PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TABUR TERHADAP PERTUMBUHAN BUAH NAGA SUPER RED ( Hylocereus costaricensis )
Oleh :
SUPRIANTO NIM. 100500120
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TABUR TERHADAP PERTUMBUHAN BUAH NAGA SUPER RED ( Hylocereus costaricensis )
Oleh :
SUPRIANTO NIM. 100500120
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TABUR TERHADAP PERTUMBUHAN BUAH NAGA SUPER RED ( Hylocereus costaricensis )
Oleh :
SUPRIANTO NIM. 100500120
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
HALAMAN PENGESAHAN Judul
Nama NIM Program Studi Jurusan
: PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TABUR TERHADAP PERTUMBUHAN BUAH NAGA SUPER RED (Hylosereus c ostaricensis) : Suprianto : 100500120 : Budidaya Tanaman Perkebunan : Manajemen Pertanian
Menyetujui
Pembimbing,
Penguji I
Penguji II
Ir. Syarifuddin, MP Nur Hidayat, SP,MSc Faradilla, SP,MSc NIP. 196507062001121001 NIP. 197210252001121001 NIP. 197401092000122001
Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik pertanian Negeri Samarinda
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 2001121001
Lulus ujian pada tanggal 23 Juli 2013
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik pertanian Negeri Samarinda
Ir. Hasanudin, MP NIP. 196308051989031005
ABSTRAK SUPRIANTO . Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Tabur Terhadap Pertumbuhan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis) (dibawah bimbingan SYARIFUDDIN ). Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih tingginya permintaan pasar buah naga terutama di Kalimantan Timur. Tingginya permintaan pasar ini diimbangi dengan masih sedikitnya pelaku budidaya buah naga. Selain itu sebagian besar buah ini diperoleh dari luar pulau. Melihat kondisi tersebut, budidaya buah naga akan memiliki prospek pasar yang baik untuk masa akan datang terutama di Kalimantan Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pengaruh pupuk organik tabur terhadap pertumbuhan tanaman buah naga super merah. Penelitian ini dilaksanakan di areal Kebun Percontohan Jurusan Manajemen Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jl. Samratulangi, Kecamatan Samarinda Seberang Provinsi Kalimantan Timur dengan menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor yaitu pupuk organik tabur (P) yang terdiri atas 0 g per tanaman, 500 g per tanaman, 1.000 g per tanaman, dan 1.500 g per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik tabur berbeda nyata terhadap panjang tunas, namun berbeda tidak nyata pada jumlah tunas tanaman buah naga. Dosis pupuk organik tabur terbaik dengan dosis 1.000 g per tanaman pada penelitian ini. kata kunci : Pupuk Organik Tabur, Buah Naga.
RIWAYAT HIDUP SUPRIANTO, lahir pada tanggal 14 Januari 1988 di Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Merupakan Putra Kedua dari 6 bersaudara dari pasangan Bapak Rusdiyanto dan Ibu Aisyah. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 010 Sebatik Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan lulus pada tahun 2002, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sebatik dan lulus pada tahun 2005, melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Taruna Sebatik dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian. Pada tanggal 1 Maret sampai dengan tanggal 1 Mei 2013 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perkebunan Kelapa Sawit. PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero). Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur.
KATAPENGANTAR Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah. karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Pertanian pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Keberhasilan dan kelancaran penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besamya kepada : 1. Ir. Syarifuddin, MP selaku dosen pembimbing dan selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan kepada penulis. 2. Bapak Nur Hidayat SP,MSc dan Ibu Faradilla, SP, MSc selaku dosen penguji karya ilmiah. 3. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 4. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 5. Seluruh staf dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah banyak membagikan ilmunya selama perkuliahan. 6. Keluarga yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis. 7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap laporan ini tetap dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penulis
Kampus Sei. keledang 23 Juli 2013
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xii
I.
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
4
A. B. C. D. E. F. G. H. I.
Tinjauan umum Tanaman Buah Naga .......................................... Marfologi......................................................................................... Keadaan Iklim ................................................................................ Ketinggian Tempat dan Jenis Tanaman........................................ Manfaat Buah Naga ....................................................................... Perbanyakan Tanaman ................................................................. Pengolahan Tanah dan Pengairan................................................ Tinjauan Umum Pupuk Organik .................................................... Tinjauan Umum Pupuk Organik Tabur ..........................................
4 4 7 8 9 9 10 10 11
III. METODE PENELITIAN ........................................................................
15
A. B. C. D. E. F.
Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ Alat dan Bahan............................................................................... Perlakuan ....................................................................................... Rancangan Penelitian.................................................................... Prosedur Penelitian........................................................................ Pengamatan dan Pengambilan Data ............................................
15 15 16 16 17 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
20
A. Hasil ............................................................................................... B. Pembahasan ..................................................................................
20 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
26
A. Kesimpulan .................................................................................... B. Saran ..............................................................................................
26 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
27
LAMPIRAN...................................................................................................
29
DAFTAR TABEL No Tubuh Utama Halaman 1. Komposisi Pupuk Organik Tabur ........................................................... 12 2. Distribusi perlakuan pupuk organik tabur pada kelompok .....................
16
3. Model analisis ragam percobaan rancangan acak kelompok ...............
19
4. Rata-rata jumlah tunas pada umur 4 minggu setelah pemotongan batang primer yg mendapat perlakuan pupuk organik tabur .................
19
5. Rata-rata jumlah tunas pada umur 8 minggu setelah pemotongan batang primer yg mendapat perlakuan pupuk organik tabur .................
21
6. Rata-rata jumlah tunas pada umur 12 minggu setelah pemotongan batang primer yg mendapat perlakuan pupuk organik tabur .................
21
7. Rata-rata panjang tunas pada umur 4 minggu setelah pemotongan batang primer yg mendapat perlakuan pupuk organik tabur .................
22
8. Rata-rata panjang tunas pada umur 8 minggu setelah pemotongan batang primer yg mendapat perlakuan pupuk organik tabur .................
22
9. Rata-rata panjang tunas pada umur 12 minggu setelah pemotongan batang primer yg mendapat perlakuan pupuk organik tabur .................
23
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman 1. Tata letak satuan fariabel...................................................................... 30 2. Aturan pemakaian pupuk oranik tabur..................................................
