PENGARUH PEMBELAJARAN MODUL DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA N 1 PERANAP KECAMATAN PERANAP
TESIS
OLEH: YULIATIN NIM : 51946
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Mendapatkan gelar magister pendidikan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011
ABSTRACT YULIATIN, 2011, The influence of modul and motivation learning to the geography learning result of students’s class X in SMAN 1 Peranap of Peranap Subdistrick. This study aims to reveal: (1) The difference learning outcomes of students using the modules and non-modules on the subjects of Geography, (2) difference in learning outcomes of students with high learning motivation and learning by using a non-module module on the subjects of Geography, (3) Differences learning outcomes of students with low motivation to learn and use the module that uses a non-module on the subjects of Geography, (4) interaction with a module of learning strategies and motivation towards learning outcomes. This research was conducted using a quasi experimental methods, the population in this study is the class X SMA N 1 Peranap. Sample class is a class X5 as classroom learning modules and classroom learning X2 as a non-module class. One class is designed as an experimental class that will implement the learning system and a class module as a control class that will use non-module learning system. While the motivation variables obtained by using a prepared questionnaire motivation more advance by the researcher. The results of analysis after the study of Geography students studied the results obtained are taught using the module higher than the learning outcomes of Geography students who use non-module, while the learning outcomes of Geography with a high motivation to learn is taught using the module higher than the learning outcomes of Geography students who use non- module, learning outcomes Geography students with low motivation to learn is taught using the module higher than the learning outcomes of Geography students who use nonmodule. In addition, there is no interaction between learning modules and nonmodules on the Study abroad. From these date, we can conclude that learning by using the better than the non learning modules.
i
ABSTRAK
YULIATIN. 2011. Pengaruh Pembelajaran Modul dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X di SMA N I Pranap Kecamatan Pranap. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1) Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan modul dan non modul pada mata pelajaran Geografi, (2) Perbedaan hasil belajar siswa dengan motivasi belajar tinggi dengan menggunakan modul dan pembelajaran non modul pada mata pelajaran Geografi, (3) Perbedaan hasil belajar siswa dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan modul dan yang menggunakan non modul pada mata pelajaran Geografi, (4) interaksi strategi pembelajaran dengan modul dan motivasi belajar terhadap hasil belajar. Penelitian ini dilakukan mengunakan metode quasi eksperimen, populasi pada penelitian ini adalah kelas X SMA N 1 Peranap. Kelas sampel adalah kelas X5 sebagai kelas pembelajaran modul dan kelas X2 sebagai kelas pembelajaran non modul. Satu kelas didesain sebagai kelas eksperimen yang akan menerapkan sistem pembelajaran modul dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang akan mengunakan sistem pembelajaran non-modul. Sedangkan variabel motivasi didapatkan dengan mengunakan angket motivasi yang dipersiapkan terlabih dahulu oleh peneliti. Hasil analisa setelah penelitian didapatkan hasil belajar Geografi siswa yang diajarkan dengan menggunakan Modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang menggunakan non-modul, sedangkan hasil belajar Geografi dengan motivasi belajar tinggi yang diajarkan dengan menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang menggunakan non modul, hasil belajar Geografi siswa dengan motivasi belajar rendah yang diajarkan menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang menggunakan non modul. Selain itu, tidak terdapat interaksi anatara pembelajaran modul dan non modul terhadap hasil balajar. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan mengunakan modul lebih baik dari pada pembelajaran non modul.
ii
Persetujuan Akhir Tesis
Nama mahasiswa NIM.
: :
Yuliatin 51946
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Prof. Dr. Ungsi A. O. M, M.Ed. Pembimbing I
_________
________
Dr. Jasrial, M.Pd Pembimbing II
_________
________
Direktur Program Pascasarjana
KetuaProgram Studi/konsentrasi
Prof. Dr. H. Mukhaiyar NIP. 130 526 501
Dr. Jasrial, M.Pd
iii
Persetujuan Komisi Ujian Tesis Magister Kependidikan
No
Nama
Tand Tangan
1.
Prof. Dr. Ungsi A.O.M, M.Ed (Ketua)
______________
2.
Dr. Jasrial, M.Pd (Sekretaris)
______________
3.
Prof. Dr. H. Abizar, M.Pd (Anggota)
______________
4.
Dr. Darmansyah Nabar, M.Pd (Anggota)
______________
5.
Prof. Dr. H. Mukhaiyar (Anggota)
______________
Mahasiswa: Nama
: Yuliatin
NIM
: 51946
Tanggal Ujian : Agustus 2011
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya, tesis dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Modul dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Peranap Kecamatan Peranap” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lainnya.
2.
Karya tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing yaitu Bapak Prof. Dr. Ungsi Antara Oku Marmai M.Ed dan Bapak Dr. Jasrial M.Pd.
3.
Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantum sebagai acuan didalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar rujukan.
4.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, 10 Agustus 2011
YULIATIN NIM. 51946
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tesis ini dengan judul “Pengaruh pembelajaran Modul dan motivasi terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas X di SMAN 1 Peranap Kab. Indragiri Hulu, Provinsi. Riau”. Sholawat beriring salam penulis juga berikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk untuk keselamatan umat di dunia dan di akhirat. Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Penulis menyadari dan merasa sepenuhnya, bahwa dalam menyelesaikan thesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat: 1. Bapak Rektor Universitas Negeri Padang yang telah memberikan kesempatan dalam melanjutkan pendidikan dan mendukung pada melancaran proses pembelajaran dan arahan dalam pembelajaran. 2. Bapak Prof. Dr. H. Mukhyar, M. Pd, Bapak Prof. Dr. Gusril, selaku direktur dan assisten direktur pasca sarjana UNP, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian dan penulisan thesis ini. 3. Dr. Jasrial, M.Pd selaku Ketua program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang memberikan fasilitas, arahan dan persetujuan dalam penyelesaian akhir kuliah 4. Bapak Prof. Dr. Ungsi Antara Oku Marmai, M. Ed, dan Dr. Jasrial, M.Pd Selaku pembimbing I dan II yang ditengah-tengah kesibukan telah memberikan bimbingan yang mendalam dengan sabar dan kritis terhadap permasalahan, selalu memberikan motivasi mulai dari awal sampai akhir.
vi
5. Prof Dr Abizar, M.Pd, Prof. Dr. H. Mukhaiyar, dan Dr. Darmansyah, M.Pd selaku nara sumber dan tim penguji yang telah memberikan saran yang kontribusi dalam rangka penyempurnaan tesis ini. 6. Drs. Sri Widodo, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Peranap, Guru-guru serta pegawai SMAN 1 Peranap yang telah memberikan izin dan dukungan serta kesempatan kepada penulis melakukan riset 7. Pemerintah Daerah Provinsi Riau yang telah memberikan dana baik proses perkuliahan maupun penelitian thesis ini 8. Segenap keluarga, terutama ibunda (Lismar) dan ayahanda (Rustam) yang telah banyak memberikan dorongan, semangat dan doa untuk terus maju guna mencapai gelar Magister Pendidikan. 9. Rekan-rekan mahasiswa program studi teknologi pendidikan angkatan 2009/2010 Pascasarjana UNP, atas segala dukungan yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam merampungkan tesis ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan nama satu persatu. Semoga amal baik yang telah Bapak, Ibu dan rekan-rekan berikan kepada penulis demi kelancaran penyelesaian tesis ini, mendapatkan balasan karunia dan nikmat dari Allah SWT. Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tesis ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Terakhir, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan pendidikan di sekolah.
Peranap, 10 Agustus 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRACT ………………………………………………………………… i ABSTRAK ………………………………………………………………….. ii SURAT PERNYATAAN …………………………………………………… iii PERSETUJUAN AKHIR ………………………………………………….. iv PERSETUJUAN KOMISI …………………………………………………. v KATA PENGANTAR ……………………………………………………… vi DAFTAR ISI ……………………………………………………………… viii DAFTAR TABEL …………………………………………………………. x DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7 C. Pembatasan Masalah .................................................................... 8 D. Perumusan Masalah ...................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian. ......................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ........................................................................... 11 1. Pembelajaran Modul .............................................................. 11 2. Pembelajaran Non Modul ..................................................... 16 3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi .................. 20 a. Pengertian belajar ............................................................ 20 b. Hasil belajar ..................................................................... 22 c. Karakteristik pembelajaran geografi ............................... 24 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ............. 26 4. Motivasi belajar ...................................................................... 27 B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 35 C. Kerangka berfiikir ..................................................................... 37 D. Hipotesis ..................................................................................... 39 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ......................................................................... 40 B. Populasi dan Sampel ................................................................. 40 C. Definisi Operasional ................................................................ 41 D. Pengembangan instrumen ......................................................... 42 E. Teknik pengumpulan data ......................................................... 48 F. Teknik analisa data ................................................................... 50 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ........................................................................ 54 viii
1. Deskripsi data motivasi kelas eksperimen ............................. 55 2. Deskripsi data motivasi tinggi kelas eksperimen (A1B1) ..... 56 3. Deskripsi data motivasi rendah kelas eksperimen (A2BI) .... 57 4. Deskripsi data motivasi belajar kelas kontrol ....................... 58 5. Deskripsi data motivasi tinggi kelas kontrol (AIB2) ............. 59 6. Deskripsi data motivasi rendah kelas kontrol (A2B2) ........... 60 7. Deskripsi data hasil belajar kelas eksperimen ........................ 61 8. Deskripsi data hasil belajar tinggi kelas eksperimen ............. 63 9. Deskripsi data hasil belajar rendah kelas eksperimen ............ 64 10. Deskripsi data hasil belajar kelas kontrol............................... 65 11. Deskripsi data hasil belajar tinggi kelas kontrol .................... 67 12. Deskripsi data hasil belajar rendah kelas kontrol ................... 68 B. Uji persyaratan analisis .............................................................. 69 C. Pembahasan ............................................................................... 78 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................... 82 B. Implikasi ..................................................................................... 83 C. Saran ........................................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Nilai rata-rata geografi siswa kelas X SMA N I Peranap ............................ 4 2. Perbedaan belajar dengan modul dan non-modul ..................................... 17 3. Desain penelitian ....................................................................................... 47 4. Deskripsi data hasil penelitian secara keseluruhan .................................... 54 5. Deskripsi data motivasi kelas eksprimen .................................................. 55 6. Deskripsi data motivasi tinggi kelas eksperimen ...................................... 56 7. Distribusi frekwensi motivasi rendah kelas ekseperimen ......................... 57 8. Distribusi frekwensi motivasi belajar kelas kontrol .................................. 58 9. Distribusi frekwensi motivasi tinggi kelas kontrol ................................... 60 10. Distribusi frekwensi motivasi rendah kelas kontrol ................................ 61 11. Hasil belajar siswa kelas eksperimen ...................................................... 63 12. Distribusi hasil belajar tinggi kelas eksperimen ..................................... 64 13. Distribusi hasil belajar rendah kelas eksperimen .................................... 65 14. Distribusi frekwensi hasil belajar siswa kelas kontrol ............................ 66 15. Distribusi frekwensi hasil belajar tinggi kelas kontrol ............................ 67 16. Distribusi frekwensi hasil belajar rendah kels kontrol ............................ 68 17. Rangkuman uji normalitas motivasi dan hasil belajar ............................. 69 18. Ringkasan motivasi tinggi dan rendah kelas eksperimen ....................... 70 19. Rangkuman hasil belajar tinggi dan rendah kelas kontrol ....................... 71 20. Rangkuman hasil uji homogenitas untuk motivasi dan hasil belajar........................................................................................ 72 21. Kesimpulan uji homogenitas untuk motivasi dan hasil belajar ................ 73 22. Hasil uji t untuk hipotesis I ...................................................................... 73 23. Uji t motivasi tinggi siswa pada hipotesis II ........................................... 74 24. Uji t motivasi rendah siswa dalam penelitian ......................................... 75 25. Perhitungan interaksi siswa ..................................................................... 76 26. Rekapitulasi rata-rata hasil belajar .......................................................... 76
x
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 39 2. Histigram motivasi siswa kelas eksperimen ............................................. 55 3. Histogram data pengetahuan tinggi kelas eksperimen ............................... 57 4. Histogram motivasi rendah kelas eksperimen............................................ 58 5. Histogram motivasi belajar kelas kontrol ................................................. 59 6. Histogram motivasi tinggi kelas kontrol ................................................... 60 7. Histogram motivasi rendah kelas kontrol ................................................. 62 8. Histogram data hasil belajar kelas eksperimen ......................................... 63 9. Histogram hasil belajar tinggi kelas eksperimen ...................................... 64 10. Histogram hasil belajar rendah kelas eksperimen ................................... 65 11. Histogram hasil belajar siswa kelas kontrol ............................................ 66 12. Histogram hasil belajar tinggi kelas kontrol ........................................... 67 13. Hasil belajar rendah kelas kontrol ........................................................... 68 14. Diagram interaksi ordinali ....................................................................... 77
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
dan
rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat berilmu, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggungjawab. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut
pemerintah
telah
menyelenggarakan
perbaikan-perbaikan
mutu
pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Tujuan pendidikan dapat terwujud melalui pembentukan watak mulai dari
pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi melalui peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah pada berbagai jenjang. Peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan dari segala unit, Kunandar (2007: 6) menjelaskan: Peningkatan mutu pemerataan pendidikan dapat ditempuh melalui program dan kebijakan, yaitu (1) meningkatkan pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun yang bermutu; (2) memberi akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang terjangkau oleh layanan pendidikan; (3) meningkatan penyediaan pendidikan ketrampilan dan kewirausahaan atau pendidikan non formal yang bermutu; (4) meningkatkan penyediaan dan pemerataan sarana dan prasarana pendidikan; (5) meningkatkan kualifikasi, kompetensi, dan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan; 1
2
(6) meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan; (7) penyempurnaan manajemen pendidikan dan meningkatkan partisipasi dalam proses perbaikan mutu pendidikan; (8) meningkatkan kualitas kurikulum dan pelaksanaan yang bertujuan membentuk karakter dan kecakapan hidup (life skill), sehingga peserta didik mampu memecahkan berbagai masalah kehidupan secara kreatif dan menjadikan manusia yang inovatif serta produktif. Berdasarkan uraian di atas, terlihat penyempurnaan manajemen pendidikan dan meningkatkan partisipasi dalam perbaikan mutu pendidikan, meningkatkan profesional guru merupakan aspek yang tidak bisa diabaikan. Walau bagaimanapun dalam proses pembelajaran di kelas guru merupakan pengajar, pendidikan, pembimbing, ilmuan, fasilitator sekaligus motivator sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya untuk menyerap, menggali dan mengembangkan konsep keilmuan, maupun tata nilai yang dibelajarkan di kelas secara mandiri. Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah, guru berada pada garis depan melalui interaksi dengan peserta didik di kelas maupun di luar kelas. Guru sebagai pameran utama untuk merealisasikan program operasional pendidikan serta tumpuan harapan mewujudkan agenda pendidikan nasional, seperti: peningkatan mutu dan relevansi, pemerataan dan perluasan kesempatan belajar serta peningkatan efesiensi. Pengelolaan
pembelajaran
merupakan
kegiatan
yang
bertujuan
mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan atas adanya interaksi antar guru dan siswa. Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk mencapai
3
tujuan tersebut maka dalam sistem pelaksanaan pengajaran di sekolah, guru perlu meningkatkan kreativitasnya dalam pembelajaran. Mata pelajaran Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan dalam segala perwujudan makna, sepanjang hayat dan dorongan peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia, agar manusia memahami karakteristik dunianya dan tempat hidup. Bidang kajian geografi meliputi muka bumi dan proses-proses yang membentuknya, hubungan antara manusia dan lingkungan, serta pertalian antara manusia dan tempat-tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi-dimensi alam dan manusia di dunia, dalam menelaah manusia, tempat-tempat dan lingkungannya. Ada beberapa masalah yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru dalam melakukan proses pembelajaran. Masalah pokok yang dialami dalam proses pembelajaran di kecamatan Peranap kabupaten Indragiri Hulu adalah sangat rendahnya daya serap siswa terhadap materi pelajaran IPS dan khususnya pada mata pelajaran Geografi. Proses pembelajaran yang didominasi oleh guru (teacher centered) menyebabkan siswa pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru. Dalam proses pembelajaran teacher centered yang dilaksanakan menunjukkan kurang berkualitasnya hasil yang dicapai. Padahal penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dapat menumbuhkan partisipasi siswa dalam
4
proses belajar mengajar di kelas, dengan demikian akan dapat menumbuhkan minat, motivasi, maupun kreatifitas belajar siswa dalam pembelajaran geografi. Di lapangan pada umumnya permasalahan bagi guru mata pelajaran geografi di kelas X pada umumnya waktu yang sedikit dengan materi ajar yang banyak, sulitnya bagi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menimbulkan aktivitas dan motivasi siswa. Guru menggunakan pembelajaran yang
bersifat
konvensional
dengan
pendekatan
klasikal
dalam
proses
pembelajarannya. Pendekatan pembelajaran konvensional lebih disenangi oleh guru dalam proses pembelajaran, karena proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan alat dan media yang terbatas (apa adanya). Guru hanya menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku paket serta memberikan soal-soal jawaban singkat, sehingga jarang sekali memberikan soal dalam bentuk penalaran, sehingga tidak menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar. Tabel 1. Nilai rata-rata Geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Peranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu.
No
Kelas
SKBM
1 2 3 4 5
X.1 X.2 X.3 X.4 X.5
70 70 70 70 70
Rata-rata Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Tahun ajaran Tahun ajaran Tahun ajaran 2007/2008 2008/2009 2009/2010 I II I II I II 69,45 68,90 68,50 67,90 66,20 68,88 68,28 65,00 59,50 63,00 64,58 67,25 66,50 67,10 65,50 64,20 65,26 68,08 62,18 65,80 59,90 64,40 64,80 66,80 67,70 64,30 59,80 63,20 64,28 66,90
5
Untuk mengetahui kurang berhasilnya siswa dalam pembelajaran geografi di SMA Negeri 1 Peranap Kabupaten Indragiri Hulu maka dapat kita lihat gambaran data yang tertera pada tabel 1 dibawah ini. Data pada tabel 1 terlihat bahwa hasil belajar geografi kelas X SMA Negeri 1 Peranap Kabupaten Indragiri Hulu masih begitu rendah dan di bawah standar KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70, setelah dikaji dari hasil tabel 1 menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dikelola 3 tahun terakhir ini belum terkelola dengan baik sehingga hasil belajar belum memuaskan. Mastery Learning adalah pembelajaran individual dengan ciri-ciri terciptanya pembelajaran yang terfokus pada siswa (student centered learning) dan pembelajaran seperti ini diharapkan dapat terlaksana di sekolah. Perubahan paradigma ini sesungguhnya dimaksudkan agar guru tidak lagi menjadi satusatunya sumber belajar bagi siswa yang memiliki ilmu dan mengajarkanya kepada siswa yang masih kosong tidak tahu apa-apa. Siswa secara aktif melakukan kegiatan belajar mengambil tanggungjawab untuk membelajarkan dirinya. Kenyataan menunjukkan bahwa para guru tidak mudah untuk merubah paradigma pembelajaran. Guru terbiasa menjelaskan dan proses pembelajaran lebih bersifat teacher centered. Guru sebagai pihak yang menentukan bagaimana siswa belajar dan guru yang menentukan batas materi yang akan diberikan kepada siswa. Umumnya guru “mengajar” bukan membelajarkan siswa.
6
Motivasi
siswa
juga
merupakan
salah
satu
faktor yang
diduga
mempengaruhi hasil belajar. Motivasi merupakan daya pengerak psikis dalam diri siswa untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan dan pengalaman. Motivasi juga dapat mendorong dan mengarahkan minat belajar siswa untuk mendapatkan tujuan. Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi dengan keinginan-keinginan yang akan dicapai untuk memecahkan suatu masalah. Dengan memotivasi siswa, guru dapat memberikan batasan ruang lingkup materi pengetahuan yang akan dipelajari siswa. Untuk mengetahui tingginya motivasi siswa dalam belajar, guru harus memberikan motivasi sebelum pembelajaran dimulai, namun ada kenyataan di lapangan banyak guru yang belum melakukannya sehingga perlakuan yang diterapkan guru belum sesuai dengan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran. Penggunaan Modul berarti siswa belajar sendiri sesuai dengan dengan kemampuannya. Selain itu, siswa juga dapat menilai kemampuannya sendiri dengan langkah kegiatan yang di kontrol sendiri. Dengan demikian maka hasil belajar siswa pun dapat selalu diketahui. Apabila hasil belajar siswa telah dapat diketahui maka siswa pun akan termotivasi untuk belajar lebih giat. Kemudian siswa pun akan terhindar dari kegiatan yang tidak berguna, sebab materi dalam modul mempunyai petunjuk kegiatan dan langkah kegiatan yang terarah, sehingga pihak siswa juga belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing tanpa harus menunggu teman-temannya yang kurang mampu. Berdasarkan fakta ini
7
peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang “Pengaruh pembelajaran modul dan motivasi terhadap hasil belajar geografi kelas X di SMA Negeri 1 Peranap kabupaten Indragiri Hulu”. B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka
beberapa masalah dalam pembelajaran Geografi dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1.
Pada umumnya guru belum menggunakan strategi belajar siswa aktif dalam menyampaikan materi pelajaran, karena kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered learning.
2.
Pembelajaran dengan non modul belum dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena banyaknya siswa yang tidak bersemangat belajar dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada.
3.
