PENGARUH PEMBERIAN BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA L) TERHADAP PERSENTASE KECACINGAN PADA MAHASISWA DI ASRAMA KHUSUS UNIVERSITAS ADVENT
Menyetujui:
Pembimbing Utama
Lyna M.N. Hutapea, MScPHNurse
Mengetahui:
Florida Hondo, DrPH, MSN Kajur Keperawatan S1
Gilny A, Rantung. M. Kep Koordinator Nursing Website
PENGARUH PEMBERIAN BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA L) TERHADAP PERSENTASE KECACINGAN PADA MAHASISWA DI ASRAMA KHUSUS UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA EFFECT OF GRAIN PAPAYA (CARICA PAPAYA L) WORM PERCENTAGE OF STUDENTS IN UNIVERSITY IN DORM SPECIAL ADVENT INDONESIA Jonathan Brayen Hutapea Universitas Advent Indonesia ABSTRAK Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh karena prevalensi kecacingan di Indonesia mencapai nilai 60-90%. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian biji pepaya (carica papaya l) terhadap persentase kecacingan pada mahasiswa di asrama Khusus Universitas Advent Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 40 mahasiswa. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa yang telah diperiksa positif terinfeksi cacing yang dipilih secara purposive sampling. Pemeriksaan sampel feses yang telah dikumpulkan di lakukan di Laboratorium dengan menggunakan tehnik sediaan tebal (cellophane covered thick smear technic) atau disebut tehnik Kato. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian biji pepaya terhadap persentase kecacingan pada mahasiswa di asrama Khusus UNAI. Pengaruh biji pepaya (Carica Papaya L) adalah sebesar 66.66%. Saran untuk kepala klinik, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi, dengan menjelaskan kepada pasien bahwa biji pepaya dapat digunakan sebagai obat kecacingan. Untuk mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa sebagai masukan dan informasi dan meningkatkan kesadaran untuk hidup bersih dan sehat serta terhindar dari berbagai penyakit terutama kecacingan. Untuk bidang penelitian, diharapkan metode penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai pengaruh daun pepaya (carica papaya l) terhadap kecacingan. Kata kunci: Kecacingan dan biji papaya. ABSTRACT This research is motivated by the prevalence of worm infestation because in Indonesia reaches 60-90%. The general objective of this research was to determine whether there is the effect of papaya seeds (Carica papaya L) against the percentage of students in a dorm worm on the Lodging Indonesian Adventist University. The method used in this research is descriptive method. The population consists of 40 students. The sample used is a student who has tested positive for ascarids selected by purposive sampling. Examination of stool samples that had been collected in done in lab by using the technique of preparation thick (covered cellophane thick smear technic) or a technique called Kato. Results of this study indicate that there is the effect of papaya seeds on the
percentage of students in the dorm worm on Special UNAI. Effect of papaya seeds (Carica Papaya L) is equal to 66.66%. Suggestions to head the clinic, the results of this research can be used as input and information, by explaining to the patient that papaya seeds can be used as a worm medicine. For students, the results of this study would be useful to students as an input and information and raise awareness for clean and healthy and protected from various diseases, especially intestinal worms. For field research, it is hoped this research method can be used as a reference for developing further research on the effect of papaya (Carica papaya l) of the worm. Keywords: worm and papaya seeds. PENDAHULUAN Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan terutama di Indonesia karena memiliki iklim tropis dengan kelembapan udara yang tinggi dan tanah yang subur yang merupakan tempat berkembangbiaknya cacing. Kecacingan memiliki hubungan yang erat dengan perilaku hidup sehat serta sanitasi lingkungan yang buruk. Syamsiah dan Tajudin (2003:49) menjelaskan bahwa cacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing yang hidup dan berkembangbiak di dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup dan kebiasaan yang kurang bersih. Latar Belakang World Health Organization (2012:1) memperkirakan sekitar 2 miliar orang di seluruh dunia terinfeksi cacing. Negara yang memiliki angka kecacingan tertinggi yaitu sekitar 24% adalah Amerika, Sub-Sahara, Cina, dan Asia Timur yang merupakan daerah tropis dan subtropis. Kania (2012) menjelaskan prevalensi kecacingan di Indonesia mencapai nilai 60-90%. Penularan kecacingan lebih banyak terjadi di daerah kumuh yang dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan sanitasi lingkungan yang buruk. Menurut DEPKES (2009) menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan di Puskesmas-puskesmas kota Maluku. Hasil yang diperoleh adalah prevalensi Puskesmas Rijali 51,7%, Puskesmas Poka 51,6%, Puskesmas Masohi 56,88% dan Puskesmas Amahai 88,79%. Jenis cacing yang banyak ditemukan adalah cacing gelang dan cacing cambuk. Hal ini disebabkan iklim tropis dan kondisi sanitasi yang buruk yang merupakan lingkungan yang baik untuk perkembangbiakan cacing. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian biji pepaya (Carica Papaya L) terhadap persentase kecacingan pada mahasiswa di Asrama Khusus UNAI. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Kepala klinik, dengan menjelaskan kepada pasien bahwa biji pepaya dapat digunakan untuk obat kecacingan. 2. Mahasiswa, agar dapat meningkatkan kesadaran untuk hidup bersih dan sehat serta terhindar dari berbagai penyakit.