31
3. Pupuk Organik Padat yang Beredar di Pasaran ...............................
32
4. Sidik ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap jumlah tunas umur 4 minggu ......................................................................................
33
5. Sidik ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap jumlah tunas umur 8 minggu ......................................................................................
33
6. Sidik ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap jumlah tunas umur 12 minggu ....................................................................................
34
7. Sidik ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap panjang tunas umur 4 minggu ......................................................................................
34
8. Sidik ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap panjag tunas umur 8 minggu ......................................................................................
35
9. Sidik ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap panjang tunas umur 12 minggu ....................................................................................
35
10. Pembersihan areal ................................................................................
36
11. Persiapan Tanaman ..............................................................................
36
12. Pengaturan Batang dan Cabang ..........................................................
37
13. Pemberian Lebel ...................................................................................
37
14. Pupuk organik tabur ..............................................................................
38
15. Penimbangan Pupuk .............................................................................
38
16. Pemupukan ...........................................................................................
39
17. Pengukuran Panjang Tunas .................................................................
39
18. Pengambilan Data.................................................................................
40
19. Penyiangan ...........................................................................................
40
I.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara agraris yang beriklim tropis sehingga berbagai macam tanaman dapat tumbuh dan berkembang di Negara Indonesia. Banyak tanaman buah, sayur, dan tanaman konsumsi lain yang tumbuh di Indonesia. Selain itu Indonesia juga sebagai Negara dimana penghasil bumi yang besar, namun dengan kurangnya tehnologi yang memadai hasil bumi tersebut banyak yang tidak bisa di ekspor keluar negeri. Salah satu tanaman yang sekarang sudah bisa diekspor yaitu buah. Di Indonesia banyak sekali tanaman buah yang tumbuh. Di daerah dataran tinggi maupun daerah dataran rendah. Tanaman semusim atau pun tahunan banyak sekali tumbuh di negara kita ini. Salah satu buah tahunan yaitu buah naga atau yang sering disebut sebagai “Dragon Fruit” yang mana buah ini mempunyai nilai jual yang sangat tinggi karena banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang buah naga dan bagaimana cara budidaya buah naga itu sendiri.
Sejak diperkenalkan tahun 2000, buah naga langsung mendapat tempat di hati penggemar buah di Indonesia. Manfaat yang dikandungnya membuat buah asal Meksiko ini jadi primadona. Permintaan yang tinggi pun akhirnya diikuti harga yang relatif tinggi, mengingat pasokan yang ada belum mampu menutupi volume permintaan. Disisi lain, kualitas buah yang ditawarkan di pasaran masih belum memenuhi ekspektasi konsumen, baik dari segi ukuran dan rasa. Padahal konsumen rela membayar harga yang relatif mahal untuk buah naga berkualitas prima (Winarsih, 2007). Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman buah naga yang berumur
panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara ini harus diimbangidengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Kebutuhan hara tanaman buah naga sangat beragam dan terutama sekali tergantung pada potensi produksi. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Pupuk yang umum digunakan dalam budidaya buah naga adalah pupuk anorganik (pupuk buatan) dan pupuk organik. Sejumlah pupuk anorganik telah dikembangkan untuk menambah hara tanah sehingga dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman yang cukup tinggi. Umumnya pupuk anorganik berupa pupuk tunggal dan pupuk majemuk yang umumnya hanya mencakup 3 hara makro NPK. Pupuk kimia memiliki kandungan unsur hara yang tinggi seperti nitrogen, phosphor, dan kalium yang terdapat dalam pupuk NPK majemuk tetapi tidak lengkap kandungannya, karena tidak memiliki unsur mikro yang juga diperlukan tanaman.
Pupuk organik merupakan kunci dari kesuburan tanah
karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang telah habis terserap tanaman (Lingga dan Marsono, 2006). Pada saat ini pemanfaatan pupuk organik pada budidaya tanaman buah naga belum maksimal. Pemberian pupuk organik selain dapat meningkatkan pertumbuhan juga dapat meningkatkan produksi.
Pemupukan merupakan
penambahan bahan – bahan yang ada pada tanaman berupa makanan atau unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dalam pemberian pupuk haruslah sesuai dengan dosis, yang dibutuhkan tanaman.
Pupuk organik memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, dan mudah didapat maupun diolah. Dalam penelitian ini digunakan pupuk organik tabur untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tunas buah naga. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pengaruh pupuk organik tabur terhadap pertumbuhan tanaman buah naga surer red merah. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi bagi masyarakat petani dan pembaca bahwa pupuk organik tabur dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman buah naga.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Buah Naga Taksonomi tanaman buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau family Cactaceae dan Subfamili Hylocereanea. Adapun klasifikasi buah naga tersebut adalah :
Devisi
: Spermathophyta (tumbuhan berbiji)
Subdevisi
: Angiospermae (biji tertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo
: Cactales
Famili
: Cactaceae
Subfamili
: Hylocereanea
Genus
: Hylocereus
Spesies
: - Hylocereus undatus (daging putih) - Hylocereus costaricensis (daging merah) ( Kristanto, 2009).
B. Morfologi Tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika selatan bagian utara ini sudah lama dimanfaatkan buahnya untuk konsumsi segar. Jenis dari tanaman ini merupakan tanaman memanjat.
Secara
morfologi tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun yang mana hanya memiliki akar, batang dan cabang, bunga, buah serta biji (Kristanto, 2009). Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di pangkal batang di dalam tanah tetapi juga pada celah-celah batang, yang berfungsi sebagai
alat pelekat sehingga tumbuhan dapat melekat atau memanjat tumbuhan lain atau pada tiang penyangga. Akar pelekat ini dapat juga disebut akar udara atau akar gantung yang memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup tanpa tanah atau hidup sebagai epifit (Winarsih, 2007). Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan genangan yang cukup lama. Kalaupun tanaman ini dicabut dari tanah, ia masih hidup terus sebagai tanaman epifit karena menyerap air dan mineral melalui akar udara yang ada pada batangnya (Kristanto, 2009). Batang tanaman buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Warnanya hijau kebiru-biruan atau ungu. Batang tersebut berukuran panjang dan bentuknya siku atau segitiga. Batang dan cabang ini juga berfungsi sebagai daun dalam proses asimilasi. Itulah sebabnya batang dan cabangnya berwarna hijau. Batang dan cabang mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman (Kristanto, 2009).
