Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Media Puzzle Dalam Materi Bangun Ruang Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di SD SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh : Diah Nuriza Siatan NIM: 109018300073
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014/1435
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Media Puzzle Dalam Materi Bangun Ruang Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di SD
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan.
Yang Mengesahkan Pembimbing I
Dr. Gelar Dwi Rahayu 19796061 200604 2 004
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013/1435
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PUZZLE DALAM MATERI BANGUN RUANG TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SD” oleh Diah Nuriza Siatan, NIM 109018300073, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Januari 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana SI (S.Pd) pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta, 15 Januari 2014
Panitia Ujian Munaqosah Ketua Panitia (Ketua Panitia/ Prodi)
Tanggal
Tanda Tangan\
Fauzan, MA NIP. 19761107 200701 1 013
………
……………….
……….
…………………
……….
…………………
Penguji I Maifalinda fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 Penguji II Dr. Tita Khalis Maryati, M.Kom NIP. 19690924 199903 2 003
Mangetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Nurlena Rifa`I, MA, Ph.D
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Diah Nuriza Siatan
NIM
: 109018300073
Jurusan
: Kependidikan Islam
Prodi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Alamat
: Kalideres, Jakarta Barat
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang bejudul Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Media Puzzle Dalam Materi Bangun Ruang Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di SD adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama Pembimbing
: Dr. Gelar Dwi Rahayu
NIP
: 19796061 200604 2 004
Dosen Jurusan
: Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, 18 Desember 2013 Yang Menyatakan,
Diah Nuriza Siatan
ABSTRAK
Diah
Nuriza
Siatan
(109018300073).
Pengaruh
Pembelajaran
Matematika Dengan Menggunakan Media Puzzle Dalam Materi Bangun Ruang Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di SD (Kuasi Eksperimen di SDN Poris Gaga 3 Kota Tangerang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan media puzzle dibandingkan dengan pembelajaran matematika dengan menggunakan media karton. Sehubungan penelitian dilaksanakan di SDN Poris Gaga 3 dengan populasi yang terdiri dari siswa kelas V. kelas VA sebagai kelas control dan Kelas VB sebagai kelas eksperimen. Dilihat dari aspek kognitif, pembelajaran dengan media puzzle lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan media karton. Dari aspek afektif, dengan menggunakan media puzzle sikap siswa lebih tertib, dan dari aspek psikomotorik dengan menggunakan media puzzle siswa lebih terampil dalam pembelajaran.
Kata Kunci: Media Puzzle, Bangun Ruang Matematika.
i
ABSTRACT Diah Nuriza Siatan (109018300073). Impact Of “Puzzle” In Teaching And Learning Toward Learning Outcome On Space For Students In Elementary School (Quasi Eksperimen In SDN Poris Gaga 3 Tangerang). This study aims to determine the effect of learning math by using media than learning math puzzles using cartons media. As Exercised research on SDN Poris Gaga 3 with a population consisting of students class V. Class VA as control slass and class VB as eksperimen class. Viewed from cognitive, learning to be more effective than media puzzle using the media carton. On the affective, using media puzzle more orderly student behavior, and psychomotor aspects of using media puzzle more skilled students in learning.
Keywords: Puzzle, Space Mathematics.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya yang telah menjadi tauladan bagi para pengikut-Nya hingga akhir zaman. Alhamdulillah berkat ridho dan bantuan-Nya, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir skripsi ini.
Selanjutnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih sebagai ungkapan rasa hormat yang tulus kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Ibu Nurlena Rifa`i, MA, Ph.D serta PUDEK dan staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta yang telah membantu penulis dalam hal administrasi. 2. Ketua Jurusan sekaligus Kaprodi PGMI Bapak Fauzan, MA dan segenap jajarannya Ibu Iffah, S.Pd, Bapak Dindin Ridwanudin, M.Pd, Bapak Asep Adiana Latip, M.Pd, Bapak Takiddin M.Pd yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Dr. Gelar Dwi Rahayu yang telah memimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya disela-sela kesibukan yang cukup padat untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas skripsi ini. 4. Bapak dan ibu dosen FITK yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT sehingga ilmu yang diberikan dapat selalu bermanfaat.
iii
5. Kepala Sekolah SDN Poris Gaga 3 Bapak Hasan, S.Pd.I yang telah memberikan izin terlaksananya penelitian ini dan segenap guru-guru SDN Poris Gaga 3 yang telah membantu penulis dalam penelitian ini. 6. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis tercinta Bapak Achmad Siatan dan Ibu Ade Suharminah, serta adik penulis Teza Kurnia Siatan dan Farida Fawwaz Siatan yang dengan segala pengorbanannya tak akan pernah penulis lupakan atas jasa mereka. 7. Kawan-kawan kelas B angkatan 2009 Ulfah, Rani, Linda, Yanita dan 34 orang lainnya, semoga tali silaturahmi kita selalu terjalin dengan baik. Begitupun dengan keluarga besar HMJ KI-PGMI dan keluarga besar HMI Komisariat Tarbiyah yang telah memberikan pengalaman organisasi dengan baik kepada penulis. 8. Teman-teman kosan Vera, Yuni, Nerfi, Cimi, Rahma, Maret, Liza, Eka, April, Ira dan Ayu yang selama 4 tahun ini memberikan warna diluar kehidupan organisasi dan perkuliahan, semoga tali silaturahmi kita selalu terjalin dengan baik. Hanya do’a yang penulis panjatkan semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amiin. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang ingin memperdalam pengetahuan tentang media pembelajaran. Jakarta, 6 Januari 2014 Penulis
Diah Nuriza Siatan
iv
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK………………………………………………………….......
i
ABSTRACT…………………………………………………………….
ii
KATA PENGANTAR………………………………………………….
iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………
v
DAFTAR TABEL………………………………………………………
vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...
viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...
ix
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………
1
B. Identifikasi Masalah……………………………………...
6
C. Pembatasan Masalah……………………………………..
6
D. Perumusan Masalah………………………………………
6
E. Tujuan Penelitian………………………………………...
7
F. Manfaat Penelitian……………………………………….
7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Media Pembelajaran Visual…………………………….
8
1. Pengertian Media Pembelajaran……………………
8
2. Fungsi Media Pembelajaran………………………..
9
3. Media Visual……………………………………….
12
4. Media Puzzle……………………………………….
14
B. Hasil Belajar Matematika………………………………
18
1. Pengertian Hasil Belajar……………………………
18
2. Matematika Geometri Ruang………………………
23
C. Hasil Penelitian Relevan…………………….…...........
26
D. Kerangka Berfikir……………………………………...
27
E. Hipotesis Penelitian…….………..…….………………
29
v
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………….
30
B. Metode dan Desain Penelitian……………………………
30
C. Populasi dan Sampel…………………………...…………
31
D. Teknik dan Sumber Data…………………………………
31
1. Sumber Data….…………………………………....
31
2. Variabel Penelitian…...……………………….…...
31
3. Instrumen Penelitian……...……………………......
32
E. Teknik Analisis Data…………..……………...………….
37
1. Data Kuantitatif…………………………………….
37
2. Data Kualitatif……………………………………...
38
F. Hipotesis Statistik………………………………………...
39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Umum SDN Poris Gaga 3………...………..
40
B.
Hasil Penelitian dan Pembahasan………………………
42
1. Aspek Kognitif……………………………………..
42
2. Aspek Psikomotorik………………………………..
48
3. Aspek Afektif………………………………………
52
4. Pembahasan dengan Puzzle………………………..
56
Keterbatasa Penelitian………………………………….
63
C.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan…………………………………………….
64
B.
Saran……………………………………………………
66
DAFRTAR PUSTAKA…...……………………………………..……
68
LAMPIRAN-LAMPIRAN.……...……………………………………
70
vi
DAFTAR TABEL
Halaman Table 3.1 Desain Penelitian ……………………………………………
30
Tabel 3.2 Kriteria Klasifikasi Reliabilitas……………………………….
34
Table 3.3 Kriteria Taraf Kesukaran……………………………………..
35
Tabel 3.4 Kriteria Klasifikasi Daya Beda……………………………….
36
Table 3.5 Rekapitulasi Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda………………………………………………………….
37
Tabel 3.6 Penilaian Psikomotorik dan Afektif………………………….
39
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kognitif Kelas Eksperimen……………..
42
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol………………….
44
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol….
45
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Posttest………………………………...
46
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Posttest………………………………
48
Tabel 4.6 Kriteria Penilaian Aspek Psikomotorik…………………...…..
49
Tabel 4.7 Rekapitulasi Aspek Psikomotorik…………………………...
61
Tabel 4.8 Rekapitulasi Aspek Afektif…………………………………..
62
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Puzzle Geometri Persegi….……………………………………… 17
Gambar 2.2
Puzzle Geometri Kubus Satuan………………………………….
19
Gambar 4.1
Grafik Histogram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen………...
43
Gambar 4.2
Grafik Histogram Nilai Posttest Kelompok Kontrol…………….
45
Gambar 4.3
Grafik Histogram Nilai Psikomotorik Kelompok Eksperimen…..
49
Gambar 4.4
Penilaian Psikomotorik Kelas Kontrol…………………………...
51
Gambar 4.5
Grafik Histogram Nilai Afektif Kelompok Eksperimen…………
53
Gambar 4.6
Penilaian Afektif Kelas Kontrol…………………………………
54
Gambar 4.7
LKS Kelas Eksperimen…………………………………………..
57
Gambar 4.8
LKS Kelas Kontrol………………………………………………. 58
Gambar 4.9
Pembelajaran Kelas Eksperimen………………………………..... 59
Gambar 4.10 Pembelajaran Kelas Kontrol……………………………………... 60 Gambar 4.11 Pembelajaran Kelas Eksperimen…………………………………. 61 Gambar 4.12 Pembelajaran Kelas Kontrol……………………………………… 62
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sarana untuk mengembangkan segala potensi dasar yang dimiliki peserta didik demi berkembanganya kemajuan suatu bangsa. Upaya yang dilakukan demi berkembangnya potensi yang dimiliki peserta didik yaitu melalui proses pembelajaran, sehingga perlu adanya proses pendidikan yang berkualitas dengan menyediakan berbagai pengetahuan, keterampilan, penerapan ilmu yang sesuai dengan kemajuan zaman, dan pengelolaan pendidikan serta pembelajaran.
Pengelolaan
pendidikan
sebagai
bagian
dari
kebudayaan
merupakan sarana penerus nilai-nilai dan gagasan sehingga setiap orang mampu berperan serta dalam transformasi nilai demi kemajuan bangsa dan negara. 1 Hal yang terkait dengan penerapan ilmu sesuai dengan kemajuan zaman yaitu berkembangnya teori-teori ilmu pengetahuan dengan cepat, salah satunya teori pembelajaran. Teori pembelajaran ini yang menuntut guru untuk selalu inovatif dalam pengelolaan pendidikan dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dari proses pendidikan. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan suatu proses pembelajaran. Suatu pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam membelajarkan siswanya, karena dalam proses belajar yang bertemu langsung dengan siswa adalah guru. Membelajarkan siswa dapat meliputi segala hal yang terkait proses pembelajaran, yakni kemampuan guru dalam menggunakan berbagai strategi, metode, serta media pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Menumbuhkan sikap aktif dalam belajar pada diri siswa tidaklah mudah, guru harus selalu kreatif dalam menciptakan berbagai jenis metode pembelajaran. Guru diharapkan dapat selalu mengatasi permasalahan yang dihadapi siswanya dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru harus menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan serta membuat siswa lebih berminat dan termotivasi untuk 1
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2008), hal 34.
1
2
belajar sehingga aktivitas siswa dalam belajar meningkat. Hal ini sesuai dengan prinsip pengajaran yang dikutip dari Ibrahim.2 Guru dalam proses pembelajaran juga harus bersifat sebagai fasilitator yang dapat memberikan dukungan terhadap terciptanya proses pembelajaran kondusif, agar siswa mampu belajar secara aktif menuju belajar yang mandiri. Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Hal yang terkait kompetensi pedagogik yakni, penyampaian dan penguasaan materi pelajaran. Tidak jarang dalam hal tersebut sering kali menjadi suatu masalah dalam proses pembelajaran. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kesiapan siswa dalam belajar, cara mengajar guru, metode yang digunakan kurang tepat, serta alat bantu atau media yang digunakan oleh guru. Guru harus menguasi pengelolaan kelas yang didalamnya termasuk media pembelajaran. Media pembelajaran ini yang dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran dan dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar karena media merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan motivasi dan kegairahan belajar dalam diri siswa.3 Media pembelajaran tidak hanya sebagai alat bantu atau komunikasi dalam pembelajaran, tetapi sebagai sumber dalam belajar. Media pembelajaran tidak hanya diperlukan sebagai pendamping metode atau strategi dalam pembelajaran saja, tetapi juga untuk membangun fikiran siswa untuk aktif serta kreatif dalam menemukan pengetahuan yang baru bagi mereka serta dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Media dipandang sebagai faktor yang meningkatkan efektifitas dalam pembelajaran karena media memiliki peran dan fungsi strategis yang dapat mempengaruhi fungsi psikologis serta memvisualisasikan materi abstrak yang diajarkan sehingga mempermudah pemahaman peserta didik. Media yang baik juga mampu mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan 2 3
Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal 24 Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), hal 17.
3
mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, media ini juga digunakan dengan maksud agar anak dapat mengoptimalkan panca inderanya dalam proses pembelajaran. Mereka dapat melihat, meraba, mendengar, dan merasakan objek yang sedang dipelajari. Selain itu, media mampu membuat pembelajaran lebih menarik, pesan dan informasi menjadi lebih jelas, serta mampu memanipulasi objek yang sulit dijangkau peserta didik. Meskipun demikian dalam penerapannya banyak guru yang tidak memanfaatkan media sebagai sumber belajar karena keterbatasan yang dimiliki pihak sekolah serta ketidakmampuan guru untuk membuat media, dan berbagai macam alasan lainnya menganggap media sukar ditemukan. Ketidakmampuan guru dalam menciptakan media pembelajaran sehingga membuat media terbatas, padahal banyak materi pelajaran yang membutuhkan media khusus untuk membantu dalam hal penyampaian agar siswa dapat memahaminya. Karena itu dibutuhkan pengembangan media dari yang ada sebelumnya menjadi sebuah media yang dapat menunjang pembelajaran yang interaktif. Mata pelajaran yang dipelajari pada siswa tingkat SD salah satunya yaitu matematika. Mata pelajaran yang dianggap rumit bagi sebagian siswa karena membutuhkan pemikiran yang kritis dalam memahami setiap konsep pada materinya. Kebanyakan dalam pikiran siswa, matematika adalah pelajaran yang sulit dan sangat membosankan, terkadang mereka menyukai karena dalam pelajaran matematika tidak banyak menulis seperti mata pelajaran lainnya. Jika diukur keberhasilan proses belajar matematika dapat dilihat dari keberhasilan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran meliputi aktivitas siswa, keterampilan siswa serta kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran. Keberhasilan ini dapat dilihat dari tingkat keberhasilan pemahaman, penguasaan materi dan hasil belajar. Terutama pada penguasaan konsep yang merupakan dasar untuk belajar matematika ditingkat selanjutnya. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi dan hasil belajar semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Ada beberapa faktor yang menjadikan pelajaran matematika dianggap sulit bagi siswa, yaitu siswa kurang memiliki pemahaman konsep karena mereka hanya
4
diajarkan menghapal berbagai macam rumus. Sebagian siswa tidak mengetahui untuk apa mereka belajar konsep matematika khususnya dalam memahami konsep materi geometri, karena yang dipelajari jauh dari kehidupan mereka sehari-hari. Siswa hanya mengenal objek-objek geometri dari yang digambar yang diberikan oleh guru di depan papan tulis atau dalam buku matematika dan siswa hampir tidak pernah membuat atau memanipulasi objek-objek geometri tersebut. Akibatnya banyak siswa yang berpendapat bahwa konsep-konsep geometri sangat sukar dipelajari. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru bidang studi matematika SDN Poris Gaga 3, Irwan, diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa merasa kesulitan memahami konsep geometri terkait materi jaringjaring dan volume kubus dan balok.4 Sementara itu, ketika ditanya tentang permasalah yang dialami mengenai kesulitan siswa, beliau mengatakan bahwa siswa kesulitan dalam menghapal rumus terkait materi bangun ruang. Beliau juga mengatakan, masih ada beberapa siswa di setiap kelas yang harus melaksanakan remedial karena belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan selama ini belum sepenuhnya mampu mengatasi kesulitan anak dalam memahami konsep yang diajarkan. Dalam pelajaran matematika, sebaiknya pembelajaran diciptakan agar siswa mudah memahami konsep yang ia pelajari sehingga siswa lebih berminat untuk mempelajarinya. Disinilah guru harus kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan serta tidak membuat siswa rumit dalam penerapannya. Pembelajaran yang menarik membuat siswa senang dalam belajar yang akan berdampak pada hasil belajar. Dalam pembelajaran siswa harus berperan aktif dan guru hanya sebagai fasilisator. Disinilah guru memerlukan media untuk membantu dalam proses pembelajaran. Khususnya pada mata pelajaran matematika yang memerlukan penguasaan konsep dalam materinya.
4
Irwan, Guru Bidang Studi Matematika SDN Poris Gaga 3, wawancara dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2013.
5
Media visual konkret salah satunya yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika. Media berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat mempermudah pemahaman dan dan memperkuat ingatan. Media ini dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.5 Menurut Edgar Dale yang dikutip oleh Asyar memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui pendengaran dan penglihatan sebesar 50% melalui perkataan dan tulisan sebesar 70% dan melalui perkataan serta perbuatan sebesar 90%.6 Disinilah media berperan untuk membantu guru dalam menyampaikan pelajaran agar pembelajaran menjadi jelas dan mudah dimengerti siswa. Media visual konkret banyak sekali macamnya. Ada beberapa jenis media visual yang dapat digunakan pada materi geometri salah satunya yaitu media visual puzzle. Media puzzle merupakan salah satu media permainan yang dapat digunakan pada pembelajaran pada materi bangun ruang karena puzzle bersifat edukatif bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan kognitif, motorik halus, sosial dan melatih kesabaran.7 Ini berhubungan dengan materi bangun ruang yang akan diajarkan yaitu materi jaring-jaring kubus dan balok yang dapat melatih kesabaran serta melatih motorik halus, dan materi volume kubus dan balok yang dapat melatih keterampilan kognitif siswa. Selain media puzzle, media visual yang dapat digunakan juga yaitu media karton. Media ini dapat digunakan karena sesuai dengan pengukuran geometri bangun ruang yaitu siswa dapat mengukur jaring-jaring bangun ruang dan menghitung volumenya dengan karton yang mereka gunakan, sehingga mereka dapat mudah memahami materi bangun ruang tersebut dengan media yang mereka gunakan. Sesuai dengan karakteristiknya menurut Rayandra Ashyar bahwa media visual memudahkan peserta didik dalam menangkap dan memahami yang disajikan oleh media tersebut.8 5
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hal 91. Rayandra Asyar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2011), hal 22 7 Sri Widyanarti, Penggunaan Media Puzzle Dalam Model Pembelajaran Langsung. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/1007/baca-artikel, diakses pada tanggal 17 Januari 2014 6
8
Ibid, hal 53
6
Metode pembelajaran dengan menggunakan media puzzle ataupun karton pada materi bangun ruang dapat dijadikan rujukan sebagai media untuk mengurangi kejenuhan pada proses pembelajaran. Dengan melibatkan benda dalam pembelajaran diharapkan siswa menyukai dan memahami materi sehingga seperti bermain ketika belajar dan pemahaman tersebut dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Berdasarkan hal tersebut disini peneliti mencoba meneliti tentang Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Media Puzzle Dalam Materi Bangun Ruang Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD.
B. Identifikasi Masalah Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Guru jarang menggunakan media pada pembelajaran matematika. 2. Mata pelajaran matematika kurang menarik dan dianggap sulit bagi siswa. 3. Pemahaman siswa terhadap materi bangun ruang yang masih rendah.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran matematika, sehingga dalam penelitian ini proses pembelajaran matematika di kelas akan dibantu dengan menggunakan media puzzle dan karton. 2. Pemahaman matematika siswa masih rendah, sehingga pada penelitian ini dibatasi pada pemahaman konsep bangun ruang dalam materi bangun ruang.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang menggunakan media puzzle pada aspek kognitif, psikomotorik dan afektif?
7
2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang menggunakan media karton pada aspek kognitif, psikomotorik dan afektif? 3. Apakah hasil belajar siswa yang menggunakan media puzzle lebih tinggi dari pada yang menggunakan media karton?
E. Tujuan Penelitan Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan media puzzle. 2. Mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan media karton. 3. Membandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan media puzzle dengan hasil belajar siswa yang menggunakan media karton.
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut: 1. Bagi siswa, dengan menggunakan media puzzle dapat mempermudah dalam memahami konsep bangun ruang sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. 2. Bagi sekolah, dapat membantu meningkatkan kualitas hasil belajar dalam pelajaran matematika yang berdampak pada kualitas pendidikan sekolah. Khususnya bagi guru bidang studi agar mengoptimalkan media dalam pembelajaran serta menambah wawasan dalam menentukan strategi, metode, dan media yang sesuai dengan materi pelajaran. 3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam masalah pemanfaatan media visual dalam pembelajaran. Selain itu, dapat mengispirasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan.
