e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INTRODUCTION TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PADA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V Eva Paramita1, I Nyoman Wirya2, I Made Tegeh3 Jurusan PGSD1, Jurusan BK2, Jurusan TP3, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan membaca Bahasa Indonesia yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Introduction dan konvensional pada siswa kelas V di Gugus IX Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung..Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN 3 Darmasaba yang berjumlah 27 orang dan siswa kelas V SDN 6 Darmasaba yang berjumlah 22 orang. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data test yaitu tes objektif berjual 40 butir.. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis 1tatistic deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan hasil keterampilan berbicara yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran Problem Based Introduction dan siswa yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran konvensional (ttabel = 2,03 > thitung = 4,31). Perbandingan hasil perhitungan rata-rata hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Introduction adalah 22,22 lebih besar dari rata-rata hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional adalah 20,59. Hal ini berarti penerapan model pembelajaran Problem Based Introduction berpengaruh terhadap keterampilan membaca Bahasa Indonesia siswa kelas V semester genap di Gugus IX Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung tahun pelajaran 2015/2016. Kata-kata kunci: problem based introduction, keterampilan membaca
Abstract This research aims to know the difference between the results of learning Bahasa Indonesia (reading) dibelajarkan skills with Problem-Based learning model Introduction and conventional on the students of class V in Cluster IX Sub-districts Abiansemal Badung district..types of this research is a research experiment pseudo . A sample of this research are the students in grade 5 at SDN 3 Darmasaba which numbered 27 people and students in grade 5 at SDN 6 Darmasaba which numbered 22 people. Data Collection in this research using the methods of data collection test is the test the objective of selling and 40 bullet.. The data collected were analyzed using descriptive tatistic analysis and inferential statistics (test-t). The results of this study found that there was a difference in the skills of speaking that significant between groups of children who follow the teaching Problem Based Introduction and students who follow the teaching of conventional learning model (t table = 2.03 > tvalue = 4,31). Comparison of the results of the calculation of the average results of the Indonesian language reading skills students who follow the teaching learning model Problem Based Introduction is 22,22 is greater than the average results of the Indonesian language reading skills students who follow the conventional teaching models is 20,59. This means that the implementation of Problem-Based learning model Introduction affect reading skills Bahasa Indonesia students in grade 5 semesters
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 fulfilled in Cluster IX Sub-districts Abiansemal Badung district years 2015/2016 lessons Key words: problem based introduction, reading skills
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan momentum awal bagi anak untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas mereka mendapatkan semangat belajar yang kemudian menjadi kebiasaankebiasaan yang akan mereka lakukan di kemudian hari. Sehingga peran seorang guru sangatlah penting untuk dapat menanamkan kebiasaan baik bagi siswanya, bagaimana mereka dituntut memiliki kompetensi-kompetensi yang kemudian dapat meningkatkan kemampuan belajar siswanya. Trianto (2011:1), menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat pengembangan, sehingga akan selalu terjadi perubahan secara berkesinambungan dalam bidang pendidikan sejalan dengan perubahan budaya kehidupan sebagai antisipasi kepentingan kedepannya. Munculnya tuntutan akan latar belakang pendidikan dalam persaingan di dunia global mulai menjadikan pendidikan sebagai hal penting pada seluruh lapisan masyarakat, karena secara umum pendidikan tersebut bertujuan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan cerdas. Namun, keinginan yang tinggi tentu harus diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan agar mampu menciptakan lulusan yang berkualitas. Hal tersebut menjadi alasan perlunya membenahi sistem pendidikan saat ini agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya dengan membenahi kurikulum yang terus disempurnakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Keberhasilan suatu kurikulum tersebut tergantung kepada bagaimana kurikulum itu dilaksanakan atau diimplementasikan. Sebaik apapun
kurikulum tersebut dirancang, apabila pelaksanaannya tidak didukung oleh berbagai unsur maka kurikulum tersebut akan sulit mencapai hasil yang diharapkan (Hernawan, 2011:25). Untuk meningkatkan mutu pendidikan, tidak akan berhasil apabila hanya satu komponen saja yang diperbaiki seperti perubahan kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tidak akan sesuai dengan harapan yang diinginkan apabila pelaku pendidikan tidak memiliki kesiapan dalam menerapkannya. Oleh sebab itu kualitas guru juga perlu ditingkatkan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sejalan dengan peningkatan mutu pendidikan perlu diupayakan kegiatan pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Sebagai contoh nyata permasalahan di lapangan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, guru dominan menerapkan pembelajaran konvensional. Dalam pemebalajaran ini peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada peserta didik. Yang sering digunakan pada pembelajaran konvensional antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode penugasan. Tidak semua siswa dapat maksimal dengan model belajar hanay mendengarkan ceramah. Siswa menjadi pasif dalam pembelajaran konvensional dikarenakan siswa hanya mendengarkan ceramah guru tanda praktek secara langsung padahal dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terutama pada keterampilan membaca memerlukan praktek secara langsung. Rahim (2008:2) menyatakan bahwa “membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar menghafal tulisan, tetapi melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikoinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dalam kata-kata lisan”. Hasil temuan di lapangan dalam belajar keterampilan membaca Bahasa Indonesia di Gugus IX Kecamatan Abiansemal guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan keterampilan membaca ini, sehingga belajar membaca yang rumit tetap saja dirasakan rumit setelah dibelajarkan. Hal inilah yang menyebabkan siswa tidak mampu mencapai hasil belajar yang tinggi. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka dari itu salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca Bahasa Indonesia siswa adalah melalui melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Introduction merupakan salah satu alternatif yang sekiranya mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, sehingga apa yang dipelajari siswa tidak hanya berupa hafalan akan tetapi juga mampu diaplikasikan dikehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari. Rahim (2008:2) menyatakan bahwa “membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar menghafal tulisan, tetapi melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikoinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan”. Sejalan dengan Iskandarwasid (2010:245) menyatakan “Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks”. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus. Menurut Mulyati (2008:1.12) “membaca juga merupakan keterampilan reseftif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara”. Jadi, membaca merupakan suatu aspek dari keterampilan berbahasa yang digunakan dalam kegiatan berkomunikasi dan kegiatan untuk
mendapat makna dari apa yang tertulis pada teks Tarigan (1986:9) menyatakan tujuan “membaca adalah untuk mencari serta memroleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaaan”. Menurut Subana (2000:24) tujun membaca adalah, Mengerti atau memahami isi/pesan yang terkandung dalam suatu bacaan dan mencari informasi yang bersifat, a) kognitif dan intelektual, yakni digunakan seseorang untuk menambah keilmiahannya sendiri, b) referensial dan factual, yakni yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini, c) efektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maknan tujuan membaca adalah untuk dapat memahami pesan yang ada dalam suatu bacaan dengan mencari informasi yang mecakup isi, serta memahami makna bacaan Problem Based Introduction adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi siswa untuk mengembangkan ketrampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjadikan masalah nyata sebagai penerapan konsep, Problem Based Introduction menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar siswa sebelum mereka mengetahui konsep formal. Dengan diterapkannya model pembelajaran Problem Based Introduction pada keterampilan membaca yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan berkelanjutan akan sangat membantu siswa untuk meningktakan kemampuan membacanya. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dilakukan penelitian yang berjudul: Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Introduction Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V di Gugus IX Desa Darmasaba Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Penelitian hanya dilakukan pada satu mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia kelas V SD Gugus IX Darmasaba. Bahasa Indonesia pada penelitian ini terbatas pada Keterampilan Membaca. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Based Introduction dengan siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IX Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Based Introduction dengan siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IX Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung tahun pelajaran 2015/2016. Secara teoretis penelitian ini dapat memberikan sumbangan data, khususnya pengetahuan tentang model pembelajaran Problem Based Introduction sebagai alternatif model pembelajaran terkait pengembangan Keterampilan Membaca Bahasa Indonesia siswa. Hasil penelitian ini dapat membantu siswa untuk belajar secara aktif dalam mengembangkan potensinya baik dalam pemahaman materi, mengaplikasi ilmu yang telah dipelajari, mengintegrasikan ilmu yang diperoleh
dengan realita, maupun mengasah sikap ilmiah dari masing-masing siswa sesuai dengan tuntutan pembelajaran karena siswa diberikan kesempatan untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian ini dapat menjadi pilihan bagi guru dalam merancang kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta dapat memenuhi kebutuhan siswa dengan berbagai karakter dan gaya belajar yang berbeda-beda sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna. Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum yang menghendaki siswa secara aktif mengonstruksi pengetahuannya sendiri serta memberikan ruang dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para peneliti bidang pendidikan, yaitu mengenai strategi pembelajaran untuk diteliti dan dikembangkan dari berbagai aspek yang mungkin saja terdapat hubungannya dengan konsep-konsep pembelajaran dan teori-teori pembelajaran yang ada. METODE Jenis peneilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen Non Equivalent Post-test Only Control Group Design. Desain penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Non Equivalent Post-test Only Control Group Design Kelas Treatment Post-test Eksperimen X O1 Kontrol O2 (sumber:Sugiyono, 2010) Keterangan: E = kelompok eksperimen, K =kelompok kontrol, X = Perlakuan dengan Model Pembelajaran Self Regulated Learning berbantuan media lingkungan, O1 = post–test terhadap kelompok eksperimen, O2 = post–test terhadap kelompok kontrol.
