PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA BAHAN PENCUCI DAN WAKTU PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) VARIETAS GEDONG
MUKLAS ADIPUTRA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penambahan Fungisida pada Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian terhadap Kualitas Buah Mangga (Mangifera indica L.) Varietas Gedong adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Muklas Adiputra NIM A24080071
ABSTRAK MUKLAS ADIPUTRA. Pengaruh Penambahan Fungisida pada Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian terhadap Kualitas Buah Mangga (Mangifera indica L.) Varietas Gedong. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan fungisida pada bahan pencuci dan waktu pencucian yang efektif untuk menekan terjadinya busuk buah dan antraknosa pada buah mangga. Percobaan disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah bahan pencuci yang terdiri dari lima perlakuan yaitu : P0 = tidak dicuci, P1 = air, P2 = deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5%, P3 = deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida benomil 0.025%, dan P4 = fungisida benomil 0.025%. Faktor kedua adalah waktu pencucian yang terdiri dari 2 perlakuan yaitu : T1 = 0 jam setelah panen dan T2 = 6 jam setelah panen. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahan pencuci deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida benomil 0.025% efektif untuk menunda busuk buah selama 4 HSP dan antraknosa selama 8 HSP pada buah mangga. Waktu pencucian pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen efektif untuk menghilangkan getah dan kotoran, menekan terjadinya luka bakar, bintik lentisel, bintik dendritik, busuk pangkal buah, busuk buah, antraknosa, menunda kekerasan buah, dan perubahan warna kuning pada buah mangga. Kata kunci : antraknosa, bahan pencuci, busuk buah, mangga, waktu pencucian
ABSTRACT MUKLAS ADIPUTRA. The Effect of Fungicide Increment in the Washing Materials and the Washing Time on the Quality of Mango Fruits (Mangifera indica L.) Varieties Gedong. Supervised by ROEDHY POERWANTO. The objective of this research was to study the effect of fungicide addition in the washing materials and the washing time were effective to prevent body rots and anthracnose on mango fruits. The experiment was arranged in Completely Randomized Block Design with two factors. The first factor was the washing materials consists of five treatments, there were : P0 = no treatment, P1 = water, P2 = detergent 1% + Ca(OH)2 0.5%, P3 = detergent 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungicide benomyl 0.025%, and P4 = fungicide benomyl 0.025%. The second factor was the washing time consist of two treatments, there were : T1 = 0 hour after harvest and T2 = 6 hours after harvest. The result of experiment showed that the washing materials of detergent 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungicide benomyl 0.025 % was effective to delaying body rots for 4 days after harvest and anthracnose for 8 days after harvest on mango fruits. The washing time at 0 hour after harvest and 6 hours after harvest were effective to removing sap and dirty, prevent of sapburn, lenticel spottings, dendritic spottings, stem end rots, stem rots, anthracnose, delaying fruit softness and development colour on mango fruits. Keywords : anthracnose, body rots, mango, washing materials, washing time
PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA BAHAN PENCUCI DAN WAKTU PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) VARIETAS GEDONG
MUKLAS ADIPUTRA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Fungisida pada Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian terhadap Kualitas Buah Mangga (Mangifera indica L.) Varietas Gedong Nama : Muklas Adiputra NIM : A24080071
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai syarat untuk kelulusan Strata 1 (S1) di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2011 hingga Januari 2012 adalah pasca panen pertanian, dengan judul Pengaruh Penambahan Fungisida pada Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian terhadap Kualitas Buah Mangga (Mangifera indica L.) Varietas Gedong. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan fungisida pada bahan pencuci dan waktu pencucian yang efektif untuk menekan terjadinya busuk buah dan antraknosa pada buah mangga. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc sebagai pembimbing skripsi atas dukungan dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi. Bapak Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan studi. Ibu, Ayah, Nenek, Kakek, Adik, dan keluarga besar atas doa, kasih sayang dan motivasi bagi penulis. Utari Sulistya, Agus Mustakim, Dimas Guntur, Muhammad Firdaus Lubis, Vicky Ananta, Rabbani El Firsti, Warih Supriyadi, Aris Suryono, Hardian Eko Prasetyo, dan seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian dan penulisan skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca khususnya civitas akademik.
Bogor, Juni 2013 Muklas Adiputra
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang..................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 1 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2 Getah Mangga ..................................................................................................... 2 Deterjen, Kalsium Hidroksida, dan Fungisida .................................................... 2 Aplikasi Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian ................................................... 3 METODE PENELITIAN ........................................................................................ 3 Tempat dan Waktu .............................................................................................. 3 Bahan dan Alat .................................................................................................... 3 Rancangan Percobaan.......................................................................................... 3 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................ 4 Pengamatan Penelitian......................................................................................... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8 Pengaruh Pencucian terhadap Getah dan Kotoran pada Buah Mangga .............. 8 Pengaruh Pencucian terhadap Luka Bakar pada Buah Mangga ........................ 10 Pengaruh Pencucian terhadap Bintik Lentisel pada Buah Mangga ................... 13 Pengaruh Pencucian terhadap Bintik Dendritik pada Buah Mangga ................ 14 Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Pangkal Buah Mangga ........................... 18 Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Buah Mangga ......................................... 19 Pengaruh Pencucian terhadap Antraknosa pada Buah Mangga ........................ 23 Pengaruh Pencucian terhadap Kekerasan Buah Mangga .................................. 24 Pengaruh Pencucian terhadap Perubahan Warna Kuning Buah Mangga .......... 27 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 30 Kesimpulan ........................................................................................................ 30 Saran .................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 30 LAMPIRAN
32
RIWAYAT HIDUP
37
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Skor terhadap getah dan kotoran pada buah mangga Skor terhadap kerusakan pada buah mangga selama penyimpan Skor terhadap kekerasan buah mangga selama penyimpanan Skor terhadap perubahan warna kuning buah mangga selama penyimpanan Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap getah dan kotoran pada buah mangga Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap luka bakar pada buah mangga selama penyimpanan Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap bintik lentisel pada buah mangga selama penyimpanan Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap bintik dendritik pada buah mangga selama penyimpanan Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk pangkal buah mangga selama penyimpanan Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk buah mangga selama penyimpanan Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap antraknosa pada buah mangga selama penyimpanan Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap kekerasan buah mangga selama penyimpanan Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap perubahan warna kuning buah mangga selama penyimpanan
6 6 7 7 8 12 16 17 21 22 25 26 29
DAFTAR GAMBAR 1 Kondisi buah mangga yang terdapat getah dan kotoran pada pencucian 0 jam setelah panen 2 Kondisi buah mangga yang terdapat getah dan kotoran pada pencucian 6 jam setelah panen 3 Kondisi buah mangga yang mengalami luka bakar pada 8 HSP 4 Kondisi buah mangga yang mengalami bintik lentisel pada 6 HSP 5 Kondisi buah mangga yang mengalami bintik dendritik pada 8 HSP 6 Kondisi mangga yang mengalami busuk pangkal buah pada 10 HSP 7 Kondisi mangga yang mengalami busuk buah pada 10 HSP 8 Kondisi buah mangga yang mengalami antraknosa pada 10 HSP 9 Kondisi buah mangga yang mengalami perubahan warna kuning pada pencucian 0 jam setelah panen 10 Kondisi buah mangga yang mengalami perubahan warna kuning pada pencucian 6 jam setelah panen
9 10 11 13 15 18 19 23 27 28
DAFTAR LAMPIRAN 1 Uji Kruskal Wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap getah dan kotoran pada buah mangga 2 Uji Kruskal Wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap luka bakar pada buah mangga 3 Uji Kruskal Wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap beintik lentisel pada buah mangga 4 Uji Kruskal Wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap bintik dendritik pada buah mangga 5 Uji Kruskal Wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk pangkal buah mangga 6 Uji Kruskal Wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk buah mangga 7 Uji Kruskal Wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap antraknosa pada buah mangga 8 Uji Kruskal Wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap kekerasan buah mangga 9 Uji Kruskal Wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap perubahan warna kuning buah mangga
32 32 33 33 34 34 35 35 36
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Mangga merupakan salah satu buah tropika yang banyak diperdagangkan secara komersial di Indonesia. Produksi buah mangga pada tahun 2008 hingga 2010 terus meningkat dari 2 105 085 ton menjadi 2 287 287 ton, namun total ekspor buah mangga pada tahun 2010 hanya 11.388 ton dari total produksi mangga di Indonesia (BPS 2013). Rendahnya nilai ekspor disebabkan mutu visual buah kotor karena adanya getah yang menempel pada kulit buah mangga. Getah pada buah mangga bersifat asam dan banyak mengandung minyak sehingga menyebabkan lengket (Campbell 1992; Loveys et al 1992; Keil et al. 1994 dan Negi et al. 2002). Getah juga mengandung komponen fenol yang menyebabkan dermatitis (Keil et al. 1980), komponen 5 (heptadecenyl) recorcinol mengakibatkan luka bakar (sapburn) (Loveys et al. 1992), dan karbohidrat yang menjadi medium pertumbuhan cendawan (Ulmert 1970). Penyakit pada buah mangga yang disebabkan oleh cendawan antara lain busuk buah dan antraknosa. Salah satu penanganan pasca panen yang dapat dilakukan untuk menghilangkan getah pada kulit buah mangga adalah pencucian. Bahan yang dapat digunakan untuk mencuci buah mangga antara lain deterjen dan larutan Ca(OH)2. Pemilihan bahan pencuci mangga didasarkan pada biaya yang relatif murah, bahan mudah didapatkan, dan ramah terhadap lingkungan. Pencucian buah mangga dengan deterjen dan larutan Ca(OH)2 mampu menghilangkan getah yang menempel pada permukaan kulit buah mangga. Menurut Maqbool dan Malik (2008) pencucian dengan detergen 1% dan larutan Ca(OH)2 1% efektif untuk menghilangkan getah sebelum masuk kedalam lentisel buah mangga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis (2011) menyatakan bahwa pencucian dengan deterjen dan larutan Ca(OH)2 tidak efektif untuk menekan terjadinya busuk buah dan antraknosa pada buah mangga. Hal ini menunjukan perlu adanya penambahan fungisida pada bahan pencuci mangga. Benomil merupakan bahan aktif fungisida yang dapat mengendalikan busuk buah dan antraknosa yang disebabkan oleh cendawan. Roesmiyanto (1987) menyatakan bahwa penggunaan fungisida benomil pada konsentrasi 250 ppm dapat menekan perkembangan antraknosa pada buah pepaya selama penyimpanan. Waktu pencucian buah mangga berpengaruh terhadap tingkat kerusakan buah setelah panen. Menurut Yuniarti dan Suhardjo (1994) tingkat kerusakan buah tergantung dari lamanya waktu kontak getah dengan kulit buah. Petani sulit untuk melakukan pencucian mangga pada 0 jam setelah panen karena keterbatasan waktu dan tenaga kerja sehingga pencucian mangga harus ditunda. Petani dapat mencuci mangga pada 6 jam setelah panen karena hasilnya sama efektif dengan pencucian mangga pada 0 jam setelah panen.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan fungisida pada bahan pencuci dan waktu pencucian yang efektif untuk menekan terjadinya busuk buah dan antraknosa pada buah mangga varietas Gedong.
