PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP KREATIVITAS BERPIKIR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Kabupaten Tebo Provinsi Jambi )
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Kegiatan Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan 2015
Oleh EKA LISMAYA SARI, M.Pd NIP. 19850124 200804 2 001
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 11 KABUPATEN TEBO KECAMATAN RIMBO BUJANG, PROVINSI JAMBI 2015
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Kreativitas Berpikir dan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear” disusun dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran dan untuk mengikuti kegiatan Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan 2015.
Pada penyelesaian laporan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan dukungan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan dukungan yang diberikan baik berupa moril maupun materil kepada: 1.
Ibu Witentireli, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 11 Kabupaten Tebo, Kecamatan Rimbo Bujang, Provinsi Jambi.
2.
Dewan Guru SMA Negeri 11 Kabupaten Tebo.
3.
Seluruh siswa SMA Negeri 11 Kabupaten Tebo.
4.
Semua pihak yang telah membantu secara langsung ataupun tidak langsung dalam penyusunan laporan penelitian. Akhirnya kepada Allah SWT penulis memohon ampun dan do’a semoga bantuan,
bimbingan, arahan, masukan, koreksi dan dukungan yang Bapak dan Ibu berikan mendapat balasan yang berlipat ganda dari-Nya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima dengan senang hati saran-saran dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan laporan penelitian ini sehingga bermanfaat dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran matematika.
Muara Tebo, 29 Oktober 2015
EKA LISMAYA SARI, M.Pd
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
iv
ABSTRAK .........................................................................................................................
v
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...............................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................
3
: KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ...........................................................................................
5
B. Kreativitas ..............................................................................................
5
C. Model Problem Based Instruction (PBI) ...............................................
6
: HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .......................................................................................
9
B. Pembahasan ............................................................................................
13
: KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN .....................................................................................
20
B. SARAN ..................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ABSTRAK
Pengaruh Model Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Kreativitas Berpikir dan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear
Oleh: Eka Lismaya Sari, M.Pd
Kata kunci: Model Problem Based Instruction (PBI), Kreativitas Berpikir, Hasil Belajar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model PBI terhadap hasil belajar matematika berdasarkan kreativitas berpikir. Penelitian menggunakan metode eksperimen semu dengan populasi siswa kelas X yang terdiri dari empat kelas. Sampel adalah kelas X.4 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.3 sebagai kelas kontrol yang dipilih dengan metode random sampling. Pengumpulan data menggunakan angket kreativitas berpikir dan tes hasil belajar matematika. Hasil analisis data memperlihatkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir tinggi yang diajar dengan model PBI lebih baik dari pada yang diajar dengan model konvensional dan terdapat interaksi antara kreativitas berpikir dengan model pembelajaran dalam mempengaruhi hasil belajar matematika. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model PBI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika memegang peranan strategis dalam pengembangan sains dan teknologi. Matematika mempunyai sifat universal yang mendasari perkembangan teknologi modern yang memiliki karakteristik menuntut kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan inovatif. Konsep-konsep matematika dapat digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi intelektual yang ada dalam dirinya serta memudahkan mempelajari bidang-bidang ilmu lain. Mengingat pentingnya peran mata pelajaran matematika dalam pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik dan pengembangan sains dan teknologi, maka proses pembelajaran di sekolah harus menjadi perhatian bagi guru. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pembelajaran matematika di sekolah harus mampu melakukan inovasi pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk belajar lebih aktif, kreatif, dan sistimatis dalam menemukan pengetahuan matematika secara mandiri. “Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemadirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik” (Depdiknas, 2007:1). Ini berarti bahwa peserta didik dituntut untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman pembelajaran yang diberikan oleh guru. Depdiknas (2003:1) menjelaskan tujuan pembelajaran matematika berikut ini. (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan dunia yang selalu berkembang, melalui bertindak, dan berpikir logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. (2) Menyiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Kenyataan yang terjadi di lapangan saat ini menunjukkan kondisi yang berbeda dengan situasi yang diharapkan. Pencapaian tujuan pembelajaran matematika sebagaimana tersebut di atas belum memuaskan. Yang terjadi di sekolah, penguasaan matematika siswa masih rendah, kreativitas berpikir siswa dalam belajar matematika sangat kurang, aktivitas belajar siswa juga rendah, sehingga hasil belajar matematika juga rendah.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya berkaitan dengan proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMAN 11 Tebo. Diketahui bahwa banyak siswa yang kurang berminat untuk belajar matematika. Keadaan ini terlihat dari kurangnnya aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Saat guru menjelaskan mendengar. Dalam belajar
siswa hanya duduk dan
siswa tidak dituntut berpikir serta membangun sendiri
pengetahuannya. Siswa tidak mempunyai kesempatan untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya, dengan kata lain siswa hanya menerima saja materi ajar yang diberikan. Dari hasil wawancara dengan beberapa orang siswa, didapatkan bahwa pada umumnya siswa menganggap pelajaran matematika itu sulit. Lebih jauh siswa menutur bahwa mereka tidak mengerti dengan materi yang dipelajari. Menurut siswa, matematika penuh dengan rumus-rumus dan tidak bermakna, sehingga setiap jam pelajaran matematika sering ditemukan siswa yang selalu melihat ke jam tangannya, menunggu jam pelajaran matematika habis. Pada dasarnya, belajar lebih sekedar mengingat. “Bagi siswa agar benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, siswa harus bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya sendiri dan selalu bergulat dengan ide-ide” (Nur,2000:1). Oleh sebab itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa bisa membuat siswa lebih berminat untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dimilikinya dalam belajar matematika. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, siswa bisa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya dan bisa mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya, serta mendorong siswa membuka cakrawala berpikir, mengembangkan ide-ide serta bisa meningkatkan kreativitas berpikir mereka. Salah satu alternatif yang diyakini dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas berpikir siswa adalah dengan menerapkan model Problem Based Instruction (PBI). Dalam pembelajaran model PBI, siswa diberikan suatu masalah yang autentik dan bermakna
yang dapat memberikan kemudahan
kepada siswa untuk
