FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 61-66
61
Pengaruh Pendapatan, Konsumsi, dan Pemahaman Perencanaan Keuangan terhadap Proporsi Tabungan Rumah Tangga Kelurahan Tenggilis Intha Alice Muskananfola Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail:
[email protected] Abstrak - Semua rumah tangga memiliki kebutuhan masa kini maupun kebutuhan yang akan datang. Kebutuhan rumah tangga yang akan datang biasanya ditangani dengan memiliki tabungan. Tabungan tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang, tetapi juga dapat memproteksi dari hal-hal darurat, pengeluaran khusus dalam jangka waktu tertentu dan persiapan hari tua. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendapatan, konsumsi dan pemahaman perencanaan keuangan terhadap proporsi tabungan rumah tangga di Kelurahan Tenggilis Mejoyo. Metode analisa data menggunakan analisa regresi berganda dengan sampel 150 rumah tangga usia kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan, konsumsi dan pemahaman perencanaan keuangan berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap proporsi tabungan rumah tangga. Selain itu, variabel pendapatan, konsumsi dan pemahaman perencanaan keuangan juga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap proporsi tabungan rumah tangga. Kata Kunci—konsumsi, pendapatan, perencanaan keuangan, proporsi tabungan Abstract - All households have the present needs and future needs. Future needs usually handled by having saving. Saving advantage is not only for handle the future needs, but also protect households from emergency, manage special expenses in a given period and prepare for retirement. This research was conducted to determine the influence of income, consumption and the financial planning understanding against the saving proportion of Kelurahan Tenggilis Mejoyo households. Data analysis method that use in this thesis is multiple regression analysis with 150 working age households as the sample. The result showed that income, consumption and financial planning understanding effect simultaneously on the households saving proportion. In addition, income, consumption and financial planning understanding effect the households saving proportion partially.. Key words–consumption, financial planning, income, saving proportion.
1. PENDAHULUAN SEMUA rumah tangga memiliki kebutuhan masa kini maupun kebutuhan yang akan datang. Kebutuhan yang akan datang ini biasanya ditangani dengan memiliki tabungan. Tabungan tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang, tetapi juga dapat memproteksi diri dari hal-hal darurat, pengeluaran khusus dalam jangka waktu tertentu dan persiapan hari tua. Ada banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan jumlah atau proporsi dari pendapatan disposabelnya yang akan dialokasikan untuk menabung (Furham, 1999. p. 678). Hal tersebut selain dipengaruhi oleh perbedaan kebutuhan yang harus dipenuhi pada saat sekarang, perbedaan kondisi tak terduga (darurat) dari tiap
rumah tangga, perbedaan tingkat pendidikan, dapat juga dipengaruhi oleh pendapatan yang dimiliki oleh sebuah rumah tangga. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi proporsi tabungan sebuah rumah tangga adalah pendapatan yang dimiliki rumah tangga tersebut (Dynan, Skinner, & Zeldes, 2004, p.399). Selain faktor pendapatan, salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam keputusan untuk melakukan tindakan menabung adalah seberapa besar pengalokasian pendapatan rumah tangganya untuk konsumsi. Hal ini terjadi karena dalam berbagai level pendapatan, keputusan untuk konsumsi secara langsung berhubungan pula dengan keputusan untuk menabung (Abel, Bernanke, & Croushore, 2008, p. 111). Setiap rumah tangga akan memutuskan berapa banyak dari jumlah pendapatan yang akan dikonsumsi dan yang akan ditabung untuk masa depan (Mankiw, 2000, p. 51). Studi perbandingan yang dilakukan terhadap pola konsumsi rumah tangga kaya dan miskin di Kota Makassar menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah konsumsi masing-masing kelompok objek penelitian (Rahma, 2011, p. 75). Hal lain yang mempengaruhi proporsi menabung sebuah rumah tangga adalah tingkat pemahaman finansialnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusardi (1992) terhadap rumah tangga di Amerika Serikat, diperoleh hasil bahwa 1 dari 3 responden tidak pernah berpikir untuk menabung dananya yang dapat dipergunakan di waktu pensiun (dalam Lusardi, 2008, p. 4). Minimnya kesadaran untuk mengalokasikan dana untuk hari tua ini dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan mengenai konsepkonsep dasar finansial. Pengetahuan mengenai konsepkonsep dasar finansial ini mencakup pengetahuan dasar mengenai keuangan pribadi, manajemen keuangan, kredit dan utang, tabungan dan investasi serta pengetahuan mengenai risiko (Lusardi, 2008, p. 2). Berdasarkan fakta yang telah dikemukakan dalam berbagai penelitan di atas, penulis mengambil rumah tangga sebagai objek dalam penelitian ini. Keluarga atau rumah tangga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Departemen Kementrian Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, 2000, p. 2). Rumah tangga dengan kebutuhan yang kompleks memerlukan proporsi tabungan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan di waktu yang akan datang. Oleh karena itu, rumah tangga di wilayah Kelurahan Tenggilis Mejoyo diangkat menjadi populasi dalam penelitian ini dan berdasarkan data yang diperoleh, kelurahan ini memiliki
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 61-66 2511 rumah tangga dengan kondisi sosial dan ekonomi yang berbeda-beda (Kelurahan Tenggilis Mejoyo, 2013). Hal ini dapat dilihat berdasarkan tingkat pendidikan dan profesi dari angkatan kerja yang ada. Penulis menduga bahwa terdapat perbedaan dalam presentase pengalokasian proporsi dana untuk tabungan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dynan, Skinner dan Zeldes (2004), Rahma (2011), dan Lusardi (2008), maka beberapa faktor yang diduga mempengaruhi proporsi tabungan rumah tangga antara lain, pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga dan pemahaman perencanaan keuangan. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka peneliti ingin menguji pengaruh pendapatan rumah tangga, konsumsi dan pemahaman perencanaan keuangan terhadap proporsi tabungan rumah tangga di Kelurahan Tenggilis Mejoyo secara bersama-sama maupun secara parsial. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat langsung bagi rumah tangga menjadi objek penelitian maupun bagi pihak-pihak lain yang membutuhkannya.
2. TEORI PENUNJANG Pendapatan rumah tangga dapat didefinisikan sebagai pendapatan dari seluruh anggota rumah tangga yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan di atas. Hal-hal yang dapat diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga antara lain, (Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, 2004, p. 5-6) : 1. Upah atau gaji bagi anggota rumah tangga yang bekerja sebagai buruh atau karyawan. 2. Pendapatan dari usaha anggota rumah tangga yang berusaha. 3. Penerimaan lainnya yang diperoleh anggota rumah tangga sebagai pendapatan. Menurut Sukirno (1994, p. 38), pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya dalam waktu tertentu. Pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barangbarang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya, dan pembelanjaan tersebut dinamakan konsumsi (dalam Rahma, 2011, p. 8). Sementara itu, pengeluaran konsumsi rumah tangga juga didefinisikan sebagai, “biaya yang dikeluarkan rumah tangga sebulan untuk konsumsi seluruh anggota rumah tangga” (BPS, 2011, p. 27). Dengan berbagai bentuk konsumsi rumah tangga yang dimiliki, terdapat klasifikasi jenis-jenis pengeluaran konsumsi rumah tangga yang dibedakan menjadi dua yaitu jenis pengeluaran untuk kebutuhan makanan dan kebutuhan non makanan. Pengeluaran konsumsi makanan adalah jumlah uang dari pendapatan yang digunakan untuk membeli makanan dalam hal ini, beras, daging, ikan, telur, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak, bahan-bahan minuman, bumbu-bumbuan, rokok, dan termasuk juga makanan dan minuman yang telah jadi. Sementara pengeluaran konsumsi untuk non makanan adalah jumlah uang dari pendapatan yang digunakan untuk