Keterbatasan alat bantu dalam pembelajaran juga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Beberapa alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran geografi seperti peta, atlas, globe atau menggunakan charta. Namun keterbatasan alat bantu tersebut bisa menyebabkan guru-guru melaksanakan pembelajaran metode konvensional pada pembelajaran klasikal.
4.
Anggapan siswa terhadap pembelajaran geografi yang sulit, membosankan dan tidak menarik untuk dipelajari. Hal ini juga menyebabkan guru kurang berhasil menciptakan situasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
8
sehingga perlu menciptakan suatu strategi untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran Geografi. 5.
Kurangnya kesesuaian antara metode yang dipakai dengan yang dipelajari sehingga hasil belajar geografi siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.
6.
Pembelajaran dengan
menggunakan bahan ajar seharusnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, namun ditemukan masih banyak nilai siswa di bawah standar akibat sulit memahami konsep pembelajaran yang diberikan.
C.
Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah terlihat bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, baik yang bersumber dari diri siswa maupun faktor lingkungan. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar, maka penelitian ini hanya dibatasi modul.
pada pembelajaran dengan menggunakan
Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan
menggunakan modul
diharapkan akan membantu guru untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mencapai tingkat pemahaman materi yang lebih tinggi dan hasil belajar yang baik.
9
D.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan permasalahanya yaitu: 1.
Apakah hasil belajar geografi siswa yang menggunakan modul lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan non modul?
2.
Apakah hasil belajar geografi siswa dengan motivasi tinggi yang menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa bermotivasi tinggi yang menggunakan non modul?
3.
Apakah hasil belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan non modul?
4.
Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan modul dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa?
E.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1.
Perbedaan hasil belajar geografi siswa yang diajarkan dengan menggunakan modul dan hasil belajar geografi siswa dengan menggunakan non modul
10
2.
Perbedaan hasil belajar geografi siswa dengan motivasi tinggi yang menggunakan modul dan hasil belajar siswa bermotivasi tinggi yang menggunakan non modul.
3.
Perbedaan hasil belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan modul dan hasil belajar siswa dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan non modul
4.
Interaksi antara pembelajaran yang menggunakan modul dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa.
F.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dan dapat memberikan
sumbangan kepada dunia pendidikan pada umumnya, dan disamping itu mempunyai nilai praktis antara lain: 1.
Bagi siswa, siswa dapat meningkatkan hasil belajar geografi mereka khususnya pada materi Kelas X di SMA Negeri 1 Peranap.
2.
Bagi guru, dapat menjadi salah satu alternatif penggunaan metode dalam pembelajaran.
3.
Bagi kepala sekolah, menjadi acuan untuk memotivasi dalam mengarahkan guru dalam memilih metode pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
4.
Untuk peneliti sendiri, untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan memperluas cakrawala berpikir penulis dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan pembelajaran modul.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Landasan Teoretis 1.
Pembelajaran Modul Rusman (2010:375) menyatakan Modul adalah suatu paket program
yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan rancang sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes dan kunci lembaran tes. B. Suryosubroto (1983:9) menyatakan sistem pengajaran dengan modul adalah suatu sistem penyampaian yang telah dipilih dalam usaha pengembangan sistem pendidikan yang lebih efisien, relevan, dan efektif. Sehingga prinsip utama dari sistem pengajaran dengan modul adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar mengajar di sekolah dalam hal penggunaan waktu dana, fasilitas dan tenaga secara tepat. Prinsip yang mendukung bahwa sistem pembelajaran modul lebih baik menurut B. suryosubroto (1983:15) adalah sebagai berikut: 1.
2. 3.
Murid memiliki motif yang besar untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional (tujuan pelajaran) yang sudah ditetapkan dan dirumuskan dalam modul. Dalam sistem pengajaran dengan modul, siswa yang cepat belajarnya tidak boleh ditahan untuk menunggu murid-murid lain yang lambat. Belajar dengan menggunakan modul mengakibatkan siswa lebih aktif dalam proses belajarnya itu.
11
12
4.
5. 6.
Guru mempunyai waktu untuk membantu siswa secara perseorangan dalam menghadapi kesulitan atau pertanyaan-pertanyaan yang muncul selagi belajar. Dengan sistem modul siswa selalu memperoleh informasi tentang kemajuan belajarnya masing-masing. Dengan menggunakan modul guru lebih memahami tentang metodemetode belajar yang paling efisien dan mereka mempunyai ketrampilan dan fasilitas-fasilitas untuk melaksanakan metode-metode itu. Beberapa keunggulan pembelajaran dengan sistem modul dapat
dikemukakan Hamid Darmadi (2009:164) sebagai berikut: 1.
2. 3.
Berfokus pada kemampuan individu peserta didik, karena pada hakikatnya mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggungjawab atas tindakannya. Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi dalam setiap modul yang harus dicapai oleh peserta didik. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya, sehingga peserta didik dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dengan hasil yang akan diperolehnya. Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian
pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik dalam belajar. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Sebuah modul adalah pernyataan satuan pembelajaran dengan tujuan-tujuan, pretes aktivitas
belajar
yang
memungkinkan
peserta
didik
memperoleh
kompetensi-kompetensi yang belum dikuasai dari hasil pretes, dan mengevaluasi kompetensinya untuk mengukur keberhasilan belajar.
13
Pengajaran modul termasuk salah satu sistem individual yang paling baru dan menggabungkan keuntungan dari berbagai metode pengajaran individual lainnya. Suatu modul ialah suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empiris telah terbukti memberi hasil belajar efektif, untuk mencapai tujuan
yang
dirumuskan secara jelas dan spesifik. Pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya terdiri atas modul. Modul itu dapat mengandung berbagai macam kegiatan-kegiatan belajar seperti membaca buku pelajaran atau karangan-karangan, memperhatikan gambar atau foto serta diagram, menyelidiki berbagai alat demontrasi, turut serta dalam proyek dan eskperimen (Nasution, 2008:65). Selain memberi kesempatan kepada murid untuk maju menurut kecepatan masing-masing, modul mempunyai juga tujuan lain yang perlu mendapat perhatian, yakni: (a) memberikan kesempatan untuk memilih diantara sekian banyak topik dalam rangka suatu program, (b) mengadakan penilaian yang sering tentang kemajuan dan kelemahan siswa, dan (c) memberikan modul remedial untuk mengolah kembali seluruh bahan yang telah diberikan guna pemantapan dan perbaikan, atau mengulangi bahan pelajaran untuk lebih memantapkannya dengan menggunakan cara-cara lain daripada modul semula, sehingga lebih mempermudahkan pemahaman oleh murid (Nasution, 2008,66). Dengan demikian Modul merupakan sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
14
bimbingan guru, sehingga modul berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, lembar kerja dan evaluasi. Dapat dikatakan bahwa buku (bahan) ajar adalah buku yang memberikan ajaran dalam suatu bidang studi seperti modul. Ia merupakan salah satu sarana yang mutlak dibutuhkan atau diperlukan dalam proses belajar mengajar di semua jenjang pendidikan. Jika tujuan pembelajaran adalah untuk menjadikan siswa memiliki berbagai kompetensi, siswa perlu menempuh pengalaman dan latihan serta mencari informasi yang berkualitas. Tersedianya bahan ajar yang memadai dan berkualitas bagi proses pembelajaran saat ini menjadi tantangan bagi kreativitas guru untuk mewujudkannya. Salah satu upaya tersebut adalah membuat Modul pembelajaran atau Student Worksheet. Berkenaan dengan hal tersebut maka penyusuan Modul ini disusun dan dapat digunakan sebagai referensi tertulis bagi seluruh jajaran terkait dalam penyediaan bahan ajar bagi peserta didik atau siswa. Modul ini merupakan rambu-rambu bagi guru dalam merancang Modul untuk memperlancar pembelajaran di sekolah. Sebagai rambu-rambu, pedoman ini tidak harus diikuti secara kaku, tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kekhususan, dan karakteristik kompetensi yang dikembangkan. Modul merupakan lembaran yang dirancang untuk siswa yang didasarkan pada bahan ajar yang telah diberikan oleh guru. Modul dipergunakan dalam proses pembelajaran, dimaksudkan untuk mengecek
15
tingkat pemahaman siswa atas materi yang disajikan. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa pengetahuan teoritis dan atau tugas-tugas praktis yang dikerjakan di luar kelas. Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunaanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator (guru). Dengan demikian maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru. Kalau guru memiliki fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya. Pembelajaran modul juga memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing, oleh sebab mereka menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing. Pembelajaran modul (PM) yang baik memberikan aneka ragam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran modul juga dikatakan pembelajaran individual atau pembelajaran perseorangan adalah pembelajaran yang diberikan kepada anak sendiri-sendiri. Dengan bentuk pengajaran ini tiap-tiap anak dimajukan menurut kecepatannya masing-masing, artinya pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan kesanggupan anak-anak itu masing-masing. Vembriarto (1981:27) menyatakan pembelajaran individu adalah pembelajaran yang diselenggarakan sedemikian rupa sehingga tiap-tiap sehingga terlibat setiap saat dalam proses belajarnya itu dengan hal-hal yang
16
paling berharga bagi dirinya sebagai individu. Pembelajaran individu merupakan usaha yang menyajikan kondisi-kondisi belajar yang optimum bagi masing-masing individu. Dalam pengertian yang kedua itu yang dimaksud dalam pembelajaran individual bukanlah semata-mata pembelajaran yang hanya ditujukan kepada seorang-seorang saja, melainkan pembelajaran itu dapat saja ditujukan kepada sekelompok siswa (kelas) namun dengan mengakui dan melayani perbedan-perbedaan perseorangan siswa sedemikian rupa sehingga pembelajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi-potensi masingmasing siswa secara optimal. Ciri-ciri
pembelajaran
dengan
menggunakan
modul
menurut
Vembriarto (1981:27) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Modul merupakan paket pembelajaran yang bersifat self-instructional. Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual. Memuat rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit. Partisifasi aktif pada siswa. Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya. Pembelajaran modul menggunakan paket pembelajaran yang memuat
satu konsep daripada bahan pelajaran. Pendekatan dalam
modul
menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai
macam
penginderaan, melalui pengalaman dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar itu. Pada pembelajaran klasikal, perbedaan-perbedaan individual itu tidak mungkin mendapatkan pelayanan yang semestinya dari guru, pembelajaran cenderung bersifat menyamaratakan. Perbedaan-
17
perbedaan perorangan mempunyai pengaruh penting terhadap proses belajar yaitu perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, perbedaan dalam latar belakang akademik, dan perbedaan dalam gaya belajar. Vembriarto (1981:36) bahwa: Modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap; modul itu membuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik; modul memuat tujuan belajar (pengajaran) yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifik; modul memungkinkan siswa belajar sendiri, modul memuat bahan yang bersifat self intruksional; modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual, merupakan salah satu perwujudan pengajaran individual. Mengunakan modul, anak dapat belajar tanpa terikat oleh tempat maupun waktunya. Lebih jauh lagi dengan menggunakan modul dapat memupuk sikap dinamis dan aktif, karena siswa dituntut lebih giat untuk memecahkan masalah-masalah dan penemuan-penemuan. Suryosubroto (1983:9) menyatakan bahwa: “sistem pengajaran dengan modul adalah suatu sistem penyampaian yang telah dipilih dalam usaha pengembangan sistem pendidikan yang lebih efisien, relevan, dan efektif. Sehingga prinsip utama dari sistem pengajaran dengan modul adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar mengajar di sekolah dalam hal penggunaan waktu, dana, dan tenaga secara tepat”. Modul sebagai sistem penyampaian dalam proses belajar mengajar telah dijadikan tumpuan harapan untuk mengubah keadaan tersebut menjadi situasi pembelajaran yang merangsang, lebih mengaktifkan untuk membaca dan belajar memecahkan masalah sendiri di bawah pengawasan guru yang selalu siap menolong siswa yang mempunyai kesulitan.
18
2.
Pembelajaran non modul Pembelajaran klasikal adalah pengajaran yang diberikan kepada
kepada sekelas murid secara bersama-sama. Pengajaran klasikal biasanya dipertentangkan dengan pengajaran individual, yaitu pembelajaran kepada seorang-seorang. Pembelajaran klasikal adalah pembelajaran menggunakan metode klasikal. Metode klasikal adalah “prosedures designed for use in teaching more than one person at a time”. Ciri-ciri pembelajaran klasikal itu antara lain sebagai berikut: 1) 2) 3)
4)
Seseorang atau beberapa orang guru yang menghadapi kelas yang terdiri atas sejumlah siswa. Siswa-siswa yang sebaya usianya Pada waktu yang sama guru memberikan pelajaran yang sama kepada siswa-siswa tersebut, dan mereka mengerjakan tugas-tugas pembelajaran bersama-sama. Pada awal tahun pelajaran kelas itu memulai program pembelajaran secara bersama-sama, dan pada akhir tahun pelajaran sebagian besar diantara mereka naik kelas secara bersama-sama pula kecuali beberapa siswa yang dianggap “gagal” harus tetap tinggal kelas. Dasar fikiran sistem pembelajaran klasikal itu sebagai berikut: oleh
karena kelas terdiri dari anak-anak yang sebaya, padahal anak-anak yang sebaya itu relatif memiliki perhatian, minat, pengalaman, dan taraf kepandaian yang sama pula, maka kepada mereka dapat diberikan program pembelajaran yang sama dan dikenai tuntutan-tuntutan yang sama pula, Vembriarto. (1981:8). Pembelajaran
klasikal
merupakan
konsekwensi
pelaksanaan
demokratisasi pendidikan. Dengan pembelajaran klasikal itu seorang guru dapat melayani sejumlah siswa. Dengan demikian, dengan pembelajaran
19
klasikal itu dimungkinkan penyelenggaraan secara meluas kepada rakyat. Vembriarto (1981:8) menjelaskan pembelajaran klasikal mengandung kelemahan-kelemahan. 1. 2.
3.
Pembelajaran klasikal mengabaikan perbedaan individual. Beberapa siswa dalam suatu kelas belajar lebih cepat daripada teman-temannya. Pembelajaran klasikal potensi-potensi dalam siswa tidak dapat dikembangkan secara optimal. Ini merupakan konsekwensi kelemahan pertama. Pembelajaran klasikal siswa cenderung bersikap pasif dan reseptif, sedangkan guru cenderung berperan dominan. Diantara siswa-siswa dalam kelas terdapat perbedaan-perbedaan
dalam hal ability, kebutuhan, minat, dan pengalaman yang berasal dari lingkungan sosial mereka masing-masing. Sebab itu dalam proses belajarnya masing-masing siswa memperlihatkan arah dan iramanya sendiri. Dalam pembelajaran klasikal perbedaan-perbedaan itu diabaikan atau tidak diberi peranan. Siswa-siswa yang cerdas sebenarnya dapat belajar lebih cepat dan lebih banyak daripada program yang disediakan sekolah. Oleh karena pembelajaran klasikal tidak mampu melayani kebutuhan dan minat perseorangan siswa, maka potensi-potensi yang ada pada masing-masing siswa tidak dikembangkan sebaik-baiknya. Kegiatan-kegiatan belajar yang seragam cenderung lebih banyak diberikan oleh guru karena cara itu merupakan cara yang paling mudah untuk memelihara ketertiban kelas. Pembelajaran non modul atau pembelajaran konvensional adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang tidak menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh. Siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Pembelajaran
20
klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar yang sama bagi semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa. Maka karena itu perlu dicari sistem pengajaran yang membuka kemungkinan memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di samping itu memberi kesempatan bagi pembelajaran individual. Tabel 2. Perbedaan Pembelajaran Modul dengan Pembelajaran Non Modul/Klasikal No
Pembelajaran Modul
Pembelajaran Non Modul/ Pembelajaran Klasikal
1
Tujuan dirumuskan dalam bentuk kelakuan murid, apa yang diharapkan dapat dilakukan setelah menjalani pelajaran. Bahan pelajaran disajikan secara individual. Tiap siswa dapat mempelajari sebagian atau seluruh bahan pelajaran menurut waktu yang diinginkan masing-masing. Menggunakan aneka ragam kegiatan belajar yang dapat meningkatkan proses belajar. Media yang digunakan berdasarkan efektifitas yang ternyata melalui percobaan pada siswa Berorientasi pada kegiatan siswa dengan pengajaran kepada siswa secara individual dengan tekanan pada proses belajar Para siswa selalu aktif belajar dengan melakukan berbagai kegiatan untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya. Tiap siswa maju menurut kecepatan masing-masing
Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati
2
3
4
5
6
Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan murid-murid secara individual. Bahan pelajaran kebanyakan berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan media lain menurut pertimbangan guru.
Berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses mengajar
Siswa siswa kebanyakan bersikap “pasif”, karena (Lanjutan Tabelterutama 1) harus mendengarkan uraian guru (Bersambung Tabel 2) Siswa semua harus belajar menurut kecepatan yang
21
kebanyakan ditentukan kecepatan guru mengajar.
oleh
7
Penguatan sering diberikan yakni segera setelah dipelajari sebagian kecil dari bahan pelajaran itu.
Penguatan biasanya baru diberikan setelah diadakannya ulangan atau ujian. Itupun jika ulangan itu kemudian dibicarakan
8
Dengan adanya tujuan yang jelas dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur maka keberhasilan belajar dapat dinilai secara objektif berdasarkan hasil belajar murid. Bila diberikan waktu yang cukup, maka semua siswa diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran sepenuhnya Pengajar memegang berbagai peranan sekaligus, sebagai pendiagnosis kekurangan murid, pemberi motivasi, pembimbing belajar, dan sebagai manusia sumber. Test diadakan untuk mengukur keberhasilan belajar mengenai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan pada awal pelajaran
Keberhasilan belajar kebanyakan dinilai oleh guru secara subyektif
9
10
11
Diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja akan menguasai untuk sebagian saja dan ada lagi yang akan gagal. Pengajaran terutama berfungsi sebagai penyebar atau menyalur pengetahuan. Ialah sumber pengetahuan utama.
Siswa biasanya menempuh beberapa test atau ulangan mengenai bahan yang telah dipelajari dan berdasarkan beberapa angka itu ditentukan angka rapornya untuk semester itu.
Sumber: Nasution (2008)
3.
Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Geografi
a.
Pengertian belajar
22
Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian individu, baik segi fisik maupun psikis. Dalam proses belajar di sekolah sasaran ini sering dirumuskan dalam tujuan pelajaran, tujuan instruksional. Tujuan-tujuan pembelajaran ini merupakan penjabaran dari tujuan yang lebih luas yaitu tujuan kurikuler, yang juga merupakan penjabaran dari tujuan institusional atau tujuan sesuatu lembaga pendidikan. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,
23
akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihan-latihan pembentukan
kebiasaan secara otomatis, dan
seterusnya. Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala (2010:13) mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadi proses belajar. Berhasil atau gagalnya pencapai tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan mengajar yang dialami siswa pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri. Belajar adalah suatu proses yang kompleks, sejalan dengan itu menurut Gagne dalam Syaiful Sagala (2010:17) belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan: (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dengan demikian dapat ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif, yang mengubah sifat stimulasi lingkungan dan menjadi kapabilitas baru.
24
b.
Hasil Belajar Syaiful dan Djamarah (1994:84) menyatakan bahwa: “Hasil belajar
siswa adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan bahan pelajaran yang disajikan dalam bentuk angkaangka/skor nilai. Zaenal Arifin (2009:27) menyatakan indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator hasil belajar meripakan uraian kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang sudah mereka kembangkan selama pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugastugas yang sudah ditentukan. Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka-angka atau nilai setelah menjalani proses pembelajaran. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang menetap. Apabila hasil belajar peserta didik telah direfleksikan dalam kebiasaan dan bertindak, maka peserta didik tersebut telah mencapai suatu kompetensi. Dengan demikian, penilaian harus mengacu pada ketercapaian standar nasional yang didasarkan pada hasil belajar dan indikator hasil belajar.
25
Oemar Hamalik (2005:42) menyimpulkan “Hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hasil belajar menunjukkan pada prestasi sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa”. Kunandar (2007:406) juga menyimpulkan: “hasil belajar adalah suatu kompetensi yang telah berhasil dikuasai siswa yang mengacu kepada indikator yang telah ditentukan”. Hasil belajar adalah suatu upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan serta nilai akhir yang diperoleh siswa setelah terjadi proses pembelajaran
yang diikuti dengan perubahan tingkah laku dan prestasi
belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan itu muncul menyangkut perubahan pengetahuan, sikap, kebiasaan, ketrampilan, kemampuan dan pertumbuhan jasmaniah. Pola perubahan tingkah laku, nilai-nilai ideal, pengertian, faktafakta kemampuan dan pengetahuan yang dicapai merupakan hasil yang diperoleh setelah terjadinya proses belajar.
c.
