1
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TABULAMPOT BUAH NAGA (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R)
OLEH FITRI HASTUTI A24051997
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TABULAMPOT BUAH NAGA (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Fitri Hastuti A24051997
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
3
RINGKASAN FITRI
HASTUTI.
Pengaruh
Konsentrasi
Pupuk
Daun
terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Tabulampot Buah Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R). (Dibimbing oleh ADIWIRMAN dan WINARSO D. WIDODO). Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif tabulampot buah naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R) yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru pada bulan Maret 2009 hingga Juli 2009. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan satu faktor, tiga ulangan. Faktor tersebut yaitu konsentrasi pupuk daun yang terdiri dari pupuk Gandasil D 1.5, 3, dan 4.5 g/l, dan pupuk Fertisim 0.5, 1, dan 1.5 ml/l. Bahan tanaman yang digunakan berupa stek tanaman buah naga yang berumur 1 bulan dan belum bertunas. Stek ditanam di dalam pot plastik berdiameter 50 cm yang sudah berisi media tanam yang merupakan campuran arang sekam, tanah, pupuk kandang, dolomit, pupuk NPK 15-15-15, garam dapur kasar, dan Furadan. Setiap pot berisi tiga stek. Aplikasi pupuk daun dilakukan 1 minggu sekali dengan cara disemprotkan seluruh permukaan batang. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Fertisim dengan konsentrasi 1.5 ml/l memberikan hasil diameter batang yang lebih besar pada 18 MST dan 19.52 % lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Selain itu penggunaan pupuk Fertisim dengan konsentrasi 1 ml/l memberikan hasil diameter batang yang lebih besar saat 19 MST. Jika dibandingkan dengan kontrol perlakuan ini lebih baik 4.95%. Semua perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap panjang tunas dan waktu muncul tunas. Warna batang saat pengamatan pertama (1 MST) untuk semua perlakuan adalah kuning tua dengan kilap sangat cerah, sedangkan pada pengamatan akhir (19 MST) ketika tanaman sudah cukup dewasa warna batang menjadi hijau tua dengan kilap sangat cerah untuk perlakuan pupuk Gandasil D 1.5 dan 3 g/l, dan pupuk Fertisim 0.5 ml/l, akan tetapi warna
batang pada
perlakuan pupuk Gandasil D 4.5 g/l, Fertisim 1, dan 1.5 ml/l, dan kontrol adalah hijau muda kilap sangat cerah.
4
Judul
: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TABULAMPOT BUAH NAGA (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R)
Nama
: Fitri Hastuti
NRP
: A24051997
Menyetujui
Pembimbing I,
Pembimbing II,
(Dr. Ir. Adiwirman, MS)
(Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS)
NIP: 196204161987031001
NIP: 196208311987031001
Mengetahui: Ketua Departemen,
( Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr) NIP: 196111011987031003
Tanggal lulus :
5
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 29 Mei 1987. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Abdul Hasyim dan Ibu Laelah. Tahun 1993 penulis lulus dari TK Adhyaksa XXI Jakarta, tahun 1999 penulis lulus dari MI Al- Hidayah Lestari Jakarta, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMPN 37 Jakarta. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 29 Jakarta pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama di IPB penulis mengikuti kurikulum mayor minor dengan mengambil program Supporting Course. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kepanitiaan dan organisasi. Tahun 2007 penulis aktif
di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas Pertanian sebagai anggota divisi ekonomi. Selanjutnya tahun 2009 sebagai pengajar di Bimbingan Belajar Unggul College, Bogor.
6
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat, hidayah serta inayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian yang berjudul pengaruh konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif tabulampot buah naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R). Judul tersebut dipilih oleh penulis karena melihat semakin banyaknya jenis dan merek pupuk yang beredar di pasaran dengan konsentrasi anjuran yang belum tentu cocok untuk semua jenis tanaman. Selain itu masih sedikitnya perhatian terhadap teknik budidaya tanaman buah naga khususnya mengenai pemupukan, sedangkan permintaan akan buah naga khususnya di Indonesia terus meningkat. Penulis menyampaikan terimakasih yang tulus kepada : 1. Dr. Ir Adiwirman, MS dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Dwi Guntoro, Sp. MSi sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 3. Dr. Ir Memen Surahman, MAgr yang telah memberikan pengarahan selama penulis menjadi mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura. 4. Bapak, Mama, Aulia, Meutia, dan ilmi yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materiil. 5. Andy setiawan sebagai teman istimewa yang telah memberikan kasih sayang, bantuan, meluangkan waktu, menghibur dan memberikan motivasi. 6. Staf Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. 7. Teman-teman AGH 42 dan Wisma Maharlika Atas yang telah membantu penelitian ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Bogor, Desember 2009 Penulis
7
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN LatarBelakang ............................................................................. Tujuan ......................................................................................... Hipotesis .....................................................................................
1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga ................................................................... Tanaman Buah dalam Pot (Tabulampot)...................................... Pemupukan .................................................................................
4 5 6
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ...................................................................... Bahan dan Alat ............................................................................ Metode Penelitian ....................................................................... Pelaksanaan percobaan ................................................................ Pengamatan .................................................................................
10 10 11 12 13
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum................................................................................ Panjang Tunas................................................................................. Diameter Batang.............................................................................. Waktu Muncul Tunas dan Akar Udara............................................ Warna Batang..................................................................................
14 14 15 16 18
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan..................................................................................... Saran................................................................................................
19 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
20
LAMPIRAN................................................................................................
22
8
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Daun................................................. 11 2. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Diameter Batang .......
16
3. Waktu Muncul Tunas dan Waktu Muncul Akar Udara Tanaman Buah Naga pada Berbagai Perlakuan........................................... .....
17
9
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Bibit Buah Naga Umur Satu Bulan ...................................................10 2. Pupuk Daun yang Digunakan pada Penelitian................................... 11 3. Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 1-19 MST.......................
15
4. Tunas Tanaman Buah Naga Baru Muncul.........................................
17
5. Akar Udara pada Batang Tanaman Buah Naga..................................
18
17
10
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 1-9 MST .................................................................................
22
2. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 10-19 MST .............................................................................
23
3. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga saat 1-9 MST ..................................................................................
24
4. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga saat 10-19 MST ..............................................................................
25
5. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Orthogonal pada Peubah Diameter Batang ................................................................