62 membeli berbagai kebutuhan non makanan, dalam hal ini barang-barang, seperti pembayaran listrik, air, telepon, pulsa handphone, bahan bakar untuk memasak, surat kabar, transportasi (bensin dan ongkos angkutan), termasuk di dalamnya pelayanan kesehatan, pendidikan, dan rekreasi (Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, 2004, p. 4-5) Seperti dikemukakan sebelumnya, pendapatan yang dimiliki oleh rumah dapat dikonsumsikan atau ditabung. Tabungan didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan disposabel dan konsumsi (Hall & Taylor, 1993, p. 297). Dan lebih lanjut, Waud (1980) mengemukakan bahwa tabungan ini adalah bagian yang disisakan atau porsi dari pendapatan disposabel yang ditahan oleh sektor rumah tangga untuk tidak dibelanjakan (p. 148). Begitu pula dengan World Development Report (World Bank, 1987) yang menyebutkan, “saving as a share of income”, yang berarti tabungan merupakan bagian dari pendapatan (dalam Collins, 1991. p. 349). Selain itu tabungan juga berarti sejumlah bagian dari pendapatan yang tidak dibayarkan pada pajak (Bade & Parkin, 2002, p. 202). Dornbusch, Fischer, & Mulyadi (1989) mengemukakan bahwa tabungan sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi (p. 240). Tabungan ini mengalir ke penyimpanan di bank, polis asuransi, obligasi dan saham, reksa dana, dan aset finansial lainnya (McConnell, Brue, & Flynn, 2009, p. 74). Dan bagi Lusardi (2008), salah satu bentuk tabungan adalah dana pensiun (p. 1). Berdasarkan berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: a. tabungan adalah bagian dari pendapatan rumah tangga yang tidak dibayarkan untuk kebutuhan pajak maupun untuk konsumsi . b. contoh tabungan antara lain: simpanan di bank, polis asuransi, obligasi dan saham, reksa dana, dana pensiun dan aset finansial lainnya. Menurut Certified Financial Planner Board of Standards, perencanaan keuangan merupakan proses mencapai tujuan hidup seseorang melalui manajemen keuangan secara terencana. Tujuan hidup dalam hal ini termasuk membeli rumah, menabung untuk pendidikan anak atau merencanakan pensiun. Elemen terpenting dari konsep perencanaan keuangan ini adalah mengembangkan perencanaan yang terkoordinasi untuk seluruh kebutuhan keuangan seseorang berdasarkan tujuan keuangan total mereka. Perencanaan keuangan secara sederhana dikemukakan sebagai suatu tindakan perencanaan keuangan untuk mencapai kebutuhan pribadi atau individual. Hal ini menyentuh hampir semua aspek dari kehidupan pribadi seseorang termasuk juga rumah tangganya. Perencanaan keuangan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, perencanaan keuangan menyeluruh dan perencanaan keuangan akan kebutuhan khusus atau tertentu (Financial Planning Class Module, 2012, p. 7). Salah satu hal penting yang menjadi ukuran pemahaman seseorang terhadap perencanaan keuangan adalah tindakan menabung yang dilakukannya. Bagi sebagian orang, tabungan merupakan sisa dari pendapatan yang tidak dibelanjakan. Namun, bagi orang-orang yang memahami perencanaan keuangan, tabungan dilakukan lebih dulu sebelum terjadi pengeluaran untuk konsumsi. Jadi, pendapatan yang diperoleh dialokasikan terlebih dahulu
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 61-66 untuk ditabung dan kemudian sisanya digunakan untuk tindakan konsumsi (Keown, 2007, p. 7). Proses-proses dalam melakukan perencanaan keuangan antara lain (Keown, 2007, p. 5-7) : 1. Mengevaluasi kesehatan finansial. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi dan memeriksa secara detail kondisi dan situasi keuangan saat ini. Hal ini berkaitan dengan berapa banyak pendapatan yang diperoleh, berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk pengeluaran bulanan, dan untuk tujuan apa saja pengeluaran itu dilakukan. 2. Menetapkan tujuan finansial. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah menetapkan tujuan finansial yang sesuai, misalnya berapa banyak biaya yang akan dikeluarkan, dan kapan uang yang ada dapat tercukupi untuk melakukan pengeluaran tersebut. Bagian ini juga harus disertai komitmen yang teguh untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Dalam penetapan tujuan finansial, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain (Madura, 2007, p.8): Tipe atau jenis tujuan Pengaturan tujuan yang realistis Waktu untuk merealisasikan tujuan finansial 3. Membangun / membuat rencana untuk tindakan yang sesuai. 