1
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA SUPER RED ( Hylocereus costaricensis )
Oleh SOLPIATI NIM. 100500118
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
2
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA SUPER RED ( Hylocereus costaricensis )
Oleh SOLPIATI NIM. 100500118
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
3
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA SUPER RED ( Hylocereus costaricensis )
OleH SOLPIATI NIM. 100500118
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
4
Saya persembahkan karya ilmiah ini untuk : Ayahanda dan Ibunda Tercinta
5
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis)
Nama
: Solpiati
NIM
: 100 500 118
Program Studi
: Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
D
Dosen Pembimbing
Dosen penguji 1
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001
Riama Rita Manullang ,SP, MP NIP. 19701116 200003 2 002
Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik pertanian Negeri Samarinda
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 2001121001
Lulus ujian pada tanggal, 26 Agustus 2013
Dosen Penguji 2
F. Silvi Dwi Mentari,S. Hut, MP NINIP.19770723 200312 2 002
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik pertanian Negeri Samarinda
Ir. Hasanudin, MP NIP. 196308051989031005
6
ABSTRAK
SOLPIATI, pengaruh pemberian pupuk organik cair nasa terhadap pertumbuhan tanaman buah naga super red (Hylocereus costaricensis) (di bawah bimbingan Syarifuddin) Penelitian ini di latar belakangi oleh tingkat kebutuhan dan komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara, disamping itu juga tanaman buah naga berperan penting dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pertumbuhan tanaman buah naga super red (Hylocereus costaricensis) setelah diberi pupuk organik cair. Penelitian dilaksanakan di areal kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung dari tanggal 15 Oktober 2012 hingga tanggal 15 Januari 2013, meliputi persiapan, pelaksanaan, pengambilan data dan pengolahan data. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yaitu 4 pelakuan dengan 3 kelompok. Perlakuanya adalah pupuk organik cair dengan 4 taraf : p0 = 0 cc/l.air/tanaman, p1 = 30 cc/l.air/tanaman , p2= 60 cc/l.air/tanaman, p3= 90 cc/l.airt/tanaman parameter yang diamati meliputi jumlah tunas, dan panjang tunas tanaman buah naga. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian pupuk organik cair pada perlakuan p2 dan p3 berpengaruh beda nyata pada minggu 10 dan 12, dari pada tanaman yang tanpa perlakuan, begitu pula pada jumlah tunas pemberian pupuk organik cair terhadap jumlah tunas tanaman buah naga menunjukan hasil yang cukup baik, karna dapat dilihat dari peningkatan jumlah tunas tanaman buah naga pada minggu ke 8, 10 dan 12 pada perlakuan p2 dan p3 berpengaruh nyata dari tanaman tanpa perlakuan. Dosis pupuk organik cair terbaik pada percobaan ini adalah 90 cc/l.air/tanaman Kata kunci : Pupuk organi cair , dan Tanaman buah naga
7
RIWAYAT HIDUP
SOLPIATI, Lahir pada tanggal 15 Juni 1991 di Desa Linggang Marimun, Kecamatan Mook Manort Bulatn, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, anak kedelapan dari delapan bersaudara dari pasangan Nasip Juanon dan Kamsah. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri 012 Linggang Marimun pada Tahun 1998 dan Lulus pada Tahun 2004, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Loa Kulu dan lulus pada Tahun 2007. Setelah itu melanjutkan ke Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri Samarinda (SPP) dan lulus pada Tahun 2010. Pendidikan Tinggi dimulai pada Tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian. Pada tanggal 1 Maret sampai 1 Mei 2013 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Kutai Mitra Sejahtera, Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
8
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia-Nya maka karya ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis ucapkan banyak terima kasih atas peran dan bantuan yang telah diberikan kepada : 1. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku ketua program studi Budidaya Tanaman Perkebunan dan selaku dosen pembimbing. 2. Ibu Riama Rita Manullang, SP, MP. selaku dosen penguji 1 3. Ibu F. Silvi Dwi Mentari,S. Hut, MP. selaku dosen penguji 2 4.
Bapak Ir. Hasanudin. MP selaku ketua jurusan Manajemen Pertanian
5. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Seluruh staf dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 7. Rekan-rekan mahasiswa/i yang telah membantu di dalam kegiatan penelitian hingga penyusunan karya ilmiah. 8. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi baik secara moril maupun materil. Penyusunan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan bagi penulis untuk menyelesaikan Studi Diploma III di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Penulis berharap agar Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sungai Keledang, 26 Agustus 2013 Penulis
Solpiati
9
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..............................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xii
I.
PENDAHULUAN .........................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA 3 10 11 13 13 14
III.
A. Tinjaun umum tanaman buah naga ....................................... B. Manfaat pupuk organik .......................................................... C. Tinjauan umum pupuk organik ............................................... D. Tinjauan umum pupuk organik cair PT. Natural Nusantara .... E. Keunggulan pupuk organik NASA .......................................... F. Fungsi unsur mikro dan makro bagi tanaman buah naga....... METODE PENELITIAN
19 19 20 20 20 22
IV.
A. Tempat dan Waktu ................................................................ B. Alat dan Bahan ...................................................................... C. Perlakuan .............................................................................. D. Rancangan Percobaan .......................................................... E. Prosedur Penelitian ............................................................... F. Pengambilan dan Pengolahan Data....................................... HASIL DAN PEMBAHASAN
24 26
V.
A. Hasil ...................................................................................... B. Pembahasan ......................................................................... KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ B. Saran ..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
28 28
LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL
Halaman
Nomor
Tubuh utama
1. 2.
Distribusi perlakuan pupuk organik cair pada kelompok .............. Model analisis sidik ragam percobaan rancangan acak kelompok ..................................................................................... panjang tunas .............................................................................. jumlah tunas ................................................................................
3. 4.
20 23 25 26
11
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Panjang tunas tanaman buah naga umur 2 dan 4 minggu setelah pemupukan ....................................................................... Panjang tunas tanaman buah naga umur 6 dan 8 minggu setelah pemupukan ....................................................................... Panjang tunas tanaman buah naga umur 10 dan 12 minggu setelah pemupukan ....................................................................... Jumlah tunas tanaman buah naga umur 2 dan 4 minggu setelah pemupukan.................................................................................... Jumlah tunas tanaman buah naga umur 6 dan 8 minggu setelah pemupukan.................................................................................... Jumlah tunas tanaman buah naga umur 10 dan 12 minggu setelah pemupukan ....................................................................... Pupuk organik cair NASA dan denah penelitian ............................ Pembersihan areal dan pamberian label ....................................... Penyiangan dan pengaturan batang dan cabang ..........................
