PENGARUH PELATIHAN TEKNIS, TEKANAN WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

PENGARUH PELATIHAN TEKNIS, TEKANAN WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi pada BPKP Kantor Perwakilan V di Semarang) Oleh: Satoto Ashadhi [email protected] Absrtrak Di dalam melakukan tugas pemeriksaan seringkali BPKP mendapatkan pressure atau tekanan dimana ketepatan waktu pelaporan keuangan sangat dibutuhkan oleh pemakai informasi laporan keuangan. Tujuan penelitian adalah untuk menguji hubungan pelatihan teknis dengan kualitas audit; hubungan tekanan waktu dengan kualitas audit; hubungan pelatihan tehnis dan tekanan waktu dengan kualitas audit; Menguji pengaruh motivasi terhadap hubungan pelatihan tehnis dengan kualitas audit; pengaruh motivasi terhadap hubungan tekanan waktu dengan kualitas audit; dan pengaruh motivasi terhadap hubungan pelatihan tehnis dan tekanan waktu dengan kualitas audit. Hasil uji yang dilakukan menunjukkan variabel pelatihan teknis signifikan terhadap kualitas audit. Variabel tekanan sebesar -6,666 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel tekanan anggaran waktu signifikan terhadap kualitas audit. Variabel motivasi sebesar -6,802 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi signifikan terhadap kualitas audit. Variabel moderating sebesar 7,211 dengan tingkat signfikansi 0,00 lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel Moderating positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian atas nilai F hitung 13,850 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa regresi bisa dipakai untuk memprediksi atau bisa dikatakan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel pelatihan, motivasi dan tekanan dan moderating. Kata Kunci : Pelatihan Teknis, Tekanan Waktu, Kualitas Audit, dan Motivasi.

A. LATAR BELAKANG MASALAH Tuntutan good governance dalam penyelenggaraan kepemerintahan menguat datang dari komunitas bisnis atau investor, bahkan masyarakat luas. Untuk mencapai itu, Pemerintah menghasilkan sejumlah kebijakan, seperti UU No. 25 tahun 1999, yang kemudian diganti UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kualitas audit sulit diukur secara objektif, sehingga peneliti sebelumnya menggunakan berbagai dimensi kualitas audit. Behn. et al.(1997) melaporkan ada beberapa penelitian tentang dimensi kualitas audit. TJ Mock dan M Samet (1982) menyimpulkan 5 karakteristik kualitas audit yaitu perencanaan, administrasi, prosedur, evaluasi, dan perlakuan. Schoeder (1986) menyimpulkan 5 faktor penentu kualitas audit, yaitu perhatian partner dan

manajer Kantor Akuntan Publik dalam audit, perencanaan dan pelaksanaan, komunikasi tim audit dan manajemen klien, independensi anggota tim, dan menjaga kemutakhiran audit. Hasil penelitian Meier dan Fuglister (1992) menyebutkan untuk meningkatkan kualitas audit perlu dilakukan pelatihan dan supervisi sebagai tindakan preventif dan peer review atas standar pengendalian kualitas dan review atas kertas kerja pemeriksaan. Waktu pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah oleh BPKP selesai selambat-lambatnya 2 bulan setelah menerima laporan Pemda (pasal 56 ayat 3 UU No. 1 tahun 2004). Berarti waktu pelaksanaan pemeriksaan oleh BPKP semakin singkat dari 4 bulan menjadi 2 bulan (Penjelasan Umum UU No. 1 tahun 2004). Tujuan utama program pelatihan menurut Handoko (2001) adalah menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan dan pelatihan diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja karyawan dalam mecapai sasaran dan kerja yang telah ditetapkan. Di dalam melakukan tugas pemeriksaan seringkali BPKP mendapatkan pressure atau tekanan dimana ketepatan waktu pelaporan keuangan sangat dibutuhkan oleh pemakai informasi laporan keuangan. Hal ini dikarenakan laporan keuangan merupakan unsur penting yang sangat dibutuhkan oleh pemakai informasi untuk membuat keputusan. Selain kedua variabel di atas, motivasi juga layak dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kualitas audit. Berdasarkan penelitian Suad Husnan (2000) dimana bahwa: Motivasi positif, merupakan proses untuk mempengaruhi orang lain dengan cara memberikan penambahan tingkat kepuasan tertentu, misalnya dengan memberikan promosi, memberikan insentif atau tambahan penghasilan. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pelatihan teknis berhubungan dengan kualitas audit. 2. Apakah tekanan waktu berhubungan dengan kualitas audit. 3. Apakah pelatihan tehnis dan tekanan waktu berhubungan dengan kualitas audit 4. Apakah motivasi berpengaruh terhadap hubungan pelatihan tehnis dengan kualitas audit. 5. Apakah motivasi berpengaruh terhadap hubungan tekanan waktu dengan kualitas audit. 6. Apakah motivas berpengaruh terhadap hubungan pelatihan tehnis dan tekanan waktu dengan kualitas audit C. Tujuan Penelitian 1. Menguji hubungan pelatihan teknis dengan kualitas audit. 2. Menguji hubungan tekanan waktu dengan kualitas audit. 3. Menguji hubungan pelatihan tehnis dan tekanan waktu dengan kualitas audit 4. Menguji pengaruh motivasi terhadap hubungan pelatihan tehnis dengan kualitas audit.