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Media Pembelajaran Visual Media pembelajaran visual adalah sarana untuk menyampaikan pesan sehingga terciptanya lingkungan belajar dengan melibatkan indera penglihatan.1 Media visual terbagi dalam dua jenis yakni pesan verbal dan nonverbal. Sebelumnya akan dipaparkan terlebih dahulu mengenai pengertian media pembelajaran. 1. Pengertian Media Pembelajaran Media yaitu sarana dalam suatu proses komunikasi yang berfungsi menyampaikan pesan.2 Pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang dapat memperoleh informasi.3 Dalam hal ini kaitannya antara pendidik dan peserta didik. Peran media pembelajaran disini sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan pembelajaran. Berdasarkan pengertian di atas media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan dalam hal pembelajaran sehingga menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Menurut Munadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.4 Proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran karena adanya tujuan dan rencana yang ingin dicapai. Dengan menggunakan media, diharapkan proses komunikasi yang terjalin antara pendidik dan peserta didik dapat berjalan dengan baik. Gagasan yang dimiliki guru dapat disampaikan melalui alat bantu atau media. Komunikasi yang disampaikan selama pembelajaran tergantung terhadap
1
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2008), hal 81. Rayandra Asyar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2011), hal 5. 3 Ibid, hal 7. 4 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2008), hal 8. 2
8
9
pesan atau informasi yang disampaikan melalui media, dalam proses pembelajaran media sangatlah penting karena dapat membantu guru dalam menyampaikan maksud dari isi pelajaran yang dipelajari. Media mampu menjelaskan apa yang sulit dijelaskan dan media mampu membuat sesuatu yang abstrak menjadi konkret. Sehingga siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran dengan bantuan media. Peran media pun erat kaitannya dengan materi, isi dan tujuan pengajaran. Karena tujuan pengajaran tersebut merupakan dasar dalam penggunaan media agar dapat terjalin pembelajaran yang efektif dan efisien. Sehingga media pembelajaran adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar yang berfungsi sebagai penyalur pesan agar tujuan pengajaran dapat tercapai.
2. Fungsi Media Pembelajaran Media pembelajaran menjadi alat bantu dalam pembelajaran yang merupakan suatu strategi dalam pembelajaran. Sebagai strategi, media pembelajaran memiliki banyak fungsi, diantaranya: a. Media Sebagai Sumber Belajar Media sebagai sumber belajar yakni segala alat bantu yang dapat menunjang dalam proses pembelajaran. Dalam belajar banyak hal yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui pengalaman dalam memperoleh informasi. Media pembelajaran sebagai sumber belajar merupakan suatu kesatuan dalam pembelajaran yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.5 Udin Saripudin mengelompokkan sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan.6 Media pembelajaran merupakan salah satu sumber belajar bagi siswa. Melalui media siswa memperoleh pesan dan informasi sehingga 5 6
Ibid, hal 37. Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hal 122
10
membentuk pengetahuan pada diri siswa. Media pun berfungsi sebagai pengganti guru untuk memperoleh informasi dan pengetahuan, karena sumber belajar tidak hanya berpusat pada guru saja. Selain media berperan sebagai alat bantu, media pun berperan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran. b. Fungsi Semantik Semantik yaitu simbol dari suatu kata. Fungsi ini biasanya menjelaskan tentang suatu keadaan atau peristiwa. Media pembelajaran berperan dalam menambah kemampuan simbol kata bagi siswa sehingga simbol kata yang ditampilkan dapat dipahami oleh siswa. Simbol adalah lambang sesuatu yang digunakan
untuk
menjelaskan
suatu
hal.
Dalam
pembelajaran,
guru
menyampaikan materi pelajaran dan menjelaskan maksud dari setiap kata yang disampaikan. Media pembelajaran juga berfungsi mengkonkretkan gagasan dan memberikan kejelasan kepada siswa agar pengetahuan dan pengalaman belajar dapat lebih jelas dan lebih mudah dimengerti. c. Fungsi Manipulatif Manipulatif atau manipulasi yaitu menirukan atau memalsukan. Kaitannya pengertian manipulatif sebagai fungsi media pembelajaran yaitu kemampuan media dalam meniru suatu benda atau peristiwa dengan berbagai cara yang dapat mengatasi batas ruang, waktu, situasi, tujuan dan sasaran. Manipulasi ini digunakan untuk mengecilkan gambar yang terlalu besar, membesarkan gambar yang terlalu kecil, terlalu bahaya atau terlalu sulit dijangkau karena letaknya yang jauh, dan mengefisienkan waktu karena proses yang terlalu lama. d. Fungsi Psikologis7 1) Fungsi Atensi, atensi yaitu perhatian atau minat. Media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa terhadap materi yang dipelajari. Penggunaan media yang tepat dapat menarik perhatian dan pikiran siswa selama pembelajaran. Selain media harus menarik bagi siswa, media juga harus jelas dengan
7
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Grafindo, 2007), hal 16.
11
informasi atau pesan yang disampaikan sehingga dapat memberikan hasil yang baik. 2) Fungsi Afektif, afektif yaitu sikap atau emosi. Media pembelajaran dapat menggugah perasaan dan emosi akan sikap dan minat siswa terhadap materi pelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan menarik dapat menimbulkan kemauan untuk menerima pelajaran dengan baik. 3) Fungsi Kognitif, kognitif bersifat pemahaman. Fungsi kognitif dari media pembelajaran sebagai alat bantu untuk memberi pengetahuan dan pemahaman kepada siswa tentang suatu hal yang baru. Hampir semua jenis media pembelajaran memiliki fungsi kognitif. Media pembelajaran memungkinkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan minat masingmasing. 4) Fungsi Imajinatif, imajinatif yaitu rekaan atau khayalan. Fungsi media imajinasi yakni rekaan atau khayalan suatu objek atau peristiwa tanpa menggunakan indera. Media merupakan salah satu alat yang dapat membangkitkan dan mengembangkan daya imajinatif siswa. 5) Fungsi Motivasi, motivasi yaitu dorongan atau tindakan untuk mencapai tujuan. Media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena dengan menggunakan media pembelajaran menjadi menarik dan perhatian siswa tertuju pada materi yang dipelajari. e. Fungsi Sosio Kultural Sosio kultural yaitu masyarakat berbudaya. Fungsi media pembelajaran sosio kultural yaitu alat bantu yang dapat mengatasi perbedaan budaya antar siswa. Siswa yang mempunyai adat, kebiasaan, lingkungan dan pengalaman yang berbeda-beda, sangat memungkinkan mereka memiliki pemahaman yang berbeda-beda pula pada suatu materi yang diajarkan. Disinilah peran media memberikan pemahaman untuk saling menghargai perbedaan yang ada.
12
Fungsi media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media manipulatif. Media manipulatif yakni benda model tiruan atau benda yang menyerupai bentuk aslinya. Banyak benda model tiruan yang dapat dijadikan media dalam pembelajaran tergantung pada materi yang akan disajikan. Sehubungan dengan materi yang akan diteliti yaitu materi bangun ruang, maka media yang digunakan berupa benda model tiruan yang menyerupai benda bangun ruang. Benda model tiruan ini berbasis visual yaitu media visual konkret.
3. Media Visual Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan.8 Adapun menurut pendapat lain, media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan non verbal.9 Pesan verbal visual terdiri atas kata-kata dalam bentuk tulisan. Pesan non verbal visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol non verbal visual yakni sebagai pengganti bahasa verbal, maka disebut sebagai bahasa visual. Bahasa visual inilah yang kemudian menjadi media visual. Berbagai macam media mempunyai peran yang penting dalam hal proses belajar, salah satunya yaitu media visual. Media visual yakni dapat membantu dalam memahami dan mengingat pelajaran yang dipelajari siswa. Selain itu, media visual dapat menarik minat siswa dalam belajar dan dapat menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata siswa. Siswa tidak hanya belajar dan diberikan materi secara abstrak, tetapi siswa dapat melihat dari benda yang ditampilkan sehingga mereka dapat belajar secara konkret dan dapat menghubungkan pelajaran dengan dunia nyata.
8 9
Op. cit, hal 124. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2012), hal 81.
13
Prinsip penggunaan dan produksi media menurut mukminan yang dikutip dalam jurnal Tejo Nurseto,10 untuk mengembangkan media pembelajaran diperhatikan prinsip VISUALS, yang dapat digambarkan sebagai singkatan dari Visible (mudah dilihat), Interesting (menarik), Simple (sederhana), Useful (berguna/ bermanfaat), Accurate (benar/
dapat
dipertanggung
jawabkan),
Legitimate (masuk akal/ sah) dan Structured (tersusun dengan baik). Media visual yang dapat digunakan dalam pembelajaran banyak sekali macamnya serta efektif digunakan untuk mencapai mutu pendidikan. Dikutip dari jurnal Hasrul Basri11 dengan menggunakan media pembelajaran visual animasi, siswa memiliki pandangan positif terhadap media pembelajaran tersebut dengan melihat interval nilai yang berada pada kategori baik dan sangat baik. Selain itu, dikutip dari jurnal lain dengan penggunaan media tiga dimensi model bangun ruang pada pembelajaran matematika yang dilaksanakan sesuai dengan langkahlangkah yang ditetapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan KKM mencapai 100% serta penggunaan media yang bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar matematika.12 Berdasarkan penelitian tersebut, media visual animasi dan tiga dimensi dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Agar media visual menjadi efektif dalam proses pembelajaran, media ini sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi, hal ini terkait dengan karakteristik media visual. Berikut beberapa karakteristik diantaranya:13 a) Pesan visual yang meliputi gambar, grafik, diagram, bagan dan peta b) Penyalur pesan visual verbal dan nonverbal grafis meliputi buku dan modul, komik, majalah dan jurnal, poster dan papan visual. c) Benda asli dan benda tiruan (model)
10
http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/view/706 http://eprints.unisbank.ac.id/1444/ 12 http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/view/232 13 Op. cit, hal 107. 11
14
Menurut karakteristiknya, media visual yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benda model tiruan atau mock ups yaitu benda asli yang disederhanakan.14 Benda model tiruan ini sangat efektif untuk belajar karena selain dapat menarik perhatian siswa untuk belajar, benda ini juga dapat membuat benda yang abstrak menjadi konkret karena bentuknya yang menyerupai bentuk aslinya sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Media visual yang termasuk benda model tiruan salah satunya yaitu berbentuk potongan-potongan atau puzzle.
4. Media Puzzle Puzzle adalah suatu jenis alat permainan yang bisa membantu membangun koordinasi mata, tangan dan untuk belajar tentang konsep pemasangan dalam bentuk yang terdiri dari dua atua tiga permainan bongkar pasang.15 Sedangkan media puzzle adalah alat permainan edukatif yang menyerupai benda model tiruan yang dapat merangsang kemampuan motorik halus siswa dan dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya. Puzzle dibagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya:16 1. Puzzle konstruksi merupakan kumpulan potongan-potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. 2. Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika sederhana namun memerlukan pemikiran kritis dan dimainkan dengan cara membuat bentuk sesuai yang kita inginkan ataupun menyusun gambar. 3. Puzzle lantai yaitu puzzle yang terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga baik untuk alas bermain anak-anak di atas lantai.
14
Op. cit, hal 108. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/1007/baca-artokel diakses pada tanggal 17 Januari 2014 16 http://kuliah.itb.ac.id/course/info.php?id=435 15
15
4. Puzzle angka yaitu sejenis bongkar pasang yang bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat melatih kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai urutannya. 5. Puzzle transportasi yaitu merupakan bongkar pasang yang memiliki gambar berbagai macam kendaraan darat, laut dan udara. 6. Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan keterampilan serta anak berlatih untuk memecahkan masalah sehingga membentuk suatu gambar yang utuh. 7. Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan keterampilan anak untuk mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang dan lain-lain). 8. Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang dapat mengembangkan kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle penjumlahan dan pengurangan anak memasangkan kepingan puzzle sesuai dengan gambar pasangannya
Media puzzle yang digunakan dalam penelitian ini yaitu puzzle geometri, karena puzzle geometri merupakan kepingan puzzle yang terdiri dari persegi dan persegi panjang. Terkait materi yang akan diteliti mengenai jaring-jaring dan volume bangun ruang kubus dan balok, diharapkan siswa dapat merangkai dan menghitung bangun ruang dengan media yang digunakan. Media puzzle ini dipilih sebagai media pembelajaran karena media ini merupakan permainan sehari-hari bagi siswa. Mereka sering menggunakannya dalam permainan. Dalam pembelajaran, siswa tidak hanya mampu mengkonsep pemahaman kognitifnya saja, tetapi mereka dapat memperoleh sikap yang baik saat belajar dan keterampilan dalam menyusun potongan puzzle tersebut. Adapun manfaat dari media puzzle ini yaitu:17 17
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/article/view/3945/3921 diakses pada tanggal 17 Januari 2014
16
1. Melatih motorik halus, logika, konsentrasi, ketelitian, dan kesabaran siswa 2. Melatih perkembangan koognitif terhadap suatu objek 3. Melatih koordinasi mata dan tangan untuk mencocokan kepingan puzzle. 4. Memecahkan masalah dan menyenangkan anak dalam belajar Media puzzle merupakan media pembelajaran visual berkarakteristik benda model tiruan yang dapat memotivasi siswa dan memperkuat daya ingat serta melatih logika mereka dalam berfikir secara matematis. Dengan menggunakan media puzzle dalam pembelajaran, siswa dilatih mengembangkan kemampuan berfikirnya untuk menggabungkan potongan-potongan puzzle tersebut. Puzzle yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu puzzle geometri. Puzzle geometri berbentuk benda asli yang telah dimodifikasi atau biasanya yang disebut dengan miniatur. Miniatur adalah suatu model hasil penyederhanaan suatu realitas tetapi tidak menunjukkan aktivitas atau suatu proses.18 Miniatur ini dapat menjelaskan kepada siswa mengenai suatu objek yang sedang dipelajari secara konkret atau tiga dimensi. Benda konkret berupa media puzzle yang akan digunakan dalam penelitian ini terbentuk dari bangun datar persegi dan persegi panjang, dan kubus satuan kecil. Puzzle tersebut dapat dirangkai dan dibentuk menjadi sebuah jaring-jaring menjadi bangun ruang sederhana. Media puzzle yang pertama yaitu kepingan bangun datar yang berbentuk kubus dan balok untuk membuat jaring-jaring kubus dan balok. Pada saat pembelajaran, siswa diminta untuk merangkai bangun ruang balok. Mereka merangkai balok yang terdiri dari beberapa puzzle persegi dan persegi panjang yang membentuk suatu bangun ruang balok. Mereka tidak hanya dapat melihat gambar balok itu saja, tetapi dapat membentuk dan merangkai bangun ruang balok dari potongan puzzle tersebut. Dalam pembelajaran siswa dapat membentuk suatu kelompok untuk merangkai bangun ruang yang terdiri potongan puzzle dan setiap kelompok diberikan beberapa puzzle persegi dan persegi panjang untuk 18
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2012), hal 109.
17
dapat dirangkai menjadi suatu bangun ruang kubus dan balok. Sehingga dalam merangkai suatu bangun ruang, siswa tidak hanya memiliki kemampuan memahami bentuk bangun ruang saja tetapi dapat terampil dalam merangkai bangun ruang tersebut. Untuk lebih jelasnya, puzzle geometri persegi dan persegi panjang yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Puzzle Geometri Berbentuk Persegi
Media puzzle yang kedua yaitu kubus satuan kecil untuk menghitung volume kubus dan balok. Pada saat pembelajaran, siswa diminta untuk menghitung volume kubus dengan kubus satuan kecil, mereka dapat merangkai dengan 3 satuan kubus kecil keatas, kesamping dan kebelakang, yang akan membentuk suatu kubus besar. Setelah itu siswa diminta untuk menghitung volume/isi kubus besar tersebut dengan kubus satuan kecil. Sehingga ketika mereka menghitung volume bangun ruang, mereka tidak hanya dapat menghafal rumus saja, tetapi dapat menghitung satuan volume dari kubus kecil dan merangkai bangun ruang balok dari rangkaian puzzle tersebut. Dalam pembelajaran siswa dapat membentuk suatu kelompok untuk menghitung volume bangun ruang yang terdiri potongan puzzle tersebut. Setiap kelompok diberikan beberapa puzzle kubus satuan kecil untuk dapat dihitung satuan volume bangun ruang kubus dan balok. Sehingga siswa tidak hanya menghafal rumus saja tetapi
18
dapat terampil dalam merangkai bangun ruang tersebut. Untuk lebih jelasnya, puzzle geometri kubus satuan kecil yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu terlihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Puzzle Geometri Berbentuk Kubus Satuan
B. Hasil Belajar Matematika Belajar dan hasil belajar memiliki keterkaitan satu sama lain, untuk itu pengertian belajar dan hasil belajar akan dijabarkan di bawah ini. 1. Pengertian Hasil Belajar Belajar adalah reaksi mental dan fisik terhadap penglihatan, pendengaran dan perbuatan mengenai sesuatu yang dipelajari dan dengan itu seseorang memperoleh pengertian dan pemahaman yang bermanfat dalam pemecahan masalah baru.19 Belajar merupakan proses berfikir yang menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dan lingkungan.
Asumsi
yang mendasari
pembelajaran
berfikir
yakni
pengetahuan itu tidak datang dengan sendirinya melainkan pengetahuan yang dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya.20 Perubahan belajar dapat dilihat dari berbagai prilaku, perubahan perilaku tersebut dari ranah kognitif, afektif dan atau ranah psikomotor. Perubahan yang terjadi 19 20
Anisah Basleman. Teori Belajar Orang Dewasa. (Bandung: Rosdakarya, 2011), hal 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010), hal 107.
19
akibat belajar berlangsung lama dan tidak akan kembali seperti keadaan semula atau keadaan sebelum belajar, perubahan yang terjadi sesaat seperti keadaan lelah, sakit dan sebagainya tidak dapat mempengaruhi keadaan akibat belajar tersebut. Perubahan tersebut tidak terjadi secara spontan mengikuti pengalaman belajar tetapi yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku. Belajar dapat merubah tingkah laku atau potensi yang dimiliki seseorang dari hasil pengalaman belajar atau latihan yang dilakukan. Seseorang dikatakan telah belajar jika dia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Perubahan tingkah laku tersebut tidak terjadi akibat perilaku yang bersifat refleks atau naluriah, tetapi bersifat adanya konsekuensi akibat perubahan karena dapat mengerti dan paham akan hal yang dipelajari. Belajar merupakan proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotorik.21 Adapun ciri-ciri belajar adalah:22 a) Adanya perubahan perilaku dalam diri individu b) Perubahan perilaku relative menetap atau bersifat permanen c) Perubahan perilaku merupakan hasil interaksi aktif individu dengan lingkungannya. Menurut Thursan Hakim (2002) yang dikutip dalam buku Fathurrohman mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll.23 Hal ini menjelaskan bahwa ciri-ciri belajar adalah peningkatnya kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang dapat dilihat dalam bentuk meningkatnya kualitas dan
21
Masitoh, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dikti, 2009), hal 3. Asep Hernawan, dkk, Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung: UPI Press, 2007), hal 2 23 Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hal 6. 22
20
kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai hal. Tidak hanya dalam ranah kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman saja, tetapi dapat terlihat dalam ranah afektif yaitu perubahan sikap serta ranah psikomotorik yaitu keterampilan. Dalam proses belajar jika seseorang tidak dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kemampuannya, maka orang tersebut dikatakan belum mengalami proses belajar. Karena pada hakikatnya belajar adalah perubahan peningkatan kualitas dan kuantitas yang terjadi pada diri seseorang. Belajar juga berkembang melalui proses dari latihan dan usaha. Melalui belajar, siswa memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang dimilikinya.24 Beranjak dari pernyataan tersebut, teori belajar berisi tentang proses terjadinya tingkah laku manusia. Ada dua faktor yang menyebabkan berubahnya tingkah laku manusia yakni faktor dari dalam diri manusia dan faktor dari luar. Atas dasar itu teori belajar dapat dikelompokkan menjadi teori internal dan teori eksternal.25 Teori internal adalah teori belajar yang cenderung menerangkan kejadian yang nampak dari dalam diri manusia. Teori eksternal yakni faktor yang berada di luar diri manusia yaitu interaksi individu dengan lingkungannya. Karena belajar merupakan suatu proses yang banyak mempengaruhi untuk mencapai hasil belajar, sekiranya kita mengetahui pengertian hasil belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil belajar merupakan proses dan pengalaman yang dilakukan secara individu ataupun kelompok yang dapat terjadi di lingkungan sekolah. Hasil belajar akibat perubahan yang terjadi selama proses belajar tidak hanya meningkatkan kemampuan kognitif saja, tetapi perubahan sikap dan keterampilan siswa dapat meningkat. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.26 Menurut pendapat lain hasil belajar adalah
24
Elizabeth B Harlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978), cet, keenam, hal 28. Asep Hernawan, dkk, Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung: UPI Press, 2007), hal 6 26 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosda, 2004) 25
21
kemampuan keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa setelah dia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, afektif, maupun psikomotorik.27 Menurut Benyamin S Bloom yang dikutip dalam buku Hamzah, memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik.28 Kawasan ini disebut dengan 3 ranah domain besar yang disebut taksonomi Bloom meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.29 Pertama, ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk kedalam ranah in.30 Menurut Hamzah, ranah kognitif adalah proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat evaluasi. Ranah ini berkaitan dengan kemampuan intelektual dan kompetensi seseorang dalam berfikir. Terdapat 6 (enam) tingkatan dalam kawasan kognitif, yaitu:31 a) Tingkat pengetahuan: kemampuan siswa dalam mengingat atau menghafal b) Tingkat pemahaman: kemampuan siswa menafsirkan atau menerjemahkan c) Tingkat penerapan: kemampuan siswa menerapkan suatu pemecahan masalah d) Tingkat analisis: kemampuan siswa dalam memecahkan masalah e) Tingkat sintesis: kemampuan siswa mengaitkan suatu hal dengan pengetahuan sehingga terbentuk suatu hal baru f) Tingkat evaluasi: kemampuan dalam membuat keputusan yang tepat Jenjang ingatan sampai penerapan disebut dengan jenjang berfikir tingkat sederhana, sedangkan jenjang analisis sampai evaluasi sebagai jenjang berfikir tingkat tinggi. Untuk siswa Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) kemampuan tingkat kognitifnya hanya sampai pada jenjang berfikir tingkat
27
Masitoh, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dikti, 2009), hal 13 Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal 35 29 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal 117 30 Sudaryono. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal 43 31 Op. cit, hal 35 28
22
sederhana, mereka belum sampai pada jenjang berfikir tingkat tinggi. Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif untuk siswa Sekolah Dasar (SD) berada pada tahap operasional konkret yaitu antara umur 7 – 11 tahun. Dimana dalam rentan usia ini siswa dapat berfikir secara sistematis mengenai benda dan peristiwa yang konkret.32 Dalam pembelajaran, biasanya aspek kognitif banyak dijadikan sebagai perumusan untuk hasil belajar. Hal itu terlihat pada kompetensi dasar, indikator, pemilihan bahan ajar, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian yang akan dilakukan. Kedua, ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.33 Menurut Hamzah ranah afektif yakni berkaitan dengan sikap, emosi, motivasi dan prilaku.
