67 PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI PROFESI GURU DI KECAMATAN KEBONPEDES Evi Sri Handayati Dosen STISIP Widyapuri Mandiri Komplek Gelanggang Pemuda Cisaat Jl. Raya Cisaat No. 6, Sukabumi
[email protected] Anas Amarulloh Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta KM. 4 Pakupatan Serang, Banten
[email protected] Abstrak Pendidikan merupakan investasi jangka panjang dan menjadi kunci untuk masa depan yang lebih baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu aspek penting untuk memajukan pendidikan itu adalah guru-guru yang profesional. Mengacu pada data kasar kondisi guru saat ini, tentulah sangat memprihatinkan dengan buruknya motivasi dan kompetensi guru tersebut. Maka, diperlukan adanya penelitian dengan tujuan: (1) Menganalisis pengaruh motivasi guru terhadap keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru; (2) Menganalisis kompetensi guru terhadap keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru; dan (3) Menganalisis pengaruh serempak (integratif) motivasi dan kompetensi guru terhadap keefektifan implementasi kebijakan serifikasi profesi guru. Unit analisis penelitian ini adalah di wilayah Kecamatan Kebonpedes Kabupaten Sukabumi. Objek penelitian terdiri atas: (1) Variabel bebas Motivasi Guru (X1) dan Kompetensi Guru (X2); (2) Variabel terikat Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru (Y), dengan subjek penelitian adalah guru yang telah lulus sertifikasi. Sampel diambil melalui Probability Sampling dengan teknik Cluster Sampling dan Nonprobability Sampling dengan Purposive Sampling. Sampel didistribusikan berdasarkan Disproportionate Statified Random Sampling. Sampel penelitian ini adalah 66 orang (50%) dari 132 orang populasi. Pendekatan yang digunakan kuantitatif dengan metode Survei Deskriptif Asosiatif. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Untuk mengukur kesahihan alat ukur dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan teknik analisis karakteristik responden, analisis deskriptif variabel, uji normalitas data, analisis korelasi sederhana dan berganda, analisis Product Moment, analisis koefisien determinasi, analisis regresi linier sederhana dan berganda, serta uji hipotesis dengan uji T dan uji F. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru dipengaruhi oleh variabel motivasi dan kompetensi guru. Kata Kunci: Motivasi Guru, Kompetensi Guru, Sertifikasi Profesi Guru.
PENDAHULUAN Pendidikan adalah aspek penting dalam pembangunan nasional dan merupakan ujung tombak dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar supaya mampu
68 bersaing di tengah kompetensi kehidupan berbangsa yang semakin maju dan modern. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang dan menjadi kunci untuk masa depan yang lebih baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa adanya pendidikan yang memadai dan berkualitas, maka bangsa Indonesia akan semakin tertinggal dalam butiran peradaban. Salah satu aspek penting untuk memajukan pendidikan adalah adanya guru-guru yang profesional. Suyonto dan Hisyam (2000: 27), mengemukakan bahwa: “Guru merupakan salah satu komponen dari mikro sistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran di dalam proses pendidikan secara luas khususnya dalam pendidikan persekolahan.” Guru atau pendidik merupakan subjek yang sangat sentral bagi terselenggaranya mutu pendidikan yang berkualitas. Salah satu penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru. Jika masalah ini tidak diteliti, maka akan terjadi kinerja guru menurun yang akan berakibat pada kualitas peserta didik menurun sehingga sumber daya manusia generasi yang akan datang menurun. Komponen mutu guru ini tidak terlepas dari motivasi dan kompetensi guru. Demikian halnya dengan keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru ditentukan oleh sejauh mana tingkat motivasi dan kompetensi guru. Oleh sebab itu, bahwa tingkat motivasi dan kompetensi guru sangat berpengaruh terhadap keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru. Dari latar belakang mengenai “Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Guru terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru di Kecamatan Kebonpedes” maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Sejauhmana pengaruh motivasi guru terhadap keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru di Kecamatan Kebonpedes; (2) Sejauhmana pengaruh kompetensi guru terhadap keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru di Kecamatan Kebonpedes; dan (3) Sejauhmana pengaruh serempak (integratif) motivasi dan kompetensi guru terhadap keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru di Kecamatan Kebonpedes. Adapun tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis pengaruh motivasi guru terhadap keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru di Kecamatan Kebonpedes; (2) Menganalisis pengaruh kompetensi guru terhadap keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru di Kecamatan Kebonpedes; dan (3) Menganalisis pengaruh serempak (integratif) motivasi dan kompetensi guru terhadap keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi di Kecamatan Kebonpedes. Sementara, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat secara Akademik Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi tambahan dalam bidang ilmu sosial secara umum dan ilmu kebijakan publik secara khusus serta ilmu pendidikan, khususnya dalam merumuskan pengaruh kompetensi dan kinerja guru terhadap implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru di Kecamatan Kebonpedes. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, wawasan, dan pertimbangan apabila melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
69 2.
