PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAKS MENGKUDU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA UJUNGWATU KECAMATAN DONOROJO KABUPATEN JEPARA Yuni Wahyuningtyas*) Yunie Armiyati**), Mamat Supriyono***) *)Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang, **) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhhammadiah Semarang, ***) Perawat RS Bhakti Wira Tamtama Semarang ABSTRAK Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yang menggunakan ekstrak mengkudu untuk pengobatan hipertensi dan untuk mengidentifikasi karakteristik penderita hipertensi dengan pemberian ekstraks mengkudu didesa Ujungwatu, Jepara. Desain penelitian ini adalah pretest-posttest design, jumlah sempel 52 responden dengan tekhnik stratified random sampling. Hasil penelitian menujukkan ada pengaruh yang signifikan antara pemberian ekstraks mengkudu dengan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (p=0,001 <0,05). Rekomendasi hasil penelitian ini adalah gunakan tanaman obat sebagai salah satu alternative pengobatan hipertensi (ekstraks mengkudu). Kata Kunci : Ekstraks mengkudu, penurunan tekanan darah, hipertensi ABSTRACT Hypertension is the third leading cause of death after stroke and tuberculosis, which reached 6.7% of deaths in all age populations in Indonesia. This study aims to determine a decrease in blood pressure in hypertensive patients who use noni extracts for the treatment of hypertension and to identify characteristics of patients with hypertension by administering extracts noni Ujungwatu village, Jepara. The study design was a pretest-posttest design, the number of respondents with 52 Sempel stratified random sampling technique. The results showed There is significant influence between the provision of noni extracts to decrease blood pressure in hypertensive patients (p <0.05). Recommendations of this study was to use medicinal plants as one of the alternative treatment of hypertension (Noni extracts). Keywords: noni extracts, decreased blood pressure, hypertension
PENDAHULUAN Hipertensi merupakan suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001, hlm. 896). Menurut WHO (2008, ¶2) secara keseluruhan prevalensi tekanan darah pada orang dewasa berusia 25 tahun ke atas adalah sekitar 40% pada tahun 2008. Hasil Riskesdas 2007 prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia sebesar 31,% (Depkes, 2008, hlm. 80). Menurut DINKES Jawa Tengah tahun 2006-2008 kejadian hipertensi pada tahun 2006 sebesar 1,87%, tahun 2007 sebesar 2,02% ,tahun 2008 sebesar 3,305%. Sedangkan kejadian hipertensi di Jepara sebesar 22%. Adapun wilayah dengan kejadian hipertensi tertinggi adalah kecamatan Donorojo sebesar 3,934%. Data puskesmas Donorojo bulan Januari sampai Mei 2011, menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi tiga besar penyakit yang banyak dialami oleh pasien puskesmas kecamatan Donorojo setelah penyakit jantung dan stroke. Jika hipertensi tidak terkendali, dalam jangka panjang akan berdampak pada timbulnya komplikasi penyakit lainnya. Komplikasi penyakit hipertensi sangat berbahaya bagi tubuh dan mempersulit proses kesembuhan. Komplikasi hipertensi meliputi kerusakan pada otak, kerusakan pada jantung, kerusakan pada ginjal, kerusakan pada mata (Sukmono, 2009, hlm. 159).
Berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases) (Madina, 2007, ¶3). Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Pengobatan hipertensi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini merupakan beban yang besar baik untuk keluarga, masyarakat maupun Negara (Madina, 2007, ¶4). Selain obat-obatan kimia, penggunaan obat tradisional juga termasuk penatalaksanaan farmakologi dalam mengatasi hipertensi. Pengobatan tradisional terus berkembang walaupun perlahan. Perkembangan ini disebabkan obat-obat kimia memiliki beberapa kelemahan, misalnya sering menimbulkan efek samping negatif baik secara langsung maupun terakumulasi. Sebaliknya, tanaman yang berkhasiat obat atau jamu, memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh obat kimia. Diantaranya, efek samping tanaman obat tidak ada, jika penggunaannya sesuai dengan petunjuk (Sukmono, 2009, hlm. 16). Tingginya biaya pengobatan obat-obatan kimia juga mendorong masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan dengan pengobatan tradisional. Salah satunya adalah pengobatan dengan tanaman obat (Mahendra, 2005, hlm. 5). Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan untuk penanganan hipertensi adalah tanaman mengkudu, terutama buahnya. Buah mengkudu mengandung sejenis fitonutrien, yaitu scopoletin. Scopoletin berfungsi mempelebar saluran darah yang mengalami penyempitan. Dinding pembuluh darah yang lebar dapat mempercepat proses aliran darah ke jantung,
dan mempercepat penghantaran darah ke seluruh tubuh. Mencegah terjadinya kontriksi pembuluh darah, sehigga tekanan darah menjadi normal (smeltzer & Bare, 2001, hlm. 899). Selain scopoletin, juga terdapat arginin yang berfungsi dalam sintesis nitric oksida (NO), suatu vasodilator (Santosa, 2005, ¶ 16). Dimana kerja vasodilator adalah merelaksasi otot-otot polos pembuluh darah, terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi, dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan turun (Muttaqin, 2009, hlm. 118). Berdasarkan hasil penelitian Hartono dan Indriawati tahun 2009 tentang pengaruh mengkudu terhadap hipertensi pada kelompok lansia menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah minum kapsul ekstraks Mengkudu. Melihat potensi dari buah mengkudu yang dapat dimanfaatkan untuk altenatif pengobatan penurunan tekanan darah, maka peneliti ingin meneliti seberapa besar pengaruh buah mengkudu dalam tekanan darah pada penderita hipertensi.
Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang memiliki kesadaran penuh, dapat diajak berkomunikasi, dapat melakukan aktivitas kebutuhan dasar tanpa bantuan dari orang lain, yang bertempat tinggal di desa Ujungwatu, dan yang bersedia menjadi responden penelitian. Teknik pemngambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling yaitu sratified random sampling, dimana sampel diambil menurut karakteristik responden dan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan di Desa Ujungwatu, kecamatan Donorojo, kabupaten Jepara pada tanggal 05-15 januari 2012. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu instrument yang berupa format pencatatan karakteristik responden, lember pencatatan tekanan darah, dan alat untuk mengukur tekanan darah yaitu spigmomanometer, stetoskop.
METODELOGI PENELITIAN
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat untuk mengetahui deskripsi karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan usia, tekanan darah sebelum dilakukan pemberian ekstrak mengkudu, tekanan darah sesudah dilakukan pemberian ekstrak mengkudu, Mean Arteriar Pressure (MAP) sebelum dilakukan pemberian ekstrak mengkudu, Mean Arteriar Pressure (MAP) sesudah dilakukan pemberian ekstrak mengkudu.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental, dengan menggunakan rancangan penelitian pretestposttest design (Hidayat, 2009, hlm. 53). Penelitian bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau eksterimental tersebut (Notoatmodjo, 2010, hlm. 50).
Analisa Bivariat dilakukan dilakukan untuk melihat hubungan 2 variabel bebas (pemberian ekstrak mengkudu) dan variabel terikat (penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi). uji kenormalan data one sample kolmogorov smirnov test. Hasil analisis data menggunakan uji statistik non parametrik wilcoxon (wilcoxon signed rank test) karena data berdistribusi tidak normal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yang menggunakan ekstrak mengkudu untuk pengobatan hipertensi.
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
meningkatkan curah jantung yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Maryam, et al., 2008, hlm. 112).