Halaman
32 33 34 35 36 37 38 39 40
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Nomor 1. 2. 3. 4. 5.
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5.
Akar panjat tanaman buah naga ................................. Batang dan cabang tanaman buah naga .................... Bunga tanaman buah naga yang siap mekar .............. Buah tanaman buah naga ........................................... Biji tanaman buah naga ..............................................
5 5 6 7 8
13
I.
PENDAHULUAN
Tanaman buah naga memilki nilai ekonomis yang cukup tinggi, harga buah naga jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan buah-buah lokal sehingga tak heran tanaman buah naga menjadi komoditas yang banyak diusahakan para petani. Harga buah naga di pasaran Rp 20.000-25.000/kg, tetapi hingga saat ini persediaan buah naga di lapangan sangat terbatas bahkan banyak terjadinya kekosongan akibat banyaknya permintaan terhadap buah naga, oleh karena itu bagaimana caranya kita bisa menghasilkan tanaman buah naga dalam jumlah yang cukup dengan buah yang berkualitas prima, baik dari ukuran maupun tingkat kemanisan oleh karena itu perlu dilakukannya usaha pemupukan yang tepat. Tanaman buah naga sebagai tanaman yang memiliki respon pertumbuhan dan produksi sangat tinggi apabila dilakukan pemupukan, karena pemupukan pada tanaman buah naga dinilai sangat bermanfaat bagi tanaman buah naga selain untuk memberikan nutrisi bagi tanaman sangat baik pula dalam memperbaikan kesuburan tanah.
Dalam kegiatan pemupukan buah naga
sebaiknya menggunakan prinsip pemupukan berimbang, yakni menambahkan pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan hara oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian. Keuntungan utama dari penerapan pemupukan berimbang adalah pekebun dapat memupuk lebih efisien karena jenis dan dosis pupuk di sesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah.
Pupuk organik cair memiliki kelebihan antara lain,
memiliki unsur hara yang lengkap, dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan bagi manusia. Pupuk organik cair juga berfungsi
14
untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah sehingga tanah menjadi subur (Andoko & Nurrasyid, 2012). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pertumbuhan tanaman buah naga super red (Hylocereus costaricensis) setelah diberi pupuk organik cair. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai kebutuhan pupuk organik cair yang dikehendaki tanaman buah naga terhadap pertumbuhan vegetatifnya. Serta memberikan informasi yang lebih mendalam tentang pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman buah naga.
15
II.
A.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tanaman Buah Naga 1. Sejarah tanaman buah naga Menurut (Andoko & Nurrasyid, 2012), Tanaman buah naga berasal dari Amerika Utara dan Amerika Tengah.
Pada awalnya
tanaman ini ditujukan sebagai tanaman hias, karena bentuk batangnya segitiga dan berduri pendek serta memiliki bunga yang indah mirip dengan bunga Wijayakusuma berbentuk corong dan mulai mekar disenja dan akan mekar sempurna pada malam hari.
Karena itulah
tanaman ini juga dijuluki night blooming cereus. Nama buah naga atau dragon fruit disebabkan karena buah ini memiliki warna merah menyala dan memiliki kulit dengan sirip hijau yang mirip dengan sosok naga dalam imajinasi di negara Cina. Masyarakat Cina kuno menganggap buah naga membawa berkah, sehingga sering diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar persembahan kepada dewa. Warna merah buah menjadi mencolok di antara warna naga
yang
hijau
sehingga
memunculkan
estetika.
Dalam
perkembangannya, buah naga lebih dikenal sebagai tanaman dari Asia karena sudah dikembangkan secara besar-besaran di beberapa negara Asia terutama negara Vietnam dan Thailand. Seperti didaerah asalnya Meksiko, Amerika Tengah, maupun Amerika Utara meskipun awalnya tanaman ini ditujukan untuk tanaman hias dalam perkembangannya masyarakat Vietnam mulai mengembangkan sebagai tanaman buah, karena memang bukan hanya dapat dimakan, rasa buah ini juga enak dan memiliki kandungan yang bermanfaat dan berkhasiat. Maka
16
tanaman ini mulai dibudidayakan dikebun-kebun sebagai tanaman yang diambil buahnya. Buah naga mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 2000 dan bukan dari budidaya sendiri melainkan diimpor dari Thailand. Tanaman ini mulai dikembangkan sekitar tahun 2001, dibeberapa daerah di Jawa Timur di antaranya Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jember dan sekitarnya. Hingga kini luas areal penanaman tanaman ini masih terbatas.
Hal ini disebabkan karena
buah naga masih tergolong baru dan langka 2. Sistematika tanaman buah naga super red Buah naga dihasilkan oleh tanaman sejenis kaktus sehingga termasuk dalam keluarga Cactaceae. Klasifikasinya antara lain adalah: Devisi
: Spermathophyta (tumbuhan berbiji)
Subdevisi : Angiospermae (biji tertutup) Kelas
: Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo
: Cactales
Famili
: Cactaceae
Subfamili : Hylocereanea Genus Spesies
: Hylocereus - Hylocereus costaricensis (daging merah)
3. Morfologi tanaman buah naga super red Menurut Warisno dan Dahana (2009), tanaman buah naga merupakan tanaman parennial, tumbuh cepat, merambat dan tidak berdaun.
17
a. Akar Perakaran buah naga bersifat epifit alias menempel dan merambat pada tanaman lain.
Di habitat aslinya perakaran ini
menempel pada inang berupa tanaman keras di wilayah gurun. Buah naga tergolong tanaman berakar serabut. Akar serabut tahan terhadap kekeringan, tetapi tidak tahan terhadap genangan air terlalu lama. Walaupun akar tercabut dari tanah, tanaman masih bisa hidup dengan menyerap makanan dan air menggunakan akar udara yang tumbuh di batang.
Akar ini tumbuh disepanjang batang yang
berfungsi untuk menempel pada tanaman inang. Sementara itu, akar utama terdapat dipangkal batang.
Di dalam tanah, pertumbuhan
akar tersebut tergolong dangkal. Saat menjelang produksi akar ini hanya mencapai kedalaman 50-60 cm.
Panjang akar tersebut
mengikuti perpanjangan batang berwarna coklat yang tumbuh didalam tanah
Gambar 1. Akar panjat pada tanaman buah naga b. Batang dan Cabang Batang buah naga berwarna hijau kebiru-biruan atau keunguan. Batang tersebut berbentuk siku atau segitiga dan mengandung air sebagai cadangan makanan dalam bentuk lendir.