a
b
Gambar 1. a) Tanaman buah naga sedang berbuah
b) Bunga buah naga sebelum mekar Bunga tanaman buah naga berbentuk seperti terompet, mahkota bunga bagian luar berwarna krem dan mahkota bunga bagian dalam berwarna putih bersih sehingga pada saat bunga mekar tampak mahkota bunga berwarna krem bercampur putih. Bunga memiliki sejumlah benang sari (sel kelamin jantan) yang berwarna kuning. Bunga buah naga tergolong bunga hermaprodit, yaitu dalam satu bunga terdapat benangsari (sel kelamin jantan) dan putik (sel kelamin betina). Bunga muncul atau tumbuh di sepanjang batang di bagian punggung sirip yang berduri. Sehingga dengan demikian, pada satu ruas batang tumbuh bunga yang berjumlah banyak dan tangkai bunga yang sangat pendek (Cahyono, 2009). Buah naga tergolong buah batu yang berdaging dan berair. Bentuk buah bulat agak memanjang atau bulat agak lonjong. Kulit buah ada yang berwarna merah menyala, merah gelap, dan kuning, tergantung dari jenisnya. Kulit buah agak tebal, yaitu sekitar 3 mm – 4 mm. Di sekujur kulitnya dihiasi dengan jumbai-jumbai menyerupai sisik-sisik ular naga. Oleh karena itu, buahnya disebut buah naga. Berat buah beragam berkisar antara 80 – 500 gram, tergantung dari jenisnya. Daging buah berserat sangat halus dan di dalam daging buah bertebaran biji-biji hitam yang sangat banyak dan berukuran sangat kecil. Daging buah ada yang berwarna merah, putih, kuning, dan hitam, tergantung dari jenisnya. Daging buah bertekstur lunak dan rasanya manis sedikit masam (Cahyono, 2009). Biji buah naga sangat banyak dan tersebar di dalam daging buah. Bijinya kecil-kecil seperti biji selasih. Biji buah naga dapat langsung dimakan tanpa
mengganggu kesehatan. Biji buah naga dapat dikecambahkan untuk dijadikan bibit (Winarsih, 2007).
a
c
b
d
Gambar 2. a) Buah naga daging putih, b) Buah naga daging merah c) Buah naga daging super merah, d) Buah naga kulit kuning daging putih C. Keadaan Iklim
Tanaman buah naga merupakan tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin, dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Suhu udara yang ideal bagi tanaman buah naga ini antara 260– 36 0 C dan kelembaban antara 70 – 90 % (Rukmana, 2003). Tanaman buah naga merah dan putih dapat tumbuh dengan baik dan berbuah lebat serta rasanya manis memerlukan penyinaran matahari langsung sepanjang hari (minimal 8 jam sehari). Berkurangnya intensitas
penyinaran matahari yang diterima akibat ternaungi gedung/bangunan atau tanaman lain maka pertumbuhan tanaman dan produksinya tidak maksimal (Cahyono, 2009). Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600 – 1.300 mm/tahun pun tanaman ini masih dapat tumbuh. Namun, tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan yang ditandai dengan proses pembusukan akar yang terlalu cepat dan akhirnya merambat sampai ke pangkal batang. Sementara intensitas sinar matahari yang disukai sekitar 70% – 80% (Kristanto, 2009).
D. Ketinggian Tempat dan Jenis Tanah
Ketinggian tempat untuk pembudidayaan buah naga merah dan putih yaitu dataran rendah sampai medium yang berkisar 0 m – 500 m dari permukaan laut, yang ideal adalah kurang dari 400 m dpl. Di daerah pada ketinggian di atas 500 m dpl, buah naga merah dan putih masih dapat tumbuh dengan baik dan berbuah, namun buahnya tidak lebat dan rasa buah kurang manis. Untuk buah naga kuning, ketinggian tempat yang cocok untuk pertumbuhan dan berproduksinya adalah di atas 800 m dpl (dataran tinggi atau pegunungan) (Cahyono, 2009). Struktur tanah yang gembur juga meningkatkan drainase tanah sehingga dapat mencegah genangan air. Jika drainase tanah baik, maka seluruh kehidupan yang berada di dalam tanah berjalan dengan baik dan tanaman dapat tumbuh dengan subur dan berproduksi baik. Tanaman buah
naga tidak tahan terhadap air yang menggenang lama karena dapat menyebabkan perakaran dan batang membusuk.
Di samping itu, bila
tanaman sedang berbunga atau berbuah, maka keadaaan air yang menggenang dan berlebihan dapat menyebabkan rontoknya semua bunga dan buah (Cahyono, 2009). Agar tumbuh baik dan menghasilkan buah yang diinginkan, tanah harus subur dan porous. Drainase harus berjalan baik, karena tanaman tidak tahan terhadap kondisi air yang berlebihan. Jika menggunakan hara organik untuk pemupukan, bahan harus benar – benar matang karena berfungsi
menyangga
kation
dan
aktivitas
mikroorganisme,
derajat
keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk buah naga sekitar 6,5 – 7 (Andoko dan Nurrasyid, 2012). E. Manfaat buah naga Selain cocok sebagai buah segar, buah naga juga kaya dengan potassium, ferum, protein, serat, sodium, dan kalsium, yang baik untuk kesehatan
tubuh.
dengan
kandungan
zat-zat tersebut, buah naga
mempunyai khasiat sebagai pdunenyeimbang kadar gula dara,pelindung kesehatan mulut,pencegah kanker usus, mengurangi koresterol, pencengah pendarahan, dan mengobati keluhan keputihan. buah naga, terutama jenis merah, juga diyakini sangat baik untuk system peredaran darah, memberikan efek mengurangi tekanan emosi, dan menetralkan toksin dalam darah ( Agus dan Nurrasyid, 2012 ).
F. Perbanyakan Tanaman
Budidaya tanaman buah naga dapat dilakukan dengan cara stek batang 30- 40 cm yang ditanam ditanah dan akan segera tumbuh akar dan tunas cabang. Yang paling penting harus ekspos langsung ke matahari dan disiram secara teratur agar batangnya tidak kempes karena kekurangan air selain itu buah naga juga tidak dapat tumbuh dengan baik jika kelebihan air. Dalam pembudidayaan buah naga dapat ditanam pot dengan penyangga dari beton atau tiang yang dibuat dari semen dengan ukuran 10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 meter yang memanjang dan ditancapkan ke tanah sedalam 50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang berbentuk lingkaran untuk penopang dari cabang tanaman. Dalam satu tiang atau lubang tanam biasanya diberi 3 – 4 bibit buah naga (Kristanto, 2009).
