13
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PAKAN IKAN RUCAH DAN BUATAN YANG DIPERKAYA VITAMIN E TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN KEPITING SOKA (Scylla paramamosain) The Effect From The Giving Of Various Combinations Minced Fish Feeds And Artificial Feeds Who Enriched Vitamin E On The Growth Of And Survival Rate Soft Shell Crabs (Scylla paramamosain) Ricky Septian 1, I. Samidjan 2, D. Rachmawati 3
Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof.Soedarto Tembalang-Semarang, Email:
[email protected] ABSTRAK Pakan merupakan salah satu modal operasional yang besar dalam usaha budidaya kepiting bakau. Pakan yang digunakan harus dapat berperan efisien, supaya dapat menekan biaya tanpa mengurangi tingkat produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi pakan terbaik terhadap perkembangan budidaya kepiting soka yang optimal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2011 di Pertambakan Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang. Hewan uji yang digunakan adalah kepiting bakau dengan berat awal rata-rata 79,75±13,8 g. Pakan uji ikan rucah segar dan pakan buatan yang diperkaya vitamin E dengan dosis 0, 20, 40, dan 60 mg/kg pakan. Penelitian ini menggunakan Metode Eksperimental yang dilakukan di lapangan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan A (pakan kombinasi dengan 0 mg vitamin E/kg pakan), B (pakan kombinasi dengan 20 mg vitamin E/kg pakan, C (pakan kombinasi dengan 40 mg vitamin E/kg pakan, D (pakan kombinasi dengan 60 mg vitamin E/kg pakan). Variabel yang diukur yaitu pertumbuhan (SGR), pemanfaatan pakan (TKP, FCR, PER, NPU), SR, serta kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi pakan ikan rucah segar dan buatan yang diperkaya vitamin E memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap PER tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap EPP, FCR, NPU dan SR kepiting bakau. Pakan dengan kombinasi dengan 60 mg/Kg vitamin E (perlakuan D) memberikan pengaruh terbaik terhadap FCR (2,69±0,11), SGR (1,71±0,08%), dan SR (100±0,00%) pada kepiting bakau. Kata kunci: Kepiting soka, Vitamin E, Pertumbuhan, Pakan. ABSTRACT Feed is one of the major operating capital in the cultivation of mangrove crabs. Feed must have an efficient contribution, to reduce costs without reducing the level of production. This study aimed to determine the effect of the combination of the feed to an optimal development of the soft shell crabs cultivation. The study was conducted from August to September 2011 in the Mojo Village, District Ulujami, Pemalang. Test animals used were mangrove crabs with an initial average weight 79,75±13,8 g. Forage testing was fresh grilled fish and an artificial feed enriched with vitamin E dosage 0, 20, 40, and 60 mg/kg feed. This research used experimental methods carried out in the field with a completely randomized design (CRD), with 4 treatments and 3 replications. Treatment A (feed combination with 0 mg vitamin E/kg feed), treatment B (feed in combination with 20 mg vitamin E/kg feed, Treatmen C (feed in combination with 40 mg vitamin E/kg feed, and treatmen D (feed in combination with 60 mg of vitamin E/kg of feed). The variables that measured was a Specific Growth Rate (SGR), Feed Utilization (TKP, FCR, PER, NPU), SR, and water quality. The results showed that combination of the fresh grilled fish feed and an artificial (hand made) feed enriched with Vitamin E significantly influence PER (P <0,05), but there was not significantly influence TKP, FCR, NPU and SR of the soft shell crabs (P > 0,05). Feed in combination with 20 mg/kg feed (treatment B) gives the best effect on FCR (1,48±0,17) and PER (1,57±0,17 %), on the soft shell crabs Keywords: Scylla paramamosain, Vitamin E, Growth, Feed.