26
6. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, G1, G2, dan G3) pada Peubah Diameter Batang.................................... ........ ......
26
7.
5.
Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, F1, F2, dan F3) pada Peubah Diameter Batang................................... ............. ...
27
Sidik Ragam Waktu Muncul Tunas pada Berbagai Perlakuan.. ... ...
27
9. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 1 hingga 10 MST... ..... ...
28
10. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 11 hingga 19 MST... ... ...
29
11. Volume Pemakaian Pupuk Selama Penelitian .............................. ...
30
12. Tanaman Buah Naga pada Berbagai Perlakuan saat 19 MST............................................................................................. .. ...
31
8.
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman buah naga awalnya dikenal sebagai tanaman hias di Taiwan, Vietnam, dan Thailand. Kemudian setelah diketahui bahwa buahnya dapat dimakan, semakin banyak yang mengenalnya. Bagi masyarakat di negara tersebut, usaha budidaya tanaman buah naga terus dilakukan karena sangat mudah dan menguntungkan. Sebagai tanaman eksotik, buah naga dapat di tanam dalam pot. Sehingga bagi sebagian masyarakat yang memiliki halaman yang tidak begitu luas, alternatif menanam buah naga dalam pot menjadi tepat, tanaman buah dalam pot sering disingkat dengan tabulampot. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, buah naga mungkin masih dipandang asing. Namun berkat perkembangan teknologi, buah ini sekarang sudah mulai merambah pasaran Indonesia dan tersedia di toko-toko buah dan pasar swalayan. Para petani pun mulai membudidayakan komoditas ini dikarenakan prospek ke depan cerah dibandingkan buah lainnya. Pertengahan tahun 2000, di beberapa swalayan di jakarta pernah dibanjiri buah naga impor dari Thailand (Kristanto, 2008). Saat itu, promosi dilakukan besar-besaran. Kehadirannya pun mengejutkan karena buah ini dipromosikan sebagai buah yang rasanya lebih manis dari semangka walaupun sedikit masam. Namun, buah naga ini tidak cepat diterima masyarakat. Walaupun tidak cepat, konsumen buah naga mulai meningkat seiring dengan makin dikenalnya buah ini sebagai salah satu buah segar yang dapat menghilangkan dahaga. Trend buah naga bukan hanya dimiliki masyarakat Jakarta, tetapi lambat laun merambah hingga ke daerah-daerah lain di Indonesia. Di beberapa kota besar Indonesia sudah terlihat kecenderungan peningkatan permintaan akan buah naga seperti Surabaya, Denpasar, dan Semarang. Pasar swalayan terkemuka di Tanjungkarang dan Bandar Lampung, akhir tahun 2002 pun sudah mulai dibanjiri buah naga walaupun masyarakat belum begitu mengenalnya (Kristanto, 2008). Melihat dan mengamati perkembangan produksi dan penjualan di pasar swalayan yang masih sering terjadi kekosongan, maka dapat disimpulkan bahwa
12
prospek buah naga ini sangat terbuka. Bahkan, Thailand dan Vietnam yang merupakan pemasok buah terbesar di dunia, hanya mampu memenuhi permintaan kurang dari 50 %. Pasar lokal saat ini dibanjiri buah ekspor. Berdasarkan catatan dari eksportir buah di Indonesia, buah naga yang masuk ke Indonesia mencapai antara 400 ton/tahun (BPPP, 2007). Buah naga yang masuk ke Indonesia hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan, akan tetapi buah naga lokal tetap diminati oleh pasar. Untuk memenuhi permintaan buah naga baik untuk lokal maupun ekspor, petani harus benar-benar memperhatikan teknik budidaya yang diterapkan salah satunya pemupukan. Pemupukan menjadi sangat penting karena keterbatasan unsur hara yang ada di dalam tanah. Salah satu pupuk yang sering digunakan untuk tanaman buah adalah pupuk daun, karena pemupukan lewat daun lebih cepat penyerapan haranya jika dibandingkan pemupukan lewat akar (Lingga, 1998). Pada daun terdapat stomata (mulut daun) yang dapat mempercepat penyerapan unsur hara sehingga perbaikan tanaman lebih cepat terlihat (Hardjowigeno, 2003). Pupuk daun yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu pupuk Gandasil D dan pupuk Fertisim. Alasan memilih pupuk tersebut karena pupuk Gandasil D sudah banyak digunakan untuk penelitian tanaman lain dan memiliki pengaruh yang berbeda-beda, misalnya hasil penelitian Wachjar dan Setiyo (1989) menunjukkan bahwa pemberian pupuk Gandasil D pada pertumbuhan bibit kopi Robusta tidak berpengaruh terhadap semua peubah yang diamati, sedangkan hasil penelitian Muhadjir et al. (1989) menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun Gandasil D dan B pada tanaman padi sawah dapat meningkatkan hasil sekitar 1%12 %. Begitu pula hasil penelitian dari Tripuspitasari (2006) menunjukkan bahwa pemupukan Gandasil D diselingi dengan Gandasil B pada tanaman anggrek memperoleh lebar daun yang maksimal. Hasil penelitian Santi dan Kusumo (1992) tentang penggunaan pupuk Gandasil D pada tanaman anggrek Mokara Chark Kuan menyebabkan pengaruh baik terhadap peubah tinggi tanaman, panjang daun, dan lebar daun. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui apakah pupuk Gandasil D memiliki pengaruh positif ataupun negatif terhadap
13
pertumbuhan tanaman buah naga. Sedangkan pupuk Fertisim dipilih karena memiliki beberapa manfaat yaitu: 1) Meningkatkan pertumbuhan cabang dan ranting, 2) Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, dan 3) Menghindarkan tanaman dari penyakit busuk dan kerontokan buah.
Tujuan Mengetahui dan mempelajari pengaruh konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif tabulampot buah naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R).
Hipotesis 1. Terdapat perbedaan respon tanaman buah naga terhadap jenis pupuk. 2. Semakin tinggi konsentrasi pupuk maka pertumbuhan tanaman buah naga akan
semakin baik.
