PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DAN PEMBERIAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI (1) Ibrahim Said, (2) Hadi Soekamto, (3) Yusuf Suharto FIS Universitas Negeri Malang This study was intended to investigate the effect of Think Pair Share and Giving of Advance Organizer towards the Tenth Graders’ Achievements of Geography at SMA Negeri 1 Malang. This study is catagorised experimental research which is developed by pretest-posttest control group design. The subject of the research was X-8 class as an experimental group 1, X-5 class as an experimental group 2, and X-1 as a control group. The result of the study showed that that think pair share technique and giving of advance organizer affect the tenth graders’ achievements of geography at SMA Negeri 1 Malang Abstract:
Keywords: think pair share, advance organizer, achievement
Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang saling membantu untuk mempelajari materi pelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang dibutuhkan agar dapat menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi (Slavin, 2005). Selain itu, Arends (2007) juga menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu: prestasi akademik, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, serta pengembangan keterampilan sosial. Strategi pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2005) dibagi dalam dua pendekatan struktural, yaitu: think-pair-share dan numbered heads together. Model pembelajaran think-pair-share pertama dikembangkan oleh Frank Lyman dan beberapa rekanya di Universitas Maryland pada tahun 1985 untuk mengubah pola wacana dalam kelas. Model pembelajaran ini memiliki prosedur yang secara eksplisit memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu. Slavin (2005) menyatakan bahwa struktur thinkpair-share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu-tunggu,
yang merupakan salah satu cara efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas. Model pembelajaran kooperatif think-pair-share dapat digunakan sebagai ganti dari tanya jawab untuk siswa seluruh kelas. Sintaks model pembelajaran kooperatif struktur think-pair-share memberikan waktu yang banyak untuk berfikir, merespon, dan saling membantu dalam belajar untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Prestasi akademik diusahakan dengan bekerja sama, saling membantu, dan semua kelompok mendapatkan keberhasilan disamping keterampilan kerja sama dan sosial. Selain penggunaan model pembelajaran kooperatif struktur think-pairshare, strategi lain yang dapat membantu siswa dengan hasil belajar rendah adalah pemberian advance organizer untuk mendapatkan pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Pembelajaran bermakna sangat mengisyaratkan pentingnya pemahaman konsep-konsep terutama dalam pembelajaran sains (Ausubel, et al, 1978; Novak, et al, 1994) dalam Harjono (2012:14). Ausubel sangat menekankan agar para guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa supaya pembelajaran bermakna dapat berlangsung. Advance organizer dapat membantu siswa untuk mencari konsep yang relevan dalam struktur kognitifnya agar dapat dipadukan dengan konsep yang terdapat dalam bahan baru atau yang akan dipelajari, sehingga dapat meningkatkan pemahaman. Menurut Ausubel (1963), cara yang paling efisien untuk menghubungkan materi baru dengan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif adalah advance organizer yang disajikan sebelum bahan baru yang akan dipelajari. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan, pemberian advance organizer disajikan sebagai materi pengantar dan diintegrasikan dengan metode atau strategi pembelajaran tertentu termasuk model pembelajaran kooperatif. Penelitian ini dirancang dengan mengintegrasikan model pembelajaran kooperatif struktur think-pair-share dengan pemberian advance organizer untuk meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran kooperatif think- pair-share merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajaran ini memberi
banyak waktu kepada siswa untuk memikirkan materi yang sedang dipelajari dan bertukar pikiran dengan siswa lain sebelum ide mereka dikemukakan di depan kelas. Menurut Lie (2003), “Model pembelajaran ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain daripada model klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa yang maju dan membagikan hasil diskusi di depan kelas”. Interaksi antar siswa di sekitar tugas-tugas yang diberikan lebih besar karena berpasangan sebanyak dua orang, penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang sulit lebih tinggi dan lebih memotivasi siswa dalam belajar sehingga hasil belajar dapat meningkat. Senada dengan yang diutarakan oleh Lie, Hartina (2008:19) berpendapat bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif think-pair-share sebagai berikut: (a) memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan; (b) siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah; (c) siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang; (d) siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar; (e) memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran. Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran kooperatif think-pairshare ini juga memiliki kelemahan, Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif Think- Pair- Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang ratarata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008:19). Sedangkan menurut Lie (2003), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah: (1) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitori; (2) lebih sedikit ide yang muncul; dan (3) tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam .
Senada dengan Model pembelajaran think-pair-share, advance organizer juga memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Menurut Wuryani (2007) dalam Henita (2009:15) ada dua dampak yang dapat terlihat dan merupakan keunggulan dari advance organizer, yakni dampak langsung dan dampak iringan. Dampak langsung akan memperkuat struktur konseptual anak dan memberikan proses pada konsep asimilasi. Dampak iringan berupa ketertarikan untuk meyelidiki lebih lanjut dan membiasakan siswa untuk berpikir secara tepat. Advance organizer juga membantu untuk membuat hubungan-hubungan antara materi baru dengan pengetahuan yang sudah ada pada struktur kognitif siswa. Sedangkan kelemahan dari advance organizer adalah dibutuhkan kontrol yang intensif dari guru, sehingga bila siswa terlalu banyak, proses pembelajaran menjadi kurang efektif. Beberapa penelitian tentang cooperative learning pada semua tingkat kelas, berbagai mata pelajaran termasuk sains, dari berbagai negara menyimpulkan bahwa kelas-kelas pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar secara signifikan dibanding kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional (Downey, 2000; Leinhardt, 1992; Slavin, 1986; dan Stevens dan Slavin, 1995) dalam Harjono (2012:10). Penelitian oleh Carss (2007) dalam Harjono (2012:14), memperlihatkan bahwa pengaruh penggunaan model think-pair-share dapat meningkatkan kemampuan membaca anak kelas 6 pada pelajaran Guided Reading di Selandia Baru. Model pembelajaran struktur thinkpair-share dapat melatih siswa untuk berpikir cermat sebelum menyatakan pendapatnya serta dapat melatih keterampilan sosial siswa, keterampilan berbagi, keterampilan partisipasi, komunikasi, dan keterampilan berkelompok membangun sebuah tim. Dalam upaya untuk mengubah pola interaksi dalam strategi pembelajaran di kelas dan mengatasi rendahnya prestasi akademik serta mengubah paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, maka model pembelajaran kooperatif struktur think-pair-share dapat menjadi alternatif solusi pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Setyawan (2011) menyimpulkan bahwa model pembelajaran think-pair-share berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS MAN 1 Malang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada kelas yang diajar menggunakan model think-
pair-share memiliki hasil belajar yang lebih tinggi daripada kelas yang tidak diajar dengan model think-pair-share . Advance organizer dapat membantu siswa untuk mencari konsep yang relevan dalam struktur memorinya agar dapat dipadukan dengan konsep yang terdapat dalam bahan baru atau yang akan dipelajari, sehingga dapat meningkatkan pemahaman. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan, pemberian advance organizer disajikan sebagai materi pengantar dan diintegrasikan dengan metode atau strategi pembelajaran tertentu termasuk model pembelajaran kooperatif. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Harjono (2012) yang memadukan strategi pembelajaran, advance organizer, dan prior knowledge untuk meningkatkan hasil belajar fisika. Dalam penelitian ini dilakukan modifikasi terhadap variabel penelitian, mata pelajaran, serta lokasi penelitian. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian tentang Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share dan Pemberian Advance Organizer Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Malang. Langkah yang ditempuh adalah dengan mengintegrasikan variabelvariabel model pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif struktur think-pairshare dengan pemberian advance organizer untuk membelajarkan geografi pada siswa.
