosis. Terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami Dismenore (Proverawati dkk, 2009).
Dismenorea sekunder merupakan nyeri yang disebabkan oleh kelainan ginekologi seperti salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis uteri dan lain-lain (Prawirohardjo, 2006).
Dismenorea sekunder biasanya didapati pada wanita berusia diatas 20 tahun meskipun dalam beberapa kasus bisa mulai tampak pada usia kurang dari 20 tahun (Ramaiah, 2004).
C. Tanda dan Gejala Gejala dismenorea yang paling umum adalah nyeri mirip kram dibagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainnya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing dan rasa kembung atau perut terasa penuh. Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa berlangsung beberapa hari (Ramaiah, 2004).
Dismenorea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Walaupun frekuensi dismenorea cukup tinggi dan lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dan memuaskan. Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari (Prawirohardjo, 2006).
D. Penanganan 1.
Penerangan dan nasihat Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna.
2.
Pemberian obat analgesik Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaannya. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi Aspirin, Fenasetin, dan Kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain Novalgin, Ponstan, Acep-aminopen dan sebagainya.
3.
Terapi hormonal Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan ini dismenorea primer atau tidak untuk memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
4.
Terapi dengan obat nosteroid anti prostaglandin Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai, 1-3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid. Dilatasi canalis servikalis Dapat memberikan keringanan karena kemudahan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya.
5. Kompres dengan botol dingin (hangat tepat pada bagian yang terasa kram (bisa di perut atau pinggang bagian belakang). 6. Minum-minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi. 7. Menghindari minum-minuman yang beralkohol, kopi dan es krim. 8. Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit. 9. Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah. 10. Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi. 11. Obat-obatan yang digunakan harus atas pengawasan dokter. Boleh minum analgetik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual di toko obat, asal dosisnya tidak lebih dari 3 kali sehari. 12. Olahraga yang teratur
Master Data Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Umr
13 14 12 13 13 14 13 14 14 13 14 12 14 14 13 13 13 14 14 13 13 14 14 14 12 15 14
Pretest P 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0
P 2 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
P 3 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0
P 4 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
P 5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
P 6 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0
P 7 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0
P 8 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
P P 9 10 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1
Jlh1 P 11 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
P 12 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
P 13 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
P 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1
P 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0
11 5 5 8 5 6 4 10 5 6 8 6 3 5 7 6 13 12 5 7 10 11 7 8 7 4 7
Jlhk1
1 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 1 2 2 1 1 3 2 2 1 2 2 2 3 2
Posttest P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
P 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
P 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
P 4 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1
P 5 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1
P 6 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
P 7 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
P 8 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
P P 9 10 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
P 11 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
P 12 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
P 13 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
