1
ANALISIS PEMASARAN BUAH MANGGA ARUMANIS (Mangifera indica L.) DI KABUPATEN MAGETAN A.
SKRIPSI
Oleh : Erwanto H 1306010
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan sub sektor tanaman holtikultura pada dasarnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian dalam upaya mewujudkan program pembangunan secara nasional. Hortikultura merupakan bidang pertanian yang cukup luas yang mencakup buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga yang secara keseluruhan dapat ditemukan pada ketinggian 0 – 1000 m di atas permukaan air laut, maka dari itu areal yang ada di Indonesia hampir seluruhnya dapat digunakan dalam penguasaan tanaman hortikultura (Rahardi et. al., 2003). Usahatani hortikultura khususnya buah-buahan di Indonesia selama ini hanya dipandang sebagai usaha sampingan yang sederhana serta ditanam di pekarangan atau areal sempit, penerapan teknik budidaya, dan penanganan pasca panen yang masih sederhana. Permintaan pasar terhadap buah baik dari pasar lokal maupun pasar ekspor yang menghendaki mutu tertentu, ukuran seragam dan pasokan buah yang berkesinambungan. Oleh karena itu dalam rangka mengembangkan buah-buahan di Indonesia dan untuk meningkatkan daya saingnya baik di pasar lokal maupun pasar ekspor, pemerintah menggalangkan pembangunan pertanian bidang hortikultura dan strategi pemasarannya (Arifin et. al., 1997). Pemasaran komoditi pertanian Indonesia merupakan bagian yang paling lemah dalam mata rantai perekonomian. Hal ini berarti efisiensi dibidang pemasaran masih rendah sehingga kemungkinan untuk mempertinggi tingkat efisiensi masih besar (Mubyarto, 1995). Pemasaran merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia usaha, tanpa adanya suatu pemasaran maka pendistribusian produksi hasil olahan maupun pertanian akan terhambat atau tidak sampai pada konsumen ataupun sasaran yang dituju. Untuk itulah pemasaran sangat penting untuk mewujudkan pembangunan pertanian Indonesia.
1
3
Aspek pemasaran memang penting bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh karena itu peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, eksportir, importir atau lainnya menjadi amat penting. Lembaga pemasaran ini, khususnya bagi negara berkembang, yang dicirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian, akan menentukan mekanisme pasar (Soekartawi, 2001). Mangga adalah buah yang berasal dari India, oleh karena itu bernama latin Mangifera indica. Tercatat ada 2000 jenis varietas di dunia. Mangga memiliki kandungan Vitamin A, C dan E yang sangat bagus untuk keremajaan kulit dan mencegah kanker. Mangga mengandung karotenoid yang disebut crytoxanthin, yaitu bahan penumpas kanker yang baik. Kandungan asam galat yang ada di mangga, sangat baik untuk pencernaan, selain itu kandungan riboflavin-nya baik untuk menjaga kesehatan mata, mulut dan tenggorokan (Pradnyamita, 2008). Thailand adalah salah satu produsen utama buah-buahan tropis di dunia. Walaupun kebanyakan dari buah-buahan tropis dari Thailand dikonsumsi dalam negeri, namun banyak juga yang diekspor. Buah-Buahan yang diekspor adalah harus bermutu tinggi salah satunya adalah buah mangga. Pemerintah Thailand telah mengeluarkan kebijakan nasional untuk memusatkan pada peningkatan mutu, efisiensi ekonomi, pemasaran dan berdagang buah mangga. Mangga sudah ditanam di Indonesia dan Myanmar lebih dari 4,000 tahun. Mangga adalah salah satu buah-buahan Thailand populer seperti halnya dari banyak lain Negara-Negara Asia. Thailand mempertimbangkan berbagai cultivar mangga untuk di usahakan secara komersial, diproduksi dan dijual. Mangga di Thailand digunakan sebagai buah pencuci mulut dan dimakan dalam kondisi belum masak. Kelebihannya adalah mempunyai daging yang enak dan sangat manis biasanya dimakan dengan beras/nasi lengket Pada tahun 2005, penanaman mangga di Thailand menggunakan area seluas 316.032.16 ha dan produksinya sebesar 2.080.650 ton. Kebanyakan produksi
4
mangga dikonsumsi dalam negeri, hanya sebagian yang diekspor sekitar 17.158 ton (Chomchalow et. al., 2008). Buah-Buahan adalah suatu sub-sector penting di sektor pertanian di Pakistan. Komoditi buah unggulan di Pakistan adalah buah mangga. Tanaman mangga mangga menduduki posisi paling utama kedua setelah pohon jeruk. Luas area dan produksi buah jeruk sekitar 173 ribu hektar dan mangga sekitar 86 ribu hektar). Konsumen Mangga semakin banyak seiring dengan tingkat konsumsi buah.
Kelezatan/ kehalusan, dan bahan gizi menjadikan buah
mangga banyak digemari penduduk Pakistan. Produsen Mangga dituntut untuk meningkatkan produksinya sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan penghasilan produsen mangga, dan diharapkan mampu melakukan ekspor mangga baik skala Timur Tengah Maupun Eropa. Produksi buah mangga Pakistan masih rendah, sekitar 8-9 ton/ha, hal ini disebabkan petani yang miskin, manajemen praktek yang kurang baik sehingga menyebabkan kerugian. Pemerintah Pakistan mengelurakan kebijakan penggunaan pupuk secara efektif, irigasi tepat waktu. Penanganan pasca panen yang baik, petik buah dewasa, dan pengangkutan yang baik. Selain itu menyediakan pasar buah dan menguraikan operasi serta struktur saluran pemasaran mangga dan untuk mengukur memasarkan garis tepi produsen dan para perantara pasar (Muhammed dan Laurence, 1996). Komoditas pertanian Indonesia termasuk mangga sudah memasuki era perdagangan bebas, status pasarnya sudah mendunia, persaingan pemasaran tidak terbatas pada Negara ASEAN (AFTA) tetapi secara frontal sudah masuk ke pasar Internasional. Produk mangga Indonesia harus bersaing dengan mangga dari Negara lain seperti mangga Thailand, Philipina, India, Meksiko, Brazil dan Australia. Lebih jauh, arena persaingan tidak saja terjadi di pasar ekspor/luar negeri tetapi juga terjadi di pasar dalam negeri terutama pasar modern seperti supermarket, hypermarket, fruitshop, hotel berbintang, dan usaha katering, sejalan dengan terbukanya pintu impor mangga luar (Sumarno, 2003).
5
Pradnyamita (2008) mengungkapkan, mangga merupakan satu genus tumbuhan yang terdiri dari pada 35 spesies pokok buah tropika dalam Famili Anacardiaceae. Mangga merupakan tanaman tahunan dan salah satu komoditas buah-buahan yang ada di Indonesia. Mangga banyak mengandung sumber vitamin dan mineral, mangga juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Mangga (Mangifera indica) termasuk komoditas buah unggulan Nasional yang mampu berperan sebagai sumber vitamin dan mineral, meningkatkan pendapatan petani, serta mendukung perkembangan industri dan ekspor. Pada tahun 2003, volume ekspor mangga Indonesia mencapai 559 ribu ton atau setara dengan 461 ribu US$ sedangkan volume impor mencapai 348 ribu ton atau setara dengan 329 ribu US$. Jadi volume ekspor mangga Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan volume impor sebanyak 211 ribu ton atau setara dengan 132 US$ (Ditjen Hortikultura, 2004). Pengembangan mangga Nasional diarahkan ke wilayah-wilayah sentra produksi yang sudah dikenal, paling luas berturut-turut ke wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, dan NTT. Dalam upaya meningkatkan daya saing pemasaran, baik di pasar dalam negeri maupun pasar internasional, tidak ada jalan lain bagi petani mangga Indonesia melainkan harus bekerja keras, menyediakan produk melimpah dengan mutu tinggi dan diproduksi dengan biaya efisien. Kusumo et. al., (1989) menginformasikan bahwa selama ini upaya pemasaran mangga Indonesia menjumpai beberapa permasalahan yaitu produk tidak seragam ukurannya, penampilan kurang menarik, tingkat kematangan tidak menentu, kehilangan hasil sekitar 5-15 persen, dan belum ada karakterisisasi patologi untuk menentukan perlakuan pasca panen/pestisida. Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Buah Mangga merupakan salah satu komoditas buah unggulan diantara komoditas lainnya seperti durian, pisang, rambutan, sawo, dan salak. Kelebihan buah mangga jenis Arumanis adalah rasa buah ini amat manis dan baunya lebih harum menyengat bercampur
6
manis, dengan sedikit mempunyai rasa masam. Tekstur buah yang lembut dengan sedikit berserat dan berkulit buah yang tipis. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2004 – 2008), produksi buah mangga Arumanis berfluktuasi. Adapun data produksi buah di Kabupaten Magetan tersaji pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Produksi Buah di Kabupaten Magetan Tahun 2004 – 2008 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Komoditas Durian Mangga Pisang Rambutan Sawo Salak
2004 1.158 246.259 94.551 11.550 788 135
Total Produksi (Ton) 2005 2006 2007 5.433 2.245 126.978 275.001 74.026 143.324 91.327 93.362 1.980 6.377 7.767 758 414 613 90 383 393
2008 7.085 292.259 127.006 25.887 11.119 986
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi mangga Arumanis di Kabupaten Magetan tertinggi apabila dibandingkan dengan produksi buahbuahan yang lain. Produksi buah mangga tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 292.259 ton. Tahun 2004 ke tahun 2005 produksi buah mangga yang semula 246.259 ton menjadi 126.978 ton mengalami penurunan sebesar 119.281 ton. Tahun 2006 mengalami kenaikan produksi menjadi 275.001 ton. Tahun 2007 produksi buah mangga mengalami penurunan menjadi 74.026 ton. Pada tahun 2008, produksi buah mangga mengalami peningkatan yang cukup tinggi menjadi 292.259, peningkatannya sebesar 218.233 ton. Produksi buah mangga yang berfluktuatif ini disebabkan oleh tingkat perawatan pohon mangga yang berbeda tiap tahunnya dan kondisi cuaca yang tidak menentu tiap tahunnya. Dalam hal pemasaran, buah mangga Arumanis masih terbatas Jawa Barat dan Surabaya. Alasannya ternyata sampai saat ini masih dijumpai beberapa kendala diantaranya mencakup pola saluran, biaya, margin, keuntungan dan efisiensi pemasaran. Hal ini sangat mempengaruhi pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan. Melihat potensi yang ada dan permintaan pasar yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk serta produksi yang masih bisa ditingkatkan lagi maka
7
mendorong peneliti mengadakan suatu penelitian mengenai analisis pemasaran buah mangga Arumanis (Mangifera indica L.) di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan saja, akan tetapi juga dipasarkan ke luar Kabupaten Magetan, antara lain Surabaya dan Jakarta. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas tersebut produsen tidak mampu apabila hanya mengandalkan penjualan langsung kepada konsumen. Sehingga dalam pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan melibatkan beberapa lembaga pemasaran agar dapat menyalurkan produk dengan cepat dan tepat. Peran dari lembaga pemasaran sangat penting dalam rangka menyampaikan hasil produksi kepada konsumen. Mengingat buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan berpotensi untuk lebih dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan akan buah di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan maupun di luar Kabupaten Magetan. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. B. Perumusan Masalah Komoditi mangga di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan cukup terkenal terutama mangga Gadung atau mangga Arumanis, baik dikenal masyarakat Kabupaten Magetan maupun luar Kabupaten Magetan. Harga mangga yang relatif murah pada musin panen raya, selain itu buah mangga Arumanis memiliki kelebihan tekstur buah yang lembut sedikit serat, manis dan harum aroma buahnya, hal inilah yang menjadikan produk buah mangga Arumanis banyak diminati konsumen. Pemasaran mangga Arumanis di Kabupaten Magetan agar dapat menjangkau pemasaran mangga yang luas yaitu lokal maupun luar Kabupaten Magetan,
maka
produsen
mangga
tidak
akan
mampu
bila
hanya
8
mengandalkan penjualan secara langsung kepada konsumen. Untuk itu diperlukan adanya saluran distribusi yang berupa lembaga penyalur yaitu penebas, pedagang pengumpul, pedagang besar, Agen dan pedagang pengecer agar produk dapat tersalurkan dengan cepat dan tepat. Hal ini disebabkan buah mangga Arumanis sebagai komoditi unggulan di Kabupaten Magetan mempunyai sifat mudah busuk dan tidak tahan lama, dengan alasan itu maka mangga harus segera sampai ke konsumen jika produsen mangga dan lembaga pemasaran tidak ingin mengalami kerugian yang lebih besar. Banyaknya lembaga atau pedagang buah mangga Arumanis tidak termanfaatkan dengan baik oleh petani untuk menjual hasil produksinya untuk mendapatkan tingkat harga yang lebih tinggi, petani cenderung tidak mau mencari informasi terkait harga buah mangga Arumanis atau pedagang yang mau membeli buah mangga Arumanisnya dengan harga yang lebih tinggi dimana kebiasaan petani menjual buah mangga Arumanisnya dengan sistem tebasan maupun ijon. Menurunnya mutu setiap musim panen buah mangga Arumanis menyebabkan harga jual buah mangga Arumanis rendah apalagi setelah musim hujan datang dimana kualitas buah mangga Arumanis menurun dan berdampak pada pendapatan petani. Berdasar uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pola saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan ? 2. Bagaimana tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan. 3. Berapa besar biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan ? 4. Saluran pemasaran manakah dari pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan yang paling efisien secara ekonomi ?
9
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pola saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan. 2. Untuk mengetahui tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan. 3. Untuk menganalisis biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan. 4. Untuk mengetahui saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan yang paling efisien secara ekonomi. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini meliputi : 1. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan, serta dapat memberikan
sumbangan
pemikiran,
evaluasi
terhadap
penetapan
kebijakan, terutama kaitannya dengan pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. 3. Bagi petani buah mangga Arumanis, hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya sebuah pemasaran sehingga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan ditingkat petani mangga. Diharapkan petani mampu menjual buah mangga Arumanisnya ke pedagang yang membeli dengan harga tinggi. 4. Bagi lembaga pemasaran, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang strategi pemasaran dan saluran pemasaran yang paling efisien sehingga diharapkan mampu meningkatkan keuntungan bagi masingmasing lembaga pemasaran tersebut.
10
5. Bagi pembaca dan peminat permasalahan yang sama, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
11
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu Penelitian dari Kumalawati, E (2004) dengan judul Analisis Pemasaran Komoditi White Melon di Kabupaten Sragen terdapat dua saluran yaitu : 1. Saluran I : P etan i
K on su m en (E k sp o rtir)
2. Saluran II : Petani
Pedagang Pengumpul
K onsumen (Eksportir)
Saluran yang paling banyak digunakan oleh petani white melon di Kabupaten Sragen adalah saluran I. Pada saluran pemasaran I biaya pemasaran untuk grade A sebesar Rp 605,44/kg dan untuk grade B sebesar Rp 498,62/kg dan pada saluran pemasaran II biaya pemasaran untuk grade A sebesar Rp 479,19/kg sedangkan untuk grade B sebesar Rp 409,15/kg. Total biaya pemasaran terbesar dikeluarkan oleh saluran I pada grade A. Lembaga
pemasaran
dalam
hal
ini
pedagang
pengumpul
mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya transportasi/pengangkutan, resiko, sewa gudang dan bongkar muat. Keseluruhan biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul untuk grade A sebesar Rp 352,9/kg (35,29%) dan untuk grade B sebesar Rp 315,4 kg (42,05%). Besarnya keuntungan pemasaran pada saluran pemasaran II adalah Rp 47,1/kg untuk grade A dan Rp 179,63/kg untuk grade B. Besarnya marjin pemasaran pada saluran pemasaran I adalah Rp 605,44/kg untuk grade A dan Rp 498,64/kg untuk grade B dan pada saluran pemasaran II adalah Rp 526,29/kg untuk grade A dan Rp 588,78/kg untuk grade B. Marjin pemasaran terbesar dimiliki oleh saluran pemasaran I untuk grade A. Nilai farmer’s share pada saluran I untuk grade A adalah 39,46% dan untuk grade B sebesar 33,52% sedangkan pada saluran pemasaran II nilai farmer’s shahrenya untuk grade A 47,37% dan untuk grade B 21,5%.
10
12
Saluran pemasaran I untuk grade A merupakan saluran yang secara ekonomis lebih efisien dengan marjin pemasaran terendah (52,63%) dan bagian petani yang diterima petani tertinggi (47,37%). Penelitian dari Susilo, H (2006) dengan judul Efisiensi Pemasaran Melon di Kabupaten Klaten menyatakan terdapat tiga (3) macam saluran pemasaran yaitu : 1. Saluran I
:
Petani
2. Saluran II Petani
Pedagang Besar
Konsumen
: Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengecer
Konsumen
Pedagang Besar
Konsumen
3. Saluran III : Petani
Pedagang Pengumpul
Saluran yang banyak digunakan untuk petani adalah pada saluran I sebanyak 29 responden atau sebesar 72,5%. Rata-rata biaya pada saluran I sebesar Rp 944,00/kg (25,51%) yang terdiri dari Rp 17,00/kg dikeluarkan oleh petani dan Rp 927,00/kg oleh pedagang besar. Pada saluran II biaya sebesar Rp 1133,00/kg (36,65%) terdiri dari petani mengeluarkan Rp 28,00/kg, pedagang pengumpul sebesar Rp 675,00/kg dan pedagang besar Rp 431,00/kg sedangkan pada saluran III sebesar Rp 1805,00/kg (40,11%) terdiri dari biaya petani Rp 18,00/kg, biaya pedagang pengumpul Rp 722,00/kg dan biaya pengecer Rp 1065,00/kg, biaya terbesar pada saluran III. Besarnya keuntungan yang diambil lembaga pemasaran tertinggi pada saluran III sebesar Rp 1013,00/kg (22,50%) terdiri dari keuntungan pedagang pengumpul Rp 578,00/kg (12,84%) dan pengecer Rp 435,00/kg (9,66%). Saluran I mengambil keuntungan sebesar Rp 224,00/kg (6,06%) dan saluran II sebesar Rp 894,00/kg (23,96%).
13
Selisih harga dari produsen ke konsumen atau yang lebih dikenal dengan marjin pemasaran terbesar pada saluran III, sebesar Rp 2818,00/kg (62,62%) terdiri dari marjin dari petani. Penelitian Ekawati, S (2008) dengan judul Analisis Pemasaran Mangga (Mangifera indica L.) Di Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu terdapat tiga macam saluran pemasaran yaitu : 1. Saluran I
:
2. Saluran II
:
3. Saluran III
:
Saluran pemasaran yang paling banyak digunakan petani adalah saluran pemasaran II yaitu sebesar 48,72%. Marjin pemasaran yang paling besar dari keempat jenis mangga adalah jenis mangga Gedong, yaitu sebesar Rp 2750,00/kg, paling kecil adalah jenis mangga Arumanis sebesar Rp 975,00/kg. Marjin pemasaran pada saluran I yang paling rendah yaitu pada mangga Arumanis sebesar Rp 975,00/kg dengan farmer’s share sebesar 51,25%, paling besar dan bagian yang diterima petani besar adalah mangga Gedong, yaitu sebesar Rp 2750,00/kg dengan farmer’s share 42,10%. Saluran pemasaran II yang paling rendah farmer’s sharenya adalah mangga Arumanis, yaitu sebesar 28,26%. Saluran pemasaran efisien karena memiliki marjin yang rendah yaitu sebesar Rp 500,00/kg dan farmer’s share yang tinggi, yaitu sebesar 66,67%.