melakukan penyelidikan dan inquiri. Dengan mencari penyelesaian dari suatu masalah, bisa menuntut siswa untuk berpikir, mengembangkan ide-idenya dan bahkan membuka cakrawala berpikir yang lebih luas. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti proses pembelajaran dengan model PBI ini dalam suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh
Model Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Kreativitas Berpikir dan Hasil Belajar MatematikA Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model PBI lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional? 2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir tinggi yang diajar dengan model PBI lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir tinggi yang diajar dengan model pembelajaran konvensional? 3. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir sedang yang diajar dengan model PBI lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir sedang yang diajar dengan model pembelajaran konvensional? 4. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir rendah yang diajar dengan model PBI lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir rendah yang diajar dengan model pembelajaran konvensional? 5. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas berpikir dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pembatasan masalah dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya: 1. Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model PBI dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. 2. Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir tinggi yang diajar dengan model PBI dengan hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir tinggi yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. 3. Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir sedang yang diajar dengan model PBI dengan hasil belajar matematika siswa yang
mempunyai kreativitas berpikir sedang yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. 4. Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir rendah yang diajar dengan model PBI dengan hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir rendah yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. 5. Interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas berpikir siswa dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh atau dikuasai sebagai hasil dari adanya proses belajar. Menurut Hamalik (2000: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur, yang berbentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya. Menurut Imam (dalam Awal Fajri, 2004: 32) hasil belajar adalah prestasi yang dicapai secara maksimal, sedangkan belajar merupakan proses atau kegiatan yang dijalankan secara sadar untuk mendapatkan perubahan baik dalam pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yang berupa bertambahnya pengetahuan (kognitif), perubahan sikap dan nilai-nilai (afektif) dan semakin bertambahnya keterampilan (psikomotor) seseorang sebagai akibat dari pengalaman belajar yang dilakukannya, yang dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
B. Kreativitas Kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Pada umumnya orang menghubungkan kreativitas dengan produk kreasi. Dengan perkataan lain, produk-produk kreasi itu merupakan hal yang penting untuk menilai kreativitas. Ada bermacam-macam pengertian kreativitas yang dikemukakan oleh para ahli yang dapat memperjelas dan saling melengkapi pengertian kreativitas itu. Slameto (1995:145) mengatakan bahwa pada hakekatnya pengertian kreativitas berhubungan dengan penemuan sesuatu dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Senada dengan hal ini Munandar (1988:8) mengemukakan pengertian kreativitas sebagai berikut: Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Ciptaan ini tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin
saja gabungannya, kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya. Dari beberapa pendapat tentang kreativitas yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan kreasi, gagasan atau ide baru relatif bagi diri sendiri serta menerapkannya dalam pemecahan masalah, sehingga dapat memberikan kepuasan suatu kebutuhan sendiri. Kreativitas mempunyai ruang lingkup yang luas, sehingga ciri-ciri seseorang yang dikatakan kreatif itu sendiri juga sangat banyak, tergantung dari perspektif mana kita melihatnya. Untuk lebih terfokus, maka berikut akan dikemukakan ciri-ciri orang kreatif (Kusmawan, 1995:12) yang berkaitan dengan proses belajar, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi Berfikir fleksibel atau luwes Keinginan untuk menemukan dan meneliti Cenderung menyukai tugas yang lebih berat dan sulit Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan Percaya pada diri sendiri Kemampuan membuat analisis dan sintesis Memiliki daya abstraksi yang cukup tinggi
Adapun angket kreativitas berpikir siswa disusun berdasarkan ciri-ciri individu kreatif di atas.
C. Model Problem Based Instruction (PBI) PBI merupakan suatu pembelajaran yang diawali dengan penyajian suatu masalah yang autentik dan bermakna kepada siswa sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan dan menemukan penyelesaian masalah oleh mereka sendiri. PBI dicirikan oleh siswa bekerja dengan pasangan/kelompok kecil untuk melakukan penyelidikan masalah-masalah kehidupan nyata. Dalam kegiatan pembelajarannya, model PBI menurut Ibrahim (2000:5) memiliki lima ciri-ciri khusus, yaitu: a.
Pengajuan pertanyaan atau masalah Masalah yang disajikan berupa situasi kehidupan nyata autentik yang menghindari jawaban sederhana dan memberikan berbagai macam solusi.
b.
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Meskipun PBI berpusat pada satu mata pelajaran, masalah yang diselidiki hendaknya benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa maninjau masalah tersebut dari banyak mata pelajaran.
c.
Penyelidikan autentik PBI mengharuskan siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah nyata.
d.
Menghasilkan produk/karya dan menampilkannya PBI menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
e.
Kerja sama Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inquiri dan dialog serta mengembangkan keterampilan social dan keterampilan berpikir siswa. Model pembelajaran PBI lebih menekankan pada peningkatan keterampilan
berpikir dan bernalar siswa dalam memecahkan masalah melalui kegiatan penyelidikan. Pada akhirnya siswa diharapkan menjadi pebelajar yang mandiri dan tidak terlalu bergantung pada guru. Model PBI dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Adapun tujuan yang dicapai dengan pembelajaran model PBI menurut Ibrahim (2000:7) adalah: a. Keterampilan berpikir dan pemecahan masalah. PBI memungkinkan siswa mencapai keterampilan berpikir tingkat tinggi. b. Pemodelan peranan orang dewasa. PBI membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar pentingnya peran orang dewasa. c. Pebelajar yang otonom dan mandiri. PBI memungkinkan siswa menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri melalui bimbingan guru dalam mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh siswa sendiri, dan belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Lebih lanjut Ibrahim (2000:12) menjelaskan tahap utama (sintaks) proses pembelajaran model PBI, yang dimulai dengan pengajuan masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja siswa. Lima tahap tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.
Sintaks model PBI Tingkah laku guru kepada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Mengorganisasikan siswa Guru membantu siswa mendefiuntuk belajar nisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Membimbing penyelidikan Guru mendorong siswa untuk individual maupun mengumpulkan informasi yang kelompok sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan pemecahan masalah. Mengembangkan dan me- Guru membantu siswa dalam nyajikan hasil karya merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Menganalisis dan meng- Guru membantu siswa untuk evaluasi proses pemecahan melakukan refleksi atau evaluasi masalah terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
1. Orientasi masalah
2.
3.
4.
5.
