ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN NASIONAL, INFLASI, DAN SUKU BUNGA TERHADAP KONSUMSI RUMAH TANGGA DI INDONESIA
Oleh
YULI ANGRIANI 2008 / 02607
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode 96 Maret 2013 1
2
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN NASIONAL, INFLASI, DAN SUKU BUNGA TERHADAP KONSUMSI RUMAH TANGGA DI INDONESIA Yuli Angriani, Hasdi Aimon, Melti Roza Adry Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Barat
[email protected] ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendapatan nasional terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia, Inflasi terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia dan suku bunga terhadap Konsumsi Rumah tangga di Indonesia. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dan asosiatif. Data yang digunakan adalah data time series, Data yang dianalisis dengan regresi linear berganda dan diestimasi menggunakan metode OLS (ordinary least square), sebelum diestimasi dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji multikolinearitas, autokorelasi, heterokedastisitas dan normalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwal pendapatan nasional berpengaruh signifikan terhadap Konsumsi Rumah tangga di Indonesia. Sedangkan, Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Konsumsi Rumah tangga di Indonesia dan suku bunga berpengaruh signifikan dam negatif terhadap Konsumsi Rumah tangga di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka direkomendasikan kepada pemerintah daerah dan instansi terkait untuk menjaga kestabilan suku bunga dan tingkat inflasi melalui kebijakan moneter agar pemerintah dapat mengupayakan peningkatan pendapatan nasional agar tercapainya kestabilan perekonomian Indonesia. Kata Kunci: Konsumsi Rumah tangga, Pendapatan nasional, Inflasi, dan suku bunga kredit. Abstrak This research aim analysis influencing national Income to household consumption in Indonesia, Inflation to household consumption in Indonesia and Interest rate to household Household Consumption in Indonesia. This research is uses deskriptif and asosiatif research. the use data is time series, Analysis use multiple regression and the Estimationl with Ordinary Least Square method (OLS).before estimation used analyzeds examination is Multikolinearitas, autocorelation, heterokedastisitas,and normalita. Result of analysis indicate that National Income have positive influence and significant to household Consumption in Indonesia,. Beside that, rate inflation does not has significant influence to household Consumption in Indonesia and interes rate have negative influence and significant to household consumption in Indonesia. Based on the research that has been done, it is recommended to local governments and agencies to maintain stable interest rates and inflation through monetary policy that the government may seek an increase in national income in order to achieve stability in the Indonesian economy. Keyword: household consumption,national Income, Inflation, Interest rate.
3
Dalam aktivitas perekonomian suatu negara, konsumsi mempunyai peran penting di dalamnya serta mempuyai pengaruh yang sangat besar terhadap stabilitas perekonomian. Pertama, konsumsi Rumah tangga memberikan sumbangan yang paling besar terhadap pendapatan Nasional. Semakin tinggi tingkat konsumsi, semakin tinggi tingkat perubahan kegiatan ekonomi dan perubahan dalam pendapatan nasional suatu Negara. Dikebanyakan negara, pengeluaran konsumsi meliputi 60-70 persen dari pendapatan nasional. Berarti perbelanjaan ini adalah lebih penting dari gabungan ketiga perbelanjaan yang lain, yaitu Investasi perusahaan, perbelanjaan pemerintah dan ekspor bersih (ekspor dikurangi impor). Kedua konsumsi, konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Sementara itu dalam jangka panjang, pola konsumsi masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai pembelanjaan yang dilakukakan oleh Rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu dinamakan Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga atau dalam analisis makro ekonomi lebih lazim disebut sebagai Konsumsi Rumah tangga. Pendapatan yang diterima masyarakat akan digunakan untuk membeli makanan, pakaian, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli oleh Masyarakat untuk memenuhi Kebutuhannya dan perbelanjaan tersebut dinamakan Konsumsi, yaitu membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan sementara memiliki dan menggunakan barang tersebut. Konsumsi merupakan salah satu kegiatan ekonomi keluarga untuk memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa. Oleh karena itu, konsumsi seringkali dijadikan salah satu indikator kesejahteraan keluarga.