Karakteristik Pembelajaran Geografi Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan dalam segala
perwujudan makna hidup sepanjang hayat dan dorongan peningkatan kehidupan. memperoleh
Lingkup jawaban
bidang atas
kajiannya pertanyaan
memungkinkan
dunia
manusia
sekelilingnya
yang
26
menenkankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia memahami karakteristik dunia dan tempat hidupnya. Bidang kajian geografi meliputi muka bumi dan proses-proses yang membentuknya, hubungan antara manusia dan lingkungan, serta pertalian antara manusia dan tempat-tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi-dimensi alam dan manusia di dunia, menelaah manusia, tempat-tempat dan lingkungannya. Geografi adalah disiplin ilmu yang mengkaji tentang fenomena permukaan bumi atau geosfer. Apabila geografi sebagai pohon ilmu maka akar-akarnya adalah atmosfer, lithosfer, hidrosfer, dan biosfer, sedangkan cabang-cabangnya adalah geografi fisik dan geografi manusia. pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan
kewilayahan. Depdiknas, 2006 mengatakan bahwa karakteristik mata pelajaran tersebut adalah sebagai berikut: a) b) c)
d)
e)
Geografi terutama merupakan kajian tentang fenomena alam, dan kaitannya dengan manusia di permukaan bumi. Geografi mempelajari fenomena geosfer, yaitu lithosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Pendekatan yang digunakan dalam geografi adalah pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan maupun analisis kompleks wilayah. Tema-tema esensial dalam geografi dipilih dan bersumber serta merupakan perpaduan dari cabang-cabang ilmu alam dan ilmu sosial. Tema-tema esensial tersebut terkait dengan peristiwa alam dan sosial sehari-hari seperti bencana gempa bumi, gunung berapi, banjir, tanah longsor, badai, dan kekeringan. Dalam teknik penyajiannya menggunakan cara identifikasi, inventarisasi, analisis, sintesis, klasifikasi dan evaluasi dengan bantuan peta, teknologi pengindraan jauh dan sistem informasi geografi.
27
Mata pelajaran geografi mengembangkan pemahaman siswa tentang organisasi sosial, masyarakat, tempat-tempat dan lingkungan pada muka bumi. Siswa didorong untuk memahami proses-proses fisik yang membentuk pola-pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di muka bumi sehingga diharapkan siswa dapat memahami bahwa manusia
menciptakan
wilayah
(region)
untuk
menyederhanakan
kompleksitas muka bumi. Selain itu, siswa dimotivasi secara aktif menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat-tempat dan wilayah. Dengan demikian, siswa diharapkan bangga akan warisan budaya dengan memiliki kepedulian pada keadilan sosial dan kelestarian ekologis, yang pada gilirannya dapat mendorong siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungannya dapat masa sekarang dan masa depan. d.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau diluar dirinya. Namun secara garis besar, hasil belajar seorang siswa, menurut Depdiknas (2003) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal, yang meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologis, dan faktor eksternal, yang meliputi faktor-faktor lingkungan dan faktor instrumental. Slameto (1995) menyatakan bahwa dalam proses pendidikan di sekolah, faktor sekolah seperti kurikulum, proses pembelajaran, guru, sarana
28
pendidikan, pelayanan sekolah, pengelolaan kesiswaan, dan iklim sekolah merupakan variabel-variabel yang dominan mempengaruhi terhadap pencapaian prestasi para siswa dalam belajar. Berdasarkan uraian tentang hasil belajar maka dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seorang siswa. hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka-angka atau nilai setelah menjalani proses pembelajaran.
Hasil belajar adalah suatu upaya pencapaian tujuan
pembelajaran yang ditetapkan serta nilai akhir yang diperoleh siswa setelah terjadi proses pembelajaran
yang diikuti dengan perubahan tingkah laku
dan prestasi belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan itu muncul menyangkut perubahan pengetahuan, sikap, kebiasaan, ketrampilan, kemampuan dan pertumbuhan jasmaniah. Pola perubahan tingkah laku, nilai-nilai ideal, pengertian, fakta-fakta kemampuan dan pengetahuan yang dicapai merupakan hasil yang diperoleh setelah terjadinya proses belajar. 4.
Motivasi Belajar Keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar
yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung prestasinya pun akan tinggi pula; sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya. Sebab motivasi merupakan penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha atau
29
semangat seseorang untuk beraktivitas, dan tentu saja tinggi rendahnya semangat akan menentukan hasil yang diperoleh. Nana Syaodih Sukmadinata (2009:265) Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar bukan hanya ditentukan oleh kemampuan intelektual, tetapi juga oleh segi-segi afektif terutama motivasi. Dalam membangkitkan motivasi belajar para siswa guru perlu memperhatikan beberapa hal: 1) lebih banyak memberikan penghargaan atau pujian daripada hukuman, 2) terhadap pekerjaanpekerjaan siswa sebaiknya guru memberikan komentar tertulis, 3) pendapat dari teman-teman sekelas lebih memberikan motivasi yang kuat daripada hanya pendapat dari guru, 4) strategi atau metode mengajar yang sesuai dengan minat siswa akan lebih membangkitkan motivasi belajar, 5) guru hendaknya banyak menekankan pelajaran kepada kenyataan, 6) penggunaan metode atau strategi mengajar yang bervariasi dapat membangkitkan motivasi belajar, 7) kegiatan belajar yang banyak memberikan tantangan, lebih mengaktifkan dan memberikan dorongan belajar. Wina Sanjaya (2009:257) Terdapat hubungan yang erat antara kepuasan seseorang yang dicapai dengan motivasi, artinya semakin seseorang merasa puas dengan pencapaian sesuatu, maka semakin tinggi motivasi seseorang untuk berperilaku sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, maka kepuasan yang diperoleh siswa dari proses belajar yang telah dilakukannya dapat menimbulkan unjuk kerja yang lebih baik.
30
Sardiman (2010:75) Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk menidakkan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat diransang oleh motivator dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh didalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat dicapai. Oemar Hamalik (2008:86) Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Hasibuan, (2007:95) Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. American Encyclopedia, dalam Hasibuan, (2007:96). Motivation: that predisposition (it self the subject of much controvency) within the individual wich arouses sustain and direct his behavior. Motivation in volve such factor as biological and emotional needs that can only be inferred from observation behavior.
31
Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkit topangan dan mengarahkan tindak tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkahlaku manusia. Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidaknya adanya motivasinya untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dalam proses pembelajaran tradisional yang merupakan ekspositori sebagai strategi pembelajaran utama, kadang-kadang motivasi ini terlupakan guru. Guru sering memaksakan agar siswa menerima materi pelajaran yang disampaikannya. Pentingnya materi pelajaran yang diberikan sering hanya dipandang dari sudut guru, bukan dari sudut siswa sebagai subjek belajar. Akibatnya, siswa belajar seadanya, tanpa adanya motivasi. Cara yang demikian tentu tidak menguntungkan, sebab siswa belajar tidak akan optimal yang berarti pencapaian tujuan pembelajaran pun tidak akan optimal pula. Oleh sebab itu, pandangan modern tentang proses pembelajaran menempatkan motivasi sebagai salah satu aspek penting. Guru harus membangkitkan motivasi belajar siswa, agar siswa dapat berupa mengerahkan segala kemampuan dalam proses belajar.
32
Perbuatan belajar akan berhasil bila berdasarkan motivasi pada diri siswa. Siswa mungkin dapat dipaksa untuk melakukan suatu perbuatan, tetapi ia tak mungkin dipaksa untuk menghayati perbuatan itu sebagaimana mestinya. Guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada siswa, tetapi tak mungkin memaksakannya untuk belajar dalam arti sebenarnya. Ini berarti, tugas guru yang paling berat ialah berupaya agar siswa mau belajar dan memiliki keinginan belajar terus menerus. Motivasi dapat dipahami sebagai suatu variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran. Dalam konsep pembelajaran motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk mendorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Motivasi adalah syarat mutlak dalam belajar, hal ini berarti dalam proses pembelajaran (Syaiful Sagala, 2010:104). Dimyati dan Mudjiono (2006:85) menyatakan bahwa Motivasi belajar juga penting diketahui oleh guru, karena pemahaman dan pengetahuan motivasi belajar siswa bermanfaat bagi guru untuk: (1) membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat belajar siswa untuk belajar sampai berhasil,
membangkitkan
jika
belajar
siswa
tidak
bersemangat,
meningkatkan bila semangat belajar siswa timbul tenggelam, memelihara bila semangat belajar siswa telah kuat mencapai tujuan belajar; (2) mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas yang bermacam-
33
macam; (3) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran dan pendekatan belajar yang sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya; dan (4) memberi peluang bagi guru untuk memantapkan unjuk kerja dalam konteks rekayasa pedagogis sehingga guru membuat siswa berhasil dalam belajar. Syaiful Sagala (2010:113) mengungkapkan bahwa Motivasi dalam belajar dilakukan dengan mengatur situasi atau atmosfir pembelajaran yang kondusif.
Kondisi
yang
diciptakan
ini
dapat
menjadi
penguatan
(reinforcement). Karena itu motivasi belajar penting bagi siswa yang dimaksudkan untuk: (1) menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan hasil akhir, (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar bila dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan kearah pembelajaran yang lebih berkualitas, dan (4) membesarkan semangat belajar bagi para siswa, (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan yang harus ditempuh dalam proses belajar dan sebagainya. Motivasi belajar ini memberi gambaran bahwa jika motivasi yang dilakukan oleh guru dan juga siswanya dengan peruntukannya, maka akan menimbulkan semangat yang tinggi untuk mencapai keberhasilan yang bermutu. Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyarat agar guru bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati dialami dan perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar optimal dan dijadikan dampak pengiring yang selanjutnya menimbulkan
34
program
belajar
sepanjang hayat sebagai perwujudan emansipasi
kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi, kemampuan siswa, mengatasi kondisi lingkungan negatif, dinamika siswa dalam belajar. Sardiman (2010: 83) juga mengemukan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah : a) b) c) d) e) f) g) h) i)
Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama Ulet menghadapi kesulitan dan tak mudah putus asa Tidak terlalu cepat puas atas prestasi yang diperoleh Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar Lebih suka bekerja sendiri dan tidak tergantung pada orang lain Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin Dapat mempertahankan pendapatnya Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini Senang mencari dan memecahkan masalah Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar. Inilah prinsip hukum pertama dalam keingginan atau dorongan untuk belajar kegiatan pendidikan dalam pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) Mengetahui akan dipelajari, dan (2) memahami
mengapa hal tersebut patut dipelajari.
Dengan berpijak pada ke dua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil (sardiman, 2010:40).
35
Motivasi sebagai proses pengantar siswa kepada pengalamanpengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Sebagai proses motivasi mempunyai fungsi antara lain: (1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, atau memberi semangat dan mengaktifkan siswa agar tetap berminat dan siaga. (2) menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, atau memusatkan pehatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar. (3) menyeleksi perbuatan manusia, yang menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan mengenyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu atau membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang (Sardiman:2010:85). Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya motivasi belajar. menurut Winkels motivasi belajar merupakan motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi adalah “keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu dalam mencapai satu tujuan.” (winkels, 1987:46). Jadi, motivasi adalah suatu
perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai oleh munculnya perasaaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, maka munculnya motivasi ditandai oleh adanya perubahan energi dalam diri seseorang yang mungkin disadari atau
36
tidak. Pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa, merupakan salah satu tugas dan tanggungjawab guru. Guru yang baik dalam mengajar selamanya akan mendorong siswa untuk beraktivitas mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat hubungan yang erat antara kepuasan seseorang yang diacapai dengan motivasi. Artinya semakin seseorang merasa puas dengan pencapaian sesuatu, maka semakin tinggi motivasi seseorang untuk berperilaku sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, dapat disimpulkan motivasi belajar adalah dorongan yang diberikan oleh guru kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dapat diamati melalui minat belajar, relevansi dengan kebutuhan siswa, harapan untuk berhasil demi kepuasan dalam mencapai tujuan.
B.
Hasil Penelitian yang relevan Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti ini, ada beberapa hasil
penelitian yang relevan. Beberapa penelitian tentang penggunaan modul sebagai bahan ajar antara lain, Khairil Andri (2004) meneliti tentang perbedaan pengaruh metode mengajar modul berbasis komputer dan metode pengajaran modul
37
berbasis komputer dengan metode pengajaran konvensional terhadap hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa yang diajarkan melalui modul berbasis komputer lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang diajar melalui metode konvensional. Ellizar (2005) Disertasi dari Universitas Negeri Padang dengan judul Model
Pembelajaran
Pengembangan
Kimia).
Konstruksivisme Hasil
Menggunakan
penelitian
Modul
menunjukkan
(Studi
pendekatan
konstruktivisme dengan menggunakan modul dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik, siswa sekolah tidak unggul bahkan mampu menyamai hasil belajar sekolah unggul. Mahdalena (2009) meneliti tentang pengaruh pembelajaran modul dan minat terhadap hasil belajar kewirausahaan Siswa SMKN 1 Pangkalan Kerinci. Hasil penelitian menunjukkan (1). Siswa yang belajar dengan memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan non modul. (2). Siswa yang memiliki minat tinggi yang belajar dengan modul memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki minat tinggi yang belajar dengan non modul. (3). Siswa yang memiliki minat yang belajar dengan modul memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki minat rendah yang belajar dengan non modul. Retha Gusdiana (2010) meneliti tentang pembelajaran sistem modul dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS di kelas VII SMPN 2 kuala Cenaku Indragiri Hulu. Hasil penelitian menunjukkan (1) Terjadi peningkatan aktivitas siswa setelah melaksanakan pembelajaran sistem modul. (2) Hasil belajar
38
IPS setelah menggunakan modul lebih baik dari hasil belajar IPS sebelum menggunakan modul. (3) Faktor yang berperan dalam mengoptimalkan hasil belajar melalui sistem modul adalah perancangan modul dari segi isi materi lembaran kegiatan siswa bahasa lebih disederhanakan, dipilih materi pokok lebih penting sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran. Dari beberapa penelitian pembelajaran dengan menggunakan modul di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul dapat meningkatkan hasil belajar. Namun dari penelusuran literatur ternyata penelitian diatas pada umumnya yang memanfaatkan bahan ajar modul dalam penelitian quasi eksperimen. Karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk
merancang pembelajaran sistem modul dalam pembelajaran. Memperhatikan hal diatas, dirancanglah Penelitian quasi eksperimen dengan Pengaruh Pembelajaran dengan Modul dan motivasi terhadap hasil belajar geografi siswa kelas X di SMA Negeri 1 Peranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu.
C.
Kerangka berpikir Pandangan yang diberikan guru maupun siswa lain merupakan tanggapan
yang sangat mempengaruhi konsep diri siswa. Tanggapan yang positif akan sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar, mengajar dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang sangat menyenangkan dan siswa dapat memahami materi pembalajaran dengan sebaik-baiknya.
39
Guru memiliki tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga menciptakan suasana pembelajaran dapat membuat siswa memahami materi pembelajaran dengan baik. Pemahaman materi belajar dengan baik oleh siswa dapat memungkinkan peningkatan hasil belajar siswa. salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan menerapkan sebuah metode mengajar termasuk perangkat pembelajaran yang merupakan komponen dari lingkungan belajar. Berdasarkan uraian metode belajar dengan mengunakan modul, dimana dengan adanya modul siswa dapat melakukan pembelajaran mandiri selain belajar bersama dengan guru di sekolah. Jika belum memahami akan materi yang disampaikan oleh guru, siswa dapat belajar secara mandiri di rumah atau dimanapun. Dengan adanya pembelajaran di manapun siswa belajar maka materi pelajaran dapat dipahami oleh siswa. Modul yang dirancang dengan baik dan di ikutsertakan gambar-gambar yang dapat mendukung pemahaman siswa dalam belajar dapat dijadikan alternatif utama untuk tidak membosankan siswa dalam belajar lebih lama dengan modul yang dimilikinya. Hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran, secara umum hasil belajar dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa sebagai hasil dari proses belajar mengajar. Adanya hasil belajar pada diri seseorang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa setelah terjadi proses belajar. Lebih kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari gambar kerangka konseptual dibawah ini:
40
Gambar : Kerangka Pemikiran Penelitian Pembelajaran Geografi di SMAN 1 Peranap
Motivasi belajar siswa tinggi dan rendah rendah
Pembelajaran dengan modul
Pembelajaran dengan non modul
Hasil belajar siswa
C.
Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian ini adalah: 1.
Hasil belajar geografi siswa yang menggunakan modul lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan non modul.
2.
Hasil
Belajar
geografi
siswa
dengan
motivasi
tinggi
yang
menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa bermotivasi tinggi yang menggunakan non modul. 3.
Hasil Belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan non modul.
4.
Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan modul dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa.
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian Jenis penelitian dilakukan dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen), yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh dari eksperimen berdasarkan perlakuan (treatment) terhadap suatu unit percobaan dalam batas-batas desain yang ditetapkan pada kelas eksperimen sehingga diperoleh data yang menggambarkan apa yang diharapkan. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan pembelajaran yang menggunakan modul dan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran tidak menggunakan modul. Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Peranap. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada tahun ajaran 2010/2011, waktu penelitian yang disesuaikan dengan jadwal pembelajaran di sekolah.
B.
Populasi dan Sampel a.
Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Peranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu pada tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 155 siswa. Siswa tersebut, terdiri
41
42
dari kelas X1 32 siswa, X2 32 siswa, X3 31 siswa, X4 32 siswa, X5 32 siswa (data dari SMA Negeri 1 Peranap) b.
Sampel Teknik penarikan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas yang diduga nilai geografinya tergolong rendah. Dengan menggunakan kelas X5 terpilih kelompok yang diajarkan
pembelajaran dengan
Modul (kelompok eksperimen) yang berjumlah 32 orang dan kelas X2 sebagai kelompok siswa yang diajakan dengan pembelajaran non modul (kelompok kontrol) yang berjumlah 32 orang. Dengan demikian,
jumlah sampel kelompok eksperimen 32 orang dan
kelompok kontrol 32 orang.
C.
Definisi Operasional Definisi Operasional dalam penelitian ini dikemukan istilah-istilah sebagai berikut: 1.
Pembelajaran
dengan
menggunakan
Modul
adalah
sistem
penyampaian dalam proses belajar mengajar telah dijadikan tumpuan harapan
untuk
mengubah
keadaan
tersebut
menjadi
situasi
pembelajaran yang merangsang, lebih mengaktifkan untuk membaca dan belajar memecahkan masalah sendiri di bawah pengawasan guru yang selalu siap menolong siswa yang mempunyai kesulitan. 2.
Pembelajaran dengan Non Modul atau klasikal adalah pengajaran yang diberikan kepada sekelas murid secara bersama-sama. Rangkaian
43
kegiatan
pembelajaran
yang
tidak
menekankan
pada
proses
keterlibatan siswa secara penuh. Siswa ditempat sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. 3.
Motivasi belajar siswa adalah dorongan yang diberikan oleh guru kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dapat diamati melalui minat belajar, relevansi dengan kebutuhan siswa, harapan untuk berhasil demi kepuasan dalam mencapai tujuan.
4.
Hasil belajar adalah suatu upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan serta nilai akhir yang diperoleh siswa setelah terjadi proses pembelajaran
yang diikuti dengan perubahan
tingkah laku dan
prestasi belajar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor postes yang diperoleh siswa setelah pembelajaran berlangsung baik yang menggunakan
dengan modul maupun
pembelajaran dengan menggunakan non modul. bahwa hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemampuan siswa setelah melakukan aktivitas belajar. Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angkaangka atau nilai setelah menjalani proses pembelajaran.
44
D.
Pengembangan Instrumen. 1.
Rencana Pembelajaran Untuk pembelajaran yang akan dieksprimenkan dalam mata pelajaran
Geografi melalui pembelajaran Modul adalah materi pelajaran lithosfer dan pedosfer. Materi tersebut dirancang penyampaiannya dalam pembelajaran melalui pembelajaran Modul untuk di laksanakan di kelas. Rencana pembelajaran ini dilaksanakan 7 x pertemuan dengan alokasi waktu 1 x pertemuan 2 x 45 menit. Pertemuan pertama - ketiga
=
materi lithosfer
Pertemuan keempat - ketujuh =
materi pedosfer
2.
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner dan
tes hasil belajar. Kuisioner digunakan untuk mengambil data tentang motivasi belajar sedang tes untuk melihat hasil belajar siswa. Alternatif respon siswa pada kuisioner untuk motivasi siswa, penskorannya menggunakan skala Likert dengan 5 kategori: sangat sering (SS), sering (S), kadang-kadang (KDG), jarang (JR), tidak pernah (TP). Penyataan terdiri dari dua jenis yaitu positif dan negatif. Untuk pernyataan positif diberi skor sangat sering (SS) dengan skor 5, sering (S) dengan skor 4, kadang-kadang (KDG) dengan skor 3, jarang (JR) dengan skor 2, tidak pernah (TP) dengan skor 1, sedangkan untuk pernyataan negatif sangat sering (SS) dengan skor
45
1, sering (S) dengan skor 2, kadang-kadang (KDG) dengan skor 3, jarang (JR) dengan skor 4, tidak pernah (TP) dengan skor 5. Hasil belajar diukur dengan menggunakan tes hasil belajar, dengan jenis tes pilihan ganda. Setiap siswa yang menjawab benar diberi skor 1 dan siswa yang menjawab salah diberi skor 0. a.
Motivasi Belajar Siswa Instrumen untuk motivasi belajar disajikan dalam bentuk angket, baik
untuk kelas eksperimen maupun untuk siswa kelas kontrol. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran geografi berhubungan dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol sebelum pembelajaran modul yang dieksperimenkan tersebut dilaksanakan. b.
Tes Hasil Belajar Instrumen tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi
disajikan dalam bentuk pilihan ganda, baik untuk siswa kelompok eksperimen maupun untuk siswa dalam kelompok kontrol. Tes hasil belajar siswa ini dilaksanakan setelah siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok
kontrol
mempelajari
materi
pelajaran
yang
akan
dieksperimenkan. Penentuan skor yaitu dengan ketentuan setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan setiap jawaban yang salah akan diberi skor 0. Soal yang disajikan pada tes hasil belajar sama dengan tes pada motivasi belajar siswa.
46
3.
Prosedur Pembelajaran dengan Modul Peranan guru dalam sistem ini bukannya sebagai penyampaian
informasi tetapi sebagai pengelola keras yang ditinjau dari langkah-langkah belajar modul sebagai berikut: 1.