Ranah
ini
bersifat
pada
kesadaran
melalui
penerimaan
dan
kecenderungan terhadap nilai-nilai. Terdapat 5 (lima) tingkatan dalam kawasan afektif, yaitu:34 a) Kemauan menerima: keinginan untuk memperhatikan & tertarik akan sesuatu. b) Kemauan menanggapi: berpartisipasi dalam suatu kegiatan c) Berkeyakinan: menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu. d) Penerapan karya: menerima terhadap nilai berdasarkan suatu sistem nilai. e) Ketekunan dan ketelitian: menyelaraskan perilaku sesuai dengan system. Kegiatan pembelajaran dari ranah afektif dapat dilihat dari perubahan sikap, pandangan dan perilaku. Factor ini dapat menjadi prasyarat yang dimiliki siswa untuk mau berfikir dan berkinerja, sehingga dapat dimanfaatkan guru untuk kepentingan pembelajaran. Ketiga, ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah siswa memperoleh pengalaman belajar.35 Menurut Hamzah, ranah psikomotorik berkaitan dengan kompetensi
32
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. (Bandung: Rosdakarya, 2009), hal 70 Sudaryono. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal 46 34 Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal 37 35 Sudaryono. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal 47 33
23
berunjuk kerja yang bersifat manual atau motorik. Pada ranah ini cenderung menuntut aktivitas fisik. Terdapat 7 (tujuh) tingkatan yang terdapat pada kawasan psikomotorik, yakni: a) Persepsi: penggunaan indera dalam melakukan kegiatan b) Kesiapan: melakukan kesiapan untuk bertindak c) Mekanisme: penampilan yang sudah menjadi kebiasaan d) Respon terbimbing: meniru yang diperintahkan orang lain e) Kemahiran: gerakan motorik dengan keterampilan f) Adaptasi: keterampilan yang berkembang setelah latihan g) Originasi: keterampilan yang disesuaikan pada situasi tertentu Pada kurikulum yang berbasis kompetensi penekanan pembelajaran adalah capaian peserta didik mampu melakukan, mendemostrasikan, atau melakukan sesuatu sesuai dengan kompetensi yang dibelajarkan dan hal itu terkait dengan karakteristik pada setiap mata pelajaran termasuk matematika.
2. Matematika Geometri Ruang Belajar matematika merupakan tentang konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsepkonsep dan struktur matematika.36 Belajar matematika harus melalui proses yang bertahap dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Proses berfikir siswa yang perlu diukur dapat berfungsi dalam berbagai kemampuan yaitu menemukan, membuktikan, kreatifitas, melukis, dsb. Konsep merupakan suatu kategori yang memiliki ciri secara umum tidak dibatasi pada bentuk, warna dll.37 Salah satu cabang mata pelajaran matematika yaitu geometri. Geometri merupakan cabang matematika yang mempelajari titik, garis, bidang dan benda-
36
http://www.sekolahdasar.net/2011/07/pembelajaran-matematika-disekolah.html#ixzz2Ay9V3k dA Oemar Malik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal 162 37
24
benda ruang serta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungannya satu sama lain.38 Jadi geometri dapat dipandang sebagai pengetahuan yang mempelajari tentang ruang. Bangun ruang merupakan bangun matematika yang memiliki isi atau volume. Bangun ruang disebut juga bangun berdimensi tiga karena mengandung tiga unsur, yaitu panjang, lebar dan tinggi. Bangun-bangun yang terbentuk oleh perpotongan ruas garis mempunyai bagian-bagian sisi, rusuk dan titik sudut. Sisi merupakan bidang pada bangun ruang yang membatasi antara bangun ruang dengan ruangan di sekitarnya, Rusuk merupakan pertemuan dua sisi yang berupa ruas garis pada bangun ruang sedangkan titik sudut adalah titik dari hasil pertemuan rusuk yang berjumlah tiga atau lebih. Pada umumnya bangun ruang yang telah kita kenal adalah balok, kubus, prisma, limas, kerucut, tabung dan bola. Pada setiap bangun ruang tersebut mempunyai jaring-jaring yang merupakan gabungan dari beberapa bangun datar serta rumusan dalam menghitung luas maupun isi/volumenya. Sebelum siswa memahami dalam menghitung luas ataupun volumenya, sebaiknya siswa memahami konsep mengenai bangun-bangun ruang tersebut. Bahwa bangun ruang merupakan gabungan dari beberapa bangun datar (segiempat, persegi panjang) yang tersusun menjadi bangun ruang. Siswa dikenalkan pada benda-benda disekitar mereka yang menyerupai bangun-bangun ruang. Agar mereka mudah mengenali bangun ruang dan mengaitkannya dengan benda yang mereka lihat sehari-hari. Sehingga kegiatan pembelajaran bersifat konkret atau nyata. Ketika siswa mempelajari suatu bangun ruang balok, mereka dapat menyebutkan bahwa benda yang menyerupai balok tersebut adalah gedung bertingkat sesuai dengan apa yang mereka lihat sehari-hari. Sedangkan dalam memahami jarring-jaring bangun ruang, siswa dapat dikenalkan dengan beberapa bangun datar terlebih dahulu yang jika digabungkan akan membentuk suatu bangun ruang.
38
Djoko Iswandi, dkk, Geometri Ruang, (Bandung: UT, 1999), hal 1.
25
Dalam pembelajaran siswa dikenalkan pada objek berupa bentuk yang bersifat real atau nyata. Siswa tidak hanya melihat gambar yang berupa jaringjaring ataupun bentuk suatu bangun ruang, tetapi mereka dapat membentuk sendiri jaring-jaring yang merupakan gabungan beberapa bangun datar dan menjadikannya suatu bangun ruang. Objek geometri merupakan benda-benda yang bersifat abstrak, misalnya balok dan kubus yang perlu ditunjukan dalam bentuk benda konkret sehingga mudah dipahami. Bentuk konkret dari suatu benda dapat berupa gambar atau model dari benda yang dimaksud. Siswa tidak hanya mengenal gambar atau model bangun ruang yang telah disajikan, tetapi mereka dapat memahami konsep bangun ruang yang dipelajari berupa benda konkret. Setiap konsep matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkret. Media salah satunya adalah alat untuk menerangkan dan mewujudkan konsep matematika sehingga materi pelajaran yang disajikan mudah dipahami oleh siswa. Salah satu dari Standar Kompetensi Lulusan SD pada mata pelajaran matematika yaitu memahami konsep pada setiap materinya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pemahaman guru tentang hakekat pembelajaran matematika di SD dapat merancang pelaksanaan proses pembelajaran dengan baik yang sesuai dengan perkembangan kognitif siswa, penggunaan media, metode dan pendekatan yang sesuai pula. Sehingga guru dapat menciptakan suasana
pembelajaran
yang
kondusif
serta
terselenggaranya
kegiatan
pembelajaran yang efektif. Untuk dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, guru dapat menggunakan media dalam pembelajaran. Media banyak sekali macamnya terkait dengan geometri bangun ruang yang terdiri dari kubus dan balok. Media yang dapat digunakan salah satunya yaitu puzzle geometri. Puzzle merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam membentuk konsep pemahaman bangun ruang bagi siswa. Puzzle banyak macamnya, salah satunya yaitu puzzle geometri. Puzzle geometri merupakan potongan-potongan yang
26
terdiri dari bangun datar segiempat dan persegi panjang. Siswa dapat membuat bangun ruang melalui puzzle dengan menggabungkan beberapa puzzle bangun datar menjadi sebuah bangun ruang. Penggunaan media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep bangun ruang. Dalam pembelajaran, peneliti menggunakan pendekatan kelompok untuk mengembangkan sikap sosial siswa. Hal ini berkaitan dengan makhluk hidup termasuk makhluk homo socius yakni makhluk yang cenderung hidup bersama.39 Dengan pembelajaran menggunakan media puzzle, pendekatan kelompok, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang merupakan prinsip dari pengajaran.40 Jadi, saat penelitian siswa tidak seperti sedang diamati, karena pembelajaran yang diciptakan saat penelitian membuat siswa tertarik dan menyenangkan sehingga membuat mereka berminat saat belajar. Materi pembelajaran geometri terkait jaring-jaring dan volume bangun ruang terdapat di Kelas V SD, sehingga peneliti menggunakan buku rujukan Erlangga Kelas V41 dan Ensiklopendia Matematika SD.42
C. Hasil Penelitian Relevan Sebagai bahan penguat penelitian tentang penggunaan media dalam pembelajaran, peneliti mengutip beberapa penelitian yang relevan, yaitu: 1. Harmoko
dalam skripsinya yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN
MEDIA GAMBAR KARTUN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA” memaparkan bahwa pada kelas eksperimen yang menggunakan media gambar hasil belajarnya lebih baik dari
pada kelas kontrol yang tidak
menggunakan media gambar. Ini dapat terlihat dari membandingkan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas control. Penggunaan media gambar kartun dalam pembelajaran dapat terlihat ketika Harmoko menggunakan gambar 39
Syaiful Bahri Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal 55 Ibrahim. Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal 27 41 Tim Bina Karya Guru. Terampil Berhitung Matematika Jilid 5. (Jakarta: Erlangga, 2006), hal 82 42 Yoni Yuniarto. Ensiklopedi Matematika. (Jakarta; Sinergi Pustaka, 2007) hal, 43 40
27
dalam setiap materi yang diajarkan. Media gambar yang ditampilkan berupa gambar-gambar kartun yang siswa sering lihat di televisi. Gambar kartun tersebut mewakili setiap pertanyaan dan langkah dalam menjawabnya. Disini peneliti tertarik untuk meneliti penggunakan media dalam pembelajaran matematika terkait materi bangun ruang. Materi bangun ruang termasuk materi yang sulit dimengerti karena harus mengenal bangun datar terlebih dahulu, karena bangun ruang merupakan gabungan dari beberapa bangun datar. Berangkat dari pernyataan tersebut, peneliti mencoba menggunakan media puzzle (puzzle geometri) yang terdiri dari bangun datar persegi dan persegi panjang yang jika digabungkan akan membentuk bangun ruang. Media ini dapat digunakan pada pembelajaran materi bangun ruang, karena siswa tidak hanya mengenal bangun ruang dengan hanya melihat, tetapi mereka dapat merangkai bangun ruang tersebut dengan media puzzle geometri yang digunakan dalam pembelajaran. 2. Abdul Hadi dalam skripsinya yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA KARTU KOTIF (KOIN POSITIF NEGATIF) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA” memaparkan bahwa pada kelas eksperimen yang menggunakan media hasil belajarnya lebih tinggi daripada hasil belajar dengan pembelajaran ekspositori. Penggunaan media dalam penelitian ini ditunjukkan pada permainan kartu koin positif dan koin negatif pada materi bilangan. Siswa lebih mengerti terhadap materi yang diajarkan dalam belajar. Siswa menikmati permainan tersebut sehingga seperti bermain ketika belajar. Hasil belajar yang dinilai pada penelitian ini tidak hanya dilihat pada aspek kognitifnya saja, aspek psikomotorik pun dinilai dari cara siswa terampil dalam memainkan kartu.
D. Kerangka Berfikir Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku baik aspek pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Belajar matematika adalah suatu kegiatan mental yang
28
tinggi karena matematika berkenan dengan ide abstrak sehingga memerlukan suatu pola fikir yang terorganisir dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep yang ada. Pembelajaran matematika diperlukan pengetahuan dan pemahaman guru yang baik tentang matematika sebagai wahana pendidikan sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu guru tidak terlepas dari berbagai macam pendekatan, metode, dan strategi dalam pembelajaran. Selama ini metode pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah metode yang berpusat pada guru, guru mendominasi kegiatan siswa yang menyebabkan siswa selalu pasif sedangkan guru aktif bahkan segala inisiatif berasal dari guru, siswa hanya didikte untuk melakukan sesuatu. Hal ini menyebabkan kurangnya perhatian siswa dalam belajar sehingga siswa kurang memahami atau menarik kesimpulan dari informasi konsep yang diberikan oleh guru. Pada pelajaran matematika dengan metode tradisional menganggap guru sebagai gudang ilmu dan menempatkan guru sebagi obyek yang aktif dalam pembelajaran sementara siswa bersikap pasif. Pola pembelajaran yang cenderung statis dan rutin mengakibatkan siswa mengalami kejenuhan sehingga siswa menjadi kurang berminat terhadap matematika yang akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar matematika juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu pembelajaran yang diciptakan guru. Hal ini berkaitan dengan metode dan teknik yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Berdasarkan penelitian oleh British AudioVisual Assiciation bahwa pengetahuan lebih banyak diperoleh melalui indera penglihatan/visual sebanyak 75%. Dengan demikian dalam pembelajaran perlu memanfaatkan media visual. Media puzzle sebagai media visual mampu menarik perhatian siswa dan menampilkan informasi dalam bentuk yang lebih sederhana dan ringkas sehingga memudahkan siswa dalam memahami informasi atau materi pelajaran.
29
Media puzzle menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Puzzle yang sifatnya seperti bongkar pasang, dekat dengan dunia anak-anak dan dapat memperkuat pemahaman belajar siswa akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menjadikan suasana belajar menjadi tidak menegangkan. Dengan begitu, diharapkan media puzzle mampu menjadi alternatif media yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Penggunaan media puzzle di kelas, dituangkan dalam bentuk mainan anakanak dan dibagikan pada setiap perwakilan kelompok. Potongan puzzle ini disusun untuk membentuk suatu bangun ruang yang terdiri dari beberapa jenis bangun datar. Dengan demikian siswa diarahkan sampai pada suatu konsep matematika. Melalui media puzzle diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami dan menyelesaikan soal-soal. Diharapkan juga dengan media puzzle dapat merangsang kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, memotivasi serta menimbulkan minat siswa dalam belajar matematika, sehingga akan tercipta proses belajar yang efektif, efisien serta menyenangkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika yang baik.
E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berfikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “hasil belajar matematika siswa yang menggunakan media puzzle lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan media karton”. Hal tersebut berdasarkan bahwa media puzzle dekat dengan dunia anak-anak dan dapat memperkuat pemahaman belajar mereka sehingga terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Poris Gaga 3 Kota Tangerang. Waktu penelitian dilaksanakan selama bulan November berdasarkan jam mata pelajaran matematika pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.
B. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian ini menggunakan Metode Quasi Eksperimen, yaitu suatu metode penelitian berupa eksperimen semu dimana menggunakan rancangan penelitian yang tidak dapat mengontrol secara penuh kondisi penelitian. Metode ini hanya memungkinkan penelitian dengan kondisi yang sudah ada. Jenis penelitian quasi eksperimen yang dilakukan yaitu 2 kelompok hanya menggunakan posttest. Desain penelitian ini menggunakan Two Group Posttest Only Design dan pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dipilih dengan menggunakan teknik penarikan sampel aksidental dengan menanyakan kepad guru bidang studi.1 Pada penelitian ini hanya dilakukan posttest karena hanya membandingkan hasil belajar pada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang menggunakan media puzzle dan kelompok kontrol yang menggunakan media karton. Penelitian ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok homogen yang terdiri atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen dengan menggunakan media puzzle dan kelompok kedua adalah kelompok kontrol dengan menggunakan media karton. Tabel 3.1 Desain Penelitian
1
Kelas (R)E
Perlakuan XE
Test Hasil Belajar (E)
(R)K
XK
Hasil Belajar (K)
Bambang Prasetyo. Metode Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Grafindo, 2012), hal 162.
30
31
Keterangan: R : Pemilihan subjek secara acak XE : Perlakuan pada kelas eksperimen, yaitu penerapan media puzzle XK: Perlakuan pada kelas kontrol, yaitu penerapan media karton T : Tes yang diberikan pada kedua kelas
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti2 baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Populasi dalam penelitian ini adalah SDN Poris Gaga 3 tahun ajaran 2013/2014. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki. Dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk kecil. Kelas sampel diambil dengan teknik penarikan sampel aksidental sebanyak dua kelas yaitu Kelas VA dan VB. Kelas VA dijadikan kelas kontrol dan Kelas VB dijadikan kelas eksperimen. Teknik yang dilakukan adalah teknik acak sederhana yaitu jika populasi dari suatu penelitian homogen dan tidak terlalu banyak jumlahnya.3
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data Data penelitian diambil dari data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh dari dokumentasi, observasi dan tes dengan skor formatif pada pokok bahasan bangun ruang, dimana observasi dan tes yang dikerjakan pada kedua kelas tersebut sama.
2. Variabel Penelitian Dalam penelitian dapat ditentukan: 2 3
Ibid. hal 119 Ibid. hal 123
32
a. Variabel bebas (X)
: Media Puzzle
b. Variabel terikat (Y)
: Hasil Belajar Matematika Siswa
3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar matematika siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Tes hasil belajar aspek kognitif yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang diberikan. Tes yang diberikan berupa tes tertulis. Sedangkan tes hasil belajar aspek psikomotorik yaitu observasi
terhadap
keterampilan
siswa
dalam
menggunakan
media
pembelajaran. Dan tes hasil belajar aspek afektif yaitu observasi terhadap sikap siswa selama pembelajaran. Tes ini terlebih dahulu diuji cobakan di kelas VI untuk diketahui validitas dan reliabilitasnya.
a. Uji Validitas Instrumen Tes Validitas adalah ketepatan suatu alat ukur hasil belajar, sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat ukur hasil belajar peserta didik.4 Tes dibuat valid apabila tes tersebut benar-benar dapat mengungkap aspek yang diselidiki secara tepat, dengan kata lain harus memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dalam mengungkap aspek yang hendak diukur. Pengujian validitas dilakukan menggunakan Product Moment. Yang dihitung dengan menggunakan software excel. Adapun rumus uji validitas yaitu: ∑ √*
∑
(∑ ) (∑ ) (∑ ) +*∑
(∑ ) +
Keterangan: = koefisien antara variabel X dan variabel Y banyak siswa = 4
skor item
Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal 140
33
= tabel
skor total = r ( α,dk) = r (α, n-2)
Untuk menentukan kriteria uji instrumen, jika: a. rhitung ≤ rtabel maka butir item tidak valid b. rhitung > rtabel maka butir item valid Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan n = 40. Taraf signifikan 5% diperoleh rtabel = 0,32, jadi item soal dikatakan valid jika rhitung > 0,32. Pada pengujian yang terdiri dari 10 butir soal essai, semua soal dalam kategori valid karena rhitung > 0,32. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
b. Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah ketelitian suatu alat ukur atau instrumen.5 Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut baik. Karena tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk essai, maka untuk menguji reliabilitas soal tes menggunakan Cronbach Alfa, yang dihitung dengan menggunakan software excel. Adapau rumus uji reliabilitas yaitu:
(
)(
∑
)
Keterangan: = reliabilitas yang dicari n
= banyaknya butir pertanyaan (soal)
∑
= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total
5
Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: Rosdakarya, 2011), hal 258
34
Tabel 3.2 Kriteria Klasifikasi Reliabilitas 0,8 < r11 ≤ 1,0
Sangat Baik
0,6 < r11 ≤ 0,8
Baik
0, 4< r11 ≤ 0,6
Cukup
0,2 < r11 ≤ 0,4
Rendah
0,0 < r11 ≤ 0,2
Sangat Rendah
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas diperoleh nilai r11 = 0,61. Dan berdasarkan kriteria klasifikasi reliabilitas nilai r11 = 0,61 berada diantara kisaran 0,6 <
r11 ≤ 0,8 maka dari 10 soal yang valid memiliki derajat
realibilitas baik. Perhitungan lengkapnya terdapat pada lampiran 7.
c. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji tingkat kesukaran butir soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.6 Taraf sukar butir ini bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang haruskan untuk mengukur tingkat kesukaran. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan rumus indeks kesukaran sebagai berikut:
TK
=
Keterangan: TK = tingkat kesukaran SA = jumlah skor kelompok atas
6
SB =
jumlah skor kelompok bawah
N=
jumlah siswa kelompok bawah dan kelompok atas
Op. cit, hal 176
35
Tabel 3.3 Kreterian Taraf Kesukaran P ≤ 0.0
Sangat Sukar
0,0 < IK ≤ 0,3
Sukar
0,3 < IK ≤ 0,7
Sedang
0,7 < IK ≤ 1.0
Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran dari 10 soal yang valid nomor 2 memiliki taraf kesukaran soal sukar. Nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 memiliki taraf kesukaran soal sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8.
d. Uji Daya Pembeda Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah.7 Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah: DP
B A BB PA PB JA JB
Keterangan:
7
DP
= Daya pembeda butir soal
BA
= Jumlah jawaban benar kelompok atas
BB
= Jumlah jawaban benar kelompok bawah
JA
= Banyaknya peserta kelompok atas
JB
= Banyak peserta kelompok bawah
Ibid. hal 178
36
Tabel 3.4 Kriteria Klasifikasi Daya Pembeda DP ≤ 0,0
Sangat Jelek
0,0 < DP ≤ 0,2
Jelek
0,2 < DP ≤ 0,4
Cukup
0,4 < DP ≤ 0,7
Baik
0,7 < DP ≤ 1,0
Sangat Baik
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda dari 10 soal yang valid diklasifikasikan daya pembeda untuk soal nomor 2 termasuk dalam kategori baik, soal nomor 8 dan 9 dalam kategori cukup. Dan soal nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 10 termasuk dalam kategori jelek. Soal yang termasuk dalam kategori jelek tetap digunakan karena soal tersebut termasuk pada kategori soal valid. Butir soal yang termasuk kategori jelek hanya saja tidak dapat membedakan kemampuan peserta tes yang menguasai materi (siswa berkemampuan tinggi) dan peserta tes yang tidak menguasai materi (siswa berkemampuan rendah).8 Selain itu, narasi soal cukup menyulitkan siswa dalam memahami dan menjawabnya. Adapun perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 9. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran dari tiap butir soal. Dapat dibuat rekapitulasi analisis butir soal sebagai berikut: diperoleh 7 butir soal dengan daya beda jelek, 2 butir soal dengan daya beda cukup, dan 1 butir soal dengan daya beda baik. Dari 10 soal yang telah diuji coba diperoleh seluruh soal valid, dengan reliabilitas 0,61. Meskipun sebagian soal termasuk dalam kategori jelek tetapi peneliti menggunakan seluruh soal karena seluruh soal tersebut termasuk dalam kategori valid. Adapun rekapitulasi hasil uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda dari 10 butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.5 sebagai berikut:
8
Ibid. hal 178
37
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Nomor Soal
Validitas
Tingkat
Daya
Kesukaran
Pembeda
Kesimpulan
1
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
2
Valid
Sukar
Baik
Dipakai
3
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
4
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
5
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
6
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
7
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
8
Valid
Sedang
Cukup
Dipakai
9
Valid
Sedang
Cukup
Dipakai
10
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
E. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif a. Uji Prasyarat Analisis 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai α = 0,05. 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan populasi. Hipotesis : : sampel berasal dari populasi yang variannya tidak homogen : sampel berasal dari populasi yang variannya homogen
38
Jika kedua sample tidak berasal dari varian yang homogen, maka perhitungan dilanjutkan dengan uji non parametrik. b. Uji Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis penelitian dapat dilakukan apabila dua persyaratan tersebut telah terpenuhi, yaitu data berdistribusi normal dan homogen, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus “t” dengan taraf signifikansi
= 0,05.
Adapun kriteria pengujian untuk uji – t ini adalah: Terima
apabila
Tolak
apabila Jika dalam perhitungan uji normalitas diperoleh kedua kelompok tidak
berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka peenelitian langsung kepada uji hipotesis dan pengujian hipotesis menggunakan uji non parametrik. Adapun uji non parametrik yang akan digunakan adalah Uji Mann-Whitney atau Uji-U untuk menetapkan perbedaan antara dua kelompok independen9 dengan taraf signifikan
= 0,05 atau
= 0.025
Adapun kriteria pengujian untuk uji – u ini adalah: a) Jika U
, maka tolak
b) Jika U >
, maka terima
2. Data Kualitatif a. Observasi Data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel kemudian diberikan nilai dengan skala Thurson, karena skala ini merupakan suatu instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan.10 Rubrik penilaian dan kisi-kisi instrument terdapat pada lampiran 4 dan 5. Setelah itu data dianalisis menggunakan nilai presentase. Rumus presentase yang digunakan adalah: F=
x 100%
Keterangan: 9
Sidney Siegel. Statistik Nonparametrik. (Jakarta: Gramedia, 1992), hal 130 Sukarsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarat: Bumi Aksara, 2005) hal. 180
10
39
F = angka presentase f = frekuensi yang akan dicari presentasenya N = Jumlah siswa Dari data tersebut dapat dilihat kriteria penilaian menurut Sudaryono11 yang dimodifikasi dari jurnal12 sebagai berikut: Tabel 3.6 Penilaian Psikomotorik dan Afektif Skor Penilaian
Kategori Penilaian
Kriteria Penilaian
16 - 20
BK
Berkembang Konsisten
11 - 15
MB
Mulai Berkembang
6 - 10
MT
Mulai Tampak
0-5
TB
Tidak Berkembang
Psikomotorik dan Afektif
F. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: H1 : H1 < H0 H0 : H1 > H0 Keterangan: H0 : Hipotesis Nol Ha : Hipotesis Alternatif : Rata-rata hasil belajar yang menggunakan media puzzle : Rata-rata hasil belajar yang menggunakan media karton Setelah ini uhitung dihitung kemudian ditarik kesimpulan dengan menetapkan derajat kebebasannya. Jika uhitung < α maka H0 ditolak, jika uhitung > α maka H0 diterima. Secara deskriptif, hipotesis H0: Hasil belajar kelas eksperimen lebih kecil dari kelas kontrol. H1 : Hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. 11 12
Ibid. hal 78 http://search.whitesmoke.com/?isid=9949&q=Policy+Brief+Edisi+4.pdf&s=web
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitan ini dilakukan untuk mencari pengaruh penggunaan media puzzle terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN Poris Gaga 3 yang terletak di Jl. KH. Maulana Hasanudin no. 66 Kel. Poris gaga Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen
merupakan
kelas
yang melaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan media puzzle, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media karton. Kelas yang berfungsi sebagai kelas eksperimen adalah kelas VB dan kelas yang berfungsi sebagai kelas kontrol adalah kelas VA. Penelitian ini dilakukan sebanyak lima kali pertemuan. Adapun materi yang diberikan adalah jaring-jaring dan volume bangun ruang kubus dan balok. Dari hasil penelitian terlihat bahwa hasil belajar Matematika siswa yang diajarkan dengan
menggunakan media puzzle lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
belajar Matematika siswa yang menggunakan media karton. Pada Bab ini penulis akan menjelaskan tentang hasil penelitian dan pengujian hipotesis. Namun, sebelumnya penulis akan menjelaskan gambaran singkat mengenai tempat penelitian, yaitu SDN Poris Gaga 3.
A. Gambaran umum SDN Poris Gaga 3 1. Profil Sekolah Nama Sekolah
: SDN Poris Gaga 3
Status
: Negeri
Nomor Statistik Sekolah: 101022303020 Nomor Induk Sekolah : 20606480 Alamat Sekolah
: Jl. KH. Maulana Hasanudin no. 66 Kel. Poris gaga Kec. Batuceper Kota Tangerang
Jenjang Akreditasi
: A+
40
41
2. Visi dan Misi SDN Poris Gaga 3 a. Visi Menciptakan Pendidikan dasar yang berkualitas didasari iman dan takwa, mental yang kuat, cerdas, terampil, serta berakhlakul karimah. b. Misi 1) Mempersiapkan generasi yang taat beribadah, mengamalkan ajaran agama masing – masing, dan berakhlakul karimah. 2) Mendidik pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab, percaya diri serta patuh pada orang tua dan guru. 3) Mempersipakan generasi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, bersikap kreatif, yang berorientasi pada perkembangan IPTEK.
3. Tujuan Sekolah Institusi yang berusaha melatih, membimbing, dan mendidik siswanya agar memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangannya disertai sikap saling menghargai, santun, dan melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.
4. Sarana dan Prasarana Sekolah Sarana yang dimiliki sekolah ini yaitu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas yang memadai, ruang komputer dan perpustakaan. Di sekolah ini terdapat beberapa materi pendalam materi seperti bimbingan membaca Al-Quran (TPQ), Bahasa Inggris dan Bahasa Arab yang dilakukan oleh seluruh siswa Kelas I – VI SDN Poris Gaga 3 setelah pulang sekolah. Di sekolah juga tersedia sarana olah raga seperti lapangan dan alat-alatnya seperti bola, basket, tolak peluru dan mengadakan rutinitas acara berenang. Selain alat olahraga, alat kesenian seperti alat musik angklung, gitar, keyboard, beberapa alat musik gamelan juga tersedia disini. Selain sarana, prasarana yang disediakan di sekolah ini pun memadai. Tenaga guru yang tersedia dan professional di bidangnya serta perpustakaan yang sering dikunjungi siswa untuk meminjam buku.
42
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Aspek Kognitif a. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Kelompok eksperimen adalah kelompok atau kelas yang menggunakan media puzzle pada pembelajaran matematika. Pada penelitian ini dilakukan posttest karena hanya membandingkan dengan menggunakan media karton pada kelas kontrol. Hasil analisis deskripsi data posttest kelompok eksperimen dapat dilihat dari Tabel 4.1 berikut yang menggunakan software SPSS. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kognitif Kelas Eksperimen Valid
34
Missing
0
Jumlah Mean
63.50
Median
62.00
Mode
55a
Std. Deviation
11.960
Variance
143.045
Range
50
Minimum
42
Maximum
92
Sum
2159
Hasil perhitungan posttest kelas eksperimen, diketahui bahwa nilai tertinggi yang berhasil diperoleh siswa adalah 92 dan nilai terendah adalah 42. Nilai-nilai tersebut dibulatkan sehingga tidak ada koma dalam nilai. Nilai rata-
43
rata yang berhasil diperoleh siswa dari tes ini adalah sebesar 63.50 dengan nilai tengah sebesar 62.00 dan standar deviasi sebesar 11.96. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perolehan nilai posttest pada kelas eksperimen terlihat bahwa siswa sekitar 44.11% dari seluruh jumlah siswa atau sebanyak 15 siswa memperoleh nilai diatas rata-rata. Sedangkan 19 siswa lainnya atau sekitar 55.88% masih dibawah rata-rata. Perolehan nilai posttest siswa kelompok eksperimen jika digambarkan pada grafik histogram sebagai berikut:
Frekuensi
Posttest Kelas Eksperimen 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17
42 45 47 50 55 56 57 60 62 65 67 70 72 75 82 90 92
frekuensi 1
2
1
1
4
1
2
3
4
2
2
2
2
4
1
1
1
Gambar 4.1 Grafik Nilai Posttest Kelompok Eksperimen
b. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Kontrol Kelompok kontrol adalah kelompok atau kelas yang menggunakan media karton pada pembelajaran matematika. Pada penelitian ini hanya dilakukan posttest karena hanya membandingkan dengan kelas eksperimen yang menggunkan media puzzle pada pembelajaran matematika. Hasil analisis deskripsi data posttest kelompok kontrol dapat dilihat dari Tabel 4.2 berikut yang menggunakan software SPSS. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12.
44
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kognitif Kelas Kontrol Valid
34
Missing
0
N Mean
54.21
Median
53.50
Mode
42a
Std. Deviation
12.933
Variance
167.259
Range
43
Minimum
32
Maximum
75
Sum
1843
Hasil perhitungan posttest kelas kontrol, diketahui bahwa nilai tertinggi yang berhasil diperoleh siswa adalah 75 dan nilai terendah adalah 32. Nilai-nilai tersebut dibulatkan sehingga tidak ada koma dalam nilai. Nilai ratarata yang berhasil diperoleh siswa dari tes ini adalah sebesar 54.21 dengan nilai tengah sebesar 53.55 dan standar deviasi sebesar 12.93. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perolehan nilai posttest sebagian besar siswa pada kelas kontrol yaitu sebanyak 17 siswa atau sekitar 50% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai diatas rata-rata, sedangkan 17 siswa lainnya atau sebanyak 50% lainnya masih memperoleh nilai di bawah rata-rata. Perolehan nilai posttest siswa kelompok eksperimen jika digambarkan pada grafik histogram sebagai berikut:
45
Posttest Kelas Kontrol
Axis Title
80 70 60 50 40 30 20 10 0 nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
32 35 37 40 42 47 50 52 55 57 60 67 70 72 75
frekuensi 1
1
2
1
6
2
2
2
2
2
2
3
6
1
1
Gambar 4.2 Grafik Nilai Posttest Kelompok Kontrol Dari hasil kedua data tersebut dapat diketahui bahwa perolehan hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Rekapitulasi Hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol Statistik
Eksperimen
Kontrol
Nilai Tertinggi
92
75
Nilai Terendah
42
32
Nilai rata-rata
63.50
54.21
Standar Deviasi
11.96
12.93
Nilai Tengah
62.00
53.50
Tabel 4.3 di atas memperlihatkan bahwa perolehan nila rata-rata siswa pada kedua sampel penelitian menunjukkan angka yang berbeda. Nilai ratarata yang berhasil diperoleh siswa pada kelas kontrol adalah 54.21, dengan standar deviasi sebesar 12.93 dan nilai tengah sebesar 53.50. Sedangkan pada kelas eksperimen, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 63.50, dengan standar deviasi sebesar 11.96 dan nilai tengah sebesar 62.00.
46
Hasil ini menunjukkan bahwa perolehan nilai posttest
kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
c. Uji Prasyarat Analisis 1) Uji Normalitas Uji normalitas data posttest juga dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan software SPSS dalam menghitung uji normalitas. Hasil posttest normalitas ini berfungsi untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai α > 0,05. Hasil uji normalitas data posttest dari kedua sampel penelitian dapat disajikan dalam Tabel 4.4 berikut. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Posttest Kolmogorov-Smirnova Kelompok Statistic
df
Sig.
1. Eksperimen
.109
34
.200*
2. Kontrol
.162
34
.024
Posttest
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data hasil posttest kelompok eksperimen signifikansinya 0,2. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikansinya 0,2 > 0,05. Sedangkan data hasil posttest kelompok kontrol signifikansinya 0,024. Hal ini menunjukkan
bahwa
data
berdistribusi
tidak
normal
karena
signifikansinya 0,024 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan dari data hasil
47
posttest bahwa kelompok eksperimen berdistribusi nomal, sedangkan kelompok kontrol berdistribusi tidak normal. Berdasarkan uji normalitas terhadap kedua kelompok tersebut, terdapat satu kelompok yaitu kelompok eksperimen yang berdistribusi normal dan satu kelompok yaitu kelompok kontrol yang berdistribusi tidak normal, sehingga terdapat perbedaan terhadap kedua kelompok tersebut. Maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan uji non parametrik.
2) Uji Hipotesis Uji hipotesis yang dilakukan menggunakan uji nonparametrik kasus dua sampel independen, karena dua sampel yang berhubungan tidak dapat dilakukan atau tidak cocok1 berdasarkan hasil uji normalitas di atas. Pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan U-Test dengan metode Mann-Whitney. Tes U Mann-Whitney dapat dipakai untuk menguji apakah dua kelompok independen telah ditarik dari populasi yang sama dan menghindari anggapan jika penelitian tersebut lebih lemah dari skala interval.2 Uji hipotesisi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai ratarata tes pemahaman konsep bangun ruang antara kelompok eksperimen yang menggunakan media puzzle dengan kelompok kontrol yang menggunakan media karton. Analisis data dengan U-Test ini menggunakan program SPSS yaitu Nonparemetrik Test 2 Independent Sample. Kriteria pengujian hipotesis adalah jika signifikansi u-test > 0,025 maka terima H0 dan jika signifikansi u-test < 0,025 maka tolak H0 atau terima H1. Hasil uji hipotesis dari kedua sampel penelitian dapat disajikan dalam Tabel 4.10 berikut ini. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14.
1 2
Sidney Siegel. Statistik Nonparametrik. (Jakarta: Gramedia, 1992), hal.118 Ibid.
48
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Posttest eksperimen Mann-Whitney U
357.000
Wilcoxon W
952.000
Z
-2.718
Asymp. Sig. (2-tailed)
.007
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data uji hipotesis terhadap kedua kelompok dengan menggunkan Tes-U Mann Whitney, perbedaan rata-rata tes penggunaan media puzzle dengan media karton memiliki taraf signifikansinya 0,007. Hal ini menunjukkan bahwa signifikansinya 0,007 < 0,025 sehingga H0 ditolak atau H1 diterima. Sehingga
dapat
ditarik
kesimpulan
Uji
Hipotesis
yang
menggunakan Tes-U Mann-Whitney, bahwa pada penelitian ini terdapat pengaruh penggunaan media puzzle pada pembelajaran matematika terhadap hasil belajar kognitif siswa.
2. Aspek Psikomotorik a. Deskripsi Data Kelas Eksperimen Pada Aspek Psikomotorik Kelompok eksperimen adalah kelompok atau kelas yang menggunakan media puzzle pada pembelajaran matematika. Kelas eksperimen yang sebagai sampel pada penelitian ini cenderung lebih tertib saat pembelajaran. Sehingga sangat mudah mengamati keterampilan mereka dalam menggunakan media puzzle. Kriteria skor penilaian pada aspek ini tertera pada Tabel 4.6 berikut. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15.
49
Tabel 4.6 Kriteria Penilaian Aspek Psikomotorik Skor Penilaian
Kategori
Aspek Psikomotorik
Penilaian
16 - 20
BK
Berkembang Konsisten
11 - 15
MB
Mulai Berkembang
6 - 10
MT
Mulai Tampak
0-5
TB
Tidak Berkembang
Kriteria Penilaian
Hasil analisis deskripsi data psikomotorik kelompok eksperimen dapat dilihat dari Gambar 4.3 dengan menggunakan software excel. Jika digambarkan pada bentuk grafik histogram, maka kelompok eksperimen memiliki perolehan skor pada aspek psikomotorik sebagai berikut:
Jumlah Siswa
Frekuensi Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen
30 25 20 15 10 5 0 frek
TB 0
MT 0
MB 8
BK 26
Gambar 4.3 Grafik Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen
Pada tabel dapat terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen memiliki psikomotorik atau keterampilan secara berkembang dengan konsisten (BK). Ini ditunjukkan berdasarkan grafik di atas bahwa siswa sebanyak 26 orang memiliki keterampilan berkembang secara konsisten (BK). Dan siswa sebanyak 8 orang memiliki keterampilan mulai berkembang (MB).
50
Keterampilan yang ditunjukkan pada kelas eksperimen tersebut berkaitan dengan media puzzle yang digunakan pada pembelajaran matematika. Media yang digunakan pada kelas tersebut membuat siswa terampil dan mencoba untuk merangkai puzzle menjadi sebuah bangun ruang dan menghitung volume bangun ruang tersebut dengan puzzle yang digunakan. Siswa yang bekerja dalam kelompok semuanya membuat keterampilan seperti merangkai puzzle menjadi jaring-jaring kubus dan balok, merangkai jaring menjadi sebuah bangun ruang dan menghitung volume bangun ruang dengan puzzle yang digunakan. Mereka melakukan aktivitas sesuai dengan tugasnya masing-masing. Tidak ada yang diam dan memperhatikan temannya bekerja dengan puzzle, tetapi mereka semua mencoba membentuk jaringjaring menjadi suatu bangun ruang dan menghitung volumenya. Selain itu, puzzle yang digunakan pada kelas eksperimen membuat siswa lebih siap dalam menerima materi pelajaran, mereka cenderung memperhatikan saat materi disampaikan dan jarang terdapat siswa yang mainmain saat pembelajaran. Siswa juga melakukan aktivitas pembelajaran dan mereka cenderung terampil dalam membentuk serta memodifikasi bangun ruang kubus dan balok. Mereka juga terampil dalam menghitung volume dengan media puzzle yang disediakan sehingga pada kelas ini hasil karya mereka terlihat baik.
b. Deskripsi Data Psikomotorik Kelas Kontrol Kelompok kontrol adalah kelompok atau kelas yang menggunakan media karton pada pembelajaran matematika. Kelas kontrol yang sebagai sampel pada penilitian ini cenderung kurang tertib saat pembelajaran. Sehingga keterampilan mereka secara kelompok kurang terlihat karena siswa cenderung bermain-main saat pembelajaran. Kriteria skor penilaian pada aspek ini yang tertera pada Table 4.6. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16.