G. Pengolahan Tanah dan Pengairan
Tanaman buah naga akan tumbuh baik di daerah tanah yang gembur,
dikarenakan
perakaran
tanaman
ini
tumbuh
menyerap
dipermukaan tanah. Bila tanah yang digunakan keras atau liat, akar tidak dapat berpegangan erat pada tanah (Kristanto, 2009). H. Tinjauan Umum Pupuk Organik Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau mahluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh mikro organisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula.
Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena
kandungan unsur hara lebih dari satu unsur dan mengandung unsur mikro (Hadisuwito, 2007).
Berdasarkan cara pembuatanya pupuk organik terbagi dua kelompok yaitu pupuk organik alami dan pupuk organik buatan. Jenis pupuk yang tergolong dalam kelompok pupuk organik alami benar - benar langsung diambil dari alam, seperti sisa hewan, tumbuhan, tanah baik dengan atau tanpa sentuhan teknologi, seperti pupuk kandang, kompos, pupuk hijau dan pupuk burung. Pupuk organik buatan kebutuhan pupuk tanaman untuk memenuhi yang bersifat alami atau non kimia, berkualitas baik, dengan bentuk ukuran dan kemasan praktis, mudah didapat, didistribusikan dan di aplikasikan, serta kandungan hara yang lengkap dan terukur. Berdasarkan bentuknya ada dua jenis yaitu padat dan cair tetapi bentuk pupuk organik tabur saat ini semakin beragam disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
Bentuk
pupuk organik tabur saat ini yang di tawarkan antara lain serbuk, butiran, pellet, dan tablet.
Dengan mengetahui keunikan yang dimiliki masing –
masing bentuk, akan bisa lebih tepat dalam menentukan jenis yang sesuai dengan tanaman sehingga memberikan hasil yang lebih baik dan efisien (Sigit dan Marsono, 2001).
I.
Tinjauan Umum Pupuk Organik Tabur
Menurut Purwa (2007), pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari pelapukan bahan – bahan organik berupa sisa – sisa tanaman, fosil manusia dan hewan, kotoran hewan, dan batuan – batuan organik yang terbentuk dari tumpukan kotoran hewan selama ratusan tahun dan lain-lain.
Pupuk organik tabur merupakan pupuk padat, berbentuk butiran, berwarna coklat kehitaman.
Pupuk ini diimpor dari Thailand byifoam
standard. Keunggulan yang dimiliki pupuk organik tabur yaitu : 1. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah tetap gembur, sehingga pertumbuhan akar tanaman menjadi lebih baik. 2. Meningkatkan daya serap dan daya tahan tanah terhadap air, sehingga ketersediaan air yang dibutuhkan tanaman memadai. 3. Menaikkan kondisi mikroorganisme di dalam tanah. 4. Mampu menyediakan unsur - unsur hara penting bagi tanaman. 5. Mempercepat pertumbuhan tanah dan keasaman memperkuat vigor tanaman. 6. Menggurangi kepadatan tanah dan kemasaman tanah. 7. Melarutkan pupuk dan kompos sehingga mudah diserap tanaman. 8. Mempercepat pembungaan dan pembuahan, serta meningkatkan produksi. Komposisi pupuk organik tabur (seperti yang terdapat dalam karung pupuk) mengandung 18 unsur hara (Tabel 1). Jenis – jenis pupuk organik tabur yang beredar dipasaran (Lampiran 3 ) Tabel 1. Komposisi Pupuk Organik Tabur Komponen C Organik 12,21% PH 4,21 K2O (Kalium) 0,34% Mg (Magnasium) 4,08% Ca (Kalsium) 20,48% Cu (Tembaga) 0,80 ppm Co (Kobal) 20,11 ppm
Kandungan (%) C/N Rasio 19,69% Kadar Air 14 -15% P2O5 (Pospor)0,22% S (Belerang) 1,50% Mn (Manggan) 0,05% Zn (Zinc) 0,10 ppm Fe (Besi) 16,6 ppm
N 0,62 % Bahan Ikutan 0,5 %
E Colli Negatif Salmo Nella SP Negatif
Sumber : Anonim (2010b ). Beberapa unsur hara yang dikandung dalam pupuk organik tabur yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan yang lebih baik pada tanaman buah naga adalah adanya unsur hara makro dan mikro. Menurut Parnata, (2004) Kegunaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman adalah : 1.
Karbon (C) berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak dan protein yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
2.
Nitrogen (N) bermanfaat dalam proses hijau daun atau klorofil, selain ini nitrogen bermanfaat dalam pembentukan protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainya.
3.
Kalsium (Ca) berfungsi sebagai pengatur persiapan air dalam tanah, selain itu kalsium berguna untuk mengaktifkan bulu - bulu akar dan biji serta menguatkan akar.
Kekurangan kalsium dapat menyebabkan
pertumbuhan pupuk rantin terhambat dan batang tanaman tidak kokoh. 4.
Fospor (P) bagi tanaman, fospor berguna untuk membentuk akar sebagai bahan dasar protein, mempercepat pembungaan buah, memperkuat batang tanaman.
Kekurangan fospor menyebabkan tanaman menjadi
kerdil. 5.
Maknesium (Mg) berfungsi membantu proses pembentukan hijau daun atau klorofil, selain itu untuk membentuk karbohidrat, lemak, dan minyak. Kekurangan maknesium dapat menyebabakan pucuk dan bagian diantara jari - jari daun tampak tidak berwarna.
6.
Kalium (K) berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat, selain itu kalium berfungsi untuk memperkuat jaringan tanaman dan babarapa dalam pembentukan anti bodi.
7.
Mangan (Mn) berfungsi sengai komponen untama dalam pembentukan enzim dalam tanaman, kekurangan mangan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil.
8.
Besi (Fe) zat besi berperan dalam proses fisiologi tanaman seperti proses pernapasan dan pembentukan zat hijau daun (klorofil).
9.
Seng (Zn) berfungsi sebagai pembentukan hormon tanaman yang berguna untuk pertumbuhan.