Tabel 1. Konsumsi Rumah tangga dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun 20012010 Konsumsi Tahun Rumah Pertumbuhan tangga (%) 2001 886.736,0 2002 920.749,6 3,69 2003 956.593,4 3,74 2004 1.004.109 4,73 2005 1.043.805 3,80 2006 1.076.928 3,07 2007 1.130.847 4,77 2008 1.191.191 5,07 2009 1.249.011 4,63 2010 1.306.801 4,42 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik Indonesia 2001-2010 Tabel 1 menunjukkan bahwa Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga mengalami Peningkatan pada tahun 2001-2010. Pada Tahun 2010 Pengeluaran Konsumsi tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 4,42 % hal ini diduga karena pendapatan masyarakat yang naik, daya beli masyarakat yang membaik optimisme konsumen tinggi, tingkat utang masyarakat yang rendah dan suku bunga relatif rendah sehingga mendukung pertumbuhan konsumsi yang meningkat. Keadaan tersebut telah sesuai dengan teori bahwa kenaikan pendapatan nasional cendrung meningkatkan pendapatan nasional. Inflasi sebagai fenomena ekonomi yang terutama terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia sangat mempengaruhi kegiatan perekonomian. Inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum yang menyebabkan terjadinya efek subtitusi. Konsumen akan mengurangi pembelian terhadap barang-barang yang harganya relatif mahal dan menambah pengeluaran konsumsi terhadap barang-barang yang harganya relatif murah. kenaikan harga umum tidaklah berarti bahwa kenaikan harga barang terjadi secara proporsional. Hal ini mendorong konsumen untuk mengalihkan konsumsinya dari barang yang satu 1
ke barang yang lainnya. Inflasi yang tinggi akan melemahkan daya beli masyarakat. Suku bunga mempunyai Hubungan yang erat dengan konsumsi, karena dengan suku bunga kredit yang tinggi seseorang akan cendrung untuk menabung dan mengurangi tingkat Konsumsi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mencoba mengemukakan variabel-variabel yang mempengaruhi Konsumsi Rumah tangga di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pendapatan nasional, Inflasi, suku bunga terhadap konsumsi Rumah tangga di Indonesia.
y=c
C = C + cY
C
Pendapatan Y TINJAUAN LITERATUR Pendapatan Nasional. Menurut cash dan Fair (2004:74) mengasumsikan bahwa ada hubungan positif antara konsumsi (C) dan pendapatan nasional (Y), karena konsumsi merupakan garis lurus, maka dapat digambarkan dalam persamaan: C = a + bY Dimana : (C) adalah Konsumsi, (a) yaitu Titik dimana fungsi konsumsi memotong sumbu c- konstan, b yaitu slope garis (kecondongan konsumsi Marginal) dan Y adalah Pendapatan Nasional. Pada gambar 1 terlihat bahwa fungsi Konsumsi Keynes tidak melalui titik 0, tetapi melalui sumbu Vertikal pada nilai positif (c) Konsekwensi fungsi konsumsi ini, dengan meningkatnya Pendapatan nasional akan memberikan dampak terhadap penurunan hasrat konsumsi Rata-rata atau APC. Jika APC akan mengalami penurunan dengan terjadinya Pendapatan nasional, dalam fungsi Konsumsi Keynes akan terlihat pertama, peningkatan pendapatan masih di ikuti dengan peningkatan konsumsi, Kedua, pada saat garis Konsumsi C memotong garis OY maka peningkatan pendapatan diiringi dengan penurunan konsumsi atau APC. Secara grafis, fungsi Konsumsi Keynes digambarkan Sebagi Berikut Konsumsi 2
Gambar 1. Fungsi Konsumsi Keynes Menurut Dornbusch (2008:316) Hubungan Konsumsi dan pendapatan dinyatakan dalan persamaan : C = C + cY 0 < C < 1 Dimana : C = Konsumsi Y = Pendapatan Nasional Keynes Mengemukakan dua poin disini. Pertama dia mengemukakan bahwa konsumsi adalah fungsi positif dari pendapatan. Semakin banyak pendapatan seseorang maka semakin banyak seseorang tersebut untuk melakukan konsumsi. Kedua, Keynes mengemukakan, Rumah tangga berpendapatan tinggi mengkonsumsi bagian yang lebih sedikit dari pendapatan mereka dibandingkan rumah tangga yang berpendapatan rendah. Bagian pendapatan yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk konsumsi diukur oleh kecendrungan Rata-rata untuk mengkonsumsi. APC = Menurut Rosydi (2003:151) MPC yang merupakan kependekan dari marginal proprensity to consume ( hasrat marginal untuk melakukan konsumsi. MPC ini didapatkan dengan rumus sebagai berikut: MPC =