18
Bila sudah dewasa, batang buah naga akan berlapiskan lilin. Dari batang buah naga tumbuh cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang.
Cabang berfungsi sebagai daun untuk proses
asimilasi, di batang dan cabang tanaman ini tumbuh duri-duri yang keras dan pendek, duri-duri ini terletak di tepi siku-siku batang dan cabang di setiap titik tumbuh terdapat 4-5 buah duri.
Gambar 2. Batang dan cabang tanaman buah naga c. Bunga Bunga buah naga berbentuk condong memanjang berukuran sekitar 30 cm. Bunga mulai mekar pada sore hari. Mahkota bunga bagian luar yang berwarna krem mekar sekitar pukul sembilan malam, lalu disusul mahkota bagian dalam yang putih bersih. Di bagian ini terdapat sejumlah benang sari yang berwarna kuning. Bunga buah naga akhirnya terbuka penuh pada tengah malam, sehingga dikenal sebagai night blooming cereus. Saat mekar penuh, buah naga menyebar bau yang harum. Aroma ini memikat kekelawar agar membantu menyerbuki bunga buah naga.
19
Gambar 3. Bunga tanaman buah naga siap mekar d. Buah Buah berbentuk bulat agak lonjong, seukuran atau sedikit lebih besar dari pada buah avokad. Buah biasanya tumbuh didekat ujung cabang atau batang. Jumlahnya bisa lebih dari satu dengan letak tumbuh yang terkadang berdekatan. Kulit buahnya berwarna merah menyala untuk jenis buah naga putih dan merah, berwarna merah gelap untuk buah naga hitam, dan berwarna kuning untuk buah naga kuning. Disekujur kulit dipenuhi dengan jumbai-jumbai.
Gambar 4. Buah tanaman buah naga e. Biji Biji berbentuk bulat, berukuran kecil dan tipis, tetapi sangat keras.
Biji dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara
generatif. Namun, cara ini jarang dilakukan karena memerlukan
20
waktu yang lama hingga tanaman berproduksi. Umumnya, biji digunakan oleh para peneliti untuk menghasilkan varietas baru. Setiap buah mengandung lebih dari 1.000 biji.
Gambar 5. Biji tanaman buah naga 4. Syarat tumbuh tanaman buah naga a. Ketinggian tempat Tanaman buah naga tumbuh optimal di dataran rendah, yakni 0 -350 meter di atas permukaan laut. Khusus buah naga kuning bisa tumbuh dan beradaptasi hingga di ketinggian 800 meter di atas permukaan
laut.
Bahkan,produksinya
lebih
optimal
jika
dibudidayakan di dataran tinggi, beberapa literatur menuliskan tentang buah naga dapat hidup hingga ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut. b. Curah hujan Sebagai tanaman tropis, buah naga dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca, seperti sinar matahari dan curah hujan.
Namun, curah hujan yang ideal
untuk pertumbuhan buah naga sekitar 60 mm/bulan atau 720
21
mm/tahun.
Pada curah di atas 720-1.300 mm/tahun buah naga
masih bisa tumbuh, tetapi hasilnya kurang optimal. Karena merupakan tanaman dari keluarga kaktutus, buah naga tidak tahan dengan kondisi air yang berlebihan. Curah hujan yang terlalu tinggi atau hujan terlalu deras dan berkepanjangan bisa menyebabkan kerusakan tanaman, terutama pembusukan akar yang dapat merambat sampai ke pangkal batang. c. Suhu, Kelembapan, dan Intensitas Matahari Suhu udara ideal untuk pertumbuhan tanaman buah naga antara 26-36oC, dengan kelembapan 70-90%.
Sementara itu,
intensitas sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 70-80%. Tanaman ini membutuhkan cahaya matahari dari pagi hingga sore hari. Karena itu, buah naga sebaiknya ditanam di lahan tanpa naungan dengan sirkulasi udara yang baik. d. Kondisi tanah Struktur tanah yang gembur juga meningkatkan drainase tanah sehingga dapat mencegah genangan air. Jika drainase tanah baik, maka seluruh kehidupan yang berada di dalam tanah berjalan dengan baik dan tanaman dapat tumbuh dengan subur dan berproduksi baik. Tanaman buah naga tidak tahan terhadap air yang menggenang lama karena dapat menyebabkan perakaran dan batang membusuk. Di samping itu, bila tanaman sedang berbunga atau berbuah, maka keadaaan air yang menggenang dan berlebihan dapat menyebabkan rontoknya semua bunga dan buah (Cahyono, 2009).
22
Jika menggunakan hara organik untuk pemupukan, bahan harus benar-benar matang karena berfungsi menyangga kation dan aktivitas mikroorganisme. Derajat keasaman (ph) tanah yang sesuai untuk buah naga sekitar 6,5-7 dan tanah tidak mengandung garam (Andoko & Nurrasyid, 2012). Adapun objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah buah naga super red Hylocereus costaricensis. Ciri-ciri dari species ini adalah tumbuh dengan cepat, bahkan mungkin yang tercepat di antara genus Hylocereus,
batangnya berlapis wax berwarna putih,
bunganya berukuran besar, buah berwarna merah cerah dengan bentuk oval dan gelambir kulit bervariasi, buah berukuran besar dengan ukuran panjang 10 - 15 cm, dan daging buah berwarna merah tua, bertekstur lembut dan rasanya enak dengan banyak biji berwarna hitam kecil (Winarsih 2007).
B. Manfaat Pupuk Fungsi utama pupuk adalah manyediakan atau menambahkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Unsur hara tersebut kadang-kadang
tersedia dalam jumlah yang sedikit, bahkan tidak tersedia sama sekali di dalam tanah. Keadaan ini mungkin disebabkan kondisi tanah memang tidak mengandung unsur hara, pemakaian tanah secara terus-menerus tanpa adanya perawatan, dan perawatan tanah yang salah.