P 14 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
P 15 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
Jlh 2
Jlhk2
13 5 10 13 9 11 5 13 11 9 13 12 10 14 11 12 15 13 12 13 15 15 12 10 `15 9 15
1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
13 15 14 12 14 13 14 14 13 14 15 14 14 15 14 14 15 14 14 13 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 6 8 4 6 7 3 5 7 4 8 4 6 5 4 6 6 7 5 6 5
3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0
11 12 10 11 11 10 8 9 13 11 13 11 13 9 13 13 10 9 11 13 9
1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2
49
13
1 1 1 0 0 1 0 1 0
0
1
0
1
0
0
7
2
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1
1
1
1
1
15
1
Keterangan : 1. Umr : umur responden 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun 2. P1-P15 : Pertanyaan kuisioner 0= salah 1 = benar
3. Jlh1 : jumlah skor pretest 4. Jlhk1 : kategori skor pretest 1. Kurang 2. Cukup 3. Baik 4. Jlh2 : jumlah skor postest
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0
1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
5. Jlhk2 : kategori skor postest 1. kurang 2. cukup 3. baik
2. Distribusi Frekuensi Data Penelitian Umur Responden Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid 12
4
8.2
8.2
8.2
13
15
30.6
30.6
38.8
14
24
49.0
49.0
87.8
15
6
12.2
12.2
100.0
49
100.0
100.0
Total
Statistics pengetahuan sebelum pendidikan kesehatan N
Valid Missing
pengetahuan setelah pendidikan kesehatan
49
49
0
0
Frequency Table Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid baik
4
8.2
8.2
8.2
cukup
26
53.1
53.1
61.2
kurang
19
38.8
38.8
100.0
Total
49
100.0
100.0
Pengetahuan Setelah Pendidikan Kesehatan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid baik
33
67.3
67.3
67.3
cukup
14
28.6
28.6
95.9
kurang
2
4.1
4.1
100.0
31
Pengetahuan Setelah Pendidikan Kesehatan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid baik
33
67.3
67.3
67.3
cukup
14
28.6
28.6
95.9
kurang
2
4.1
4.1
100.0
49
100.0
100.0
Total
3. Crosstabs dan Uji Statistik Case Processing Summary Cases Valid N pengetahuan sebelum pendidikan kesehatan * pengetahuan setelah pendidikan kesehatan
Percent
Missing N
49 100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 49 100.0%
Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan * Pengetahuan Setelah Pendidikan Kesehatan Crosstabulation pengetahuan setelah pendidikan kesehatan baik pengetahuan sebelum pendidikan kesehatan
baik
Count
Total
0
0
4
8.2%
.0%
.0%
8.2%
20
6
0
26
40.8%
12.2%
.0%
53.1%
9
8
2
19
% of Total Count
18.4% 33
16.3% 14
4.1% 2
38.8% 49
% of Total
67.3%
28.6%
4.1% 100.0%
Count % of Total
kurang Count Total
kurang
4
% of Total cukup
cukup
Chi-Square Tests Value McNemar-Bowker Test N of Valid Cases
37.000 49
Asymp. Sig. (2-sided)
df 3
.000
Klasifikasi / jenis nyeri haid
“Cara mengurangi nyeri haid ”
1. FARMAKOLOGI
1. Nyeri haid primer
Nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat genital yang nyata.
Pemberian obat penghilang rasa sakit/ nyeri seperti: analgetik, aspirin, dll. (harus dengan anjuran dokter).
2. NON FARMAKOLOGI Perbanyak minum air putih
NYERI HAID (DISMENOREA)
2. Nyeri haid sekunder
Nyeri haid yang dijumpai dengan adanya kelainan pada alat-alat genital yang nyata dan penyakit yang menyertai seperti : mioma, endometriasis, dll.
Kurangi minum kopi karena kopi akan memperparah kram dan membuat tubuh tidak nyaman. Kompres bagian yang nyeri dengan air hangat, kompres tersebut dapat melemaskan otot yang kaku sekaligus memberi rasa nyaman pada tubuh Lakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri.
Olahraga secara teratur dan makan makanan yang bergizi
DISUSUN OLEH: RISKY JUNIATI MANALU Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Apa sih NYERI HAID itu?
Dismenorea (nyeri haid) merupakan gejala yang timbul menjelang dan selama mentruasi ditandai dengan gejala kram pada perut bagian bawah.
Penyebabnya apa saja?
Tanda dan gejala apa saja?
Nyeri perut atau kram pada perut bagian bawah
Payudara terasa kencang dan sakit saat terkena baju
Punggung dan pinggang terasa pegal dan nyeri
Biasanya disebabkan karena otot rahim berkontraksi dalam upaya meluruhkan lapisan dinding rahim, rasa nyeri (kram) umumnya juga turut menyertai.
Sakit kepala
AKIBAT NYERI HAID apa saja?
Gampang emosi (sensitif)
Gelisah, mau tiduran salah....tengkurap pun salah
Malas beraktivitas karena nyeri yang mengganggu
Kurang percaya diri dan meringis/menangis menahan sakit
LEMBAR DOKUMENTASI