14
Penelitian-penelitian diatas dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi acuan peneliti untuk menganalisis pemasaran Buah Mangga Arumanis (Mangifera indica L.) di Kabupaten Magetan. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa terdapat beberapa kesamaan, sehingga menjadi pertimbangan peneliti dalam menyusun rencana penelitian, adapun kesamaan-kesamaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Adanya kesamaan dalam grading buah untuk pemasaran dalam penelitian Kumalawati, E (2004) 2. Adanya kesamaan topik dalam bidang kajian penelitian, yaitu mengenai pemasaran mangga dalam penelitian Ekawati, S (2008). 3. Berdasarkan
penelitian
sebelumnya
diketahui
lembaga-lembaga
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran tanaman hortikultura serta pendeknya saluran pemasaran hortikultura merupakan salah satu faktor penentu efisiensi pemasaran yang dilakukan. 4. Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin pendek saluran pemasaran suatu produk dengan marjin pemasaran rendah serta farmer’s share yang tinggi, maka pemasaran akan semakin efisien serta memberikan keuntungan kepada produsen. B. Tinjauan Pustaka 1. Komoditi Mangga (Mangifera indica L) Menurut AAK (1996), sistematika mangga (Mangifera indica L.) adalah sebagai berikut : Spesies (Jenis) : Mangifera indica L Genus
: Mangifera
Famili
: Anacardiaceae
Ordo
: Sapindales
Kelas
: Dicotyledoneae (berkeping dua)
Sub devisi
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Devisi
: Spermatophyta (tumbuhan biji)
15
Tanaman mangga memiliki toleransi tumbuh yang tinggi, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan keadaan volume curah hujan sedikit atau banyak. Akan tetapi untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil produksi yang optimum sebaiknya mangga ditanam pada suatu areal yang memiliki ketinggian maksimum 500 m diatas permukaan laut. Dengan temperatur 24 – 270C. Tanaman mangga sangat cocok ditanam pada tanah ringan,
lempung
berpasir
dengan
perbandingan
yang
seimbang
(Sandy Loams) dengan pH ideal 5,5 – 6,0 (AAK, 1996). Menurut Pracaya (2001), bahwa buah mangga terdiri dari kulit, kurang lebih 11% – 18%, pelok 14% – 22%, sedangkan daging buah menduduki bagian yang paling besar, yakni 60% – 75%. Adapun susunan nilai makanan dan komposisi kimia buah mangga, dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel 2. Komposisi Kimia dan Nilai Makanan Buah Mangga Unsur-unsur yang terkandung Air Protein Lipid/lemak Gula Serat Bahan Mineral - Kapur - Fosfor - Besi Vitamin - Vitamin A - Riboflamin (Vit. B2) - Thiamin(Vit. B1) - Vitamin C - Asam nicotinat Nilai kalori setiap 100 g
Nilai Rata-rata Buah Manga Masih Mentah Sudah Masak 90,0% 86,1% 0,7% 0,6% 0,1% 0,1% 8,8% 11,8% 1,1% 0,4% 0,3% 0,01% 0,01% 0,02% 0,02% 4,5 mg/gr 0,3 mg/gr 41 mg 0,03 mg/100 gr 3 mg/100 gr 39 gr
38 mg 0,05 mg/100 gr 0,04 mg/100 gr 13 mg/100 gr 0,3 mg/100 gr 50-60 gr
Sumber : Pracaya, 2001 Mangga ranum segar mengandung air sekitar 90 persen, sedangkan yang sudah masak sekitar 86 persen. Vitamin A sebesar 41 mg pada mangga ranum, dan 38 mg mangga yang sudah masak, selain itu juga
16
mengandung Vitamin C, B1, dan B2. Unsur gula pada mangga mentah 8,8% dan masak 11,8%. Serat pada mangga mentah tidak ada sedangkan untuk mangga masak 1,1%. Beberapa bahan mineral yang terkandung pada mangga diantaranya; Kapur, Fosfor, dan Besi. Nilai kalori dalam setiap 100 gram mangga muda mencapai 39 gram, dan mangga yang sudah masak 50 – 60 gram. Kalori dalam mangga muda rendah karena lebih banyak mengandung zat pati, yang akan berubah menjadi gula dalam proses pematangan. Mangga tergolong kelompok buah “batu” berdaging dengan bentuk, ukuran, warna, dan citarasa (aroma-rasa-tekstur) beraneka. Bentuk mangga ada yang bulat penuh, seperti mangga Gedong, dan bulat panjang, seperti mangga Arumanis dan mangga Manalagi, Mangga Kopek berbentuk bulat pipih, sedang mangga Golek lonjong (Pracaya, 2001). Kandungan Vitamin C mangga cukup layak diperhitungkan. Setiap 100 gram bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok Vitamin C sebanyak 41 mg, mangga muda bahkan hingga 65 mg. Berarti, dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gram (1/2 buah ukuran kecil), kecukupan Vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi (Deptan, 2009). Mangga Arumanis (sebutan Probolinggo) AAK (1996), berasal dari kata harum dan manis, yang memiliki ciri khas dan perbedaan yang nyata apabila dibandingkan dengan mangga jenis lainnya. Adapun tandatandanya adalah : a. Berat rata-rata 385 gram/buah, panjang 13 cm, lebar 8 cm dan
tebal
7,5 cm. b. Bentuk agak panjang, melengkung sedikit, bahunya tegak lebar, ujung agak bundar. c. Kulit tipis, warna hijau tua sampai hijau biru-biruan, bertotol-totol coklat keputihan.
17
d. Buah yang sudah tua siap dipetik, diselimuti lapisan lilin halus, pada tampuk (pangkal buah) berwarna hijau kecoklat-coklatan. e. Dagingnya kuning belerang, serat halus, berair dan berbau harum menyengat Mangga Arumanis yang berasal dari daerah Probolinggo, Jawa Timur ini merupakan salah satu varietas unggul yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Buahnya berbentuk jorong, berparuh sedikit, dan ujungnya meruncing. Pangkal buah berwarna merah keunguan, sedangkan bagian lainnya berwarna hijau kebiruan. Kulitnya tidak begitu tebal, berbintik-bintik kelenjar berwarna keputihan, dan ditutupi lapisan lilin. Daging buahnya tebal, berwarna kuning, lunak, tak berserat, dan tidak begitu banyak mengandung air. Rasanya manis segar, tetapi pada bagian ujungnya kadang-kadang terasa asam. Bijinya kecil, lonjong pipih, dan panjangnya antara 13-14 cm. Panjang buahnya dapat mencapai 15 cm dengan berat rata-rata per buah 450 g. Produktivitasnya cukup tinggi, dapat mencapai 54 kg/pohon (Anonimb, 2005). Mangga Arumanis mempunyai keunggulan apabila dibandingkan dengan mangga jenis lain. Bentuknya agak panjang dan lebar, berkulit tipis, warna hijau tua sampai hijau biru-biruan, bertotol-totol coklat keputihan dengan rasa manis yang unik menjadi keunggulannya. Nilai lebih mangga ini makin lengkap bila mencium aromanya yang khas yaitu harum bercampur manis, tidak cuma dari baunya, mangga Arumanis ini apabila masak berwarna kuning belerang, serat halus, dan berair. Kelebihan mangga Arumanis terletak pada aroma dan rasanya. Mangga Arumanis setelah dipetik dari pohon, bisa awet sampai sepuluh hari dan tidak membusuk. Hal itulah yang membedakannya dengan mangga jenis lain yang tiga hari saja warnanya menguning dan cepat membusuk. Perbedaan lainnya juga ada pada aroma. Aroma mangga Arumanis lebih menusuk. Rasa manisnya juga lebih "legit" dan dagingnya "pulen" karena seratnya sedikit dan halus (Anonim, 2005).
18
2. Pasca Panen Buah Mangga Arumanis Mutu buah mangga dapat berkurang setelah dipanen apabila tidak diambil tindakan-tindakan yang memadai untuk mengawetkan buah. (Anonima, 2002). Dikatakan bahwa di Indonesia sekitar 50% dari hasil panen musnah karena penanganan pasca-panen yang tidak memadai. Sehingga diperlukan penanganan yang baik, diantaranya : a. Pemanenan Tingkat ketuaan buah saat dipanen berpengaruh terhadap mutu dan rasa buah setelah panen. Buah yang dipanen haruslah yang sudah cukup tua tapi belum matang, sehingga perkembangan buah sudah maksimal dan buah siap memasuki periode pematangan. Buah mangga dipanen dengan tangan. Memanen mangga sangat mudah karena dengan tarikan yang lemah buah yang sudah masak akan lepas. Pemanen biasanya memanjat pohon mangga dan langsung mengambil buahnya atau menggunakan keranjang yang diikatkan pada sebatang galah panjang. Kadang-kadang diikatkan pula gunting pada galah untuk memotong tangkai buah. Bila digunakan gunting, sebuah keranjang yang diikatkan pada sebatang galah ditempatkan di bawah buah yang akan dipotong, untuk mencegah jatuhnya buah ke tanah. Tidak baik merontokkan, melempar, atau menjatuhkan buah mangga langsung ke tanah karena akan membuat tekstur buah rusak. Buah mangga yang telah dipanen tidak boleh langsung terkena sinar matahari, angin, atau hujan, baik di lapangan mapun waktu diangkut. b. Sortasi Buah hasil panen dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih untuk diseleksi (gudang). Seleksi dilakukan untuk memisahkan buah yang tidak dikehendaki, seperti buah busuk, buah muda, buah matang/lewat matang, buah cacat karena hama/penyakit, buah memar, luka atau pecah karena jatuh, dan buah berukuran/berbentuk tidak normal disingkirkan. Sortasi biasanya dilakukan dengan tangan yang dikerjakan oleh karyawan-karyawan penyortir. Pengukuran buah
19
dilakukan dengan mata, atau di perusahaan-perusahaan besar dengan menggunakan timbangan yang bekerja secara otomatis. c. Grading Buah mangga yang telah melewati tahap sortasi kemudian ditata kedalam peti berdasarkan ukuran atau grading untuk kemudian dilakukan pengemasan dan pemeraman. Macam dan kriteria grade mangga ditentukan oleh pemilik/pedagang buah ataupun permintaan pasar. Disamping itu, tidak ada standar buah mangga, yang menggolongkan mutu buah mangga ke dalam Mutu-mutu yang diinginkan. d. Pengepakan dan Pemeraman Buah yang lolos sortir kemudian dimasukkan ke dalam wadah berupa peti/kotak untuk dilakukan pemeraman sesuai dengan grade yang diinginkan oleh pedagang. Pada peti/kotak buah untuk pemeraman bagian dasar dan dinding keranjang harus dilapisi dengan kertas semen atau daun-daunan dan jerami agar tidak menyebabkan lecet pada kulit buah. Tidak dianjurkan menggunakan koran karena tintanya dapat mengotori kulit buah. Buah harus dilindungi dari sinar matahari selama dalam pengangkutan untuk menghindari kelayuan. Selain itu juga diperlukan gas etilen dari karbid, belerang, dan kunyit untuk mempercepat proses pemasakan buah dan menambah warna buah serta aroma buah. Kertas semen ternyata tidak dapat mencegah pembusukan buah akibat penyimpanan/pemeraman 3. Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam menjalankan usaha pertanian, karena pemasaran merupakan tindakan ekonomis yang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani. Produksi yang baik akan sia-sia dengan harga pasar yang rendah karena tingginya produksi tidak mutlak memberi keuntungan yang tinggi tanpa disertai dengan pemasaran yang baik dan efisien (Mubyarto, 1995).
20
Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengatur seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Jadi pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan pola jawaban industri (dalam hal ini termasuk industri di bidang pertanian) yang bersangkutan (Kotler, 1992). Menurut Swastha dan Sukotjo (2000) mendefinisikan pemasaran itu adalah sistem keseluruhan dari usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utility), guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan guna pemilikan (possesion utility). Komoditi pertanian yang sudah mengalami peningkatan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk baru dapat memenuhi kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak milik dari produsen atau lembaga pemasaran kepada konsumen (Sudiyono, 2002). Banyak definisi mengenai pemasaran, tetapi dalam pengertian ini pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari produsen ke titik konsumen (Anindita, 2004). 4. Saluran Pemasaran Saluran pemasaran merupakan jalur dari lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan meyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Penyalur ini secara aktif akan mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar barang-barang tersebut dapat dibeli konsumen (Stanton, 1993).
21
Kotler (1992), mendefinisikan saluran pemasaran merupakan saluran distribusi yang terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Saluran distribusi atau saluran pemasaran merupakan suatu alur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai. Saluran pemasaran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar, pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk atau jasa dipasarkan (Swastha dan Handoko, 1997). Dalam rangka kegiatan memperlancar arus barang/jasa dari produsen ke konsumen, maka salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah memilih secara tepat saluran pemasaran yang akan digunakan dalam rangka usaha pemasaran barang-barang/jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Yang disebut dengan saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga
pemasaran
meyalurkan/penyampaian
yang
mempunyai
barang-barang/jasa-jasa
kegiatan dari
untuk
produsen
ke
konsumen. Distributor-distributor/penyalur ini bekerja secara aktif untuk mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tetapi dalam arti agar barang-barang tersebut dapat dibeli oleh konsumen (Semito, 1993). 5. Lembaga Pemasaran Dalam hal melancarkan penyampaian dan memindahtangankan barang-barang dari produsennya ke pasar (para konsumen) peranan lembaga-lembaga pemasaran (marketing institutions) adalah besar. Yang dimaksud dengan lembaga-lembaga pemasaran yaitu segala usaha yang berkait dalam jaringan lalu lintas barang-barang di masyarakat, seperti halnya jasa-jasa yang ditawarkan oleh agen-agen atau perusahaan dagang, perbankan, perusahaan pengepakan dan peti kemas, perusahaan angkutan, usaha pertanggungan (asuransi) dan lain sebagainya (Kartasapoetra, 1992). Menurut Sudiyono (2002), lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha atau lembaga yang secara langsung terlibat didalam
22
mengalirkan barang dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran ini dapat berupa tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Lembaga-lembaga dapat didefinisikan sebagai berikut : a. Tengkulak,
yaitu
lembaga
pemasaran
yang
secara
langsung
berhubungan dengan petani, tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun dengan kontrak pembelian. b. Pedagang pengumpul, yaitu membeli komoditi pertanian dari tengkulak biasanya relatif kecil. c. Pedagang besar, yaitu melakukan proses pengumpulan komoditi dari pedagang pengumpul, juga melakukan proses distribusi ke agen penjualan ataupun pengecer. d. Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen. 6. Biaya Pemasaran Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen dalam mengelola usaha taninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya merupakan pengorbanan yang diukur untuk suatu alat tukar berupa uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dalam usahataninya. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan atau aktifitas usaha pemasaran komoditas pertanian. Biaya pemasaran komoditas pertanian meliputi biaya transportasi/biaya angkut, biaya pungutan retribusi, biaya penyusutan dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan lokasi pemasaran, lembaga pemasaran (pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan sebagainya) dan efektifitas pemasaran yang dilakukan serta macam komoditas (Rahim dan Hastuti, 2007). Seringkali komoditi pertanian yang nilainya tinggi diikuti dengan biaya pemasaran yang tinggi pula. Peraturan pemasaran di suatu daerah juga kadang-kadang berbeda satu sama lain. Begitu pula macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Makin efektif
23
pemasaran yang dilakukan, maka akan semakin kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan (Soekartawi, 1993). Istilah biaya pemasaran yang digunakan mencakup jumlah pengeluaran perusahaan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil produksinya dan jumlah pengeluaran oleh lembaga pemasaran (badan perantara) dan laba (profit) yang diterima oleh badan bersangkutan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Selanjutnya biaya pemasaran suatu macam produk biasanya diukur secara kasar dengan marjin atau spread. Marjin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. 7. Keuntungan Pemasaran Keuntungan pemasaran merupakan selisih harga di tingkat produsen produsen dan harga yang di bayarkan oleh konsumen dikurangi dengan biaya pemasaran. Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya keuntungan. Perbedaan harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 1993). Pertimbangan lain dalam menetapkan mata rantai saluran pemasaran adalah dengan jalan membandingkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Secara umum maka menggunakan mata rantai saluran pemasaran yang selalu panjang akan menimbulkan biaya-biaya yang lebih besar sehingga mendorong harga jual yang lebih tinggi, sehingga kelancaran penjualan barang-barang tersebut dapat terganggu. Hal ini dapat dimaklumi sebab setiap mata rantai menginginkan keuntungan yang layak sebagai kegiatan imbalan mereka. Untuk dapat menekan harga penjualan agar tidak terlalu tinggi maka perusahaan harus merelakan agar komisi dari mata rantai tersebut menjadi lebih kecil (Semito, 1993). Selanjutnya karena persaingan yang semakin tajam dapat mendorong harga penjualan menjadi lebih rendah. Dalam keadaan yang demikian maka tingkat keuntungan dari
24
perusahaan mempergunakan mata rantai saluran pemasaran yang sangat panjang, dapat menyebabkan harga ke konsumen menjadi sangat tinggi dan ini mengganggu kelancaran penjualan barang-barang tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut maka makin tipis keuntungan suatu perusahaan maka akan lebih cenderung menggunakan mata rantai saluran pemasaran pendek atau langsung bilamana hal ini dimungkinkan. 8. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran atau selisih harga yang dibayarkan di tingkat pengecer dengan harga yang diterima oleh produsen (petani). Dengan kata lain, marjin pemasaran menunjukkan perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Hal tersebut juga dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yang diterima oleh produsen untuk produk pertaniannya. Saluran pemasaran ditinjau sebagai satu kelompok atau satu tim operasi, maka marjin dapat dinyatakan sebagai suatu pembayaran yang diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya. Jadi, margin merupakan suatu imbalan, atau harga atas suatu hasil kerja. Apabila ditinjau sebagai pembayaran atas jasa-jasa, margin menjadi suatu elemen yang penting dalam strategi pemasaran. Konsep marjin sebagai suatu pembayaran pada penyalur mempunyai dasar logis dalam konsep tentang nilai tambah. Marjin didefinisikan sebagai perbedaan antara harga beli dengan harga jual (Swastha, 1992). Menurut Sudiyono (2002) marjin pemasaran didefinisikan dengan dua cara yaitu : a. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga, antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : M = Pr – Pf Keterangan : M : Marjin
25
Pr : Harga di tingkat konsumen Pf : Harga di tingkat produsen b. Marjin pemasaran terdiri dari komponen yang terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut : M = Bp + Kp Keterangan : M
: Marjin
Bp
: Biaya pemasaran
Kp
: Keuntungan pemasaran
9. Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran menurut Soekartawi (2002) adalah persentase antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan. Pemasaran tidak akan efisien jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Sistem pemasaran dianggap efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya murah dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut (Mubyarto, 1995). Pemasaran dianggap efisien bila memenuhi dua syarat yaitu : (1) mampu menyampaikan hasil produksi dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan (2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua
pihak
yang
terkait
dalam
kegiatan
pemasaran
tersebut
(Mubyarto, 1979). Pengukuran efisiensi pemasaran pertanian yang menggunakan perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat digunakan untuk memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah keduanya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran dapat
26
dilakukan dengan meningkatkan output pemasaran atau mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono, 2002). Menurut (Soekartawi, 1993) faktor-faktor yang dapat sebagai ukuran efisiensi pemasaran adalah sebagai berikut: a. Keuntungan pemasaran b. Harga yang diterima konsumen c. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran yang memadai untuk melancarkan transaksi jual beli barang, penyimpanan, transportasi d. Kompetisi pasar, persaingan diantara pelaku pemasaran Salah satu indikator untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah bagian yang diterima oleh petani. Komoditi yang diproduksi secara tidak efisien maka harus dijual dengan harga per unit yang tinggi sehingga komoditi yang diproduksikan secara tidak efisien menyebabkan bagian yang diterima petani menjadi kecil (Sudiyono, 2002). C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Proses pemasaran, petani membutuhkan bantuan pihak lain untuk memasarkan hasil produksinya. Untuk itulah diperlukan peranan lembaga pemasaran untuk menyalurkan hasil produksi kepada konsumen. Jejak penyaluran dari petani sampai dengan konsumen akhir disebut dengan saluran pemasaran. Bentuk saluran pemasaran dalam satu jenis komoditi bisa beranekaragam. Dalam menyampaikan barang dari produsen (petani) ke konsumen akhir, akan dibutuhkan biaya pemasaran. Menurut Soekartawi (1993), biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengepakan atau pengemasan, biaya bongkar muat (tenaga), biaya penyusutan dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran ini berbeda satu sama lain disebabkan karena macam komoditi, lokasi pemasaran dan macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Untuk menghitung besarnya biaya pemasaran dapat diperhitungkan dengan cara menjumlahkan semua biaya pemasaran dari tiap-
27
tiap lembaga pemasaran. Perhitung besarnya biaya pemasaran dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Bp = Bp1 + Bp2 +......Bpn Keterangan : Bp
: Biaya pemasaran
Bp1,Bp2...Bpn
: Biaya pemasaran tiap-tiap lembaga pemasaran
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan. Besar kecilnya keuntungan pemasaran yang diambil biasanya sesuai dengan biaya pemasaran yang telah dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Besarnya keuntungan pemasaran diperoleh dari penjumlahan keuntungan pemasaran dari tiap-tiap lembaga pemasaran. Dengan demikian keuntungan pemasaran mangga Arumanis dapat diketahui dengan jalan menjumlahkan keuntungan dari tiap-tiap lembaga pemasaran menggunakan rumus : Kp = Kp1 + Kp2 + .....+ Kpn Keterangan: Kp
: Keuntungan pemasaran
Kp1, Kp2,..Kpn
: Keuntungan tiap-tiap lembaga pemasaran
Besarnya biaya dan keuntungan akan berpengaruh pada harga di tingkat eceran. Hal ini mengakibatkan perbedaan besarnya harga yang harus dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen (petani). Perbedaan harga tersebut disebut sebagai marjin pemasaran. Marjin pemasaran dapat diperhitungkan dengan cara mencari selisih antara harga ditingkat konsumen dengan harga ditingkat produsen. Marjin pemasaran mangga dapat diperhitungkan dengan cara harga ditingkat konsumen dikurangi harga ditingkat produsen menggunakan rumus :
28
Mp = Pr – Pf Keterangan : Mp
: Marjin pemasaran
Pr
: Harga di tingkat konsumen
Pf
: Harga di tingkat produsen Marjin yang diperoleh pedagang perantara dari sejumlah biaya
pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh pedagang perantara. Marjin pemasaran buah mangga Arumanis diperoleh dari biaya pemasaran ditambah keuntungan pemasaran dengan menggunakan rumus : Mp = Bp + Kp Keterangan : Mp
: Marjin pemasaran
Bp
: Biaya pemasaran
Kp
: Keuntungan pemasaran Untuk mengukur efisiensi pemasaran secara ekonomi digunakan
persentase margin pemasaran dan farmer’s share. Persentase margin pemasaran diperoleh dari harga di tingkat konsumen dikurangi harga ditingkat produsen/petani dibagi harga di tingkat konsumen itu sendiri kemudian dikali 100%, adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan : Mp
: Marjin pemasaran
Pr
: Harga di tingkat konsumen
Pf
: Harga ditingkat produsen/ petani Menurut Sudiyono (2002), bagian yang diterima petani (Farmer’s
Share) ini sama dengan harga yang betul-betul diterima petani dibagi harga yang dibayarkan oleh konsumen dikalikan 100%. Bagian yang diterima produsen diperoleh dari 1 dikurangi margin pemasaran dibagi harga di tingkat konsumen kemudian dikalikan 100%. Secara sistematis dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :
29
Keterangan F
: Bagian yang diterima produsen
Mp
: Marjin Pemasaran
Pr
: Harga di tingkat konsumen Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran buah
mangga arumanis dianggap efisien secara ekonomis adalah tiap-tiap saluran pemasaran mempunyai nilai persentase marjin pemasaran yang rendah dan mempunyai nilai persentase bagian yang diterima petani mangga yang tinggi. Bila bagian yang diterima petani < 50% berarti belum efisien, dan bila bagian yang diterima petani > 50% maka pemasaran dikatakan efisien. Dari penjelasan diatas dapat digambarkan alur berpikir dalam pemecahan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
30
Gambar 1. Alur Berpikir Dalam Pemecahan Masalah D. Pembatasan Masalah 1. Komoditi yang dipasarkan adalah buah mangga Arumanis dari Kabupaten Magetan. 2. Kegiatan pemasaran yang diteliti adalah kegiatan pada bulan Desember tahun 2009. 3. Pemasaran buah mangga Arumanis yang diteliti disalurkan ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur.