4. Implementasi perencanaan 5. Melakukan tinjauan terhadap implementasi rencana, mengevaluasi kembali, dan merevisi perencanaan keuangan. Menurut Dynan, Skinner, & Zeldes, (2004), salah satu faktor yang mempengaruhi proporsi tabungan rumah tangga adalah pendapatan. Pendapatan rumah tangga memiliki hubungan yang positif yang sangat kuat dengan proporsi tabungan rumah tangga. Hal ini terjadi karena tabungan bergerak meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan (p.399). Sementara itu, konsumsi merupakan bagian dari pendapatan yang dipergunakan. Selisih antara pendapatan dan konsumsi adalah proporsi untuk tabungan. Menurut Rachman & Wahida (1998); Arifin & Simatupang (1988); Suryana, et. al (1988), setiap rumah tangga atau kelompok rumah tangga memiliki pola atau struktur konsumsi dan pengeluaran yang berbeda (dalam Rachman & Supriyati, 2004, p. 17). Konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga dipertimbangkan berdasarkan waktu masa kini dan masa depan. Semakin besar konsumsi yang dinikmati hari ini, maka semakin kecil yang dapat dinikmati pada hari esok. Jumlah total konsumsi yang besar di waktu saat ini berpengaruh terhadap proporsi tabungan untuk konsumsi yang akan datang (Mankiw, 2000, p.456). Rumah tangga dengan konsumsi konsumsi makanan dan non makanan yang tinggi diduga berpengaruh terhadap besarnya proporsi tabungan. Bagi sebagian orang, tabungan merupakan sisa dari pendapatan yang tidak dibelanjakan. Namun, bagi orangorang yang memahami perencanaan keuangan, tabungan dilakukan terlebih dahulu sebelum terjadi pengeluaran untuk konsumsi. Jadi, pendapatan yang diperoleh dialokasikan terlebih dahulu untuk ditabung dan kemudian sisanya digunakan untuk tindakan konsumsi (Keown, 2007, p. 7). Proporsi masing-masing rumah tangga dalam
63 melakukan tindakan menabung berkaitan dengan pemahaman terhadap perencanaan keuangan. Rumah tangga yang lebih banyak mengetahui tentang perencanaan keuangan memiliki proporsi tabungan yang lebih tinggi daripada yang tidak memiliki pemahaman mengenai perencanaan keuangan (Lusardi, 2008, p.2). Hipotesa Penelitian: 1. Pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga, dan pemahaman perencanaan keuangan secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap proporsi tabungan rumah tangga. 2. Pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga, dan pemahaman perencanaan keuangan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap proporsi tabungan rumah tangga. 3. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian, yang merupakan deskripsi yang lengkap dan akurat dari suatu situasi (Kuncoro, 2003, p. 8). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh variabel independen yaitu pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga, dan pemahaman perencanaan keuangan terhadap variabel dependen yaitu proporsi tabungan rumah tangga di kelurahan Tenggilis Mejoyo. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Dimana data yang digunakan adalah data yang berbentuk angka dan data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2002). Definisi operasional Pendapatan rumah tangga yang dimaksud adalah arus uang yang mengalir dari pihak dunia usaha kepada rumah tangga, dalam bentuk upah, gaji, bunga, sewa, dan laba. Indikator empirik : Total pendapatan rumah tangga per bulan = Pendapatan suami per bulan + pendapatan istri per bulan. Tindakan konsumsi yang dimaksud adalah tindakan konsumsi akhir yang langsung memberikan kepuasan kepada rumah tangga yang bersangkutan, dan merupakan total dari penggunaan uang untuk barang dan jasa. Indikator empirik : Konsumsi rumah tangga = Konsumsi makanan + konsumsi non makanan rumah tangga (per bulan). Tingkat pemahaman perencanaan keuangan diukur berdasarkan sejauh mana pemahaman terhadap konsep menabung, situasi keuangan rumah tangga dan tujuan perencanaan keuangan. Proporsi tabungan dalam hal ini adalah presentase jumlah uang / pendapatan yang tidak dibelanjakan dari pendapatan disposabel rumah tangga yang merupakan simpanan secara berkala. Indikator empirik : Proporsi tabungan rumah tangga = jumlah uang yang ditabung / total pendapatan rumah tangga.