Manfaat secara Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi mengenai pengaruh motivasi dan kompetensi guru terhadap keefektifan implementasi kebijakan sertifikasi profesi guru di Kecamatan Kebonpedes sehingga bermanfaat untuk Kementerian Pendidikan Nasional dalam membuat kebijakan dalam upaya menciptakan motivasi dan kompetensi guru yang lebih baik. Dapat menjadi rujukan dan motivasi terhadap guru-guru yang selama ini belum dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan tuntutan kompetensi profesional guru. KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Teori Motivasi Teori Motivasi banyak dikemukakan para pakar yang pada dasarnya mempengaruhi pada perilaku manusia. “Motivasi berhubungan dengan (1) arah perilaku; (2) kekuatan respons (yakni usaha) setelah karyawan memilih mengikuti tindakan tertentu; dan (3) ketahanan perilaku, atau berapa lama orang itu terus-menerus berperilaku menurut cara tertentu.” (Sumantri, 2001: 53). “Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.” (Depdikbud, 1995: 593). “Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.” (Terry dalam Hasibuan, 1984: 184). “Motivasi adalah suatu keahlian, dalam menggerakkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai”. (Flippo dalam Hasibuan, 1984: 184). Melihat dari beberapa pendapat di atas, motivasi itu tampak dalam dua segi yang berbeda. Di satu pihak kalau dilihat dari segi aktif atau dinamis, motivasi nampak sebagai suatu usaha positif yang menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi serta tenaga kerja, agar secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebaliknya, jika dilihat dari segi pasif atau statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi serta serta daya kerja manusia manusia tersebut ke arah yang diinginkan. Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, maka disimpulkan bahwa motivasi sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dari dalam diri pegawai yang berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku berkaitan dengan lingkungan kerja. Jadi, motivasi adalah dorongan dari diri pegawai untuk memenuhi kebutuhan yang stimulasi
70 berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas, kemudian diimplementasikan kepada orang lain untuk memberikan pelayanan baik pada masyarakat. Dari beberapa uraian di atas, dapat dilihat bahwa motivasi itu memang sering dikaitkan dengan keinginan (wants, desire), tujuan (goals), kebutuhan (needs), dorongan (drives), motif dan insentif. McClelland (1985), seorang psikolog berkebangsaan Amerika dari Universitas Harvard, dalam teori motivasinya mengemukakan bahwa produktivitas seseorang sangat ditentukan oleh “virus mental” yang ada pada dirinya. Virus mental adalah kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasinya secara maksimal. Virus mental yang dimaksud terdiri atas tiga dorongan kebutuhan, yaitu: (1) Need of Achievement (kebutuhan untuk berprestasi); (2) Need of Affiliation (kebutuhan untuk memperluas pergaulan); (3) Need of Power (kebutuhan untuk menguasai sesuatu). Berdasarkan teori Mc Clelland tersebut, sangat penting dibinanya virus mental manajer/pimpinan/guru dengan cara mengembangkan potensi mereka melalui lingkungan kerja secara efektif agar terwujudnya produktivitas yang berkualitas tinggi dan tercapainya tujuan utama organisasi (Pupuh, 2012: 60-61). Teori McCelland berkaitan erat dengan konsep belajar dari kebudayaan. Adapun maksud dari ketiga kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Need for achievement adalah suatu keinginan untuk mengatasi/mengalahkan suatu tantangan, untuk kemajuan dan pertumbuhan; (2) Need for affiliation adalah dorongan untuk melakukan hubungan dengan orang lain; (3) Need for power adalah dorongan yang dapat mengendalikan suatu keadaan, dalam hal ini adalah kecenderungan untuk mengambil resiko dan menghancurkan rintangan yang terjadi ( Hasibuan, 1990: 185). McClelland dalam Gibson (1993: 97), menyatakan bahwa: “Ketika muncul suatu kebutuhan yang kuat di dalam diri seseorang, kebutuhan tersebut memotivasi dirinya untuk menggunakan perilaku yang dapat mendatangkan kepuasannya. Sebagai contoh, memiliki kebutuhan akan pencapaian yang tinggi mendorong seorang individu untuk menetapkan tujuan yang menantang, untuk bekerja keras demi mencapai tujuan tersebut, dan menggunakan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapainya.” Berdasarkan hasil penelitian, McClelland mengembangkan serangkaian faktor deskripsi yang menggambarkan seseorang dengan kebutuhan yang tinggi akan pencapaian. Hal tersebut adalah: 1. Suka menerima tanggung jawab untuk memecahkan masalah. 