51
Hasil analisis deskripsi data psikomotorik kelompok kontrol dapat dilihat dari Gambar 4.4 berikut dengan menggunakan software excel. Jika digambarkan pada bentuk grafik histogram, maka kelompok eksperimen memiliki perolehan skor pada aspek psikomotorik sebagai berikut:
Frekuensi Penilaian Psikomotorik Kelas Kontrol
Jumlah Siswa
20 15 10 5 0 frek
TB 0
MT 11
MB 19
BK 7
Gambar 4.4. Grafik Penilaian Psikomotorik Kelas Kontrol
Pada tabel dapat terlihat bahwa rata-rata kelas kontrol memiliki psikomotorik atau keterampilan secara mulai berkembang (MB). Ini ditunjukkan berdasarkan grafik di atas bahwa siswa sebanyak 7 orang memiliki keterampilan berkembang secara konsisten (BK), siswa sebanyak 19 orang memiliki keterampilan mulai berkembang (MB), dan siswa sebanyak 11 orang memiliki keterampilan mulai tampak (MT). Keterampilan yang ditunjukkan pada kelas kontrol tersebut berkaitan dengan media karton yang digunakan pada pembelajaran matematika. Media yang digunakan pada kelas tersebut tidak sepenuhnya membuat siswa terampil dan mencoba untuk merangkai karton menjadi sebuah bangun ruang dan menghitung volume bangun ruang dengan karton. Siswa yang bekerja dalam kelompok tidak semuanya terampi seperti membuat karton menjadi jarring-jaring kubus dan balok, membuat jarring menjadi sebuah bangun ruang, dan menghitung volume bangun ruang dengan
52
rangkaian karton yang digunakan. Tidak semua dari mereka melakukan aktivitas sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dari mereka ada yang diam saja dan memperhatikan temannya bekerja dengan karton. Dari hasil kedua data tersebut dapat diketahui bahwa perolehan hasil penilaian psikomotorik kelas eksperimen lebih terampil dibandingkan dengan kelas kontrol. Ini berhubungan dengan media yang mereka gunakan. Pada kelas eksperimen rata-rata siswa mempunyai keterampilan berkembang secara konsisten, ini berkaitan dengan media puzzle yang diberikan membuat siswa melakukan aktivitas yang terampil dalam proses pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol siswa mempunyai keterampilan mulai berkembang, ini berkaitan dengan media karton yang diberikan membuat siswa melakukan aktivitas yang mulai terampil dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa media puzzle pada pembelajaran matematika mempunyai pengaruh terhadap hasil pembelajaran psikomotorik siswa.
3. Aspek Afektif a. Deskripsi Data Sikap Kelas Eksperimen Kelompok eksperimen adalah kelompok atau kelas yang menggunakan media puzzle pada pembelajaran matematika. Kelas eksperimen yang sebagai sampel pada penilitian ini cenderung lebih tertib saat pembelajaran. Sehingga sangat mudah mengamati sikap mereka dalam menggunkan media puzzle. Kriterian skor penilaian pada aspek ini tertera pada Tabel 4.6. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17. Hasil analisis deskripsi data sikap kelompok eksperimen dapat dilihat dari Gambar 4.5 berikut dengan menggunakan software excel. Jika digambarkan pada bentuk grafik histogram, maka kelompok eksperimen memiliki perolehan skor pada afektif sebagai berikut:
53
Jumlah Siswa
Frekuensi Penilaian Afektif Kelas Eksperimen 30 25 20 15 10 5 0 frek
TB 0
MT 0
MB 8
BK 26
Gambar 4.5 Grafik Nilai Afektif Kelas Eksperimen
Pada tabel dapat terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen memiliki sikap secara berkembang dengan konsisten (BK). Ini ditunjukkan berdasarkan grafik di atas bahwa siswa sebanyak 26 orang memiliki keterampilan berkembang secara konsisten (BK). Dan siswa sebanyak 8 orang memiliki keterampilan mulai berkembang (MB). Sikap yang ditunjukkan pada kelas eksperimen tersebut berkaitan dengan media puzzle yang digunakan pada pembelajaran matematika. Media yang digunakan pada kelas eksperimen tersebut membuat siswa tertib dan disiplin untuk mencoba merangkai puzzle menjadi sebuah bangun ruang dan menghitung volume bangun ruang tersebut dengan puzzle yang digunakan. Meskipun mereka bekerja dalam kelompok tetapi sikap individual mereka tetap terlihat. Selain itu, puzzle yang digunakan pada kelas eksperimen membuat sikap siswa lebih memperhatikan materi pelajaran, mereka cenderung tertib saat materi disampaikan dan partisipasi mereka sangat baik secara individu ataupun kelompok.
b. Deskripsi Data Sikap Kelas Kontrol Kelompok kontrol adalah kelompok atau kelas yang menggunakan media karton pada pembelajaran matematika. Kelas kontrol yang sebagai sampel pada penilitian ini cenderung kurang tertib saat pembelajaran.
54
Sehingga keterampilan mereka secara kelompok kurang terlihat karena siswa cenderung bermain-main saat pembelajaran. Kriteria skor penilaian pada aspek ini yang tertera pada Tabel 4.6. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18. Hasil analisis deskripsi data psikomotorik kelompok kontrol dapat dilihat dari gambar 4.6 berikut dengan menggunakan software excel. Jika digambarkan pada bentuk grafik histogram, maka kelompok eksperimen memiliki perolehan skor pada afektif sebagai berikut:
Frekuensi Penilaian Afektif Kelas Kontrol
Jumlah Siswa
25 20 15 10 5 0 frek
TB 0
MT 9
MB 24
BK 4
Gambar 4.6. Grafik Penilaian Afektif Kelas Kontrol
Pada tabel dapat terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen memiliki psikomotorik atau keterampilan secara mulai berkembang (MB). Ini ditunjukkan berdasarkan grafik di atas bahwa siswa sebanyak 4 orang memiliki keterampilan berkembang secara konsisten (BK), siswa sebanyak 24 orang memiliki keterampilan mulai berkembang (MB), dan 9 siswa memiliki keterampilan mulai tampak (MT). Pada tabel dapat terlihat bahwa rata-rata kelas kontrol memiliki afektif atau sikap secara mulai berkembang (MB). Ini ditunjukkan berdasarkan tabel frekuensi dengan skor nilai 13 sebanyak 12 siswa yang termasuk ke dalam kategori Mulai Berkembang (MB).
55
Sikap yang ditunjukkan pada kelas kontrol tersebut berkaitan dengan media karton yang digunakan pada pembelajaran matematika. Media yang digunakan pada kelas tersebut tidak sepenuhnya membuat siswa tertib dan disiplin untuk merangkai karton menjadi sebuah bangun ruang dan menghitung volume bangun ruang tersebut dengan potongan karton yang digunakan. Dari hasil kedua data tersebut dapat diketahui bahwa perolehan hasil penilaian afektif kelas eksperimen lebih tertib dan disiplin dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen rata-rata siswa mempunyai sikap berkembang secara konsisten, ini berkaitan dengan media puzzle yang diberikan membuat siswa bersikap disiplin dan tertib dalam proses pembelajaran. Sedangkan pada kelas control siswa mempunyai sikap mulai berkembang, ini berkaitan dengan media karton yang diberikan membuat siswa mulai bersikap disiplin dan tertib dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa nilai tertinggi pada penilaian afektif terdapat pada kelas kontrol dengan jumlah skor 19. Tetapi jika jumlahlahkan, rata-rata penilaian afektif siswa pada kelas kontrol terdapat pada tahap mulai berkembang (MB) dan skor rata-rata penilaian afektif siswa pada kelas eksperimen terdapat pada tahap berkembang konsisten (BK). Sehingga dapat disimpulkan bahwa media puzzle pada pembelajaran matematika mempunyai pengaruh terhadap sikap siswa.
4. Pembahasan Data yang telah diinterprestasikan di atas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar Matematika siswa yang menggunakan media puzzle dengan hasil belajar siswa yang menggunakan media karton, baik dari aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan dalam penggunaan media terhadap kedua kelas tersebut. Pada saat pelaksaan pembelajaran Matematika di kelas kontrol ataupun di kelas eksperimen tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif serta terampil dalam setiap kegiatan pembelajaran, sehingga dapat
56
meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar. Ini sesuai dengan prinsip pengajaran yaitu aktivitas siswa,3 dimana aktivitas ataupun tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya menarik bagi siswa untuk belajar serta metode yang dapat digunakan yaitu demonstrasi pemecahan masalah. Sehingga pemahaman mereka dalam pelajaran menjadi lebih baik. Pada awal kegiatan, siswa diminta untuk menyebutkan sisi, rusuk dan titik sudut kubus dan balok. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mengenal kubus dan balok serta memudahkan mereka dalam memahami konsep kedua bangun melalui media yang digunakan. Dengan siswa mengenal konsep kedua bangun tersebut, itu memudahkan mereka untuk mengidentifikasi terkait sisi, rusuk dan titik sudut bangun tersebut. Ini sesuai dengan kegunaan konsep menurut Oemar Hamalik.4 Setelah itu, guru meminta siswa menjelaskan kembali mengenai bentuk bangun ruang. Dari kegiatan ini, siswa diarahkan untuk memahami jaring-jaring dan volume bangun kubus dan balok dengan menggunakan media berdasarkan arahan guru. Setelah itu siswa diminta untuk membuat jarring-jaring dan menghitung volume bangun ruang dengan media yang disediakan secara berkelompok. Pendekatan secara berkelompok ini dimaksudkan untuk mengembangkan rasa sosial atau kerja sama yang baik pada diri setiap siswa. Pelaksanaan pembelajaran Matematika yang dijelaskan di atas, dilakukan secara menyenangkan dan memungkinkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Kegiatan seperti ini sangat sesuai dengan aliran kontruktivisme yang menekankan pada pengalaman langsung dalam pembelajaran. Selain itu, pada pembelajaran ini siswa tidak hanya mendapatkan konsep pelajaran Matematika, akan tetapi mereka juga juga mendapatkan pembelajaran keterampilan yaitu merangkai, membentuk, membongkar pasang dengan media yang disediakan guru. Pemahaman dengan menggunakan media yang menarik membuat siswa senang dan menikmati setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Kondisi seperti ini membuat siswa senang mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru, 3
Ibrahim. Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). hal, 27. Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal 165. 4
57
sehingga dampaknya baik terhadap hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dari berbagai aspek yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Berdasarkan dari aspek kognitif, kelas yang menggunakan media puzzle (kelas eksperimen) hasil belajarnya lebih tinggi, ini dapat terlihat pada lembar kerja siswa (LKS) pada kelas eksperimen pada Gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7 LKS Kelas Eksperimen
58
Dibandingkan dengan kelas eksperimen, kelas control atau kelas yang menggunakan media karton (kelas kontrol) hasil belajarnya lebih rendah, ini dapat terlihat pada Gambar 4.8 berikut:
Gambar 4.8 LKS Kelas Kontrol Pada perhitungan aspek kognitif ini menggunakan software SPSS, hal ini dapat berbeda karena penggunaan media pada kedua kelas tersebut berbeda. Hal ini ditunjukkan berdasarkan Table 4.3 bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar pada kelas control. Meskipun pada kelas eksperimen tidak sampai dari 50% siswa mencapai nilai diatas rata-rata, tetapi pada penelitian ini rata-rata hasil belajar siswa dibandingkan pada kedua kelas tersebut, hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada uji prasyarat analisis kedua kelompok berdistribusi tidak sama. Dengan menggunakan metode Kolmograv kelompok eksperimen berdistribusi normal sedangkan kelompok control berdistribusi tidak normal. Sehingga dilanjutkan dengan uji nonparametrik. Uji nonparametrik yang digunakan yaitu metode Mann-Whitney 2 Sampel
59
Independen dengan uji-u. Uji-u yang digunakan pada uji hipotesis diperoleh data hitung sebesar 0.007 dengan α = 0.025, karena uji-u < α maka dapat disimpulkan H0 ditolak atau terima H1. Bahwa terdapat pengaruh penggunaan media puzzle pada pembelajaran matematika dengan hasil belajar siswa. Berdasarkan dari aspek psikomotorik, kelas yang menggunakan media puzzle (kelas eksperimen) hasil belajarnya lebih tinggi, saat pembelajara mereka lebih terampil dan ikut terlibat dalam kerja kelompoknya. Ini dapat terlihat pada Gambar 4.9 berikut:
Gambar 4.9 Pembelajaran Kelas Eksperimen Dibandingkan dengan kelas yang menggunakan media karton (kelas control), mereka cenderung kurang terlibat bekerja dengan kelompoknya dan akhirnya bekerja secara individu. Ini dapat terlihat pada Gambar 4.10 berikut
Gambar 4.10 Pembelajaran Kelas Kontrol Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat bahwa kemampuan psikomotorik siswa pada kelas eksperimen terdapat pada tahap berkembang secara konsisten (BK), sedangkan pada kelas kontrol terdapat pada tahap mulai berkembang (MB).
60
Hal ini dapat berbeda karna penggunaan media pada kelas eksperimen lebih menarik sehingga siswa tertarik untuk mencoba dan merangkai dengan media yang digunakan dibandingkan penggunaan media pada kelas kontrol yaitu media karton. Pada kelas kontrol, siswa cenderung kurang tertarik dengan media yang disediakan karena medianya kurang menarik bagi mereka. Dibandingkan dengan kelas eksperimen, kelas kontrol ini cenderung bersifat individual dan mengandalkan teman kelompoknya, sehingga banyak siswa yang hanya diam saja melihat temannya merangkai dan membentuk karton menjadi bangun ruang. Sementara itu, kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada kelas yang mengajarkan matematika dengan menggunakan media karton membuat siswa kurang berkesan dan membosankan. Bedasarkan hasil pengamatan, terlihat bahwa pembelajaran Matematika yang menggunakan media karton kurang mampu menumbuhkan kreativitas kemampuan anak secara menyeluruh tentang konsep bangun ruang. Walaupun materi yang disampaikan pada kedua kelas sama tetapi pembelajaran pada kelas ini membuat siswa kurang bersemangat jika dibandingkan dengan kelas eksperimen yang menggunakan media puzzle. Hal tersebut terjadi karena, perbedaan media yang diberikan sehingga sukar dipahami oleh siswa. Kondisi seperti ini membuat sebagian siswa saja yang melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan yang sama dengan soal yang diberikan pada kelas yang melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunkan media puzzle. Jika dilihat secara keseluruhan hasil pembelajaran dari aspek psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut. Tabel 4.7 Rekapitulasi Aspek Psikomotorik Kriteria Penilaian
Jumlah Siswa
Tidak Berkembang (TB)
0
Mulai Tampak (MT)
11
Mulai Berkembang (MB)
27
Berkembang Konsisten (BK)
34
61
Berdasarkan dari aspek afektif, kelas yang menggunakan media puzzle (kelas eksperimen) hasil belajarnya lebih tinggi. Ini dapat jika dihitung rataratanya secara keseluruhan. Mereka cenderung tertib saat pembelajaran. Ini dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut.
Gambar 4.11 Pembelajaran Kelas Eksperimen
Pada kelas kontrol yang menggunakan media karton, sebagian dari mereka ada yang tertib sedangkan sebagian lagi ada yang kurang tertib selama pembelajaran. Ini dapat terlihat pada Gambar 4.12 berikut:
Gambar 4.12 Pembelajaran Kelas Kontrol Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat bahwa kemampuan afektif siswa pada kelas eksperimen terdapat pada tahap berkembang secara konsisten (BK), sedangkan pada kelas lontrol terdapat pada tahap mulai berkembang (MB). Meskipun skor tertinggi berada pada kelas kontrol, tetapi skor rata-rata yang diperoleh pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
62
dengan kelas control. Hal ini dapat berbeda karna penggunaan media pada kelas eksperimen lebih menarik sikap mereka untuk belajar sehingga siswa lebih disiplin dan tertib saat pembelajaran berlangsung. Pada kelas control, siswa cenderung tidak tertarik dengan media yang disediakan karena medianya kurang menarik bagi mereka. Dibandingkan dengan kelas eksperimen, kelas control ini kurang disiplin dan tertib selama pembelajaran berlangsung. Tabel 4.8 Rekapitulasi Aspek Afektif Kriteria Penilaian
Jumlah Siswa
Tidak Berkembang (TB)
0
Mulai Tampak (MT)
9
Mulai Berkembang (MB)
32
Berkembang Konsisten (BK)
30
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika yang menggunakan media puzzle dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut terlihat dari hasil belajar matematika yang diperoleh kelas yang diajarkan menggunakan media puzzle menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari hasil belajar Matematika yang yang menggunakan media karton. Berdasarkan penelitian ini maka dapat dinyatakan bahwa, pembelajaran matematika menggunkan media puzzle merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang. Selain itu, pembelajaran ini juga dapat
mengarahkan
guru
untuk
mengembangkan
pembelajaran
dengan
meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran matematika yang menggunakan media puzzle lebih menarik dan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran matematika yang menggunakan media karton. Kelebihan tersebut terletak pada kegiatan yang berlangsung selama proses pembelajaran, yaitu memberikan
kesempatan
kepada
guru
untuk
mengembangkan
kegiatan
63
pembelajaran yang bermakna dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, menumbuhkan keterampilan dalam diri siswa, dan menyajikan konsep pembelajaran yang nyata. Selain itu, penerapan pembelajaran ini juga dapat membangun kerjasama yang baik antar guru dan siswa dalam merumuskan kegiatan pembelajaran yang menarik dan dapat meninggalkan kesan yang mendalam dalam diri siswa. Meskipun terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan media puzzle dengan menggunakan media karton dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif, tetapi media puzzle dan karton tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, diantaranya: 1. Media puzzle a. Kelebihan: 1) Bentuknya konkret sehingga memudahkan siswa untuk melihat objek dengan jelas. 2) Bentuk dan warnanya menarik sehingga dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. b. Kekurangan: 1) Bentuknya yang konkret sehingga siswa tidak ditekankan dalam pengukuran geometri. 2) Puzzle yang terbatas sehingga membuat siswa dibentuk dalam kelompok yang besar.
2. Media karton a. Kelebihan: 1) Kertas karton yang tidak dalam bentuk benda konkret dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan pengukuran geometri 2) Bentuk dari karton yang dibuat siswa dapat beragam sehingga efektif dalam pembelajaran dalam jumlah yang besar. b. Kekurangan 1) Bentuknya yang kurang konkret tidak memudahkan siswa dalam melihat objek dengan jelas.
64
2) Bentuk dan warnaya kurang menarik sehingga kurang menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.
C. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari penelitian yang dilakukan belum sempurna karena masih memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Peneliti hanya melakukan penelitian pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok sehingga belum dapat digeneralisasikan pada bangun ruang lainnya. 2. Terbatasnya media puzzle yang disediakan dalam penelitian sehingga siswa dibuat dalam kelompok dan menggunakan media secara bergilir. Mereka tidak dapat menggunakan media secara sendiri. 3. Pembelajaran difokuskan terhadap pemahaman konsep sehingga siswa jarang diberikan latihan soal terkait materi jarring-jaring dan volume bangun ruang. 4. Kondisi siswa yang selalu berinteraksi dengan kelompok dan mengerjakan tugas secara kelompok, sehingga membuat mereka kurang terampil dalam mengerjakan tugas secara individu. 5. Tingkah laku siswa yang berinteraksi dengan kelompok membuat mereka lebih banyak bermain-main dibandingkan dengan belajar.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan penulis pada bab sebelumnya mengenai pengaruh penggunaan media puzzle pada pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa mendapat pencapaian yang baik. Bahwa terdapat pengaruh penerapan media puzzle terhadap hasil belajar matematika siswa di Kelas V SDN Poris Gaga 3. Pencapaian itu dapat dihat dari berbagai aspek, diantaranya: 1. Aspek kognitif. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan perolehan nilai rata-rata pada kelas kontrol. Hasil perhitungan uji u juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media puzzle pada pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa. 2. Aspek psikomotorik. Jika dilihat dari aspek ini, dalam pembelajaran yang mengunakan media puzzle siswa lebih terampil dan kreatif. Ini berkaitan dengan media yang digunakan saat pembelajaran membuat siswa terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung. 3. Aspek afektif. Saat pembelajaran menggunakan media puzzle, sikap siswa cenderung lebih tertib. Dengan media yang digunakan, mereka tertarik pada pelajaran
yang
sedang
dipelajari
sehingga
membuat
siswa
lebih
memperhatikan saat materi disampaikan.
Sedangkan hasil belajar siswa yang menggunakan media karton jika dilihat dari berbagai aspek, sebagai berikut: 1. Aspek kognitif. Perolehan nilai hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol lebih rendah dibandingkan perolehan nilai pada kelas eksperimen. 2. Aspek psikomotorik. Jika dilihat dari aspek ini, dalam pembelajaran yang mengunakan media karton siswa kurang terampil dan kreatif. Ini berkaitan
65
66
dengan media yang digunakan saat pembelajaran membuat siswa kurang tertarik untuk terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung. 3. Aspek afektif. Saat pembelajaran menggunakan media puzzle, sikap siswa cenderung kurang tertib. Dengan media yang digunakan, mereka kurang mamperhatikan saat materi disampaikan.
Berdasarkan pernyataan diatas, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa pada kedua kelompok tersebut. Ini dapat terlihat dari hasil pengujian hipotesis diperoleh uhitung < α sehingga hipotesis nol ditolak, dengan demikian dari aspek kognitif terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan media puzzle dengan menggunakan media karton bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dari aspek psikomotorik bahwa dengan menggunakan media puzzle siswa lebih terampil dan kreatif dibandingkan dengan menggunakan media karton. Dari aspek afektif bahwa dengan menggunakan media puzzle siswa lebih tertib dibandingkan dengan menggunakan media karton. Meskipun terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan media puzzle dengan menggunakan media karton dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif, tetapi media puzzle dan karton tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, selanjutnya dapat diajukan beberapa saran yang berguna yang dapat dijadikan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu: 1. Penggunaan media dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika khususnya kelas V. 2. Mengingat penelitian ini masih sangat sederhana dan apa yang dihasilkan dari penelitian ini bukanlah akhir yang harus dicapai, sehingga perlu diadakan penelitian lebih lanjut guna memastikan validitas hasil penelitian ini, khususnya penggunaan media puzzle terhadap hasil belajar matematika siswa.