31
4. Petani yang dimaksud adalah petani yang membudidayakan buah mangga Arumanis yang memiliki minimal 15 pohon menghasilkan. 5. Harga buah mangga yang diteliti adalah tingkat harga yang berlaku pada saat penelitian. E. Hipotesis 1. Diduga terdapat beberapa pola saluran pemasaran mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. 2. Diduga saluran pemasaran mangga Arumanis yang lebih pendek di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan secara ekonomi lebih efisien. F. Asumsi 1. Hasil produksi buah mangga dijual seluruhnya oleh petani sampel. 2. Berat buah mangga Arumanis yang dipasarkan tiap peti/kotak berukuran 50 Kg. G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Pemasaran mangga Arumanis adalah mengalirnya barang produksi khusus buah mangga Arumanis di produsen ke konsumen yang dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran. 2. Produsen adalah petani yang mengusahakan kegiatan usahatani komoditas mangga Arumanis. 3. Konsumen adalah pembeli terakhir dalam saluran pemasaran mangga Arumanis yang diperoleh dari informasi pedagang pengecer. 4. Penebas adalah orang yang membeli mangga dari petani dengan cara tebas dalam kondisi buah berada di pohon dan siap panen. 5. Pedagang pengumpul dan penebas adalah pedagang yang membeli mangga dari penebas dan petani serta mengumpulkannya kemudian dijual ke pedagang besar. 6. Harga ditingkat konsumen akhir diperoleh dengan pendekatan (proxy) informasi harga jual ditingkat pedagang pengecer.
32
7. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli dari pedagang pengumpul kemudian dijual ke agen dan pedagang pengecer. Pedagang besar selalu membeli dan menjual barang dalam partai besar. 8. Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan buah mangga Arumanis dari pedagang besar dalam kuantitas besar kemudian dijual kembali ke pedagang pengecer. 9. Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual dalam jumlah kecil atau per satuan secara langsung kepada konsumen akhir. 10. Pedagang luar kabupaten adalah pedagang yang membeli dari pedagang besar Kabupaten Magetan kemudian dijual ke konsumen akhir luar kabupaten. 11. Konsumen akhir merupakan proxy melalui wawancara dengan pedagang pengecer di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur. 12. Pendekatan (Proxy) dimana pedagang pengecer sebagai pihak ketiga yang saling berhubungan dan berfungsi sebagai perantara yaitu dengan konsumen akhir buah mangga Arumanis. 13. Lembaga pemasaran adalah badan-badan atau lembaga-lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen ke konsumen melalui proses jual beli. 14. Harga yang diterima petani produsen adalah harga mangga Arumanis pada saat terjadi jual beli yang ditentukan berdasarkan keadaan pasar pada saat terjadi transaksi dan dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg). 15. Harga yang diterima pedagang adalah harga pada saat terjadi jual beli yang ditentukan berdasarkan keadaan pasar pada saat terjadi transaksi diukur dalam rupiah perkilogram (Rp/kg). 16. Harga yang diterima konsumen adalah harga pada saat terjadi jual beli yang ditentukan kesepakatan antara penjual dan pembeli pada saat terjadi transaksi diukur dalam rupiah perkilogram (Rp/kg). 17. Sortasi adalah proses/kegiatan memisahkan buah mangga Arumanis busuk, muda, matang, memar, luka, pecah, dan bentuk yang tidak normal.
33
18. Grading atau pengkelasan mutu buah mangga Arumanis adalah upaya pengelompokan buah mangga Arumanis berdasarkan kriteria atau keberagaman ukuran dan kualitas menjadi beberapa tingkat berdasarkan perbedaan mutu. 19. Grading buah mangga Arumanis terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu : a. Mega
: 1 – 2 buah/Kg
b. Bom
: 2 – 3 buah/Kg
c. Super
: 4 – 5 buah/Kg
d. A
: 6 – 8 buah/Kg
20. Bongkar muat di tingkat pedagang pengumpul adalah kegiatan memindahkan
kotak/peti
buah
mangga
Arumanis
dari
tempat
penyimpanan ke atas truk. 21. Biaya pemasaran buah mangga Arumanis adalah semua biaya yang digunakan dalam proses pemasaran yang meliputi biaya transportasi, biaya pengepakan/pemeraman/merpak,
biaya
bongkar
muat,
biaya
pengangkutan, biaya sewa tempat atau lapak, biaya resiko, dan lain-lain yang dinyatakan dalam rupiah perkilogram (Rp/kg). 22. Keuntungan pemasaran mangga merupakan besarnya keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran/selisih harga jual dengan harga beli dan biaya pemasaran dalam rupiah perkilogram (Rp/kg). 23. Margin pemasaran mangga adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen, diukur dengan rupiah perkilogram (Rp/kg). 24. Farmer’s share adalah perbandingan antara harga yang diterima produsen dengan harga yang diterima konsumen yang dinyatakan dalam persen (%). 25. Efisiensi pemasaran adalah efisiensi ekonomi yang diukur dari besarnya marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani (Farmer’s share) dinyatakan dalam persentase (%).
34
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan data berkala (time series), dimana mempunyai ciri-ciri memusatkan diri pada pemecahan masalahmasalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad, 1994). Sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah metode Survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan
Questioner
sebagai
alat
untuk
mengumpulkan
data
(Singarimbun dan Effendy, 1995). B. Metode Pengambilan Sampel Responden 1. Pemilihan Daerah Penelitian Pemilihan daerah penelitian diambil secara sengaja (Purposive) yaitu Kabupaten Magetan. Pemilihan kecamatan sebagai sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive sampling yaitu Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan dengan pertimbangan Kecamatan Parang mempunyai produktivitas mangga Arumanis terbesar di Kabupaten Magetan, selain itu merupakan daerah sentra produksi buah mangga Arumanis karena jumlah produksi buah mangga Arumanis terbesar di Kabupaten Magetan. Hal ini didukung oleh keadaan iklim, topografi dan keadaan wilayah di Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan yang mendukung untuk sentra penanaman buah mangga Arumanis. Produksi dan Produktivitas Buah Mangga Menurut Kecamatan di Magetan 2008 tersaji dalam Tabel 3 di bawah ini :
33
Kabupaten
35
Tabel. 3. Produksi dan Produktivitas Buah Mangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Magetan 2008 No.
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Poncol Parang Lembeyan Takeran Nguntoronadi Kawedanan Magetan Ngariboyo Plaosan Sidorejo Panekan Sukomoro Bendo Maospati Karangrejo Karas Barat Kartoharjo ∑
Yang Sedang menghasilkan (Pohon/Rumpun) 5.300 354.200 21.765 63.825 9.628 1.216 48.435 14.321 64.988 31.216 36.630 651.524
Produksi (Kw)
Produktivitas (Kw/Phn)
2.650 170.016 6.747 38.295 2.888 426 19.374 6.444 23.396 10.301 11.722 292.259
0,50 0,48 0,31 0,60 0,30 0,35 0,40 0,45 0,36 0,33 0,32 0,45
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Magetan, 2009 Kecamatan yang diambil sebagai daerah penelitian adalah Kecamatan Parang dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Parang merupakan sentra produksi buah mangga Arumanis dengan produksi 170.016 kwintal, dengan jumlah pohon yang mengasilkan 354.200 pohon pada tahun 2008. 2. Penentuan Desa Sampel Kecamatan Parang terdiri dari 13 desa, penentuan desa yang akan dijadikan sampel adalah Desa Krajan, Desa Tamanarum, dan Desa Pragak. Penentuan desa sampel dilakukan berdasarkan jumlah pohon dan produksi buah mangga Arumanis terbanyak. Adapun jumlah pohon mangga, produksi dan rata-rata produksi buah mangga per desa di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
36
Tabel. 4. Jumlah Tanaman Mangga, Produksi dan Rata-rata Produksi Buah Mangga per desa di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Desa/Kelurahan Sayutan Nglopang Mategal Bungkuk Trosono Ngunut Ngaglik Parang Tamanarum Pragak Sundul Krajan Joketro ∑
Jumlah Pohon 27.224 31.124 37.245 33.214 33.216 25.227 21.141 32.242 58.271 48.426 18.712 59.134 34.224 459.400
Produksi (Kg) 408.360 622.480 744.900 498.210 664.320 378.405 317.115 644.840 874.065 968.520 280.680 1.182.680 513.360 8.415.050
Rata – Rata Produksi (Kg/Phn) 15 20 20 15 20 15 15 20 15 20 15 20 15 18,32
Sumber : Kantor Kecamatan Parang, 2009 Tiga desa yang diambil menjadi desa sampel adalah Desa Krajan, Desa Tamanarum, dan Desa Pragak. Ketiga desa ini dipilih karena memiliki jumlah pohon dan produksi buah mangga terbesar dari 13 desa di Kecamatan Parang. Desa Krajan memiliki 59.134 pohon dengan produksi buah mangganya sebesar 1.182.680 kg. Desa Tamanarum 58.271 pohon dan produksinya sebesar 874.065 kg, sedangkan Desa Pragak sebesar 968.520 kg dengan memiliki 48.426 pohon. Penurunan jumlah produksi buah mangga Arumanis (lihat tabel 3) disebabkan banyaknya penebangan pohon mangga dan peremajaan pohon. 3. Penentuan Responden (Petani sampel) Singarimbun dan Effendi (1995), data yang dianalisis harus menggunakan sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel yang tergolong mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya ≥ 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 responden petani. Pengambilan petani sampel dilakukan dengan menggunakan metode Proportional random sampling artinya pengambilan sampel dari
37
keseluruhan populasi, sesuai dengan proporsi masing-masing sub populasi, yaitu Desa Krajan, Desa Tamanarum, dan Desa Pragak dengan mempertimbangkan jumlah petani responden yang memenuhi syarat sebagai petani sampel. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 30 orang dari 3 (tiga) desa terpilih yang memenuhi syarat yaitu memiliki pohon mangga Arumanis minimal 15 pohon yang telah menghasilkan, dengan rumus : ni =
Nk ´n N
Keterangan : ni
: Jumlah sampel petani buah mangga Arumanis dari setiap kelurahan/desa.
Nk
: Jumlah petani buah mangga Arumanis desa dari tiap kelurahan/desa terpilih.
N
: Jumlah keseluruhan populasi petani buah mangga Arumanis dari desa-desa terpilih.
n
: Jumlah sampel petani buah mangga Arumanis yang dikehendaki (30 responden).
Berdasarkan penggunaan rumus diatas maka sampel petani yang membudidayakan buah mangga Arumanis tiap kelurahan atau desa yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 5. Jumlah Petani sampel (petani buah mangga Arumanis) di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. No. 1. 2. 3.
Kelurahan/Desa Krajan Tamanarum Pragak ∑
Populasi (Orang) 325 287 106 718
Jumlah petani sampel (orang) 14 12 4 30
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2009 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa di Desa Krajan diambil respondennya sebanyak 14 responden, Desa Tamanarum sebanyak 12
38
responden, sedangkan Desa Pragak pengambilan sampelnya sebanyak 4 (empat) responden. Pemilihan sampel petani dari desa terpilih dilakukan secara random (acak) dengan cara undian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Cara undian tersebut dilakukan dengan sistem pengembalian agar setiap petani mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. 4. Penentuan Lembaga Pemasaran Pengambilan responden lembaga pemasaran ditentukan dengan metode Snowball sampling yaitu dengan cara menelusuri saluran pemasaran buah mangga Arumanis yang ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan mulai dari petani sampai pada konsumen akhir berdasarkan informasi dari produsen dan pedagang. Sebagian besar konsumen buah mangga Arumanis berada diluar Kabupaten Magetan yaitu berada di Jakarta dan sekitarnya. C. Jenis dan Sumber Data yang Diperlukan Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu : 1. Data Primer Data primer diperoleh secara langsung dari responden dimana memberikan gambaran tentang karakteristik responden. Teknik yang dipergunakan adalah wawancara secara langsung kepada petani buah mangga Arumanis dengan menggunakan daftar pertanyaan (Kuisioner). 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari BPS, Dinas Pertanian, Kantor Kecamatan Parang dan Kantor Kelurahan yang diambil sebagai desa sampel.
39
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Metode Observasi Teknik observasi yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung di daerah penelitian sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai daerah penelitian. 2. Metode Wawancara Metode wawancara yaitu metode pengambilan data primer dengan melakukan wawancara langsung dengan petani sampel dan pedagang atau lembaga pemasaran menggunakan daftar pertanyaan (quisionare) yang telah dipersiapkan sebelumnya. 3. Metode Pencatatan Metode pencatatan yaitu metode pengumpulan data sekunder dan primer dengan melakukan pencatatan dari segala sumber termasuk wawancara dengan responden dan observasi dari instansi-instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. E. Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui saluran pemasaran dan lembaga pemasaran buah mangga Arumanis yang ada di Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah-masalah aktual yang ada pada masa sekarang dilapang. 2. Untuk mengetahui tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan di peroleh dengan metode Snowball sampling yaitu menelusuri lembaga/pedagang responden yang memasarkan buah mangga Arumanis dari di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan mulai dari petani sampai pada konsumen akhir yang berupa informasi dari produsen dan pedagang.
40
3. Untuk mengetahui biaya pemasaran dan marjin pemasaran di tingkat lembaga dalam saluran pemasaran digunakan alat analisis biaya dan marjin pemasaran (cost margin analysis) yaitu dengan menghitung besarnya biaya, keuntungan, dan marjin pemasaran pada tiap lembaga perantara pada berbagai saluran pemasaran. a. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan suatu komoditi dari produsen ke konsumen. Biaya pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Bp = Bp1 + Bp2 + Bp3 ……..+ Bpn Keterangan : Bp
: Biaya pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
Bp1,2,3…n : Biaya pemasaran tiap lembaga pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg). 1,2,3….n
: Jumlah lembaga pemasaran buah mangga Arumanis
b. Keuntungan Pemasaran Keuntungan pemasaran adalah penjumlahan dari keuntungan yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran. Keuntungan pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kp = Kp1 + Kp2 + Kp3 +……..+ Kpn Keterangan : Kp
: Keuntungan pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg).
Kp1 +.....+ Kpn
: Keuntungan tiap-tiap lembaga pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
c. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah selisih harga tingkat produsen dan tingkat konsumen akhir. Marjin pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
41
M = Pr – Pf Keterangan : Mp
: Marjin Pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
Pr
: Harga buah mangga Arumanis di tingkat konsumen (Rp/Kg)
Pf
: Harga buah mangga Arumanis di tingkat produsen (Rp/Kg) Marjin yang diperoleh pedagang perantara dari sejumlah biaya
pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh pedagang perantara dirumuskan sebagai berikut: Mp = Bp + Kp Keterangan : Mp
: Marjin Pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
Bp
: Biaya pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
Kp
: Keuntungan pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
d. Efisiensi Ekonomis Efisiensi ekonomis dari saluran pemasaran buah mangga Arumanis dapat dihitung dengan cara memperhitungkan persentase bagian yang diterima produsen. Persentase marjin pemasaran dari masing-masing saluran pemasaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1. Persentase Marjin Pemasaran
æ Pr - Pf ö Mp=ç ÷´100% è Pr ø Keterangan : Mp
: Marjin pemasaran buah mangga Arumanis (%)
Pr
: Harga buah mangga Arumanis di tingkat produsen (Rp/Kg)
Pf
: Harga buah mangga Arumanis di tingakat konsumen (Rp/kg) Untuk mengetahui efisiensi pemasaran secara ekonomis
dilakukan analisis marjin pemasaran dan memperhitungkan bagian
42
yang diterima oleh petani (farmer’s share) dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 2. Farmer’s share æ Mp ö F = ç1 ÷ X 100% Pr ø è
Keterangan : F
: Bagian yang diterima petani buah mangga Arumanis (%)
Mp
: Marjin Pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
Pr
: Harga buah mangga Arumanis di tingkat konsumen (Rp/Kg) Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran
buah mangga Arumanis dianggap efisien adalah tiap-tiap saluran pemasaran mempunyai nilai persentase margin pemasaran yang rendah dan mempunyai nilai persentase bagian yang diterima petani (Farmer’s Share) tinggi. Suatu usaha secara normal dikatakan bisa dilanjutkan apabila tidak mengalami kerugian atau usaha tersebut mengalami impas. Bila bagian yang diterima petani <50% berarti belum efisien, dan bila bagian yang diterima petani >50% maka pemasaran dikatakan efisien (Sudiyono, 2002).