Pemberian pupuk
organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah yaitu memperbaiki struktur tanah yang awalnya padat menjadi gembur dan menyediakan ruang dalam tanah untuk air dan udara. Ruang yang berisi udara dan tanah akan merangsang tumbuhnya bakteri aerob pada akar sehingga air yang tersedia dapat
23
diserap oleh tanaman. Tanah yang gembur juga akan lebih mudah diolah sehingga dapat mengurangi biaya pengolahan. Pemakaian pupuk organik di tanah yang mudah lepas seperti tanah berpasir sangat baik. Butiran tanah yang diikat oleh bahan organik sehingga tidak cepat hancur dan lebih padat. Pemakaian pupuk organik juga sangat bermanfaat untuk mengurangi erosi permukaan tanah pupuk organik yang menutup permukaan tanah akan memperkuat struktur tanah di bagian permukaan, sehingga mudah terbawa air. Selain memperbaiki sifat fisik tanah, pupuk organik juga bermanfaat untuk memperbaiki sifat fisik kimia tanah. Selain itu, pupuk organik juga berguna untuk mempertahankan atau mencegah hilangnya unsur hara dengan cepat. Unsur hara nitrogen (N), fospior (P), dan kalium (K) biasanya mudah hilangoleh pengupan dan terbawa air. Namun, denngan adanya pupuk organik, unsur
hara ini akan diikat oleh bahan organik sehingga
dapat tersedia bagi tanaman.
Selain itu, ada pupuk organik yag bias
mengubah unsur hara yang sulit diserap tanaman menjadi unsur hara yang bisa diserap tanaman.
Karena itu, pemberian pupuk organik akan
membantu tanaman menyerap unsur hara dari tanah. Pemberian pupuk organik juga dapat membantu memperbaiki keasaman tanah. Pemberian kapur atau pupuk organik dapat meningkatkan pH tanah. Keasaman tanh merupakan salah satu faktor penting dalam pemupukan. Pemberian pupuk organik akan memperbaiki sifat biologi tanah (Parnata Ayub, 2004)
C. Tinjauan Umum Pupuk Organik Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau mahluk hidup yang telah mati, bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berebeda
24
dari semula.
Pupuk oraganik termasuk pupuk majemuk lengkap karena
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur dan mengandung unsur mikro (Hadisuwito, 2007). Berdasarkan cara pembuatanya pupuk organik
terbagi dua
kelompok yaitu pupuk organik alami dan pupuk organik buatan.
Jenis
pupuk yang tergolong dalam kelompok pupuk organik alami benar-benar langsung diambil dari alam, seperti sisa-sisa hewan, tumbuhan, tanah baik dengan atau tanpa sentuhan teknologi, seperti pupuk kandang, kompos, pupuk hijau dan pupuk kotoran burung. Pupuk organik buatan yang bersifat alami atau non kimia, berkualitas baik, dengan bentuk ukuran dan kemasan praktis, mudah didapat, didistribusikan dan diaplikasikan, serta kandungan hara yang lengkap dan terukur, berdasarkan bentuknya ada dua jenis yaitu padat dan cair (Sigit dan Marsono, 2001). Salah satu alternatif untuk mengurangi pupuk kimia yang telah banyak dilakukan di Indonesia adalah memanfaatkan jasad hidup tanah yang dapat membantu memperbaiki kesuburan tanah atau meningkatkan penyediaan unsur hara bagi tanaman. Dalam kegiatan budidaya tanaman, penggunaan pupuk kimia yang kurang menguntungkan dapat diatasi dengan penggunaan pupuk organik, seperti pupuk kandang pupuk hijau, humus dan pupuk organi cair. Dengan demikian kebutuhan pupuk organik akan semakin meningkat dan hal ini harus diimbangi dengan persediaan pupuk organik yang terjamin dan peralatan pembuatan pupuk relatif murah dan mudah. Kapasitas produksi pupuk organik saat ini belum mencapai hasil yang memuaskan karena produktifitasnya sangat rendah dibanding dengan pupuk anorganik. Meskipun demikian, pupuk organik sangat prosfektif karena
25
permintaan pasar dunia terhadap pupuk organik semakin meningkat. Tercatat peningkatannya 20% per-tahun dan pada saat ini, produk yang dihasilkan dari budi daya atau peternakan yang menggunakan pupuk organik lebih disukai masyarakat. Alasanya, produk tersebut lebih aman bagi kesehatan.
Di negara-negara maju, masyarakatnya mulai beralih
mengonsumsi produk yang dihasilkan secara organik (Purwa (2007).
D. Tinjauan Umum Pupuk Organik Cair PT. (NASA).
Natural Nusantara
Kandungan yang terdapat dalam pupuk organik cair nasa yaitu sebagai berikut : N 0.12%, P2O5 0.03%, K 0.31%, Ca 60.40 ppm, S 0.12%, Mg 16.88 ppm, Cl 0.29%, Mn 2.46 ppm, Fe 12.89 ppm, Cu < 0.03 ppm, Zn 4.71 ppm, Na 0.15%, B 60.84 ppm, Si 0.01%, Co < 0.05 ppm, Al 6.38 ppm, NaCl 0.98%, Se 0.11 ppm, As 0.11 ppm, Cr < 0.06 ppm, Mo < 0.2 ppm, V < 0.04 ppm, SO4 0.35%, C/N ratio 0.86%, ph 7.5, Lemak 0.44%, Protein 0.72% Kandungan Lain : Asam - asam organik ( Humat 0.01% Vulbat, dll ) Zat Perangsang Tumbuh yaitu Auksin. Giberilin, Sitokinin. Bebas logam berat ( Pb,Cd,Hg,As ) dan bebas mikroba E.Coli Salmonella (Lampiran 13) E.
Keunggulan Pupuk Organik Cair Nasa yaitu : 1. Meningkatkam kualitas dan kuantitas
tanaman serta
pelestarian
lingkungan/ tanah. 2. Menjadikan tanah yang keras berangsur- angsur menjadi gembur. 3. Melarutkan sisa – sisa pupuk kimia dalam
tanah sehingga dapat
dimanfaatkan tanaman. 4. Memberi semua jenis unsur makro dan mikro lengkap bagi tanaman. 5. Dapat mengurangi penggunaan Urea, TSP dan KCL ± 12,5% - 25%.
26
6. Memacu pertumbuhan tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan serta mengurangi kerontokan bunga dan buah. 7. Membantu perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanaman 8. Membantu mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit tanaman.
F. Fungsi Unsur Makro dan Mikro 1. Karbon (C) Karbon
yang
digunakan
oleh
karbondioksida (CO2) yang ada di udara.
tumbuhan
berasal
dari
Karbondioksida merupakan
hasil respirasi (pernapasan manusia) atau pembakaran sempurna zat-zat organik.
Karbon berfungsi untuk membentuk karbohidrat,lemak, dan
protein yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Selain itu,
berfungsi untuk membentuk selulosa yang merupakan dinding sel dan memperkuat bagian tanaman. 2. Nitrogen (N) Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan tunas. Nitrogen berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang berguna dalam proses fotosintesis. Selain itu, nitrogen bermanfaat dalam pembentukan protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainya.
