Efektivitas Model Pembelajaran (Anwar Rifa’i) 1
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) DAN SPONTANEOUS GROUP DISCUSSION (SGD) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS X MIA DI MAN 1 YOGYAKARTA EFFECTIVENESS OF THE APPLICATION OF THINK PAIRS SHARE (TPS) AND SPONTANEOUS GROUP DISCUSSION (SGD) LEARNING MODELS COMBINED WITH SCIENTIFIC APPROACH IN TERMS OF PROBLEM SOLVING AND SELF-CONFIDENCE IN CLASS X MIA STUDENT AT MAN 1 YOGYAKARTA Oleh: Anwar Rifa’i1), Himmawati Puji Lestari, M.Si2), 1)2)Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 1)
[email protected], 2)
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Spontaneous Group Discussion (SGD) dengan pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah dan kepercayaan diri siswa. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan desain pretestposttest nonequivalent group design. Populasi penelitian mencakup seluruh siswa kelas X MIA di MAN 1 Yogyakarta sebanyak 101 siswa. Sampel yang mendapatkan perlakuan pembelajaran TPS dengan pendekatan saintifik adalah siswa kelas X MIA 3 sebanyak 34 siswa sebagai kelas eksperimen pertama dan siswa kelas X MIA 2 sebanyak 33 siswa sebagai kelas eksperimen kedua mendapatkan perlakuan pembelajaran SGD dengan pendekatan saintifik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari soal pretest dan posttest dan instrumen nontes yang berupa skala kepercayaan diri awal dan skala kepercayaan diri akhir, serta lembar observasi untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran yang digunakan peneliti. Hasil penelitian ini dengan taraf signifikasi α=0,05 menunjukkan bahwa : (1) pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa, (2) pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik efektif ditinjau dari kepercayaan diri siswa, (3) pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe SGD dengan pendekatan saintifik efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa, (4) pembelajaran menggunakan model kooperatif SGD degan pendekatan saintifik efektif ditinjau dari kepercayaan diri siswa, (5) pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik lebih efektif daripada pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe SGD dengan pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah, (6) pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik sama efektifnya dengan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe SGD dengan pendekatan saintifik ditinjau dari kepercayaan diri siswa. Kata kunci: kepercayaan diri, pemecahan masalah, pendekatan saintifik, TPS, SGD Abstract This study aimed to know the effectiveness of the application of Think Pair Share (TPS) and Spontaneous Group Discussion (SGD) learning models combined with scientific approach in terms of problem solving and selfconfidence in class X MIA student. This study used a quasi-experimental with pre-test post-test nonequivalent group design. Its population is all students in grade X MIA MAN 1 Yogyakarta that consists of 101 students. Its samples are students of class X MIA 3 that consists of 34 students as first experiment class which get TPS learning models combined with scientific approach and class X MIA 2 that consists of 33 students as second experiment class which get SGD learning models combined with scientific approach. The instrument used in this study are test instrument that consists of pre-test and post-test to measure problem solving and non-test instrument that consists of scale to measure self-confidence and observation sheet to measure learning process. The results of this study with a significance level α = 0.05 are : (1) TPS learning models combined with scientific approach is effective in terms of problem solving, (2) TPS learning models combined with scientific approach is effective in terms of self-confidence, (3) SGD learning models combined with scientific approach is effective in terms of problem solving, (4) SGD learning models combined with contextual approach is effective in terms of self-confidence, (5) TPS learning models combined with scientific approach is more effective than SGD learning models combined with scientific approach in terms of problem solving, (6) TPS learning models combined with scientific approach is as effective as SGD learning models combined with scientific approach in terms of self-confidence. Key words : self-confidence, problem solving, scientific approach, TPS, SGD
2
memenuhi syarat (1) pertanyaan yang diberikan
PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang
terjadinya
tersebut juga merupakan tantangan tersendiri bagi
dunia
pendidikan.
siswa (2) pertanyaan yang diberikan tidak dapat
konsisten
menjalankan
seiring
perkembangan
dengan
pada
Pendidikan
secara
peranannya
untuk
harus dapat dimengerti siswa, tetapi pertanyaan
dijawab dengan
prosedur rutin yang
biasa
potensi
dilakukan siswa. Di sisi lain, jenis masalah yang
generasi penerus agar menjadi sumber daya
sesuai untuk siswa sekolah adalah masalah
manusia yang unggul. Sumber daya inilah yang
mencari
nantinya secara bertahap akan menciptakan
pemecahan masalah akan menuntut siswa untuk
penemuan-penemuan baru yang penting bagi
mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah.
kehidupan manusia. Di Indonesia, peran peting
Menurut Polya (Sri Wardhani, 2010:56) langkah-
pendidikan dipahami dengan merancang fungsi
langkah
dan tujuan pendidikan yang dituliskan dalam UU
memahami masalah, merencanakan penyelesaian
RI No 20 Tahun 2003.