43
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kabupaten Magetan 1. Keadaan Alam a. Letak Geografis Kabupaten Magetan merupakan kabupaten yang terletak di ujung barat Provinsi Jawa Timur. Secara Astronomis, Kabupaten Magetan terletak diantara 7° 38′ 30" lintang selatan dan 111° 20′ 30" bujur timur. Kabupaten magetan merupakan kabupaten terkecil kedua se Jawa Timur setelah Sidoharjo. Luas wilayahnya sebesar 68.884,74 Ha yang terdiri dari 18 kecamatan dengan 235 desa atau kelurahan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten magetan sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Ngawi, Kabupaten Madiun
Sebelah Selatan
: Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Ponorogo
Sebelah Barat
: Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur
: Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo
Kabupaten Magetan merupakan kabupaten yang berpotensi di bidang pertanian dan pariwisata. Letak Kabupaten Magetan yang diapit oleh kabupaten-kabupaten yang lain, memungkinkan hasil-hasil pertanian dapat dipasarkan keluar terutama buah-buahan dan sayursayuran, maka hal ini akan menguntungkan bagi petani dan pedagang dalam hal ini adalah petani dan pedagang buah mangga Arumanis untuk memasarkan hasil produksi mereka kepada konsumen luar kota atau kabupaten. b. Topografi Kabupaten Magetan sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perbukitan dengan tingkat kemiringan tanahnya rata-rata 0 – 30 %. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan tinggi, maka tidak terjadi genangan air. Kabupaten Magetan berada pada ketinggian antara 60 sampai dengan 1.660 meter diatas permukaan air laut. Hal ini
yang menjadikan Kabupaten Magetan mampu 42
44
mencanangkan penanaman buah-buahan yang tersentra. Sebagai contoh penanaman buah mangga Arumanis tersentra di Kecamatan Parang. c. Iklim Kabupaten Magetan sebagian wilayahnya adalah perbukitan yaitu dibawah lereng Gunung Lawu sebelah timur sehingga relatif lebih dingin, suhu udara berkisar antara 16 – 20° C di daerah pegunungan dan 22 – 26° C di dataran rendah. Curah hujan yang turun mencapai 1.481 – 2.345 mm pertahun di dataran tinggi dan 876 – 1.551 mm pertahun di dataran rendah. Curah hujan mempengaruhi produksi hasil pertanian, dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah produksi buah mangga Arumanis, dimana curah hujan rendah produksi melimpah sedangkan curah hujan yang tinggi produksi menurun. d. Pemanfaatan Lahan Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan wilayah. Penggunaan lahan di Kabupaten Magetan bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan wilayah di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 6. Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kabupaten Magetan Tahun 2008 Jenis Penggunaan Tanah Sawah Tegal Bangunan/pekarangan Hutan Negara Hutan Rakyat Lain-lain ∑
Luas (Ha) 28.355,98 12.884,97 15.518,77 9.196,95 383,01 2.545,06 68.884,74
Persentase (%) 41,16 18,71 22,53 13,35 0,56 3,70 100,00
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009 Lahan di Kabupaten Magetan sebagian besar dimanfaatkan untuk sektor pertanian. Lebih dari sepertiganya dimanfaatkan untuk sawah yaitu sebesar 41,16 % atau 28.355,98 ha. Urutan kedua adalah
45
bangunan dan pekarangan, yaitu sebesar 15.518,77 ha atau 22,53 %. Lahan tegalan berada di urutan ketiga yaitu sebesar 12.884,97 ha atau 18,71 %. Kabupaten Magetan memiliki hutan negara seluas 13,35 % atau 9.196,95 ha; yang ditanami mahoni, pinus, sono, keling dan jati. Pemanfaatan lahan tersempit adalah hutan rakyat seluas 0,56 % atau sebesar 383,01 ha yang ditanami tanaman serupa. Pemanfaatan lahan untuk keperluan lainnya seluas 2.545,06 ha atau 3,70 % dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Magetan. Dari data tersebut dapat diketahui jika lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman buah mangga Arumanis adalah lahan sawah, pekarangan dan tegal seluas 56.759,72 ha atau 82,40 % dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Magetan. Jenis lahan ini sangat mendukung untuk usahatani buah mangga Arumanis. Biasanya tanaman buah mangga Arumanis ditanam di areal persawahan, pekarangan dan tegalan. 2. Keadaan Penduduk a. Pertumbuhan Penduduk Penduduk merupakan sasaran dan pelaku dari pembangunan. Oleh karena itu salah satu keberhasilan pembangunan dipengaruhi oleh keadaan penduduk suatu daerah. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Magetan mengalami peningkatan dari tahun 2003 – 2007. Peningkatan jumlah penduduk dari lima tahun terakhir tidak begitu signifikan. Hal ini disebabkan jumlah penduduk yang masuk atau menetap dan menetap lebih banyak daripada penduduk yang mati atau pindah keluar Kabupaten Magetan. Jumlah penduduk di Kabupaten Magetan dari tahun 2003 hingga tahun 2007 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 di bawah ini :
46
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Magetan dari Tahun 2004 – 2008 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah Penduduk (Jiwa) 687.773 689.445 691.185 692.248 693.274
Pertumbuhan Penduduk (%) 2,4 2,5 1,5 1,5
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009 Berdasarkan Tabel 7 diatas terlihat bahwa pada tahun 2004 jumlah penduduk Kabupaten Magetan sebanyak 687.773 jiwa. Tetapi setiap tahun mengalami pertumbuhan rendah. Pada tahun 2004 sampai tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 2,4 %. Tahun 2005 sampai tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 2,5 %. Kemudian pada tahun 2006 sampai tahun 2007 naik sebesar 1,5 %. Sedangkan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 pertumbuhannya sebesar 1,5 %. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Magetan dari tahun 2004 sampai tahun 2008 rata-rata kenaikannya sebesar 1,6 %. Kenaikan jumlah penduduk ini akan berpengaruh terhadap berbagai sektor terutama sektor pertanian. Kabupaten Magetan yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani merupakan daerah yang potensial untuk usahatani dan pemasaran buah mangga Arumanis. b. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Komposisi
penduduk
menurut
jenis
kelamin
dapat
mempengaruhi besarnya tenaga kerja terutama disektor pertanian yang dibutuhkan dalam usahatani, karena besarnya tenaga yang dihasilkan antara laki-laki dan perempuan itu berbeda. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :
47
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Magetan Tahun 2004-2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Laki-laki 332.352 333.172 334.177 334.722 335.292
Jumlah penduduk (jiwa) Perempuan 355.421 356.273 357.008 357.526 357.982
Total 687.773 689.445 691.185 692.248 693.274
Sex ratio 93,51 93,52 93,60 93,62 93,66
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009 Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang terkecil terjadi pada tahun 2004 yaitu 332.352 jiwa untuk penduduk laki-laki dan 355.421 jiwa untuk penduduk perempuan. Sedangkan
jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan yang terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu 335.292 jiwa untuk penduduk laki-laki dan 357.982 jiwa untuk penduduk perempuan. Dari tahun 2003 sampai 2008 jumlah penduduk perempuan lebih banyak apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Dari tahun ketahun rasio jumlah penduduk lakilaki dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan terus meningkat. Dilihat dari nilai sex ratio yang hampir selalu mendekati 100%, ini berarti kesempatan kerja antara penduduk laki-laki dan perempuan relatif sama. c. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur Keadaan
penduduk
berdasarkan
kelompok
umur
dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Data mengenai penduduk berdasarkan kelompok umur di Kabupaten Magetan adalah sebagai berikut :
48
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Magetan Menurut Golongan Umur Tahun 2008 Kelompok Umur (Tahun) 0 – 14 15 – 64 65 + ∑ ABT
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 68.735 67.097 236.298 246.039 30.480 45.211 335.513 358.347 42 46
Jumlah (Jiwa) 135.832 482.337 75.691 693.860 44
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009 Pada Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk menurut kelompok usia produktif yaitu usia 15 – 64 tahun lebih besar daripada usia non produktif yang terdiri dari usia 0 – 14 tahun dan ≥ 65 tahun. Banyaknya penduduk usia produktif ini mendukung untuk dikembangkannya usahatani mangga Arumanis karena pada umumnya usia produktif mempunyai tenaga untuk melakukan kegiatan usahatani lebih baik daripada usia non produktif. Angka Beban Tanggungan bernilai 44 yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung 44 penduduk non produktif. d. Keadaaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Keberhasilan sektor pertanian suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian. Besarnya penyerapan tenaga kerja akan dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk, sehingga dapat menyejahteraan hidup penduduk pada wilayah tersebut. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada Tabel 10. berikut ini:
49
Tabel 10. Jumlah Penduduk di Kabupaten Magetan Menurut Mata Pencaharian Utama Tahun 2004-2008 (orang) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sektor Perekonomian Pertanian Pertambangan & galian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Konstruksi Perdagangan, Hotel Angkutan & Komunikasi Keuangan Jasa Lainnya
∑
2004 253.244
2005 260.218
Tahun 2006 264.071
2007 278.251
2008 275.060
34
40
42
44
44
34.825
34.688
35.746
35.831
35.420
534 12.467
547 12.571
532 12.516
527 12.618
522 12.472
60.692
61.673
6.176
61.770
61.062
6.532 1.643 39.453 971
5.491 1.653 40.091 980
5.561 1.689 40.930 1.089
6.506 1.758 41.326 1.015
6.432 1.738 40.852 1.000
410.39
408.94
368.35
439.65
434.60
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009 Berdasarkan Tabel 10 di atas diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Magetan bekerja di sektor pertanian. Sektor terbesar urutan kedua yang berperan dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor perdagangan, kemudian disusul oleh sektor jasa pada urutan ketiga, sektor industri urutan keempat dan urutan terakhir adalah pada sektor pertambangan dan galian. 3. Keadaan Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan dari tahun ke tahun terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan penduduk Kabupaten Magetan. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan tolak ukur kinerja perekonomian. Pertumbuhan PDRB dari tahun ke tahun setelah adanya krisis ekonomi belum menampakkan hasil yang maksimal. Hal ini nampak dari besarnya pertumbuhan ekonomi masih rendah meskipun relative positif yaitu yang ditunjukkan pada PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) tiap-tiap sektor, sehingga usaha pemulihan perekonomian Kabupaten Magetan perlu untuk ditingkatkan. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk
50
melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. Besarnya PDRB atas harga berlaku tersaji pada Tabel 11 dibawah ini : Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Magetan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 2004 - 2008 No.
Sektor Perekonomian
1. 2. 3.
Pertanian Pertambangan & galian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Konstruksi Perdagangan, Hotel Angkutan & Komunikasi Keuangan Jasa ∑
4. 5. 6. 7. 8. 9.
2006 32,83 0,70 8,11 1,11 6,36 23,86 2,57 3,76 20,70 100
PDRB (%) 2007 32,30 0,64 8,21 1,15 6,45 24,13 2,50 3,76 20,86 100
2008 31,48 0,61 8,33 1,09 6,64 24,76 2,40 3,73 20,95 100
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009 Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa PDRB didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan dan perhotelan. Dapat diketahui bahwa sumbangan sektor pertanian untuk Kabupaten Magetan masih dominan, sehingga jika sektor pertanian mengalami kenaikan secara signifikan maka dimungkinkan besaran PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), tahun 2008 menyumbang 31,48 % yang berarti meningkat 0,18 % jika dibandingkan tahun 2007. Untuk kontribusi PDRB, selain sektor pertanian dan perdagangan yang memberikan kontribusi PDRB selain kedua sektor
51
tersebut yaitu sektor jasa, industri pengolahan, kontruksi, keuangan, angkutan dan komunikasi, listrik, gas, dan air minum serta pertambangan dan galian. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, di mana dalam penghitungan ini digunakan harga tahun 2000. Besarnya PDRB atas harga konstan tersaji pada Tabel 12 dibawah ini : Tabel 12. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Magetan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2006 - 2008 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sektor Perekonomian Pertanian Pertambangan & galian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Konstruksi Perdagangan, Hotel Angkutan & Komunikasi Keuangan Jasa ∑
2006 35,88 0,59 8,17 0,93 6,02 23,74 2,04 4,17 18,46 100
PDRB (%) 2007 35,56 0,58 8,29 0,91 5,90 24,14 2,00 4,23 18,40 100
2008 35,85 0,57 8,50 0,90 5,87 24,92 2,00 4,33 18,56 100
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009 Besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat digunakan untuk mengetahui struktur perekonomian suatu daerah. Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa kegiatan perekonomian di Kabupaten Magetan ditopang oleh sembilan sektor perekonomian, antara lain sektor pertanian; sektor pertambangan dan galian; sektor industri pengolahan;
sektor
listrik,
gas,
dan
air
minum;
sektor
bangunan/konstruksi; sektor perdagangan, hotel; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan; serta sektor jasa-jasa. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Magetan dari Sembilan yang ada pada PDRB, 5 (lima) sektor menghasilkan pertumbuhan yang positif. Sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor perdagangan, perhotelan 0,78 %. Sektor pertanian mampu memberikan sumbangan
52
0,29%, sektor industry pengolahan 21%, sektor jasa sebesar 16%, dan sektor keuangan 10%. 4. Keadaan Pertanian a. Sektor Pertanian Sektor pertanian di Kabupaten Magetan ditunjang oleh lima subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Sektor pertanian menyumbang 32,48 % dari total PDRB Kabupaten Magetan. Pada subsektor tanaman pangan komoditi yang dihasilkan yaitu; padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau. Disamping tanaman pangan dengan padi sebagai bahan pangan pokok masyarakat, Kabupaten Magetan memiliki tanaman unggulan lainnya yaitu tanaman buah Mangga Arumanis dan Buah Jeruk Pamelo, serta buah-buahan lainnya. Hasil sub sektor tanaman bahan pangan tersebar di 18 kecamatan yang berada di Kabupaten Magetan. Jenis tanaman bahan pangan di Kabupaten Magetan tersaji pada Tabel 13 berikut :
53
Tabel 13. Jenis-jenis Komoditi Tanaman Pangan di Kabupaten Magetan tahun 2008 No. A.
B.
C.
Jenis Komoditi Padi dan Palawija 1. Padi 2. Jagung 3. Ubi kayu 4. Ubi jalar 5. Kacang tanah 6. Kedalai 7. Kacang hijau Sayur-Sayuran 1. Bawang putih 2. Bawang merah 3. Buncis 4. Kentang 5. Kubis 6. Sawi 7. Tomat 8. Wortel 9. Bayam 10. Cabe 11. Terong 12. Waluh 13. Bawang daun 14. Mentimun 15. Kangkung 16. Kacang Panjang 17. Melinjo Buah-Buahan 1. Nangka 2. Sirsak 3. Alpokat 4. Blimbing 5. Semangka dan Melon 6. Jambu biji 7. Manggis 8. Pepaya 9. Sukun 10. Jeruk besar 11. Jeruk keprok 12. Durian 13. Mangga 14. Pisang 15. Rambutan
Produksi (Kw) 2.140.255 849.319 1.110.678 536.221 78.614 26.758 1.035 456 56.326 9.339 54.263 140.200 56.554 7.078 51.801 514 3.463 24.163 6.165 48.355 3.947 1.449 5.660 21.382 11.655 477 26.887 354 19.594 3.306,6 44,75 21.281 643 278.623 23.438 6.998 292.259 127.006 25.888
54
16. Sawo 17. Salak
1.119 257
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009 Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat diketahui bahwa komoditi subsektor tanaman bahan pangan terbesar adalah komoditi padi dengan jumlah produksi 2.140.255 kw, produksi yang terkecil adalah komoditi kacang hijau yaitu sebesar 1.035 kw. Sedangkan untuk komoditi jenis sayur-sayuran produksi terbesar yang dihasilkan adalah kubis yaitu 140.200 kw, dan produksi terendah adalah komoditi bawang putih sebesar 456 kw. Kategori buah-buahan yang produksinya terbesar adalah buah mangga Arumanis sebesar 292.259 kw, sedangkan produksi buah terendah adalah buah manggis yaitu 44,75 kw. b. Keadaan Usahatani Buah Mangga Arumanis Sekitar tahun 1995 buah mangga Arumanis telah masuk dan mulai ditanam di lahan ataupun pekarangan masyarakat. Hal ini merupakan bentuk program penanaman pohon mangga Arumanis dari Dinas Pertanian Kabupaten Magetan. Dimana penanamannya adalah tersentra di Kecamatan Parang. Hingga saat ini Kecamatan Parang menjadi sentra produksi buah mangga Arumanis dimana produk unggulannya adalah buah mangga Arumanis yang mampu dipasarkan keluar Kabupaten Magetan diantaranya Surabaya, Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur dan sekitarnya. Akhir tahun 2009 telah diterapkan pengolahan buah mangga Arumanis yang masih dalam kondisi mentah menjadi keripik mangga. B. Keadaan Umum Kecamatan Parang Kecamatan Parang merupakan kecamatan yang terletak di bagian selatan Kabupaten Magetan dan berada pada ketinggian antar 275 sampai dengan 1.000 meter diatas permukaan laut, berjarak ± 15 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten Magetan. Luas wilayah Kecamatan Parang adalah 7.254,47 Ha yang terdiri dari 1 kelurahan dan 12 desa dengan 106 RW, 294
55
RT dan 54 lingkungan atau dusun. Kecamatan Parang merupakan penghasil produksi buah mangga Arumanis terbesar di Kabupaten Magetan. Batas wilayah Kecamatan Parang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kecamatan Ngariboyo
Sebelah Timur
: Kecamatan Lembeyan dan Kawedanan
Sebelah Selatan
: Kabupaten Ponorogo.
Sebelah Barat
: Kecamatan Poncol, Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Wonogiri.
1. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Parang Kecamatan Parang merupakan kecamatan yang memiliki potensi daerah untuk dikembangkannya usahatani mangga Arumanis. Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Parang dapat ditunjukkan pada Tabel 14 dibawah ini : Tabel 14. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008 No. 1. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Penggunaan Lahan Sawah pengairan teknis Sawah pengairan irigasi sederhana Sawah Tadah hujan Tegal/ kebun Hutan Negara Pekarangan Lainnya ∑
Luas (Ha) 1.221,00 168,00 541,44 2.655,25 703,00 1.713,83 251,95 7.254,47
Sumber : Kecamatan Parang Dalam Angka 2009 Berdasarkan Tabel 14 diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Parang paling besar dipergunakan untuk sawah pengairan teknis yaitu seluas 1.221,00 Ha. Sedangkan penggunaan lahan kedua
adalah
untuk
tegal/
kebun
seluas
2.665,25
Ha
dimana
penggunaannya adalah untuk tanaman jagung, kacang tanah, kedelai, dan terutama buah mangga Arumanis. Kondisi lahan yang cenderung berbukit, sedikit curah hujan dan kelembaban tanah yang sesuai cukup baik untuk usahatani buah mangga Arumanis. 2. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan
56
Salah satu indikator kemajuan masyarakat suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu daerah, maka bisa dikatakan semakin maju pula daerah tersebut, dimana potensi untuk mengembangkan daerah tersebut juga besar. Tingkat pendidikan disuatu daerah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaaan penduduk menurut pendidikan di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini : Tabel 15. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tingkat Pendidikan Belum/Tidak sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat P.T. ∑
Jumlah (Jiwa) 6.980 9.419 19.015 5.871 4.405 351 45.951
% 15,2 20,5 40,4 11,7 8,6 6,6 100
Sumber : Kecamatan Parang Dalam Angka 2009 Berdasarkan Tabel 15 tampak bahwa prosentase penduduk yang belum/tidak sekolah adalah sebesar 15,2 %. Penduduk yang tidak tamat tamat SD adalah sebesar 20,5 %. Penduduk yang tamat SD sebesar 40,4 % dari total jumlah penduduk, dimana jumlah ini memiliki prosentase terbesar. Prosentase penduduk di Kecamatan Parang yang hanya tamatan SD yang besar ini disebabkan karena sebagian sedang menempuh pendidikan tingkat SMP, dan masyarakat yang usia lanjut pada masa itu belum terfasilitasi untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi serta kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi sebagian penduduk, hal ini disebabkan karena alasan ekonomi yang lemah, sehingga tidak mampu mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Rendahnya tingkat penduduk tersebut akan berdampak pada pola pikir penduduk yang cenderung susah untuk menerima adanya perubahan kearah yang lebih baik serta cenderung memiliki pandangan dan pengetahuan yang sempit.
57
Salah satu contohnya adalah kesadaran dan kemampuan untuk merawat dan mengusahakan usahatani buah mangga Arumanis yang lebih baik, dimana cara perawatan pohon yang kurang maksimal sehingga berdampak pada produksi buah mangga Arumanis itu sendiri, hal ini ditunjukkan hasil produksi buah berukuran kecil, tingkat serangan hama dan penyakit meningkat.
3. Keadaan Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian Penduduk Jumlah penduduk Kecamatan parang sampai dengan Bulan Desember 2008 adalah sebanyak 46.041 jiwa, dimana terbagi atas penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22.379 jiwa, perempuan sebanyak 23.662 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 13.371 KK. Adapun jumlah penduduk menurut jenis mata pencaharian di Kecamatan Parang tersaji pada Tabel 16 dibawah ini : Tabel 16. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Mata Pencaharian Petani Buruh tani Pengusaha industri Buruh industri Pengusaha bangunan Buruh bangunan Pedagang Pengangkutan/transportasi Pegawai Negeri Sipil Pegawai swasta TNI/POLRI Pensiunan Lain-lain ∑
Jumlah (orang) 11.871 3.359 885 488 3 829 1.808 240 791 129 55 298 1.152 21.908
Sumber : Kecamatan Parang Dalam Angka 2009 Berdasarkan Tabel 16 diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Parang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 11.871 orang. Hal ini disebabkan karena luas lahan pertanian dan kemampuan penduduk untuk kepemilikan lahan pertanian cukup banyak. Sebagian besar lahan pertanian
58
penduduk dipergunakan untuk menanam padi dan palawija dan sebagian lagi adalah untuk menanam pohon buah mangga Arumanis. Mata pencaharian digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan melihat mata pencaharian yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya penduduk di Kecamatan Parang masih mengandalkan sektor pertanian. Hal ini merupakan peluang untuk lebih mengembangkan sektor pertanian termasuk tanaman hortikultura khususnya buah mangga Arumanis, dimana jumlah penduduk pada sektor ini dan luas lahan pertanian juga termasuk petani buah mangga Arumanis yang biasanya ditanam di pematang sawah, lahan-lahan kurang subur bahkan sebagian ada yang menggunakan lahan sawahnya khusus untuk buah mangga Arumanis. 4. Keadaan Pertanian Kecamatan Parang memiliki luas lahan pertanian yang cukup besar yaitu 7.254,47 Ha, dimana penggunaannya adalah untuk tanaman padi dan palawija; buah-buahan dan sayuran. Adapun produksi tanaman pangan menurut jenis tanaman bahan pangan tersaji pada Tabel 17 berikut : Tabel 17. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman Bahan Pangan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008 No. A.
B.
C.
Jenis Tanaman Padi dan Palawija 1. Padi 2. Jagung 3. Ubi kayu 4. Kacang tanah 5. Kedelai Sayur-sayuran 1. Kentang 2. Kubis 3. Bayam 4. Cabe rawit 5. Terong 6. Kangkung 7. Kacang Panjang Buah-buahan 1. Nangka
Produksi (kw) 127.231 78.394 272.828 33.054 197 160 30 226 1.026 60 685 956 1.525
59
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pepaya Jeruk besar Jeruk keprok Sirsak Mangga Pisang Rambutan Salak Sawo
3.252 3 800 89 170.016 17.436 250 240 625
Sumber : Dinas Kecamatan Parang, 2009 Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa komoditi tanaman bahan pangan kelompok jenis padi dan palawija terbesar adalah produksi Ubi kayu sebesar 272.828 kw hal ini disebabkan karena lahan sawah lebih sedikit dibandingkan dengan lahan tegalan. Kelompok sayur-sayuran produksi terbesar adalah cabe rawit yaitu 1.026 kw, sedangkan kelompok tanaman buah-buahan produksi terbesarnya adalah buah mangga Arumanis sebesar 170.016 kw dan produksi terbesar kedua adalah buah pisang sebesar 17.436 kw. Biasanya tanaman sayuran dan buah-buahan tersebut ditanam di lahan tegalan atau pekarangan. Buah mangga Arumanis merupakan salah satu komoditi buah unggulan di Kabupaten Magetan, terutama di Kecamatan Parang yang sebagian besar penduduknya mengusahakan buah mangga Arumanis. Kondisi wilayah, iklim, dan topografi Kecamatan Parang sesuai untuk penanaman buah mangga Arumanis. Syarat tumbuh dan kemampuan produksi tanaman buah mangga Arumanis baik di daerah kering. Kecamatan Parang memiliki curah hujan terbesar 636 mm/th. Tanaman buah mangga secara vegetatif lebih baik tumbuh pada wilayah yang memiliki curah hujan 1200-1500 mm/th sedangkan kemampuan produksi generatif maksimal apabila curah hujannnya < 750 mm/th. Suhu optimal yang dibutuhkan tanaman buah mangga Arumanis antara 22-27 0C pada ketinggian tempat yang baik 1250 meter dpl. Perkebunan mangga yang baik pada ketinggian 600-700 meter dpl, hal ini sesuai dengan daerah penelitian dimana Kecamatan Parang
60
berada pada ketinggian tempat 275-1000 meter dpl. Suhu berkisar antara 20-25 0C.
