Pengaruh Padat Tebar Tinggi Dengan Penggunaan Nitrobacter Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias Sp.) Effect of Stocking Density with Adding Nitrobacter on Growth of Catfish (Clarias sp.) Fenlya Meitha Pasaribu(1), Syammaun Usman(2), Rusdi Leidonald(2) (1) Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email :
[email protected]) (2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT Catfish is one of the freshwater fishery commodities whose demand is increasing in Indonesia. Intensive cultivation is required to meet the market demand. Intensive cultivation can be done by optimizing the stocking density. This study aimed to determine the effect of added Nitrobacter with high stocking density system on the survival, height growth and weight growth of catfish (Clarias sp.) As well as to determine the maximum stocking density of catfish with the average length of 6 cm and 1.5 gram in average weight. 450 catfish were used. The study was conducted at Laboratory of Aquaculture, Water Resource Management, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan in June until July 2016. The container were used are 9 aquarium size of 60 cm x 40 cm x 40 cm with a volume of 72 liters each aquarium. The parameters were observed during 42 days of observation are; survival, weight growth and length growth. During the study, fish were fed with artificial feed as much as 5% of body weight per day. The feeding frequency are 3 times a day which are at 10:00, 14:00, 18:00. This study used completely randomized design (CRD) with 3 treatments, those are stocking density of 600 individuals / liter (P1), 700 fish / liter (P2) and 800 fish / liter (P3) and repeated 3 times. The P1 treatment showed the best score at weight growth rate and length growth rate in the amount of 40,70 gram and 12,63 cm. The P3 treatment showed the lowest weight growth rate and length growth rate that is equal to 38,74 gram and 12,18 cm. Stocking density did not significantly affected the length growth rate, weight growth rate and survival of fish.
Keywords : Clarias sp., Growth, Stocking Density, Survival
PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan pangan berkadar protein tinggi sehingga dibutuhkan sebagai sumber gizi, khususnya sebagai protein penunjang pertumbuhan dan kesehatan penduduk di Indonesia. Ekskresi ikan berasal dari katabolisme protein pakan dan di keluarkan dalam bentuk amonia dan urea. Amonia merupakan salah satu bentuk N anorganik yang berbahaya bagi ikan (Shafrudin, dkk., 2006). Kondisi tersebut akan berakibat terhadap kesehatan ikan yang kemudian akan mempengaruhi kelangsungan hidup, pemanfaatan makan
dan laju pertumbuhan, sehingga perlu dilakukan penjagaan lebih terhadap kondisi air pada wadah. Menurut Kordi (2012) secara biologis, dialam sebenarnya dapat terjadi perombakan ammonia menjadi nitrat (NO3), suatu bentuk yang tidak berbahaya dalam proses nitrifikasi, terutama bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter. Meskipun demikian tinggginya tingkat amoniak di dalam budidaya intensif memberikan gambaran bahwa jumlah Nitrobacter yang ada masih belum dapat mengimbangi jumlah amoniak yang dihasilkan.
Oleh karena itu penambahan Nitrobacter dalam sistem budidaya intensif diharapkan mampu memperbaiki kualitas air akibat kepadatan ikan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh padat tebar tinggi dengan penggunaan Nitrobacter terhadap pertumbuhan ikan lele.