Atau MPC pertambahan konsumsi dibagi dengan pertambahan pendapatan. MPC menunjukkan berapa bagiankah dari pertambahan pendapatan yang dikonsumsikan. Semakin besar MPC, maka kan berarti semakin besar pulalah bagian dari setiap kenaikan pendapatan yang dipergunakan untuk keperluan untuk konsumsi, dan demikian pula sebaliknya. Inflasi Menurut Case dan Fair (2004:6) Inflasi adalah Kenaikan harga secara keseluruhan. Pengurangan inflasi telah lama menjadi tujuan kebijakan pemerintah. Yang terutama sangat bermasalah adalah Hiperinflasi atau periode kenaikan yang sangat cepat hanya secara keseluruhan. Menurut Khalwaty (2000:6) mendefinisikan inflasi sebagai suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut. Menurut Mishkin (2008:13) Inflasi yaitu kenaikan harga yang terjadi secara terus menerus, mempengaruhi Individu, pengusaha, dan pemerintah. Dan menurut Mankiw (2002:72) Inflasi adalah Kenaikan dalam tingkat harga Ratarata, dan Harga adalah Tingkat dimana uang dipertukarkan untuk mendapatkan barang atau jasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadinya kenaikan harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu cukup lama, Biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. Menurut Guritno dalam Khairani (2009::35) Inflasi sebagai fenomena ekonomi yang terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang sedang giat-giatnya membangun sangat mempengaruhi dalam kegiatan perekonomian. Inflasi memiliki hubungan yang
kuat dimana, jika harga-harga barang dan jasa naik dan terjadi inflasi akan menyebabkan turunnya nilai Rill dari pendapatan sehingga melemahkan daya beli masyarakat terutama terhadap produksi dalam negri sehingga dapat berdampak pada menurunnya konsumsi masyarakat. Suku Bunga Menurut Sukirno (2000:342) hubungan antara konsumsi dan Suku bunga mempunyai arah yang bertentangan, yaitu semakin rendah tingkat bunga, maka jumlah uang yang ditabung semakin rendah yang berarti semakin besar uang digunakan untuk konsumsi. Jadi hubungan antara konsumsi dan Suku bunga kredit mempunyai arah yang bertentangan, dimana Suku bunga kredit yang meningkat akan mengurangi pola Konsumsi Rumah tangga dan sebaliknya. Menurut Mankiw (2003:429) Konsumsi adakalanya tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini terjadi karena keterbatasan anggaran. Fisher mencoba membuat persamaan yang menganalisis tentang batas anggaran untuk konsumsi pada dua periode, yaitu : pada periode pertama, tabungan sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi : S=Y-C Dalam periode kedua, Konsumsi sama dengan akumulasi tabungan (termasuk Bunga tabungan) ditambah dengan pendapatan periode kedua, yaitu: C2 = (1 + r) S + Y2 Dimana r adalah tingkat bunga riel, Variabel S menunjukkan tabungan atau pinjaman dan persamaan ini berlaku dalam kedua kasus. Jika konsumsi pada periode pertama kurang dari pendapatan periode pertama, berarti konsumsen menabung dan S lebih besar dari nol. Jika konsumsi periode pertama melebihi pendapatan periode pertama, konsumen meminjam dan S kurang dari 0. Untuk menderivasi batas anggaran konsumen, maka Kombinasi persamaan (10) dan persamaan (11) menghasilkan Persamaan : C2 = (1 + r) (Y1 – C1) + Y2 3