14
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Buah Naga Buah naga termasuk dalam famili Cactaceae dengan klasifikasi sebagai berikut: divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dycotyledonae, ordo Cactales, famili Cactaceae, subfamili Hylocereanea, genus Hylocereus, dan spesies Hylocereus undatus. Tanaman ini terdiri dari empat jenis yang dikenal, yaitu Hylocereus undatus (kulit buah berwarna merah dengan daging buah berwarna putih), Hylocereus polyrhizus (kulit buah berwarna merah dengan daging buah berwarna merah keunguan), Hylocereus costaricensis (kulit buah berwarna merah dengan daging buah berwarna lebih merah dibandingkan Hylocereus polyrhizus), dan Selenicereus megalanthus (kulit buah berwarna kuning dengan daging buah berwarna putih) (BPPP, 2007). Tanaman buah naga secara morfologi termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun. Perakaran tanaman buah naga bersifat epifit, yaitu merambat
dan
menempel
pada
batang
tanaman
lain.
Namun,
dalam
pembudidayaanya, media untuk merambatkan batang tanaman buah naga ini dapat digantikan dengan tiang penopang atau kawat. Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan genangan yang cukup lama (Kristanto, 2008). Tanaman buah naga mempunyai sifat fisiologi long day plant, yang berarti bahwa tanaman buah naga memerlukan cahaya matahari yang panjang pada siang hari (Wardi, 2008) Batang tanaman buah naga berfungsi sebagai daun dalam proses asimilasi. Pada tanaman buah naga ada yang disebut cabang pokok, cabang produksi, dan cabang produktif. Cabang pokok merupakan cabang yang mengarah ke atas melalui pertumbuhan tunas tanaman buah naga. Pilihlah tunas yang terletak diujung, sedangkan tunas yang lain dipangkas. Cabang pokok berukuran 120-150 cm dari permukaan tanah. Setelah mencapai ukuran tersebut, kemudian ada beberapa tunas yang muncul di atasnya, pilihlah tiga sampai empat tunas yang kekar dan sehat sebagai cabang produksi. Pada saat tertentu cabang produksi akan berhenti memanjang dan pada saat itulah lakukan pangkas pucuk sepanjang 5-10
15
cm pada cabang produksi. Setelah pemangkasan tersebut biasanya akan muncul tunas, maka pilihlah satu tunas baru saja yang pertumbuhannya baik dan cepat yang kemudian akan dijadikan cabang produktif (Kristanto, 2008). Jumlah kuntum bunga yang ditinggalkan pada cabang produksi hanya satu atau dua kuntum bunga saja. Kuncup bunga berukuran panjang sekitar 30 cm, dan akan mulai mekar pada sore hari. Ini terjadi karena pada siang hari kuncup bunga dirangsang untuk mekar oleh sinar matahari dan perubahan suhu yang cukup tajam antara siang dan malam hari. Bunga ini mekar penuh pada sekitar tengah malam. Itulah sebabnya tanaman ini dikenal sebagai night blooming cereus. Buah berbentuk bulat panjang serta berdaging buah sangat tebal. Letak buah pada umumnya mendekati ujung cabang atau batang. Biji berbentuk bulat berukuran kecil dengan warna hitam. Kulit biji sangat tipis, tetapi keras. Biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif (Kristanto, 2008).
Tanaman Buah dalam Pot (Tabulampot) Budaya menanam tanaman buah dalam pot (tabulampot) makin digemari oleh banyak kalangan. Menanam tanaman buah di dalam pot berawal dari kegiatan tidak sengaja yang dilakukan para penangkar bibit sekitar tahun 1980-an (Media Indonesia, 1996). Banyak manfaat dari semaraknya tabulampot, diantaranya dapat mengatasi sempitnya lahan bagi penduduk di perkotaan, sebagai wahana penyalur hobi berkebun, menciptakan ekosistem yang sehat dan indah, menanggulangi kecenderungan punahnya buah-buahan, menghasilkan makanan bergizi dan sekaligus sumber penghasilan bagi pembudidayanya. Menurut Wardi (2008) tabulampot memiliki beberapa keunggulan diantaranya dapat ditanam di lahan sempit, sebagai penghias taman atau ruangan, mudah dipindahkan, mudah di rekayasa di lingkungan mikroklimat, dan mudah dipetik buahnya karena tidak terlalu tinggi. Penyerapan air dan pupuk pada tabulampot dapat mencapai 80 %. Hal itu karena tabulampot ditanam di tempat yang terbatas sehingga pasokan air maupun pupuk dapat diatur sesuai keinginan dan tidak tersebar kemana-mana. Berbeda dengan tanaman biasa yang ditanam di atas lahan, pasokan air dan pupuk dapat
16
menyebar ke tempat sekitarnya sehingga persediaan pupuk dan air berkurang (Wardi, 2008). Tinggi tabulampot umumnya antara 0.25-2 m, tergantung jenis dan ukuran pot tanaman. Tanaman yang tergolong tinggi banyak digunakan sebagai elemen dekoratif pekarangan rumah, sedangkan untuk ruangan digunakan tanaman ukuran sedang dan kecil (Wardi, 2008). Menurut wardi (2008) agar tabulampot rajin berbuah ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi, diantaranya (1) jenis tanaman harus sesuai dengan ketinggian tempat, (2) bibit tanaman harus baik, (3) media tanam yang tepat, (4) pemupukan yang efektif, dan (5) pengendalian hama penyakit tanaman.
Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam teknik budidaya, terutama budidaya buah naga karena sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta kualitas dan produktivitas buah (Kristanto, 2008). Pupuk diberikan kepada tanaman dengan tujuan menambah zat (unsur) hara yang dibutuhkan tanaman. Umumnya unsur hara telah tersedia di dalam tanah, tetapi karena terus menerus diisap oleh tanaman maka jumlahnya akan berkurang (Prihmantoro, 1999). Unsur hara yang dibutuhkan tanaman sangat banyak, tetapi yang terpenting dan harus ada sekitar 16 unsur. Tiga unsur yang dibutuhkan diambil tanaman dari udara, seperti karbondioksida (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Ketersediaan unsur tersebut cukup banyak sehingga kurang dipermasalahkan. Lain halnya dengan ke-13 unsur lainnya yang berada di dalam tanah (Prihmantoro, 1999). Menurut Marsono dan Sigit (2001) unsur hara terdiri dari unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak disebut sebagai unsur makro, yaitu N, P, K, S, Mg, dan Ca. Sedangkan unsur hara mikro merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, yaitu meliputi unsur Fe, Cl, Mn, Bo, Zn, Cu, dan Mo. Adapun fungsi dari beberapa unsur hara Menurut Lakitan (2008) diantaranya :
17
1. Nitrogen. Dalam jaringan tumbuhan nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asamasam amino. Nitrogen juga merupakan unsur penyusun protein dan enzim. Selain itu nitrogen juga terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin, dan auksin. 2. Fosfor. Fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan berbagai metabolisme lainnya. Fosfor juga merupakan bagian dari nukleotida (dalan RNA dan DNA) dan fosfolipida penyusun membran. 3. Kalium. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Menurut arrifin (1998) tanaman yang kekurangan kalium akan memiliki daun muda berwarna hijau gelap. 4. Belerang. Sebagian besar belerang dalam tumbuhan terdapat sebagai penyusun asam amino sistein (cysteine) dan methionin (methionine). Senyawa lain yang mengandung belerang adalah vitamin thiamine (thiamine) dam biotin. Belerang juga terkandung dalam koenzim A, yakni suatu senyawa esensial untuk respirasi dan sintesis serta penguraian asamasam lemak (Fatty acid). 5. Magnesium. Magnesium merupakan unsur penyusun klorofil. Selain itu yang menjadikan magnesium sebagai unsur hara esensial yang penting adalah karena magnesium bergabung dengan ATP agar ATP dapat berfungsi dalam berbagai reaksi. Magnesium juga merupakan aktivator dari berbagai enzim dalam reaksi fotosintesis, respirasi, dan pembentukan DNA dan RNA. Menurut Soepardi (1983) apabila tanaman diberikan konsentrasi pupuk yang tinggi kemungkinan dapat menurunkan Mg di dalam
daun,
sehingga
fotosintesis
akan
terganggu
dan
akan
mengakibatkan berkurangnya hasil fotosintesis yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif. 6. Kalsium. Peran penting unsur kalsium adalah sebagai pengikat antara molekul-molekul fosfolipida atau antara fosfolipida dengan protein
18
penyusun membran, hal ini menyebabkan membran dapat berfungsi secara normal pada semua sel. Kalsium juga dapat memacu aktivitas beberapa enzim, sekaligus dapat menghambat aktivitas beberapa enzim lainnya. 7. Besi. Besi merupakan bagian dari enzim-enzim tertentu dan merupakan bagian dari protein yang berfungsi sebagai pembawa elektron pada fase terang fotosintesis dan respirasi. 8. Klor. Unsur klor berfungsi menstimulasi pemecahan molekul air pada fase terang fotosintesis. Selain itu klor juga dilaporkan esensial untuk proses pembelahan sel. 9. Mangan. Berfungsi sebagai aktivator dari berbagai enzim. Mangan juga berperan dalam menstimulasi pemecahan molekul air pada fase terang fotosintesis. Mangan juga merupakan komponen struktural dari sistem membran kloroplas. 10. Boron. Boron terlibat dalam proses sintesis asam nukleat. 11. Seng. Seng berpartisipasi dalam pembentukan klorofil dan pencegahan kerusakan molekul klorofil. Beberapa enzim juga hanya dapat berfungsi jika terdapat unsur seng yang terikat kuat pada molekul enzim tersebut. 12. Tembaga. Tembaga terdapat pada berbagai enzim atau protein yang terlibat dalam reaksi oksidasi dan reduksi. Contoh yang penting adalah pada enzim sitokhrom oksidase (enzim respirasi pada mitokondria) dan plastosianin (protein pada kloroplas). 13. Molibdenum. Molibdenum sebagai bagian dari enzim nitrat reduktase yang mereduksi ion nitrat menjadi ion nitrit. Menurut Marsono dan Sigit (2001) manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu (1) manfaat berkaitan dengan fisika tanah, berkaitan dengan memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur dan (2) manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah, yaitu menyediakan unsur hara yang diperlukan bagi tanaman dan mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang. Menurut Lingga (1998) pupuk dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan kriterianya, diantaranya : (1) Berdasarkan asalnya
19
a. Pupuk organik, seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau. b. Pupuk anorganik, seperti pupuk urea, TSP, dan KCl. (2) Berdasarkan cara pemberiannya a. Pupuk akar, yaitu segala jenis pupuk yang diberikan lewat akar. Misalnya, TSP, ZA, KCl, kompos, dan pupuk kandang. b. Pupuk daun, yaitu segala macam pupuk yang diberikan lewat daun dengan jalan penyemprotan. (3) Berdasarkan unsur hara yang dikandungnya a. Pupuk tunggal, yakni pupuk yang hanya mengandung satu unsur. Misalnya pupuk urea, TSP, dan KCl. b. Pupuk majemuk, yakni pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur, seperti pupuk NPK, beberapa pupuk daun, dan kompos. c. Pupuk lengkap, yaitu pupuk yang mengandung unsur lengkap secara keseluruhan (baik unsur makro maupun mikro). Dalam penggunaan pupuk sering dikenal istilah dosis dan konsentrasi. Dosis adalah jumlah pupuk yang harus diberikan atau dianjurkan untuk per satuan tanaman atau per satuan lahan, sedangkan konsentrasi merupakan kepekatan larutan semprot (Marsono dan Sigit, 2001). Masa pemupukan pada tanaman buah dibagi menjadi dua, masa vegetatif dan generatif. Masa vegetatif, yaitu pada saat tanaman sedang mengalami pertumbuhan daun dan tunas. Adapun pada masa generatif tanaman sedang membentuk bunga dan membesarkan buah. Jenis pupuk yang diaplikasikan pada kedua masa tersebut sangat berbeda. Kesalahan pemberian pupuk pada kedua masa tersebut akan menyebabkan hasil buah yang diharapkan tidak tercapai (Prihmantoro, 1999). Menurut Lingga (1998) ada satu hal kelebihan atau keuntungan dari pemupukan lewat daun, yakni: penyerapan hara yang diberikan berjalan lebih cepat jika dibandingkan dengan pupuk yang diberikan lewat akar. Hasil penelitian Santi (1992) menunjukkan bahwa pemupukan lewat daun pada tanaman anggrek Aranda Lilac akan lebih efektif dan lebih efisien apabila pupuk diberikan dengan konsentrasi rendah, tetapi intensitas pemberian pupuk ditingkatkan.