1. Karakteristik Umur Responden 2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan kelompok usia di Desa Ujungwatu Jepara, bulan Januari 2012 (n=52) Umur Jumlah Persentase (tahun) (%) 35-40 6 11,53 41-64 44 84,62 >65 2 3,85 52 100 Berdasarkan hasil penelitian responden berumur antara 35-65 tahun, dengan umur rata-rata 52,79 (53) tahun. Responden yang mendominasi dalam penelitian ini adalah responden yang berumur 41-64 tahun yakni sebanyak 44 orang (84, 62%). Peningkatan usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional. Secara umum, perubahan yang terjadi berangsur-angsur ini sering terjadi dan ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas (Stanley & Beare, 2006, hlm. 179). Hipertensi juga dipengaruhi oleh pertimbangan gerontologis. Perubahan pada katub mitral dan aorta, katup-katup tersebut mengalami sklerosis dan penebalan. Endokardium menebal dan terjadi sklerosis, miokard menjadi lebih kaku dan lebih lambat dalam pemulihan kontraktilitas dan kepekaan, sehingga stress mendadak/lama dan takikardi kurang diperhatikan. Peningkatan frekuensi jantung dalam proses terhadap stress berkurang dan peningkatan frekuensi jantung lebih lama untuk pengembalian pada kondisi dasar. Selanjutnya utuk mengompensasi adanya masalah dalam frekuensi jantung, maka isi sekuncup meningkat, sehingga
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Ujungwatu Jepara, bulan Januari 2012 (n=52) Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-laki 14 26,9 Perempuan 38 73,1 52 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 52 responden sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 38 orang (78,87%). Menurut Sanif (2009, ¶ 11) perbedaan jenis kelamin pada tekanan darah dapat dideteksi sewaktu muda dan masih anak-anak dengan melakukan pengukuran tekanan darah. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan temuan Sanif (2009) yang menyebutkan bahwa pada semua suku, pria mempunyai tekanan darah sistolik dan diastolik yang tinggi dibanding wanita dan juga usia pertengahan, prevalensi terjadinya hipertensi lebih tinggi pada pria dibanding wanita setelah usia 59 tahun. Meskipun demikian survei dari badan kesehatan nasional dan penelitian nutrisi menemukan bahwa hipertensi lebih mempengaruhi wanita dibanding pria. Peningkatan tekanan darah pada perempuan, umumnya meningkat setelah menopause. Mereka yang sudah menopause memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi dibanding yang belum menopause. Sejauh ini disimpulkan kalau perubahan hormonal dan biokimia setelah menopause adalah penyebab utama perubahan tekanan darah tersebut. Perubahan hormon tersebut membuat
perempuan mengalami peningkatan sensitivitas terhadap garam dan penambahan berat badan. Kedua hal tersebut berpotensi memicu tekanan darah yang lebih tinggi. 3. Tekanan Darah Sebelum Diberikan ekstraks Mengkudu Tabel 3 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan klasifikasi hipertensi di desa Ujungwatu Jepara sebelum diberikan Ekstraks Mengkudu, Januari 2012 (n=52) Variabel f % Normal Tinggi Hipertensi Ringan Hipertensi Sedang Hipertensi Berat Jumlah
1 18 19 14 52
1,9 34,6 36,6 26,9 100
Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sebelum pemberian Ekstraks yaitu tekanan darah sistolik rata-rata adalah 164,81 mmHg, tekanan darah diastolik rata-rata 104, 62 mmHg dan Mean Artery Pressure (MAP) rata-rata 124,68 mmHg. Hasil penelitian menurut klasifikasi tekanan darah penderita hipertensi juga menunjukkan sebagian besar responden masuk dalam hipertensi sedang (36,6%) bahkan ada 26,9% pasien yag menderita hipertensi berat. Hipertensi atau darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode (Udjianti, 2010, hlm. 107). Hipertensi ditandai dengan peningkatan tahanan perifer sehingga menyebabkan penambahan beban jatung. Semakin tinggi tingkatan atau klasifikasi hipertensi akan memperburuk kondisi pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien termasuk dalam kategori hipertensi sedan dan berat. Hipertensi yang tidak terkendali, dalam