Penelitian Empiris Maryam Sangadji (2002) dalam jurnal ekonomi dengan judul “ Fungsi konsumsi rumah tangga di Indonesia (pendekatan model koreksi kesalahan) ” variabel yang digunakan sebagai variabel endogennya adalah Konsumsi Rumah tangga (Y), sedangkan variabel Eksogennya adalah pendapatan nasional (X1) dan suku bunga (X2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat konsumsi dengan tingkat pendapatan. Dimana rumah tangga akan senantiasa menaikkan konsumsinya jika terjadi kenaikan dalam tingkat pendapatan. Sementara tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Hal ini mengandung makna bahwa rumah tangga akan akan mengurangi konsumsinya dan memilih untuk menabung disaat terjadi kenaikan tingkat suku bunga. Vera lisna dan Nila Rifal dalam jurnal ekonomi dengan judul “Analisis faktor-faktor ekonomi makro yang mempengaruhi tingkat konsumsi era pemerintahan SBY” variabel yang digunakan sebagai variabel endogen adalah pengeluaran perkapita (Y), sedangkan variabel exogennya adalah PDRB perkapita harga konstan, (X1), PDRB harga berlaku (X2), Inflasi (X3), Price (X4), dan IPM (X5). Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan PDRB nominal perkapita sebesar 10 % akan meningkatkan konsumsi sekitar 4,6 % jika tidak ada perubahan inflasi harga beras,dan IPM, peningkatan Inflasi tidak terlalu berpengaruh pada peningkatan konsumsi, peningkatan harga beras 40 % akan meningkatkan konsumsi sebesar 4,2% dan peningkatan nilai IPM 10 % akan meningkatkan konsumsi sekitar 20 %. Dalam artikel ini terdapat perbedaan dengan sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari variabel- variabel yang digunakan, metode penelitian, lokasi, jangka waktu penelitian 4
serta data dan jumlah data yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yaitu dari tahun 2002 kuartal 1 sampai dengan kuartal IV tahun 2010 yang bersumber dari laporan Bank Indonesia dalam berbagai tahun penerbitan yang meliputi data konsumsi Rumah tangga di Indonesia. Dimana penelitian ini nantinya akan memperlihatkan konsumsi serta beberapa faktor yang mempengaruhinya, sehingga nantinya dapat dicari solusi dalam mengatasi permasalahan dalam konsumsi Rumah tangga di Indonesia. Model Analisis Pengujian permasalahan pendapatan nasional, Inflasi, dan suku bunga yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga di Indonesia, digunakan model persamaan Regeresi linear berganada. Analisis Regresi Linear berganda untuk melihat pengaruh Variabel eksogen terhadap Variabel endogen dianalisis dengan menggunakan Ordinary least Square dapat digambarkan dalam bentuk fungsi Sebagai Berikut (Gujarati, 2007: 219) : Y=f (X1, X2, X3) Dimana : Y = Konsumsi Rumah tangga X1= Pendapatan nasional X2 = Inflasi X3 = Suku bunga kredit Model di Transformasikan ke persamaan Regresi Sebagai Berikut : LogYt = βo + β1 LogX1t + β2X2t + β3X3t + Ut Dimana: Log Yt = Konsumsi Rumah tangga Log X1t = Pendapatan Nasional X2t = Inflasi X3t = Suku bunga βo = konstanta β1, β = Koefisien regresi Ut = Distribusi term (kesalahan pengganggu) Metode Analisis
Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dan asosiaitf. data yang dipakai adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data time series dari tahun 2002 kuartal I sampai tahun 2010 kuartal IV, yang dikumpulkan melalui dokumentasi dari instansi pemerintah yang terkait, antara lain laporan Bank Indonesia (SEKI) , Badan pusat statistik (BPS), serta sumber-sumber lainnya. Data yang dikumpulkan antara lain meliputi data pengeluaran konsumsi rumah tangga, Produk Nasional Bruto (PNB), Inflasi, dan suku bunga kredit. Analisis menggunakan model regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) Dalam regresi linear berganda. Guna memperoleh keabsahan yang tinggi dalam model regresi yang digunakan, sebelum melakukan uji statistik terhadap hasil olahan regresi, terlebih dahulu digunakan uji asumsi klasik sebagai dasar analisis regresi. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan agar estimator-estimator yang diperoleh dengan metode OLS memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Pengujian Asumsi klasik yang dilakukan terdiri dari pengujian terhadap normalitas, Multikolinaeritas, heterokedastisitas dan Autokorelasi, Koefisien determinasi R2, Uji t dan Uji F. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian data dan pengaruh pendapatan Nasional, Inflasi, dan Suku bunga terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia. Uji Normalitas residual data Berdasarkan uji normalitas residual data didapat hasil probabilitas sebesar 0,605. Data dikatakan tidak tersebar secara normal apabila nilai probability > nilai = 0.05. maka dari hasil estimasi dapat disimpulkan residual data normal. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat masalah korelasi yang erat diantara data variabel