Tahap siswa
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pada bab ini disajikan data hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil belajar matematika yang diperoleh diklasifikasikan atas empat kelompok yaitu data hasil belajar matematika secara keseluruhan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, data hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas tinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, data hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas sedang pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan data hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas rendah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 1. Hasil Belajar Matematika Siswa Secara Keseluruhan Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data hasil belajar matematika siswa secara keseluruhan di kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada diagram berikut: 87,5
90 75
80
66,89
70
56,69
60
42,5
50
Ekperimen 32,5
40
Kontrol
30
11,34 11,35
20 10 0 X max
X min
Rerata
S
Dari diagram terlihat skor maksimum, skor minimum dan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari skor maksimum, skor minimum dan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas kontrol. Sedangkan simpangan baku skor siswa pada kelas eksperimen lebih rendah dari simpangan baku skor siswa pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran nilai siswa pada kelas kontrol sedikit lebih seragam dibandingkan dengan persebaran nilai siswa pada kelas eksperimen. Terdapat 13 orang siswa atau 35,14 % yang memperoleh skor kurang dari KKM yang ditetapkan yaitu 65. Siswa yang memperoleh skor rendah pada
kelas eksperimen pada waktu belajar dalam kelompok terlihat cukup aktif berinteraksi, mengeluarkan pendapat, bertanya dan memberikan bantuan kepada teman dalam kelompoknya. Begitu juga pada saat presentasi di depan kelas, terlihat sering bertanya atau memberikan tanggapan. Tetapi mereka memperlihatkan sikap ceroboh, tidak teliti dan agak takabur pada waktu menjawab tes, sehingga hasil belajarnya kurang optimal. Namun secara rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Di kelas kontrol skor tertinggi 75 dan terendah 32,5. Perbedaan terhadap skor rata-ratanya lebih rendah dari pada kelas eksperimen. Tetapi terdapat 25 orang siswa atau 67,57 % siswa memperoleh skor di bawah KKM.
2. Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mempunyai Kreativitas Tinggi Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data hasil belajar siswa yang mempunyai kreativitas tinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada diagram berikut: 87,5
90 75
80
78 67,5
70,25 65
70 60 50
Eksperimen
40
Kontrol
30 20
6,21
3,62
10 0 X max
X min
Rata-rata
S
Pada diagram terlihat bahwa skor maksimum, skor minimum dan skor rata-rata yang diperoleh siswa yang mempunyai kreativitas berpikir tinggi pada kelas eksperimen lebih tinggi dari skor maksimum, skor minimum dan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas kontrol. Sedangkan simpangan baku skor siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada simpangan baku skor siswa kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa persebaran nilai siswa pada kelas eksperimen lebih seragam dibandingkan persebaran nilai siswa pada kelas kontrol.
3. Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mempunyai Kreativitas Sedang Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data hasil belajar siswa yang mempunyai kreativitas sedang pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada diagram berikut: 77,5 67,5
60
69,41 60
50 40
53,82
42,5
Eksperimen
30
Kontrol
20 4,8
10
6,8
0 X max
X min
Rata-rata
S
Dari diagram di atas terlihat bahwa skor maksimum, skor minimum dan skor rata-rata yang diperoleh siswa yang mempunyai kreativitas berpikir sedang pada kelas eksperimen lebih tinggi dari skor maksimum, skor minimum dan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas kontrol. Sedangkan simpangan baku skor siswa pada kelas eksperimen lebih rendah dari pada simpangan baku skor siswa kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa persebaran nilai siswa pada kelas kontrol lebih seragam dibandingkan dengan persebaran nilai siswa pada kelas eksperimen. Terdapat 3 orang siswa atau 17,65 % yang memperoleh skor kurang dari KKM. Namun secara skor ratarata kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Di kelas kontrol skor tertinggi 67,5 dan terendah 42,5. Perbedaan terhadap skor rata-ratanya lebih tinggi daripada kelas eksperimen sehingga simpangan baku menjadi lebih besar. Terdapat 15 orang siswa atau 88,24 % siswa memperoleh nilai dibawah KKM.
4. Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mempunyai Kreativitas Rendah Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data hasil belajar siswa yang mempunyai kreativitas rendah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada diagram berikut:
60
57,5
60
51,5
50
45,75
42,5
40
32,5
Eksperimen
30
Kontrol
20 8,34 4,74
10 0 X max
X min
Rata-rata
S
Dari diagram terlihat bahwa skor maksimum, skor minimum dan skor rata-rata yang diperoleh siswa yang mempunyai kreativitas berpikir rendah pada kelas eksperimen lebih tinggi dari skor maksimum, skor minimum dan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas kontrol. Sedangkan simpangan baku skor siswa pada kelas eksperimen lebih rendah dari pada simpangan baku skor siswa kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa persebaran nilai siswa pada kelas kontrol lebih seragam dibandingkan dengan persebaran nilai siswa pada kelas eksperimen. Tetapi semua siswa atau 100 % siswa memperoleh skor di bawah KKM. Namun secara skor ratarata kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Di kelas kontrol skor tertinggi 57,5 dan terendah 32,5. Perbedaan terhadap skor rata-ratanya lebih tinggi daripada kelas eksperimen sehingga simpangan baku menjadi lebih besar. Untuk kelas kontrol juga 100 % siswa memperoleh nilai dibawah KKM. Selain itu berdasarkan deskripsi data, pembelajaran dengan menggunakan model PBI nilai rata-rata hasil belajar matematika kelompok siswa yang memiliki kreativitas berpikir tinggi 78, rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir sedang 69,41 dan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir rendah 51,5. Sedangkan pembelajaran dengan model konvensional rata-rata hasil belajar matematika kelompok siswa yang memiliki kreativitas berpikir tinggi 70,25, rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir sedang 53,82 dan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir rendah 45,75. Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut.
90 80 70 60 50
Eksperimen
40
Kontrol
30 20 10 0 Tinggi
Sedang
Rendah
Grafik memperlihatkan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang memiliki kreativitas berpikir tinggi dengan pembelajaran model PBI lebih tinggi dari skor rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Begitu juga skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang memiliki kreativitas berpikir sedang dan rendah menggunakan pembelajaran model PBI lebih tinggi dari skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas berpikir dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Interaksi antara dua variabel bebas bisa terjadi apabila terjadi pengaruh yang berbeda dari salah satu diantara kedua variabel bebas itu pada tingkatan yang berbeda dari variabel lainnya. Grafiknya tidak membentuk dua buah garis yang saling sejajar berarti terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas terhadap hasil belajar matematika siswa.