61
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Dalam penelitian pemasaran buah mangga Arumanis ini analisis data yang dilakukan meliputi karakteristik usahatani buah mangga Arumanis, identitas petani responden, identitas pedagang, saluran pemasaran yang ada, lembaga pemasaran, analisis biaya, keuntungan, marjin pemasaran dan efisiensi pemasaran dari buah mangga Arumanis. 1. Karakteristik Usahatani Buah Mangga Arumanis Tanaman buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan merupakan bentuk program pemerintah Kabupaten Magetan yang menjadikan Kecamatan Parang menjadi sentra penanaman buah mangga Arumanis, program ini mulai dijalankan pada tahun 1995. Tanaman buah mangga Arumanis Pohon mangga berumur 2 (dua) tahun dapat menghasilkan 5 kg buah, sedangkan pada umur 10 tahun, 100 kg buah. Hasil panen dari pohon mangga Arumanis berumur 10 tahun sebesar 170 kg/pohon. Hasil panen maksimum didapatkan setelah pohon mangga berumur lebih dari 10 tahun. Kemudian untuk 15 - 20 tahun kemudian, masih produktif, walaupun ditemukan pohon mangga yang berumur lebih dari 100 tahun yang masih produktif. Masa panen raya berkisar antara bulan Juni hingga Desember. Produktivitas tanaman buah mangga Arumanis tergantung pada kualitas bibit mangga yang ditanam, perawatan yang dilakukan yang meliputi; pemupukan, pengairan, penyemprotan bunga, pengendalian hama, bila dimungkinkan penjarangan buah, serta pemangkasan (wiwil) pasca panen yaitu dengan cara memangkas rantingranting tua. 2. Identitas Petani Responden Identitas responden merupakan gambaran secara umum dan latar belakang dalam menjalankan suatu kegiatan usahatani baik yang bersifat subsisten maupun usahatani yang sudah komersil. Dalam menjalankan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya umur dari petani itu 59
62
sendiri, tingkat pendidikan, jumlah pemilikan pohon yang diusahakan, jenis mangga yang diusahakan dan pengalaman berusahatani. a. Umur Petani Responden Usia produktif dan usia tidak produktif dapat mempengaruhi kegiatan yang dilakukan petani. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data jumlah petani responden berdasarkan umur. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelompok Umur 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 ∑
Jumlah Petani (Orang) 2 5 5 6 4 8 30
Persentase (%) 6,67 16,67 16,67 20 13,33 26,67 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa jumlah petani responden yaitu 30 orang yang semuanya masih berusia produktif. Pada responden usia produktif, 2 (dua) orang atau 6,67 % berada pada kisaran umur 35-39 tahun, 5 (lima) orang atau 16,67 % berumur antara 40-44 tahun, 5 (lima) orang atau 16,67% berumur 45-49 tahun, 6 (enam) orang atau 20 % berumur 50-54 tahun, dan 4 (empat) orang atau 13,33 % berumur 55-69 tahun, sedangkan kisaran umur 60-64 tahun lebih banyak yaitu 8 (delapan) orang. Usia petani responden termasuk dalam kelompok usia yang produktif. Dimana usia ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja petani. Dengan banyaknya petani dalam kelompok umur produktif di suatu daerah memungkinkan daerah tersebut dapat berkembang. Hal ini disebabkan petani pada umumnya lebih mudah menerima informasi dan inovasi baru serta lebih cepat mengambil keputusan dalam penerapan teknologi baru yang berhubungan dengan usahataninya. Dengan kondisi usia tersebut juga diharapkan petani mampu membaca
63
pasar dan memanfaatkan peluang untuk meningkatkan penerimaan usahataninya. b. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi petani dalam menjual mangga Arumanisnya. Semakin banyak jumlah anggota keluarga menuntut petani untuk mendapatkan uang yang lebih cepat guna memenuhi kebutuhannya. Anggota keluarga yang aktif dalam usahatani mangga Arumanis tersebut hanya dua orang yaitu bapak dan ibu sedangkan anggota keluarga yang lain hanya membantu seperlunya saja. Berikut ini merupakan jumlah anggota kelurga dari petani responden. Tabel 19. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. No. 1. 2.
Anggota Keluarga 1–4 5–8 ∑
Jumlah 10 20 30
% 33,33 66,67 100
Sumber: Analisis data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 19 bahwa jumlah anggota keluarga petani responden yang memiliki jumlah anggota terbanyak kisaran 5-8 sebanyak 20 orang atau 66,67 %. Hal ini berarti bahwa selain responden, terdapat anggota keluarga lain yang dapat diajak untuk bermusyawarah dalam pengambilan keputusan. Selain itu anggota keluarga responden tersebut dapat diikutsertakan secara aktif dalam usahatani mangga Arumanis dan pemasarannya. c. Pendidikan Petani Responden Pendidikan petani responden merupakan salah satu faktor penting menerima dan menerapkan teknologi baru disamping kemampuan dan ketrampilan petani itu sendiri. Di samping itu sangat mempengaruhi pola pikir dan pengambilan keputusan dalam pengolahan usahatani mangga dan pemasaran mangga yang dihasilkan.
64
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. No. 1. 2. 3. 4.
Tingkat Pendidikan Tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Sarjana ∑
Jumlah Petani (Orang) 22 2 3 3 30
Persentase (%) 73,33 6,67 10 10 100
Sumber : Analisis data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa sebagian besar petani responden adalah tamatan SD sebanyak 22 orang atau 73,33 %. Petani responden yang tamat SMP ada 2 (dua) orang atau 6,67 %, petani yang tamat SMA ada 3 (tiga) orang atau 10 % dan yang sarjana ada 3 orang atau 10 %. Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk keberhasilan penerapan teknologi baru pada suatu daerah yang berhubungan dengan usahatani setempat. Tingkat pendidikan formal maupun non formal sangat mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan mengenai pelaksanaan usahatani. Di Kecamatan Parang dapat dikatakan pendidikan masih rendah, ditandai dengan kesadaran untuk menuntut ilmu sebagian besar hanya tamatan SD. Pendidikan yang dimiliki diharapkan dapat menjadi modal bagi petani untuk memperhatikan keadaan pasar, harga yang terjadi dan pemilihan pedagang yang mau membeli buah mangga Arumanis dengan harga tinggi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tingkat pendidikan yang rendah ini tentu saja berpengaruh terhadap bagaimana teknik budidaya buah mangga Arumanis yang baik sehingga akan berpengaruh
terhadap
produktivitas
buah
mangga
Arumanis,
pemahaman petani responden mengenai bibit mangga yang ditanam, perawatan yang dilakukan yang meliputi; pemupukan, pengairan, penyemprotan bunga, pengendalian hama, bila mdimungkinkan penjarangan buah, serta pemangkasan (pipil) pasca panen yang belum sepenuhnya dilakukan oleh petani responden. Awal tahun 2008 telah
65
dibentuk kelompok-kelompok tani diharapkan petani dapat menyerap informasi baru sehingga dapat diaplikasikan pada usahatani buah mangganya. Akan tetapi sebagian besar petani pemilik tanaman mangga Arumanis tidak begitu aktif dalam setiap penyuluhan yang diadakan oleh ketua Gapoktan dan PPL setempat. d. Jumlah Kepemilikan Tanaman Mangga Jumlah kepemilikan tanaman mangga petani merupakan jumlah mangga
Arumanis.
Jumlah
kepemilikan
tanaman
juga
akan
berpengaruh pada hasil produksi. Dari hasil wawancara dengan petani maka pemilikan tanaman mangga Arumanis dapat dikelompokkan di bawah ini : Tabel 21. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Pemilikan Tanaman Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jumlah Pemilikan Mangga (Pohon) 18 – 27 28 – 37 38 – 47 48 – 57 58 – 67 68 – 77 78 – 87 88 – 97 ≥ 98 ∑
Jumlah Petani 5 5 5 2 5 2 3 3 30
Persentase (%) 16,67 16,67 16,67 6,67 16,67 6,67 10,00 10,00 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa jumlah kepemilikan tanaman mangga Arumanis kisaran 18-27, 28-37, 38-47, dan 58-67 pohon sebanyak 5 (lima) orang atau 16,67 %. Sedangkan petani responden yang memiliki ≥ 98 pohon adalah 3 (tiga) orang. Jumlah pemilikan pohon yang produktif atau menghasilkan menentukan besarnya pendapatan petani, semakin banyak jumlah pohon mangga Arumanis yang ditanam maka pendapatan yang diterima petani besar. Dari hasil penelitian petani responden memperoleh tingkat pendapatan yang lebih besar apabila jumlah luas pertanaman dan jumlah pohon
66
mangga Arumanis banyak. Jumlah pohon mangga Arumanis yang ditanam tergantung dari luas lahan yang dimiliki petani mangga, ratarata luas lahan yang dimiliki petani yaitu 0,37 Ha. e. Luas Lahan Usahatani Mangga Arumanis Kepemilikan lahan petani akan berpengaruh pada produksi yang dihasilkan. Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang penting. Jika jumlah produksi yang dihasilkan banyak maka akan berpengaruh juga pada penerimaan dan pendapatan petani. Berikut ini merupakan luas lahan usahatani mangga Arumanis dari petani responden. Tabel 22. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. No. 1. 2. 3.
Luas Tanam (Ha) ≤ 0,5 0,51 ≤ 1 >1 ∑
Jumlah Petani (Orang) 26 4 0 30
% 86,6 13,3 0 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2009 Luas lahan tanam akan berpengaruh pada hasil produksi. Keberadaan lahan akan mempengaruhi besar kecilnya peneriaan petani, semakin luas lahan tanamnya semakin banyak pohon mangga Arumanis yang ditanam. Pada lokasi penelitian diketahui bahwa sebagian besar petani responden atau 86,6 % memiliki luas lahan ≤ 0,5 Ha. Mayoritas petani buah mangga Arumanis didaerah penelitian adalah petani kecil karena mempunyai luas lahan ≤ 0,5 ha. Sebagian besar petani menanam pohon mangga di areal persawahan, tegalan, dan pekarangan rumah. f. Pengalaman Usahatani Mangga Arumanis Keberhasilan usahatani mangga Arumanis tidak terlepas dari pengalaman dalam berusahatani mangga Arumanis. Dari hasil wawancara maka jumlah petani berdasarkan pengalamannya, dapat dikelompokkan seperti tercantum pada Tabel 23 berikut :
67
Tabel 23. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Pengalaman Usahatani (Tahun) 5 – 11 12 – 18 ∑
No. 1. 2.
Jumlah Petani (Orang) 23 7 30
Persentase (%) 76,67 23,33 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa pengalaman petani mangga Arumanis antara 5-11 tahun adalah 23 orang atau 76,67 % . Lama pengalaman ini dipengaruhi oleh adanya program pemerintah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Magetan pada tahun 1995 yang menjadikan Kecamatan Parang sebagai sentra penanaman buah mangga Arumanis. Pengalaman tersebut menunjukkan lamanya waktu petani/produsen dalam mengusahakan mangga serta keuletan dalam budidaya dan pemasaran mangga. Semakin lama pengalaman tersebut maka keberhasilan dalam usahatani mangga akan lebih mudah dalam pengelolaan maupun dalam pemasarannya. Berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh petani buah mangga Arumanis diharapkan untuk kedepannya petani mampu lebih baik lagi dalam menjalankan usahatani
buah
mempertahankan
mangga serta
Arumanisnya, meningkatkan
sehingga produktivitas
mampu dan
pendapatannya. 3. Identitas Responden Lembaga Pemasaran Pedagang/lembaga pemasaran yang terlibat pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan adalah pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer, dan pada akhir tahun 2009 ini sedang dikembangkan pengolahan manisan dari buah mangga Arumanis yang dijalankan oleh kelompok petani. Dari petani buah mangga Arumanis menjual ke pedagang/lembaga pemasaran. Layaknya suatu pengalaman dan pola pikir yang cermat yang dalam hal ini pengalaman, umur, dan pendidikan sangat mempengaruhi keberhasilan
68
dalam berdagang. Berdasarkan hasil penelitian pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses penyampaian buah mangga Arumanis dari petani sampai ke konsumen terdapat beberapa lembaga pemasaran. Berikut ini identitas responden lembaga perantara pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, tersaji pada Tabel 24, 25, 26, 27, dan Tabel 28 berikut : a. Pedagang Penebas Pedagang penebas pada umumnya mendapatkan buah mangga Arumanis langsung dari petani dengan cara sistem tebasan dan per kilogram. Berikut ini identitas responden pedagang penebas buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan : Tabel 24. Identitas Responden Pedagang Penebas Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. No. 1.
Uraian
Status Lembaga Pemasaran Pedagang Penebas (Orang) Persentase %
Umur (Tahun) a. b. c. d. e. f.
2.
3.
32 – 36 37 – 40 41 – 44 45 – 48 49 – 52 53 – 56 ∑ Pendidikan a. Tidak Tamat SD b. Tamatan SD c. Tamatan SMP d. Tamatan SMA e. Diploma/Sarjana ∑ Pengalaman Usaha (Tahun) a. ≤ 3 b. 4 – 10 c. 11 – 17 d. 18 – 24 e. 25 – 31 ∑
Sumber : Analisis data Primer, 2009
1 0 0 1 2 2 6
16,67 0 0 16,67 33,33 33,33 100
0 2 3 1 0 6
0 33,33 50 16,67 0 100
3 3 0 0 0 6
50 50 0 0 0 100
69
Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa umur responden pedagang penebas buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 32-56 tahun. Pada umur kisaran 32-36 tahun sebanyak 1 (satu) orang atau 16,67%, begitu juga kisaran umur 45-48 tahun. Sedangkan untuk kisaran umur 49-52 tahun dan 53-56 tahun yang masing-masing sebanyak 2 (dua) orang atau 33,33%. Pada usia ini pedagang penebas masih mampu bekerja dengan baik, sehingga pedagang yang usianya masih produktif. Tingkat pendidikan responden pedagang penebas dalam pemasaran buah mangga Arumanis adalah tamatan SD sebanyak 2 orang atau 33,33%, tamatan SMP sebanyak 3 orang (50%) dan tamat SMA sebanyak 1 orang (16,57%). Tingkat pendidikan pada pedagang penebas yang mayoritas tamatan SMP mempengaruhi strategi penjualan ke Pedagang Pengumpul sehingga dalam menjalankan kegiatan penjualan buah mangga Arumanis pedagang penebas tidak melakukan Grading buah mangga Arumanis. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengalaman dan tidak mau mengelurakan biaya sortir serta waktu. Lama berusaha akan mempengaruhi pengalaman mereka dalam memasarkan buah mangga Arumanis. Lama usaha pada pedagang penebas sekitar 3–10 tahun. Semakin lama pengalaman berdagang semakin mudah bagi mereka untuk mendapatkan produksi buah mangga Arumanis hal ini disebabkan karena mereka sudah dikenal oleh produsen/petani. b. Pedagang Pengumpul Pedagang Pengumpul pada umumnya mendapatkan buah mangga Arumanis langsung dari petani dan pedagang penebas yang mengantarkan ke tempat pedagang pengumpul, selain itu pedagang pengumpul juga melakukan peran ganda yaitu melakukan pembelian buah mangga Arumanis dengan cara tebasan dan per kilogram dari
70
petani. Berikut ini identitas responden Pedagang Pengumpul buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan : Tabel 25. Identitas Responden Pedagang Pengumpul Buah Mangga Arumanis Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. No. 1.
Uraian Umur (Tahun) a. b. c. d. e. f.
2.
3.
Status Lembaga Pemasaran Pedagang Pengumpul Persentase (Orang) %
41 – 43 44 – 46 47 – 49 50 – 52 53 – 55 56 – 58 ∑
1 1 1 0 0 1 4
25 25 25 0 0 25 100
Pendidikan a. Tidak Tamat SD b. Tamatan SD c. Tamatan SMP d. Tamatan SMA e. Diploma/Sarjana
0 2 1 0 1
0 50 25 0 25
∑
4
100
Pengalaman Usaha (Tahun) a. ≤ 3 b. 4 – 10
0 3
0 75
c. 11 – 17
1
25
d. 18 – 24 e. 25 – 31
0 0
0 0
4
100
∑
Sumber : Analisis data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa umur Pedagang Pengumpul buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 41-58 tahun. Pada usia ini pedagang pengumpul masih mampu bekerja dengan baik didukung dengan fisik yang kuat serta mental dalam melaksanakan peran sebagai penyalur pemasaran buah mangga Arumanis dari petani ke konsumen. Tingkat pendidikan Pedagang Pengumpul adalah tamatan SD sebanyak 2 (dua) orang atau 50%, tamatan SMP sebanyak 1 (satu)
71
orang atau 25%, dan tamatan S1 sebanyak 1 (satu) atau 25%. Keseluruhan
responden
lembaga
pemasaran
sudah
mengikuti
pendidikan formal dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi lembaga pemasaran dalam membaca informasi pasar dan perubahan teknologi yang ada dengan proses bertahap. Perbedaan tingkat pendidikan ini mempengaruhi perlakuan buah mangga Arumanis pada saat sortasi. Lama berusaha juga akan berpengaruh terhadap pengalaman mereka dalam memasarkan buah mangga Arumanis. Lama usaha pada responden pedagang pengumpul 4-10 tahun sebanyak 3 (tiga) orang atau sebesar 75%, dan 11-17 tahun sebesar 1 (satu) atau sebesar 25%. Pengalaman
Pedagang
Pengumpul
ini
mempengaruhi
strategi
pemasaran dan perlakuan buah mangga Arumanis dari hasil pembelian atau tebasan. c. Pedagang Besar Pedagang Besar mendapatkan buah mangga Arumanis dari kiriman Pedagang Pengumpul dan volume pembeliannya besar berkisar 8 (delapan) sampai 12 ton setiap sekali transaksi. Pedagang Besar dalam penelitian ini berada di Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur. Berikut ini identitas responden Pedagang Besar buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :
72
Tabel 26. Identitas Responden Pedagang Besar Buah Mangga Arumanis Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. No. 1.
Uraian Umur (Tahun) a. b. c. d. e.
2.
3.
Status Lembaga Pemasaran Persentase Pedagang Besar (Orang) %
45 – 46 47 – 48 49 – 50 51 – 52 53 – 54 ∑
1 0 0 0 1 2
50 0 0 0 50 100
Pendidikan a. Tidak Tamat SD b. Tamatan SD c. Tamatan SMP d. Tamatan SMA e. Diploma/Sarjana
0 0 0 1 1
0 0 0 50 50
∑
2
100
Pengalaman Usaha (Tahun) a. ≤ 3 b. 4 – 10
0 0
0 0
c. 11 – 17
1
50
d. 18 – 24 e. 25 – 31
1 0
50 0
2
100
∑
Sumber : Analisis data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa umur Pedagang Besar buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 45-54 tahun. Tingkat pendidikan pedagang besar adalah tamat SMA sebanyak 1 (satu) orang (50%) dan tamat Diploma/Sarjana sebanyak 1 (satu) orang (50%). Keseluruhan responden lembaga pemasaran sudah mengikuti pendidikan formal dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Lama usaha berdagang pada responden Pedagang Besar buah mangga Arumanis yaitu berkisar antara 11-17 tahun sebanyak 1 (satu) orang (50%) dan 18-24 tahun sebanyak 1 (satu) orang (50%). Hal inilah yang mempengaruhi strategi pemasaran buah mangga Arumanis, dimana Pedagang Besar mampu membaca kondisi pasar dan persaingan harga.
73
d. Agen Agen mendapatkan buah mangga Arumanis dari Pedagang Besar dengan sistem pembayaran buka tutup. Agen dalam penelitian ini berada di Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur. Berikut ini identitas responden Agen buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan : Tabel 27. Identitas Responden Agen Buah Mangga Arumanis Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. No. 1.
Uraian Umur (Tahun) a. b. c. d.
2.
3.