2. Cenderung menetapkan tujuan pencapaian yang moderat dan cenderung mengambil risiko yang telah diperhitungkan. 3. Menginginkan umpan balik atas kinerja. Tema utama dari teori McClelland adalah bahwa kebutuhan ini dipelajari melalui penyesuaian dengan lingkungan seseorang. Berdasarkan teori dan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas, penulis akan mengambil dimensi dari teori McClelland karena McClelland telah mengajukan teori motivasi yang secara dekat berhubungan dengan konsep pembelajaran. Dimensi motivasi tersebut terdiri atas: (1) Kebutuhan akan pencapaian/prestasi (need for achievement, n Ach); (2) Kebutuhan akan afiliasi /hubungan sosial (need for affiliation, a Aff); dan (3) Kebutuhan akan kekuasaan/dorongan untuk mengatur (need for power, n Pow).
71 B.
Teori Kompetensi Kompetensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu competence. Maknanya sama dengan being competent, sedangkan competent sama artinya dengan having ability, ability power, authority, skill knowledge, attitude, dan sebagainya. Dengan demikian, kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan seseorang di bidang tertentu. Jadi, kata kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau suatu keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 1 tentang Guru dan Dosen, Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan keprofesionalan. Dengan demikian, kompetensi guru merupakan karakteristik dasar yang ditunjukkan oleh guru dalam bentuk pernyataan, sikap dan tindakan, yang membentuk kepribadiannya yang mampu membedakan dirinya dengan orang lain dengan performansi tinggi atau rendah dalam melaksanakan tugasnya di bidang pekerjaan tertentu dalam lembaga pendidikan. Selanjutnya, dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 pasal 10 dan PP RI No. 19 Tahun 2005 pasal 28, disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. C.
Teori Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keefektifan berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. Adapun keefektifan artinya keadaan berpengaruh, hal mulai berlakunya (tentang undang-undang, peraturan) (Depdikbud, 1989: 219). Implementasi yang merupakan terjemahan dari kata ‘implementation’, berasal dari kata ‘to implementation’. Menurut Webster’s Dictionary dalam Tachjan (2006: 23), kata ‘to implement’ berasal dari bahasa latin ‘implementum’ dari kata ‘impere’ dan ‘plere’. Kata ‘implere’ dimaksudkan ‘to fill up’, ‘to fill in’ yang artinya mengisi penuh, melengkapi. Adapun ‘plere’ maksudnya ‘to fill’, yaitu mengisi. Selanjutnya, kata ‘to implement’ dimaksudkan sebagai: “(1) to carry into effect; to fulfill; accomplish. (2) to provide with the means for carrying out into effect or fulfilling; to give practical effect to. (3) to provide or equip with implements”. Pertama, ‘to implement’ dimaksudkan “membawa ke suatu hasil (akibat); melengkapi dan menyelesaikan”. Kedua, ‘to implement’ dimaksudkan “menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu; memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu”. Ketiga, ‘to implement’ dimaksudkan “menyediakan atau melengkapi dengan alat”. Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno (2001: 102) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai berikut: “Policy implementation encompasses those actions by public and private individuals (and group) that are directed at the achievement of goals and objectives set forth in prior policy decisions”. Definisi tersebut memiliki makna bahwa implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.