20
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini memiliki ketinggian tempat 250 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2009 sampai Juli 2009.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi bibit buah naga jenis Hylocereus undatus (Haw.) Brtitt. Et R (Gambar 1), tanah bagian top soil, arang sekam, pupuk kandang, dolomit, pupuk majemuk NPK (15-15-15), pupuk daun Gandasil D (Gambar 2a) dan Fertisim (Gambar 2b), Furadan, garam dapur kasar, pot berdiameter 50 cm, kerangka besi beton, ijuk, paralon 0.5 inci, dan karet ban. Alat yang digunakan meliputi cangkul, ember, gunting pangkas, meteran, alat semprot (sprayer), jangka sorong, pipet, timbangan digital, munshell colors chart, pengaduk, gelas takar, camera digital, dan alat tulis.
Gambar 1. Bibit Tanaman Buah Naga Umur Satu Bulan
21
(a)
(b)
Gambar 2. Pupuk Daun yang Digunakan pada Penelitian. (a) Pupuk Gandasil D (b) Pupuk Fertisim
Tabel 1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Daun
Gandasil D N 14% P2O5 12% K2O 14% Mg 1% Mn, B, Cu, Co, Zn
Jenis pupuk Fertisim N 15% P2O5 18% K2O 18% S 5% Protein 40% Lemak 1,2% Organik lain 1,8% ZPT, Fe, Mn, Cu, Mg, Zn, Ca, B, Co, dan air hingga 100%
Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor, yaitu konsentrasi pupuk daun masing-masing terdiri dari tiga taraf dengan satu perlakuan kontrol tanpa penggunaan pupuk daun. Untuk konsentrasi pupuk digunakan setengah konsentrasi : G1(1.5 g/ l dan F1(0.5 ml/l), satu konsentrasi: G2 (3 g/ l) dan F2(1 ml/l), dan satu setengah konsentrasi : G3 (4.5 g/ l) dan F3 (1.5 ml/l). Percobaan dilakukan dengan tiga ulangan. Setiap satuan percobaan terdiri dari tiga tanaman, sehingga terdapat 54 tanaman dalam 18 pot untuk semua satuan percobaan dan kontrol (K) sebanyak sembilan tanaman atau tiga pot. Jumlah keseluruhan satuan percobaan ada 63 tanaman atau 21 pot. Pengamatan
22
dilakukan terhadap semua tanaman dalam satuan percobaan sehingga jumlah semua tanaman yang diamati sama dengan jumlah tanaman keseluruhan yaitu 63 tanaman. Model aditif dari rancangan tersebut adalah: Yij = µ + αi + βj + εi j Keterangan: i
= 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
j
= 1, 2, 3
Yij
= Nilai peubah yang diamati akibat perlakuan konsentrasi pupuk daun ke-i dan ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah umum
αi
= Pengamatan akibat pengaruh konsentrasi pupuk daun ke-i
βj
= Pengamatan akibat pengaruh ulangan ke-j
εi j
= Pengaruh galat percobaan konsentrasi pupuk daun ke-i, ulangan ke-j Selanjutnya pengolahan data
dilakukan dengan uji F menggunakan
program SAS versi 6. 12. Uji beda nilai tengah menggunakan uji lanjut DMRT 5%.
Pelaksanaan Percobaan Percobaan ini terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi: 1. Persiapan bahan dan alat Persiapan berbagai alat mulai dari pengadaan alat dan bahan percobaan. 2. Persiapan media tanam dan penanaman bibit. Media tanam yang digunakan terdiri atas top soil dan pupuk kandang dicampur dengan perbandingan 1:3. Media tanam yang telah dicampur dimasukkan ke dalam pot setinggi 60 % dari tinggi pot, kemudian dimasukkan dolomit 1 kg, arang sekam 2 kg, dan garam dapur kasar satu sendok makan kedalam pot kemudian diaduk sampai merata dengan media tanam. Sebelum menanam bibit ke dalam pot telebih dahulu media tanam diberi Furadan satu sendok makan dan pupuk majemuk NPK (15-15-15) 100 g. Selanjutnya bibit dipindahkan dari polybag ke dalam pot. Masing-masing pot berisi tiga bibit. 3. Pemeliharaan
23
Pemeliharaan meliputi pemangkasan, pemberian pupuk daun, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Pemberian pupuk daun dilaksanakan setelah 1 Minggu Setelah Tanam (MST) dan setiap 1 minggu sekali pada pagi hari (pukul 08.00 WIB), pemberian pupuk ini dilakukan sesuai perlakuan yaitu ada yang dilakukan dengan perlakuan G1, G2, G3, F1, F2, F3, dan K. Jumlah aplikasi pupuk daun sampai dengan akhir penelitian sebanyak 18 kali. Teknik pemberian pupuk daun disemprotkan dengan sprayer ke seluruh bagian batang sampai basah. Untuk perlakuan kontrol tanaman hanya disemprot dengan air hingga seluruh bagian batang basah. Pengamatan Pengamatan dilakukan seminggu sekali dengan peubah yang harus diamati meliputi : 1. Waktu munculnya tunas, umur tanaman pada saat munculnya tunas. 2. Panjang tunas, diukur dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan dari pangkal tunas sampai ujung tunas. Pengamatan ini dilakukan setiap 1 minggu sekali dimulai dari awal munculnya tunas. 3. Waktu muncul akar udara, umur tanaman pada awal muncul akar udara. 4. Diameter batang, diukur menggunakan jangka sorong. Diukur pada bagian setengah dari panjang tunas. Pengamatan ini dilakukan setiap 1 minggu sekali dimulai dari awal muncul tunas. 5. Warna batang. Warna batang menggunakan munshell colors chart. 6. Waktu munculnya cabang, umur tanaman pada saat munculnya cabang. 7. Jumlah cabang, dihitung banyaknya jumlah cabang produksi per tanaman.
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai Juli 2009, berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga, Bogor diperoleh data curah hujan saat penelitian berkisar 131.1 mm - 570.6 mm. Curah hujan rata-rata per bulan 312.2 mm dan curah hujan tertinggi ada pada bulan Mei 570.6 mm. Jumlah hari hujan terbanyak 24 hari pada bulan Maret dan Mei. Untuk suhu rata-rata per bulan 26oC, dengan suhu tertinggi pada bulan April 26.2oC. Bibit yang digunakan untuk penelitian ini adalah bibit buah naga jenis Hylocereus undatus berumur 1 bulan dan belum bertunas. Tanaman buah naga masih sedikit ditanam di daerah bogor, sehingga hama dan penyakit yang menyerang tanaman ini hampir tidak ada, hanya saja untuk hama terdapat ulat bulu akan tetapi berdasarkan pengamatan visual tampak tidak adanya gangguan serangan hama dan penyakit yang berarti sehingga hanya dilakukan pengendalian hama dan penyakit secara manual. Tanaman yang ada di sekitar lahan penelitian adalah tanaman obat-obatan (serai wangi, kemangi, dan sambung nyawa) dan tanaman buah naga yang sudah lebih tua.