bebas. Data yang baik adalah data yang tidak terjadi Multikolinearitas antara sesama variabel bebasnya. Data dikatakan tidak terjadi multikolinearitas apabila VIF < 5 dan data dikatakan terjadi multikolinearitas apabila VIF ≥ 5 dengan Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus VIF. Dari estimasi data diperoleh hasil uji multikolinearitas variabel Log(x1) terhadap x2 didapat nilai VIF sebesar 1,011, log(x1) terhadap x3 didapat nilai VIF sebesar 3,480 dan x2 terhadap x3 didapat nilai VIF sebesar 1,005. Berdasarkan hasil estimasi dapat dinyatakan bahwa data tidak terjadi multikolllinearitas karena memenuhi kriteria pengujian dengan nilai VIF 5. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-watson untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Berdasarkan pengolahan data dengan bantuan eviews didapatkan hasil sebagai berikut : nilai DW sebesar 2,19 Sedangkan dari Tabel DW dengan tingkat signifikan 0,05 didapatkan nilai dl = 1,29, du = 1,65, 4du = 2,35, dan 4-dl = 2,71. Nilai DW berada pada daerah antara du dan 4-du, maka dapat disimpulkan bahwa model autokorelasi tidak mengandung unsur autokorelasi. Uji Heterokedastisitas Pengujian terhadap gejala heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan White Test. Dengan kriteria apabila nilai sig > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diregresi tidak terdapat heterokedastisitas. Begitu sebaliknya apabila nilai sig < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasikan terdapat Heterokedastisitas dengan nilai Chi-squares hitung sebesar 5.173 yang diperoleh dari informasi Obs*Rsquared, sedangkan nilai kritis Chi-squares 5
2
(χ ) pada α = 5 persen maka dapat disimpulkan bahwa model bebas dari masalah heterokedastisitas. Analisis Regresi linear berganda Hasil pengolahan data sekunder dengan menggunakan program Eviews, diperoleh persamaan linear berganda sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda Variabel Koef. t-statistik Prob Regresi Constant 3.198593 5.692855 0.0000 X1 0.726292 18.53575 0.0000 X2 0.000676 0.391217 0.6982 Log x3 -0.007078 0.0472 2.064196 Adjusted R-squared = 0.978405 F- statistik Prob (F-Statistik =0.0000 ̂ Log = 3.199 + 0.726 Log X1 + 0.001 X2 0.007 X3 Adj. R- squared = 0.978 Hasil pengujian hipotesis Uji t Hipotesis pertama menunjukkan bahwa adalah terdapat pengaruh yang signifikan dan positif Pendapatan nasional terhadap Konsumsi Rumah tangga di Indonesia dengan nilai tstatistik sebesar 18.536 > dari nilai ttabel sebesar 1.694 akibatnya H0 ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara Pendapatan nasional (X1) terhadap Konsumsi Rumah tangga di Indonesia (Y). 6
Hipotesisis kedua menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat inflasi terhadap Konsumsi Rumah tangga di Indonesia dengan nilai tstatistik sebesar 0.391 < nilai ttabel sebesar 1.694 akibatnya H0 diterima dan Ha ditolak sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini ditolak, bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan tingkat inflasi terhadap Konsumsi Rumah tangga di Indonesia. Hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan negatif suku bunga kredit terhadap Konsumsi Rumah tanggadi Indonesia. Dengan nilai -tstatistik sebesar -2.064 < nilai -ttabel sebesar -1.694 akibatnya H0 ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini diterima, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara Suku bunga kredit terhadap Konsumsi Rumah tangga di Indonesia. Pengkajian hipotesis secara