PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN NUTRISI IBU LAKTASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH MALIKATUL MA’MUNAH NIM: 1111104000058
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2015 M
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Undergraduate Thesis, October 2015 Malikatul Ma’munah, NIM : 1111104000058 The Effect of Health Education by using Booklet on Knowledge of Nutrition For Lactation Mother in Job Region of East Ciputat Local Clinic xvi + 89 pages + 14 tables + 4 schemes + 1 image + 7 attachments ABSTRACT Nutrition which is consumed by lactation mother is important for composition in producing ASI. The adequate nutrition can be produced through the balance of diet. But, there are some factors which affect the balance of mother’s diet formation, such as knowledge. A good acknowledgement is able to create a good behavior slowly. Therefore, health education as the effort to improve knowledge. The effectiveness of education election is neccessary to reach the maximum goal. Health education that was delivered by using booklet significantly can improve the knowledge. To know the effect of health education by using booklet on knowledge of nutrition for lactation mother is the purpose of this research. This quasy eksperiment research was used pretest and post-test with control group design method that had been research through lactation mother in job region of East Ciputat local clinic with 30 respondens of lactation mother. In statistic counting, the result of Wilcoxon test was showed the significant of knowledge improvement between pre and post intervention in intervention group (p=0.0005). Whereas the result of Mann Whitney test was showed the significant difference between intervention and control group (p=0.001). Finally, it can be conclude that health education that was delivered by using booklet as a medium can affect positively and significantly on improving the knowledge of lactation mother nutrition. Key words
: Knowledge, Health Education, Booklet, Nutrition.
References
: 89 references
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Oktober 2015 Malikatul Ma’munah, NIM : 1111104000058 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Terhadap Pengetahuan Ibu Laktasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur xvi + 89 halaman + 14 tabel + 4 bagan + 1 gambar + 7 lampiran ABSTRAK Nutrisi yang dikonsumsi ibu sangat penting berfungsi sebagai komposisi dalam produksi ASI. Asupan nutrisi yang cukup didapat dari pola makan ibu yang seimbang. Namun, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan ibu yang seimbang, diantaranya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang baik perlahan-lahan akan membentuk perilaku yang positif. Maka upaya untuk meningkatkan pengetahuan adalah melalui pendidikan kesehatan. Pemilihan pendidikan yang efektif diperlukan untuk mencapai tujuan yang maksimal. Pendidikan kesehatan yang disampaikan menggunakan booklet dapat meningkatkan pengetahuan yang signifikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan booklet terhadap pengetahuan ibu laktasi di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur. Penelitian quasy eksperiment ini menggunakan metode pre-test and post-test with control group design yang dilakukan pada ibu-ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur dengan responden 30 ibu menyusui. Pada perhitungan statistik, hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan setelah intervensi pada kelompok intervensi (p=0.0005). Sedangkan hasil uji Mann Whitney juga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0.001). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan yang disampaikan dengan media booklet dapat berpengaruh positif signifikan meningkatkan pengetahuan nutrisi ibu menyusui. Kata kunci
: Pengetahuan, Pendidikan Kesehatan, Booklet, Nutrisi
Referensi
: 89 referensi
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
: Malikatul Ma’munah
Nama
Tempat, Tanggal lahir : Pati, 26 April 1993 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Ds. Sambilawang RT 03 RW 03 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati, Jawa Tengah 59153
Nomor HP
: +6289667996996
E-mail
:
[email protected]
Fakultas/Jurusan
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
TK. Raudlatul Ulum Guyangan Pati MI. Raudlatul Ulum Guyangan Pati MDPTs. Raudlatul Ulum Guyangan Pati MTs. Raudlatul Ulum Guyangan Pati MA. Raudlatul Ulum Guyangan Pati UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (S1) Darus Sunnah International Institute For Hadith Sciences Jakarta (S1) ORGANISASI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
OSIS BEM IK CSS MoRA (Staf ahli Depkominfo) CSS MoRA (LSO Majalah Denta) LSO Majalah SANTRI CSS MoRA Nasional IMDAR (Ikatan Mahasatri Darus Sunnah) LSO Majalah NABAWI Darus Sunnah
viii
Lulus tahun 1998 Lulus tahun 2004 Lulus tahun 2005 Lulus tahun 2008 Lulus tahun 2011 2011 – sekarang 2012 – sekarang
2008-2010 2011-2012 2011-2012 2012-2015 2013-2015 2012-2015 2013-2015
KATA PENGANTAR Selaksa embun pagi yang menyandang rerumputan, menetes dari pucuk dedaunan, terasa sejuk, sesejuk hari ini yang masih diberi kesempatan oleh Allah swt. untuk senantiasa mengucapkan hamdan wa syukran lillah, puji dan syukur selamanya tersanjungkan kepada_Nya ‘Azza wa Jalla, Dzat Maha Kasih yang tak pernah dan tak akan pernah pilih kasih. Atas ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Pengaruh pendidikan kesehatan dengan booklet terhadap pengetahuan nutrisi ibu laktasi di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur”. Shalawat teriring salam tak luput untuk selalu kami hadiahkan kepada kekasih yang terpilih, Rasulullah Muhammad saw. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada PSIK UIN Syarif Hidayatullah dan sebagai sarana belajar berfikir kritis dan metodologis untuk penulis. Berbekal tawakkal dan ilmu yang teramat dangkal, penulis berusaha merangkai kata demi kata, berjalan setapak demi setapak untuk menyusun skripsi ini, namun tentulah masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengapresiasi jika ada komentar dan masukan untuk tulisan ini. Penulis memiliki harapan yang sangat besar semoga secercah tulisah ini memberikan manfaat bagi pembaca, sebagaimana kata hikmah berikut : و صاحب الخط تحت األرض مدفون# الخط يبقى زمانا بعد موت صاحبه “Sebuah tulisan akan dapat dinikmati sepanjang zaman, meskipun sang penulisnya telah lapuk oleh tanah”. Pada akhirnya, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mengarahkan, dan mendukung selama penyusunan skripsi ini. Kerangka bunga terima kasih ini penulis haturkan kepada: 1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ns. Kustati Budi Lestari, M. Kep., Sp. Kep. An. dan Ns. Yenita Agus, M.Kep.,Sp.Mat.,PhD selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dengan sabar dan ikhlas dan mendukung penulis selama proses pembuatan skripsi ini.
ix
4. Ns. Puspita Palupi, S.Kep., Sp.Kep. Mat. selaku dosen penguji skripsi, terima kasih saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. 5. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberi arahan, semangat, dan motivasi dari awal perkuliahan sampai saat ini. 6. Segenap staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta perpustakaan yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi. 8. Staff karyawan puskesmas Ciputat Timur yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian. 9. Ayahanda Musmari dan Ibunda Duryati tercinta, sejauh manapun kaki ini melangkah, dimanapun raga ini akan berpijak, setinggi apapun cita-cita yang akan tercapai, semua itu tidak terlepas dari doa dan keikhlasan kedua orangtuaku ini. Ridla Allah telah menunggu kalian di surga firdaus kelak. 10. Adik-adikku tersayang Ahmad Faqih dan Abdullah Mujab, meskipun kakakmu ini belum bisa menjadi uswatun hasanah untuk kalian, tetaplah semangat dalam belajar dan lakukan hal yang luar biasa jika kalian ingin menjadi orang yang luar biasa. 11. Kementerian Agama yang telah memberikan beasiswa penuh, sehingga mengantarkan penulis sampai pada gerbang akhir pendidikan akademik di perguruan tinggi. 12. Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA dan segenap dosen Darus Sunnah International Institute For Hadith Sciences serta guru-guru kami di Raudlatul Ulum Pati yang telah membekali penulis dengan segudang ilmu dan nilai-nilai akhlak. 13. Sahabat-sahabatku PSIK 2011, CSS MoRA UIN Jakarta, Al-Aqsha Darus Sunnah, Ikamaru Jakarta dan Sekitarnya, PMII Komfakes. Kita berjalan berdampingan, bersama mengaruhi hiruk pikuk kehidupan di bumi hijrah ini. Saling menginspirasi, saling menghibur, saling mendukung, dan setiap canda tawa maupun tangis yang semakin mempererat tali persaudaraan kita. Serta semua pihak yang telah memberikan kontribusi baik riil dan materi, terima kasih yang sebesar-besarnya. Ciputat, Oktober 2015 Malikatul Ma’munah
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................i Pernyataan Keaslian Karya............................................................................................ii Abstract........................................................................................................................iii Abstrak..........................................................................................................................iv Pernyataan Persetujuan..................................................................................................v Lembar Pengesahan......................................................................................................vi Daftar Riwayat Hidup................................................................................................viii Kata Pengantar..............................................................................................................ix Daftar Isi.......................................................................................................................xi Daftar Tabel................................................................................................................xiii Daftar Bagan...............................................................................................................xiv Daftar Gambar.............................................................................................................xv Daftar Lampiran.........................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1 A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang..........................................................................................1 Rumusan Masalah....................................................................................8 Pertanyaan Penelitian...............................................................................9 Tujuan Penelitian....................................................................................10 Manfaat Penelitian..................................................................................10 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................13 A. B. C. D. E.
Air Susu Ibu (ASI) dan Kandungan Gizi...............................................13 Menyusui/ Laktasi..................................................................................27 Nutrisi Ibu Menyusui..............................................................................29 Pengetahuan............................................................................................32 Pendidikan kesehatan.............................................................................36
xi
F. Penelitian Terkait....................................................................................47 G. Kerangka Teori penelitian......................................................................50 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS...............................................................................................51 A. Kerangka konsep...................................................................................51 B. Hipotetsis...............................................................................................53 C. Definisi Operasional..............................................................................54 BAB IV METODE PENELITIAN.........................................................................56 A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K.
Rancangan Penelitian...........................................................................56 Populasi, Sampel, dan Sampling..........................................................57 Tempat Penelitian.................................................................................58 Waktu Penelitian..................................................................................58 Instrumen Penelitian.............................................................................58 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.........................................................59 Prosedur Pengumpulan Data................................................................60 Prosedur Intervensi...............................................................................60 Pengolahan Data...................................................................................61 Metode Analisis Data...........................................................................62 Etika Penelitian....................................................................................63
BAB V HASIL PENELITIAN................................................................................66 A. Analisis Univariat................................................................................66 B. Analisis Bivariat...................................................................................71 BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................74 A. Karakteristik Responden......................................................................74 B. Pengetahuan Responden.......................................................................77 C. Keterbatasan Responden......................................................................86 BAB VII PENUTUP................................................................................................87 A. Kesimpulan..........................................................................................87 B. Saran.....................................................................................................88 Daftar Pustaka...........................................................................................................90 Lampiran
xii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1.
Komposisi protein, karbohidrat, dan lemak ASI menurut stadium laktasi
Tabel 2.2.
Pembagian porsi menu makanan sehari untuk ibu menyusui (2200 kkal)
Tabel 2.3.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan selama menyusui antara wanita Amerika dan wanita Indonesia
Tabel 2.4.
Keterangan Domain Persepsi
Tabel 3.1.
Definisi Operasional
Tabel 4.1.
Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Menyusui
Tabel 5.1.
Usia Responden Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.2.
Tingkat Pendidikan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.3.
Pekerjaan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.4.
Rata-rata Penghasilan Kepala Keluarga pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.5.
Gambaran Rata-Rata Skor Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.6.
Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.7.
Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 5.8.
Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden Saat Post-Test Pada Kedua Kelompok
xiii
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1. Keterangan konsep teori Health Belief Model Bagan 2.2. Kerangka Teori Penelitian Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Bagan 4.1. Bentuk Rancangan Penelitian
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1.
Anatomi kelenjar mammae
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Dokumen Perizinan
Lampiran 2.
Kuesioner Penelitian
Lampiran 3.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4.
Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 5.
Media Booklet
Lampiran 5.
Rekapitulasi Skor Pengetahuan Responden
Lampiran 6.
Analisis Univariat
Lampiran 7.
Analisis Bivariat
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Prosentase bayi di Amerika Serikat yang mulai diberikan ASI (Air Susu Ibu) meningkat menjadi 77%. Data tersebut didapatkan antara tahun 2000 dan 2010, angka bayi yang diberi ASI sampai usia enam bulan naik dari 35 % menjadi 49 % dan diberi ASI sampai usia 12 bulan naik dari 16 % menjadi 28 % selama periode waktu tersebut (CDC & ISN 2013). Kondisi ini tidak lepas dari keefektifan promosi kesehatan tentang pentingnya ASI. Hambatan yang menyebabkan tidak efektifnya promosi ASI adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI dan maraknya promosi susu formula (Kebijakan Gerakan Sadar Gizi RI, 2012). The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) pada tahun 2007 memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada satu jam pertama kelahiran. Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapatkan zat gizi yang penting dan mereka terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya (Paramita,2011). Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan pemberian ASI kurang dari satu jam meningkat menjadi 34,5 % dari 29,3 % pada tahun 2010. Angka tertinggi di Nusa Tenggara Barat, yaitu 52,9 % dan terendah di Papua Barat, yaitu 21,7 %. Namun, angka ini masih dibawah target pencapaian oleh UNICEF yaitu 80 %. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk memperbaiki pemberian ASI.
1
2
Menurut hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002 – 2012 di atas menunjukkan angka kematian balita, bayi, dan neonatus di Indonesia cenderung menurun. Pada tahun 2012, Angka Kematian Balita sebesar 32/1000 kelahiran hidup, bayi 23/1000 kelahiran hidup, dan neonatus 14/1000 kelahiran hidup. Dari jumlah total 146.739 kematian, 52 % terjadi di 5 propinsi, yaitu Jawa Barat 16%, Jawa Tengah 12%, Jawa Timur 11%, Sumatera Utara 8%, dan Banten 5%. Sedangkan 48 % lainnya terjadi di 28 propinsi seperti Aceh 3%, NTB 4%, NTT 3%, Sumatera Selatan 3%, dan sebagainya(Direktorat Jederal GIKIA 2002-2012). Angka kematian bayi di provinsi Banten pada tahun 2013 adalah 29,5/1000 kelahiran hidup. Angka ini menurun dari tahun 2010 dimana angka kematian bayi mencapai 34,2/1000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian ini dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh instansi terkait, salah satunya adalah kegiatan promosi kesehatan (Dinkes Provinsi
Banten
tahun
2010-2011).
Walaupun
pencapaian
telah
menggembirakan, tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi
dari
Thailand
(Laporan
Perkembangan
Pencapaian
Tujuan
Pembangunan Milenium Indonesia, 2010). Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik untuk bayi selama 6 bulan pertama. Bukti ilmiah menyatakan bahwa manfaat ASI bagi daya tahan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan bayi. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama
3
kehidupannya. Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi. Pemberian ASI eksklusif ini artinya bayi tidak diberikan makanan atau minuman selain ASI. Sedangkan, pemberian cairan tambahan akan meningkatkan risiko terkena penyakit. Melihat pentingnya ASI ini, maka perlu memperhatikan bagaimana produksi ASI yang berkualitas (Yuliarti, 2010). Selain dari segi ilmu kesehatan, Islam telah menganjurkan kepada ibuibu yang memiliki bayi untuk disusui dengan ASI. Hal ini telah tersurat dalam al-qur’an :
Artinya: ―Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan‖ (QS. AlBaqarah : 233) Sejak zaman dulu, ketika nabi Musa dilahirkan juga sudah ada anjuran untuk menyusui, Sebagaimana Firman Allah :
Artinya: ―Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; Susuilah Dia‖. (QS. AlQashash: 7) Ayat tersebut secara implisit bahwa nabi Musa disusui karena adanya ilham atau potensi naluri instingtif yang Allah swt. berikan kepada ibu beliau. Demikian perintah menyusui anak dengan ASI, bahwasannya ajaran islam
sangat
menekankan
pentingnya
(Perpustakaan Nasional RI, 2009).