*) Penulis Penanggung Jawab
14 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
Usaha
PENDAHULUAN Kepiting
kepiting
soka
pada
(Scylla
umumnya menggunakan pakan ikan rucah
paramamosain) merupakan salah satu
segar sebagai pakan utama. Penggunaan
jenis komoditas perikanan yang potensial
ikan
untuk dibudidayakan.
ketersediaan yang dipengaruhi oleh musim
kepiting
soka
budidaya
soka
masalah
dalam
dan cuaca alam, penyimpanan yang sulit,
untuk
selain itu harganya yang relatif mahal dan
membudidayakannya di tambak. Hal ini
juga adanya kompetisi dari manusia
terbukti
sendiri yang membutuhkan ikan segar
para
terus
memiliki
meningkat
merangsang
yang
Nilai ekonomis
rucah
petani
dengan meningkatnya
ekspor
kepiting dari Sulawesi Selatan dari tahun
tersebut untuk dikonsumsi.
ke tahun. Ekspor kepiting dari Sulawesi
diperlukan alternatif pakan lain untuk
Selatan sebesar 5.200 kg pada tahun 1989
menutupi dan mengisi ketersediaan pakan
meningkat menjadi 1.567.527 kg pada
rucah tersebut. Penelitian ini memberikan
tahun 1994. Konsumen kepiting tertinggi
pakan alternatif lain untuk budidaya
di dunia adalah Amerika Serikat yang
kepiting soka berupa percampuran antara
mencapai 55% dari total kepiting dunia
ikan segar dan pakan buatan (pelet) yang
dengan peningkatan rata-rata 10,4 per
diperkaya vitamin E dengan dosis yang
tahun. Amerika Serikat merupakan negara
berbeda.
penyerap hampir 55% produksi kepiting
pakan diketahui dapat berperan sebagai
dunia, sedang permintaan lainnya datang
anti
dari negara-negara di kawasan Eropa,
ketersediaan HUFA (Highly Unsaturated
Australia, Jepang, Hongkong, Taiwan,
Fatty Acid) dalam membran sel atau
Singapura,
mencegah
Korea
Selatan
(Ditjen
Perikanan, 2000).
Sehingga
Pemberian vitamin E dalam
oksidan,
yang
terjadinya
intraseluler,
sehingga
mampu
radikal
menjaga
bebas
pengkayaannya
Pakan adalah salah satu faktor
dalam pakan dapat pula berperan penting
biologis yang penting bagi kepiting.
dalam petumbuhan dan kelulushidupan
Ketersediaan pakan berpengaruh besar
kepiting
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan
dikarenakan metabolisme dapat berjalan
hidup
dengan baik.
kepiting.
Oleh
karena
itu,
ketersediaan pakan merupakan salah satu persyaratan budidaya
mutlak kepiting
bagi
berhasilnya
(Suwarsito,
*) Penulis Penanggung Jawab
2004).
soka
(S.
paramamosain)
Pakan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap usaha budidaya kepiting soka (S. paramamosain). Pakan
15 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
yang diberikan haruslah pakan yang dapat
Penelitian ini dilaksanakan pada
memberikan perrtumbuhan yang maksimal
bulan Agustus hingga Oktober 2011 di
dengan pemanfaatan pakan yang efisien
pertambakan
dan efektif.
Ulujami, Kabupaten Pemalang.
dibutuhkan
Salah satu vitamin yang untuk
proses
kepiting adalah vitamin E.
Desa
Mojo,
Kecamatan
fisiologis Vitamin E
merupakan istilah umum untuk sejumlah
METODE PENELITIAN
tokol dan trienol mula-mula dikenal bahwa
Metode penelitian menggunakan
kekurangan vitamin E dapat menyebabkan
metode
gangguan pertumbuhan dan kesehatan
dianalisa
hewan.
lapangan yang merupakan objek-objek
Dosis penentuan pemberian
eksperimental. berasal
Data
dari
yang
pengamatan
vitamin E dalam pakan uji didasarkan hasil
yang telah diteliti.
penelitian yang dilakukan oleh Lamidi et
(1989), metode eksperimen merupakan
al. (1996) dimana dosis 40 mg/kg pakan
suatu usaha terencana untuk mengungkap
dapat memberikan tingkat pertumbuhan
fakta-fakta baru atau menguatkan teori
dan
bahkan membantah penelitian-penelitian
kelulushidupan
ikan
beronang.