Perlu diketahui,
sekitar 78% volume udara terdiri dari nitrogen. 3. Hidrogen (H) Hidrogen diperoleh tanamn dengan cara memecah air (H2O). Air dapat diperoleh tanamn dari udara dan tanah. Hidrogen berguna dalam proses
pembentukan
gula
(glukosa)
menjadi
karbohidrat
dan
27
sebaliknya,serta proses pembentukan lemak dan protein. Proses untuk menghasilakn glukosa dikenal dengan asimilasi karbondioksida atau fotosintesis. 4. Fospor (P) Unsur
fospor
bagi
tanaman
berguna
untuk
merangsang
pertumbuhan akar khususnya tanaman muda. Fospor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan protein terentu, membantu asimilsi dan pernafasan, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah. 5. Kalium (K) Fungsi kalium adalah membantu pembentukan protein dan karbohidrat.
Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman
agar bunga dan buah tidak mudah gugur. 6. Kalsium (Ca) Kalsium berfungsi sebagai pengatur pengisapan air juga dari dalam tanah. Kalsium juga berguna untuk menghilagkan (penawar) racun dalam tanaman.
Selain itu, kalsium berguna
untuk mengaktifkan
pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang. Kalsium bisa digunakan untuk menetralkan kondisi senyawa dan kondisi tanah yang merugikan. 7. Magnesium (Mg) Agar
tercipta
hijau
daun
yang
karbohidrat, lemak, dan minyak-minyak.
sempurna dan
berbentuk
Magnesium pun berperan
penting dalam transportasi fosfat dalam tanaman.
28
8. Belerang (S) Sulfur atau belerang berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar.
Pertumbuhan
lainya
yang
didukung
sulfur
adalah
pertumbuahan tunas dan pembentukan hijau daun (klorofil)
untuk
Sulfur ini
merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam amino. 9. Oksigen (O2) Oksigen diperoleh
tanaman dari air dan udara.
Sekitar 21%
volume udara dan oksigen. Oksigen diisap tanaman dari udara melalaui proses respirasi. Oksigen dibutuhkan tanaman untuk membentuk bahan organis tanaman. Seluruh tanaman baik akar, batang, bungga dan buah memerlukan oksigen.
Oksigen dibutuhkan dalam sel tanaman untuk
mengubah karbohidrat menjadi energi, proses ini disebut okidasi. 10. Seng (Zn) Berfungsi
sebagai
katalisator
dalam
pembentukan
protein,
mengatur pembentukan asam indoleasetik ( asam yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh tanaman) dan berperan aktif dalam transformasi karbohidrat. 11. Klor (CI) Klor bermanfaat untuk membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Kekurangan klor akan penyebabkan produktivitas tanaman rendah.
29
12. Besi (Fe) Zat besi berperan dalam proses proses fsilogi tanaman seperti proses pernapasan dan pembentukan zat hijau daun klorofil (klorofil). Kekurangan zat basi menyebabkan tanaman menjadi berwarna kuning. 13. Mangan (Mn) Berfungsi sebagai aktifator berbagai enzim yang berperan dalam proses perombakan karbohidrat dan metabolisme nitrogen. Mangan bersama dengan besi membantu terbentuknya sel-sel klorofil. Terkadang juga berperan dalam sintesis berbagai vitamain. Kekurangan mangan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. 14. Tembaga (Cu) Unsur ini adalah aktifator enzim dalam proses penyimpanan cadangan makanan.
Didalam tanaman tembaga berperan sebagai
katalisator dalam proses pernapasan dan perombakan karbohidrat sebagai salah satu elemen dalam proses pembentukan vitamin A dan secara tidak
langsung berperan dalam proses pembentukan klorofil.
Kekurangan tembaga menyebabkan ujung daun secara tidak merata di temukan layu. 15. Boron (Bo) Unsur mikro ini sangat dibutuhkan dalam proses diferensiasi (pembentukan) sel yang sedang tumbuh. Peran boron didalan tanaman adalah membantu sintesis protein, membantu metabolisme karbohidrat, mengatur kebutuhan air didalan tanaman, membentuk serat dan biji dan merangsang proses penuaan tanaman sehingga jumlah bunga dan hasil
30
panen meningkat. Kekurangan boron menyebabkan batang klorosis yang di mulai dari bagian bawah batang. 16. Molibdenum (Mo) Molibdenum berfungsi untuk mengikat nitrogen bebas dari udara. Selain
itu,
berfungsi
sebagai
komponen
pembentukan
enzim.
Kekurangan molybdenum bisa menyebabkan tanaman mati. (Parnata
Ayub, 2004)
31
III. METODE PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan percontohan Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah selama 3 bulan terhitung mulai dari tanggal 15 Oktober 2012 dan berakhir pada tanggal 15 Januari 2013.
B.
Alat dan Bahan 1. Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Cangkul b. Parang c. Pisau d. Gembor e. Alat tulis menulis f.
Penggaris atau Meteran
g. Kamera h. Gelas ukur 2. Bahan a. Tanaman buah naga super red (Hylocereus costaricensis) berumur ±1,5 tahun b. Pupuk organik cair PT. Natural Nusantara (NASA). c. Tali rapia d. Kawat alumunium
32
C. Perlakuan Perlakuan yang dicobakan pada penelitian ini terdiri dari satu faktor, yaitu pupuk organik cair (p), yang terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu : (Lampiran 13) Tabel 1. Distribusi perlakuan pupuk oganik cair pada kelompok Kelompok
Pupuk oraganik cair 1
2
3
Kontrol (p0)
p0
p0
p0
30cc
(p1)
p1
p1
p1
60cc
(p2)
p2
p2
p2
90cc
(p3)
p3
p3
p3
D. Rancangan Percobaan Percobaan ini dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 taraf
perlakuan dan 3
kelompok, untuk setiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan setiap kelompok (Tabel 1).
Jadi jumlah seluruh tanaman buah naga dalam percobaan ini
adalah 36 tanaman.