pemberian
ASI bagi
anak
4
Keberhasilan pemberian ASI dipengaruhi oleh kondisi semasa hamil dan masa menyusui. Status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Zat-zat gizi yang dikonsumsi oleh ibu hamil berfungsi sebagai zat makanan bagi janin dan sebagai komposisi dalam memenuhi kebutuhan produksi ASI (Proverawati, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian Maga et al. (2013), Empat variabel determinan yang secara signifikan (p < 0,05) menentukan produksi ASI, yaitu status gizi, perawatan payudara, konseling laktasi, dan kemampuan bayi menyusu. Hubungan antara status gizi selama kehamilan dengan produksi ASI (p = 0,018) dengan besar kontribusi (phi =1,42 %). Uji multivariat dengan uji regresi logistik dengan nilai β=1,107, p=0,009 dgn besar resiko β=3,026, artinya apabila ibu hamil mengalami status gizi kurang akan memungkinkan terjadinya produksi ASI berkurang secara signifikan dengan besar resiko 3,026 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami status gizi kurang. Faktor nutrisi ibu selama hamil dan menyusui, menu makanan yang tidak seimbang dan mengkonsumsi makanan yang kurang teratur akan mempengaruhi produksi ASI. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Wulansari (2009) dan Sariati (2013) bahwa status nutrisi ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuna & Abidin (2013) di Kabupaten Pidie Jaya dengan sampel 55 ibu menyusui menunjukkan bahwa mayoritas pola makan ibu menyusui berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak 31 responden (56,4 %), berdasarkan pengetahuan berada pada kateori rendah, yaitu sebanyak 36
5
responden (65,5 %), berdasarkan sosial budaya mayoritas pada kategori negatif, yaitu sebanyak 34 responden (61,8 %), berdasarkan status gizi mayoritas pada kategori gizi kurang, yaitu sebanyak 28 responden (50,9 %). Nutrisi ibu menyusui tergantung bagaimana pola makan ibu. Pola makan merupakan bentuk perilaku. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi terbentuknya perilaku manusia adalah pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian basar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Perilaku kesehatan dipengaruhi pula oleh pengetahuan sebagai faktor predisposisi (Notoatmodjo, 2007) Faktor
sosial,
ketidakmampuan
ekonomi,
dan
budaya
juga
mempengaruhi status gizi ibu. Kebiasaan tidak makan ikan pada daerah tertentu terjadi karena selain mahal harganya, rasa amis yang dirasa dapat mengganggu nafsu makan, bahkan mereka memiliki kepercayaan jika balita makan daging atau ikan, akan menyebabkan cacingan. Kebiasaan masyarakat yang menyukai sayuran yang dimasak sampai matang sekali karena anggapan bila sayuran yang dimasak belum empuk berarti belum matang sehingga mereka tidak mau memakannya. Ketidakmauan dan ketidaktahuan inilah yang kemudian membuat pola makan ibu kurang memenuhi zat gizi yang seimbang (Noorkasiani, 2009). Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tujuh ibu menyusui di puskesmas Ciputat Timur menunjukkan pengetahuan mereka
6
tentang nutrisi bagi ibu menyusui masih kurang. Diantaranya mengatakan bahwa tidak mengetahui betul komponen nutrisi apa saja dan seberapa banyak yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhannya, tidak mengetahui manfaat pengaturan nutrisi untuk ibu menyusui, tidak mengetahui bahwa nutrisi mempengaruhi produksi ASI, dan masih ada yang menganggap bahwa ibu menyusui pantang terhadap makan makanan tertentu, serta tidak mengetahui dampak bagi ibu dan bayi jika nutrisi yang dikonsumsi ibu kurang. Jika masalah ini tidak ditangani maka akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan ibu dan bayi. Dampak jika bayi tidak mendapatkan ASI dengan optimal akan mudah jatuh sakit karena antibodi di dalam tubuh bayi belum terbentuk dengan sempurna. Bayi akan menunjukkan tanda dehidrasi, seperti buang air kecil kurang dari 6 kali, warna urinnya keruh kecoklatan, bayi rewel luar biasa, tidak keluar air mata saat menangis, turgor kulit tidak elastis, pola pertumbuhan berat badan dan tinggi badan turun drastis atau stagnan, bayi kurang aktif, dan terlihat tidak sehat (Yuliawati, 2013). ASI mengandung komposisi nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi sesuai dengan tahap perkembangannya. Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik. ASI melindungi bayi dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah. Sehingga akan mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2012; Sudarma, 2008) Usaha pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan individu adalah dengan pendidikan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Haroon et al.
7
(2013) memperlihatkan bahwa pendidikan kesehatan mengenai menyusui dan/atau dukungan menyusui rata-rata dapat meningkatkan angka pemberian ASI dan menurunkan angka tidak menyusui pada saat lahir, <1 bulan, dan 1-5 bulan. Pendidikan kesehatan yang komprehensif sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu menjelang periode menyusui. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurbaeti dan Lestari (2013), bahwa penyuluhan kesehatan tentang menyusui yang komprehensif
secara
signifikan
(p=0,001)
efektif
meningkatkan
keberhasilan pemberian ASI pada ibu postpartum sebesar 93 %, karena ratarata pengetahuan ibu meningkat setelah diberi pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat menggunakan berbagai media, salah satunya adalah menggunakan booklet. Hasil penelitian oleh Rahayu (2014), pretest menunjukan mean pengetahuan kelompok eksperimen sebesar 32,92, setelah penyuluhan meningkat sebesar 81,46, pada kelompok kontrol mean pretest yang didapat sebesar 31,25 dan post test sebesar 31,88. Sedangkan dalam tes tindakan mean kelompok eksperimen sebesar 49,17 setelah dilakukan penyuluhan meningkat menjadi 91,33, dari kelompok kontrol mean dari pre-test tindakan sebesar 49,54 dan post test tindakan kedua sebesar 53,50. Bahwa terjadi peningkatan pada kelompok eksperimen baik pada pengetahuan dan tindakan setelah diberikan penyuluhan menggunakan media booklet. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Mintarsih (2007); Farudin (2011); Yulianti (2013); dan Srimiyati (2014) membuktikan apabila penyuluhan
dengan
menggunakan
booklet
pengetahuan dan memperbaiki tindakan responden.
mampu
meningkatkan
8
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyimpulkan bahwa cakupan ASI eksklusif di propinsi Banten masih rendah, karena belum mencapai target nasional maupun internasional. Hal ini disebabkan oleh faktor pekerjaan, pengetahuan, status gizi ibu, dan pola menyusui. Jika hal ini tidak ditangani, maka akan berdampak buruk pada kesehatan anak sebagai penerus masa depan bangsa. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap tujuh ibu menyusui di puskesmas Ciputat Timur, didapatkan bahwa masih banyak ibu menyusui yang pengetahuannya kurang tentang nutrisi yang seimbang. Tingkat pengetahuan ibu yang rendah mengenai nutrisi seimbang secara tidak langsung akan berdampak pada kualitas dan kuantitas ASI yang diproduksi. Di puskesmas ini telah dilakukan konseling dengan metode ceramah, namun hasilnya belum mencapai target yang diinginkan. Peneliti melakukan studi literatur bahwa penyuluhan atau promosi kesehatan menggunakan media seperti booklet efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu, sehingga nantinya dapat mengubah pola pikir dan perilaku ibu. Namun, pendidikan kesehatan menggunakan media booklet ini belum pernah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur dalam masalah nutrisi ibu menyusui. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti perbedaan pendidikan kesehatan menggunakan booklet dan ceramah terhadap pengetahuan nutrisi ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
9
C.
Pertanyaan Penelitian a.
Bagaimana karakteristik ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur?
b.
Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada kelompok intervensi?
c.
Bagaimana gambaran pengetahuan ibu menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada kelompok intervensi?
d.
Apakah booklet berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu menyusui?
D.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh booklet terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang nutrisi pada masa laktasi.
2.
Tujuan Khusus a.
Mengetahui karakteristik ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur.
b.
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada kelompok intervensi.
c.
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet pada kelompok intervensi.
10
d.
Mengetahui
pengaruh
booklet
terhadap
peningkatan
pengetahuan ibu.
E.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi Perawat Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat akan pentingnya peran tenaga profesional dalam memberikan dukungan kepada ibu menyusui. Selain menjadi care giver (penyedia layanan keperawatan), perawat juga berperan sebagai educator. Di sinilah perawat dituntut untuk bisa memberikan edukasi yang benar, sehingga dapat menambah pengetahuan yang kemudian berpengaruh pada perilaku dan pola pikir masyarakat.
2.
Bagi Institusi Kesehatan Pelayanan
kesehatan
yang
terpadu
meliputi
pencegahan,
pengobatan, dan rehabitlitasi. Ketiga komponen ini saling terkait dalam mendukung keberhasilan program-program kesehatan. Pendidikan kesehatan menjadi
komponen pertama yatu sebagai program
pencegahan. Maka penyedia layanan kesehatan dapat menjadikan program pendidikan kesehatan yang efektif untuk mencapai target yang ditetapkan. 3.
Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya Keperawatan Anak dan Keperawatan Maternitas mengenai urgensi
11
pendidikan kesehatan dan dukungan terhadap ibu menyusui untuk memberikan ASI untuk meningkatkan kualitas praktik perawatan bayi baru lahir. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan dalam pengembangan evidence based ilmu keperawatan, khususnya mengenai praktik penatalaksanaan bayi baru lahir sampai selesai masa maksimal pemberian ASI. 4.
Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan masyarakat agar semakin meningkat pengetahuannya. Kemudian mengubah persepsinya, sehingga perlahan-lahan akan termotivasi untuk mengatur pola makan yang baik. Karena masyarakat yang sehat dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan kesehatan di Indonesia.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
menggambarkan
pengaruh
pendidikan
kesehatan
menggunakan booklet terhadap pengetahuan nutrisi ibu laktasi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Populasi penelitian ini adalah ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik kuantitatif dengan desain quasi eksperimental. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh melalui pengukuran langsung kepada responden nilai pengetahuan tentang nutrisi ibu menyusui. Pengukuran dilakukan dengan memberikan kuesioner sebelum dan sesudah dilakukan intervensi baik pada kelompok intervensi maupun kelompok
12
kontrol. Setelah data terkumpul, data dianalisis dan diolah dengan menggunakan uji statistik.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu (ASI) dan Kandungan Gizi 1.
Pengertian ASI Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan satusatunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih (Siregar, 2006). ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Purwanti, 2007). Jadi, Air Susu Ibu adalah produk dari kelenjar mamae berupa cairan yang mengandung nutrisi lengkap untuk mencukupi kebutuhan bayi serta berfungsi sebagai kekebalan tubuhnya.
2.
Manfaat ASI ASI merupakan minuman alamiah yang menyediakan komposisi yang tepat dan nutrisi yang seimbang untuk semua bayi selama usia bulan-bulan pertama. ASI juga memberikan manfaat pada ibu. Menurut Whitney dan Rolfes (2005); Suririnah (2009); Hayati (2009); dan Bahiyatun (2009) manfaat yang bisa didapat melalui menyusui sebagai berikut:
14
a.
Manfaat untuk bayi 1) ASI menyediakan hormon-hormon yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan fisiologis. 2) Melindungi dari berbagai macam infeksi dan penyakit kronik, termasuk diabetes (tipe 1) dan hipertensi, di kehidupan selanjutnya. 3) Melindungi dari alergi makanan. 4) Mencegah karies gigi karena mengandung selenium.
b.
Manfaat untuk ibu 1) Mencegah kanker payu dara dan kanker ovarium. 2) Isapan bayi menstimulasi hormon yang mengatur produksi dan pelepasan kolostrum, selanjutnya memicu pengeluaran ASI. Kontraksi otot rahim juga terbantu untuk kembali pada ukuran sebelum hamil. 3) Pemberian ASI secara penuh selama minimal enam bulan membantu ibu bayi kembali pada bentuk tubuh semula tanpa menjalankan diet khusus. 4) Kesadaran ibu memberikan makan untuk bayinya dengan sesuatu yang dihasilkan dari tubuhnya merupakan kepuasan tersendiri yang besar. 5) Pemberian ASI secara penuh mempunyai efek kontraseptif tertentu, memperkecil kemungkinan kehamilan walaupunn tidak mungkin mencegahnya seratus persen.
15
c.
Manfaat yang lain 1) Mengurangi anggaran biaya pengobatan karena menurunkan risiko sakit atau waktu perawatan. 2) ASI selalu tersedia gratis, sehingga menghemat uang belanja. 3) Tidak perlu persiapan khusus, membuat, membungkus, dan praktis.
3.
Komposisi ASI Komposisi ASI memang kompleks. Menurut Judith (2011) komposisi tersebut sebagai berikut: a.
Kolostrum Kolostrum menyediakan sekitar 580 – 700 kkal/L mengandung tinggi protein, rendah karbohidrat dan lemak dari pada air susu yang matur, Ig A dan laktoferin, dan protein matur yang lain seperti sodium, potasium, dan klor. Konsentrasi sel mononuklear lebih tinggi di dalam kolostrum. Setiap 100 ml mengandung 600 IgA, 80 IgG, dan 125 IgM. Komposisi ini akan terus berubah sesuai dengan ketahanan tubuh bayi (Purwanti, 2007)
b.
Air Bayi tidak membutuhkan cairan selain ASI untuk menjaga hidrasinya. ASI mengandung 88,1 % air sehingga ASI sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau keempat (Yuliarti, 2010). ASI juga menyediakan
16
energi sekitar 0,65 kkal/mL, meskipun kandungan energinya bervariasi dengan komposisi lemak. c.
Lemak Lemak adalah komponen terbanyak kedua (3,8 %) dalam ASI dengan konsentrasi (3 – 5 dalam susu matur). Lemak menyediakan setengah dari energi yang ada dalam ASI.
d.
DHA DHA adalah komponen esensial dalam ASI yang berperan dalam perkembangan retinal dan terakumulasi selama bula-bulan terakhir masa kehamilan. Keuntungan ASI sangat penting untuk bayi yang lahir prematur (usia kehamilan sebelum 37 minggu), mungkin karena konsentrasi DHA yang lebih tinggi pada susu ibu yang melahirkan bayi pre-term dibandingkan dengan bayi full-term.
e.
Asam Lemak Trans Asam lemak trans berasal dari diet ibu. Konsentrasi lebih sering pada wanita berkebangsaan Amerika dan Kanada, tetapi rendah pada wanita Eropa dan Afrika.
f.
Kolesterol Kolesterol adalah komponen esensial dari semua membran sel, dibutuhkan selama pertumbuhan dan replikasi sel. Konsentrasi kolesterol antara 10 – 20 mg/dL dan tergantung pada waktu. Konsumsi kolesterol dini melalui ASI tampaknya dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah pada kehidupan selanjutnya.
17
g.
Protein Kadar protein dalam ASI relatif rendah (0,8 – 1,0 %). Konsentrasi protein yang disintesis oleh kelenjar mammae lebih dipengaruhi oleh usia bayi dari pada intake ibu dan serum protein ibu. Protein yang disintesis lebih beragam karena hormon-hormon mengatur ekspresi gen dan membantu perubahan sintesis protein. Meskipun konsentrasinya relatif rendah, protein ASI sangat penting baik bernilai nutritif ataun non-nutritif. Protein dan turunannya seperti peptida, menunjukkan efek antivirus dan antimikroba. Dua protein susu, yaitu lactadherin dan mucin bersifat sangat glycosylate. Protein ini adalah modifikasi yang masing-masing memiliki kemampuan untuk melindungi bayi terhadap rotavirus dan Escheria coli (Molinari et al, 2013). Kasein adalah komponen protein yang banyak dalam ASI matur. Kasein, kalsium pospat, dan ion-ion yang lain termasuk magnesium dan sitrat muncul sebagai agregat dan sumber warna putih dalam susu. Protein whey adalah protein yang tetap larut dalam air setelah diendapkan dari susu oleh asam atau enzim. Protein whey terkandung dalam susu dan protein serum, enzim, dan imunoglobulin diantara yang lain. Konsentrasi protein total menurun di dua bulan pertama laktasi, baik pada ibu matur dan prematur. Setelah diamati antara susu matur dan prematur pada hari 7, 14, dan 30. Di dalam susu
18
matur, konsentrasi protein tertinggi pada hari ke-7 pada 17,9 gr/L dan penurunan selama menyusui dengan konsentrasi protein pada hari 14 dan 30 secara signifikan lebih rendah daripada konsentrasi susu matur. Dalam susu prematur, konsentrasi tertinggi pada hari ke7 pada 19,3 gr/L dan tetap tinggi di minggu kedua, menurun hanya sedikit menjadi 17,5 gr/L pada hari 14 (Molinari et al, 2013). h.
Nitrogen non-protein Nitrogen non-protein menyediakan 20 – 25 % dari nitrogen dalam susu. Jumlah urea 30 – 50 % dari nitrogen non-protein, dan nukleotida 20 %, tergantung pada tahap laktasi dan diet ibu. Beberapa nitrogen ini tersedia untuk bayi, berguna untuk memproduksi
asam
amino
nonesensial.
Beberapa
nitrogen
nonprotein digunakan untuk memproduksi protein lain seperti hormon, faktor pertumbuhan, asam amino bebas, asam nukleat, nukleotida, dan karnitin. i.
Karbohidrat dalam ASI Laktosa adalah karbohidrat yang dominan dalam ASI. Karbohidrat lain seperti monosakarida, polisakarida, oligosakarida, dan protein pengikat karbohidrat. Sebagai komponen karbohidrat terbanyak kedua, oligosakarida menyumbangkan kalori dengan osmolalitas yang rendah, menstimulasi pertumbuhan dari bakteri bifidus di dalam saluran pencernaan, dan menghambat pertumbuhan E. coli dan bakteri berbahaya lain.