B. Pembahasan. Hasil belajar matematika siswa SMA Negeri 11 Tebo yang diteliti menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan model Problem Based Instruction (PBI) baik secara keseluruhan, kelompok siswa yang mempunyai kreativitas tinggi, kelompok siswa yang mempunyai kreativitas sedang dan kelompok siswa yang mempunyai kreativitas rendah lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Secara empiris ini terbukti dari hasil uji hipotesis yang telah dikemukakan di atas. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut akan dilakukan pembahasan. Pembahasannya dikaitkan dengan teori yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu.
1. Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Model PBI Lebih Baik daripada Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Konvensional. Hasil pengujian hipotesis pertama mengungkapkan bahwa secara keseluruhan hasil belajar matematika kelompok siswa yang menggunakan model PBI lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Model PBI dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim, 2000:7). Proses pemecahan masalah dilakukan secara berkelompok, siswa bekerjasama seacara aktif dengan masingmasing anggota dalam kelompok dengan bantuan guru. Setiap anggota kelompok harus dapat mengkonstruksi pengetahuan, menyadari bahwa setiap anggota kelompok saling ketergantungan yang positif satu sama lain, mempunyai tanggung jawab individual terhadap keberhasilan kelompok dan memiliki peluang yang sama untuk berhasil. Dengan demikian konsep-konsep matematika dapat dipahami oleh setiap anggota kelompok dalam suasana yang kondusif sehingga dapat bertahan dalam struktur kognitif siswa. Sesuai dengan pendapat Vygotsky (Nur Asma, 2008:38) yang mengatakan bahwa interaksi sosial memacu timbulnya ide baru dan memperkaya pengembangan intelektual siswa. Bagi siswa yang berkemampuan rendah akan terbantu karena pembelajaran dengan model PBI melatih siswa bersosialisasi dengan anggota kelompok dalam menemukan solusi dari masalah yang diajukan. Di samping itu siswa terlatih untuk bertanggungjawab atas jawaban yang mereka ajukan sekaligus melatih keberanian
mengajukan pendapat
karena
pembelajaran
model ini
mengharuskan siswa menampilkan karya atau hasil kerja mereka di depan kelas. Hal ini dapat meningkatkan interaksi dan sosialisasi sesama siswa serta leluasa mengemukakan pendapat sehingga mendorong peningkatan hasil belajar. Berbeda dengan pembelajaran model PBI, model pembelajaran konvensional menempatkan siswa sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Pada umumnya penyampaian pelajaran menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan penugasan. Guru selalu mendominasi kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa lebih banyak menerima dari guru. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Djaafar (2001:3) yang mengatakan bahwa strategi belajar konvensional merupakan strategi yang berorientasi pada guru, dimana hampir seluruh kegiatan belajar mengajar dikendalikan penuh oleh guru. Tidak ada kesempatan bagi siswa untuk ikut member kontribusi terhadap penemuan pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil pembelajaran. Pada model pembelajaran konvensional informasi dan penjelasan oleh guru dilakukan secara menyeluruh dan klasikal. Siswa dianggap memiliki kemampuan yang sama dan mengabaikan perbedaan karakteristik siswa. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional cenderung tidak percaya diri, tidak punya kreativitas, hanya menunggu informasi dari guru dan tidak terbiasa bekerja keras, belajar mandiri menemukan sendiri pengetahuan. Hal ini jelas terlihat pada waktu penelitian berlangsung, siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional menunjukkan sikap pasif. Siswa mendengar penjelasan guru, mencatat contoh-contoh penyelesaian soal yang diberikan guru, menjawab pertanyaan guru jika guru bertanya. Tidak punya inisiatif untuk melakukan komunikasi dengan sesama siswa untuk mambahas hal-hal yang berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Kemudian mengerjakan latihan yang ditugaskan guru. Jika ada soal-soal latihan yang tidak dapat dijawab oleh siswa, langsung ditanyakan kepada guru, dengan Tanya jawab guru membahasnya bersama siswa. Di sini terlihat bahwa siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional memang bersifat pasif, tidak punya keinginan untuk mengembangkan kreativitasnya. Ilmu yang diperoleh hampir semuanya berasal dari guru, dari hafalan dan dari latihan-latihan. Guru menjadi penentu jalannya pembelajaran sehingga tidak ada kegiatan pembelajaran kalau tidak ada guru. Dominasi guru dalam pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa kurang berperan aktif dan lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan, karena pada pembelajaran konvensional siswa berperan sebagai obyek belajar pasif yang kegiatannya mendengar uraian guru, belajar sesuai dengan kecapatan guru mengajar dan mengikuti tes atau ulangan mengenai bahan yang dipelajari (Nasution, 1995:209). Pada saat penemuan konsep semua kegiatan pembelajaran diprakarsai oleh guru. Akibatnya konsep-konsep matematika relatif tidak berkembang secara kondusif dan tidak mampu bertahan dalam struktur kognitif siswa untuk jangka waktu yang lama. Sehingga kurang dapat mendukung peningkatan hasil belajar matematika siswa.