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 61-66
64
Metode Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi linear berganda. Analisa regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan pengaruh dari dua variabel independen atau lebih terhadap variabel dependen atau untuk membuktikan ada atau tidaknya ketergantungan sebuah variabel dependen (Y) terhadap antara dua buah variabel independen (X) atau lebih (Supranto, 1983, p. 189). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga, dan pemahaman perencanaan keuangan. Variabel dependennya adalah proporsi tabungan rumah tangga. Variabel dependen pemahaman perencanaan keuangan merupakan variabel kualitatif. Variabel ini dibentuk menjadi variabel dummy, dengan memberi nilai 1 atau 0. Angka 1 menunjukkan adanya atribut sedangkan angka 0 menunjukkan tiadanya atribut (Widardjono, 2010, p. 50). Sehingga dalam penelitian ini, nilai 1 apabila memahami perencanaan keuangan, sedangkan nilai 0 apabila tidak memahami perencanaan keuangan. Sebelum melakukan regresi dituntut beberapa uji prasyarat, yakni uji asumsi klasik yang dilakukan melalui uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, Uji Heteroskedastisitas dan Uji Normalitas data. 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Analisa Statistik Deskriptif Tabel 1. Stastistik Deskriptif Pendapatan dan Konsumsi Mean
pendapatan 2.873.833,33
Konsumsi 2.479.466,67
Std. Deviation
2.112.265,111
1.790.078,374
Minimum
800.000
800.000
Maximum
17.500.000
14.000.000
Tabel 1. menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata responden adalah Rp.2.873.833,33/bulan. Standar deviasi pendapatan adalah 2.112.265,11. Sementara itu pendapatan minimum responden adalah Rp.800.000/bulan, dan pendapatan tertinggi adalah Rp.17.500.000/bulan. Sementara itu, rata-rata konsumsi rumah tangga responden adalah Rp.2.479.466,67 dengan standar deviasi Rp.1.790.078,37. Konsumsi minimum responden adalah Rp.800.000/bulan dan konsumsi tertinggi adalah Rp.14.000.000/bulan. Sementara itu berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh penggolongan pendapatan responden menjadi dua golongan yaitu, - Penggolongan pendapatan berdasarkan subjek pendapatan, yakni: single income sebesar 57,3% dan double income sebesar 42,7%. - Penggolongan pendapatan berdasarkan jumlah (besar) pendapatan, yakni: 24,7% responden memiliki pendapatan sederhana (pendapatan ≤ Rp.1.500.000,/bulan), dan 75,3% responden memiliki pendapatan menengah (pendapatan > Rp.1.500.000,-/bulan). Sementara itu, pemahaman perencanaan keuangan responden dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 2. Pemahaman perencanaan keuangan Paham
Frequency 83
Percent 55,0
Tidak Paham Total
67 150
45,0 100,0
Berdasarkan data tabel 2. dapat diketahui bahwa secara umum, 55% responden memiliki pemahaman perencanaan keuangan dan 45% responden tidak memahami perencanaan keuangan. Pengujian asumsi klasik Hasil pengolahan data untuk pengujian gelaja multikolinearitas adalah dengan melihat hasi dari VIF dari masing-masing variabel. Diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel pendapatan rumah tangga adalah 19,772 dan konsumsi rumah tangga adalah 19,175. Jika nilai VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas. Hal ini berarti kedua variabel ini memiliki korelasi yang tinggi. Multikolinearitas dapat diatasi dengan analisis komponen utama. Analisis komponen utama adalah teknik yang digunakan untuk menyederhanakan suatu data, dengan cara mentransformasi data secara linear sehingga terbentuk sistem koordinat baru dengan varians maksimum (Miranda, Le Borgne, & Bontempi, 2008). Data yang telah ditransformasi dipakai untuk melanjutkan uji asumsi klasik lainnya. Output statistik menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,262. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin Watson pada α = 5%, sampel 150 dan jumlah variabel independen = 3, maka nilai yang diperoleh adalah 1,679. Karena nilai DW hasil perhitungan (2,262) > nilai DW pada tabel (1,679), maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model ini. Output statistik juga menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen, termasuk variabel yang telah ditansformasi memiliki sig. > 0,05 sehingga tidak signifikan, berarti dalam model ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil Normality Test menunjukkan bahwa angka sig. Kolmogorov-Smirnov adalah 0,200 > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal. Pengujian regresi linear berganda Tabel 3. Uji F ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression Residual
1,868 0,507
3 146
0,623 0,003
179,192
.000a
Total
2,375
149
Berdasarkan tabel 3. diperoleh hasil dengan nilai signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi <0,05 dapat dinyatakan bahwa variabel independen yaitu pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga dan pemahaman perencanaan keuangan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu proporsi tabungan rumah tangga. Tabel 4. Uji t Coefficientsa
Model 1 (Constant) FAC1_1
Unstandardized Coefficients Std. B Error 0,104 0,007 0,080
0,005
Standardized Coefficients Beta 0,633
t 13,923
Sig. ,000
15,506
,000
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 61-66 FAC2_1 pemahaman
65
-0,071
0,005
-0,566
-14,798
,000
0,030
0,010
0,120
2,934
,004
a. Nilai sig. untuk FAC11 adalah 0,000 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa FAC11 mempengaruhi proporsi tabungan. Karena FAC11 merupakan representasi dari pendapatan rumah tangga (PRT), maka dapat pula disimpulkan bahwa pendapatan rumah tangga mempengaruhi proporsi tabungan rumah tangga. b. Nilai sig. untuk FAC21 adalah 0,000 < 0,05 dengan thitung -14,798, sehingga dapat dikatakan bahwa FAC2 1 mempengaruhi proporsi tabungan. Karena FAC2 1 merupakan representasi dari konsumsi rumah tangga (KRT), maka dapat pula disimpulkan bahwa konsumsi rumah tangga mempengaruhi proporsi tabungan rumah tangga. c. Nilai signifikan untuk pemahaman perencanaan keuangan adalah 0,004 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman perencanaan keuangan mempengaruhi proporsi tabungan rumah tangga. Persamaan Regresi dengan variabel yang telah ditransformasi kemudian disubstitusi dengan nilai PRT dan KRT sehingga terbentuk persamaan regresi akhir sebagai berikut: YT = 0,107 + 2,16×10-7PRT - 2,52×10-7 KRT + 0,030 PRK Interpretasi persamaan regresi yang terbentuk adalah: a. Koefisien regresi (β1) untuk variabel pendapatan rumah tangga (PRT) adalah 2,16 ×10-7. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 Rupiah pendapatan rumah tangga dapat meningkatkan 2,16 x10-7 proporsi tabungan rumah tangga. b. Koefisien regresi (β2) untuk variabel konsumsi rumah tangga (KRT) adalah 2,52 ×10-7. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 Rupiah konsumsi rumah tangga dapat menurunkan 2,16 x 10-7 proporsi tabungan rumah tangga. c. Koefisien regresi (β3) untuk variabel pemahaman perencanaan keuangan (PRK) adalah 0,030. Hal ini berarti responden yang memahami perencanaan keuangan memiliki proporsi tabungan 0,030 lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak memahami perencanaan keuangan. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data deskriptif, maka diketahui bahwa rata-rata pendapatan responden adalah Rp.2.873.833,33/ bulan dan rata-rata konsumsinya adalah Rp.2.479.466,67/bulan. Secara umum, responden dalam penelitian ini tidak dapat mewakili keseluruhan populasi, hal ini disebabkan kendala teknis dimana sulit memperoleh akses kepada responden yang tersebar di beberapa domisili berdasarkan area jalan di kelurahan Tenggilis Mejoyo. Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini memiliki pendapatan yang tergolong pendapatan sederhana (24,7%) dan menengah (75,3%). Pendapatan sederhana adalah pendapatan ≤ Rp,1.500.000,/bulan dan pendapatan menengah adalah pendapatan > Rp.1.500.000,-/bulan. Selain itu, 57,3% responden tergolong juga sebagai single income, dimana pendapatan