bersamasama dilakukan dengan menggunakan uji F. Jika F hitung > F tabel maka hipotesis nol harus ditolak dan hipotesis alternatif harus diterima. Yang artinya bahwa secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Di dalam pengkajian ini diperoleh nilai Fhitung sebesar 529.593 dan Ftabel sebesar 2.901 atau probalitas yang diperoleh adalah sebesar 0.000 < α maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti diterima, bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan nasional, Inflasi, Suku bunga kredit terhadap Konsumsi Rumah tangga di Indonesia. Pembahasan Pengaruh pendapatan nasional terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia yaitu Apabila pendapatan nasional naik maka Konsumsi Rumah tangga juga naik baik konsumsi makanan maupun non
makanan dan sebaliknya, apabila pendapatan nasional turun maka Konsumsi Rumah tangga juga akan mengalami penurunan. Menurut Rosydi (2003:148) Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan artinya pengeluaran atau konsumsi tergantung pada pendapatan. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Cash dan Fair (2004:73) Hubungan antara konsumsi dan pendapatan ditulis dengan singkat : C = f (Y), atau kadang-kadang lebih disingkatkan lagi dengan C (Y) saja. Maka dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa antara konsumsi dan pendapatan terdapat hubungan positif. Artinya apabila pendapatan naik, maka konsumsi akan meningkat pula, Sebaliknya apabila pendapatan turun maka konsumsi pun akan turun. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional berpengaruh positif terhadap Konsumsi Rumah tangga di indonesia. Dimana ketika pendapatan nasional meningkat maka, maka daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa juga naik sehingga menyebabkan Konsumsi Rumah tangga menjadi meningkat. Pengaruh Inflasi terhadap konsumsi rumah tangga menunjukkan bahwa jika harga barang dan jasa naik, dan terjadinya Inflasi akan menyebabkan turunnya nilai Rill dari pendapatan sehingga melemahkan daya beli masyarakat, terutama dalam produksi dalam negri, sehingga berdampak turunnya daya beli masyarakat. Hal ini tidak sesuai dengan Hasil penelitian bahwa Inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. Pengaruh Inflasi terhadap suku bunga adalah berpengaruh negatif yaitu jika tingkat bunga mengalami penurunan maka seseorang akan mengkonsumsi lebih banyak sekarang dan menabung lebih sedikit. Kenaikan suku bunga mengarahkan seseorang untuk mengkonsumsi lebih sedikit
sekarang dan menghemat lebih banyak. Efek itu disebut Efek Subtitusi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Siregar (2009) yang menyatakan bahwa Suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi Rumah tangga diindonesia. Jadi dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan Suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi Rumah tangga di Indonesia. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan nasional berpengaruh positif terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia dengan MPC sebesar 0,73 yang berarti 73 % digunakan untuk konsumsi dan 14 % pajak dan sisanya 13% lagi untuk ditabung. Kondisi tersebut sejalan dengan teori terdapat hubungan positif antara tingkat tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi. Dimana rumah tangga akan senantiasa menaikkan konsumsinya jika terjadi kenaikan dalam pendapatan. Sementara suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap Konsumsi rumah tangga di Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa rumah tangga akan mengurangi konsumsinya dan memilih untuk menabung disaat terjadi kenaikan bunga. sedangkan Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA. Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Berbagai Edisi Tahun Penerbitan. Case, E Karl dan Ray C. Fair. (2004). PrinsipPrinsip Ekonomi Makro Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Indeks, Kelompok Gramedia.