72 Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keefektifan implementasi kebijakan publik adalah suatu keadaan berpengaruh, hal mulai berlakunya tentang undang-undang/peraturan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Dalam implementasi kebijakan sertifikasi guru standar penilaian untuk menilai keefektifan kebijakan tersebut, yaitu dengan empat belas Penilaian Kinerja Guru (PKG). Selain itu, dalam Permenpan ini mengisyaratkan pula pentingnya kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Selain Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab IX Pasal 35 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Nasional, terdapat delapan standar pendidikan, yaitu: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan; dan (8) standar penilaian. Peneliti akan mengambil empat standar yang akan dijadikan dimensi yaitu standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, serta standar penilaian METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini, biasa digunakan selain untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, juga digunakan untuk analisis data yang bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2011: 8). Metode penelitian ini menggunakan metode survei, deskriptif, dan asosiatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Normalitas Data
Gambar 1. Normal Q-Q Plot of Motivasi Guru
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dari Normal Probability Plot atau Normal Q-Q Plot atas Variabel Motivasi Guru (X1) menunjukkan bahwa titik-titik nilai data terletak dalam satu garis lurus sehingga dapat disimpulkan bahwa Variabel Motivasi Guru (X1) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
73
Gambar 2. Normal Q-Q Plot of Kompetensi Guru
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dari Normal Probability Plot atau Normal Q-Q Plot atas Variabel Kompetensi Guru (X2) menunjukkan bahwa titik-titik nilai data terletak dalam satu garis lurus sehingga dapat disimpulkan bahwa Variabel Kompetensi Guru (X2) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Gambar 3. Normal Q-Q Plot of Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dari Normal Probability Plot atau Normal Q-Q Plot atas Variabel Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru (Y) menunjukkan bahwa titik-titik nilai data terletak dalam satu garis lurus sehingga dapat disimpulkan bahwa Variabel Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru (Y) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. B.
Analisis Korelasi Sederhana Correlations Motivasi Guru
Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru
1
.733**
Pearson Correlation Motivasi Guru
Sig. (2-Tailed) N
Pearson Correlation Keefektifan Implementasi Kebijakan Sig. (2-Tailed) Sertifikasi Guru N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.000 66
66
.733**
1
.000 66
66
74 Berdasarkan hasil pengolahan data atas variabel Motivasi Guru (X1) terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru (Y), hasil koefisiennya adalah: rX1Y = 0.733. Artinya, keeratan hubungan variabel Motivasi Guru terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru mempunyai hubungan kuat. Correlations Kompetensi Guru
Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru
1
.881**
Pearson Correlation Kompetensi Guru
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation Keefektifan Implementasi Kebijakan Sig. (2-tailed) Sertifikasi Guru N
66
66
.881**
1
.000 66
66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil pengolahan data atas variable Kompetensi Guru (X2) terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru (Y), hasil koefisien korelasinya adalah: rX2Y = 0.881. Artinya, keeratan hubungan variabel Kompetensi Guru terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru mempunyai hubungan sangat kuat. Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.892a
.797
.790
.75804
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Guru, Motivasi Guru b. Dependent Variable: Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru
Berdasarkan hasil pengolahan data atas variable Motivasi Guru (X1) dan Kompetensi Guru (X2) terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru (Y), hasil koefisien korelasinya adalah: rX1X2Y = 0.892. Artinya, keeratan hubungan variabel Motivasi Guru (X1) dan Kompetensi Guru (X2) terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru (Y) mempunyai hubungan sangat kuat. C.
Analisis Regresi Coefficientsa Model
1
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
(Constant)
12.796
2.778
Motivasi Guru
.881
.102
Standardized Coefficients
t
Sig.
4.606
.000
8.615
.000
Beta .733
a. Dependent Variable: Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru
75
Gambar 4. Grafik Regresi Sederhana X1 terhadap Y
1.
2.
3.
Hasil Persamaan Regresi tersebut dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut: Nilai konstanta sebesar 12.796. Artinya, jika Motivasi Guru nilai nya 0 (nol), maka nilai Keefektifan Implementasi Keijakan Sertifikasi Profesi Guru nilainya positif sebesar 12.796. Jika Motivasi Guru bernilai 0,881 artinya nilai X adalah 1 (satu), maka Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru akan mengalami peningkatan sebesar 0.881. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan yang positif antara Motivasi Guru dan Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Semakin tinggi Motivasi Guru, semakin meningkat pula Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
5.650
2.087
Kompetensi Guru
.853
.057
Standardized Coefficients
t
Sig.
