PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA GURU BIDANG STUDI KIMIA MA (Studi Analisis terhadap Peserta Diklat Guru Bidang Studi Kimia MA) Oleh: Nur Aini, S.Si ABSTRAK Kementerian Agama mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keagamaan. Salah satu kegiatan teknis keagamaan yang dilaksanakan oleh Balai Diklat Keagamaan Manado adalah Diklat Guru Bidang Studi Kimia MA. Diklat ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar. Walaupun demikian masih banyak sorotan tentang rendahnya mutu guru, oleh karena itu guru dituntut mempunyai kinerja yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja guru bidang studi kimia MA di wilayah kerja balai Diklat Keagamaan Manado. Penarikan dan penetapan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling (secara acak dan kluster/sekolah). data diperoleh dari jawaban responden yang diambil dengan menggunakan kuesioner. Data primer yaitu guru Kimia MA di wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Manado yang sudah pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan yang berjumlah 229 orang. Jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 20% dari populasi yang berjumlah sebanyak 46 orang. Data dianalisis dengan melakukan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yakni analisis korelasi dan regresi. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan berarti antara variabel bebas dan variabel terikat,. hasil perhitungannya yaitu nilai r hitung = 0,376 dengan = 0,05. Hal ini berindikasi bahwa pendapat guru bidang studi Kimia MA tentang pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan sangat berarti (berpengaruh) untuk membentuk kinerja para guru nidang studi Kimia MA di wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Manado. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kinerja guru bidang studi kimia MA di wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Manado sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan pelatihan. Jelasnya bahwa semakin sering mengikuti pendidikan dan pelatihan baik teknis maupun substantif, maka kinerja guru bidang studi Kimia MA semakin meningkat. Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja guru bidang studi kimia MA perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan seharusnya selalu didasarkan pada analisis kebutuhan diklat. Kata Kunci : Diklat, Kinerja Guru Kimia MA
A. Pendahuluan Peranan guru di era globalisasi dan transformasi abad 21 ini tetap sebagai suatu profesi yang merupakan ujung tombak bagi keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran. Setelah diberlakukannya Undang-undang RI. No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasinal Pendidikan secara resmi profesi guru telah disejajarkan dengan profesi lainnya sebagai tenaga profesional. Sebagai tenaga profesional, guru harus memenuhi sejumlah persyaratan. Persyaratan tersebut antara lain guru harus memiliki kualifikasi akademik dan memiliki 4 kompetensi. Kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kepmendiknas No.045/U/2002 menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No. 14/2005 dan Peraturan Pemerintah No.19/2005 dinyatakan bahwa 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu: (a) Kompetensi profesional, (b) Kompetensi kepribadian, (c) Kompetensi pedagogik dan (d) Kompetensi sosial. Peran dan fungsi guru dalam proses pembelajaran menempati posisi strategis dan menentukan. Meskipun saat ini sumber-sumber belajar sudah sangat berkembang dan beragam seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, namun kehadiran sosok guru dalam konteks pembelajaran tidak tergantikan oleh media dan sumber belajar apapun. Peserta didik atau siapapun dapat mempelajari suatu ilmu pengetahuan tanpa kehadiran guru, misalnya melalui buku-buku, koran, jaringan internet, televisi, dan sebagainya, tanpa kehadiran guru proses pembelajaran akan kehilangan nilai interaksi kemanusiaannya secara intensif. Uraian ini mencerminkan betapa pentingnya peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan sebagaimana yang ditekankan oleh Anderson dalam Manullang (1986) bahwa faktor utama yang menjamin sekolah lebih baik adalah apabila sekolah tersebut memiliki guru-guru yang baik, karena itu harapan untuk memiliki sekolah yang baik dalam arti berkualitas tinggi harus didahului dengan pembinaan terhadap gurunya. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar, pemerintah telah banyak melakukan upaya dengan jalan penataran,atau pelatihan (workshop) dan peningkatan pendidikan. Hal ini didasarkan pada program pengembangan pendidikan guru. Walaupun demikian masih banyak sorotan tentang rendahnya mutu guru, sehingga dirasa perlu dilakukan upaya berkelanjutan (terus menerus) meningkatkan tingkat pendidikan para guru, diadakan kegiatan penataran, atau pelatihan dan dapat memberikan motivasi para guru guna mendorong meningkatkan kompetensinya. Kimia sebagai satu disiplin ilmu turut andil dalam pengembangan teknologi yang kini telah mencapai puncak kecanggihan (sophisticated) dan mengisi berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Era global yang ditandai dengan kemajuan teknologi informatika, industri otomotif, perbankan, dan dunia