2. Hasil Belajar Matematika Kelompok Siswa yang Mempunyai Kreativitas Berpikir Tinggi yang Diajar dengan Model PBI Lebih Baik daripada Hasil Belajar Matematika Siswa yang mempunyai Kreativitas Berpikir Tinggi yang Diajar dengan Model Pembelajaran Konvensional. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa secara umum kelompok siswa yang mempunyai kreativitas tinggi memperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan model PBI dari pada menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan pembelajaran model PBI siswa yang memiliki kreativitas tinggi dapat meningkatkan keaktifannya dalam belajar. Siswa akan mencurahkan perhatian dan pikirannya dengan sungguh-sungguh untuk memahami konsep-konsep matematika yang dipelajarinya. Seperti yang diungkapkan oleh Hamzah B. Uno (2006:28) sesuatu dapat menjadi belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai rasa ingin tahu untuk belajar sesuatu. Dengan perkataan lain rasa ingin tahu danak yang dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Dengan tingginya rasa ingin tahu, kegiatan belajar siswa cenderung meningkat, dalam arti siswa aktif dan sungguh-sungguh belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan, tidak merasa puas bila belum memahami dan menguasai konsep-konsep yang sedang dipelajari. Kondisi seperti ini akan lebih baik lagi bila didukung dan difasilitasi dengan diterapkannya model PBI. Pembelajaran model PBI menekankan pada interaksi yang sinergi, tanggung jawab individual dan kerja sama antara siswa dengan siswa dalam kelompoknya untuk mempelajari suatu materi pelajaran. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi mampu menelusuri pengetahuan yang dicarinya dengan cara melakukan penyelidikan serta mencurahkan ide-idenya. Karena siswa yang mempunyai kreativitas tinggi tidak akan merasa puas apabila dia belum menemukan apa yang dicarinya. Pada model pembelajaran konvensional siswa yang memiliki kreativitas tinggi kesempatannya
mencari,
menemukan
dan
memahami
konsep-konsep
serta
memecahkan masalah sendiri atau berkolaborasi dengan teman sangat terbatas, karena dominasi guru dalam pembelajaran. Sementara siswa terkondisi menerima pelajaran dengan pasif, sebagaimana diungkapkan oleh Djaafar (2001:3) yang mengatakan pembelajaran konvensional ditafsirkan memasukkan isi atau bahan dari buku kepada siswa hingga mereka dapat mengeluarkan kembali segala informasi
waktu dites. Akan tetapi peengetahuan yang dimiliki yang dikeluarkan pada waktu menjawab tes itu lebih banyak berasal dari mengingat, menghafal dan dari latihanlatihan. Keadaan ini akan berdampak bagi kurangnya kreativitas siswa dalam mencurahkan berbagai ide di saat menyelesaikan permasalahan. Guru menyajikan pelajaran secara klasikal, siswa dianggap memiliki kemampuan yang sama. Perbedaan individual kurang diperhatikan guru. Pada saat penemuan konsep semua kegiatan pembelajaran diprakarsai guru, sedangkan siswa dihadapkan pada situasi menerima apa yang dipolakan guru. Jadi model pembelajaran konvensional kurang mendukung dan memfasilitasi peningkatan aktivitas belajar siswa yang mempunyai kreativitas tinggi. Hal ini menyebabkan konsep-konsep matematika yang dipelajari relatif kurang berkembang dan tidak dapat bertahan dalam struktur kognitif siswa. Dengan demikian siswa yang memiliki kreativitas tinggi tidak dapat mengembangkan diri secara optimal, sehingga kurang mendukung peningkatan hasil belajar matematika siswa. 3. Hasil Belajar Matematika Kelompok Siswa yang Mempunyai Kreativitas Berpikir Sedang yang Diajar dengan Model PBI Lebih Baik daripada Hasil Belajar Matematika Siswa yang mempunyai Kreativitas Berpikir Sedang yang Diajar dengan Model Pembelajaran Konvensional. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa secara umum kelompok siswa yang mempunyai kreativitas sedang memperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan model PBI dari pada menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan pembelajaran model PBI siswa yang memiliki kreativitas sedang dapat meningkatkan keaktifannya dalam belajar. Siswa akan berusaha mencurahkan semua ide-ide yang dipikirkannya. Kemudian siswa bebas untuk meneliti kembali penyelesaian masalah yang telah didiskusikan. Sehingga siswa tidak merasa di otoriter oleh seseorang. Berbeda dengan pembelajaran model konvensional, siswa cenderung menerima apa yang disampikan guru. Pembelajaran hanya terpusat pada guru, sementara siswa hanya mendengar, mengerjakan tugas. Kebebasan mereka untuk menyalurkan ide-ide sangat terbatas sekali. Sehingga ilmu yang mereka dapatkan hanya sebatas ingatan sesaat, pengetahuannya tidak dapat terstruktur dengan baik, sehingga cepat lupa. Hal ini mengakibatkan model pembelajaran konvensional tidak dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
4. Hasil Belajar Matematika Kelompok Siswa yang Mempunyai Kreativitas Berpikir Rendah yang Diajar dengan Model PBI Lebih Baik daripada Hasil Belajar Matematika Siswa yang mempunyai Kreativitas Berpikir Rendah yang Diajar dengan Model Pembelajaran Konvensional. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa secara umum kelompok siswa yang mempunyai kreativitas rendah memperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan model PBI dari pada menggunakan model pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran model PBI siswa yang mempunyai kreativitas berpikir rendah dapat terbantu melalui interaksi yang sinergi dan kerjasama secara aktif dengan temannya dalam kelompok pada saat berdiskusi dan memecahkan masalah. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nur Asma (2008:3) bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling berdiskusi dan melakukan penyelidikan terhadap masalah tersebut. Selain itu dalam pembelajaran model PBI individu siswa lebih diperhatikan, kebebasan siswa dalam belajar lebih tinggi dan tidak terikat dengan aturan-aturan klasikal. Hal ini menyebabkan model PBI dapat mengembangkan struktur kognitif siswa yang mempunyai kreativitas rendah sehingga mendorong pemingkatan hasil belajar siswa secara signifikan. Pada pembelajaran konvensional yang menempatkan siswa sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif, belajar lebih banyak secara individual, teoritis dan abstrak, pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain dan diperoleh melalui menghafal dan latihan-latihan (Wina Sanjaya, 2006:259) membuat siswa yang mempunyai kreativitas berpikir rendah tidak tertarik mengikuti pelajaran dengan baik, tidak berusaha keras mengikuti pembelajaran matematika karena memang tidak berminat dengan gaya pembelajaran konvensional tersebut. Di samping itu pada pembelajaran konvensional kesempatan siswa untuk mengajukan ide yang mereka miliki terbatas, sehingga kreativitas yang dimiliki siswa terhambat. Akibatnya, struktur kognitif siswa tidak dapat berkembang secara optimal yang pada akhirnya kurang mendukung peningkatan hasil belajar matematika. 5. Terdapat Interaksi Antara Kreativitas Berpikir dan Model Pembelajaran Dalam Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika Hasil perhitungan ANAVA dua arah untuk pengujian hipotesis kelima menyimpulkan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas berpikir, karena Fhitung > Ftabel. Dengan demikian hipotesis kelima yang berbunyi terdapat
interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas berpikir dalam mempengaruhi hasil belajar matematika diterima. Berarti efek utama faktor model pembelajaran dan kreativitas berpikir masing-masing sejalan dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa atau terdapat pengaruh dari interaksi antara model pembelajaran dan kategori kreativitas berpikir terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. Dengan demikian, pembelajaran model PBI cocok/sesuai untuk kategori kreativitas berpikir tinggi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas berpikir dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa antara lain disebabkan 1) Dalam pembelajaran model PBI tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari dapat meningkat, dengan adanya penyelidikan sehingga siswa menemukan sendiri solusi dari masalah yang diajukan. Penyelidikan ini membuat kreativitas siswa berkembang sehingga materi yang dipelajari lama diingat siswa. 2) Keterampilan sosial siswa berkembang dengan baik, misalnya dalam melakukan kerjasama untuk menyelesaikan masalah pembelajaran. Sementara dalam pembelajaran konvensional tidak terjadi hal yang demikian. Terlihat bahwa pembelajaran dengan model PBI dan model pembelajaran konvensional berjalan secara independen tetapi bergantung pada kreativitas berpikir siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Aleks Maryunis (2007:321) yang menyatakan jika interaksi tidak signifikan maka efek utama faktor variabel bebas A dan variabel bebas B dapat diinterpretasikan secara independen. Dengan demikian model PBI dapat diterapkan pada siswa yang mempunyai kreativitas berpikir tinggi.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dikemukakan pada BAB III dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model PBI lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. 2. Hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir tinggi yang diajar dengan model PBI lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir tinggi yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. 3. Hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir sedang yang diajar dengan model PBI lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir sedang yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. 4. Hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir rendah yang diajar dengan model PBI lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas berpikir rendah yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. 5. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas berpikir dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas terbukti bahwa model PBI dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu penulis mengemukakan saran sebagai berikut: 1.