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Dalam penelitian ini, terdapat satu variabel independent (bebas) dan satu variabel dependent (terikat). Variabel independent tersebut adalah model pembelajaran model pembelajaran Problem Based Introduction dan variable dependent adalah keterampilan membaca Bahasa Indonesia siswa. Penelitian ini adalah penelitian populasi dengan jumlah sampel 186 siswa. Dari populasi yang ada, ditentukan sampel dengan tehnik random sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, terlebih dahulu melakukan uji kesetaraan kelas dengan menggunakan ANAVA 1 jalur. Setelah diperoleh pasangan kelas yang setara, selanjutnya dilakukan random sampling dengan hasil kelas V SDN 3 Darmasaba sebagai kelas eksperimen dan kelas V SDN 6 Darmasaba sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan model pembelajaran Problem Based Introduction, sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional. Prosedur eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari (1) pra eksperimen yang meliputi penentuan populasi dan sampel, menyiapkan materi yang akan diajarkan, menyiapkan instrumen penelitian, dan validasi seluruh instrumen yang digunakan, (2) pelaksanaan eksperimen Data Statistik Mean Median Modus
yang meliputi pemberian perlakuan pada masing-masing kelompok dan melaksanakan posttest, dan (3) tahap akhir eksperimen yang meliputi analisis data dan penyusunan laporan. Pertemuan dilaksanakan sebanyak 8 kali pada masing-masing kelompok dengan materi pelajaran yang sama. Data hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia siswa dikumpulkan dengan mengunakan tes objektif sebnyak 40 butir soal. Tes objektif yang digunakan divalidasi terlebih dahulu untuk diketahui validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran data dan uji homoenitas varians. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah perhitungan uji-t. HASIL PENELITIAN Data penelitian ini adalah skor keterampilan membaca Bahasa Indonesia siswa sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran Problem Based Introduction pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang keterampilan membaca Bahasa Indonesia siswa dilihat pada Tabel 2.
Keterampilan Membaca Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol 22,22 20,59 22,75 18,13 22,90 16,76
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa mean data hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia kelompok eksperimen = 22,22 lebih besar daripada kelompok kontrol = 20,59. Kemudian data hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia kelompok eksperimen tersebut dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 1.
5
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Frekuensi
Frekuensi
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
13
16
19
22
25
8 7 6 5 4 3 2 1 0 11
28
14
17
Mo = 16,76
Titik Tengah
M = 22,22 Md = 22,75
Mo = 22,90
20
23
26
M = 20,59
Titik Tengah
Md = 18,13
Gambar 1 Grafik Poligon Data Hasil Keterampilan Membaca Bahasa Indonesia Kelompok Ekperimen
Gambar 2 Grafik Poligon Data Hasil Keterampilan Membaca Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol
Berdasarkan poligon diatas, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Sedangkan data hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 2.