10. Kobal (Co) merupakan salah satu bahan penyusun vitamin B12 yang berfungsi untuk memperbaiki aktivitas mikro organisme. 11. Tembaga
(Cu)
berfungsi
membantu
proses
erytropoiesis
atau
pembentukan sum - sum tulang. 12. Sulfur (S) atau belerang sangat membantu tanaman dalam membentuk bintik akar. pertumbuhan lainnya pertumbuhan sulfur adalah pertumbuhan tunas dan pembentukan hijau daun (klorofil) kekurangan belerang akan menyebabkan tanaman tampak kerdil, kurus, dan batangnya pendek.
III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
dilaksanakan
di
areal
kebun
percontohan
jurusan
manajemen pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah selama 3 bulan terhitung mulai dari tanggal 15 Oktober 2012 dan berakhir pada tanggal 15 Januari 2013. B. Alat dan Bahan 1. Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Cangkul b. Parang c. Pisau d. Alat tulis menulis e. Penggaris atau meteran f. Kamera g. Timbangan h. Gunting i. mangkok 2. Bahan a. Tanaman buah naga super red (Hylocereus costaricensis) b. Pupuk organik tabur (padat/butiran) c. Tali rapia d. Kawat aluminium e. Plastik/keresek
C. Perlakuan Perlakuan penelitian ini terdiri dari satu faktor, yaitu pupuk organik tabur (p), yang terdiri dari empat taraf perlakuan, yaitu : p0 = Kontrol (tanpa perlakuan) p1 = Pupuk organik tabur 500 g / tanaman p2 = Pupuk organik tabur 1.000 g / tanaman p3 = Pupuk organik tabur 1.500 g / tanaman D. Rancangan Penelitian Penelitian
ini
dilaksanakan
di
lapangan
dirancangan
dengan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat taraf perlakuan dan tiga kelompok, untuk setiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan setiap kelompok (Tabel 2).
Jadi jumlah seluruh tanaman buah naga dalam penelitian ini
adalah 36 tanaman. Tata letak satuan penelitian di lapangan dapat dilihat pada (Lampiran 1).
Tabel 2. Distribusi perlakuan pupuk organik tabur pada kelompok Kelompok Pupuk Organik Tabur
1
2
3
kontrol (p0)
p0
p0
p0
500 g (p1)
p1
p1
p1
1.000 g (p2)
p2
p2
p2
1.500 g (p3)
p3
p3
p3
E. Prosedur Penelitian 1. Pembersiahan areal Pembersihan adalah tanaman dibersihkan dari gulma, agar tanaman tumbuh dengan baik dan pembersihan menggunakan cangkul dan parang (Lampiran 10 gambar 1 ). 2. Persiapan tanaman Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman buah naga jenis Hylocereus costaricensis yang sudah berumur 1,5 tahun, pada setiap tajarnya tumbuh tiga cabang primer dilahan kebun percontohan budidaya tanaman perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (Lampiran 10 gambar 2 ). 3. Pemberian label Masing – masing tajar diberi label sesuai dengan perlakuannya. Penentuan letak label pada penelitian ini dilakukan dengan cara diundi (Lampiran 10 gambar 4 ). 4. Pemupukan Pupuk organik tabur diberikan dua kali, pemupukan pertama diberikan setelah pemotongan batang primer dengan cara membuat alur di sekeliling tanaman kemudian pupuk dibenamkan sesuai perlakuan. Pemupukan kedua diberikan satu bulan setelah pemupukan pertama dengan cara membuat alur di sekeliling tanaman kemudian pupuk dibenamkan sesuai perlakuan (Lampiran 10 gambar 7 ). 5. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman
dilakukan
menggunakan gembor.
di
sekeliling
tanaman
dengan
Penyiraman dilakukan pada pagi hari pukul
07.00 – 09.00 wita dan soreh hari 16.30 – 17.00 wita tergantung cuaca ataupun kelembaban tanah.
Hal yang penting dalam penyiraman
adalah tanah tidak terlalu basah (menggenang) ataupun terlalu kering. b. Penyiangan Penyiangan ini dilakukan apabila ada gulma atau rumput yang tumbuh di sekitar tanaman dengan cara mencabut dan dengan cara menggunakan parang (Lampiran 10 gambar 10 ). c. Pengaturan batang dan cabang Pemotongan batang primer buah naga dilakukan setinggi 180 cm dari permukaan tanah ( sebatas tinggi tajar untuk menopang cabang sekunder). Setelah pemotongan batang primer akan tumbuh tunas yang merupakan calon batang sekunder, tunas cabang sekunder inilah yang diamati (Lampiran 10 gambar 3 ). F. Pengamatan dan Pengambilan Data 1. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap setiap tunas cabang sekunder buah naga yang muncul di lapangan dengan parameter jumlah tunas dan panjang tunas. a. Jumlah tunas yang muncul (buah) Jumlah tunas yang diamati sebanyak 3 kali dimulai pada 4, 8, dan 12 minggu setelah pemotongan batang primer dilakukan dengan cara menghitung banyaknya jumlah tunas yang terbentuk. b. Panjang tunas (cm) Panjang tunas yang diamati sebanyak 3 kali dimulai pada 4, 8, dan 12 minggu setelah pemotongan batang primer, dilakukan dengan cara
mengukur dari pangkal tunas pada tanaman sampai dengan ujung tunas menggunakan meteran, satuan pengukuran adalah cm. 2. Analisis Data Menurut Yitnosumarto (1991) dan Sudjana (1992), model matematis yang digunakan untuk menganalisa setiap parameter data yang diamati adalah : Y=µ+K+T+E Dimana :
µ = Nilai rerata harapan (mean) K = Pengaruh pengelompokkan T = Pengaruh factor perlakuan E = Pengaruh galat
Berdasarkan model matematika tersebut di atas, maka bentuk analisa ragam yang diperhitungkan menjadi seperti yang di sajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Model analisis ragam percobaan rancangan acak kelompok
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok(K)
2
JK K
KT P
Perlakuan(P)
3
JK P
KT G
Galat(G)
6
JK G
Total
11
JK T
F tabel F-Hitung 0,05 KT P/ KT G
0,01
5,14
10,92
4,76
9,78
Data yang diperoleh dari pengamatan pada masing-masing perlakuan dihitung rata-ratanya.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
parameter yang diamati dilakukan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Jika pada uji F perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan
dengan uji beda nilai tengah dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Hanafiah, 1993).