Guru-guru matematika supaya menerapkan model PBI ini pada pembelajaran matematika di sekolah, terutama guru-guru matematika SMA Negeri 11 Kabupaten Tebo untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2.
Kepada para peneliti selanjutnya agar meneliti lebih mendalam tentang penggunaan model PBI ini pada pokok bahasan lain atau pada mata pelajaran lain.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran SMA dan MA. Jakarta: Depdiknas Djafar, Tenku Zahara. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang: FIP UNP. Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press. Kusmawan, Hendri. 1995. “Tinjauan Tentang Kreativitas Belajar Siswa dalam Hubungannya dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I Sekolah Menengah Teknik Industri (SMTI) Padang”. Skripsi tidak diterbitkan. Padang: Universitas Negeri Padang. Munandar, Utami. 1988. Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Maryunis, Aleks. 2007 Konsep Dasar Penerapan Statistika dan Teori Probabilitas. Padang: Universitas Negeri Padang. Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nur, Muhammad. 2000. Pendekatan Konstruktivis. Surabaya: Unesa Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
LAMPIRAN I
ANGKET KREATIVITAS BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA A.
Pengantar Ananda yang tercinta, bagaimana kabarnya hari ini? Mudah-mudahan hari ini menyenangkan
Nama : Kelas : Tanggal:
secerah wajah-wajah ananda semuanya. Lembaran ini adalah angket yang harus kamu isi dengan sejujurnya sesuai keadaan yang kamu alami selama ini. Angket ini tidak akan mempengaruhi nilai matematikamu dan dijamin kerahasiaannya. Atas kesediaan dan bantuan ananda semua untuk mengisi angket ini, ibu ucapkan terima kasih.
B.
Petunjuk Pengisian Beri tanda ceklis () pada salah satu pilihan yang cocok dengan kondisi sebenarnya pada kolom yang telah disediakan pada setiap nomor pernyataan. Bekerjalah dengan cermat dan teliti dengan menjawab seluruh pernyataan. Jangan ada satu butir pernyataanpun yang terlewati atau tidak dijawab. Keterangan :
C.
SL
: Selalu
SR
: Sering
KK
: Kadang-kadang
JR
: Jarang
JS
: Jarang Sekali
Pernyataan NO.
PERNYATAAN
1
Saya suka mencari soal-soal matematika
2
Saya menyelesaikan soal matematika dengan jawaban yang sederhana saja.
3
Saya susah sekali memahami dan menangkap makna dari soal matematika
SL
SR
KK
JR
JS
4
Tak satu jalan ke roma, adalah salah satu pepatah yang sering saya jadikan pegangan untuk memotivasi saya menyelesaikan soal matematika.
5
Saya tidak mau begitu saja menerima suatu rumus matematika sebelum saya mengerti dan tahu cara mendapatkan rumus tersebut.
6
Dalam belajar matematika, saya mempunyai tekad, kalau orang lain bisa, maka saya juga harus bisa
7
Saya sering ceroboh dalam menjawab soal matematika.
8
Saya suka mengelompokkan materi matematika sesuai dengan kelompoknya masing-masing, hal ini dilakukan agar mudah memahaminya.
9
Untuk menambah pemahaman saya terhadap materi matematika, saya mengerjakan soal-soal yang tidak ditugaskan oleh guru
10
Saya berusaha menjawab soal matematika, dengan jawaban yang memuaskan.
11
Jika saya menemui atau merasakan pelajaran matematika itu
abstrak
sekali,
maka
saya
usahakan
untuk
mengkongkritkan terlebih dahulu. 12
Saya hanya bisa menyelesaikan soal-soal matematika yang ada contoh penyelesaiannya saja.
13
Belajar matematika itu hanya buang-buang waktu saja, karena sudah susah belajar namun tidak mengerti juga.
14
Dalam belajar matematika, saya lebih percaya pada diri sendiri daripada orang lain.
15
Setiap tugas yang saya buat, saya periksa dan teliti kembali sebelum diserahkan pada guru.
16
Dalam membaca soal-soal matematika, saya dapat menafsirkan poin-poin yang tersirat walaupun tidak disebutkan secara jelas.
17
Saya tidak suka bila guru memberikan tugas-tugas yang sulit.
18
Setiap saya menjawab suatu soal, guru atau teman-teman merasa puas dengan jawaban yang saya berikan.
19
Sewaktu saya mempelajari materi dimensi tiga, saya kesulitan membayangkan proyeksi suatu titik pada sebuah bidang.