METODE Rancangan penelitian ini menggunakan desain eksperimental semu (Quasi Experimental design) dengan pola the nonequivalent pre post test control group design. Pada penelitian ini digunakan dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Desain penelitian ekperimen kuasi dirancang untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif struktur think-pair-share dan pemberian advance organizer terhadap hasil belajar geografi materi atmosfer dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif struktur think-pair-share tanpa pemberian advance organizer terhadap hasil belajar geografi materi atmosfer serta sebagai kontrol pembelajaran seperti biasa sebagaimana yang dilakukan di sekolah tersebut. Variabel yang akan diukur dalam perbedaan tersebut, yakni hasil belajar geografi siswa. Antara kelompok kontrol, kelompok eksperimen 1, dan kelompok
eksperimen 2 sama-sama akan mendapat perlakuan pembelajaran. Pada kelas X- 8 (kelompok eksperimen 1) siswa akan diberi perlakuan pembelajaran kooperatif struktur think-pair-share dan pemberian advance organizer. Pada kelas X-5 (kelompok eksperimen 2) siswa akan diberi perlakuan pembelajaran kooperatif struktur think-pair-share. Sedangkan untuk kelas X- 1 ( kelompok kontrol), siswa diberi pembelajaran seperti biasa sebagaimana yang dilakukan di sekolah tersebut.
HASIL Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini meliputi: (1) data kemampuan awal siswa kelas kontrol dan eksperimen yang diperoleh dari pre test; (2) data kemampuan akhir siswa kelas kontrol dan eksperimen yang diperoleh dari pos test; (3) data hasil belajar belajar siswa (gain score) yang diperoleh dari selisih antara skor post test dengan skor pre test. Data-data tersebut disajikan dalam diagram batang berikut:
80 70
60 50
Kelas Eksperimen 1
40
Kelas Eksperimen 2
30
Kelas Kontrol
20 10 0 Pre test
Post test Gain score
Diagram 1. Perbandingan rata-rata nilai pre test, post test, dan gain score kelas eksperimen 1, eksperimen 2, dan kelas kontrol
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa pada nilai pretest ketiga kelas menunjukkan rerata yang tidak jauh berbeda, yakni untuk kelas eksperimen 1 sebesar 41,58, kelas eksperimen 2 rata-ratanya sebesar 42,39, dan
kelas kontrol sebesar 41,50. Hal ini semakin mengindikasikan bahwa ketiga kelas yang dipilih merupakan kelas yang homogen. Hasil Post test menunjukkan kelas eksperimen 1 memiliki rata-rata sebesar 79,86, sedangkan kelas eksperimen 2 rata-ratanya sebesar 75,69 serta kelas kontrol menunjukkan rata-rata 69,92. Ratarata hasil belajar (gain score) kelas eksperimen 1 sebesar 38,28 lebih tinggi dibandingkan hasil belajar geografi (gain score) kelas eksperimen 2 sebesar 33,31 dan hasil belajar geografi (gain score) kelas kontrol sebesar 28,42. Hasil Hasil uji prasyarat meliputi uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas gain score baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol menunjukkan seluruh data tersebut terdistribusi normal dan homogen, sehingga tergolong statistik parametrik dan dapat dianalisis menggunakan uji F. Hasil uji hipotesis terlihat bahwa F hitung 17,687 dengan nilai probabilitas (signifikansi) 0,000 < 0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha tidak dapat ditolak. Sedangkan hasil penjabaranya melalui tukey dapat diketahui antara kelas eksperimen 1 (TPS AO) dengan kelas eksperimen 2 (TPS) menunjukkan nilai probabilitas (signifikansi) 0,009 < 0,05. Kelas eksperimen 2 (TPS) dengan kelas kontrol menunjukkan nilai probabilitas (signifikansi) 0,011 < 0,05. Kelas eksperimen 1 (TPS AO) dengan kelas kontrol menunjukkan nilai probabilitas (signifikansi) 0,000 < 0,05. PEMBAHASAN Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share dan Pemberian Advance organizer terhadap Hasil Belajar Geografi Berdasarkan hasil pengujian pengaruh model pembelajaran think pair share dan pemberian advance organizer menunjukkan hasil yang signifikan. Model pembelajaran think pair share yang ditambah dengan pemberian advance organizer menunjukkan rerata hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian advance organizer maupun pembelajaran seperti biasa sebagaimana yang dilakukan di sekolah. Temuan penelitian ini sesuai dengan yang sudah dirumuskan dalam hipotesis penelitian. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa pemberian advance organizer relevan dengan konsepkonsep awal yang ada pada struktur kognitif siswa, sehingga advance organizer dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung antara konsep-konsep tersebut. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Ausubel dalam Umahuk (2006: 14) ada tiga
hal yang dapat dicapai melalui advance organizer, yaitu: (1) Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari; (2) Dapat berfungsi sebagai penghubung antara informasi yang tersimpan pada siswa dengan materi yang benar; dan (3) Berlaku sebagai jembatan khusus kognitif yang akan membantu siswa untuk mencapai materi secara lebih mudah. Penelitian yang mendukung hasil temuan penelitian ini, berkaitan dengan strategi pembelajaran termasuk model pembelajaran dengan pemberian advance organizer dan pemanfaatan media diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Box dan Little dalam Harjono (2012:125) menyatakan bahwa guru perlu mempertimbangkan pendekataan kooperatif kelompok kecil dengan pemberian advance organizer sebagai sebuah metode untuk meningkatkan konsep diri dan hasil belajar siswa. Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian ini, yakni Githua dan Nyabwa dalam Harjono (2012:126) yang membandingkan pengajaran kelompok perlakuan dengan pemberian advance organizer dan pembelajaran seperti biasa sebagaimana yang dilakukan di sekolah terhadap dua kelompok kontrol yang mengindikasikan pengajaran dengan pemberian advance organizer menunjukkan skor lebih tinggi daripada pembelajaran seperti biasa yang dilakukan di sekolah tersebut. Temuan penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya memberikan dukungan pada pemberian advance organizer sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar. Terkait dengan temuan penelitian ini, model pembelajaran think pair share dengan pemberian advance organizer saling melengkapi yang berujung pada hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran think pair share tanpa pemberian advance organizer dan pembelajaran seperti biasa yang dilakukan di sekolah tersebut. Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share terhadap Hasil Belajar Geografi Berdasarkan hasil pengujian pengaruh model pembelajaran think pair share ternyata berpengaruh pada hasil belajar geografi siswa. Pada model pembelajaran think pair share menunjukkan rerata hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan pembelajaran seperti biasa sebagaimana yang dilakukan di sekolah.
Peningkatan rerata hasil belajar tidak terlepas dari sintaks pembelajaran think pair share yang menekankan kemampuan berpikir siswa. Tahap pertama penggabungan model pembelajaran Think Pair Share merangsang perkembangan kognitif siswa adalah pada tahap Think. Tahap Think memberikan kesempatan kepada siswa berupa waktu untuk berpikir secara individu. Selain itu, pada tahap Think juga membantu siswa waktu untuk memusatkan pemikirannya pada pelajaran karena siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas secara individu yang nantinya akan melaporkan hasil pemikirannya kepada siswa yang menjadi pasangannya. Tahap ini dapat melatih siswa untuk membangun pemahamannya sendiri dari pengetahuan awal yang telah diperoleh. Implikasinya adalah siswa akan semakin memahami konsep dan pengetahuan yang ada sesuai dengan tingkatan kognitifnya sehingga hasil belajar kognitif yang dicapai oleh siswa semakin maksimal. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Gunter (1999) dalam Harjono (2012:28) menyebutkan bahwa
think pair share adalah suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi.
