perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP KEMAMPUAN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Oleh: GRACE RIA SARASWATI K4608110
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP KEMAMPUAN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh: GRACE RIA SARASWATI K4608110
Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tidak ada pemberian orang tua paling berharga kepada anaknya daripada pendidikan akhlak mulia. (Sabda Nabi Muhammad SAW dalam tarikh Imam Bukhari) Barang siapa yang menempuh jalan mencari ilmu pengetahuan, maka dimudahkan oleh Alloh SWT baginya mencari surga. (HR. Muslim) Jadikanlah kegagalan yang pahit menjadi senjata paling tajam untuk menuju kesuksesan. Dengan ilmu hidup lebih mudah, dengan agama hidup lebih terarah, dengan doa hidup lebih berkah. Hidup bukan hanya bermimpi, tetapi kita hidup untuk mewujudkan mimpimimpi kita.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Dengan segenap cinta dan doa, kupersembahkan karya ini untuk : Suharno dan Untuk ibu dan ayahku tercinta yang selalu menyertaiku dengan cinta, kasih sayang, serta doa-doanya. Terimaksih telah membimbingku sampai sekarang ini, selalu memberi nasehat, semangat dan teladan yang baik dan berusaha dengan keras. rcinta Ryan Adhi Wijanarko, serta adikku tercinta Kiki Rahayu Mereka yang selalu bersama dalam segala keadaan sampai sekarang ini, serta memberikan semangat dan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi. Ramadhan Adhi Kusuma Yang tiada henti memberikan motivasi dan dukungan ketika dalam keadaan terpuruk sehingga menjadikan lebih dewasa dalam kepribadian. Anak-anak PENJAS 08, Starlet, Prima, Agik, Yuli, Andhika, Rossi, Erma serta alamameter JPOK FKIP UNS Mereka adalah teman-teman satu perjuangan sampai sekarang ini. Terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk kalian, tanpa kalian penelitian ini tidak akan selesai dengan baik. Semoga kalian mendapatkan balasan dari Allah SWT.Amin. PENJASKESREK 2008.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Grace Ria Saraswati. PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP KEMAMPUAN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru kelas terhadap kemampuan mengajar guru pendidikan jasmani sekolah dasar negeri sekecamatan Tawangmangu tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik survei. Subjek penelitian adalah guru kelas SD negeri se-Kecamatan Tawangmangu yang berjumlah 184 guru kelas. Responden diambil dengan teknik semua populasi diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan angket. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa dengan teknik presentase. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengajar guru penjasorkes Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu Tahun Pelajaran 2012/2013 termasuk dalam kategori cukup baik. Adapun rincian persepsi guru kelas tersebut sebagai berikut : berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 84 guru kelas (45,7%) mempunyai persepsi dari faktor lingkungan guru pendidikan jasmani kategori cukup, disusul 48 guru kelas (26,1%) masuk kategori baik, 24 guru kelas (13,0%) masuk kategori kurang, 20 guru kelas (10,9%) masuk kategori sangat baik serta 8 guru kelas (4,3%) mempunyai persepsi sangat kurang. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori dapat disimpulkan persepsi guru kelas terhadap faktor lingkungan guru pendidikan jasmani adalah cukup. Simpulan penelitian ini adalah persepsi guru kelas terhadap kemampuan mengajar guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan se-Kecamatan Tawangmangu adalah cukup baik.
Kata kunci : persepsi, kemampuan mengajar, guru penjas, guru kelas
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Grace Ria Saraswati. CLASS TEACHER PERCEPTIONS OF PHYSICAL EDUCATION TEACHERS TEACHING SKILLS SCHOOL DISTRICT TAWANGMANGU SE-STATE ACADEMIC YEAR 2012/2013. Thesis, Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University. Januari 2013. This study aims to determine perceptions of the classroom teacher's ability to teach physical education teacher primary schools as districts Tawangmangu academic year 2012/2013. This research is a descriptive survey techniques. Subjects were classroom teachers up to the country as Tawangmangu district totaling 184 classroom teachers. Respondents were drawn with a total sampling technique that all of the samples studied. Data collection techniques used is to use a questionnaire. data that has been collected then analyzed by percentage techniques. The results of this study it can be concluded that the ability of teachers to teach elementary school in the district penjasorkes Tawangmangu Academic Year 2012/2013 are included in the category quite well. The details of the perception of the classroom teacher as follows: based on survey results revealed that as many as 84 classroom teachers (45.7%) had the perception of environmental factors sufficient physical education teacher category, followed by 48 classroom teachers (26.1%) categorized as good, 24 classroom teachers (13.0%) in the category of less, 20 classroom teachers (10.9%) in the category of excellent classroom teacher and 8 (4.3%) had a very poor perception. When viewed from the frequency of each category can be inferred classroom teachers' perceptions of the physical education teachers of environmental factors is sufficient. Conclusions This study is the classroom teacher's perception of the ability of teachers to teach physical education and health club as Tawangmangu district is pretty good.
Keywords: perception, ability to teach, penjas teachers, classroom teachers
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih Dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulisan skripsi
PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP
KEMAMPUAN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012-
dapat diselesaikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Progam Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Olahraga, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Waluyo, S.Pd, M.Or., Ketua Progam Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya. 4.
Djoko Nugroho, S.Pd, M.Or selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5.
Kepala SDN Kecamatan Tawangmangu, beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan izin untuk pengambilan data penelitian.
6.
Bapak/ Ibu Guru mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penelitian.
7. Bapak/ Ibu Guru Kelas yang telah bersedia mengisi instrument penelitian.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
8.
digilib.uns.ac.id
Segenap Dosen dan karyawan JPOK FKIP UNS yang telah memberikan dukungan, ilmu, dan fasilitas selama perkuliahan.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta,
Januari 2013
Penulis.
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL
.
...........................
i
PERNYATAAN........................................................................................
ii
PENGAJUAN ...........................................................................................
iii
PERSETUJUAN........................................................................................
iv
PENGESAHAN................ .........................................................................
v
MOTTO.......................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN........................................................................................
vii
ABSTRAK....................................................................................................
viii
ABTRACT....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR.................................................................................
x
DAFTAR ISI.................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xvii
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian,. ...................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
4
BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................
6
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................
6
1. Hakikat Persepsi ................................................................
6
2. Kependidikan .....................................................................
7
a. Pengertian Pendidikan ..................................................
7
b. Tujuan dan Proses Pendidikan ....................................
9
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Hakikat Pendidikan Jasmani .....................................
10
3. Kurikulum Pendidikan Jasmani ........................................
10
a. Pengertian Kurikulum .................................................
10
b. Kurikulum 2013. ..........................................................
11
c. Kurikulum Pendidikan Jasmani......................................
13
4. Pembelajaran Pendidikan Jasmani .......................................
15
a. Hakikat Pembelajaran ..................................................
15
b. Komponen-Komponen Pembelajaran ........................
16
c. Tujuan Penbelajaran Pendidikan Jasmani ....................
18
5. Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani............... .........
19
a. Definisi Profesionalisme ............................................
19
b. Kriteria Guru Profesional ............................................
20
c. Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani ..................
21
6.
Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani.................................
21
a. Definisi Kompetensi........................................................
21
b. Kompetensi Guru ...................... ..................................
22
c. Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani..........................
23
7. Karakter Siswa Sekolah Dasar....... ......................................
25
8. Tugas dan Tanggung Jawab Guru..................................... ...
28
a. Kepribadian Guru..........................................................
28
b. Tugas dan Tanggung Jawab Guru.................................
29
B. Kerangka Berpikir .................................................................... .. BAB III METODE PENELITIAN................................................................
31 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. ..
33
B. Sumber Data .............................................................................
34
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................
34
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ...............................
34
E. Validitas Data .............................................................................. 36 F. Analisa Data ................................................................................. 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... . 43 A. Deskripsi Data ............................................................................. 43
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.
Deskripsi Lokasi,Waktu dan Subyek Penelitian....................... 43
2.
Deskripsi Data Penelitian......................................................
B. Hasil Penelitian....................................................................................
44 44
1.
Faktor Kondisi Guru Penjasorkes..................................................
45
2.
Faktor Berkomunikasi Dengan Siswa...........................................
46
3.
Faktor Mendemontrasikan Khasanah Metodik Mengajar.............
47
4.
Faktor Mendorong Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran..........
48
5.
Faktor Mendemontrasikan Penguasaan Mata Pelajaran dan Relevansinya.................................................................................
6.
Faktor Mengorganisasi Waktu, Ruang, dan Perlengkapan Siswa dalam Proses Pembelajaran................................................
7.
50
51
Faktor Melaksanakan Evaluasi Pencapaian Siswa dalam Proses Pembelajaran......................................................................
52
8.
Faktor Kepribadian Guru Pendidikan Jasmani...............................
54
9.
Faktor Lingkungan Guru Pendidikan Jasmani.............................
55
C. Pembahasan Hasil Penelitian..................................................................
57
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.......................................... ... 61 A. Simpulan ..................................................................................
61
B. Implikasi ...................................................................................
61
C. Saran .........................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
63
LAMPIRAN ..................................................................................................
65
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian.................... 33 Tabel 3.2. Deskripsi Lokasi Uji Coba Instrument.............................................. 39 Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji Coba................. 39 Tabel 3.4. Pengkategorian Persepsi guru kelas terhadap Pembelajaran Pendidikan Jasmani......................................................................... Tabel 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian..............................................................
41 43
Tabel 4.2. Hasil Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Kondisi Guru Penjasorkes.......................................................................................
45
Tabel 4.3. Hasil Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Berkomunikasi dengan Siswa................................................................................................. 46 Tabel 4.4. Hasil Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Mendemontrasikan Khasanah Metodik Mengajar...........................................................
47
Tabel 4.5. Hasil Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Mendorong Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran...............................................................
49
Tabel 4.6. Hasil Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Mendemontrasikan Penguasaan Mata Pelajaran dan Relevansinya...............................
50
Tabel 4.7. Hasil Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Mengorganisasi Waktu, Ruang, dan Perlengkapan Siswa dalam Proses Pembelajaran......................................................................
51
Tabel 4.8. Hasil Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Melaksanakan Evaluasi Pencapaian Siswa dalam Proses Pembelajaran................................
53
Tabel 4.9. Hasil Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Kepribadian Guru Pendidikan Jasmani........................................................................
54
Tabel 4.10. Hasil Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Lingkungan Guru Pendidikan Jasmani......................................................................
55
Tabel 4.11. Hasil Persepsi Guru Kelas terhadap Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu.... 56
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1. Diagram Faktor Kondisi Guru Penjasorkes.................................. 46 Gambar 4.2. Diagram Faktor Berkomunikasi Dengan Siswa...........................
47
Gambar 4.3. Diagram Faktor Mendemontrasikan Khasanah Metodik Mengajar.......................................................................................
48
Gambar 4.4. Diagram Faktor Mendorong Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran.................................................................................. 49 Gambar 4.5. Diagram Faktor Mendemontrasikan Penguasaan Mata Pelajaran dan Relevansinya.........................................................
51
Gambar 4.6. Diagram Faktor Mengorganisasi Waktu, Ruang, dan Perlengkapan Siswa dalam Proses Pembelajaran.......................
52
Gambar 4.7. Diagram Faktor Melaksanakan Evaluasi Pencapaian Siswa Dalam Proses Pembelajaran.......................................................
53
Gambar 4.8. Diagram Faktor Kepribadian Guru Pendidikan Jasmani............
54
Gambar 4.9. Diagram Faktor Lingkungan Guru Pendidikan Jasman................ 56 Gambar 4.10. Diagram Persepsi Guru Kelas terhadap Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu.......................................................
commit to user xvi
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Kisi-kisi angket ...........................................................................
65
Lampiran 2. Angket uji coba. ..........................................................................
68
Lampiran 3. Uji validitas dan reliabilitas... .....................................................
74
Lampiran 4. Angket penelitian........................................................................
79
Lampiran 5. Hasil penelitian .. ........................................................................