Penelitian ini memberikan pakan alternatif lain untuk budidaya kepiting bakau berupa
Menurut Srigandono
yang sudah ada. Rancangan
percobaan
yang
pelet dan juga percampuran antara ikan
digunakan dalam penelitian ini adalah
segar dan pelet yang diperkaya vitamin E
rancangan acak lengkap (RAL).
dengan dosis 0, 20, 40, 60 mg/kg.
adalah suatu rancangan dimana perlakuan
Kegiatan
penelitian
ini
RAL
dilibatkan sepenuhnya secara acak pada
dilaksanakan dengan tujuan mengetahui
unit-unit eksperimen.
Rancangan acak
pengaruh pemberian pakan kombinasi
lengkap (RAL) tersebut terdiri dari 4
(ikan rucah dan pakan buatan yang
perlakuan dan 3 kali ulangan.
diperkaya vitamin E dengan dosis berbeda
perlakuan tersebut adalah :
terhadap pemanfaatan pakan, pertumbuhan
1. Perlakuan A : Kepiting
Adapun
bakau
(S.
dan kelulushidupan kepiting soka dan
paramamosain)
mengetahui kombinasi terbaik terhadap
pakan kombinasi ikan
pemanfaatan pakan, pertumbuhan dan
rucah 50% dan pakan
kelulushidupan
buatan
kepiting
paramamosain). *) Penulis Penanggung Jawab
soka
(S.
diperkaya
50%
diberi
yang
vitamin
E
16 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
dengan dosis 0 mg/kg
penelitian meliputi hewan uji kepiting
pakan
bakau, pakan uji.
2. Perlakuan B : Kepiting
bakau
Hewan uji berupa
(S.
kepiting bakau (S. paramamosain) dengan
diberi
berat awal rata-rata 79,75±13,8 g. Pakan
pakan kombinasi ikan
uji yang digunakan adalah ikan rucah segar
rucah segar 50% dan
yang diperoleh dari petani atau nelayan
pakan buatan 50% yang
dan pakan buatan yang diperkaya vitamin
diperkaya
E dengan dosis 0, 20, 40, 60 mg/kg.
paramamosain)
vitamin
E
dengan dosis 20 mg/kg pakan
Media
penelitian
menggunakan
basket pemeliharaan, karamba. Karamba
3. Perlakuan C : Kepiting
bakau
(S.
dibuat
dengan
menggunakan
bambu
diberi
dengan ukuran 250 x 40 cm2 yang didesain
pakan kombinasi ikan
sedemikian rupa sehingga dapat terapung
rucah segar 50% dan
dipermukaan air dan memudahkan dalam
pakan buatan 50% yang
pengamatan.
paramamosain)
diperkaya
pemeliharaan 3
E
berukuran 30 x 20 x 15 cm terbuat dari
dengan dosis 40 mg/kg
bahan campuran atom dan palstik dan
pakan
dimasukan
4. Perlakuan D : Kepiting
vitamin
Basket
bakau
paramamosain)
(S.
Alat-alat
kedalam penelitian
karamba
bambu.
meliputi
alat-alat
diberi
pembuatan pakan, alat ukur uji kualitas air.
pakan kombinasi ikan
Variabel yang diukur meliputi,
rucah segar 50% dan
protein
pakan buatan 50% yang
pertumbuhan
diperkaya
E
kelulushidupan (SR), rasio konversi pakan
dengan dosis 60 mg/kg
(FCR), tingkat konsumsi pakan (TKP) dan
pakan.
net
vitamin
Tahap persiapan meliputi persiapan
protein
oksigen
alat-alat penelitian.
amoniak.
1. Protein Efisiensi Rasio (PER) Pengukuran nilai protein efisiensi ratio berdasarkan rumus Tacon (1987): *) Penulis Penanggung Jawab
rasio
(PER),
spesifik
utilization
laju
(SGR),
(NPU).