rumah tangga yang dimiliki hanya bersumber dari suami saja atau dari istri saja. Sebagian besar responden yang tergolong double income memiliki pendapatan > Rp.1.500.000,-/bulan atau tergolong responden dengan pendapatan menengah. Sebagian besar suami responden bekerja dengan memiliki usaha kecil dan menengah, sementara 51,3% responden memiliki istri yang tidak bekerja (ibu rumah tangga), dan 34,7% memiliki pekerjaan membuka usaha kecil dan menengah. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa responden dengan pendapatan sederhana telah memiliki pemahaman perencanaan keuangan untuk hal-hal darurat dan pendidikan, sementara untuk pengeluaran khusus, pembelian rumah dan tabungan hari tua, belum menjadi prioritas utama dalam perencanaan kebutuhan untuk waktu yang akan datang bagi golongan responden ini. Untuk responden dengan golongan pendapatan menengah, telah memiliki pemahaman perencanaan keuangan untuk hal-hal darurat, pendidikan, pengeluaran khusus, dan pembelian rumah. Sementara itu, untuk perencanaan tabungan hari tua, dua golongan responden ini dapat dikatakan belum memahami. Secara umum, responden dengan golongan pendapatan sederhana hanya memiliki pemahaman perencanaan tabungan untuk jangka pendek. Sementara untuk jangka menengah dan jangka panjang belum menjadi prioritas utama dalam perilaku tabungan responden yang ditunjukkan dengan minimnya responden yang telah memiliki tabungan untuk periode jangka menengah dan jangka panjang. Untuk responden golongan pendapatan menengah, secara umum telah memahami perencanaan tabungan untuk jangka pendek dan jangka menengah, tetapi untuk jangka panjang hanya terdapat 30% yang memahaminya. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa terdapat 59,5% responden yang termasuk dalam responden dengan pendapatan sederhana yang tidak memahami perencanaan keuangan. Sementara itu, terdapat 60,3% responden dari golongan pendapatan menengah yang telah memahami perencanaan keuangan. Berdasarkan hasil pada analisis regresi berganda dengan uji signifikan F, maka dapat diketahui bahwa variabel independen yaitu pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga dan pemahaman perencanaan keuangan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu proporsi tabungan rumah tangga. Berdasarkan hasil uji parsial t, dapat diketahui bahwa variabel independen pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga dan pemahaman perencanaan keuangan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu proporsi tabungan rumah tangga. Dari persamaan regresi yang terbentuk tersebut maka dapat diketahui bahwa apabila pendapatan rumah tangga mengalami peningkatan, maka proporsi tabungan rumah tangga akan mengalami peningkatan. Apabila konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan, maka proporsi tabungan rumah tangga mengalami penurunan. Untuk variabel pemahaman perencanaan keuangan, apabila responden memiliki pemahaman perencanaan keuangan maka proporsi tabungan rumah tangga akan menjadi lebih tinggi 0,030. Secara umum, variabel-variabel independen dalam penelitian ini yaitu pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga dan pemahaman perencanaan
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 61-66 keuangan dapat menjelaskan 78,2% proporsi tabungan rumah tangga. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan berdasarkan tujuan hipotesis dengan Analisis BLUE dan Analisis Regresi Berganda maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga dan pemahaman perencanaan keuangan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap proporsi tabungan rumah tangga di Kelurahan Tenggilis Mejoyo. 2. Variabel pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga dan pemahaman perencanaan keuangan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap proporsi tabungan rumah tangga di Kelurahan Tenggilis Mejoyo.