2
2
TINJAUAN PUSTAKA Getah Mangga Getah pada buah mangga terdiri atas dua fraksi yaitu fraksi minyak dan fraksi polisakarida (O’Hare dan Prasad 1992). Hal ini yang menyebabkan getah bersifat asam dan banyak mengandung minyak sehingga permukaan kulit buah mangga lengket dan kotor. Getah yang menempel pada kulit buah mangga apabila tidak dibersihkan dapat mengundang berbagai serangan patogen penyakit. Sebuah komponen utama dari fraksi minyak terpinolene yang terkandung dalam getah dapat menyebabkan luka bakar (sapburn) (O'Hare dan Prasad 1991). Selain itu, getah yang menempel pada kulit buah mangga dapat menjadi medium pertumbuhan cendawan Dothiorella dan Lasiodiplodia serta Colletotrichum gloesporioides yang dapat menyebabkan busuk buah dan antraknosa pada buah mangga. (Holmes et al. 2009).
Deterjen, Kalsium Hidroksida, dan Fungisida Deterjen berasal dari kata detergree yang artinya membersihkan. Deterjen merupakan penyempurnaan dari bentuk sabun yang dapat mengatasi air sadah dan larutan asam. Salah satu komposisi bahan aktif yang terdapat pada deterjen adalah surfaktan. Surfaktan merupakan komponen molekul ampifilik yang terdiri atas gugus hidrofilik yang mempunyai afinitas tinggi terhadap air dan gugus lipofilik yang mempunyai afinitas tinggi terhadap minyak (Bird 1993). Kedua gugus yang berbeda ini menyebabkan surfaktan berada pada antar muka antara fasa yang berbeda derajat polaritas dan ikatan hidrogen. Sifat khas dari molekul surfaktan yaitu adanya pembentukan lapisan tipis yang dapat menurunkan energi antar muka seperti minyak dan air (George 1996) Kalsium Hidroksida biasa disebut dengan kapur tohor (quick lime). Kalsium hidroksida dihasilkan dari reaksi kalsium oksida (CaO) dan air (H2O). Senyawa ini juga dihasilkan dalam bentuk endapan melalui pencampuran antara larutan kalsium klorida (CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) (Sukandarrumidi 1999). Bubuk kalsium hidroksida Ca(OH)2 sukar larut dalam air dingin dan air panas namun dapat larut sempurna pada kondisi alkohol dan suhu tinggi (Hawley 1987). Kalsium hidroksida bersifat basa kuat dengan derajat kemasaman (pH) 12.4 yang mampu mereduksi asam dalam getah buah mangga dengan pH 4.3 (Robinson et al. 1993) Pengendalian penyakit secara kimia dengan menggunakan fungisida seperti carbendazim, benomil, dan orthiophante-methyl adalah bagian dari penanganan pasca panen pertanian (Sangchote 1998). Benomil merupakan bahan aktif fungisida dari golongan benzimidazol yang paling banyak digunakan oleh petani (Regis-Rolle dan Bauville 1993). Fungisida benomil memiliki spektrum luas, dapat mengurangi penyakit yang disebabkan oleh cendawan, efektif mengendalikan busuk buah, dan dapat memperpanjang daya simpan buah. Kelebihan lain yang dimiliki oleh fungisida benomil yaitu tidak mudah menguap di alam dan tidak larut di dalam minyak (Ramulu 1979)
3 Aplikasi Bahan Pencuci dan Waktu Pencucian Pencucian dapat dilakukan dengan cara penyemprotan, perendaman, pembilasan, penyekaan dengan kain basa, dan penyikatan pada buah (Broto 2003). Pencucian buah mangga dengan deterjen, larutan Ca(OH)2 dan fungisida dapat menghilangkan getah dan dapat menekan terjadinya busuk buah dan antraknosa pada buah mangga. Berdasakan hasil penelitian Maqbool dan Malik (2008) pencucian buah mangga dengan deterjen, Tween-80, dan larutan Ca(OH)2 efektif untuk menghilangkan getah pada permukaan kulit buah mangga, sedangkan penambahan fungisida benomil pada bahan pencuci mampu mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis cendawan pada buah anggur, apel, dan per (Nene dan Thapliyal 1982). Waktu pencucian mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen efektif untuk menetralisir efek negatif yang disebabkan oleh getah. Menurut Loveys (1992) buah mangga harus dicuci maksimal 24 jam setelah panen untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh luka bakar (sapburn), apabila melebihi batas waktu pencucian tersebut getah akan masuk melalui lentisel dan dapat merusak permukaan kulit buah mangga.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Terusan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu dan Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai dari bulan Desember 2011 hingga Januari 2012.
Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah buah mangga varietas Gedong yang baru dipanen dengan tingkat kematangan 80% dengan ciri-ciri buah berwarna hijau-kebiruan hingga kuning. Bahan lain yang digunakan yaitu deterjen surfaktan, larutan Ca(OH)2, fungisida benomil, dan air. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain gelas ukur, timbangan analitik, kamera, dan alat penunjang penelitian lainnya.
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah bahan pencuci yang terdiri dari lima perlakuan yaitu : P0 = tidak dicuci, P1 = air, P2 = deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5%, P3 = deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025%, P4 = fungisida 0.025%. Faktor kedua adalah waktu pencucian yang terdiri dari dua perlakuan yaitu : T1 = 0 jam setelah panen dan T2 = 6 jam setelah
4
4
panen. Total kombinasi perlakuan berjumlah 10 kombinasi. Setiap perlakuan terdiri atas 4 ulangan sehingga menghasilkan 40 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 3 sampel buah sehingga buah mangga yang dibutuhkan dalam penelitian berjumlah 120 buah. Berikut model linier rancangan percobaan yang digunakan : Yijk = μ + τi + + βj +(τβ)ij+γk + εijk Keterangan: Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan bahan pencuci ke-i, waktu pencucian ke-j, dan ulangan ke-k Μ = Nilai rataan umum τi = Pengaruh perlakuan bahan pencuci ke-i; dimana i = 0, 1, 2, 3, 4 βj = Pengaruh perlakuan waktu pencucian ke-j; dimana j = 0, 1 γk = Pengaruh ulangan ke-k; dimana k = 1, 2, 3, 4 (τβ)ij = Interaksi perlakuan bahan pencuci ke-i dan waktu pencucian ke-j εijk = Galat percobaan (Experimental error) Data non parametrik yang dihasilkan dari penelitian kemudian dianalisis dengan uji Kruskal Wallis. Jika berbeda nyata terhadap parameter yang diamati maka diuji lanjut dengan menggunakan uji Dunn pada taraf 5%. Rumus uji Kruskal Wallis 𝐾=
12 𝑁(𝑁+1)
+
𝑘
Ri 2
𝑖=1
𝑛𝑖
− 3(𝑁 + 1) .