masalah, menyelesaikan masalah, dan melakukan
mengembangkan
Sebagai usaha untuk mencapai tujuan
(problem
pemecahan
to
find).
masalah
Selanjutnya,
terdiri
dari
pengecekan kembali. Selain itu, berdasarkan kurikulum 2013
pendidikan yang diinginkan, dikembangkanlah terbaru
yang
(Kemendikbud, 2013), standar kelulusan siswa
Kurikulum
2013.
dari aspek sikap yaitu akan terbentuk siswa
Pengembangan Kurikulum 2013 difokuskan pada
yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri,
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dan bertanggung
(Kemendikbud:2013). Kurikulum ini diharapkan
dengan lingkungan sosial dan alam. Keterangan
mampu
memiliki
ini menunjukkan bahwa kepercayaan diri menjadi
kemampuan kognisi tinggi yang diiringi dengan
salah satu sikap yang mendapatkan perhatian.
kecakapan dan sikap yang baik.
Menurut Lauster (2002:4) kepercayaan diri
kurikulum. dikembangkan
Kurikulum adalah
membentuk
siswa
yang
jawab
dalam
berinteraksi
matematika
merupakan keyakinan atas kemampuan diri
merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya
dipelajari oleh siswa. Hal ini dikarenakan
tidak
matematika memiliki peranan penting dalam
melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan
pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam
Menurut Branca (Leo Adhar Effendi, 2012:2)
berinteraksi
kemampuan
adalah
dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan
jantungnya matematika. Akibatnya, kemampuan
dan kekurangan diri sendiri. Kepercayaan diri
pemecahan masalah menjadi hal penting yang
akan
perlu dikuasai oleh siswa dan perlu dilatihkan
keberhasilan. Dalam hal ini, kepercayaan diri
bagi siswa. Masalah yang digunakan untuk
terdiri atas beberapa aspek meliputi : keyakinan
melatih kemampuan pemecahan masalah siswa
akan kemampuan diri, kempunyai internal locus
menurut Herman Hujodo (2003 : 149), harus
of control (memandang keberhasilan dari usaha
Dalam
kurikulum
pemecahan
ini,
masalah
terlalu
cemas,
dengan
mengantarkan
merasa
orang
bebas
lain,
seseorang
untuk
memiliki
kepeda
Efektivitas Model Pembelajaran (Anwar Rifa’i) 3
dan
tidak
mudah
menyerah),
objektif,
bertanggung jawab, rasional dan realistis.
dan
Di lain pihak, terdapat indikasi bahwa kemampuan
pemecahan
menanya, mengumpulkan informasi, megasosiasi
masalah
dan
mengomunikasikan.
Dengan
demikian,
pendekatan saintifik akan membantu siswa dalam belajar matematika.
kepercayaan diri siswa Madrash Aliya (MA)
Sementara itu, model pembelajaran juga
belum berkembang secara maksimal. Hal ini
telah
berkaitan dengan beban belajar MA yang lebih
pembelajaran. Model pembelajaran ini memiliki
berat dibandingkan dengan sekolah menengah
keunggulan masing-masing. Salah satu model
formal pada umumnya.
Menurut Slameto
pembelajaran yang sering dipakai adalah model
(2003:54) beban belajar yang berat menjadi salah
pembelajaran kooperatif. Menurut Spencer Kagan
satu faktor penyebab kesulitan belajar siswa
& Miguel Kagan (2009:3.1-3.2) pembelajaran
termasuk kemampuan pemecahan masalah dan
kooperatif merupakan pembelajaran yang paling
kepercayaan diri siswa. Keadaan ini diperkuat
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
dengan hasil wawancara terhadap beberapa siswa
Model pembelajaran kooperatif sendiri juga telah
MAN 1 Yogyakarta yang menyatakan bahwa
dikembangkan oleh para ahli sehingga terdapat
dengan beban belajar yang lebih berat ini mereka
banyak jenis pembelajaran kooperatif, beberapa
merasa kurang maksimal dalam memahami
diantaranya adalah model Think Pair Share (TPS)
materi pelajaran.
dan Spontaneous Group Discussion (SGD).
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
banyak
TPS
dikembangkan
merupakan
oleh
ahli
pembelajaran
yang
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun
mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah
2013 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa
melalui tahap-tahap yaitu think, pair, dan share.
standar proses pembelajaran pada Kurikulum
Model pembelajaran TPS memberi kesempatan
2013
bagi siswa untuk menyelesaikan masalah secara
menggunakan
pendekatan
saintifik,
pembelajaran tematik
dengan dan
individu terlebih dahulu kemudian membawa
tematik. Pendekatan saintifik menjadi pilihan
hasil pemikirannya pada diskusi kelompok.
untuk
Akibatnya,
penyampaian
materi
terpadu,
matematika.
kemampuan
pemecahan
masalah
Pendekatan ini menganut paham konstruktivisme
siswa menjadi lebih berkembang baik secara
di mana siswa dituntut untuk membangun
individu
pengetahuannya
Daryanto
menurut Fogarty dan Robin (Daryanto, 2014 : 38)
(2014:51) pendekatan saintifik merupakan proses
pembelajaran kooperatif tipe TPS melatih siswa
pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk
untuk berani menyampaikan pendapatnya dan
secara aktif membangun prinsip, konsep atau
mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar.
hukum
sendiri.
melalui
Langkah-langkah
Menurut
langkah-langkah ini
saintifik.
diuraikan
Permendikbud
nomor
lampiran
dan Permendikbud nomor 103
IV
81
A
tahun
dalam 2013
tahun 2014 yang terdiri dari : mengamati,
maupun
berkelompok.