Pada saat dimulainya sesuatu modul Sebelum modul digunakan di kelas, guru harus mempelajari pedoman
guru dan bahan modul yang digunakan oleh siswa. Disamping itu guru harus mempelajari alat-alat dan sumber apakah yang harus disediakan atau dimiliki oleh para siswa agar modul tersebut dapat digunakan secara maksimal. 2.
Pada saat berlangsungnya proses belajar Peodman guru tidak memberikan petunjuk secara terperinci mengenai
peranan guru dari waktu ke waktu pada saat berjalannya proses belajar dengan modul. Dalam hubungan ini guru harus kreatif sesuai dengan hakekat proses belajar dengan modul. Namun demikian ada garis besar ketentuan yang merupakan beberapa petunjuk yaitu: 1)
Guru hendaknya melaksanakan tugas yang digariskan dalam pedoman guru
2)
Guru harus menegaskan kepada siswa hal-hal khusus terdapat dalam modul tertentu
47
3)
Guru hendaknya menegaskan kepada para siswa agar tidak perlu tergesa-gesa
dalam
menyelesaikan
modul,
tetapi
secepatnya
menguasai bahan modul itu (tidak banyak waktu terbuang) 4)
Guru hendaknya menekankan kepada siswa bahwa mereka boleh bertanya baik kepada guru maupun teman yang dianggap lebih tahu tentang hal-hal yang belum jelas.
5)
Guru hendaknya mengadakan pengecekan keliling untuk mengetahui: a)
Seberapa jauh para siswa memahami petunjuk-petunjuk yang tertulis dalam modul, seperti terlihat dalam kemampuannya mengisi lembaran kerja
b)
Seberapa jauh para siswa mengerjakan tugas-tugas seperti yang telah digariskan dalam modul
c) 6)
Kesulitan-kesulitan yang secara umum dihadapi oleh siswa
Guru boleh berperan menghentikan kelas secara khusus menjelaskan hal yang sulit bila ternyata semua siswa dalam kelas menghadapi kesulitan yang sama.
3.
Pada saat siswa selesai mengerjakan seluruh lembaran kegiatan siswa dan lembaran kerja Secara umum dapat dikemukakan bahwa seorang siswa baru boleh
mengambil tes apabila dia sudah benar-benar menguasai modul yang dipelajarinya seperti terbukti dari lembaran kerja yang telah diisinya.
48
Atas dasar ini seorang guru hendaknya: 1)
Mengecek sampai berapa jauh siswa telah benar-benar menguasai modul tersebut dengan jalan memeriksa lembaran kerjanya
2)
Segera memberikan tes kalau ternyata seseorang siswa benar-benar telah menyelesaikan lembaran kegiatan dan lembaran kerja dengan baik, secara kualitatif maupun kuantitatif.
4.
Pada saat siswa telah menyelesaikan lembaran tes 1)
Bagi siswa yang telah mencapai skor 70% guru harus segera: a)
Memberikan tugas-tugas pengayaan
b) Memberikan modul baru sebagai kelanjutan modul yang diteskan 2)
Bagi siswa yang belum mencapai skor 70% guru harus segera mengadakan indentifikasi terhadap item-item yang masih dibuat salah serta menunjukkan bagian-bagian yang relevan dengan item-item tersebut. Terhadap siswa yang perlu mendapatkan bimbingan khusus maka: a)
Guru
memberikan
bimbingan
khusus
kepada
yang
bersangkutan b) Berdiskusi kepada pihak bimbingan dan penyuluhan untuk mempelajari latar belakang kesulitan siswa tersebut sebelum mengambil suatu keputusan.
49
4.
Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan desain faktorial 2x2. Desain penelitian ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut: Metode Pembelajaran Motivasi belajar Motivasi Belajar Tinggi Motivasi Belajar Rendah Bagan 3. Desain Penelitian
Pembelajaran dengan Modul
Pembelajaran dengan Non Modul
A1 B1
A1 B2
A2 B1
A2 B2
Keterangan: A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
E.
: Siswa dengan motivasi belajar tinggi dalam kelompok eksperimen : Siswa dengan motivasi belajar tinggi dalam kelompok kontrol : Siswa dengan motivasi belajar rendah dalam kelompok eksperimen : Siswa dengan motivasi belajar rendah dalam kelompok kontrol
Teknik Pengumpul Data Pengumpulan data yang dilakukan pada masing-masing kelas objek
penelitian dengan memberikan tes terbentuk pilihan ganda kepada responden kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara menemui responden secara langsung, dan soal tes diisi oleh yang bersangkutan pada saat jam belajar berlangsung dan tidak boleh dibawa pulang. 1.
Uji Coba Instrumen Motivasi dan Hasil Belajar
50
Sebelum tes diberikan pada siswa, sampel penelitian, maka dilakukan uji coba. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas tes. Setelah dilakukan uji coba akan direvisi sesuai dengan persyaratan dan ketentuan validitas tes. Uji coba tes motivasi dan tes hasil belajar dilakukan oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Peranap Kabupaten Indragiri Hulu. a.
Validitas Soal Validitas tes berhubungan dengan masalah ketepatan. Derajat validitas suatu
soal sangat bergantung pada karakteristik butir soal tersebut. Untuk mendapatkan butir soal yang baik, maka dilakukan analisis butir yang meliputi daya pembeda, taraf kesukaran, dan keberfungsian distraktor. 1)
Daya pembeda soal Daya pembeda soal merupakan ukuran kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Dengan daya beda soal adalah proporsi siswa kelompok pandai atau kelompok atas dan kelompok siswa yang kurang pandai atau kelompok bawah yang menjawab betul pada suatu soal. Untuk memenuhi syarat soal yang baik adalah soal-soal yang dapat membedakan kelompok atas dengan kelompok bawah.
2)
Tingkat kesukaran Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk melihat suatu soal itu mudah atau sukar. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks
51
kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, dan sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu murah. Indeks kesukaran diberi symbol P (proposisi) menurut Suharsimi (2009:208) dihitung dengan rumus: P =
B --JS
Keterangan: P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut: P : 0,00 – 0,30 : sukar P : 0,31 – 0,70 : Sedang P : 0,71 - 1,00 : Mudah 3)
Keberfungsian distraktor Suharsimi (2009: 220) mengatakan, suatu distraktor dapat dikatakan berfungsi jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.
b.
Reliabilitas Reabilitas tes berhubungan dengan maslah tetapan. Tes dikatakan reliabel
jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk mencari reabilitas tes maka digunakan rumus Kuder dan Richarson (K-R.20).
Adapun rumus K-R.20 menurut Suharsimi (2009:100) adalah: ∑
Keterangan: reabilitas tes secara keseluruhan proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
52
F.
Teknik Analisis Data Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis rata-rata.
Adapun langkah-langkah dalam analisis data ini meliputi: 1) membuat deskripsi data, 2) melakukan pengujian persyaratan analisis, 3) melakukan pengujian hipotesis penelitian. 1.
Deskripsi Data Deskripsi data ini menyajikan keadaan data masing-masing kelompok data
penelitian, seperti skor rata-rata (mean), standar deviasi, tabel distribusi frekuensi, histogram, dan kategori tingkat pencapaian rata-rata responden masing-masing variabel penelitian. Klasifikasi nilai yang dicapai oleh responden dalam menggunakan klasifikasi menurut Suharsimi (2009:245) sebagai berikut: Angka Keterangan/Kategori 80 – 100 Baik sekali 66 – 79 Baik 56 – 65 Cukup 40 – 55 Kurang 2. Pengujian Persyaratan Analisis 39 –39 Gagal
53
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan rata-rata. Sudjana (1984) mengatakan bahwa dalam menggunakan uji perbedaan rata-rata, data harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan data kelompok varians yang homogen. Pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tujuan uji normalitas ini adalah untuk memeriksa (mengetahui) apakah data populasi berdistribusi normal. Menurut Wahana (2004:161) pedoman dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut: 1)
Jika nilai Sig atau Signifikansi atau nilai porbabilitas (p)<0,05 disimpulkan populasi tidak berdistribusi normal.
2)
Jika nilai Sig atau Signifikansi atau nilai porbabilitas (p)>0,05 disimpulkan populasi tidak berdistribusi normal. Uji homogenitas varians populasi ditujukan terhadap kelompok populasi
yaitu hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan hasil belajar siswa kelompok kontrol. Uji ini dilakukan untuk melibatkan kesamaan keragaman kemampuan siswa kedua kelompok (eksperimen dan kontrol). Hipotesis untuk menguji kesamaan ini dinyatakan dengan: :
:
Sudjana (1984) menjelaskan, bahwa jika Fhitung < Fa maka dapat dikatakan data berasal dari varians populasi yang homogen, dan sebaliknya maka dapat dikatakan bahwa data berasal dari varians populasi yang tidak homogen.
54
3.
Pengujian Hipotesis Penelitian Data dalam penelitian ini dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian yang
dinyatakan pada Bab II. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, yaitu statistik uji kesamaan rata-rata dua kelompok populasi, baik hipotesis pertama, hipotesis kedua, maupun hipotesis ketiga. Statistik ini dapat digunakan jika asumsi normalitas dan homogenitas variansi dipenuhi. Secara matematis, uji-t ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudjana, 1984:236): 1 1
1
1
Keterangan : Nilai rata
rata skor kelompok 1
Nilai rata
rata skor kelompok 2
Jumlah subyek/sampel dalam kelompok 1 Jumlah subyek/sampel dalam kelompok 2 Nilai standar deviasi kelompok 1 Nilai standar deviasi kelompok 2
Pengujian ini dilakukan dengan membanding nilai thitung yang didapat dengan ttabel yang diketahui dari tabel distribusi t pada taraf nyata α yang dipilih. Kriteria pengujian ini ditolak H0. Jika nilai thitung yang didapat lebih kecil daripada ttabel artinya perbedaan yang terjadi tidak berarti atau tidak signifikan, dan jika
55
nilai thitung yang didapat besar dari ttabel artinya perbedaan yang terjadi berarti atau signifikan, maka H0 diterima. Untuk mengetahui interaksi antara pembelajaran siswa yang menggunakan modul dan non modul dilakukan dengan analisis Varians (ANAVA).
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian Deskrisi data penelitian variabel motivasi dan hasil belajar secara
keseluruhan akan mengungkapkan informasi tentang total skor, skor tertinggi, skor terendah, rata-rata, standard deviasi, modus, dan median. Deskripsi secara keseluruhan terlihat seperti pada Tabel 4 dibawah ini. Tabel 4. Deskripsi Data Hasil Penelitian Secara Keseluruhan
No
Statistik
Motivasi kelas eksperimen
1 2 3 4 5 6 7
Total skor Skor tertinggi Skor terendah Rata‐rata Standard deviasi Modus Median
2053 78 56 64,16 8,01 63,69 64
motivasi kelas kontrol
hasil belajar kelas eksperimen
1963 75 51 61,34 7,83 63,32 62
2573,29 93,33 64,44 80,42 8,97 79,16 80
hasil belajar kelas kontrol 2415,53 88,89 64,44 75,49 8,69 74,68 75,55
Dari tebal 4 di atas diketahui hasil secara keseluruhan pada penelitian ini. Total skor yang didapat pada motivasi belajar kelas eksperimen (pembelajaran dengan modul) adalah 2053, dengan skor tertinggi 78, skor terendah 56, dengan rata-rata skor yang didapatkan siswa adalah 64,16. Sedangkan total skor motivasi untuk kelas kontrol adalah 1963, dengan skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 75 dan skor terendah 51, dengan rata-rata skor yang didapat siswa adalah 61,34. Secara lengkap akan dijabarkan sebagai berikut:
56
57
1.
Deskripsi Data Motivasi Kelas Eksperimen (Belajar dengan Modul) Tabel 5. Deskripsi Data Motivasi Kelas Eksperimen kelas interval
Fo
Fk
%fo
56 – 60 61 – 65 66 – 70 71 – 75 76 – 80
8 11 8 2 3 32
8 19 27 29 32
25,00 34,38 25,00 6,25 9,38 100,00
Motivasi belajar di ukur dengan mengunakan angket yang diisi oleh siswa yang ada pada kelas eksperimen. Pembelajaran kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan modul, sehingga selain belajar dengan pendidik, peserta didik dapat belajar secara mandiri baik di sekolah maupun di rumah. Pada awalnya angket berjumlah 30 item tetapi setelah dilakukan uji coba terdapat satu item yang tidak valid. Maka dalam mengukur motivasi angket berjumlah 29 item. Motivasi siswa dalam belajar yang didapatkan tercantum pada kelas interval data motivasi kelas ekseperimen diatas yang tergambar dari histogram di bawah ini.
Motivasi kelas eksperimen 12
Frekwensi
10 8
11 8
6 4
2
2
2
3
0 56 ‐60
61‐65
66‐70
interval Kelas
71‐75
76‐80
Gambar 2. Histogram Motivasi Siswa Kelas Eksperimen
58
Dari distribusi frekwensi di atas terlihat range motivasi terbesar terdapat pada kelas interval 61-65. Interval tertinggi berada pada nilai 76-80 dengan banyaknya siswa yang berada pada rentang tersebut adalah 3 orang siswa. Dari Tabel motivasi belajar kelas eksperimen di atas dapat diketahui total skor secara keseluruhan adalah 2053, sedangkan skor tertinggi 78 dan skor terrendah 56, sedang rata-rata skor 64,16 sebanyak 8 siswa dengan standar deviasi 8,01 dan modus 63,69 serta nilai tengahnya adalah 64. 2.
Deskripasi Data Motivasi Tinggi Kelas Eksperimen (A1 B1) Motivasi tinggi kelas eksperimen didapatkan dari nilai tertinggi motivasi
siswa dari hasil angket yang telah di isinya, nilai tersebut kemudian di ranking dari tertinggi hingga terendah untuk mendapatkan dua batasan antara motivasi tinggi dan motivasi rendah kelas eksperimen. Dari 32 jumlah responden didapatkan dua belahan rentang dengan jumlah 16 siswa yang menempati nilai tertinggi masuk kedalam motivasi tinggi kelas eksperimen dan 16 sampai 32 menempati motivasi terendah kelas eksperimen. Dari data penelitian diperoleh skor tertinggi kelas eksperimen tergambar pada tabel 6 dibawah ini: Tabel 6. Deskripsi Data Motivasi Tertinggi Kelas Eksperimen kelas interval 61 – 65 66 – 70 71 – 75
Fo 4 8 4 16
Fk 4 12 16
%fo 25,00 50,00 25,00 100,00
59
Frekwensi
Motivasi Tinggi Kelas Eksperimen 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
8
4
61 ‐ 65
4
71 ‐ 75
66 ‐ 70
Kelas Interval
Gambar 3. Histogram Data Pengetahuan Tinggi Kelas Eksperimen Dari tebel 6 distribusi frekwensi diatas diketahui rentang nilai tertinggi pada skor motivasi tinggi kelas eksperimen adalah 66–70 dengan jumlah 8 orang sebanyak 50%. Tabel distribusi frekwensi diatas juga dapat menjelaskan total skor dari motivasi tinggi kelas eksperimen adalah 1091, dengan nilai tertinggi 78 dan nilai tertendah 64. Sedangkan rata-rata skor motivasi siswa adalah 68,19 dengan standar deviasi 8,26. Median pada motivasi tinggi kelas eksperimen adalah 67, dengan modus 64,625. 3.
Deskripsi Data Motivasi Rendah Kelas Eksperimen (A2 B1) Tabel 7. Distribusi Frekwensi Data Motivasi Rendah Kelas Eksperimen
kelas interval 55 – 56 57 – 58 59 – 60 61 – 62 63 – 64
Fo 1 2 5 7 1 16
Fk 1 3 8 15 16
%fo 6,25 12,50 31,25 43,75 6,25 100,00
60
Frekwensi
Motivasi Rendah Kelas Eksperimen 8 7 6 5 4 3 2 1 0
7 5
2 1 51‐56
1 57‐58
61‐62
59‐60 Interval kelas
51‐56
Gambar 4. Histogram Motivasi Rendah Kelas Eksperimen Dari tabel 7 distribusi frekwensi diatas dapat diketahui motivasi rendah kelas eksperimen berada pada rentang 56-60 adalah 8 siswa dengan presentase motivasi rendah kelas eksperimen 50%. Sedangkan jumlah siswa yang berada pada rentang 61-65 juga sebanyak 50% siswa dengan presentase motivasi rendah kelas eksperimen 50%. Dari tabel 6 distribusi frekwesi juga diketahui total skor motivasi rendah kelas eksperimen adalah 962, dengan rata-rata perolehan skor siswa 60,13 dan standar deviasi 7,75, median 61 serta modus 62,75.
4.
Deskripsi Data Motivasi Belajar Kelas Kontrol Kelas kontrol pada penelitian ini terdiri dari 32 siswa dengan metode belajar
seperti biasa yang diterapkan di sekolah, yaitu belajar dengan guru sebagai sumber
utama
pembelajaran
dan
tidak
menggunakan
modul
didalam
pembelajarannya. Guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa memberikan pertanyaan bila ada materi pelajaran yang mereka belum pahami. Secara lengkap motivasi belajar kelas kontrol terlihat pada tabel di bawah ini:
61
Tabel 8. Distribusi Frekwensi Motivasi Belajar Kelas Kontrol kelas interval
Fo
fk
%fo
51 – 55 56 – 60 61 – 65 66 – 70 71 – 75
9 5 9 6 3 32
9 14 23 29 32
28,13 15,63 28,13 18,75 9,38 100,00
Dari tabel 8 distribusi frekwensi motivasi belajar kelas kontrol diatas dapat diketahui frekwensi terbesar berada pada interval kelas 51-55 dan 61-69 sebanyak 9 siswa, dengan presentase 28,13% distribusi frekwensi untuk motivasi belajar kelas kontrol. Untuk lebih jelas perbandingan interval kelas motivasi belajar kelas kontrol dapat diperhatikan pada gambar 5 histogram di bawah ini.
Motivasi Kelas Kontrol
10
9
9
Frekwensi
8
6
6
5
4
3
2 0
51‐55
56‐60
61‐65
66‐70
71‐75
Interval Kelas
Gambar 5. Histogram Motivasi Belajar Kelas Kontrol Dari Tabel 8 distribusi frekwensi diatas dapat diketahui total skor sebanyak 1963 dengan skor tertinggi 75 dan skor terrendah 51, sedangkan rata-rata kelas adalah 61,34. Standar deviasi data motivasi kelas kontrol adalah 7,83 dengan modus 63,31 dan median 62.
62
5.
Deskripsi Data Motivasi Tinggi Kelas Kontrol (A1 B2) Tabel 9. Distribusi Frekwensi Motivasi Tinggi Kelas Kontrol kelas interval 61 – 65 66 – 70 71 – 75
fo 7 6 3 16
Fk 7 13 16
%fo 43,75 37,5 18,75 100
Frekwensi
Motivasi Tinggi Kelas Kontrol 8 7 6 5 4 3 2 1 0
7 6
3
61 ‐ 65
66 ‐ 70 Interval kelas
71 ‐ 75
Gambar 6. Histogram Motivasi Tinggi Kelas Kontrol Motivasi tinggi kelas kelas kontol terdiri dari 16 siswa yang menempati urutan teratas berdasarkan hasil pengisian angket motivasi yang telah mereka lakukan, hasil motivasi tinggi kelas kontrol terlihat pada tabel 9 dibawah di atas. Dari data diatas diketahui nilai motivasi tertinggi pada 71 dan nilai motivasi tertendah adalah 62. Jumlah motivasi tertinggi kelas kontrol berada pada interval kelas 61 – 65 dengan jumlah 7 siswa dengan presentasi 43,75 sedangkan motivasi tertinggi pada interval 71–75 siswa hanya terdiri dari 5 siswa. secara lebih jelas dapat diperhatikan pada gambar 6 histogram diatas. Dari tabel 9 distribusi frekwensi motivasi belajar tinggi kelas kontrol didapatkan total skor 1067, dengan
63
rata-rata kelas 66,69 dan standar deviasi 8,17 dengan modus 64,625 sedangkan median 66. 6.
Deskripsi Data Motivasi Rendah Kelas Kontrol (A2 B2) Pada motivasi rendah kelas kontrol terdiri dari 16 siswa yang menempati
uratan terakhir hasil pencapaian skor dari angket motivasi yang telah di isi oleh siswa. kemudian di masukkan kedalam peringkat dari nomer 16 sampai 32. Urutan 16 adalah urutan pertama dari motivasi rendah kelas kontrol dan 32 adalah urutan motivasi rendah terakhir pada kelas kontrol, secara lengkap dapat diperhatikan pada tabel 9 distribusi frekwensi dibawah ini: Tabel 10. Distribusi Frekwensi Motivasi Rendah Kelas Kontrol kelas interval 51 ‐ 55 56 – 60 61 – 65
fo 9 5 2 16
10 9
Fk 9 14 16
%fo 56,25 31,25 12,5 100
Motivasi Rendah Kelas Kontrol 9
8 Frekwensi
7 6
5
5 4
2
3 2 1 0
51‐55
56‐60
61 ‐ 65
Kelas interval
Gambar 7. Histogram Motivasi Rendah Kelas Kontrol
64
Dari distribusi frekwensi motivasi rendah kelas kontrol diketahui jumlah siswa yang berada pada rentang kelas 51–55 sebanyak 9 siswa dengan presentasi 56,25%. Dari tabel frekwensi diketahui total skor 896, dengan rata-rata kelas 56,00 sedangkan standar deviasi 7,48 dengan modus 83 dan median 65. 7.
Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan modul pada
kelas eksperimen dilakukan ujian untuk mengukur hasil belajar yang didapatkan siswa sekaligus untuk mengetahui keberhasilan diterapkannya metode belajar dengan modul pada kelas eksperimen. Semula test hasil belajar di ambil dengan menggunakan soal sebanyak 50 item, tetapi setelah dilakukan uji coba angket didapatkan 5 item yang gugur, sehingga hasil belajar di ukur dengan menggunakan 45 item. Hasil belajar yang telah dicapai oleh kelas eksperimen terangkum pada tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Interval kelas
F
Fo
%f
61 ‐65 66 – 70 71 – 75 76 – 80 81 – 85 86 – 90 91 – 95
1 4 6 6 3 3 9 32
1 5 11 17 20 23 32
3,13 12,50 18,75 18,75 9,38 9,38 28,13 100
65
Hasil Belajar kelas Eksperimen
10
9
Frekwensi
8 6
6
6 4
3
3
81‐85
86‐90
4 1
2 0
61‐65
66‐70
71‐75
76‐80
91‐95
Interval Kelas
Gambar 8. Histogram Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Dari distribusi frekwensi diatas diketahui total skor yang di capai oleh siswa adalah 2573,29 dengan rata-rata kelas hasil belajar 80,42, sedangkan hasil tertinggi yang dapat dicapai siswa adalah 93,33 dan hasil terendah 64,44 dengan standard deviasi 8,97 dengan modus 79,17 dan median 80,00. Nilai skor tertinggi yang dicapai siswa pada interval 91–95 didapatkan sebanyak 9 orang siswa dengan presentase kelas 28,17%.
8.
Deskripsi Data Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen Skor hasil belajar tertinggi kelas eksperimen didapatkan dari jumlah siswa
yang berada pada skor tertinggi (No. 1) sampai siswa berada pada skor tengah (No. 16), adapun data hasil belajar tinggi kelas eksperimen seperti terlihat pada tabel 12 distribusi frekwensi dibawah ini: Tabel 12. Distribusi Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen Interval kelas 80 – 85 86 – 90 91 – 95
F 4 3 9 16
Fo 4 7 16
%f 25,00 18,75 56,25 100,00
66
Frekwensi
Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen 9
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
4 3
80‐85
86‐90
91‐95
Interval Kelas
Gambar 9. Histogram Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen Dari tabel 12 distribusi hasil belajar tinggi kelas eksperimen diatas diketahui total skor yang diperoleh siswa adalah 1426,64 dengan skor rata-rata 89,78 serta standard deviasi 9,44 dan modus 87,12 dengan median 88,89.
9.
Deskripsi Data Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen Data hasil belajar rendah kelas eksperimen didapatkan dari hasil belajar
siswa yang berada pada tingkat pertengahan (No.16) sampai siswa yang mendapatkan hasil belajar paling akhir (No. 32). Secara lengkap hasil belajar siswa rendah kelas eksperimen tertuang pada tabel 13 distribusi frekwensi sebagai berikut: Tabel 13. Distribusi Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen interval kelas 61 – 65 66 – 70 71 – 75 75 – 80
F 1 4 6 5 16
Fo 1 5 11 16
%f 6,25 25,00 37,50 31,25 100,00
67
7
Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen
6
6
Frekwensi
5
5 4
4 3 2
1
1 0
61‐65
66 ‐ 70
71 ‐ 75
76 ‐ 80
Interval Kelas
Gambar 10. Histogram Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen Dari tabel 13 distribusi frekwensi tersebut dapat diketahui total skor yang dapat dicapai siswa adalah 1146,65 dengan rata-rata skor 72,15 serta standard deviasi 8,47 dan modus 69,04 dengan median 71,11. Nilai tertinggi siswa hasil belajar rendah kelas eksperimen adalah 77,78 dan skor terendah adalah 64,44. 10.
Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Kontrol Setelah siswa belajar dengan metode belajar tanpa perlakuan didalam kelas,
siswa kelas kontrol juga diadakan pengujian hasil belajar untuk mengetahui seberapa tingkat keberhasilan siswa dengan soal yang sama. Adapun hasil belajar yang mempu dicapai siswa kelas kontrol adalah sebagai berikut: Tabel 14. Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol interval kelas 61 ‐65 66 – 70 71 – 75 76 – 80 81 – 85 86 – 90
F 2 11 3 4 9 3 32
Fo 2 13 16 20 29 32
%f 6,25 34,38 9,38 12,50 28,13 9,38 100
68
Hasil Belajar Kelas Kontrol
12
11
10
9
Frekwensi
8 6 4
3
4
3
2
2 0
61‐65
66‐70
71‐75
76‐80
81‐85
86‐90
Interval Kelas Gambar 11. Histogram Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Dari distribusi hasil belajar kelas kontrol di atas dapat diketahui total skor yang dicapai oleh siswa adalah 2415,53 dengan rata-rata skor 75,49 dan skor tertinggi yang mampu dicapai siswa adalah 88,89, sedangkan skor terendah yang dicapai siswa 64,44 dengan standar deviasi 8,69 dan median 75,55 serta modus 75,68. Rentang terbanyak hasil belajar yang dicapai siswa adalah 66–70 sebanyak 11 siswa dengan presentase kelas 34,38%. 11.
Deskripsi Data Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol Data hasil belajar tinggi kelas kontrol didapat dengan cara merankingkan
siswa dari skor tertinggi sampai terendah, sehingga didapatkan siswa ranking 1 sampai 16 adalah siswa dengan hasil belajar tinggi kelas kontrol. Secara lengkap dapat dilihat seperti pada tabel 15 dibawah ini: Tabel 15. Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol interval kelas 75 – 80 81 – 85 86 – 90
F 4 9 3 16
Fo 4 13 16
%f 25,00 56,25 18,75 100,00
69
Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol 9
10
Frekwensi
8 6 4
4
4
2 0 81‐85
75‐80
86‐90
Kelas Interval
Gambar 12. Histogram Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol Dari distribusi frekwensi hasil belajar tinggi yang mampu diraih siswa dapat diketahui total skor yang mampu di raih siswa adalah 1322,19 dengan rata-rata kelas 83,11 dengan standar deviasi 9,09 dengan median 84,44 dan modus 87,10. Jumlah skor terbanyak yang mampu diraih siswa berada pada interval 81–85 sebanyak 9 siswa dengan presentasi kelas 56,25%. 12.
Deskripsi Data Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol Data hasil belajar rendah kelas kontrol di dapat dengan cara merankingkan
siswa dari skor tengah yang tidak masuk pada skor tinggi kelas kontrol sampai terendah, sehingga didapatkan siswa ranking 16 sampai 32 adalah siswa dengan hasil belajar rendah kelas kontrol. Secara lengkap dapat dilihat seperti pada tabel 16 dibawah ini: Tabel 16. Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol Interval kelas 61 – 65 66 – 70 71 – 75
F 2 11 3 16
Fo 1 13 16
%f 12,50 68,75 18,75 100,00
70
12
Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol 9
Frekwensi
10 8 6 4
3
2
2 0
61‐65
66‐70
71‐75
Kelas Interval
Gambar 13. Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol Dari tabel 16 distribusi frekwensi diatas dapat diketahui total skor yang mampu diraih siswa adalah 1093,34 dengan rata-rata 68,59, serta standar deviasi 8,27 dan median 68,89 serta modus 69,48. Rentang skor yang banyak diraih siswa antara 66–70 sebanyak 11 orang dengan presentase kelas 66,75%. B.
Uji Persyaratan Analisis 1.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan uji lilifors. Pengujian ini dilakukan
pada masing-masing variabel penelitian yang menyangkut motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa, baik untuk kelas dengan metode belajar dengan mengunakan modul (kelas eksperimen) maupun kelas yang belajar tidak mengunakan modul (kelas kontrol). Secara lengkap data penelitian tersebut adalah seperti terlihat pada tabel 17 dibawah ini:
71
Tabel 17. Rangkuman Uji Normalitas Motivasi dan Hasil Belajar N
L hitung
L tabel
Kesimpulan
32
0,11
1,8223
Normal
Motivasi Kelas Kontrol
32
0,16
1,8223
Normal
Hasil Belajar Kelas Eksperimen
32
0,16
1,8223
Normal
Hasil Belajar Kelas Kontrol
32
0,22
1,8223
Normal
Kelompok Siswa Motivasi Kelas Eksperimen
Dari tabel 17 rangkaian uji normalitas diatas dapat diketahui bahwa variabel motivasi belajar siswa normal jika Lhitung < Ltabel, pada motivasi kelas eksperimen didapatkan hasil Lhitung 0,11 dan Ltabel 1,8223 dengan taraf alpha 0,05 sehingg hasil uji normalitas membuktikan bahwa variabel motivasi belajar siswa kelas eksperimen adalah berdistribusi dengan normal. Sedangkan untuk motivasi kelas kontrol didapatkan hasil Lhitung 0,16 dan Ltabel 1,8223 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan bahwa motivasi belajar kelas kontrol berdistribusi dengan normal. Sedangkan untuk hasil belajar kelas eksperimen dari uji normalitas didapatkan hasil Lhitung 0,16 dan Ltabel 1,8223 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan Lhitung < Ltabel menunjukkan hasil belajar siswa eksperimen berdistribusi dengan normal. Sedangkan hasil belajar kelas kontrol dari uji normalitas didapatkan Lhitung 0,22 dan Ltabel 1,8223 dengan taraf alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas kontrol berdistribusi dengan normal. Sedangkan motivasi tinggi dan rendah untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada rangkuman tabel 18 dibawah ini:
72
Tabel 18. Ringkasan Motivasi Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol N
L hitung
L tabel
kesimpulan
16
0,23
0,25
Normal
Motivasi Rendah Kelas Eksperimen
16
0,17
0,25
Normal
Motivasi Tinggi Kelas Kontrol
16
0,23
0,25
Normal
Motivasi Rendah Kelas Kontrol
16
0,24
0,25
Normal
Kelompok Siswa Motivasi Tinggi Kelas Eksperimen
Dari tabel 18 diatas dapat diketahui motivasi tinggi kelas ekseperimen menunjukan Lhitung 0,23 dan Ltabel 0,25 dengan taraf alpha 0,05 menunjukkan bahwa motivasi tinggi kelas eksperimen berdistribusi dengan normal. Sedangkan motivasi rendah untuk kelas eksperimen, dari hasil analisa didapatkan Lhitung 0,17 dan Ltabel 0,25 dengan taraf alpha 0,05, hasil tersebut menunjukkan motivasi rendah kelas eksperimen berdistribusi dengan normal. Motivasi tinggi kelas kontrol didapatkan Lhitung 0,23 dan Ltabel 0,25 pada taraf alpha 0,05, hal ini menunjukkan motivasi tinggi kelas kontrol berdistribusi dengan normal. Motivasi rendah kelas kontrol dari hasil uji normalitas
didapatkan
Ltabel
0,24
dan
Ltabel
0,25
pada
alpha
0,05menunjukkan variabel motivasi rendah kelas kontrol berdistribusi dengan normal. Sedangkan rangkuman untuk hasil belajar tinggi dan hasil belajar rendah kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
73
Tabel 19. Rangkuman Hasil Belajar Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol N
L hitung
L tabel
Kesimpulan
16
0,21
0,25
Normal
Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen
16
0,23
0,25
Normal
Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol
16
0,24
0,25
Normal
Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol
16
0,23
0,25
Normal
Kelompok Siswa Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen
Dari tebel 19 diatas dapat diketahui hasil uji normalitas untuk hasil belajar tinggi kelas eksperimen didapatkan Lhitung 0,21 dan Ltabel 0,25 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan variabel hasil belajar belajar tinggi kelas eksperimen berdistribusi dengan normal. Uji normalitas untuk hasil belajar rendah kelas eksperimen didapatkan Lhitung 0,23 dan Ltabel 0,25 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan bahwa variabel hasil belajar rendah pada kelas eksperimen berdistribusi dengan normal. Untuk variabel hasil belajar tinggi pada kelas kontrol dari hasil uji normalitas, didapatkan Ltabel 0,24 dan Ltabel 0,25 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan variabel hasil belajar tinggi pada kelas kontrol berdistribusi dengan normal. Variabel hasil belajar rendah untuk kelas kontrol dari hasil uji normalitas didapatkan Lhitung 0,23 dan Ltabel 0,25 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan variabel hasil belajar rendah kelas eksperimen berdistribusi normal. 2.
Uji Homogenitas Uji homogenitas pada penelitian ini dengan mengunakan uji F.
Kriteria untuk sebuah variabel yang homeogen pada uji homogenitas disini
74
adalah saat Fhitung < Ftabel, secara lengkap disajikan pada tabel 20 rangkuman hasil uji homogenitas untuk motivasi dan hasil belajar dibawah ini: Tabel 20. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas untuk Motivasi dan Hasil Belajar Data Motivasi Belajar Hasil Belajar
Hitung 1,0227 1,0321
Uji F Tabel α 0,05 2,07 2,07
Kesimpulan Homogen Homogen
Dari tebel 20 di atas diketahui variabel motivasi didapatkan Fhitung 1,0227 dan Ftabel 2,07 pada alpha 0,05, dengan demikian diketahui Fhitung < Ftabel menunjukkan variabel homogen. Sedangkan variabel hasil belajar juga didapatkan Fhitung < Ftabel menunjukkan hasil belajar siswa adalah homogen. Tabel 21. Kesimpulan Uji Homogenitas untuk Motivasi dan Hasil Belajar Uji F
Data Motivasi siswa Hasil belajar
Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Hitung 1,0112 1,0362 1,0387 1,10241
Tabel 2,86 2,86 2,86 2,86
Kesimpulan Homogen Homogen Homogen Homogen
Dari tebal 21 di atas diketahui semua variabel yang berhubungan dengan motivasi baik tinggi maupun rendah dan hasil belajar baik tinggi maupun rendah homogen, karena hasil Fhitung < Ftabel. 3.
Uji Hipotesis 1)
Hipotesis Pertama Hipotesis pertama pada penelitian ini adalah Hasil belajar
Geografi siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang diajarkan dengan
75
pembelajaran non-modul, untuk menjawab maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji t-test. Dari hasil uji t diketahui hasilnya seperti terjabarkan pada tabel 22 dibawah ini: Tabel 22. Hasil Uji t untuk Hipotesis Pertama
Data
t hitung t tabel Kesimpulan
Kelompok Kelas Eksperimen Kelas Kontrol N1 = 32 N2 = 32 X1 = 80,42 X2 = 75,49 S1 = 8,97 S2 = 8,69 5,4689 1,697 berbeda secara signifikan
Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t diperoleh thitung 5,4689 dan ttabel 1,697 pada taraf alpha 0,05. Dengan demikian dapat dilihat thitung lebih besar dari ttabel maka penelitian disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan modul lebih tinggi dari pada hasil belajar kelompok siswa yang belajar dengan non modul. Artinya hipotesis penelitian pertama terjawab dan benar. 2)
Hipotesis Kedua Hopotesis penelitian yang kedua adalah Hasil Belajar Geografi
dengan motivasi belajar tinggi yang diajarkan dengan pembelajaran Modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang diajarkan dengan pembelajaran non Modul, untuk menjawab hipotesis tersebut dilakukan dengan uji t yang hasilnya terangkum pada tabel 23 dibawah ini:
76
Tabel 23. Uji t Motivasi Tinggi Siswa pada Hipotesis Kedua
Data
Kelas Eksperimen N1 = 16 X1 = 68,19 S1 = 8,26
t hitung t tabel Kesimpulan
Kelompok Kelas Kontrol N2 = 16 X2 = 66,69 S2 = 8,17 3,1132
1,753 berbeda secara signifikan
Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t diperoleh thitung 3,1132 dan ttabel 1,753 pada taraf alpha 0,05. Dengan demikian dapat dilihat thitung lebih besar dari ttabel maka penelitian disimpulkan bahwa motivasi tinggi siswa yang belajar dengan modul lebih tinggi dari pada motivasi tinggi siswa yang belajar dengan non modul. Artinya hipotesis penelitian kedua terjawab dan benar. 3)
Hipotesis Ketiga Hipotesis penelitian yang ke tiga adalah Hasil Belajar Geografi
siswa dengan motivasi belajar rendah yang diajarkan pembelajaran modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Non Modul. Untuk menjawab hipotesis tersebut dilakukan dengan uji t yang hasilnya seperti yang terlihat pada tabel 24 di bawah ini:
77
Tabel 24. Uji t Motivasi Rendah Siswa dalam Penelitian Kelas Eksperimen N1 = 16 X1 = 60,13 S1 = 7,75
Data
t hitung t tabel
Kelompok Kelas Kontrol N2 = 16 X2 = 56,00 S2 = 7,48 4,763
1,753 berbeda secara signifikan
Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t diperoleh thitung 4,63 dan ttabel 1,753 pada taraf alpha 0,05. Dengan demikian dapat dilihat thitung lebih besar dari ttabel maka penelitian disimpulkan bahwa motivasi belajar rendah siswa yang belajar dengan modul lebih tinggi dari pada motivasi rendah siswa yang belajar dengan non modul. Artinya hipotesis penelitian kedua terjawab dan benar. 4)
Hipotesis ke Empat Hipotesis ke empat menyatakan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan modul dan pembelajaran non modul. Hasil perhitungan interaksi antara siswa yang belajar menggunakan modul dan modul dapat disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 25. Perhitungan Interaksi Siswa Sumber variansi Baris (A) Kolom (B) Interaksi (AB) Dalam sel Jumlah Kesimpulan
Dk 1 1 1 61 64
JK RJK Fhitung Ftabel 2933,441 2933,441 46,563 F (0,05)(1,64) = 3,99 850,5243 850,5243 4,009 F (0,05)(1,64) = 3,99 250,7868 250,7868 1,182 F (0,05)(1,64) = 3,99 12940,42 212,318 16975,17 Tidak terdapat interaksi
78
Dari tabel di atas pada taraf alpha 0,05 dengan dk pembilang =1 dan dk penyebut = 64, Fhitung interaksi sebesar 1,182 < Ftabel sebesar 3,99. Maka dari kondisi tersebut dinyatakan tidak ada interaksi antara siswa yang belajar dengan modul dan pembelajaran non modul. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran menggunakan modul dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tabel 26. Rekapitulasi Rata-Rata Hasil Belajar Strategi Pembelajaran Pembelajaran dengan Mengunakan Modul
Pembelajaran dengan Non Modul
80,42
75,49
68,19
66,69
74,31
71,09
Motivasi Tinggi Rendah Rata-rata Dari pengujian semua hipotesis di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan, strategi pembelajaran dengan modul efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa baik yang memiliki motivasi tinggi maupun yang memiliki motivasi rendah. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan modul sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Rekapitulasi hasil belajar siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel di 26 di atas.
79
Gambar 14. Diagram Interaksi Ordinal antara Metode Modul dengan Hasil Belajar Berdasarkan hasil perhitungan dengan anava, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar dan pembelajaran modul terhadap hasil belajar siswa. Siswa dengan motivasi tinggi dan diajar dengan mengunakan modul dapat meningkatkan hasil belajarnya. Begitu juga dengan siswa yang memiliki motivasi rendah dan diajarkan dengan menggunakan modul dapat meningkatkan hasil belajarnya. Motivasi modul dan non modul seirama dalam menentukan hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa, pembelajaran modul sangat efektif di gunakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. C.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, penerapan metode belajar dengan modul dapat
meningkatkan hasil belajar geografi siswa. Rata-rata hasil belajar siswa setelah menerapkan metode diskusi secara keseluruhan lebih tinggi dari pada siswa yang
80
belajar tidak mengunakan modul. Hal ini terlihat dari rata-rata yang dicapai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Gambaran di atas sejalan dengan pengamatan yang penulis lakukan selama pembelajaran, bahwa siswa pada kelas eksperimen memiliki semangat yang tinggi, terlihat dari cara belajar dan cara menelaah modul dalam upaya menguasai materi
pembelajaran
bila
dibanding
dengan
kelas
kontrol.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa siswa yang belajar dengan modul merasa memiliki sebuah alat bantu untuk memahami materi pembelajaran selain dapat bersamasama belajar dengan guru dalam upaya menguasai materi pembelajaran. Dari pengujian hipotesis pertama bahwa hasil belajar siswa dengan mengunakan modul lebih tinggi dibanding dengan hasil belajar siswa yang mengunakan pembelajaran non modul. Hal ini disebabkan karena pada penerapan metode pembelajaran dengan modul dapat memberikan motivasi tambahan dengan alat bantu modul dan dilengkapi dengan gambar berwarna yang mengilustarikan materi pembelajaran yang sedang di bahas. Adanya ilustrasi tersebut menunjukkan akan kondisi nyata materi yang sedang dibahas dalam pembelajaran. Dari kondisi ini siswa terlihat lebih bersemangat dalam belajar dan lebih berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Suasana partisipasi lebih lebih menonjol pada kelas eksperimen, terlihat dari siswa yang bersemangat untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dengan sebaik mungkin. Suatu pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk saling berpacu dalam menguasai materi pembelajaran yang telah disajikan oleh guru agar nantinya siswa dapat menjawab dan sekaligus dapat menjawab pada waktu ujian dilakukan, dengan demikian akan tertanam pada diri siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik dalam dirinya. Dengan demikian jelas bahwa metode pembelajaran dengan modul lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar bila dibanding dengan pembelajaran non modul.