5. Menguji pengaruh motivasi terhadap hubungan tekanan waktu dengan kualitas audit. 6. Menguji pengaruh motivasi terhadap hubungan pelatihan tehnis dan tekanan waktu dengan kualitas audit D. Telaah Pustaka 1. Kualitas Audit Menurut De Angelo (1981), kualitas audit merupakan probabilitas atau kemungkinan auditor untuk mampu mengungkapkan dan melaporkan suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar pengauditan yang mencakup mutu professional (Professional Qualities), auditor independent, pertimbangan (Judgement) yang digunakan dalam mengaudit dan penyusunan laporan audit. Sedangkan DeAngelo (1981) dalam Schwartz (1997) mengemukakan kualitas audit sebagai probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan. Kualitas audit sulit diukur secara objektif, sehingga peneliti sebelumnya menggunakan berbagai dimensi kualitas audit. Behn et al.(1997) melaporkan ada beberapa penelitian tentang dimensi kualitas audit. TJ Mockdan M Samet (1982) menyimpulkan 5 karakteristik kualitas audit yaitu perencanaan, administrasi, prosedur, evaluasi, dan perlakuan. Schoeder (1986) menyimpulkan 5 faktor penentu kualitas audit, yaitu perhatian partner dan manajer KAP dalam audit, perencanaan dan pelaksanaan, komunikasi tim audit dan manajemen klien, independensi anggota tim, dan menjaga kemutakhiran audit. Sutton dan Lampe (1990) menyebutkan 19 atribut kualitas audit yang diidentifikasi jadi 3 kategori umum, yaitu perencanaan, pekerjaan lapangan (fieldwork), dan administrasi. 2. Pelatihan Teknis Tujuan pelatihan menurut Sunarto dan Sahedy (2001) untuk memperbaiki kinerja memutakhirkan keahlian pengawasan, mengurangi waktu belajar, memecahkan permasalahan operasional, promosi karyawan, orientasi karyawan terhadap organisasi, memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi. Sedangkan Handoko (2001) mengemukakan tujuan pelatihan teknis adalah menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan dan pelatihan diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja karyawan dalam mecapai sasaran dan kerja yang telah ditetapkan. Kriteria untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan terfokus pada hasil-hasilnya (Werther dan Davis, 1993). Maka, organisasi pelatihan harus menaruh perhatian pada pengaruh-pengaruh pelatihan yang berhubungan dengan: a. reaksi para peserta terhadap isi dan proses pelatihan.