67
3. Pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan media permainan yang lain sebagai media pembelajaran matematika pada materi bangun ruang.
68
DAFTAR PUSTAKA Munadi, Yudhi, “Media Pembelajaran”, Jakarta: GP Press, 2008. Asyar, Rayandra, “Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran”, Jakarta: GP Press, 2011. Harlock, Elizabeth B “Perkembangan Anak”, Jakarta: Erlangga, 1978. Iswandi, Djoko, dkk, “Geometri Ruang”, Bandung: UT, 1999. Tim Bina Karya Guru. “Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas V”, Jakarta: Erlangga, 2006. Yuniarto, Yoni, “Ensiklopedi Matematika SD”, Bandung: Sinergi Pustaka Indonesia, 2007. Prasetyo, Bambang, “Metode Penelitian Kuantitatif”, Jakarta: Grafindo, 2012. Sanjaya, Wina, “Strategi Pembelajaran”, Jakarta: Kencana, 2010. Arifin, Zainal, “Evaluasi Pembelajaran”, Bandung: Rosdakarya, 2011. Ibrahim, “Perencanaan Pengajaran”, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Sadiman, Arif S,“Media Pendidikan”, Jakarta: Rajawali Pers, 2005. Basleman, Anisah, “Teori Belajar Orang Dewasa”, Bandung: Rosdakarya, 2011. Arsyad, Arsyad, “Media Pembelajaran”, Jakarta: Rajawali Press, 2007. Masitoh, “Strategi Pembelajaran”, Jakarta: Dikti, 2009. Hernawan, Asep, dkk, “Belajar dan Pembelajaran SD”, Bandung: UPI Press, 2007. Fathurrohman, Pupuh, “Strategi Belajar Mengajar”, Bandung: Refika Aditama, 2009. Djamarah, Syaiful Bahri, “Strategi Belajar Mengajar”, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
69
Syah, Muhibbin, “Psikologi Pendidikan”, Bandung: Rosdakarya, 2009. Uno, Hamzah B, “Perencanaan Pembelajaran”, Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Sudjana, Nana, “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”, Bandung: Rosda, 2004. Arikunto, Suharsimi, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Sudaryono, “Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran”, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Malik, Oemar, “Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem”, Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Siegel, Sidney, “Statistik Nonparametrik”, Jakarta: Gramedia, 1992. Hasrul
Basri,
2011,
Aplikasi
Pembelajaran,
Media
Teknologi,
http://eprints.unisbank.ac.id/1444/ Yoyok Febri Anggoro, 2012, Penggunaan Media Tiga Dimensi Dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Materi Bangun Ruang,
http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/view/232 Sekolah
Dasar.Net,
2011,
Matematika
SD
http://www.sekolahdasar.net/2011/07/pembelajaranmatematikaisekolah.ht ml#ixzz2Ay9V3k dA Hani Epeni, 2010, Puzzle, http://kuliah.itb.ac.id/course/info.php?id=435 Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, 2011, Pendidikan Karakter Menuju bangsa Unggul,
http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/view/706 Tejo
Nurseto,
2011,
membuat
media
pembelajaran
yang
menarik,
http://search.whitesmoke.com/?isid=9949&q=Policy+Brief+Edisi+4.pdf& s=web
70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
71
Lampiran 1 Rancangan Perencanaan Pembelajaran (eksperimen) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar A.
B.
: Matematika : V/ 1 :1 : 2 x 30 menit : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah : Menghitung volume kubus dan balok
Indikator : Menjelaskan bentuk kubus Menunjukkan bentuk kubus Membuat jaring-jaring kubus Menunjukkan jaring-jaring kubus Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu menjelaskan bentuk kubus Siswa mampu menunjukkan bentuk kubus Siswa mampu membuat jaring-jaring kubus Siswa menunjukkan jaring-jaring kubus
C.
Materi Pokok Volume Kubus dan Balok
D.
Metode, Teknik, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran 1. Metode : Ekspositori, Tanya-Jawab Interaktif, Demonstrasi 2. Teknik : Individual, Kelompok 3. Pendekatan : Kooperatif Learning
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Awal (10 menit)
Aktivitas Guru Guru mengucapkan salam, berdoa, mengabsen Guru memberikan apersepsi mengenai kubus Guru membagi kelompok
Aktivitas Siswa Siswa menjawab salam, berdoa, absen Siswa melakukan apersepsi Siswa membentuk kelompok
Nilai Karakter Religius Rasa ingin tahu Mandiri
72
Kegiatan Inti (35 menit) Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan Akhir (15 menit)
F.
Guru memberikan pertanyaan terkait bentuk kubus Guru meminta setiap kelompok untuk membentuk kubus dengan puzzle geometri 2 dimensi dan menunjukkan sisi, rusuk, titik sudut kubus di depan kelas
ingin Siswa menjawab Rasa tahu pertanyaan guru Siswa membentuk kubus Kerja sama tiap kelompok dan menunjukkannya di depan kelas
Guru mendemonstrasikan dan menjelaskan setiap sisi-sisi kubus dan mengaitkannya dengan jarring-jaring kubus dengan puzzle geometri 2 dimensi Guru meminta siswa untuk membentuk jarring-jaring kubus sebanyak-banyaknya dengan puzzle dan menggambarkan pada kertas HVS Guru meminta siswa untuk presentasi hasil kerja setiap kelompok di depan kelas Guru memberikan feed back berupa pertanyaan Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya terkait materi yang diajarkan Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
Siswa memperhatikan demonstrasi dan penjelasan guru Siswa menggambar jarring-jaring kubus Siswa presentasi ke depan kelas
Rasa ingin tahu Kerja sama Komunikatif Mandiri
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan Siswa bertanya yang belum dimengerti Mendengarkan saat guru menyimpulkan pelajaran Siswa menjawab salam guru
Rasa ingin tahu Komunikatif
Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku, LKS Matematika kelas V dan Ensiklopedia Matematika SD HVS, Spidol, Penggaris Puzzle Geometri 2 Dimensi
Rasa ingin tahu Religius
73
G. No 1
2
Penilaian Pembelajaran/ Alat Evaluasi Indikator
Teknik
Bentuk
Instrumen Penilaian
Menjelaskan dan menunjukkan bentuk kubus Membuat dan menunjukkan jaring-jaring kubus
Non Tes
Kinerja Terlampir Performance
Non Tes
Kinerja Produk
Terlampir
Jakarta, 2 November 2013 Mengetahui,
Dr. Gelar Dwi Rahayu Dosen Pembimbing
Diah Nuriza Siatan Peneliti
Lampiran Penilaian Kinerja Siswa Penilaian Kinerja No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
Menjelaskan Jaring Kubus 1
2
3
Jumlah Skor 4
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Penilaian Kinerja No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
Menjelaskan Bentuk Kubus
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Membuat Bentuk Kubus
Membuat Jaring Kubus
1
1
2
3
4
2
3
4
Jumlah Skor
74
Rancangan Perencanaan Pembelajaran (kontrol) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar A.
B.
: Matematika : V/ 1 :1 : 2 x 30 menit : Menghitung volume kubus dan balok dan Menggunakannya dalam pemecahan masalah : Menghitung volume kubus dan balok
Indikator : Menjelaskan bentuk kubus Menunjukkan bentuk kubus Membuat jaring-jaring kubus Menunjukkan jaring-jaring kubus Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu menjelaskan bentuk kubus Siswa mampu menunjukkan bentuk kubus Siswa mampu membuat jaring-jaring kubus Siswa menunjukkan jaring-jaring kubus
C.
Materi Pokok Volume Kubus dan Balok
D.
Metode, Teknik, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran 1. Metode : Ekspositori, Tanya-Jawab Interaktif, Demonstrasi 2. Teknik : Individual, Kelompok 3. Pendekatan : Kooperatif Learning
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Awal (10 menit)
Aktivitas Guru Guru mengucapkan salam, berdoa, mengabsen Guru memberikan apersepsi mengenai kubus Guru membagi kelompok
Aktivitas Siswa Siswa menjawab salam, berdoa, absen Siswa melakukan apersepsi Siswa membentuk kelompok
Nilai Karakter Religius Rasa ingin tahu Mandiri
75
Guru memberikan pertanyaan terkait bentuk kubus Kegiatan Guru meminta setiap Inti kelompok untuk (35 menit) membentuk kubus dengan Eksplorasi karton dan menunjukkan sisi, rusuk, titik sudut kubus di depan kelas Guru mendemonstrasikan dan menjelaskan setiap sisisisi kubus dan mengaitkannya dengan jarring-jaring kubus dengan karton Guru meminta siswa untuk Elaborasi membentuk jarring-jaring kubus sebanyak-banyaknya dengan karton dan menggambarkan pada kertas HVS Guru meminta siswa untuk presentasi hasil kerja setiap kelompok di depan kelas Guru memberikan feed back berupa pertanyaan Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya terkait materi yang diajarkan Kegiatan Guru menyimpulkan materi Akhir yang telah dipelajari (15 menit) Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
F.
ingin Siswa menjawab pertanyaan Rasa tahu guru Siswa membentuk kubus tiap Kerja sama kelompok dan menunjukkannya di depan kelas
Siswa memperhatikan demonstrasi dan penjelasan guru Siswa menggambar jarringjaring kubus Siswa presentasi ke depan kelas
Rasa ingin tahu Kerja sama Komunikatif Mandiri
ingin Siswa menjawab pertanyaan Rasa tahu yang diberikan Siswa bertanya yang belum Komunikatif dimengerti
Mendengarkan saat guru Rasa ingin tahu menyimpulkan pelajaran Siswa menjawab salam Religius guru
Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku, LKS Matematika kelas V dan Ensiklopedia Matematika SD HVS, Spidol, Penggaris Karton, origami
76
G. No 1
2
Penilaian Pembelajaran/ Alat Evaluasi Indikator
Teknik
Bentuk
Instrumen Penilaian
Menjelaskan dan menunjukkan bentuk kubus Membuat dan menunjukkan jaring-jaring kubus
Non Tes
Kinerja Terlampir Performance
Non Tes
Kinerja Produk
Terlampir
Jakarta, 2 November 2013 Mengetahui,
Dr. Gelar Dwi Rahayu Dosen Pembimbing
Diah Nuriza Siatan Peneliti
Lampiran Penilaian Siswa Penilaian Kinerja No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
Menjelaskan Bentuk Kubus 1
2
3
Menjelaskan Jaring Kubus
4
1
2
3
Jumlah Skor 4
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Penilaian Kinerja No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Membuat Bentuk Kubus
Membuat Jaring Kubus
1
1
2
3
4
2
3
4
Jumlah Skor
77
Rancangan Perencanaan Pembelajaran (eksperimen) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar A.
B.
: Matematika : V/ 1 :2 : 2 x 30 menit : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah : Menghitung volume kubus dan balok
Indikator : Menghitung volume kubus Mengidentifikasi volume kubus Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu menghitung volume kubus Siswa mampu mengidentifikasi volume kubus
C.
Materi Pokok Volume Kubus dan Balok
D.
Metode, Teknik, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran 1. Metode : Ekspositori, Tanya-Jawab Interaktif, Demonstrasi 2. Teknik : Individual, Kelompok
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan Inti (35 menit) Eksplorasi
Aktivitas Guru Guru mengucapkan salam, berdoa, mengabsen Guru memberikan apersepsi mengenai kubus Guru membagi kelompok
Aktivitas Siswa
Siswa menjawab salam, berdoa, absen Siswa melakukan apersepsi Siswa membentuk kelompok Guru memberikan Siswa menjawab pertanyaan terkait volume pertanyaan guru kubus Siswa memperhatikan Guru mendemostrasikan demonstrasi guru volume kubus dengan puzzle geometri 3 dimensi
Nilai Karakter Religius Rasa ingin tahu Mandiri
Rasa tahu
ingin
78
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan Akhir (15 menit)
dan menunjukkan sisi-sisi kubus Guru meminta setiap siswa untuk menghitung volume kubus dari puzzle geometri dimensi 3 Guru meminta siswa untuk menjelaskan hasil hitungannya di depan kelas Guru memberikan feed back berupa soal-soal Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya terkait materi yang diajarkan Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
Siswa menghitung Rasa ingin volume kubus dari puzzle tahu Mandiri yang diberikan guru Siswa menjelaskan hasil hitungannya
Siswa menjawab soal Rasa ingin tahu yang diberikan Siswa bertanya yang Komunikatif belum dimengerti
Mendengarkan saat guru Rasa ingin menyimpulkan pelajaran tahu dan mencatat pekerjaan Religius rumah Siswa menjawab salam guru
F.
Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku, LKS Matematika kelas V dan Ensiklopedia Matematika SD HVS, Spidol, Penggaris Puzzle Geometri 3 Dimensi
G.
Penilaian Pembelajaran/ Alat Evaluasi
No
Indikator
Teknik
Bentuk
Instrumen Penilaian
Mengidentifikasi rumus volume kubus
Non Tes
Kinerja
Terlampir
1
Menghitung volume kubus
Tes
Soal
Terlampir
2
Jakarta, 2 November 2013 Mengetahui,
Dr. Gelar Dwi Rahayu Dosen Pembimbing
Diah Nuriza Siatan Peneliti
79
Lampiran Penilaian Kinerja Siswa Penilaian Kinerja No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
Identifikasi Volume Kubus 1
2
3
Jumlah Skor
4
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Soal Volume Kubus! 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sisi kubus berjumlah … Rumus volume kubus adalah … diperoleh dari … Volume kubus yang panjang rusuknya 5 cm adalah … Panjang rusuk kubus yang volumenya 64 cm3 adalah … Panjang rusuk kubus 8 cm, maka volumenya adalah … diperoleh dari … Kotak pensil berbentuk kubus dengan panjang rusuk 10 cm, maka volumenya adalah … cm3 Kaleng roti berbrntuk kubus mempunyai vbolume 729 cm3 , maka panjang rusuknya adalah … cm Sebuah kolam ikan bertuk kubus dengan panjang rusuk 20 dm, jika diisi dengan air maka volume yang dibutuhkan adalah … dm3 Kubus dengan panjang rusuk 15 m, maka volumenya adalah … dm3 Sebuah kardus berbentuk kubus dengan volume 1331 cm3 , maka panjang rusuknya adalah … cm
80
Rancangan Perencanaan Pembelajaran (kontrol) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar A.
B.
: Matematika : V/ 1 :2 : 2 x 30 menit : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah : Menghitung volume kubus dan balok
Indikator : Menghitung volume kubus Mengidentifikasi volume kubus Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu menghitung volume kubus Siswa mampu mengidentifikasi volume kubus
C.
Materi Pokok Volume Kubus dan Balok
D.
Metode, Teknik, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran 1. Metode : Ekspositori, Tanya-Jawab Interaktif, Demonstrasi 2. Teknik : Individual, Kelompok 3. Strategi : Kooperatif Learning
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan Inti (35 menit) Eksplorasi
Aktivitas Guru Guru mengucapkan salam, berdoa, mengabsen Guru memberikan apersepsi mengenai kubus Guru membagi kelompok
Aktivitas Siswa
Siswa menjawab salam, berdoa, absen Siswa melakukan apersepsi Siswa membentuk kelompok Guru memberikan pertanyaan Siswa menjawab terkait volume kubus pertanyaan guru Guru mendemostrasikan Siswa memperhatikan volume kubus dengan karton demonstrasi guru dan menunjukkan sisi-sisi kubus
Nilai Karakter Religius Rasa ingin tahu Mandiri
Rasa tahu
ingin
81
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan Akhir (15 menit)
Guru meminta setiap siswa untuk menghitung volume kubus dari karton Guru meminta siswa untuk menjelaskan hasil hitungannya di depan kelas Guru memberikan feed back berupa soal-soal Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya terkait materi yang diajarkan Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
Siswa menghitung Rasa ingin volume kubus dari puzzle tahu Mandiri yang diberikan guru Siswa menjelaskan hasil hitungannya Siswa menjawab soal Rasa ingin tahu yang diberikan Siswa bertanya yang Komunikatif belum dimengerti
Mendengarkan saat guru Rasa ingin menyimpulkan pelajaran tahu dan mencatat pekerjaan Religius rumah Siswa menjawab salam guru
F.
Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku, LKS Matematika kelas V dan Ensiklopedia Matematika SD HVS, Spidol, Penggaris Karton, origami
G.
Penilaian Pembelajaran/ Alat Evaluasi
No
Indikator
Teknik
Bentuk
Instrumen Penilaian
Mengidentifikasi rumus volume kubus
Non Tes
Kinerja
Terlampir
1
Menghitung volume kubus
Tes
Soal
Terlampir
2
Jakarta, 2 November 2013 Mengetahui,
Dr. Gelar Dwi Rahayu Dosen Pembimbing
Diah Nuriza Siatan Peneliti
82
Lampiran Penilaian Kinerja Siswa
Penilaian Kinerja No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Identifikasi Volume Kubus 1
2
3 √
Jumlah Skor
4 √ √ √
√ √
Soal Volume Kubus! 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sisi kubus berjumlah … Rumus volume kubus adalah … diperoleh dari … Volume kubus yang panjang rusuknya 5 cm adalah … Panjang rusuk kubus yang volumenya 64 cm3 adalah … Panjang rusuk kubus 8 cm, maka volumenya adalah … diperoleh dari … Kotak pensil berbentuk kubus dengan panjang rusuk 10 cm, maka volumenya adalah … cm3 Kaleng roti berbrntuk kubus mempunyai vbolume 729 cm3 , maka panjang rusuknya adalah … cm Sebuah kolam ikan bertuk kubus dengan panjang rusuk 20 dm, jika diisi dengan air maka volume yang dibutuhkan adalah … dm3 Kubus dengan panjang rusuk 15 m, maka volumenya adalah … dm3 Sebuah kardus berbentuk kubus dengan volume 1331 cm3 , maka panjang rusuknya adalah … cm
83
Rancangan Perencanaan Pembelajaran (eksperimen) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar A.
B.
: Matematika : V/ 1 :3 : 2 x 30 menit : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah : Menghitung volume kubus dan balok
Indikator : Menjelaskan bentuk balok Menunjukkan bentuk balok Membuat Jaring-jaring balok Menunjukkan jaring-jaring balok Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu menjelaskanbentuk balok Siswa mampu menunjukkan bentuk balok Siswa mampu membuat jaring-jaring baloh Siswa mampu menunjukkan jaring-jaring balok
C.
Materi Pokok Volume Kubus dan Balok
D.
Metode, Teknik, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran 1. Metode : Ekspositori, Tanya-Jawab Interaktif, Demonstrasi 2. Teknik : Individual, Kelompok 3. Pendekatan : Kooperatif Learning
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Awal (10 menit)
Aktivitas Guru Guru mengucapkan salam, berdoa, mengabsen Guru memberikan apersepsi mengenai balok Guru membagi kelompok
Aktivitas Siswa Siswa menjawab salam, berdoa, absen Siswa melakukan apersepsi Siswa membentuk kelompok
Nilai Karakter Religius Rasa ingin tahu Mandiri
84
Kegiatan Inti (35 menit) Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan Akhir (15 menit)
F.
Guru memberikan pertanyaan terkait bentuk balok Guru meminta setiap kelompok untuk membentuk balok dengan puzzle geometri 2 dimensi dan menunjukkan sisi, rusuk, titik sudut balok di depan kelas Guru mendemonstrasikan dan menjelaskan setiap sisi-sisi balok dan mengaitkannya dengan jarring-jaring balok dengan puzzle Guru meminta siswa untuk membentuk jarring-jaring balok sebanyak-banyaknya dengan puzzle dan menggambarkan pada kertas HVS Guru meminta siswa untuk presentasi hasil kerja setiap kelompok di depan kelas Guru memberikan feed back berupa pertanyaan Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya terkait materi yang diajarkan Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
Siswa menjawab Rasa ingin tahu pertanyaan guru Siswa membentuk Kerja sama balok tiap kelompok dan menunjukkannya di depan kelas
Siswa memperhatikan demonstrasi dan penjelasan guru Siswa menggambar jarring-jaring balok Siswa presentasi ke depan kelas
Rasa ingin tahu Kerja sama Komunikatif Mandiri
Siswa menjawab Rasa ingin pertanyaan yang tahu Komunikatif diberikan Siswa bertanya yang belum dimengerti Mendengarkan saat Rasa ingin guru menyimpulkan tahu Religius pelajaran Siswa menjawab salam guru
Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku, LKS Matematika kelas V dan Ensiklopedia Matematika SD HVS, Spidol, Penggaris Puzzle Geometri 2 Dimensi
85
G. No 1
2
Penilaian Pembelajaran/ Alat Evaluasi Indikator
Teknik
Bentuk
Instrumen Penilaian
Menjelaskan dan menunjukkan bentuk balok Membuat dan menunjukkan jaring-jaring balok
Non Tes
Kinerja Terlampir Performance
Non Tes
Kinerja Produk
Terlampir
Jakarta, 2 November 2013 Mengetahui,
Dr. Gelar Dwi Rahayu Dosen Pembimbing
Diah Nuriza Siatan Peneliti
Lampiran Penilaian Kinerja Siswa
Penilaian Kinerja
Menjelaskan Bentuk Balok
No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
2
3
4
1
2
3
Jumlah Skor 4
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI Penilaian Kinerja
No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
1
Menjelaskan Jaring Balok
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Membuat Bentuk Balok
Membuat Jaring Balok
1
1
2
3
4
2
3
4
Jumlah Skor
86
Rancangan Perencanaan Pembelajaran (kontrol) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar A.