Berdasarkan poligon di atas, diketahui mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pangaruh dari model pembelajaran yang diterapkan. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu normalitas dan homogenitas. Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis diperoleh bahwa data keterampilan membaca Bahasa Indonesia kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan varians kedua kelompok homogen. Untuk itu, pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji-t dengan rumus separated varians. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t ̅ Data Kelompok N s2 thitung 𝑿 27 22,22 18,17 Motivasi Eksperimen 4,31 Belajar Kontrol 22 20,59 19,49 Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji-t di atas, diperoleh nilai thitung sebesar 4,31. Sedangkan nilai ttabel adalah 2,021. Hal ini berarti nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak atau H1 diterima. Dengan
ttabel 2,021
demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan keterampilan membaca Bahasa Indonesia yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Introduction dan siswa
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di Gugus IX Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.
hasil penelitian yang diperoleh adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Introduction dengan pembelajaran konvensional. Keterampilan membaca anak yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Introduction berkembang lebih optimal jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, karena model pembelajaran Problem Based Introduction menggunakan tim kooperatif yang membantu siswa untuk belajar memahami suatu bacaan yang luas untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Siswa bekerja dalam tim belajar kooperatif mengidentifikasi lima hal dalam cerita naratif, yaitu perwatakan, setting, masalah, usaha untuk memecahkan masalah, dan akhir dari pemecahan masalah. Keunggulan menggunakan model pembelajaran Problem Based Introduction diantaranya. 1) kegiatan pembelajaran menggunakan tim kooperatif terpadu; 2) keterampilan membaca anak berkembang lebih optimal; 3) kegiatan pembelajaran tersusun secara sistematis. “Melalui pengembangan model pembelajaran Problem Based Introduction di sekolah dasar dan penggunaan pembelajaran kooperatif adalah sebagai penyatu unsurunsur pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah” (Sharan, 2012:50). Kegiatan pembelajaran yang berlangsung disesuaikan dengan sintaks model pembelajaran Problem Based Introduction, pada tahap prabaca fase (1) guru memperkenalkan suatu cerita rakyat yang akan dibaca oleh siswa, kemudian membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Pada tahap prabaca siswa terlihat sangat antusias ingin mengatahui alur dari cerita yang dibagikan guru. Setelah membagi siswa menjadi beberapa kelompok kemudian dilanjutkan dengan tahap membaca fase (2) siswa membaca cerita tersebut secara berpasangan kedepan kelas dan siswa yang lainnya mendengarkan dan membetulkan setiap kesalahan yang dibuat si pembaca.
PEMBAHASAN Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdpat perbedaan hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Introduction dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia yang dicapai siswa. Secara deskriptif, hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor keterampilan membaca Bahasa Indonesia pada kelompok eksperimen dan kecenderungan skor keterampilan membaca Bahasa Indonesia yang diperoleh siswa pada kelompok eksperimen adalah 22,22 berada pada kategori sangat tinggi, sedangkan skor hasil belajar Bahasa Indonesia yang diperolah siswa pada kelompok control adalah 20,59 berada pada kategori tinggi. Apabila skor hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia siswa pada kelompok eksperimen digambarkan ke dalam grafik poligon, tampak bahwa kurva secaran data menunjukkan kurva juling negatif, yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Skor hasil keterampilan membaca Bahasa Indonesia yang diperoleh siswa pada kelompok kontrol, apabila digambarkan ke dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data menunjukkan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah Berdasaran analisis data menggunakan uji-t yang ditunjukkan pada Tabel 4.7 diketahui thit = 2,96 dan ttab (dengan taraf signifikasi 5%) = 2,00. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Siswa diberikan pertanyaan oleh guru seputar masalah cerita, karakter, alur, latar, konflik dan pemecahan masalah yang terkandung dalam cerita. Selanjutnya siswa diminta untuk menemukan kata-kata sulit yang terdapat pada cerita dan membacakannya secara nyaring tanpa canggung dan ragu-ragu. Siswa berlatih mengucapkan kata-kata sulit tersebut bersama rekan kelompoknya. Berbagai kata sulit yang mereka temukan kemudian ditentukan maknanya. kegiatan ini dilakukan dengan cara menugaskan siswa mencari pada kamus, memarafrasekan kata-kata sulit tersebut dan membuat kalimat berdasarkan kata sulit tersebut. Fase (3) adalah pascabaca, siswa ditugaskan membuat sinopsis cerita. Selanjutnya sinopsis cerita tersebut ditukarkan kepada temannya, sehingga satu sama lain dapat mengecek ketepatan