Keterangan : K = Nilai Kruskal Wallis dari hasil perhitungan Ri = Jumlah rangking dari perlakuan ke-i Ni = Banyaknya ulangan pada perlakuan ke-i K = Banyaknya perlakuan (i = 1,2,3,...,k) N = Jumlah seluruh data penelitian (N = n1 + n2 + n3 +...+ nk) Rumus uji Dunn 𝑡𝐻 =
𝑡𝛼 2
; 𝑑𝑏 = 𝑁 − 𝑘 (𝑆 2
𝑁−1−𝐾 𝑁−𝑘
1
1
𝑁(𝑁+1)
𝑛
𝑛′
12
) ( − ); dimana S =
Keterangan : Jika ri – ri’ < 𝑡𝐻 pada α = 0,05, maka H0 diterima. Hal ini menyatakan bahwa pasangan rata-rata rangking perlakuan tersebut tidak berbeda nyata (P > 0.05) Jika ri – ri’ > 𝑡𝐻 pada α = 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini menyatakan bahwa pasangan rata-rata rangking perlakuan tersebut berbeda nyata (P < 0.05)
Pelaksanaan Penelitian Pemanenan Buah Mangga Buah mangga yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari salah satu pusat produksi mangga yaitu di Desa Terusan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pemanenan buah mangga dilakukan dengan menggunakan galah agar buah tidak memar atau cacat. Buah mangga yang dipanen memiliki tingkat kematangan 80% atau umur 115 – 120 hari setelah bunga mekar (anthesis) dan buah mangga berwarna hijau-kebiruan hingga kuning.
5 Waktu pemanenan mangga dilakukan saat curah hujan cukup tinggi sehingga sulit mendapatkan kualitas buah yang sesuai dengan kriteria penelitian. Hal ini disebabkan beberapa buah yang dipanen telah terserang embun jelaga yang menyebabkan permukaan kulit buah mangga menjadi kotor dan berwarna hitam. Sortasi dan Grading Kegiatan sortasi buah mangga bertujuan untuk mengelompokan buah sesuai dengan kriteria penelitian. Sortasi dilakukan pada tingkat keseragaman bentuk, warna, ukuran, tingkat kematangan buah, dan kondisi getah pada permukaan kulit buah mangga. Grading dilakukan berdasarkan tingkat keseragaman dan kualitas buah mangga yang sesuai dengan kriteria penelitian. Membuat Gambar Lokasi Getah Buah mangga dikelompokan berdasarkan luas permukaan getah dan luas permukaan kotoran yang menempel pada permukaan kulit buah. Gambar lokasi getah pada buah mangga dibuat dengan cara mengikuti aliran getah yang keluar dari tangkai buah dengan menggunakan spidol permanen. Penggunaan spidol permanen bertujuan agar gambar lokasi getah pada kulit buah mangga tidak memudar setelah pencucian dan memudahkan dalam pengamatan. Aplikasi Pencucian Pencucian mangga dilakukan dengan cara mencelupkan buah kedalam bahan pencuci kemudian digosok dengan menggunakan kain halus keseluruh permukaan kulit buah selama ± 1 menit. Penggunaan kain halus bertujuan untuk mengurangi cedera pada buah selama pencucian. Mangga yang telah dicuci kemudian diangkat dan dikering-anginkan. Pencucian mangga pada 0 jam setelah panen dilakukan saat getah yang keluar dari tangkai buah masih banyak, sedangkan mangga yang dicuci pada 6 jam setelah panen disimpan terlebih dahulu didalam keranjang buah. Pengemasan, Transportasi, dan Penyimpanan Pengemasan mangga dilakukan setelah kering dengan cara dibungkus menggunakan kertas koran yang bertujuan untuk mengurangi kerusakan buah yang disebabkan oleh gesekan dan benturan. Setelah dilakukan pengemasan, mangga dimasukan kedalam karton pada tiap-tiap ulangan percobaan. Transportasi buah mangga dilakukan pada malam hari untuk menghindari kontak langsung dengan matahari yang dapat menimbulkan kerusakan pada buah. Mangga kemudian disimpan pada rak-rak di Laboratorium Pasca panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada suhu 25 ºC untuk diamati selama penyimpanan
Pengamatan Penelitian Pengamatan buah mangga dilakukan di Lapang dan Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Berikut metode skoring yang digunakan pada beberapa parameter yang diamati :
6
6
Getah dan Kotoran pada buah mangga Pengamatan getah dan kotoran pada permukaan kulit buah mangga dilakukan sebelum pencucian dan setelah pencucian. Tabel 1 Skor terhadap getah dan kotoran pada buah mangga Skor 1 2 3 4 5
Tingkat Kebersihan Buah Mangga (%) ± 1% getah atau kotoran yang terdapat pada buah mangga 1 – 3% getah atau kotoran yang terdapat pada buah mangga 3 – 10% getah atau kotoran yang terdapatpada buah mangga 10 – 25% getah atau kotoran yang terdapatpada buah mangga 25 – 100% getah atau kotoran yang terdapat pada buah mangga
Sumber : Holmes et al. (2009)
Kerusakan pada Buah Mangga Getah yang masih menempel pada buah mangga setelah pencucian dapat mengundang serangan berbagai patogen penyakit selama penyimpanan. Kerusakan yang terjadi pada buah mangga selama penyimpanan diamati dua hari sekali mulai dari 2 HSP hingga 10 HSP Tabel 2 Skor terhadap kerusakan pada buah mangga selama penyimpanan Skor 0 1 2 3 4 5
Tingkat Kerusakan Buah Mangga (%) Tidak ada kerusakan pada buah mangga < 1% kerusakan yang terjadi pada buah mangga ± 3% kerusakan yang terjadi pada buah mangga ± 10% kerusakan yang terjadi pada buah mangga 10 − 20% kerusakan yang terjadi pada buah mangga > 25% kerusakan yang terjadi pada buah mangga
Sumber : Holmes et al. (2009)
Menurut Holmes et al (2009) kerusakan-kerusakan yang terjadi pada buah mangga selama penyimpanan antara lain : Luka bakar (Sapburn) merupakan bintik-bintik atau bercak berwarna coklat gelap yang terdapat pada permukaan kulit buah yang dapat menyebabkan kulit buah seperti terbakar. Bintik lentisel (Lenticel spottings) adalah bintik hitam kecil menyerupai bintang yang tersebar keseluruh permukaan kulit buah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain suhu rendah, kelembapan tinggi, dan buah yang telah dicuci tidak dikeringkan dalam waktu yang cukup lama. Bintik dendritik (Dendritic spottings) adalah bintik hitam kecil dengan ujungujungnya tidak beraturan yang terdapat pada permukaan kulit buah. Bintik dendritik biasanya muncul pada buah yang telah matang, perkembangannya cukup lambat, dan tidak masuk kedalam daging. Busuk pangkal buah (Stem rots) merupakan busuk lunak berair yang terdapat pada pangkal buah, biasanya perkembangannya cukup cepat dimulai dari pangkal buah kemudian masuk kedalam daging buah.
7 Busuk buah (Body rots) adalah busuk pada tubuh buah yang dicirikan berwarna abu-abu hingga hitam, berbentuk bulat, dan terdapat cekungan pada daerah yang busuk. Semakin lama busuk buah akan semakin membesar dan mampu menurunkan kualitas buah. Busuk buah disebabkan oleh cendawan Dothiorella dan Lasiodiplodia yang dapat menyerang buah setelah panen. Antraknosa (Anthracnose) disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gleosporioides yang dapat menyerang buah setelah panen. Buah mangga yang mengalami antraknosa dapat menimbulkan kerusakan yang parah dan dapat menurunkan kualitas buah Kekerasan Buah Mangga Pengamatan pada kekerasan buah mangga dilakukan dua hari sekali selama penyimpanan mulai dari 2 HSP hingga 10 HSP dengan cara menekan buah mangga menggunakan ibu jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah. Tabel 3 Skor terhadap kekerasan buah mangga selama penyimpanan Skor Tingkat Kekerasan Buah Mangga 1 Hard (daging buah tidak tertekan saat diberi tekanan ibu jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga) 2 Rubbery (daging buah sedikit tertekan saat diberi tekanan ibu jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga) 3 Sprung (daging buah tertekan sedalam 2 – 3 mm dengan tekanan ibu jari yang kuat pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga) 4 Firm soft (daging buah tertekan saat diberi tekanan ibu jari yang sedang pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga) 5 Soft (daging buah tertekan dengan tekanan ibu jari yang lemah pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga) Sumber : Holmes et al. (2009)
Perubahan Warna Kuning Buah Mangga Pengamatan perubahan warna kuning buah mangga dilakukan dua hari sekali selama penyimpanan mulai dari 2 HSP hingga 10 HSP dengan cara visual pada seluruh permukaan kulit buah mangga Tabel 4 Skor terhadap perubahan warna kuning buah mangga selama penyimpanan Skor 1 2 3 4 5 6
Tingkat Perubahan Warna Kuning Buah Mangga (%) 0 – 10% warna kuning yang terlihat pada buah mangga 10 – 30% warna kuning yang terlihat pada buah mangga 30 – 50% warna kuning yang terlihat pada buah mangga 50 – 70% warna kuning yang terlihat pada buah mangga 70 – 90% warna kuning yang terlihat pada buah mangga 90 – 100% warna kuning yang terlihat pada buah mangga
Sumber : Holmes et al. (2009)
8 8
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian terhadap Getah dan Kotoran pada Buah Mangga Getah merupakan cairan bersifat kental yang keluar dari tangkai buah setelah dipetik kemudian menyebar ke permukaan kulit buah (Amin et al. 2008). Getah dan kotoran yang menempel pada kulit buah mangga dapat menurunkan kualitas buah karena mutu visual buah yang kotor. Pencucian merupakan penanganan pasca panen yang bertujuan untuk menghilangkan getah dan kotoran sehingga diharapkan mampu mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh getah sehingga kualitas buah mangga dapat dipertahankan.. Hasil uji Dunn pada Tabel 5 menunjukan bahwa semua perlakuan bahan pencuci mangga untuk menghilangkan getah nyata lebih baik dibandingkan air dan tidak dicuci (kontrol). Pencucian buah mangga dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% memiliki skor 0.42 dan 0.30. Persentase getah yang masih menempel pada buah mangga yang telah dicuci dengan kedua bahan pencuci tersebut < 1% dan lebih rendah dibandingkan bahan pencuci yang lain (Tabel 1). Mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci memiliki skor yang tinggi yaitu 1.25 dan 3.38. Persentase sisa getah pada buah mangga yang dicuci dengan air > 1%, sedangkan pada buah mangga yang tidak dicuci terlihat sangat kotor dengan persentase getah sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan sekitar 3 – 10%. Tabel 5 Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap getah dan kotoran pada buah mangga Perlakuan Bahan Pencuci Tidak dicuci Air Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5 % Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5 % + fungisida Fungisida Uji Dunn Waktu Pencucian 0 jam setelah panen 6 jam setelah panen Uji Dunn
Skor
Getah Peringkat
Kotoran Skor Peringkat
3.38 1.25 0.42 0.30
106.94 a 71.00 b 38.50 cd 33.69 d
2.75 0.63 0.38 0.38
104.94 a 54.27 b 43.54 b 44.44 b
0.75
52.38 c *
0.67
55.31 b *
1.18 1.25
60.81 80.19 tn
0.83 1.08
58.31 62.69 tn
Keterangan : tn = tidak nyata, * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukan beda nyata pada uji Dunn 5% .