Status Lembaga Pemasaran Persentase Agen (Orang) %
39 – 42 43 – 46 47 – 50 ≥ 51 ∑
2 2 4 1 9
22,22 22,.22 44,44 11,11 100
Pendidikan a. Tidak Tamat SD b. Tamatan SD c. Tamatan SMP d. Tamatan SMA e. Diploma/Sarjana
0 0 1 8 0
0 0 11,11 88,89 0
∑
9
100
Pengalaman Usaha (Tahun) a. ≤ 3 b. 4 – 10
1 5
11,11 55,56
c. 11 – 17
3
33,33
d. 18 – 24 e. 25 – 31
0 0
0 0
9
100
∑
Sumber : Analisis data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui bahwa umur Agen buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 39 - ≥51 tahun. Umur Agen buah mangga Arumanis paling banyak pada kisaran umur 47-50 tahun yaitu 4 (empat) orang atau 44,44%. Tingkat pendidikan Agen adalah tamatan SMP sebanyak 1 (satu) orang atau 11,11% dan tamatan SMA sebanyak 8 (delapan) orang atau sebesar
74
88,89%. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi strategi pemasaran dan mengakses informasi serta kondisi pasar. Keseluruhan responden lembaga pemasaran sudah mengikuti pendidikan formal dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Lama usaha berdagang pada responden Agen buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan yaitu ≤ 3 tahun sebanyak 1 satu orang atau 11,11%, antara 45 tahun sebanyak 5 (lima) orang (55,56%), dan antara 11-17 tahun sebanyak 3 orang (33,33%). Tingkat pengalaman ini mempengaruhi strategi pemasaran yang digunakan. e. Pedagang pengecer Pedagang pengecer mendapatkan buah mangga Arumanis dari Agen. Pedagang pengecer dalam penelitian ini berada di daerah Jakarta dan sekitarnya. Berikut ini identitas responden pedagang pengecer buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :
75
Tabel 28. Identitas Responden Pedagang Pengecer Buah Mangga Arumanis Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. No. 1.
2.
Uraian
Status Lembaga Pemasaran Persentase Pedagang Pengecer (Orang) %
Umur (Tahun) a. 22 – 27 b. 28 – 33 c. 34 – 39 d. 40 – 45 e. 46 – 51 f. 52 – 57 ∑ Pendidikan a. Tidak Tamat SD b. Tamatan SD c. Tamatan SMP d. Tamatan SMA e. Diploma/Sarjana ∑
3.
0 0 6 16 9 7 38
0 0 15,79 42,11 23,68 18,42 100
0 2 9 19 8
0 5,26 23,68 50 21,05
38
100
0 36 2 0 0 38
0 94,74 5,26 0 0 100
Pengalaman Usaha (Tahun) a. ≤ 3 b. 4 – 10 c. 11 – 17 d. 18 – 24 e. 25 – 31 ∑
Sumber : Analisis data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui pedagang pengecer berjumlah banyak yaitu 38 responden, hal ini dikarenakan jumlah kegiatan pemasaran buah mangga Arumanis melibatkan banyak pedagang pengecer, baik pedagang pengecer didalam Kabupaten Magetan maupun pedagang pengecer diluar Kabupaten Magetan yaitu daerah Jakarta dan sekitarnya. Umur pedagang pengecer buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 22-57 tahun. Sebagian besar pedagang pengecer berumur antara 40-45 tahun yaitu sebanyak 16 orang atau 42,11%. Tingkat pendidikan pedagang besar adalah tamatan SD sebanyak 2 (dua) orang atau 5,26%, tamatan SMP
76
sebanyak 9 (Sembilan) orang ataun 23,68%, tamatan SMA sebanyak 19 orang (50%), sedangkan tamatan Diploma/Sarjana sebanyak 8 (delapan) orang atau 21,05%. Keseluruhan responden lembaga pemasaran sudah mengikuti pendidikan formal dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Lama usaha berdagang pada responden pedagang pengecer buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan yaitu berkisar antara 4-10 tahun sebanyak 36 orang (94,74%) dan 11-17 tahun sebanyak 2 (dua) orang atau 5,26%. Tingkat pendidikan dan pengalaman berdagang ini mempengaruhi bagaimana cara memasarkan buah mangga Arumanis dan mampu mengikuti kondisi pasar. f. Konsumen Buah Mangga Arumanis Konsumen buah mangga Arumanis adalah orang-orang yang membeli buah mangga Arumanis untuk dikonsumsi sendiri. Konsumen buah mangga Arumanis diperoleh menggunakan pendekatan (proxy) dari pedagang pengecer (konsumen luar Kabupaten Magetan). Berdasarkan hasil penelitian konsumen buah mangga Arumanis dikonsumsi dalam skala rumah tangga. Biasanya volume pembeliannya dalam jumlah kecil berkisar antara 2-10 kg. Konsumen akhir buah mangga Arumanis pada saluran I dan II adalah konsumen dalam Kabupaten Magetan dan sekitarnya yaitu Ngawi, Madiun, dan Ponorogo. Sedangkan konsumen pada saluran III dan IV adalah konsumen luar Kabupaten Magetan yaitu konsumen di daerah Jakarta dan sekitarnya. g. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan parang Kabupaten Magetan Dalam rangka proses penyampaian hasil produksi dari petani sebagai produsen sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran memiliki arti penting dalam proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen. Hubungan antara produsen dan pedagang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak, produsen memerlukan jasa pedagang untuk memasarkan barang produksinya dan pedagang memerlukan produsen
77
sebagai penyedia barang dagangan. Selain itu konsumen juga memerlukan produsen dan pedagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi pemasaran serta memenuhi kebutuhan konsumen (Sudiyono, 2002). Berdasarkan hasil penelitian maka tugas dan fungsi lembaga pemasaran buah mangga Arumanis yang ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan tersaji pada Tabel 29 berikut : Tabel 29. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis Yang Ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan No. 1.
2.
3.
4.
5.
Lembaga Pemasaran Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran Pedagang Penebas - Melakukan fungsi pembelian dengan sistem tebasan dan penjualan - Melakukan fungsi pengangkutan - Melakukan fungsi pelancar yaitu penanggungan resiko rusak Pedagang Pengumpul - Melakukan fungsi pembelian dengan sistem tebasan maupun per kilogram dan penjualan - Melakukan fungsi pengepakan, pemeraman, pengangkutan dan penyimpanan sementara - Melakukan Grading pada buah mangga Arumanis - Melakukan fungsi pelancar yang meliputi penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan (konsumen dan pedagang besar) Pedagang Besar - Melakukan fungsi pembelian dan penjualan - Melakukan fungsi penyimpanan sementara - Melakukan fungsi pelancar yang meliputi penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan (Agen) Agen - Melakukan fungsi pembelian, penjulan, dan penyimpanan sementara - Melakukan fungsi pelancar yang meliputi penanggungan resiko rusak dan penyampaian informasi kepada pihak yang membutuhkan (pedagang pengecer) Pedagang Pengecer - Melakukan fungsi pembelian dan penjualan - Melakukan fungsi pengangkutan dan penyimpanan sementara - Melakukan fungsi pelancar yang meliputi penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan (konsumen)
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
78
Berdasarkan hasil penelitian pemasaran mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan lembaga pemasaran yang terlibat untuk memperlancar penyampaian mangga Arumanis dari petani sampai ke konsumen terdapat beberapa lembaga pemasaran yaitu: 1. Pedagang Penebas Pedagang penebas adalah pedagang atau orang yang melakukan pembelian mangga Arumanis yang mendatangi langsung petani dan membeli semuanya dengan menebas buah mangga Arumanis yang masih berbunga di pohon atau buah mangga Arumanis yang sudah siap dipanen. Penebas ini biasanya berasal dari desa setempat. Dalam melakukan
kegiatan
pemasaran
yaitu
hanya
pemanenan
dan
pengangkutan, serta penjualan. Penebas setelah melakukan pemanenan biasanya menjual langsung ke padagang pengumpul langganan tiap tahunnya, yang bertujuan untuk mengurangi resiko. Resiko yang ditanggung oleh penebas yaitu penyusutan berat mangga dan kehilangan. Penebas melakukan pengangkutan menggunakan alat angkut sepeda motor apabila jarak yang di tempuh dekat dari tempat pemanenan dan untuk jarak yang cukup jauh dari tempat pemanenan menggunakan Pick up dengan yang disesuaikan dengan volume pemanenan. 2. Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul di Kecamatan Parang yaitu pedagang yang membeli
mangga
dari
penebas
mangga
dan
petani
serta
mengumpulkannya kemudian dijual ke pedagang besar dan pengecer. Pedagang pengumpul biasanya pedagang yang memiliki modal kecil dan pada umumnya berjualan dekat dengan tempat tinggalnya. Pedagang pengumpul dalam pembelian mangga biasanya didatangi oleh penebas dan petani selain sebagai pengumpul. pedagang pengumpul pada umumnya juga melakukan kegiatan tebasan yaitu menebas langsung dari petani kemudian menjualnya ke pedagang besar, sedangkan untuk menjual ke pengecer biasanya pedagang
79
pengecer
yang
mendatangi
pedagang
pengumpul.
Pedagang
pengumpul ini juga melakukan pembelian, sortasi, pengGradingan, pengepakan, pemeraman dan pengangkutan. Pedagang Pengumpul melakukan pengiriman buah mangga Arumanis keluar Kabupaten Magetan yaitu daerah Jawa Barat (Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur) untuk saluran pemasaran III dan IV. Pedagang Pengumpul yang menjual ke luar kota biasanya pedagang diberi modal terlebih dahulu dari pedagang besar. 3. Pedagang Besar Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli mangga Arumanis dalam volume yang relatif banyak dan memiliki modal yang cukup besar. Biasanya pedagang besar membeli mangga Arumanis dari pedagang pengumpul secara aktif. Maksudnya pedagang besar yang memberi
informasi
bahwa mangga
Arumanis
dari
Pedagang
Pengumpul telah terjual semua dan memesan kembali untuk melakukan pengiriman ke pedagang besar. Pedagang besar ini berdomisili di luar Kabupaten Magetan yaitu Jakarta. Volume pembelian pedagang besar dalam jual beli transaksi rata-rata sebanyak 8000-12000 kg untuk tiap kali pengiriman dan tergantung dengan transaksi yang terjadi. Pedagang besar juga melakukan fungsi pemasaran yaitu pembelian, bongkar muat, resiko, dan retribusi. Setelah itu pedagang besar melakukan penjualan ke Agen. Pedagang besar memberikan nota tertulis mangga yang dibawa oleh Agen. 4. Agen Agen membeli buah mangga Arumanis dari Pedagang Besar dalam kondisi per peti/kotak. Sistem pembayaran Agen ini adalah buka tutup, maksudnya Agen melihat dahulu isi dari peti/kotak buah mangga Arumanis, apabila terjadi kecocokan barang dan harga kemudian Agen membawa buah mangga Arumanis dengan membayar kemudian setelah buah mangga Arumanis tersebut terjual semua ke
80
pedagang pengecer. Agen juga melakukan fungsi pemasaran yaitu pembelian, resiko, buka tutup, dan sewa tempat dan retribusi. 5. Pedagang Pengecer Pedagang pengecer ini membeli mangga dari Agen yang sudah masak dalam kotak jadi tidak memerlukan pemeraman. Pedagang pengecer ini biasanya mengambil keuntungan anatar 200-1000 per kilogram buah mangga Arumanis. Pedagang pengecer juga melakukan fungsi pemasaran seperti penimbangan, resiko, retribusi, dan pengangkutan. h. Saluran Pemasaran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diuraikan mengenai pola saluran pemasaran mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Pengumpulan data untuk mengetahui berbagai hasil pemasaran mangga Arumanis yang digunakan. diperoleh dengan cara penelusuran jalur pemasaran mangga Arumanis mulai dari petani sampai pada pedagang pengecer.
81
Berikut ini merupakan tipe saluran pemasaran buah mangga Arumanis yang ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :
Gambar 2. Bagan Saluran I Pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Gambar 3. Bagan Saluran II Pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Gambar 4. Bagan Saluran III Pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Gambar 5. Bagan Saluran IV Pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Jika digambarkan dalam satu kesatuan, saluran pemasaran yang digunakan produsen buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan tersaji seperti di bawah ini :
82
I
II I
I
II
I
II
Gambar 6. Saluran Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Untuk Saluran I dan II.
III
IV III
III
IV
III
IV
III
IV
III
IV
Gambar 7. Saluran Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Untuk Saluran III dan IV.
83
Berdasarkan bagan saluran pemasaran mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, melalui bebarapa saluran yaitu : a. Saluran Pemasaran I Pada saluran pemasaran I ini, petani menjual dengan cara menebaskan ke pedagang penebas. Kegiatan penjualan dengan cara pedagang penebas mendatangi petani. Biaya panen, pemetikan, dan pengangkutan ditanggung oleh pedagang penebas. Kemudian dari pedagang penebas, mangga dijual ke pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul menjualnya ke pedagang pengecer, kemudian pedagang pengecer menjual ke konsumen di pasar kabupaten. Pasar Baru Kabupaten Magetan. Pada saluran I pemasaran komoditi mangga Arumanis bertujuan untuk memenuhi permintaan dalam kota. b. Saluran Pemasaran II Pada saluran pemasaran II ini, petani menjual buah mangga Arumanis ke Pedagang Pengumpul dengan cara mengantarkan buah mangga Arumanis. Kemudian dari penebas dan pengumpul, mangga Arumanis dijual ke pedagang pengecer yang ada di tingkat Kecamatan Parang maupun Kabupaten Magetan. Pedagang pengumpul sebelum menjual buah mangga Arumanis ke pedagang pengecer terlebih dahulu melakukan kegiatan penyortiran sesuai tingkat warna kulit buah kulit buah yang bercak-bercak karena serangan hama dan penyakit dan besar kecilnya ukuran buah, untuk harga jual buah mangga Arumanis saluran I maupun saluran II disesuaikan dengan ukuran dan kondisi buah yang dijual. Semakin halus warna kulit buah dan semakin besar ukuran buah maka harga jualnyapun lebih tinggi. Kemudian dari pedagang pengecer, mangga Arumanis dijual ke konsumen ditingkat Kecamatan Parang, dan dalam Kabupaten Magetan. c. Saluran Pemasaran III Pada saluran pemasaran III, petani menjual ke pedagang penebas dengan sistem tebasan, maksudnya pedagang penebas membeli buah masih berada dipohon berdasarkan jumlah pohon
84
maupun berdasarkan volume buah mangga yang masih berada dipohon. Biaya pemetikan dan pengangkutan merupakan tanggungan pedagang penebas. Dari pedagang penebas mangga kemudian dijual ke Pedagang Pengumpul. Setelah berada di Pedagang Pengumpul, dilakukan sortasi sesuai dengan ukuran buah (Grading), pengepakan, pemeraman, dan pengangkutan. Setelah buah setengah masak dalam peti/kotak kegiatan selanjutnya adalah mengirim ke Pedagang Besar luar Kabupaten Magetan. Buah mangga Arumanis yang berada di Pedagang Besar kemudian dijual ke Agen dengan sisitem pembayaran buka tutup yaitu membayar setelah buah mangga di Agen terjual. Dari Agen kemudian dijual kembali ke pedagang pengecer, biasanya pedagang pengecer ini berdomisili di Bekasi, Karawang, dan sekitarnya, kemudian pedagang pengecer menjual buah mangga Arumanis tersebut ke konsumen. d. Saluran Pemasaran IV Pada saluran pemasaran IV, petani menjual ke Pedagang Pengumpul dimana petani mendatangi pedagang. Petani harus menaggung biaya pemetikan dan pengangkutan. Dari pedagang pengumpul melakukan sortasi sesuai dengan ukuran buah (grade), pengepakan,
pemeraman,
dan
pengangkutan,
Pemasaran
yang
dilakukan adalah mengirim buah ke Pedagang Besar yang berada diluar Kabupaten Magetan, Daerah tujuan pemasaran yaitu Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur. Pemasaran luar kota dengan volume yang cukup besar yaitu kurang lebih 8 (delapan) ton mangga/pengiriman. Dengan
alasan
untuk
mendapatkan
keuntungan
yang
besar,
mengurangi biaya pengiriman, dan untuk memenuhi permintaan konsumen luar kota. Setelah buah mangga Arumanis berada di Pedagang Besar kemudian di jual ke Agen, dari Agen dijual kembali ke pedagang pengecer, konsumen bisa membeli buah mangga ditingkat pedagang pengecer.
85
Adapun jumlah petani berdasarkan saluran pemasaran buah mangga Arumanis yang digunakan dalam mendistribusikan mangga Arumanis dapat dilihat pada Tabel 25 dibawah ini : Tabel 30. Jenis Saluran Pemasaran dan Jumlah Petani Responden di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan No. 1. 2. 3. 4.
Saluran Pemasaran Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV ∑
Jumlah Petani 3 7 6 14 30
% 10 23,33 20 46,67 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa saluran pemasaran IV merupakan saluran yang paling banyak digunakan oleh petani yaitu sebesar 14 petani responden atau 46,72 % dari 30 petani. Hal ini disebabkan petani lebih memilih menjual buah mangga Arumanis langsung ke Pedagang Pengumpul karena setiap tahunnya Pedagang Pengumpul ini sudah berlangganan, selain itu pedagang yang aktif mendatangi tegalan atau pekarangan untuk membeli buah mangga Arumanis. Sehingga petani tidak menanggung resiko selama belum dipanen dan petani lebih memilih mengalokasikan waktunya untuk kegiatan menambah penghasilan lainya, serta tidak mengeluarkan biaya yang lebih besar. Hal ini dikarenakan biaya pemanenan dan pengangkutan di tanggung Pedagang Pengumpul, maka petani mangga tidak khawatir hasil produknya tidak terjual. Saluran pemasaran I merupakan saluran yang lebih sedikit digunakan oleh petani dibandingkan saluran pemasaran II, yaitu sebesar 10 %. Saluran pemasaran I ini lebih sedikit digunakan oleh petani karena petani cenderung lebih memilih untuk menjual sendiri ke pedagang pengumpul, dan sebagian besar petani sudah berlangganan dengan Pedagang Pengumpul. Saluran pemasaran II terbesar ke 2 (dua) setelah saluran IV yaitu sebesar 23,33%. Saluran pemasaran ini hanya dilakukan sebagian petani
86
saja. Hal ini dikarenakan petani merasa enggan untuk menjual buah mangganya ke pedagang pengumpul karena harus mengelurakan biaya pengangkutan. Sedangkan saluran III yaitu sebesar 20 %. Saluran pemasaran ini menunjukkan bahwa petani petani memilih menjual buah mangga Arumanisnya kepada pedagang penebas. Hal ini dilakukan karena petani tidak mau mengelurakan biaya lagi. Sehingga yang menanggung biaya pemetikan dan pengangkutan adalah pedagang penebas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis pertama bahwa diduga terdapat beberapa saluran pemasaran buah mangga Arumanis dapat diterima. Pada saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan terdapat 4 (empat) pola saluran pemasaran. i. Biaya, Marjin dan Keuntungan Pemasaran Proses
mengalirnya
barang
dari
produsen
ke
konsumen
memerlukan suatu biaya, dengan adanya biaya pemasaran maka suatu produk akan meningkat harganya. Semakin panjang rantai pemasaran maka biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran akan semakin meningkat. Adapun besarnya biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis pada saluran I, II, III, dan IV yang digunakan oleh produsen buah mangga Arumanis tersaji pada Tabel 31, 32, 33, dan 34 berikut :
87
Tabel 31. Rata-Rata Biaya, Keuntungan Dan Margin Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Pada Saluran Pemasaran I No. 1.
Uraian
Rp/Kg
%
Petani a. Harga di Tingkat Petani
1266,67
42,22
1) Biaya Panen
0
0
2) Biaya Pengangkutan
0
0
0
0
1266,67
42,22
1266,67
42,22
1) Biaya Pemetikan
42,88
1,43
2) Biaya Pengangkutan
41,29
1,38
84,16
2,81
115,84
3,86
200
6,67
1466,67
48,89
1466,67
48,89
10
0,33
200
6,67
71,46
2,38
4) Parkir
2,49
0,08
5) Retribusi
6,22
0,21
124,4
4,15
414,57
13,82
452,1
15,07
866,67
28,89
2333,33
77,78
b. Biaya Pemasaran
Jumlah Biaya c. Harga yang di terima petani 2.
Penebas a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran
Jumlah Biaya c. Keuntungan d. Marjin Pemasaran e. Harga Jual 3.
Pedagang Pengumpul a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran 1) Sortasi 2) Pengepakan 3) Pengangkutan
6) Resiko Jumlah Biaya c. Keuntungan d. Margin Pemasaran e. Harga Jual
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
88
Lanjutan Tabel 31… 4.
Pedagang Pengecer a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran
2333,33
77,78
1) Pengangkutan 2) Parkir
208,1 8,32
6,94 0,27
8,32
0,27
104,05
3,47
41,62
1,39
370,41
12,35
c. Keuntungan
296,27
9,88
d. Margin Pemasaran
3) Retribusi 4) Resiko 5) Pengemasan Jumlah Biaya
5. 6.