Data
kualitas yang diambil meliputi suhu,
materi penelitian, media penelitian dan Persiapan materi
efisiensi
terlarut,
pH,
salinitas
Wt W0 x100% Pi Keterangan: PER= Protein Efisiensi Rasio (%) PER
dan
17 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
Wt = Biomassa hewan uji pada akhir penelitian (g) W0 = Biomassa hewan uji pada awal penelitian (g) Pi = Bobot protein pakan yang dikonsumsi (g)
FCR=Food Conversion Ratio ( rasio konversi pakan) Wt =Berat kepiting pada akhir penelitian (g) Wo =Berat kepiting pada awal penelitian (g) F =Jumlah pakan yang dikonsumsi (g)
2. Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) Rumus
laju
pertumbuhan
spesifik
5. Tingkat Konsumsi Pakan (TKP) Jumlah pakan yang dikonsumsi ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan, kondisi ikan dan kondisi lingkungan. Jumlah pakan yang dikonsumsi dihitung dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan yang masih pada setiap pemberian pakan dan dijumlahkan selama masa pemeliharaan (Parakkasi, 1999 dalam Rasmada, 2008).
menurut Steffens (1989), yaitu :
InWt InWo x100% Ti To Keterangan : SGR = Laju pertumbuhan harian (%) Wo = Berat hewan uji pada awal penelitian (g) Wt= Berat hewan uji pada akhir penelitian (g) T = Waktu penelitian (hari) SGR =
3. Kelulushidupan (SR) Kelulushidupan
6. dapat
dihitung
dengan rumus Effendie (1997), yaitu :
SR
Nt x100% No
Keterangan: SR = Kelulushidupan (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) N0 = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor) 4. Rasio Konversi Pakan (FCR) Konversi pakan dapat dihitung dengan rumus Tacon (1987), yaitu : FCR =
F (Wt d ) Wo
Keterangan :
Net Protein Utilization (NPU) Net Protein Utilization dihitung dengan rumus (Tacon, 1987), yaitu :
Keterangan: NPU =Konversi efisiensi protein (%) Pb =Kandungan protein total hewan uji akhir penelitian (%) Pa =Kandungan protein total hewan uji awal penelitian (%) Pi =Jumlah protein pakan yang dikonsumsi ikan (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian kepiting soka yang diberi pakan kombinasi ikan rucah segar dan pakan buatan yang diperkaya vitamin E dengan dosis yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Laju pertumbuhan spesifik (SGR), tingkat konsumsi pakan (TKP), rasio konversi pakan (FCR), rasio efisiensi protein (PER) dan kelulushidupan (SR) kepiting bakau selama penelitian. Parameter A (0%) B(20%) C(40%) D(60%)
*) Penulis Penanggung Jawab
18 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik SGR (%)
1,26±0,52a
1,24±0,52a
1,52±0,15a
1,71±0,08a
TKP (%)
381,60±26,38a
389,85±4,41a
434,97±8,68a
450,00±0a
FCR
1,80±0,71a
1,48±0,17a
2,42±0,69a
2,69±0,11a
PER
1,44±0,46a
1,57±0,17a
0,99±0,32b
0,76±0,03b
66,67±33,33a
66,67±0,00a
88,89±19,24a
100,00±0,00a
SR (%)
Keterangan: Nilai
tidak adanya perbedaan yang nyata
dengan
superscript
yang
(P>0,05).
sama pada kolom menunjukkan Tabel 2. Data pengamatan NPU (Net Protein Utilization) kepiting bakau selama penelitian. Perlakuan A B C D
Protein Awal Kepiting 63,78 63,78 63,78 63,78
protein akhir kepiting 73,17 73,71 77,47 71,42
Kualitas Air
protein pakan 42,18 43,25 44,16 48,75
jumlah pakan 150 150 150 150
NPU 14,85 15,31 20,68 10,46
Pertumbuhan
Hasil kualitas air untuk suhu
Menurut
Tacon
(1987),
pada
berkisar antara 26 hingga 330C. Kisaran
kondisi kebutuhan energi tidak mencukupi,
pH selama penelitian adalah 7 hingga 7,6,
kultivan akan memanfaatkan protein dalam
pH kisaran antara 25-30 dan kandungan
tubuhnya untuk menjaga kebutuhan energi.
