PENGARUH PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR By: Alfiati Syafrina dan Ellianti ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilaksanakan kepala sekolah terhadap kemampuan mengajar guru SD . Populasi penelitian adalah seluruh guru kelas V yang mengajar di SD Negeri Kecamatan Ulekareng dan siswa kelas V di SD Kecamatan Ulekareng Kota Banda Aceh. Sedangkan sampelnya adalah guru kelas V dan siswa kelas V pada 6 buah SDN di Kecamatan Ulekareng Banda Aceh. Teknik pengumpulan data adalah angket yang terdiri dua buah. Angket diberikan kepada guru untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Sedangkan satu lagi angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan mengajar guru. Untuk mengetahui pengaruh antara pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah dengan kemampuan mengajar guru digunakan rumus korelasi Product Moment. Hasil penelitian menemukan bahwa ada pengaruh antara pelaksananan supervisi pendidikan dengan kemampuan mengajar guru, dengan diperoleh r sebesar 0,56. Hal ini berarti pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah memiliki prediksi terhadap peningkatan kemampuan mengajar guru sebesar 31,36 %.
Kata Kunci: Supervisi Pendidikan dan Kemampuan Mengajar Guru
THE INFLUENCE OF IMPLEMENTATION OF EDUCATION SUPERVISION TOWARDS THE ABILITY OF ELEMENTAIRY SCHOOL’S TEACHERS IN TEACHING By: Alfiati Syafrina dan Ellianti
ABSTRACT
This research is aimed to investigate the influence of implementation of education supervision which was implemented by the headmasters towards the ability of the elementairy schools teachers in the fifth grade who teach in Public Elementairy Schools The population of this study was the teachers and students of the fifth grade of elemetary school located in Ulekareng subdistrict . Six elementary schools in this sub district were taken as the sample of this study. The procedure of collecting data was by giving two questionnaires. One questionnaire was given to the teachers to get the data about the implementation of education supervision done by the headmasters. While the other questionnaire was given to the students to know the teacher’s ability in teaching. To find out the influence of implementation of education supervision by the headmasters towards the teacher’s ability in teaching, the Product Moment Correlation formula was used. The result of this research showed that there is influence between the implementation of education supervision towards the teache’s ability in teaching, with the value of r 0.63. It means that the implementation of education supervision by the headmasters has the prediction towards the increase of quality of teacher’s ability in teaching as much as 39.7 %.
Key words : education supervision and teaching ability
A. PENDAHULUAN
Pada hakikatnya supervise mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan yang kontinu, pengembangan kemampuan professional personil, perbaikan situasi belajar mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan. Supervisi adalah
proses pelayanan untuk membantu atau membina guru-guru, pembinaan itu
menyebabkan perbaikan atau peningkatan kemampuan professional guru. Perbaikan dan peningkatan kemampuan kemudian selanjutnya ditransfer ke dalam perilaku mengajar sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang lebih baik, yang akhirnya juga meningkatkan hasil belajar anak didik. Sehubungan dengan ini pemerintah telah berusaha keras untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru tersebut.
Salah satu kebijaksanaan pokok yang diambil
adalah penggalakan kegiatan pembinaan guru disetiap jenjang dan jenis pendidikan yang ada, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah (Depdikbud, 2004). Berbagai kegiatan pembinaan guru di setiap jenjang dan jenis pembinaan yang diterapkan antara lain meliputi rapat guru, simulasi mengajar, kunjungan kelas, observasi kelas, kunjungan antar sekolah, penataran dan pertemuan guru bidang studi. Melalui berbagai kebijakan teknis tersebut, diharapkan kegiatan supervisi atau pembinaan guru dapat dilaksanakan secara efektif. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan memiliki tanggung jawab utama untuk melaksanakan kegiatan supervisi di sekolah (Marks, 1985). Dengan adanya pelaksanaan supervisi pendidikan yang sesuai dengan prinsip- prinsip supervisi maka diharapkan kemampuan mengajar guru akan meningkat. Penelitian Maisyaroh (2001) menemukan bahwa sebesar 43,5% kemampuan nmengajar guru dapat diprediksi dari supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Ini berarti sekitar 56,5% kemampuan mengajar ditentukan oleh factor lain , misalnya kemampuan yang memang ada pada guru, usaha guru sendiri untuk meningkatkan kemampuannya, pengalaman kerja dan latar pendidikan formal guru. Kendatipun supervisi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam aktivitas kegiatan belajar mengajar di sekolah , namun kenyataan di lapangan supervisi sering terabaikan oleh para pengawas maupun kepala sekolah. Sehingga pembinaan kemampuan guru tidak mencapai sasaran dan berdampak pada lemahnya semangat guru dalam mengajar.