b. pengetahuan dan kegiatan belajar yang dicapai melalui pengalaman pelatihan. c. perubahan-perubahan tingkah laku yang diakibatkan pelatihan. d. peningkatan-peningkatan yang dapat diukur dalam individu-individu atau organisasi seperti ketidakhadiran, kecelakaan, atau pergantian yang lebih kecil Sedangkan kebutuhan pelatihan menurut Hardjana (2001) adalah: a. Kinerja dan prestasi karyawan belum sesuai dengan standar yang sudah ditentukan karena faktor-faktor yang ada pada mereka. b. Organisasi atau perusahaan menetapkan sasaran baru, produk baru atau pasar baru c. Organisasi mengadakan perluasan atau perampingan usaha sehingga perlu dibentuk struktur kerja baru d. Organisasi mengadakan modernisasi di bidang peralatan, struktur organisasi manajemen baru e. Terbit dan berlaku perundang-undangan pemerintah yang baru yang menuntut penyesuaian dan pembahasan pada lembaga 3. Tekanan Anggaran Waktu Tekanan anggaran waktu adalah tekanan yang disebabkan oleh jumlah waktu audit yang dianggarkan (budgeted audit time) yang telah dialokasikan untuk menyelesaikan tugas-tugas audit tertentu (Kelley, Margheism, Pattison, 1999). Tekanan anggaran waktu sebenarnya merupakan salah satu dimensi dari time pressure, sedangkan dimensi lainnya adalah time deadline pressure, yaitu suatu bentuk tekanan waktu karena adanya batas atau target waktu yang harus dipenuhi oleh auditor dalam penyelesaian tugasnya. Cook dan Kelly (1991) yang menyimpulkan peningkatan tekanan anggaran waktu yang dirasakan oleh auditor akan mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Karena dampak yang akan timbul dengan adanya tekanan anggaran waktu adalah pada perilaku negative dari auditor seperti premature sign-off (Raghunathan, 1991), false sign-off (Berry, et al., 1987)dan underreporting chargeable time (Lightner, et al., 1983). 4. Motivasi Reksohadiprodjo (1990 : 177) mengemukakan motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan – kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi yang diberikan bisa dibagi dalam dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan negatif. Motivasi positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang diinginkan dengan cara memberikan kemungkinan untuk mendapatkan kompensasi. Sedangkan motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang diinginkan, tetapi dengan cara atau teknik dasar yang digunakan lewat kekuatan-kekuataan.

5. Kerangka Pemikiran

Pelatihan Teknis Kualitas Audit Tekanan Waktu

Motivasi

Gambar 1. Kerangka Pemikiran 6. Hipotesis a. H1: Pelatihan teknis berhubungan dengan kualitas audit. b. H2: Tekanan waktu berhubungan dengan kualitas audit. c. H3: Pelatihan tehnis dan tekanan waktu berhubungan dengan kualitas audit d. H4: Motivasi berpengaruh terhadap hubungan pelatihan tehnis dengan kualitas audit. e. H5: Motivasi berpengaruh terhadap hubungan tekanan waktu dengan kualitas audit. f. H6: Motivas berpengaruh terhadap hubungan pelatihan tehnis dan tekanan waktu dengan kualitas audit E. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KANTOR PERWAKILAN V BPKP RI di Semarang. Yang dimaksud auditor adalah pegawai KANTOR PERWAKILAN V BPKP di Semarang yang sudah mempunyai Jabatan Fungsional Auditor (JFA), ditempatkan di unit teknis (auditoriat) dan sudah pernah melakukan pemeriksaan baik pemeriksaan atas APBD maupun perusahaan daerah. Auditor yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah auditor pelaksana (Ketua dan Anggota tim) 2. Analisis Data a. Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor yang diperoleh masing – masing butir pertanyaan dengan skor total konstruk atau variabel. Apabila tampilan output SPSS terlihat bahwa korelasi antar masing-masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan nilai signifikansi < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid (Ghozali, 2005)