19
Oligosakarida adalah karbohidrat rantai panjang yang terdapat laktosa pada salah satu ujungnya. Oligosakarida bisa bebas atau berikatan dengan protein (glikoprotein), atau berikatan dengan lemak (glikolipid), atau berikatan dengan struktur yang lain. Oligosakarida dalam ASI mencegah terikatnya mikroorganisme patogen di dalam saluran pencernaan, sehingga mencegah infeksi dan diare (Judith, 2011). j.
Vitamin 1)
Vitamin larut lemak a) Vitamin A. Beberapa vitamin A dalam bentuk betakaroten memberikan warna kuning pada kolostrum. Dalam ASI matur, vitamin A sebesar 75 µg/dL atau 280 IU/dL. Kadar ini adekuat untuk kebutuhan bayi. b) Vitamin D. Vitamin D ada dalam kompartemen lemak dan air dalam ASI. Kadar vitamin D dalam ASI berbeda tergantung diet ibu dan pajanan oleh sinar matahari. Ibu yang sering terpapar sinar matahari dilaporkan kadar vitamin D meningkat sepuluh kali lipat (Judith, 2011). Status vitamin D pada ibu mempengaruhi konsentrasi vitamin D pada ASI (Yin et al, 2012). c) Vitamin E. ASI mengandung 40 µg vitamin E per gram lemak
susu.
Kadar
alpha-tokoferol
menurun
dari
kolostrum ke susu transisional sampai ke susu matur, sedangkan beta dan gamma tokoferol cenderung stabil
20
setiap tahapan laktasi. Vitamin E sangat dibutuhkan bayi untuk integritas otot dan ketahanan sel darah merah berhemolisis (Judith, 2011). d) Vitamin K. Kadar vitamin K dalam ASI 2,3 µg/dL. Kirakira 5 % bayi yang disusui berisiko kekurangan vitamin K berdasarkan pada faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K (Judith, 2011). 2) Vitamin larut air Vitamin larut air dalam ASI umumnya responsif terhadap diet ibu atau suplements (vitamin C, riboflavin, niasin, B6, dan biotin). Masalah klinis yang berhubungan dengan vitamin ini jarang terjadi pada bayi yang dirawat oleh ibu dengan diet tidak memadai. Vitamin B6 dianggap paling kurang kandungannya dalam ASI. Kadar B6 dalam ASI mencerminkan asupan ibu. Vitamin B12 dan Asam Folat.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi sekresi protein (mis. Hormon, usia bayi, atau waktu sejak dilahirkan) lebih mungkin mempengaruhi kadar B12 dan asam folat dalam ASI dari pada intake nutrisi. Defisiensi B12 telah dilaporkan terjadi pada ibu-ibu dengan operasi bypass lambung, wanita dengan hipotiroidisme dan mengkonsumsi pola makan vegan, memiliki anemia pernisiosa laten, atau umumnya malnutrisi (Judith, 2011).
21
Asam folat adalah zat esensial untuk sintesis DNA atau komponen sel yang lain, khususnya selama periode masa pertumbuhan. Kebutuhan asam folat meningkat selama kehamilan karena untuk meningkatkan multiplikasi sel dan pergantian metabolik, plasenta dan perkembangan fetus, pertumbuhan uterus, dan ekspansi volume darah ibu (Lamers, 2011). k.
Mineral Dalam ASI Mineral dalam ASI berhubungan langsung dengan tingkat pertumbuhan (Judith, 2011). Trace mineral seperti Zn, Mn, Cu, dan Co berperan penting dalam sintesis protein, metabolisme vitamin, pembentukan jaringan ikat, dan fungsi imun. (Miller et al, 1988; Cousins dan Hempe dalam Toni, 2007). Menurut Supariasa (2002), komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras/ suku, keadaan gizi ibu, diet, dan status ekonomi sosial. 1) Komposisi ASI menurut stadium laktasi Stadium laktasi terdiri dari tiga tingkatan, yaitu kolostrum, air susu transisi, dan air susu matur. a) Kolostrum Karakteristik dari cairan kolostrum ini lebih kental dan berwarna kuning dari pada ASI matur, lebih banyak mengandung protein dimana protein utamanya adalah
22
gamma globulin, lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan
ASI
matur
dan
dapat
memberikan
perlindungan pada bayi smapai usia 6 bulan pertama. Kadar karbohidrat dan lemaknya rendah dari pada ASI matur, lebih
tinggi
mengandung
mineral
terutama
sodium
dibandingkan dengan ASI matur. Selain itu, kolostrum juga memiliki total energi 58 kalori/100 ml serta volume kolostrum berkisar 150 – 300 ml/24 jam. b) Air susu transisi adalah peralihan dari kolostrum sampai manjadi matur. Beberapa karakteristik ASI masa peralihan yaitu kadar protein lebih rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi dibandingkan dengan kolostrum, dan volumenya lebih banyak dari pada kolostrum. Tabel 2.1. Komposisi protein, karbohidrat, dan lemak dalam ASI menurut stadium laktasi
Waktu
Protein (gr %)
Hari ke 5 Hari ke 9 Minggu ke 3 atau ke 4
2,00 1,73 1,30
Karbohidra t (gr %) 6,42 6,73 7,11
Lemak (gr %) 3,2 3,7 4,0
c) ASI matur adalah ASI yang disekresi pada hari kesepuluh atau setelah minggu ketiga. Komposisi ASI masa ini relatif konstan.
23
2) Pengaruh Ras terhadap komposisi ASI Ras (bangsa) juga mempengaruhi susunan zat gizi dari ASI. Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi dan budaya, kebiasaan makan dan pola hidup ibu-ibu di setiap negara tidaklah sama. Perbedaan yang paling nyata adalah pada kadar lemak dan beberapa vitamin dan mineral penting. 3) Pengaruh keadaan nutrisi pada komposisi ASI Ibu dengan malnutrisi berpengaruh kurang baik terhadap komposisi nutrisi ASI dan substansi imunnya. Sebuah penelitian yang dilakukan pada wanita-wanita malnutrisi di Kolombia menunjukkan bahwa kolostrum hanya mengandung satu dari ketiga konsentrasi IgG normal dan kurang dari setengah kadar albumin normal juga kekurangan yang signifikan pada kadar IgA kolostrum normal dan keempat komponen komplemen (C4). Perbedaan tersebut tidak ada pada ASI yang matur, seiring dengan perkembangan status nutrisi ibu malnutrisi selama beberapa minggu postpartum. Oleh karena itu, kualitas ASI secara signifikan dipengaruhi oleh status nutrisi ibu (Roberts, 2008). 4) Pengaruh diet pada komposisi ASI Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsumsi protein yang baik pada ibu menyusui dapat meningkatkan konsentrasi protein, lemak, vitamin, dan sebagainya yang terkandung dalam ASI.
24
4.
Proses Produksi ASI Di bawah pengaruh hormonal yang terdapat selama kehamilan, kelenjar mammae mengembangkan struktur dan fungsi kelenjar internal yang diperlukan untuk menghasilkan air susu. Payudara yang mampu menghasilkan air susu memilki anyaman duktus semakin kecil yang bercabang dari puting payudara dan berakhir di lobulus (Sherwood, 2011). Dalam proses produksi ASI atau laktogenesis terdapat tiga fase yaitu: a.
Laktogenesis I Selama masa kehamilan, payudara biasanya menjadi lebih besar seiring dengan meningkatnya jumlah dan ukuran kelenjar alveoli sebagai hasil dari peningkatan hormon estrogen. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan HPL yang berperan dalam produksi ASI, aktif bekerja. Hal ini terjadi sampai seorang bayi telah disusui untuk beberapa hari dimana produksi susu yang sebenarnya dimulai. Selama tahap pertama produksi susu, susu mulai terbentuk, laktosa dan protein susu meningkat. Tahapan ini berlangsung sampai hari-hari pertama postpartum (Judith, 2011).
b.
Laktogenesis II Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan
25
terjadinya produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan 3 jam kemudian kembali ke level sebelum rangsangan. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. c.
Laktogenesis III Produksi ASI tahap ini dimulai kira-kira 10 hari setelah kelahiran, dimana komposisi ASI mulai stabil (Judith, 2011). Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
5.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Proses produksi ASI sangat kompleks dan memahami mekanisme dasar sekresi ASI penting karena untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
sekresinya
(Judith,
2011).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi ASI adalah pengaruh makanan, suplementasi, aktivitas, psikologi, kesehatan, pengetahuan tentang pantangan dan
26
kebutuhan, sosial dan ekonomi, bayi yang tidak mau menyusu, dan masalah payudara (Permatasari, 2013). Menurut Bahiyatun (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan air susu ibu meliputi: a.
Rangsangan otot-otot payudara. Rangsangan ini diperlukan untuk memperbanyak air susu ibu dengan mengaktivasi kelenjarkelenajarnya.
Dengan
adanya
rangsangan,
otot-otot
akan
berkontraksi lebih dan kontraksi ini diperlukan dalam laktasi. b.
Keteraturan bayi menghisap. Isapan anak akan merangsang otototot
polos
payudara
untuk
berkontraksi
yang
kemudian
merangsang susunan saraf di sekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otak. Otak akan memerintahkan kelenjar hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon pituitari lebih banyak, sehingga kadar hormon estrogen dan progesteron yang masih ada menjadi lebih rendah. Pengeluaran hormon pituitari yang lebih banyak akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot-otot polos
payudara
dan
uterus
yang
berguna
mempercepat
pembentukan ASI, sedangkan kontraksi otot-otot polos uterus mempercepat evolusi. c.
Kesehatan ibu. Kesehatan ibu memegang peranan penting dalam produksi air susu ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makannya kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrien yang akan diolah oleh sel-sel asini di payudara. Hal ini akan menyebabkan produksi ASI menurun.
27
d.
Makanan dan istirahat ibu. Makanan diperlukan oleh ibu dalam jumlah lebih banyak mulai dari hamil hingga masa nifas, karena kebutuhan nutrisi diperlukan oleh ibu dan bayi. Istirahat berarti mengadakan pelemasan pada otot-otot dan saraf setelah mengalami ketegangan karena beraktivitas. (Bahiyatun, 2009)
B. Menyusui/Laktasi 1.
Anatomi dan Fisiologi Laktasi Unit fungsional kelenjar mammaria adalah alveoli. Setiap alveolus tersusun dari sekelompok sel sekretori dengan satu duktus yang terletak di pusat, yang berfungsi untuk mensekresi susu. Duktus ini tersusun seperti percabangan pohon. Setiap duktus yang lebih kecil yang menuju ke duktus yang lebih lebar mengumpulkan 6 sampai 10 cabang. Percabangan tersebut terkumpul dan menuju ke nipple (Judith, 2011). Susu dibentuk oleh sel epitel kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus, lalu dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke permukaan puting payudara (Sherwood, 2011). Sedangkan menyusui adalah proses alamiah yang berupa sekresi ASI oleh kelenjar payudara pada periode pemberian ASI kepada bayi langsung dari payudara ibu (Priyono, 2010; Billings, 2007)
28
Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Mammae
Sumber: jurnalbidandiah.blogspot.com
www.lusa.web.id
Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon plasenta, yaitu hormon estrogen, progesteron, dan hormon laktogenik plasenta. Kadar estrogen yang tinggi mendorong perkembangan ekstensif duktus, sementara progesteron yang tinggi merangsang pembentukan alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin (Suatu hormon hipofisisi anterior yang dirangsang oleh peningkatan kadar estrogen) dan Human chorionic somatomammotropin (suatu hormon plasenta yang memilki struktur serupa dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin) juga ikut
berperan
dalam
perkembangan
kelenjar
mamaria
dengan
menginduksi sintesis enzim-enzim yang ibutuhkan untuk memproduksi susu (Sherwood, 2011).
29
C. Nutrisi Ibu Menyusui 1.
Pengertian Nutrisi Nutrisi (nutrition) adalah keseluruhan proses dimana organisme hidup mendapatkan dan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan untuk kelangsungan organisme tersebut, pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh yang aus (Kamus Keperawatan, 2012). Nutrisi adalah kebutuhan makanan dan cairan pada manusia atau binatang untuk menjalankan fungsi fisiologi yang normal, termasuk energi, kebutuhan, pertahanan, pertumbuhan, aktivitas, reproduksi, dan laktasi (Stedman, 2004). Jadi, nutrisi merupakan suatu proses fisiologis. Nutrisi diperoleh dan diserap oleh tubuh berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta mengambil manfaat untuk pemulihan dan mengurangi angka kematian.
2.
Kebutuhan Nutrisi Ibu Menyusui Gizi seimbang untuk ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan bagi dirinya dan pertumbuhan serta perkembangan bayinya. Dengan demikian kebutuhan ibu menyusui lebih banyak dari pada ibu tidak menyusui. Konsumsi makanan harus seimbang sesuai dengan jumlah dan proporsinya. Jika kebutuhan ibu sendiri tidak mengandung zat gizi yang cukup, maka kebutuhan zat tersebut untuk memproduksi ASI diambil dari persediaan yang ada dalam tubuh ibu (Permenkes RI, 2014).
30
Tabel 2.2 Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Ibu Menyusui (2200 kkal) Bahan Makanan
Jumlah porsi (p) atau 6p
pagi
Selingan Siang pagi
Selingan Malam sore
Nasi 2p 1p 2p ½p 1,5p bahan makanan penukar Lauk hewani 3p 1p 1p 1p atau bahan makanan penukar Lauk nabati 3p 1p 1p 1p atau bahan makanan penukar Sayur atau 3p 1p 1p 1p bahan makanan penukar Buah atau 4p 1p 1p 1p 1p bahan makanan penukar Gula 2p 1p 1p Minyak 5p 1,5p 1p 1p 1p Susu 1p 1p Sumber : Pembagian Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan 2012
Tabel 2.3. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan selama menyusui antara wanita Amerika dan Wanita Indonesia Zat Gizi
Wanita Menyusui Wanita Amerika
Wanita Indonesia
1—6 bulan
7-12 bulan
1-6 bulan
+500
+500
+700
7-12 bulan +500
65
62
64
60
Vitamin A (µg)
1300
1200
850
800
Vitamin D (µg)
10
10
10
10
Kalori (kkal) Protein (g)
31
Vitamin E (µg)
12
11
12
10
Vitamin K (µg)
65
65
65
65
Vitamin C (µg)
95
90
85
70
Thiamine (mg)
1,6
1,6
1,3
1,3
Ribovlafin (mg)
1,8
1,7
1,6
1,6
Niacin (mg)
20
20
12
12
Folat (µg)
280
260
200
190
Vitamin B12 (µg)
2,6
2,6
1,3
1,3
Kalsium (mg)
1200
1200
1000
1000
Fosfor (mg)
1200
1200
750
650
Zat Besi (mg)
15
15
28
28
Zinc (mg)
19
16
25
25
Iodine (µg)
200
200
200
200
Selenium (µg)
75
75
80
75
Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2002 dalam Khairi 2012 3.
Pentingnya Nutrisi Selama Menyusui Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam memgatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya (Permatasari, 2013).
32
D. Pengetahuan 1.
Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi sesudah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai fakta atau informasi yang kita anggap benar berdasarkan pemikiran yang melibatkan pengujian empiris (pemikiran fenomena yang diobservasi secara langsung) atau berdasarkan atas proses berpikir lainnya seperti pemberian alasan logis atau penyelesaian masalah (Hidayat, 2007). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil ―tahu‖ pengindraan manusia terhadap suatu objek tertentu. sehingga pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
2.
Pengetahuan Nutrisi Ibu Laktasi Kebutuhan zat gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan tidak menyusui. Jika sebelum menyusui kebutuhan energi dan protein perempuan usia 19 – 29 tahun sebesar 1.900 kkal dan 50 g per hari, pada waktu menyusui kebutuhannya meningkat menjadi 2.400 kkal dan 67 g per hari pada 6 bulan pertama serta 2.450 kkal dan 67 g per hari pada 6
33
bulan kedua. Pengetahuan ibu tentang hal ini penting untuk mendukung pemberian ASI untuk bayi (Kurniasih, dkk, 2010). Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diketahui ibu menyusui adalah manfaat nutrisi bagi ibu menyusui, prinsip gizi yang seimbang, bahan makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI, suplemen untuk ibu menyusui, pola hidup bersih, serta dampak kekurangan gizi (Almatsier,2010). 3.
Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang bersangkutan mengungkap akan hal-hal yang diketahuinya dalam bentuk atau jawaban baik lisan maupun tulisan (Notoatmodjo, 2003). Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu: a.
Pertanyaan subjektif Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga cara menilainya akan berbeda-beda.
b.
Pertanyaan objektif Pertanyaan pilihan ganda, menjodohkan, benar atau salah, disebut pertanyaan objektif karena pertanyaan ini dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas. Pengukuran tingkat pengetahuan menurut Rustaman (2007), terdiri
dari : a.
Baik, jika 76-100 % pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
b.
Cukup, jika 56-75% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
34
c. 4.
Kurang, jika <56% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu : a.
Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (WHO, 2002). b.