1
bisnis lainnya, menjadi bukti nyata adanya peran kimia dalam revolusi teknologi (Depag.RI.2004). Melihat besarnya peran kimia dalam kehidupan manusia, tuntutan yang muncul kemudian adalah bagaimana guru membelajarkan siswa sehingga pelajaran kimia menjadi penuh makna (meaningfulness). Pembelajaran kimia yang demikian dapat dirancang melalui kajian-kajian standar kompetensi, pemilihan pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada pilar-pilar belajar (learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together), dan pembelajaran yang sesuai dengan konteksnya, dengan kehidupan alam, realistik, dan menerapkan assesmen berbasis kompetensi. Pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan solusi alternatif yang terus dikembangkan oleh setiap organisasi bagi peningkatan kompetensi para pegawainya dalam rangka mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan dan perubahan tuntutan dari masyarakat dan stakeholder, perkembangan tuntutan tugas dan tanggung jawab pekerjaan, dan lain sebagainya. Bagi organisasi yang memiliki tingkat kompetisi tinggi, investasi besar yang harus dikeluarkan untuk mendukung kegiatan diklat tidaklah menjadi persoalan, asalkan hal tersebut mampu memberikan keuntungan yang setimpal terhadap organisasi dalam bentuk “human resource advantage”. Namun demikian, agar diklat yang diselenggarakan benar-benar mampu menjawab tuntutan riil organisasi, maka program diklat yang akan dilaksanakan harus dirancang dengan benar dan tepat sasaran, dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien, serta mampu memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kompetensi pegawai maupun kinerja organisasi. Agar program diklat memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi, maka pihak penyelenggara diklat (manajemen diklat) harus secara sistematik melakukan evaluasi. Lembaga pemerintah merupakan alat negara salah satu fungsinya adalah melayani masyarakat. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 345 tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan pada Bab 1 pasal 2 disebutkan bahwa tugas pokok Balai Diklat Keagamaan adalah melaksanakan pendidikan dan pelatihan tenaga administrasi dan tenaga teknis keagamaan sesuai dengan wilayah kerja masing-masing. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan di seluruh wilayah Republik Indonesia berjumlah 12 yang berlokasi di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Manado, Denpasar, Makassar dan Ambon. Dari ke 12 Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan masing-masing mempunyai wilayah kerja yang dituangkan dalam KMA Nomor 345 Tahun 2004, dimana Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado mempunyai wilayah kerja Propinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara. Berdasarkan tugas pokok tersebut dapat dijelaskan bahwa tugas Balai Diklat Keagamaan Manado yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai di lingkungan Kementerian Agama Propinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara. Dengan dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan
2
bagi pegawai yang berkesinambungan tersebut diharapkan kualitas pegawai dapat meningkat yang pada akhirnya kinerja pegawai akan meningkat. Salah satu pendidikan dan pelatihan tenaga teknis keagamaan yang dilaksanakan Balai Diklat Keagamaan Manado pada Tahun 2012 yaitu Diklat Guru Bidang Studi Kimia MA. Untuk menelaah lebih jauh tentang tingkat kebermaknaan Diklat Guru Bidang Studi Kimia MA dalam meningkatkan kinerja Guru Bidang Studi Kimia MA, maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang diselenggarakan oleh Balai Diklat keagamaam Manado yang berkaitan dengan kinerja para guru bidang studi Kimia MA di wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Manado, serta untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) terhadap kinerja guru bidang studi Kimia MA
B. Pembahasan 1. Pendidikan dan Pelatihan Hasibuan (2000) mengemukakan bahwa Sumberdaya manusia diyakini merupakan jawaban dari setiap masalah yang terjadi dalam suatu organisasi. Demikian pula halnya disektor pemerintahan. Pengembangan sumber days manusia dalam suatu organisasi formal atau birokrasi sudah merupakan suatu keharusan. Terlebih lagi selaku unsur pelaku pembangunan yang merupakan ujung tombak pemerintahan. Oleh karena keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dan tingkat profesionalitas yang rendah, pada gilirannya hanya akan memberikan sumbangan yang terbatas bagi pencapaian tujuan organisasi pemerintahan. Pelatihan dan pengembangan mempunyai manfaat karier jangka panjang yang membantu karyawan untiuk tanggung jawab yang lebih besar di waktu yang akan datang. Siagian (1997:24) mengatakan bahwa pelatihan adalah untuk meningkatkan pelaksanaan tugas sekarang, sedangkan pendidikan (pengembangan) menekankan peningkatan kemampuan melaksanakan tugas baru di masa depan. Pelatihan adalah suatu bentuk investasi sumberdaya manusia (SDM) jangka panjang yang mutlak untuk dilaksanakan. Pengembangan sumberdaya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh suatu organisasi, agar pengetahuan, kemampuan dan keterampilan mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Dari berbagai konsep ini dapat ditegaskan bahwa pelatihan berusaha meminimalkan kekurangan-kekurangan yang sering dilakukan oleh para aparat / pegawai. Berdasarkan pemahaman di atas, maka Diklat Guru Mata Pelajaran Kimia dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap Guru Mata Pelajaran Kimia dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Kinerja dan Pengukurannya Menurut Gomes (2001), kinerja adalah hasil atau prestasi yang dicapai karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Handoko (2003)