oksigen terlarut selama penelitian adalah
Hal ini mengakibatkan bobot kepiting akan
berkisar antara 4,2 hingga 5,2 mg/l,
turun, di samping itu juga menyebabkan
kandungan amonia adalah 0,01 – 0,14
banyak kematian. Apabila jumlah pakan
mg/l, nitrit antara 0,001 – 0,046 mg/L dan
terlalu sedikit menyebabkan lambatnya
nitrat antara 0,01 – 0,02 mg/L.
pertumbuhan,
Data diatas menunjukkan bahwa kombinasi pakan ikan rucah segar dan buatan
yang
diperkaya
vitamin
E
karena
energi
yang
diperoleh benih lebih kecil daripada yang dipergunakan untuk memelihara tubuh. Hasil
penelitian
menunjukkan
memberikan pengaruh nyata terhadap PER
bahwa perlakuan D yaitu pemberian pakan
tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
sebanyak
TKP, FCR, NPU dan SR kepiting soka.
buatan 50% yang diperkaya vitamin E 60
*) Penulis Penanggung Jawab
50% ikan rucah dan pakan
19 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
mg/kg pakan pada kepiting memberikan
turun, di samping itu juga menyebabkan
hasil
banyak kematian.
yang
tertinggi
dalam
laju
pertumbuhan spesifik. Hal ini dijelaskan
Pemanfaatan Pakan
oleh Soim (1999), bahwa jenis pakan yang
Nilai pemanfaatan pakan dilihat
dapat diberikan untuk pembesaran kepiting
berdasarkan parameter protein efisiensi
memberikan pertumbuhannya
pengaruh
terhadap
rasio (PER), rasio konversi pakan (FCR),
karena
kandungan
tingkat konsumsi pakan (TKP) dan Net
protein di dalamnya.
Ikan rucah segar
Protein Utilization (NPU).
Berdasarkan
yang digunakan di sini yaitu ikan kuniran,
hasil pengamatan, menunjukkan bahwa
dimana
mempunyai
kombinasi pakan buatan antara pakan ikan
kandungan protein yang cukup tinggi dan
rucah dan pakan buatan yang diperkaya
dengan penambahan vitamin E sebesar 60
vitamin E dengan dosis yang berbeda,
mg/kg
memberikan
ikan
pakan
kuniran
sehingga
pertumbuhan
pengaruh
nyata
nilai
P
kepiting pada perlakuan D menjadi lebih
(0,032) < P (0,05), terhadap protein
tinggi dibanding perlakuan yang lain.
efisiensi
Selain itu, pakan ikan rucah segar mudah
paramamosain).
tenggelam
rasio
sehingga
peluang dimakan
rasio
yang
kepiting
soka
(S.
Nilai protein efisiensi
tertinggi
terdapat
pada
kepiting lebih besar karena kepiting lebih
perlakuan B yaitu pemberian pakan pada
suka mencari makan di dasar tambak.
kepiting sebanyak 50% ikan rucah dan
Berdasarkan analisis ragam data laju
pakan buatan 50% yang diperkaya vitamin
pertumbuhan spesifik yang terdapat pada
E 20 mg/kg pakan, hal ini mungkin
Tabel 2 menunjukkan nilai P (0,227) > P
disebabkan karena pemanfaatan protein
(0,05), maka tidak berpengaruh nyata
yang
karena tingkat konsumsi pakan (TKP)
pertumbuhan yang maksimal.
tidak berpengaruh nyata sehingga tidak
optimal
sehingga
menghasilkan
Berdasarkan uji wilayah ganda
mempengaruhi laju pertumbuhan spesifik
Duncan
(SGR).