SGD merupakan mengarahkan
siswa
Selain
pembelajaran
untuk
itu,
yang
menyelesaikan
masalah melalui tahapan berkelompok secara spontan
dan
bervariasi,
berdiskusi
tentang
permasalahan, guru memanggil kelompok satu
4
persatu,
kemudian
siswa
untuk
Discussion (SGD) dengan pendekatan saintifik
diskusi.
Model
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah
pembelajaran SGD mudah untuk dilakukan
matematika dan sikap kepercayaan diri siswa
karena pembelajarannya yang sederhana dan
Madrasah Aliyah Negeri 1 Yogyakarta.
melakukan
meminta
presentasi
hasil
spontan sehingga tidak membutuhkan banyak
Rumusan masalah dalam penelitian ini
persiapan. Pembelajaran SGD yang dilakukan
adalah:
secara berkelompok memberikan kesempatan
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik
bagi siswa untuk saling bertukar ide dalam
efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan
diskusi pemecahan masalah. Selain itu, dalam
masalah siswa? (2) Apakah model pembelajaran
model
tahap
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik
pemanggilan semua kelompok untuk melakukan
efektif ditinjau dari kepercayaan diri siswa? (3)
presentasi, tahap ini mendorong siswa untuk
Apakah
meningkatkan kepercayaan diri terutama dalam
pendekatan
menyampaikan pendapat.
kemampuan pemecahan masalah siswa? (4)
pembelajaran
SGD
terdapat
Uraian sebelumnya memberikan harapan
(1)
Apakah
model
Apakah
pembelajaran
saintifik
model
model
efektif
pembelajaran
dengan
ditinjau
SGD
dari
dengan
pendekatan
pendekatan saintifik mampu mengatasi masalah
kepercayaan diri siswa? (5) Jika keduanya efektif
ini.
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah
model
TPS
matematika
menggunakan
pendekatan
pada
suatu
ditinjau
dari
saintifik
siswa, manakah model pembelajaran yang lebih
pembelajaran
efektif antara model pembelajaran kooperatif tipe
matematika melalui tahap-tahap saintifik yang
TPS dengan pendekatan saintifik dan model
dilakukan secara berkelompok menggunakan
pembelajaran SGD dengan pendekatan saintifik?
model TPS sehingga di akhir pembelajaran siswa
(6)
mampu menemukan konsep, prinsip, atau hukum
kepercayaan
matematika tertentu. Di lain pihak, pembelajaran
pembelajaran yang lebih efektif antara model
matematika menggunakan model SGD dengan
pembelajaran
pendekatan saintifik menekankan pada suatu
pendekatan saintifik dan model pembelajaran
pembelajaran matematika melalui tahap-tahap
Spontaneous SGD dengan pendekatan saintifik?
menekankan
dengan
efektif
SGD
bahwa model pembelajaran TPS dan SGD dengan
Pembelajaran
saintifik
pembelajaran
saintifik yang dilakukan secara spontan dan sederhana. uraian
yang
telah
keduanya diri
efektif
siswa,
kooperatif
ditinjau
manakah
tipe
TPS
dari model
dengan
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk
Berdasarkan
Jika
mendeskripsikan
pembelajaran
kooperatif
keefektifan tipe
TPS
model dengan
disampaikan, dan potensi yang terdapat pada
pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan
langkah
pemecahan
pembelajaran
dengan
pendekatan
malalah
siswa,
(2)
untuk
saintifik menggunakan model pembelajaran TPS
mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran
dan SGD perlu diteliti tentang efektivitas
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
ditinjau dari kepercayaan diri siswa, (3) untuk
Think Pair Share (TPS) dan Spontaneous Group
mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran
Efektivitas Model Pembelajaran (Anwar Rifa’i) 5
SGD dengan pendekatan saintifik ditinjau dari
pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan
kemampuan pemecahan masalah siswa, (4) untuk
pemecahan masalah dan kepercayaan diri siswa.
mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran
METODE PENELITIAN
SGD dengan pendekatan saintifik ditinjau dari kepercayaan diri siswa, (5) jika keduanya efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa, maka untuk mendeskripsikan manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran
Jenis Penelitian Jeis penelitian ini adalah quasi experiment Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian
dilakukan
di
MAN
1
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik
Yogyakarta pada kelas X MIA semester 1 tahun
dan model pembelajaran SGD dengan pendekatan
ajaran 2015/2016 pada materi barisan dan deret.
saintifik, (6) jika keduanya efektif ditinjau dari kepercayaan
diri
siswa,
maka
mendeskripsikan manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan
saintifik
dan
Populasi dan Sampel Penelitian
untuk
model
pembelajaran SGD dengan pendekatan saintifik.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA di MAN 1 Yogyakarta yang berjumlah
101
siswa.