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Pertumbuhan jumlah tunas Pertumbuhan jumlah tunas berbeda tidak nyata oleh perlakuan pupuk organik tabur (Lampiran 4 sampai Lampiran 6). Rata-rata jumlah tunas yang mendapat perlakuan pupuk organik tabur disajikan pada Tabel 5 sampai Tabel 7.
Berdasarkan Tabel 5 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumlah
tunas pada umur 4 minggu setelah pemotongan batang primer adalah antara 2,00 sampai dengan 4,22 tunas (Tabel 4). Pada umur 8 minggu setelah pemotongan batang primer, rata - rata jumlah tunas yang mendapat perlakuan pupuk organik tabur adalah antara 5,44 tunas sampai dengan 7,89 tunas (Tabel 5).
Pada umur 8 minggu setelah pemotongan batang
primer, rata-rata jumlah tunas yang mendapat perlakuan pupuk organik tabur adalah antara 9,22 tunas sampai dengan 11,44 tunas (Tabel 6). Tabel 4. Rata-rata jumlah tunas pada umur 4 minggu setelah pemotongan batang primer yang mendapat perlakuan pupuk organik tabur
Pupuk Organik Tabur P0
Kelompok Rata-rata 1 2,00
2
3 2,33 1,67
P1
4,33
3,67
4,67
2,67
5,00
a
3,78 4,00
P3
a
3,67 3,00
P2
2,00
4,33
a
4,22 3,33
a
Keterangan : Nilai tengah tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%
Tabel 5. Rata-rata jumlah tunas pada umur 8 minggu setelah pemotongan batang primer yang mendapat perlakuan pupuk organik tabur
Pupuk Organik Tabur P 0
Kelompok Rata-rata 1 6,0 0
2
3
6, 00
5,
4, 33
44 a
P 1
6,0 0
6, 00
6,
6, 00
00 a
P 2
9,3 3
3, 33
5,
4, 67
78 a
P 3
7,6 7
9, 33
7,
6, 67
89 a
Keterangan : Nilai tengah tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%
Tabel 6. Rata-rata jumlah tunas pada umur 12 minggu setelah pemotongan batang primer yang mendapat perlakuan pupuk organik tabur
Pupuk Organik Tabur P 0
Kelompok Rata-rata 1 8,67
2 9,00
3 10,0 0
9,22
10,0 0
13,3 3
11,0
12,3 3
10,7
12,3 3
11,4
P 1
9,67
P 2
11,3 3
8,67
P 3
10,3 3
11,6 7
a
0a 8a 4a
Keterangan : Nilai tengah tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%
2. Pertumbuhan panjang tunas Hasil analisis sidik ragam terhadap panjang tunas pada umur 4 minggu setelah pemotongan batang primer (Lampiran 7) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berbeda tidak nyata terhadap parameter yang diamati. Rata - rata panjang tunas yang mendapat perlakuan pupuk organik tabur disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata panjang tunas pada umur 4 minggu setelah pemotongan batang primer yang mendapat perlakuan pupuk organik tabur
Pupuk Organik Tabur P0
Kelompok Rata-rata 1 1,77
2
3
1,50
1,81 2,17
P1
1,97
1,73
2,17 2,80
P2
3,13
2,70
2,43
a
2,97 3,07
P3
a
2,87
a
4,16 7,17
a
Keterangan : Nilai tengah tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui bahwa rata-rata panjang tunas yang paling rendah diperoleh pada perlakuan tanpa pupuk organik tabur, sedangkan yang tertinggi pada perlakuan 1.500 g pupuk organik tabur per tanaman.
Tabel 8. Rata-rata panjang tunas pada umur 8 minggu setelah pemotongan batang primer yang mendapat perlakuan pupuk organik tabur
Pupuk Organik Tabur
Kelompok 3
Rata-rata
1
2
P 0
7,7 7
5,5 0
10, 17
7,8
P 1
8,4 3
2,6 7
12, 10
7,7
1b
3 bc
P 2
12, 83
11, 47
16, 17
13, 49 a
P 3
12, 30
12, 53
25, 03
16, 62 a
Keterangan : Nilai tengah pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%.
Pada umur 8 minggu setelah pemotongan batang primer, perlakuan pupuk organik tabur memberikan berbeda nyata terhadap panjang tunas (Lampiran 8). Rata-rata panjang tunas yang tidak diberi pupuk organik tabur adalah 7,81 cm dan berbeda nyata dengan panjang tunas yang diberi pupuk organik tabur.
Pemberian pupuk organik tabur sebanyak 1.500 g per
tanaman menghasilkan panjang tunas
sepanjang 16,62 cm walaupun
berbeda tidak nyata dengan panjang tunas yang diberi pupuk organik tabur sebanyak 1.000 g per tanaman (Tabel 8).
Tabel 9.
Pupuk Organik Tabur
Rata-rata panjang tunas pada umur 12 minggu setelah pemotongan batang primer yang mendapat perlakuan pupuk organik tabor Kelompok 1
2
3
Rata-rata
P 0
14,8 3
18,1 7
26,0 0
19,6
P 1
22,6 7
27,8 3
44,0 0
31,5
P 2
24,9 0
45,5 0
53,6 7
41,3
P 3
26,0 3
54,8 3
62,3 3
47,7
7c 0b 6 ab 3a
Keterangan : Nilai tengah pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Pada umur 12 minggu setelah pemotongan batang primer, perlakuan pupuk organik tabur memberikan berbeda nyata terhadap panjang tunas (Lampiran 9). Rata-rata panjang tunas yang tidak diberi pupuk organik tabur adalah 19,67 cm dan berbeda nyata dengan panjang tunas yang diberi pupuk organik tabur. Pemberian pupuk organik tabur sebanyak 1.500 g per tanaman menghasilkan panjang tunas
sepanjang 47,73 cm walaupun
berbeda tidak nyata dengan panjang tunas yang diberi pupuk organik tabur sebanyak 1.000 g per tanaman (Tabel 9).
B. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik tabur meningkatkan jumlah tunas dan panjang tunas.