B.
: Matematika : V/ 1 :3 : 2 x 30 menit : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah : Menghitung volume kubus dan balok
Indikator : Menjelaskan bentuk balok Menunjukkan bentuk balok Membuat Jaring-jaring balok Menunjukkan jaring-jaring balok Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu menjelaskanbentuk balok Siswa mampu menunjukkan bentuk balok Siswa mampu membuat jaring-jaring baloh Siswa mampu menunjukkan jaring-jaring balok
C.
Materi Pokok Volume Kubus dan Balok
D.
Metode, Teknik, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran 1. Metode : Ekspositori, Tanya-Jawab Interaktif, Demonstrasi 2. Teknik : Individual, Kelompok 3. Pendekatan : Kooperatif Learning
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Awal (10 menit)
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Guru mengucapkan salam, berdoa, mengabsen Guru memberikan apersepsi mengenai balok Guru membagi kelompok
Siswa menjawab salam, berdoa, absen Siswa melakukan apersepsi Siswa membentuk kelompok
Nilai Karakter Religius Rasa ingin tahu Mandiri
87
Kegiatan Inti (35 menit) Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan Akhir (15 menit)
F.
Guru memberikan pertanyaan terkait bentuk balok Guru meminta setiap kelompok untuk membentuk balok dengan karton dan menunjukkan sisi, rusuk, titik sudut balok di depan kelas Guru mendemonstrasikan dan menjelaskan setiap sisisisi balok dan mengaitkannya dengan jarring-jaring balok dengan karton Guru meminta siswa untuk membentuk jarring balok sebanyak-banyaknya dengan karton dan menggambarkan pada kertas HVS Guru meminta siswa untuk presentasi hasil kerja setiap kelompok di depan kelas Guru memberikan feed back Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya terkait materi yang diajarkan Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
ingin Siswa menjawab Rasa tahu pertanyaan guru Siswa membentuk Kerja sama balok tiap kelompok dan menunjukkannya di depan kelas
Siswa memperhatikan demonstrasi dan penjelasan guru Siswa menggambar jarring-jaring balok Siswa presentasi ke depan kelas
Rasa ingin tahu Kerja sama Komunikatif Mandiri
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan Siswa bertanya yang belum dimengerti Mendengarkan saat guru menyimpulkan pelajaran Siswa menjawab salam guru
Rasa ingin tahu Komunikatif
Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku, LKS Matematika kelas V dan Ensiklopedia Matematika SD HVS, Spidol, Penggaris, Gunting Karton, Origami
Rasa ingin tahu Religius
88
G. No 1
2
Penilaian Pembelajaran/ Alat Evaluasi Indikator
Teknik
Bentuk
Instrumen Penilaian
Menjelaskan dan menunjukkan bentuk balok Membuat dan menunjukkan jaring-jaring balok
Non Tes
Kinerja Terlampir Performance
Non Tes
Kinerja Produk
Terlampir
Jakarta, 2 November 2013 Mengetahui,
Dr. Gelar Dwi Rahayu Dosen Pembimbing
Diah Nuriza Siatan Peneliti
Lampiran Penilaian Kinerja Siswa Penilaian Kinerja
Menjelaskan Bentuk Balok
No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
2
3
4
1
2
3
Jumlah Skor 4
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Penilaian Kinerja No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
1
Menjelaskan Jaring Balok
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Membuat Bentuk Balok
Membuat Jaring Balok
1
1
2
3
4
2
3
4
Jumlah Skor
89
Rancangan Perencanaan Pembelajaran (eksperimen) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar A.
B.
: Matematika : V/ 1 :4 : 2 x 30 menit : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah : Menghitung volume kubus dan balok
Indikator : Menghitung volume balok Mengidentifikasi volume balok Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu menghitung volume balok Siswa mampu mengidentifikasi volume balok
C.
Materi Pokok Volume Kubus dan Balok
D.
Metode, Teknik, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran 1. Metode : Ekspositori, Tanya-Jawab Interaktif, Demonstrasi 2. Teknik : Individual, Kelompok
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan Inti (35 menit) Eksplorasi
Aktivitas Guru Guru mengucapkan salam, berdoa, mengabsen Guru memberikan apersepsi mengenai balok Guru membagi kelompok
Aktivitas Siswa
Siswa menjawab salam, berdoa, absen Siswa melakukan apersepsi Siswa membentuk kelompok Guru memberikan pertanyaan Siswa menjawab terkait volume balok pertanyaan guru Guru mendemostrasikan Siswa memperhatikan volume balok dengan puzzle demonstrasi guru geometri dan menunjukkan sisi-sisi balok
Nilai Karakter Religius Rasa ingin tahu Mandiri
Rasa tahu
ingin
90
Guru meminta setiap siswa untuk menghitung volume Elaborasi balok dari puzzle geometri Guru meminta siswa untuk menjelaskan hasil hitungannya di depan kelas Guru memberikan feed back berupa soal-soal Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya terkait materi yang diajarkan Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan Kegiatan memberikan pekerjaan rumah Akhir Guru menutup pertemuan (15 menit) dengan mengucapkan salam
Siswa menghitung volume balok dari puzzle yang diberikan guru Siswa menjelaskan hasil hitungannya Siswa menjawab soal yang diberikan Siswa bertanya yang belum dimengerti
Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku, LKS Matematika kelas V dan Ensiklopedia Matematika SD HVS, Spidol, Penggaris Puzzle Geometri 3 Dimensi
G.
Penilaian Pembelajaran/ Alat Evaluasi Indikator
Teknik
Bentuk
Rasa ingin tahu Komunikatif
Mendengarkan saat Rasa ingin guru menyimpulkan tahu pelajaran dan Religius mencatat pekerjaan rumah Siswa menjawab salam guru
F.
No
Rasa ingin tahu Mandiri
Instrumen Penilaian
Mengidentifikasi rumus volume balok
Non Tes
Kinerja
Terlampir
1
Menghitung volume balok
Tes
Soal
Terlampir
2
Jakarta, 2 November 2013 Mengetahui,
Dr. Gelar Dwi Rahayu Dosen Pembimbing
Diah Nuriza Siatan Peneliti
91
Lampiran Penilaian Kinerja Siswa Penilaian Kinerja No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
Identifikasi Volume Balok 1
2
3
Jumlah Skor
4
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Soal Volume Balok! 1. Jumlah rusuk balok ada … 2. Balok berukuran 6 kesamping, 4 kedepan, 5 keatas. Maka volumenya adalah … diperoleh dari … 3. Balok yang berukuran luas alasnya 72 cm2 dan tinggi 11 cm maka volumenya … cm3 4. Balok beruluran 8 cm, tinggi 7 cm dan lebar 6 cm. maka volumenya … 5. Sebuah balok kayu beukuran panjang 40 cm, lebar 8 cm, tinggi 5 cm. maka volume kayu tersebut adalah …
92
Rancangan Perencanaan Pembelajaran (kontrol) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar A.
B.
: Matematika : V/ 1 :4 : 2 x 30 menit : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah : Menghitung volume kubus dan balok
Indikator : Menghitung volume balok Mengidentifikasi volume balok Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu menghitung volume balok Siswa mampu mengidentifikasi volume balok
C.
Materi Pokok Volume Kubus dan Balok
D.
Metode, Teknik, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran 1. Metode : Ekspositori, Tanya-Jawab Interaktif, Demonstrasi 2. Teknik : Individual, Kelompok
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan Inti (35 menit) Eksplorasi
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Guru mengucapkan salam, Siswa menjawab salam, berdoa, mengabsen berdoa, absen Guru memberikan apersepsi Siswa melakukan apersepsi mengenai balok Siswa membentuk kelompok Guru membagi kelompok Guru memberikan Siswa menjawab pertanyaan terkait volume pertanyaan guru balok Siswa memperhatikan Guru mendemostrasikan demonstrasi guru volume balok dengan karton dan menunjukkan sisi-sisi balok
Nilai Karakter Religius Rasa ingin tahu Mandiri
Rasa tahu
ingin
93
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan Akhir (15 menit)
Guru meminta setiap siswa untuk menghitung volume balok dari karton Guru meminta siswa untuk menjelaskan hasil hitungannya di depan kelas Guru memberikan feed back berupa soal-soal Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya terkait materi yang diajarkan Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
Siswa menghitung volume Rasa ingin balok dari karton yang tahu Mandiri diberikan guru Siswa menjelaskan hasil hitungannya Siswa menjawab soal yang Rasa ingin tahu diberikan Siswa bertanya yang belum Komunikatif dimengerti
Mendengarkan saat guru Rasa ingin menyimpulkan pelajaran tahu dan mencatat pekerjaan Religius rumah Siswa menjawab salam guru
F.
Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku, LKS Matematika kelas V dan Ensiklopedia Matematika SD HVS, Spidol, Penggaris Karton, Origami
G.
Penilaian Pembelajaran/ Alat Evaluasi
No
Indikator
Teknik
Bentuk
Instrumen Penilaian
Mengidentifikasi rumus volume balok
Non Tes
Kinerja
Terlampir
1
Menghitung volume balok
Tes
Soal
Terlampir
2
Jakarta, 2 November 2013 Mengetahui,
Dr. Gelar Dwi Rahayu Dosen Pembimbing
Diah Nuriza Siatan Peneliti
94
Lampiran Penilaian Kinerja Siswa Penilaian Kinerja No Nama Kelompok 1 2 3 4 5 6
Identifikasi Volume Balok 1
2
3
Jumlah Skor
4
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Soal Volume Balok! 1. Jumlah rusuk balok ada … 2. Balok berukuran 6 kesamping, 4 kedepan, 5 keatas. Maka volumenya adalah … diperoleh dari … 3. Balok yang berukuran luas alasnya 72 cm2 dan tinggi 11 cm maka volumenya … cm3 4. Balok beruluran 8 cm, tinggi 7 cm dan lebar 6 cm. maka volumenya … 5. Sebuah balok kayu beukuran panjang 40 cm, lebar 8 cm, tinggi 5 cm. maka volume kayu tersebut adalah …
95
Rancangan Perencanaan Pembelajaran (kontrol) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar A.
B.
: Matematika : V/ 1 :5 : 2 x 30 menit : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah : Menghitung volume kubus dan balok
Indikator : Membandingkan bentuk kubus Membandingkan bentuk balok Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu membandingkan bentuk kubus Siswa mampu membandingkan bentuk balok
C.
Materi Pokok Volume Kubus dan Balok
D.
Metode, Teknik, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran 1. Metode : Ekspositori, Tanya-Jawab Interaktif, Demonstrasi 2. Teknik : Individual, Kelompok
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan Inti (35 menit) Eksplorasi
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Guru mengucapkan salam, Siswa menjawab salam, berdoa, mengabsen berdoa, absen Guru memberikan apersepsi Siswa melakukan mengenai kubus dan balok apersepsi Guru mendemonstrasikan Siswa memperhatikan bentuk kubus & balok dengan demonstrasin guru puzzle dan mengaitkannya Siswa membandingkan dengan volume kubus & kubus & balok balok Guru meminta siswa untuk membandingkan kedua bangun itu
Nilai Karakter Religius Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu Komunikatif Kerja sama
96
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan Akhir (15 menit)
Guru meminta siswa untuk menggabungkan kubus & balok menjadi sebuah bangunan Guru meminta siswa untuk menghitung volume bangun ruang tersebut dan menunjukkan hasilnya Guru memberikan feed back berupa soal-soal terkait volume bangun ruang Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya terkait materi yang diajarkan Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
Siswa menggabungkan kubus & balok Siswa menghitung dan menunjukkan
Siswa menjawab soal Rasa ingin tahu yang diberikan Siswa bertanya yang Komunikatif belum dimengerti
Mendengarkan saat guru Rasa ingin menyimpulkan pelajaran tahu dan mencatat pekerjaan Religius rumah Siswa menjawab salam guru
F.
Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku, LKS Matematika kelas V dan Ensiklopedia Matematika Puzzle Geometri 2 Dimensi
G.
Penilaian Pembelajaran/ Alat Evaluasi
No 1
Indikator Membandingkan bentuk kubus dan balok
Teknik Tes
Bentuk Soal
Rasa ingin tahu Kerja sama Mandiri
Instrumen Penilaian Terlampir
Jakarta, 2 November 2013 Mengetahui,
Dr. Gelar Dwi Rahayu Dosen Pembimbing
Lampiran Soal Soal bangun ruang (kubus dan balok)
Diah Nuriza Siatan Peneliti
97
No
Hitunglah volume kubus berikut
Jawaban
7 cm 7 cm
…
1 7 cm 18 cm
4 cm
7 cm
4 cm 4 cm
4 cm
…
2 12 cm 36 cm
4 cm
5 cm 14 cm
3
5 cm
21 cm
…
5 cm 5 cm 5 cm
4 cm 12 cm
36 cm
…
4
12 cm
4 cm
36 cm 4 cm
4 cm
12 cm
12 cm
36 cm
36 cm
…
5 12 cm
4 cm
36 cm
98
Rancangan Perencanaan Pembelajaran (kontrol) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar A.
B.
: Matematika : V/ 1 :5 : 2 x 30 menit : Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah : Menghitung volume kubus dan balok
Indikator : Membandingkan bentuk kubus Membandingkan bentuk balok Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu membandingkan bentuk kubus Siswa mampu membandingkan bentuk balok
C.
Materi Pokok Volume Kubus dan Balok
D.
Metode, Teknik, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran 1. Metode : Ekspositori, Tanya-Jawab Interaktif, Demonstrasi 2. Teknik : Individual, Kelompok
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan Inti (35 menit) Eksplorasi
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Guru mengucapkan salam, Siswa menjawab berdoa, mengabsen salam, berdoa, absen Guru memberikan apersepsi Siswa melakukan mengenai kubus dan balok apersepsi Guru mendemonstrasikan Siswa bentuk kubus & balok memperhatikan dengan karton dan demonstrasin guru mengaitkannya dengan Siswa volume kubus & balok membandingkan Guru meminta siswa untuk kubus & balok membandingkan kedua bangun itu
Nilai Karakter Religius Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu Komunikatif Kerja sama
99
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan Akhir (15 menit)
Guru meminta siswa untuk menggabungkan kubus & balok menjadi sebuah bangunan Guru meminta siswa untuk menghitung volume bangun ruang tersebut dan menunjukkan hasilnya Guru memberikan feed back berupa soal-soal terkait volume bangun ruang Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya terkait materi yang diajarkan Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
Siswa menggabungkan kubus & balok Siswa menghitung dan menunjukkan
Siswa menjawab Rasa ingin tahu soal yang diberikan Siswa bertanya yang Komunikatif belum dimengerti
Mendengarkan saat Rasa ingin tahu guru Religius menyimpulkan pelajaran dan mencatat pekerjaan rumah Siswa menjawab salam guru
F.
Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku, LKS Matematika kelas V dan Ensiklopedia Matematika Karton, origami
G.
Penilaian Pembelajaran/ Alat Evaluasi
No 1
Indikator Membandingkan bentuk kubus dan balok
Teknik Tes
Bentuk Soal
Rasa ingin tahu Kerja sama Mandiri
Instrumen Penilaian Terlampir
Jakarta, 2 November 2013 Mengetahui,
Dr. Gelar Dwi Rahayu Dosen Pembimbing Lampiran Soal Soal bangun ruang (kubus dan balok)
Diah Nuriza Siatan Peneliti
100
No
Hitunglah volume kubus berikut
Jawaban
7 cm 7 cm
…
1 7 cm 18 cm
4 cm
7 cm
4 cm 4 cm
4 cm
…
2 12 cm 36 cm
4 cm
5 cm 14 cm
3
5 cm
21 cm
…
5 cm 5 cm 5 cm
4 cm 12 cm
36 cm
…
4
12 cm
4 cm
36 cm 4 cm
4 cm
12 cm
12 cm
36 cm
36 cm
…
5 12 cm
4 cm
36 cm
101
Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Tes Sub Pokok Bahasan
Volume Bangun Ruang
SK/KD
Indikator
Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah/ Menghitung volume kubus dan balok
Menentukan volume kubus Menunjukkan jaring-jaring kubus Menentukan volume balok Menunjukkan jaring-jaring balok Menghitung volume bangun ruang yang merupakan gabungan kubus dan balok
Aspek yang diukur C1 C2 C3 1 5
Jumlah Soal 1
3
2
3
6, 7, 8
9
4
4
Jumlah
1
10
1
10
PEDOMAN SKOR/ RUBRIK PENILAIAN Soal
Jawaban Siswa
1-10
Tidak menjawab soal Menyalin soal/ jawaban salah Proses salah tapi jawaban salah Proses salah tapi jawaban benar/ Tidak memakai satuan panjang Jawaban benar dan proses benar
Poin/ Skor 0 1 2 3 4
102
Lampiran 3 Selesaikan soal-soal di bawah ini dengan benar! 1. Luas volume sebuah kubus 9261 cm3. Berapa centimeter panjang rusuk kubus? 2. Sebuah lampion berbentuk kubus dibuat dari kertas berwarna merah. Kerangka lampion itu dibuat dari kawat. Jika panjang rusuk kubus 25 cm, berapa centimeter kawat diperlukan untuk sebuah lampion?
3. A.
B.
C.
Jarring-jaring manakah yang dapat membentuk sebuah kubus? Sebutkan alasannya!
4. A.
B.
C.
Jarring-jaring manakah yang dapat membentuk sebuah balok? Sebutkan alasannya!
5.
Kubus besar ini disusun dari kubus-kubus kecil. Kubus besar tersebut kemudian sisinya dicat warna kuning merata. Berapa buah kubus kecil yang ke-3 sisinya dicat warna kuning merata?
6. Gambarlah bentuk bangun balok dengan panjang 7 cm, lebar 2 cm dan tinggi 4 cm! Hitunglah volumenya! 7. Berapakah tinggi balok jika volumenya 1800 cm3, panjangnya 24 cm dan lebarnya 15 cm? 8. Sebuah kolam panjangnya 5 m, lebarnya 3 m dan dalamnya 2 m. Berapa isi kolam jika hanya diisi
air?
9. Sebuah bak mandi panjangnya 12 m, lebarnya 4 m dan dalamnya 8 cm. Bak tersebut diisi dengan timba kaleng berukuran panjang 6 m, lebar 2 m, dan dalamnya 4 m. Berapa timba dibutuhkan untuk mengisi air hingga bak itu penuh?
103
10.
7 cm 7 cm
7 cm
7 cm 18 cm
Hitunglah volume bangun ruang disamping?
Jawaban!
1. Panjang rusuk kubus >> Volume kubus = s x s x s >> 9261 cm3 = 21 cm x 21 cm x 21 cm.
Jadi, panjang setiap rusuk adalah 21 cm
2. Panjang rusuk = 25 cm, Banyaknya rusuk = 12, Panjang kawat untuk 1 lampion berbentuk kubus. Panjang kawat= 12 x 25 cm = 300 cm 3. Jarring-jaring kubus yang C 4. Jarring-jaring balok yang B 5. A. 8 sisi karena terletak dipinggir
B. 6 sisi karena terletak di tengah
6. Gambar balok dengan panjang 7cm, lebar 2cm, tinggi 4cm Volume Balok= P x L x T= 7cm x 2cm x 4cm= 56 cm3 7. Volume balok= p x l x t >> 1800 cm3= 24 cm x 15 cm x t >> 1800 cm3= 360 cm2 t >> t = 1800 cm3 : 360 cm2 = 5 cm 8. Volume is kolam = p x l x t = 5 m x 3 m x 2 m = 30 m3 Air yang diisi hanya , jadi 30 m3 x =
=
= 20 m3
9. Volume bak mandi >>> p x l x t = 12 m x 4 m x 8 m = 348 m3 Volume timba kaleng >>> p x l x t = 6 m x 2 m x 4 m = 48 m3 Timba yang dibutuhkan >> volume bak : volume timba= 384 m3 : 48 cm3 = 8 cm3 10. Volume kubus >> s x s x s = 7 cm x 7 cm x 7 cm = 343 cm3 Volume balok >> p x l x t = 18 x 7 x 7 = 882 cm3 Volume kubus + Volume balok = 343 cm3 + 882 cm3 = 1225 cm3
104
Lampiran 4
Rubrik Penilaian Psikomotorik Siswa
No
Kegiatan Penilaian Psikomotorik
1.
Kesiapan siswa dalam belajar
2.
Aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas
3
Keterampilan membentuk bangun ruang
4
Memodifikasi berbagai bentuk bangun ruang
5
Hasil karya siswa
Kriteria penskoran
:
1. 2. 3. 4.
:4 :3 :2 :1
Sangat baik Baik Tidak baik Sangat tidak baik
Keterangan 4: siswa telah menguasai materi 3: siswa cukup menguasai materi 2: tidak menguasai materi 1: menganggu saat materi disampaikan 4: terlibat aktif dalam kerja kelompok 3: cukup terlibat aktif dalam kerja kelompok 2: tidak terlibat aktif dalam kerja kelompok 1: tidak terlibat/ pasif di kelas 4: sangat terampil dalam membentuk 3: cukup terampil dalam membentuk 2: tidak terampil dalam membentuk 1: tidak membuat bangun ruang 4: sangat terampil dalam memodifikasi 3: cukup terampil dalam memodifikasi 2: tidak terampil dalam memodifikasi 1: tidak memodifikasi bangun ruang 4: hasilnya benar dan rapi 3: hasilnya benar dan tidak rapi 2: hasilnya tidak benar dan tidak rapi 1: tidak membuat hasil karya
105
Lampiran 5
Rubrik Penilaian Afektif Siswa
No 1.