85
Lampiran 6. Dokumentasi. .............................................................................. 105 Lampiran 7. Surat-surat Penelitian.................................................................. 107
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orang di dalam kehidupannya. Demikian pula dengan pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah, sebagai bagian yang integral dari pendidikan (Bennet, dikutip oleh Dimyati Mahmud, 2003:3), pendidikan jasmani berusaha mencapai tujuan pendidikan melalui aktivitas dan pembinaan hidup sehat. Tujuan pendidikan jasmani yaitu : (a) perkembangan kesehatan jasmani atau organ-organ, (b) perkembangan
mental
emosional,
(c)
perkembangan
syaraf
dan
otot
(neuromaskulair), (d) perkembangan sosial, (e) perkembangan intelektual. Oleh karena itu pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah harus mengacu pada kurikulum pendidikan jasmani yang berlaku. Materi yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan harus dipilih sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam proses pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan guru diharapkan mengajarkan berbagai ketrampilan dasar,teknik permainan dan pembiasaan hidup sehat untuk melibatkan unsur fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga dapat memperoleh manfaat yang maksimal jika dalam membelajarkan pendidikan
jasmani
disesuaikan
dengan
karateristik
pertumbuhan
dan
perkembangan anak. Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan saat ini belum efektifnya pengajaran pendidikan di sekolah, banyak kendala yang dihadapi oleh guru pendidikan jasmani khususnya sekolah dasar, bahkan masih banyak yang menganggap bahwa pendidikan jasmani kurang penting di sekolah sehingga kebutuhan pembelajaran sering diabaikan oleh pihak sekolah. Dari uraian di atas dalam pelaksanaannya di lapangan masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam pendidikan jasmani, permasalahan yang ada
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 tersebut tentu saja menghambat proses pembelajaran. Dengan terhambatnya proses pembelajaran maka tujuan pendidikan jasmani sulit dicapai. Menurut Rusli Lutan (1999:3) masalah umum yang dihadapi guru pendidikan jasmani di sekolah antara lain : (1) terlalu banyaknya jumlah siswa dibanding sarana yang tersedia. (2) rendahnya kualitas guru, (3) kurangnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. (4) posisi pendidikan jasmani di antara mata pelajaran yang lain, dimana pendidikan jasmani dianggap kurang penting jika dibanding dengan mata pelajaran yang lain. Selain masalah-masalah tersebut diatas, faktor guru sesungguhnya juga merupakan masalah yang sangat penting dalam pembelajaran pendidikan jasmani (Dimyati Mahmud, 2003:9). Selama ini proses pembelajaran pendidikan jasmani masih diwarnai pola pendekatan tradisional yang difokuskan untuk mengajar ketrampilan teknik cabang olahraga tertentu, ada hal penting yang mestinya mendapat perhatian ekstra para guru. Hal penting itu adalah, keharusan para guru untuk kreatif. Kreatifnya para guru bukan saja memberi manfaat bagi guru yang bersangkutan, tetapi juga murid dan profesi guru. Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Dasar merupakan pondasi untuk pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namun masalahnya belum efektifnya pengajaran pendidikan di Sekolah Dasar, hal ini dikarenakan banyak dijumpai sarana dan prasarana yang kurang memadai dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pendidikan jasmani belum tercapai secara optimal. Kualitas guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang ada pada Sekolah Dasar kurang berkualitas, masih banyak guru yang kurang mampu dalam melaksanakan
profesinya
secara
profesional.
Mereka
belum
berhasil
melaksanakan tanggungjawabnya untuk mendidik secara sistematis. Melalui gerakan pendidikan jasmani yang mengembangkan kemampuan dan ketrampilan aspek secara menyeluruh baik fisik, mental, maupun intelektual. Sebagai contoh siswa di biarkan melakukan olahraga pendidikan jasmani sendiri sementara gurunya hanya melihat dari kantor atau di tempat yang rindang sedangkan anak didiknya di bawah sinar matahari, guru datang terlambat sedangkan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 didiknya sudah berada dilapangan, bahkan peneliti pernah melihat guru penjas mengajar dengan masih menyulut rokok. Pada umumnya guru sekarang sering mengabaikan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Guru hanya terpacu pada sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah, kurang memiliki kreatifitas dan inisiatif dalam memodifikasi pembelajaran. Gaya mengajar yang diajarkan oleh guru dalam pelaksanaan praktek pendidikan olahraga dan kesehatan cenderung tradisional, metode praktek yang ditekankan guru dimana para siswa melakukan belajar berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru, inisiatif anak sendiri menjadi kurang berkembang. Biasanya tujuan pembelajaran ditekankan pada penguasaan yang mengarah pada pencapaian prestasi tanpa memodifikasi pembelajaran baik dalam peraturan, ukuran lapangan, dan jumlah pemain. Sehingga menjadikan anak kurang senang, sering tidak ikut olahraga atau bahkan frustasi untuk melakukan program pendidikan jasmani karena tidak mampu
melaksanakan
program
yang
direncanakan oleh guru. Pembelajaran yang kurang baik akan berdampak buruk pada semua aspek, diantaranya tujuan pendidikan jasmani kurang maksimal, siswa kurang senang dengan pendidikan jasmani, kebugaran jasmani berkurang. Guru pendidikan jasmani harus mempunyai kreatifitas yang tinggi dalam memodifikasi sehingga menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan agar siswa berminat dalam melakukan gerak jasmani, sekolah hendaknya harus memenuhi kebutuhan sarana dan prasana yang menunjang dalam proses pembelajaran maka pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berjalan secara optimal. Dengan adanya masalah-masalah tersebut guru pendidikan jasmani sebagai pengemban utama tuntutan kurikulum pendidikan jasmani harus memiliki kompetensi untuk menghadapi permasalahan ini. Guru yang berkompeten terlihat dari kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya pada saat mengajar. Guru perlu mendapat masukan dari beberapa pihak terkait untuk proses mendukung pembelajarannya agar lebih baik lagi. Baik masukan dari siswa, maupun guru lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa di kecamatan Tawangmangu masih banyak terjadi permasalahan tersebut di atas. Oleh karena itu maka peneliti Guru Kelas terhadap Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri di Kecamatan Tawangmangu
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada dalam pendidikan jasmani yang beraneka ragam, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Terlalu banyak jumlah siswa dibanding sarana dan prasarana yang tersedia. 2. Guru kelas menilai kemampuan guru penjas kurang profesional dalam mengajar. 3. Guru pendidikan jasmani kurang memberi motivasi kepada siswa didiknya sehingga pembelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah masih konvensional sehingga siswa merasa bosan.
C. Batasan Masalah Permasalahan proses pembelajaran pendidikan jasmani sangat luas, maka perlu dibatasi agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian, pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Penelitian tentang Persepsi Guru kelas terhadap Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu tahun 2012
D. Perumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan Guru Kelas terhadap Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru kelas terhadap pembelajaran pendidikan jasmani SD di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
F. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan cara mengajar guru pendidikan jasmani. 2. Bagi para guru pendidikan jasmani di sekolah pada umumnya diharapkan dapat memberikan sumbangan motivasi untuk meningkatkan profesionalitas guru agar memenuhi tugas sesuai dengan yang diharapkan. 3. Bagi lembaga pendidikan dapat memberikan masukan kepada pengelola lembaga pendidikan agar selalu memperhatikan tugas mengajar guru ditinjau dari kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. 4. Memberikan kesempatan kepada guru kelas untuk memberikan atau menilai guru pendidikan jasmani.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Persepsi Istilah persepsi sering di samakan dengan pendapat, sebab di dalam persepsi terdapat interpretasi pandangan atau pendapat seseorang. Di dalam persepsi ini subjek menerima dan menganalisis informasi tentang hal-hal yang terdapat di dalam dan di sekitar objek. Menurut kamus psikologi, persepsi diartikan sebagai
(1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian
objektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Soeparwoto, 2004:158) Persepsi didefinisikan sebagai
uatu proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009:110) . Sedangkan menurut Bimo Walgito (1997:63) berpendapat bahwa : Persepsi merupakan suatu proses yang didahului dan oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang terwujud ditermanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus yang di indera oleh individu di organisasikan sedemikian rupa kemudian diintegrasikan, sehingga individu menyadari, mengerti apa apa yang di indera. Sedangkan menurut Slameto (1995:40),
ersepsi merupakan proses
yang menyangkut masuknya pesan atau informasi dalam otak manusia melalui indera . Jadi persepsi adalah berkenaan dengan perlakuan seseorang terhadap informasi tentang suatu objek yang masuk pada dirinya melalui pengamatan
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 dengan menggunakan indera-indera yang dimilikinya. Karena persepsi tidak hanya sekedar proses penginderaan, tetapi terdapat proses pengorganisasian dan penilaian
yang
bersifat
psikologis,
menjabarkan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi persepsi sebagai berikut : a. Perhatian yang selektif, artinya rangsang (stimulus) harus ditangapi tetapi individu cukup memusatkan perhatian pada rangsang tertentu saja. b. Ciri-ciri rangsang, artinya intensitas rangsang yang paling kuat adalah rangsang yang bergerak/dinamis lebih menarik perhatian untuk di amati. c. Nilai-nilai kebutuhan individu, artinya antara individu yang satu dengan yang lain yang tidak sama tergantung pada nilai hidup dan kebutuhannya. d. Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunia sekitarnya. Persepsi adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan dinterpretasikan oleh system syaraf di otak. Dari beberapa pendapat di atas dapat di artikan bahwa persepsi adalah pendapat, sebab di dalam persepsi terdapat interpretasi pandangan atau pendapat seseorang. Di dalam persepsi ini subjek menerima dan menganalisis informasi tentang hal-hal yang terdapat di dalam dan di sekitar objek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 2. Kependidikan a. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan social dan mengembangkan kepribadiaannya. Menurut Vander Good ( 1977 : 1 ) mengemukakan bahwa pendidikan adalah : Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan social dan mengembangkan kepribadiaannya. Menurut Langeeveld (2001:3) Setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu atau lebih tepat membentuk anak agar cukup melaksanakan tugas hidupnya sendiri . Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. 1)
Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
2)
Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 3)
Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
4)
Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan
dasar
berupa
pembentukan
sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. 5)
Definisi Pendidikan Menurut GBHN GBHN 1988 memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut:
endidikan nasiaonal yang berakar pada kebudayaan bangsa
indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. b. Tujuan dan Proses Pendidikan Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Tujuan Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berbunyi bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu: 1) Subjek yang dibimbing (peserta didik) 2) Orang yang membimbing (pendidik) 3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif) 4) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan) 5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan) 6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode) 7) Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan) Pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan lingkungannya. c.
Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani menurut Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 2) adalah : Suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan jasmani dan rohani serta kesehatan siswa dan lingkungan hidupnya agar tumbuh berkembang secara harmonis dan optimis sehingga mampu melaksanakan tugas bagi dirinya sendiri dan pembangunan bangsa. Selain pendapat di atas, Yudi Hendrayana (2007: 3) berpendapat bahwa proses pendidikan melalui aktifitas jasmani atau olahraga dirancang dan dibuat sebagai bagian yang penting dari pendidikan M. Furqon Hidayatullah (2006:3) jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan
Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan didalam kurikulum. Tujuan dari pendidikan jasmani tersebut antara lain adalah meningkatkan pengetahuan peserta didik dari hasil proses pendidikan jasmani, meliputi peningkatan bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang mencakup perkembangan fisik, mental, sosial, serta emosional bagi diri peserta didik.
3. Kurikulum Pendidikan Jasmani a. Pengertian Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan 2004, serta yang terbaru adalah kurikulum 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Definisi kurikulum, yang berkembang dan dianut oleh ahli pendidikan, beragam dan tidak hanya satu macam. Secara umum, ada dua aliran yang mendefinisikan kurikulum: (1) Kurikulum dipandang secara mikro. Pandangan ini mewakili mereka yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum adalah materi suatu mata ajar yang harus disampaikan kepada peserta didik. Mereka memandang kurikulum secara mikro. Contoh definisi kurikulum yang termasuk golongan ini adalah: Kurikulum berasal dari kata Yunani nan, atau suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 pengajaran di perguruan tinggi (2) Kurikulum dipandang secara makro atau sesuatu yang memiliki cakupan yang luas. Kurikulum didefinisikan sebagai seluruh pengalaman yang diatur dalam kehidupan persekolahan, mulai dari mata pelajaran di kelas sampai kegiatan ekstrakurikuler. (Brotosuroyo, Sunardi& Furqon, 1992:3). or race course, especially a chariot race course. Kurikulum juga berasal dari
diartikan sebagai mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana materi suatu ajar yang disampaikan kepada peserta didik untuk mencapai suatu tujuan tertentu. b. Kurikulum 2013 Orientasi pengembangan kurikulum 2013 dalam websitenya Prof. Dr.