Perlakuan tanpa pupuk
organik tabur memberikan nilai terkecil pada semua parameter yang diamati, namun perlakuan pupuk organik tabur memberikan nilai nyata yang lebih baik dibandingkan tanpa perlakuan, kecuali terhadap parameter jumlah tunas. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan bobot dan ukuran suatu organism yang tidak dapat balik (Harjadi, 1988). Pertambahan bobot dan
ukuran
protoplasma.
suatu
organism
merupakan
wujud
dari
pertambahan
Pertambahan protoplasma merupakan akumulasi hasil
fotosintesis. Proses fotosintesis sangat memerlukan unsur N, P, K dan Mg (Dwidjoseputro, 1999). Menurut Harjadi (1987), tersedianya unsur hara yang cukup pada saat yang tepat dalam fase vegetatif dapat menunjang laju pembentukan karbohidrat dan pembentukan sel-sel baru serta system perakaran. Adanya peningkatan dosis pupuk organik tabur diduga menyebabkan tersedianya unsur hara, untuk mengaktifkan pembelahan sel, perpanjangan sel dan diferensiasi. Perlakuan pupuk organik tabur efeknya baru dapat terlihat pada parameter panjang tunas setelah 8 dan 12 minggu setelah pemotongan batang primer, hal ini erat hubungannya dengan dekomposisi bahan organik yang ada di dalam tanah, sebagai akibat aktifitas mikroorganisme tanah seperti, fungi dan cacing menguraikan senyawa organik menjadi senyawa
yang mudah diserap oleh tanaman (Indriani, 2002), sehingga hara lebih tersedia bagi tanaman. Pada pemberian pupuk organik tabur dengan dosis 1.500 g menunjukkan pertumbuhan panjang tunas lebih panjang dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Peningkatan panjang tunas ini diduga bahwa respon tanaman terhadap dosis pupuk organik tabur 1.500 g per tanaman didapat hasil tertinggi pertumbuhan tanaman.
Pada saat pertumbuhan
tanaman, seperti halnya panjang tunas, tanah sebagai media tumbuh mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah cukup.
Hal ini sesuai
dengan pendapat Anna (1985) mengemukakan bahwa tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dapat memacu pertumbuhan tanaman, karena tanaman telah dapat menyerap unsur hara yang ada dalam tanah tersebut. Menurut Lakitan (1996), bahwa selama masa pertumbuhan vegetatif tanaman, pertambahan berat atau ukuran tanaman berlangsung lambat pada awalnya tetapi kemudian berlangsung semakin cepat.
Menurut
Purwa (2007), bahwa pemberian pupuk organik memiliki keunggulan yaitu memperbaiki dan menjaga struktur tanah tetap gembur, sehingga pertumbuhan akar tanaman menjadi lebih baik, meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air, sehingga ketersediaan air yang dibutuhkan tanaman memadai dan menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik tabur memberikan berbeda nyata terhadap panjang tunas umur 8 dan 12 minggu setelah pemotongan batang primer buah naga. Pemberian pupuk organik tabur berbeda tidak nyata terhadap parameter jumlah tunas. Doisis pupuk organik tabur terbaik pada penelitian ini adalah 1.000 g per tanaman.
B. Saran 1. Dianjurkan untuk menggunakan pupuk organik tabur terhadap budidaya buah naga. 2. Dianjurkan menggunakan pupuk organik tabur dengan dosis 1.000 g pertanaman untuk untuk penanaman buah naga setelah 12 minggu pemotongan batang primer.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko A dan Nurrasyid H. 2012. Lima jurus sukses hasilkan buah naga kualitas prima. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Anonim.
2005. http/www.SunviT. co.id/wp Organik SunviT.(03/10/2012)
content/uploads/2012/02/Pupuk
______. 2010 a. http://budidayabuahnaga.blogspot.com/2010a/01/dari-manakahasal-buah-naga.html.(30 /09/2012) ______. 2010b. Asia AgroTech Coltd Thailand. PT Nikerson Star. Thaland ______. 2012. http://www.buahnaga.blogspot.com/2012/02/buah-naga-di-kaltim. (30/09/2012) Anna. K.P.Y, dkk. 1985. Dasar-dasar ilmu tanah. Badan Kerjasama. PTN Indonesia Bagian Timur. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Cahyono, B. 2009. Buku Terlengkap Sukses Bertanam Buah Naga. Jakarta : Pustaka Mina. Dwidjoseputro, D. 1999. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta. Hadisuwito. 2007. Membuat Pupuk Kompos cair. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hanafiah. 1993. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hardjadinata. 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. Harjadi, S. 1987. Bertanam Sayuran. Sinar Baru, Bandung. Harjadi, S. 1988. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Indriani, Y. H. 2002. Membuat kompos secara kilat. Penebar Swadaya, Jakarta. Kristanto, D. 2009. Buah naga: pembudidayaan di pot dan dikebun. penebar swadaya. jakarta Lakitan, B. 1996. Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Lingga dan Muarssono 2006. Pupuk Organik padat : Pembuatan dan Aplikasikan, Penebar Swadaya. Depok. Rukmana. 2003. Kaktus. Cet 5. Kanisius. Yogyakarta. Parnata AS, 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi Dan Manfaatnya.Agro Media Pustaka. Jakarta Purwar DR. 2007. Petunjuk Pemupukan . Agromedia Pustaka. Jakarta Sudjana. 1992. Desain dan Analisis Eksperimen. Tarsito. Bandung Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan cara pemupukan . Rineka Cipta, Jakarta Sigit, P dan Marsono. 2002. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta. Warisno dan Dahana. 2009. Buku Pintar Bertanam Buah Naga di Kebun, Pekarangan dan Dalam Pot. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Winarsih S. 2007. Mengenal dan membudidayakan buah naga. CV Aneka Ilmu. Semarang. Yitnosunarto. 1991. Perancangan Percobaan dan Interprestasinya. Gramedia, Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tata letak satuan percobaan Blok I
Bolok II
Blok III
U
P0.1
P3.1 P2.1
P3.3 Po.3 P1.2
P2.3 P3.2
P1.2
P1.1
P2.2 P1.2
P3.2 P1.2
P0.2
P1.1 P0.1
P0.3
P1.3
P0.3 P3.3
P3.1 P2.3
P1.1
P2.1 P2.2
P3.1
P0.2
P3.2 P2.3
P1.3 P0.1
P2.2
P1.3 P0.2
P3.3
Keterangan
P0
: Kontrol ( Tanpa Perlakuan )
p1
: Pupuk organik tabur 500 gram /tanaman
p2
: Pupuk organik tabur 1.000 gram / tanaman
p3
: Pupuk organik tabur 1.500 gram / tanaman
Lampiran 2. Aturan pemakaian pupuk organik tabur Umur
Dosis (Kg/Pohon/Aplikasi)
Waktu Aplikasi
Cara Aplikasi
Bibit
100-150 gr/polybag
3x setahun
Tabur melingkar
0,5-1 Kg/pohon
3x setahun
Tabur melingkar
2-3 Kg/pohon
3x setahun
Tabur melingkar
3-4 Kg/pohon
3x setahun
Tabur melingkar
4-5 Kg/pohon
3x setahun
Tabur melingkar
0-2 tahun
3-5 tahun
5-10 tahun
> 10 tahun Sumder : Anonim (2005).