Pemilihan
sampel
dilakukan secara cluster random design dan menghasilkan kelas X MIA 3 MAN 1 Yogyakarta
Manfaat dari penelitian ini ditujukkan kepada guru, siswa, dan peneliti sendiri. Manfaat bagi guru yaitu: (1) memberikan referensi bagi guru dalam menerapkan pendekatan saitifik yaitu
1 sebanyak 34 siswa sebagai kelas eksperimen pertama sedangkan kelas X MIA 2 MAN 1 Yogyakarta sebanyak 33 siswa menjadi kelas eksperimen kedua.
dengan model pembelajaran TPS dan SGD, (2) memberikan referensi bagi guru mengenai cara
Variabel
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
Variabel yang terdapat dalam penelitian
dan kepercayaan diri siswa, (3) membantu guru
ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat dan
dalam
pemebelajaran
variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian
matematika yang menarik dan efektif. Manfaat
ini adalah pembelajaran menggunakan model
bagi siwa adalah: (1) membantu siswa dalam
TPS dan SGD dengan pendekatan saintifik.
melatih kepercayaan diri, (2) membiasakan siswa
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
dalam
kemampuan
menciptakan
suasana
menyelesaikan
permasalahan-
pemecahan
masalah
dan
permasalahan matematika, (3) melatih siswa
kepercayaan diri siswa. Selanjutnya, variabel
untuk
terikat dalam penelitian ini adalah alokasi
mampu
menyampaikan
pendapatnya
kepada orang lain. Selanjutnya, manfaat bagi
pembelajan, guru, dan materi barisan dan deret.
peneliti
Desain Penelitian
adalah:
(1)
memberikan
sarana
pengembangan diri dalam hal penelitian dan proses mengajar, (2) memberikan gambaran mengenai keefektifan model pembelajaran TPS dengan pendekatan saitifik dan SGD dengan
Penelitian pretest-posttest
ini
menggunakan
nonequivalent
group
desain design.
Desain penelitian disajikan dalam tabel berikut.
6
Tabel 1. Desain Eksperimen Kelompok Eksperimen 1 (E1)
TPS dengan pedekatan saintifik SGD dengan pendekatan saintifik
Pretest Skala
Kelompok Eksperimen 2 (E2)
test. Semua uji ini dilakukan dengan bantuan
Pretest Skala
Posttest
IBM SPSS Statistics 21. Model pembelajaran dikatakan efektif
Skala Posttest
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah jika
Skala
nilai rata-rata kelas eksperimen sama dengan atau
Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
lebih dari KKM yaitu 76. Semtara itu, model
dalam
pembelajaran efektif ditinjau dari kepercayaan
penelitian ini adalah instrumen test dan instrumen
diri jika skor skala kepercayaan diri lebih dari 70.
nontest. Instrumen test berupa soal pretest dan
Kriteria
posttest yang masing-masing terdiri atas empat
kepercayaan diri berikut.
soal essay. Instrumen test digunakan untuk
Tabel 2. Kategori Kepercayaan Diri Siswa
Instrumen
yang
digunakan
ini
berdasarkan
tabel
Interval Skor
mengumpulkan data kemampuan pemecahan
kategori
Kategori
masalah siswa. Di lain pihak, instrumen nontest
X X i 1,8Sbi
terdiri dari lembar observasi pembelajaran, skala
X i 0,6 Sbi X X i 1,8 Sbi
awal dan
akhir kepercayaan diri.
X i 0,6Sbi X X i 0,6Sbi
55 < X≤ 70
observasi
digunakan
X i 1,8Sbi X X i 0,6Sbi
40 < X ≤ 55
untuk
Lembar
mengetahui
keterlaksanaan model pembelajaran, sedangkan skala
awal
dan
akhir
digunakan
untuk
X > 85 70< X ≤ 85
X X i 1,8Sbi
Cukup Kurang Sangat kurang
X ≤ 40
Keterangan : Xi
mengumpulkan data kepercayaan diri siswa.