(at cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Melalui pengembangan kurikulum seperti ini, para peserta didik di sekolah dasar sampai sekolah menengah diharapkan memiliki tidak saja jumlah pengetahuan dan kemampuan teknis yang memadai tetapi juga sikap dan karakter sebagai individu, anggota masyarakat, dan warga negara Indonesia yang multikultur. Banyak aspek dalam pengembangan kurikulum mulai dari kompetensi lulusan, struktur kurikulum, materi pembelajaran, proses pembelajaran, standar penilaian, hingga pengelolaan kurikulum itu sendiri. Dalam kurikulum 2013, kompetensi lulusan harus lengkap memuat
aspek-aspek
karakter
mulia,
keterampilan
yang
relevan,
dan
pengetahuan-pengetahuan yang memadai. Untuk struktur kurikulum, terkait dengan banyaknya mata pelajaran yang merupakan wadah untuk mengasah kompetensi dan jumlah jam belajar perminggu yang diperlukan untuk mencapai standar komptensi lulusan yang diiinginkan. Untuk materi pembelajaran diarahkan pada penyediaan materi esensial yang relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga peserta didik tidak terbebani terlalu berat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 Sedangkan untuk proses pembelajarannya berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dan pembelajaran yang bersifat kontekstual yang mengacu pada pendekatan sains melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Untuk aspek penilaian, Kurikulum 2013, akan menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional melalui penilaian berbasis test dan portofolio yang saling melengkapi. Terkait dengan pengelolaan, Kurikulum 2013 akan memberi ruang bagi Pemerintah Pusat dan Daerah atas kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan, disamping satuan pendidikan yang mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah. Agar pelaksanaan kurikulum berjalan optimal, pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman. Salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk SD adalah bersifat tematik integratif. Dalam pendekatan ini, mata pelajaran IPA dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua mata pelajaran. Prosesnya, tema-tema yang ada pada dua pelajaran itu diintegrasikan kedalam sejumlah mata pelajaran. Untuk IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia , Matematika, dll. Untuk IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, dll. Dua hal penting lain dalam Kurikulum 2013 adalah muatan lokal dan pengembangan diri. Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya serta Penjasorkes. Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran Dengan demikian tidak ada substansi pelajaran yang hilang dari kurikulum SD ini. Substansi pelajaran sains justeru menjadi muatan kurikulum. Dengan demikian kurikulum 2013 untuk tingkat SD merupakan kurikulum berbasis sains. Untuk bahasa Inggris di SD, keberadaannya dipertahankan. Seperti halnya pada kurikulum 2006, bahasa Inggris tetap sebagai mata pelajaran dalam kelompok muatan lokal dalam Kurikulum 2013. Jadi setiap sekolah dapat menyesuaikan untuk membukanya sebagaimana telah berlangsung selama ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 Sementara itu, untuk kurikulum SMP, SMA dan SMK pendekatannya adalah mata pelajaran. Hal ini juga sejalan dengan kenyataan bahwa guru di SMP, SMA dan SMK adalah guru mata pelajaran. Sementara untuk SD adalah guru kelas. c.
Kurikulum Pendidikan Jasmani Menurut undang-undang no 20 tahun 2003 mendefinisikan kurikulum
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
beragam dan tidak hanya satu macam. Dalam Pendidikan Jasmani, beragam pakar mendefinisikan kurikulum. Kurikulum sering dipandang oleh guru pendidikan jasmani sebagai seluruh bidang studi yang ditawarkan kepada peserta didik atau diidentifikasi sebagai bidang studi. Permendiknas No. 23 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjelaskan bahwa: Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Sekolah Dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih, (2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, (3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, (4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilainilai, yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, (5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis (6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan (7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. Walaupun tujuan utama pendidikan jasmani adalah mengembangkan keterampilam gerak dan kebugaran jasmani (ranah jasmani dan psikomotor), tetapi pengembangan ranah kognitif dan afektif tidak pula dinomorduakan. Hal ini akan terlaksana, bila perencanaannya dikerjakan secara cermat dan hati-hati. Kedudukan Pendidikan jasmani yang demikian strategis menuntutnya harus memiliki program yang terencana dan terukur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 Memperhatikan hakikat kurikulum dan Penjas di atas, paling tidak terdapat dua jenis hubungan/keterkaitan antara Penjas dan Kurikulum. Kedua jenis kaitan tersebut adalah: 1) Penjas
merupakan
payung/wadah
yang
menampung
kurikulum.
Hubungan/keterkaitan ini terjadi bila Penjas merupakan suata bidang ilmu yang mempelajari gerak manusia (body of knowledge). Bila penjas merupakan suatu bidang ilmu, maka orang yang mempelajarinya akan mencermati pula kurikulum pendidikan jasmani. Dengan demikian, kurikulum merupakan bagian dari disiplin Pendidikan Jasmani yang harus dipelajari
oleh
mereka
yang
menekuni
keahlian
Penjas.
Contoh untuk hubungan dimaksud adalah mata kuliah Kajian kurikulum yang terdapat dalam matakuliah-matakuliah yang diajarkan di Prodi PJKR. 2) Penjas sebagai bagian dari kurikulum. Penjas merupakan salah satu bidang studi yang terdapat dalam kurikulum secara keseluruhan. Bidang studi yang lain, seperti Matematika, IPA, dan IPS, serta bahasa merupakan materi yang terdapat dalam kurikulum suatu jenjang pendidikan tertentu. Dengan demikian, Penjas merupakan salah satu bidang studi yang termuat dalam kurikulum, yang harus disampaikan kepada peserta didik oleh guru penjas. Contoh yang paling mudah diperoleh untuk menggambarkan hubungan penjas sebagai bagian dari kurikulum adalah mata pelajaran penjasorkes yang terdapat dalam kurikulum SMA/SMK. Kurikulum pendidikan jasmani adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 4.
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
a. Hakikat Pembelajaran Menurut Abdul Kadir Ateng (1992:8)
endidikan jasmani merupakan
suatu usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 pertumbuhan badan . Sebagai bagian yang integral dari proses pendidikan keseluruhan,
pendidikan
jasmani
merupakan
usaha
yang
bertujuan
mengembangkan kawasan organik, neuromuscular, intelektual dan social Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 903) pengertian perbuatan
yang
menjadikan
-undang Republik Indonesia nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 butir 20,
pendid Sedangkan
menurut
Oemar
Hamalik
(2008:
57)
pembelajaran
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Material dalam pembelajaran meliputi meliputi buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, film, audio, video tape dan lain sebagainya. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio-visual, komputer dll. Sedangkan prosedur antara lain meliputi jadwal, metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya. Menurut M.Furqon Hidayatullah (2008:63),
Mengajar tidak hanya
hanya mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran, namun juga mampu mengembangkan pembelajaran tersebut dengan melandasi dan menenemkan nilai-
. Pandangan demikian tidak lagi
menempatkan guru sebagai pengetahuan, melainkan sebagai fasilitator yang membantu siswa agar dapat belajar. Dari berbagai macam pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam situasi pendidikan yang terdiri dari berbagai tujuan yang ingin dicapai serta dilakukan untuk mencapai perubahan kearah yang lebih baik. Di dalam proses pembelajaran itu sendiri mempunyai bermacam-macam komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 b. Komponen-Komponen Pembelajaran Kegiatan belajar-mengajar akan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dapat tercapai tidak terlepas dari beberapa komponen yang ada didalamnya. Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani tidak akan tercapai jika komponenkomponennya tidak mendukung satu dengan yang lainnya. Pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari berbagai aspek yang membentuknya. Menurut Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000:30-31) mengemukakan kegiatan belajar-mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen: 1) Siswa Seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2) Guru Seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajarmengajar, katalisator belajar-mengajar dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif. 3) Tujuan Pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar-mengajar. Perubahan tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif dan psikomotor. 4) Isi pelajaran Segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5) Metode Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. 6) Media Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka mencapai tujuan. 7) Evaluasi Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar-mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen kegiatan belajar-mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar-mengajar tersebut saling berinteraksi dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan sehingga merupakan suatu sistem.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 Bertitik tolak dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran adalah suatu proses yang tersusun secara sistematis yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar yang didalamnya terdapat unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Disebutkan pula oleh Oemar Hamalik (2008: 69-70) bahwa untuk menjamin dan membina suasana belajar yang efektif guru dan siswa dapat melakukan beberapa upaya, sebagai berikut: a) Guru harus bersikap menunjang, membantu, adil dan terbuka kepada peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung, karena sikap tersebut pada akhirnya dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta menciptakan sikap antusiasme peserta didik terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. b) Kesadaran yang tinggi di kalangan peserta didik untuk membina kedisiplinan didalam kelas. Suasana disiplin ini juga sebenarnya ditentukan oleh perilaku guru, kemampuan guru memberikan pengajaran, serta suasana dalam diri peserta didik sendiri. c) Upaya untuk menciptakan hubungan dan kerjasama yang serasi, selaras dan seimbang didalam kelas yang dijiwai oleh rasa kekeluargaan dan kebersamaan baik dari guru maupun dari peserta didik sendiri. Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem yang didalamnya melibatkan berbagai komponen. Para ahli pendidikan telah mengelompokkan komponenkomponen pembelajaran tersebut kedalambeberapa bagian yang berbeda namun tetap terintregasi satu dengan yang lainnya. Secara umum pembelajaran merupakan suatu pelajaran yang bersifat sadar tujuan, serta sistematik terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke arah kedewasaan anak didik. Jadi dari berbagai macam pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah proses interaksi atau timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan yang terdiri dari komponen tujuan yang ingin dicapai, sedangkan perubahan perilaku sebagai perubahan hasil pembelajaran adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, jadi bukan hanya salah satu saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 c. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berdasarkan pengertian mengenai pendidikan jasmani tersebut maka dapat diketahui bahwa tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah bukanlah untuk peningkatan ketrampilan dan prestasi olahraga di sekolah, tetapi lebih mengutamakan pada proses interaksi antara peserta didik dan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia seutuhnya. Menurut Sukintaka (1992 pendidikan tersebut mampu memberi kesempatan berkembangnya semua aspek pribadi manusia, dan mampu membawa perubahan menuju cita-cita yang di inginkan". Menurut Abdul Kadir Ateng (1992:2), tujuan pendidikan jasmani dalam dunia pendidikan memberikan kesempatan kepada siswa untuk: 1) Pendidikan jasmani memberikan bantuan kepada siswa untuk mengenal dunianya dengan kualitas-kualitasnya serta tempat dirinya didalamnya. 2) Meningkatkan kemampuan gerak, kepastian gerak dan kekayaan gerak. 3) Meningkatkan kesehatan jasmani, rohani, sosial serta gairah hidupnya. 4) Mensiagakan menghadapi tugas dan waktu senggang. 5) Membimbing ke arah penguasaan kewajiban dengan matang sebagai pribadi yang kreatif. 6) Meningkatkan kesehatan jasmani dan rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri dengan membiasakan cara-cara hidup sehat. Dalam UU. No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran terdapat bab VI pasal tentang pendidikan jasmani, yang berbunyi : endidikan jasmani yang menuju pada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia yang sehat dan kuat lahir dan batin, diberikan kepada sekolah . Dalam pasal 9 itu tidak ada penjelasan tentang makna pendidikan jasmani, hanya ada tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk keselarasan tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir dan batin. Tujuan penjas yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya penjasorkes bertujuan untuk mengembangkan potensi anak setinggi-tingginya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 sehingga potensi dari suatu individu dapat tumbuh dan berkembang melalui sarana
pembelajaran
pendidikan
jasmani
yang
terarah
dalam
proses
pelaksanaannya. Tak ada pendidikan jasamani yang tidak bertujuan pendidikan. Tak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani sebab, gerak adalah dasar untuk belajar mengenal dunia dan diri sendiri.
5.
Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani
a.
Definisi Profesional Pengertian profesional perlu di bedakan dari jenis pekerjaan yang
menuntut dan dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan ketrampilan tertentu. Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dari seorang teknisi, keduanya dapat saja diambil dengan unjuk kerja yang sama (misalnya menguasai teknik kerja yang sama, menguasai prosedur kerja yang sama, dapat menyelesaikan masalahmasalah teknis dalam bidang kerjanya), tetapi seorang pekerja profesional menurut T. Raka Joni yang dikutip oleh samana (1994:27)
ituntut
menguasai visi yang mendasari ketrampilannya yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta memperkembangkan mutu karyanya . Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian profesional. Profesional ialah suatu jenis pekerjaan yang memerlukan pesiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya. Sehingga orang tersebut menjadi ahli dalam bidang tertentu. b.