Tahapan selanjutnya setelah siswa menyelesaikan tugas secara individu pada tahap Think, siswa akan melaporkan hasil pemikirannya pada teman pasangan (Pair) dan kemudian menyampaikannya pada teman sekelas (Share). Serangkaian tahap ini menenkankan aspek kerjasama antar siswa, sehingga akan membuat siswa mampu menguasai materi secara lebih baik. Slavin (2005) menjelaskan bahwa dengan adanya komunikasi antar siswa akan membangkitkan hubungan sosial antar siswa, melatih komunikasi melalui diskusi. Interaksi sosial dengan teman sebaya akan memacu terbentuknya ide dan memperkaya perkembangan mental anak. Unsur sosial tercermin dari kemampuan berkomunikasi siswa melalui diskusi dengan teman pasangannya. Selain itu siswa yang lain akan merespon terhadap pendapat yang telah disampaikan oleh temannya. Kegiatan-kegiatan tersebut akan sangat membantu siswa dalam memahami materi secara lebih baik yang akan berdampak pada peningkatan hasil belajar kognitif siswa. Penjelasan tersebut sesuai dengan pernyataan Susilo (2005:3) yang menyatakan bahwa melalui model pembelajaran think pair share siswa dapat
mengembangkan kecakapan hidup sosial mereka. Dalam think pair share mereka akan merasakan ketergantungan positif karena mereka belajar dari satu sama lain dan memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi karena seyogyanya tidak boleh ada siswa yang mencoba mendominasi. Think pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi. Seorang siswa belajar dari siswa lain dan saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, dapat diperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Bila dibandingkan dengan metode lama (konvensional) dimana guru mengungkapkan suatu pertanyaan dan seorang siswa memberikan jawaban, maka think-pair-share ini memberikan kesempatan kepada siswa dalam menanggapi permasalahan yang diajukan oleh guru. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Setyawan (2011) menyimpulkan bahwa model pembelajaran think-pair-share berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada kelas yang diajar menggunakan model think- pairshare memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dari pada kelas yang diajar dengan pembelajaran seperti biasa yang dilakukan di sekolah tersebut
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu: (i) Siswa yang belajar dengan mengunakan model pembelajaran think-pair-share dan advance organizer menunjukkan hasil belajar geografi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi think-pairshare, (ii) Siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran thinkpair-share menunjukkan hasil belajar geografi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran seperti biasa sebagaimana yang dilakukan di sekolah, dan (iii) Siswa yang belajar dengan mengunakan model pembelajaran think-pair-share dan advance organizer menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang belajar dengan pembelajaran seperti biasa sebagaimana yang dilakukan di sekolah.
Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat diajukan adalah Disarankan guru sebaiknya memilih alternatif pembelajaran misalnya dengan penerapan model pembelajaran think pair share dipadu dengan pemberian advance organizer. Sekolah hendaknya menganjurkan guru-guru untuk menerapkan pembelajaran konstruktivisme. Caranya adalah dengan memberikan informasi pada guru-guru mengenai pembelajaran konstruktivisme, misalkan dengan mengadakan pelatihan, seminar dan lesson study. Bagi peneliti berikutnya penelitian ini bisa menjadi referensi untuk melakukan penelitian lanjutan yang masih memiliki relevansi. Penelitian lanjutan diharapkan dapat melengkapi dan memperbaiki penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, misalkan saja dengan menambah variabel serta melakukan pengelolaan waktu yang baik.
DAFTAR RUJUKAN Arends, Richard I. 2007. Belajar Untuk Mengajar. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ausubel, David. 1963. The Psychology of Meaningful Verbal Learning: an Introduction to Scholl Learning. Newyork: Grune and stratton. Harjono, Ahmad.2012. Pengaruh strategi pembelajaran dan pemberian advance organizer serta prior knowledge terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X. Disertasi tidak dipublikasikan. Malang: Pasca Sarjana UM. Hartina. 2008. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar kimia kelas XI IPA SMA Negeri 5 Makassar (Studi pada materi laju reaksi). Skripsi. Makassar: UNM. Henita, Sari 2009. Pengaruh model Advance Organizer dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa SMA (Penelitian eksperimen terhadap siswa SMA N 15 Bandung Kelas X tahun Ajaran 2008/2009). Skripsi. Bandung: UPI.
Lie, Anita. 2003. Cooperative learning Mempraktekan cooperative learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Gramedia Widiasana Indonesia. Setyawan. 2011. Pengaruh Penerapan Model Think Pair Share terhadap Hasil Belajar Geografi Sisa Kelas XI MAN Malang I. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tim Revisi PPKI. 2010. Pedoman Penulisan Karya Imiah. Malang: UM Press.