Kriteria Sangat tinggi Tinggi
1 (skor maksimal ideal + 2
: Rerata ideal =
skor minimal ideal) Teknik Analisis Data
: Simpangan baku ideal =
X
maksimal ideal – skor minimal ideal) : skor empiris
Analisis yang dilakukan terdiri dari dua tahap
yaitu
deskripsi
tentang
pelaksanaan
1 6
Sbi
(skor
pembelajaran dan deskripsi data yang terdiri dari
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
deskripsi awal dan deskripsi akhir data. Deskripsi
HASIL PENELITIAN
awal
Data Test Kemampuan Pemecahan Masalah
terdiri
dari
uji
normalitas
dan
uji
homogenitas data. Uji normalitas dilakukan
Rata-rata nilai pretest dan posttest kelas
menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan taraf
eksperimen pertama lebih tinggi daripada kelas
signifikasi 0,05. Uji homogenitas dilakukan
eksperimen
menggunakan Levene's dengan taraf signifikasi
eksperimen kedua memiliki nilai standar deviasi
0,05. Deskripsi akhir yang dilakukan berupa uji
posttest yang lebih kecil dari kelas ekperimen
hipotesis. Untuk mengetahui keefektifan dari
pertama sedangakan nilai standar deviasi pretests
masing-masing metode pembelajaran digunakan
pada kelas eksperimen kedua lebih besar daripada
uji one sample t-test. Selanjutnya, dilakukan uji
kelas eksperimen pertama. Secara lebih lengkap
perbandingan antara metode TPS dan SGD
data disajikan dalam tabel berikut.
dengan pendekatan saintifik yang diawali dengan uji rata-rata menggunakan independent sample t
kedua.
Di
lain
pihak,
kelas
Efektivitas Model Pembelajaran (Anwar Rifa’i) 7
Tabel 3. Data Test Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok E1 Pretest Posttest 48,56 83,38 69 93 31 68 9,066 5,146 82,193 26,486 0% 94,12 %
Deskripsi Rata-rata Maksimum Minimum SD Varians Ketuntasan
disajikan rata-rata hasil pencapaian pada setiap
Kelompok E2 Pretest Posttest 45,24 80,91 65 93 19 68 9,692 4,895 93,939 23,96 0% 90,9%
langkah penyelesaian masalah. Tabel 5. Data Rata-rata Tiap Langkah Pemecahan Masalah
E1
Data Skor Skala Kepercayaan Diri Kedua kelas eksperimen tidak hanya
E2
Memahami
Merencanakan
Menyelesaikan
Pengecekan
Pretest
9.18
6.53
6.53
3.97
Posttest
13.03
11.53
10.32
11.79
Pretest
9.24
6.21
5.21
3.76
Posttest
12.09
11.18
10.48
11.58
dikenai soal pretest dan posttest saja tetap juga skala awal dan akhir kepercayaan diri. Hasil analisis dari skor ini disajikan dalam tabel berikut Tabel 4. Data Kepercayaan Diri Siswa Kelompok E1
Deskripsi
Kelompok E2
Sesudah
Sebelum
Sesudah
71,06 5,898 34,784 81 60
72,44 4,850 23,527 83 61
70,70 6,502 42.280 80 51
72,24 5,995 35,939 84 62
analisis
statistik
Berdasarkan
diri
siswa
pada
pemecahan
kedua
kelas
eksperimen relatif sama. Namun, nilai standar
masalah
siswa
meningkat pada setiap langkahnya. Peningkatan terlihat pada kemampuan
pengecekan kembali meskipun pada ketiga langkah yang lain juga mengalami peningkatan yang signifikan. PEMBAHASAN Deskripsi Pelaksanaan
yang
disajikan dalam Tabel 4, skor awal skala kepercayaan
kemampuan
paling signifikan
Sebelum
Rata-rata SD Varians Maksimum Minimum
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa
Pelaksanaan
model
pembelajaran
di
dalam kelas dilakukan oleh dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.
deviasi skor awal kelas pertama lebih kecil Pada
daripada kelas eksperimen kedua. Selanjutnya, skor akhir skala kepercayaan diri siswa kelas eksperimen petama juga relatif sama dengan kelas eksperimen kedua sedangkan nilai standar deviasi skala akhir kelas eksperimen pertama
pembelajaran
TPS
dengan
pendekatan saintifik, siswa melakukan proses think terlebih dahulu. Selama proses think secara mandiri siswa melakukan kegiatan mengamati, menanya, dan mengumpulkan informasi yang difasilitasi dengean Lembar Kegiatan Siswa
lebih kecil dari kelas eksperimen kedua.
(LKS). Selanjutnya, dibentuk pasangan-pasangan Data Kemampuan Pemecahan Masalah Data mengenai pencapaian siswa dalam setiap langkah-langkah pemecahan masalah yang terdiri
dari
proses
memahami
masalah,
merencanakan, menyelesaikan masalah hingga pengecekan kembali juga dapat dilihat melalui pretest dan posttest yang dilakaukan. Berikut
secara heterogen. Pembentukan pasangan ini didasarkan pada nilai prestasi siswa sebelum penelitian dilakukan. Selama proses berpasangan siswa aktif berdiskusi tentang masalah yang telah mereka
coba
sebelumnya.