Kriteria Guru Profesional Jabatan guru tergolong jabatan profesional karena dianggap telah
memenuhi macam-macam persyaratan sebagai guru profesional. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional, berdasarkan hasil lokakarya pembinaan kurikulum pendidikan guru UPT Bandung, yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2003:36), kriteria guru profesional adalah sebagai berikut : 1) Fisik. a) Sehat jasmani dan rohani. b) Tidak memiliki cacat tubuh yang dapat menimbulkan ejekan/cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 2) Mental/kepribadian a) Berkepribadian/berjiwa pancasila. b) Mampu manghayati GBHN c) Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih saying kepada anak didik. d) Berbudi pekerti luhur. e) Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal. f) Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa. g) Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya. h) Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi. i) Bersifat terbuka, peka, dan inovatif. j) Menunjukan rasa cinta kepada profesinya. k) Ketaatan akan disipln l) Memiliki sense of humor. 3) Keilmiahan/pengetahuan. a) Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi. b) Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkan dalam tugasnya sebagai pendidik. c) Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan. d) Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain. e) Senang membaca buku-buku ilmiah. f) Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama bidang studi. g) Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar 4) Ketrampilan a) Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan structural, interdisipliner, fungsional dan teknologi. b) Mampu menyusun garis besar program pengajaran (GBPP). c) Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan. d) Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan. e) Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah. Jadi kriteria guru profesional adalah guru yang dapat menguasi bidang ajarnya, selain dapat membagi ilmunya kepada siswa didik juga guru profesional dibidang lainnya sehingga dapat menciptakan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 c.
Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani. Pendidikan
jasmani
merupakan
pendidikan
yang
mampu
mengembangkan semua aspek pribadi manusia, dan mengubah anak menjadi dewasa sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk itu dibutuhkan guru pendidikan jasmani yang profesional sehingga akan mampu melaksanakan tugasnya secara cermat dan baik, dan mempunyai keyakinan yang pasti bahwa pendidikan jasmani benar-benar mampu membawa anak untuk memenuhi tujuan pendidikan. Menurut pernyataan Rusli Lutan (1993:6) yang memilik tujuan seperti halnya pelajaran Matematika, Bahasa, IPS, IPA, dan lainlain. Pembelajaran yang harus dirumuskan dan dirancang setiap hari. Guru harus membuat perencanaan dari mulai perumusan tujuan, pelaksananaan kegiatan, teknik motivasi, dan cara mengevaluasi. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal . Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain. Guru pendidikan jasmani yang profesional yaitu guru pendidikan jasmani yang mempunyai kualifikasi dasar seperti disebut di atas, dan memiliki keyakinan yang pasti bahwa pendidikan jasmani benar-benar mampu membawa anak untuk memenuhi tujuan pendidikan sehingga menjalankan tugasnya dapat berjalan dengan cermat dan baik.
6.
Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani
a.
Definisi Kompetensi Menurut M. Furqon Hidayatullah, (2008:27),
ata kompetensi biasanya
diartikan sebagai kecakapan yang memadahi untuk melakukan suatu tugas atau memiliki kecakapan yang diisyartkan . Dalam pengertian yang luas ini jelas bahwa setiap cara yang digunakan dalam pelajaran yang ditujukan untuk mencapai kompetensi adalah untuk mengembangkan manusia yang bermutu yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan sebagaimana diisysaratkan. Kata kompetensi dipilih
untuk menunjukan tekanan
mendemonstrasikan pengetahuan.
commit to user
pada
kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 Menurut Samana (1994:44),
eseorang yang dinyatakan kompeten di
bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan social di masyarakatnya . Kecakapan kerja tersebut di wujudkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai sosial, dan memenuhi standar (criteria) tertentu yang diakui atau disyahkan oleh kelompok profesinya dan atau warga masyarakat yang dilayaninya. Secara nyata orang yang kompeten tersebut mampu bekerja di bidangnya secara efektif dan efisien. Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian kompetensi. Kompetensi yaitu penguasaan terhadap suatu bidang tertentu yang dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendapat pengakuan dari masyarakat. b.
Kompetensi Guru Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang apapun. Kompetensi-kompetensi lainnya adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga kompetensi tersebut dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya ketiga jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dipisahkan. Diantara ketiga jenis kompetensi tersebut saling menjalin secara terpadu dalam diri guru. Menurut M. Furqon Hidayatullah (2008:26)
uru yang kompenten dapat digambarkan suatu kemampuan seorang
guru dalam menyelenggarakan pembelajaran dan kemampuan memecahkan . Kompetensi guru juga sangat penting dalam hubungannya dengan kegiatan dan hasil belajar siswa. Proses belajar dan hasil belajar siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga pembelajaran para siswanya berada pd tingkat optimal. Berdasarkan pertimbangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 dan analisis tersebut, dapat diperoleh gambaran secara fundamental tentang pentingnya kompetensi guru. Dari uraian tarsebut di atas dapat di ambil kesimpulan mengenai guru yang berkompeten. Guru yang berkompeten yaitu guru yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan mampu mengelola kelas dan membawa siswa dalam belajar pada tingkat optimal. c.
Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Seorang guru pendidikan jasmani dituntut untuk dapat membimbing dan
mengarahkan subjek didiknya sedemekian rupa sehingga proses belajar mengajar bukan merupakan paksaan bagi subjek didik melainkan merupakan kesenangan. Dengan demikian seorang guru pendidikan jasmani harus mempunyai rasa antusias, menguasai materi dan respek terhadap siswanya. Seperti halnya guru pada umumnya maka dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari di sekolah, guru pendidikan jasmani juga harus menguasai 10 kompetensi dasar guru yaitu : 1) Menguasai bahan. 2) Mengelola program belajar mengajar. 3) Mengelola kelas. 4) Menggunakan media atau sumber. 5) Menguasai landasan-landasan kependidikan. 6) Mengelola interaksi belajar mengajar. 7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. 8) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan. 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. 10) Memahami prinsip-prinsip menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Akan tetapi di samping itu, bagi guru pendidikan jasmani 10 kompetensi dasar tersebut harus ditunjang dengan kemampuan motorik dan kesehatan yang baik. Menurut Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000:69) dikemukakan bahwa peran guru pendidikan jasmani juga harus dapat mengembangkan, menyebut 6 hal:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 a) b) c) d) e) f)
Memodifikasi alat pembelajaran. Penataan dalam ruang gerak dalam berlatih. Fokus perhatian berlatih. Jumlah siswa yang terlibat. Jumlah skill atau gerakan. Perluasan jumlah perbedaan respon.
Dari ke 6 hal tersebut di atas dapat dilihat bahwa guru pendidikan jasmani mempunyai peran yang besar dalam pengembangan bakat siswa, pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan siswa dengan memberikan pengalaman langsung di lapangan. Untuk itu seorang guru pendidikan jasmani harus memenuhi beberapa syarat tertentu. Menurut Sukintaka (1992:21), syarat sebagai guru pendidikan jasmani adalah: (1) Memahami pengetahuan pendidikan jasmani. (2) Memahami karakteristik anak didiknya, misalnya SD, SLTP, SMA, SMK. (3) Mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreativitas dan aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan mampu mengembangkan potensi kemampuan motorik dan ketrampilan motorik. (4) Mampu memberikan bimbingan pada anak dalam pembelajaran serta mengorganisasi proses pembelajaran pendidikan jasmani. (5) Memiliki pendidikan dan penguasaan ketrampilan gerak. (6) Memiliki pemahaman unsur tenteng konsepsi jasmani. (7) Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi anak dalam keolahragaan. (8) Memiliki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan dan memeanfaatkan lingkungan yang sehat dalam upaya pencapaian tujuan pandidikan jasmani dan kesehatan. (9) Memiliki kemampuan untuk menyalurkan hobinya dalam olahraga. Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan mengenai kompetensi guru pendidikan jasmani. Guru pendidikan jasmani yang berkompeten yaitu guru yang mempunyai peran yang besar dalam pengembangan bakat siswa, pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan siswa dengan memberikan pengalaman langsung di lapangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 7.
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Sesuai dengan pendapat M. Furqon Hidayatulloh (mengutip simpulan
Annarino, Cowell dan Hazelton 1980) dalam mengemukakan karakteristik anak sekolah dasar. Karakteristik tersebut meliputi karakteristik fisiologis, psikologis, dan sosiologis Anak kelas 5 dan 6 (berusia sekitar 11-12 tahun). a.
b.
c.
Karakteristik Fisiologis 1. Otot-otot penunjang lebih berkembang lagi dari usia sebelumnya. 2. Makin menyadari keadaan tubuhnya sendiri. 3. Permainan-permainan aktif lebih disukai, baik oleh anak lakilaki maupun perempuan. 4. Masa ini bukan masa bertambahnya tinggi dan berat badan. 5. Perkembangan kekuatan ototnya belum sejalan dengan laju pertumbuhannya. 6. Reaksi geraknya makin membaik. 7. Minat terhadap cabang-cabang olahraga kompetitif mulai bangkit. 8. Perbedaan anak laki-laki dan perempuan makin tampak jelas. 9. Penampilan tubuhnya tampak sehat dan kuat. 10. Koordinasi geraknya baik. 11. Pada usia ini perkembangan panjang tungkai lebih cepat dari pada anggota badan bagian atas. 12. Kekuatan otot antara anak laki-laki dan perempuan makin tampak perbedaannya. Karakteristik Psikologis 1) Minat terhadap olahraga permainan yang lebih kompleks makin besar. 2) Rasa kepahlawanannya kuat. 3) Lingkup perhatiannya pun bertambah luas lagi. 4) Merasa bangga atas keterampilannya sendiri. 5) Kepeduliannya terhadap kelompoknya makin kuat. 6) Semangatnya mudah menurun bila mendapat kegagalan atau kurang berhasil. 7) Sangat menaruh kepercayaan kepada yang lebih dewasa. 8) Selalu ingin mendapat pengakuan dari gurunya. 9) Biasanya ingin selalu menghargai dan memegang teguh tentang arti ketepatan waktu. Karakteristik Sosiologis 1) Proses pematangan jasmaninya tidak selalu dibarengi dengan pematangan emosional. 2) Pada usia ini terjadi kebimbangan dalam hal rasa bergabung dan rasa perbedaan di dalam kelompok sebayanya. 3) Dengan mudahnya keluar dari kelompoknya. 4) Anak perempuan mulai tertarik pada anak laki-laki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 5) Senang disayang orang tua. 6) Emosinya mudah meledak. 7) Responnya terhadap hadiah dan pujian atau sanjungan sangat kuat. 8) Kritis terhadap orang dewasa dan tindakannya. 9) Biasanya anak laki-laki belum tertarik terhadap anak perempuan, tetapi anak perempuan mencintai anak laki-laki yang lebih tua dari usianya. 10) Rasa kebanggannya berkembang. 11) Mau mengerjakan apa saja agar dikenal oleh orang lain. 12) Mau kerja keras jika didorong oleh orang dewasa. 13) Sangat puas bila berhasil atas kemampuannya, dan membenci kekalahan ataupun kekeliruan yang menimpanya. 14) Ada keinginan dikenal oleh kelompoknya. 15) Rasa kerjasamanya meningkat, memperlihatkan mutu kepemimpinannya. 16) Senang berperan serta dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pesta. 17) Suka merasakan apa yang ia inginkan. 18) Setia terhadap kelompoknya ataupun terhadap gangnya. 19) Berminat besar terhadap ikatan kelompok, lebih-lebih terhadap kelompok jenis kelamin. (2006: 15) Aktivitas jasmani sangat penting bagi anak dalam masa pertumbuhan. Menurut Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 14) menyatakan bahwa pertumbuhan, perkembangan,
dan belajar lewat
aktivitas
jasmani akan
mempengaruhi: a)
Ranah Kognitif yaitu kemampuan berpikir, memahami, dan menyadari gerak. b) Ranah Psikomotorik yaitu kemampuan meningkatkan ketrampilan gerak. c) Ranah afektif yaitu kemampuan menyatakan dirinya dan menghargai dirinya sendiri. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, siswa Sekolah Dasar memasuki tahap operasional konkrit. Siswa sekolah dasar belajar menghubungkan konsep-konsep baru dan konsep-konsep lama, Berdasarkan pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, peran jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Siswa Sekolah Dasar sudah dapat melaksanakan tugas belajar, mereka sudah dapat berpikir secara normal, dan konkrit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 Ditinjau dari teori perkembangan Psikomotorik, siswa Sekolah Dasar memiliki pertumbuhan cenderung relatif lambat pada usia 10 s.d 13 tahun. Bahwa pada masa ini (usia 10 s.d 13 tahun) merupakan masa yang ideal untuk belajar ketrampilan
yang
berkaitan
dengan
aktivitas
motorik,
seperti menulis,
menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenang, main bola, dan atletik. Ditinjau dari teori perkembangan afektif, siswa Sekolah Dasar dapat menanggapi pergaulan dan menyesuaikan diri pada usia 10 s.d 13 tahun. Bahwa pada usia ini (10 s.d 13 tahun), siswa Sekolah Dasar dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan sekitarnya . Adapun ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk jenjang SD/MI adalah sebagai berikut: (1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi
gerak,
keterampilan
lokomotor,
non-lokomotor,
dan
manipulasi, atletik, kasti, rounders, kippers, sepakbola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulutangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. (2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh, serta aktivitas lainnya. (3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. (4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik, serta aktivitas lainnya. Melalui aktifitas ini diharapkan siswa akan tumbuh dan berkembang secara maksimal baik dari segi fisik maupun psikologis, sehingga dapat beraktifitas secara leluasa untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang diharapkan untuk mencapai prestasi baik akademik maupun menjadi atlet yang bisa mengharumkan nama bangsa. Pada usia 10 s.d 13 tahun, siswa sekolah dasar sudah dapat menyesuaikan diri dengan aktivitas jasmani yang dilakukan. Siswa sudah mulai merencanakan aktivitas jasmani yang akan dilakukan walaupun hal tersebut belum mendapat pengarahan dari guru pendidikan jasmani. Oleh karena itu, guru pendidikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 jasmani harus mengarahkan aktivitas jasmani yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa sekolah dasar. Anak pada umumnya belajar dari sesuatu yang dilihat, dibaca, dan didengarkan oleh anak tersebut. Penglihatan anak dalam aktivitas jasmani didukung oleh peragaan gerakan guru pendidikan jasmani. Pendengaran anak dalam aktivitas jasmani didukung oleh ketegasan suara dan pemberian instruksi guru pendidikan jasmani. Melalui aktivitas jasmani yang telah dilakukan di Sekolah Dasar, maka terdapat peningkatan ketrampilan yang nantinya akan mempengaruhi kondisi kebugaran jasmani siswa.