Pendidikan Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan
perilaku
melalui
pengajaran,
sehingga
pendidikan
itu
perlu
mempertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi yang baru (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif
35
dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap positif terhadap obyek tersebut. Jadi, Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk menerima informasi yang semakin baik (Arikunto, 2006). c.
Pekerjaan Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari
dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang bekerja diluar rumah cenderung memiliki akses yang baik terhadap informasi dibandingkan sehari-hari berada dirumah (Arikunto, 2006). d.
Informasi Informasi
yang
diperoleh
dari
berbagai
sumber
akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang benyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoadmodjo, 2003). e.
Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut (Notoatmodjo, 2010). f.
Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulangi kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2012).
36
E. Pendidikan Kesehatan/ Edukasi 1. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan proses pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Artinya perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam individu atau masyarakat sendiri. Pendidikan kesehatan adalah istilah yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan yang
meliputi beberapa kombinasi dan
kesempatan pembelajaran (Lawrence Green dalam Mubarak, 2007). Menurut Craven dan Hirnle (1996), pendidikan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui praktik belajar atau instruksi dengan tujuan untuk mengingat fakta/ kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), dan aktif memberikan informasi-informasi. Menurut Nursalam & Ferry Efendi (2008), pendidikan kesehatan merupakan proses belajar yang harus dialami oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi sasaran dengan tujuan akhir adalah perubahan perilaku. Benyamin Bloom (1908) dalam Nursalam & Efendi (2008), membagi perilaku ke dalam 3 domain, yaitu domain kognitif (cognitive domain), domain sikap (attitude domain), dan domain psikomotor (psychomotor domain).
37
a.
Domain kognitif (pengetahuan) Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: Tahu (know), Memahami (comprehension), Aplikasi (application), Analisis (analysis), Sintesis (synthetis), dan Evaluasi (evaluation).
b.
Domain sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus (objek). Komponen sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu: Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, serta kecenderungan untuk bertindak. Sikap mempunyai empat tingkatan, yaitu: menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), bertanggungjawab (responsible).
c.
Domain psikomotor (praktik) Psikomotor
mempunyai
empat
tingkatan,
yaitu:
persepsi
(perseption), respons terpimpin (guided response), mekanisme (mechanism), dan adaptasi (adaptation). 2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Menurut hasil sidang The President’s Committee on Health Education pada tanggal 14 September 1971, tujuan pendidikan kesehatan
38
adalah sebagai sarana yang menjembatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktik kesehatan yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan menghindari kebiasaan buruk dan membentuk kebiasaan yang menguntungkan kesehatan (Mico & Ross, 1975). Sedangkan tujuan pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu meningkatkan derajat kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan di semua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya. Secara khusus, rumusan tujuan pendidikan kesehatan disebutkan oleh Maulana (2009) sebagai berikut: 1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.
Oleh
sebab
itu,
pendidikan
kesehatan
bertanggungjawab mengarahkan cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari. 2. Menolong
individu
agar
mampu
secara
mandiri
atau
berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
39
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada. Jadi,
tujuan
menyampaikan
pendidikan
informasi
kesehatan
tentang
adalah
pentingnya
sebagai
sarana
perilaku
sehat,
menumbuhkan dan mengembangkan perilaku sehat secara mandiri, dan menggunakan pelayanan kesehatan yang terpadu. 3.
Teori Health Belief Model Health Belief Model (HBM) dikembangkan sejak tahun 1950 oleh kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kepercayaan dalam hal kesehatan. Model ini salah satu model pertama yang dirancang untuk mendorong penduduk melakukan tindakan ke arah kesehatan yang positif. Health Belief Model menekankan pada
―peranan persepsi seseorang terhadap kerentanan
suatu penyakit dan keefektifan potensial dalam pengobatan‖. Artinya dalam pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan bagaimana persepsi individu mengenai kerentanan dirinya terhadap penyakit, sehingga individu akan melakukan tindakan yang dapat mencegah penyakit yang akan menyerangnya (Bensley, 2008). Melihat hal tersebut, model ini digunakan sebagai upaya untuk menjelaskan secara luas kegagalan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit (Hockbaum, 1958; Rosenstock, 1974 dalam
Maulana,
2009).
Selain
itu
HBM
digunakan
untuk
mengidentifikasi beberapa faktor prioritas penting yang berdampak
40
terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak menentu (Rosenstock, 1974 dalam Maulana, 2009). Health Belief Model merupakan model kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut teori ini, seseorang memungkinan
untuk
melakukan
tindakan
pencegahan
dipengaruhi oleh dua hasil keyakinan atau penilaian kesehatan, antara lain: a.
Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (Perceived threat of injury or illness). Hal ini berdasarkan pada sejauh mana seseorang berfikir bahwa penyakit akan mengancam dirinya. Jika seseorang merasa bahwa ancaman tersebut semakin meningkat, makan upaya pencegahan yang dilakukan juga akan meningkat. Penilaian akan ancaman ini didasarkan pada kerentanan yang dirasakan (perceived vulnerability) dan keseriusan yang dirasakan (Perceived severity).
b.
Keuntungan dan kerugian (Benefits and costs) Keuntungan
dan
kerugian
yang
akan
didapatkan
menjadi
pertimbangan individu apakah akan melakukan tindakan pencegahan atau tidak. c.
Posisi yang menonjol (salient position) juga menjadi keyakinan seseorang untuk memulai proses perilaku. Hal ini berupa informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan.
41
Ancaman, keseriusan, ketidakkebalan, pertimbangan keuntungan dan kerugian
dipengaruhi
oleh
variabel
demografi,
variabel
sosiopsikologis, dan variabel struktural.
Persepsi Individu
Faktor Pemodifikasi Variabel demografi (usia, jenis kelamin, ras, etnis, dll) Variabel sosiopsikologis (kepribadian, kelas sosial, tekanan dari teman sebaya, dan kelompok panutan, dll.) Variabel struktural (pengetahuan tentang penyakit, kontak sebelumnya dengan, dll) penyakit.
Kerentanan yang dirasakan pada resiko yang ditimbulkan. Keseriusan yang dirasakanpada resiko yang ditimbulkan.
Ancaman yang dirasakan dari resiko yang ditimbulkan.
1. 2. 3.
4.
5.
Kemungkinan Tindakan
Manfaat yang dirasakan dari tindakan preventif Minus Halangan yang dirasakan pada tindakan preventif
Kemungkinan untuk menjalankan tindakan kesehatan preventif yang dianjurkan.
Petunjuk untuk Tindakan Kampanye media massa Berita dari orang lain Surat peringatan dari dokter atau dokter gigi Penyakit pada anggota keluarga atau teman Surat kabar atau artikel majalah
Bagan 2.1 Keterangan konsep teori Health Belief Model yang dikutip Edberg (2009) dalam buku ―kesehatan masyarakat, teori sosial dan perilaku‖
42
Domain Persepsi kerentanan
Deskripsi Derajat
risiko
yang
dirasakan
seseorang terhadap masalah kesehatan Persepsi keparahan
Tingkat
kepercayaan
seseorang
bahwa
konsekuensi
masalah
kesehatan yang akan menjadi parah Persepsi manfaat
Hasil
positif
yang
dipercaya
seseorang sebagai hasil dari tindakan Persepsi hambatan
Hasil negatif yang dipercaya sebagai hasil dari tindakan
Petunjuk untuk bertindak
Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak.
Efikasi diri
Kepercayaan
seseorang
kemampuannya
dalam
akan
melakukan
tindakan. Tabel 2.4. Keterangan Domain Persepsi 4. Metode Pendidikan Kesehatan Menurut Machfoedz & Suryani (2007), diantara metode yang digunakan dalam aplikasi pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut : a. Diskusi Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan atau bisa disebut kelompok kecil (Efendi & Makhfudli, 2009). Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2000) dalam Simamora (2009), mendefiniskan metode diskusi sebagai metode mengajar yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah (problem solving). Ciri-cirinya peserta mulai 3 – 15 orang, membahas satu materi, dan dipimpin oleh seorang ketua. Kelebihannya dapat mengembangkan
43
kreatifitas, dapat mengemukakan berbagai pendapat, tumbuh berbagai analisis. Kelemahannya adalah ada peserta yang tidak berkesempatan untuk
bicara,
tidak
bisa
diikuti
oleh
peserta
yang
kurang
pengetahuannya, memerlukan waktu yang lama, dan tidak dapat digunakan dalam kelompok besar (Machfoedz & Suryani, 2007). b.
Demonstrasi
Metode
demonstrasi
adalah
metode
pengajaran
dengan
cara
memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin, 2000 dalam Simamora, 2009). Ciri-cirinya
memperagakan
materi
pendidikan
secara
visual.
Kelebihannya membantu peserta memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda, memudahkan berbagai jenis penjelasan, dan kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkrit. Kelemahannya tidak semua benda dapat didemonstrasikan, memerlukan perencanaan yang teliti, biaya besar, dan memerlukan fasilitas yang banyak (Simamora, 2009). c.
Role Playing
Metode role playing ini adalah peserta memainkan peran dalam suatu situasi. Kelebihannya dapat mengembangkan kecakapan perilaku tertentu, menambah rasa percaya diri peserta, dan membantu untuk menganalisis masalahnya. Kelemahannya permainan bisa keluar dari
44
tujuan, pemain kadang keluar di tengah-tengah permainan, dan diperlukan ketua tim yang terlatih (Machfoedz, 2007). d.
Ceramah
Metode
ceramah
adalah
sebuah
metode
pengajaran
dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah audiens, yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah M, 2000 dalam Simamora, 2009). Ciri-ciri dari metode ini adalah peserta didik berjumlah besar, disampaikan dengan lisan. Kelebihannya antara lain; mudah, murah, diikuti oleh peserta yang banyak (Machfoedz & Suryani, 2007). Sedangkan kelemahannya adalah kurang diketahui umpan balik, sulit dinilai hasilnya, kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (Simamora, 2009), dan jika terlalu lama membuat jenuh (Djamarah, S.B., 2000 dalam Simamora, 2009). 5. Media yang Digunakan dalam Pendidikan Kesehatan Menurut Machfoedz & Suryani (2007), media pendidikan ada 3 macam, yaitu: a. Media Cetak 1) Booklet adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk menyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran, laranganlarangan kepada khalayak massa, bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. Sehingga akhir dari tujuannya tersebut adalah agar masyarakat yang sebagai obyek memahami dan menuruti
45
pesan yang terkandung dalam media komunikasi massa tersebut (Machfoedz & Suryani, 2007). Kelebihan booklet : a) Keunggulan dari booklet itu adalah bahwa booklet ini menggunakan
media
cetak
sehingga
biaya
yang
dikeluarkannya itu bisa lebih murah jika dibandingkan dengan menggunakan media audio dan visual serta juga audio visual. b) Proses booklet agar sampai kepada obyek atau masyarakat bisa dilakukan sewaktu-waktu. c) Proses penyampaiannya juga bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada. d) Lebih terperinci dan jelas, karena lebih banyak bisa mengulas tentang pesan yang disampaikannya. Kelemahan Booklet : a) Booklet ini tidak bisa menyebar ke seluruh masyarakat, karena disebabkan keterbatasan penyebaran booklet. b) Tidak langsungnya proses penyampaiannya, sehingga umpan balik dari obyek kepada penyampai pesan tidak secara langsung (tertunda). c) Memerlukan banyak tenaga dalam penyebarannya. 2) Leaflat ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi. 3) Flyer (selebaran) ialah seperti leaflat tidak dalam bentuk lipatan.
46
4) Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan dan informasi berkaitan dengan gambar tersebut. 5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. 6) Poster adalah suatu bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum. b. Media Elektronik 1) Televisi. Penyampaian informasi kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk: sandiwara, sinetron, forum diskusi, atau hanya tanya jawab sekitar masalah kesehatan, dll. 2) Radio. Penyampaian informasi kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-macam, antara lain tanya jawab, ceramah, radio spot, dan sebagainnya. 3) Video 4) Slide c. Media Papan Papan-papan yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan. Media papan disini
47
juga termasuk pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (Mahfoedz, 2007). F. Penelitian Terkait 1.
Penelitian Wahyuna & Abidin (2013) tentang gambaran ibu menyusui di Kabupaten Pidie Jaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pola makan ibu menyusui berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak 31 responden (56,4 %), berdasarkan pengetahuan berada pada kategori rendah, yaitu sebanyak 36 responden (65,5 %), berdasarkan sosial budaya mayoritas pada kategori negatif, yaitu sebanyak 34 responden (61,8 %), berdasarkan status gizi mayoritas pada kategori gizi kurang, yaitu sebanyak 28 responden (50,9 %).
2.
Penelitian Maga et al. (2013) menyimpulkan bahwa empat variabel determinan yang secara signifikan (p < 0,05) menentukan produksi ASI, yaitu status gizi, perawatan payudara, konseling laktasi, dan kemampuan bayi menyusu. Hubungan antara status gizi selama kehamilan dengan produksi ASI (p = 0,018) dengan besar kontribusi (phi =1,42 %). Uji multivariat dengan uji regresi logistik dengan nilai B=1,107, p=0,009 dgn besar resiko ExpB=3,026, artinya apabila ibu hamil mengalami status gizi kurang akan memungkinkan terjadinya produksi ASI berkurang secara signifikan dengan besar resiko 3,026 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami status gizi kurang.
3.
Penelitian Farudin (2011) tentang perbedaan efek konseling gizi dengan media leaflet dan booklet terhadap tingkat pengetahuan, asupan energi dan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di rsud dr. Moewardi
48
surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen random (randomized controlled trial). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang dibagi menjadi dua kelompok sampel yaitu satu kelompok kontrol yang diberikan leaflet dan kelompok perlakuan yang diberikan booklet. Hasil analisis data menggunakan uji statistik independent t- test (p< 0,05) terhadap asupan energi diperoleh p = 0.670 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna nilai rata-rata asupan energi antara kelompok leaflet dan booklet, dan sedangkan skor pengetahuan diperoleh p= 0.01 ada perbedaan bermakna rata skor pengetahuan, kadar gula darah puasa diperoleh p=0.041 dan kadar gula darah 2 jam post prandial dengan p = 0.043 menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok booklet dan leaflet. 4.
Penelitian Srimiyati (2014) tentang Pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan booklet terhadap pengetahuan dan gejala kecemasan wanita premenopause. Penenlitian ini menggunakan desain Praeksperimental one group pretest dan posttest design, random sampling, tehnik multistage sample. Menggunakan uji wilcoxon dan pair sample ttest dgn tingkat kemaknaan 0,05, interval kepercayaan 95 %. Hasilnya Terdapat perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dibandingkan dengan sesudah dan perbedaannya bermakna secara statistik p<0,005.
5.
Penelitian Yulianti (2013) tentang booklet untuk meningkatkan pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di desa Plumbungan Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pretest-posttest control
49
group. Sampel berjumlah 45 terdiri dari 2 kelompok intervensi dan 1 kelompok kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (uji one-way ANOVA dan t-test tidak berpasangan). Hasilnya nilai mean kelompok eksperimen I sebesar 10.93, eksperimen II sebesar 9, dan kontrol sebesar 8.27. hal ini menunjukkan bahwa penggunaan booklet lebih efektif dibandingkan leaflat atau ceramah.
50
G. Kerangka Teori Penelitian Bagan 2.2. Kerangka Teori Penelitian dimodifikasi dari konsep Health Belief Model Persepsi Individu
Faktor Pemodifikasi Variabel demografi (usia, jenis kelamin, ras, etnis, dll) Variabel sosiopsikologis (kepribadian, kelas sosial, tekanan dari teman sebaya, dan kelompok panutan, dll.) Variabel struktural (pengetahuan tentang penyakit, kontak sebelumnya dengan, dll) penyakit.
Kerentanan yang dirasakan pada resiko yang ditimbulkan. Keseriusan yang dirasakanpada resiko yang ditimbulkan.
Ancaman yang dirasakan dari resiko yang ditimbulkan.
Kemungkinan Tindakan
Manfaat yang dirasakan dari tindakan preventif Minus Halangan yang dirasakan pada tindakan preventif
Kemungkinan untuk menjalankan tindakan kesehatan preventif yang dianjurkan.
Petunjuk untuk Tindakan Pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu laktasi
ceramah
Ceramah + booklet
Pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi
51
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel. Kerangka konsep ini yang akan membantu peneliti menghubungkan hasil penelitian dengan teori (Nursalam, 2008). Penelitian ini menentukan apakah ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen atau variabel yang telah diprediksi dengan variabel dependen
atau
variabel
respon.