2.707
.009
14.894
.000
Beta .881
a. Dependent Variable: Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru
Gambar 5. Grafik Regresi Sederhana X2 terhadap Y
76
1.
2.
3.
Hasil Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut: Nilai konstanta sebesar 5,560. Artinya, jika Kompetensi Guru nilai nya 0 (nol), maka nilai Keefektifan Implementasi Keijakan Sertifikasi Profesi Guru nilainya positif sebesar 5,560. Jika Kompetensi Guru bernilai 0,853 artinya nilai X adalah 1 (satu), maka Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru akan mengalami peningkatan sebesar 0.853. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan yang positif antara Kompetensi Guru dengan Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Semakin tinggi Kompetensi Guru, semakin meningkat pula Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Coefficientsa Model
1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
1.985
.051
B
Std. Error
Beta
(Constant)
4.151
2.091
Motivasi Guru
.248
.098
.206
2.518
.014
Kompetensi Guru
.710
.079
.733
8.965
.000
a. Dependent Variable: Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru
Gambar 6. Grafik Regresi Berganda X1 dan X2 terhadap Y
Nilai konstanta adalah sebesar 4,151. Angka ini berupa angka konstan yang mempunyai arti bahwa jika tidak ada tambahan satu Motivasi Guru dan Kompetensi Guru, maka keefektifan implementasi kebijakan Sertifikasi Profesi Guru akan berkurang sebesar 4,151. b = angka koefisien regresi sebesar + X1 (0,248) X2 (0,710). Angka tersebut mempunyai arti bahwa setiap penambahan 1 Motivasi Guru, maka Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru akan meningkat sebesar 0,248. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara Motivasi Guru dan Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Semakin meningkat Motivasi Guru, semakin baik Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Setiap
77 penambahan 1 Kompetensi Guru, maka Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru meningkat sebesar 0,710. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara Kompetensi Guru dan Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Semakin meningkat Kompetensi Guru, semakin baik Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Oleh karena itu persamaannya menjadi: Y = 4,151 + 0,248X1 + 0,710X2 D.
Uji Hipotesis Adapun perhitungan uji t dengan menggunakan Software SPSS 16 sebagai berikut: Coefficientsa Model
1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
12.796
2.778
Motivasi Guru
.881
.102
t
Sig.
4.606
.000
8.615
.000
Beta .733
a. Dependent Variable: Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru
Hipotesis o Ho = Koefisien regresi tidak signifikan o Ha = Koefisien regresi signifikan Keputusan o Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima. o Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. o t hitung = 8,615. o t tabel = untuk menghitung t tabel, kita menggunakan Interpolasi didapat hasil 1,998. Oleh karena t hitung (8,615) > t tabel (1,998), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, koefisien regresi signifikan.
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
-8,615
-1,998
0
+1,998
+8,615
Gambar 7. Kurva Daerah Penerimaan Ho untuk Uji Hipotesis 1
78 Coefficientsa Model
1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
5.650
2.087
Kompetensi Guru
.853
.057
t
Sig.
2.707
.009
14.894
.000
Beta .881
a. Dependent Variable: Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru
Hipotesis o Ho = Koefisien regresi tidak signifikan o Ha = Koefisien regresi signifikan Keputusan o Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima. o Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. o t hitung = 14,894. o t tabel = untuk menghitung t tabel, kita menggunakan Interpolasi didapat hasil 1,998. Oleh karena t hitung (14,894) > t tabel (1,998), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, koefisien regresi signifikan.