3
memberi istilah kinerja sebagai prestasi kerja karyawan. Agar dapat menghasilkan kinerja yang baik, seseorang harus memiliki kemampuan, kemauan, usaha serta dukungan dari lingkungan. Kemauan dan usaha akan menghasilkan motivasi, kemudian setelah ada motivasi seseorang akan menampilkan perilaku untuk bekerja (Berry dan Houston, 1993). Kushadiwijaya (1996) menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan atau seluruh aktivitas kerja dalam periode tertentu. Kinerja pada suatu aktivitas tertentu yang merupakan kombinasi antara kemampuan, usaha dan kesempatan. Kemampuan kerja pada suatu bidang pekerjaan atau jabatan tertentu, khususnya jabatan fungsional, ditopang oleh kemampuan profesional dari hasil belajar pada suatu lembaga pendidikan. Definisi kerja terkait dengan persyaratan kemampuan. Beberapa kemampuan karyawan yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja meliputi : 1. Kemampuan teknis, mencakup kecakapan tentang aktivitas khusus tentang prosedur, metode, teknik dan proses-proses tertentu. 2. Kemampuan manajerial, mencakup kemampuan pengelolaan organisasi, meliputi perencanaan, penggerakkan, pengkoordinasian, penilaian, penyeliaan dan kemampuan-kemampuan lainnya. Kecakapan ini biasanya dipersyaratkan bagi seorang manajer atau pimpinan organisasi. 3. Kemampuan kemanusiaan, berkaitan dengan kecakapan yang berhubungan dengan orang lain. Dalam konteks organisasi, keberhasilan organisasi ditentukan juga oleh orang lain, oleh karena itu kemampuankemampuan seperti motivasi, mempengaruhi, membangkitkan semangat juga perdu dimiliki oleh seorang manajer atau pimpinan. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja karyawan dalam organisasi merupakan suatu hasil atau prestasi kerja karyawan tersebut dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawab pekerjaan secara profesional sesuai dengan tujuan organisasi tempat karyawan tersebut bekerja. Smith dalam Saraswati (1998) menyatakan. bahwa Permormance atau kinerja adalah : " output drive from processes, human or otherwise ". Jadi dikatakannya bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Menurut Lembaga Administrasi Negara (2000) bahwa Performance diterjemahkan menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan. kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja / penampilan kerja. Kelima aspek tersebut dapat dijadikan ukuran dalam mengadakan pengkajian tingkat kinerja seseorang. Berkman dan. Evans (1992) mendefinisikan kinerja sebagai outcome hasil kerja keras organisasi dalam mewujudkan tujuan stratejik yang ditetapkan organisasi, kepuasan pelanggan serta kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi masyarakat. Secara sepintas kinerja dapat diartikan sebagai perilaku berkarya, berpenampilan atau hasil karya. Oleh karena itu 4
kinerja merupakan bentuk bangunan yang multi dimensional, sehingga cara mengukurnya sangat bervariasi tergantung kepada banyak faktor. Menurut Lembaga Administrasi Negara (2000) Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif maupun kualitatif untuk dapat menggambarkan tingkat pencapaian sasaran dan atau tujuan organisasi, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan maupun tahap setelah kegiatan selesai. Selain itu indikator kinerja jugs digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari menunjukan kemajuan dalam rangka menuju tercapainya sasaran maupun tujuan organisasi yang bersangkutan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu indikator kinerja adalah sebagai berikut : a. Spesifik dan jelas untuk menghindari kesalahan interprestasi; b. Dapat diukur secara obyektif baik secara kualitatif maupun kuantitatif. c. Menangani aspek-aspek yang relevan. d. Harus penting / berguna untuk menunjukan keberhasilan input, output, hasil/outcome, manfaat maupun dampak serta proses. e. Fleksibel dan sensitif terhadap perubahan pelaksanaan f. Efektif, dalam arti datanya mudah diperoleh, diolah, dianalisis dengan biaya yang tersedia. Penetapan indikator kinerja harus berlandaskan pada hasil perumusan perencanaan stratejik yang meliputi tujuan, sasaran dan strategi organisasi. Kemudian diidentifikasi data informasi yang lengkap, akurat dan relevan untuk memudahkan pemilihan indikator kinerja. Pengalaman atas penyelenggaraan misi organisasi sangat membantu dalam memilih indikator kinerja yang relevan, yakni yang pengaruhnya terhadap keberhasilan kegiatan kerja, program operasional maupun implementasi kebijakan. Terdapat 5 (lima) macam indikator kinerja yang umumnya digunakan, yakni indikator kinerja input, indikator kinerja output, indikator kinerja outcome, indikator kinerja manfaat dan indikator kinerja dampak. 1) Indikator kinerja input (masukan) adalah indikator segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat menghasilkan keluaran yang ditentukan; misalnya dana, SDM, informasi, kebijakan dan lainlain; 2) Indikator kinerja output (keluaran) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik. 3) Indikator kinerja outcome (hasil) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output) kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). 4) Indikator kinerja benefit (manfaat) adalah sesuatu yang terkait dengan akhir dari pelaksanaan kegiatan. 5) Indikator kinerja impact (dampak) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan. LAN (2000) mengemukakan bahwa Pengukuran kinerja atau