Kelompok
yang
dinilai
biasanya
menggambarkan tingkat variabel independen. Independen dan dependen dipilih untuk tipe variabelnya karena pemilihan ini telah diperkirakan bahwa variabel respon tergantung pada tingkat variabel yang telah diprediksi (Forthofer, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengidentifikasi pengetahuan ibu menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan melalui ceramah yang menggunakan media booklet dan pendidikan kesehatan melalui ceramah saja. Di sini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan ibu-ibu mengenai nutrisi ibu menyusui, sedangkan variabel terikat (dependent) yang akan diteliti yaitu pendidikan kesehatan. Variabel perancu (confounding) merupakan variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan variabel terikat yang nilainya ikut menentukan variabel lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Identifikasi
52
variabel perancu sangat penting untuk menghindari kesimpulan yang salah (Nursalam, 2008). Variabel perancu pada penelitian ini adalah usia, pendidikan, pekerjaan, informasi, lingkungan, dan pengalaman. Bagan 3.1. Kerangka konsep penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan booklet terhadap pengetahuan nutrisi ibu laktasi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Pengetahuan ibu menyusui tentang 1 kebutuhan nutrisi yang seimbang (pretest)
Pengetahuan ibu menyusui tentang kebutuhan nutrisi yang seimbang (pretest)
Variabel independen:
Variabel dependen
Pendidikan kesehatan dengan ceramah dan booklet
Rata-rata tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang kebutuhan nutrisi yang seimbang (post-test)
Variabel independen: Pendidikan kesehatan dengan ceramah
Variabel confounding : 1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Lingkungan 5. Pengalaman.
Keterangan : __________ : variabel yang diteliti -------------- : variabel yang tidak diteliti
53
B. Hipotesis Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban sementara yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalan sebuah penelitian (Arikunto, 2010). Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah H0 : Booklet tidak berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang nutrisi ibu menyusui. H1 : Booklet berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang nutrisi ibu menyusui.
54
C. Definis Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional No
Variabel
Definisi Operasional
Cara ukur
1.
Umur
Umur responden berdasarkan ulang tahun terakhir
Ditanyakan dalam kuesioner data umum
2.
Pendidikan
Pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh responden
Ditanyakan dalam kuesioner data umum
3.
Penghasilan
Rata-rata jumlah pendapatan kepala keluarga dalam satu bulan
Ditanyakan dalam kuesioner data umum
Hasil ukur
Skala ukur
Umur dinyatakan dalam tahun 1. <20 tahun 2. 20 – 35 tahun 3. > 35 tahun Pendidikan dinyatakan berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh: 1. Tidak sekolah 2. SD 3. SMPsederajat 4. SMA/sederajat 5. Perguruan Tinggi
Nominal
Diklasifikasikan dengan menggunakan standar UMR setempat 1. < 2,7 juta 2. > 2,7 juta
Rasio
Ordinal
55
4.
Pekerjaan
Ditanyakan dalam kuesioner data umum
Dinyatakan dengan: 1. Tidak bekerja 2. Bekerja
Nominal
Pengetahuan ibu tentang nutrisi untuk ibu laktasi (variabel dependen)
Pekerjaan subyek sehari-hari baik di instansi pemerintah maupun swasta Hal-hal yang diketahui / pemahaman responden tentang kebutuhan nutrisi pada masa laktasi
5.
Kuesioner : tentang pengetahuan nutrisi ibu menyusui
Dinyatakan dalam kategori: d. Baik jika nilai pengetahuan diatas rata-rata e. Kurang baik jika nilai pengetahuan dibawah rata-rata
Ordinal
6.
Pendidikan kesehatan menggunakan ceramah dan booklet tentang nutrisi untuk ibu laktasi (variabel independen)
Kegiatan menyampaikan informasi dengan ceramah dan menggunakan media booklet yang berisi tentang kebutuhan nutrisi untuk ibu laktasi
Dilakukan pretest sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan post test setelah diberikan pendidikan kesehatan pada ibu laktasi
-
-
56
BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan, mendapatkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis, menjawab pertanyaan penelitian, serta alat untuk mengontrol atau mengendalikan berbagai variabel yang berpengaruh dalam penelitian (Nursalam, 2008). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode quasi experiment. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-post test with control group design, karena peneliti ingin membandingkan variabel dependen antara dua kelompok (Budiharto, 2008; Nursalam, 2008; Carmen G. Loiselle et al. Dalam Swarjana, 2012). Rancangan penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh booklet terhadap pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Pengukuran pengetahuan dilakukan sebelum diberikan perlakuan (pre-test) dan setelah diberikan perlakuan (post-test). Bagan 4.1 Bentuk rancangan penelitian. Kelompok Pre-test
dengan booklet
Kelompok Posttest
Kelompok Pretest
tanpa booklet
Kelompok Posttest
Sumber: Diagram of quasi experimental with control group design (Varkevisser et al, 2003. Dalam Swarjana, 2012)
57
B. Populasi, Sampel, dan Sampling 1. Populasi Populasi adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki karakteristik yang sama, yang mungkin diselidiki/ diamati (Imron & Munif, 2010). Populasi ini adalah ibu menyusui yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. 2. Sampel dan Sampling Sampel adalah sebagian kecil populasi yang dijadikan sebagai objek penelitian (Saebani, 2008; Imron & Munif, 2010). Pengambilan sampel dalam penilitian ini menggunakan teknik non-random sampling jenis purposive sample, yaitu pemilihan kelompok subjek berdasarkan ciri-ciri tertentu atau karakteristik yang memenuhi tujuan penelitian. Peneliti mengambil ibu-ibu menyusui yang memiliki bayi berusia 0 – 24 bulan. Ukuran besar sampel didasarkan atas pendapat Gay dan Diehl (1992) bahwa besar sampel yang digunakan dalam penelitian dengan metode eksperimen (baik true ekxperiment maupun quasi eksperiment adalah minimal 15 subjek perkelompoknya (Umar, 2011). Jadi, peneliti akan menggunakan 30 orang untuk menjadi responden. Sampel yang digunakan berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut: a.
Ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0 – 24 bulan.
b.
Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
c.
Bersedia untuk menjadi responden.
58
C. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Alasan memilih lokasi ini adalah pengetahuan ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas ini masih kurang, kepedulian untuk memberikan ASI yang berkualitas dan cukup juga masih kurang. Keberhasilan program promosi kesehatan di puskesmas yang belum mencapai target sehingga perlu dukungan program yang lebih efektif. Selain itu, yang menjadi pertimbangan peneliti adalah belum pernah dilakukan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu laktasi di wilayah kerja Puskesmas ini.
D. Waktu Penelitian Waktu penelitian efektif dilakukan selama 4 minggu. Mulai akhir bulan April sampai akhir bulan Mei 2015.
E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Angket adalah responden mengisi kuesioner tanpa dilakukan wawancara (Lapau, 2012). Instrumen ini ada 3 macam yang terdiri dari: instrumen A yang berisi data demografi tentang pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik ibu menyusui, kuesioner B berkaitan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang nutrisi yang seimbang dengan pilihan jawaban ―benar‖ dan ―salah‖, dan kuesioner C berkaitan dengan pengetahuan ibu menyusui dengan pilihan jawaban pilihan ganda. Penetapan nilai pengetahuan berdasarkan pernyataan benar dan salah. Uji coba kuesioner akan dilakukan pada minggu keempat bulan April 2015 dengan menyebarkan kuesioner kepada ibu-ibu menyusui di
59
wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur. Jumlah subjek yang digunakan sekitar 30 orang (Riyanto, 2011). Tabel 4.1. Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Menyusui Pertanyaan Variabel
Subvariabel
Favorable
Unfavor-
Jumlah Soal
able Pengetahuan tentang nutrisi yang seimbang bagi ibu
1. Pengertian nutrisi seimbang untuk ibu menyusui 2. Kegunaan dan prinsip nutrisi pada ibu menyusui 3. Sumber nutrisi ibu menyusui
menyusui 4. Dampak kekurangan nutrisi pada ibu menyusui 5. Ukuran jumlah kebutuhan
1,2
2
3,4,5,6
4
7,8,9,10,11,1 2,14 15,17,18,19,2 0
13
14
22
21
2
1,2,3,4,5,6
-
6
Jumlah
28
Pernyataan dalam penelitian ini menggunakan alternatif jawaban ―benar‖ dan ―salah‖, kriteria pernyataan positif dan negatif. Dimana pernyataan dengan kriteria positif skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah. Sedangkan pernyataan dengan kriteria negatif skor 1 jika jawaban salah dan skor 0 jika jawaban benar.
F. Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas 1.
Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benarbenar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Untuk menguji
60
validitas dalam kuesioner yang menggunakan skala Guttman adalah dengan content validity. 2.
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalaha indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Untuk menguji kuesioner dengan KR 20
(Adapun perhitungannya
menggunakan sistem komputer. G. Prosedur Pengumpulan Data Dalam proses pengumpulan data, peneliti akan melakukan beberapa prosedur, sebagai berikut: 1. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Puskesmas sebagai tempat penelitian. 2. Melakukan sosialisasi rencana penelitian pada kepala Puskesmas dan beberapa staf terkait kemudian dibuat kesepakatan untuk melaksanakan program pendidikan kesehatan di Puskesmas. 3. Mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. 4. Meminta calon responden terpilih agar bersedia menjadi responden setelah mendapat penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian ini serta hak dan kewajiban selama menjadi responden. Responden yang bersedia kemudian diberikan informed consent untuk ditandatangani. H. Prosedur Intervensi Prosedur intervensi yang akan diberikan kepada responden adalah sebagai berikut :
61
1. Sebelum memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi untuk ibu menyusui, peneliti membuat booklet sebagai panduan, tentang nutrisi ibu menyusui dengan merujuk pada berbagai sumber yang relevan serta dikoreksi oleh editor ahli. 2. Evaluasi awal tingkat pengetahuan dilakukan sebelum responden mendapatkan pendidikan kesehatan tentang nutrisi yang seimbang. 3. Pendidikan kesehatan tentang nutrisi yang seimbang untuk ibu menyusui dilakukan setelah responden mengisi semua kuesioner tahap awal. Intervensi edukasi dengan media booklet yang boleh dibawa pulang. Pendidikan kesehatan dilakukan selama 15 menit. 4. Evaluasi akhir tingkat pengetahuan dilakukan segera setelah pendidikan kesehatan tentang nutrisi diberikan. I.
Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan beberapa tahapan. Tujuan dari pengolahan data adalah mengubah data menjadi informasi (Wasis, 2008). Tahapan pengolahan data sebagai berikut: 1.
Editing Editing dilakukan untuk mencermati kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, atau jawaban yang belum terisi, kejelasan dan kesesuaian antara jawaban dengan pertanyaan responden agar dapat diolah dengan baik.
2.
Coding Coding adalah pemberian kode untuk setiap jawaban sesuai dengan petunjuk koding. Pemberian kode digunakan untuk data karakteristik
62
responden. Pemberian kode agar memudahkan peneliti untuk menginput data. 3.
Scoring Scoring adalah pemberian nilai pada format isian. Pemberian skor agar memudahkan menginterpretasikan data yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif.
4.
Entri data Setelah selesai diberi kode maka semua data dimasukkan kedalam program komputer yang sesuai.
5.
Cleaning data Kegiatan pembersihan data dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan dan ketidaksesuaian data dengan cara pengecekan kembali, sehingga data siap dianalisa.
J.
Metode Analisis Data 1.
Analisis Univariat Analisis univariat adalah cara analisis untuk variabel tunggal. Penting dilakukan untuk menganalisis distribusi ukuran sampel dari variabel tunggal. Hasil perhitungannya disebut distribusi frekuensi (Lapau, 2012). Pada penelitian ini, hasil analisis univariat terdiri dari distribusi frekuensi dan presentase untuk jenis data kategorik (usia, agama, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan) dan tendensi sentral untuk data numerik meliputi mean, median, standar deviasi (tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pada kedua kelompok).
63
2.
Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped), dan data yang baik adalah data yang terdistribusi normal (Santoso, 2010). Jika sudah diketahui bagaimana distribusi datanya maka dilanjutkan uji bivariat.
3.
Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen (Lapau, 2012). Pemilihan uji statistika yang digunakan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi adalah paired t test jika data terdistribusi normal, tetapi jika data tidak terdistribusi normal maka menggunkan Wilcoxon test (Hidayat, 2013). Kemudian untuk mengetahui perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol maka menggunkan t-test jika data terdistribusi normal atau uji Mann Whitney jika data tidak terdistribusi normal. Signifikansi ditentukan dari hasil uji beda dengan manggunakan nilai one-tailed. One-tailed ini digunakan pada hipotesis yang sebelumnya telah diketahui arahnya.
K. Etika Penelitian Sebelum dilakukan, penelitian ini juga memenuhi beberapa prinsip etik dan formulir inform consent yang diberikan pada responden (Hidayat, 2008 dan Nursalam, 2008) 1.
Self determination
64
Responden diberi kebebasan untuk menentukan pilihan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, setelah semua informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan, dengan menandatangani informed consent yang disediakan. 2.
Anonymity Peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi menggunakan kode responden.
3.
Confidentiality Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberikannya. Semua catatan dan data responden disimpan di file berpassword sebagai dokumen penelitian.
4.
Inform Consent Perlindungan hak-hak responden dijamin dan tercantum dalam lembar persetujuan. Sebelum responden menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian, responden harus memahami tentang penelitian yang akan dilakukan, formulir/ lembar persetujuan memuat hal-hal sebagai berikut: a.
Subjek penelitian diberi penjelasan yang dapat dimengerti tentang tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Dijelaskan prosedur dan tehnik yang akan dilakukan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian.
b.
Subjek
penelitian
diberi
penjelasan
mengenai
resiko
dan
ketidaknyamanan potensial yang mungkin akan dialami. Jika selama kegiatan penelitian responden merasa tidak nyaman maka intervensi dihentikan.
65
c.
Subjek diberi tahu mengenai manfaat yang akan didapatkan pada penelitian yang akan dilakukan.
d.
Peneliti bersedia menjawab semua pertanyaan mengenai prosedur yang diajukan subjek penelitian dan bersedia memberikan penjelasan dengan lengkap tentang prosedur penelitian yang dilakukan.
e.
Jika selama berlangsungnya kegiatan penelitian ini subjek ingin mengundurkan diri, maka dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa konsekuensi apapun.
66
BAB V HASIL PENELITIAN
Bab ini memaparkan hasil pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan booklet terhadap pengetahuan tentang nutrisi ibu menyusui. Penelitian ini mengambil sampel 34 responden. Dari 34 responden ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 17 responden untuk kelompok intervensi dan 17 responden untuk kelompok kontrol. Setelah dilakukan analisa, dari 34 responden 4 orang mengundurkan diri. Alasan responden mengundurkan diri yaitu dua responden tidak bersedia mengisi lembar kuesioner post test, satu responden tidak menjawab kuesioner dengan lengkap, dan satu responden tidak jelas dalam mengisi kuesioner. Sehingga total data yang diolah adalah 15 responden untuk kelompok intervensi dan 15 responden untuk kelompok kontrol. A. Analisis Univariat 1. Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan pada 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Dari total 30 responden, 15 responden diambil bersamaan dengan kegiatan posyandu dan 15 responden yang lain diambil di tempat responden berdomisili. Hasil pengolahan data akan ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel. Adapun tabel karakteristik responden sebagai berikut: Tabel 5.1. Usia Responden Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Usia Usia 20 – 35 tahun Usia > 35 tahun Total
Kelompok kontrol Frekuensi Persen (%) 13 86.7 2 13.3 15 100.0
Kelompok intervensi Frekuensi Persen (%) 11 73.3 4 26.7 15 100.0
67
Berdasarkan tabel 5.1. Dari kedua kelompok, mayoritas responden berada pada usia produktif (20 – 35 tahun) sebanyak 13 responden (86.7 %) pada kelompok kontrol dan 11 responden (73.3 %) pada kelompok intervensi. Sedangkan responden yang berusia lebih dari 35 tahun sebanyak 2 responden (13.3 %) pada kelompok kontrol dan 4 responden (26.7 %) pada kelompok intervensi. Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Kelompok kontrol
Kelompok intervensi
Tingkat pendidikan Frekuensi
Persen (%)
Frekuensi
Persen (%)
SD
4
26.7
2
13.3
SMP
5
33.3
5
33.3
SMA
5
33.3
5
33.3
Perguruan Tinggi
1
6.7
3
20.0
Total
15
100.0
15
100.0
Berdasarkan tabel 5.2. Pendidikan terakhir responden yang sampai perguruan tinggi sangat sedikit yaitu 1 responden (6.7 %) pada kelompok kontrol dan 3 responden (20.0 %) pada kelompok intervensi). Sedangkan responden yang pendidikan terakhirnya SD sebanyak 4 responden (26.7 %) pada kelompok kontrol dan 2 responden (13.3 %) pada kelompok intervensi. Responden yang pendidikan terakhirnya SMP sebanyak 5 responden (33.3 %) pada kelompok kontrol dan 5 responden (33.3 %) pada kelompok intervensi. Frekuensi yang sama juga pada jumlah responden dengan pendidikan terakhir SMA, yaitu 5 responden (33.3 %) pada kelompok kontrol dan 5 responden pada kelompok intervensi.