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2015, di Laboratorium Budidaya, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain akuarium dengan ukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm sebanyak 9 buah, pH meter, DO meter, termometer, ammoniak tes kit, kertas milimeter, timbangan digital, bak air, ember, aerator, alat tulis dan kamera digital. Sedangkan bahan–bahan yang digunakan antara lain ikan lele dengan ukuran panjang rata-rata 6 cm/ekor dan bobot rata-rata 1,5 gram/ekor sebanyak 450 ekor, pakan ikan buatan (pelet), Nitrobacter, urea, akuades, kertas label dan desinfektan. Prosedur Penelitian Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, yaitu : - Perlakuan P1 dengan padat tebar 600 ekor/m³ - Perlakuan P2 dengan padat tebar 700 ekor/m³ - Perlakuan P3 dengan padat tebar 800 ekor/m³ Rancangan ini digunakan karena keragaman kondisi lingkungan, alat, bahan dan media yang digunakan adalah
homogen atau letak/posisi masing-masing unit tidak mempengaruhi hasil-hasil percobaan, dan percobaan ini dilakukan pada kondisi terkendali atau setiap unit percobaan secara keseluruhan memiliki peluang yang sama besar untuk menempati pot-pot percobaan (Hanafiah, 2012). Persiapan Bahan dan Alat Alat yang digunakan seperti akuarium yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu dengan larutan desinfektan yang di perbolehkan bagi perikanan kemudian dibilas dengan menggunakan air bersih. Setelah cuci bersih alat tersebut di jemur selama 1 hari di bawah sinar matahari. Pada ikan lele yang akan digunakan di adaptasi terlebih dahulu selama 3 hari di dalam akuarium. Hal ini di maksudkan agar ikan tidak stres dan dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan. Persiapan Air Media Pemeliharaan Dalam pemeliharaan ikan air sebagai media hidup ikan sangat penting untuk di jaga. Sehingga di perlukan media air yang baik sebelum di lakukan nya penelitian. Hal ini agar ikan tetap dalam kondisi yang sehat. Adapun tahapan yang dilakukan untuk persiapan media air pemeliharaan selama penelitian ialah pertama air bersih yang berasal dari lokasi penelitian di tampung dalam bak besar. Kemudian air tersebut di aerasi selama tiga hari. Proses selanjutnya air tersebut dicampurkan dengan urea sebanyak 10 gr/m³ pada keadaan hari yang cerah. Lalu pada malam harinya nitrobacter dimasukkan kedalam air sebanyak 10 ml/m³ dan didiamkan selama 5 hari. Selanjutya pada hari ke enam air dapat dimasukkan ke dalam akuarium yang akan digunakan dan pada hari ke tujuh ikan lele dapat dimasukkan ke dalam akuarium. Sistem Padat Tebar Tinggi Ikan yang digunakan adalah ikan yang berasal dari pembudidaya ikan lele di Kota Medan. Sebelum ditebar kedalam
akuarium dilakukan beberapa tahapan perlakuan terlebih dahulu yaitu sebagai berikut: - Menghitung volume akuarium yang akan digunakan, dalam hal ini tinggi akuarium dikurangi 10 cm untuk mengurangi kemungkinan air kepenuhan dan ikan keluar dari akuarium. Voume akuarium = 60 cm x 40 cm x 30 cm = 72.000 cm³ = 72 dm³ = 72 L - Menghitung jumlah ikan yang akan dimasukkan ke dalam akuarium pada setiap perlakuan. 1 m³ = 1000 dm³ = 1000 L P1 = 600 ekor/m³ = 600 ekor/1000 L = 1 ekor/1,7 L = 1 ekor/1,7 L x 72 L = 42 ekor P2 = 700 ekor/m³ = 700 ekor/1000 L = 1 ekor/ 1,4 L = 1 ekor/ 1,4 L x 72 L = 51 ekor P3 = 800 ekor/m³ = 800 ekor/1000 L = 1 ekor/ 1,25 L = 1 ekor/ 1,25 L x 72 L = 57 ekor - Ikan kemudian dimasukkan kedalam 9 akuarium, dengan kepadatan masingmasing yang sudah ditentukan. . Pemberian Pakan Pakan yang digunakan adalah pakan buatan (pelet), dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali dalam satu hari yaitu pukul 10.00 WIB, 14.00 WIB dan 18.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan 5% dari bobot ikan per hari. Pengamatan Penelitian dilakukan selama 42 hari de ngan peminimalan pengamatan terhadap ikan yang diuji. Hal ini bertujuan untuk menghindari stres pada ikan. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa parameter yaitu berat, panjang, dan jumlah ikan yang mati serta kualitas air. Pengamatan berat ikan dilakukan setiap 7 hari sekali dan pengamatan panjang ikan akan dilakukan setiap 14 hari dengan cara menimbang bobot dan mengukur panjang ikan dengan kertas milimeter. Setiap sampling, benih ikan lele yang diambil
sebanyak 10% akuarium. Sedangkan tingkat kelangsungan hidup dapat diketahui dengan cara menghitung jumlah ikan yang mati setiap harinya selama masa pemeliharaan. Pengumpulan Data Tingkat kelangsungan hidup Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) diukur dengan menggunakan rumus menurut Effendie (1979) sebagai berikut :
Keterangan : SR = Kelangsungan hidup benih (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) N0 = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor) Pengukuran Pertumbuhan Bobot Ikan Pengukuran pertumbuhan bobot dihitung dengan rumus menurut Effendie (1997) sebagai berikut : ΔW = Wt – W0 keterangan: ΔW = Pertumbuhan bobot (gram) Wt = Berat akhir (gram) W0 = Berat awal (gram) Pengukuran Pertumbuhan Panjang Ikan Pertumbuhan panjang dihitung dengan menggunakan rumus menurut Effendie (1997) sebagai berikut : ΔL = Lt – L0 Keterangan: ΔL = Pertumbuhan panjang (cm) Lt = Panjang akhir ikan (cm) L0 = Panjang awal ikan (cm) Kualitas Air Parameter kualitas air media pemeliharaan ditentukan dengan mengukur parameter kualitas air selama penelitian yang terdiri dari parameter fisika dan kimia yang telah ditentukan yaitu pH,
Amoniak, Nitrat, DO dan suhu. Pengukuran kualitas air akan dilakukan setiap 14 hari sekali. Data ini digunakan untuk menentukan kelayakan kualitas air media pemeliharaan selama penelitian. Analisis Data Untuk mengetahui apakah pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati berpengatuh nyata atau tidak kemudian dilakukan uji analisis ragam (ANOVA) dan uji F pada selang kepercayaan 95%. Pada parameter pengamatan yang menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk Tabel dan Grafik.
Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan P1 sebesar 82,54% dan nilai terendah pada perlakuan P3 77,19%. Dari hasil analisis data (ANOVA) dan uji F, diperoleh hasil bahwa pada perlakuan P1, P2 dan P3 menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan lele. Mengenai hasil analisis data (ANOVA) dan uji F terhadap tingkat kelangsungan hidup untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Pertumbuhan Bobot Ikan Pertumbuhan bobot ikan lele yang di pelihara pada setiap perlakuan P1, P2 dan P3 dapat dilihat pada Gambar 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data berupa tingkat kelangsungan hidup (%), pertumbuhan bobot ikan (gram), pertumbuhan panjang ikan (cm), serta data hasil pengamatan parameter fisika-kimia air selama pemeliharaan. Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup ikan lele yang dipelihara selama penelitian pada setiap perlakuan P1, P2 dan P3 berturutturut adalah 82,54%, 80,39% dan 77,19% atau untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Pada Setiap Perlakuan dan Ulangan Selama Pengamatan.
Gambar 2. Pertumbuhan Bobot Ikan Lele Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan. Pertumbuhan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 40,70 gram. Dan pertumbuhan bobot terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu 38,74 gram. Peningkatan padat penebaran yang diberikan terhadap ikan lele mengakibatkan penurunan pertumbuhan rata-rata bobot ikan lele selama masa pemeliharaan 42 hari seperti Gambar 3.
Gambar 3. Pertumbuhan Bobot Ikan Lele yang Dipelihara Pada Setiap Perlakuan Selama 42 Hari.
Dari hasil analisis data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan bobot ikan lele. Mengenai hasil analisis data (ANOVA) dan uji F terhadap tingkat
pertumbuhan bobot harian untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Data pertumbuhan bobot ikan lele dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Berat Rata – Rata (gram) Ikan Lele Selama Penelitian Perlakuan
600 ekor/m³
700 ekor/m³
800 ekor/m³
Ulangan
Berat Hari Ke (gram) 0
7
14
21
28
35
42
ΔW
1
1.50
6.45
8.65
14.95
21.80
32.25
42.35
40.85
2
1.50
7.05
9.05
14.93
22.50
31.15
43.20
41.70
3
1.50
6.38
8.55
15.15
21.73
31.20
41.05
39.55
Total
4.50
19.88
26.25
45.03
94.03
94.60
126.60
122.10
Rata-rata
1.50
6.63
8.75
15.01
22.01
31.53
42.20
40.70
1
1.50
6.15
8.20
13.63
22.25
28.25
41.55
40.05
2
1.50
6.25
8.10
14.95
19.68
28.75
40.20
38.70
3
1.50
6.55
8.60
14.38
22.18
29.45
42.40
40.90
Total
4.50
18.95
24.90
42.96
64.11
86.45
124.15
119.65
Rata-rata
1.50
6.32
8.30
14.32
21.37
28.82
41.38
39.88
1
1.50
5.18
8.53
12.58
15.63
27.10
41.30
39.80
2
1.50
4.93
8.00
12.68
20.13
26.08
39.80
38.30
3
1.50
6.40
8.13
13.63
20.90
26.28
39.63
38.13
Total
4.50
16.51
24.66
38.89
56.66
79.46
120.73
116.23
Rata-rata
1.50
5.50
8.22
12.96
18.89
26.49
40.24
38.74
Pertumbuhan Panjang Ikan Pertumbuhan panjang ikan lele yang dipelihara selama penelitian pada setiap perlakuan P1, P2 dan P3 berturutturut adalah 12,63 cm, 12,29 cm dan 12,18 cm seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Petumbuhan Panjang Ikan Lele Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan Pertumbuhan panjang ikan lele tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu
sebesar 12,98 cm, sedangkan pertumbuhan panjang terkecil terdapat pada perlakuan P3 sebesar 12,18 cm. Berdasarkan pengamatan peningkatan padat tebar yang diberikan terhadap ikan lele juga mengakibatkan penurunan rata-rata pertumbuhan panjang ikan lele selama penelitian seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Pertumbuhan Panjang Ikan Lele yang Dipelihara Pada Setiap Perlakuan Selama 42 Hari.