Uji reliabilitas tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur, maka semakin stabil pula alat pengukur tersebut. Sebaliknya, jika reliabilitas alat pengukur tersebut rendah, maka alat tersebut tidak stabil dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menghitung koefisien reliabilitas dengan menggunakan formulasi Cronbach Alpha, yang selanjutnya disebut koefisien alpha. Secara umum kriteria reliabilitas alpha dikatakan reliabel jika koefisien alpha lebih besar dari 0,60 (Imam Ghozali, 2005). b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi antara variabel dependen dengan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. 2) Multikolinearitas Bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. 3) Uji Autokorelasi Asumsi klasik yang kedua adalah tidak adanya auto korelasi, dimana korelasi antaranya kesalahan pengganggu pada periode t dengan adanya kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya) 4) Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menghindari ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya dalam model regresi 5) Uji Regresi Uji regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Persamaan uji regresi yang digunakan yaitu: Y2 = bo + b1 X1 + e Y2= bo + b2 X2 + e Y2 = bo + b1 X1 + b2 X2 + e Y2 = bo + b1 X1 + y1 X3 + e Y2 = bo + b2 X2 + y1 X3 + e Y2 = bo + b1 X1 + b2 X2 + y` X3 + b4X1 X3 + b5X2X3 + e Dimana : Y2 = kualitas audit Y1 = Motivasi b = koefesien korelasi

X1 X2 X1 X3 X2X3 E

= pelatihan teknis = tekanan anggaran waktu = Moderasi motivasi terhadap pelatihan tehnis = Moderasi motivasi terhadap tekanan waktu = error

c. Uji Hipotesis Pengujian ini dilakukan untuk menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji t. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. d. Uji Koefisien Determinsi Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam memenangkan variasi variabel dependen atau terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R 2 ) yang kecil, berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu, berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel tersebut. F. Hasil Penelitian 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Pengukuran dengan one shoot atau pengukuran sekali saja digunakan dalam penelitian ini dari suatu konstruk atau variabel. Hasil penelitian uji reliabilitas sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Uji reliabilitas Variabel Keterangan Koefisien Alpha () Kualitas audit 0,6809 Reliabel Pelatihan teknis 0,6776 Reliabel Tekanan Anggaran 0,7374 Reliabel Motivasi 0,7827 Reliabel Dilihat dari besarnya alpha hitung dari pengujian reliabilitas, karena alpha hitung mempunyai nilai yang lebih besar dari 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian adalah handal atau reliabel.

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N Normal Parameters

a,b

Most Extreme Differences

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

Unstandardiz ed Predicted Value 80 50.8250008

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

.47840887 .081 .051 -.081 .723 .672

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Besarnya nilai kolmogorov – Smirnov adalah 0,723 dan signifikansi 0,72 hal ini berarti Ho diterima yang berarti data residual terdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Uji Multikolinearitas No. Variabel Tolerance 1. Kualitas Audit 0,400 2. Pelatihan Teknis 0,190 3. Tekanan Angg Waktu 0,190 4 Motivasi 0,805

VIF 2.501 5.589 5.252 8.018

Berdasarkan tabel 3, nilai tolerance menunjukkan adanya variabel bebas yang memiliki nilai toleransi lebih dari 10%. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel bebas dalam model regres. c. Uji Heterokedastisitas Untuk mengetahui hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Uji Heterokedastisitas Coefficientsa

Model 1

Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) -2.296 1.902 Pelatihan .108 .061 Tekanan 8.107E-02 .088 Motivasi 5.957E-02 .079 Moderating -6.05E-06 .000

Standardized Coefficients Beta .601 .696 .306 -.636

t -1.207 1.791 .926 .754 -.755

Sig. .235 .082 .361 .456 .455

a. Dependent Variable: ABSUT

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa secara statistik variabel independen tidak mempengaruhi dependen. Hal ini disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji ini merupakan keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode sebelumnya. Cara yang digunakan untuk mengetahui autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW-Test). Bila nilai DW terletak antara batas atas (Upper Bound/du) dan 4-du maka tidak ada autokorelasi. Sebab nilai DW sebesar 1,661 diantara nilai du, dl dan 4-du, 4-dl. 3. Uji Regresi Uji regresi digunkan untuk menguji pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Hasil uji regresi ditunjukkan dalam tabel 5. Tabel 5 Regresi Berganda Coefficients