Dalam hal ini, mantan Bupati Aceh Utara (2005) berkomentar di
Harian Serambi Indonesia bahwa penyebab yang paling utama banyaknya siswa yang gagal pada Ujian Negara (UN) tahun 2005 adalah gagalnya pelaksanaan supervisi , baik yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun oleh supervesor atau pengawas yang ditunjuk/ diangkat oleh dinas pendidikan setempat . Kepala sekolah atau pengawas belum melaksanakan tugas-tugas supervisi yang diemban kepadanya. Mereka ini sangat jarang memantau bahkan ada yang tidak pernah melihat bagaimana pelaksanaan proses belajar di dalam kelas. Sehingga gurupun tidak termotivasi untuk melakukan proses belajar mengajar yang efektif. Hasil temuan beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa masih tampak belum berjalannya kegiatan supervise secara maksimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian Misno (1998) yang menyimpulkan bahwa supervisis pendidikan di SMP-SMP Kotamadya Malang belum dilaksanakan secara maksimal. Supervisi pendidikan tidak berjalan dengan semestinya. Hal ini disebabkan pelaksanaan supervisi tidak memperhatikan kaidah-kaidan atau prinsip-prinsip dasar supervisi. Demikian pula hasil penelitian Zakaria (2006) yang menyimpulkan bahwa ketrampilan supervise pengajaran kepala-kepala SMPN di Kotamadya Bengkulu secara umum berkualifikasi sedang. Banyak kajian
yang mengungkapkan rendahnya mutu guru. Misalnya, studi
Harun, M.Y (1997) mengungkapkan dari 9 variabel mengajar yang seharusnya dikuasai guru , rata-rata guru hanya mampu menguasainya 4-5 variabel, sedangkan dalam variabel lainnya penguasaan guru sangat lemah. Begitu pula hasil penelitian Muhibbuddin (2004) menemukan lemahnya kemampuan guru bantu dalam menggunakan ketrampilan mengajar membuka dan menutup pelajaran, memberi penguatan dan menggunakan metode mengajar. Berdasarkan uraian di atas timbul pertanyaan penulis,
apakah rendahnya
kemampuan mengajar guru khususnya di Propinsi Nanggroe Aceh Darussaam tersebut ada kaitannya dengan pelaksanaan supervisi pendidikan khususnya yang dilaksanakan oleh kepala sekolah yang kurang memadai?
B. METODE PENELITIAN
1. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar di Kecamatan Ulee Kareng yang berjumlah 7 buah yang terdiri dari 6 SDN dan satu buah SDLB Bukesra. Populasi penelitian adalah guru kelas V dan siswa kelas V disetiap SD yang ada di Kecamatan Syiah Kuala . Sedangkan sampelnya adalah guru kelas V dan siswa kelas V pada 6 buah SDN di Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif sampling. 2. Instrumen Penelitian Teknik pengumpulan data adalah angket yang terdiri dari dua buah. Sebuah angket diberikan diberikan kepada guru untuk memperoleh data tentang pelaksanaan supervise pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Sebuah angket lagi diberikan kepada siswa kelas V pada SD- SD yang terpilih menjadi sampel penelitian untuk mengetahui kemampuan mengajar guru mereka masing-masing. 3. Analisis Data Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan supervise pendidikan oleh kepala sekolah dengan kemampuan mengajar guru tersebut digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah diedarkan angket kepada guru untuk mengetahui tentang pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan angket untuk siswa untuk mengetahui kemampuan mengajar guru tersebut maka diperoleh data tentang variabelvariabel tersebut. Dalam hal ini supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai variabel bebas dan kemampuan mengajar guru sebagai variabel terikat. Analisis data tentang pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 6 guru dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Skor Pencapaian Supervisi Pendidikan yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah
Skor Pencapaian ≤ 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80
Frekwensi 1 4 1 -
% 16,7 66,6 16,7 -
Keterangan Kurang Sedang Baik Sangat Baik
Hasil olahan data di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh
kepala sekolah lebih banyak pada kategori sedang (66,6 %),
kategori kurang, dan baik masing-masing sebesar (16,7 %) dan tidak ada yang mewakili untuk kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan olek kepala sekolah belum maksimal
dilaksanakan oleh kepala sekolah.