5
mengukur hasil karya adalah merupakan al at manajemen untuk menilai keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan strateji untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Pengukuran kinerja perlu selalu diartikulasikan dengan: visi / misi, tujuan dan sasaran organisasi. Pengukuran kinerja merupakan keharusan karena :
a) Apa yang bisa diukur itulah yang pasti dapat diker akan; b) Apabila kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara keberhasilan dengan kegagalan; c) Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapat menghargainya; d) Apabila keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malahan menghargai kegagalan; e) Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti jugs tidak akan bisa belajar dari kegagalan; f) Jika tidak sanggup - membuktikan hasil kerja, maka publik tidak dapat memberikan dukungannya. Pengukuran kinerja meliputi penetapan indikator kinerja dan penentuan hasil capaian indikator kinerja. Kinerja harus selalu diukur agar dapat dilakukan tindakan - tindakan. penyempurnaan. Tindakan tindakan penyempurnaan yang dimaksud antara lain: (1) Memperbaiki kinerja yang masih lemah (2) Meningkatkan hubungan yang lebih baik antara staf dan manajemen (empowermen); dan (3) Meningkatkan hubungan yang lebih erat dengan customer. Pengukuran kinerja bukan semata-mata ditujukan untuk memberi sanksi. Hal ini mengingat bahwa penetapan tujuan dan sasaran dalam perencanaan stratejik telah melibatkan faktor-faktor stratejik organisasi yang berada diluar kendali manajemen. Dengan demikian dampak dari hasil (outcome) tidak selalu dalam jangkauan manajemen organisasi yang bersangkutan. Sistem pengukuran kinerja organisai pada dasamya merupakan kerangka kinerja untuk akuntabilitas dan pengambilan keputusan. Unsur-unsur kunci dalam pengukuran kinerja adalah :
(a) Perencanaan yang menetapkan tujuan, sasaran dan strateji pencapaian tujuan; (b) Pengembangan sistem pengukuran yang relevan
(c) Penggunaan informasi; dan (d) Pelaporan hasil secara formal; Beberapa cara pengukuran kinerja, antara lain adalah sebagai berikut
6
1. Membandingkan kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan; 2. Mambandingkan kinerja nyata dengan hasil (sasaran) yang diharapkan; 3. Membandingkan kinerja tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya; 4. Membandingkan kinerja dengan kinerja instansi lain atau dengan swasta yang unggul di banding tugas yang sama dengan kegiatan yang sedang di ukur;
5. Membandingkan kinerja nyata dengan standar. Untuk melakukan pengukuran kinerja instansi pemerintah, perlu dibuat dulu perencanaan tahunan yang diambil dari rencana stratejik yang berangka 5 (lima) tahunan. Perencanaan tehunan ini dapat dibuat dengan membuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, yang cara pencapaiannya memuat kebijakan, program dan kegiatan satu tahun yang akan dikerjakan. Dari perencanaan tahunan ini dibuat rencana pengukuran kinerja dengan menguraikan perprogram kedalam kegiatan tahunan, yang selanjutnya dapat dibuat indikator-indikatornya. Indikator ditetapkan berdasarkan apa yang akan diukur kinerjanya yaitu kinerja kegiatan, kinerja program dan kinerja kebijaksanaan. Jadi pengukuran kinerja dapat membantu meningkatkan kualitas kegiatan dan menurunkan biaya yang timbul dari kegiatan-kegiatan pemerintah. 3. Hakekat Kimia Ilmu Kimia adalah salah satu bagian ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang struktur, komposisi, struktur, sifat materi, perubahan materi, dan energi materi yang menyertai perubahan materi (Keenan, et all, 1980). Ilmu ini mempelajari tentang semua zat yang berbeda dan bagaimana zat-zat berinteraksi satu sama lain. Sebagian besar materi ilmu kimia tergolong abstrak, sehingga ilmu kimia dipelajari dengan cara penyederhanaan dari kebanyakan objek yang ada di dunia ini dan pembahasannya tidak hanya sekedar dengan pemecahan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik) melainkan juga menyertakan penjelasan-penjelasan tentang Fenomena kimiawi yang terkandung di dalamnya (Conpolat,2003). Ilmu kimia adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang lahir berdasarkan eksperimen para ahli. Ilmu kimia lahir dari rasa ingin tahu (curiousity) yang besar para ahli mengenai “apa”, “mengapa” dan “bagaimana” sifat materi yang ada di alam. Masing-masing pertanyaan tersebut setelah terjawab menghasilkan fakta dan pengetahuan teoretis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika (Depdiknas,2003).