Model 1

(Constant) Pelatihan Tekanan Motivasi Moderating

Unstandardized Coefficients B Std. Error 93.381 6.717 -1.022 .220 -1.896 .284 -2.007 .102

.295 .000

a

Standardized Coefficients Beta -.643 -1.944

t 13.902 -4.643 -6.666

Sig. .000 .000 .000

-1.365 2.825

-6.802 7.211

.000 .000

a. Dependent Variable: Kualitas

Persamaan regresi berganda yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah sebagai berikut : Kualitas Audit = 93,381 - 1,022X1 - 1,896 X2 - 2,007X3 + 0,102 + e Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan dan diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Koefisien regresi X1 (variabel Pelatihan) sebesar -1,022. Dapat disimpulkan bahwa variabel Pelatihan Tehnis mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit.. 2. Koefisien regresi X2 (variabel Tekanan) sebesar -1,896. Dapat disimpulkan bahwa variabel Tekanan Anggaran Waktu mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit. 3. Koefisien regresi X3 (variabel Motivasi) sebesar -2,007. Dapat disimpulkan bahwa mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit 4. Koefisien regresi X4 (variabel moderating) sebesar 0,102. Dapat disimpulkan bahwa mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit 4. Uji Hipotesis a. Uji t Berdasarkan tabel 5 uji individual (uji t) sebagai berikut : 1. Variabel Pelatihan sebesar -4,643 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pelatihan teknis signifikan terhadap kualitas audit. 2. Variabel Tekanan sebesar -6,666 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel Tekanan anggaran waktu signifikan terhadap kualitas audit 3. Variabel Motivasi sebesar -6,802 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi signifikan terhadap kualitas audit 4. Variabel Moderating sebesar 7,211 dengan tingkat signfikansi 0,00 lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel Moderating positif dan signifikan terhadap kualitas audit Berdasarkan hasil penelitian secara individual bahwa semua variabel berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan variabel moderating sebesar 7,211 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dibawah 0,050 maka dapat dinyatakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. b. Uji F Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat.

Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji F ANOVA Model 1

Sum of Squares 294.654 398.896 693.550

Regression Residual Total

b

df 4 75 79

Mean Square 73.664 5.319

F 13.850

Sig. .000

a

a. Predictors: (Constant), Moderating , Pelatihan, Motivasi , Tekanan b. Dependent Variable: Kualitas

Dari tabel 6 di atas didapat nilai F hitung 13,850 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa regresi bisa dipakai untuk memprediksi atau bisa dikatakan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel pelatihan, motivasi dan tekanan dan Moderating. 5. Koefisien Determinasi Besarnya koefisien determinasi ditunjukkan dalam tabel 7 berikut ini : Tabel 7 Koefisien Determinasi Model Summary Model 1

R .652a

R Square .425

Adjusted R Square .394

Std. Error of the Estimate 2.30621

a. Predictors: (Constant), Moderating , Pelatihan, Motivasi , Tekanan

Dari tabel 7 hasil uji regresi didapat angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,394 atau 39,4 %. Koefisien determinasi menggunakan Adjusted R Square jika terdapat lebih dari dua variabel bebas. Hal ini berarti bahwa variabel X dalam menjelaskan atau memprediksi variabel (Y) adalah sebesar 39,4 %, atau variabel-variabel independen sudah cukup memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependennya. G. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1. Variabel dari pelatihan sebesar -4,643 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pelatihan teknis signifikan terhadap kualitas audit . 2. Variabel Tekanan sebesar -6,666 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel Tekanan anggaran waktu signifikan terhadap kualitas audit