81
Pada pengujian hipotesis ke dua hasil belajar geografi siswa dengan motivasi tinggi yang menggunaan modul lebih tinggi dari pada siswa dengan motivasi tinggi dalam pembelajaran non modul. Motivasi belajar seperti yang dikemukakan pada kajian teori merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran motivasi belajar sangat perlu diperhatikan, sebab jika siswa tidak memiliki motivasi belajar maka sulit bagi siswa untuk menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru dikelas. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki motivasi rendah. Pada kelas eksperimen siswa yang memiliki motivasi tinggi memperoleh hasil belajar lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki motivasi rendah, begitu juga kelas kontrol. Hal ini disebabkan pada metode pembelajaran dengan modul siswa di tuntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam memecahkan tugas yang diberikan oleh guru dengan bantuan modul. Adanya sifat aktif dan kreaktif tersebut dapat menciptakan kerjasama yang baik antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Selain itu, pada pembelajaran modul juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih menilai langsung kemampuan dan penguasaan konsep pada setiap pertanyaan yang di ajukan oleh guru. Pada hipotesis ke tiga hasil belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan modul lebih tinggi dari pada siswa yang motivasi rendah pada kelas kontrol yang tidak menggunakan modul. Terlihat dari rata-rata hasil belajar yang mampu diraih oleh siswa dalam pembelajaran, siswa yang memiliki motivasi rendah pada pembelajaran modul memiliki rata-rata hasil belajar lebih tinggi dari siswa bermotivasi rendah pada kelas kontrol. Hasil ini menunjukkan nilai tamhan sistem pembelajaran dengan modul. Dengan adanya modul siswa memiliki tambahan referensi untuk menguasai pembelajaran. Selain itu gambar-gambar
82
yang disajikan dalam modul juga memberikan variasi tersendiri dalam upaya pemahaman siswa dalam pembelajaran. Pada pengujian hipotesis ke empat antara pembelajaran yang menggunakan modul dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa. interaksi merupakan hubungan ketergantungan antara satu variabel pada taraf tertentu terhadap variabel lain. Berdasarkan hasil analisis pengujian interaksi siswa, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi pada pembelajaran dengan menggunakan modul dan non modul. Pengujian hipotesis tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran dengan modul cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa sebagaimana motivasi mereka. Namun demikian kesimpulan penelitian terutama pada hipotesis kedua kurang tajam, sebab dari awal rata-rata motivasi kedua kelompok eksperimen (68,19 hal 76) lebih tinggi dari rata-rata kelompok kontrol (60,13 hal 59).
83
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Kesimpulan Setelah dilakukan pengujian hipotesis, hasil pengujian menunjukkan bahwa: 1.
Hasil belajar geografi siswa yang menggunakan modul lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan non modul.
2.
Hasil
Belajar
geografi
siswa
dengan
motivasi
tinggi
yang
menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa bermotivasi tinggi yang menggunakan non modul. 3.
Hasil Belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan non modul.
4.
Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan modul dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan penerapan
pembelajaran yang menggunakan modul berpengaruh positif terhadap hasil belajar geografi siswa. Pembelajaran dengan menggunakan modul dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan merancang modul dari segi isi materi lembaran kegiatan siswa dengan bahasa yang lebih disederhanakan, dipilih materi yang lebih penting sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran, dan hal yang berperan juga adalah adanya bimbingan guru, arahan guru 83
84
terhadap pemahaman siswa yang mengadakan tanya jawab dan membuat kesimpulan pelajaran. B.
Implikasi Hasil temuan dalam penelitian ini memberikan gambaran dan masukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul cukup baik untuk meningkatkan hasil belajar geografi. Keuntungan menggunakan metode belajar dengan modul adalah dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan siswa dapat belajar secara mandiri setelah belajar dengan guru di sekolah. Adanya modul merupakan panduan pembelajaran kedua setelah guru. Jika siswa lupa akan sebuah materi pelajaran siswa langsung dapat membaca kembali modul yang telah mereka miliki di rumah, sehingga siswa mampu memahami materi dengan mudah tanpa harus selalu berdiskusi dengan guru. Setiap pendidik perlu menggunakan metode belajar dengan modul ini untuk meningkatkan keaktifan siswa dan keterlibatan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dalam mengapai prestasi lebih tinggi. Melalui hasil penelitian ini dapat dijadikan solusi tambahan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang melibatkan siswa secara lebih banyak dalam pembelajaran. Selain itu saat siswa mendapatkan tugas di rumah, siswa dapat membaca dan memahami modul yang diberikan pada mereka untuk memecahkan dan menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Dengan pemberian modul dalam proses pembelajaran guru dapat selalu berupaya untuk menemukan inovasi pembelajaran untuk mendukung
85
proses pembelajaran didalam kelas sesuai dengan tata pelaksanaan pembelajaran dengan modul di kelas. Begitu juga dengan siswa, dengan adanya panduan bacaan materi siswa dapat lebih aktif, antusias, semangat dan bekerja keras baik dalam pembelajaran maupun dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Adanya semangat dan kerja keras dalam pembelajaran dapat meningkatkan rasa kompetisi secara akademis. Dengan demikian metode pembelajaran dengan modul ini
merupakan metode
pembelajaran yang baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan aktifitas guru selama pembelajaran di kelas.
C.
Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian tindakan ini dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1.
Bagi Guru 1)
Sebaiknya
dalam
pembelajaran
agar
dapat
menerapkan
pembelajaran dengan mengunakan modul di sekolah. Penerapan tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain, memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran secara aktif dalam menyerap materi-materi pada sebuah mata pelajaran, sedangkan guru dapat secara aktif mengali
inovasi
yang
dapat
mendukung
pelaksanaan
pembelajaran dalam kelas secara lebih aktif dan menarik.
86
2)
Guru dapat memperhatikan perbedaan karakteristik dalam pembelajaran, sehingga memerlukan sebuah metode yang dapat meningkatkan dan memacu hasil belajar dan motivasi siswa.
3)
Guru disarankan untuk merancang materi pembelajaran dalam sebuah
modul
yang
dapat
mendukung
siswa
dalam
pembelajaran, sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dan termotivasi untuk menemukan konsep-konsep secara mandiri dalam sebuah materi pembelajaran. 2.
Kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian dalam jumlah sampel yang lebih besar dan metode tambahan lain dalam belajar untuk melibatkan siswa secara lebih aktif sesuai dengan karakteristik kecocokan penerapan dan karakteristik siswa dengan metode belajar menggunakan modul.
GEOGRAFI
KELAS
Penyusun
YULIATIN, S.Pd
BIDANG STUDI GEOGRAFI SMA NEGERI 1 PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU 2010
1
KATA PENGANTAR
Salah satu implikasi penerapan pendidikan yang berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus dan dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan sesuai standar yang ditetapkan dengan pengintegrasian life skill. Modul adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Adapun sistem penilaian mencakup indikator dan instrumen penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen dan contoh instrumen. Jenis tagihan adalah berbagai bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, sedangkan bentuk instrumen terkait dengan jawaban yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Untuk mengakomodasi hal-hal tersebut, perlu disusun sebuah petunjuk yang dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar di kelas. Salah satu buku yang dapat mengakomodasi hal tersebut adalah modul atau buku petunjuk bagi guru mata pelajaran geografi. Sehingga hasil belajar siswa di
sekolah ditentukan oleh proses
pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan modul. Proses pembelajaran akan terasa lebih bermakna dan efektif jika guru membuat perencanaan yang tepat. Geografi dalam hal ini mengkaji ruang dan tempat pada berbagai skala dibumi. Penekanan bahan kajiannya adalah gejala-gejala alam dan kehidupan yang membentuk serta tempat-tempat dan lingkungan dunia. Gejala alam dan kehidupan itu dapat di pandang sebagai hasil dari proses alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang dapat memberikan dampak kepada mahluk hidup yang tinggal di atas permukaan bumi. Untuk menjelaskan polapola geografis yang terbentuk dan mempertajam maknanya, disajikan dalam bentuk deskripsi, peta dan tampilan geografis lainnya. Fungsi pelajaran geografi adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitan 2. Mengembangkan
ketrampilan
dasar
dalam
memperoleh
data
dan
informasi,
mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi. 3. Menumbuhkan sikap, dan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sumber daya toleransi terhadap keragaman sosial budaya masyarakat.
2
Semoga modul ini dapat meningkatkan hasil dalam proses belajar mengajar yang maksimal dan upaya peningkatan mutu sumber daya manusia melalui sekolah menengah atas akan benar-benar mencapai sasaran.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN KATA PENGANTAR....................................................................................
1
DAFTAR ISI...................................................................................................
3
PETUNJUK BELAJAR..................................................................................
4
BAB III
BAB IV.
DINAMIKA LITOSFER SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN...........................................................................
7
A. Struktur perlapisan bumi....................................................
8
B. Batuan pembentuklapisan kulit bumi.................................
9
C. Proses perubahan bentuk muka bumi................................
18
D. Evaluasi............................................................................
34
DINAMIKA PEDOSFER SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN..............................................................................
42
E. Dinamika perubahan pedosfer dan dampaknya Terhadap kehidupan di muka bumi...................................
43
F. Mengidentifikasi degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan..........................................................
55
G. Evaluasi............................................................................
60
4
PETUNJUK BELAJAR A.
Deskripsi Modul tentang pembelajaran lithosfer, pedosfer, atmosfer dan hidrosfer ini ditujukan untuk siswa kelas X SMA pada semester genap, berisikan kegiatan belajar yang mencakup materi konsep dari struktur lapisan lithosfer, bentuk muka bumi, faktor pembentuk tanah, rusakan pada tanah dan upaya penanggulangan yang disertai dengan evaluasi serta Lembaran Kerja Siswa pada Modul yang diberikan pada peserta didik. Didalam modul ini terdapat beberapa pokok bahasan di dalam setiap kegiatan belajar, sebaiknya siswa mempelajari pokok-pokok materi pertama langsung mengerjakan tugas setelah itu lanjutkan pada pokok materi berikut. Jika sudah selesai mengerjakan tugas bandingkan hasil kerja antara siswa dengan kunci jawaban. Agar siswa dapat mengukur sendiri tingkat pencapaian belajar yang diharapkan, lebih baik siswa mengulang kegiatan belajarnya. Jika sudah memenuhi tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat melanjutkan kegiatan selanjutnya. Cepat atau lambat penyelesaian kegiatan-kegiatan belajar tersebut sangat tergantung pada kesungguhan dan kerajinan anda mempelajarinya.
B.
Cara Belajar Cara belajar siswa akan menentukan penguasaan dan keberhasilan siswa dalam belajar.
Ikutilah petunjuk belajar ini agar siswa dapat memahami isi modul ini dengan baik. Agar dapat memahami isi modul dengan baik, ikutilah petunjuk berikut: 1.
Pahami deskripsi modul sehingga siswa dapat mengetahui secara garis besar isi modul
2.
Pahami indikator pembelajaran dan pokok-pokok uraian materi dengan seksama
3.
Pahami setiap gambar / ilustrasi yang mempermudah mempelajari materi
4.
Bacalah rangkuman modul untuk mengingatkan kembali isi pokok modul
5.
Kerjakanlah soal-soal evaluasi dengan baik
5
Sebelum belajar 1.
Yakinkan diri siswa bahwa siswa untuk belajar
2.
Tenangkan pikiran siswa dan pusatkan pikiran siswa pada modul yang akan siswa pelajari.
3.
Usahakan tempat belajar cukup tenang dan nyaman karena akan mempengaruhi siswa dalam belajar tetapi jika siswa lebih merasa bersemangat belajar dengan diiringi musik maka lakukanlah.
4.
Percaya pada diri siswa sendiri bahwa apa yang akan siswa pelajari itu bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan keberhasilan siswa sebagai siswa SMA kelas X
5.
Siapkan alat-alat tulis
6.
Berdoalah sesuai dengan agama dan keyakinan
Saat belajar 1.
Bacalah sekilas daftar isi dari modul
2.
Pahami deskripsi dari isi setiap modul agar siswa dapat mengetahui apa yang harus di pelajari dari keseluruhan isi modul
3.
Baca dan pahami tujuan belajar dan pokok-pokok materi setiap kegiatan belajar
4.
Baca dan pahami urai materi secara seksama. Tandailah kalimat dan kata-kata yang dianggap penting dengan pencil. Dan catat pula materi belajar yang belum siswa pahami.
5.
Tanyakanlah kepada guru pembimbing atau teman-teman mengenai materi yang belum siswa pahami.
6.
Jangan lewatkan siswa memahami setiap gambar, bagan, peta, atau ilustrasi yang ada didalam buku karena akan lebih memudahkan siswa pada materi yang diuraikan.
7.
Bacalah kata-kata penting pada setiap akhir kegiatan belajar.
8.
Setelah sebuah materi siswa pahami jawablah latihan dan cocokkan jawabannya pada bagian akhir modul ini.
9.
Jika nilai siswa belum memuaskan jangan putus asa cobalah lebih giat lagi untuk belajar.
Sesudah belajar 1.
Sebagai bahan pengayaan materi yang sedang siswa pelajari jika ada tugas-tugas yang pada akhir belajar. Kerjakanlah dan sampaikan hasilnya pada guru pembimbing atau diskusikan pada teman-teman.
6
2.
Hapalkan pengertian atau kata-kata yang penting
3.
Semakin sering siswa belajar dan menghapal akan menghantarkan siswa sukses belajar.
C.
Pengukuran Kemampuan Belajar 1.
Jawablah pertanyaan pada latihan setiap akhir kegiatan belajar
2.
Cocokkanlah jawaban siswa dengan kunci jawaban pada akhir modul ini.
3.
Hitunglah jawaban siswa yang benar kemudian gunakan rumus dibawah ini. Setelah mengerjakan soal-soal evaluasi, hitunglah jawaban yang benar untuk mengetahui tingkat penguasaan materi dengan rumus : Tingkat Penguasaan : Jumlah jawaban benar X 100 % Jumlah soal seluruhnya Tingkat penguasaan yang dicapai : 90%
-
100% =
baik sekali
80%
-
89%
=
baik
70%
-
79%
=
Cukup
=
Kurang
< 69%
Jika siswa mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih maka siswa dapat melanjutkan dengan kegiatan belajar berikutnya tetapi jika nilai siswa bawah 80% sebaiknya mengulangi kegiatan belajar tersebut terutama pada bagian yang belum dikuasi siswa. 4.
Setelah siswa mempelajari seluruh kegiatan belajar pada modul ini cobalah siswa sekali lagi mengerjakan latihan pada setiap kegiatan belajar dan hitunglah jawabannya dengan menggunakan rumus diatas
5.
Jika secara keseluruhan siswa telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih maka anda sudah siap menempuh ujian.
7
MODUL
Mata Pelajaran
: Geografi
Kelas/Semester
: X/2
Standar Kompertensi
: 3. Menganalisis Geosfer
Kompetensi Dasar
: 3.1.
Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi
Materi pokok
: Lithosfer ¾ Struktur lapisan kulit bumi ¾ Tenaga Endogen ¾ Tenaga Eksogen
LITHOSFER
I.
Petunjuk Belajar
Siswa mengerjakan modul bersama kelompok yang telah dibagi oleh guru, dan menjawab lembar kerja selama 2 X 45 menit (2 jam pelajaran) II.
Pendahuluan Lithosfer adalah lapisan kerak bumi paling luas dan terdiri dari batuan. Kandungan
senyawa kimia yang paling banyak dalam lithosfer yaitu oksida silikon (SiO2). Lithosfer terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan sial dan lapisan sima. Bentuk lithosfer didorong oleh tenaga yang berasal dari dalam maupun luar bumi.
Dari dalam bumi (endogen) seperti mekanisme,
tektonisme dan gempa bumi sedangkan dari luar seperti pengikisan, pelapukan, dan pengendapan. Batuan kulit bumi di bedakan menjadi tiga yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Persebaran tanah di permukaan bumi hampir kita jumpai di mana-mana kepentingan tiap-tiap orang terhadap tanah berbeda-beda.
8
Materi Pembelajaran A.
Struktur lapisan kulit bumi Litosfer berasal dari kata Lithos artinya batuan dan sphaira artinya lapisanlapisan. Lithosfer adalah lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri dari batuan. Batuan yang membentuk lithosfer mengandung beberapa senyawa kimia. Kandungan senyawa kimia yang paling banyak dalam lithosfer yaitu oksida silikon (SiO2). Oleh karena itu, lithosfer dinamakan lapisan silikat. Susunan lapisan bumi terdiri dari:
4
3
2
1
Gambar 1. Lapisan bumi.
1. Bariesfer (inti bumi) yaitu lapisan inti bumi, berupa bahan padat yang tersusun dari lapisan nife. Jarijarinya ±2.900km di bawah permukaan bumi. Yang terdiri dari inti dalam dan inti luar, pada posisi 1 pada gambar gambar menunjukkan inti dalam dan posisi 2 menunjukkan inti luar. 2. Lapisan pengantara (astenosfer/mantel) yaitu lapisan yang terdapat di atas lapisan nife, tebalnya ±1.700km. berat jenis rata-rata nya 5. Lapisan pengantar disebut juga asthenosfer (mantle) merupakan bahan cair yang bersuhu tinggi dan pijar pada gambar ditunjukkan posisi 3. 3. Lithosfer
9
yaitu yang terletak di atas lapisan pengantara atau mantel.
Pada gambar
ditunjukkan posisi no 4. Lithosfer (kulit bumi) terdiri atas dua bagian. a. Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan aluminum b. Lapisan sima yaitu lapisan kulit yang tersusun dari logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO B.
Batuan pembentuk lapisan kulit bumi 1.
Batuan Beku Adalah batuan yang terbentuk karena pembekuan lava
BATUAN BEKU BATUAN BEKU DALAM
1.
BATUAN BEKU GANG
BATUAN BEKU LUAR
Batuan beku Dalam Ciri utama batuan beku dalam adalah besrtuktur holokristalin (semua mengkristal) atau granitis. Semua bagian dari batuan terdiri dari kristalkristal. Pada waktu terjadi pembekuan, turunnya suhu berjalan sangat lambat sehingga terjadi pengkristalan yang sempurna. Ukuran kristalnya besar-besar dan kasar.
10
Contohnya batuan beku dalam adalah batu granit, diorit, gabro, dan pedorit.
Gambar 2. Jenis batuan
2.
Batuan beku gang/celah Magma yang bergerak naik ke permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang lebih cepat. Akibatnya terjadi pembekuan magma pada sela-sela lapisan batuan atau corong diatrema (saluran magma). Inilah yang disebut batuan beku gang, karena proses pendinginan lebih cepat, akibatnya sebagian kristal berukuran besar dan ada kristal yang berukuran kecil. Contoh batuan beku gang adalah porfir granit, porfirit, porfir syenit, dan porfir gabro.
3.
Batuan beku Luar Magma yang telah keluar di permukaan bumi disebut lava. Setelah sampai di permukaan bumi proses pendinginan berjalan sangat cepat sehingga tidak ada kesempatan untuk berlangsungnya proses kristalisasi. Kalau masih terdapat kristal, itu sangat halus dan sukar sekali dibeda-bedakan. Batuan beku yang tidak berkristal disebut berstruktur amorf (tidak berbentuk).
11
Contoh batuan beku luar adalah rhyolit, andesit, trachit, basalt, obsidian, dan batu apung.
Gambar 3. Contoh batuan beku luar Macam-macam batuan beku: Basalt, Obsidian, Granit dan Apung. Perbedaan Cara terjadinya
Kegunaan
2.
Basalt Lava panas dengan pendinginan cepat yang disertai penggunaan gas
Obsidian Lava panas yang mendingin dengan cepat dipermukaan bumi
Granit Pembekuan magma secara lambat yang terjadi dibawah permukaan bumi Bahan bangunan Alat Hiasan pemotong/ujung taman tombak
Apung Pendinginan lava sangat cepat yang banyak mengandung gas-gas dan mineral Menggosok kayu
Batuan Sedimen atau Endapan Menurut proses terbentuknya, batuan sedimen dibagi menjadi batuan sedimen klastis/mekanis, batuan sedimen kimiawi, dan batuan sedimen organis
12
BATUAN SEDIMEN
BATUAN SEDIMEN KLASTIS/MEKANIK
BATUAN SEDIMEN KIMIAWI
BATUAN SEDIMEN ORGANIS
Gambar 4. Batuan Sedimen.
1.
Batuan sedimen Mekanik/Klastis Batuan sedimen klastis yaitu batuan sedimen yang terdiri dari kelompok batuan. Bahan asal dari batuan tersebut (fragmen-fragmennya) terlepas dari batuan induknya karena pengaruh pelapukan mekanis. Fragmen-fragmen yang telah mengendap di suatu tempat mengalami sedimentasi dan kompaksi sehingga terikat satu sama lain, mengeras dan membentuk batuan baru, seperti konglomerat, breksi, batu pasir, dan batuan lempeng.
13
Besar kecilnya fragmen yang membentuk batuan sedimen dapat dibedakan menjadi: Bongkah-bongkah, dengan diameter 2000 – 200 mm Kerikil besar(kerakal), dengan diameter 200 – 20 mm Kerikil halus, dengan diameter 20 – 2mm Pasir kasar, dengan diameter 2- 0,2 mm Pasir halus, dengan diameter 0,2 – 0,02 mm Geluh/lanau, dengan diameter 0,02 -0,002 mm Lempung, dengan diameter < 0,002 mm
2.
Batuan Sedimen Kimiawi Bahan asal batuan sedimen kimiawi adalah uraian hasil pelapukan batuan beku yang larut dalam air. Kebanyakan terjadi karena pengikisan air yang kaya akan garam dn konsentrasi –konsentrasi pengendapan. Umumnya batuan sedimen kimiawi tersusun atas garam-garaman yang larut dalam air larut, seperti NaCl, KCl, MgSO4, CaCO4, dan CaCO3
Gambar 5. Contoh batuan sedimen kimiawi
3.