7
Ilmu kimia mempelajari bangun (structure) materi dan perubahanperubahan yang dialami materi ini dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan. Lewat kimia kita mengenal susunan (komposisi) materi dan penggunaan bahan-bahan tak bernyawa, baik alamiah maupun buatan dan mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri. Perspektif kimiawi dunia di sekitar kita mempesonakan. Perspektif ini dapat dikembangkan lewat pengamatan dan eksperimen kita sendiri ,yang dengan didasarkan pada keinginan kita yang kuat untuk memahami lebih dalam keteraturan alam semesta di sekitar kita (Depdiknas, 2003). Sebagian aspek kimia bersifat “kasat mata” (visible), artinya dapat dibuat fakta kongkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau “tidak kasat mata” (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta kongkritnya. Namun demikian, aspek kimia yang tidak dapat dibuat fakta kongkritnya harus dapat harus bersifat “kasat logika”, artinya kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika, sehingga rasionalitasnya dapat dirumuskan/diformulasikan. Dengan demikian ilmu kimia dalam hal-hal tertentu bersifat teoretis menggunakan kebenaran koherensi, dan dalam halhal yang berhubungan dengan fakta kongkrit (data empiris) menggunakan teori kebenaran korespondensi (Depdiknas, 2003).
4. Hakekat Pembelajaran Kimia Pembelajaran ilmu kimia secara formal di negara kita dimulai dari pendidikan tingkat menengah, sekalipun secara materi barangkali sudah mulai dikenalkan mulai sekolah dasar. Pembelajaran ilmu kimia berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Oleh karena kemajuan teknologi banyak konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak, yang dulu susah dijelaskan kini lebih mudah dimengerti oleh siswa dengan bantuan animasi. Teori atom misalnya, yang dulu agak susah memberi pemahaman kepada siswa, kini lebih mudah dengan bantuan animasi. Pembelajaran kimia akan lebih bermakna dan menarik minat siswa yang mendalaminya jika dilakukan dengan menyenangkan (fun), tidak banyak bersifat verbal tetapi lebih menekankan pada aspek “mengalami”, berarti sering disampaikan dengan demonstrasi atau eksperimen. Tentu saja tidak semua konsep kimia dapat dieksperimenkan. Disamping itu, agar pelajaran kimia tidak terkesan “kurang bermanfaat” maka pembelajarannya mesti mendekatkan dengan lingkungan kehidupan sehari-hari (contextual).
5. Hasil Dan Analisis Penelitian a. Deskripsi Data Penelitian Pendapat Tentang Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (X)Skor variabel pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang dihitung dari 46 sampel, menyebar dengan skor tertinggi 137 dan skor terendah 90. Hasil perhitungan dari data tunggal diperoleh nilai rata-rata (mean) yaitu 116,96 Median yaitu 117,00 dan Mode sebesar 122 serta standar deviasi sebesar 10,86 dan varians sebesar 117,91.
8
Lebih lanjut data disusun dalam daftar frekuensi dengan aturan Sturges. Distribusi data pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan pendidikan dan latihan dapat dilihat dari tabel frekuensi dan gambar histogram berikut : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Pendapat Guru Kimia MA Tentang Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kelas Interval Frekuensi Frekuensi F.Komulatif F. Komulatif Absolut Relatif (%) Absolut Relatif (%) 89 – 95 2 4,35 2 4,35 96 – 102 3 6,52 5 10,87 103 – 109 6 13,04 11 23,91 110 – 116 10 21,74 21 45,65 117 – 123 12 26,09 33 71,74 124 – 130 8 17,39 41 89,13 131 – 137 5 10,87 46 100,00 Jumlah 46 100,00
Skor Pendapat Ttg Diklat
Frekuensi
int_1 12
int_2
10
int_3
8
int_4
6
int_5
4
int_6
2
int_7
0
Gambar 1. Histogram Skor Variabel Pendapat Guru Tentang Pelaksanaan Diklat Dari distribusi frekuensi data diatas, bila dihitung ukuran pemusatannya diperoleh mean sebesar 116,80, Median sebesar 117,67 dan Mode sebesar 118,83. Hasil ini relatif tidak begitu jauh berbeda dengan perhitungan data tunggal. Dari hasil pemusatan data variabel persepsi guru kimia MA tentang kepemimpinan kepala sekolah terlihat nilai-nilai mean, median dan mode relatif tidak berbeda dan condong ke kanan, sehingga data tersebut relatif normal. 1. Kinerja Guru (Y). Skor variabel kinerja guru kimia MA yang dihitung dari 46 sampel, menyebar dengan skor tertinggi 162 dan terendah 120. Hasil perhitungan dari data tunggal diperoleh rata-rata (mean) dari skor kinerja guru kimia MA didapat sebesar 139,98; Median sebesar 139,50 dan Mode sebesar 139 dengan standar deviasi 10,02 dan varians sebesar 100,33. Lebih lanjut data variabel kinerja guru disusun dalam daftar frekuensi dengan aturan Sturges. Distribusi skor
9
variabel kinerja guru kimia MA seperti pada tabel dan gambar histogram berikut : Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kinerja Guru Kelas Interval 120 – 125 126 – 131 132 – 137 138 – 143 144 – 149 150 – 155 156 – 162 Jumlah
Frekuensi Absolut 4 5 10 10 9 6 2 46
Frekuensi Relatif (%) 8,70 10,87 21,74 21,74 19,56 13,04 4,35 100,00
F.Komulatif Absolut 4 9 19 29 38 44 46
F. Komulatif Relatif (%) 8,70 19,57 41,31 63,05 82,61 95,65 100,00
Gambar 2. Histogram Skor Variabel Kinerja Guru. Dari distribusi frekuensi data diatas, bila dihitung ukuran pemusatannya diperoleh mean sebesar 139,85, Median sebesar 139,90 dan Mode sebesar 137,50. Hasil ini relatif tidak begitu jauh berbeda dengan perhitungan data tunggal. Dari hasil pemusatan data variabel kinerja guru kimia MA terlihat nilai-nilai mean, median dan mode relatif tidak berbeda dimana median berada sebelah kanan mean, sedangkan modus besara sebelah kiri mean, sehingga data tersebut relatif normal. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian. Dalam menentukan range untuk nilai tingkat kecenderungan variabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat digunakan rumus (Sudijono, 1991) sebagai berikut : X > X + 1,5 SD X < X < X + 1,5 SD X - 1,5 SD < X < X
10
X < X - 1,5 SD 1.