3.
Bidang penelitian, sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya serta menjelaskan bahwa biji pepaya (carica papaya) bermanfaat bagi kesehatan terutama untuk mengobati kecacacingan.
TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Kecacingan Syamsiah dan Tajudin (2003:49) menjelaskan kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing-cacing yang hidup dan berkembangbiak di dalam tubuh, seperti cacing gelang, cacing tambang, dan cacing cambuk. Penyakit ini timbul akibat gaya hidup atau kebiasaan yang kurang bersih, umumnya terjadi pada anak kecil. Jenis-jenis Cacing Menurut Hembing (2008:48) serta Diah dan Syalfinaf (2006:210) jenisjenis cacing adalah sebagai berikut: 1. Cacing Gelang (Ascariasis Lumbricoides) yang hidup dalam usus halus tubuh manusia. 2. Cacing Pita (Taeniasis) merupakan cacing yang hidup pada dinding usus. 3. Cacing Pipih (Phylum Platyhelminthes) merupakan cacing yang memiliki panjang hingga 20 m. 4. Cacing Isap (Trematoda) merupakan jenis cacing yang hidup didalam hati, paru-paru, usus, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata. 5. Cacing Gilig (Phylum Nemathelminthes) merupakan cacing yang memiliki tubuh berbentuk bulat panjang seperti benang yang hidup sebagai parasit dan dapat menghasilkan seratus ribu telur per hari. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecacingan Faktor-faktor yang memengaruhi kecacingan adalah lingkungan, tanah, iklim, status gizi, dan sosial ekonomi. Helminthiasis Pada Manusia Helminthiasis adalah keadaan secara patologis karena infestasi cacing atau suatu penyakit dimana individu memiliki cacing di dalam ususnya. Heminthiasis banyak ditemukan pada manusia yaitu Ascariasis akibat Ascaris lumbricoides (cacing perut), Trichuriasis (cacing cambuk) akibat Tricuris trichiura, Necatoriasis akibat Necator americanus yang termasuk cacing yang ditularkan melalui tanah, Enterobius vermicularis (cacing kremi), Strongyloides stercoralis, dan Trichinella spiralis. Pengaruh Kecacingan Terhadap Kesehatan Rahmat (2005:35) dalam jurnal mutiara kesehatan Indonesia menjelakan akibat yang ditimbulkan oleh infeksi cacing yaitu penderita mengalami kurang gizi, anemia, keluhan saluran pencernaan seperti nyeri perut dan diare, penurunan daya tahan tubuh, dan penurunan konsentrasi atau kemampuan dalam belajar. Menkes (2006:3) menjelaskan bahwa penyakit cacingan dapat memengaruhi intake atau pemasukan, pencernaan atau digestif, penyerapan atau absorbs atau penyerapan makanan dan dapat menghambat perkembangan fisik dan kecerdasan, serta menurunkan kekebalan tubuh penderita cacingan.