Batuan Sedimen Organis Batuan sedimen organis berasal dari larutan-larutan yang terbentuk karena pemisahan oleh organisme. Semua batuan sedimen organis terdiri atas
14
gamping atau dolomit. Batuan ini terbentuk oleh onggokan bagian-bagian rangka jasad tumbuh-tumbuhan atau binatang. Berdasarkan tenaga yang mengangkut bahan asal, bahan sedimen dibedakan menjadi: Batuan sedimen aquatis yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh air
Gambar 6. Batuan sedimen aquatis
Batuan sedimen aeris atau aeolis yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh angin
Gambar 7. Batuan sedimen aeris atau aeolis
Batuan sedimen glasial yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh gletser atau es. Berdasarkan tempat terjadinya pengendapan batuan sedimen di golongkan menjadi:
15
Batuan sedimen teristris, diendapkan di daratan
Gambar 8. Batuan sedimen teristris
Batuan sedimen marine, diendapkan di dasar laut
Gambar 9. Batuan sedimen marine
16
Batuan sedimen fluvial, diendapkan di dasar sungai
Gambar 10. Sedimen fluvial
Batuan sedimen limnis, diendapkan di dasar danau
Gambar 11. Sedimen limnis
17
Batuan sedimen glasial, diendapkan di daerah yang pernah mengalami erosi glasial
Gambar 12. Sedimen glasial
3.
Batuan Metamorf atau Malihan Bahan asal batuan metamorf adalah batuan beku dan batuan sedimen, karena pengaruh tenaga alam (suhu dan tekanan dalam jangka waktu lama), sifat batuan beku dan batuan sedimen dapat berubah.
METAMERFOSA BATUAN
DINAMO METAMERFOSA
1.
KONTAK METAMERFOSA
Dinamo Metamerfosa Yaitu proses perubahan sifat batuan karena mengalami tekanan. Tekanan ini dapat berasal dari gerakan magma ke permukaan bumi, gerakan, lipatan, dan patahan pada kulit bumi disebut metamorf kinetis. Contohnya batu sabak, antrosit, dan schist.
18
Gambar 13. Contoh batuan dinamo metamerfosa
2.
Kontak Metamerfosa Yaitu proses perubahan sifat batuan karena mendapat pengaruh dari pemanasan. Biasanya terjadi dari batuan yang sudah ada, kemudian mendapat pemanasan (kontak) dari magma terjadi akibat suhu yang sangat tinggi karena terletak dekat dapur magma. Contohnya marmer dan batu bara yang terdapat di bukit asam.
Gambar 14. Gambar batuan kontak metamerfosa
C.
Proses perubahan bentuk Muka Bumi. Perubahan bentuk muka bumi disebabkan oleh tenaga geologi. Tenaga geologi dibedakan menjadi dua bagian yaitu,
19
1. Tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang memiliki sifat membangun, yang berupa tenaga: 1. Tektonisme adalah perubahan letak lapisan kulit bumi yang disebabkan tenaga endogen dengan arah horizontal dan vertikal.
Gambar 15. Salah satu patahan akibat tenaga tektonisme
Secara garis besar tektonisme dapat dibedakan menjadi: a.
Epirogenesis Merupakan suatu gerakan vertikal yang lambat dan meliputi daerah yang luas.
b.
Orogenesis(gerak pembentukan pegunungan) Gerakannya cepat tetapi hanya meliputi daerah yang terbatas atau relatif sempit.
Gambar 16. Macam-macam Lipatan
20
Gambar 17. Bentuk patahan Gerakan orogenesis meliputi: 1.
Pelengkungan (warping)
2.
Pelipatan (folding)
3.
Patahan (faulting)
4.
Retakan/diaklas (jointing)
2. Vulkanisme adalah gerakan magma dari dalam bumi.
Gambar 18. Akibat tenaga vulkanisme Vulkanisme terdari dari dua macam yaitu; 1) Instrusi magma (plutonisme) adalah aktivitas magma yang tidak sampai ke permukaan bumi. Akibat adanya instrusi magma, terjadi benrmacam-macam bentukan seperti berikut:
21
Gambar 19. Gambar proses vulkanisme ¾ Batolit ¾ Lakolit ¾ Sill ¾ Intrusi korok (gang) ¾ Apofisis ¾ Diatrema
2). Erupsi/ekstrusi magma adalah aktivitas magma yang
sampai ke
permukaan bumi menghasilkan gunung api atau vulkan. Hasil ekstrusi magma yaitu erupsi.
Gambar 20. Salah satu erupsi magma
Klasifikasi ekstrusi magma berdasarkan kekuatan tekanan gas: 1. Erupsi ekplosif, bila disertai tekanan gas yang kuat, sihingga menimbulkan suatu letusan atau ledakan.
22
2. Erupsi efusif, bila tekanan gas berkurang (kecil), sehingga tidak menghasilkan letusan, tetapi mengeluarkan suatu lelehan. 3. Erupsi campuran, menghasilkan erupsi eksplosif dan erupsi efusif secara bergantian.
Klasifikasi erupsi berdasarkan tipe letusan dan bahan hasil letusan: 1.
Erupsi magmatik, terjadi semata-mata oleh kegiatan magma yang mnerobos ke permukaan bumi.
2.
Erupsi freatik, terjadi karena uap sebagai akibat adanya air yang bersentuhan secara langsung dan tidak langsung dengan magma.
3.
Erupsi freatomagmatik, merupakan gabungan antara erupsi freatik dan magmatik
Klasifikasi erupsi menurut terjadinya: 1.
Erupsi sentral yaitu erupsi gunung api yang terpusat di suatu tempat di muka bumi
2.
Erupsi linier yaitu erupsi gunung api yang terjadi melalui suatu rekahan memanjang.
Erupsi sentral dapat menghasilkan bentuk gunung api: 1.
Strato (campuran), terjadi ari pergantian perlapisan lelehan lava cair hasil dari erupsi efusif dengan perlapisan bahan lepas hasil erupsi eksplosif.
2.
Perisai, terjadi terutama di lapisan lelehan atau aliran lava encer oleh erupsi efusif berulang kali sehingga menghasilkan kubah landai
3.
Maar, terjadi oleh adanya satu kali erupsi eksplosif yang berlangsung dalam waktu yang relatif singkat
4.
Kaldera, terjadi sebagai akibat dari suatu erupsi eksplosif yang dahsyat sehingga puncak dari kerucut gunung api runtuh dan
23
terbentuk kawah raksasa dengan tebing terjal yang mempunyai garis tengah kaldera antara 2 – 10 km.
3. Gempa bumi (seisme) adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi. Berdasarkan peristiwa yang menyebabkan, gempa bumi digolongkan menjadi 3 jenis.
Gambar 21. Akibat gempa bumi
1. Gempa tektonik yaitu gempa yang terjadi karena pergeseran kerak bumi (peristiwa tektonisme) atau patahan /sesaran. 2. Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi karena aktivitas vulkanisme, baik sebelum, sedang atau sesudah letusan. 3. Gempa runtuhan (terban) yaitu gempa yang disebabkan oleh adanya reruntuhan, termasuk di dalamnya adalah longsoran, akibat runtuhnya atap gua bawah tanah dan reruntuhan di dalam lubang pertambangan.
24
Gambar 22. Salah satu gempa runtuhan
Berdasarkan bentuk episentrumnya, ada dua macam gempa yaitu ; 1. Gempa linier. Episentrum gempa ini berbentuk garis (linier) 2. Gempa sentral. Episentrumnya berbentuk titik.
Berdasarkan letak atau kedalaman hiposentrumnya, terdapat tiga macam gempa yaitu: 1. Gempa dalam, jika letak hiposentrum 300 – 700 km 2. Gempa intermidier (menengah), jika hiposentrumnya terletak antara 100 km sampai 300 km 3. Gempa dangkal, jika kedalaman hiposentrumnya kurang dari 100km
Berdasarkan jarak episentrumnya, dibedakan dua macam dua macam gempa yaitu; 1. Gempa dekat (lokal), jarak episentrumnya kurang dari 10.000 m 2. Gempa jauh, jarak episentrumnya lebih dari 10.000 m.
2. Tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi Tenaga ini bersifat merusak berupa;
25
1.
Pelapukan Pelapukan adalah proses penghancuran massa batuan yang dipengaruhi oleh keadaan, struktur batuan, iklim, topografi, dan faktor biologis (hewan, tumbuhan dan manusia) Klasifikasi pelapukan: Pelapukan mekanik/phisis yaitu pelapukan yang terjadi karena pengaruh suhu/sinar matahari dan curah hujan berlangsung berulang-ulang dan dalam kurun waktu tertentu.
Gambar 23. Contoh pelapukan mekanis
Pelapukan biologis/organik yaitu pelapukan yang disebabkan oleh tumbuhan, hewan dan manusia
26
Gambar 24. Contoh pelapukan biologis
Pelapukan kimiawi/chemis yaitu pelapukan yang terjadi karena proses kimiawi, contoh pelapukan di daerah karst.
Gambar 25. Contoh pelapukan kimiawi
2.
Erosi/pengikisan
27
Erosi adalah suatu proses pelepasan dan pemindahan masa batuan , secara alamiah dari suatu tempat ke tempat yang lain oleh suatu zat pengangkut.
Gambar 26. Contoh bentukan pengikisan
a)
Mekanisme terjadinya erosi Pelepasan masa batuan Proses pengangkutan masa batuan Proses pengendapan masa batuan
Gambar 27. Contoh pengikisan mekanisme
28
b)
Bentuk-bentuk erosi Erosi lembar: pengangkatan tanah yang tebalnya merata dari suatu permukaan bidang tanah
Gambar 28. Contoh : erosi lembar. Erosi percikan: proses pengikisan tanah yang terjadi akibat percikan air
Gambar 29. Contoh : erosi percikan.
Erosi alur: erosi yang menghasilkan alur-alur searah dengan kemiringan lereng
29
Gambar 30. Contoh : erosi alur. Erosi parit: erosi yang saluran-saluran terbentuk sudah dalam, sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
Gambar 31. Contoh : erosi parit.
c)
Berdasarkan tenaga-tenaga pengikis Abrasi: erosi yang tenaganya oleh air laut
Gambar 32. Contoh akibat abrasi. Ablasi: erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir
30
Gambar 33. Contoh akibat ablasi. Deflasi: erosi yang disebabkan oleh tenaga angin
Gambar 34. Contoh akibat deflasi.
Eksarasi: erosi hasil pengerjaan es.
Gambar 35. Contoh akibat eksarasi.
31
3.
Masswating Masswating adalah pemindahan massa batuan atau tanah berat (secara besarbesaran) ke tempat yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi.
Gambar 36. Contoh pemindahan massa batuan/masswasting.
Jenis-jenis masswating:; Land slide (tanah longsor)
32
Gambar 37. Contoh tanah longsor. Subsidence (tanah amblas/ambruk)
Gambar 38. Contoh tanah amblas/ambruk. Slumping (tanah nendat)
Gambar 39. Contoh tanah nendat/slumping.
Earth flow (tanah mengalir)
33
Gambar 40. Contoh tanah mengalir. Mud flow (lumpur mengalir)
Gambar 41. Contoh lumpur mengalir. Soil creep (rayapan tanah)
Gambar 42. Contoh: tanah rayapan atau Soil creep
4.
Sedimentasi/pengendapan Sedimentasi adalah proses pengendapan massa batuan atau tanah. Jenis-jenis sedimentasi
34
Sedimentasi fluvial yaitu sedimentasi yang terjadi di sepanjang aliran sungai atau dasar tanah.
Gambar 43. Contoh sedimentasi fluvial III.
Alat dan Sumber Alat
: Alat-alat tulis
Sumber : Buku Geografi yang relevan IV.
Tugas Siswa
A.
Berikanlah tanda silang (X) huruf a, b, c, d, atau e, pada jawaban yang paling benar 1. Unsur kimia yang paling banyak kandungannya lithosfer yaitu... a. SiO2
d. K2O
b. FeO3
e. MnO
c. CaO 2. Lapisan kerak bumi paling luar dan terdiri dari batuan disebut... a. Nife
d. lithosfer
b. Atmosfer
e. hidrosfer
c. bariesfer 3. Lithosfer atau kulit bumi terdiri atas dua bagian yaitu... a. lapisan sial dan lapisan barisfer b. lapisan sial dan lapisan pengantara c. lapisan sima dan lapisan barisfer d. lapisan sima dan lapisan sial
35
e. lapisan barisfer dan lapisan pengantara 4. Lempeng lithosfer dapat dibedakan menjadi dua yaitu a. lempeng dasar laut dan lempeng perairan b. lempeng daratan dan lempeng pegunungan c. lempeng benua dan lempeng benua d. lempeng benua dan lempeng samudera e. lempeng dasar laut dan permukaan 5. Dilihat dari tempat pengendapannya, batuan sedimen dibedakan menjadi... a. sedimen marines, sedimen aeolis, dan sedimen glasial b. sedimen lakustre, sedimen akualis, dan sedimen glasial c. sedimen lakustre, sedimen teristris, dan sedimen marine d. sedimen aeolis, sedimen teristris, dan sedimen akualis e. sedimen aeolis, sedimen glasial, dan sedimen akualis 6. Yang dimaksud dengan tenaga endogen adalah... a. tenaga yang berasal dari luar dan bersifat membangun b. tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak permukaan bumi c. tenaga yang berasal dari luar bumi d. tenaga yang berasal dari dalam bumi e. tenaga yang bersifat merusak permukaan bumi 7. Batuan beku yang berasal dari resapan magma di antara dua lithosfer yang bentuknya seperti cermin cembung adalah... a. lakolit
d. apofisa
b. silis
e. batolit
c. gang 8. Lapisan lithosfer yang memiliki ketebalan ± 60 km terdiri dari lapisan... a. sial dan sima
d. nife dan astenosfer
b. sial dan barisfer
e. sima dan barisfer
c. nife dan sial 9. Batas antara mantel dengan kerak bumi adalah lapisan...
36
a. nife
d. astenosfer
b. feridatit
e. moko
c. barisfer 10. Pelapukan batuan yang disebabkan oleh organisme, baik tumbuhan maupun hewan disebut... a. pelapukan mekanik
d. pelapukan organisme
b. pelapukan kimiawi
e. pelapukan
c. pelapukan insolasi 11. Batuan granit, diarit, sienit, dan grato termasuk jenis batuan... a. beku luar
d. beku hipoabisis
b. beku dalam
e. beku effusive
c. beku gang 12. Berikut ini yang bukan merupakan pengendapan batuan sedimen, yaitu... a. sedimen teristris di danau b. sedimen marine di laut c. sedimen fluvial di sungai d. sedimen limnis di danau e. sedimen glasial di daerah es 13. Batuan metamorf dinamo terjadi akibat... a. persinggungan antara batuan asal dan magma b. adanya tekanan dari lapisan di atasnya dalam waktu yang lama c. disusupi unsur-unsur batuan lain d. tenaga endogen yang bergerak secara cepat e. tenaga endogen yang bergerak secara lambat 14. Tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya pergeseran (diskolasi), lipatan (fold), sesar atau patokan (fault) pada kulit dan batuan disebut... a. vulkanisme
d. gempa bumi
b. tektonisme
e. epirogenesa
c. seisme
37
15. Lapisan magma tipis yang menyusup diantara lapisan dan bentuknya pipih disebut... a.
sill
b. diatrema
d. batolit e. gang
c. lakolit
B.
Lengkapilah pernyataan berikut dengan pilihan jawaban di bawah ini! a. Lithosfer b. Tektonisme c. Breksi d. Epirogenesa e. Endogen f. Horst g. Batuan beku h. Oksida silikon i. Tekanan yang tinggi j. Limnis
1. Tenaga yang berasal dari dalam bumi yang disebabkan oleh gerakan magma disebut... 2. Perubahan letak lapisan kulit bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen dengan arah horizontal dan vertikal disebut...
38
3. Batuan sedimen yang terdiri dari batu-batu yang bersudut-sudut tajam yang sudah direkat satu sama lain disebut... 4. Perubahan letak lapisan kulit bumi yang gerakannya lambat pada wilayah yang luas disebut... 5. Batuan sedimen yang diendapkan dirawa disebut..
C.
Isilah dengan benar titik-titik di bawah ini 1. Lapisan lithosfer yang mempunyai berat jenis lebih besar karena mengandung besi dan magnesium yaitu mineral fero magnesium dan batuan basalt disebut... 2. Mantel (astenosfer) merupakan bahan cairan yang bersuhu tinggi dan pijar. Lapisan tersebut juga dinamakam lapisan... 3. Suatu gerakan tenaga endogen yang relatif cepat dan meliputi wilayah yang relatif sempit disebut... 4. Peristiwa merendahnya atau menjadi ratanya kenampakan relatif permukaan bumi karena pengikisan dari suatu tempat ke tempat lain disebut... 5. Batuan yang terbentuk jauh di dalam kulit bumi dan hanya terdiri atas kristal disebut... 6. Jawablah dengan benar pertanyaaan-pernyataan di bawah ini! 7. Jelaskan susunan lapisan lithosfer dengan ketebalannya! 8. Berdasarkan tenaga yang menyangkutnya, batuan sedimen terbagi menjadi tiga, sebutkan dengan memberikan contoh! 9. Apa yang menyebabkan perubahan bentuk pada batuan metamorf 10. Jelaskan tentang tenaga-tenaga endogen (berasal dari dalam bumi yang memiliki sifat membangun)
39
PETUNJUK BELAJAR
A.
Deskripsi
Modul tentang pembelajaran lithosfer, pedosfer, atmosfer dan hidrosfer ini ditujukan untuk siswa kelas X SMA pada semester genap, berisikan kegiatan belajar yang mencakup materi konsep dari struktur lapisan lithosfer, bentuk muka bumi, faktor pembentuk tanah, rusakan pada tanah dan upaya penanggulangan yang disertai dengan evaluasi serta Lembaran Kerja Siswa pada Modul yang diberikan pada peserta didik. Didalam modul ini terdapat beberapa pokok bahasan di dalam setiap kegiatan belajar, sebaiknya siswa mempelajari pokok-pokok materi pertama langsung mengerjakan tugas setelah itu lanjutkan pada pokok materi berikut. Jika sudah selesai mengerjakan tugas bandingkan hasil kerja antara siswa dengan kunci jawaban. Agar siswa dapat mengukur sendiri tingkat pencapaian belajar yang diharapkan, lebih baik siswa mengulang kegiatan belajarnya. Jika sudah memenuhi tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat melanjutkan kegiatan selanjutnya. Cepat atau lambat penyelesaian kegiatan-kegiatan belajar tersebut sangat tergantung pada kesungguhan dan kerajinan anda mempelajarinya.
40
B.
Cara Belajar Cara belajar siswa akan menentukan penguasaan dan keberhasilan siswa dalam belajar.
Ikutilah petunjuk belajar ini agar siswa dapat memahami isi modul ini dengan baik. Agar dapat memahami isi modul dengan baik, ikutilah petunjuk berikut: 1.
Pahami deskripsi modul sehingga siswa dapat mengetahui secara garis besar isi modul
2.
Pahami indikator pembelajaran dan pokok-pokok uraian materi dengan seksama
3.
Pahami setiap gambar / ilustrasi yang mempermudah mempelajari materi
4.
Bacalah rangkuman modul untuk mengingatkan kembali isi pokok modul
5.
Kerjakanlah soal-soal evaluasi dengan baik
Sebelum belajar 1.
Yakinkan diri siswa bahwa siswa untuk belajar
2.
Tenangkan pikiran siswa dan pusatkan pikiran siswa pada modul yang akan siswa pelajari.
3.
Usahakan tempat belajar cukup tenang dan nyaman karena akan mempengaruhi siswa dalam belajar tetapi jika siswa lebih merasa bersemangat belajar dengan diiringi musik maka lakukanlah.
4.
Percaya pada diri siswa sendiri bahwa apa yang akan siswa pelajari itu bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan keberhasilan siswa sebagai siswa SMA kelas X
5.
Siapkan alat-alat tulis
6.
Berdoalah sesuai dengan agama dan keyakinan
Saat belajar 1.
Bacalah sekilas daftar isi dari modul
2.
Pahami deskripsi dari isi setiap modul agar siswa dapat mengetahui apa yang harus di pelajari dari keseluruhan isi modul
3.
Baca dan pahami tujuan belajar dan pokok-pokok materi setiap kegiatan belajar
4.
Baca dan pahami urai materi secara seksama. Tandailah kalimat dan kata-kata yang dianggap penting dengan pencil. Dan catat pula materi belajar yang belum siswa pahami.
41
5.
Tanyakanlah kepada guru pembimbing atau teman-teman mengenai materi yang belum siswa pahami.
6.
Jangan lewatkan siswa memahami setiap gambar, bagan, peta, atau ilustrasi yang ada didalam buku karena akan lebih memudahkan siswa pada materi yang diuraikan.
7.
Bacalah kata-kata penting pada setiap akhir kegiatan belajar.
8.
Setelah sebuah materi siswa pahami jawablah latihan dan cocokkan jawabannya pada bagian akhir modul ini.
9.
Jika nilai siswa belum memuaskan jangan putus asa cobalah lebih giat lagi untuk belajar.
Sesudah belajar 1.
Sebagai bahan pengayaan materi yang sedang siswa pelajari jika ada tugas-tugas yang pada akhir belajar. Kerjakanlah dan sampaikan hasilnya pada guru pembimbing atau diskusikan pada teman-teman.
2.
Hapalkan pengertian atau kata-kata yang penting
3.
Semakin sering siswa belajar dan menghapal akan menghantarkan siswa sukses belajar.
C.
Pengukuran Kemampuan Belajar 1.
Jawablah pertanyaan pada latihan setiap akhir kegiatan belajar
2.