Menurut Tacon (1987), pada
menunjukkan bahwa perlakuan B tidak
kondisi kebutuhan energi tidak mencukupi,
berbeda nyata terhadap perlakuan A dan
kultivan akan memanfaatkan protein dalam
berbeda nyata dengan perlakuan C dan D.
tubuhnya untuk menjaga kebutuhan energi.
Perlakuan A tidak berbeda nyata dengan
Hal ini mengakibatkan bobot kepiting akan
perlakuan C dan berbeda nyata dengan
*) Penulis Penanggung Jawab
protein
efisiensi
rasio
20 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
perlakuan D. Perlakuan C tidak berbeda
Kepiting ukuran benih akan membutuhkan
nyata terhadap perlakuan D.
persentase jumlah pakan yang lebih besar
Efisiensi protein dipengaruhi oleh
dari kepiting ukuran pembesaran. Kepiting
kualitas protein yang ada dalam pakan, dan
yang lebih kecil ukurannya membutuhkan
kualitas protein pakan dipengaruhi oleh
pasokan energi yang lebih banyak untuk
sumber asalnya serta oleh kandungan asam
pertumbuhan.
aminonya.
Hal tersebut sejalan dengan
secara optimal untuk pertumbuhan terdapat
Subandiyono dan Hastuti (2010), yang
pada perlakuan B, karena memiliki nilai
mengungkapkan
yang
FCR yang terendah. Semakin kecil nilai
yang
FCR mempunyai arti bahwa semakin
mempunyai nilai kecernaan tinggi serta
efisien pemanfaatan pakan, kualitas pakan
memiliki pola dan jumlah asam amino
dapat diketahui melalui konversi pakan
yang mirip dengan pola maupun jumlah
karena nilai FCR memberikan gambaran
asam amino esensial yang terdapat pada
tentang efisiensi penggunaan pakan untuk
spesies kultivan yang diberi pakan.
pertumbuhan
berkualitas
bahwa
adalah
protein protein
Pakan yang digunakan
(Steffens,
1989).
Menurut Tacon (1987), organisme
Berdasarkan analisis ragam didapatkan
menggunakan protein sebagai sumber
hasil bahwa pemberian pakan segar dan
energi bersama karbohidrat, kelebihan
buatan yang diperkaya vitamin E dengan
tingkat protein atau protein efficiency ratio
dosis yang berbeda tidak berpengaruh
yang tinggi dalam pakan menghasilkan
nyata P (0,056) > P (0,05).
penekanan laju pertumbuhan, energi yang
Perlakuan B memberikan nilai
tersisa untuk pertumbuhan, akan naik
TKP yang terendah dan merupakan hasil
secara proporsional dengan meningkatkan
yang terbaik diduga bahwa kadungan
energi pakan yang diberikan sampai
pakan 50% ikan rucah dan pakan buatan
akhirnya mencapai titik keseimbangan,
yang
sehingga energi pakan akan digunakan
diperkaya vitamin E 20 mg/kg pakan
untuk pertumbuhan.
sudah sesuai untuk pertumbuhan kepiting
Nilai rasio konversi pakan (FCR) yang
berbeda
menunjukkan
diberikan
sebesar
50%
yang
soka. Sedangkan pada pakan perlakuan D
tidak
dengan kandungan vitamin E 60 mg/kg
maksimalnya penyerapan pakan oleh tubuh
pakan memberikan hasil tertinggi diduga
kepiting soka.
karena kurang dari kebutuhan yang baik
Jumlah konsumsi pakan
akan berbeda pada setiap ukuran kepiting. *) Penulis Penanggung Jawab
oleh
kepiting.