20
Saya bisa memikirkan cara lain yang dikerjakan temanteman dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
21
Jika dibandingkan dengan pelajaran lain, maka pelajaran matematika lebih saya utamakan, baik dalam belajar maupun dalam melengkapi buku-buku.
22
Dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, saya lebih senang dengan hasil kerja saya sendiri walaupun terkadang salah.
23
Ketika guru memberikan suatu rumus matematika, saya berusaha
menemukan
sendiri
(membuktikan
cara
memperoleh rumus tersebut). 24
Jika ada pelajaran baru yang berkaitan dengan pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya, maka saya akan kesulitan memahami pelajaran baru tersebut.
25
Daripada susah-susah belajar sendiri, lebih baik saya menyalin tugas atau catatan teman.
26
Saya berharap agar guru selalu menggunakan alat peraga dalam menerangkan materi pelajaran.
27
Dalam menyelesaikan soal-soal matematika, saya selalu terpaku pada hal-hal yang biasa dikerjakan saja.
28
Andaikan mungkin, saya ingin mata pelajaran matematika ditiadakan saja.
29
Ketika mengikuti ujian matematika, saya sering ragu dalam menjawab soal-soal, padahal soal-soal itu tidak terlalu sukar.
30
Saya suka membuktikan rumus-rumus matematika yang telah diajarkan, hal ini membuat saya mudah mengerti.
31
Dalam menyelesaikan soal-soal matematika, kadangkadang ada rumus atau aturan yang dapat digabung dan bisa digunakan dalam hal ini saya merasa kesulitan untuk menentukan rumus/aturan mana yang dapat digabung.
32
Dalam mengerjakan tugas-tugas, saya termasuk yang
rajin bila dibandingkan teman-teman yang lain. 33
Saya
tidak
dapat
menyelesaikan
soal-soal
yang
beranekaragam bentuknya. 34
Saya suka membandingkan tugas yang saya buat dengan tugas yang dibuat oleh teman untuk meyakinkan kebenaran tugas yang telah saya buat tersebut.
35
Saya mampu menghitung/menyelesaikan √117 = 10,81 tanpa menggunakan alat hitung atau kalkulator.
LAMPIRAN II KELOMPOK SISWA KREATIVITAS TINGGI YANG DIAJAR DENGAN MODEL PBI NOMOR URUT SISWA
NAMA SISWA
SKOR
KELOMPOK SISWA KREATIVITAS TINGGI YANG DIAJAR DENGAN MODEL KONVENSIONAL NOMOR URUT SISWA
1 2 3 4
30 14 3 32
SITI MAISYAROH KHOIRUL SALIM ALI ARIFIN SUCI ASTUTI
129 128 128 127
1 2 3 4
18 21 12 6
5 6 7 8 9 10
33 34 35 24 8 2
SUKARTI TABRONI TRI PURWANTI PUJI SURYANINGSIH DEWI SUSANTI ABDUR ROHMAN SIDIQ
126 126 126 125 125 125
5 6 7 8 9 10
3 5 11 25 1 4
KELOMPOK SISWA KREATIVITAS SEDANG YANG DIAJAR DENGAN MODEL PBI NOMOR URUT SISWA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
26 31 1 27 37 19 15 36 6 18 28 17
13 14 15 16 17
21 23 29 4 10
NAMA SISWA
SKOR
LIA NOVIANTI MUHAMMAD ISMAIL HANISA DEWI PUTRI NURÁKASAH JEFRI MANDANA SEMBIRING ARIF RENALDI FAJAR NURWAKIT RIDHO RIKARDO A. YANI LINDA RUANA ANDI YAN ANTOHO
131 130 129 124 122 120 120 120 119 119
KELOMPOK SISWA KREATIVITAS SEDANG YANG DIAJAR DENGAN MODEL KONVENSIONAL NOMOR
NAMA SISWA
SKOR
RIAN SETIAWAN SRI WATI AAN SETIAWAN RIDAYATI BR BANGUN WIDIAWATI MUHAMMAD ARIM LUJENG KRISNAWATI TUSI YOHANA DEWI CHOIRUL ANAM MIKHA DWI LESTARI RINA PUJI ASTUTI MEI SETIASIH NANDA ANDRIANI WIJAYA NUR SINTA RONI AZIZ ANISA DESVIA EKO TINO ANDRIAWAN
123 123 122 121 121 120 119 119 118 117 117 116
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
116 115 115 114 114
13 14 15 16 17
NAMA SISWA
SKOR
7 10 14 19 20
ISMA NOVITA NOVI HARIANTI DIANA MARIA HENDRA SUPRIADI DWI SETYOWATI JEFRI YADI TRI YULIANTI DIAH NOVITA SARI EVI ASTIKA INTAN SUCIA LUVI LISA SURYANINGSIH MAHFIAH NURUL ISMI
119 119 118 117 117 116 116 115 115 115 115 115
32 29 34 31 36
SUSI RAHAYU SITI MUTMAINAH TRI WAHYUNI SUDARMONO UMI LATIFAH
115 112 112 112 112
URUT SISWA
15 22 8 13 9 17 35
KELOMPOK SISWA KREATIVITAS RENDAH YANG DIAJAR DENGAN MODEL PBI NOMOR URUT SISWA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
16 20 11 25 7 22 5 13 9 12
NAMA SISWA
SKOR
M. MUT ROFI MUSSALAM HARYANTO ESTA FERY VERONICA RATNA WULANSARI DESI RAHMAWATI NOVITA DEWI CANDRA SETIAWAN IRWANDA DIKKY ARISANDI GUNARTO
113 112 111 109 108 106 106 104 103 98
KELOMPOK SISWA KREATIVITAS RENDAH YANG DIAJAR DENGAN MODEL KONVENSIONAL NOMOR URUT SISWA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
28 33 3 30 23 24 27 2 26 37
NAMA SISWA SERY ROMIOS TIKA YULIANTI AFRIZAL ANDICA P. SRI LESTARI NURMALA SARI DEWI NURUL ISMA NADIA SAMSUL ARIFIN ADI TIYO SAIPUL AROBI UNGGUH HERU A.