jangka waktu yang lama akan berdampak pada timbulnya komplikasi penyakit lainnya. Komplikasi penyakit hipertensi sangat berbahaya bagi tubuh dan mempersulit proses kesembuhan. Komplikasi hipertensi menurut Sukmono (2009, hlm. 159) antara lain dapat menyebaban kerusakan otak, jantung, mata dan ginjal. 4. Tekanan Darah Setelah Diberikan Ekstraks Mengkudu Tabel 4 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan klasifikasi hipertensi di desa Ujungwatu Jepara sesudah diberikan Ekstraks Mengkudu, Januari 2012 (n=52) Variabel f % Normal Normal Tinggi Hipertensi Ringan Hipertensi Sedang Hipertensi Berat Jumlah
8 11 17 12 4 52
15,4 21,2 32,6 23,1 7,7 100
Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sebelum pemberian Ekstraks yaitu tekanan darah sistolik rata-rata adalah 153,37 mmHg, tekanan darah diastolik rata-rata 89,81 mmHg dan Mean Artery Pressure (MAP) rata-rata 110,99 mmHg. Hasil penelitian menurut klasifikasi tekanan darah penderita hipertensi menunjukkan sebagian besar responden termasuk dalam hipertensi ringan (32,6%), hasil penelitian juga menunjukkan tekanan darah normal (15,4%). Berdasarkan hasil penelitian maka sebagian besar responden termasuk dalam kategori hipertensi sedang dan ringan. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Husnaniyah, menunjukkan bahwa rata-rata penurunan tekanan darah setelah diberikan ekstrak mengkudu adalah 10,48 mmHg.
Penurunan tekanan darah terjadi karena buah mengkudu mengandung sejenis fitonutrien, yaitu scopoletin yang berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami penyempitan. Dinding pembuluh darah yang lebar dapat mempercepat proses aliran darah ke jantung, dan mempercepat penghantaran darah ke seluruh tubuh. Mencegah terjadinya kontriksi pembuluh darah, sehigga tekanan darah menjadi normal (smeltzer & Bare, 2001, hlm. 899).
Hasil penelitian ini terlihat bahwa terjadi penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi sesudah diberikan terapi Ekstraks Mengkudu. Kondisi ini terjadi karena setelah diberikan terapi ekstraks mengkudu, dinding pembuluh darah yang lebar dapat mempercepat proses aliran darah ke jantung, dan mempercepat penghantaran darah ke seluruh tubuh. Ekstrak mengkudu yang diberikan juga dapat mencegah terjadinya kontriksi pembuluh darah, sehingga tekanan darah menjadi normal.
5. Rata-rata penurunan tekanan darah
6. Efektifitas pemberian Ekstraks Mengkudu terhadap penurunan tekanan darah
Tabel 5 Distribusi rata-rata Penurunan Tekanan darah (TD) pasien hipertensi di desa Ujung Watu Jepara setelah diberikan Ekstraks Mengkudu, Januari 2012 (n=52)
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata tekanan darah sistolik 11,44 mmHg, diastolik 14,81 mmHg dan mean artery pressure 13,69 mmHg. Rata-rata ini mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan tekanan darah sistolik, diastolik, dan mean artery pressure sebelum pemberian Ektraks Mengkudu. Rata-rata penurunan tekanan darah dipengaruhi oleh penurunan tekanan darah sistolik, diastolik dan mean artery pressure. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Hartono dan Indriawati (2009, ¶1) dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah minum kapsul Ekstraks Mengkudu yaitu 0,001 (p = <0,05).