Hewan
Karnivora
21 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
mempunyai kemampuan memanfaatkan
bakau dibandingkan perlakuan lainnya
protein lebih baik daripada lemak dan
yang lebih rendah ini diduga karena
karbohidrat. Sehingga pada penelitian ini
kandungan protein pada pakan yang
diduga kepiting soka memanfaatkan energi
dikonsumsi belum secara optimal di
untuk
dengan
manfaatkan untuk pembentukan protein
mencerna protein lebih banyak daripada
tubuh kepiting bakau (S. paramamosain).
lemak
Menurut
Menurut Buwono (2000), pemanfaatan
(Parakkasi, 1999 dalam Rasmada, 2008),
protein bersih (NPU) merupakan efisiensi
tingkat konsumsi pakan (TKP) merupakan
penggunaan deposit protein pakan yang
jumlah pakan yang dikonsumsi dihitung
terdapat dalam hati yang dapat diubah
dari
diberikan
menjadi protein dalam jaringan tubuh.
dikurangi dengan sisa pakan yang masih
Nilai retensi protein menunjukan indeks
pada
deposit protein sebagai jaringan tubuh
pertumbuhan
dan
jumlah
setiap
adalah
karbohidrat.
pakan
yang
pemberian
pakan
dan
dijumlahkan selama masa pemeliharaan.
(dimanfaatkan
Nilai konversi pakan menunjukan bahwa
Kualitas Air
sejauh mana pakan dimanfaatkan oleh kultivan
budidaya
pertumbuhan).
Dalam penelitian ini dilakukan
efisien.
pengukuran terhadap beberapa parameter
Berdasarkan analisis ragam didapatkan
kualitas air meliputi: suhu, salinitas, pH,
hasil pemberian pakan rucah dan buatan
DO dan amonia. Pengelolaan kualitas air
yang diperkaya vitamin E dengan dosis
merupakan
yang berbeda tidak berpengaruh nyata P
mempengaruhi
(0,209) > P (0,05).
kegiatan budidaya.
Nilai
NPU
secara
bagi
(Net
Protein
Utilization) yang tertinggi terdapat pada perlakuan
C
yaitu
pemberian
salah
satu
faktor
keberhasilan
yang dalam
Kualitas air selama
pengamatan untuk media budidaya masih layak.
pakan
Berdasarkan
hasil
penelitian,
kombinasi ikan rucah 50% dan buatan
diperoleh suhu berkisar antara 26-33ºC.
50% yang diperkaya vitamin E dengan
Kondisi tersebut merupakan kondisi yang
dosis
ini
optimal untuk budidaya. Hal ini seperti
menunjukkan bahwa kandungan protein
dikatakan Soim (1999), bahwa kepiting
pada perlakuan C paling sesuai dengan
bakau dapat hidup dan tumbuh dengan
kebutuhan protein kepiting bakau dan
baik
paling efisien digunakan oleh kepiting
perubahan suhu air yang tidak terjadi
40
mg/kg
pakan,
*) Penulis Penanggung Jawab
hal
pada
suhu
23-32˚
C
dengan
22 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
secara mendadak. Kisaran kadar oksigen
Salinitas
air
media
selama
terlarut selama penelitian adalah 4,2-
penelitian adalah 25-30 ppt, salinitas
52mg/L.
Nilai DO selama penelitian
tersebut sesuai untuk budidaya. Hal ini
masih berada pada kisaran yang optimal
sesuai dengan Mardjono (1993) yang
untuk pertumbuhan kepiting.
Kuntiyo
menyatakan bahwa kisaran salinitas yang
pada
optimal untuk pertumbuhan kepiting yaitu
(1994),
menyatakan
pemeliharaan
bahwa
kepiting
bakau
dengan
15 – 30 ppt.
Kadar amonia selama
kandungan oksigen terlarut >3 mg/L
penelitian berkisar antara 0.01 – 0.14
memberikan
baik.
mg/L. Kisaran nilai ammonia tersebut
Kadar keasaman (pH) selama penelitian
masih dalam kondisi yang layak untuk
adalah 7-7,6 dan merupakan pH yang baik
pertumbuhan kepiting bakau.
untuk budidaya kepiting dan pemeliharaan
seperti yang terdapat pada Ghufron (1997),
benih
memberikan
bahwa nilai amonia yang optimal untuk
pertumbuhan berat yang baik pada pH 7,5
pertumbuhan kepiting yaitu kurang dari 1
– 8,5.
mg/L.