SKOR 111 111 110 110 109 109 107 105 103 101
LAMPIRAN III DISTRIBUSI SKOR HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS KONTROL Nomor dan Bobot Soal
No. Nama Siswa
Urut 18 3 4 1 11 12 6 5 25 15 21 29 8 22 10 36 9 17 28 30 13 14 19 31 37 7 3 26 20 32 34 33 2 35
LIA NOVIANTI JEFRI MANDANA SEMBIRING ANDI YAN ANTOHO A. YANI LINDA RUANA FAJAR NURWAKIT HANISA DEWI PUTRI NURÁKASAH ARIF RENALDI RIDHO RIKARDO ISMA NOVITA MUHAMMAD ISMAIL SITI MUTMAINAH DIANA MARIA NOVI HARIANTI EVI ASTIKA UMI LATIFAH DWI SETYOWATI JEFRI YADI SERY ROMIOS SRI LESTARI HENDRA SUPRIADI INTAN SUCIA LUVI LISA SURYANINGSIH SUDARMONO UNGGUH HERU ALMUSTAQIM DIAH NOVITA SARI AFRIZAL ANDICA PUTRA SAIPUL AROBI MAHFIAH NURUL ISMI SUSI RAHAYU TRI WAHYUNI TIKA YULIANTI ADI TIYO
TRI YULIANTI
1
2
3
4
10
10
10
10
6 7 6 7 5 5 6 5 5 5 6 8 7 6 3 5 4 5 6 4 3 2 3 4 4 4 4 5 4 4 3 3 4 5
7 8 7 7 7 7 7 6 6 9 6 7 4 6 6 5 6 6 6 5 5 5 6 4 5 7 4 5 5 6 3 5 6 4
8 7 7 7 7 8 8 8 7 7 7 7 7 7 9 6 7 6 6 5 6 8 6 7 6 5 6 4 6 4 8 4 5 7
9 8 9 8 9 8 7 8 8 6 7 4 6 5 5 7 5 5 6 7 5 6 5 6 6 4 6 6 4 3 5 5 6 3
Skor
Nilai
30 30 29 29 28 28 28 27 26 27 26 26 24 24 23 23 22 22 24 21 19 21 20 21 21 20 20 20 19 17 19 17 21 19
75,0 75,0 72,5 72,5 70,0 70,0 70,0 67,5 65,0 67,5 65,0 65,0 60,0 60,0 57,5 57,5 55,0 55,0 60,0 52,5 47,5 52,5 50,0 52,5 52,5 50,0 50,0 50,0 47,5 42,5 47,5 42,5 52,5 47,5
24 27 23
NURUL ISMA NADIA SAMSUL ARIFIN NURMALA SARI DEWI
4 3 5
4 5 4
3 4 4
5 4 3
16 16 16
40,0 40,0 40,0
LAMPIRAN IV DISTRIBUSI SKOR HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS EKSPERIMEN Nomor dan Bobot Soal
No. Urut 35 8 34 2 3 33 24 17 14 37 15 27 21 23 30 19 36 6 29 10 32 26 4 1 31 28 18 13 5 20 12 16 11 25
Nama Siswa
TRI PURWANTI DEWI SUSANTI TABRONI ABDUR ROHMAN SIDIQ ALI ARIFIN SUKARTI PUJI SURYANINGSIH MEI SETIASIH KHOIRUL SALIM WIDIAWATI LUJENG KRISNAWATI RIDAYATI BR BANGUN NANDA ANDRIANI WIJAYA NUR SINTA SITI MAISYAROH MUHAMMAD ARIM TUSI YOHANA DEWI CHOIRUL ANAM RONI AZIZ EKO TINO ANDRIAWAN SUCI ASTUTI RIAN SETIAWAN ANISA DESVIA AAN SETIAWAN SRI WATI RINA PUJI ASTUTI MIKHA DWI LESTARI IRWANDA CANDRA SETIAWAN MUSSALAM HARYANTO GUNARTO M. MUT ROFI ESTA FERY VERONICA RATNA WULANSARI
1
2
3
4
10
10
10
10
8 8 8 9 10 7 8 10 8 6 7 7 6 7 7 6 8 7 6 6 8 6 7 8 7 4 4 7 6 5 7 4 6 5
8 9 10 9 6 6 7 8 9 7 7 8 9 8 8 8 8 7 8 6 5 6 8 7 6 7 6 6 5 4 8 6 3 4
10 10 7 8 8 10 8 8 7 10 9 8 7 8 5 6 6 7 7 7 7 7 5 7 5 7 6 6 7 5 3 5 5 6
9 7 8 6 7 8 8 5 6 7 7 6 7 6 8 8 6 7 7 9 7 8 7 4 7 7 8 5 5 7 3 5 6 5
Skor
Nilai
35 34 33 32 31 31 31 31
87,5 85,0 82,5 80,0 77,5 77,5 77,5 77,5
30
75,0
30 30 29 29 29 28
75,0 75,0 72,5 72,5 72,5
28 28 28 28 28 27 27 27 26 25 25 24 24 23 21 21 20 20 20
70,0 70,0 70,0 70,0 70,0 67,5 67,5 67,5 65,0 62,5 62,5 60,0 60,0 57,5 52,5 52,5 50,0 50,0 50,0
70,0
7 22 9
DESI RAHMAWATI NOVITA DEWI DIKKY ARISANDI
6 5 6
3 4 5
7 6 2
4 5 4
20 20 17
50,0 50,0 42,5
BIODATA PESERTA SIMPOSIUM GURU DAN TENAGA KEPENDIDKAN TAHUN 2015 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama NIP NUPTK Jabatan Pangkat / Golongan Ruang Tempat Tanggal Lahir Jenis kelamin Agama Judul
10. Pendidikan Terakhir 11. Alamat Sekolah Nama Sekolah Jalan Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi 12. Alamat Rumah Jalan Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Nomor HP Email
EKA LISMAYA SARI, M.Pd 19850124 200804 2 001 Guru Penata Muda Tk. I / (III/b) Belui, 24 Januari 1985 Perempuan Islam Pengaruh Model Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Kreativitas Berpikir dan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear S.2 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Padang SMA Negeri 11 Kabupaten Tebo Ahmad Yani Tegal Arum Rimbo Bujang Tebo Jambi Ahmad Yani Tegal Arum Rimbo Bujang Tebo Jambi 082180756297
[email protected]