Di
pecahkan akhir
secara
pembelajaran
mandiri siswa
melakukan presentasi hasil diskusi. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, disimpulkan
8
bahwa presentase keterlaksanaan pembelajaran
saintifik efektif terhadap kemampuan pemecahan
TPS dengan pendekatan saintifik adalah sebesar
masalah siswa. Model pembelajaran TPS dengan
97 %.
pendekatan saintifik memfasilitasi siswa untuk Pada
pembelajaran
pendekatan
saintifik,
dengan
berpikir secara mandiri sebelum berdiskusi secara
langsung
berpasangan. Proses berpikir secara mandiri ini
SGD siswa
dikondisikan untuk berkelompok secara spontan
mengarahkan
dan bervariasi pada setiap pertemuan. Selama
masalah menggunakan pengetahuan yang telah
proses berdiskusi, siswa saling bertukar pikiran
dimiliki sebelumnya. Di lain pihak, pendekatan
untuk memecahkan masalah yang disajikan dalam
saintifik
Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Setelah siswa
menyelesaikan masalah sesuai alur pada tahap-
melakukan diskusi guru memanggil satu persatu
tahap saintifik, sehingga penggabungan model
kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya
pembelajaran TPS dan pendekatan saintifik efktif
di depan kelas. Berdasarkan observasi yang
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.
dilakukan
Keefektifan model pembelajaran TPS dengan
persentase
keterlaksanaan
model
siswa
untuk
mengarahkan
untuk
pendekatan
sebesar 96 %.
penelitian Eny Sulistianingsih (2014), yang
yang
Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas
oleh
pemecahan
masalah
Hal
ini
karena
dengan
pendekatan
pemecahan masalah siswa.
dan
kepercayaan diri sebelum dan sesudah perlakuan normal.
digabungkan
kontekstual efektif ditinjau dari kemampuan
Berdasarkan uji yang dilakukan terhadap
berdistribusi
didukung
menyatakan bahwa model pembelajaran TPS
Deskripsi Data
kemampuan
juga
siswa
pembelajaran TPS dengan pendekatan saintifik
data
saintifik
menyelesaikan
nilai
signifikasi pada masing-masing data lebih dari
Model Pembelajaran TPS dengan Pendekatan Saintifik Efektif Ditinjau dari Kepercayaan Diri Siswa
0,05. Di lain pihak, data kemampuan pemecahan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
masalah dan kepercayaan diri pada kedua
menggunakan one sample t-test diperoleh nilai
variabel juga memiliki varians yang sama. Kedua
signifikasi sebesar 0,006. Nilai ini kurang dari
variabel baik sebelum maupun sesudah perlakuan
0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti model
memiliki nilai signifikasi yang lebih dari 0,05.
pembelajaran TPS dengan pendekatan saintifik
Model Pembelajaran TPS dengan Pendekatan Saintifik Efektif Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah
efektif terhadap sikap kepercayaan diri siswa. Pembelajaran TPS menuntut siswa untuk percaya diri
dalam
menyelesaikan
masalah
secara
individu dan berdiskusi dengan pasangannya. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan one sample t-test diperoleh bahwa nilai signifikasi adalah 0,000. Nilai ini kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti model pembelajaran TPS dengan pendekatan
Selain itu, pembelajaran TPS dengan pendekatan saintifik juga menuntut siswa untuk secara percaya diri menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Menurut Robertson (Mahmoed
Efektivitas Model Pembelajaran (Anwar Rifa’i) 9
Kddoura, 2013:6) model pembelajaran kooperatif
keputusan bersama. Selanjutnya, hasil penelitian
TPS
ini
memiliki
berbagai
kelebihan
yang
juga
sejalan
dengan
penelitian
Ratih
menguntungkan siswa. Kelebihan yang dimaksud
Damayanti (2013) yang menyatakan bahwa
adalah
akan
pembelajaran SGD akan meningkatkan aktivitas
Seperti yang sudah
siswa dalam memecahkan masalah dari 17,4 %
meningkatkan
keyakinan
kemampuan diri siswa.
diuraikan sebelumnya bahwa keyakinan akan
menjadi
kemampuan diri merupakan salah satu aspek
pemecahan
kepercayaan diri siswa, sehingga kepercayaan diri
semakin terlatih dalam memecahkan masalah
siswa
sehingga kemampuan pemecahan masalahanya
akan
meningkat
seiring
dengan
73,91%. masalah
Peningkatan akan
aktivitas
membuat
siswa
meningkatnya keyakinan siswa. Hasil penelitian
akan meningkat
ini juga didukung oleh Fadiah Khairina Pertiwi
Model Pembelajaran SGD dengan Pendekatan
(2014), yang menyatakan bahwa pembelajaran
Saintifik Efektif Ditinjau dari Kepercayaan
TPS
Diri Siswa
berbasis
masalah
akan
meningkatkan
kepercayaan diri siswa.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
Model Pembelajaran SGD dengan Pendekatan
menggunakan one sample t-test diperoleh bahwa
Saintifik Efektif Ditinjau dari Kemampuan
nilai signifikasi sebesar 0,039. Nilai ini kurang
Pemecahan Masalah
dari 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
model pembelajaran SGD dengan pendekatan
menggunakan one sample t-test diperoleh bahwa
saintifik efektif terhadap sikap kepercayaan diri
nilai signifikasi sebesar 0,000. Nilai signifikasi
siswa. Pembelajaran SGD dengan pendekatan
kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini
saintifik
berarti
dengan
berdiskusi dalam kelompok. Proses ini menuntut
pendekatan saintifik efektif terhadap kemampuan
siswa untuk saling bertanggung jawab terhadap
pemecahan masalah siswa. Pembelajaran SGD
teman satu timnya. Menurut Lauster (Surya
dengan pendekatan saintifik mengondisikan siswa
Bintarti, 2013:93) tanggung jawab merupakan
untuk berdiskusi secara berkelompok dalam
salah satu aspek dalam kepercayaan diri, sehingga
memecahkan masalah. Kelompok terdiri dari
kepercayaan diri siswa pun akan meningkat
empat
Proses
seiring dengan meningkatnya sikap tanggung
berdiskusi ini juga diarahkan dengan pendekatan
jawab. Selain itu, pembelajaran SGD dengan
saintifik
berlatih
pendekatan saintifik juga memfasilitasi siswa
tahap-tahap
untuk mengomunikasikan hasil diskusinya yang
model
pembelajaran
sampai
dengan
sehingga
memecahkan
masalah
SGD
lima orang.