666,67
22,22
e. Harga Jual
3000
100
Harga Beli Konsumen
3000
100
a. Total Biaya Pemasaran
803,14
26,77
b. Total Keuntungan
864,21
28,81
1733,34
57,78
c. Total Margin Pemasaran d. Farmer's Share
42,22
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 31 menunjukkan bahwa saluran pemasaran I pada komoditi buah mangga Arumanis, lembaga yang terkait pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Petani pada saluran ini tidak mengeluarkan biaya panen ataupun biaya pengangkutan dalam kegiatan pemasaran, hal ini disebabkan karena petani menjual buah mangga Arumanis ke pedagang penebas, sehingga baya panen dan biaya pengangkutan ditanggung oleh pedagang penebas. Harga yang diterima sebesar Rp 1266,67 per kg karena kondisi buah mangga masih berada di pohon dan tidak melakukan Grading. Pedagang penebas pada saluran I mengeluarkan biaya pemetikan (panen), dan pengangkutan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pemetikan adalah Rp 42,88 per kg, dan biaya pengangkutan sebesar Rp 41,29 per kg. Kegiatan penjualan pedagang penebas belum dalam bentuk Grading, hal ini disebabkan karena pedagang penebas tidak paham ukuran dan kriteria Grading dan menjual ke pedagang pengumpul di tingkat Kecamatan. Keuntungan yang diperoleh pedagang penebas sebesar Rp
89
115,84 per kg. Margin pemasaran yang dikeluarkan adalah Rp 200 per kg. Harga jual buah mangga Arumanis ditingkat pedagang penebas sebesar Rp 1466,67 per kg. Saluran pemasaran I pedagang pengumpul mengeluarkan biaya yaitu
biaya,
sortasi,
pemeraman/pengepakan,
Bongkar
muat,
pengangkutan, parkir, dan resiko. Biaya paling tinggi adalah biaya pemeraman/pengepakan, yaitu sebesar Rp 200 per kg. Hal ini disebabkan pedagang pengumpul melakukan pengepakan dan pemeraman dalam bentuk peti/kotak selama kurang lebih 3 (tiga) hari sambil menunggu pemasakan buah. Pedagang pengumpul dalam kegiatan penjualannya melakukan sortasi dengan tujuan memisahkan buah mangga Arumanis antara yang baik dengan yang busuk atau rusak. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan sortasi adalah Rp 10 per kg. Resiko yang ditanggung pedagang pengumpul adalah kemungkinan adanya buah mangga yang busuk atau rusak dari pembelian. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk biaya pemasaran ditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 414,1 per kg. Pedagang pengumpul mendapatkan keuntungan rata-rata Rp 452,1 per kg dari kegiatan penjualannya. Margin pemasaran sebesar Rp 886,67 per kg dan harga jual mangga ke pedagang pengecer adalah Rp 2333,33 per kg. Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah biaya pengangkutan yaitu sebesar Rp 208,1 per kg. Resiko yang ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu busuk, tidak laku di pasar, dan persaingan serta permintaan penawaran pasar. Semakin lama buah mangga Arumanis tersebut dipasarkan maka semakin besar biaya resiko yang dikeluarkan, resiko yang ditanggung pedagang pengecer sebesar Rp 104,05 per kg. Biaya retribusi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer untuk membayar keamanan dan kebersihan dan pajak di pasar, pemungutannya dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik dan kardus.
90
Pada saluran pemasaran I total biaya pemasaran buah mangga Arumanis diperoleh dari petani, penjumlahan biaya pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan biaya ditingkat pedagang pengecer. Hasil penjumlahan tersebut diperoleh total biaya pemasaran sebesar Rp 803,14 per kg. Keuntungan pemasaran juga diperoleh dari penjumlahan keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran yaitu sebesar Rp 864,21 per kg dan total margin pemasaran adalah Rp 1733,34 per kg. Farmer's Share merupakan bagian yang diterima petani atau perbandingan antara harga yang diterima petani/produsen dengan harga yang diterima konsumen. Farmer's Share pada saluran I adalah 42,22 % dan harga ditingkat konsumen Rp 3000,00 per kg. Untuk mengukur efisiensi pemasaran yaitu apabila bagian yang diterima produsen < 50% berarti pemasaran belum efisien dan bila bagian yang diterima produsen > 50% maka pemasaran dikatakan efisien. Melihat nilai Farmer's Share yang <50% maka saluran pemasaran I belum efisien secara ekonomi. Berikut ini rata-rata biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan pada saluran pemasaran II tersaji pada Tabel 32.
91
Tabel 32. Rata-Rata Biaya, Keuntungan Dan Margin Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Pada Saluran Pemasaran II No 1.
2.
3.
Uraian Petani a. Harga di Tingkat Petani b. Biaya Pemasaran 1) Biaya Panen 2) Biaya Pengangkutan Jumlah Biaya c. Harga yang di terima petani Pedagang Pengumpul a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran 1) Sortasi 2) Pengepakan 3) Pengangkutan 4) Parkir 5) Retribusi 6) Resiko Jumlah Biaya c. Keuntungan d. Margin Pemasaran e. Harga Jual
Rp/Kg 1700
%
25,07 27,5 52,57 1700
52,31 0 0,77 0,85 1,62 52,31
1700
52,31
9,39 204,35 165,55 2,82 2,82 141,22 384,94 592,22 871,43 2571,43
0,29 6,29 5,09 0,09 0,09 4,35 11,84 18,22 26,81 79,12
2571,43
79,12
96,19
2,96
3,88
0,12
Pedagang Pengecer a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran 1) Pengangkutan 2) Parkir 3) Retribusi
3,88
0,12
4) Resiko
97,08
2,99
5) Pengemasan
19,42
0,60
220,46
6,78
Jumlah Biaya c. Keuntungan
477,5
14,69
697,96
21,48
e. Harga Jual
3250
100
4.
Harga Beli Konsumen
3250
100
5.
a. Total Biaya Pemasaran
960,96
29,57
b. Total Keuntungan
1069,72
32,91
c. Total Margin Pemasaran
1569,39
48,29
d. Margin Pemasaran
d. Farmer's Share
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
52,31
92
Berdasarkan Tabel 32 menunjukkan bahwa saluran pemasaran II pada buah mangga Arumanis lembaga yang terkait yaitu petani, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Petani pada saluran ini mengeluarkan biaya panen sebesar Rp 25,07 per kg, dan biaya pengangkutan dalam kegiatan pemasaran sebesar Rp 27,5 per kg, sehingga harga yang diterima petani sebesar Rp 1700 per kg dari harga konsumen. Pada saluran pemasaran II pedagang pengumpul mengeluarkan biaya yaitu biaya sortasi, pemeraman/pengepakan, pengangkutan, parkir, retribusi, dan resiko. Biaya paling tinggi adalah biaya pengepakan, yaitu Sebesar Rp 187,7400 per kg. Hal ini disebabkan pedagang pengumpul harus melakukan pengepakan dan pemeraman dalam bentuk kotak/peti. Sedangkan biaya resiko sebesar Rp 141,22 per kg, hal ini disebabkan kemungkinan akibat adanya kebusukan buah pada saat pemeraman. Jumlah biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp 279,21 per kg. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 592,22 per kg, margin pemasarannya adalah Rp 871,43, dan harga jual buah mangga Arumanis ditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 2571,43 per kg. Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah biaya resiko sebesar Rp 97,42 per kg. Resiko yang ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu perubahan selera konsumen, busuk, tidak laku di pasar, dan persaingan serta permintaan penawaran pasar. Biaya pengangkutan yang dikeluarkan sebesar Rp 96,19 per kg, karena pedagang pengecer melakukan pengangkutan. Sedangkan untuk biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik dan kardus sebagai tempat buah mangga yang dijual ke konsumen, sehingga pengecer harus menanggung biaya pengemasan sebesar Rp 19,42 per kg. Total biaya pemasaran pada saluran pemasaran II sebesar Rp 960,96 per kg dengan keuntungan pemasaran sebesar Rp 1069,72 per kg. Besarnya biaya dan keuntungan tergantung banyaknya pedagang perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran. Berdasarkan Tabel 27 marjin pemasarannya sebesar Rp 1569,39 per kg. Besarnya nilai marjin ini
93
disebabkan oleh besarnya biaya pemasaran. Dari saluran pemasaran II memiliki marjin pemasaran yang rendah hal ini ditunjukkan dengan nilai farmer’s share sebesar 52,31%, sehingga pendapatan yang diterima petani (farmer’s share) tinggi. Untuk mengukur efisiensi pemasaran yaitu apabila bagian yang diterima produsen <50% berarti pemasaran belum efisien dan bila bagian yang diterima produsen >50% maka pemasaran dikatakan efisien. Sehingga saluran pemasaran II sudah efisien secara ekonomis. Rata-rata biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan pada saluran pemasaran III tersaji pada Tabel 33 berikut :
94
95
96
97
Berdasarkan Tabel 33 menunjukkan bahwa saluran pemasaran III buah mangga Arumanis lembaga yang terkait yaitu pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang besar, dan pengecer. Pada saluran pemasaran III ini petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, sehingga petani memperoleh pendapatan bersih dari hasil penjualan mangga tersebut. Sedangkan biaya pemasaran yang dikeluarkan penebas terdiri dari biaya pemetikan, dan biaya pengangkutan. Biaya pemasaran yang paling tinggi dikeluarkan oleh penebas yaitu biaya pengangkutan yaitu sebesar Rp 54,99 per kg. Biaya pengangkutan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan mangga sampai ke tangan pedagang pengumpul. Biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul adalah biaya sortasi, biaya pengepakan/pemeraman, bongkar muat, pengangkutan dan biaya resiko. Sortasi adalah kegiatan memilah-milah buah mangga Arumanis sesuai dengan ukurannya (grade) dan biayanya sebesar Rp 9,96 per kg. Bongkar muat adalah kegiatan memindahkan peti/kotak-kotak mangga dari tempat pemeraman ke truk pengangkutan. Biaya
pemeraman/pengepakan
yang
dikeluarkan
pedagang
pengumpul sebesar Rp 202,86 per kg, hal ini dikarenakan pedagang pengumpul harus mengeluarkan biaya pembelian peti/kotak, tenaga, kertas (bekas semen), karbit, belerang, jerami, dan lain-lain. Pada tingkat ini biaya pengangkutan yaitu Rp 519,01 per kg, hal ini disebabkan karena pedagang
pengumpul
harus
menanggung
biaya transportasi
dari
Kabupaten Magetan ke Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur. Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah biaya resiko sebesar Rp 574,97 per kg. Resiko yang ditanggung oleh pedagang pengumpul yaitu kemungkinan adanya buah mangga yang busuk atau rusak pada saat pembelian, busuk, rusak diperjalanan. Kegiatan yang dilakukan pedagang pengumpul yaitu melakukan penjualan kepada Pedagang Besar diluar Kabupaten Magetan. Biaya yang paling tinggi dikeluarkan oleh Pedagang Besar adalah biaya resiko, hal ini
98
disebabkan Pedagang Besar harus menanggung kemungkinan adanya kebusukan buah mangga apabila terlalu lama tidak terjual dan Agen tidak melakukan pembelian yang volumenya banyak. Bongkar muat adalah kegiatan menurunkan pati/kotak-kotak buah mangga dari atas truk ke lapak/kios pedagang besar, biaya yang dikeluarkan adalah Rp 92 per kg. Penataan peti merupakan kegiatan menata peti/kotak mangga sesuai dengan grade-nya. Agen dalam menjalankan kegiatan pemasarannya menanggung biaya pindah tempat sebesar Rp 64,52 per kg, biaya bongkar peti Rp 9,95 per kg, sewa tempat Rp 64,52 per kg, retribusi sebesar Rp 2,37, dan biaya resiko Rp 39,46 per kg. Biaya yang dikeluarkan terbesar adalah biaya pindah tempat dan sewa tempat, dimana Agen harus memindahkan peti/kotak-kotak buah mangga tersebut dari tempat Pedagang Besar ke lapak-lapak yang telah disewanya. Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah biaya pengangkutan sebesar Rp 168,89 per kg. Biaya pengangkutan besar disebabkan karena pedagang pengecer haraus melakukan pengakutan peti/kotak-kotak buah mangga dari Pasar Induk Kramat Jati ke kios-kios penjualannya ditempat lain seperti Bekasi, Cibubur, Ciracas. Resiko yang ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu perubahan selera konsumen, busuk, tidak laku di pasar, dan persaingan serta permintaan penawaran pasar. Sedangkan untuk biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik dan kardus sebagai tempat buah mangga yang dijual ke konsumen, sehingga pengecer harus menanggung biaya pengemasan sebesar Rp 50,67 per kg. Pada saluran pemasaran III ini, total biaya pemasaran masingmasing grade buah mangga Arumanis sebesar Rp 2329,92 per kg, hal ini dikarenakan rata-rata biaya yang dikeluarkan relatif sama besarnya. Total keuntungan pemasarannya yang paling besar adalah grade Mega yaitu sebesar Rp 3891,8 per kg, karena kecenderungan konsumen yang lebih suka mengkonsumsi buah mangga yang berukuran besar (mega). Total
99
marjin pemasaran terbesar adalah grade Mega yaitu sebesar Rp 23295,33 per kg. Saluran pemasaran III memiliki marjin lebih tinggi jika dibandingkan dengan saluran I ataupun II. Hal ini dikarenakan adanya lembaga pemasaran yang terlibat lebih banyak dan jumlah produksi mangga yang besar. Besarnya marjin mengakibatkan harga di tingkat konsumen lebih mahal, sehingga saluran pemasaran III baik grade buah mangga A, Super, Bom, maupun Grade Mega belum efisien secara ekonomis karena nilai Farmer’s Share-nya dari masing-masing grade buah < 50 %. Berikut ini rata-rata biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan pada saluran pemasaran IV tersaji pada Tabel 34.
100
101
102
103
Berdasarkan Tabel 34 menunjukkan bahwa saluran pemasaran IV pada komoditi buah mangga Arumanis Grade A, Super, Bom, dan Grade Mega. Lembaga yang terkait Pedagang pengumpul, Pedagang Besar, Agen, dan pedagang pengecer. Petani pada saluran ini mengeluarkan biaya panen dan biaya pengangkutan dalam kegiatan pemasaran, harga yang diterima petani sebesar Rp 1325 per kg dari harga konsumen karena petani dalam penjualannya tidak melakukan Grading buah, hal ini disebabkan karena petani tidak tahu kriteria dari Grading yang diinginkan oleh pedagang. Saluran pemasaran IV pedagang pengumpul mengeluarkan biaya yaitu biaya sortasi, pemeraman dan pengepakan, Bongkar muat, pengangkutan, dan resiko. Biaya paling tinggi adalah biaya resiko, yaitu sebesar Rp 440,16 per kg. Hal ini disebabkan pedagang pengumpul menanggung kemungkinan akibat permintaan dan penawaran mangga yang merosot pada waktu musim panen raya, buah mangga yang rusak pada saat pembelian dan busuk pada saat pemeraman. Biaya pengepakan dan pemeraman sebesar Rp 198,05 per kg, dimana proses pengepakan membutuhkan peti/kotak, jerami, karbit, belerang, dan kertas bekas kardus semen dan lainnya. Grade mangga dengan harga paling tinggi di tingkat konsumen adalah mangga Grade Mega, yaitu sebesar Rp 6000,00 per kg dan harga yang paling rendah di tingkat konsumen adalah mangga grade A, yaitu sebesar Rp 3000,00 per kg. Biaya pengangkutan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan mangga sampai ke tangan pedagang besar, dari keempat grade mangga menanggung biaya pengangkutan yang sama yaitu sebesar Rp 418,44 per kg. Keuntungan yang paling besar adalah grade Rp 3568,71 per kg, dan keuntungan terkecil adalah grade A yaitu sebesar Rp 650,73 per kg, perbedaan keuntungan yang berbeda ini disebabkan karena masing-masing grade mangga harus menanggung biaya pemasaran yang sama sedangkan selisih harga jualnya besar. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah dengan jalan menjual/mengirim ke Pedagang Besar di Jakarta.
104
Pedagang
Besar
dalam
pemasaran
buah
mangga
Arumanis
ini
menanggung biaya bongkar muat, retribusi, penataan peti, dan resiko. Biaya resiko merupakan biaya terbesar yang harus ditanggung Pedagang Besar, dimana dari jumlah biaya yang harus ditanggung untuk buah mangga Arumanis grade A, Super, Bom, dan Grade Mega adalah sama yaitu Rp 199,26 per kg. Harga jual ditingkat pedagang pengumpul untuk grade A yaitu Rp 3750,00 per kg, Super Rp 4800 per kg, Rp 5900 per kg untuk grade Bom, dan Grade Mega Rp 6950 per kg, sehingga keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan untuk grade A sebesar Rp 550,74 per kg, Super Rp 600,74 per kg, Bom Rp 700,74 per kg, dan grade Mega sebesar Rp 750,74 per kg. Pedagang Besar melakukan penjulan keAgen, Sub grosir menjual buah mangga Arumanis berbagai grade, dimana sub grosir harus menaggung biaya pindah tempat, bongkar peti, sewa tempat, retribusi, dan resiko. Biaya retribusi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer untuk membayar keamanan dan kebersihan dan pajak di pasar, pemungutannya dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik dan kardus. Biaya pindah tempat dan sewa tempat menjadi biaya paling besar yaitu Rp 60,27 per kg. Harga jual grade A sebesar Rp 4200, Rp 5400 per kg untuk grade Super, Grade Bom sebesar Rp 6400 per kg, dan untuk grade Mega Rp 7500 per kg, sehingga mendatangkan keuntungan yang berbeda pula tiap gradenya. Pada saluran pemasaran IV total biaya pemasaran dari empat jenis grade buah mangga Arumanis sama yaitu Rp 1677,58 per kg dari harga yang dibayarkan konsumen akhir, dengan keuntungan pemasaran sebesar Rp 1932,59 per kg untuk grade A, grade super Rp 2634,94 per kg, grade Bom Rp 4046,73 per kg, dan keuntungan grade mega sebesar Rp 5068,39 per kg. Besarnya biaya dan keuntungan tergantung banyaknya pedagang perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran. Berdasarkan Tabel 29 marjin pemasaran yang paling besar dari keempat jenis grade adalah grade
105
mega, yaitu sebesar Rp 8005,56 per kg. Besarnya nilai marjin ini disebabkan oleh besarnya biaya pemasaran dan keuntungan. Sedangkan marjin pemasaran paling kecil adalah grade A sebesar Rp 4109,8 per kg. Dari empat jenis grade buah mangga Arumanis pada saluran pemasaran IV memiliki marjin pemasaran yang tinggi sehingga pendapatan yang diterima petani (farmer’s share) rendah. Masing-masing grade buah mangga Arumanis nilai farmer’s share < 50%, hal ini untuk mengukur efisiensi pemasaran, dan hasilnya yaitu apabila bagian yang diterima produsen <50% berarti pemasaran belum efisien dan bila bagian yang diterima produsen >50% maka pemasaran dikatakan efisien, sehingga saluran pemasaran IV dikatakan belum efisien. Besarnya biaya pemasaran, keuntungan pemasaran dan marjin pemasaran tiap lembaga pemasaran beragam, hal ini dikarenakan adanya perbedaan harga jual buah mangga Arumanis, biaya yang dikeluarkan dan keuntungan tiap-tiap lembaga pemasaran tersebut. j. Efisiensi Pemasan Buah Mangga Arumanis Sistem pemasaran dianggap efisien apabila dianggap mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya wajar serta mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen. Tinggi rendahnya marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani dari harga beli di tingkat konsumen/pedagang akhir merupakan indikator dari efisiensi suatu pemasaran. Semakin rendah marjin pemasaran dan semakin besar bagian yang diterima petani, maka sistem pemasaran tersebut dikatakan efisien (Mubyarto, 1995). Untuk mengetahui efisiensi pemasaran buah mangga Arumanis secara ekonomis adalah dengan melihat marjin dan bagian yang diterima petani (Farmer’s Share) pada setiap saluran pemasaran yang ada, dapat dilihat pada Tabel 34 berikut :
106
Tabel 35. Perbandingan Total Biaya, Keuntungan, dan Total Margin Pemasaran Pada Setiap Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan No.
Saluran Pemasaran
Total Biaya (Rp/Kg) 803,14
Total Keuntungan (Rp/Kg) 864,21
Total Margin Pemasaran (Rp/Kg) 1733,34
960,96
1069,72
1583,96
52,31
a. Grade A
2326,66
1961,04
4284,62
26,67
b. Grade Super
2326,66
2256,66
9664,15
22,22
c. Grade Bom
2326,66
3340
18259,15
19,04
d. Grade Mega
2326,66
3891,8
21962
14,69
a. Grade A
1677,58
1932,59
2784,8
26,5
b. Grade Super
1677,58
2634,94
4876,15
22,08
c. Grade Bom
1677,58
4046,73
5658,89
18,93
d. Grade Mega
1677,58
5068,39
6680,56
16,56
1.
Saluran I
2.
Saluran II
3.
Saluran III
4.