Grafik menunjukan nilai pertambahan panjang ikan lele terbesar diperoleh pada perlakuan P1, kemudian menurun pada perlakuan P2 dan P3 yang memiliki nilai pertambahan panjang terendah. Dari hasil analisis data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan lele yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Data pertumbuhan panjang ikan lele dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Panjang Rata-Rata (cm) Ikan Lele Selama Penelitian Perlakuan
600 ekor/m³
700 ekor/m³
800 ekor/m³
Ulangan
Panjang Hari Ke (cm) 14 28
0
42
ΔL
1
6.00
10.85
14.80
18.98
12.98
2 3
6.00 6.00
10.80 10.68
16.45 14.18
18.75 18.15
12.75 12.15
Total Rata-rata 1
18.00 6.00 6.00
32.33 10.78 10.80
45.43 15.14 14.63
55.88 18.63 18.15
37.88 12.63 12.15
2 3
6.00 6.00
9.90 11.33
13.93 13.68
18.28 18.43
12.28 12.43
Total Rata-rata 1
18.00 6.00 6.00
32.03 10.68 10.96
42.24 14.08 12.38
54.86 18.29 18.23
36.86 12.29 12.23
2 3
6.00 6.00
10.33 10.53
14.13 14.18
18.25 18.05
12.25 12.05
Total Rata-rata
18.00 6.00
31.82 10.61
40.69 13.56
54.53 18.18
36.53 12.18
Kualitas Air Terjadi penurunan parameter kualitas air pada wadah pemeliharaan ikan lele seiring dengan bertambahnya masa
pemeliharan dari hari-0 hingga hari-42. Adapun daftar kualitas air selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Kualitas Air Selama Penelitian PERLAKUAN
PARAMETER KUALITAS AIR DO pH AMONIAK (mg/l) (mg/l) (mg/l)
P1
SUHU (0C) 27-28
1,87-2,47
6,93-7,3
0,03-0,06
1-7
P2 P3
27-28 27-28
1,67-2,17 1,63-2
6,87-7,3 6,8-7,3
0,03-0,06 0,06
1-20 1-10,5
Pembahasan Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup (SR) ikan lele dihitung untuk mengetahui persentase jumlah ikan yang mati dan masih hidup sampai percobaan selesai. Data yang diperoleh bahwa kepadatan akhir tertinggi terdapat pada P1 sebesar 82,54% dan nilai terendah pada perlakuan P3 77,19%. Nilai
Nitrat (mg/l)
kelangsungan hidup yang didapat selama penelitian ini cenderung menurun sejalan dengan peningkatan padat penebaran benih. Penurunan nilai kelangsungan hidup diduga terjadi dikarenakan menurunnya kualitas air. Semakin tinggi tingkat padat tebar maka akan meningkatkan hasil buangan metabolisme dan konsumsi oksigen.