3. Variabel Motivasi sebesar -6,802 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi signifikan terhadap kualitas audit 4. Variabel Moderating sebesar 7,211 dengan tingkat signfikansi 0,00 lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel Moderating positif dan signifikan terhadap kualitas audit 5. Hasil penelitian atas nilai F hitung 13,850 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa regresi bisa dipakai untuk memprediksi atau bisa dikatakan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel pelatihan, motivasi dan tekanan dan Moderating H. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan dapat diberikan saran bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori yang berkaitan dengan peranan auditor /BPKP dalam melaksanakan tugas profesionalnya terutama dengan tekanan waktu. Disamping itu memberikan kontribusi praktis kepada pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan pelaporan keuangan daerah. I. Daftar Pustaka Abidin, Zaenal. 2001. Hubungan Antara Biaya Pendidikan dan Pelatihan dengan Kenaikan Poduktivitas Perusahaan di Perum Pegadaian. Tesis S2 UGM. Anthony, RN and Govindarajan, V. 1998. “Management Control System, 9th ed. Illinois: Irwin. Azad, N. Ali. 1994. “Time Budget Pressure and Filtering of Time Practise in Internal Auditing: A Survey”, Managerial Auditing Journal, vol. 9 no. 6, p.17-25. Bastian, Indra Dr. 2001. Akuntansi Sektor Publik Indonesia. Yogyakarta: BPFE. Behn, Bruce K. et al. 1997. “The Determinant of Audit Client Satisfaction Among Client of Big Firms”, Accounting Horizon, p. 14-28. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. ed. 5. Semarang : Badan Penerbit Undip. Glover, Steven M. 1997. The Influence of Time Pressure ang Accountability om auditors Processing of Non-diplomatic Information. Journal of Accounting research yol. 35 no. 2. Gujarati Damodas. 1995. Basic Econometrics 3rd edition, Singapore

Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan SDM edisi 2. BPFE: Yogyakarta. Kelley, Margheism and Pattison. 1999. “A Survey of the Effects of Time Deadline Pressure Versus Time Budget Pressure on Auditor Behaviour”, Journal of Applied Business Report vol.14 no.4. Malan, RM. et al. 1984. Performance Auditing in Local Government, Chicago Illinois: Government Finance Officers Association. Malone, CF. Robin WR 1996. Factor Associated with the Incidence of Reduced Audit Quality Behaviours”, Auditing: A Journal Practise Theory vol. 15 no 2 p. 46-64. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi. Meier, Heidi Hylton and Fuglister, Jayne. 1992. “How to Improve Audit Quality: Perceptions of Auditor and Client”, The Ohio CPA Journal. June 1992. Noe, RA. 1999. employee Training ang Development Management and Organizations Series. Singapore, McGraw hill. Nurchasanah, Rizmah. 2004. Analisis Faktor-faktor Penentu Kualitas Audit. Skripsi UGM. Republik Indonesia. UUD 1945 amandemen ketiga; ____________, UU No 17/ 2003 tentang keuangan negara; ____________, UU No 15/ 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara; ____________, PP No 105/ 2000 tentang pengelolaan…; ____________, PP No. 108/ 2000 tentang tatacara pertanggungjawabankepala daerah; ____________, Keputusan Mendagri No. 29/ 2000 tentag pedoman pengurusan, pertaggungjawaban da pengawasan keuangan daerah serta tatacara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendaatan dan biaya daerah Secretariat BPK. 1995. Standar Audit Pemerintahan, Jakarta. Sunarti dan Sahedy. 2001. Manajemen SDM cetakan 1 BPFE-UST: Yk

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. Tubs, Richard M. 1992. “The Effectsof Experience on the Auditors Organization ang Amount of Knowledge.”The Accounting Review. October, p783-801. Waggoner, Jeri B dan James D Cashell. 1991. “The Impact of Time Pressure on Auditors Performance”, The Ohio CPA Journal, p27-32. Wijaya, Yuni. 2003. Pengaruh Diferensial Tekanan Batas Waktu dan Tekanan Anggaran Waktu terhadap Perilaku Auditor. Skripsi UGM. Wijayasari. 2001. An Evaluation of Audit Time Budget Pressure in the BPKRI.