Pencegahan Kecacingan Menurut Juliana (2005:28) penanggulang dapat juga dilakukan dengan cara pemberian obat cacing, penyuluhan dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat, perbaikan saran air minum dan Jamban keluarga (samijaga). Menurut Adi (2008) upaya individu untuk melindungi, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri yaitu dengan usaha-usaha sebagai berikut: 1. Memelihara kesehatan dengan cara menjaga kebersihan rumah, badan dan makana 2. Menjaga kebersihan makanan dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas dari makanan tersebut. 3. Hidup yang teratur dengan cara makan, minum, tidur, belajar, bekerja dan beristirahat dengan teratur termasuk rekreasi dan menikmati hiburan. 4. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menghindari dari kontak dengan sumber penularan penyakit yang berasal dari seorang penderita maupun dari sumber lainnya, menghindari pergaulan yang tidak baik dan selalu berpikir serta berbuat baik. 5. Pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik, walaupun merasa tidak sakit. Definisi Pepaya Menurut Warisno (2003:19) pepaya dalam bahasa latinnya yaitu Carica Papaya merupakan tanaman yang telah digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Jenis-jenis Pepaya Menurut Redcomunication (2005:91) ada dua jenis pepaya yang ditemukan di alam, yaitu pepaya semangka dan papaya burung. Kandungan Pepaya Menurut Setiawan, dkk (2008:138) kandungan kimia yang terdapat pada pepaya yaitu : 1. Daun pepaya mengandung alkaloid, pseudo-karpaina, enzim papain, glikosid, karposid, saponin, sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. 2. Buah pepaya mengandung beta-karotena, pectin, d-galaktosa larabinosa, papain, papayotimin papain, dan fitokinase. 3. Biji pepaya mengandung glucoside cacirin dan karpain. Glucoside cacirin berkhasiat sebagai obat cacing. 4. Getah pengandung papain, kemokapain, lisosim, lipase, siklotransferase dan glutamin. Manfaat Pepaya. Menurut Setiawan, dkk (2008:138) akar berguna untuk peluruh kencing (diuretik), obat cacing, penguat lambung, pegal-pegal, sakit persendian dan peluruh haid. Daun berguna untuk penambah nafsu makan, peluruh haid, dan penghilang rasa sakit (analgetik). Air perasan daun pepaya muda juga dapat digunakan sebagai obat malaria, beri-beri dan sakit panas. Biji berguna sebagai obat cacing dan peluruh haid. Buah mengkal berguna untuk pencahar ringan (laxative), obat cystitis, cacingan, jerawat, peluruh kencing, pelancar ASI, abortivum. Sedangkan, buah matang berguna sebagai pendukung proses
pertumbuhan badan, melawan infeksi, mencegah sariawan, memelihara kekokohan sel-sel tubuh, peluruh empedu, dapat memacu enzim pencernaan, menguatkan lambung (stomakik), dan antiscorbut.
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment, Sugiyono (2005:48) menjelaskan bahwa quasi experiment adalah memberikan perlakuan atau intervensi pada subyek penelitian, kemudian efek perlakuan tersebut diukur dan dianalisis. Perlakuan pada penelitian ini adalah duduk berkepanjangan selama 5 jam dan istirahat aktif dengan olahraga ringan 3 menit selama duduk berkepanjangan. Instrumen Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Preparat glukosa (dosis = 1,75 gram/kg BB ), dan air mineral 2. Sampel darah responden, sebagai bahan mengukur kadar glukosa darah. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Timbangan Metler Toledo digunakan untuk menimbang glukosa yang akan diberikan. 2. Sendok dan gelas digunakan untuk mengaduk serta tempat campuran glukosa dan air mineral. 3. Alcohol swab untuk mensterilkan kulit pada bagian tempat diambil darah. 4. Lanchet untuk menusuk jari peserta saat pengambilan darah. 5. Strip glukosa sebagai tempat dimasukan darah yang telah diambil. Pengolahan Data Pengolahan data akan dilakukan setelah data terkumpul melalui pemeriksaan yang kemudian diolah untuk mendapatkan hasil penelitian. Setelah data dikumpulkan, data dianalisis untuk menjawab identifikasi masalah satu sampai tiga. Untuk menjawab identifikasi masalah pertama, yaitu: “
Berapakah
glukosa darah postprandial dampak duduk berkepanjangan pada mahasiswa UNAI?”, maka diukur kadar glukosa darah responden kemudian dihutung nilai rata-rata dengan rumus sugiyono (2008):
x
1
x
1
n
Setelah mendapatkan hasil rata-rata dengan rumus diatas maka data akan Nilai Kadar Gula Darah < 40 mg/dl 40-59 mg/dl 60 -125 mg/dl 126-145 mg/dl 146-199 mg/dl > 200 mg/dl dikategorikan berdasarkan dengan tabel 3.1.