E. Prosedur Penelitian 1. Pebersihan Areal Areal yang digunakan dalam penelitian ini adalah areal yang sudah di tanam dengan tanaman buah naga yang berumur ±1,5 tahun, kemudian
dibersihkan
dari
gulma,
setelah
bersih
dilakukan
pembumbunan di pangkal batang tanaman buah naga, pembumbunan bertujuan untuk memperluas wilayah tumbuh akar, sehingga daya tembus akar dan pembesaran rimpang lebih leluasa (Lampiran 14)
33
2. Persiapan tanaman Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman buah naga jenis Hylocereus costaricensis yang sudah berumur 1,5 tahun, pada setiap tajarnya tumbuh tiga cabang primer dilahan kebun percontohan budidaya tanaman perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Pemberian Label Masing – masing tajar diberi label sesuai dengan perlakuannya. Penentuan letak label pada penelitian ini dilakukan dengan cara diundi (Lampiran 14) 4. Pemupukan Pemupukan organik cair diberikan dua kali, pemupukan pertama diberikan setelah pemotongan batang primer dengan cara disiram menggunakan gembor disekeliling tanaman dan di tajar juga dilakukan penyiraman pupuk karna di tajar juga di tumbuhi oleh akar pemupukan dilakukan sesuai perlakuan. setelah
pemupukan
Pemupukan kedua diberikan satu bulan
pertama
dengan
cara
yang
sama
seperti
pemupukan yang pertama. 5. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman
dilakukan
di
sekeliling
tanaman
dengan
menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 09.00 wita dan soreh hari 16.30 – 17.00 wita tergantung cuaca ataupun kelembaban tanah.
Hal yang penting dalam
34
penyiraman adalah tanah tidak terlalu basah (menggenang) ataupun terlalu kering. b. Penyiangan Penyiangan ini dilakukan apabila ada gulma atau rumput yang tumbuh di sekitar tanaman dengan cara mencabut dan dengan cara menggunakan parang (Lampiran 15) c. Pengaturan batang dan cabang Pemotongan batang primer buah naga dilakukan setinggi 180 cm dari permukaan tanah ( sebatas tinggi tajar untuk menopang cabang sekunder). Setelah pemotongan batang primer akan tumbuh tunas yang merupakan calon batang sekunder, tunas cabang sekunder inilah yang diamati (Lampiran 15)
F. Pengamatan dan Pegolahan Data 1. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap setiap tunas cabang sekunder buah naga yang muncul di lapangan dengan parameter jumlah tunas dan panjang tunas. a. Panjang tunas (cm) Panjang tunas yang diamati sebanyak 6 kali dimulai pada 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 minggu setelah pemotongan batang primer, dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal tunas pada tanaman sampai dengan ujung tunas menggunakan meteran atau pengaris, satuan pengukuran adalah cm
35
b. Jumlah tunas yang muncul (buah) Jumlah tunas yang diamati sebanyak 6 kali dimulai pada 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu setelah pemotongan batang primer dilakukan dengan cara menghitung banyaknya jumlah tunas yang terbentuk. 2.
Analsis Data Menurut Yitnosunarto (1991) dan Sudjana (1992), model matematis yang digunakan untuk menganalisa setiap parameter data yang diamati adalah : Y=µ+K+T+E Dimana :
µ = Nilai rerata harapan (mean) K = Pengaruh pengelompokkan T = Pengaruh faktor perlakuan E = Pengaruh galat
Berdasarkan model matematika tersebut di atas, maka bentuk analisa sidik ragam yang diperhitungkan menjadi seperti yang di sajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Model analisis sidik ragam kelompok Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kelompok(K) Perlakuan(P) Galat(G)
V1=k-1 V2=(t-1) V3=(vtv1-v2) Kt-1=vt
JKK JKP JKG
Total
percobaan rancangan acak
Kuadrat Tengah
F-Hitung
(JKK)/v1 KTK/KTG (JKP)/v2 KTP/G (JKG)/V3
F table*) 5% 1% (V1,V3) (V2,V3)
JK T
Data yang diperoleh dari pengamatan pada masing-masing perlakuan dihitung rata-ratanya.
Untuk mengetahui pengaruh
perlakuan terhadap parameter yang diamati dilakukan analisis ragam
36
(uji F) pada taraf 5%.
Jika pada uji F perlakuan menunjukkan
pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Hanafiah, 1993)
37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Panjang tunas Bedasarkan hasil analisis sidik ragam penelitian perlakuan pupuk organik cair NASA, memberikan pengaruh nyata pada umur 10 dan 12 (minggu setelah pemupukan) msp (lampiran 5 dan 6) namun berpengaruh tidak nyata pada umur 2, 4, 6, dan 8 mst (lampiran 1,2,3 dan 4) perlakuan pupuk organik cair disajikan pada table 3. Tabel 3. Rerata panjang tunas (cm) buah naga pada umur 2,4,6,8,10, dan 12 msp yang mendapat perlakuan pupuk organik cair. Umur
Perlakuan POC
2
4
6
8
10
12
p0
1,61 a
2,06 a
6,96 a
12,2 a
16,78 c
30,44 c
p1
1,87 a
2,37 a
7,67 a
13,8 a
18,71 bc
41,95bc
p2
1,85 a
2,44 a
8,56 a
14,32 a
16,85 c
47,06 b
p3
2,15 a
2,84 a
7,49 a
15,09 a
23,27 a
52,69 a
Keterangan :
Nilai tengah pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada tarap 5% analis sidik ragam
Berdasarkan tabel 3 tersebut diketahui bahwa rerata panjang tunas pada umur 2 minggu setelah pemotongan batang primer adalah antara 1,61 cm sampai dengan 2,15 cm, pada umur 4 minggu rerata panjang tunasnya adalah 2,06 sampai dengan 2,84 cm, pada umur 6 minggu rerata panjang tunasnya adalah 6,96 sampai dengan 7,49 cm, pada umur 8 minggu rerata panjang tunasnya adalah 12,2 sampai dengan 15,09 cm, pada umur 10 minggu rerata panjang tunasnya adalah
38
16,78 sampai dengan 23,27 cm, dan pada umur 12 minggu rerata panjang tunasnya adalah 30,44 sampai dengan 52,69 cm. 2. Jumlah tunas Bedasarkan hasil analisis sidik ragam penelitian perlakuan pupuk organik cair NASA, memberikan pengaruh nyata pada umur 8,10 dan 12 (minggu setelah pemupukan) msp (lampiran 10,11 dan 12) namun berpengaruh tidak nyata pada umur 2, 4 dan 6 msp (lampiran 7,8 dan 9) perlakuan pupuk organik cair disajikan pada table 4. Tabel 4. Rerata jumlah tunas buah naga pada umur 2,4,6,8,10, dan 12 msp yang mendapat perlakuan pupuk organik cair. Perlakuan POC p0
2
4
Umur 6
8
10
12
a
1,44 a
2,00 a
3,00 c
4,11 c
5,22 c
p1
1,67 a
2,11 a
2,78 a
3,78 c
4,89 c
6.00 b
p2
2,89 a
2,78 a
4,00 a
4,56 a
5,89 ab
6,44 ab
p3
2,56 a
2,44 a
3,67 a
4,44 ab
6,44 a
7,67 a
Keterangan :
1,00
Nilai tengah pada kolom yang sama yang diikuti hurup yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada tarap 5% analis sidik ragam.