Tingkat Kecenderungan Variabel Pendapat Guru kimia MA Tentang Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (X) Dalam mengidentifikasi tingkat kecenderungan variabel pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan digunakan nilai mean 116,96 dan standar deviasi 10,86. Dari hasil perhitungan tingkat kecenderungan variabel pendapat guru tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan seperti pada tabel berikut :
Tabel 3. Tingkat Kecenderungan Variabel Pendapat Guru Kimia MA Tentang Pelaksanaan Diklat Skor F. Observasi F. Relatif (%) Kategori 133,25 – keatas 3 6,52 Tinggi 116,96 –133,24 22 47,83 Sedang 100,67 – 116,95 16 34,78 Kurang 100,66 – kebawah 5 10,87 Rendah Jumlah 46 100,00
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang termasuk kategori tinggi hanya 3 responden (6,52 %). Para guru (responden) yang menyatakan bahwa pelaksanaan diklat yang masuk pada kategori sedang sebanyak 22 orang (47,83 %). Pelaksanaan diklat yang termasuk kategori kurang sebanyak 16 orang (34,78 %) dan termasuk kategori rendah sebanyak 5 orang (10,87 %). Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapat para guru tentang pelaksanaan diklat oleh balai diklat keagamaan manado pada umumnya termasuk kategori sedang, dan cenderung lebih tinggi. 2. Tingkat Kecenderungan Variabel Kinerja Guru Kimia MA (Y) Dalam mengidentifikasi tingkat kecenderungan variabel kinerja guru digunakan nilai mean sebesar 139,98 dan standar deviasi sebesar 10,02. Hasil pengkategorian variabel kinerja guru kimia MA seperti pada tabel berikut : Tabel 4. Tingkat Kecenderungan Variabel Kinerja Guru Kimia MA Skor 155,01 – keatas 139,98 – 155,00 124,95 – 139,97 124,94 - kebawah Jumlah
F. Observasi 2 21 20 3 46
11
F. Relatif (%) 4,35 45,65 43,48 6,52 100,00
Kategori Tinggi Sedang Kurang Rendah
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kinerja guru kimia MA yang termasuk kategori tinggi sebanyak 2 responden (4,35%), yang kategori sedang sebanyak 21 orang (45,65 %). Untuk kategori kurang sebanyak 20 orang (43,48 %) dan kategori rendah sebanyak 3 responden atau (6,52 %). Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja para guru kimia MA di wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Manado pada umumnya tergolong kategori sedang dan cenderung lebih tinggi. b. Pengujian Persyaratan Analisis Sebelum pengujian hipotesis penelitian dilakukan dalam analisis statistika, maka perlu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji linieritas. Pengujian tersebut akan dijabarkan berikut ini. 1. Uji Normalitas Salah satu persyaratan analisis yang harus dipenuhi agar dapat menggunakan analisis regresi adalah sebaran data dari setiap variabel normal. Penyajian hasil normalitas data dibuat dalam bentuk tabel dan grafik seperti pada Lampiran 6. Uji normalitas dihitung dengan rumus Chi-Kuadrat. Data dari setiap variabel dikatakan normal bila nilai chi-kuadrat hitung lebih kecil dari nilai chi-kuadrat tabel pada taraf 5 %. Berikut ini akan disajikan ringkasan analisis uji normalitas dari setiap variabel penelitian. Perhitungan dilakukan dengan komputer program statistika (SPSS versi 10). Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Uji Kenormalan Data Variabel Penelitian Pelaksanaan Diklat Kinerja Guru
Df 29 27
Chi-Kuadrat Hitung 14,000 14,870
Chi-Kuadrat Tabel 42,6 40,1
Uji kenormalan data variabel pendapat guru Kimia MA tentang pelaksanaan diklat diperoleh nilai chi-kuadrat hitung sebesar 14,000 dan nilai chi-kuadrat tabel dengan df = 29 sebesar 42,6 pada taraf 5 %. Jadi dari hasil tersebut didapat nilai chi-kuadrat hitung lebih kecil dari nilai chi kuadrat tabel yaitu 14,000 < 42,6 pada taraf 5 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat berdistribusi secara normal pada taraf 5 %. Uji kenormalan data variabel kinerja guru kimia MA diperoleh nilai chi-kuadrat hitung sebesar 14,870 dan nilai chi-kuadrat tabel dengan df = 27 sebesar 40,1 pada taraf 5 %. Jadi dari hasil tersebut didapat nilai chi-kuadrat hitung lebih kecil dari nilai chi kuadrat tabel yaitu 14,870 < 40,1 pada taraf 5 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel kinerja guru kimia MA berdistribusi secara normal pada taraf 5 %.