Farmer's Share 42,22
Saluran IV
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 35, dapat diketahui bahwa saluran pemasaran III memiliki margin pemasaran yang paling tinggi dibandingkan saluran pemasaran yang lain, ditunjukkan margin pemasaran pada grade Bom sebesar Rp 18259,15 per kg. Hal ini disebabkan karena pada saluran pemasaran III lembaga pemasaran yang terlibat lebih banyak dan biaya yang dikeluarkan juga semakin tinggi dibandingkan dengan lembaga pemasaran yang lain. Berdasarkan tinggi dan rendahnya marjin pemasaran maka saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang efisien di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Hal ini dikarenakan lembaga yang terlibat sedikit yaitu petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen dalam Kabupaten Magetan. Nilai farmer’s share saluran pemasaran II lebih tinggi dibadingkan dengan saluran yang lain dimana besarnya 52,31% dibandingkan saluran yang lain, karena pada saluran pemasaran II lembaga yang berperan lebih sedikit. Saluran pemasaran mangga II di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan merupakan saluran yang paling efisien secara ekonomis. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 30 bahwa pada saluran pemasaran II total margin
107
pemasaran sebesar Rp 1583,96 per kg yang jauh lebih kecil dari total margin pemasaran saluran I, III, dan IV disebabkan karena perbedaan biaya yang dikeluarkan dan tingkat keuntungan. Saluran pemasaran buah mangga Arumanis III di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan merupakan saluran pemasaran paling banyak digunakan oleh petani responden yaitu sebanyak 15 responden. Saluran ini mempunyai nilai farmer’s share paling rendah dibandingkan dengan saluran pemasaran yang lain. Hal ini disebabkan karena lembaga pemasaran yang terkait pada saluran ini lebih banyak/panjang, yaitu perdagang penebas, pedagang pengumpul, Pedagang Besar, Agen, dan pedagang pengecer. B. Pembahasan 1. Saluran dan Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis Pemasaran pada prinsinya merupakan proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen. Pola saluran pemasaran seperti fungsi pertukaran, fungsi pengadaan barang secara fisik dapat berjalan dengan baik. Pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam siklus produksi. Produksi yang baik akan sia-sia karena harga pasar yang rendah, Oleh karena itu, tingginya produksi tidak mutlak memberikan keuntungan yang tinggi tanpa disertai pemasaran yang baik. Dalam memasarkan komoditi pertanian memerlukan keberadaan lembaga pemasaran yang membantu menyalurkan barang. Dengan adanya lembaga pemasaran, produsen dapat menjual hasil produksinya kepada konsumen, dan konsumen bisa mendapatkan barang-barang kebutuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan suatu lembaga pemasaran sangatlah penting. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat 4 (empat) tipe saluran pemasaran yang digunakan oleh petani buah mangga Arumanis. Dalam
kegiatan pemasaran petani ada yang
menjual pada pedagang penebas yang kemudian pedagang penebas
108
tersebut menjualnya kepedagang pengumpul, ada juga yang langsung menjual ke pedagang pengumpul yang kemudian dijual ke pedagang pengecer untuk saluran pemasaran I dan II. Selain itu pada saluran III dan IV petani yang menjual pada pedagang penebas, dan atau langsung ke pedagang pengumpul yang kemudian dijual ke pedagang besar, kegiatan ini berlanjut sampai ke konsumen melalui lembaga pemasaran agen dan pengecer yang berada pada di luar Kabupaten Magetan, yaitu Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur dan sekitarnya. Pada saluran pemasaran I merupakan saluran yang paling sedikit digunakan oleh petani buah mangga Arumanis yaitu sebanyak 3 (tiga) orang dari 30 responden. Petani menjual buah mangga Arumanisnya ke pedagang penebas dimana buah mangga masih berada dipohon. Terdapat dua sistem pembelian pada pemasaran buah mangga Arumanis ini yaitu dengan cara tebasan dimana buah mangga Arumanis masih berada dipohon sehingga pedagang penebas memetik sendiri buah mangga Arumanis ataupun dengan cara menjual per kilogram yaitu pedagang penebas memetik buah mangga Arumanis yang masih berada dipohon kemudian harga disesuaikan berdasarkan hasil penimbangan (Rp/Kg). Kemudian Pedagang penebas menjual kembali pada pedagang pengumpul ditingkat kecamatan, kemudian Pedagang Pengumpul menjual buah mangga Arumanis yang sudah dalam peti ke pedagang pengecer, dimana pedagang pengecer mendatangi kios Pedagang Pengumpul. Saluran pemasaran II digunakan oleh petani responden dalam memasarkan buah mangga Arumanis sebanyak 7 (tujuh) orang. Dalam saluran ini, buah mangga Arumanis petani menjual langsung ke pedagang pengumpul dengan cara pembelian per kilogram dimana petani langsung mendatangi Pedagang Pengumpul. Dari Pedagang Pengumpul tersebut kemudian menjualnya pada pedagang pengecer yang ada pada lingkup Kabupaten Magetan dan sekitarnya yaitu Ngawi, Madiun, dan Ponorogo. Alasan mengapa sebagian petani menjual buah mangga Arumanis secara tebasan adalah agar petani tidak menanggung resiko yang tinggi
109
bila hasil panen tidak baik, tidak mengeluarkan biaya karena biaya panen ditanggung pedagang penebas dan Pedagang Pengumpul. Sedangkan penjualan dilakukan secara per kilogram petani mempunyai alasan bahwa mereka mengetahui hasil secara transparan (untung atau rugi) dari hasil bertani buah mangga tersebut, mengetahui hasil yang sebenarnya dari usahatani buah mangga Arumanis yang mereka usahakan. 2. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Berdasarkan hasil penelitian maka tugas dan fungsi lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan antara lain melakukan penjualan dan pembelian. Fungsi penjualan dilakukan pedagang penebas, pedagang pengumpul, Pedagang Besar, Agen, dan pedagang pengecer. Fungsi penjualan merupakan faktor penting dalam menentukan berapa besar keuntungan pemasaran yang diperoleh. Sedangkan fungsi pembelian dilakukan oleh pedagang penebas, pengumpul, Pedagang Besar, agen, dan pedagang pengecer. Fungsi pembelian merupakan faktor penentu harga jual selanjutnya oleh pedagang. Semakin kecil harga pembelian maka semakin besar keuntungan yang ingin diperoleh. Hasil penelitian Agen membeli buah mangga Arumanis kepada Pedagang Besar dengan sistem buka tutup dengan kesepakatan harga buah mangga Arumanis tiap-tiap grade per peti, maksudnya Agen membuka peti buah untuk melihat kondisi buah mangga Arumanis, sedangkan sistem pembayarannya adalah tempo, setelah buah mangga Arumanis terjual semua ke pedagang pengecer baru dilakukan pembayaran ke Pedagang Besar. Proses pengangkutan/transportasi merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam proses pemasaran buah mangga Arumanis. Fungsi pengangkutan ini dilakukan sebagian petani responden, pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Fungsi pengangkutan dilakukan untuk menyampaikan hasil produksi dari produsen ke konsumen. Pada proses penyampaian buah mangga Arumanis dari
110
produsen
ke
konsumen,
pedagang
pengumpul
melakukan
pemeraman/pengepakan dalam bentuk peti/kotak untuk mengurangi kerusakan buah mangga Arumanis. Selain itu pedagang penebas, Pedagang pengumpul, Pedagang Besar, dan Agen melakukan fungsi penyampaian informasi kepada pihak yang membutuhkan. Pihak yang membutuhkan informasi dalam hal ini adalah petani serta masing-masing lembaga pemasaran yaitu Pedagang penebas, Pedagang pengumpul, Pedagang Besar, dan Agen dan konsumen akhir yang membeli buah mangga Arumanis. Informasi yang disampaikan mengenai perkembangan harga dan kualitas buah mangga Arumanis dari tingkat petani sampai tingkat konsumen. 3. Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran Buah Mangga Arumanis Proses pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, besarnya biaya yang dikeluarkan produsen dan setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran berbeda-beda. Besarnya biaya pemasaran sangat dipengaruhi oleh kegiatan petani didalam menjual buah mangga Arumanis dan setiap saluran pemasaran buah mangga Arumanis dan lembaga pemasaran tersebut. Hasil analisis menunjukan bahwa keempat saluran pemasaran menunjukan bahwa saluran III saluran pemasaran yang paling banyak mengeluarkan biaya pemasaran, Pada saluran pemasaran ini besarnya biaya pemasaran adalah Rp 2326,66 per Kg dan tiap-tiap Grading buah adalah sama, karena tidak ada perlakuan berbeda dari masing-masing grading, sehingga besarnya biaya dibebankan sama untuk tiap gradingnya. Keuntungan merupakan balas jasa yang diterima oleh lembaga pemasaran atas kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyampaikan produk-produk sampai pada konsumen akhir. Dalam pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan keuntungan yang diterima oleh produsen dan lembaga pemasaran berbeda-beda, Keuntungan diperoleh dari selisih margin pemasaran dan biaya pemasaran.
111
4. Efisiensi Pemasaran Buah Mangga Arumanis Saluran pemasaran dianggap efisien apabila masing-masing saluran pemasaran mempunyai nilai persentase pemasaran yang rendah dan nilai Farmer’s Share yang tinggi. Farmer’s Share pada saluran I sebesar 42,22%, saluran II sebesar 52,31%, pada saluran III dan IV terdapat Grading yang nilai Farmer’s Share berbeda-beda, akan tetapi dari masingmasing Grading tersebut nilai Farmer’s Share rendah yaitu <50%. Berdasarkan tinggi rendahnya margin pemasaran dan Farmer’s Share maka saluran pemasaran II merupakan saluran yang paling efisien secara ekonomis dibandingkan dengan saluran pemasaran I,III, dan IV. Hal ini disebabkan karena pada saluran II lembaga yang terlibat dalam pemasaran sedikit, Sedangkan pada saluran III dan IV melibatkan banyak lembaga pemasaran lebih dari satu yaitu pedagang penebas, Pedagang pengumpul, Pedagang Besar, Agen, dan pedagang pengecer. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa petani, pedagang penebas, dan pedagang pengumpul pada saluran I dan II dalam pembelian dan penjualannya belum melakukan Grading buah mangga Arumanis karena konsumen dalam Kabupaten Magetan belum mengenal Grading buah yang dibelinya. Pada saluran III dan IV petani dan pedagang penebas juga belum melakukan Grading buah, hal ini disebabkan karena petani maupun pedagang penebas tidak cukup tahu kriteria Grading yang diinginkan oleh pedagang pengumpul. Sehingga kegiatan Grading hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul, hal ini merupakan strategi pemasaran yang akan memberikan keuntungan yang lebih tinggi dan kualitas buah mangga Arumanis yang dipasarkan. Tiap-tiap saluran pemasaran sebetulnya semuanya menguntungkan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa saluran pemasaran II nilai Farmer’s Share sebesar 52,31%, sedangkan besarnya margin pemasaran total Rp 1569,39 per kilogram atau 48,29%, secara ekonomis saluran II efisien daripada saluran pemasaran I, III, dan IV. Hal ini disebabkan semakin rendah marjin pemasaran atau semakin tinggi bagian yang
112
diterima petani, semakin pendek saluran pemasaran maka saluran pemasaran semakin efisien. Lembaga yang berperan pada saluran pemasaran II adalah petani, pedagang penebas, Pedagang Pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen. Kendala-kendala yang dihadapi petani dalam pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan dalam rangka penyampaian barang dari produsen ke konsumen di daerah penelitian yaitu : a. Petani dalam menjual buah mangga Arumanisnya kurang mau mencari informasi harus kemana menjual untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi serta tidak mau melakukan peng-grading-an buah mangga Arumanis. b.
Merosotnya harga buah mangga Arumanis pada saat panen raya dan musim penghujan, bagi petani yang memiliki buah mangga Arumanis yang mempunyai kualitas yang rendah, misalnya fisik yang kurang menarik biasanya pada kulit buah timbul bercak-bercak hitam dan berukuran kecil. Dalam hal ini tentunya tidak menguntungkan bagi petani.
c. Kerusakan diakibat masaknya buah mangga Arumanis yang tidak seragam dalam perjalanan dan sebagian peti rusak, keadaan ini disebabkan buah mangga Arumanis akan dipasarkan untuk jarak jauh, dan belum adanya sistem pengepakan yang baik sehingga buah mangga menjadi mudah rusak, dimana bahan kayu pembuatan peti kurang kuat.
113
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan mengenai Analisis Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kabupaten Magetan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Saluran pemasaran buah mangga Arumanis yang digunakan petani di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan terdapat 4 (empat) saluran pemasaran, yaitu : a. Saluran Pemasaran I : Petani → Pedagang Penebas → Pedagang Pengumpul → Pedagang pengecer → Konsumen Kabupaten Magetan b. Saluran Pemasaran II : Petani → Pedagang Pengumpul → Pedagang Pengecer → Konsumen Kabupaten Magetan c. Saluran Pemasaran III : Petani → Pedagang Penebas → Pedagang Pengumpul → Pedagang Besar Luar Kabupaten Magetan → Agen → Pedagang Pengecer → Konsumen Luar Kabupaten Magetan d. Saluran Pemasaran IV : Petani → Pedagang Pengumpul → Pedagang Besar Luar Kabupaten Magetan → Agen → Pedagang Pengecer → Konsumen Luar Kabupaten Magetan 2. Tugas dan fungsi lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan adalah sebagai berikut : a. Pedagang Penebas : melakukan pembelian dari petani dan penjulan kepada pedagang pengumpul. Selain itu pedagang penebas melakukan fungsi pengangkutan, penjualan, dan penyampaian informasi kepada pihak yang membutuhkan (petani dan pedagang pengumpul). b. Pedagang pengumpul : melakukan fungsi pembelian dan penjualan, Pengepakan dan pemeraman, pengangkutan dan penyimpanan 111
114
sementara, melakukan grading pada buah mangga Arumanis (saluran III dan IV), dan melakukan fungsi pelancar yang meliputi penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan (konsumen dan pedagang besar). c. Pedagang besar : melakukan fungsi pembelian dan penjualan, penyimpanan sementara, serta melakukan fungsi pelancar yang meliputi penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan (Agen). d. Agen : melakukan fungsi pembelian, penjulan, dan penyimpanan sementara,
serta
melakukan
fungsi
pelancar
yang
meliputi
penanggungan resiko rusak dan penyampaian informasi kepada pihak yang membutuhkan (pedagang pengecer). e. Pedagang pengecer : melakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan dan penyimpanan sementara, serta melakukan fungsi pelancar
yang
menyampaikan
meliputi informasi
penanggungan
resiko
kepada
yang
pihak
rusak,
dan
membutuhkan
(konsumen). 3. Saluran pemasaran I mengelurkan total biaya pemasaran sebesar Rp 803,14 per kg, margin pemasaran Rp 1733,34 per kg, dan keuntungan pemasaran sebesar Rp 864,31 per kg. Pada saluran II besarnya total biaya pemasaran sebesar Rp 960,96 per kg, margin pemasarannya sebesar Rp 1583,96 per kg, dengan keuntungannya sebesar Rp 1069,72 per kg. Saluran III terdapat 4 (empat) grading, grading buah pada saluran III dan IV mengeluarkan total biaya pemasaran yang sama. Pada saluran III total biaya pemasarannya sebesar Rp 2326,66 per kg, margin pemasaran empat grade berbeda, sehingga keuntungannyapun berbeda tiap grade-nya. Saluran IV mengeluarkan biaya pemasaran yang sama tiap grade-nya yaitu sebesar Rp 1677,58 per kg, akan tetapi besarnya margin pemasaran dan keuntungan yang berbeda pula. 4. Dilihat dari efisiensi secara ekonomis dari keempat saluran pemasaran yang ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan maka saluran
115
pemasaran II adalah saluran pemasaran yang paling efisien secara ekonomis karena nilai Farmer’s Share-nya tertinggi apabila dibandingkan dengan saluran yang lain dimana nilainya >50% yaitu 52,31%. Hal ini disebabkan karena lembaga pemasaran yang berperan dalam proses pemasaran lebih sedikit. B. Saran Masalah yang muncul pada saat penelitian adalah petani cenderung tidak mau menjual sendiri ke Pedagang pengumpul dan tidak mau mencari informasi harga buah mangga Arumanis, serta grading tidak dilakukan oleh petani tetapi dimulai ditingkat Pedagang pengumpul, peti/kotak yang digunakan untuk pengemasan kurang kuat. Berdasarkan permasalah inilah maka dapat disarankan : 1. Untuk meningkatkan pendapatan, diharapkan petani mampu dan mau mencari informasi kepada Pedagang Pengumpul terkait peng-grading-an buah dan petani melakukan penjualan produksinya dalam bentuk grading sehingga penerimaan ditingkat petani lebih tinggi. 2. Banyaknya saluran pemasaran buah mangga Arumanis, sebaiknya petani lebih jeli dalam memilih pedagang pemasaran buah mangga Arumanis dengan cara mencari informasi pasar meliputi harga buah mangga per kg, dan mencari pedagang yang membeli harga lebih tinggi sehingga petani mendapatkan harga yang tinggi serta mendapatkan keuntungan yang besar. 3. Pedagang pengumpul hendaknya membuat peti/kotak sendiri berbahan kayu yang lebih kuat (Lamtoro, Asem, Jati) sehingga peti/kotak yang dipakai lebih kuat.
116
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1996. Budidaya Tanaman Mangga. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Anandita, R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya. Anonima. 2002. Penanganan Pasca Panen Mangga. No. 24/1 Mei 2002. Panduan 06-TP2002. Diakses dari http://agribisnis.deptan.go.id. Pada 03 Juni 2010. b
. 2005. Mangga Arumanis 143. Diakses dari http://www.wikipedia.go.id. Pada 15 Desember 2009. Arifin, B, A., Hudoyo., dan A. Amron. 1997. Pengembangan Pemasaran BuahBuahan Indonesia. Jurnal sosio ekonomika. Vol 3 No 6 Desember 1997. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. BPS. 2008. Kabupaten Magetan Dalam Angka 2008. BPS Kabupaten Magetan. Magetan. ____. 2009. Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009. BPS Kabupaten Magetan. Magetan. ____. 2008. Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan Dalam Angka 2008. BPS Kabupaten Magetan. Magetan. ____. 2009. Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009. BPS Kabupaten Magetan. Magetan. Chomchalow, N., Somsri, S., dan Na Songkhla, P. 2008. Pemasaran dan Ekspor Buah-Buahan Tropis Utama dari Thailand. Jurnal Internasional U J.T. 11(3): 133-143 (Jan. 2008). Kantor Presiden, Universitas Asumsi. Bangkok. Thailand. Departemen Pertanian. 2009. Manfaat Buah Mangga. Diakses dari http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbppketindan/index.php/artikel/55-mangga. Pada 17 November 2009. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2004. Buku Tahunan Hortikultura Tahun 2003. (Horticulture Year Book). Seri Tanaman Buah. Departemen Pertanian. Jakarta. Dinas Pertanian. 2008. Data Produksi dan Produktivitas Mangga. Dinas Pertanian Kabupaten Magetan. Magetan. Djarwanto. 2001. Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian Jilid 1. Liberty. Yogyakarta. Ekawati, S. 2008. Analisis Pemasaran Mangga (Mangifera indica L.) Di Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu. Skripsi Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak dipublikasikan.
117
Hanafiah dan Saefuddin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia. Jakarta. Kartasapoetra. 1992. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Rineka Cipta. Jakarta. Kecamatan Parang. 2009. Data Produksi Mangga. Kecamatan Parang. Parang. Kotler, P. 1992. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan dan Pengendalian. Erlangga. Jakarta. Kumalawati, E. 2004. Analisis Pemasaran Komoditi White Melon di Kabupaten Sragen. Skripsi Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak dipublikasikan. Kosumo S, Ismiyati, H.S, dan Ria R. 1989. Produksi Mangga di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. Mubyarto. 1979. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. Yogyakarta. . 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Muhammed, K, A., dan Laurence, D, E. 1996. Suatu Analisa Persiapan Pemasaran Mangga di Sindh Provinsi, Pakistan. Jurnal Pengembangan Pakistan Ninjau ulang 35: 3 (Musim gugur 1996) pp. 241—255. Pakistan. Pradnyamita. 2008. Khasiat Buah Mangga. Diakses dari http://bayivegetarian.com. Pada 16 November 2009. Pracaya. 2001. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahardi, F.,Yovita, Heti, Indriati., dan Haryono. 2003. Agrobisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahim, Abd., dan Hastuti, Dwi, R, D. 2007. Ekonomika Pertanian (Pengantar, teori dan Kasus). Penebar Swadaya. Jakarta. Semito, Niti, A. 1993. Marketing. Ghalia Indonesia. Jakarta. Singarimbun, M., dan Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasi). Raja Grafindo Persada. Jakarta. . 2001. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta. . 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasi). Raja Grafindo Persada. Jakarta. Stanton, W,S. 1993. Prinsip Pemasaran Jilid 2. (Diterjemahkan oleh: Sadu Sundaru). Erlangga. Jakarta. Sudiyono. 2002. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang.
118
Sumarno. 2003. Potensi dan Peluang Usaha Agribisnis Buah Tropika dalam Era Pasar Bebas. Dalam Prosiding Seminar Prospek Sub-Sektor Pertanian Menghadapi Era AFTA Tahun 2003. Ed. Roesmijanto. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar-Dasar Metoda Teknik. Tarsito. Bandung. Susilo, H. 2006. Efisiensi Pemasaran Melon Di Kabupaten Klaten. Skripsi Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak dipublikasikan. Swastha, B., dan Handoko, H. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen. BPFE. Yogyakarta. Swastha dan Sukotjo. 2000. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern). Liberty. Yogjakarta.