Seharusnya pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah harus lebih banyak dalam kategori baik, atau sangat baik,
karena pelaksanaan supervisi
pendidikan yang baik dapat mempercepat proses peningkatan kinerja mengajar guru . Sehubungan dengan ini hasil penelitian Made Pirdata (1993) juga menemukan tidak semua sekolah menerima supervisi melalui kunjungan kelas, 28% guru SMP menyatakan tidak pernah menerima supervisi dan pernyataan yang sama juga diperoleh dari guruguru SMA sebanyak 32%. Analisis data tentang kemampuan mengajar guru SD sebanyak 6 orang dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Skor pencapaian dari kinerja mengajar guru Fisika Sekor pencapaian 61-80 41-60 21-40 ≤ 20
Frekwensi 2 3 1
% 33,3 50 16,7
Keterangan Sangat Baik Baik Sedang Kurang
Apabila dilihat dari kategori yang telah ditentukan, maka tingkatan kemampuan mengajar guru lebih banyak pada kategori sedang (50 %) , kategori baik (33,3 %), kategori kurang (16,7) dan tidak ada yang mewakili kategori sangat baik . Sehubungan dengan ini hasil penelitian Jiyono (1993) yang secara khusus mengkaji kemampuan guru SD dalam IPA, menemukan bahwa rata-rata guru IPA hanya menguasai 45 % bahan ajaran IPA yang harus disampaikan kepada anak. Begitu pula temuan Akman (2001)
yang menemukan lemahnya kemampuan guru menggunakan ketrampilan mengajar membuka dan menutup pelajharan dalam proses belajar mengajar. Untuk mengetahui adanya pengaruh antara supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru digunakan rumus korelasi produc Moment. Dalam hal ini supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah kita anggap sebagai variabel X atau variabel bebas, dan kinerja mengajar guru kita anggap sebagai Y (terikat) Setelah diolah data dengan rumus korelasi Product Moment Pearson menghasilkan
r
sebesar 0,56. Koefisien korelasi ini signifikan pada taraf 0,05. Ini berarti bahwa sebesar 31,36 % kinerja mengajar guru dapat diprediksi dari pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Dengan demikian sekitar 68,64 % kemampuan mengajar guru ditentukan oleh factor lain. Misalnya kemampuan yang memang sudah ada pada guru, usaha guru sendiri untuk meningkatkan kemampuannya dan latar belakang pendidikan formal guru. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Made Pirdata (1993) yang menemukan adanya korelasi antara pelaksanaan supervisi pendidikan dan kemampuan mengajar guru sebesar 0,64. Koefesien ini signifikan pada taraf 0,01. Sehingga disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah memiliki daya prediksi terhadap peningkatan kemampuan mengajar guru sebesar 40,9% D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan - Pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah lebih banyak pada kategori sedang (66,7 %), disusul oleh kategori kurang dan baik masingmasing sebesar (16,7 %), dan tidak ada yang mewakili pada kategori sangat baik. - Tingkatan kemampuan mengajar guru SD juga lebih banyak pada kategori sedang (50 %) , kategori baik (33,3 %), kategori kurang (16,7 %) dan tidak ada yang mewakili pada kategori sangat baik. - Pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah memiliki prediksi terhadap peningkatan kemampuan mengajar guru sebesar 31,36 %. 2. Saran
Kepala sekolah hendaknya lebih meningkatkan frekwensi pelaksanaan supervisi dengan memperhatikan penerapan prinsip-prinsip yang ada. Hal ini perlu dilakukan karena hasil temuan penelitian ini menunjukkan pelaksanaan supervisi pendidika yang dilakukan oleh kepala sekolah lebih banyak pada kategori sedang. Padahal keberadaan supervisi sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru.
DAFTAR PUSTAKA Akman., dkk. 2001. Ketrampilan Mengajar Guru Fisika dalam Proses Pembelajaran Fisika di SMU Negeri Kodya Padang. Jurnal Forum Pendidikan. N0.1 Tahun XXVI/ Edisi maret. IKIP Padang Depdikbud. 2004. Pembinaan Profesional Guru. Jakarta: Depdikbud. Depdikbud. 1984. IPKM (Instrumen Penilaian Kemampuan Guru) Buku Prosedur Mengajar. Jakarta: Depdikbud. P3G Jiyono, dkk. 1993. Studi Kemampuan Mengajar Guru SD dalam bidang IPA. Jakarta. Depdikbud. Balitbang. Made Pirdata. 1994. Studi Tentang Supervisi Pendidikan dalam hubungannya dengan Cara Kerja dan dengan Program Peningkatan Profesi Guru di SMP dan SMA Negeri Jawa Timur. Analisis Pendidikan. Tahun IV. Nomor 3 . Tahun 1994. Mark., J. R, Stoops 1985. Handbook of Educational Supervision: A Guide for Practitioner. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Maisyaroh. 2001. Pengaruh Kegiatan Supervisi Pendidikan terhadap Kinerja Mengajar Guru. Jurnal Ilmu Pendidikan. Tahunn 26. Nomor 2, Juli 1999. Misno. 1998. Hubungan antara Latar Belakang Pendidikan Formal kepala SMP dengan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Kotamadya Malang. Tesis Magister. Malang: Program Pasca sarjana IKIP Malang . Muhibbuddin. 2004. Analisis Kinerja Mengajar Guru Perbantuan Sementara (GPS) Biologi di SLTP dan SMU se- Propinsi Nanggroe Aceh Darusslam . Laporan Penelitian. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh Mulyono. 1986. Analisis Mutu Pendidikan dan Mutu Guru. Jakarta: Depdikbud. Balitbang.
Sahertian, P.A. 1980. Prinsip dan teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional. Sudiarjo. 1981. Survey Kemampuan Menagjar Guru dalam Pelajaran Matematika. Laporan Penelitian. Jakarta. Balitbang. Zakaria. 2006. Ketrampilan Supervisi Pengajaran Kepala SMPN Menurut Persepsi Guru di Kotamadya Bengkulu. Tesis Magister . Malang. Program Pasca Sarjana IKIP Malang.