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
-14,894
-1,998
0
+1,998
+14,894
Gambar 8. Kurva Daerah Penerimaan Ho untuk Uji Hipotesis 2 ANOVAb
1
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
141.738
2
70.869
123.333
.000a
Residual
36.201
63
.575
Total
177.939
65
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Guru, Motivasi Guru b. Dependent Variable: Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru
Oleh karena nilai F hitung > F tabel, maka hipotesis yang diambil adalah: Ho = ditolak Ha = diterima
79 Artinya, bahwa ada hubungan secara signifikan antara integratif Motivasi Guru (X1) dan Kompetensi Guru (X2) terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru (Y). Oleh karena F hitung nilainya positif, maka berarti integratif Motivasi Guru dan Kompetensi Guru berhubungan positif dengan Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa integratif Motivasi Guru dan Kompetensi Guru mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Dengan kata lain, semakin baik Motivasi dan Kompetensi Guru, semakin meningkatkan Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaruh Motivasi Guru terhadap Keefektifan Implementasi mempunyai hubungan yang positif dan signifikan sehingga dapat dinyatakan bahwa hasil-hasil penelitian pada sampel berlaku kepada populasi. Positif terlihat dari korelasi Motivasi Guru terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru mempunyai nilai 0,733 yang berarti berkorelasi kuat. Koefisien Determinasi sebesar 53,7%, Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru ditentukan oleh Motivasi Guru dan sisanya ditentukan oleh Kompetensi Guru dan faktor lainnya. Koefisien regresi Motivasi Guru 0,881 dengan persamaan regresi Y = 12,796 + 0,881X1 adalah signifikan karena nilai t hitung > t tabel, yaitu sebesar 8,615 > 1,998 menunjukkan bahwa pengaruh Motivasi Guru adalah searah dengan Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Semakin tinggi Motivasi Guru, semakin baik atau tinggi Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. 2. Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru mempunyai hubungan yang positif dan signifikan sehingga dapat dinyatakan bahwa hasil-hasil penelitian sampel berlaku kepada populasi. Positif terlihat dari korelasi Kompetensi Guru terhadap keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru mempunyai nilai 0,881 yang berarti berkorelasi sangat kuat. Koefisien Determinasi sebesar 77,6%, Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru ditentukan oleh Kompetensi Guru dan faktor lainnya. Koefisien regresi Kompetensi Guru 0,853 dengan persamaan regresi Y = 5,650 + 0,853X2 adalah signifikan karena t hitung > t tabel, yaitu sebesar 14,894 > 1,998 menunjukkan bahwa pengaruh Kompetensi Guru adalah searah dengan Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. Semakin baik Kompetensi Guru, semakin baik atau tinggi Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. 3. Pengaruh serempak (integratif) Motivasi dan Kompetensi Guru terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru mempunyai hubungan yang positif dan signifikan sehingga dapat dinyatakan bahwa hasil-hasil penelitian pada sampel berlaku kepada populasi. Positif terlihat dari korelasi Motivasi dan Kompetensi Guru terhadap Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru mempunyai nilai 0,892 yang berarti berkorelasi sangat kuat. Koefisien Determinasi sebesar 79,56%,
80 Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi Guru ditentukan oleh Motivasi Guru dan Kompetensi Guru dan sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lainnya, koefisien regresi berganda Motivasi Guru dan Kompetensi Guru persamaan regresi Y = 4,151 + 0,248X1 + 0,710X2 adalah signifikan karena F hitung > t tabel, yaitu sebesar 123,33 > 3,14 menunjukkan bahwa pengaruh Motivasi Guru dan Kompetensi Guru adalah searah dengan Keefektifan Implementasi Kebijakan Sertifikasi Profesi guru. Semakin baik Motivasi dan Kompetensi Guru, semakin baik atau tinggi Keefektifan Implementasi kebijakan Sertifikasi Profesi Guru. B.
Saran Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang didukung oleh wawancara dengan informan dan pembahasannya serta kesimpulan yang telah diperoleh dalam penelitian ini, dapat direkomendasikan: 1. Bagi guru yang telah lulus sertifikasi profesi guru di Kecamatan Kebonpedes. a. Kedisiplinan guru dalam proses belajar mengajar perlu ditingkatkan karena kedisiplinan merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar. b. Guru harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik; mulai perencanaan, implementasi, sampai evaluasi. c. Profesionalisme dalam proses belajar mengajar perlu ditingkatkan agar guru kompeten dalam bidang keguruan. 2. Ditujukan kepada Dinas Pendidikan UPTD Kecamatan Kebonpedes. a. Pengawasan para guru yang tersertifikasi profesi perlu ditingkatkan untuk mendorong kinerja guru agar lebih baik. b. Pembinaan dan pengembangan profesi guru perlu ditingkatkan agar kompetensi guru lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Anderson, James. A dan David W. Brady, Charles S. Bullock III, Joseph Stewart. Jr. 1984. Public Policy and Politics in America. California: Cole Publishing Company. Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Abdul Safrudin. tt. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Badudu, Yus. 1984. Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima. Bromley, Daniel W. 1989. Economic Interest and Institutions: The Conceptual Foundations of Public Policy. New York: Basil Blackwell Ltd. Dahlan Al-Bahri, M. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. Danin, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia. Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dunn, Willian N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: UGM. Elliot, Adrew. J, and Dweck, Carlos. S. tt. Competences and Motivation. New York: The Guilford Press. Emilia, Emi. 2009. Menulis Tesis dan Desertasi. Bandung: Alfabeta. Fathurrohman, Pupuh. 2012. Guru Profesional. Bandung: Refika Aditama.