Lampiran 3. Pupuk organik tabur yang beredar dipasaran.
Bentuk
Kandungan (%)
Merek Dagang
Bahan Baku N
P2O5
K2O
Serbuk halus/tabur 1
Sih Horti
Kotorang unggas
2,10
3,90
1,10
2
Fine Kompos
Kotoran sapi,serbuk gergaji, abu, kalsit
1,81
1,89
1,96
3
Mekar Asih
4,10
6,10
2,30
4
Golden Guano
Campuran kotoran unggas,reptil dan kelelawar
5
Ostindo
Bahan Organik,humus 3,26 dan Mikroba Tanah
6
OST Rajawali
Bahan Organik,humus dan Mikroba Tanah
POS/Kariana
Kotoran sapi
Kotorang Ayam
22-25 0,51
2,17
Serbuk Kasar
1
1
POS I
2,61
0,31
0,42
POS 3
2,16
0,26
0,16
POS
2,10
0,26
0,16
tembaga kompos
Capuran Pupuk Kandang dan Pupuk Hijau
Bosf
Sampah Organik Pasar/Kota
0,79
0,87
1,06
Biotanam Plus (A2)
Media bekas Cacing/Kascing
5,00
2,00
3,00
Super TW
Pupuk Kandang
2 3
Plus
4
Pupuk Bokashi
Campuran Bahan Organik
Kompos Plus CST
Campuran Bahan Organik
Kompos cakung
Campuran Bahan Organik
Kompasta
Campuran Bahan Organik
Organik Multitani
Campuran Bahan Organik
Suko Ijo
Campuran Bahan Organik
Tampa merek
Campuran Bahan Organik
0,51
1,12
0,32
5
6
7 8
3
8
3
9
1 0
Sumber : Musnawar dan Ismawati (2006).
Lampiran 4. Analisa sidik ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap jumlah tunas umur 4 minggu F SK
1. Kelompok
DB
2
JK
2,17
KT
1,09
2. Perlakuan
3
3,44
1,15
3. Galat
6
2,43
0,41
Total
11
4,93
Keterangan : tn = tidak nyata Kk = 1,73%
Hitung 2,68 tn 2,83
tn
F Tabel 5%
1%
5,14
10,92
4,76
9,78
Lampiran 5.
Analisis Sidik Ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap jumlah tunas umur 8 minggu F
SK
DB
1. Kelompok
2
JK
6,80
KT
3,40
2. Perlakuan
3
10,58
3,53
3. Galat
6
18,54
3,09
Total
11
4,93
Hitung
F Tabel 5%
1%
1,10
tn
5,14
10,92
1,14
tn
4,76
9,78
Keterangan : tn = tidak nyata Kk = 3,31 %
Lampiran 6.
Analisis Sidik Ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap jumlah tunas umur 12 minggu F
SK
DB
JK
KT
Hitung
F Tabel 5%
1%
1. Kelompok
2
11,63
5,82
5,12 tn
5,14
10,92
2. Perlakuan
3
8,41
2,80
2,47 tn
4,76
9,78
3. Galat
6
6,81
1,14
Total
11
4,93
Keterangan : tn = tidak nyata Kk = 2,69 %
Lampiran 7. Analisa sidik ragam Sidik Ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap panjang tunas umur 4 minggu F SK
DB
JK
KT
Hitung
F Tabel 5%
1%
1. Kelompok
2
6,33
3,17
2,28 tn
5,14
10,92
2. Perlakuan
3
9,73
3,24
2,34 tn
4,76
9,78
3. Galat
6
8,32
1,39
Total
11
24,38
Keterangan : tn = tidak nyata Kk = 3,54 %
Lampiran 8.
Analisis Sidik Ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap panjag tunas umur 8 minggu F
SK
DB
JK
KT
Hitung
F Tabel 5%
1%
1. Kelompok
2
129,48
64,74
8,78*
5,14
10,92
2. Perlakuan
3
173,95
57,98
7,86*
4,76
9,78
3. Galat
6
44,26
7,38
Total
11
347,69
Keterangan : * = Beda nyata Kk = 16,16 %
Lampiran 9.
Analisis Sidik Ragam pengaruh pupuk organik tabur terhadap panjang tunas umur 12 minggu F
SK
DB
JK
KT
Hitung
F Tabel 5%
1%
1. Kelompok
2
1,203
601,50
12,72**
5,14
10,92
2. Perlakuan
3
1,35
449,67
9,51*
4,76
9,78
3. Galat
6
283,67
47,28
Total
11
Keterangan : * = Beda nyata ** = Sangat nyata KK = 5,81 %
2,84
Lampiran 10. Dokumentasi pelaksanaan penelitian 7KH LP DJ HSDUW Z LW K UHO DW LRQVKLS ,'
U,G Z DVQRW IRXQG LQ W KHILO H
Gambar 1. Pembersihan areal
7KH LP DJ HSDUW Z LW K UHO DW LRQVKLS ,'
U,G Z DVQRW IRXQG LQ W KHILO H
Gambar 2. Persiapan Tanaman
Gambar 3. Pengaturan Batang dan cabang
Gambar 4. pemberian lebel
Gambar 5. Pupuk yang digunakan pupuk oganik tabur
Gambar 6. penimbangan pupuk
Gambar 7. Pemupukan
Gambar 8. Pengukuran panjang tunas
Gambar 9. Pengambilan data
Gambar 10. Penyiangan