8.
Tugas dan Tanggung Jawab Guru Penjasorkes
a.
Kepribadian Guru Setiap guru memiliki pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri inilah yang
membedakan guru satu dengan guru lainnya. Kepribadian yang sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan,cara berpakaian, dan dalam menghadapi suatu permasalahan. Menurut Moh. Roqib dan Nurfuadi (2011:115)
epribadian adalah
keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsure psikis dan fisik . Dalam makna demikian, selruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan dengan sadar. Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figure yang paripurna. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Moh. Roqib dan Nurfuadi (2011:153)
elukiskan pula mengenai guru dan anak
fil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya. Begitu pentingnya dalam kesiapan mental dalam memahami karakter siswa dan teman sejawat inilah dibutuhkan kesabaran dan ketabahan dalam menjaga kredibilitasnya sebagai seorang pendidik. b. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Penjasorkes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar merupakan unsur utama tanpaseorang guru proses pembelajaran tidak tercapai. Hal ini artinya proses dalam pembelajaran peran seorang guru tidak dapat tergantikan oleh media apapun. Guru mempunyai peranan penting dalam pembelajaran dimana guru harus mendidik siswa agar terjadi perubahan-perunahan yang lebih baik yaitu menjadi manusia yang terdidik. Menurut
Oemar Hamalik (2003: 39)
sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, tetapi di pihak lain dia juga mengemban sejumlah tanggung jawab dalam bidang
mampu menanamkan nilai-nilai pendidikan yang kuat. Seorang guru pendidikan jasmani harus memiliki kemampuan dasar umum yang mencangkup penguasaan dan kemampuan mengorganisasi materi yang hendak diajarkan dan penguasaan metode penyampaian serta penilaiannya. Menurut Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 28) mengemukakan secara rinci karateristik yang seharusnya dimiliki guru pendidikan jasmani sebagai berikut: 1) Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, karateristik anak Sd tentang pertumbuhan fisik, mental, perkembangan sosial dan emosional serta fase-fase pertumbuhan anak SD. 2) Mampu membangkitkan dan memberi kesempatan pada anak Sd untuk berkreasi dan aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, serta mampu menumbuhkembangkan potensi kemampuan adan ketrampilan anak SD. 3) Mampu memberikan bimbingan dan pengembangan anak SD dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. 4) Mampu merencanakan, melaksanakan, mengembalikan, dan menilai serta mengoreksi dalam proses pembelajaran pedidikan jasmani. 5) Memiliki pemahaman dan penguasaan gerak. 6) Memiliki pemahaman tentang unsur fisik. 7) Memiliki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan dan memanfaatkan faktor-faktor lingkungan yang ada dalam upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani. 8) Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dalam dunia olahraga. 9) Memiliki kemampuan untuk menyalurkan hobinya dalam olahraga. Guru yang konsisten terhadap profesinya selalu profesional dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Dalam tugas guru sebagai pengajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 menekankan pada tugas dalam merencanakan pengajaran, disini guru dituntut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas. Guru menjadi pembimbing bertugas memberikan bantuan kepada siswa dan pemecahan yang dihadapi siswa, guru menjadi administrator disini guru pada hakikatnya merupakan relasi dalam pengajaran. Dalam PP nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan dinyatakan dalam pasal 28 ayat 3 bahwa guru harus mempunyai berbagai kompetensi sebagai berikut: a)
Kompetensi Pedagogik Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perencanaan dan pelaksannan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan penguasaan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliki. b) Kompetensi Kepribadian Kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi telaah bagi peserta didik dan berakhlak mulia. c) Kompetensi Sosial Kemampuan pendidik sebagai bagian masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitarnya. d) Kompetensi Profesional Kemampuan penguasan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Guru hendaknya selalu belajar dan mengembangkan didi setiap waktu dan sepanjang hayat. Salah satu implementasinya adalah guru berpandangan bahwa mengajar adalanh belajar. Jika guru berpandangan demikian maka guru akan selalu berkembang dan menguasai disiplin atau bidang studi yang diampu. Jika seorang guru tidak mau belajar maka akan mengalami kesulitan bila dihadapkan dengan berbagai pertanyaan dari siswa. Sesuai dengan perkembangan guru harus belajar karena belajar juga akan berdampak pada suatu proses perbaikan secara terus menerus. Guru harus mampu bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik sehingga dapat berinteraksi dengan baik untuk menunjang pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 Seorang guru pendidikan jasmani harus mempunyai kreatifitas dalam membuat lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan sehingga siswa mengikuti pembelajaran yang senang, tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Guru juga harus bisa memodifikasi pembelajaran baik dari segi permainan, peralatan dan peraturan, sehingga pembelajaran akan lebih menarik tidak hanya tradisional yang terpaku pada sarana yang dimiliki. Managemen pembelajaran yang diprogramkan guru meliputi kegiatan menciptakan dan memelihara kelas, memberi pujian terhadap perilaku yang baik, mengembangkan hubungan guru dengan siswa. Ketrampilan managemen kelas merupakan hal yang penting dalam pengajaran yang baik. Praktik managemen kelas yang baik yang dilaksanakan oleh guru kanan menghasilkan perkembangan ketrampilan managemen diri siswa yang baik pula. Teknik managemen kelas harus diupayakan agar tidak mengganggu aspek
pembelajaran
dalam
pelajaran.
Bila
direncanakan
dengan
baik,
pembelajaran akan bergerak dengan cepat dan lancar dari berbagai kegiatan, akan efektif jika melakukan langkah-langkah menetapkan aturan kelas, memulai kegiatan
tepat
waktu,
mengatur
pembelajaran,
mengelompokan
siswa,
memanfaatkan ruang dan peralatan, mengakhiri pelajaran. Apabila dilaksanakan dengan tepat maka tujuan pendidikan jasmani dapat tercapai dengan maksimal.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan tersebut dapat diajukan kerangka berpikir sebagai berikut : Persepsi akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang dialami, dilihat, diterima melalui inderanya. Selama ini pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani oleh para guru di sekolah-sekolah pada umumnya masih menggunakan model pembelajaraan konvensional. Di sekolah siswa akan mendapatkan pengalaman dan informasi yang bermacam-macam serta interaksi yang beraneka ragam. Dalam pelaksanaannya guru pendidikan jasmani berperan dalam pembentukan sikap dari anak didik. Dalam proses pendidikan jasmani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 diperlukan seorang guru yang profesional agar dapat melaksanakan tugasnya sehingga dapat bermanfaat bagi anak didiknya. Proses persepsi ini akan bertalian dengan kemampuan seseorang dan keadaan diri masing-masing individu dan sangat bersifat subjektif. Bisa jadi stimulus yang sama dalam hal informasi, pengalaman, dan interaksi yang sama akan
diinterpretasikan dan diartikan berbeda-beda.
Jadi berangkat dari
kemampuan berbeda-beda dapat dipastikan informasi dan pengalaman serta hasil interaksi dari guru kelas dengan guru pendidikan jasmani juga akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula. Dengan adanya persepsi guru yang positif maupun negatif, dapat mengetahui kemampuan mengajar seorang guru, baik kelebihan maupun kekurangan guru pendidikan jasmani. Bila mengetahui kekurangan kemampuan mengajarnya, tentu guru dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kekurangan pembelajaran penjasorkes, sehingga dalam pelaksanaannya guru penjas dapat bekerja dengan maksimal. Dengan mengetahui kelebihannya, maka seorang guru dapat meningkatkan kelebihannya menjadi lebih baik lagi, sehingga perlu mengetahui persepsi guru kelas untuk mmeningkatkan kemampuan mengajar seorang guru penjasorkes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri se-Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 s/d November 2012. Tabel 3.1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No
Bulan
Jenis Kegiatan
Agt 1
Sept
Persiapan penelitian a.
Mengurus perizinan
b.
Penyusunan angket
c.
Melakukan uji coba angket
d.
2
Menganalisis hasil uji coba angket dan merevisi angket e. Finalisasi dan penggandaan angket dan tes Pelaksanaan a.
Pengumpulan data penelitian atau pelaksanaan
b. 3
4
Analisis data hasil penelitian
Penyusunan Laporan/skripsi a.
Penulisan laporan
b.
Pengetikan skripsi
a.
Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi
commit to user 34
Okt
Nov
Des
Jan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 B. Sumber Data Sumber data dari penelitian adalah guru kelas, sebagai pemberi persepsi terhadap guru pendidikan jasmani.
C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD yang ada di wilayah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kecamatan Tawangmangu terdapat 29 SD Negeri, 1 SDIT, dan 2 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan tersebar di 10 desa di Kecamatan Tawangmangu. Yang menjadi subyek penelitian adalah seluruh guru kelas SD negeri yang berada di Kecamatan Tawangmangu yang berjumlah 184 guru kelas.
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen penelitian Instrumen dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner yang berbentuk angket. Angket berfungsi sebagai dan disebut sebagai alat pengumpul data (Sanapiah Faisal, 1981:2) Metode angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006:124). Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden atau sasaran untuk dijawab. Oleh karena di sampaikan secara tertulis maka dalam waktu yang sama dapat diberikan kepada sejumlah orang secara bersama-sama, sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh banyak informasi dari banyak orang. Kuisioner ini digunakan untuk mengetahui tentang data diri, pengalaman, sikap, dan pendapat responden. Ciri khas angket (Sanapiah Faisal, 1981:3) terletak pada pengumpulan melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk memperoleh informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang. Langkah dalam membuat angket (Sanapiah Faisal, 1981:35-39) adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 a.
Menentukan tujuan angket. Dengan menentukan tujuan angket terlebih dahulu akan memberikan arahan dalam penelitian ini, mendapatkan item-item pertanyaan sesuaidengan komponen-komponen yang ad pada angket. Tujuan angket dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang Persepsi guru kels terhadap guru pendidikan jasmani.
b. Menyusun matrik/spesifik data atau menyusun indikator. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan permasalahan yang dituangkan dalam angket termasuk batasan konsep yang akan diteliti. c. Menyusun kisi-kisi angket. Penyusunan kisi-kisi angket dengan tujuan agar dalam penyusunan butir-butir item angket dapat menyebar pada seluruh variabel maupun indikator yang telah ditetapkan . d.
Merumuskan item angket. Pada saat merumuskan item angket yang menggunakan kata-kata yang menunjukan tindakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.
e.
Menentukan skala nilai setiap altenative jawaban. Skala nilai untuk altenative jawaban dengan menggunakan skala nilai 5 untuk kategori sangat baik/tinggi, 4 untuk kategori baik/tinggi, 3 untuk kategori biasa/cukup, 2 untuk kategori tidak baik/rendah dan 1 untuk kategori sangat tidak baik/sangat rendah.
f.
Ujicoba Instrumen ( try out ) Ujicoba instrumen ini bermaksud untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar
benar instrumen yang baik (Suharsimi Arikunto, 2006:157).