Panjang Tunas Panjang tunas merupakan salah satu peubah yang diamati dalam pertumbuhan tanaman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diterapkan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap peubah panjang tunas mulai dari 1 MST hingga 19 MST. Adanya unsur yang cukup dalam tanah atau media tanam dapat membantu pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga aplikasi pupuk tidak memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman (Mutiasari, 2005). Selain faktor fisiologi ada kemungkinan faktor lingkungan yang membuat semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas. Curah hujan yang tinggi saat penelitian terutama saat aplikasi pupuk daun dapat memungkinkan pupuk yang disemprotkan tercuci oleh air hujan dan belum diserap oleh batang, sehingga tidak
25
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sutapraja dan Sumpena (1996) bahwa pemberian pupuk daun pada tanaman kubis kultivar Victory tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar tajuk. Hal ini kemungkinan ada unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun yang disemprotkan pada tanaman, memerlukan waktu untuk dapat masuk ke dalam daun sehingga bila selama waktu tersebut turun hujan atau keadaan cuaca kering dan panas, maka menjadi berkurang penyerapannya.
140
G1 F1 K
Panjang Tunas (cm)
120 100
G2 F2
G3 F3
80 60 40 20 0 1
2
3 4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Umur Tanaman (MST)
Gambar 3. Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 1-19 MST
Diameter Batang Berbeda dengan hasil yang diperoleh pada panjang tunas, perbedaan konsentrasi dari dua jenis pupuk daun memberikan pengaruh nyata pada saat 18 dan 19 MST (Tabel 2). Akan tetapi saat 1-17 MST belum terlihat pengaruh dari konsentrasi dua jenis pupuk daun tersebut. Perlakuan F3 menghasilkan diameter batang yang lebih besar saat 18 MST yaitu 3.55 cm dan perlakuan G1 memiliki diameter yang terkecil yaitu 2.39 cm. Perlakuan F3 19.52% lebih baik dibandingkan kontrol. Pada pupuk Gandasil D perlakuan G2 memberikan hasil diameter batang lebih besar dibandingkan dengan G1 dan G3, akan tetapi masih lebih kecil diameternya jika dibandingkan tanaman
26
kontrol. Sedangkan pada pupuk Fertisim perlakuan F3 memiliki hasil diameter yang lebih besar dibandingkan perlakuan F1, F2, dan kontrol. Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Diameter Batang Perlakuan 18 G1 G2 G3 F1 F2 F3 K
2.39c 2.89abc 2.71bc 3.05abc 3.37ab 3.55a 2.97abc
Umur Tanaman (MST) 19 (....cm....) 2.56b 2.85ab 3.12a 3.12a 3.39a 3.28a 3.23a
Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%
Pada akhir pengamatan atau saat tanaman berumur 19 MST, diameter batang terbesar adalah 3.39 cm dengan perlakuan F2 dan diameter terkecil adalah 2.56 cm pada perlakuan G1. Perlakuan F2 4.95% lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan G3 memiliki diameter batang lebih besar dibandingkan perlakuan G1 dan G2, akan tetapi masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kontrol. Untuk pupuk Fertisim perlakuan F2 diameter batangnya lebih besar dibandingkan dengan perlakuan F1, F3, dan kontrol. Pada peubah diameter batang dilakukan uji lanjut kontras orthogonal dan polinomial. Uji lanjut kontras orthogonal dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan kualitatif dalam hal ini jenis pupuk daun, sedangkan uji lanjut kontras polinomial digunakan untuk mengetahui pengaruh perbandingan kuantitatif dalam hal ini konsentrasi dari masing-masing pupuk daun. Berdasarkan uji lanjut kontras orthogonal, pupuk Gandasil D dan pupuk Fertisim memiliki pengaruh sangat nyata terhadap peubah diameter batang saat 18 dan 19 MST (Lampiran 5).
Waktu Muncul Tunas dan Akar Udara Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit yang belum bertunas. Dengan mengaplikasikan perlakuan yang telah ditentukan diharapkan dapat mempercepat munculnya tunas. Akan tetapi dari hasil analisis statistik
27
diperoleh bahwa semua perlakuan konsentrasi pupuk daun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu munculnya tunas (Tabel 3). Adanya zat pengatur tumbuh yang terkandung dalam pupuk Fertisim ternyata tidak memberikan perbedaan waktu munculnya tunas. Menurut Wuryaningsih dan Andyanto (1998) proses awal tumbuhnya tunas ditentukan oleh pembelahan dan pemanjangan sel meristematis yang lebih banyak ditentukan dengan adanya keseimbangan antara auksin, sitokinin, dan senyawa-senyawa lain yang dapat mengaktifkan sitokinin. Tanaman buah naga termasuk tanaman epifit, sehingga jika tanaman ini dicabut dari tanah tanaman ini akan tetap hidup terus karena menyerap air dan mineral melalui akar udara yang ada pada batangnya (Kristanto, 2008). Sama halnya dengan waktu muncul tunas, semua perlakuan juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap waktu munculnya akar udara. Berdasarkan Tabel 3 perlakuan G3 sampai akhir pengamatan belum muncul akar udara.