Berdasarkan table 4 tersebut diketahui bahwa rerata jumlah tunas pada umur 2 minggu setelah pemotongan batang primer adalah anatara 1.00 sampai dengan 2,56 tunas yang tumbuh, pada umur 4 minggu rerata tunas adalah 1,44 sampai dengan 2,44 tunas yang tumbuh, pada umur 6 minggu rerata jumlah tunasnya adalah 2.00 sampai dengan 3,67 tunas yang tumbuh, pada umur 8 minggu rerata jumlah tunas adalah 3.00 sampai dengan 4,44 tunas yang tumbuh, pada umur 10 minggu rerata jumlah tunas adalah 4,11 sampai dengan 6,44 tunas yang
39
tumbuh, dan pada umur 12 minggu rerata jumlah tunas adalah 5,22 sampai dengan 7,67 tunas yang muncul.
B.
Pembahasan Dari hasil pengamatan, pemberian pupuk
organik cair terhadap
panjang tunas tanaman buah naga menunjukkan hasil yang cukup baik, karena dapat dilihat dari peningkatan panjang tunas tanaman buah naga pada minggu 10 dan 12 pada perlakuan p2 dan p3 berpengaruh beda nyata dari pada tanaman yang tanpa perlakuan, begitu pula pada jumlah tunas pemberian pupuk organik cair terhadap jumlah tunas tanaman buah naga menunjukan hasil yang cukup baik, karna dapat dilihat dari peningkatan jumlah tunas tanaman buah naga pada minggu ke 8, 10 dan 12 pada perlakuan p2 dan p3 berpengaruh nyata dari tanaman tanpa perlakuan. Tanaman buah naga tanpa pemberian pupuk organik cair mengalami pertumbuhan yang kurang baik, hal ini disebabkan karena kurangnya
unsur
hara
yang
dibutuhkan
oleh
tanaman.
Dengan
menggunakan pupuk organik cair, kekurangan unsur hara baik itu unsur makro dan unsur mikro yang ada didalam tanah dapat ditambahkan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal. Menurut Anna (1985), tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dapat memacu pertumbuhan tanaman. Apabila unsur hara yang ada dalam tanah memadai bagi pertumbuhan tanaman, maka tanaman akan lebih banyak menyerap unsur hara yang ada di dalam tanah tersebut. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan bobot dan ukuran suatu organisme yang tidak dapat balik. Tersedianya unsur hara yang cukup pada saat yang tepat dalam fase vegetatif dapat menunjang laju
40
pembentukan sel-sel baru serta sistem perakaran. Sel-sel baru terbentuk karena
adanya
aktivitas
pembelahan
sel,
perpanjangan
sel
dan
deferensiasi sel (Harjadi, 2002). Menurut Lakitan (1996), bahwa selama masa pertumbuhan vegetatif tanaman, pertambahan berat atau ukuran tanaman berlangsung lambat pada awalnya tetapi kemudian berlangsung semakin cepat. Menurut Purwa (2007), bahwa pemberian pupuk organik memiliki keunggulan yaitu memperbaiki dan menjaga struktur tanah tetap gembur, sehingga pertumbuhan akar tanaman menjadi lebih baik, menigkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air, sehingga ketersediaan air yang dibutuhkan tanaman memadai dan menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah.
41
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berian pupuk organik cair pada perlakuan p2 dan p3 berpengaruh beda nyata pada minggu ke 10 dan 12 dari pada tanaman yang tanpa perlakuan, begitu pula pada jumlah tunas pemberian pupuk organik cair terhadap jumlah tunas tanaman buah naga menunjukan hasil yang cukup baik, karna dapat dilihat
dari
peningkatan jumlah tunas tanaman buah naga pada minggu ke 8, 10 dan 12 pada perlakuan p2 dan p3 berpengaruh
nyata dari tanaman tanpa
perlakuan. Doisis pupuk organik cair terbaik pada percobaan ini adalah 90 cc/l.air/tanaman.
B. Saran 1. Dianjurkan untuk menggunakan pupuk organik cair terhadap budidaya tanaman buah naga dengan dosis 90 cc/l.air/tanaman sampai umur 3 bulan setelah pemangkasan. 2. Apabila kita membudidayakan tanaman buah naga dan pemupukannya menggunakan pupuk organik cair sebaiknya dekat dengan sumber air supaya mudah melakukan pemupukan.