Baik buruknya instrumen ditunjukan oleh tingkat kesahihan (validitas) dan kehandalan (Reliabilitas). Responden yang digunakan sebagai uji coba instrumen ini adalah diambil dari populasi yang sama tetapi tidak masuk responden yang penelitian yang sebenarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 g.
Revisi angket. Dasar dari revisi angket adalah hasil daripada try out yang telah dilaksanakan. Revisi angket dilaksanakan dengan cara menghitung item pertanyaan yang tidak valid tersebut di drop selama ada yang mewakili.
h.
Memperbanyak angket. Setelah yang tidak valid dihilangkan atau direvisi, maka langkah selanjutnya angket yang dibutuhkan. Butir
butir pernyataan dalam angket tersebut di adopsi dari faktor
faktor yang terdapat dalam Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG II) dari Bolla yang kemudian dimodifikasi dan disesuaikan dengan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Faktor
faktor ada 9 yaitu :
a) Kondisi jasmani guru penjasorkes. b) Berkomunikasi dengan siswa. c) Mendemonstrasikan khasanah metode mengajar. d) Mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. e) Mendemontrasikan penguasaan mata pelajaran dan relevansinya. f) Mengorganisasikan waktu, ruang, bahan, dan perlengkapan pembelajaran. g) Melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses pembelajaran. h) Kepribadian guru di kalangan sejawat. i) Faktor lingkungan guru penjasorkes.
F.Validitas Data 1. Uji Validitas Instrumen
yang menunjukan tin instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Untuk mengetahui validitas instrumen digunakan rumus korelasi produk moment dengan rumus sebagai berikut :
rxy= Keterangan : rxy =koefisien korelasi antara x dan y N=Jumlah subyek uji coba X= Skor butir item Y = Skor total item Keputusan uji : rxy rxy< r tabel item pertanyaan tidak valid.(Anas Sudijono, 2006 : 2006) Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini 5% kriteria validitas suatu tes (rxy) 0,81-1,00
= Sangat tinggi (ST)
0,71-0,80
=Tinggi (T)
0,41-0,70
= Cukup (C)
0,21-0,40
= Rendah (R)
Neg- 0,20
=Sangat Rendah (SR) .(Suharsimi Arikunto, 2002)
2. Uji Reliabilitas instrumen Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur. Alat ukur dikatakan relibel apabila dapat dipercaya, konsisten atau stabil. Anas Sudijono strument tersebut reliabel apabila hasil
sekiranya pegukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu berlainan atau pada orang-orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 Untuk menghitung tingkat reliabilitas angket, dalam penelitian ini digunakan rumus dari Alpha, yaitu : Rumus Alpha :
rII= Keterangan:
rII =Indeks reliabilitas instrumen n=Banyak butir soal sr2=Varians total s22=Variansi butir
Selanjutnya dibandingkan dengan harga rtabel produk moment. Tes dikatakan reliabel jika rII >rtabel. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 196) Hasil perhitungan dari uji reliabilitas, dengan rumus Alpha diinterpretasikan sebagai berikut: Kriteria :
0,90 < rII
reliabilitas sangat tinggi
0,60< rII 0,40< rII 0,20< rII 0,00< rII Ujicoba instrumen telah dilaksanakan di 4 SD Kecamatan Karangpandan bermaksud untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar
benar
instrumen yang baik. Baik buruknya instrumen ditunjukan oleh tingkat kesahihan (Validitas) dan kehandalan (Reliabilitas). Responden yang digunakan sebagai uji coba instrumen ini adalah Guru Kelas yang berada di SD kecamatan yang berbeda dengan subyek penelitian. Ujicoba ini dilakukan pada tanggal 23-28 September 2012 dengan jumlah sampel sebanyak 31 Guru Kelas. Berikut deskripsi lokasi sekolah lokasi uji coba penelitian :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Tabel 3.2. Deskripsi Lokasi Uji Coba Instrument No
Nama SD
Alamat
Jumlah Guru Kelas
1
SDN 02 Karangpandan
Desa Karangpandan
13
2
SDN 01 Doplang
Desa Doplang
6
3
SDN 01 Salam
Desa Karangpandan
6
4
SDN 02 Bangsri
Desa Bangsri
6
Total
31
Berikut hasil uji validitas dan reliabilitas uji coba instrumen penelitian : Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji Coba Nomor Item
rhitung
rtabel
Keterangan
1
0,016
0,355
Tidak valid
2
0,717
0,355
Valid
3
0,582
0,355
Valid
4
0,707
0,355
Valid
5
0,707
0,355
Valid
6
0,473
0,355
Valid
7
0,420
0,355
Valid
8
0,784
0,355
Valid
9
0,707
0,355
Valid
10
0,785
0,355
Valid
11
0,745
0,355
Valid
12
0,654
0,355
Valid
13
0,661
0,355
Valid
14
0,696
0,355
Valid
15
0,779
0,355
Valid
16
0,494
0,355
Valid
17
0,571
0,355
Valid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 18
0,831
0,355
Valid
19
0,829
0,355
Valid
20
0,842
0,355
Valid
21
0,764
0,355
Valid
22
0,768
0,355
Valid
23
0,609
0,355
Valid
24
0,542
0,355
Valid
25
-0,007
0,355
Tidak valid
26
0,645
0,355
Valid
27
0,856
0,355
Valid
28
0,599
0,355
Valid
29
0,759
0,355
Valid
30
0,758
0,355
Valid
31
0,658
0,355
Valid
32
0,671
0,355
Valid
33
0,796
0,355
Valid
34
0,636
0,355
Valid
35
0,815
0,355
Valid
36
0,760
0,355
Valid
37
0,839
0,355
Valid
38
0,760
0,355
Valid
39
0,818
0,355
Valid
40
0,732
0,355
Valid
41
0,895
0,355
Valid
42
0,849
0,355
Valid
Koefisien alpha (untuk item valid) = 0,975 (reliabilitas tinggi)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 G.Teknik Analisis Data Menurut Suharsimi Arikunto (2006:245), dalam penelitian deskriptif sering dibedakan atas dua jenis penelitian menurut proses sifat dan analisis datanya, yaitu: 1. Riset deskriptif yang bersifat eksploratif yang bertujuan menggambarkan keadaan atau status fenomena. 2. Riset deskriptif yang bersifat developmental, biasanya riset jenis ini digunakan untuk menemukan suatu model dan biasanya digunakan untuk segala jenis bidang. Guru Kelas terhadap kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Jasmani SD di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
yang pertama yaitu analisis
data riset deskriptif yang bersifat eksploratif. Selanjutnya data yang bersifat kuantitatif, yang berwujud angka-angka hasil
perhitungan
atau
pengukuran
akan
diproses
dan
dikategorikan.
Pengkategorian disusun dengan 5 kategori yaitu menggunakan teknik kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan tidak baik. Tabel 3.4. Pengkategorian Persepsi Guru Kelas terhadap Pembelajaran Penjas No.
Rentangan Norma
1.
X
Kategori
1,5 SD
Sangat Baik
2.
X
0,5 SD s/d
X
1,5 SD
Baik
3.
X
0 ,5 SD s/d
X
0,5SD
Cukup
4.
X
1,5 SD s/d
X
0,5SD
Kurang
5.
X
1,5 SD
Sangat kurang
Keterangan: X = Rerata SD = Standar Deviasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Selanjutnya untuk mencari besarnya persentase tiap kategori digunakan rumus persentase sebagai berikut: F P 100 0 0 N Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi pengamatan N = Jumlah responden (Anas Sudijono, 2006: 43)
Setelah diketahui tingkat presentase dan ditentukan kriteria, selanjutnya akan dapat diketahui hasil penelitian dari masing-masing aspek, maka akan dapat diambil kesimpulan untuk komponen utamanya atau tujuan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi, Subyek dan Data Penelitian 1. Deskripsi Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD se-Kecamatan Tawangmangu pada bulan
September sampai
dengan
November 2012.
SD
di Kecamatan
Tawangmangu tersebar di 10 Desa. Adapun jumlah subjek yang merupakan guru kelas di SD se-Kecamatan Tawangmangu sebanyak 184 guru kelas. Deskripsi lokasi sekolah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1. Deskripsi Sekolah Lokasi Penelitian No Nama SD Alamat
Jumlah Guru Kelas
1
SDN 01 Tawangmangu
Desa Tawangmangu
11
2
SDN 03 Tawangmangu
Desa Tawangmangu
6
3
SDN 04 Tawangmangu
Desa Tawangmangu
6
4
SDN 05 Tawangmangu
Desa Tawangmangu
6
5
SDN 06 Tawangmangu
Desa Tawangmangu
6
6
SDN 01 Nglebak
Desa Nglebak
6
7
SDN 02 Nglebak
Desa Nglebak
6
8
SDN 03 Nglebak
Desa Nglebak
6
9
SDN 01 Karanglo
Desa Karanglo
6
10
SDN 03 Karanglo
Desa Karanglo
6
11
SDN 01 Bandardawung
Desa Bandardawung
11
12
SDN 03 Bandardawung
Desa Bandardawung
6
13
SDN 01 Sepanjang
Desa Sepanjang
6
14
SDN 03 Sepanjang
Desa Sepanjang
6
15
SDN 01 Gondosuli
Desa Gondosuli
6
16
SDN 02 Gondosuli
Desa Gondosuli
6
17
SDN 03 Gondosuli
Desa Gondosuli
6
18
SDN 01 Blumbang
Desa Blumbang
6
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 19
SDN 02 Blumbang
Desa Blumbang
6
20
SDN 03 Blumbang
Desa Blumbang
6
21
SDN 01 Kalisoro
Desa Kalisoro
6
22
SDN 02 Kalisoro
Desa Kalisoro
6
23
SDN 03 Kalisoro
Desa Kalisoro
6
24
SDN 01 Plumbon
Desa Plumbon
6
25
SDN 02 Plumbon
Desa Plumbon
6
26
SDN 03 Plumbon
Desa Plumbon
6
27
SDN 04 Plumbon
Desa Plumbon
6
28
SDN 01 Tengklik
Desa Tengklik
6
29
SDN 02 Tengklik
Desa Tengklik
6
Total
2.
184
Deskripsi Data Penelitian Data penelitian tentang Persepsi Guru Kelas Terhadap Kemampuan
Mengajar Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu ini diperoleh dengan instrumen angket. Data tentang persepsi tersebut terdiri atas sembilan faktor faktor. Deskripsi data dilakukan dengan mencari kecenderungan data melalui rerata(mean), dan standar deviasi. Langkah deskripsi selanjutnya adalah
dengan
membuat tabel
distribusi
frekuensi
pengkategorian
dan
menggambarkan dalam bentuk diagram.
B. Hasil Penelitian Persepsi guru kelas
terhadap kemampuan mengajar guru pendidikan
jasmani sekolah dasar di Kecamatan Tawangmangu dideskripsikan berdasarkan jawaban guru kelas atas angket yang telah teruji validitas dan reabilitasnya. Untuk pengkategorian
mempermudah yang
pendeskripsian
meliputi
pengkategorian
data,
maka
seluruh
dilakukan
jawaban
dan
pengkategorian tiap faktor. Pengkategorian didasarkan pada penilaian acauan norma berdasarkan mean dan standar deviasi (SD), seperti dijelaskan pada bab
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 sebelumnya. Kelemahan dalm penelitian ini adalah instrumen dalam penelitian ini berupa angket sehingga dapat dimungkinkn dalam pengisiannya kurang bersungguh-sungguh. Faktor-faktor yang menyusun persepsi guru kelas terhadap kemampuan mengajar guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar terdiri atas 9 faktor. Analisis tiap-tiap faktor dideskripsikan sebagai berikut: 1.
Faktor Kondisi Guru Penjasorkes Persepsi guru kelas terhadap Faktor Kondisi Guru Penjasorkes diukur
dengan angket yang berjumlah 3 butir. Dari hasil analisis data diperoleh nilai minimum sebesar 7, maksimum sebesar 15, mean(M) sebesar 12,6, dan standar deviasi 1,55. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini. Tabel 4.2. Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Kondisi Guru Penjasorkes No 1.
Penentuan Interval
M + ½ Sd s.d. M + 1½ Sd
3.
M - ½ Sd s.d. M + ½ Sd
4.
M 1½ Sd s.d. M - ½ Sd
Absolut
Persentase
Sangat Baik
0
0
Baik
58
31,5
Cukup
92
50,0
Kurang
23
12,5
Sangat Kurang
11
6,0
184
100
13,47 15,01 11,91 13,46 10,36 11,90 < 10,36
< M 1½ Sd
Frekuensi
Kategori
15,02
>M + 1½ Sd
2.
5.