Mangga yang mendapatkan perlakuan bahan pencuci nyata lebih baik dibandingkan tidak dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada buah mangga. Pencucian buah mangga dengan air, deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5%, deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025%, dan fungisida 0.025% memiliki
9 skor < 1. Skor pencucian pada mangga yang dicuci dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% memiliki nilai yang lebih rendah namun tidak berbeda nyata dengan air dan fungisida 0.025%. Persentase kotoran yang masih menempel pada kulit buah mangga setelah mendapatkan perlakuan bahan pencuci tersebut < 1%. Mangga yang tidak dicuci memiliki skor paling tinggi yaitu 2.75 dan terlihat sangat kotor dengan persentasi kotoran yang menempel pada kulit buah mangga sekitar 1 – 3%. Getah yang terdapat pada kulit buah mangga bersifat asam dan banyak mengandung minyak sehingga menyebabkan lengket (Campbell 1992; Loveys et al. 1992; Keil et al. 1994 dan Negi et al. 2002). Pencucian mangga dengan deterjen yang bersifat surfaktan dapat mengikat lemak yang terkandung didalam getah (Holmberg et al. 2003), sedangkan larutan Ca(OH)2 yang bersifat basa kuat mampu mereduksi asam didalam getah pada buah mangga (Sutrisno 2010). Pencucian mangga dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% efektif untuk menghilangkan getah dan kotoran yang menempel pada permukaan kulit buah mangga (Gambar 1 dan 2). Karli (2013*) menyatakan bahwa buah mangga masih layak jual dengan persentase getah dan kotoran yang menempel pada kulit buah ± 5%. Hal ini menunjukan bahwa buah mangga yang dicuci deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% masih layak jual dengan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan bahan pencuci yang lain. A. Pengamatan buah mangga yang dilakukan sebelum pencucian Jumlah getah banyak
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Ca(OH)2
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
B. Pengamatan buah mangga yang dilakukan setelah pencucian Jumlah getah berkurang
Tidak dicuci
air
Deterjen + Ca(OH)2
Deterjen
Fungisida
+
Ca(OH)2 +
Fungisida
Gambar 1 Kondisi buah mangga yang terdapat getah dan kotoran pada pencucian 0 jam setelah panen
* Wawancara dengan petani mangga di Kabupaten Indramayu pada 23 Juni 2013
10
10
A. Pengamatan buah mangga yang dilakukan sebelum pencucian Jumlah getah banyak
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Ca(OH)2
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
B. Pengamatan buah mangga yang dilakukan setelah pencucian Jumlah getah berkurang
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Ca(OH)2
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
Gambar 2 Kondisi buah mangga yang terdapat getah dan kotoran pada pencucian 6 jam setelah panen
Hasil uji Dunn pada Tabel 5 menunjukan bahwa pencucian mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukan bahwa pencucian mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen efektif untuk menghilangkan getah dan kotoran yang menempel pada permukaan kulit buah mangga.
Pengaruh Pencucian terhadap Luka Bakar pada Buah Mangga Getah yang keluar dari tangkai buah mangga mengandung minyak dan fenol yang dapat menyebabkan terjadinya luka bakar (sapburn) (Keil et al. 1994; Yuniarti dan Suhardjo 1994). Gejala luka bakar pada buah mangga mulai muncul pada 2 HSP dan terus meningkat hingga 10 HSP. Pencucian mangga dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% memiliki skor < 1 pada 2 HSP dan mengalami kenaikan yang cukup lambat hingga 10 HSP. Skor pencucian pada mangga yang dicuci dengan kedua bahan pencuci tersebut sebesar 2.42 dan 2.29 pada pengamatan 10 HSP (Tabel 6) dan persentase terjadinya luka bakar pada buah mangga sekitar 3% (Tabel 2). Mangga yang dicuci dengan air dan kontrol mengalami kenaikan skor yang
11 11 signifikan mulai dari 2 HSP hingga 10 HSP dengan skor pada 10 HSP sebesar 3.00 dan 3.13. Persentase luka bakar yang terjadi pada mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci sekitar 10% pada pengamatan 10 HSP. Maqbool dan Malik (2008) menyatakan bahwa pencucian mangga dengan larutan Ca(OH)2 dan surfaktan Tween-80 secara signifikan mampu mengurangi luka bakar pada kulit buah mangga varietas Samar Bahisht Chauns. Hal ini menunjukan bahwa pencucian mangga dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% efektif untuk menekan terjadinya luka bakar pada permukaan kulit buah mangga (Gambar 3). Menurut Karli (2013*) luka bakar yang terdapat pada buah mangga masih dapat ditolerir apabila persentasi luka bakar ± 5%. Hal ini menunjukan bahwa mangga yang dicuci dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% masih layak jual hingga 10 HSP, sedangkan mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci masih layak jual hingga 8 HSP. A. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen
Luka bakar
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Ca(OH)2
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
B. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 6 jam setelah panen
Luka bakar
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Ca(OH)2
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
Gambar 3 Kondisi buah mangga yang mengalami luka bakar pada 8 HSP
Pengaruh waktu pencucian mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen tidak berbeda nyata hingga 8 HSP (Tabel 6). Skor pencucian mangga pada 2 HSP hingga 8 HSP tidak menunjukan perbedaan signifikan. Hal ini menunjukan bahwa pencucian mangga pada 6 jam setelah panen efektif untuk menekan terjadinya luka bakar pada permukaan kulit buah mangga.
67.13 a 69.23 a 50.52 b 46.40 b 69.23 a * 61.72 59.28 tn
0.71 1.17
1.02 0.97
2 HSP Peringkat
1.13 1.17 0.79
Skor
1.75 1.67
1.75
1.50
1.83 1.86 1.58
Skor
62.36 58.64 tn
62.75 tn
50.10
65.56 69.88 54.21
4 HSP Peringkat
2.07 2.05
2.04
1.75
2.29 2.21 2.00
Skor
60.79 60.21 tn
59.04 ab *
46.65 b
72.23 a 67.33 a 57.25 ab
6 HSP Peringkat
2.33 2.57
2.38
2.08
2.83 2.63 2.33
Skor
Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%
Bahan Pencuci Tidak dicuci Air Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% Fungisida 0.025% Uji Dunn Waktu Pencucian 0 jam setelah panen 6 jam setelah panen Uji Dunn
Perlakuan
55.67 65.33 tn
56.56 bc *
44.96 c
75.92 b 68.81 ab 56.25 bc
8 HSP Peringkat
Tabel 6 Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap luka bakar pada buah mangga selama penyimpanan
2.53 2.82
2.54
2.29
3.13 3.00 2.42
Skor
55.23 65.78 *
54.27 b *
45.29 b
78.10 a 74.08 a 50.75 b
10 HSP Peringkat
12
13 Pengaruh Pencucian terhadap Bintik Lentisel pada Buah Mangga Bintik lentisel (Lenticel spottings) merupakan bintik kecil berwarna hitam yang menyerupai bintang dan tersebar pada permukaan kulit buah mangga. Bintik lentisel disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jaringan kulit buah tersumbat, suhu rendah, kelembapan tinggi, dan buah mangga yang telah dicuci tidak dikeringkan dalam waktu yang cukup lama (Holmes et al. 2009). Semua perlakuan bahan pencuci mangga menunjukan hasil tidak berbeda nyata dari 2 HSP hingga 10 HSP. Pencucian buah mangga dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% dan fungisida 0.025% memiliki skor terendah pada 6 HSP dan meningkat cukup lambat hingga 10 HSP. Skor pencucian pada mangga yang dicuci dengan bahan pencuci tersebut memiliki nilai 3.67 dan 3.50 dengan persentase terjadinya bintik lentisel pada mangga ± 10% pada 10 HSP. Mangga yang tidak dicuci mengalami terjadinya bintik lentisel paling tinggi pada 8 HSP hingga 10 HSP dibandingkan bahan pencuci yang lain. Skor pencucian pada mangga yang tidak dicuci meningkat dari 3.50 pada 8 HSP menjadi 4.04 pada 10 HSP (Tabel 7). Persentase bintik lentisel yang terjadi pada mangga yang tidak dicuci sekitar 10% – 20% pada pengamatan 10 HSP (Tabel 2). Mangga yang tidak dicuci mengalami peningkatan yang signifikan selama penyimpanan. Hal ini menunjukan bahwa pencucian pada buah mangga tidak mengalami peningkatan bintik lentisel yang signifikan apabila buah mangga yang telah dicuci dikeringkan dalam waktu yang cukup lama (Gambar 4) A. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen
Bintik lentisel
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Ca(OH)2
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
B. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 6 jam setelah panen
Bintik lentisel
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Ca(OH)2
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
Gambar 4 Kondisi buah mangga yang mengalami bintik lentisel pada 6 HSP
14
2
Bintik lentisel yang terdapat pada buah mangga dapat menurunkan kualitas buah dan menurunkan harga jual mangga. Karli (2013*) menyatakan bahwa buah mangga masih layak jual apabila persentase bintik lentisel yang terdapat pada buah ± 10%. Mangga yang mendapatkan perlakuan bahan pencuci dan tidak dicuci masih layak jual hingga 8 HSP namun pada mangga yang dicuci dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% dan fungisida 0.025% menunjukan kualitas buah yang lebih tinggi karena memperlihatkan bintik lentisel yang lebih rendah dibandingkan bahan pencuci yang lain. Pengaruh waktu pencucian mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen tidak berbeda nyata pada 2 HSP hingga 6 HSP namun berbeda nyata pada 8 HSP hingga 10 HSP (Tabel 7). Skor pencucian mangga pada 6 jam setelah panen mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada 8 HSP hingga 10 HSP. Hal ini menunjukan bahwa pencucian mangga pada 6 jam setelah panen masih dapat dilakukan dengan baik untuk menekan terjadinya bintik lentisel pada permukaan kulit buah mangga.