Tabel 3. Waktu Muncul Tunas dan Waktu Muncul Akar Udara Tanaman Buah Naga pada Berbagai Perlakuan Perlakuan G1 G2 G3 F1 F2 F3 K
Waktu muncul tunas (HST) 18.56 25.11 22.67 20.89 21.22 22.11 13.67
Waktu muncul akar udara (HST) 88 88 87 105 91 112
Keterangan : HST: Hari Setelah Tanam
Gambar 4. Tunas Tanaman Buah Naga Baru Muncul
28
Gambar 5. Akar Udara pada Batang Tanaman Buah Naga
Warna Batang Perlakuan konsentrasi pupuk tidak mempengaruhi warna batang. Warna batang pada tanaman buah naga berbeda dikarenakan faktor umur tanaman.. Pada 1 MST ketika tanaman masih muda warna batang pada semua perlakuan sama yaitu kuning tua dengan kilap sangat cerah (lampiran 9). Sedangkan pada akhir pengamatan (19 MST) ketika tanaman sudah cukup dewasa warna batang menjadi hijau tua dengan kilap sangat cerah untuk perlakuan G1, G2, dan F1, Sedangkan pada perlakuan G3, F2, F3, dan K warna batangnya adalah hijau muda kilap sangat cerah (lampiran 10). Menurut Sari (2008) penentuan warna tergantung pada posisi mata memandang tanaman, faktor cahaya, sudut pandang, dan bias yang dapat memberikan hasil yang berbeda dalam penentuan skala atau kode warna.
29
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Penggunaan pupuk Fertisim dengan konsentrasi 1.5 ml/l memberikan hasil diameter batang yang lebih besar pada 18 MST dan 19.52 % lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, penggunaan pupuk Fertisim dengan konsentrasi 1 ml/l memberikan hasil diameter batang yang lebih besar saat 19 MST, jika dibandingkan dengan kontrol perlakuan ini lebih baik 4.95%. Warna batang saat pengamatan pertama (1 MST) untuk semua perlakuan adalah kuning tua dengan kilap sangat cerah, sedangkan pada pengamatan akhir (19 MST) ketika tanaman sudah cukup dewasa warna batang menjadi hijau tua dengan kilap sangat cerah untuk perlakuan pupuk Gandasil 1.5 dan 3 g/l, dan pupuk Fertisim 0.5 ml/l, akan tetapi warna
batang pada perlakuan pupuk
Gandasil D 4.5 g/l, Fertisim 1, dan 1.5 ml/l, dan kontrol adalah hijau muda kilap sangat cerah.
Saran Perlu penambahan waktu pengamatan (>19 MST) untuk melihat pengaruh kedua pupuk tersebut. Untuk pengamatan warna batang sebaiknya dilakukan pada semua sisi.
30
DAFTAR PUSTAKA Arrifin. 1998. Pemanfaatan kalium untuk meningkatkan daya tahan tanaman kacang hijau terhadap kekeringan. Jur. Agrista 22:58-62. BPPP. 2007. Buah Naga (Dragon Fruit): Eksotika Sang Primadona Baru. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 87 hal. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal. Harjadi, S. S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 195 hal. Kristanto, D. 2008. Buah Naga: Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 hal. Lakitan, B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan . PT Raja Grafindo. Jakarta. 206 hal. Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal. Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal. Media Indonesia. 2006. Kumpulan Kliping Tabulampot. Pusat Informasi Pertanian Trubus. Jakarta. Muhadjir, F. 1989. Peranan pupuk daun dan zat pengatur tumbuh pada tanaman pangan. Bul. Agron. Edisi Khusus: 82-97. Mutiasari, M. 2005. Efektivitas Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annum L.). Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian, Bogor. Bogor. 46 hal. Prihmantoro, P. 1999. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hal. Santi, A. 1992. Pengaruh beberapa pupuk daun terhadap pertumbuhan angggrek aranda lilac. J. Hort. 2(3): 28-30. Santi, A dan S. Kusumo. 1992. Pengaruh pupuk daun dan sitosim untuk pertumbuhan vegetatif anggrek Mokara Chark Kuan pada media arang dan sabut kelapa. J. Hort. 2(2): 33-35. Sari, I. P. 2008. Aplikasi Pewarnaan Biru pada Bunga Potong Krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev), Gerbera (Gerbera jamesonii Bolus),
31
dan Mawar (Rosa hybrida L). Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian, Bogor. Bogor. 78 hal. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 591 hal. Sutapraja dan Sumpena. 1996. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk daun Complesai Cair terhadap pertumbuhan dan hasil kubis kultivar Victory. J. Hort. 5(5): 51-55. Tabloid Nova. 2008. Penampilan Eksotis Sang Naga di Pot. http://www.Tabloid nova.com. [ 8 Desember 2008 ]. Tripuspitasari, D. 2006. Pengaruh Perlakuan Pemupukan terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Anggrek Dendrobium sp. Var Thongcai Viroj. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 40 hal. Wachjar, A dan B. Setiyo. 1989. Pengaruh pemindahan berbagai stadia kecambah dan konsentrasi pupuk daun Gandasil D terhadap pertumbuhan bibit kopi robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner). Bul. Agron. 18(2):9-15. Wardi. 2008. Percantik Ruang dengan Tanaman Buah. PT Prima Infosarana Media. Jakarta. 64 hal. Wuryaningsih, S. dan S. Andryantoro. 1998. Pertumbuhan stek melati berbuku satu dan dua pada beberapa macam media. Agri Journal 5 (1-2): 32-41.