Interval
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 92 guru kelas (50,0%) mempunyai persepsi dengan kategori baik, disusul 58 guru kelas (31,5%) masuk kategori baik, 23 guru kelas (12,5%) masuk kategori kurang, 11 guru kelas (6,0%) memiliki kategori sangat kurang, serta 0 guru kelas(0%) yang masuk kategori sangat baik. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori dapat disimpulkan persepsi guru kelas terhadap faktor kondisi guru pendidikan jasmani dengan siswa adalah cukup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 Diagram persepsi siswa terhadap Faktor Kondisi Guru Penjas SD seKecamatan Tawangmangu adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1. Diagram Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Kondisi Jasmani Guru Penjas SD se-Kecamatan Tawangmangu. 2.
Faktor Berkomunikasi dengan Siswa Persepsi Guru kelas terhadap faktor berkomunikasi dengan siswa diukur
dengan angket yang berjumlah 5 butir.
Skor minimum sebesar 14, skor
maksimum 25 mean sebesar 19,79 dan standar deviasi 2,56. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini: Tabel 4.3. Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Berkomunikasi dengan Siswa No 1. 2.
Penentuan Interval >M + 1½ Sd M + ½ Sd s.d. M + 1½ Sd
3.
M - ½ Sd s.d. M + ½ Sd
4.
M 1½ Sd s.d. M - ½ Sd
5.
> M 1½ Sd
Interval 23,63 21,07 23,62 18,52 21,06 15,96 18,51 < 15,96
Jumlah
Frekuensi
Kategori
Absolut
Persentase
Sangat Baik
18
9,8
Baik
26
14,1
Cukup Baik
83
45,1
Kurang
46
25,0
Sangat Kurang
11
6,0
184
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 84 guru kelas (45,1%) mempunyai persepsi dari Faktor berkomunikasi dengan siswa dengan kategori cukup baik, disusul 46 guru kelas (25,0%) masuk kategori kurang, 26 guru kelas (14,1%) dalam kategori baik, 18 guru kelas (9,8%) dalam kategori
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 Sangat baik, dan 11 guru kelas (6,0%) yang memiliki kategori sangat kurang. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori dapat disimpulkan persepsi guru kelas terhadap Faktor berkomunikasi dengan siswa adalah cukup baik. Diagram persepsi guru kelas terhadap faktor berkomunikasi dengan siswa adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2. Diagram Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Berkomunikasi dengan Siswa 3.
Faktor Mendemonstrasikan Khasanah Metodik Mengajar Persepsi guru kelas terhadap Faktor Mendemonstrasikan Khasanah
Metodik diukur dengan angket yang berjumlah 6 butir. Skor minimum sebesar 16, skor maksimum 30, mean sebesar 23,63, dan standar deviasi 2,83. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini. Tabel 4.4. Persepsi Guru Kelas terhadap Kemampuan Guru Mendemonstrasikan Khasanah Metodik Mengajar. No.
Penentuan Interval
1.
>M + 1½ Sd
2.
M + ½ Sd s.d. M + 1½ Sd
3.
M - ½ Sd s.d. M + ½ Sd
4.
M 1½ Sd s.d. M - ½ Sd
5.
< M 1½ Sd
Interval
Absolut
Persentase
Sangat Baik
15
8,2
Baik
32
17,4
Cukup Baik
77
41,8
Kurang
50
27,2
Sangat Kurang
10
5,4
184
100
27,87 25,04 27,86 22,22 25,03 19,39 22,21 < 19,39
Frekuensi
Kategori
Jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 77 guru kelas (41,8%) mempunyai persepsi dari faktor mendemonstrasikan khasanah metodik mengajar dengan kategori cukup baik, disusul 50 guru kelas (27,2%) masuk kategori kurang, 32 guru kelas (17,4%) dalam kategori baik, 15 guru kelas (8,2%) dalam kategori sangat baik, dan 10 guru kelas (5,4%) dalam kategori sangat kurang. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori dapat disimpulkan persepsi Siswa terhadap faktor mendemonstrasikan khasanah metodik adalah cukup. Diagram Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Mendemonstrasikan Khasanah Metodik adalah sebagai berikut:
Gambar 4. 3. Diagram Persepsi Siswa terhadap Faktor Mendemontrasikan Penguasaan Mata Pelajaran dan Relevansinya 4.
Faktor Mendorong Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Persepsi guru kelas terhadap faktor mendorong keterlibatan siswa dalam
pembelajaran diukur dengan angket yang berjumlah 4 butir.
Skor minimum
sebesar 10, skor maksimum 20, mean sebesar 16,04, dan standar deviasi 2,06. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 Tabel 4.5. Persepsi Guru Kelas terhadap Mendorong Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran No. 1.
Penentuan Interval >M + 1½ Sd
2.
M + ½ Sd s.d. M + 1½ Sd
3.
M - ½ Sd s.d. M + ½ Sd
4.
M 1½ Sd s.d. M - ½ Sd
5.
< M 1½ Sd
Interval
Absolut
Persentase
Sangat Baik
9
4,9
Baik
33
17,9
Cukup Baik
76
41,3
Kurang
56
30,4
Sangat Kurang
10
5,4
184
100
19,13 17,07 19,12 15,01 17,06 12,95 15,00 < 12,95
Frekuensi
Kategori
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 76 guru kelas (41,3%) mempunyai persepsi dari faktor mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan kategori cukup baik, disusul 56 guru kelas (30,4%) masuk kategori kurang , 33 guru kelas (17,9%) dalam kategori baik, serta 10 guru kelas (5,4%) dalam kategori sangat Kurang, serta 9 guru kelas (4,9%) dengan kategori sangat baik. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori dapat disimpulkan persepsi guru kelas dengan faktor mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran adalah cukup. Diagram persepsi guru kelas terhadap faktor kemampuan guru mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
Gambar 4.4. Diagram Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Kemampuan Guru Mendorong Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 5.
Faktor Mendemonstrasikan Penguasaan Mata Pelajaran dan Relevansinya Persepsi
guru
kelas
terhadap
faktor
kemampuan
guru
mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan relvansinya diukur dengan angket yang berjumlah 3 butir. Skor minimum sebesar 5, skor maksimum 15, mean sebesar 11,69 dan standar deviasi 1,64. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini: Tabel 4.6. Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Mendemonstrasikan Penguasaan Mata Pelajaran dan Relevansinya No.
Penentuan Interval
1.
>M + 1½ Sd
2.
M + ½ Sd s.d. M + 1½ Sd
3.
M - ½ Sd s.d. M + ½ Sd
4.
M 1½ Sd s.d. M - ½ Sd
5.
< M 1½ Sd
Interval
Absolut
Persentase
Sangat Baik
9
4,9
Baik
41
22,3
Cukup Baik
94
51,1
Kurang
23
12,5
Sangat Kurang
17
9,2
184
100
14,15 12,51 14,14 10,87 12,50 9,23 10,86 < 9,23
Frekuensi
Kategori
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 94 guru kelas (51,1%) mempunyai persepsi dari faktor kemampuan guru mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan relevansinya dengan kategori cukup baik, disusul 41 guru kelas
(22,3%) masuk ketegori baik, 23 guru kelas (12,5%) dengan
kategori kurang baik, 17 guru kelas (9,2%) dalam kategori sangat kurang, serta 9 guru kelas masuk dalam ketegori sangat baik. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori
dapat
disimpulkan
persepsi
guru
kelas
terhadap
faktor
mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan relevansinya adalah cukup baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 Diagram persepsi guru kelas terhadap faktor mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan relevansinya adalah sebagai berikut:
Gambar 4.5. Diagram Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Mendemonstrasikan Penguasaan Mata Pelajaran Relevansinya. 6.
Faktor
Mengorganisasikan
Waktu,
Ruang,
dan
dan
Perlengkapan
Pembelajaran Persepsi guru kelas terhadap faktor kemampuan guru mengorganisasikan waktu, ruang, dan perlengkapan pembelajaran
diukur dengan angket yang
berjumlah 4 butir. Skor minimum sebesar 6, skor maksimum 20, mean sebesar 15,60, dan standar deviasi 2,05. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini: Tabel 4.7. No.
Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Mengorganisasikan Waktu, Ruang, dan Perlengkapan Pembelajaran. Penentuan Interval
1.
>M + 1½ Sd
2.
M + ½ Sd s.d. M + 1½ Sd
3.
M - ½ Sd s.d. M + ½ Sd
4.
M 1½ Sd s.d. M - ½ Sd
5.
< M 1½ Sd
Interval 18,67 16,62 18,66 14,57 16,61 12,52 14,56 < 12,52
Jumlah
commit to user
Frekuensi
Kategori
Absolut
Persentase
Sangat Baik
14
7,6
Baik
38
20,7
Cukup Baik
76
41,3
Kurang
48
26,1
Sangat Kurang
8
4,3
184
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 76 guru kelas (41,3%) mempunyai persepsi dari faktor mengorganisasikan waktu, ruang, dan perlengkapan pembelajaran dengan kategori cukup baik, disusul 48 guru kelas (26,1%) masuk kategori kurang, 38 guru kelas (20,7%) dalam kategori baik, 14 guru kelas (7,6%) dalam kategori sangat baik, serta 8 guru kelas (4,3%). Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori dapat disimpulkan persepsi siswa terhadap faktor mengorganisasikan waktu, ruang, dan perlengkapan pembelajaran dengan kategori cukup baik. Diagram persepsi guru kelas terhadap faktor mengorganisasikan waktu, ruang, dan perlengkapan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Gambar 4. 6. Diagram Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor MengorganisasikanWaktu, Ruang, dan Perlengkapan Pembelajaran. 7.
Faktor Melaksanakan Evaluasi Pencapaian Siswa Dalam Proses Pembelajaran Persepsi guru kelas dari faktor melaksanakan evaluasi pencapaian siswa
dalam pembelajaran
diukur dengan angket yang berjumlah 5 butir. Skor
minimum sebesar 5, skor maksimum 25, mean sebesar 19,48, dan standar deviasi 2,69.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini: Tabel 4.8. Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Melaksanakan Evaluasi Pencapaian Siswa Dalam Proses Pembelajaran No.
Penentuan Intervals
1.
>M + 1½ Sd
2.
M + ½ Sd s.d. M + 1½ Sd
3.
M - ½ Sd s.d. M + ½ Sd
4.
M 1½ Sd s.d. M - ½ Sd
5.
< M 1½ Sd
Interval
Absolut
Persentase
Sangat Baik
13
7,1
Baik
34
18,5
Cukup
77
41,8
Kurang
44
23,9
Sangat Kurang
16
8,7
184
100
23,51 20,82 23,50 18,14 20,81 15,45 18,13 < 15,45
Frekuensi
Kategori
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 77 guru kelas (41,8%) mempunyai persepsi dari faktor melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses pembelajaran kategori cukup, disusul 44 guru kelas (23,9%) masuk kategori Kurang, 34 siswa (18,5%) masuk kategori baik, 16 guru kelas (8,7%) masuk kategori sangat kurang serta 13 guru kelas (7,1%) mempunyai persepsi sangat baik. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori dapat disimpulkan persepsi guru kelas terhadap faktor melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses pembelajaran kategori cukup. Diagram persepsi guru kelas terhadap faktor melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
Gambar 4.7. Diagram Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Melaksanakan Evaluasi Pencapaian Siswa dalam Proses Pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 8.
Faktor Kepribadian Guru Pendidikan Jasmani Persepsi guru kelas dari faktor kepribadian guru penjas diukur dengan
angket yang berjumlah 6 butir. Skor minimum sebesar 11, skor maksimum 30, mean sebesar 24,33, dan standar deviasi 3,18. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini: Tabel 4.9. Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Kepribadian Guru Penjas No. 1.
Penentuan Intervals >M + 1½ Sd
2.
M + ½ Sd s.d. M + 1½ Sd
3.
M - ½ Sd s.d. M + ½ Sd
4.
M 1½ Sd s.d. M - ½ Sd
5.
< M 1½ Sd
Interval 29,10
Absolut
Persentase
Sangat Baik
12
6,5
Baik
53
28,8
Cukup
71
38,6
Kurang
37
20,1
Sangat Kurang
11
6,0
184
100
25,92 29,09 22,74 25,91 19,55 22,73 < 19,55
Frekuensi
Kategori
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 71 guru kelas (38,6%) mempunyai persepsi dari faktor kepribadian guru pendidikan jasmani kategori cukup, disusul 53 guru kelas (28,8%) masuk kategori baik, 37 guru kelas (20,1%) masuk kategori kurang, 12 guru kelas (6,5%) masuk kategori sangat baik serta 11 guru kelas (7,1%) mempunyai persepsi sangat kurang. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori dapat disimpulkan persepsi guru kelas terhadap faktor kepribadian guru pendidikan jasmani adalah cukup. Diagram persepsi guru kelas terhadap faktor faktor kepribadian guru pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:
Gambar 4. 8. Diagram Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Kepribadian Guru Pendidikan Jasmani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 9.