Pengaruh Pencucian terhadap Bintik Dendritik pada Buah Mangga Bintik dendritik (Dendritic spottings) adalah bintik kecil berwarna hitam dengan ujung-ujungnya tidak beraturan yang terdapat pada permukaan kulit buah mangga. Bintik dendritik yang terjadi pada mangga biasanya muncul pada buah yang telah matang, perkembangannya cukup lambat, dan tidak masuk kedalam daging buah (Holmes et al. 2009). Gejala bintik dendritik yang terjadi pada buah mangga mulai terlihat pada pengamatan 2 HSP. Skor pencucian pada mangga yang dicuci dengan menggunakan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% memiliki nilai < 1 pada 2 HSP dan mengalami peningkatan yang cukup lambat dengan skor pencucian pada 10 HSP sebesar 2.33 dan 2.38 (Tabel 8). Persentase bintik dendritik yang terjadi pada mangga yang dicuci dengan perlakuan bahan pencuci tersebut ± 3% pada 10 HSP (Tabel 2). Mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci mengalami peningkatan bintik dendritik yang signifikan mulai dari 4 HSP hingga 10 HSP dibandingkan bahan pencuci yang lain. Skor pencucian pada buah mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci memiliki nilai > 3 pada 10 HSP dengan persentase bintik dendritik yang terlihat pada kulit buah mangga ± 10%. Hal ini menunjukan bahwa pencucian mangga dengan menggunakan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% efektif untuk menekan terjadinya bintik dendritik pada permukaan kulit buah mangga (Gambar 5) Mangga yang dijual dipasar lokal umumnya memiliki standar kebersihan buah untuk menentukan harga jual mangga. Buah mangga yang mengalami bintik dendritik meskipun tidak masuk kedalam daging buah namun dapat menurunkan kualitas buah. Menurut Karli (2013*) buah mangga yang memperlihatkan bintik dendritik ± 5% masih layak untuk dijual dipasar lokal. Hasil pengamatan menunjukan bahwa mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci masih layak jual hingga 6 HSP, sedangkan pada mangga yang dicuci dengan menggunakan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% dapat menunda penjualan buah mangga hingga 8 HSP.
15 3 A. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen
Bintik dendritik
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Ca(OH)2
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
B. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 6 jam setelah panen
Bintik dendritik
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Ca(OH)2
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
Gambar 5 Kondisi buah mangga yang mengalami bintik dendritik pada 8 HSP.
Hasil uji Dunn pada Tabel 8 menunjukan bahwa perlakuan waktu pencucian mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen tidak berbeda nyata hingga 10 HSP. Skor pencucian pada buah mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen tidak menunjukan perbedaan siginifikan dengan pencucian 6 jam setelah panen. Hal ini menunjukan bahwa pencucian mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen hasilnya sama efektif menekan terjadinya bintik dendritik pada permukaan kulit buah mangga.
55.23 55.63 65.21 61.63 64.81 tn 61.86 59.14 tn
1.92
1.87 1.82
2 HSP Peringkat
1.75 1.75 1.92 1.88
Skor
2.35 2.52
2.21
2.33 2.42 2.67 2.54
Skor
55.75 65.25 tn
48.54 tn
55.67 59.33 72.50 66.46
4 HSP Peringkat
2.95 2.92
2.79
3.00 3.00 3.08 2.79
Skor
61.49 59.51 tn
53.15 tn
65.04 63.38 67.79 53.15
6 HSP Peringkat
3.18 3.63
3.21
3.50 3.46 3.54 3.33
Skor
Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%
Bahan Pencuci Tidak dicuci Air Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% Fungisida 0.025% Uji Dunn Waktu Pencucian 0 jam setelah panen 6 jam setelah panen Uji Dunn
Perlakuan
49.71 b 71.29 a *
51.79 tn
66.29 61.29 65.65 57.47
8 HSP Peringkat
Tabel 7 Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap bintik lentisel pada buah mangga selama penyimpanan
3.60 3.93
3.50
4.04 3.83 3.79 3.67
Skor
52.60 b 68.40 a *
49.58 tn
73.40 62.88 61.15 55.50
10 HSP Peringkat
16
77.73 a 69.32 ab 45.33 c 51.75 c 58.38 bc * 64.39 56.61 tn
0.92
1.03 0.88
2 HSP Peringkat
1.29 1.13 0.67 0.79
Skor
1.47 1.45
1.50
1.58 1.71 1.33 1.17
Skor
61.03 59.98 tn
62.27 abc *
68.17 ab 71.48 a 55.10 bc 45.48 c
4 HSP Peringkat
1.88 1.98
1.75
2.25 2.08 1.79 1.79
Skor
58.23 62.78 tn
52.13 b *
75.04 a 67.46 ab 54.10 b 53.77 b
6 HSP Peringkat
2.25 2.35
2.38
2.58 2.58 2.08 1.88
Skor
Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Hurufyang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.
Bahan Pencuci Tidak dicuci Air Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% Fungisida 0.025% Uji Dunn Waktu Pencucian 0 jam setelah panen 6 jam setelah panen Uji Dunn
Perlakuan
57.89 63.11 tn
62.81 ab *
72.63 a 71.63 a 51.25 bc 44.19 c
8 HSP Peringkat
Tabel 8 Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap bintik dendritik pada buah mangga selama penyimpanan
2.62 2.77
2.75
3.13 2.88 2.33 2.38
Skor
57.03 63.98 tn
61.96 ab *
73.56 a 67.15 ab 49.04 b 50.79 b
10 HSP Peringkat
17
18
2
Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Pangkal Buah Mangga Busuk pangkal buah yang terjadi pada mangga yang dicuci dengan fungisida 0.025%, air, dan tidak dicuci memiliki skor < 1 pada 2 HSP. Mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci mengalami kenaikan cukup signifikan hingga 10 HSP. Skor pencucian pada mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci pada 10 HSP sebesar 2.42 dan 2.83 dengan persentase busuk pangkal buah yang terjadi pada mangga ± 3%. Gejala busuk pangkal buah yang terjadi pada mangga yang dicuci dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% mulai terlihat pada 4 HSP dengan skor < 1 dan mengalami peningkatan yang cukup lambat hingga 10 HSP (Tabel 9). Mangga yang mendapatkan perlakuan bahan pencuci tersebut memiliki skor 1.58 dan 1.67 pada 10 HSP dan persentase terjadinya busuk pangkal buah mangga ± 1% (Tabel 2). Busuk pangkal buah pada mangga dapat merusak daging buah dan menyebabkan kualitas buah menurun. Menurut Karli (2013*) batas maksimum buah yang masih layak jual didasarkan pada persentase busuk pangkal buah pada mangga ± 3%. Hal ini menunjukan bahwa mangga yang dicuci dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% masih dapat dijual > 10 HSP. Hal ini disebabkan kedua bahan pencuci tersebut efektif menunda terjadinya busuk pangkal buah hingga 4 HSP dan mampu menekan busuk pangkal buah pada mangga hingga 10 HSP (Gambar 6).
A. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen Busuk Pangkal buah
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Fungisida
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
B. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 6 jam setelah panen Busuk Pangkal buah
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Fungisida
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
Gambar 6 Kondisi mangga yang mengalami busuk pangkal buah pada 10 HSP
193 Hasil uji Dunn pada Tabel 9 menunjukan bahwa pencucian buah mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen tidak berbeda nyata pada 2 HSP dan 6 HSP hingga 10 HSP. Hal ini menunjukan bahwa pencucian mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen efektif untuk menekan busuk pangkal buah pada mangga.
Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Buah Mangga Mangga yang dicuci dengan menggunakan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida dan fungisida 0.025% nyata lebih baik dibandingkan air untuk menekan busuk buah pada mangga saat pengamatan 2 HSP dan 6 HSP. Mangga yang dicuci dengan air, deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5%, dan tidak dicuci mulai terjadi busuk buah pada pengamatan 2 HSP. Mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci mengalami serangan busuk buah yang tinggi pada 6 HSP dan semakin parah hingga 10 HSP. Mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci memiliki skor 1.86 dan 2.13 pada 10 HSP (Tabel 10) dengan persentase busuk buah yang terjadi pada mangga ± 3% (Tabel 2). Mangga yang dicuci dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% dan fungisida 0.025% mulai menunjukan gejala busuk buah pada pengamatan 4 HSP. Skor pencucian pada mangga yang dicuci dengan bahan pencuci tersebut memiliki nilai 1.17 dan 1.58 dengan persentase kerusakan busuk pangkal buah yang terjadi pada mangga ± 1%. A. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen
Busuk buah
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Fungisida
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
B. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 6 jam setelah panen
Busuk buah
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Fungisida
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
Gambar 7 Kondisi mangga yang mengalami busuk buah pada 10 HSP.
20
4
Getah yang terdapat pada mangga dapat mengundang cendawan Dothiorella dan Lasiodiplodia yang dapat menyebabkan busuk buah (Holmes et al. 2009). Penambahan fungisida kedalam bahan pencuci efektif untuk menunda busuk buah hingga 4 HSP dan mampu menekan perkembangan busuk buah pada mangga hingga 10 HSP. Penggunaan fungisida benomil yang termasuk kedalam golongan benzimidazol dapat mengendalikan busuk buah pada mangga (Regis-Rolle dan Bauville 1993). Hal ini menunjukan bahwa petani dapat melakuan pencucian buah mangga dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% karena efektif untuk menekan busuk buah pada mangga selama penyimpanan (Gambar 7). Mangga yang terserang busuk buah umumnya menurunkan minat konsumen untuk mengonsumsi buah namun apabila busuk buah yang menyerang mangga masih sedikit buah masih layak untuk dikonsumsi. Menurut Karli (2013*) batas maksimum buah mangga yang masih layak jual dipasar didasarkan pada persentase busuk buah yang terdapat pada mangga ± 3%. Hal ini menunjukan bahwa mangga yang dicuci dengan menggunakan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% dan fungisida 0.025% masih dapat dijual > 10 HSP, sedangkan pada mangga yang tidak dicuci harus terjual sebelum 10 HSP karena apabila lebih dari batas waktu tersebut mangga mengalami busuk buah yang sangat parah. Pengaruh waktu pencucian mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen tidak berbeda nyata pada 6 HSP hingga 10 HSP. Skor pencucian mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen tidak menunjukan perbedaan yang nyata dari 6 HSP hingga 10 HSP. Hal ini menunjukan bahwa petani dapat melakukan pencucian mangga pada 6 jam setelah karena hasilnya masih efektif untuk menekan terjadinya busuk buah pada mangga.
71.50 a 59.00 b 54.00 b 54.00 b 64.00 ab * 61.00 60.00 tn
0.29 0.08 0.00 0.00 0.17
0.12 0.10
2 HSP Skor Peringkat
0.45 0.70
0.54
0.67 0.67 0.54 0.46
53.68 b 67.33 a *
58.34 tn
66.67 63.48 59.42 54.58
4 HSP Skor Peringkat
1.08 1.20
1.17
1.29 1.33 0.96 0.96
57.69 63.31 tn
61.19 tn
68.52 70.38 51.56 50.85
6 HSP Skor Peringkat
1.63 1.72
1.67
2.21 1.83 1.21 1.46
59.13 61.88 tn
59.63 b *
82.13 a 66.92 ab 41.71 c 52.13 bc
8 HSP Skor Peringkat
Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%
Bahan Pencuci Tidak dicuci Air Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% Fungisida 0.025% Uji Dunn Waktu Pencucian 0 jam setelah panen 6 jam setelah panen Uji Dunn
Perlakuan
Tabel 9 Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk pangkal buah mangga selama penyimpanan
1.98 2.20
1.96
2.83 2.42 1.58 1.67
56.90 64.10 tn
55.79 bc *
84.79 a 71.08 ab 44.75 c 46.08 c
10 HSP Skor Peringkat
21
62.94 ab 67.90 a 60.67 ab 55.50 b 55.50 b * 57.48 b 63.52 a *
0.13 0.21 0.13 0.00 0.00
0.03 0.15
2 HSP Skor Peringkat
0.10 0.35
0.13
0.17
0.21 0.46 0.17
55.38 b 65.63 a *
55.63 tn
57.98
58.40 72.52 57.98
4 HSP Skor Peringkat
0.38 0.72
0.25
0.38
0.63 0.96 0.54
55.12 65.88 tn
49.04 b *
52.46 b
64.00 ab 74.29 a 62.71 ab
6 HSP Skor Peringkat
1.15 1.15
1.00
0.75
1.46 1.42 1.13
61.43 59.58 tn
55.67 tn
46.00
71.73 67.92 61.19
8 HSP Skor Peringkat
Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Hurufyang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%
Bahan Pencuci Tidak dicuci Air Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% Fungisida 0.025% Uji Dunn Waktu Pencucian 0 jam setelah panen 6 jam setelah panen Uji Dunn
Perlakuan
Tabel 10 Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk buah mangga selama penyimpanan
1.82 1.53
1.58
1.17
2.13 1.86 1.63
64.38 56.62 tn
58.46 tn
45.50
73.54 66.58 58.42
10 HSP Skor Peringkat
22
23 Pengaruh Pencucian terhadap Antraknosa pada Buah Mangga Mangga yang tidak dicuci dan mendapatkan perlakuan bahan pencuci tidak mengalami adanya serangan antraknosa hingga 4 HSP. Mangga yang dicuci dengan air, deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5%, dan tidak dicuci mulai mengalami serangan antraknosa pada 6 HSP, sedangkan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% dan fungisida 0.025% dapat menunda terjadinya antraknosa pada mangga hingga 8 HSP. Mangga yang terserang antraknosa umumnya memiliki skor < 1 dari 6 HSP hingga 10 HSP namun mangga yang terkena penyakit antraknosa meskipun sedikit dapat menurunkan kualitas buah. Mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci mengalami kenaikan skor yang cukup siginifikan mulai dari 6 HSP hingga 10 HSP, sedangkan mangga yang dicuci dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% dan fungisida 0.025% nyata lebih baik dibandingkan air dan kontrol pada 6 HSP dan memiliki skor pencucian terendah hingga 10 HSP (Tabel 11). A. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 0 jam setelah panen
Antraknosa
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Fungisida
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
B. Pencucian buah mangga yang dilakukan pada 6 jam setelah panen
Antraknosa
Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Fungisida
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
Gambar 8 Kondisi buah mangga yang mengalami antraknosa pada 10 HSP
Penyakit antraknosa pada mangga dapat menyebabkan buah menjadi lunak dan mengalami busuk parah. Pencucian buah mangga dengan menggunakan deterjen dan larutan Ca(OH)2 tidak efektif untuk menekan antraknosa sehingga perlu ditambahkan fungisida. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nene dan Thapliyal (1982) menyatakan bahwa penggunaan fungisida jenis benomil dapat
24
2
mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis cendawan pada buah anggur, apel, dan per. Hal ini menunjukan bahwa pencucian mangga deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% dan fungisida 0.025% efektif untuk menunda antraknosa hingga 8 HSP dan mampu menekan perkembangan antraknosa pada buah mangga selama penyimpanan (Gambar 8). Menurut Karli (2013*) buah mangga yang masih layak jual didasarkan pada persentase antraknosa yang terdapat pada buah ± 3%. Hal ini menunjukan bahwa mangga yang mendapatkan perlakuan bahan pencuci dan tidak dicuci masih layak jual > 10 HSP namun pada mangga yang dicuci dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% dan fungisida 0.025% menunjukan kualitas buah yang lebih tinggi dibandingkan bahan pencuci yang lain. Hasil uji Dunn pada Tabel 11 menunjukan pengaruh waktu pencucian mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen tidak berbeda nyata pada 2 HSP hingga 4 HSP. Hal ini menunjukan bahwa pencucian mangga yang dilakukan pada 6 jam setelah panen masih dapat dilakukan dengan baik untuk menekan terjadinya antraknosa pada buah mangga.