siswa
akan
melalui
memfasilitasi
siswa
untuk
saling
saintifik. Hal ini sejalan dengan pendapat Tukiran
akan melatih kepercayaan diri siswa.
Taniredja, dkk. (2012: 33), yang menyatakan
Hasil Uji Rata-rata
bahwa manfaat dari adanya diskusi kelompok
Uji rata-rata dilakukan terhadap data kedua
adalah melatih siswa dalam mengidentifikasi
variabel sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil
dan memecahkan
masalah
serta
mengambil
10
dari uji rata-rata sebelum perlakuan disajikan
dan SGD dengan pedekatan saintifik terhadap
dalam tabel berikut.
kepercayaan diri siswa. Dengan kata lain, kedua
Tabel 6. Hasil Uji Rata-rata antara Kelompok E1 dan E2 Sebelum Perlakuan
model pembelajaran sama efektifnya terhadap
Variabel Pemecahan Masalah Kepercayaan Diri
Kelompok E1 E2 E1 E2
Rata-rata 48,56 45,24 71,06 70,70
Sig. 0,153 0,812
dari kedua signifikasi lebih dari 0,05 sehingga Ho
pendekatan saintifik dan kelompok SGD dengan pendekatan saintifik, maka kemampuan awal kelompok
pada
aspek
kemampuan
pemecahan masalah dan kepercayaan diri sama. Selanjutnya, hasil uji rata-rata setelah
Lebih
Pembelajaran Saintifik
Efektif SGD
daripada
dengan
Ditinjau
dari
Model
Pendekatan Kemampuan
Pemecahan Masalah
Dengan kata lain, tidak terdapat
perbedaan rata-rata antara kelompok TPS dengan
kedua
Model Pembelajaran TPS dengan Pendekatan Saintifik
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa nilai
diterima.
kepercayaan diri siswa.
Berdasarkan uji independent sample t-test diperoleh nilai signifikan 0,048. Nilai ini kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti model pembelajaran TPS dengan pendekatan saintifik lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran SGD dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.
perlakuan disajikan dalam tabel berikut.
Pada pembelajaran TPS dengan pendekatan
Tabel 7. Hasil Uji Rata-rata antara Kelompok E1 dan E2 Setelah Perlakuan
saintifik siswa akan mendapatkan kesempatan
Variabel Pemecahan Masalah Kepercayaan Diri
Kelompok E1 E2 E1 E2
Rata-rata 83,38 80,91 72,44 72,44
Sig. 0,048 0,882
untuk berpikir secara mandiri terlebih dahulu sebelum
berdiskusi
secara
berpasangan,
sedangkan pada pembelajaran SGD dengan pendekatan saintifik langsung mengarahkan siswa
Berdasarkan Tabel 7, diperoleh nilai
untuk berdiskusi kelompok. Akibatnya, siswa
signifikasi untuk variabel pemecahan masalah
memiliki kesempatan belajar dengan lebih baik
kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0
pada pembelajaran TPS. Selain itu, jumlah
ditolak, artinya terdapat
rata-rata
anggota kelompok pada pembelajaran TPS lebih
antara kelompok pembelajaran TPS dengan
sedikit dibandingkan dengan SGD, sehingga
pendekatan saintifik dan SGD dengan pedekatan
proses pembelajaran TPS dengan pendekatan
saintifik
pemecahan
saintifik berjalan lebih efektif. Hal ini sejalan
masalah, sehingga salah satu model pembelajaran
dengan pendapat Tukira Taniredja (2012 : 26),
lebih efektif. Di lain pihak, hasil perhitungan nilai
yang
sigfikasi untuk variabel kepercayaan diri siswa
kelompok
adalah lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan
anggotanya tidak terlalu banyak sehingga tidak
bahwa H0 diterima, artinya tidak terdapat
akan ada anggota yang hanya menumpang
perbedaan
nama. Oleh karena itu model pembelajaran TPS
terhadap
perbedaan
kemampuan
rata-rata
antara
kelompok
pembelajaran TPS dengan pendekatan saintifik
dengan
menyebutkan akan
bahwa
efektif
pendekatan
pembentukan
apabila
saintifik
lebih
jumlah
efektif
Efektivitas Model Pembelajaran (Anwar Rifa’i) 11
dibandingkan dengan model pembelajaran SGD dengan pendekatan saintifik.