Faktor Lingkungan Guru Pendidikan Jasmani Persepsi guru kelas dari faktor lingkungan guru pendidikan jasmani
diukur dengan angket yang berjumlah 4 butir. Skor minimum sebesar 11, skor maksimum 20, mean sebesar 16,82, dan standar deviasi 1,92. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini: Tabel 4.10. Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Lingkungan Guru Pendidikan Jasmani No. 1.
Penentuan Intervals >M + 1½ Sd
2.
M + ½ Sd s.d. M + 1½ Sd
3.
M - ½ Sd s.d. M + ½ Sd
4. 5.
M 1½ Sd s.d. M - ½ Sd <M 1½ Sd
Interval 19,70 17,78
19,69
15,86
17,77
13,94
15,85
< 13,94
Frekuensi
Kategori
Absolut
Persentase
Sangat Baik
20
10,9
Baik
48
26,1
Cukup
84
45,7
Kurang
24
13,0
Sangat Kurang
8
4,3
184
100
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 84 guru kelas (45,7%) mempunyai persepsi dari faktor lingkungan guru pendidikan jasmani kategori cukup, disusul 48 guru kelas (26,1%) masuk kategori baik, 24 guru kelas (13,0%) masuk kategori kurang, 20 guru kelas (10,9%) masuk kategori sangat baik serta 8 guru kelas (4,3%) mempunyai persepsi sangat kurang. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori dapat disimpulkan persepsi guru kelas terhadap faktor lingkungan guru pendidikan jasmani adalah cukup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Diagram persepsi guru kelas terhadap faktor lingkungan guru pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:
Gambar 4. 9. Diagram Persepsi Guru Kelas terhadap Faktor Lingkungan Guru Pendidikan Jasmani. Berdasarkan rangkaian analisis pada tiap faktor di atas, terlihat bahwa faktor-faktor tersebut berada pada kategori cukup baik. Selanjutnya untuk mengetahui persepsi guru kelas secara keseluruhan terhadap pembelajaran pendidikan jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu maka dilakukan penghitungan terhadap keseluruhan faktor. Keseluruhan faktor terdiri atas 40 butir soal. Analisis menghasilkan skor minimum sebesar 91, skor maksimum 200, mean sebesar 160,07 dan standar deviasi 17,22. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini: Tabel 4.11. Persepsi Guru Kelas terhadap Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu No 1.
Penentuan Interval
185,89
>M + 1½ Sd
2.
M + ½ Sd s.d. M + 1½ Sd
3.
M - ½ Sd s.d. M + ½ Sd
4. 5.
Interval
M 1½ Sd s.d. M - ½ Sd
168,67 185,88 151,46 168,66 134,24 151,45 < 134,24
< M 1½ Sd Jumlah
commit to user
Frekuensi
Kategori
Absolut
Persentase
Sangat Baik
13
7,1
Baik
39
21,2
Cukup
75
40,8
Kurang
45
24,5
Sangat Kurang
12
6,5
184
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 75 guru kelas (40,8%) mempunyai persepsi yang cukup terhadap guru
pendidikan jasmani,
disusul 45 guru kelas (24,5%) masuk kategori kurang, 39 guru kelas (21,2%) menyatakan baik, 13 guru kelas (7,1%) memiliki kategori Sangat baik dan 12 guru kelas (3,65) memiliki kategori sangat kurang. Apabila dilihat dari frekuensi tiap kategori dapat disimpulkan persepsi Guru Kelas terhadap Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu adalah cukup. Diagram Persepsi guru kelas terhadap Kemampuan Mengajar Guru Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu adalah sebagai berikut:
Gambar 4.10. Diagram Persepsi Guru Kelas terhadap Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan JasmaniSekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu
C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa persepsi Guru Kelas terhadap Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Tawangmangu berada pada kategori cukup baik. Faktor-faktor yang mendukung kesimpulan di atas dijelaskan sebagai berikut: 1. Faktor Persepsi Guru Kelas Terhadap Kondisi Jasmani Guru Penjas Persepsi guru kelas
terhadap faktor kondisi jasmani guru pendidikan
jasmani adalah cukup baik. Artinya kondisi jasmani guru masih perlu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 ditingkatkan. Hal ini diperkuat dengan masih adanya siswa yang memiliki persepsi yang kurang dan Sangat Kurang. Hal ini disebabkan karena guru kurang kreatif dalam memanfaatkan media pembelajaran. Pembelajaran berjalan secara konvensioanal dan kurang menarik. 2. Faktor Berkomunikasi dengan Siswa Persepsi guru kelas terhadap faktor berkomunikasi dengan siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani adalah cukup. Artinya kemampuan guru masih perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan guru harus menyesuaikan dengan bahasa siswa yang masih berada pada usia yang gemar bermain, suka meniru, malu untuk bertanya, serta kurang memiliki inisiatif atau pasif. Guru yang kurang dalam pendekatan tersebut biasanya cenderung kaku dan kurang membaur dengan siswa. 3. Faktor Mendemontrasikan Khasanah Metodik Mengajar Persepsi siswa terhadap faktor mendemontrasikan khasanaah metodik mengajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah cukup. Artinya terdapat guru yang telah mampu yang menggunakan media dan bahan untuk membantu proses pembelajaran. Selain itu guru yang memilik kemampuan memanfaatkan media dan bahan dengan baik juga terlihat dari keadaan mereka yang cukup tanggap dengan kondisi siswa saat pembelajaran. Contohnya adalah dengan memodifikasi model pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan siswa. Kemampuan guru tersebut dikarenakan mereka pada umumnya memiliki kemampuan dasar-dasar mengajar dan teknik yang cukup baik pada cabangcabang olahraga tertentu. Apalagi pembelajaran olahraga di SD tidak menuntut kemampuan praktek yang sangat terampil karena materi yang diajarkan adalah materi-materi yang sangat mendasar. 4. Faktor Mendorong Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Persepsi siswa terhadap faktor kemampuan guru dalam mendorong keterlibatan siswa dalam belajar adalah cukup baik. Pada umumnya guru telah terbiasa untuk menggunakan pendekatan dan bahasa yang akrab dengan dunia siswa. Hal ini makin terlihat dari dorongan-dorongan guru untuk menyemangati siswa dalam pembelajaran, misalnya dengan yel-yel, dengan memberikan penghargaan dan pujian, dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 5. Faktor Mendemontrasikan Penguasaan Mata Pelajaran dan Relevansinya Persepsi
guru
kelas
terhadap
faktor
kemampuan
guru
dalam
mendemontrasikan penguasaan mata pelajaran dan relevansinya adalah cukup. Kemampuan guru tersebut dikarenakan mereka pada umumnya guru telah memiliki kemampuan dasar-dasar mengajar dan teknik yang memadai pada cabang-cabang olahraga tertentu. Termasuk di dalamnya adalah aspek afektif dari materi-materi pembelajaran, seperti sportivitas, percaya diri, kerjasama, dan lainlain. 6. Faktor Mengorganisasi Waktu, Ruang, dan Perlengkapan Pembelajaran Persepsi
guru
kelas
terhadap
faktor
kemampuan
guru
dalam
mengorganisasi waktu, ruang, dan perlengkapan pembelajaran adalah cukup. Kemampuan guru tersebut dikarenakan mereka pada umumnya guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Apalagi kedisiplinan merupakan aspek yang sangat dituntut dari guru pendidikan jasmani sebagai contoh atau panutan siswa. Kedisiplinan terlihat dari ketepatan dalam memulai dan mengakhiri pembelajaran, pengoptimalan waktu yang tersedia selama pembelajaran, dan terlihatnya siswa dalam menyiapkan alat-alat pembelajaran. 7. Faktor
Melaksanakan
Evaluassi
Pencapaian
Siswa dalam
Proses
Pembelajaran Persepsi guru kelas terhadap faktor kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses pembelajaran adalah cukup baik. Kemampuan guru tersebut dikarenakan mereka pada umumnya memiliki jadwal yang telah ditetapkan secara baku, seperti evaluasi tengah semester, akhir semester, dan akhir pembelajaran. 8. Faktor Kepribadian Guru Pendidikan Jasmani Persepsi guru kelas terhadap faktor kepribadian guru pendidikan jasmani adalah cukup. Artinya kepribadian guru penjas ini perlu di tingkatkan, hal ini diperkuat dengan masih adanya persepsi guru kelas yang memiliki persepsi kurang dan sangat kurang yang mencapai 25% hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian guru penjas untuk membangun pribadi yang baik didepan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 siswa maupun warga sekolah. Sehingga siswa serta warga sekolah tidak menberikan persepsi yang buruk terhadap guru pendidikan jasmani. 9. Faktor Persepsi Guru Kelas Terhadap Lingkungan Guru Penjas Persepsi guru kelas terhadap faktor lingkungan guru pendidikan jasmani adalah cukup baik. Artinya kondisi lingkungan guru penjas sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan. Hal ini diperkuat dengan persepsi guru kelas yang memiliki persepsi yang baik dan Sangat baik presentasenya mencapai 35%, namun masih ada guru kelas yang memberikan persepsi kurang dan sangat kurang walau presentasenya hanya 20%. Sehingga diperlukan perhatian dari guru pendidikan jasmani agar memberikan citra yang baik terhadap lingkungannya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Setelah di analisis tiap faktor tersebut diketahui kelemahan maupun kelebihan guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kekurangan dalam pembelajaran tersebut terdapat pada 5 faktor berikut: 1.
Faktor nomor 2 yaitu Berkomunikasi dengan Siswa karena kategori kurang dan sangat kurang mencapai 31% sedangkan kategori sangat baik hanya 9% .
2.
Faktor nomor 3 yaitu Mendemostrasikan Khasanah Metodik Mengajar karena kategori kurang dan sangat kurang mencapai 32% sedangkan kategori sangat baik hanya 8,2% .
3.
Faktor nomor 4 yaitu Mendorong Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran karena kategori kurang dan sangat kurang mencapai 35% sedangkan kategori sangat baik hanya 4,9%.
4.
Faktor nomor 6 yaitu Mengorganisasikan Waktu, Ruang dan Perlengkapan Pembelajaran karena kategori kurang dan sangat kurang mencapai 30% sedangkan kategori sangat baik hanya 7,6%.
5.
Faktor nomor 7 yaitu Melaksanakan Evaluasi Pencapaian Siswa dalam Proses Pembelajaran karena kategori kurang dan sangat kurang mencapai 31% sedangkan kategori sangat baik hanya 7,1%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan,
penelitian
ini
menyimpulkan bahwa secara umum persepsi guru kelas terhadap kemampuan mengajar guru
pendidikan jasmani SD di Kecamatan Tawangmangu adalah
cukup baik. Dengan 9 faktor pendukung kesimpulan tersebut secara rinci persepsi guru kelas dengan kategori sangat baik sebesar 7,1%, baik sebesar 21,2%, cukup baik sebesar 40,8%, kurang sebesar 24,5%, dan sangat kurang sebesar 6,5%.
B. Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran kepada guru pendidikan jasmani tentang apa yang telah mereka capai dalam pembelajarannya meningkatkan
selama
ini
kemampuan
serta
dapat
mengajarnya,
untuk
mempertahankan
peningkatan
ketrampilan
atau dapat
dilakukan dengan melakukan penelitian tindakan kelas, mengikuti seminar, mengikuti perkembangan dunia olahraga, dll. Selain itu, agar mata pelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan pembelajaran dan prestasi khususnya dalam cabang olahraga. Penelitian ini mengetahui
kelemahan
dan
kelebihan
guru
pendidikan
jasmani
dalam
memberikan pembelajaran kepada siswanya maupun dalam lingkungannya, sehingga tujuan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai dengan baik.
C. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diajukan beberapa saran yang berguna untuk guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan Se-Kecamatan
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 Tawangmangu saran yang dapat disampaikan berdasarkan kesimpulan penelitian adalah: 1. Bagi guru pendidikan jasmani setelah mengetahui kekurangan dalam mengajarnya agar lebih kreatif dalam melaksanakan metode teknik pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik lagi. 2. Bagi guru pendidikan jasmani selain mengembangkan keterampilan mengajarnya juga faktor kepribadian lebih di tingkatkan lagi untuk menciptakan persepsi yang baik.
commit to user