81 Gibson, L. James & M. Ivancevich, John & H. Donnely, James. 1993. Organisasi dan Manajemen. Terjemahan Djoerban Wahid. Jakarta: Erlangga. Hasibuan, Malayu. S.P. 1984. Manajemen (Dasar, Pengertian dan Masalah). Jakarta: Masagung. Hoogerwert, A. 1983. Ilmu Pemerintahan. Terjemahan R.L.L. Tobing. Jakarta: Erlangga. Ivancevich, John M & Konopaske, Robert & Matteson, Michael T. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Terjemahan Gina Gania. Jakarta: Erlangga. James E. Anderson, David W. Brady, Charles S. Bullock III, Joseph Stewart. Jr. 1984. Public Policy and Politics in America. California: Cole Publishing Company. Jauhari, Heri. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Keban, T. Yeremias. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep. Teori dan Isu. Yogyakarta: Gava Media. Kochler, J. W. K. Anatol, W. E., Applbaum, L. Ronald. 1976. Organizational Communication. New York-Chichago-sanfrancisco-Atlanta-Dallas-Motreal-TorontoLondon-Sydney: Holt, Rinchart, and Winstone. Kunandar. 2007. Guru Profesional. Malang: Rajawali Press. Muhaimin. 2003. Strategi Belajar Mengajar (Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama). Surabaya: Citra Media. Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya. Nasution. 1991. Metode Research. Bandung: Jemaiss. Nawawi. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. Nurdin, Syafruddin. 2005. Guru Profesional dan Implmentasi Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching. Oei, Istijanto. 2010. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Palan Ph. D, R. 2007. Competency Management (Teknik Mengimplementasikan Manajemen SDM Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Daya Saing Organisasi). Penerjemah Octa Melia Jalal, S.H., M.M., M.A. Jakarta: PPM. Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Sarwono, Jonathan. tt. Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Bandung: Andi Offset. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. Soedibjo, Bambang. 2005. Pengantar Metode Penelitian. Bandung: STIE STIMIK PASIM. Sudarwan Denim. 2002. Inovasi Pendidikan (Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan). Bandung: Pustaka Setia. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumantri, Suryana. 2001. Konstruksi Identitas Guru Profesional. Bandung: Unpad. Suryadi, Ace dan Wiana Mulyana. 1993. Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Jakarta: Cardimas Metropole. Suyanto dan Hisyam, Djihad. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adi Cita.
82 Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI. Tim Dosen STISIP Widyapuri Mandiri. 2013. Panduan Penyusunan dan Teknik Penulisan Tesis. Sukabumi: STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi. Uma, Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi ke-4. Buku ke-2. Jakarta: Salemba Empat. Uyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Uzer, Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wahab, Solichin Abdul. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM. Wibawa, Basuki. 2005. Manajemen Pendidikan Teknologi dan Pendidikan. Jakarta: ISBN. Wijaya, Cece, Tabrani Rusyan. 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam PBM. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wilson, G. L. Goodall, H. L., Jr. Waagen, C. L., 1986. Organizational Communication. New York. Haper & Row Publiser. Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2009 tentang Guru. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan. Media Cetak Suara Merdeka, 1 Oktober 2010. Sutipto dalam Jurnalnet, 16 Oktober 2005. Tempo Interaktif, 5 Januari 2006. Sumber Internet http://jodenmot.wordpress.com/2012/12/29/teori-peran-pengertian-definisi.