Kategori Amat Rendah Rendah Normal Normal Tinggi Tinggi Amat Tinggi
Tabel 3.1 Klasifikasi Kadar Glukosa Darah
Untuk menjawab masalah kedua, yaitu: Berapakah kadar glukosa darah postprandial dampak istirahat aktif pada mahasiswa UNAI?” , maka dilakukan cara yang sama seperti menjawab identifikasi masalah pertama. Untuk menjawab identifikasi masalah no 3 yaitu: ”Adakah perbedaan perubahan glukosa darah antara duduk berkepanjangan dan duduk berkepanjangan disertai istirahat aktif pada mahasiswa UNAI?”, maka dilakukan uji hipotesa dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2008:122) :
t hitung
Dimana:
x x s s 2r s s n n n n 1
2
2
1
2
1
2
2
1
2
1
2
x x
2
s
1
n 1
Dengan:
r
n x1 x2 x1 x2
2 2 2 2 n n x1 x1 x2 x2
Keterangan :
x : nilai rata-rata responden duduk berkepanjangan. 1
x
: nilai rata-rata responden istirahat aktif selama duduk berkepanjangan.
2
s : simpangan baku data nilai responden duduk berkepanjangan. 1
s
: simpangan baku nilai responden istirahat aktif selama duduk berkepanjangan.
2
n: 1
n s
2
: jumlah responden istirahat aktif selama duduk berkepanjangan.
2
: varian data nilai responden duduk berkepanjangan.
1
s
jumlah responden duduk berkepanjangan.
2 2
: varian data nilai responden istirahat aktif selama duduk berkepanjangan.
Menurut sugiyono (2008:97) pada kriteria pengujian dua pihak, bila t maka H0 diterima dan t hitung adalah harga mutlak, dan bila nilai t
hitung
table
table
maka Ha diterima. Jika tidak dilihat (+) / (-), dimana tabel dicari dari tabel
distribusi “t”. T
table
hitung
>t
diperoleh dengan menetapkan tingkat signifikan α dan
kebebasan k . Pada penelitian ini α yang digunakan adalah 0,05 dan k = n1 + n2 – 2.
HASIL DAN ANALISIS DATA Identifikasi Masalah Pertama Untuk menjawab identifikasi masalah pertama, yaitu: “Berapakah persentase kecacingan pada mahasiswa di asrama khusus sebelum pemberian biji pepaya (Carica Papaya L)?, maka dihitung dengan rumus menurut Sugiyono (2008), yaitu sebagai berikut: x 100% x100% % Analisa Data Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa persentase kecacingan pada mahasiswa di asrama khusus sebelum pemberian biji pepaya (Carica Papaya L) adalah 100%. Interpretasi Data Analisa data di atas menunjukkan bahwa persentase kecacingan sebelum pemberian biji pepaya (Carica Papaya L) adalah 100%. Hal ini dimungkinkan oleh karena para responden sudah hampir maksimal mengetahui bagaimana pentingnya menjaga kebersihan agar terhindar dari infeksi cacing. Identifikasi Masalah Kedua Untuk menjawab identifikasi masalah kedua yaitu : “Berapakah persentase kecacingan pada mahasiswa di asrama khusus sebelum pemberian biji pepaya (Carica Papaya L)?”, maka dilakukan prosedur seperti menjawab identifikasi masalah pertama. x 100% x 100% = 33,34% Analisa Data Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persentase kecacingan pada mahasiswa di asrama khusus setelah pemberian biji pepaya (Carica Papaya L) adalah 33,34%.