DAFTAR PUSTAKA Abel, A. B., Bernanke, B. S., & Croushore, D. (2008). Macroeconomics. New Jersey: Pearson . Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. (2004). Distribusi Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga. Surabaya: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya.
66 Kuncoro, M. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Lusardi, A. (2008). Household Saving Behaviour: The Role of Saving Literacy, Information and Financial Education Programs. Implication of Behavioral Economics for Economics Policy (page 1-42). Boston: Darmouth College. Madura, J. (2007). Personal Finance. New Jersey: Pearson Education. Mankiw, N. G. (2000). Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Erlangga. McConnell, C. R., Brue, S. L., & Flynn, S. M. (2009). Economics: Principles, Problems, and Policies. New York: McGraw-Hill. Miranda, Le Borgne, A. Y., & Bontempi, G. (2008). New Routes from Minimal Approxiamtion Error to Principal Components. Neural Processing Letters. Rachman, H. P., & Supriyati. (2004). Pola Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga. Jurnal Agro-Ekonomika No. 2 Tahun XXXIV, 17-45. Rahma, A. (2011). Studi Perbandingan Pola Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga Kaya dan Miskin di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin. Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Bade, R., & Parkin, M. (2002). Foundations of Macroeconomics. New Jersey: Pearson Education.
Sukirno, S. (1998). Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
BPS. (2011). Indikator Ekonomi dan Sosial Jawa Timur. Surabaya: BPS Jawa TImur.
Supranto, J. (1983). Ekonometrik. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
BPS. (2011). Indikator Kesejahteraan Rakyat . Jakarta: BPS.
Waud, R. N. (1992). Microeconomics. New York: Harper Collins.
Collins, S. M. (1991). Saving Behavior In Ten Developing Countries. National Saving and Economic Performance, 349-376.
Widardjono, A. (2010). Analisis Statistika Multivariat Terapan. Jakarta: YKPN.
Departemen Kementrian Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. (2000, Desember 21). Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 53 Tahun 2000 Tentang Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga. Retrieved May 06, 2013, from simkum.baliprov.go.id/uploads/Kepmen_53_2000.rtf Dornbusch, R., Fischer, S., & Mulyadi, J. (1989). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga. Dynan, K. E., Skinner, J., & Zeldes, S. Z. (2004). Do The Rich Save More? Journal of Political Economy, 398. Financial Planning Class Module. (2012). Surabaya: Universitas Kristen Petra. Furham, A. (1999). The Saving and Spending Habits of Young People. Journal of Economic Psychology, 677-697. Hal, R. E., & Taylor, J. B. (1993). Macroeconomics. New York: Norton. Kelurahan Tenggilis Mejoyo. (2013). Data Penduduk Kelurahan Tenggilis Mejoyo. Surabaya. Keown, A. J. (2007). Personal Finance. New Jersey: Pearson. Keown, A. J. (2007). Personal Finance Turning Money Into Wealth. New Jersey: Pearson Education.