12
2.
Uji Linieritas Dalam menguji linieritas dilakukan antara variabel bebas dan variabel terikat dalam persamaan regresi. Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat dan budaya sekolah sedangkan variabel terikat yaitu kinerja guru kimia MA. Analisis linieritas ini dilakukan dengan menggunakan ANAVA dan uji signifikansi garis regresi dengan melihat nilai . Adapun hasil analisis sebagai berikut : Hasil perhitungan untuk variabel pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat (X) dan variabel kinerja guru (Y) diperoleh F hitung = 23,48 dan nilai 0,000. Sebagai kriteria linieritas, apabila < 0,05 maka korelasi antara variabel bebas perndapat guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat dan variabel terikat kinerja guru kimia MA adalah linier. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat dan variabel kinerja guru kimia MA adalah linier. 3.
`
Pengujian Hipotesis Pengujian persyaratan analisis menunjukkan bahwa skor tiap variabel penelitian telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan pengujian statistik lebih lanjut. Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dilakukan analisis korelasi sederhana antara variabel bebas pendapat guru kimia MA tentang diklat dengan variabel terikat kinerja guru kimia MA. Analisis korelasi dihitung berdasarkan rumus Product Moment, kemudian dilanjutkan dengan Uji-t untuk membuktikan keberartian hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada penelitian ini. Perhitungan korelasi antara variabel penelitian dapat dilihat pada Lampiran. Penelitian ini mempunyai hipotesis yang akan diuji. Perhitungan pengujian hipotesis dapat dilihat pala Lampiran dan lengkapnya seperti pembahasan berikut : Kontribusi Variabel Pendapat Guru kimia MA Tentang Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dengan Variabel Kinerja Guru kimia MA. Rumusan hipotesisnya yaitu : Ho : y.1 = 0 Ha : y.1 > 0 Berdasarkan perhitungan korelasi antara variabel pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat dengan variabel kinerja guru kimia MA diperoleh koefisien korelasi sebesar r = 0,376, dengan nilai = 0,05. Lebih lanjut dilakukan uji t diperoleh nilai t hitung = 2,694. Kemudian dengan melihat tabel berdasarkan db = 44 diperoleh t tabel = 2,01, pada taraf = 5 %. Disebabkan nilai t hitung > t tabel yaitu 2,694 > 2,01, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (Ho : y.1 = 0) ditolak atau hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi semakin baik pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat maka semakin baik kinerja guru kimia MA diterima pada taraf = 5 %. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam hal ini koefisien determinasi
13
antara variabel pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat dan kinerja guru kimia MA didapat sebesar r2 = 0,1414. Ini berarti bahwa sebesar 14,14 % variabel kinerja guru kimia MA dapat dijelaskan (dipengaruhi) oleh variabel pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Persamaan garis regresi antara variabel kinerja guru kimia MA dan variabel pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat pada MA di Wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Manado didapat yaitu: Y=76,34 + 0,544 X. Artinya Dengan peningkatan pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat sebesar 1 satuan akan dapat meningkatkan kinerja guru kimia MA sebesar 0,544 satuan. Dari hasil penelitian ternyata terdapat hubungan antara pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dan kinerja guru kimia MA di Wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Manado. Dari hasil ini membuktikan bahwa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan cukup signifikan untuk meningkatkan kinerja para guru kimia MA. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini berkenaan dengan sarana diklat, materi diklat, prinsip belajar , media pembelajaran diklat, pelaksanaan diklat dan penilaian diklat. Untuk meningkatkan kinerja para guru kimia MA salah satunya adalah dengan peningkatan persepsi dan pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Hasil penelitian yang ditemukan secara umum terdapat hubungan positif dan berarti antara variabel bebas dan variabel terikat. Hasil temuan ini secara rinci disajikan berikut ini : Pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan mempunyai pengaruh yang positif dan berarti terhadap kinerja guru kimia MA di Wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Manado. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil perhitungan yaitu nilai r hitung = 0,376 dengan = 0,05. Hal ini berindikasi bahwa pendapat guru tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sangat berarti (berpengaruh) untuk membentuk kinerja para guru kimia MA di Wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Manado. Semakin tinggi (baik) pendapat para guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat, maka semakin tinggi (baik) pula kinerja mereka. Hal ini berindikasi bahwa pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan diklat sangat berarti (berpengaruh) untuk membentuk kinerja para guru kimia MA.