sinopsis yang dibuat rekannya. Kagiatan akhir adalah memberikan tes tentang pemahaman isi cerita, menuliskan kalimat dari daftar kosakata sulit, dan membaca kosakata sulit tersebut secara nyaring ke depan kelas. Berbanding terbalik dengan model pembelajaran Problem Based Introduction, model pembelajaran konvensional memusatkan pembelajaran kepada guru. Menurut Trianto (2010) pembelajaran konvensional merupakan startegi pembelajaran dimana seluruh kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru. Pembelajaran konvensional didasari atas asumsi kekuasaan di dalam kelas sepenuhnya berada ditangan pengajar. Model pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran yang didasarkan pada proses “meaningful reception learning” sebagaimana yang diteorikan oleh Ausubel (Dahar, 1998). Model pembelajaran ini cenderung menekankan pada pemberian informasi yang bersumber pada buku teks, referensi atau pengalaman pribadi, menggunakan metode ceramah, demonstrasi, diskkusi, dan laporan studi (Baharuddin, 2007). Kegiatan pembelajaran seperti ini membuat siswa merasa jenuh, sebab mereka dituntut belajar dengan cara menyimak kemudian menghafal tanpa memperoleh pengalaman langsung. Siswa
tidak dilbatkan secara penuh dalam kegiatan pembelajaran sehingga motivasi belajarnya sangat rendah. Guru menjadi pusat pembelajaran dengan informasi yang diperoleh siswa didasarkan pada penjelasan guru semata. Hal ini menyebabkan siswa tidak dapat membangun pemahaman tentang suatu konsep atau materi dengan caranya sendiri. Siswa sulit menemukan pemahamannya karena tidak ada pengalaman yang cukup bagi mereka untuk menyimpulkan konsep atau materi yang sedang dipelajari. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar yang dimiliki siswa. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, maka model pembelajaran Problem Based Introduction memiliki keunggulan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam hal meningkatkan keterampilan membaca siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.. PENUTUP Berdasarkan rumusan masalag, tujuan, hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Bahasa Indonesia yang signifikan anatar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Introduction dan kemlompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata (M) = 22,22 tergolong katagori sangat tinggi dan hasil belajar IPA siswa pada kelompok kontrol dengan rata-rata (M) = 20,59 tergolong kategori tinggi. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Introduction berpengaruh terhadap keterampilan membaca Bahasa Indonesia siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut, (1) Kepala sekolah, khususnya Sekolah Dasar (SD) hendaknya mengambil suatu kebijakan untuk mengimplementasikan
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
model pembelajaran Problem Based Introduction dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi salah satu model pembelajaran yang harus diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, (2) Kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia agar dapat mempertimbangkan model pembelajaran Problem Based Instroduction dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi efektif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, (3) Kepada siswa Sekolah Dasar harus selalu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. keaktifan dalam pembelajaran akan berpengaruh pada keterampilan membaca, sehingga akan berdampak pada hasil belajar, (4) Peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang Model Pembelajaran Introduction pada mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun bidang lainnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bandingan dan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan terhadap penelitian yang akan dilakukan.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Santyasa, I.W. 2012. Pembelajaran Inovatif Seri Buku Ajar Perguruan Tinggi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Santyasa. 2005. Buku Ajar Belajar dan Pembelajaran. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Sardiman AM. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada. Sudiastana. Nym. 2015. Pengaruh Model Self Regulated Learning (SRL) Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V Semester Genap. Skripsi (diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia. Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.
DAFTAR PUSTAKA Baharuddin, H. 2007. Teori belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: ArRuzz Media.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Bandura, A. 1997. Self Efficacy. The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan.
Effendi, Utsman. 1984. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.
Yusup, dkk. 2010. Pengaruh Penerapan Pendekatan Model Self-Regulated Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar. Tesis (diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia.
Dahar, R.W. 1998. Teori-eori Belajar. Jakarta. PT. Erlangga. Kunandar. 2007. Guru professional implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan persiapan menghadapi sertifikasi guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS.
9