7
Dornbusch, Rudiger. (2008). Makro Ekonomi Edisi Bahasa Indonesia. PT media Global Edukasi. Gujarati (2007) Ekonometrika Erlangga:jakarta
dasar.
Khalwaty, Tajul (2000) “Inflasi dan Solusinya”. Jakarta PT Gramedia Utama. Mankiw, N. Gregory. (2003), Teori Makro Ekonomi Terjemahan edisi kelima Jakarta, PT.Gramedia Pustaka. Rosyidi, Suherman (2003) ” Pengantar Teori Ekonomi “ Jakarta : PT. Raja Garfindo persada Sangadji, Maryam (2002) “ Fungsi konsumsi rumah tangga di Indonesia “ Ambon: Journal ekonomi dan bisnis islam Siregar, Khairani (2009) “Analisis Determinan Konsumsi Masyrakat di Indonesia” (Thesis) Medan : USU Sukirno, Sadono. (2000) “Pengantar makroekonomi.” Jakarta: PT grafindo Persada
Teori Raja
Sari, Rahmat H. Setianto, (2011) “Cara cerdas menguasai Eviews” Jakarta: Salemba Empat. S. Mishkin, Frederic, (2008) “Ekonomi uang, perbankan, dan pasar keuangan” Jakarta : Salemba Empat.
8
9
LAMPIRAN 1
REGRESSION Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 02/15/13 Time: 10:05 Sample: 2002Q1 2010Q4 Included observations: 36
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
3.198593
0.561861
5.692855
0.0000
LOG(X1)
0.726292
0.039183
18.53575
0.0000
X2
0.000676
0.001728
0.391217
0.6982
X3
-0.007078
0.003429
-2.064196
0.0472
R-squared
0.980256
Mean dependent var
12.51594
Adjusted R-squared
0.978405
S.D. dependent var
0.115901
S.E. of regression
0.017032
Akaike info criterion
-5.203037
Sum squared resid
0.009283
Schwarz criterion
-5.027091
Log likelihood
97.65467
Hannan-Quinn criter.
-5.141627
F-statistic
529.5937
Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.000000
2.185812
9
LAMPIRAN 2 ESTIMASI LOG(X1)-X2 Dependent Variable: LOG(X1) Method: Least Squares Date: 02/15/13 Time: 10:14 Sample: 2002Q1 2010Q4 Included observations: 36
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
13.01183
0.036620
355.3233
0.0000
X2
-0.008694
0.013994
-0.621224
0.5386
R-squared
0.011223
Mean dependent var
12.99480
-0.017858
S.D. dependent var
0.144368
S.E. of regression
0.145651
Akaike info criterion
-0.961254
Sum squared resid
0.721284
Schwarz criterion
-0.873280
Log likelihood
19.30257
Hannan-Quinn criter.