TPS dengan pendekatan saintifik efektif
Model Pembelajaran TPS dengan Pendekatan Saintifik Sama Efektifnya dengan Model Pembelajaran Saintifik
SGD
Ditinjau
2. Pembelajaran menggunakan model kooperatif
3. Pembelajaran menggunakan model kooperatif
Pendekatan
SGD dengan pendekatan saintifik efektif
Kemampuan
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah
dengan dari
ditinjau dari kepercayaan diri siswa.
siswa.
Kepercayaan Diri Siswa Berdasarkan uji independent sample t-test
4. Pembelajaran menggunakan model kooperatif
diperoleh nilai signifikan 0,882. Nilai ini lebih
SGD dengan pendekatan saintifik efektif
dari 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti
ditinjau dari kepercayaan diri siswa.
model pembelajaran TPS dengan pendekatan
5. Pembelajaran menggunakan model kooperatif
saintifik sama efektifnya dengan pembelajaran
tipe TPS dengan pendekatan saintifik lebih
SGD dengan pendekatan saintifik terhadap
efektif daripada pembelajaran menggunakan
kepercayaan
model
diri
siswa.
Kedua
metode
kooperatif
tipe
SGD
dengan
pembelajaran memiliki kelebihannya masing-
pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan
masing.
pemecahan masalah.
Pada
pembelajan
TPS
dengan
pendekatan saintifik, siswa akan dituntut untuk percaya diri dalam menyelesaikan masalah baik secara individu maupun berpasangan. Pada pembelajaran SGD dengan pendekatan saintifik siswa
dituntut
untuk
berdiskusi dengan
percaya
diri
anggota kelompok
dalam yang
6. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik sama efektifnya
dengan
pembelajaran
menggunakan model kooperatif tipe SGD dengan pendekatan saintifik ditinjau dari kepercayaan diri siswa.
berbeda-beda pada setiap pertemuan. Selain itu, kedua
model
pembelajaran
ini
sama-sama
memiliki tahap mengomunikasikan yang akan melatih
kepercayaan
diri
siswa
dalam
menyampaikan hasil diskusinya.
Saran Berdasarkan
penelitian
yang
telah
dilakukan disarankan kepada guru matematika untuk
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik
SIMPULAN DAN SARAN
dan SGD dengan pendekatan saintifik, sehingga
Simpulan
membawa dampak positif pada kemampuan
Berdasarkan pembahasan
hasil
analisis
yang telah dilakukan,
data dan
pemecahan masalah dan kepercayaan diri siswa.
dapat
Selanjutnya, untuk mendapatkan hasil yang lebih
disimpulkan beberapa hal yaitu :
optimal dalam hal peningkatan kemampuan
1. Pembelajaran menggunakan model kooperatif
pemecahan masalah siswa disarankan guru
TPS dengan pendekatan saintifik efektif
menggunakan model pembelajaran TPS dengan
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah
pendekatan saintifik.
siswa.
12
DAFTAR PUSTAKA Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta : Gava Media. Effendi, Leo Adhar. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Tesis. SPs UPI Bandung.
Kagan, Spencer & Miguel, Kagan. (2009). Kagan Cooperative Learning. San Clemente: Kagan Publishing. Kemendikbud. (2013). Kurikulum2013 Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA). Jakarta: Kemendikbud. Lauster, Peter. 2002. Tes Kepribadian (Terjemahan D.H Gulo). Edisi Bahasa Indonesia. Cetakan Ketiagabelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Eny Sulistyaningsih. (2014). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS) dengan Pendekatan Kontekstual ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Sikap Tanggung Jawab Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Wates. Skripsi. UNY.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Fadiah Khairina Pertiwi. (2014). Efektivitas Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Think Talk Write (TTW) dan Think Pair Share (TPS) Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wonosari Gunungkidul. Skripsi. UNY.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Herman Hudojo. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jakarta: JICA. IMSTEP. Kaddoura, Mahmoed. (2012). Think Pair Share: A teaching Learning Strategy to Enhance Students' Critical Thinking. Jornal of Educational Research Quarterly; Jun 2013; 36, 4; ProQuest Education Journals. Hal. 3.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Lampiran IV tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.
Ratih Damayanti. (2013). Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika dengan Metode Spontaneous Group Discussion. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sri Wardhani. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Yogyakarta: PPPPTK. Tukiran Taniredja, Efi Miftah, & Sri Harmianto. (2012). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. Undang-undang RI No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.