pertumbuhan
kepiting
bakau
yang
Hal ini
KESIMPULAN DAN SARAN
spesifik (SGR) dan kelulushidupan
Kesimpulan
(SR)
Kesimpulan yang diperoleh dari
kepiting
soka
(S.
paramamosain).
penelitian ini adalah:
2. Perlakuan yang terbaik untuk hasil
1. Pemberian pakan (kombinasi antara
pertumbuhan yang optimal yaitu
ikan rucah dengan pakan buatan
perlakuan
yang diperkaya vitamin E dengan
berupa 50% ikan rucah dan 50%
dosis
tidak
pakan
nyata
vitamin E 20 mg/kg pakan.
yang
memberikan
berbeda) pengaruh
terhadap tingkat konsumsi pakan
.
(TKP) dan memberikan pengaruh
Saran
nyata terhadap protein efisiensi rasio (PER)
tetapi
tidak
memberikan
B,
buatan
pemberian
yang
pakan
diperkaya
Disarankan agar pembuatan pakan mengkombinasikan
antara
ikan
rucah
pengaruh nyata terhadap net protein
dengan pakan buatan yang diperkaya
utilization (NPU), rasio konversi
vitamin E dosis 20 mg/kg pakan.
pakan (FCR), laju pertumbuhan *) Penulis Penanggung Jawab
23 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
Budidaya Air Payau, Jepara, 29 hlm. Ucapan Terima Kasih Terima kasih disampaikan kepada Bapak Suwaryo yang telah membimbing dan mengarahkan penulis atas bantuan
Lamidi, M., Ollivier, E. Faure, R. Debrauwer, L. Nze-Ekekang, L. and Balansard, G. 1996. Quinovic acid glycosides from Nauclea diderichii. Planta Med, 61:280–281 pp.
selama melaksanaan penelitian ini. Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya diberikan
kepada
Samidjan,
MS
Rachmawati,
Dr.
dan
Ir. Dr.
M.Si
Istiyanto Ir.
yang
Diana telah
membimbing dan mengarahkan penulis.
DAFTAR PUSTAKA Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 6-8 hlm. Ditjen
Perikanan, 2000, Statistik Perikanan. Departemen Pertanian Republik Indonesia. http://ikanmania.wordpress.com/20 07/12/30/teknologi-produksi-benihkepiting bakau -scylla-serrata/ (5 Oktober 2011).
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta, 163 hlm. Ghufron, M. H. dan Kordi K. 1997. Budidaya kepiting dan Ikan Bandeng di Tambak Sistem Polikultur. Dahara Prize, Semarang, (1):33-38 hlm. Kuntiyo, Z. Arifin dan T. Supratno. 1994. Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Tambak. Balai
*) Penulis Penanggung Jawab
Mardjono, M., Anindiastuti, Hamid, N., Djunaida, I.S. dan Satyantini, W.H. 1993. Pedoman Pembenihan Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Tambak. Balai Budidaya Air Payau Jepara, (1):51-56 hlm. Langkosono dan L.F. Wenno. 2003. Distribusi Ikan Kerapu (Serranidae) dan Kondisi Lingkungan Perairan Kecamatan Tanimbar Utara, Maluku Tenggara. Prosiding Lokakarya Nasional dan Pameran Pengembangan Agribisnis Kerapu II. Jakarta, 8–9 Oktober 2002. “Menggalang Sinergi unrtuk Pengembangan Agribisnis Kerapu”. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian BPPT. Jakarta: hlm. 203212. Srigandono, B. 1989. Rancangan Percobaan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. 140 hlm. Subandiyono dan Hastuti, S. 2010. Buku Ajar Nutrisi Ikan. Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Univ. Diponegoro. Semarang. 233 hlm. Suwarsito. 2004. Pakan Ikan dan Crustacea. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto. 79 hlm.
24 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
Steffens, W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Elis Horward Limited, England. 384 pp.
*) Penulis Penanggung Jawab
Tacon, A. E. J. 1987. The nutrition and Feeding Formed Fish and Shrimp. A training Manual Food and Agriculture of United Nation Brazilling , Brazil. 108 hlm.