32
LAMPIRAN Lampiran 1. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 1-9 MST Umur Tanaman (MST) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan :
a)
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20
0.82 0.75
0.46 0.62
26.73a)
0.29 0.60
0.75 0.72
28.29 a)
0.10 0.89
0.91 0.53
28.72 a)
0.50 0.97
0.62 0.49
28.46 a)
0.29 0.26
0.75 0.94
28.89 a)
0.54 0.22
0.59 0.96
24.20 a)
0.69 0.29
0.52 0.93
20.13 a)
0.70 0.32
0.52 0.92
30.41
0.70 0.39
0.51 0.87
25.39
: data ditransformasikan dengan √x + 0.5
33
Lampiran 2. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 10-19 MST Umur Tanaman (MST) 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20
0.62 0.49
0.55 0.80
22.18
0.85 0.16
0.45 0.98
25.97
0.32 0.29
0.73 0.93
21.29
0.51 0.27
0.61 0.94
21.68
0.79 0.47
0.48 0.82
22.43
0.62 0.69
0.55 0.66
21.89
0.37 0.48
0.70 0.81
21.61
0.22 0.45
0.80 0.83
21.24
0.27 0.44
0.77 0.84
22.24
0.27 0.43
0.77 0.85
22.99
34
Lampiran 3. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga saat 1-9 MST Umur Tanaman (MST) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan :
a)
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20
0.88 0.59
0.44 0.73
9.09a)
0.29 0.66
0.76 0.69
11.85 a)
0.25 1.01
0.79 0.46
18.00 a)
0.12 0.94
0.89 0.50
17.58 a)
0.11 0.63
0.90 0.71
20.02 a)
0.45 0.49
0.65 0.80
14.96 a)
1.42 0.45
0.28 0.83
24.49
5.43 0.50
0.02 0.8
13.68
2.89 0.42
0.09 0.85
10.35
: data ditransformasikan dengan √x + 0.5
35
Lampiran 4. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga saat 10-19 MST Umur Tanaman (MST) 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total Ulangan Perlakuan Galat total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20 2 6 12 20
0.46 0.35
0.64 0.90
13.82
0.21 0.03
0.81 1.00
16.67
0.88 0.09
0.44 1.00
14.28
0.13 0.58
0.88 0.74
18.00
0.97 0.44
0.41 0.84
12.34
1.23 0.50
0.33 0.80
10.32
0.82 2.30
0.46 0.10
11.72
2.44 2.55
0.13 0.08
8.40
1.22 3.20
0.33 0.04
12.60
0.82 2.30
0.46 0.10
11.72
36
Lampiran 5. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Orthogonal pada Peubah Diameter Batang Umur Tanaman (MST) 18
19
Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan K vs G dan F G vs F Galat Total Perlakuan Ulangan K vs G dan F G vs F Galat Total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
6 2 1 1 12 20 6 2 1 1 12 20
3.20 1.22 0.01tn 13.63**
0.04 0.33 0.92 0.003
12.60
2.99 0.77 0.94tn 9.84**
0.05 0.49 0.35 0.008
9.30
Keterangan : tn : tidak nyata ** : sangat nyata pada taraf 1 %
Lampiran 6. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, G1, G2, dan G3) pada Peubah Diameter Batang Umur Tanaman (MST) 18
19
Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Linier Kuadratik Kubik Galat Total Perlakuan Ulangan Linier Kuadratik Kubik Galat Total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
3 2 1 1 1 6 11 3 2 1 1 1 6 11
0.84 0.66 1.03 0.48 1.01
0.52 0.55 0.35 0.51 0.35
17.89
2.02 0.02 0.43 4.99 0.64
0.21 0.98 0.54 0.07 0.45
12.36
37
Lampiran 7. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, F1, F2, dan F3) pada Peubah Diameter Batang Umur Tanaman (MST) 18
19
Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Linier Kuadratik Kubik Galat Total Perlakuan Ulangan Linier Kuadratik Kubik Galat Total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
3 2 1 1 1 6 11 3 2 1 1 1 6 11
1.89 1.13 2.54 0.06 3.05
0.23 0.38 0.16 0.81 0.13
10.63
1.65 6.86 0.09 0.00 4.84
0.28 0.03 0.77 0.96 0.07
4.87
Lampiran 8. Sidik Ragam Waktu Muncul Tunas pada Berbagai Perlakuan Sumber Keragaman Ulangan Perlakuan Galat total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2 6 12 20
0.13 tn 1.01tn
0.88 0.46
30.54
Keterangan : tn : tidak nyata
38
Lampiran 9. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 1 MST hingga 10 MST Perlakuan Umur tanaman (MST)
G1 G2 G3 F1 F2 F3 K
1 I I I I I I I
2 I I I I I I I
3 II V II I II I II
4 III II I III III I III
Keterangan : I : Kuning tua kilap sangat cerah II : Kuning tua kilap cerah sedang III : Kuning tua kilap cerah lemah IV : kuning tua kecoklatan kilap sangat cerah V : Kuning tua kecoklatan kilap cerah sedang VI : Hijau muda kilap sangat cerah VII : Hijau muda kilap cerah sedang VIII: Hijau muda kilap cerah lemah IX : Hijau tua kilap sangat cerah X : Hijau tua kilap cerah sedang
5 II I II IV IV II II
6 III II III II III III III
7 VI X VIII VIII VII VIII X
8 VI VIII VIII X X VII X
9 IX X X VI VI VI VI
10 IX VI IX VI VI VI VI
39
Lampiran 10. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 11 MST hingga 19 MST Perlakuan Umur Tanaman (MST)
G1 G2 G3 F1 F2 F3 K
11 IX VI IX IX IX VI VI
12 IX VI IX IX IX IX IX
13 IX VI IX IX VI IX VI
Keterangan : I : Kuning tua kilap sangat cerah II : Kuning tua kilap cerah sedang III : Kuning tua kilap cerah lemah IV : kuning tua kecoklatan kilap sangat cerah V : Kuning tua kecoklatan kilap cerah sedang VI : Hijau muda kilap sangat cerah VII : Hijau muda kilap cerah sedang VIII: Hijau muda kilap cerah lemah IX : Hijau tua kilap sangat cerah X : Hijau tua kilap cerah sedang
14 IX VI IX IX IX IX IX
15 VI IX IX VI VI IX IX
16 IX IX IX VI VI VI VI
17 IX VI VI VI VI VI VI
18 IX IX VI VI VI VI VI
19 IX IX VI IX VI VI VI
40
Lampiran 11. Volume Pemakaian Pupuk Selama Penelitian Perlakuan
G1 G2 G3 F1 F2 F3 K
11-Mar
18-Mar
25-Mar
200 200 180 190 190 170 170
220 240 250 250 200 180 200
350 290 330 300 340 320 300
13-Mei
20-Mei
27-Mei
860 780 840 880 890 900 900
860 840 950 880 900 900 900
880 900 950 900 900 880 940
Perlakuan
G1 G2 G3 F1 F2 F3 K
Waktu Pemakaian 01-Apr 08-Apr 15-Apr (….ml….) 370 380 400 330 340 400 460 470 500 450 490 500 400 490 540 320 440 490 370 400 480
Waktu Pemakaian 03-Jun 10-Jun 17-Jun (….ml….) 1220 1340 1360 1140 1360 1370 1100 1200 1220 1260 1320 1340 1240 1350 1450 1100 1240 1300 1040 1260 1300
22-Apr
29-Apr
06-Mei
520 510 500 580 570 540 660
640 640 740 660 720 680 700
820 780 820 880 760 880 740
24-Jun
01-Jul
08-Jul
1440 1400 1400 1400 1400 1300 1300
1560 1440 1400 1500 1600 1460 1500
1640 1540 1540 1700 1740 1760 1580
41
G1
G2
F1
F2
G3
F3
K Lampiran 12. Tanaman Buah Naga pada Berbagai Perlakuan saat 19 MST