Pengaruh Pencucian terhadap Kekerasan Buah Mangga Kekerasan buah pada mangga merupakan salah satu indikator untuk mengetahui proses pematangan buah mangga. Menurut Rafikasari (2006) semakin lama umur panen buah mangga maka nilai kekerasan semakin menurun, sedangkan warna daging, kulit buah, dan padatan terlarut total (PTT) semakin meningkat, sedangkan menurut Winarno (2002) buah mengalami proses transpirasi yang berpengaruh pada kelayuan dan kelunakan buah. Buah mangga mulai lunak pada pengamatan 4 HSP ditandai dengan daging buah sedikit tertekan saat diberi tekanan pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah (rubbery). Mangga yang dicuci dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% nyata lebih baik dibandingkan bahan pencuci yang lain saat pengamatan 6 HSP hingga 10 HSP. Bahan pencuci mangga tersebut memiliki skor 3.29 pada 10 HSP yang ditandai dengan daging buah tertekan sedalam 2 – 3 mm dengan tekanan ibu jari yang kuat (sprung), sedangkan mangga yang tidak dicuci memiliki skor paling tinggi dengan nilai 4 pada 10 HSP (Tabel 12) dan termasuk kedalam kategori firm soft yang berarti daging buah tertekan dengan tekanan ibu jari yang sedang (Tabel 3). Kelunakan buah mangga selama penyimpanan diperparah dengan adanya serangan berbagai patogen penyakit terutama serangan cendawan antara lain busuk buah dan antraknosa yang dapat menyebabkan buah semakin lunak. Hal ini menunjukan bahwa buah mangga yang dicuci dengan menggunakan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% efektif untuk menunda kelunakan buah mangga selama penyimpanan. Hasil uji Dunn pada Tabel 12 menunjukan bahwa pencucian mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen tidak berbeda nyata dari 2 HSP hingga 10 HSP. Peningkatan skor pencucian mangga pada 2 HSP hingga 10 HSP tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukan bahwa pencucian mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen efektif untuk menunda kelunakan buah mangga hingga 10 HSP
60.50 60.50 60.50 60.50 60.50 tn 60.50 60.50 tn
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00
2 HSP Skor Peringkat
0.00 0.00
0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
60.50 60.50 tn
60.50 tn
60.50 60.50 60.50 60.50
4 HSP Skor Peringkat
0.03 0.13
0.00
0.21 0.12 0.08 0.00
57.50 b 63.50 a *
55.50 b *
68.00 a 63.00 a 60.50 ab 55.50 b
6 HSP Skor Peringkat
0.15 0.37
0.17
0.46 0.42 0.21 0.04
56.45 b 64.55 a *
59.58 tn
66.21 63.94 60.00 52.77
8 HSP Skor Peringkat
Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%
Bahan Pencuci Tidak dicuci Air Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% Fungisida 0.025% Uji Dunn Waktu Pencucian 0 jam setelah panen 6 jam setelah panen Uji Dunn
Perlakuan
Tabel 11 Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap antraknosa pada buah mangga selama penyimpanan
0.20 0.55
0.25
0.63 0.54 0.33 0.13
56.18 b 64.82 a *
58.75 tn
65.44 62.96 59.42 55.94
10 HSP Skor Peringkat
25
68.40 a 54.42 ab 64.25 a 44.58 b 70.85 a * 56.08 64.93 tn
0.83 0.58 0.75 0.42 0.88
0.62 0.77
2 HSP Skor Peringkat
1.50 1.68
1.63
1.83 1.58 1.63 1.29
55.96 65.04 tn
62.33 ab *
71.17 a 61.21 ab 63.31 ab 44.48 b
4 HSP Skor Peringkat
2.45 2.62
2.63
2.83 2.54 2.54 2.12
56.27 64.73 tn
64.58 a *
75.42 a 62.08 a 60.88 a 39.54 b
6 HSP Skor Peringkat
3.15 3.27
3.08
3.75 3.38 3.21 2.63
57.93 63.08 tn
54.73 b *
85.13 a 67.60 b 60.92 b 34.13 c
8 HSP Skor Peringkat
Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%
Bahan Pencuci Tidak dicuci Air Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% Deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% Fungisida 0.025% Uji Dunn Waktu Pencucian 0 jam setelah panen 6 jam setelah panen Uji Dunn
Perlakuan
Tabel 12 Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap kekerasan buah mangga selama penyimpanan
3.68 3.73
3.75
4.00 3.92 3.58 3.29
59.73 61.27 tn
62.25 ab *
77.00 a 72.08 a 52.42 b 38.75 c
10 HSP Skor Peringkat
26
27 Pengaruh Pencucian terhadap Perubahan Warna Kuning Buah Mangga Perubahan warna kuning pada buah dapat dijadikan indikator untuk menentukan tingkat kematangan buah. Menurut Purba (2009) semakin lama waktu panen dan waktu simpan maka persentase warna kulit buah yang berwarna kuning semakin besar. Hasil uji Dunn pada Tabel 13 menunjukan semua perlakuan bahan pencuci mangga pada 2 HSP memiliki skor 2 dan persentase warna kuning pada mangga berkisar antara 10 – 30% (Tabel 4). Buah mangga terus mengalami perubahan warna kuning dan mulai melambat pada 8 HSP hingga 10 HSP. Mangga yang dicuci dengan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% dan deterjen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% nyata lebih baik dibandingkan mangga yang tidak dicuci pada 10 HSP. Skor pencucian pada mangga yang dicuci dengan bahan pencuci tersebut memiliki nilai 5.42 dan 5.25 dengan warna kuning mencapai 92%, sedangkan mangga yang tidak dicuci memiliki skor 5.83 dengan persentase warna kuning pada buah mangga mencapai 98%. Perubahan warna kuning pada buah mangga dipengaruhi oleh kandungan klorofil yang terkandung didalam buah. Menurut Pantastico (1989) buah yang masih berwarna hijau biasanya masih mengandung banyak klorofil, kemudian perlahan akan berubah warna menjadi kuning yang menandakan bahwa kandungan klorofil yang terdapat dalam buah tersebut sudah berkurang selama pematangan dan mulai munculnya zat-zat warna karotenoid. A. Pengamatan buah mangga yang dilakukan pada 2 HSP Warna kuning buah sedikit Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Fungisida
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
B. Pengamatan buah mangga yang dilakukan pada 10 HSP Warna kuning buah bertambah Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Fungisida
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
Gambar 9 Kondisi buah mangga yang mengalami perubahan warna kuning pada pencucian 0 jam setelah panen
28
2
A. Pengamatan buah mangga yang dilakukan pada 2 HSP Warna kuning buah sedikit Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Fungisida
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
B. Pengamatan buah mangga yang dilakukan pada 10 HSP Warna kuning buah bertambah Tidak dicuci
air
Deterjen
Deterjen
+
+
Fungisida
Ca(OH)2
Fungisida
+
Fungisida
Gambar 10
Kondisi buah mangga yang mengalami perubahan warna kuning pada pencucian 6 jam setelah panen
Menurut Karli (2013*) buah mangga yang dijual dipasar umumnya memiliki warna kuning pada buah sekitar 30 - 50%. Hal ini disebabkan konsumen lebih memilih buah mangga yang telah berwarna kuning karena daging buah masih segar dan siap untuk dikonsumsi. Selain itu, ciri khas penjualan buah mangga varietas gedong adalah kulit buahnya telah berwarna kuning yang dapat menjadi daya tarik bagi konsumen mangga. Hasil uji Dunn pada Tabel 13 menunjukan bahwa pencucian buah mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada pengamatan 2 HSP hingga 10 HSP. Hal ini menunjukan bahwa pencucian buah mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen efektif untuk menunda perubahan warna kuning pada buah mangga selama penyimpanan (Gambar 9 dan 10).
60.40 56.33 64.42 60.92 60.44 tn 61.38 59.63 tn
2.00 1.92 2.08 2.04 2.00
2.03 1.98
2 HSP Skor Peringkat
3.10 3.30
3.67
3.00 2.96 3.29 3.08
56.58 64.42 tn
75.67 tn
53.92 52.94 64.18 55.79
4 HSP Skor Peringkat
3.97 4.13
4.13
4.29 4.25 3.83 3.75
58.03 a 62.92 a tn
62.35 tn
68.94 69.33 52.33 49.54
6 HSP Skor Peringkat
4.93 5.22
5.42
5.04 5.13 5.17 4.63
56.53 64.47 tn
70.13 tn
59.19 63.25 63.48 46.46
8 HSP Skor Peringkat
Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. Hurufyang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%
Bahan Pencuci Tidak dicuci Air Detergen 1% + Ca(OH)2 0.5% Detergen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% Fungisida 0.025% Uji Dunn Waktu Pencucian 0 jam setelah panen 6 jam setelah panen Uji Dunn
Perlakuan
5.45 5.60
5.59
5.83 5.54 5.42 5.25
57.63 63.37 tn
60.29 ab *
73.92 a 62.08 ab 58.67 b 47.54 b
10 HSP Skor Peringkat
Tabel 13 Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap perubahan warna kuning buah mangga selama penyimpanan
29
30
2
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penambahan fungisida pada bahan pencuci efektif untuk menunda terjadinya busuk buah hingga 4 HSP, antraknosa hingga 8 HSP dan menekan perkembangan busuk buah dan antraknosa pada buah mangga selama penyimpanan. Waktu pencucian mangga pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen efektif untuk menghilangkan getah dan kotoran, menekan terjadinya luka bakar, bintik lentisel, bintik dendritik, busuk pangkal buah, busuk buah, antraknosa, kekerasan buah, dan perubahan warna kuning pada buah mangga.