42
DAFTAR PUSTAKA Andoko. A dan Nurrasyid. H, 2012. Lima jurus sukses hasilkan buah naga kualitas prima. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Anna. K.P.Y, dkk. 1985. Dasar-dasar ilmu tanah. Badan Kerjasama. PTN Indonesia Bagian Timur. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin Cahyono, B. 2009. Buku Terlengkap Sukses Bertanam Buah Naga. Pustaka Mina. Jakarta Harjadi, 2002. Pengantar Agonomi. Jakarta Hadisuwito. 2007. Membuat Pupuk Kompos cair. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hanafiah. 1993. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Lingga dan Marsono, 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta Lakitan, B. 1996. Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta Parnata, 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agro Media Pustaka. Depok Purwa DR. 2007. Petunjuk Pemupukan . Agromedia Pustaka. Jakarta Sigit, P dan Marsono. 2002. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta. Sudjana. 1992. Desain dan Analisis Eksperimen. Tarsito. Bandung Warisno dan Dahana. 2009. Buku Pintar Bertanam Buah Naga di Kebun, Pekarangan dan Dalam Pot. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Winarsih sri, 2007. Mengenal dan membudidayakan buah naga. CV Aneka Ilmu. Semarang Warisno dan Dahana. 2009. Buku Pintar Bertanam Buah Naga di Kebun, Pekarangan dan Dalam Pot. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yitnosunarto. 1991. Perancangan Percobaan dan Interprestasinya. Gramedia, Jakarta
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Analisis sidik ragam panjang tunas pada umur 2 minggu setelah pemupukan F Tabel SK DB JK KT F Hitung 5% 1% 1. Kelompok 2 0,98 0,49 2,88tn 2;6= 5,14 10,92 2. Perlakuan 3 0,45 0,15 0,88tn 3;6= 4,76 9,78 3. Galat 6 1,02 0,17 Total 11 2.45 Keterangan : tn = Tidak nyata pada taraf 5 % KK = 22,06%
Analisis sidik ragam panjang tunas pada umur 4 minggu setelah pemupukan SK DB JK KT F Hitung F Tabel 5% 1% tn 1. Kelompok 2 0,97 0,49 2,19 2;6= 5,14 10,92 2. Perlakuan 3 0,95 0,32 1,43tn 3;6= 4,76 9,78 3. Galat 6 1,33 0,22 Total 11 3.25 Keterangan : tn = Tidak nyata pada tarap 5 % KK = 30,15%
45
Lampiran 2. Analisis sidik ragam panjang tunas pada umur 6 minggu setelah pemupukan F F Tabel SK DB JK KT Hitung 5% 1% tn 1. Kelompok 2 6,21 3,11 3,30 2;6= 5,14 10,92 2. Perlakuan 3 3,95 1,32 1,40tn 3;6= 4,76 9,78 3. Galat 6 5,64 0,94 Total 11 15,8 Keterangan : tn = Tidak nyata pada tarap 5% KK = 35,03%
Analisis sidik ragam panjang tunas pada umur 8 minggu setelah pemupukan F SK DB JK KT Hitung F Tabel 5% 1% tn 1. Kelompok 2 2,56 1,28 1,27 2;6= 5,14 10,92 2. Perlakuan 3 13,46 4,49 4,46tn 3;6= 4,76 9,78 3. Galat 6 6,03 1,01 Total 11 22,05 Keterangan : tn = Tidak nyata pada tarap 5% KK = 27.00%
46
Lampiran 3. Analisis sidik ragam panjang tunas pada umur 10 minggu seelah pemupukan SK DB JK KT F Hitung F Tabel 5% 1% 1. Kelompok 2 6,66 3,33 0,64tn 2;6= 5,14 10,92 2. Perlakuan 3 83,32 27,77 5,37* 3;6= 4,76 9,78 3. Galat 6 31,03 5,17 Total 11 121,01 Keterangan : tn = tidak nyata pada tarap 5% * = Beda nyata KK = 52,30%
Lampiran 6. Analisis sidik ragam panjang tunas pada umur 12 minggu setelah pemupukan SK DB JK KT F Hitung F Tabel 5% 1% 1. Kelompok 2 25,92 12,96 0,35tn 2;6= 5,14 10,92 2. Perlakuan 3 807,38 269,13 7,24* 3;6= 4,76 9,78 3. Galat 6 223,13 37,19 Total 11 1056,43 Keterangan : tn = tidak nyata pada tarap 5% * = Beda nyata KK = 86,43%
47
Lampiran 4. Analisa Sidik Ragam jumlah tunas umur 2 minggu setelah pemupukan F SK DB JK KT Hitung F Tabel 5% 1% 2 0,91 0,46 0,70tn 2;6= 5,14 10,92 1. Kelompok 3 6,62 2,21 3,39tn 3;6= 4,76 9,78 2. Perlakuan 3. Galat 6 3,91 0,65 Total 11 11,44 Keterangan : tn = Tidak nyata pada tarap 5% KK = 39,91%
Analisa Sidik Ragam jumlah tunas umur 4 minggu setelah pemupukan F SK DB JK KT Hitung F Tabel 5% 1% tn 1. Kelompok 2 0,69 0,35 1,00 2;6= 5,14 10,92 2. Perlakuan 3 2,92 0,97 2,83tn 3;6= 4,76 9,78 3. Galat 6 2,06 0,34 Total 11 5,67 Keterangan : tn = Tidak nyata pada tarap 5% KK = 26.62%
48
Lampiran 5. Analisa Sidik Ragam jumlah tunas umur 6 minggu setelah pemupukan SK DB JK KT F Hitung F Tabel 1. Kelompok 2. Perlakuan 3. Galat Total
2 3 6 11
0,02 4,93 0,51 5,46
0,13 7,33 1,72
0,08tn 4,26tn
2;6= 5,14 3;6= 4,76
10,9 9,78
Keterangan : tn = Tidak nyata pada tarap 5% KK = 42,17%
Analisa Sidik Ragam jumlah tunas umur 8 minggu setelah pemupukan SK DB JK KT F Hitung F Tabel 5% 1% 1. Kelompok 2 0,36 0,24 0,28tn 2;6= 5,14 10,92 2. Perlakuan 3 15,75 4,63 5,32* 3;6= 4,76 9,78 3. Galat 6 1,43 0,87 Total 11 17.54 Keterangan : tn = Tidak nyata pada tarap 5% * = Beda nyata KK = 24,60%
49
Lampiran 6. Analisa Sidik Ragam jumlah tunas umur 10 minggu setelah pemupukan SK DB JK KT F Hitung F Tabel 5% 1% tn 1. Kelompok 2 0,24 1,56 1,63 2;6= 5,14 10,92 2. Perlakuan 3 80,08 9,70 10,10* 3;6= 4,76 9,78 3. Galat 6 1,09 0,96 Total 11 81,41 Keterangan : tn = Tidak nyata pada tarap 5% * = Beda nyata KK = 18,38%
Analisa Sidik Ragam jumlah tunas umur 12 minggu setelah pemupukan SK DB JK KT F Hitung F Tabel 5% 1% 1. Kelompok 2 0,35 2,06 1,44tn 2;6= 5,14 10,92 2. Perlakuan 3 112,36 9,41 6,58* 3;6= 4,76 9,78 3. Galat 6 4,47 1,43 Total 11 117,18
Keterangan : tn * KK
= Tidak nyata pada tarap 5% = Beda nyata = 18.89%
50
Lampiran 7. Pupuk organik cair NASA
Denah penelitian
U Blok 1
Blok 2
Blo ok 3
P0.2 P3.3 P1.1
P1.1 P3.2 P1.3 P0.2
P0.1 P2.3 P2.2 P3.3
P1.2 P2.1 P3.2 P3.1
P2.3 P0.1 P3.3 P2.2
P3.1 P2.1 P3.1 P1.1
P0.2 P0.1 P1.3 P2.2
P3.1 P0.3 P2.1 P1.2
P0.2 P03
P2.3
Keterangan : P0
: Kontrol
P1
: Pupuk organikk cair 30 cc/l.air/tanaman
P2
: Pupuk organikk cair 60 cc/l.air/tanaman
P3
: Pupuk organic cair 90 cc/l.air/tanaman
P1.2 P3.2
51
Lampiran 8. Pembersihan areal
Pemberian Label
52
Lampiran 9. Penyiangan
Pengaturan batang dan cabang