-0.930549
F-statistic
0.385920
Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.538595
Adjusted R-squared
VIF = VIF =
VIF = 1.0114
10
0.057489
ESTIMASI LOG(X1)-X3
Dependent Variable: LOG(X1) Method: Least Squares Date: 02/15/13 Time: 10:16 Sample: 2002Q1 2010Q4 Included observations: 36
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
14.27192
0.139683
102.1735
0.0000
X3
-0.074097
0.008069
-9.183359
0.0000
R-squared
0.712678
Mean dependent var
12.99480
Adjusted R-squared
0.704227
S.D. dependent var
0.144368
S.E. of regression
0.078514
Akaike info criterion
-2.197118
Sum squared resid
0.209593
Schwarz criterion
-2.109145
Log likelihood
41.54813
Hannan-Quinn criter.
-2.166413
F-statistic
84.33408
Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.000000
0.252495
VIF = VIF =
VIF = 3,480
11
ESTIMASI LOG(X2)-X3
Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 02/15/13 Time: 10:16 Sample: 2002Q1 2010Q4 Included observations: 36
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
3.310539
3.166962
1.045336
0.3032
X3
-0.078405
0.182935
-0.428594
0.6709
R-squared
0.005374
Mean dependent var
1.959167
-0.023880
S.D. dependent var
1.759233
S.E. of regression
1.780114
Akaike info criterion
4.045184
Sum squared resid
107.7394
Schwarz criterion
4.133158
Hannan-Quinn criter.
4.075890
Durbin-Watson stat
1.840035
Adjusted R-squared
Log likelihood
-70.81332
F-statistic
0.183693
Prob(F-statistic)
0.670922
VIF = VIF =
VIF = 1.005
12
LAMPIRAN 3
UJI AUTOKORELASI
Autokorelasi Positif
Tidak ada kesimpulan
Tidak ada kesimpulan
Autokorelasi negatif
Bebas autokorelasi
0
dl 1.29
du 1.65
4-du
2.186 2.35
4-dl
4 2.71
13
LAMPIRAN 4
HETEROKEDASTISISTAS
Heteroskedasticity Test: White F-statistic
0.484727
Prob. F(9,26)
0.8715
Obs*R-squared
5.172543
Prob. Chi-Square(9)
0.8190
Scaled explained SS
2.780699
Prob. Chi-Square(9)
0.9724
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 02/15/13 Time: 10:20 Sample: 2002Q1 2010Q4 Included observations: 36 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
-1.286074
1.807174
-0.711649
0.4830
LOG(X1)
0.176791
0.256452
0.689375
0.4967
(LOG(X1))^2
-0.006097
0.009137
-0.667219
0.5105
(LOG(X1))*X2
-0.000323
0.000832
-0.388617
0.7007
(LOG(X1))*X3
-0.000996
0.001450
-0.687054
0.4981
X2
0.004443
0.011975
0.371008
0.7136
X2^2
-8.87E-06
1.45E-05
-0.609743
0.5473
X2*X3
-7.42E-06
7.10E-05
-0.104575
0.9175
X3
0.015007
0.021369
0.702298
0.4887
X3^2
-5.77E-05
8.22E-05
-0.701938
0.4890
R-squared Adjusted R-squared
0.143682
Mean dependent var
0.000258
-0.152736
S.D. dependent var
0.000305
S.E. of regression
0.000328
Akaike info criterion
-12.97990
Sum squared resid
2.79E-06
Schwarz criterion
-12.54004
Log likelihood
243.6382
Hannan-Quinn criter.
-12.82638
F-statistic
0.484727
Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.871494
14
1.915036
LAMPIRAN 5
NORMALITAS 8
Series: Residuals Sample 2002Q1 2010Q4 Observations 36
7 6 5 4 3 2 1
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-1.41e-15 -0.002482 0.032799 -0.031106 0.016285 0.255096 2.360770
Jarque-Bera Probability
1.003365 0.605511
0 -0.02
0.00
0.02
15