Saran Petani mangga perlu menggunakan bahan pencuci detergen 1% + Ca(OH)2 0.5% + fungisida 0.025% karena efektif untuk menekan terjadinya busuk buah dan antraknosa pada buah mangga selama penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA Amin M, Malik MU, Mazhar MS, Din IU, Khalid MS, Ahmad S. 2008. Mango fruit desapping in relation to time of harvesting. Pak. J.Bot. 40(4):1587-1593. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi buah-buahan di Indonesia periode 2005-2010. [internet] [diunduh 2013 Mei 25]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id. Bird T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. 335 hlm. Broto W. 2003. Mangga: Budidaya, Pasca Panen, dan Penanganannya. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. 115 hlm. Camplell J. 1992. A Guide to Mangoes in Florida.Miami Fairchild Tropical Garden.227 p. Firsti RE. 2012. Pengaruh penambahan fungisida pada bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap kualitas buah mangga (Mangifera indica) varietas Gedong [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. George TA. 1996. Industri Proses Kimia.PenerbitErlangga. Jakarta (ID): 244 hlm. Hawley GG. 1987. Kamus Publikasi Kimia. New York (US): Van Nostrand Reinold. 526 hlm. Holmberg K, Johnson B, Kronberg B, Lindman B. 2003. Surfactans and polymers in aqueous solution. J. Wiley. Chichester. Holmes RJ, Hofman P, Barker L. 2009. Mango Quality Assessment Manual. Queensland (AU): Queensland Government. 51 p. Keil HD, Wasserman, Dawson CR. 1994. Manggo dermatitis and its relationship to pisonivy hypersensitivity. Ann. Allegry. 4:268-281.
31 3 Loveys BR, Robinson SP, Brophy JJ, Chacko EK. 1992. Mango Sap burn: Components of fruit sap and their role in causing skin damage. Austr. J. Plant Physiol. 19: 449-457. Maqbool M, Malik AU. 2008. Anti-sap chemicals reduce sapburn injury and improve fruit quality in commercial mango cultivars of Pakistan.int.J.Agri.Biol.10:1-8. Mukhlis M. 2011. Pengaruh KOH dan deterjen serta waktu aplikasinya terhadap efektivitas pencucian getah mangga (Mangifera indica L) kulitivar gedong [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Negi P, John KS, Prasada RU. 2002. Anti-microbal activity of mango sap. Europ. Food Res. Technol. 214:327-30. Nene YL, Thapliyal RN. 1982. Fungicides in Plant Disease Control Second Edition. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi. O’Hare T, Prasad A. 1992. The alleviation of sap induced mango skin injury by calcium hydroxide. Acta Hort.321:372-381. Pantastico EB. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Kamariyani, penerjemah. Terjemahan dari: Postharvest Physiology, Handling and Utilization Tropical and Sub-tropical Fruits and Vegetables. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Purba KD. 2006. Kajian daya simpan buah lima genotipe pepaya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rafikasari I. 2006. Umur petik dan kualitas buah pepaya (Carica papaya L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ramulu S. 1979. Chemistry of Insecticides and Fungicides. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi. Regis-Rolle SD, Bauville GM. 1993. High performance liquid chromatographic method for the determination of carbendazim residues in crops, grain, and wines with fluorescent detection. Pestic.Sci. 37:273-282. Robinson SP, Loveys BR, Chacko EK.1993. Polyphenol oxidase enzymes in the sap and skin of mango fruit. Aust J. Plant Physiol.20:99-107. Roesmiyanto. 1987. Efektivitas fungisida benomil dan morestan terhadap perkembangan penyakit antraknosa pada pepaya di penyimpanan [abstrak]. Penel Hort. 2(2):42-44. Sangchote S. 1997. Effect of fruit bagging, fruit position, cultivar and postharvest treatment on postharvest disease of mangoes. Thailand. 63-66 p. Sukandarrumidi. 1999. Batubara dan Pemanfaatannya: Pengantar Teknologi Batubara Menuju Lingkungan Bersih. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. 205 hlm. Winarno FG dan Wirakartakusumah A. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Jakarta (ID): PT. Sastra Hudaya. 187 hlm. Yuniarti, Suhardjo. 1994. Pengaturan waktu dan teknik pemanenan buah mangga Arumanis. J. Agritech. 17(3):1-3
32
4
Lampiran 1 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap getah dan kotoran pada buah mangga Pengujian Bahan Pencuci Chi-square Df Asymp. Sig Uji Dunn Waktu Pencucian Chi-square Df Asymp. Sig Uji Dunn
Getah
Kotoran
77.790 4 0.000** *
58.621 4 0.000** *
0.011 1 0.919 tn
0.544 1 0.460 tn
Keterangan: tn = tidak nyata * = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%
Lampiran 2 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap luka bakar pada buah mangga Pengujian Bahan Pencuci Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn Waktu Pencucian Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn
Waktu Pengamatan 4 HSP 6 HSP 8 HSP
10 HSP
13.926 4 0.008** *
7.655 4 0.105 tn
11.118 4 0.025 *
13.880 4 0.007** *
19.742 4 0.001** *
0.283 1 0.648 tn
0.496 1 0.481 tn
0.012 1 0.912 tn
2.786 1 0.095 tn
3.195 1 0.074 tn
2 HSP
Keterangan: tn = tidak nyata * = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%
33 5 Lampiran 3 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap bintik lentisel pada buah mangga Pengujian Bahan Pencuci Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn Waktu Pencucian Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn
2 HSP
Waktu Pengamatan 4 HSP 6 HSP 8 HSP
3.339 4 0.503 tn
8.769 4 0.067 tn
5.517 4 0.238 tn
3.495 4 0.479 tn
8.163 4 0.086 tn
0.329 1 0.566 tn
2.849 1 0.091 tn
0.143 1 0.706 tn
13.98 1 0.000** *
8.047 1 0.005** *
10 HSP
Keterangan: tn = tidak nyata * = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%
Lampiran 4 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap bintik dendritik pada buah mangga Pengujian Bahan Pencuci Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn Waktu Pencucian Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn
2 HSP
Waktu Pengamatan 4 HSP 6 HSP 8 HSP
10 HSP
22.169 4 0.000** *
11.057 4 0.026 *
9.919 4 0.042 *
14.426 4 0.006** *
9.672 4 0.046 *
2.449 1 0.118 tn
0.035 1 0.852 tn
0.617 1 0.432 tn
0.782 1 0.377 tn
1.320 1 0.251 tn
Keterangan: tn = tidak nyata * = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%
34
6
Lampiran 5 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk pangkal buah mangga Pengujian Bahan Pencuci Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn Waktu Pencucian Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn
Waktu Pengamatan 4 HSP 6 HSP 8 HSP
10 HSP
15.057 4 0.005** *
2.252 4 0.690 tn
9.021 4 0.061 tn
21.289 4 0.000** *
25.347 4 0.000** *
0.085 1 0.770 tn
5.981 1 0.015 *
1.061 1 0.303 tn
0.216 1 0.642 tn
1.392 1 0.238 tn
2 HSP
Keterangan: tn = tidak nyata * = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%
Lampiran 6 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap busuk buah mangga Pengujian Bahan Pencuci Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn Waktu Pencucian Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn
2 HSP
Waktu Pengamatan 4 HSP 6 HSP 8 HSP
9.571 4 0.048 *
8.759 4 0.067 tn
10.659 4 0.031 *
9.001 4 0.061 tn
9.328 4 0.053 tn
3.935 1 0.047 *
6.204 1 0.013 *
3.830 1 0.051 tn
0.093 1 0.761 tn
1.596 1 0.206 tn
Keterangan: tn = tidak nyata * = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%
10 HSP
35 7 Lampiran 7 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap penyakit Antraknosa pada buah mangga Pengujian Bahan Pencuci Chi-square Df Asymp. Sig Uji Dunn Waktu Pencucian Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn
2 HSP
Waktu Pengamatan 4 HSP 6 HSP 8 HSP
0.000 4 1.000 tn
0.000 4 1.000 tn
9.736 4 0.045 *
4.968 4 0.291 tn
2.422 4 0.659 tn
0.000 1 1.000 tn
0.000 1 1.000 tn
3.895 1 0.048 *
3.872 1 0.049 *
4.067 1 0.044 *
10 HSP
Keterangan: tn = tidak nyata * = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%
Lampiran 8 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap kekerasan buah mangga Pengujian Bahan Pencuci Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn Waktu Pencucian Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn
2 HSP 13.817 4 0.008** * 2.485 1 0.091 tn
Keterangan: tn = tidak nyata * = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%
Waktu Pengamatan 4 HSP 6 HSP 8 HSP
10 HSP
9.611 4 0.048 * 2.593 1 0.107 tn
17.263 4 0.002** *
32.258 4 0.000** *
31.246 4 0.000** *
2.271 1 0.132 tn
0.772 1 0.380 tn
0.097 1 0.756 tn
36
8
Lampiran 9 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap perubahan warna kuning buah mangga Pengujian Bahan Pencuci Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn Waktu Pencucian Chi-square df Asymp. Sig Uji Dunn
2 HSP
Waktu Pengamatan 4 HSP 6 HSP 8 HSP
0.8671 4 0.929 tn
8.266 4 0.082 tn
7.667 4 0.105 tn
6.906 4 0.141 tn
9.580 4 0.048 *
0.100 1 0.751 tn
1.731 1 0.188 tn
0.660 1 0.417 tn
1.764 1 0.184 tn
1.113 1 0.292 tn
Keterangan: tn = tidak nyata * = nyata pada Uji F taraf 5% ** = nyata pada Uji F taraf 1%
10 HSP
37 9
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, pada tanggal 20 April 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Wasdirah dan Ibu Rasem. Penulis memulai pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri (SDN) V Rambatan Kulon pada tahun 1996 dan lulus tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Lohbener dan lulus tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sindang dan lulus tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Penulis selama menempuh pendidikan di IPB aktif dalam organisasi, diantaranya Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Darma Ayu - Indramayu (IKADA) tahun 2008 – 2010 sebagai anggota dan ketua divisi seni dan olahraga, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM A) tahun 2010 – 2011 sebagai pengurus divisi eksternal, dan kepanitiaan acara dibeberapa organisasi.