Tabel 6 Gambaran Tekanan darah (TD) pasien hipertensi di desa Ujungwatu, Jepara sebelum dan sesudah diberikan Ekstraks Mengkudu, Januari 2012(n=52)
Hasil uji analisis data penelitian pada pasien hipertensi yang diberikan ekstrak mengkudu menujukkan nilai p-value sebesar 0,001 (< 0,05). Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh terapi Ekstraks Mengkudu terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di desa Ujungwatu kecamatan Donorojo kabupaten Jepara. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hartono dan Indriawati (2009) tentang pengaruh mengkudu terhadap hipertensi pada kelompok usia lanjut diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah
mengkonsumsi Ekstraks Mengkudu yaitu 0,00 (p = <0,05). Berdasarkan hasil penelitian Husnaniyah (2010) tentang perbandingan daya guna mengkudu (morinda citrifolia) dan seledri (apium graveolens) terhadap tekanan darah penderita terdapat perbedaan signifikan Tekanan darah penderita hipertensi kelompok penelitian mengalami penurunan signifikan setelah pemberian mengkudu p =<0,05. Rerata perubahan tekanan darah sistolik 10,48 mmHg dan diastolik 4,90 mmHg. Para ahli mengatakan bahwa scopoletin dalam buah mengkudu adalah sejenis fitonutrien yang mengikat serotonin, zat kimiawi penting didalam tubuh manusia. Scopoletin berfungsi sebagai vasodilator yang memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami penyempitan dan mempelancarkan peredarah darah sehingga jantung tidak perlu bekerja terlalu keras untuk memompa darah. dengan demikian tekanan darah akan menjadi normal. Skopoletin dalam buah mengkudu dapat berinteraksi sinergis dengan nutraceuticals (makanan yang berfungsi untuk pengobatan) lain untuk mengatur darah tinggi menjadi normal, tetapi tidak meurunkan tekanna darah yang sudah normal (Rahmawati, 2009, hlm. 15 ). Kandungan dalam buah mengkudu antara lain: Zat nutrisi, Terpenoid, Zat anti-bakteri, Scolopetin, Zat anti-kanker, Xeronine dan proxeronine, Asam (Bangun & Sarwono, 2002, hlm.19). Serotonin merupakan neurotransmitter yang terlibat dalam transmisi impuls saraf. Neurotransmitter adalah pembawa pesan kimiawi dalam otak yang memungkinkan komunikasi antara sel saraf. Paket serotonin (vesikel) yang dirilis dari akhir sel presynaptic ke dalam celah sinaptik. Molekul-molekul serotonin kemudian dapat mengikat protein reseptor dalam sel
postsynaptic, yang menyebabkan perubahan dalam keadaan listrik dari sel. Perubahan listrik dapat merangsang sel, melewati sepanjang pesan kimia. Molekul kelebihan serotonin diambil kembali oleh sel presinaptik dan diolah kembali. Neuron di otak yang melepaskan serotonin ditemukan dalam koleksi padat kecil neuron disebut Nukleus raphe. Nuclei raphe ditemukan di medula, pons dan otak tengah yang semuanya terletak di bagian atas sumsum tulang belakang. Neuron serotonergik memiliki akson yang memproyeksikan ke berbagai bagian otak, sehingga serotonin mempengaruhi perilaku yang berbeda (Farham, 2010, ¶1). Ekstraks Mengkudu diketahui mengandung zat scopoletin yang mengikat serotonin, salah satu zat penting dalam butir-butir darah yang melapisi jalur pencernaan dan otak. Serotonin di dalam otak, berfungsi sebagai neurotransmiter dan sebagai pencetus hormon melatonin yang mampu menurunkan tingkat stres (Rahmawati, 2009, hlm.12). Respon stres bermula dari hipotalamus di dalam otak, yang mengeluarkan hormon pelepas kortikotropin. Hormon pelepas kortikotropin menempuh jarak pendek menuju kelenjar pituitary yang mempercepat pelepasan hormon adrenocorticotropin (ACTH). Selanjutnya ACTH mengaktifkan bagian luar dari kelenjar adrenal yang disebut korteks adrenal. Kemudian korteks adrenal melepaskan kortisol ke dalam aliran darah. Stres mental dapat meningkatkan kortisol. Peningkatan kortisol secara kronis dapat menaikkan kerentanan terhadap semua jenis penyakit (Faigin, 2001, hlm.219-222). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut setelah dilakukan uji statistik non parametrik