68
Tabel 5.3. Pekerjaan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Kelompok kontrol
Kelompok intervensi
Pekerjaan Frekuensi
Persen (%)
Frekuensi
Persen (%)
Tidak bekerja
14
93.3
10
66.7
Bekerja
1
6.7
5
33.3
Total
15
100.0
15
100.0
Berdasarkan tabel 5.3. Menggambarkan mayoritas responden tidak bekerja. Jumlah responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 14 responden (93.3 %) pada kelompok kontrol dan sebanyak 10 responden (66.7 %) pada kelompok intervensi. Sedangkan responden yang bekerja sebanyak 1 responden (6.7 %) pada kelompok kontrol dan 5 responden (33.3 %). Tabel 5.4. Rata-rata Penghasilan Kepala Keluarga pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Kelompok kontrol
Kelompok intervensi
Frekuensi
Persen (%)
Frekuensi
Persen (%)
< 2.7 juta/bulan
6
40.0
11
73.3
> 2.7 juta/bulan
9
60.0
4
26.7
Total
15
100.0
15
100.0
Berdasarkan tabel 5.4. menggambarkan jumlah kepala keluarga responden dengan penghasilan rata-rata perbulan dibawah UMR (Upah Minimun Regional) lebih banyak dari jumlah kepala keluarga responden dengan penghasilan rata-rata perbulan diatas UMR. Kepala keluarga responden dengan penghasilan rata-rata perbulan dibawah UMR sebanyak 6 responden (40.0 %) pada kelompok kontrol dan 11 responden (73.3 %) pada kelompok intervensi. Sedangkan kepala keluarga responden dengan
69
penghasilan rata-rata perbulan diatas UMR adalah sebanyak 9 responden (60.0 %) pada kelompok kontrol dan 4 responden (26.7 %) pada kelompok intervensi. 2.
Gambaran Rata-rata Skor Pengetahuan Responden Gambaran rata-rata skor pengetahuan responden tentang nutrisi ibu
menyusui pre-test dan post-test pada kelompok intervensi dan kontrol dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.5. Gambaran Rata-Rata Skor Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Kelompok responden Intervensi Kontrol
Pre-test Post-test Pre-test Post-test
Ratarata
Nilai tengah
18.67 25.67 21.73 23.93
18.00 26.00 22.00 24.00
Standar deviasi (SD) 2.87 1.496 3.283 1.163
Minmaks 15-25 23-28 16-26 23-26
Berdasarkan tabel 5.5. rata-rata skor pengetahuan pada kelompok intervensi saat pre-test adalah 18.67 dengan nilai minimum 15 dan nilai maksimum 25. Saat post-test meningkat menjadi 25.67 dengan nilai minimum 23 dan nilai maksimum 28. Sedangkan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok kontrol saat pre-test adalah 21.73 dengan nilai minimum 16 dan nilai maksimum 26. Saat post-test meningkat menjadi 23.93 dengan nilai minimum 23 dan nilai maksimum 26. Gambaran
pengetahuan
responden
menyusui dapat dilihat pada tabel berikut:
tentang
nutrisi
ibu
70
Tabel 5.6. Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Pre-test Kurang Baik baik n Kelompok kontrol Kelompok intervensi
Post-test Kurang Baik baik
(persen) (persen) (persen) (persen) n n n % % % %
8
53.3
7
46.7
8
53.3
7
53.3
7
46.7
8
53.3
9
60.0
6
40.0
Berdasarkan tabel 5.6. Jumlah responden dengan pengetahuan baik menunjukkan adanya peningkatan pada kelompok intervensi. Pada saat pre-test jumlah responden yang berpengetahuan baik sebanyak 7 responden (46.7 %) dan jumlah responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 8 responden (53.3 %). Kemudian
pada
saat
post-test
jumlah
responden
yang
berpengetahuan baik sebanyak 9 responden (60.0 %) dan jumlah responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 6 responden (40.0 %). Hasil ini berbeda pada kelompok kontrol yang menunjukkan tidak ada peningkatan jumlah responden yang berpengetahuan baik. Pada saat pre-test jumlah responden yang berpengetahuan baik sebanyak 8 responden (53.3 %) dan jumlah responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 7 responden (46.7 %). Kemudian pada saat post-test jumlah responden yang berpengetahuan baik sebanyak 8 responden (53.3 %) dan jumlah
71
responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 7 responden (46.7 %). B. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu apakah pendidikan kesehatan yang disampaikan menggunakan media booklet mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang nutrisi ibu menyusui atau tidak. Pengujian keabsahan hipotesis dilakukan dengan menganalisa perbedaan rerata skor nilai pengetahuan responden sebelum dan setelah intervensi baik pada kelompok intervensi, kelompok kontrol, dan juga perbedaan rerata antara kedua kelompok. Sebelum dilakukan uji beda rata-rata maka dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal. Hasil analisis uji normalitas menunjukkan nilai p KolmogorovSmirnov = 0.000. Nilai tersebut p < 0.05, artinya data berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal. Sehingga analisis data selanjutnya menggunakan analisis nonparametrik. Analisis nonparametrik untuk melihat beda rerata nilai pengetahuan pada kelompok yang sama menggunakan uji Wilcoxon, sedangkan penghitungan statistik beda rerata pada kelompok yang berbeda menggunakan uji Mann Whitney. Uji Mann Whitney digunakan untuk membandingkan apakah ada perbedaan antara kedua nilai dari kedua kelompok tersebut secara signifikan. Uji statistik pada kedua penghitungan tersebut dilakukan dengan tingkat kemaknaan 95 % (alpha 0.05).
72
1.
Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media booklet terhadap nilai pengetahuan responden pada kedua kelompok Analisa perbedaan rerata nilai pengetahuan tentang nutrisi ibu menyusui dapat dilihat dalam tabel 5.7. berikut. Tabel 5.7. Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Alpha (α)
Nilai (p)
Intervensi
0.05
0.0005
Kontrol
0.05
0.0125
Nilai pengetahuan
Tabel 5.7. menggambarkan bahwa hasil analisis uji Wilcoxon pada kedua kelompok sama-sama berbeda secara signifikan. Nilai p pada kelompok intervensi adalah 0.0005 (<0.05), sedangkan nilai p pada kelompok kontrol adalah 0.0125. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan yang disampaikan dengan booklet maupun tanpa booklet sama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan responden. 2.
Analisis Beda Rerata nilai pengetahuan responden saat post-test pada kedua kelompok Analisa beda rerata skor pengetahuan responden antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol saat post-test dapat dilihat pada tabel 5.8. berikut.
73
Tabel 5.8. Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden Saat PostTest Pada Kedua Kelompok (n=30) Nilai pengetahuan
Mean rank
Intervensi
20.23
Kontrol
10.77
Nilai p 0.001
Tabel 5.8. Menunjukkan hasil analisa uji Mann Whitney pada skor pengetahuan post-test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan dengan nilai p= 0.001 (<0.05) artinya ada perbedaan pengetahuan yang signifikan antara kedua kelompok saat post-test.
74
BAB VI PEMBAHASAN
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya pemecahan masalah kesehatan melalui pendidikan. Pendidikan kesehatan sangat penting karena akan menunjang program-program kesehatan lainnya. Saat ini, dalam program-program pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Kalaupun program itu telah melibatkan pendidikan kesehatan, tetapi kurang berbobot. Alasannya karena pendidikan kesehatan itu tidak menghasilkan manfaat yang segera dan mudah dilihat atau diukur (Notoatmodjo, 2011). Melalui pendidikan kesehatan informasi-informasi penting akan sampai kepada klien agar pengetahuannya meningkat. Karena pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi pola pikir ke arah yang positif, sehingga akan menumbuhkan perilaku atau kebiasaan hidup sehat (Asiah et al., 2010; Rahmawati & Panunggal, 2014; dan Novrianda et al., 2015). A. Karakteristik Responden Penelitian ini menggambarkan dua kelompok responden, baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Dari 30 responden, 1 orang yang pernah mengikuti pendidikan kesehatan mengenai nutrisi seimbang bagi ibu menyusui. Sedangkan 29 responden lainnya mengatakan tidak pernah mengikuti dan memang tidak pernah diadakan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu menyusui dari pelayanan kesehatan terdekat. Hasil penelitian menunjukkan 8 responden (53.3 %) pada kelompok intervensi memiliki pengetahuan kurang baik dan 7 responden (46.7 %) pada kelompok kontrol memiliki pengetahuan kurang
75
baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan tentang nutrisi ibu laktasi di wilayah ini. Karakteristik berdasarkan usia mayoritas responden berusia 20 – 35 tahun, yaitu sebanyak 24 responden. Dari 24 responden yang berusia 20 – 35 tahun. Faktor usia mempengaruhi pengetahuan responden. Semakin bertambah usia dapat mempengaruhi cara berfikir dan mempunyai pengalaman yang lebih banyak. Sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin banyak (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asiah et al., (2010) dan Suwanti & Wahyuni, (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan pengetahuan. Tetapi belum tentu usia yang lebih matang memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada usia dibawahnya, karena ada faktor lain seperti pengalaman, pekerjaan, pendidikan,
dan
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi
tingkat
pengetahuannya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan usia dengan tinggat pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi. Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan manusia adalah tingkat pendidikan. Secara teori semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka semakin mudah mendapatkan informasi dan tingkat pengetahuan seseorang semakin baik (Arikunto, 2006). Suatu penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, karena pendidikan seseorang mempengaruhi sikap atau respon yang diberikan terhadap informasi yang ia peroleh. (Suwanti & Wahyuni, 2012). Hasil penelitian ini
menunjukkan
masih
sedikit responden
yang
tingkat
pendidikannya perguruan tinggi, yaitu sebanyak 4 responden. Tetapi dalam
76
hal ini perlu diteliti kembali karena pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang spesifik, yaitu pengetahuan tentang nutrisi ibu menyusui. Sehingga tidak setiap responden memiliki pengetahuan yang baik tentang nutrisi ibu menyusui. Maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi. Karakteristik responden berikutnya adalah pekerjaan. Pekerjaan responden dikelompokkan menjadi bekerja dan tidak bekerja. Hasil dari penelitian didapatkan mayoritas responden tidak bekerja yaitu 24 responden. Pekerjaan responden berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Karena seseorang yang bekerja di luar rumah cenderung memiliki akses yang baik terhadap informasi dibandingkan seseorang yang sehari-hari berada di rumah (Arikunto, 2006). Namun, jenis pekerjaan dan tempat bekerja yang berbeda akan mempengaruhi informasi yang diperoleh. Maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan terhadap pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi. Tingkat pendapatan kepala keluarga dikelompokkan berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional) yaitu 2.710.000 juta/bulan. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas kepala keluarga responden memiliki penghasilan di bawah UMR (2.710.000 juta/bulan) yaitu 17 responden. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, seseorang dengan tingkat upah yang tinggi, dapat menjangkau kebutuhan yang diperlukan termasuk kebutuhan nutrisinya (Hapsari, 2013). Selain itu, seseorang dengan tingkat upah yang tinggi dapat mudah mengakses layanan kesehatan yang lebih baik. Maka, hal ini perlu diteliti kembali mengenai hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan
77
pengetahuan dan pola perilaku makan yang sehat, karena kebutuhan dan prioritas pembelanjaan setiap keluarga berbeda-beda. B. Pengetahuan Responden Seseorang memerlukan nutrisi untuk menjaga agar tubuhnya dapat melakukan segala proses fisiologinya (Stedman, 2004). Nutrisi yang terdiri dari sumber energi, zat pengatur, dan zat pelindung, dan segala proses yang terjadi dalam tubuh manusia. Bila seseorang salah dalam mengkonsumsi makanan maka akan menimbulkan dampak buruk, diantaranya adalah status gizi individu (Almatsier, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadimin, et al. (2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Moncobalang kabupaten Gowa yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pola makan dan status gizi ibu menyusui. Sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus (Nursalam & Efendi (2008), artinya pola makan merupakan respon dari pengetahuan yang dimiliki oleh individu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Istiningtyas (2010) yang menyatakan bahwa sikap pola makan dipengaruhi oleh pengetahuan, meskipun peningkatan pengetahuan saja tidak dapat mengubah sikap seseorang dalam jangka waktu pendek. Dalam teori Health Belief Model menekankan pada peranan persepsi seseorang terhadap kerentanan suatu penyakit dan keefektifan potensial dalam pengobatan (Bensley, 2008). Salah satu upaya untuk mengubah persepsi individu adalah memberikan informasi, sehingga pengetahuannya tentang nutrisi bagi ibu laktasi baik. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan
78
individu tentang nutrisi ibu laktasi yang diberikan pendidikan kesehatan. Oleh sebab itu, perlu adanya pendidikan kesehatan yang efektif untuk meningkatka pengetahuan tentang nutrisi ibu laktasi. Persepsi kerentanan (perceived susceptibility) terhadap suatu penyakit akan mempengaruhi tindakan pencegahan dari individu, artinya risiko penyakit yang akan muncul dapat mendorong individu agar bertindak untuk mencegah penyakit tersebut (Bensley, 2008). Hal ini didukung
yang
dilakukan oleh Khosidah & Purwanti (2014) yang berjudul Persepsi ibu rumah tangga tentang VCT terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS menyatakan bahwa ada pengaruh secara bersama-sama variabel persepsi kerentanan HIV/AIDS dan variabel faktor pencetus terhadap perilaku VCT. Oleh sebab itu, perlu diberikan informasi tentang dampak yang mungkin ditimbulkan jika tidak melakukan Dalam Penelitian ini, informasi tentang persepsi kerentanan disampaikan melalui pernyataan kuesioner poin ke 21 dan 22, bahwa ibu dengan asupan nutrisi kurang, akan berdampak pada kesehatan bayi. Selain itu, tumbuh kembang bayi dapat tetap atau menurun karena kebutuhan ASI-nya tidak cukup. Persepsi keseriusan (perceived seriousness), yaitu apabila risiko yang muncul benar terjadi maka akan menerima konsekuensi yang berat, seperti kebutuhan bayi dan ibu tidak terpenuhi secara maksimal (Edberg, 2009). Kombinasi persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan akan menimbulkan persepsi ancaman, maka seseorang akan merubah perilakunya berdasarkan persepsi ancaman dari risiko yang akan ditimbulkan (Glanz, 2008). Maka
79
perlu diteliti mengenai hubungan persepsi dengan perilaku pola makan yang seimbang bagi ibu menyusui. Persepsi
tentang manfaat
juga berpengaruh
terhadap perilaku
pencegahan suatu penyakit (Glanz, 2008). Seseorang akan terdorong melakukan tindakan pencegahan karena merasa bahwa tindakan tersebut bermanfaat untuk menghindari risiko yang akan muncul (Ningsih et al., 2013). Persepsi positif ini sangat berperan penting pada perilaku seseorang dalam mengambil suatu keputusan kesehatan atas dirinya ataupun lingkungannya. Jika manfaat yang didapat semakin besar maka individu akan cenderung melakukan tindakan pencegahan tersebut. Sebaliknya, jika manfaat yang akan didapat sedikit maka kemungkinan kecil individu melakukan tindakan pencegahan tersebut. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gamelia & Wijayanti (2013) yang menyatakan bahwa persepsi manfaat dari suatu tindakan pencegahan malaria merupakan variabel yang berpengaruh paling kuat dengan signifikansi < 0.05. Variabel persepsi tentang manfaat berpengaruh 2,94 kali lebih besar untuk mendorong seseorang melakukan tindakan pencegahan. Dalam penelitian ini, responden diberikan informasi tentang manfaat asupan nutrisi ibu yang cukup melalui pernyataan-pernyataan kuesioner poin ke 1, 2, 3, dan 16, bahwasannya nutrisi ibu selama menyusui akan diserap oleh tubuh dan digunakan untuk kebutuhan dirinya dan bayinya, yaitu untuk melakukan aktivitas, cadangan dalam tubuh, dan memproduksi ASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab dengan benar
80
pada pernyataan-pernyataan ini. Jadi, pengetahuan responden baik mengenai persepsi manfaat nutrisi ibu menyusui. Persepsi hambatan juga mempengaruhi perilaku individu, artinya persepsi individu bahwa tidak terlalu banyak konsekuensi negatif bila mengambil tindakan pencegahan (Edberg, 2009). Namun, hal ini perlu diteliti kembali apakah tindakan pencegahan dari dampak masalah gizi juga mempengaruhi perilaku individu untuk mengatur pola makan atau gaya hidupnya, karena tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gamelia & Wijayanti (2013) yang menyatakan bahwa persepsi hambatan tidak mempengaruhi perilaku individu, karena pencegahan yang dilakukan individu mempertimbangkan biaya dan beban yang ditanggung. Kepercayaan seseorang akan kemampuan untuk melakukan tindakan pencegahan juga mempengaruhi perilaku individu (Edberg, 2009). Ibu menyusui memiliki kepercayaan diri bahwa tindakan yang dilakukan ibu sudah benar, akan tetapi karena pengetahuan yang kurang matang, sehingga ibu ragu-ragu kemudian tidak mempedulikan asupan nutrisinya. Oleh sebab itu, adanya peristiwa eksternal yang positif, dukungan keluarga terdekat, dukungan tenaga kesehatan, dukungan tokoh-tokoh penting, serta media masa seperti leaflat, booklet, televisi, radio, poster ini penting karena dapat memotivasi individu untuk melakukan tindakan pencegahan. Persepsi individu melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari ancaman yang akan diterima dipengaruhi oleh pengetahuan (Edberg, 2009). Sehingga pengetahuan bahwa pemenuhan nutrisi yang baik bagi ibu menyusui akan mendorong ibu untuk mengatur pola makan yang baik. Hal ini
81