Dari analisis data (ANOVA) dan uji F, diperoleh hasil bahwa pada perlakuan P1, P2 dan P3 menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan lele. Secara deskriptif nilai kelangsungan hidup (SR) pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai kelangsungan hidup (SR) pada penelitian Waker (2015) yang membahas mengenai pengaruh padat tebar tinggi terhadap pertumbuhan ikan lele tanpa penggunaan nitrobakter, hasil yang didapat yaitu nilai tertinggi dicapai pada perlakuan P1 sebesar 81,75% dan nilai terendah pada perlakuan P3 sebesar 75,44% . Data ini menunjukkan hasil bahwa padat tebar yang tinggi akan lebih baik jika dilakukan dengan menggunakan nitrobakter untuk menjaga kuallitas air yang digunakan. Pertumbuhan Bobot Ikan Pertumbuhan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 40,70 gram sedangkan pertumbuhan bobot terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu 38,74 gram. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot yang didapat selama penelitian ini menurun sejalan dengan peningkatan padat penebaran benih ikan lele. Hal ini sesuai dengan Hermawan, dkk. (2014) yang mengatakan semakin tinggi kepadatan ikan maka akan mempengaruhi tingkah laku dan fisiologi ikan terhadap ruang gerak yang menyebabkan pertumbuhan, pemanfaatan makanan dan kelulushidupan mengalami penurunan. Rata-rata pertumbuhan bobot ikan lele pada penelitian ini lebih baik jika dibandingkan dengan hasil penelitian Waker (2015) yang membahas mengenai pengaruh padat tebar tinggi terhadap pertumbuhan ikan lele tanpa penggunaan nitrobakter, hasil yang didapat yaitu ratarata pertumbuhan bobot ikan lele pada perlakuan P1 menunjukkan nilai terbesar yaitu 40,66 gram, P2 sebesar 39,78 gram dan perlakuan P3 nilai terendah yaitu 37,80 gram. Sehingga rata-rata
pertumbuhan bobot ikan lele keseluruhan yaitu 39,41 gram. Nilai-nilai tersebut juga menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot ikan lele menurun sejalan dengan peningkatan padat penebaran ikan. Menurut Yulianti (2008) penurunan laju pertumbuhan seiring dengan peningkatan padat tebar hal ini dipengaruhi oleh ruang gerak yang semakin sempit sehingga peluang memperoleh pakan akan semakin kecil, walaupun pakan tersedia tetapi ikan tidak dapat menjangkau pakan karena keterbatasan ruang, sehingga akan menyebabkan ikan stress dan akan mengurangi nafsu makan. Pertumbuhan Panjang Ikan Pertumbuhan panjang ikan lele tertinggi selama penelitian ini terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 12,98 cm dan pertumbuhan panjang terkecil terdapat pada perlakuan P3 sebesar 12,18 cm. Sama halnya dengan pertambahan bobot yang didapat selama penelitian, pertumbuhan panjang juga menurun seiring dengan bertambahnya padat penebaran pada perlakuan P1, P2 dan P3. Dari hasil analisis data (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan lele. Menurut Tahira (2011) faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot dan panjang adalah kepadatan ikan, pakan dan kondisi lingkungan. Pada keadaan lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi, peningkatan kepadatan ikan akan menghasilkan pertumbuhan yang stabil. Pertumbuhan panjang ikan pada penelitian ini lebih baik jika dibandingkan dengan hasil penelitian Waker (2015) yang membahas mengenai pengaruh padat tebar tinggi terhadap pertumbuhan ikan lele tanpa penggunaan nitrobakter, hasil yang didapat yaitu nilai tertinggi dicapai pada perlakuan P1 sebesar sebesar 9,50 gram sedangkan pertumbuhan panjang ikan lele terkecil terdapat pada perlakuan P3 yaitu 8,14 gram.