wilcoxon (wilcoxon signed rank test) pada pemberian tekanan darah dengan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi diperoleh p value= 0,001 (< 0,005) yang berarti terdapat pengaruh signifikan antara pemberian ekstraks mengkudu dengan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di desa Ujungwatu kecamatan Donorojo, kabupaten Jepara. SARAN 1. Dapat menjadi salah satu pilihan farmakologi alternatif sebagai pengobatan hipertensi. 2. Dapat mengaplikasikan pemberian ekstrak mengkudu sebagai salah satu manajemen farmakologi alternatif dalam menangani pasien hipertensi. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya, dapat menggunakan rancangan one group pre test – post test design dengan kelompok pembanding, dapat mengaplikasikan pemberian ekstrak mengkudu dengan beberapa kali pemberian, Peneliti dapat mengkarantina responden dalam waktu penelitian, untuk mengurangi terjadinya bias hasil penelitian, Penelitian dapat dilakukan ditempat-tempat lain yang berbeda karakteristik sampel dengan jumlah sampel yang lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Bangun, A.P., & Sarwono, B. (2002). Khasiat & manfaat mengkudu. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2006). Profil kesehatan Jawa Tengah
tahun 2006. Semarang: Kesehatan Jawa Tengah
Dinas
. (2007). Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2006. Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah . (2008). Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2006. Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah Farham. (2010). Buah mengkudu penurunan tekanan darah. http://www.griyaherbal.com/mengkudu/ diperoleh tanggal 30 maret 2012 Hartono, I.S.E., & Indriawati, R. (2009). Pengaruh mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap hipertensi pada kelompok usia lanjut. http://digilib.fk.umy.ac.id/gdl.php? mod=browse&op=read&id=yoptum yfkpp-gdl-ibnusarwoe-59 diperoleh tanggal 31 Juli 2011 Hidayat, A.A.A. (2009). Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika Husnaniyah, D. (2010). Perbandingan daya guna mengkudu (morinda citrifolia) dan seledri (apium graveolens L) terhadap tekanan darah penderita hipertensi.http://publikasi.umy.ac.id /index.php/psik/article/viewFile/224 8/1085 diperoleh tanggal 07 Mei 2011 Madina. (2007). Menkes: Prevalensi Hipertensi di Indonesia 17 21%. http://www.madinask.com/index2.p hp?option=com_content&do_pdf=1 &id=520 diperoleh tanggal 8 Mei 2011
Mahendra, B. (2005). Tiga belas jenis tanaman obat ampuh. Jakarta: Penebar Swadaya
Stanley, M., & Beare, P.G. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta: EGC
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, Ahmad, & Batubara, I. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Sukmono, R.J. (2009). Mengatasi aneka penyakit dengan terapi herbal. Jakarta: AgroMedia Pustaka
Muttaqin, A. (2009). Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Rahmawati, A. (2009). Kandungan fenol literatur.http://www.google.co.id/ur l?sa=t&rct=j&q=rahmawati%20ui% 202009&source=web&cd=2&ved= 0CE8QFjAB&url diperoleh tanggal 05 april 2011 Sanif, M. E. (2009). Hipertensi pada wanita. http://www.jantunghipertensi.com/h ipertensi/78.html diperoleh tanggal 30 Januari 2012 Santosa, S. (2005). Khasiat antioksidan dan antihipertensi buah mengkudu (morinda citrifolia fructus) dalam penanganan preeklamsi. http://majour.maranatha.edu/index.p hp/jurnalkedokteran/article/view/62 diperoleh tanggal 7 Mei 2011 Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah brunner & suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC
Udjianti, W.J. (2010). Keperawatan kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika World Health Oganisation (WHO). (2008). Raised blood pressure. http://www.who.int/gho/ncd/risk_fa ctors/blood_pressure_prevalence_te xt/en/ diperoleh tanggal 5 juni 2011