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadimin (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pola makan. Semakin baik pengetahuan ibu maka semakin baik pola makannya. Dengan pengetahuan yang baik, ibu dapat memberikan kontribusi yang benar terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi selama ibu menyusui. Sehingga pantangan-pantangan atau mitos-mitos yang dikenakan pada ibu dapat diperhatikan. Jangan sampai pantangan tersebut merugikan kondisi ibu maupun anak. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kesehatan diantaranya adalah melalui pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat pengetahuan responden yang diberikan pendidikan kesehatan baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Rata-rata pengetahuan responden pada kedua kelompok meningkat yaitu 18.67 menjadi 25.67 pada kelompok intervensi dan 21.73 menjadi 23.93 pada kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati et al., (2007), Zulaekah, (2012), Keseuntung et al., (2015), dan Suraya et al., (2015) dengan judul yang berbeda, menyatakan bahwa ada peningkatan pengetahuan pada kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan. Pengetahuan dapat diterima seseorang melaui indera. Paling banyak pengetahuan disalurkan ke dalam otak melalui indera pandang. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui indera pandang, 13% melalui indera pendengaran, dan 12% lainnya tersalur
82
melalui indera yang lain (Arsyad. A. dalam Rahmawati, 2007). Maka peningkatan pengetahuan dengan media audio dan visual sangat signifikan. Dalam penelitian ini, media yang digunakan untuk pendidikan kesehatan adalah menggunakan booklet yang disertakan dalam ceramah. Penyampaian informasi melalui audio sekaligus media visual ini, diharapkan akan membantu keefektifan pendidikan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulaekah, (2012) yang berjudul pendidikan gizi dengan media booklet terhadap pengetahuan gizi menyatakan pendidikan gizi dengan media booklet efektif meningkatkan pengetahuan gizi anak SD yang anemia. Pada penelitian ini juga menggunakan booklet agar masyarakat yang sebagai obyek memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam media komunikasi dapat tercapai dengan maksimal. Media booklet lebih efektif meningkatkan pengetahuan individu. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih (2007); Apriani & Kumalasari (2014); Artini et al., (2014); dan Agustin et al., (2014) yang menyatakan bahwa media booklet lebih efektif meningkatkan pengetahuan responden dari pada ceramah, leaflat, atau peer group. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Untuk kelompok kontrol diberikan pendidikan kesehatan melalui ceramah saja, sehingga yang membedakan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah media booklet. Pada dasarnya
pendidikan
kesehatan
melalui
ceramah
juga
berpengaruh
meningkatkan pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarwani et al., (2014) yang menyatakan ada perbedaan
83
pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan ceramah dengan rata-rata skor pengetahuan 10.82 menjadi 12.18 sebanyak 60.7 % responden. Namun, dengan pemilihan desain penelitian yang seperti ini diharapkan dapat diketahui adakah pengaruh booklet atau tidak. Media booklet ini efektif meningkatkan pengetahuan. Sesuai dengan hasil penelitian Hapsari, (2013) berjudul efektivitas komunikasi media booklet ―anak alami‖ sebagai media penyampaian pesan gentle birthing service yang menyatakan bahwa 74 % dari 100 responden menilai booklet memiliki efektivitas komunikasi sebagai media penyampai pesan. Ada perbedaan peningkatan pengetahuan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet adalah 18.67. Kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet pengetahuannya meningkat dengan skor rerata 25.67. Jadi, selisih antara sebelum dan sesudah adalah 7.0. Sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tanpa media booklet adalah 21.73. Kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan tanpa booklet nilai rata-rata pengetahuannya meningkat menjadi 23.93. Jadi, selisih antara rerata sebelum dan sesudah adalah 2.2. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan pengetahuan responden pada kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media booklet dan tidak. Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok intervensi gambaran pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 7
84
responden (46.7 %) berpengetahuan baik dan 8 responden (53.3 %) berpengetahuan kurang baik. Sedangkan gambaran pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 9 responden (60.0 %) berpengetahuan baik dan 6 responden (40.0 %) berpengetahuan kurang baik. Adapun pada kelompok kontrol gambaran pengetahuan responden sebelum diberikan
pendidikan
kesehatan
sebanyak
8
responden
(53.3
%)
berpengetahuan baik dan 7 responden (46.7 %) berpengetahuan kurang baik. Sedangkan gambaran pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 8 responden (53.3 %) berpengetahuan baik dan 7 responden (46.7 %) berpengetahuan kurang baik. Pengetahuan yang kurang ini mengenai prinsip nutrisi, sumber dan kegunaan nutrisi, dampak kekurangan gizi, dan ukuran kebutuhan nutrisi bagi ibu menyusui. Banyak responden yang tidak tepat dalam menjawab pertanyaan tentang hal tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu diberikan pendidikan kesehatan mengenai hal tersebut. Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan beda rata-rata nilai pengetahuan antara pre-test dan post-test pada kelompok intervensi adalah p = 0.0005 (<0.05) dan pada kelompok kontrol adalah p = 0.0125 (<0.05). Nilai ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Jika dilihat dari selisih nilai rata-rata, pada kelompok intervensi selisih peningkatan nilai rata-rata relatif lebih tinggi dibandingkan dengan selisih peningkatan nilai rata-rata pada kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan dari pendidikan kesehatan yang diberikan menggunakan booklet terhadap peningkatan pengetahuan.
85
Hasil uji Mann Whitney diperoleh beda rata-rata post-test antara kedua kelompok adalah p = 0.001 (< 0.05), artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Srimiyati (2014) yang menyatakan Terdapat perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dibandingkan dengan sesudah dan perbedaannya bermakna secara statistik p<0,005 dan penelitian yang dilakukan oleh Farudin (2011) dan Yulianti (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan booklet lebih efektif dibandingkan leaflat atau ceramah. Pendidikan kesehatan yang disampaikan dengan metode atau media yang ada, seperti ceramah, diskusi, peer group, demonstrasi, booklet, slide, dan lain-lain dapat mempengaruhi seseorang, baik pengetahuan, perilaku, atau sikap sesuai dengan tujuan dari pendidikan kesehatan tersebut. Tetapi, memilih metode atau media yang paling efektif diperlukan untuk menyampaikan informasi yang tepat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bahwa pemberian informasi melalui booklet yang disertakan dalam ceramah berpengaruh signifikan meningkatkan pengetahuan. Beberapa penelitian yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih (2007); Ataupah (2007); Farudin (2011); Zulaekah (2012); Yulianti (2013); Srimiyati (2014); Agustin (2014); Artini (2014); dan Apriani & Kumalasari (2014)
yang
sama-sama
menyatakan
bahwa
pendidikan
kesehatan
menggunakan media booklet lebih efektif dari pada media yang lain. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dijadikan acuan bahwa booklet merupakan media yang paling efektif untuk pendidikan kesehatan.
86
C. Keterbatasan penelitian Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang menjadi kekurangan dalam penelitian ini. 1. Kendala Penelitian Kendala yang dihadapi selama melakukan penelitian ini adalah peneliti tidak bisa mengumpulkan responden dalam satu waktu, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengumpulkan data, ada beberapa responden yang mengundurkan diri, sehingga harus mencari responden lain, dan tidak ada jadwal kegiatan posyandu di minggu ke empat, sehingga peneliti harus mendatangi rumah responden karena untuk mengejar waktu target. 2. Kelemahan penelitian a. Variabel penelitian ini menggunakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada pengetahuan saja. b. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup, sehingga responden hanya memiliki dua alternatif jawaban benar dan salah. Oleh karena itu, belum bisa menggambarkan pengetahuan responden tentang nutrisi ibu menyusui secara mendalam.
87
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan dijelaskan pada bab 5 dan 6, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Karakteristik responden mayoritas berusia antara 20 – 35 tahun yaitu 13 responden (86.7 %) pada kelompok kontrol dan 11 responden (73.3 %) pada kelompok intervensi, tingkat pendidikan masih sedikit yang sarjana yaitu 1 responden (6.7 %) pada kelompok intervensi dan 3 responden (20.0 %) pada kelompok kontrol, pekerjaan responden mayoritas tidak bekerja yaitu sebanyak 14 responden (93.3 %) pada kelompok kontrol dan 10 responden (66.7 %) pada kelompok intervensi, serta mayoritas rata-rata penghasilan kepala keluarga adalah kurang dari UMR yaitu 11 responden (73.3 %) pada kelompok intervensi. Tetapi berbeda pada kelompok kontrol, rata-rata penghasilan kepala keluarga adalah lebih dari UMR yaitu 9 responden (60.0 %)
2.
Rata-rata skor pengetahuan ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur saat pre-test pada kelompok perlakuan adalah 18.67 dengan skor terendah 15 dan skor tertinggi 25. Sedangkan pada kelompok kontrol adalah 21.73 dengan skor terendah 16 dan skor tertinggi 26.
3.
Rata-rata skor skor pengetahuan ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur saat post-test pada kelompok perlakuan adalah 25.67 dengan skor terendah 23 dan tertinggi 28. Sedangkan pada
88
kelompok kontrol adalah 23.93 dengan skor terendah 23 dan tertinggi 28. Artinya kedua kelompok sama-sama meningkat pengetahuannya. Namun, pada kelompok perlakuan penigkatan pengetahuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol. 4.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa booklet mempengaruhi skor pengetahuan ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur dengan nilai beda rata-rata post-test antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol p= 0.001( <0.05). nilai yang lebih kecil dari alpha ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa booklet berpengaruh positif meningkatkan pengetahuan tentang ntrisi ibu menyusui.
B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Keperawatan Pengetahuan
yang
minim
dapat
menghambat
pelaksanaan
program-program kesehatan. Sehingga dibutuhkan program penunjang sebagai sarana penyampaian informasi kesehatan. Salah satunya adalah dengan program pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang disertai booklet. Sesuai dengan penelitian di atas, bahwa metode ini sangat berpengaruh positif untuk peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan menjadi salah satu fungsi perawat yaitu sebagai educator (pendidik), maka perlu memilih metode efektif agar dapat mencapai tujuan yang maksimal. 2. Bagi Masyarakat Pengetahuan tentang kesehatan sangat penting untuk berperilaku hidup yang sehat. Maka penting juga mengikuti program pendidikan
89
kesehatan untuk memperoleh informasi. Nutrisi bagi ibu menyusui merupakan hal penting yang harus diketahui oleh ibu-ibu menyusui agar dapat menjaga kesehatan dirinya dan dapat memberikan ASI yang terbaik bagi anaknya. 3. Bagi Puskesmas Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan puskesmas sebagai penyedia layanan primer dapat menyelenggarakan program pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan booklet. Adapun booklet yang digunakan harus memenuhi kriteria yaitu menngunakan kalimat yang pendek, sederhana, singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal, penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt, dan dikemas yang menarik (Hapsari, 2013). Program ini nantinya akan menunjang peningkatan pelayanan kesehatan dan pelaksanaan program-program lain yang terkait seperti program ASI eksklusif, gerakan sadar gizi, dan lain-lain. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Dilakukan penelitian lain tentang hubungan pengetahuan nutrisi ibu menyusui dengan sikap dan perilaku pola makan yang seimbang. b. Dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik responden terhadap perbedaan pengetahuan nutrisi ibu menyusui. c. Dilakukan penelitian tentang hubungan persepsi dengan perilaku pola makan yang seimbang bagi ibu menyusui. d. Dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan ibu menyusui.
DAFTAR PUSTAKA Al-Quran al-Karim dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI. Agustin, Maria et al. (2014). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Media Booklet Dibandingkan Dengan Audiovisual Terhadap Pengetahuan Orang Tua Tentang Karies Gigi Pada Anak Usia 5 – 9 Tahun Di Desa Makam Haji. Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedi Anonim. 2013. Imunisasi Survei Nasional 2013. Anonim. 2014. Breastfeeding Report Card United States 2013, National Center for Chronic Diseases Control and Prevention and Health promotion. Diakses 3-12-2014 15:15. Apriani, Arista dan Mei Lina Fitri Kumalasari. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Pada WUS Di Surakarta Jawa Tengah. Arifin, Siregar. 2006. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara. Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Artini, Friza Rahmi et al. 2014. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Leaflat Dengan Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Chikungunya Di Desa Trangsan Gatak Sukoharjo. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Asiah, Siti et al. 2010. Pengaruh edukasi kelompok sebaya terhadap perubahan perilaku pencegahan anemia gizi besi pada wanita usia subur di kota semarang. http://jurnal.unimus.ac.id. Ataupah, Yanti M. 2007. Pengaruh Health Education Tentang Fluor Albus Menggunakan Media Booklet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smpn 4 Kupang NTT. Skripsi (S1) Keperawatan Universitas Airlangga. Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Becker, M. H., Drachman, R. H., & Kirsht, J. P. 1974. A new approach to explaining sick-role behavior in low-income populations. American Journal of Public Health, 64(3), 205–216.
Behrman, E Richard (Editor). 2007. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. Jakarta: EGC. Bensley, Robert J. 2008. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Brown, Judith E. 2011. Nutrition Through the Life Cycle International Edition. Canada: Wadsworth Cengage Learning. Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC. Dirckx, John H (Editor). 2004. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan Edisi 4. Jakarta: EGC. Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Endres, Jeannette Brakhane. 2004. Food, Nutrition, and The Young Child Fifth Edition. New Jersey: PEARSON Merril Prentice Hall. Farudin, Ahmad. 2011. Perbedaan Efek Konseling Gizi Dengan Media Leaflet Dan Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan, Asupan Energi Dan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta. Fitri Wahyuna dan Zainal Abidin. 2013. Gambaran Sosial budaya Dengan Pola Makan Ibu Menyusui Di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pide Jaya Tahun 2013 (Jurnal). Jurnal Karya Tulis Ilmiah diakses 5-12-2014 20:23. Forthofer, Ronald N. 2007. Biostatistics A Guide to Design, Analysis, and Dizcovery Second Edition. USA: Elsevier. Gamelia, Elviera dan Siwi Pramatama Mars Wijayanti. 2013. Persepsi, Peluang Aksi, dan Informasi serta Perilaku Pencegahan Malaria. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 8, Maret 2013. Hapsari, Cindy Melinda. 2013. Efektivitas Komunikasi Media Booklet “Anak Alami” Sebagai Media Penyampai Pesan Gentle Birthing Service. Jurnal EKomunikasi, vol I. No.3 Tahun 2013. Hal.273 Haroon, Sarah et al. 2013. Breastfeeding Promotion Interventions and Breastfeeding Practices : A systematic review. Bio Medical Center Public Health.
Hayati, Aslis Wirda. 2009. Gizi Bayi: Buku Saku. Jakarta: EGC Imron, mochammad & Amrul Munif. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto. Istiningtyas, Aina. 2010. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Gaya Hidup Sehat Dengan Perilaku Gaya Hidup Sehat Mahasiswa Di PSIK Undip Semarang. Jurnal Kesmadaska. Vol. 1 No. 1 Juli 2010. Johnson, Ruth. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC. Judith, E Brown. 2011. Nutrition Through The Life Cycle Fifth Edition. Kaseuntung, Christiana et al. 2015. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Pengetahuan Wanita Usia Subur dalam Pemilihan Kontrasepsi di Desa Kalama
Darat
Kecamatan
Tamako
Kepulauan
Sangihe.
Ejournal
Keperawatan (eKp) Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan 1000 Hari Pertama Kehidupan. Khair, Sabi’ah. 2012. Pengambilan Keputusan Pemenuhan Kebutuhan Ibu Hamil Anemia Di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB (Tesis). Tesis Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia. Khosidah, Amik dan Sugi Purwanti. 2014. Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang Volluntary Councelling And Testing (VCT) Terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5, No. 2 Edisi Desember 2014, hal. 67-78. Kurniasih, Dedeh,dkk. (2010). Sehat danBugar Berkat Gizi Seimmbang. Jakarta: Gramedia Lamers, Y. 2011. Folate recommendations for pregnancy, lactation, and infancy. Annals of Nutrition & Metabolism. The British Journal of Nutrition Vol 59(1), 32-7. Lapau, Buchari. 2012. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: YPOI. Maga, Irmaya et al. 2013. Faktor Determinan Produksi ASI pada Ibu Menyusui di Puskesmas Talaga Jaya kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Jurnal Kebidanan Politeknik Gorontalo.