Cocokkanlah jawaban siswa dengan kunci jawaban pada akhir modul ini.
3.
Hitunglah jawaban siswa yang benar kemudian gunakan rumus dibawah ini. Setelah mengerjakan soal-soal evaluasi, hitunglah jawaban yang benar untuk mengetahui tingkat penguasaan materi dengan rumus : Tingkat Penguasaan : Jumlah jawaban benar X 100 % Jumlah soal seluruhnya Tingkat penguasaan yang dicapai : 90%
-
100% =
baik sekali
80%
-
89%
=
baik
70%
-
79%
=
Cukup
=
Kurang
< 69%
42
Jika siswa mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih maka siswa dapat melanjutkan dengan kegiatan belajar berikutnya tetapi jika nilai siswa bawah 80% sebaiknya mengulangi kegiatan belajar tersebut terutama pada bagian yang belum dikuasi siswa. 4.
Setelah siswa mempelajari seluruh kegiatan belajar pada modul ini cobalah siswa sekali lagi mengerjakan latihan pada setiap kegiatan belajar dan hitunglah jawabannya dengan menggunakan rumus diatas
5.
Jika secara keseluruhan siswa telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih maka anda sudah siap menempuh ujian.
MODUL
Mata Pelajaraan
:
Geografi
Kelas
:
X
Semester
:
GENAP
Standar Kompertensi
:
3. Menganalisis unsur-unsur Geosfer
Kompetensi Dasar
:
3.1. Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi
Materi pokok
: Pedosfer ¾ Konsep dasar tanah ¾ Proses pembentukan tanah ¾ Jenis dan ciri tanah di Indonesia ¾ Jenis dan persebaran tanah pada Indonesia ¾ Erosi tanah
43
PEDOSFER I.
Petunjuk Belajar Siswa mengerjakan modul bersama kelompok yang telah dibagi oleh guru, dan menjawab lembar kerja selama 2 X 45 menit (2 jam pelajaran)
II.
Pendahuluan Pedosfer adalah lapisan kulit yang tipis, terletak di bagian paling atas di permukaan bumi. Pedosfer kita kenal sehari-hari sebagai tanah (soil). Tanah terbentuk dari hasil pelapukan, erosi, atau pengendapan batuam dari bahan organik maupun anorganik. Proses pembentukan itu berlangsung bersama-sama antara bahan induk (batuan), tumbuhan, dan hewan dengan bantuan topografi, cuaca, dan iklim. Materi yang akan dikembangkan dalam hal ini adalah ciri dan proses pembentukan tanah di Indonesia, penyebab terjadinya erosi tanah dan kerusakan tanah yang lain serta dampaknya terhadap kehidupan, serta usaha mengurangi erosi tanah. Manfaat mengenal tanah kita akan mampu memprediksi perubahan yang terjadi pada tanah tempat tinggal kita dan melakukan hal-hal yang dapat mengurangi erosi tanah.
MATERI PELAJARAN
E.
Dinamika perubahan pedosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. 1.
Proses pembentukan tanah di indonesia Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organik, air, udara dan merupakan media tumbuhnya tanaman. Pada dasarnya, tanah berasal dari batuan atau zat organik lainnya yang mengalami pelapukan. Berubahnya batuan atau zat organik menjadi butir-butir tanah dikarenakan beberapa faktor,
44
a. Pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan pada malam hari
Gambar 44. Akibat pemanasan matahari
b. Batuan yang sudah retak pelapukan dipercepat oleh air
Gambar 45. Akibat pelapukan batuan c. Akar tumbuh-tumbuhan dapat menerobos dan memecahkan batu-batuan hinggga hancur d. Binatang-binatang seperti cacing tanah, rayap dan sebagainya selalu membuat lubang dan mengeluarkan zat-zat yang dapat menghancurkan batuan e. Proses pemadatan atau tekanan pada sisa-sisa zat organik akan mempercepat terjadinya tanah.
45
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah a. Iklim. Faktor iklim yang berupa curah hujan dan temperatur merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. Tingkat cuarah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropis menyebabkan reaksi kimia berjalan dengan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan dengan cepat. b. Organisme. Peranan organisme dalam proses pembentukan tanah sangat besar. Akumulasi bahan organisme, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. c. Bahan induk. Jenis batuan yang merupakan bahan induk pembentuk tanah meliputi batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf d. Topografi. Faktor topografi berpengaruh terhadap prosese pembentukan tanah dengan cara sebagai berikut: ¾ Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap ¾ Mempengaruhi dalamnya air tanah ¾ Mempengaruhi tinggi rendahnya erosi ¾ Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya. Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan topografi antara lain: ¾ Tebal solum ¾ Kandungan bahan organik dalam horizon A ¾ Kandungan air tanah ¾ Warna tanah ¾ Tingkat perkembangan horizon ¾ Reaksi PH tanah ¾ Kandungan garam yang mudah larut dalam tanah. e. Waktu. Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah. Akibat pelapukan dan pencucian tanah yang terus menerus maka tanah makin tua. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka bahan induk tanah berubah menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
46
3.
Komponen-komponen pembentukan tanah Komponen tersebut meliputi bahan mineral, bahan organik, air dan udara.
4.
Warna tanah Warna tanah merupakan petunjuk untuk menentukan sifat tanah karena warna tanah karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah yaitu:
Gambar 46. Contoh warna tanah
a. Persenyawaan besi dalam tanah b. Kandungan bahan organik c. Persenyawaan unsur ruangan.
5.
Profil tanah dan PH tanah a. Profil tanah adalah penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horizon. b. PH tanah yaitu derajat keasaman tanah
47
Gambar 47. Salah satu bentuk profil tanah
Untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, perhatikan uraian berikut ini. a. Pada PH tanah netral masam, unsur hara tidak dapat diserap b. Pada PH tanah masam, unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena di ikat oleh aluminum c. Pada PH tanah basa(alkali), unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Ca Cara mengubah PH tanah adalah sebagai berikut a. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan PH-nya dengan menambah kapur b. Tanah yang terlalu basa (alkali) dapat diturunkann PH-nya dengan menambah belerang. 6.
Tekstur dan kesuburan tanah Tekstrur tanah menunjukkan proporsi relatif dari ukuran partikel-partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara praksi-fraksi pasir,debu, dan lempung. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekstur tanah, yaitu komposisi mineral dan batuan (bahan induk), sifat dan cepatnya proses pembentukan tanah lokal, serta umur relatif tanah.
48
Gambar 48. Tekstur tanah
7.
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi a. Curah hujan b. Sifat tanah Sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah... 1) Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah debu dan pasir yang sangat halus. 2) Bentuk dan kemanfaatan struktur tanah. Tanah-tanah yang mempunyai struktur tanah yang mantap sangat mudah hancur oleh pukulan hujan, menjadi butir-butir halus sehingga menutupi pori-pori tanah. 3) Daya infiltrasi tanah dipengaruhi oleh porositas dan kenampakan struktur tanah. 4) Kandungan bahan organik. Tanah dengan kandungan bahan organik kurang dari 2% umumnya peka terhadap erosi. c. Lereng. Erosi akan meningkatkan apabila lereng makin curam sehingga kecepatan aliran permukaan meningkat. d. Vegetasi. Pengaruh vegetasi terhadap erosi tanah adalah 1) Mengalangi air hujan tidak jatuh langsung di permukaan tanah.
49
2) Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak infiltrasi air. e. Manusia. Pembuatan teras-teras pada tanah yang berlereng curam merupakan pengaruh baik bagi manusia karena dapat mengurangi erosi.
8.
Dampak erosi terhadap kehidupan a. Kerusakan di tempat terjadinya erosi.
Gambar 49. Akibat kerusakan di tempat erosi b. Kerusakan di tempat penerima hasil erosi
50
Gambar 50. Kerusakan di tempat penerima hasil erosi
9.
Usaha-usaha untuk mengurangi erosi tanah a. Untuk menjaga kesuburan tanah 1) Pemupukan diusahakan dengan pupuk hijau 2) Sistem irigasi yang baik, misalnya membuat bendungan-bendungan 3) Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan cadangan 4) Menanami lereng-lereng yang gundul 5) Menyelenggarakan pertanian di daerah miring secara benar b. Usaha mengatasi erosi tanah pada lahan pertanian di daerah miring 1) Terasering
Gambar 51. Salah satu contoh terasering
51
2) Contour farming
Gambar 52. Salah satu bentuk contour farming
3) Pembuatan tanggul pasangan (guludan) untuk menahan erosi
Gambar 53. Salah satu bentuk pembuatan tanggul 4) Contour plowing, yaitu membajak searah garis contour sehingga terjadilah alur horizontal
Gambar 54. Salah satu bentuk contour plowing
5) Contour strip croping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi bidang-bidang tanah dalam bentuk sempit dan memanjang dengan
52
mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-belok, masingmasing ditanami tanaman yang berbeda-beda jenis secara berselang seling (tumpang sari)
Gambar 55. Salah satu bentuk contour strip croping
6) Crop rotation, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu unsur hara akibat di hisap terus oleh salah satu jenis tanaman.
Gambar 56. Salah satu bentuk crop rotation
10.
Persebaran beberapa jenis tanah di Indonesia a. Tanah Aluvial yaitu tanah endapan di dasar sungai, subur. Terdapat di pantai timur Sumatera, Pantai Utara Jawa, sepanjang sungai Barito, Mahakam, Musi, Bengawan Solo.
53
Gambar 57. Salah satu bentuk tanah aluvial b. Tanah Andosol yaitu tanah halus dari gunung berapi, subur. Terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok.
Gambar 58. Salah satu bentuk tanah andosol c. Tanah Kapur yaitu tanah hasil endapan kapur, tidak subur. Terdapat di pantai selatan Jawa, Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan.
Gambar 59. Salah satu bentuk tanah kapur
54
d. Tanah Regosol yaitu tanah kasar dari gunung berapi, kurang subur. Terdapat di Bengkulu, NTB, pantai barat Sumatera.
Gambar 60. Salah satu bentuk tanah regosol e. Tanah Latosol yaitu tanah merah kaya zat besi dan aluminium. Terdapat di Bali, Lampung, Kalimantan Tengah.
Gambar 61. Salah satu bentuk tanah latosol f. Tanah Litosol yaitu tanah kasar hasil pelapukan tidak sempurna.
Gambar 62. Salah satu bentuk tanah litosol
g. Tanah Argosol/Gambut yaitu tanah sisa tumbuhan yang mengalami pembusukan. Terdapat di Kalimantan, Papua, Sumatera.
55
Gambar 63. Salah satu bentuk tanah argosol/gambut
h. Tanah Grumosol yaitu tanah halus berlempung berwarna merah. Terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Gambar 64. Salah satu bentuk tanah grumosol
56
F.
Mengidentifikasi degredasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan. 1.
Yang dimaksud dengan lahan adalah permukaan dengan kekayaan berupa tanah, batuan, mineral benda cair, dan gas yang terkandung didalamnya. a.
Faktor penyebab terjadinya lahan kritis di berbagai belahan bumi Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan undur pertanian yang baik. Penyebab meluasnya lahan kritis atau degradasi lahan dipermukaan bumi yaitu akibat proses alam dan perilaku manusia dalam memanfaatkan lingkungan a. Faktor penyebab lahan kritis sebagai akibat proses alam yaitu erosi, tanah longsor, dan pencucian tanah. b. Faktor penyebab lahan kritis sebagai akibat perilaku manusia misalnya perusakan hutan, pertanian berpindah, dll.
b.
Upaya pencegahan dan penanggulangan lahan kritis 1.
Reboisasi, adalah penghutanan kembali tanah-tanah hutan yang gundul dengan ditanami-tanaman keras
Gambar 65. Salah satu bentuk reboisasi 2.
Penghijauan, adalah penanaman kembali tanah gundul
3.
sistem penanaman searah garis kontur adalah penanaman tanaman yang searah atau sejajar dengan garis kontur
4.
sistem terasering atau sengkedan. Cara terasering ini digunakan untuk mengurangi laju air yang mengalir di permukaan bumi.
57
Gambar 66. Salah satu bentuk sistem terasering
5.
lahan dengan kemiringan > 45° harus dijadikan areal hutan lindung
6.
pengiliran tanaman adalah suatu sistem bercocok tanam pada sebidang tanah yang terdiri dari beberapa macam tanaman yang ditanam secara berturut-turut pada waktu tertentu.
7.
pemulsaan (mulching) adalah menutupi permukaan tanah dengan sisa-sisa tanaman, yang biasanya digunakan untuk pemulsaan yaitu jerami.
Klasifikasi kemampuan lahan a.
Kelas I 1. Topografi hampir datar 2. Ancaman erosi kecil 3. Mempunyai kedalaman efektif (solum) yang dalam 4. Drainase baik 5. Tidak terancam banjir
b.
Kelas II 1. Lereng landai 2. Ancaman erosi lebih besar 3. Struktur tanah kurang baik 4. Terancam banjir
c.
Kelas III
58
1. Lereng miring dan bergelombang 2. Peka terhadap erosi 3. Drainase kurang baik 4. Kapasitas menahan air rendah d.
Kelas IV 1. Lereng miring atau berbukit 2. Peka terhadap erosi
e.
Kelas V 1. Topografi relatif rendah 2. Tergenang air 3. Biasanya tanah berbatu 4. Tidak sesuai untuk lahan pertanian
f.
Kelas VI 1. Lereng agak curam 2. Ancaman erosi berat 3. Tanah berbatu-batu
g.
Kelas VII 1. Terletak pada lereng curam 2. Erosi sangat kuat 3. Solum dangkal 4. Untuk padang rumput atau hutan produksi terbatas
h.
Kelas VIII 1. Lereng sangat curam 2. Berbatu-batu 3. Kapasitas menahan air rendah 4. Harus dihutankan
Persebaran lahan kritis di permukaan bumi a.
Didaerah pantai 1. Hutan bakau yang rusak
59
2. Pantai rawa 3. Dataran rendah yang tererosi
Gambar 67. Salah satu persebaran lahan kritis di daerah pantai
b.
Di daerah dataran rendah 1. Rawa 2. Lahan Tidur 3. Dataran rendah yang tererosi
Gambar 68. Salah satu persebaran lahan kritis di daerah dataran rendah c.
Di daerah pegunungan 1. Pegunungan kapur
60
Gambar 69. Salah satu persebaran lahan kritis di daerah pegunungan 2. Lahan pegunungan yang gundul
Gambar 70. Salah satu persebaran lahan pengunungan yang gundul
Dampak degredasi lahan terhadap kehidupan
III.
a.
Akibat proses erosi, lahan menjadi tidak subur dan lapisan top soil hilang
b.
Produktifitas pertanian menurun sehingga pendapatan petani kurang
c.
Terjadi banjir
d.
Menurunnya kemampuan lahan untuk menyerap air tanah
e.
Terganggunya ekosistem mahluk hidup
Alat dan Sumber Alat
: Alat-alat tulis
Sumber : Buku Geografi yang relevan IV.
Tugas Siswa
A.
Berikanlah tanda silang (X) huruf a, b, c, d, atau e, pada jawaban yang paling benar
61
1. Kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang terdiri dari bahan organik disebut... a. region
d. horizon
b. tanah
e. solum
c. lahan 2. Berikut ini yang bukan merupakan faktor-faktor topografi yang berpengaruh terhadap cara pembentukan tanah adalah... a. ketebalan tanah b. mempengaruhi dalamnya air tanah c. memengaruhi tinggi rendahnya erosi d. memengaruhi jumlah air hujan yang meresap e. mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya 3. Jenis batuan induk yang merupakan bahan pembentuk tanah tidak meliputi... a. batuan beku
d. batuan metamorf
b. solum tanah
e. batuan konglomerat
c. batuan sedimen 4. Berikut ini yang bukan merupakan faktor pembentukan tanah adalah... a. topografi
d. organisme bahan induk tanah
b. waktu
e. iklim
c. PH tanah 5. Salah satu hal yang menyebabkan lahan atau tanah di permukaan bumi mempunyai kemampuan yang berbeda-beda ialah... a. jenis tanah
d. permiabelitas tanah
b. profil tanah
e. solum tanah
c. partikel zarah tanah 6. Lapisan tanah atas yang merupakan bagian optimal bagi kehidupan tumbuhtumbuhan disebut... a. sub soil
d. bedrock
b. top soil
e. rotation
62
c. regolith 7. Tanah aluvial adalah.. a. tanah yang berasal dari bahan induk organik b. endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai c. batu kapur yang terdapat didaerah pegunungan d. tanah yang berasal dari batuan vulkanis e. pelapukan batu-batuan yang mengandung kuarsa 8. Berubahnya batu-batuan menjadi butir-butir tanah tidak disebabkan oleh faktor... a. organisme dalam tanah
d. air hujan
b. pemanasan matahari
e.
erosi
c. akar tumbuh-tumbuhan 9. Tekstur tanah merupakan perbandingan... a.
berbagai jenis tanah
b.
tanah atas dengan tanah bawah
c.
permiabelitas tanah
d.
relatif ukuran partikel-partikel tanah
e.
solum (ketebalan) tanah
10. Perbedaan warna tanah pada umumnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin... a. terang
d. cokelat
b. cerah
e. merah
c. gelap 11. Yang dimaksud PH tanah adalah... a.
bahan induk tanah
b.
bahan mineral campur dengan humus
c.
kandungan bahan organik
d.
persenyawaan besi dalam tanah
e.
derajat keasaman tanah
12. Warna dalam tanah tidak dipengaruhi oleh..
63
a.
persenyawaan besi dalam tanah
b.
kandungan bahan organik
c.
persenyawaan kuarsa
d.
bahan induk tanah
e.
persenyawaan unsur mangan
13. Usaha untuk menjaga pelestarian tanah ialah... a.
diversifikasi tanaman
b.
membuka lahan baru
c.
menanami lereng-lereng yang gundul
d.
pergantian teknik pengolahan lahan
e.
penanaman lahan secara optimal
14. Komposisi tanah pada umumnya terdiri dari... a.
90% bahan mineral, 60% bahan organik, 0,5% udara dan air
b.
90% bahan mineral, 65% bahan organik, 0,5% udara dan air
c.
90% bahan mineral, 1-5% bahan organik, 0,9% udara dan air
d.
90% bahan mineral, 1-15% bahan organik, 0,10% udara dan air
e.
90% bahan mineral, 1-15% bahan organik, 0,15% udara dan air
15. Tanah dengan kemiringan 45°-65° merupakan daerah dengan topografi yang... a. berbukit
d. sangat curam
b. curam
e. bergelombang
c. datar
B.
Lengkapilah pernyataan berikut dengan pilihan jawaban di bawah ini! 1. Bahan mineral dalam tanah bersalah dari... 2. Tanah yang mengandung humus atau bahan organik adalah.... 3. Pada lapisan tanah bagian bawah, kandungan bahan organik rendah sehingga warna tanah dipengaruhi oleh banyaknya... 4. Cepat atau lambatnya air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah, baik ke arah horizon maupun ke arah vertikal disebut...
64
5. Bila tanah banyak mengandung bahan-bahan organik yang telah terurai, maka warna tanah berupa... 6. Salah satu cara untuk mengatasi erosi tanah pada daerah miring ialah dengan menanami lahan menurut garis kontur sehingga perakaran dapat tanah disebut... 7. Pegunungan di Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, Maluku dan jawa barat memiliki jenis tanah... 8. Tanah laterit ialah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminum. Karena tua, maka tanah ini tidak subur. Tanah laterit berwarna... 9. Tanah-tanah yang secara kualitatif sangat memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan dalam pemenuhan kabutuhan manusia disebut... 10. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan PH-nya dengan menambah...
C.
Isilah dengan benar titik-titik di bawah ini 1. Tempat tumbuhnya berbagai tanaman atau akumulasi tumbuh-tumbuhan alam yang bebas dan menduduki sebagian besar permukaan bumi disebut... 2. Ketebalan tanah yang menunjukkan berapa tebal tanah diukur dari permukaan sampai batuan induk disebut... 3. Bila tanah banyak mengandung bahan-nahan organis asam yang lapuk maka warna tanahnya adalah... 4. Menanam tanaman di daerah yang miring dengan sistem berteras-teras untuk mencegah erosi disebut... 5. Usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu unsur hara akibat terus diisap oleh salah satu jenis tanaman disebut...
D.
Jawablah dengan benar pertanyaaan-pernyataan di bawah ini! 1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah dan komponen pembentukan tanah! 2. Jelaskan perbedaan tanah dengan lahan! 3. Sebutkan empat hal yang dapat mempengaruhi warna tanah!
65
4. Sebutkan dua cara mengubah PH tanah! 5. Tekstur tanah menunjukkan kasar-halusnya tanah. Sebutkan tekstur tanah lempung!
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Yani, 2008. Geografi SMA Kelas X. Grafindo Media Pratama. Bandung. Bagja Waluya, 2007. Geografi SMA/MA 1. Armico. Bandung Gatot Harmanto, 2008. Geografi SMA Kelas X. Penerbit Yrama Widya. Bandung. Hendra Wisesa, 2010. Serba-serbi Bumi. Penerbit Garailmu. Jogjakarta Khosim, A dan Lubis, M. 2007. Geografi untuk SMA kelas X. Grasindo. Jakarta Mulyadi, A. Geografi untuk SMA dan MA kelas X. Esis. Jakarta. Samadi, 2007. Geografi SMA/MA 1. Yudistira. Bogor Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi untuk SMA kelas X. Erlangga. Jakarta. Winarno, 2008. Seribu Pena Geografi SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta Zamroni, 2010. Buku kantong Geografi SMA IPS. Pustaka Widyatama. Yogyakarta
66