Interpretasi Data Analisa tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa persentase kecacingan pada mahasiswa di asrama khusus setelah pemberian biji pepaya (Carica papaya L) adalah 33,34%. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian biji pepaya (Carica papaya L) terhadap persentase kecacingan pada mahasiswa di asrama khusus. Tanaman pepaya, yaitu biji pepaya (Carica Papaya L) memiliki manfaat untuk membunuh cacing (Dyah dan Henna:2007). Menurut Setiawan, dkk (2008:138) Biji pepaya mengandung glucoside cacirin dan karpain. Glucoside cacirin berkhasiat sebagai obat cacing Untuk menjawab identifikasi masalah ketiga yaitu : “Apakah ada pengaruh pemberian biji pepaya (Carica Papaya L) terhadap persentase kecacingan pada mahasiswa asrama khusus”, maka persentase angka kecacingan sebelum dan setelah pemberian biji pepaya dalam tabel 4.3. Tabel 4.3 Persentase Kecacingan Sebelum dan Setelah Pemberian Biji Pepaya (Carica pepaya L) Persentase Perlakuan 100%
Sebelum Persentase Perlakuan 33,34%
Sesudah
Analisa Data Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan persentase kecacingan setelah pemberian biji pepaya (Carica Papaya L) yaitu 66,66%. Interpretasi Data Dari analisa diatas terjadi penurunan persentase kecacingan dari 100% ke 33,34%. Penurunan sebesar 66,66% cukup membuktikan bahwa biji pepaya mempunyai khasiat yang dapat digunakan untuk mengobati kecacingan. Walaupun demikian harus diakui dalam penelitian biji pepaya belum dapat membunuh cacing secara 100%. Hal ini diperkirakan pemberian biji pepaya dengan waktu pemeriksaan tinja yang dilakukan pada penelitian ini terlalu singkat. Dimana waktu pemberian biji pepaya dan pemeriksaan tinja diperkirakan hanya 10-12 jam. Putri (2007) pada penelitiannya di fakultas kedokteran Universitas Diponegoro menyatakan bahwa LT100 (Letal Time 100%) dari infusa biji pepaya yang digunakan untuk membunuh cacing adalah 17,726 jam. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang penulis peroleh dari penelitian ini adalah: 1. Persentase kecacingan pada mahasiswa di asrama Khusus UNAI sebelum pemberian biji pepaya (Carica Papaya L) adalah 7,5%. 2. Persentase kecacingan pada mahasiswa di asrama Khusus UNAI setelah pemberian biji pepaya (Carica Papaya L) adalah 2,5%. 3. Ada pengaruh pemberian biji pepaya terhadap persentase kecacingan pada mahasiswa di asrama Khusus UNAI.
Saran Setelah mengadakan penelitian dan menarik kesimpulan, maka peneliti memberikan saran yang berguna bagi kepala klinik, mahasiswa, dan bidang penelitian. 5.2.1
Kepala Klinik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi, dengan menjelaskan kepada pasien bahwa biji pepaya dapat digunakan untuk obat kecacingan.
Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa sebagai masukan dan informasi dan meningkatkan kesadaran untuk hidup bersih dan sehat serta terhindar dari berbagai penyakit terutama kecacingan. Bidang Penelitian Diharapkan metode penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai pengaruh daun pepaya (carica papaya l) terhadap kecacingan. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. 2009. Pemantauan prevalensi kecacingan di provinsi maluku. (online). available http://btklambon.wordpress.com/polatarif/tahun-2009/kecacingan/. [27 Maret 2013] Diah dan Syalfinaf. 2006. Biologi 1 SMA dan MA kelas X. Jakarta: Erlangga. Dyah, P.P dan Henna, R.S. 2007. Uji efektifitas anthelmintik Carica papaya (infus akar, infus biji, infus daun) terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Hembing, W. 2008. Ramuan lengkap herbal taklukkan penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda. Juliana, P. 2005. Pemeriksaan telur cacing pada kotoran kuku dan hygiene siswa SDN 106160 Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan. Thesis. Universitas Sumatra Utara. Menteri kesehatan republik Indonesia. 2006. No.424/MENKES/SK/IV/2006. Juli 2006. Setiawan, D., Basuri, T.P., Nora, S., Mahendra, B., dan Rahmat, D. 2008. Care your self hypertensi. Jakarta: Penebar Plus. Sugiyono. 2008. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Syamsiah dan Tajudin. 2003. Khasiat dan manfaat bawang putih: raja antibiotika alam. Jakarta: Agromedia Pustaka. Rahmat , A.D. 2005. Hubungan perilaku anak sekolah dasar no .174593 Hatoguan terhadap infeksi cacing perut di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir. Jurnal mutiara kesehatan Indonesia, 1(2) 35-41, Desember 2005. Redcomucations. 2005. Buah segala musim. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ulfa, K. 2012. Nematoda usus. (Online). Available. http://ulfahkania.wordpress.com/2012/12/26/nematoda-usus/. [27 Maret 2013] Warisno. 2003. Budi daya pepaya. Yogyakarta: Kanisius World Health Organization. 2012. Research priorities for helminth infections. Technical report of the tdr disease reference group on helminth infections. 972: 54-174, 2012.