Mahfoedz, Ircham & Eko Suryani. 2007. Pendidikan Kesehatan Promosi Kesehatan Cetakan ke-5. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya. Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC Mico, Paul R & Helen S Ross. 1975. Health Education and Behavioral Sciences. California: Third Party Associates, Inc. Mintarsih P, Wiwin. 2007. Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet Dan Poster Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Di Kabupaten Tasikmalaya. Tesis Universitas Gadjah Mada. Molinari, C. E., Casadio, Y. S., Hartmann, B. T., Arthur, P. G., & Hartmann, P. E. 2013. Longitudinal analysis of protein glycosylation and beta]-casein phosphorylation in term and preterm human milk during the first 2 months of lactation. The British Journal of Nutrition, Vol. 110(1), 105-15. Mubarak, Wahit Iqbal et al. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nadimin, et. al. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Moncobalang Kabupaten Gowa. Media Gizi Pangan.Vol. IX, Edisi 1, Januari-Juni 2010. Nasir, Narila .M. 2013. Gizi Maternal. Banten: UIN Jakarta Press. Ningsih, Haryati, et al. 2013. Perilaku Ibu Terhadap Pencegahan Dan Pengobatan Anak Balita Penderita Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Belawa Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo. Noorkasiani. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. __________, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. __________, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Novrianda, Dwi et al. 2015. Perbandingan Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Kemampuan Ibu Merawat Balita ISPA Di
Puskesmas Padang Pasir Dan Pauh. Jurnal Sains Farmasi Dan Klinis (EISSN : 2442-5435) Vol. 01. No. 02 Ei 2015. Nurbaeti, Irma & Kustati Budi Lestari. 2013. Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education Terhadap keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada Periode Postpartum. Jurnal Keperawatan Universitas Padjajaran Vol. 1(2) Agustus 2013. Nursalam & Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Paramita, Siska. 2011. Faktor yang Berhubungan Dengan Praktek Inisiasi Menyusui Dini Pada Ibu Dengan Batita Di Puskesmas Bukit Duri (Jurnal). Jurnal Universitas Pembangunan Nasional. 32 (2000-2010). Peraturan Kementerian Kesehatan. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Permatasari, Cicilia. 2013. Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui. https://www.academia.edu/8355976/Gizi_seimbang_bagi_ibu_menyusuilengkap diakses 15-12-2014 12:22. Perpustakaan Nasional RI. 2009. Kesehatan dalam Perspektif al-Qur’an (Tafsir Al-Qur’an Tematik). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Portal Nasional Republik Indonesia. 86 % Bayi di Indonesia tidak diberi ASI eksklusif, 2008 diakses 22-10-2014 01:17. Proverawati, A. Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi dan Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Purwanti, Hubertin Sri. 2007. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku untuk Bidan. Jakarta: EGC. Puspitasari, Linda et al. 2015. Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Upaya Menangani Balita Gizi Kurang di Desa Mancasan Sukoharjo. Rahayu, Oky Herdyan dan Maspiyah. 2014. Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Media Booklet Terhadap Peningkatan Perilaku Mahasiswi UNESA Tentang Kosmetik Ilegal Pemutih Wajah. e- Journal. Vol. 03 (1), 246-250. diakses 14-11-2014.
Rahmawati, Ira et al. 2007. Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Audio Visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang Dan Buruk Di Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Gizi linik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Nopember 2007: 69-77. Rahmawati, Nuris Zuraida dan Binar Panunggal. 2014. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pemberian makanan anak usia 12 – 24 bulan. Journal of nutrition vol. 3, no. 1 (2014). Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Roberts, Bonnie Worthington (Editor). 2008. Nutrition Throughout The Life Cycle. McGraw Hill. Sariati, Murni. 2013. Dampak Kualitas Makanan Ibu Menyusui Terhadap Kualitas ASI. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Ed. 6. Jakarta: EGC. Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Srimiyati. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet Terhadap Pengetahuan Dan Gejala Kecemasan Wanita Premenopause. Jurnal Universitas Gadjah Mada. Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Suraya, Huda Nuri, Ilhami Romus, dan Suyanto. 2015. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu PKK Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri. JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015. Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0 – 12 Bulan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suwanti, Endang dan Sri Wahyuni. 2012. Karakteristik Ibu Kaitannya Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu. Jurnal terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November 2012. Hal. 1-94.
Swarjana, I Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI. Toni, F., Grigoletto, L., Rapp, C. J., Socha, M. T., & Tomlinson, D. J. 2007. Effect of replacing dietary inorganic forms of zinc, manganese, and copper with complexed sources on lactation and reproductive performance of dairy cows. Professional Animal Scientist, 23(4), 409-416. Umar, Husein. 2011. Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers. Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC. Weller, Barbara F. 2005. Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC. Whitney, Ellie & Sharon Rady Rolfes. 2005. Understanding Nutrition Tenth Edition. USA: Thomson Wadsworth. Widiastuti, Rahayu et al. 2012. Kamus Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Wulansari, Melati Artika. 2009. Hubungan Antara pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Ibu Menyusui Di Posyandu Desa Gawanan Colomadu Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah. Yin, J., Quinn, S., Dwyer, T., Ponsonby, A. -., & Jones, G. 2012. Maternal diet, breastfeeding and adolescent body composition: A 16-year prospective study. European Journal of Clinical Nutrition, 66(12), 1329-34. Yulianti, Indah. 2013. Booklet Untuk Meningkatkan Pengetahuan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Desa Plumbungan Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Jurnal Keperawatan Vol.2(2). Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI- Makanan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: ANDI. Yuliawati, Andria. 2013. Korelasi antara asupan nutrisi dengan produksi asi di desa Nogosari kec. Rowokangkung kab. Lumajang. Jurnal Kebidanan Universitas Mayjen Sungkono Mojokerto. Zulaekah, Siti. 2012. Pendidikan Gizi Dengan Media Booklet Terhadap Pengetahuan Gizi. Jurnal Kesehatan Masyarakat 7 (2)(2012)127-133 atau bisa diakses melalui http://journal.unnes.ac.id/index.php/kesmas
No. Responden :......................... Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bernama Malikatul Ma’munah (1111104000058) adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Terhadap Pengetahuan Nutrisi Ibu Laktasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk keperluan tersebut saya harapkan kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya jika ibu bersedia saya mohon untuk mengisi kuesioner yang telah saya sediakan dengan jujur dan apa adanya. Semua informasi yang ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika ibu bersedia, silakan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu. Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini. Ciputat,
April 2015
Peneliti
Nama responden
Malikatul Ma’munah
(............................................................)
Kode :........................... Kuesioner Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Terhadap Pengetahuan Nutrisi Ibu Laktasi No. Responden (
)
A. Kuesioner Data Demografi Alamat Lengkap :............................................................................................ Usia : ............................................................................................. < 20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun Agama
:
Islam Katolik Protestan
Hindu Budha
Pendidikan terakhir
:
Tidak Sekolah SD/Sederajat SMP/Sederajat
SMA/ Sederajat Perguruan Tinggi
Pekerjaan
:
Tidak bekerja Guru/ Pendidik Petani/ Nelayan
Wiraswasta Lainnya (...............................)
Penghasilan kepala keluarga tiap bulan : < 2,71 juta/bulan
> 2,71 juta/bulan
B. Jawablah pernyataan berikut dengan memberikan tanda (V) pada kolom berikut. No
Pernyataan
1.
Nutrisi merupakan makanan atau cairan yang diperoleh untuk diserap tubuh.
2.
Nutrisi ibu menyusui dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan bayinya, dan untuk menghasilkan air susu untuk kebutuhan bayinya.
3.
Nutrisi pada ibu menyusui digunakan untuk melakukan aktivitas, cadangan dalam tubuh, dan proses memproduksi ASI dengan komposisi yang seimbang.
4.
Jumlah asupan nutrisi ibu menyusui dapat mempengaruhi jumlah ASI yang dihasilkan.
5.
Pantangan makan makanan tertentu pada ibu menyusui dapat mempengaruhi jumlah dan kualitas ASI yang dihasilkan.
6.
Ibu menyusui memerlukan jumlah makanan yang lebih banyak dari pada ibu tidak menyusui.
7.
Ibu menyusui tidak perlu terlalu ketat dalam mengatur makanan yang dikonsumsi.
8.
Sumber nutrisi berasal dari karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
9.
Karbohidrat merupakan sumber energi bagi tubuh
10
Makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi, jagung, roti, dan gandum.
11. Protein merupakan sumber zat pembangun bagi tubuh. 12.
Makanan sumber protein adalah tahu, tempe, telur, daging, dan kacang-kacangan.
13. Pepaya, pisang, dan singkong termasuk sumber protein 14. Protein terdiri dari protein nabati dan protein hewani. 15. Zat pengatur bagi tubuh berasal dari vitamin. 16. Vitamin berguna untuk melindungi tubuh dari infeksi. 17.
Sumber vitamin berasal dari sayuran dan buah-buahan segar.
Benar
Salah
18.
Makanan yang mengandung vitamin A adalah kacang kedelai, buncis, ikan salmon, dan jus wortel.
19.
Vitamin C dibutuhkan untuk daya tahan tubuh terhadap infeksi.
20.
Sebaiknya ibu menyusui minum air putih ditambah 3 gelas perhari dari biasanya.
21.
Meskipun asupan nutrisi ibu kurang, tidak akan berdampak pada kesehatan bayi/anak.
22.
Jika ASI untuk bayi tidak cukup, maka tumbuh kembang bayi dapat menurun atau tetap.
C. Berilah tanda (X) pada jawaban yang anda anggap tepat. 1. Sebaiknya ibu yang menyusui mengkonsumsi sayur perharinya sebanyak... a. 2 porsi b. 3 porsi c. 4 porsi 2. Sebaiknya ibu yang menyusui mengkonsumsi nasi perharinya sebanyak... a. 2 porsi b. 4 porsi c. 6 porsi 3. Sebaiknya ibu yang menyusui minum air dalam sehari sebanyak... a. + 3 gelas b. + 5 gelas c. + 7 gelas 4. Sebaiknya ibu mengkonsumsi buah-buahan perharinya sebanyak... a. 1 porsi b. 2 porsi c. 3 porsi 5. Dibawah ini makanan mengandung karbohidrat.. a. Nasi, jagung, biskuit b. Ayam, ikan, singkong c. Nasi, tempe, tahu 6. Dibawah ini makanan mengandung protein... a. Putih telor ayam, cumi-cumi, ikan mas b. Jagung, tomat, singkong c. Daging, terong, nanas
No Subjek NamaUsia Subjek Agama Pendidikan Pekerjaan Penghasilan P1 P2 1A 2 1 4 1 1 1 2B 2 1 4 1 2 1 1 3C 2 1 4 1 1 1 1 4D 2 1 4 1 2 1 1 5E 2 1 5 5 2 1 1 6F 2 1 4 4 2 1 1 7G 2 1 2 1 1 1 1 8H 3 1 4 1 1 1 1 9I 2 1 3 1 1 1 1 10 J 2 1 5 1 1 1 1 11 K 2 1 5 5 2 1 1 12 L 2 1 3 1 2 1 1 13 M 2 1 3 1 1 1 1 14 N 2 1 5 4 2 1 1 15 O 3 1 4 1 2 1 1 16 P 2 1 2 1 1 1 1 17 Q 2 1 4 1 2 1 1 18 R 2 1 4 1 1 1 1 19 S 1 1 4 1 1 1 1 20 T 2 1 4 1 2 1 1 21 U 2 1 5 1 2 1 1 22 V 2 1 3 4 2 1 1 23 W 2 1 4 1 2 1 1 24 X 2 1 4 1 1 1 1 25 Y 2 1 4 4 1 1 1 26 Z 2 1 3 4 1 1 1 27 AA 2 1 5 1 2 1 1 28 AB 3 1 2 1 1 1 1 29 AC 2 1 3 1 1 1 1 30 AD 3 1 4 1 2 1 1
total P Q PQ
P3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
P4 P5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
P6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 C1 C2 C3 C4 C5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1
C6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
total 21 20 19 21 9 21 20 17 20 21 19 20 17 17 19 19 19 20 20 17 20 20 20 19 20 18 20 21 22 20
30 21
26
19 29 30
576
30
30
29
1 0 0
1 0 0
1 0 0
k 22 jml PQ 1,92 var 5,226666667 mean 19,2 KR 20 0,662779397 KR 21 0,557823129
1 0,7 0,9 0,6 0 0,3 0,1 0,4 0 0,2 0,1 0,2
1 0 0
1 0 0
29
29
1 0 0
1 0 0
29
12
1 0,4 0 0,6 0 0,2
29
26
27
28
27
29
25
18 24 19
4
5 13 23
29
1 0,9 0,9 0,9 0,9 0 0,1 0,1 0,1 0,1 0 0,1 0,1 0,1 0,1
1 0 0
0,8 0,2 0,1
0,6 0,8 0,6 0,4 0,2 0,4 0,2 0,2 0,2
0 0,2 0,4 0,8 1 0,8 0,6 0,2 0 0,1 0,2 0,2
1 0 0
LAMPIRAN 5 Rekapitulasi Skor Pengetahuan Kelompok Kontrol (Pretest) P B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 B22
B 15 15 15 14 9 15 10 15 15 14 11 13 8 14 11 14 14 14 12 14 9 13
% 100.0 100.0 100.0 93.3 60.0 100.0 66.7 100.0 100.0 93.3 73.3 86.7 53.3 93.3 73.3 93.3 93.3 93.3 80.0 93.3 60.0 86.7
S 0 0 0 1 6 0 5 0 0 1 4 2 7 1 4 1 1 1 3 1 6 2
% 00.0 00.0 00.0 6.7 40.0 00.0 33.3 00.0 00.0 6.7 26.7 13.3 46.7 6.7 26.7 6.7 6.7 6.7 20.0 6.7 40.0 13.3
Kelompok Kontrol (Posttest) B % S % 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 10 86.7 2 13.3 10 66.7 5 33.3 15 100.0 0 00.0 13 86.7 2 13.3 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 12 93.3 1 6.7 8 60.0 6 40.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 14 93.3 1 6.7 14 93.3 1 6.7 12 93.3 1 6.7 15 100.0 0 00.0 14 93.3 1 6.7 7 46.7 8 53.3 14 93.3 1 6.7
Kelompok Intervensi (Pretest) B % S % 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 13 86.7 2 13.3 11 73.3 4 26.7 6 40.0 9 60.0 15 00.0 0 00.0 8 53.3 7 46.7 13 86.7 2 13.3 11 73.3 4 26.7 10 66.7 5 33.3 7 46.7 8 53.3 13 86.7 2 13.3 9 60.0 6 40.0 15 100.0 0 00.0 10 66.7 5 33.3 11 73.3 4 26.7 13 86.7 2 13.3 10 66.7 5 33.3 9 60.0 6 40.0 9 60.0 6 40.0 10 66.7 5 33.3 11 73.3 4 26.7
Kelompok Intervensi (Posttest) B % S % 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 14 93.3 1 6.7 8 53.3 7 46.7 15 100.0 0 00.0 12 80.0 3 20.0 14 93.3 1 6.7 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 13 86.7 2 13.3 15 100.0 0 00.0 11 73.3 4 26.7 15 100.0 0 00.0 14 93.3 1 6.7 14 93.3 1 6.7 14 93.3 1 6.7 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 15 100.0 0 00.0 11 73.3 4 26.7 13 86.7 2 13.3
C1 C2 C3 C4 C5 C6
11 11 05 2 10 13
73.3 6.7 33.3 13.3 66.7 86.7
4 14 10 13 5 2
26.7 93.3 66.7 86.7 33.3 13.3
14 8 7 7 15 15
93.3 53.3 46.7 46.7 100.0 100.0
1 7 8 8 0 0
6.7 46.7 53.3 53.3 00.0 00.0
9 15 4 1 9 13
60.0 100.0 26.7 6.7 60.0 86.7
6 0 11 14 6 2
40.0 00.0 73.3 93.3 40.0 13.3
15 13 12 12 15 15
100.0 86.7 80.0 80.0 100.0 100.0
0 2 3 3 0 0
00.0 13.3 20.0 20.0 00.0 00.0
TABEL RATA-RATA PENGETAHUAN RESPONDEN Rata-rata pengetahuan sebelum pada kelompok kontrol Rata-rata pengetahuan sesudah pada kelompok kontrol Rata-rata pengetahuan sebelum pada kelompok Intervensi Rata-rata pengetahuan sesudah pada kelompok Intervensi
Nilai Minimum
Nilai Maksimum
Rata-rata
Median
Std. Deviasi
16
26
21.73
22.00
3.283
23
26
23.93
24.00
1.163
15
25
18.67
18.00
2.870
23
28
25.67
26.00
1.496
LAMPIRAN 6 Analisis Univariat FREQUENCIES
Frequency Table
Frequency Table
LAMPIRAN 7 Analisis Bivariat