2.
3
4
5
Kegiatan Penilaian Afektif Siswa Memperhatikan materi saat pelajaran
Keterangan
4: sangat memperhatikan materi 3: cukup memperhatikan materi 2: tidak memperhatikan materi 1: menganggu saat materi disampaikan Bertanya terkait materi pelajaran 4: aktif bertanya terkait materi 3: cukup bertanya terkait materi 2: bertanya tidak terkait materi 1: tidak bertanya/ pasif di kelas Pertisipasi siswa dalam 4: berpartisipasi sangat aktif kelompok 3: berpartisipasi cukup aktif 2: tidak berpartisipasi 1: menganggu saat tugas kelompok Tertib saat kerja kelompok 4: sangat tertib saat kerja kelompok 3: cukup tertib saat kerja kelompok 2: tidak tertib saat kerja kelompok 1: bermain-main saat kerja kelompok Percaya diri 4: berbicara benar & jelas 3: berbicara benar tapi tidak jelas 2: berbicara tidak benar & tidak jelas 1: tidak mau berbicara
Kriteria penskoran
:
1. 2. 3. 4.
:4 :3 :2 :1
Sangat baik Baik Tidak baik Sangat tidak baik
106
Lampiran 6
PERHITUNGAN UJI VALIDITAS INSRUMEN No
SISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
1 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1
3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3
4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2
BUTIR SOAL 5 6 1 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
7 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3
8 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3
9 2 4 3 4 2 2 2 2 2 3 2 4 4 4 4 4 3 3
10 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4
Skor (Y) 25 32 30 33 29 29 29 29 31 29 29 32 32 34 33 38 29 31
Y²
XY
625 1024 900 1089 841 841 841 841 961 841 841 1024 1024 1156 1089 1444 841 961
50 128 90 99 87 87 87 87 93 87 87 96 128 102 99 114 87 124
107
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN X r hit r tab
3 3 2 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 127 0.4202
1 3 1 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1 4 4 1 62 0.554
Validitas
V
V
4 3 3 4 3 1 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 139 0.340
4 3 4 3 3 2 2 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 2 134 0.585
V
V
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 151 0.480 0,32 V
4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 142 0.489
3 3 4 3 4 2 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 3 2 133 0.415
3 3 3 2 4 4 1 3 3 3 4 2 3 2 3 4 2 3 3 3 3 2 111 0.442
3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 126 0.554
4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 144 0.514
V
V
V
V
V
33 32 31 30 34 29 28 36 36 34 33 30 33 29 36 37 34 35 31 36 37 21 1269
1089 1024 961 900 1156 841 784 1296 1296 1156 1089 900 1089 841 1296 1369 1156 1225 961 1296 1369 441 40719
99 96 62 90 136 116 112 108 108 136 99 90 99 87 144 148 102 105 93 108 148 42 4060
108
PERHITUNGAN UJI VALIDITAS INSRUMEN
Uji validitas untuk soal no. 1 .∑ X =
2+4+3+3+3+3+3+3+3+3+3+3+4+3+3+3+3+ 4+3+3+2+3+4+4+4+3+3+4+3+3+3+3+4+4+ 3 + 3 + 3 + 3 + 4 + 2 = 127
∑Y=
25 + 32 + 30 + 33 +29 + 29 + 29 + 29 + 31 + 29 + 29 + 32 + 32 + 34 + 33 + 38 + 29 + 31 + 33 + 32 + 31 + 30 + 34 + 29 + 28 + 36 + 36 + 34 + 33 + 30 + 33 + 29 + 36 + 37 + 34 + 35 + 31 + 36 + 37 + 31 = 1269
∑ XY =
2.25 + 4.32 + 3.30 + 3.33 + 3.29 + 3.29 + 3.29 + 3.29 + 3.31 + 3. 29 + 3.29 + 3.32 + 4.32 + 3.34 + 3.33 + 3.38 + 3.29 + 4.31 + 3.33 + 3.32 + 2.31 + 3.30 + 4.34 + 4.29 + 4.28 + 3.36 + 3.36 + 4.34 + 3.33 + 3.30 + 3.33 + 3.29 + 4.36 + 4.37 + 3.34 + 3.35 + 3.31 + 3.36 + 4.37 + 2.31 = 4060
∑ X2 =
22 + 42 + 32 + 32 + 32 + 32 + 32 + 32 + 32 + 32 + 32 + 32 + 42 + 32 + 32 + 32 + 32 + 42 + 32 + 32 + 22 + 32 + 42 + 42 + 42 + 32 + 32 + 42 + 32 + 32 + 32 + 32 + 42 + 42 + 32 + 32 + 32 + 32 + 42 + 22 = 420
∑ Y2 =
252 + 322 + 302 + 332 +292 + 292 + 292 + 292 + 312 + 292 + 292 + 322 + 322 + 342 + 332 + 382 + 292 + 312 + 332 + 322 + 312 + 302 + 342 + 292 + 282 + 362 + 362 + 342 + 332 + 302 + 332 + 292 + 362 + 372 + 342 + 352 + 312 + 362 + 372 + 312 = 40719 ∑ √*
(∑ ) (∑ ) (∑ ) +*∑
∑
(∑ ) +
∑ √*
∑
(∑ (∑
) +*∑
)(
) (∑
) +
= 0,42 Karena r11 > rtabel , maka soal valid. Langkah-langkah uji validitas untuk soal no.2 dan selanjutnya sama dengan perhitungan validitas soal nomor 1. Dari hasil perhitungan uji validitas instrumen, maka diperoleh semua soal valid.
109
Lampiran 7
PERHITUNGAN UJI RELIABILITAS INSRUMEN TES No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Nama Siswa A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
1 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 4 3
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 4
3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 1 3 4
4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2 4 3 4 3 3 2 2 4
Butir Soal 5 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3
7 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 2 2 4
8 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 2 4 4 1 3
9 2 4 3 4 2 2 2 2 2 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
10 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4
Skor (Y) 25 32 30 33 29 29 29 29 31 29 29 32 32 34 33 38 29 31 33 32 31 30 34 29 28 36
110
Lampiran 7 27 AA 28 AB 29 AC 30 AD 31 AE 32 AF 33 AG 34 AH 35 AI 36 AJ 37 AK 38 AL 39 AM 40 AN Var item Var i Jml Vat i Var t
3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 127 0,3019 5,285897 ( (
)( )(
4 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1 4 4 1 62 1,279 ∑
4 Perhitungan 4 Uji Reliabilitas 4 4 Valid 3 Instrumen 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 1 3 2 139 134 151 142 133 0,409 0,489 0,640 0,253 0,481
) )
r11 = 0.617848 atau tingkat korelasi baik.
3 3 4 2 3 2 3 4 2 3 3 3 3 2 111 0,58
3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 126 0,541
4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 144 0,297
36 34 33 30 33 29 36 37 34 35 31 36 37 21
111
Lampiran 8 UJI TINGKAT KESUKARAN INSTRUMEN Butir Soal
No
Nama Siswa 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
16
P
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
34
AH
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
39
AM
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
26
Z
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
27
AA
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
33
AG
4
1
4
4
4
4
4
3
4
4
38
AL
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
36
AJ
3
4
3
3
4
4
4
3
3
4
14
N
3
1
3
4
4
4
4
3
4
4
23
W
4
1
3
3
4
3
4
4
4
4
28
AB
4
1
4
3
4
4
4
3
3
4
35
AI
3
4
4
4
4
4
2
2
3
4
5
E
3
1
4
4
4
3
3
2
2
3
6
F
3
1
4
4
4
3
3
2
2
3
7
G
3
1
4
4
4
3
3
2
2
3
8
H
3
1
4
4
4
3
3
2
2
3
10
J
3
1
3
3
4
4
3
2
3
3
11
K
3
1
3
3
4
3
4
2
2
4
17
Q
3
1
3
3
4
3
3
3
3
3
24
X
4
1
1
2
4
4
2
4
3
4
32
AF
3
1
3
3
4
3
4
2
3
3
25
Y
4
1
3
2
4
4
2
1
3
4
1
A
2
1
4
2
1
3
3
4
2
3
40
AN
2
1
3
2
1
3
2
2
2
3
77
44
84
81
90
85
78
66
70
87
Jumlah Jml Benar
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
IK
0.48125
0.275
0.525
0.50625
0.5625
0.53125
0.4875
0.4125
0.4375
0.54375
Ket
sedang
sukar
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
112
Lampiran 9 UJI DAYA BEDA KELOMPOK ATAS No 16 34 39 26 27 33 38 36 14 23 28 35
Nama Siswa P AH AM Z AA AG AL AJ N W AB AI BA JA
UJI DAYA BEDA KELOMPOK BAWAH
Butir Soal 1 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 41 48
2 3 1 4 4 4 1 4 4 1 1 1 4 32 48
3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 45 48
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 45 48
Hasil
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 48
6 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 46 48
7 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2 43 48
8 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 38 48
9 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 41 48
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 48
Skor (Y)
No
38 37 37 36 36 36 36 35 34 34 34 34 427 480
5 6 7 8 10 11 17 24 32 25 1 40
Nama Siswa E F G H J K Q X AF Y A AN BB JB
Butir Soal 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 36 48
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 48
3 4 4 4 4 3 3 3 1 3 3 4 3 39 48
4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 2 2 2 36 48
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 42 48
6 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 39 48
BUTIR 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PA
0.9
0.6667
0.9375
0.9375
1
0.958333
0.9
0.79
0.85
1
PB
0.8
0.25
0.8125
0.75
0.9
0.8125
0.7
0.6
0.6
0.81
DB ket
0.1
0.4167
0.125
0.1875
0.1
0.14583
0.2
0.2
0.3
0.19
jelek
baik
jelek
jelek
jelek
jelek
jelek
cukup
cukup
jelek
7 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 2 35 48
8 2 2 2 2 2 2 3 4 2 1 4 2 28 48
9 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 29 48
10 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 39 48
Skor (Y) 29 29 29 29 29 29 29 29 29 28 25 21 335 480
113
Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Tingkat Kesukaran Dan Daya Pembeda Nomor Soal
Validitas
Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda
Kesimpulan
1
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
2
Valid
Sukar
Baik
Dipakai
3
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
4
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
5
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
6
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
7
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
8
Valid
Sedang
Cukup
Dipakai
9
Valid
Sedang
Cukup
Dipakai
10
Valid
Sedang
Jelek
Dipakai
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran dari tiap butir soal. Dapat dibuat rekapitulasi analisis butir soal sebagai berikut: diperoleh 7 butir soal dengan daya beda jelek, 2 butir soal dengan daya beda cukup, dan 1 butir soal dengan daya beda baik. Dari 10 soal yang telah diuji coba, diperoleh seluruh soal valid., dengan reliabilitas 0,61. Meskipun sebagian soal termasuk dalam kategori jelek tetapi peneliti menggunakan seluruh soal karena seluruh soal tersebut termasuk dalam kategori valid.
114
Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Kognitif Kelas Eksperimen
Statistics posttest N
Valid
34
Missing
0
Mean
63.50
Median
62.00
Mode Std. Deviation Variance
55
a
11.960 143.045
Range
50
Minimum
42
Maximum
92
Sum
2159
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
115
posttest Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
42
1
2.9
2.9
2.9
45
2
5.9
5.9
8.8
47
1
2.9
2.9
11.8
50
1
2.9
2.9
14.7
55
4
11.8
11.8
26.5
56
1
2.9
2.9
29.4
57
2
5.9
5.9
35.3
60
3
8.8
8.8
44.1
62
4
11.8
11.8
55.9
65
2
5.9
5.9
61.8
67
2
5.9
5.9
67.6
70
2
5.9
5.9
73.5
72
2
5.9
5.9
79.4
75
4
11.8
11.8
91.2
82
1
2.9
2.9
94.1
90
1
2.9
2.9
97.1
92
1
2.9
2.9
100.0
34
100.0
100.0
Total
116
Lampiran 12 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol Statistics kontrol N
Valid
34
Missing
0
Mean
54.2059
Median
53.5000
Mode Std. Deviation Variance
42.00
a
1.29329E1 167.259
Range
43.00
Minimum
32.00
Maximum
75.00
Sum
1843.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
117
kontrol Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
32
1
2.9
2.9
2.9
35
1
2.9
2.9
5.9
37
2
5.9
5.9
11.8
40
1
2.9
2.9
14.7
42
6
17.6
17.6
32.4
47
2
5.9
5.9
38.2
50
2
5.9
5.9
44.1
52
2
5.9
5.9
50.0
55
2
5.9
5.9
55.9
57
2
5.9
5.9
61.8
60
2
5.9
5.9
67.6
67
3
8.8
8.8
76.5
70
6
17.6
17.6
94.1
72
1
2.9
2.9
97.1
75
1
2.9
2.9
100.0
34
100.0
100.0
Total
118
Lampiran 13 Data Uji Normalitas Posttest
Case Processing Summary Cases Valid posttest posttest
N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
1
34
100.0%
0
.0%
34
100.0%
2
34
100.0%
0
.0%
34
100.0%
Descriptives posttest posttest
1
Statistic Mean
63.50
95% Confidence Interval for Lower Bound
59.33
Mean
Upper Bound
63.09
Median
62.00
Std. Deviation
2.051
67.67
5% Trimmed Mean
Variance
Std. Error
143.045 11.960
Minimum
42
Maximum
92
Range
50
Interquartile Range
17
Skewness
.431
.403
Kurtosis
.149
.788
119
2
Mean
54.21
95% Confidence Interval for Lower Bound
49.69
Mean
Upper Bound
2.218
58.72
5% Trimmed Mean
54.28
Median
53.50
Variance
167.259
Std. Deviation
12.933
Minimum
32
Maximum
75
Range
43
Interquartile Range
26
Skewness Kurtosis
.031
.403
-1.373
.788
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov posttest posttest
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
1
.109
34
.200
*
.970
34
.470
2
.162
34
.024
.924
34
.021
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
120
Lampiran 14 Mann-Whitney Test Hipotesis
Ranks kontrol eksperimen
N
Mean Rank
Sum of Ranks
1
34
41.00
1394.00
2
34
28.00
952.00
Total
68
a
Test Statistics
eksperimen Mann-Whitney U
357.000
Wilcoxon W
952.000
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: kontrol
-2.718 .007
121
Lampiran 15 Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S
kesiapan 3 4 3 3 3 4 2 3 3 2 4 2 2 2 2 2 3 4 2
Penilaian Psikomotorik keteram memodi aktivitas pilan fikasi 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4
hasil karya 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Skor Rubrik
Persentase (%)
Keteram pilan
17 17 18 18 18 19 14 16 18 17 19 14 17 17 17 16 15 19 17
85 85 90 90 90 95 70 80 90 85 95 70 85 85 85 80 75 95 85
BK BK BK BK BK BK MB BK BK BK BK MB BK BK BK BK MB BK BK
122
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH
4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2
4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 2 2 JUMLAH
4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 14 17 17 19 15 17 15 19 15 17 17 16 15 13 568
95 70 85 85 95 75 85 75 95 75 85 85 80 75 65
BK MB BK BK BK MB BK MB BK MB BK BK BK BK MB
123
Lampiran 16 Penilaian Psikomotorik Kelas Kontrol Penilaian Psikomotorik No
Nama
1 2
memodifik asi
hasil karya
Skor Rubrik
Presentase (%)
Keterampilan
kesiapan
aktivitas
keterampil an
A B
4 2
4 1
4 2
4 1
4 1
20 7
100 35
BK MT
3
C
2
3
2
1
2
10
50
MT
4
D
2
4
2
1
2
11
55
MB
5
E
3
1
2
1
3
10
50
MT
6
F
3
4
4
2
2
15
75
MB
7
G
3
3
2
2
2
12
60
MB
8
H
4
3
3
2
2
14
70
MB
9
I
3
2
2
1
2
10
50
MT
10
J
2
4
4
2
2
14
70
MB
11
K
4
4
4
3
3
18
90
BK
12
L
3
2
2
1
2
10
50
MT
13
M
4
4
4
3
4
19
95
BK
14
N
2
4
4
2
2
14
70
MB
15
O
2
3
3
2
2
12
60
MB
16
P
3
3
3
2
1
12
60
MB
17
Q
2
2
3
1
2
10
50
MT
18
R
2
2
2
2
1
9
45
MT
19
S
2
4
4
2
2
14
70
MB
124
20
T
4
4
4
3
2
17
85
BK
21
U
2
3
4
2
3
14
70
MB
22
V
2
1
1
2
1
7
35
MT
23
W
4
3
3
2
3
15
75
MB
24
X
3
4
4
2
3
16
80
BK
25
Y
2
3
3
2
2
12
60
MB
26
Z
2
3
3
3
2
13
65
MB
27
AA
4
4
4
3
3
18
90
BK
28
AB
2
3
3
2
2
12
60
MB
29
AC
2
4
4
2
2
14
70
MB
30
AD
2
3
2
1
2
10
50
MT
31
AE
2
2
2
2
2
10
50
MT
32
AF
3
2
2
2
3
12
60
MB
33
AG
2
3
3
2
2
12
60
MB
34
AH
4
3
3
3
2
15
75
MB
35
AI
3
3
3
2
2
13
65
MB
36
AJ
4
4
4
3
4
19
95
BK
37
AK
3
3
3
3
3
15
75
MT
JUMLAH
485
125
Lampiran 17 Penilaian Afektif Kelas Eksperimen Penilaian Afektif perhatian
bertanya
partisipasi
tertib
percaya diri
Skor Rubrik
A
2
3
3
3
3
14
70
MB
2
B
4
3
4
4
4
19
95
BK
3
C
3
3
3
3
3
15
75
MB
4
D
4
3
4
4
4
19
95
BK
5
E
4
3
3
4
3
17
85
BK
6
F
4
3
4
4
4
19
95
BK
7
G
3
3
4
3
4
17
85
BK
8
H
3
3
3
3
3
15
75
MB
9
I
3
3
3
3
3
15
75
MB
10
J
4
3
4
4
3
18
90
BK
11
K
3
3
3
3
3
15
75
MB
12
L
4
3
3
3
3
16
80
BK
13
M
3
3
3
3
3
15
75
MB
14
N
3
3
3
3
3
15
75
MB
15
O
3
3
4
3
3
16
80
BK
16
P
4
3
3
3
3
16
80
BK
17
Q
3
3
3
3
3
15
75
MB
18
R
4
3
4
4
4
19
95
BK
19
S
3
3
4
3
3
16
80
BK
20
T
3
3
4
3
4
17
85
BK
No
Nama
1
Presentase (%)
Keterampil an
126
21
U
3
3
4
3
3
16
80
BK
22
V
4
3
4
4
4
19
95
BK
23
W
3
3
4
4
3
17
85
BK
24
X
3
3
4
3
3
16
80
BK
25
Y
4
3
4
4
4
19
95
BK
26
Z
3
3
4
3
3
16
80
BK
27
AA
3
3
4
4
4
18
90
BK
28
AB
3
3
4
3
4
17
85
BK
29
AC
3
3
4
3
3
16
80
BK
30
AD
4
3
4
4
4
19
95
BK
31
AE
3
3
4
4
3
17
85
BK
32
AF
3
3
4
4
4
18
90
BK
33
AG
4
3
3
3
3
16
80
BK
34
AH
3
3
4
3
3
16
80
BK
JUMLAH
568
127
Lampiran 18 Penilaian Afektif Kelas Kontrol
Penilaian Afektif No
Nama perhatian
bertanya
partisipasi
tertib
percaya diri
Skor Rubrik
Presentase (%)
Keterampil an
1
A
4
4
4
3
4
19
95
BK
2
B
2
1
2
3
2
10
50
MT
3
C
2
1
2
3
2
10
50
MT
4
D
3
1
3
2
3
12
60
MB
5
E
3
1
3
3
2
12
60
MB
6
F
3
1
3
3
2
12
60
MB
7
G
2
1
2
2
2
9
45
MT
8
H
3
1
3
3
3
13
65
MB
9
I
2
1
3
2
2
10
50
MT
10
J
3
1
3
3
3
13
65
MB
11
K
3
1
3
4
4
15
75
MB
12
L
3
1
2
3
2
11
55
MB
13
M
4
2
4
3
4
17
85
BK
14
N
3
1
3
3
3
13
65
MB
15
O
3
1
3
3
3
13
65
MB
16
P
2
1
3
3
1
10
50
MT
17
Q
2
1
2
3
2
10
50
MT
18
R
3
1
3
3
3
13
65
MB
19
S
3
1
3
3
3
13
65
MB
128
20
T
3
1
4
3
4
15
75
MB
21
U
3
1
3
3
3
13
65
MB
22
V
3
1
3
3
3
13
65
MB
23
W
3
1
3
3
3
13
65
MB
24
X
2
1
3
3
2
11
55
MB
25
Y
3
1
3
1
2
10
50
MT
26
Z
2
1
2
3
2
10
50
MT
27
AA
3
1
3
4
3
14
70
MB
28
AB
3
1
3
3
3
13
65
MB
29
AC
3
2
3
3
3
14
70
MB
30
AD
4
3
4
3
3
17
85
BK
31
AE
3
1
2
3
3
12
60
MB
32
AF
3
1
3
4
3
14
70
MB
33
AG
3
1
3
4
3
14
70
MB
34
AH
2
1
2
3
2
10
50
MT
35
AI
3
1
3
3
3
13
65
MB
36
AJ
3
1
3
3
3
13
65
MB
37
AK
4
1
4
4
4
17
85
BK
471
2355
JUMLAH
129
Lembar Uji Referensi
130
131
132
133
134