Kualitas air Suhu Hasil pengukuran suhu selama pemeliharaan sama pada setiap perlakuannya, yaitu berada pada kisaran 27°C - 28°C. Suhu merupakan salah satu parameter yang mentukan keberhasilan budidaya ikan lele, hal ini disebakan karena ikan merupakan hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada penelitian ini suhu berada pada kisaran yang sangat baik untuk pertumbuhan ikan khususnya ikan lele. Menurut Kordi (2012) suhu untuk pertumbuhan optimum lele adalah pada suhu 27°C - 30°C . Jika dilihat dari hasil pengukuran suhu pada penelitian ini, maka suhu tersebut tidak terlalu jauh dari kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri autotrofik atau hanya lebih besar 2°C 3°C. Effendi (2003) menyatakan bahwa suhu optimum pada pertumbuhan bakteri nitrifikasi autotrofik adalah 20°C - 25°C. Nilai parameter suhu pada penelitian ini mengalami fluktuasi yang berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan dan cuaca. Namun tidak ada perubahan suhu secara drastis selama pemeliharaan. Hal tersebut disebabkan pemeliharaan dilakukan dalam ruangan tertutup. Ini sesuai dengan pendapat Wijayanti (2010) yang mengatakan bahwa kualitas air dapat dikendalikan bila media pemeliharaan dalam sebuah wadah, maka perubahan kualitas air harus selalu dipantau dan segera diantisipasi. Oksigen Terlarut Kadar oksigen terlarut tertinggi yang didapat selama penelitian secara keseluruhan berada pada perlakuan P1 yaitu 1,83-2,23 mg/l dan kadar oksigen terlarut terendah pada perlakuan P3 yaitu 1,63-2 mg/l. Kadar oksigen terlarut dari tiap-tiap perlakuan relatif rendah dan menurun seiring pertambahan hari selama penelitian berlangsung. Walaupun kisaran nilai oksigen terlarut selama penelitian relatif rendah yaitu 1,63-2,23 mg/l, namun
ini masih sesuai untuk pertumbuhan ikan lele. Ikan lele merupakan hewan yang dapat hidup di lingkungan berlumpur dan minim akan oksigen terlarut. Menurut Widiyantara (2009) oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan ikan lele yaitu >0,3 mg/l. Penurunan kadar oksigen terlarut dari tiap-tiap perlakuan dan kadar oksigen terlarut yang relatif rendah diduga akibat tidak adanya pemberian aerator pada setiap perlakuan. Selain itu ikan lele dan nitrobakter yang merupakan bakteri nitrifikasi autotrofik yang diberikan pada setiap perlakuan akan mengurangi kadar oksigen terlarut selama penelitian berlangsung. Menurut Yulianti (2008) adanya peningkatan padat penebaran dalam suatu wadah yang terbatas dan pada kondisi padat penebaran ikan semakin tinggi maka konsumsi oksigen dan akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan semakin tinggi pH Nilai kisaran pH yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 6,97-7,3 mg/l, dan kisaran nilai pH terendah pada perlakuan P3 yaitu 6,87-7,3 mg/l. Menurunya nilai pH dapat disebabkan oleh aktifitas bakteri dan ikan pada akuarium. Hal ini sesuai dengan Rosmaniar (2011) yang mengatakan derajat keasaman (pH) merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan aktivitas bakteri pengoksidasi amonia. Walaupun demikian kisaran nilai pH dalam penelitian ini masih sesuai untuk kehidupan ikan lele. Proses respirasi ikan dan bakteri akan menghasilkan . Keberadaan kemudian menghasilkan ion H+ yang menurunkan pH. Penurunan pH juga berkaitan dengan proses oksidasi yang dilakukan oleh bakteri. Menurut Wahyuningsih (2015) pada lingkungan dengan input amonia yang tinggi seperti masukan air limbah budidaya, bioksidasi senyawa ini menghasilkan dan menurunkan pH.
Amonia Amonia merupakan salah satu bentuk N-organik yang berbahaya bagi ikan. Kadar ammonia tertinggi pada perlakuan selama penelitian yaitu pada perlakuan P3 0,06mg/l dan terendah pada perlakuan P1 yaitu 0,03-0,06 mg/l. Nilai kadar dari amonia tersebut masih sesuai untuk pertumbuhan ikan lele. Mengenai batasan kadar ammonia yang sesuai untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 2. Dari hasil analisis data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap nilai ammonia yang dihasilkan. Kisaran nilai amonia yang terbentuk pada setiap perlakuan tidak terlalu tinggi yaitu berkisar 0,03-0,06mg/l. Nilai kisaran yang tidak terlalu tinggi ini diakibatkan adanya aktivitas Nitrobacter sebagai bakteri autotrofik nitrifikasi yang mengubah amonia menjadi nitrat. Menurut Rosmaniar (2011) nitrifikasi (oksidasi ammonium secara biologi) dilakukan oleh dua kelompok bakteri autotrofik yang berbeda. Nitrosomonas membutuhkan amonium sebagai sumber energy dan Nitrobacter memerlukan nitrit. Selama penelitian amonia yang dihasilkan cenderung naik setelah itu berhenti dan tidak mengalami penurunan atau kenaikan lagi setelah beberapa hari. Hal ini diduga karena pemberian nitrobakter pada setiap perlakuan sebagai bakteri pengubah nitrifikasi berhasil tumbuh namun tidak mengimbangi masukan limbah ikan yang selalu bertambah. Setelah itu terjadi penurunan yang bertahap pada tiap-tiap perlakuan akibat adanya aktivitas mikroorganisme. Menurut Wahyuhningsih (2015) oksigen terlarut menjadi parameter penting karena dibutuhkan pada proses oksidasi amonia dan menjadi faktor pembatas utama bagi kelangsungan hidup ikan. Nitrat Nitrat merupakan hasil akhir dari proses nitrifikasi yaitu oksidasi amonia
menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat. Perlakuan pada P1, P2, dan P3 cenderung memiliki pola perubahan nilai nitrat yang berbeda. Kisaran nitrat tertinggi berada pada perlakuan P2 yaitu 120 mg/l dan kadar nitrat terendah ada pada perlakuan P1 yaitu 1-7 mg/l. Perubahan nilai nitrat ini dapat diakibatkan oleh kondisi perairan. Menurut Wahyuhningsih (2015) faktor lingkungan yang mempengaruhi perubahan nutrien selain pH dan suhu adalah oksigen terlarut. Pada hari ke-42 nilai nitrat pada setiap perlakuan menurun drastis hingga mencapai 1 mg/l. Hal ini diduga diakibatkan jumlah biomassa bakteri pada hari tersebut mengalami penurunan, sehingga kadar nitrat yang dihasilkan menurun. Nilai nitrat yang tinggi pada perlakuan P2 yaitu 1-20 mg/l tidak akan berbahaya pada ikan. Menurut PP No.82 (2001) nitrat memiliki ambang batas 20 mg/l untuk air yang akan digunakan untuk budidaya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan sidik ragam (ANOVA) perlakuan P1, P2 dan P3 dengan penggunaan nitrobakter memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot dan pertumbuhan panjang ikan lele yang di pelihara selama 42 hari. Namun memberikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan padat tebar tinggi tanpa penggunaan nitrobakter. 2. Perlakuan yang terbaik untuk digunakan dalam padat tebar tinggi dengan penggunaan nitrobakter adalah P1 kerena memiliki tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot dan nilai pertumbuhan panjang tertinggi, dimana perlakuan P1 memiliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 82,54%, nilai pertumbuhan bobot sebesar 40,70 gram dan pertumbuhan panjang sebesar
12,18 cm. Sehingga padat tebar optimum pemeliharaan ikan lele adalah P1 (600 ekor/m³). Saran Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan pemeliharaan ikan lele dumbo menggunakan padat penebaran maksimum sebesar 600 ekor/m³ dalam pemeliharaan menggunakan sistem padat tebar tinggi. DAFTAR PUSTAKA Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Effendie M. I. 1979. Biologi Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hanafiah, K.A. 2012. Rancangan Percobaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hermawan, T.E.S.A., A. Sudaryono dan S.B. Prayitno. 2014. Pengaruh Padat Tebar Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidup Benih Lele (Clarias gariepinus) dalam Media Bioflok. Journal of Aquaculture Management and Technology. Vol 3(3) : 35-42. Kordi, M.G.H. 2012. Kiat Sukses Pembesaran Lele Unggul. Lily Publisher. Yogyakarta. Rosmaniar. 2011. Dinamika Biomassa Bakteri Kadar Limbah Nitrogen pada Budiddaya Ikan Lele (Claria gariepinus) Intensif Sistem Heterotrofik. [Skripsi]. Program Studi Biologi. Fakultas Shafrudin, D., Yuniarti dan M. Setiawan. 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (Calarias sp.) Terhadap Produksi pada Sistem Budidaya dengan Pengendalian Nitrogen Melalui Penambahan Tepung Terigu.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol 5(2) : 137-147. Tahira, T.P. 2011. Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Cllarias sp. Pada Padat Penebaran 35, 40, 45, dan 50 Ekor/Liter Dengan Ketinggian Media 30 Cm. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Wahyuningsih, S. 2015. Pengolahan Limbah Nitrogen Dari Kegiatan Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Akuaponik. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Waker, M.B.J. 2015. Pengaruh Padat Tebar Tinggi Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus). [Skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. Wijayanti, K. 2010. Pengaruh Pemberian Pakan Alami yang Berbeda Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan Palmas (Polyptelus senegalus senegalus Cuvier, 1829). [Skripsi]. Universitas Indonesia. Depok. Yulianti, D. 2007. Pengaruh Padat Penebaran Benih Ikan Bawal Colossoma macropomum Yang Dipelihara Dalam System Resirkulasi Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.