C. Penutup 1. Kesimpulan Berdasarkan Hasil Pembahasan menunjukkan bahwa : a. Kualitas pendidikan dan pelatihan menurut para guru Kimia masih masuk kategori sedang, dan Kinerja guru kimia MA masuk kategori sedang. b. Pengaruh pendapat guru kimia tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap Kinerja guru kimia MA sebesar 0,3481 pada taraf = 5
14
c. Faktor pendidikan dan pelatihan berpengaruh nyata atau signifikan terhadap kinerja guru kimia MA di wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Manado. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pendidikan dan pelatihan yang baik menjadikan kinerja guru kimia MA semakin meningkat dan memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan kinerja guru kimia MA secara optimal, efektif dan efisien
2. Saran 1. Mengingat bahwa pendidikan dan pelatihan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan kinerja guru kimia MA, maka disarankan agar Balai Diklat Keagamaan Manado dalam melaksanakan diklatnya selalu didahului dengan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) yang riil dengan melibatkan seluruh stakeholder, sehingga diklat yang dilaksanakan tepat sasaran dan berdampak pada peningkatan kinerja aparatur. 2. Sistem rekruitmen peserta diklat harus diperbaiki baik oleh Balai Diklat dan terlebih bagi stakeholder, agar hasil diklat dapat memberi dampak positif pada peningkatan pelayanan prima pada masyarakat. 3. Para kepala Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara hendaknya selalu berusaha meningkatkan kinerja para guru Kimia MA, yang salah satunya dengan peningkatkan pendapat guru kimia MA tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan 4. Para kepala MA di Wilayah Kerja Balai Diklat Keagamaan Manado, hendaknya selalu berusaha meningkatkan kerjasama dalam lingkungan sekolahnya agar kinerja para guru kimia MA dalam lingkungan sekolahnya dapat meningkat 5. Diharapkan kepada pihak penyelenggara diklat/ Kepanitian benar-benar selektif dalam pemanggilan peserta artinya yang sesuai dengan jurusan dan diklat yang diikutinya, sehingga apa yang didapati dalam diklat dapat digunkan dan dimanfaatkan ditempat tugasnya . Diharapkan kepada Guru Kimia MA supaya Aktif dan kreatif dalam mengikuti Kegiatan diklat, MGMP atau Kelompok Kerja Guru (KKG) serta kegiatan pembinaan lainnya yang dilakukan oleh intansi terkait maupun lainnya. 6. Diharapkan kepada guru Kimia MA untuk melakukan intropeksi diri berkaitan dengan kinerja masing-masing dan mempunyai dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas dan kewajiban . hal ini dapat dimaklumi karena kinerja guru Kimia MA dapat dijadikan sebagai cermin bagi siswa untuk bersikap dan berperilaku yang baik 7. Para peneliti dan pembaca, LSM bidang pendidikan dan masyarakat yang perduli tentang kinerja guru Kimia MA, diharapkan partisipasinya dalam mengembangakan manajemen pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan pendapat guru tentang pelaksanaan diklat.
15
Daftar Pustaka Anonimous, 1994, Kamus Besar bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta. --------------------, 2000, Strategi Pelayanan Prima, LAN RI, Jakarta. --------------------, 2003, Undang Undang Kepegawaian Lengkap, Sinar Grafika, Jakarta. Arikunto, S, 1996, Prosedur Penelitian, Bina Aksara, Jakarta. Armstrong, M. (Editor), 1982, The Personnel and Training Data Book, Kogan Page, London. Departemen Agama R.I 2004. Strategi Pembelajaran Kimia Untuk Tingkat Madrasah Aliyah, Jakarta: Modul Diklat Teknis Keagamaan. Hagul, J.N., 1982, Metode Research Untuk Para Peneliti, UGM, Yogyakarta. Hasibuan, M.S.P., 2001, Organisasi dan Motivasi : Dasar Peningkatan Produktivitas, Bumi Aksara, Jakarta. Kushadiwijaya, H., 1986, Modul Manajemen Sumberdaya Manusia Pelayanan Kesehatan, Program Pascasarjana Ilmu Kesehatanm Masyarakat Jurusan Manajemen Pelayanan Kesehatan, UGM, Yogyakarta. Nawawi, H.H., 2001, Manajemen Sumberdaya Manusia, Gama Press, Yogyakarta. Saleh, Ch. A. dan Hartono, H., 2003, Struktur Organisasi Kementerian Agama RI, Proyek Pembibitan Calon Tenaga Kependidikan BiroKepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Agama RI, Jakarta. Siagian, S. P, 1997, Manajemen Sumberdaya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta. Simamora, H., 1997, Manajemen Sumberdaya Manusia, STE, Jakarta. Siswanto, B., 1989, Manajer dan Informasi Akutansi, Intermedia, jakarta. Sugiyono, 1998, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung. --------------------, 2009, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Banrung. Sulistiyani, A.T. dan Rosidah, 2003, Manajemen Sumberdaya Manusia : Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, Graha Ilmu, Jakarta. Toha, 2001, Perilaku Organisasi “Konsep Dasar dan Aplikasinya”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Warther, W.B. and Keith Davis, 1985, Personnel Management and Human Resources, McGraw-Hill, New York.
16
17